PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH...

96
PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH LUQMÂN AYAT 12-19:TELAAH PENAFSIRAN IMAM AL-SYA’RÂWÎ Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh Nova Siti Nurlaela NIM. 1113034000191 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH...

Page 1: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH LUQMÂN AYAT 12-19:TELAAH

PENAFSIRAN IMAM AL-SYA’RÂWÎ

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh

Nova Siti Nurlaela

NIM. 1113034000191

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

Nova Siti Nurlaela 1113034000191

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam skripsi ini sudah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 Juni 2020

Page 3: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PENDIDIKAN LUQMAN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH LUQMĀN AYAT 12-19 TELAAH PENAFSIRAN IMAM AL-SYA'RĀWĪ telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 04 Agustus 2020

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Faizah Ali Sibromalisi, MA

Dr. Mafri Amir, M.Ag NIP. 19550725 200012 2 001 NIP. 19580301 199203 1001

Pembimbing,

Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA NIP. 19690822 199703 1 002

Page 4: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

ABSTRAK

Nova Siti Nurlaela

Pendidikan Luqmân terhadap Anaknya dalam Surah Luqmân Ayat

12-19:Telaah Penafsiran Imam Al-Sya’râwî

Pendidikan selalu memiliki nilai dalam perbincangan setiap generasi. Al-Qur’an, kitab suci yang menjadi pedoman umat Islam dalam kehidupan juga menyoroti tema penting ini. Tema ini digambarkan dengan kisah-kisah intraksi orang-orang terdahulu. Dominasi intraksi tersebut terjadi antara ayah dan anaknya. Ini seakan memberi sinyal khusus mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan. Di antara ayat yang membicarakan intraksi pendidikan tersebut, yaitu ayat 12-19 dalam surah Luqmân. Pada bagian tengah kisah ini terdapat dua ayat yang oleh ulama tafsir dipahami secara berbeda. Ini menjadi hal menarik untuk dibahas. Akan tetapi, penafsiran al-Sya’râwî dapat menjadi titik awal untuk menjawab bagaimana hubungan ayah dan anak.

Skripsi ini bertujuan untuk memahami bagaimana pendidikan Luqân terhadp anaknya dalam surah Luqmân di atas dengan menelaah penafsiran al-Sya’râwî. Metode yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research). Dimulai dengan memetakan pembahasan sesuai faktor-faktor pendidikan. Setelah itu, memaparkan penafsiran al-Sya’râwî dan menyandingkannya dengan beberapa penafsiran ulama lain juga buku yang berkaitan khususnya buku tentang pendidikan agar terlihat perbedaan-perbedaannya dan saling melengkapi.

Berdasarkan telaah penulis terhadap ayat 12-19 pada surah Luqmân dalam tafsir al-Sya’râî dapat disimpulkan bahwa Luqmân sebagai seorang ayah sangat penting perannya dalam pendidikan anak, yaitu dalam hal memberi contoh. Ia, sebagai contoh bagi anaknya telah memulai dari dirinya sendiri. Ia adalah sosok pemberi peringatan pada anaknya yang dapat didengar karena kewibawaannya. Semua ini memang tidak diungkapkan secara tegas oleh al-Sya’râwî, tapi ini tampak dari pemaparannya saat menafsirkan ayat-ayat tersebut. Metode yang digunakan, mau’izah tepat sesuai dengan keadaan Luqmân. Susunan materi yang disampaikan pun tepat. Semua ini menunjukkan kesempurnaan.

Page 5: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji hanya milik Allah Swt.

Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada utusan Allah, Nabi

Muhammad Saw, semua sahabat, keluarga serta umatnya. Syukur dengan

mengucapkan Alhamdulillah, karena pertolongan-Nya, akhirnya, penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pendidikan

Luqmân terhadap Anaknya dalam Surah Luqmân Ayat 12-19:Telaah

Penafsiran Imam Al-Sya’râwî .”

Skripsi ini, dengan ikhtiyar pertolongan banyak pihak dapat selesai

dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir (Kajur IAT) yang membantu mempermudah proses

administrasi dan memotivasi agar penulis segera menyelesaikan

tugas akhir.

4. Fahrizal Mahdi, LC. MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir (Sekjur IAT) yang telah membantu pula

mempermudah dalam proses administrasi.

5. Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A. Dosen Pembimbing yang

ramah dan sabar, tidak bosan-bosan serta meluangkan banyak

waktunya dalam membimbing penulis selama proses penyelesaian

skripsi ini, mulai dari kesesuaian konten hingga sitematika dan

cara penulisan.

Page 6: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

ii

6. Seluruh dosen pada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir atas segala

motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan

pengalaman yang diberikan kepada penulis selama menempuh

studi. Semoga itu menjadi bekal dalam kehidupan penulis dan amal

jariyah baginya semua.

7. Untuk Mamah dan Bapak, kedua orang tua penulis yang tidak

pernah berhenti mendoakan penulis, semoga Allah selalu

memberikan kasih sayang-Nya sebagaimana Mamah dan Bapak

menyanyangi penulis. Saudara kandung penulis kakak (Ka Nindy,

Ka Hari, dan Ka Hadi) terima kasih berkat doa, motivasi dan juga

bantuan materilnya kepada penulis. Si Bungsu Imas Amelia yang

juga lulus SMK tahun ini. Pande (kakek), semoga Allah berikan

kesehatan dan kesejahteraan, almarhumah Mande (nenek) serta

keluarga besar Sawargi.

8. Suami tersayang dan terkasih (Mas Fauzan) pembimbing dunia dan

akhirat untuk penulis, aamiin. Sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan tentu banyak terbantu karenanya. Buah hati penulis

Hubabah Mamba‟atul Barokat yang sudah menemani ummi dari

awal kandungan hingga kelahiran dalam proses penulisan tugas

akhir ini.

9. Mamah dan Bapak mertua serta keluarga besar di Madura yang

doanya selalu teriring untuk keluarga kecil penulis.

10. Abi Syarif dan Umi Uswah Semoga keduanya selalu dalam

kesehatan dan perlindungan dari Allah Swt.

11. Bunda Siti Nuriyah selaku guru dan pembimbing penulis selama

berada dalam jajaran Dewan Kelurahan Putri. Pak Ibnu Suwanto

guru yang memotivasi penulis untuk gemar membaca. Serta

Dewan Guru PP Ummul Qura lainnya yang namanya tidak bisa

Page 7: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

iii

penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah berikan kesehatan,

kemudahan dan perlindungan.

12. Teman setia penulis Neng Aini, Kiki, Nia, dan Nida. Semoga Allah

berikan kebahagiaan kepada kalian. Personil anak bawang

D‟Bapon (Shoba, Suci, Falihah dan Sakinah).

13. Sahabat Silma, Mba Siska dan Mba Anggi. Teman-teman TH E

serta TH 2013.

14. Teman-teman KKN FAITH 2016 (Irsyad, Bayu, Aqin, Bagis, Ka

Shoivi, Mamih Suci, Dwi, Ulfah, Aini dan si bungsu Lia”) yang

sudah seperti keluarga sendiri, terima kasih sudah memberikan

pengalaman dan ilmu yang berbeda. “Mak kangen kalian nak”.

Semoga niat dan perlakuan baik mereka semua mendapat balasan

lebih baik oleh Allah.

epada Allah lah penulis berharap ridha dan bersyukur, dan

kepada-Nya memohon ampun. Semoga tulisan ini sesuai dengan Tujuan

dan Manfaat enelitian. m n.

Page 8: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada keputusan Rektor Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,

Nomor: 507 Tahun 2017, Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi).

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

Page 9: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

v

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

„ عkoma terbalik di atas hadap

kanan

gh ge dan ha غ

f Ef ؼ

q Ki ؽ

k Ka ؾ

l El ؿ

m Em ـ

n En ف

w We ك

h Ha ق

Page 10: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

vi

Apostrof ` ء

y ye ي

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah ك

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u ك

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a dengan topi di atas ا

i dengan topi di atas ي

Page 11: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

vii

u dengan topi di atas ك

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/,

baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-

syamsiyyah bukan asy-syamsiyyah, - bukan - .

5. Syaddah ( )

Syaddah atau yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang

diberi tanda syaddah itu, seperti السنة ditulis al-sunnah. Akan tetapi, hal

ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya, kata tidak ditulis ad-darȗrah melainkan al-darȗrah.

6. ṯah

Jika ṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو هريػرة ditulis

Ab Hurairah. Hal yang sama juga berlaku jika ṯah tersebut

diikuti oleh kata sifat (n ) seperti الجامعة الاسلامية ditulia al-j mi‟ah al-

islâmiyyah. Namun jika huruf ṯah tersebut diikuti kata benda

(ism), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf /t/, seperti

. ditulis wahdat al-wu ȗ كحدة الوجود

7. Huruf Kapital

Page 12: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

viii

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti

a البخاري l-Bukh r .

Page 13: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

PEDOMAN RANSLITERASI .............................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................... 8

D. Tujun dan Manfaat Penelitian .................................... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ................................................ 10

F. Metode Penelitian ....................................................... 15

G. Sistematika Penulian ................................................. 16

BAB II WAWASAN PENDIDIKAN ........................................... 19

A. Pengertian Pendidikan dan Istilah Pendidikan ........... 19

B. Komponen-Komponen Pendidikan ............................ 23

C. Metode Pendidikan ..................................................... 28

D. Fungsi Pendidikan ...................................................... 33

BAB III MENGENAL AL-SYA’RȂWȊ DAN TAFSIRNYA ....... 35

A. Biografi al-Sya’râwî ................................................. 35

B. Keluarga al-Sya’râwî ................................................. 37

C. Desa Kelahiran al-Sya’râwî ...................................... 37

D. Pendidikan dan Karirnya .......................................... 39

E. Akhir Hayat al-Sya’râwî ............................................ 42

F. Karya-karya yang Dinisbatkan Pada al-Sya’râwî ...... 43

G. Karakteristik Tafsir al-Sya’râwî ................................ 45

Page 14: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

x

BAB IV PENDIDIKAN LUQMȂN PADA ANAKNYA:

ANALISIS TAFSIR IMAM AL-SYA’RȂWȊ

SURAH LUQMȂN AYAT 12-19 .................................. 53

A. Luqmân Sebagai Pendidik ......................................... 55

B. Anak Luqmân Sebagai Peserta Didik ........................ 66

C. Metode Mau’izah (Nasehat) yang Digunakan

Luqmân ...................................................................... 68

D. Materi-materi yang Diajarkan Luqmân ..................... 69

BAB V PENUTUP ........................................................................ 76

A. Kesimpulan ................................................................ 77

B. Saran .......................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 78

Page 15: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Generasi muda adalah aset utama yang terpenting untuk

keberlangsungan dan kemajuan kehidupan manusia di dunia. Oleh

karenanya, tidak berlebihan bila dikatakan, topik pendidikan menarik dan

senantiasa aktual untuk dibicarakan. Masalah penddikan sangat penting

dan aktual sepanjang zaman karena dengan pendidikan orang menjadi

maju.1 Bahkan dalam kajian keislaman disebutkan bahwa mencari ilmu

dimulai dari buaian hingga liang lahat.

Pendidikan juga dinilai sebagai persoalan yang rumit dan terkesan

tidak pernah dapat diselesaikan secara tuntas karena banyaknya unsur

yang harus diperhitungkan dan berbagai aspek yang bisa dipakai untuk

pertimbangan dalam pendidikan serta persoalan perubahan zaman yang

mesti dihadapi.2 Pendidikan harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu

keluarga3 karena kebaikan umat ditentukan oleh baiknya setiap keluarga.4

Pendidikan dalam lingkungan keluarga mendapat perhatian dengan

porsi yang besar oleh al-Qur`an. Al-Qur`an, yang sering

memproklamirkan dirinya sebagai petunjuk (hȗdan)5 diyakini

1 Zakiah Dradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah , Cet. I (Ciputat: CV. Ruhama,1994), XI. 2 A. Sudiarja, Pendidikan Dalam Tantangan Zaman , Cet. I (Yogyakarta: PT Kanisius, 2014), 5. 3 Keluarga terkecil adalah mencakup suami, istri dan anak-anak lihat Wahbah al-Zuhailî, al-Usrah Al-Muslimah Fî al-„Ȃlam al-Mu‟asir, Cet.VI (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2010), 20. 4 Muẖammad bin Ibrahîm al-Hamdi, Min Akhtâ` al-Azwâj (Riyâd: Dâr Ibn Khuzaimah, 1419 H), 3. 5 QS. Luqmân/31:3, yang artinya: “Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-

orang yang berbuat kebaikan”

Page 16: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

2

menghimpun semua ilmu pengetahuan. Tidak terkecuali tentang

pendidikan, khususnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Pendidikan

seperti ini bisa dilihat dari beberapa kisah tentang keluarga. Diantaranya

adalah kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail,6 Nabi Hud,7 Nabi Ya‟qub dan

Nabi Yusuf,8 dan Luqmân.9

Ada riwayat yang berbunyi: “Manusia itu tempatnya salah dan

lupa”. Maka turunlah al-Qur`an dengan fungsi al-Dzikr10 yaitu sebagai

peringatan dari Allah bagi semua umat manusia. Agar kesalahan tidak

terulang akibat lupa maka Allah memberikan peringatannya. Begitu

murahnya kasih sayang Allah maka kisah dijadikan salah satu cara untuk

memperingati manusia. Kisah dalam al-Qur`an merupakan salah satu

bentuk yang cukup strategis dalam menyampaikan peringatan Allah dan

menanamkan pesan-pesan wahyu termasuk nilai-nilai pendidikan ke

dalam jiwa seseorang tanpa ada unsur paksaan. Pesan-pesan itu diterima

dengan perasaan senang dan kesadaran. Tidaklah mengherankan jika al-

Qur`an menyatakan dengan bahasa yang tegas tentang perlunya manusia

bercermin ke masa lampau untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah

umat terdahulu.11

Kisah al-Qur`an yang sarat dengan pesan pendidikan sangatlah

banyak. Di antaranya adalah kisah Luqmân yang menasehati anaknya.12

6 QS. Al-Shâffât/37: 100-110 7 QS. Hȗd/11: 42-43 8 QS. Yȗsuf/12: 4-5 9 QS. Luqmân /31: 12-19 10 QS. al-Hijr/ 15:9, yang artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-

Qur`ân (al-Dzikr) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. 11 A.M. Ismatullah, “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kisah Yusuf (Penafsiran H.M

Quraish Shihab atas Surah Yusuf)”, 2. 12 Sa‟îd bin al-Musayyib berkata, “Luqman adalah orang kulit hitam dari orang-orang kulit hitam Mesir. Dia memiliki dua bibir yang tebal. Allah Swt memberinya hikmah, akan tetapi tidak memberinya kenabian.” Lihat al-Qurtȗbî dalam al-Jâmi‟ li

Page 17: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

3

Nasihat Luqman yang ia berikan kepada anaknya dapat menjadi pelajaran

bagi kita.

Luqmân menjadi teladan bagaimana seorang ayah agar terlibat

langsung untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan pada anak sejak dini

agar tidak terjerumus pada keburukan. Kedekatan seorang ayah dengan

anak sebagaimana ditunjukkan oleh Luqmân juga ditunjukkan oleh sikap

Rasulullah Saw. Kesibukan beliau dalam membimbing umat manusia,

sama sekali tidak menjadi alasan untuk mencegah beliau terlibat langsung

dalam pengasuhan anak. Bahkan, sikap baik pada keluarga adalah pondasi

bagi sikap baik pada masyarakat.13

Al-Qur`an sendiri menceritakan secara langsung dialog antara anak

dengan orang tuanya. Menariknya adalah fakta bahwa dialog antara anak

dengan ayah justru dominan. Dari 17 rumpun ayat yang tersebar di 9

surah, 14 rumpun ayat adalah tentang dialog antara anak dengan ayah, 2

rumpun dialog dengan ibu, dan 1 rumpun dialog dengan keduanya.

Rumpun ayat tentang dialog antara anak dan ayahnya terdapat di Qs. Al-

Baqarah/2:130-133 antara Nabi Ibrahim As dengan ayahnya dan antara

Nabi Ya‟qub As dengan anaknya, Qs. Al-An‟âm/6:74 antara Nabi Ibrahim

As dengan ayahnya, Qs. Hȗd/11:42-43 antara Nabi Hud As dengan

anaknya, Qs. Yȗsuf/12:4-5 antara Nabi Yusuf dengan ayahnya, 11-14, 16-

18, 63-67, 81-87, 94-98 memuat kisah dialog Nabi Ya‟qub As dengan

anaknya, 99-100 antara Nabi Yusuf As dengan ayahnya, Maryam/19:23-

26 antara Maryam dengan janinnya dan Al-Qashash/28:11 antara Ibu

Musa dengan anak perempuannya dan satu rumpun ayat tentang dialog

Aẖkâm al-Qur`ân, terj. Fathurrahman Abdul Hamid dkk, cet. I (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 143-144. 13 Nur Rofiah, “Ayah dan Pengasuhan Anak”, Diakses, 06 Februari, 2019, https://www.swararahima.com/04/07/2018/ayah-dan-pengasuhan-anak/

Page 18: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

4

antara anak dan kedua orang tuanya adalah Qs. Al-Ahqâf/46:17 antara

kedua orang tua dengan anak yang tidak disebut namanya.14 Data-data

dalam al-Qur`an ini apakah menunjukkan bahwa peran ayah lebih penting

?.

Akan tetapi selama ini pola pikir yang terbentuk di masyarakat

adalah mendidik anak di rumah semata-mata tanggung jawab seorang ibu

(istri), dengan alasan bahwa ibulah yang banyak berada di rumah, ibulah

yang lebih banyak waktunya bersama anak-anak, sedangkan ayah lebih

banyak berada di luar rumah untuk mencari nafkah.15 Bahkan Quraish

Syihab saat membahas QS. Al-Baqarah ayat: 282 menjelaskan bahwa al-

Qur`an sejak dini telah menetapkan agar istri mencurahkan perhatiannya

pada urusan keluarga dan pendidikan anak.16

Anggapan seperti di atas oleh Rusli Amin dinilai kurang tepat

walaupun fakta bahwa ayah lebih banyak di luar rumah untuk mencari

nafkah adalah tidak dapat dipungkiri. Namun ia juga menggaris bawahi

bahwa ayah memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap

keluarga (istri dan anak). Untuk menguatkan argumentasinya ia mengutip

ayat berikut17:

14 Nur Rofiah, “Ayah dan Pengasuhan Anak ”, Nur Rofiah, “Ayah dan

Pengasuhan Anak”, Diakses, 06 Februari, 2019, https://www.swararahima.com/04/07/2018/ayah-dan-pengasuhan-anak/ 15 M. Rusli Amin, Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman: Panduan

Menuju hidup Bahagia, cet. I (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), 62-63. 16 Muhammad Quraish Shihab, Pengantin al-Qur`ân: Kalung Permata Buat

Anak-anakku, cet. IX (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 18. 17 Rusli, Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman , 62-63.

Page 19: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

5

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Yanti Palebo dengan merujuk pada tulisan-tulisan Zakiah Daradjat

memaparkan bahwa ayah adalah sebagai penolong utama bagi anak-

anaknya, sebagai pangkal ketentraman dan kebahagiaan anak, cara-cara

ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh terhadap cara-cara

pekerjaan anaknya.18

Allah Swt. ketika memberikan wasiat atau pesan untuk berbuat

baik kepada kedua orangtua, terkadang memerintahkannya secara mutlak,

sebagaimana dalam firman-Nya al-Qur`an Surah al-Ahqaf: 15

Artinya:” Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada

dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).”

Di lain waktu, Allah swt menyebutkan alasannya,

18 Yanti Palebo, “Konsep Pendidikan Anak Menurut Islam”. Irfani: Jurnal Pendidikan, Vol 3, 84-85.

Page 20: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

6

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan

lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Dalam ayat tersebut dikatakan agar anak berbakti kepada kedua

orang tua dengan menyebutkan peran penting seorang ibu yaitu, “ibunya

telah mengandungnya dengan susuah payah, dan melahirkannya dengan

susah payah pula.”19 Apa maksud al-Qur`an mengingatkan manusia agar

berbakti kepada kedua orang tuanya namun dengan hanya menyebutkan

peran penting seorang ibu. Dimana peran ayah? Mana pengakuan atas

usahanya sepanjang tahun dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya?

نسان نا ال Dan Kami perintahkan kepada manusia” apakah ini wasiat“ ووصي

Luqmân kepada anaknya atau Firman Allah ?20 Jika ayat 14 ini adalah

Firman Allah maka apa maksud Allah Swt berfirman diantara kumpulan

wasiat Luqmân kepada anaknya. بنه Dan ingatlah ketika“ وإذ قال لقمان ل

Luqmân berkata kepada anaknya” yang terdapat dalam ayat 13, lalu ayat

15-19 pun berisi tentang wasiat Luqmân kepada anaknya.

Al-Qur`an akan tetap menjadi rujukan dasar dalam menyikapi

setiap gejala sosial yang terus berkembang. Di tengah-tengah kehidupan

yang plural, lahir seorang tokoh, yaitu Muẖammad Mutawallî al-Sya‟râwî.

19 Muẖammad Mutawallî al-Sya‟râwî, Suami Istri Berkarakter Surgawi , terj. Ibnu Barnawa (Jakarta: Al-Kautsar, 2007), 246-247. 20 Muẖammad Mutawallî al-Sya‟râwî, al-Khawatir Haula al-Qur`ân, terj. Tim terjemah Safir al-Azhar (Ikatan Alumni Universitas al-Azhar Mesir di Medan) dan Zainal Arifin, Cet. I (Medan: Duta Azhar, 2011), 658.

Page 21: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

7

Al-Sya‟râwî memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang

rahasia bahasa Arab.21

Penafsiran Imam al-Sya‟râwî terhadap surah Luqmân unik dan

berbeda dari penafsiran yang bercorak adaby wa al-Ijtimâ‟i22 lainnya

seperti kitab tafsir al-Mishbah23, al-Maraghi24, dan Tafsir Fî Ẓilal al-

Qur`an25. Penafsiran al-Sya‟râwî dari kebahasaan mencoba memberi

alasan kenapa seorang ayah menjadi penting perannya.26 Penafsiran

seperni ini tidak ditemukan pula dalam tafsir al-Zamakhsyarî27 dan al-

Râzî28 yang mana keduanya juga merupakan rujukan al-Sya‟râwî.29

Melalui penafsirannya ini, bisa ditelaah bagaimana pandangan al-Sya‟râwî

tentang pendidikan, khususnya hubungan ayah dan anak.

Dari beberapa penjelasan di atas maka penulis akan membahasnya

dengan tema besar “Pendidikan Luqmân terhadap Anaknya Dalam

Surah Luqman Ayat 12-19: Telaah Penafsiran Imam Al-Sya’râwî”.

21 Gamal al-Banna, Evolusi Tafsir dari Jaman Klasik hingga Jaman Modern , terj. M. Syihabuddin (Jakarta: Qisthi Press, 2004), 140. 22 Muẖammad Hadi Ma‟rifah, Tafsir al-Mufassirȗn Fî Tsaubihi Liqosyîbi, cet. II (t.t: al-Jâmi‟ah al-Raḍawiyyah Li al-„Ulȗmil al-Islamiyyah, 1384), 1008. 23 Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian

al-Qur`ân, Cet. I (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 300. 24 Ahmad Mustafâ al-Maraghî, Tafsîr al-Maraghî, terj. Bahrun Abu Bakar dkk, cet. I (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1989), 154. 25 Sayyid Qutb, Tafsîr Fî Zilâl al-Qur`ân, terj. As‟ad Yasin dkk, cet. I (Jakarta: Gema Insani, 2004), 263. 26 Al-Sya‟râwî, al-Khawatir Haula al-Qur`ân, 658. 27 Mahmȗd bin „Umar al-Zamakhsyarî, al-Kasyâf „an Haqâiq al-Tanzîl wa

„‟Uyȗn al-Aqâwîl fî Wujȗh al-Ta‟wîl, juz 21 (Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 2009), 836 28 Muhammad bin „Umar al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz 25 (Beirut: Dâr al-Fikr, 1981), 148 29 „Utsmân Ahmad „Abdurrahîm al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî

al-Sya‟râwî wa Manhajuh fî al-Tafsîr (Kairo: Dâr al-Salâm, 2013), 227-228

Page 22: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas,

ditemukan beberapa masalah, di antaranya:

1. Bagaimana pendidikan dalam al-Qur`an menurut Tafsîr al-

Sya‟râwî?.

2. Bagaimana pendidikan yang terdapat dalam QS. Luqmân ayat 12-

19 berdasarkan analisis data dalam Tafsîr al-Syarâwî?.

3. Bagaimana peran ayah dalam pendidikan anak pada Tafsîr al-

Sya‟râwî?.

4. Bagaimana hikmah dan hubungan dari adanya ayat pemisah (ayat

14 dan 15) di antara cerita wasiat Luqmân?.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pembahasan tentang pendidikan, sebenarnya telah banyak dibahas

dan dikaji oleh banyak pakar pendidikan baik itu muslim ataupun non-

muslim. Meskipun demikian, pendidikan selalu menarik dibahas karena

relevan dengan perkembangan zaman dan juga untuk memberi khazanah

dan sumbangsih pemikiran yang lebih luas, adalah baik untuk membahas

masalah pendidikan ini secara kontekstual-memahami dan menganalisa

ayat-ayat al-Qur`an yang berimplikasi pada pendidikan dengan

menggunakan kitab Tafsîr al-Sya‟râwî yang banyak mengandung nilai-

nilai pendidikan dalam kitab tafsirnya.

Agar lebih terarah, pembahasan dalam skripsi ini dibatasi hanya

pada kajian pendidikan anak yang dalam surah Luqmân yang terdapat

pada Surah Luqmân ayat 12 sd 19 sebagai suatu konsep atau pola Luqmân

(seorang ayah) dalam mendidik anaknya dengan berdasarkan telaah atas

Page 23: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

9

penafsiran Imam al-Sya‟râwî. Penafsirannya dipilih, selain karena

kemampuan kebahasaannya juga karena ia memiliki argumentasi yang

menarik sesuai fakta kehidupan saat menjelaskan tidak disebutkannya

peran ayah pada ayat 14 dalam surah Luqmân ini.

2. Rumusan Masalah

Melihat batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah yang akan penulis jawab: Bagaimana pendidikan

Luqmân terhadap anaknya dalam surah Luqmân ayat 12-19 menurut

penafsiran al-Sya‟râwî?.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui wawasan al-Qur`an tentang pendidikan.

2. Mengetahui dan memahami analisis penafsiran al-Sya‟râwî tentang

ayah mendidik anak dalam tafsirnya surah Luqmân ayat 12-19.

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam dua

kategori, yaitu teoritis dan praktis:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

informasi tentang pembahasan kitab-kitab tafsir, khususnya Tafsîr

al-Sya‟râwî dan cara menganalisisnya.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi contoh

dalam menganalisis corak kitab-kitab tafsir.

Page 24: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

10

E. Tinjauan Kepustakaan

Kajian pustaka dalam penelitian ini adalah telaah terhadap karya-

karya tulis baik berupa Jurnal, Skripsi, dan Tesis. Setelah ditelaah, penulis

mencari perbedaan-perbedaan dari karya-karya tersebut dengan penelitian

ini. Berdasarkan pencarian yang penulis lakukan ada beberapa karya tulis

yang berkaitan dengan tema yang diteliti.

Karya-karya tersebut adalah;

1. Tesis berjudul, “Konsepsi Pendidikan Anak Menurut Luqman al-Hakim

(Kajian Tafsir Surah Luqman ayat 12-19).” Disusun oleh Oyoh Bariah

mahasiswi Magister bidang Ilmu Agama Islam Pacasarjana IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2000. Saudari Oyoh Bariah tidak

menjadikan salah satu kitab tafsir sebagai rujukan utama melainkan adalah

al-Qur`an al-Karim sebagai rujukan utama kendati begitu kitab-kitab

tafsir tetap digunakan sebagai referensi penelitiannya. Berbeda dengan

penulis yang menjadikan penafsiran al-Sya‟râwî sebagai rujukan utama.30

2. Jurnal dengan judul, “Peran Ayah dalam Mendidik Anak”. Disusun oleh

Heman Elia. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, Vol. I, No. 1, 2000.

Menurut penelitian ini bahwa, pandangan di masyarakat mengenai peran

ayah dalam mendidik anaknya adalah hal yang tabu. Inilah yang penulis

rasa perlu dibahas menjadi penelitian agar pandangan masyarakat

mengenai peran ayah dalam mendidik anak adalah keharusan yang sudah

seharusnya ada dan berjalan lazim. Jurnal yang ditulis oleh Saudari

Heman Elia telah memaparkan pentingnya seorang ayah dalam mendidik

anak. Karena menurutnya, mendidik anak merupakan salah satu bentuk

30 Oyoh Bariah, “Konsepsi Pendidikan Anak Menurut Luqman al-Hakim (Kajian

Tafsir Surah Luqman ayat 12-19)”. (Tesis S2., Program Magister Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000).

Page 25: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

11

pengabdian dan ketaatan pada perintah Tuhan. Tujuan akhir pendidikan

anak adalah menghadirkan Allah dan perintah-Nya dalam kehidupan

pribadi sang anak. Heman Elia membahas dari kacamata umum yang

kemudian penulis merasa penting untuk meneliti lebih dalam dengan

kacamata ilmu al-Qur`an dan tafsir.31

3. Jurnal yang ditulis oleh Kasidi yang berjudul “Tanggungjawab

Orangtua Terhadap Pendidikan Anak: Perspektif al-Qur`an”. Jurnal

Irfani volume 3 nomor 1 Juni 2007. Menurut Kasidi, tanggungjawab ayah

sebagai pemimpin keluarga, bukan hanya terbatas pada menyediakan

makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal saja. Tetapi mencakup

seluruh kebutuhan lahiriyah dan batiniyah dari semua anggota keluarga.

Oleh karena itu, seorang ayah sebagai pemimpin keluarga harus dapat

menjadikan dirinya sebagai tauladan bagi semua anggota keluarga,

terutama bagi anak-anaknya. Ayah dipandang sebagai manusia yang

sempurna, mengagumkan dan dianggap akan mampu melindungi dan

memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Penulis dalam penelitian ini

terlebih dahulu menjelaskan anak dalam al-Qur`an dengan menyebutkan

istilah-istilah anak dalam al-Qur`an serta membahas fungsi anak.

Penelitian ini sedikit memfokuskan pada peran ayah karna memang

judulnya tanggung jawab kedua orangtua.32

4. Jurnal berjudul, “Dimensi Edukatif pada Kisah-Kisah Al-Qur`an”.

Disusun oleh, Novita Siswayanti. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an

(Suhuf, Vol. 3, No. I, 2010), Jakarta. Saudari Novita mengupas wacana

kisah-kisah al-Qur`an dan implikasinya dalam konteks pendidikan. Saya

31 Heman Elia, “Peran Ayah dalam Mendidik Anak ”. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, Vol. I, No. 1 (2000). 32 Kasidi, “Tanggungjawab Orangtua Terhadap Pendidikan Anak: Perspektif al-

Qur`ân”. Irfani: Jurnal Pendidikan, Vol. 3, No. 1 (2007).

Page 26: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

12

sependapat dengan saudari Novita bahwa kisah Luqman dalam al-Qur`an

sarat dengan pesan pendidikan. Kisah-kisah dalam al-Qur`an dapat

dianggap sebagai metode pendidikan yang efektif dalam transformasi ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai keislaman.33

5. Skripsi berjudul, “Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-Qur`an

(Sebuah Kajian Tafsir Tematik).” Disusun oleh Mi‟roji. Program Studi

Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2011. Saudara Mi‟roji dalam penelitiannya

menggunakan kajian Tafsir Tematik sedangkan penulis menggunakan

kajian Tafsir Tahlili. Setelah membaca penelitian ini, penulis menemukan

prinsip-prinsip yang ditawarkan al-Qur`an dalam pendidikan, yaitu:

Tauhid. Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai tauhid pada

anak, karena tauhid sebagai prinsip pendidikan berimplikasi pada

keshalihan akhlak. Penelitian ini tidak membahas kisah didalam al-Qur`an

sebagai salah satu metode dalam pengajaran pendidikan seperti yang

penulis lakukan.34

6. Skripsi berjudul, ”Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah

Luqman Al-Hakim (Telaah Tafsir Surah Luqman Ayat 12-19).” Disusun

oleh Siti Uswatul Rofiqoh. Program Studi Pendidikan Agama Islam

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang 2015. Penelitian ini memfokuskan pada

pendidikan karakter yang mengacu pada QS. Luqman ayat 12-19. Saudari

Siti Uswatul Rofiqoh menggunakan Tafsir al-Misbah karya M. Quraish

Shihab dan Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam 33 Novita Siswayanti, “Dimensi Edukatif pada Kisah-Kisah Al-Qur`ân”. Jurnal Suhuf, Vol. 3, No. I, (2010). 34 Mi‟roji, “Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-Qur`ân (Sebuah Kajian

Tafsir Tematik)”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).

Page 27: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

13

kajiannya, yang kedua tafsir tersebut menjadi pembanding data dengan

penafsiran Imam al-Sya‟râwî dalam penelitian penulis. 35

7. Skripsi berjudul, “Mau‟izah Luqman Kepada Anaknya (Studi atas

Penafsiran KH. Bisri Mustofa terhadap Surah Luqman ayat 12-19 dalam

Kitab Tafsir al-Ibriz li Ma‟rifati Tafsir al-Qur`an al-„Azîz).” Disusun oleh

Lilik Faiqoh. Program Studi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015.

Penelitian ini sama dengan apa yang dituangkan oleh penulis

bahwasannya salah satu yang menarik adalah penyampaian ajaran dalam

bentuk kisah (Qasas), karena melalui kisah, ajaran atau nasihat bisa lebih

mudah tersampaikan pesannya. Penelitian ini memakai penafsiran lokal

(tafsir bahasa jawa) karya KH. Bisri Mustofa terhadap Surah Luqman ayat

12-19 sehingga pesan yang disampaikan lebih spesifik kepada masyarakat

jawa hal ini disampaikan sendiri oleh Lilik Faiqoh dalam latar belakang

kajiannya, dan penulis merasa perlu mengkaji versi cangkupan lebih luas

dengan menggunakan tafsir al-Sya‟râwî yang membahas lebih dalam

mengenai pendidikan anak.36

8. Tesis berjudul, “Peran Ayah dalam Penanaman Nilai-Nilai Spiritual

Pada Anak.” Disusun oleh Nur Syariful Amin. Program Magister Sains

Psikologi Sekolah Pascasarjana Universitas muhammadiyah Surakarta,

2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan

sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa, peran ayah ditujukan

35 Siti Uswatul Rofiqoh,”Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah Luqman

Al-Hakim (Telaah Tafsir Surat Luqman Ayat 12-19)” (Skripsi S1., UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015). 36 Lilik Faiqoh, “Mau‟izah Luqman Kepada Anaknya (Studi atas Penafsiran KH.

Bisri Mustofa terhadap Surat Luqman ayat 12-19 dalam Kitab Tafsir al-Ibriz li Ma‟rifati

Tafsir al-Qur`ân al-„Aziz)” (Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).

Page 28: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

14

melalui kedekatan, keterlibatan serta sebagai role model spiritual bagi

anak. Penanaman nilai-nilai spiritual dilakukan ayah sejak dalam

kandungan. Metode sosialisasi nilai yang efektif untuk usia anak-anak

adalah dengan nasehat, pemberian contoh dan kisah. Adapun usia remaja

adalah dengan diskusi dan pemberian contoh. Disimpulkan bahwa metode

yang tepat, kedekatan ayah dengan anak serta kesabaran ayah dalam

menghadapi pelanggaran nilai yang dilakukan anak berpengaruh terhadap

proses internalisasi nilai-nilai spiritual pada anak. Penelitian ini diambil

dari kacamata psikologi, maka tidak menggunakan penafsiran

sebagaimana yang penulis lakukan.37

9. Tesis berjudul, “Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif

Al-Qur`an (Analisis Kandungan Qs. Ibrahim ayat 35-41, Qs. Luqman ayat

12-19, dan Qs. Al-Shâffât ayat 100-113).”yang disusun oleh Emilya Ulfah.

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun

2017. Penelitian ini memfokuskan pada analisis surah pilihan terkait

pendidikan anak oleh Nabi Ibrahim dan Luqman yaitu Surah Ibrahim ayat

35-41, Surah Luqman ayat 12-19, dan Surah al-Shâffât ayat 100-113.

Adapun tafsir pendukung dalam memaknai surah-surah pilihan tersebut

adalah Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka. Emilya mencoba mencari

persamaan dan perbedaan dalam kisah keduanya berbeda dengan apa yang

penulis teliti, kajian penulis memfokuskan pada kisah Luqman yang

terdapat pada Surah Luqman ayat 12-19 sebab alasan peran ayah terutama

yang terdapat pada ayat 14 Surah Luqman, sedang kajian Tesis ini

37 Nur Syariful Amin, “Peran Ayah dalam Penanaman Nilai-Nilai Spiritual

Pada Anak” (Tesis S2. Program Magister Sains Psikologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muẖammadiyah Surakarta, 2017).

Page 29: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

15

menggunakan metode perbandingan antara kisah Nabi Ibrahim As dengan

kisah Luqman al-Hakim.38

10. Skripsi berjudul, “Urgensi Kesaksian (al-Shahadah) Perspektif

Mutawallî Al-Sya‟rawi: Analisis Kesaksian dalam Wasiat, Utang-piutang

dan Perzinaan.” Disusun oleh Siti Umi. Program Studi Ilmu Al-Qur`an

dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2017. Pembahasan penulis dengan skripsi ini jelas

berbeda namun, penafsiran yang dipilih oleh saudari Siti Umi sama

dengan penafsiran yang penulis pilih, yaitu Tafsir Imam al-Sya‟rawi.

Mengapa menggunakan kitab Tafsir Imam al-Sya‟râwî ? bahwa tafsir al-

Sya‟rawi ini berisikan penjelasan yang luas dan jelas. Juga dikarenakan

corak tafsir yang beliau gunakan ialah al-Adaby wa al-Ijtmâ‟i, yaitu corak

tafsir yang berorientasi pada sastra, budaya, dan kemasyarakatan. Atas

dasar inilah penulis mengambil tokoh Mutawallî al-Sya‟râwî. Penulis

membahas peran ayah dalam mendidik anak: kajian pada kisah Luqman

lalu saudari Siti Umi mengkaji wasiat, utang-piutang dan perzinahan yang

semuanya berkaitan dengan masyarakat hingga kini.39

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan karya tulis (skripsi) ini, penulis menggunakan

metode penelitian kepustakaan (Library Research) sebagai landasan dalam

mengumpulkan data yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku yang

berkaitan erat dengan judul yang penulis ambil pendekatan secara tekstual

38 Emilya Ulfah, “Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif Al -

Qur`ân (Analisis Kandungan Qs. Ibrahim ayat 35-41, Qs. Luqman ayat 12-19, dan Qs.

Ash-Shaffat ayat 100-113)” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017). 39 Siti Umi , “Urgensi Kesaksian (al-Shahadah) Perspektif Mutawallî Al-

Sya‟rawi: Analisis Kesaksian dalam Wasiat, Utang -piutang dan Perzinaan” ( Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

Page 30: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

16

akan digunakan dalam skripsi ini. Pada proses pengumpulan data, penulis

membagi dua. Pertama, data primer yakni penulis menggunakan Tafsir al-

Sya‟râwî karya Imam Muẖammad Mutawallî al-Sya‟râwî. Kedua, data

sekunder adalah segala sumber tertulis baik dari pandangan mufassir lain,

buku, situs internet atau tulisan lain yang relevan dan dapat

dipertanggungjawabkan dengan sebagai pendukung data primer.

Tehnik pembahasan dalam skripsi ini:

1. Memaparkan penafsiran Imam al-Sya‟râwî.

2. Menganalisis, yaitu menunjukkan relasi data yang digunakan.

3. Membandingkan dengan penafsiran lain.

4. Mengajukan kemungkinan pemaknaan lain yang sesuai.

5. Mengembangkan penafsiran.

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan penulis sajikan menjadi lima bab. Masing-

masing bab memiliki beberapa sub bab.

Bab pertama, sebagaimana telah diuraikan di atas yaitu berisi

pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas wawasan al-Qur`an tentang pendidikan yang

di dalamnya terdapat penjelasan mengenai pengertian pendidikan dan

istilah pendidikan, komponen-komponen pendidikan, metode pendidikan,

dan juga fungsi pendidikan.

Bab ketiga, membahas biografi al-Sya‟râwî, karya-karya yang

dinisbatkan padanya, dan karakteristik tafsirnya..

Bab keempat, analisis kritis tafsir al-Sya‟râwî dalam surah Luqmân

ayat 12-19 yang dibagi menjadi empat bagian sesuai komponen-komponen

pendidikan yang ada dalam ayat. Luqmân sebagai pendidik, anaknya

Page 31: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

17

sebagai peserta didik, nasehat sebagai metode dan apa yang dinasehatkan

sebagai materi-materi pendidikan.

Bab kelima, adalah penutup dan kesimpulan. Bab ini menjawab

rumusan masalah penelitian dan memberikan rekomendasi serta saran

untuk penelitian lebih lanjut.

Page 32: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

19

BAB II : WAWASAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan dan Istilah Pendidikan

Kata pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berasal dari akar kata “didik” yang berarti pelihara dan latih. Kata tersebut

adalah nomina (kata benda) yang diartikan sebagai proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran atau tuntunan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidik adalah

orang yang mendidik.1

Pendidikan merupakan aktifitas pengembangan individu yang

dilakukan oleh individu lain.2 Secara sederhana dan umum pendidikan

dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.3

Pendidikan dalam arti yang lebih luas cakupannya dijelaskan oleh

R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap sebagaimana disebutkan

dalam Ensiklopedi Pendidikan, yaitu semua perbuatan dan usaha dari

generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan,

serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha

menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah

maupun rohaniah. Konsekuensi pengertian seperti ini, pada tingkatan

tertentu dapat dikatakan bahwa binatang juga “mendidik” anaknya.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat (PT. Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta, 2008), 2 Thâriq „Abd al-Ra`uf „Ȃmir, Ushȗl al-Tarbiyyah: al-Ijtimâ’iyyah al-

Tsaqâfiyyah al-Iqtishâdiyyah (t.tp: t.pt, 2008), 49. 3 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, cet. VIII (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), 1-2.

Page 33: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

20

Pembeda antara manusia dan binatang dalam hal ini adalah tanggung

jawab.4

Pengertian ini tertolak dengan adanya pendapat bahwa pendidikan

merupakan aktifitas manusia dan unsurnya adalah hanya manusia tidak

dengan makhluk hidup lainnya apalagi yang mati. Pembiasaan yang terjadi

pada hewan bukanlah pendidikan.5 Pendapat ini memberi arti bahwa

pendidikan tidak bisa dimaknai luas yang melewati batas manusia karena

pendidikan khusus manusia.

Perbedaan pengertian seperti ini diakui oleh Hasbullah. Demikian

itu disebabkan karena pendidikan diartikan dalam satu batasan tertentu

sehingga muncullah bermacam-macam pengertian.6 Ahmad Tafsir dengan

mengacu pada tulisan al-Attas juga menyebutkan bahwa Konferensi

Internasional Tentang Pendidikan Islam yang Pertama pada tahun 1977

ternyata tidak berhasil menyusun definisi yang dapat disepakati bersama.

Ia juga menyebutkan banyak definisi yang diajukan oleh para ahli.

Akhirnya ia mengajukan sebuah tawaran definisi terkait pendidikan.

Baginya, pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala

aspeknya. Pendidikan ini dimaksudkan pada kegiatan yang melibatkan

guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik); pendidikan formal,

maupun nonformal serta informal. Segi yang dibinapun merupakan

seluruh aspek.7 Definisi terakhir ini tidak berbeda dengan pengertian

pendidikan yang luas. Hanya saja, Ahmad Tafsir menggunakan kata yang

umum.

4 R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap, ENSIKLOPEDI

PENDIDIKAN, cet. II (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), 257-258. 5 Thâriq „Abd al-Ra`uf „Ȃmir, Ushȗl al-Tarbiyyah., 48. 6 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, cet. V (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), 1. 7 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet. IX (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2007), 6.

Page 34: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

21

Definisi lain, sebagaimana disebutkan oleh Redja Mudyahardjo8,

bahwa pendidikan dapat didefinisikan secara maha luas, sempit dan

alternatif atau luas terbatas. Setiap definisi ini memiliki karakteristik

khusus. Pendidikan secara maha luas maksudnya adalah hidup itu sendiri.

Pendidikan dimaknai sebagai gejala pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala lingkungan, sepanjang hidup dan segala situasi hidup yang

mempengaruhi pertumbuhan individu.

Definisi pendidikan secara sempit adalah sekolah, yaitu pengajaran

yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Sedangkan definisi pendidikan secara alternatif atau luas terbatas adalah

usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah,

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam

berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti juga menyebutkan ada definisi

alternatif yang menjempatani antara definisi pendidikan secara luas dan

secara sempit. Hal itu karena keduanya memiliki kekurangan dan

kelebihan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan dari kedua definisi

inilah yang akhirnya dapat dijadikan rumusan alternatif dalam memaknai

pendidikan.9

Adapun dalam konteks Islam, pendidikan diartikan sebagai proses

penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan

pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi

manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di 8 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang

Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia , cet. VII (Jakarta: PT. Raja Gerafindo Persada, 2012), 3-12. 9 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-dasar

Pelaksanaan Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), 10-11.

Page 35: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

22

akhirat.10Pendidikan Islam yang berasal dari dua istilah, yakni

“pendidikan” dan “Islam” secara sederhana juga dapat diartikan

pendidikan yang berdasarkan Islam.

Kata pendidikan berasal dari akar kata “didik” yang diberi awalan

“pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan”.11 Dalam kontek

kajian keislaman pendidikan dikenal dengan banyak istilah. Heri Gunawan

dengan mengacu pada tulisan Muhaimin dan Mujib menyebutkan ada

empat istilah pendidikan yang sering disebut dalam kontek keislaman.

Keempat istilah tersebut adalah al-Tarbiyyah, al-Ta’lîm, al-Ta’dîb dan al-

Riyâdhah.12 Al-Tarbiyyah diterjemahkan dengan pendidikan, al-Ta’lîm

diterjemahkan dengan pengajaran dan al-Ta’dîb diterjemahkan dengan

perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.13 Oleh karenanya,

cakupan makna istilah tarbiyyah yang dalam bahasa Inggris dikenal

dengan istilah education lebih luas dibandingkan al-ta’lîm (teaching).14

Sedangkan Abuddin Nata menyebutkan ada sebelas (11) istilah

dalam al-Qur‟an yang berkaitan dengan pendidikan. Kesebelas isitilah

tersebut adalah al-Tarbiyyah, al-Ta’lîm, al-Tazkiyyah, al-Tadrîs, al-

Tafaqquh, al-Tadabbur, al-Tadzkirah, al-Tafakkur, al-Intizâr dan al-

Mau’izah. Istilah al-tarbiyyah dinilai sebagai istilah yang paling populer,

karena paling banyak digunakan oleh para tokoh pendidikan Islam seperti

Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu al-Azraq, Ibnu Jama‟ah, al-

Almawiy, Ibnu Taimiyah, Ahmad Syalabi, Mohammad Athiyah al-

10 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, cet. I

(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), 205. 11 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan: Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), 15. 12 Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), 1. 13 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan, 15. 14 Ahmad Zakî Badawî, Mushthalahât al-Tabiyyah wa al-Ta’lîm: Injilîzî,

Faransî, ‘Arabî (Dâr al-Fikr al-„Arabî), 108.

Page 36: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

23

Abrasyi, Muhammad Quthb, Omar Muhammad al-Taoumy al-Syaibani,

Ali Khalil Abul Ainain, Ahmad Fuad al-Ahwani, Hasan Langgulung,

Abdullah Nasih Ulwan, dan Ali Abdul Halim Mahmud.15

Saat menjelaskan istilah-istilah pendidikan dalam Islam, Heri

Gunawan menyebutkan bahwa setiap istilah memiliki makna yang

berbeda-beda, karena dalam konteks penggunaannya berbeda. Akan tetapi

dalam keadaan tertentu semua istilah memiliki makna yang sama, yakni

pendidikan.16 Istilah-istilah ini oleh sebagian ahli disebut sebagai bagian

dari metode pendidikan.17

B. Komponen-Komponen Pendidikan

Pendidikan sebagai sebuah sistem memiliki komponen-komponen.

Komponen atau faktor pendidikan adalah unsur-unsur yang ada dalam

pendidikan yang berkaitan secara fungsional dengan jalannya proses

pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.18 Satu komponen,

sebagai bagian dari sistem bila tidak ada maka berdampak pada ketidak

berfungsian sistem. Artinya pendidikan tidak akan berfungsi bila salah

satu komponennya tidak ada.19

Menurut Madyo Ekosusilo dan RB. Kasihadi komponen

pendidikan ada sembilan, yaitu: tujuan pendidikan, dasar pendidikan, isi

pendidikan atau bahan pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan,

lingkungan pendidikan, pendidik, anak didik, dan tempat pendidikan.20

Lebih sedikit lagi, Zurinal dan Wahdi Sayuti menyebutkan tujuh, yakni

15 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur‟an (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016), 72-99. 16 Heri Gunawan, Pendidikan Islam., 1-2. 17 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, 351-352. 18 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, 69. 19 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: KENCANA PRENADA GROUP, 2012), 75. Lihat pula: Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, 69. 20 Madyo Ekosusilo dan RB. Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan (T.p: t.tp, t.t “robek”), 39.

Page 37: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

24

sebagaimana disebutkan oleh Madyo Ekosusilo dan RB. Kasihadi kecuali

dasar pendidikan dan alat pendidikan.21

Komponen pendidikan dalam istilah Fuad Ihsan adalah faktor22. Ia

menyebutkan ada 6 faktor dalam pendidikan yang dapat membentuk pola

interaksi atau saling mempengaruhi. Keenam faktor tersebut, yaitu faktor

tujuan, faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor isi/materi pendidikan,

faktor metode pendidikan, dan faktor situasi lingkungan.23 Ada pula yang

menyebutkan 5 komponen, yaitu tujuan pendidikan, peserta didik,

pendidik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan.24

Dari pendapat-pendapat diatas ada enam komponen yang akan

dijelaskan dalam tulisan ini. Demikian itu karena keenam komponen

tersebutlah yang dinilai lebih kuat pengaruhnya pada keberfungsian

pendidikanakan. Selain itu, ada istilah-istilah yang dapat disatukan seperti

lingkungan pendidikan dengan tempat pendidikan dan metode dengan alat

pendidikan. Metode dengan alat pendidikan digabung karena oleh

sebagian ahli, yang dimaksud alat itu dimasukkan pada metode.25

Keenam komponen-komponen yang akan dijelaskan, yaitu tujuan

pendidikan, peserta didik, pendidik, materi pendidikan, metode dan

lingkungan pendidikan.

21 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, 69. 22 Teguh Triwiyanto menggunakan istilah unsur. Ia menyebutkan tujuh unsur, yakni tujuan, kurikulum, peserta didik, pendidik, intraksi edukatif, isi pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Lihat: Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, cet. III (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 24. 23 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 1-2. 24 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), 9-10. Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 59-61. Ada yang menyebutkan empat dengan menggabung pendidik dan peserta didik menggunakan istilah subjek manusia yang melakukan pendidikan. Akan tetapi dalam uraiannya dijelaskan lima. Lihat: Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, cet. V, 10. 25 Bandingkan Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, 74 dan Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, cet. I, 351.

Page 38: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

25

a. Tujuan

Setiap kegiatan, dengan beragam bentuk dan jenisnya, disadari

ataupun tidak, selalu diharapkan pada tujuan tertentu. Segala sesuatu yang

tidak mempunyai tujuan tidak memiliki arti.26 Tujuan merupakan sasaran

yang hendak dicapai sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah

aktifitas yang dilakukan.27 Oleh karena itu, tujuan pendidikan memiliki

posisi paling penting.28 Dalam praktek pendidikan, baik di lingkungan

keluarga, di sekolah maupun di masyarakat luas, banyak sekali tujuan

pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai (dimiliki)

oleh peserta didiknya.

Tujuan pendidikan menurut Langeveld sebagaimana dikutip oleh

Hasbullah dan Abdul Kadir29dikategorikan menjadi enam macam, yaitu

tujuan umum (tujuan yang akan dicapai di akhir pendidikan), tujuan

khusus (tujuan tertentu yang hendak dicapai berdasar usia, jenis kelamin,

sifat, bakat, inteligensi dan lainnya), tujuan tak lengkap (tujuan yang

menyangkut sebagian aspek manusia), tujuan sementara (tujuan-tujuan

yang dilakukan setingkat demisetingkat untuk mencapai tujuan umum),

tujuan insidental (tujuan sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara

kebetulan) dan tujuan perantara (tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus

dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya).30

26 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 10. 27 Tatang S, Ilmu Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 61. 28 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet. IX, 14. 29 Ngalim Purwanto dan Fuad Ihsan juga mengutip pendapat Langeveld, tetapi ia hanya menyebutkan lima, tanpa tujuan khusus. Tujuan khusus ini dalam penjelasan Ngalim dimasukkan dalam bagian tujuan umum. Lihat: M. Ngalim Purwanto, Ilmu

Pendidikan Teoritis dan Praktis, cet. XXI (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), 7; Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, cet. VIII, 7-8. 30 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, cet. V, 13-15 dan Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 81-82.

Page 39: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

26

b. Pendidik

Pendidik adalah setiap orang baik laki-laki maupun perempuan

yang dengan sengaja memengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat

kemanusiaan lebih tinggi dalam arti orang yang lebih dewasa yang mampu

membawa peserta didik pada kedewasaan.31 Pendidik adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak.

Seseorang disebut pendidik karena adanya peranan dan tanggung jawab

dalam mendidik seorang anak.32

Setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik,

sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial, perbuatan

fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi anak didik

menuju pribadi dewasa susila.33 Pendidik haruslah orang yang lebih

dewasa karena tidak mungkin orang yang belum dewasa mampu

membawa orang lain pada kedewasaan.34 Pendidik itu dapat dibedakan

menjadi dua kategori, yakni pendidlik menurut kodrat, yaitu orang tua;

dan pendidik menurut jabatan, yaitu guru.35

c. Peserta Didik

Abdul Kadir menyebutkan, peserta didik ialah anggota masyarakat

baik laki-laki maupun perempuan yang berusaha mengembangkan diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis

pendidikan tertentu.36 Peserta didik dalam penegertian umum adalah setiap

orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang

yang menjalankan kegiatan pendidikan.37

31 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 76.

32 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, 10.

33 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 17. 34 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, 72. 35 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 8.

36 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 75.

37

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 23.

Page 40: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

27

Sebutan anak didik tidak terlepas kaitannya dengan sifat

ketergantungan seorang anak terhadap pendidik tertentu. Seorang anak

disebut anak didik apabila ia menjadi tanggung jawab pendidik tertentu.38

d. Isi/Materi Pendidikan

Materi pendidikan ialah segala sesuatu yang oleh pendidik

langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan.39 Kesesuaian antara materi pendidikan dengan tujuan

pendidikan merupakan syarat utama dalam pemilihan materi pendidikan.

Hal itu, demi tercapainya tujuan dari pendidikan.40

e. Metode Pendidikan

Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan.41 Untuk menentukan apakah sebuah metode dapat

disebut baik diperlukan patokan (kriterium) yang bersumber pada

beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan

dicapai.

f. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah tempat yang melingkupi terjadinya

proses pendidikan. 42 Lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini

yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan

dan perkembangan atau life processes.43 Secara umum fungsi lingkungan

pendidikan adalah membantu anak didik berintraksi dengan lingkungan

38 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, 15.

39

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 9.

40 Madyo Ekosusilo dan RB. Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan, 44.

41

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 10. 42 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 77; Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, 75. 43 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, 72.

Page 41: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

28

sekitarnya.44 Lingkungan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 45

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama,

karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan

bimbingan. Disebut pula sebagai lingkungan utama, karena sebagian besar

kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga ini

sangat penting karena memberikan pengalaman pertama dalam mengenal

hidup dan yang menjadi faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

Lingkungan pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang diperoleh di

sekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas

dan ketat. Lingkungan ini dinilai sebagai bagian dan sekaligus lanjutan

dari pendidikan dalam keluarga. Sedangkan lingkungan masyarakat adalah

lingkungan ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan

yang dimulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari

asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan sekolah. 46

Menurut Sartain, lingkungan terbagi menjadi tiga, yaitu

lingkungan alam atau luar, lingkungan dalam dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam atau luar adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia

ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuhan, air, hewan dan iklim.

Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang telah termasuk ke dalam

diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fidik kita. Lingkungan

sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.47

C. Metode Pendidikan

Secara bahasa, istilah metode sering diartikan “cara”. Kata

“metode” berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti 44 Tatang S, Ilmu Pendidikan, 154. 45 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 77; Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, 75; Tatang S, Ilmu Pendidikan, 153. 46 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 38-55. 47 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, 72-73.

Page 42: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

29

melalui, dan hodos berarti jalan atau cara. Berdasarkan hal ini, metode

diartikan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.48

Nenurut A. Tafsir, istilah metode jika dipahami dari asal kata

method (bahasa inggris) yang sama-sama diterjemahkan dengan cara

seperti istilah way, mempunyai pengertian yang lebih khusus

dibandingkan way, yakni “cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan

sesuatu”. 49 Dengan demikian, bisa dipahami bahwa metode pendidikan

adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.

Pada prinsipnya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan

kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan pertimbangan objek

sasaran tersebut. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli,

sebagaimana dijumpai dalam buku-buku kependidikan. Itu semua

merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan

perkembangan jiwa anak dalam menerima pelajaran.50

Beberapa metode yang tercatat dalam buku-buku pendidikan

diantaranya, netode ceramah, netode tanya jawab, metode diskusi, metode

demonstrasi, metode eksperimen, metode latihan, metode resitasi, metode

karya wisata, metode belajar kelompok, dan metode sosiodrama.51

Metode pendidikan Islam yang bersumber pada al-Qur`an dan al-

Hadits dan sudah digunakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam mendidik

para sahabatnya sangat banyak. Para ahli pendidikan Islam juga banyak

menyebutkan metode-metode pendidikan yang dapat digunakan. Misalnya

sebagaimana disebutkan oleh Heri Gunawan dengan mengacu pada

48 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, 72-73.

49

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, 9.

50 Heri Gunawan, Pendidikan Islam, 257-258.

51

Madyo Ekosusilo dan RB. Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan, 46-49.

Page 43: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

30

pendapat al-Nahlawi, bahwa pendidikan Islam dapat menggunakan

sebagai berikut;52

1. Metode Percakapan

Metode percakapan atau dialog yang dalam bahasa Arab dikenal dengan

istilah hiwar ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih

melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan

kepada satu tujuan yang dikehendaki.

2. Metode Kisah

Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan mempunyai

daya tarik yang menyentuh perasaan hati seseorang. 3. Metode

Perumpamaan

Dalam mendidik manusia, Allah banyak menggunakan

perumpamaan (amtsal). Metode perumpamaan ini juga baik digunakan

oleh para guru dalam mengajari peserta didiknya, terutama dalam

menanamkan karakter kepada mereka.

4. Metode Keteladanan

Dalam penanaman nilai-nilai keislaman kepada peserta didik,

keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena

pada umumnya seseorang cenderung meneladani (meniru) pendidiknya.

5. Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang biasa dilakukan secara berulang-

ulang, agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan

(habituation) ini berintikan pengalaman. Karena yang dibiasakan itu ialah

sesuatu yang diamalkan.

6. Metode Nasihat

Menurut Abdul Hamid ash-Shaid al-Jindani, metode ini termasuk

metode yang banyak memberikan pengaruh dalam mengarahkan manusia.

52 Heri Gunawan, Pendidikan Islam, 260-290.

Page 44: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

31

Metode nasihat sangat memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia, terlebih

apabila nasihat itu keluar dari seseorang yang dicintainya.

7. Metode Peringatan

Metode ini merupakan penyempurnaan dari metode mau’idzhah.

Dalam metode peringatan ini terdapat aktivitas yang sangat jelas dalam

mengarahkan pendidikan, dan memiliki pengaruh terhadap jiwa jika

dilakukan dalam waktu yang tepat dan kondisi yang tepat pula, terlebih

jika dilakukan dengan cara yang tepat.

8. Metode Janji dan Ancaman

Metode janji (targhib) yang dimaksud ialah janji terhadap

kesengangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukan. Ancaman

(tarhib) ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Keduanya bertujuan

agar orang mematuhi aturan Allah. Akan tetapi keduanya mempunyai titik

tekan yang berbeda. Janji (targhib) agar melakukan kebaikan yang

diperintahkan Allah, sedang ancaman (tarhib) agar menjauhi perbuatan

jelek yng dilarang oleh Allah.

9. Metode Praktik

Metode praktik dianggap sebagai metode pendidikan yang paling

penting, karena belajar dan pengalaman keduanya menghendaki metode

secara langsung (praktik). Metode ini adalah salah satu metode yang

interaktif, karena proses pendidikan dengan berbagai aspeknya yang

bervariatif tidak sempurna dengan hanya menggunakan metode ceramah,

hafalan atau hanya dengan nasihat. Akan tetapi membutuhkan praktik

pengamalan secara langsung sesuai dengan dasar pemahaman dan

pengetahuannya.

10. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran melalui

penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok

Page 45: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

32

orang. Metode ceramah termasuk metode pembelajaran yang sangat

klasik. Akan tetapi walau termasuk dalam kategori metode klasik (lama),

sampai saat ini metode ceramah masih sering digunakan oleh para guru

kepada murid-muridnya, juga orangtua kepada anaknya.

11. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan

seorang anak pada suatu permasalahan. Metode ini mendapatkan perhatian

yang lebih khusus, karena dengan metode diskusi dapat merangsang daya

berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri. Oleh karena itu, tujuan

utama metode diskusi adalah selain untuk memecahkan suatu

permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami

pengetahuan, juga untuk melatih anak berpikir kritis terhadap

permasalahan yang ada, dengan berlatih mengemukakan pendapatnya

sendiri.

12. Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan metode pembelajaran menggunakan

peragaan yang berguna untuk memperjelas suatu pengertian atau konsep-

konsep, atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada

siswa.

13. Metode Simulasi

Sebagai metode mengajar, simulasi berarti cara penyajian

pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami

tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

14. Metode Proyek

Metode proyek juga disebut dengan metode unit. Pelaksanaan

metode ini, yaitu siswa disuguhi berbagai macam masalah yang kemudian

mereka bersama-sama menghadapinya dengan mengikuti langkah-langkah

tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis.

Page 46: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

33

Lebih banyak lagi, M. Thalib menyebutkan ada 30 metode islami

yang kemudian diberi nama metode 30 T. Metode-metode tersebut, yakni

ta’lîm (memberitahukan sesuatu yang belum diketahui), tabyîn (memberi

penjelasan lebih jauh setelah diminta penjelasan), tafshîl (memberi

keterangan detail mengenai suatu masalah), tafhîm (memberi pengertian

tentang suatu masalah), tarjîẖ (cara memilih suatu masalah dari beberapa

masalah dengan memperhitungkan maslahat), taqrîb (melakukan

pendekatan), taẖkîm (menjadi penengah antara dua orang yang

bersengketa), ta`syîr (menyampaikan sesuatu dengan isyarat), taqrîr

(memberi pengakuan atau persetujuan), talwîh (menyampaikan dengan

simbol atau kiyasan), tarwîh (memberi penyegaran fisik dan mental),

taqshîr (mengurangi beban sehingga tugas menjadi ringan), tabsyîr

(menggembirakan agar tugas dilaksanakan dengan senang), tamtii

(memberi tambahan selain dari yang diperoleh seperti memberi pujian),

takfîz (memberi penghargaan atas prestasi), targhîb (memotifasi untuk

cinta pada kebaikan), ta`tsîr (menggugah rasa kepedulian sosial), tahrîdl

(membangkitkan semangat menghadapi rintangan), tahdîdl (mengajak

melakukan perbuatan baik bagi orang yang tidak peduli padahal dia

mampu melaksanakan), tadârus (belajar sesuatu secara bersama-sama),

tazwîd (memberikan bekal moril atau materil untuk masa depan), tajrîb

(mengadakan masa percobaan untuk mengetahui kemampuan yang

dimiliki), tandzîr (memperingatkan risiko yang akan dihadapi), taubikh

(mencerca kejahatan agar mengetahui kebenaran yang harus diikuti),

tahrîm (melarang melakukan sesuatu yang diharamkan), tahjîr

(menjauhkan diri dari orang yang tidak bisa diperingati), tabdîl

(mengganti yang lebih baik), tarhîb (mengancam dengan kekerasan),

taghrîb (mengasingkan dari rumah), ta’dzîb (memberi hukuman fisik).53

53 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, 351-352.

Page 47: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

34

D. Fungsi Pendidikan

Sebagai sebuah aktifitas, pendidikan tidak lepas dari fungsi dan

tujuan. Fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan kemampuan,

dan membentukwatak, kepribadian, serta peradaban yang bermartabat

dalam hidup dan kehidupan.54

Fungsi pendidikan menurut Fuad Ihsan55, dapat dibagi menjadi

dua, yaitu fungsi secara mikro (sempit) dan makro (luas). Fungsi secara

mikro ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani

peserta didik. Sedangkan fungsi pendidikan secara makro ialah sebagai

alat:

a. Pengembangan pribadi;

b. Pengembangan warga negara;

c. Pengembangan kebudayaan;

d. Pengembangan bangsa.

54 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, 81. 55 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, 11.

Page 48: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

35

BAB III

MENGENAL AL-SYA’RAWI DAN TAFSIRNYA

A. Biografi al-Sya’râwî

Al-Sya‟râwî adalah salah seorang ulama fenomenal yang hidup di

abad 12. Dia dianggap sebagai manusia al-Qur‟ân1 dan imam para dai

(Imâm al-Du‟ât) dengan kemampuannya membuka tabir rahasia-rahasia

kemukjizatan al-Qur‟an.2 Ulama yang juga dianggap sebagai mujaddid3

(pembaharu) ini memiliki nama lengkap Muẖammad bin al-Sayyid

Mutawallî al-Sya‟râwî al-Husainî secara nasab. Ibunya bernama Habibah

yang nasab dari ayahnya sampai pada Imam Husain bin „Alî.4 Lahir pada

1 Dikutip dari www.al-qaradawi.net yang diakses pada 25 Januari 2020, pukul 20:12. 2 Begitulah komentar Muhammad „Imârah, pemikir muslim dan juga termasuk dari anggota Dewan Ulama Senior al-Azhar. Dikutip dari www.raialyoum.com (رأي اليوم) yang diakses pada 23 Januari 2020, pukul 14:40 WIB. Selain Muhammad „Imârah, Syaikh Azhar, Muhammad Sayyid Tantâwî saat memberi pengantar pada buku yang disusun oleh Muhammad Zâyad tentang riwayat hidup al-Sya‟râwî juga mengatakan bahwa dia adalah imam para dai. Lihat: Muhammad Zâyad, al-Râwî Huwa al-Sya‟râwî:

Mudzakkarât Imâm al-Du‟ât, cet. III (Kairo: Dâr al-Syurȗq, 1998), 9. 3 Ibrahîm Hasan al-Asyqar, Da‟ȗnî wa rabbî: al-Ayyâm al-Akhîrah fî Hayât al-

Syaikh (Kairo: Dâr al-Raudlah, t.th), 3. Lihat juga: Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî; ter. Abu Abdillah Almansur, Menjawab Keraguan Musuh-musuh Islam, cet. V(Jakarta: Gema Insani Press, 1993), 13. 4 „Utsmân Ahmad „Abdurrahîm al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-

Sya‟râwî wa Manhajuh fî al-Tafsîr (Kairo: Dâr al-Salâm, 2013), 17.

Page 49: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

36

tanggal 155 April 1911 M di desa Daqâdȗs. Daqâdȗs merupakan bagian

dari kota Mit Ghamr yang berada di kegubernuran Daqahliyah, Mesir.6

Sebagaimana dikisahkan oleh al-Sya‟râwî, pada malam

kelahirannya, ayahnya yang biasa salat di masjid Sidî al-Anshârî terlambat

hadir. Para jamaah pun duduk menunggunnya. Setelah datang, Kakeknya

(paman ayahnya dari jalur ibu) menanyakan perihal keterlambatan yang

tidak biasanya. Ia menjawab bahwa sebelum fajar istrinya melahirkan.

Para jamaah mendoakan keberkahan bagi ayah al-Sya‟râwî. Kakeknya

kemudian menceritakan mimpinya bahwa dia melihat anak yang baru lahir

itu dengan bentuk ayam muda berpidato di atas mimbar Masjid Sidî al-

Anshârî ini. Dia berpidato di hadapan manusia. Mendengar cerita mimpi

tersebut para jamaah masjid terkagum-kagum, berkata “di atas mimbar

berpidato”. Salah seorang jamaah yang sudah diketahui keadaannya

kemudia berkomentar bahwa asal ayam muda yang fasih keluar dari telur

dengan berteriak. Para jamaah tertawa mendengar komentar itu. Kakek al-

Sya‟râwî menimpali lagi dengan berkata, “itu bukan ayam muda yang

keluar dari telur dengan berteriak. Itu adalah anak Mutawallî al-

Sya‟râwî”.7

5 Beberapa refrensi mencatat bahwa al-Sya‟râwî lahir pada tanggal 16 April 1911 M. Lihat: Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 17 dan Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 143. Setelah ditelusuri pada refrensi yang digunakan kedua buku ini yaitu, al-Sya‟râwî alladzî Lâ Na‟rifuhu dan al-Masȗ‟ah

al-Qaumiyyah lis-Syakhshiyyât al-Mishriyyah al-Bârizah ditemukan penjelasan bahwa al-Sya‟râwî dilahirkan pada tanggal 15 April 1911 M. Lihat: Sa‟îd Abȗ al-„Ainain, al-

Sya‟râwî alladzî Lâ Na‟rifuhu, cet. IV (Kairo: Dâr Akhbâr al-Yaum, 1995), 12 dan Tim Penulis, al-Masȗ‟ah al-Qaumiyyah lis-Syakhshiyyât al-Mishriyyah al-Bârizah, juz 2, bagian mîm (م) yang diakses dari www.sources.marefa.org pada 23 Januari 2020, pukul 23:17 WIB. 6 Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, Tafsîr wa Khawâtir al-Imâm, juz 1 (Mesir: Dâr al-Islâm, 2010), 8; Abȗ al-„Ainain, al-Sya‟râwî al-ladzî Lâ Na‟rifuhu, cet. V, 12; Mahmȗd Fauzî, Al-Syaikh al-Sya‟râwî wa Qadhâyâ Islâmiyyah Hâirah Tubhatsu „an

Hulȗl, cet. II (Dâr al-Nasyr Hâtiyaih), 7. 7 Abȗ al-„Ainain, al-Sya‟râwî al-ladzî Lâ Na‟rifuhu, 5-6 dan 17-18.

Page 50: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

37

B. Keluarga al-Sya’râwî

Al-Sya‟râwî dilahirkan di keluarga yang sederhana, tidak kaya dan

tidak juga miskin. Nasabnya pun sampai pada Ahli Bait Nabi. Ayahnya

adalah laki-laki yang saleh, sangat peduli terhadap perkembangan anaknya

dengan perkembangan yang islami. Ia tidak menginginkan apapun kecuali

anaknya menjadi orang yang bermanfaat di dunia dan akhirat.8 Ayahnya

pun menghormati, percaya dan memasrahkan secara penuh al-Sya‟râwî

pada gurunya. Sebagaimana diceritakan oleh al-Sya‟râwî, ayahnya pernah

berkata pada gurnya “pukul dan patahkan tulang rusuknya bila dia

melalaikan sesuatu”. Perkataan ini merupakan perkataan yang diucapkan

ayahnya saat al-Sya‟râwi dan ayahnya mendatangi kuttâb pertama

kalinya.9 Ini menunjukkan bahwa ayahnya adalah orang yang sangat

menghormati guru.

Dikisahkan pula, bahwa ayahnya selalu mengerjakan salat dengan

tepat waktu, selalu menghadiri pengajian-pengajian, mendengarkan

ceramah-ceramah para ulama dan memulai mengucapkan salam saat

berjumpa dengan orang lain.10

C. Desa Kelahiran al- Sya’râwî

Daqâdȗs berjarak beberapa meter dari kota Mit Gamr. Sebelum

menjadi luas, Daqâdȗs terdiri dari empat kampung. Adalah kampung al-

Bâz yang diambil dari nama seorang syaikh tasawwuf; kampung Masjid

Agung adalah kampung yang dinisbatkan pada masjid terbesar di

8 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 20-21. 9 Riwayat ini adalah riwayat yang ada dalam buku Abȗ al-„Ainain. Abȗ al-„Ainain, al-Sya‟râwî alladzî Lâ Na‟rifuhu, cet. V, 14. Riwayat yang ada dalam buku Zayâd redaksinya berbeda. Sedikit, “patahkan tulang rusuknya, saya yang akan mengobati”. Muhammad Zâyad, al-Râwî Huwa al-Sya‟râwî, cet. III, 35. 10 Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir al-Sya‟râwî: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode dan Ittijâh” (Disertasi., Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), 37-38.

Page 51: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

38

Daqâdȗs; kampung Abȗ Bakr al-Suthȗhî yaitu penisbatan pada masjid

yang terdapat kuburan Abȗ Bakr al-Suthȗhî; dan terakhir kampung syaikh

„Abdullah al-Anshârî. Di kampung inilah al-Sya‟râwî dilahirkan.11

Daqâdȗs merupakan desa yang penuh dengan perayaan-perayaan

keagamaan seperti Maulid Nabi (kelahiran), Isra‟ Mi‟raj, Pesta Besar (al-

„îd al-kabîr), Pesta Kecil (al-„îd al-saghîr) atau fatrah al-haj. Desa

Daqadus memiliki lima guru tariqah, yaitu dari tariqah Sidî Abȗ Khalîl,

tariqah Abȗ al-Hasan al-Syadzilî, tariqah Sidî Ahmad al-Rifa‟î, tariqah

Sidî „Abd al-Qâdir, tariqah Sidî Ahmad al-Badawî. Setiap syaikh tariqah

tersebut diundang oleh para santrinya (murîd) setiap ada perayaan-

perayaan keagamaan atau di beberapa perayaan keagamaan. Setiap syaikh

datang dirayakan dan semua masjid makmur. Beragam kebaikan tampak.

Setiap rumah berbagi nampan makanan. Setiap syaikh ini bisa tinggal di

desa dalam jangka waktu 10 hari. Ini menunjukkan bahwa setiap bulan

dalam setahun tidak sepi dari perayaan-perayaan yang menampakkan

syiar-syiar agama. Selain itu, para syaikh juga membagikan dalâil al-

khairât yang dibaca dan dihafalkan oleh para penduduk desa.12 Suasana

desa sangat mendudung tumbuhnya semangat keagamaan para

penduduknya termasuk al-Sya‟râwî kecil.

Dalam kesehariannya, al-Sya‟râwî banyak bergaul dengan orang-

orang tua yang sebaya dengan ayah dan kakeknya, tidak banyak bergaul

dengan yang sebaya atau yang lebih muda dengannya. Lingkungan

pergaulannya itu memberi andil sangat besar dalam membentuk jiwa dan

kepribadiannya.13

Pemikiran-pemikiran al-Sya‟râwî banyak dipicu oleh pengalaman-

pengalaman hidupnya mulai sejak kecil. Ia mengatakan bahwa kejadian-

11 Abȗ al-„Ainain, al-Sya‟râwî alladzî Lâ Na‟rifuhu, cet. V, 6-12. 12 Abȗ al-„Ainain, al-Sya‟râwî alladzî Lâ Na‟rifuhu, 15. 13 Badruzzaman M. Yunus, “Tafsir al-Sya‟râwî,” 38.

Page 52: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

39

kejadian dalam hidup manusia bila diinventarisir dan disesuaikan maka

akan berkembang di hari esok dan akan muncul makna-makna baik dari

kejadian-kejadian tersebut.14 Salah satu bentuknya, sebagai contoh, adalah

dalam memahami kemukjizatan al-Qur‟an yang cara pewahyuannya

dengan cara pendengaran bukan tertulis. Ini berasal dari pengalamannya

saat menghafal al-Qur‟an waktu kecil yang akhirnya ia dihukum karena

salah mengucapkan.15

Lingkungan alam di kampung halamannya telah membukakan

matanya; sehingga ketika memandang keindahan alam sekitarnya, maka ia

teringat kepada Allah. Alam sekitar baginya merupakan kitab yang

terbuka. Maka lingkungan kampung halamannya yang indah itu

dihayatinya sedemikian rupa sehingga menyita banyak perhatiannya dan

menjadi penanggkal baginya dari kenakalan remaja.16

D. Pendidikan dan Karirnya

Pada masa kelahiran al-Sya‟râwî ada empat kuttâb17 di desanya,

yaitu kuttâb syaikh Ahmad, kuttâb syaikh Mushthafâ al-„Ȃlim, kuttâb

syaikh „Abdul Lathîf dan kuttâb syaikh „Abdul Majîd Bâsyâ. Di kuttâb

syaikh „Abdul Majîd Bâsyâ18 inilah al-Sya‟râwî belajar membaca, menulis

dan menghafal al-Qur‟an. Dalam satu kuttâb ada pengawas (al-„arîf) dan

seorang syaikh. Fungsi pengawas mengajari menulis dan menghafal.

14 Muhammad Zâyad, al-Râwî Huwa al-Sya‟râwî, 29. 15 Muhammad Zâyad, al-Râwî Huwa al-Sya‟râwî, 31. 16 Abȗ al-„Ainain, Al-Sya‟râwî Alladzî lâ Na‟rifuh, 15. 17 Kuttâb sudah ada sebelum Islam datang. Akan tetapi, keberadaannya tidak terlalu tersebar. Setelah Islam datang, kuttâb menjadi tempat resmi belajar. Lihat: „Abdullah „Abduddâim, al-Tarbiyyah „Abra al-Târîkh, cet. II (Beirȗt: Dâr al-„Ilm Lilmalâyîn, 1984), 146. 18 Dalam buku al-Râwî Huwa al-Sya‟râwî disebutkan bahwa, guru al-Sya‟râwî adalah Syaikh „Abdur Rahmân.

Page 53: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

40

Sedangkan fungsi syaikh adalah menghafal dan membenarkan bacaan

hafalannya. Dia pun hafal al-Qur‟an saat berumur 1019 tahun.20

Al-Sya‟râwî sangat menyenangi sastra, khususnya sya‟ir. Ia

menulis sya‟ir sejak menjadi siswa di Ma‟had Zaqâzîq al-Dînî dan sya‟ir-

sya‟ir didominasi dimensi keagamaan sesuai dengan latar belakang

pendidikannya di al-Azhar.21 Ia mulai membuat syi‟ir sekitar tahun 1928.

Sya‟ir-sya‟irnya bermacam-macam, baik berbau politik, agama maupun

kemasyarakatan. Di antara qasidahnya yang indah adalah qasidah Isra‟

Mi‟raj.22

Al-Sya‟râwî adalah seorang yang cerdas. Kecerdasannya telah

memaksanya untuk masuk ke Fakultas Bahasa Arab. Al-Sya‟râwî

mengatakan bahwa ketika lulus dari Ma‟had Tsanawi al-Azhar, nilainya

sangat tinggi dan ia bermaksud untuk melanjutkan kuliahnya di Fakultas

Ushuluddin atau Fakultas Syari‟ah Universitas al-Azhar di Kairo, karena

di dua Fakultas tersebut erat kaitannya dengan ilmu-ilmu keislaman

menurut istilah orang-orang al-Azhar, tetapi panitia penerimaan

mahasiswa baru mengetahui bahwa jumlah nilainya sangat tinggi

kemudian mereka mendaftarkannya ke Fakultas Bahasa Arab.

Inilah sebab masuknya al-Sya‟râwî ke Fakultas Bahasa Arab.

Selama di fakultas tersebut ia tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu Bahasa

Arab tetapi juga mempelajari ilmu-ilmu lainnya seperti Tafsir, Hadis, Fiqh

dan sebagainya. Ini sama halnya dengan Fakultas Ushuluddin dan Fakultas

Syari‟ah yang mempelajari Bahasa Arab untuk kepentingan ilmu-ilmu

19 Menurut riwayat Ibrahîm Hasan al-Asyqar, al-Sya‟râwî menghatamkan hafalan al-Qur‟annya saat berumur sebelas tahun. Ibrahîm Hasan al-Asyqar, Da‟ȗnî wa

rabbî., 9. 20 Mahmȗd Fauzî, Al-Syaikh al-Sya‟râwî wa Qadâyâ Islâmiyyah, 11; Abȗ al-„Ainain, al-Sya‟râwî Alladzî Lâ Na‟rifuhu , cet. V, 14. 21 Ahmad Umar Hasyim, al-Imam al-Sya‟râwî Mufassiran wa Dâ‟iyah (Kairo: Akhbâr al-Yaum, 1998), 24. 22 Mahmȗd Fauzî, Al-Syaikh al-Sya‟râwî wa Qadâyâ Islâmiyyah, 12-13.

Page 54: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

41

keislaman. Jadi ilmu-ilmu yang dipelajari di al-Azhar sebenarnya saling

berkaitan satu sama lainnya.23

Al-Sya‟râwî merupakan azharî yang terdidik diantara koridor-

koridor Al-Azhar dan meminum dari sumbernya yang murni. Mulai dari

lembaga Al-Zaqâzîq, melewati kelulusannya dari Fakultas Bahasa Arab

dan akhirnya memegang jabatan di Kementrian Wakaf dan Urusan Al-

Azhar. Semua itu memiliki pengaruh dan keutamaan yang besar atas

terbentuknya kepribadian keilmiahan al-Sya‟râwî serta melukiskan

kerangka pengetahuan budayanya. Demikian itu, karena orang-orang yang

terkait dengan Al-Azhar dan para alumninya menerima ilmu yang

mencetak ulama dengan alat-alat ilmiah yang memungkinkan mereka

samapai pada level tersebut, yaitu pengetahuan tentang dasar dan aturan

(kaidah) prinsip-prinsip agama. Al-Sya‟râwî unggul dalam bidang

keilmuan bahasa, sastranya dan cabang-cabangnya. Ia juga menguasai

ilmu mantiq, kalam dan dekat dengan madzhab Hanafi.24

Di Kairo, ia ditunjuk sebagai direktur kantor syeikh Al-Azhar

yaitu, syeikh Hasan Ma`mȗn. Kemudian al- Sya‟râwî melakukan

perjalanan ke Aljazair sebagai kepala misi Al-Azhar di sana. Ia tinggal di

sana selama sekitar tujuh tahun yang ia habiskan waktunya untuk

mengajar. Sementara di Aljazair kemunduran terjadi pada 1967 saat al-

Sya‟râwî berada di sana. Al-Sya‟râwî bersujud syukur berkat kekalahan

militer paling keras yang diderita Mesir dan membenarkan hal itu “dalam

huruf ta” pada acara dari alif sampai ya dengan mengatakan “Mesir tidak

menang ketika berada di tangan komunisme, sehingga orang Mesir tidak

terpesona pada agama mereka.”. Ketika al-Sya‟râwî kembali lagi ke Kairo

dan ditunjuk sebagai direktur Endowment untuk provinsi al-Gharbiyah

23 Abȗ al-„Ainain, Al-Sya‟râwî Alladzî lâ Na‟rifuh, 28-29. 24 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 21.

Page 55: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

42

satu periode, kemudian sebagai agen dakwah dan pemikiran, kemudian

menjadi agen untuk Al-Azhar dan kembali lagi ke Arab Saudi yang kedua

kalinya, dimana ia mengajar di Universitas King Abdul Aziz.25

Pada bulan November 1976, al-Sayyid Mamdȗh Sâlim, Perdana

Menteri saat itu memilih anggota kementerian. Ia menugaskan departemen

wakaf dan urusan Al-Azhar ke al-Sya‟râwî. Al-Sya‟râwî memegang

jabatan itu hingga Oktober tahun 1978. Ia merupakan orang pertama yang

mengeluarkan keputusan menteri untuk mendirikan bank Islam di Mesir

yaitu Bank Faishol yang sebenarnya ini merupakan kewenangan Menteri

Ekonomi dan Keuangan. Menteri Ekonomi dan Keuangan, Hâmid al-

Sâyih pada periode itu menyerahkannya kepada al-Sya‟râwî dan

disepakati oleh Majlis Rakyat. Pada tahun 1987 al-Sya‟râwî dipilih

sebagai anggota Akademi Bahasa Arab (Akademi al-Khâlidîn).26 Banyak

lagi pengalaman-pengalaman karir al-Sya‟râwî lainnya yang termaktub

dalam buku-buku biografi tentang al-Sya‟râwî.

E. Akhir Hayat Al-Sya’râwî

Dikisahkan, Kerajaan Saudi pernah menawarkan tanah pekuburan

di Bâqi‟ kepada al-Sya‟râwî. Tawaran itu diberikan kepada al-Sya‟râwî

karena Kerajaan Saudi menganggap ia seorang ulama Mesir yang

memberikan banyak jasanya bagi studi Islam di Arab Saudi. Namun,

karena kecintaannya kepada kampung halaman, ia memilih jasadnya

bersemayam di Daqâdȗs, Mesir. Al-Sya‟râwî mengatakan, “Seandainya

setiap orang merasa bertanggung jawab pada kampung tempat 25 Mahmȗd Fauzî, Al-Syaikh al-Sya‟râwî wa Qadâyâ Islâmiyyah,12-13. Lihat pula; “Nubdzah „an al-Syaikh al-Sya‟râwî” dikutip dari www.kutub-pdf.net/amp/author pada 06/23/2020 pkl 12.58. lihat pula “Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî” dikutip dari https://ar.m.wikipedia.org/wiki pada 06/23/2020 pkl 13.03. 26 “Nubdzah „an al-Syaikh al-Sya‟râwî” dikutip dari www.kutub-pdf.net/amp/author pada 06/23/2020 pkl 12.58. Lihat pula “Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî” dikutip dari https://ar.m.wikipedia.org/wiki pada 06/23/2020 pkl 13.03.

Page 56: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

43

kelahirannya, niscaya tempat itu lebih baik daripada tempat-tempat besar

di seluruh dunia. Aku ingin tanah tempat kelahiranku ini yang menimbun

jasadku nanti.”.

Al-Sya‟râwî wafat dalam usia 87 tahun, di hari Rabu tanggal 22

Safar 1419 H yang dalam kalender Masehi bertepatan dengan tanggal 17

Juni 1998. Jenazahnya dimakamkan di tempat kelahirannya, tempat yang

sangat ia cinta, yaitu Daqâdȗs.27

F. Karya-Karya al-Sya’râwî

Al-Sya‟râwî tidak menulis buku dengan tangannya sendiri. Ada

dua alasan yang menjadi penyebab, yaitu28 pertama, keinginannya agar

penjelasannya sampai dan meluas hingga menyentuh lapisan mayoritas

manusia. Maka ia memilih melontarkan bukan menulis yang cakupannya

tidak lebih luas dan lebih sempit dari pendengaran. Ia berkata “kisah

penulisan itu bagi saya sulit... kenapa? Karena menulis berarti menulis

bagi orang yang membaca, tetapi ketika saya berbicara, maka saya

berbicara pada orang yang mendengar. Mendengar adalah cara berbicara

paling umum, tetapi jika saya berusaha menulis saya bisa menulis”.

Kedua, berbicara dan menyampaikan lebih gampang dan mudah

dibanding dengan menulis. Mengarang berbeda dengan berbicara. Menulis

biasanya tidak dengan gaya redaksi yang mudah dan sederhana. Apa yang

ingin ditulis harus dicerna aspek-aspeknya juga diketahui dimensi-

dimensinya. Ini dilakukan agar maksud dan maknanya jelas. Al-Sya‟râwî

tahu tentang perbedaan ini. Ia berkata, “Bila menulis saya capek, karena

saya akan berusaha menjadikannya bukan hanya berisi perkataan umum”

27 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 39. 28 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 35-36.

Page 57: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

44

Oleh karenanya, semua buku yang dinisbatkan pada al-Sya‟râwî

bukanlah karyanya. Buku-buku tersebut dicetak dengan cara

menyimpulkan perkataan-perkataannya setelah pengumpulan dari salinan

ceramah, pengajaran dan dialognya.

Karya-karya yang dinisbatkan kepada al-Sya‟râwî di antaranya:29

1. Al-Mukhtâr min Tafsîr al-Karîm (3 jilid)

2. Mu‟jizah al-Qur‟ân al-Karîm

3. Al-Qur‟ân al-Karîm: Mu‟jizatan wa Manhajan

4. Al-Isrâ‟ wa al-Mi‟râj

5. Al-Qashash al-Qur‟ânî fî Surah al-Kahf

6. al-Mar‟âh fî al-Qur‟ân al-Karîm

7. Al-Ghaib

8. Mu‟jizât al-Rasȗl

9. Al-Halâl wa al-Harâm

10. Al-Hajj al-Mabrȗr

11. Khawâthir Syaikh Haula „Umrân al-Mujtama‟

12. Al-Sihr wa al-Hasad

13. Al-Syaithân wa al-Insân

14. Ayat Kursî

15. Surat al-Kahfi

14. Al-Du‟â` al-Mustajâbah

15. Al-Asma‟ al-Husnâ

16. Al-Hayâh wa al-Maut 29 Muhammad „Alî Iyâzî, al-Mufassirȗn Hayâtuhum wa Manhajuhum (Teherân: Wizârah al-Tsaqâfah wa al-Irsyâd al-Islâmî, 1212 H), 268-269; Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari Masa Klasik sampai

Masa Kontemporer cet. I (Depok: Lingkar Studi Al-Qur‟an, 2013), 219; Mohammad Thohir Salam, “Al-I‟jāz Al-Ghaibi dalam Perspektif Al-Sya‟rāwî dalam Kisah Tenggelamnya Fir‟aun dan Kekalahan Romawi” (Skripsi., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), 45; Siti Umi, “Urgensi Kesaksian (Al-Shahadah) Perspektif Mutawallî al-Sya‟râwî: Analisis Kesaksian dalam Wasiat, Utang-piutang dan Perzinaan.” (Skripsi., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), 27-28.

Page 58: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

45

17. Muhammad Rasȗlullâh

18. Al-Nubuwwât al-Syaikh al-Sya‟râwî

19. Al-Jihâd al-Islâmî, Sirah al-Nabawiyyah

20. Al-Hijrah al-Nabawiyyah

21. Al-Fatwâ al-Kubrâ

22. Al-Qadâ‟ wa al-Qadr

23. I‟jâz Bayânî wa I‟jâz „Ilmî fî al-Qur`ân

24. Allah wa al-Nafs al-Basyariyyah

25. Al-Masȗ‟ah al-Islâmiyah al-Atfâl

26. Majmȗ‟ât Muhadarah al-Sya‟râwî

27. Hâdzâ Huwa al-Islâm: Kitâb al-Hurriyyah roqm (1)

28. „Aqidah al-Muslim

29. Su`âl wa al-Jawâb fi al-Fiqh al-Islâmî

30. Ma‟rakah al-Tasyrîk fî al-Islâm

31. Kitâb al-Islâm wa al-Mar`ah Aqîdah wa al-Manhâj

32. Al-Salâh fî Arkân al-Islâm

33. Shifat al-Zauj al-Sâlih wa al-Zaujat al-Sâlihah30

Bahkan masih banyak karya lain yang dinisbatkan kepadanya

seperti Inkâr al-Syafâ‟ah dan lainnya.31

G. Karakteristik Tafsir al-Sya’râwî

Tafsir al-Sya‟râwî sebagaimana diketahui bukanlah hasil tulisan

tangannya. Tafsir tersebut merupakan karya khusus yang berisi tentang

pelajaran tafsir yang ia sampaikan di televisi. Tafsir ini satu-satunya karya

yang dinilai sah penisbatannya kepada al-Sya‟râwî. Al-Sya‟râwî 30 Buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Ibnu Barnawa dengan judul Suami Istri Berkarakter Surgawi, cet. VI (Jakarta Timur: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2012). 31 “Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî” dikutip dari https://ar.m.wikipedia.org/wiki pada 06/23/2020 pkl 13.03.

Page 59: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

46

mewakilkan kepada Muassasah Akhbâr al-Yaum untuk menulisnya

dengan catatan tidak boleh mencetak sesuatupun kecuali di bawah

pengawasan dan pertimbangan ulang darinya.32

Tafsir al-Sya‟râwî, sebelum menjadi karya tafsir, dimuat dalam

majalah al-Liwa al-Islami, mulai tahun 1986-1989 M. Setelah dicetak

menjadi sebuah karya tafsir, kitab tersebut diberi nama Khawâtir Haula

al-Qurân, bukan secara spesifik diberi nama kitab tafsir. Demikian itu

karena bagi al-Sya‟râwî ini bertujuan untuk menjelaskan pemahamannya

terhadap ayat-ayat al-Qur‟ân.33 Ini dapat dilihat dengan jelas di awal

pengantar yang ditulis al-Sya‟râwî;

خواطري حول القرءان الكريم لاتعني تفسيرا... وانما ىي ىبات صفائية .. “ ان القرءان من الممكن ان تخطر علي قلب مؤمن في اية او بضع ايات .. ولو

يفسر .. لكان رسول الله عليو وسلم اولى الناس بتفسيره ..... (Renungan-renunganku seputar al-Qur‟an tidak dimaksudkan tafsir

terhadap al-Qur‟an. Ia hanyalah pemberian-pemberian murni yang datang di hati orang mukmin dalam satu ayat atau beberapa ayat. Dan seandainya al-Qur‟an memungkinkan untuk ditafsirkan maka pastilah Rasulullah manusia pertama yang menafsirkannya .....) ”34

Ungkapan ini sekaligus menjelaskan apa yang dimaksud khawâtir oleh al-

Sya‟râwî. Khawâtir sejenis ini dinilai dekat dan termasuk dalam bagian

tafsir isyârî.35

Dengan adanya penegasan dalam pengantar di atas, „Alî Iyâzî

menilai bahwa al-Sya‟râwî tidak menganggapnya sebagai pemahaman

yang pasti benar. Tetapi, merupakan khawâtir yang mungkin benar dan

salah.36 Pendapat ini bisa dibenarkan bila dilihat dari tulisan tangan al-

32 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 38. 33 „Alî Iyâzî, al-Mufassirȗn Hayâtuhum, 269; Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-

Kitab Tafsir, 219-220. 34 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur‟ân, jil. 1 (Mesir: Akhbâr al-Yaum, t.t), 9. 35 Al-Qamîhî Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 49-55. 36 „Alî Iyâzî, al-Mufassirȗn Hayâtuhum wa Manhajuhum, 269.

Page 60: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

47

Sya‟râwî, sebanyak satu lembar, yang diletakkan sebelum pengantar

(madkhal) ada kalimat yang menegaskan bahwa karyanya tersebut

merupakan hasil jihad ijtihadinya ( جهادي ىذا حصاد عمري العلمي وحصيلة

Sedangkan ijtihad sendiri memiliki ruang kemungkinan salah 37.(الاجتهادي

dan benar.

Al-Qamîhî dengan pijakan dasar ungkapan al-Sya‟râwî dalam

pengantar tersebut di atas juga menyimpulkan bahwa, al-Sya‟râwî secara

mendasar ingin tafsirnya menjadi khawâtir yang bergantung pada

keseimbangan antara subyek yang hidup bersama al-Qur‟an, merasakan

manisnya, mentadabburi makna-maknanya dan al-Qur‟an itu sendiri.

Hasilnya, Allah membukakan baginya khawâtir, keimanan, isyarat secara

teks dan makna yang tidak bertentangan dengan nas, tidak mengeringkan

teks, tidak melampai makna yang benar. Bahkan al-Sya‟râwî sangat

menjaga agar khawâtir-nya tidak keluar dari naungan al-Qur‟an dan

hadis.38

Walaupun demikian, al-Qamîhî menilai bahwa dalam

kenyataannya al-Sya‟râwî tidak berhasil mewujudkan harapannya yang ia

tulis sendiri dalam pengantar tafsirnya. Hal itu karena tidak semua

merupakan khawâtir, pemberian murni, dan isyarat ruhaniyah.

Kemampuan bahasa, balaghah dan mantiq al-Sya‟râwî membuat

penafsirannya melebar keluar dari kerangka khawâtir sampai pada

kerangka ensiklopedi tafsir yang mencakup semua corak tafsir.39

Tafsir al-Sya‟râwî merupakan tafsir dengan metode tahlîlî. Tafsir

yang merupakan tafsir pertama yang disampaikan dengan lisan secara

37 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur‟ân, jil. 1, 7. 38 Al-Qamîhî Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 55. 39 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 56.

Page 61: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

48

sempurna ini40 ciri utamanya adalah sesuai tartib mushaf dan membahas

semua tema dan semua sisi/ aspek yang berkaitan dengan ayat, sehingga

banyak informasi yang dapat digali dari tafsir jenis ini.41 Akan tetapi,

tafsir al-Sya‟râwî ini berbeda dengan tafsir tahlîlî yang lain. Aspek yang

dibahas dalam tafsir ini semua diarahkan untuk menggali makna secara

mendalam. Misalnya pembahasan yang terkait dengan nahwu dan sarraf.

Ia tidak menganalisisnya hanya untuk kepentingan memberi tahu

kedudukan atau posisinya saja. Tapi ini ia lakukan untuk menunjukkan

makna mendalamnya atau menolak pemahaman yang keliru. Di antara

contoh tafsir tersebut bisa dilihat saat beliau membahas surah al-A‟raf ayat

56 dan al-Baqarah ayat 273.42

Kombinasi kedalaman dan kelugasan merupakan inti dari inovasi

dalam tafsir al-Sya‟râwî .43 Ini menjadi keistimewaan tafsir ini. Al-

Sya‟râwî sering menggunakan perumpamaan (matsal) dalam tafsirnya

untuk membuat pendengar mudah paham.44 Misalnya seperti saat

membahas surah Luqmân terkait hikmah yang bagi al-Sya‟râwî selalu

dipancarkan oleh Allah setiap saat.45 Penafsirannya dikenal memiliki

corak tarbawî (pendidikan) dan ishlâhî (perbaikan) yang mengandung

nasihat dan mendidik umat Islam untuk lebih menuju ke arah yang lebih

baik.46 Ada yang mengatakan pula bahwa tafsirnya menggunakan corak

40 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 315. 41 Eva F. Amrullah, “Dari Teks Ke Aksi: Merekomendasi Tafsir Tematik,” dari Hassan Hanafi “Hal Ladaynâ Nadzariyah al-Tafsîr?” dalam Hassan Hanafi, Qadâyâ al-Mu‟asarah fî Fikrinâ al-Mu‟âsir I, Jurnal STUDI AL-QUR‟AN, Vol. I, No. 1, Januari, 2016, 57-58. 42 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 91-103, Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur‟ân, jil. 1, 1178. 43 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 241. 44 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 243. 45 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur‟ân, jil. 19, 11610. 46 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 154-165. Lihat pula: Shohibul Abid dkk, Ulumul al-Qur`ân Profil Para Mufassir (Ciputat Timur: Pustaka Dunia, 2011), 46.

Page 62: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

49

adabî ijtimâ‟î.47 Ketika menafsirkan al-Qur`an ia berpegang pada dua

aspek, yaitu: pertama: komitmen kepada Islam yang dianggapnya sebagai

metode atau landasan memperbaiki kerusakan yang diderita umat Islam,

utamanya terkait pemikiran dan keyakinannya. Kedua: Modernisasi,

dimana Imam al-Sya‟râwî mengikuti perkembangan saat ini, sehingga

tafsirnya bisa dikatakan bercirikan modern.48

Sumber penafsiran al-Sya‟râwî menurut al-Qamîhî sulit dilacak.

Hal ini karena tafsirnya bukan tulisan tangan sendiri atau bukan karya

yang didektekan pada muridnya yang kemudian menyebutkan pendapat

dan buku-buku karya ulama, atau ia tunjukkan dalam pengantar bukunya

sebagaimana dilakukan kebanyakan mufassir yang menulis tafsir. Ia tidak

menyebutkan sumber-sumbernya karena kepentingannya adalah

menyampaikan makna bukan realisasi keilmiahan. Ia menyampaikan

tafsirnya secara lisan di stasiun televisi Mesir dengan hanya memegang

mushaf. Tetapi, dalam tafsir al-Sya‟râwî terdapat sumber-sumber

penafsiran yang dapat dilacak. Di antaranya adalah al-Qur‟an, hadis Nabi,

atsar, cerita terdahulu, kitab-kitab tafsir sumber kebahasaan dan balaghah,

dan sya‟ir.49

Al-Qur‟an digunakan untuk menafsirkan al-Qur‟an di dalam tafsir

al-Sya‟râwî sangat jelas adanya. Ia sering menafsirkan ayat dengan ayat

dan juga membandingkan antarayat. Sebagai contoh, yaitu saat

menafsirkan surah al-Fâtihah ayat 7 yang ditafsirkan dengan surah al-

Nisâ‟ ayat 69;50

47 Hikmatiar Pasya, “Studi Metodologi Tafsir Al-Sya‟râwî”. Studia Quranika, vol. I (2017): 45-46. 48 „Alî Iyâzî, al-Mufassirȗn Hayâtuhum wa Manhajuhum, 269. lihat juga: Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizi, Membahas Kitab Tafsir Klasik -Modern, Cet. I (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 153. 49 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 221-234. 50 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur‟ân, jil. 1, 87, Al-Qamîhî, Al-Syaikh

Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 223.

Page 63: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

50

Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, Para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Qs. Al-Nisâ‟/4: 69)

Adapun hadis-hadis Nabi, al-Sya‟râwî tidak memakai hadis yang

ada dalam kitab-kitab hadis tertentu. Hadis-hadis yang ia sampaikan

barasal dari berbagai sumber. Perhatiannya pada hadis dan atsar seperti

para mufassir rasional (bi al-ra‟y). Artinya tidak terlalu menomorduakan

walaupun posisinya sebagai sumber hukum kedua dalam Islam. Ia juga

mengutip hadis yang kedudukannya secara masyhur dinilai lemah bahkan

maudȗ‟. Riwayat hadis dalam tafsirnya banyak yang disebutkan dengan

sighah (bentuk) yang melemahkan seperti ruwiya (diriwayatkan), qîla

(dikatakan), fî al-hadîts (dalam hadis). Atsar dari ulama salaf juga sedikit

yang dikutip oleh al-Sya‟âwî, dan terkadang ia mengutip ucapannya tanpa

menyebut siapa yang mengatakan. Kisah terdahulu tidak luput dari

bahasannya, sebagaimana kisah Imam Abȗ Hanîfah saat duduk di naungan

rumah seseorang. Kemudian orang itu meminta pinjaman sebagian uang

kepadanya. Hari berikutnya meminjam lagi, dan Abȗ Hanîfah menjauh

dari rumahnya karena takut termasuk bagian dari riba.51

Kitab-kitab tafsir juga menjadi sumber penafsiran al-Sya‟râwî

walaupun tidak disebutkan secara tegas kecuali hanya sedikit. Al- 51 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 227.

Page 64: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

51

Zamakhsyarî adalah nama mufassir yang paling sering disebut olehnya.

Demikian itu karena kekagumannya dan pengaruh pendapat-pendapatnya

dari sisi balaghah dan bayan. Bahkan ia meniru metode fanqalah, yaitu

mengajukan pertanyaan dan dijawab sendiri. Selain al- Zamakhsyarî, ia

juga mengacu pada Mafâtih al-Ghaib karya al-Râzî dan Rȗh al-Ma‟ânî

karya al-Alȗsî. Keduanya juga disebut secara jelas oleh al-Sya‟râwî.

Untuk melihat asal kata al-Mufradât karya al-Asfahânî menjadi sumber

utama. 52

Adapun sumber kebahasaan yang merupakan pondasi awal

berpijaknya al-Sya‟râwî dalam menafsirkan al-Qur`an dan membuka tabir

rahasia-rahasianya tidak ia tunjukkan kecuali dari satu sumber yaitu

Alfiyyah Ibn Mâlik. Contoh saat al-Sya‟râwî membahas surat al-Maidah

ayat 1253. Ia menjelaskan tentang kaidah berkumpulnya jawab syarat

bersama jawab qasam (sumpah). Syair juga banyak mewarnai isi tafsir al-

Sya‟râwî. Hal ini bisa disebabkan karena latar belakang pendidikannya

yaitu, bahasa dan karenasecara alamiah syair sejak dahulu memiliki

hubungan dengan tafsir.54

Sumber terakhirnya adalah pengetahuannya yang luas dan

bercabang sehingga membauat tafsirnya menjadi tafsir ensiklopedis tidak

hanya mencakup ilmu tafsir, ilmu syari‟ah dan ilmu kebahasaan. Al-

Sya‟râwî membaca buku-buku para orientalis. Ia juga membaca isi kitab-

kitab samawi. Ia juga mempelajari ilmu kedokteran, falak, ekonomi,

sejarah, pesikologi dan lainnya. Inilah yang membuatnya berbicara banyak

dan luas tentang bidang-bidang ilmiah.55

52 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 227-228. 53 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur‟ân, jil. 5, 2999. 54 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 227-229. 55 Al-Qamîhî, Al-Syaikh Muhammad Mutawallî al-Sya‟râwî, 233.

Page 65: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

53

BAB IV

PENDIDIKAN LUQMȂN PADA ANAKNYA: ANALISIS TAFSIR

IMAM AL-SYA’RȂWȊ SURAH LUQMȂN AYAT 12-19

Penulis pada bab ini akan memaparkan dan menganalisis penafsiran al-Sya‟râwî dengan memetakan berdasarkan komponen atau faktor-faktor pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yang disebutkan oleh para ahli berbeda-beda.1 Penulis akan menjelaskan empat komponen yang ada di dalam ayat ini. Adalah ayah yang bernama Luqmân sebagai pendidik menurut kodrat2, anak Luqmân sebagai peserta didik, nasehat sebagai metode, dan bentuk-bentuk nasehat sebagai materi pendidikan. Sebelumnya akan disebutkan ayat dan maknanya secara keseluruhan.

Surah Luqmân Ayat 12-19

1 Madyo Ekosusilo dan RB. Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan (tanpa keterangan karena robek), 39; Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar

dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), 69; M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), 9-10; Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: KENCANA PRENADA GROUP, 2012), 59-61. 2 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, cet. VIII (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), 8.

Page 66: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

54

12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada

Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan

barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya

Page 67: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

55

lagi Maha Terpuji". 13. Dan (ingatlah) ketika Luqmân berkata kepada

anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang

bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah

kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan

dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka

janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia

dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian

hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang

telah kamu kerjakan. Luqman berkata): 16. "Hai anakku, Sesungguhnya

jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu

atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan

janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan

lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara

keledai. (Qs. Luqmân/31: 12-19)

A. Luqmân Sebagai Pendidik

Secara garis besar menurut Abuddin Nata dan Fauzan di dalam al-

Qur`an terdapat petunjuk yang memberikan informasi bahwa yang

menjadi pendidik ada empat. Salah satunya adalah orangtua.3 Luqmân

3 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, cet. I (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), 209-212 .

Page 68: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

56

sebagai seorang ayah berarti ia merupakan pendidik. Namanya dalam

surah Luqmân ini disebutkan dalam dua ayat, yaitu ayat 12 dan ayat 13.

Al-Sya‟râwî menjelaskan, ulama berbeda pendapat mengenai siapa

itu Luqmân. Ada yang berpendapat bahwa Luqmân adalah seorang nabi

dan ada pula yang berpendapat bahwa ia bukan nabi. Pendapat mayoritas

menurut al-Sya‟râwî, melihat Luqmân sebagai manusia biasa, karena

landasan pendapat yang mengatakan Luqmân nabi tidak memiliki

sandaran yang kuat.4 Pendapat seperti ini juga diungkapkan oleh banyak

ulama lain sebelum al-Sya‟râwî, misalnya Mujâhid (102 H)5, Ibn Katsîr

(774 H)6, Ibn „Ȃsyȗr (1393 H)7. Al-Sya‟râwî juga menjelaskan bahwa

Luqmân adalah orang yang saleh, memiliki indra yang peka (sensitif) dan

kesadaran mendalam. Dengan indra ini ia tidak melewatkan suatu apapun

sehingga terbentuk kesadaran dan momentum-momentum akurat yang

berfermentasi dalam jiwanya. Ia memiliki keutamaan-keutamaan dan

nilai-nilai yang mengarahkan gerak kehidupannya, sehingga dengan hal

tersebut jiwanya bahagia begitu pula orang-orang di sekitarnya ikut

bahagia sebab ucapan yang sesuai dan ungkapan yang baik.8

Mengenai bentuk fisik dan asal-usulnya, al-Sya‟râwî

menyebutkan9, sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa Luqmân

berkulit hitam, berbibir tebal sebagaimana penduduk Afrika Utara, tapi ia

memiliki hati yang putih dan batin yang bersih. Keluar dari dua bibirnya

4 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 1 (Mesir: Akhbâr al-Yaum, t.t), 11612 5 Mujâhid bin Jabr, Tafsîr al-Imâm Mujâhid bin Jabr, cet. I (Maînah Nasr: Dâr al-Fikr al-Islâmî al-Hadîtsiyyah, 1989), 541. 6 Isma‟îl bin „Umar bin Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’ân al-

‘Azîm, jil. 11 (Mesir: Muassasah Qurtubah, 2000), 49-50 7 Muhammad al-Tâhir ibn „Ȃsyȗr, Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, juz 21 (Tȗnis: al-Dâr al-Tȗnisiyyah, 1984), 149 8 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11612 9 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, juz 19, 11613

Page 69: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

57

yang tebal untaian hikmah yang mudah dicerna dan makna-makna yang

tepat. Luqmân adalah orang yang murni, suci dan bersih. Tubuhnya tidak

tercampur sesuatu yang haram dan ia tidak lupa atas prosedur dari

Tuhannya. Oleh karenanya, Allah memberinya hikmah sebagaimana

dalam firman Allah;

Penjelasan al-Sya‟râwî semuanya mengarah pada sebuah kesimpulan

umum, yaitu Luqmân adalah pribadi yang baik. Ia adalah hamba saleh

yang memiliki kedekatan dengan Allah dan derajat tingggi di sisi-Nya.

Hikmah yang diberikan kepadanya merupakan bukti kebenaran hal

tersebut.

Menurut al-Sya‟râwî, kata walaqad âtâinâ maksudnya kami

mewahyukan dalam makna wahyu secara umum. Makna wahyu secara

bahasa yaitu, menginformasikan dengan cara rahasia. Ini merupakan

umumnya makna wahyu. Wahyu secara istilah adalah informasi dari Allah

kepada rasul-Nya dengan manhaj-Nya. Di antara ayat yang disebutkan al-

Sya‟râwî berkaitan dengan penggunaan kata wahyu, yaitu wahyu kepada

malaikat yang terdapat dalam surah al-Anfâl: [8]: 12, wahyu kepada

manusia yang terdapat dalam surah al-Qashash [28]: 7, wahyu kepada

hewan yang terdapat dalam surah al-Nahl [16]: 67, wahyu kepada antar

sesama setan yang terdapat dalam surah al-An‟am [6]: 121 dan juga

wahyu kepada orang baik, pengikut rasul yang terdapat dalam surah al-

Mâidah [5]: 111. Allah juga mengungkapkan wahyu yang bermakna

Page 70: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

58

khusus sesuai dalam firman-Nya, yaitu surah al-Syȗrâ [42]: 51. Maksud

memberikan (al-îtâ’) adalah ilham.10

Lebih jauh al-Sya‟râwî menjelaskan, bila ditanya, bagaimana orang

biasa yang bukan nabi dapat memperoleh sesuatu dari Allah. Jawabannya

menurutnya, yaitu dengan cara ilham. Menurutnya, Allah setiap saat

mengirim siaran ilham kepada manusia, dan siaran ilham itu tidak dapat

ditangkap kecuali dengan alat terima yang baik. Saat alat penerima dalam

kondisi baik dan terpasang dengan benar kepada Allah maka ilham dapat

diperoleh. Demikian itu tidak terjadi kecuali setelah penerima mengikuti

intruksi Allah baik berupa perintah maupun larangan. Bila ilham ini

terputus dari sesesorang, maka yakinlah bahwa alat penerima orang

tersebut sedang rusak. Sedangkan gelombang pemancar ada dan tidak

pernah terputus dari Allah.11 Analogi ini membuat para pendengarnya

mudah dan semakin memahami apa dan bagaimana proses pemberian

ilham itu. Analogi seperti ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab tafsir

lainnya.

Di antara hamba Allah, orang biasa yang mendapat ilham selain

Luqmân menurut al-Sya‟râwi adalah ibu Nabi Musa, sebagaimana

disebutkan dalam al-Qur‟an surah al-Qasas ayat 7:

10 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11609-11610 11 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11610

Page 71: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

59

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (Qs. Al-Qasas/ 28: 7)

Alat penerima ibu Nabi Musa menerima ilham berupa perintah dari Allah,

yaitu melempar anaknya ke sungai. Ia melakukannya tanpa berpikir

panjang, tanpa meperdebatkan dan melakukannya dengan tenang. Secara

akal, melempar anaknya ke sungai adalah kematian yang nyata dan pasti,

sedangkan takut anaknya dibunuh oleh Fir‟aun adalah kematian yang

sifatnya sangkaan (dzan), tidak pasti. Berdasarkan hal ini, al- Sya‟râwî

menyimpulkan bahwa apabila ilham bertemu dengan alat penerima yang

baik, maka tidak ada keraguan dalam jiwa dan tidak akan mencari dalil

terlebih dahulu untuk melaksanakannya.12

Begitu pula halnya dengan hamba saleh yang bukan nabi, tapi

dapat mengajari Nabi Musa. Penyebabnya, karena ia bersetatus hamba

bagi Allah atas manhaj Nabi Musa dan mengikhlaskan niat hanya kare-

Nya. Maka Allah ilhamkan padanya dari sisi-Nya dengan tanpa perantara.

Ini sebagaimana tercantum dalam al-Qur‟an surah al-Kahfi ayat 65.

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (Qs. Al-Kahf/ 65)

12 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11610-11611

Page 72: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

60

Data dari ayat-ayat lain yang dipaparkan al-Sya‟râwî ini

memperkuat argumennya bahwa manusia biasa mungkin mendapatkan

ilham dari Allah.

Kata hikmah pada ayat 12, dipahami al-Sya‟râwî sebagai bentuk-

bentuk hikmah yang menunjuk pada penempatan sesuatu sesuai

tempatnya. Ia juga menjelaskan bahwa hikmah secara umum maknanya,

menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pemaknaan ini berbeda dengan

apa yang disampaikan oleh Abȗ Bakr Muhammad bin „Azîz al-Sajistanî,

yang mana hikmah dipahaminya sebagai nama bagi akal. Akal diberi

nama demikian karena dapat mencegah pemiliknya dari kebodohan.13

Sedangkan al-Râghib al-Asfahânî membedakan antara hikmah dari Allah

dan hikmah dari manusia. Hikmah dari Allah mengetahui sesuatu dan

mengadakannya atas tujuan hukum. Hikmah dari manusia adalah

mengetahui sesuatu yang ada dan melakukan kebaikan-kebaikan. Apa

yang terjadi pada Luqmân dipahami sebagai hikmah dalam pengertian

kedua.14 Pendapat al-Râghib al-Asfahânî terkait hikmah Luqmân senada

dengan yang disampaikan al-Râzî yang memahami hikmah sebagai

ungkapan dari kesesuaian perbuatan dengan al-„ilmu.15 Quraish Shihab

dengan mengutip pendapat Biqâ‟î menyebutkan, bahwa kata hikmah

berarti mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik

pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah.

13 Abȗ Bakr Muhammad bin „Azîz al-Sajistanî, Garîb al-Qur’ân (Maktabah Muhammad „Ȃlî Sabîh wa Aulâdih,1963), 83 14 al-Râghib al-Asfahânî, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân (t.tpMaktabah Nizâr Mustafâ al-Bâz, t.tt), 167-168

15 Muhammad bin „Umar al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz 25 (Beirut: Dâr al-Fikr,

1981), 146

Page 73: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

61

Ia adalah ilmu yang didukung oleh amal, dan amal yang tepat dan

didukung oleh ilmu. 16

Hikmah (bijaksana) bagi al-Sya‟râwî adalah kumpulan dari

kemampuan-kemampuan lebih yang memunculkan sesuatu yang dapat

menempatkan urusan pada tempatnya dengan standar mudah, tanpa

mempersulit dan melelahkan. Contoh yang dikemukakan oleh al-Sya‟râwî

yaitu, syeikh Al-Azhar yang belajar di sana selama 20 atau 30 tahun ketika

diminta fatwa mengenai suatu perkara maka ia akan menjawab dengan

mudah dan gampang tanpa berpikir atau mempersiapkan. Demikian itu,

karena fatwa sudah menjadi bakatnya sehingga tidak kesulitan. Termasuk

bentuk dari hikmah saat Allah menciptakan sesuatu untuk kita kemudian

menunjukkan kepada kita agar mampu mengambil istimbat dari hal

tersebut berupa sesuatu yang baru. Bentuk hikmah Allah Swt,. yang

diberikan kepada Luqmân sebagaimana tercantum dalam ayat 12 di atasو

yaitu bersyukur kepada Allah. Ini adalah hikmah yang pertama dalam

hidup. Syukur dapat menghancurkan kesombongan diri.17

Para ulama banyak membicarakan tentang Luqmân termasuk

hikmah-hikmah. Beberapa hal lain yang dibicarakan al-Sya‟râwî tentang

hikmah Luqmân di antaranya;

Pertama, tentang penyebab Luqmân mendapatkan hikmah.

Seorang yang akrab dengannya berkata: “Bukankah kamu adalah seorang

pembantu yang melayani si fulan?”. Luqmân berkata: “Ya benar.” Orang

tersebut bertanya lagi: “Sebab apa kamu mendapatkan hikmah?”. Luqmân

menjawab: “Sebab penghormatanku terhadap takdir yang diberikan Allah

16 M. Quraish Syihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur`ân (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 292 17 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11620

Page 74: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

62

kepadaku, dan sebab pelaksanaanku atas amanat yang diembankan

kepadaku, kejujuran ucapan dan karena saya tidak melakukan sesuatu

yang tidak ada manfaatnya.”. Setelah menyebutkan riwayat ini, al-

Sya‟râwî berkomentar bahwa sifat-sifat seperti ini cukup untuk menjadi

pedoman hidup bagi setiap orang mukmin, dan untuk membuatnya mampu

mengungkapkan kata-kata hikmah. Bahkan al-Sya‟râwî bersumpah,

seandainya seorang mukmin memiliki sifat jujur dalam berbicara maka

sifat tersebut cukup. Ia juga menegaskan, oleh karena sifat-sifat tersebut

Luqmân sampai kepada martabat bijaksana (diberi hikmah), padahal dia

hamba yang berkulit hitam, bukan nabi dan bukan pula rasul. Satu surah

diberi nama dengan namanya. Ini bukti bila manusia lurus dan ikhlas

menaati Allah, maka Allah memberikannya kelebihan yang luas.

Kedua, hikmah Luqmân. Diriwayatkan bahwa majikannya

memerintahnya untuk menyembelih domba dan mengambil dua organ

tubuh yang paling baik. Dia pun menyembelih dan membawa hati dan

lidah. Hari berikutnya, majikan memerintahnya lagi, “Sembelihlah domba

untukku dan serahkan padaku dua organ tubuh yang paling buruk!”. Maka

Luqmân pun membawakan hati dan lidah lagi. Majikannya bertanya,

“Bukankah kamu membawa dua organ tubuh ini kemarin karena keduanya

adalah organ tubuh domba yang paling baik?” Luqmân menjawab, “Benar,

tidak ada yang lebih baik dari keduanya bila keduanya baik. Dan tidak ada

yang lebih buruk dari keduanya bila keduanya buruk.”. Riwayat ini juga

disebutkan oleh Ibn Katsîr18 dan al-Zamakhsyarî19 dengan sedikit redaksi

berbeda yang diceritakan oleh Yazîd bin Hârȗn dan Waqî‟ melalui jalur

Abȗ al-Asyhab dari Khâlid al-Rib‟î.

18 Ismâ‟îl bin „Umar ibn Katsîr al-Dimasyqî, Qashâsh al-Qur’ân (Beirȗt: Dâr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 2007), 130

19 Mahmȗd bin „Umar al-Zamakhsyarî, al-Kassyâf ‘an Haqâiq al-Tanzîl wa

‘’Uyȗn al-Aqâwîl fî Wujȗh al-Ta’wîl, juz 21 (Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 2009), 836

Page 75: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

63

Ketiga, sebagian ulama berkata, sesungguhnya Allah memberi

pilihan pada Luqmân antara menjadi nabi atau atau hakim bijaksana.

Maka ia berkata, “Bila Engkau telah memberi pilihan maka saya memilih

ketenangan dan meninggalkan yang sulit. Tapi bila Engkau

menjadikannya sebagai ketetapan bagiku maka saya akan patuh dan taat

dalam menerimanya, karena saya tahu bahwa Engkau tidak akan

menelantarkanku.”. Riwayat yang lebih lengkap mengenai hikmah ini

dapat dilihat pula pada karya Salâh al-Khâlidî.20 Abȗ Hâmid al-Gazâlî21,

dalam karyanya yang fenomenal juga meriwayatkan beberapa bentuk

hikmah Luqmân, yaitu menganjurkan untuk duduk bersama orang yang

memiliki ilmu (‘alim).

Allah Swt., telah membuat Luqmân mampu mengungkapkan

dengan hikmah (bijaksana) yang mendahului kenabian. Bagi al-Sya‟râwî,

ini untuk menjelaskan kepada kita bahwa manusia memungkinkan untuk

menjadi rabbani. Ini sesuai dengan hadis qudsi yang dikutipnya: “

Hambaku, taatlah kepadaku maka engkau akan menjadi rabbani, kau

katakan pada sesuatu; jadilah maka sesuatu tersebut terjadi.”. Hal ini

terjadi karena anugerah (fadl) Allah tidak terbatas dan yang demikian itu

mudah bagi-Nya. Pintu Allah terbuka. Terpenting, kita layak memasuki

pintu tersebut dan layak bersama Allah selamanya.22

Al-Sya‟râwî dalam penafsirannya secara keseluruhan mengulas

tentang Luqmân, seorang ayah yang berarti seorang pendidik khususnya

bagi sang anak. Ia menekankan pada sosok Luqmân sebagai seorang yang

baik hubungannya dengan Allah (saleh). Fisiknya yang dalam tolok ukur

20 Salâh al-Khâlidî, Kisah-Kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-Orang

Dahulu, ter. Setiawan Budi Utoma, jil. 3 (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 21 Abȗ Hâmid al-Gazâlî, Ihyâ` ‘Ulȗm al-Dîn, juz 1 (Surabaya: al-Hidâyah, t.t), 9

22 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11617

Page 76: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

64

kebanyakan manusia dinilai tidak memenuhi keriteria ideal atau tampan,

tidak mengurangi ketinggian martabatnya di hadapan Allah. Ia adalah

sosok yang memiliki banyak kompetensi yang semuanya merupakan

pemberian Allah.

Abuddin Nata dan Fauzan menyebutkan bahwa seorang guru pada

dasarnya haruslah memiliki tiga kompetensi, yaitu pertama: kompetensi

keribadian, adalah kompetensi yang perlu dikembangkan secara terus

menerus agar terampil dalam banyak hal seperti mengenal dan mengakui

harkat serta potensi dari setiap individu (termasuk murid), membina suatu

suasana sosial yang menunjang secara moral terhadap murid sehingga

tercipta kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan,

dan membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung

jawab, dan saling percaya- mepercayai. Kedua: kompetensi atas bahan

pengajaran, adalah penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi atas

ilmu atau kecakapan/pengetahuan yang diajarkan. Ketiga: kompetensi

dalam cara mengajar, adalah kompetensi yang sangat diperlukan guru

untuk mengembangkan keterampilan merencanakan atau menyusun setiap

program, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan, dan

mengembangkan atau mempergunakan semua metode-metode mengajar

hingga terjadi kombinasi serta variasi yang efektif.23

Semua aspek kompetensi tersebut di atas berkembang secara

selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian Luqmân. Dua aspek

kompetensi pertama dan kedua yang disebutkan jelas tampak dalam diri

Luqmân. Sebagaimana dijelaskan oleh al-Sya‟râwî bahwa ia adalah orang

yang saleh, bersyukur, dan juga seorang mufti.24 Adapun aspek

23 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, cet. I, 209-212 24 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11616

Page 77: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

65

kompetensi terakhir dapat dilihat dalam penjelasan selanjutnya tentang

metode nasehat yang digunakan. Begitulah seorang ayah agar menjadi

seorang pendidik yang ideal. Pertama dan menjadi dasar dalam mendidik

harus dimulai dari diri sendiri yaitu dengan memperbaiki hubungan

dengan Allah sehingga memiliki banyak kompetensi yang membuatnya

layak menjadi contoh dan pembimbing atau pendidik.

Penjelasan al-Sya‟râwî tentang dua ayat 14 dan 15 pada surah

Luqmân juga menarik untuk dikupas agar dapat menjadi argumentasi

rasional, mengapa di beberapa kisah dalam al-Quran ayah yang berintraksi

mendidik anaknya? Apakah peran ayah penting? Bila iya, kenapa menjadi

penting? Dan bagaimana perannya?

Dua ayat 14 dan 15 menurut al-Sya‟râwî bukanlah rangkaian dari

wasiat Luqmân, akan tetapi merupakan firman Allah Swt., secara langsung

yang ada di tengah wasiat Luqmân. Ini dinilai sebagai suatu kemuliaan

bagi Luqmân.25 Bentuk kedua ayat ini menurut „Izzah Darwazah juga

merupakan ketentuan langsung dari Allah dan terpisah dari kisah nasehat

Luqmân kepada anaknya. Akan tetapi ini memiliki munasabah

(keterkaitan) dengan kisah ini, yaitu bila Allah menyuruh anak berbuat

baik kepada orangtua maka itu dalam batas ketaatan pada Allah, bila

keduanya memerintahkan syirik, maka tidak wajib mematuhinya.26 Senada

dengan pendapat ini adalah pendapat al-Zamakhsyarî27 dan Ibn „Ȃsyȗr

akan tetapi bila Luqmân seorang nabi maka dua ayat tersebut adalah

perkataan Luqmân.28

25 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11638 26 Muhammad „Izzah Darwazah, al-Tafsîr al-Hadîts: Tartîb al-Suwar Hasab al-

Nuzȗl, cet. 2, juz 4 (Bairȗt: Dâr al-Ghar al-Islâmî, 2000), 250 27 Al-Zamakhsyarî, al-Kassyâf …, 836

28 Ibn „Ȃsyȗr, Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr, juz 21, 158

Page 78: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

66

Sedangkan penyebutan kehamilan seorang ibu dan penyapihannya

setelah dua tahun merupakan kehususan karena ibu lebih utama.

Penafsiran al-Sya‟râwî dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan „Izzah

Darwazah dan al-Zamakhsyarî. Dalam hal keutamaan ibu dibanding ayah,

pendapat al-Râzî berbeda. Baginya ayah lebih dahsyat karena bertahun-

tahun memikul tanggungjawabnya.29

Terlepas dari itu, al-Sya‟râwî berbeda dengan penafsir-penafsir di

atas yang bisa dikatakan tidak memberi alasan kenapa ayah tidak disebut

perannya. Padahal, anak adalah hasil dari keduanya. Menurut al-Sya‟râwî

hal ini karena peran ayah dapat dilihat oleh anak saat mereka sudah dapat

memahami. Anak sering mendengar ucapan “ayahmu pergi kesana”,

“ayahmu memberimu ini” dan lain sebagainya. Sedangkan peran ibu yang

sulit, hamil, melahirkan, menyusui hingga menyapih setelah dua tahun

lamanya, tidak diketahui. Maka hal itu harus diingatkan.30 Sehingga ayat

ini dapat berfungsi memberitahukan seorang anak yang tidak paham atau

lupa pada proses ini. Jasa ayah yang tampak dan diketahui secara langsung

oleh anak membuat ayah memiliki wibawa sehingga anak merasa segan.

Kewibawaan inilah yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.31

B. Anak Luqmân Sebagai Peserta Didik

Adapun anak Luqmân disebutkan dalam dua ayat 13 dan 17 ;

Al-Sya‟râwî dalam penafsirannya tidak mengulas siapa nama anak

Luqmân. Padahal banyak pendapat ulama berbeda-beda tentang siapa

nama anaknya. Misalnya, beberapa mufassir memberikan penjelasan 29 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz 25, 148 30 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11741 31 Irwan Saputra, “Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018 ), 12

Page 79: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

67

tentang siapa nama anak Luqmân. Al-Kalbî menyebutkan bahwa anak

Luqmân adalah Masykan32. Menurut al-Naqas, anak Luqmân bernama

An‟am. Dan menurut al-Qâsimî (pengarang tafsir Mahâsin al-Takwîl),

anaknya bernama Bâbân. Sedangkan menurut al-Baghdâdî (pengarang

tafsir Lubâb al-Takwîl Fî M‟ânî al-Tanzîl) anak Luqmân, bernama

Ashkam. Nama-nama lain anak Luqmân yang disebutkan oleh mufassir

seperti al-Alȗsî, Ibn Hayyân, Ahmad al-Sâwi, al-Gharnâtî, dan al-Qurtȗbî,

yaitu Salâm, Sarân, Askar atau Sâkir, Târân, dan Matân.33 Al-Zamakhsyarî

juga menyebutkan bahwa nama anak Luqmân sama seperti yang

disebutkan al-Naqas, yaitu An‟am.34

Tidak dibahasnya nama anak ini oleh al-Sya‟râwî bisa dijadikan

isyarat bahwa baginya hal tersebut tidak terlalu penting. Apalagi

banyaknya riwayat yang dipaparkan ulama. Anak Luqmân menurut al-

Sya‟râwî masih kecil. Alasannya karena kata yang digunakan dalam ayat

adalah ya bunayya.35 Walaupun demikian bukan berarti anak yang sudah

dewasa tidak butuh nasehat orangtua. Bahkan seorang anak, walaupun

sudah menikah, menurut al-Sya‟râwî tetap butuh nasehat orangtua.36

Bila dibandingkan dengan penjelasan tentang status Luqmân,

riwayat tentang anaknya lebih sedikit, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Ini

terlihat bahwa al-Sya‟rawî lebih menekankan pada kompetensi Luqmân,

seorang ayah sekaligus seorang pendidik. Apalagi, pendidikan anak akan

dipengaruhi oleh perilaku-perilaku orangtua dua. Bila perilaku orangtua

32 Dikutip al-Zamakhsyarî bahwa anak Luqmân menurut al-Kalbî adalah Asykam. Al-Zamakhsyarî, al-Kassyâf …, 836 33 Miftahul Huda, Intraksi Pendidikan: 10 Cara Qur’an Mendidik Anak

(Malang: UIN-Malang Press, 2008), 201 34 Nama inilah yang disebutkan al-Zamakhsyarî. Al-Zamakhsyarî, al-Kassyâf …, 836 35 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11609 36 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11636

Page 80: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

68

baik, maka pengaruh terhadap anak akan baik. Sebaliknya, bila perilaku

keduanya buruk, maka pengaruhnya akan buruk.37

C. Metode Mau’zah (Nasehat) yang Digunakan Luqmân

Metode mendidik merupakan salah satu kompetensi dasar yang

harus dimiliki oleh pendidik sebagaimana disebutkan sebelumnya. Metode

mendidik yang digunakan Luqmân disebutkan di dalam ayat 13.

Metode yang digunakan oleh Luqmân adalah metode mau’izah38

yang sering diartikan sebagai nasehat. Al-Sya‟râwî menjelaskan bahwa

mau’izah memiliki arti mengingatkan (tadzkîr) informasi yang sudah

diketahui karena takut terlupakan. Menurutnya berbeda antara ilmu dan

mau’izah (nasihat). Nasihat kepada anak, karena dia sudah tahu tentang

hal ini, tapi ayah menasihati dan mengingatkan agar tidak lupa.39 Metode

ini menunjukkan pada pola intraksi pendidikan yang lebih fokus untuk

menasehati anak didik. Anak didik posisinya sebagai obyek yang harus

senantiasa menerima pesan pendidikan (materi pendidikan) yang

disampaikan, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk

mendialogkan.40

Faktor pendidik memiliki keterkaitan yang erat dengan metode

yang digunakan. Apalagi, dalam lingkungan dimana proses belajar

mengajar itu berlaku, guru (pendidik) menjadi model yang paling dekat

ditiru oleh peserta didik. Proses imitasi ini ada yang secara sengaja dan

ada pula yang tidak secara sengaja dilakukan. Ada yang ditiru karena

37 Mustafâ al-„Adawî, Fiqh Tarbiyat al-Abnâ’wa Tâifah min Nasâih al-Atibba’, cet. I (Mesir: Dâr Mâjid „Asirî, 1998), 19 38 Istilah yang digunakan al-Sya‟râwî adalah masdar dari wa’z yaitu wa’z 39 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11636 40 Miftahul Huda, Intraksi Pendidikan: 10 Cara Qur’an Mendidik Anak

(Malang: UIN-Malang Press, 2008), 185

Page 81: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

69

senang, ada karena kagum, dan lain sebagainya.41 Sebuah metode harus

sesuai dengan keadaan.

Metode mau’izah ini memang sudah tepat dengan keadaam

Luqmân. Ia sendiri sudah menjadi contoh yang baik bagi anaknya.

Pekerjaannya dapat dilihat langsung oleh anaknya. Perilakunya sesuai

dengan ucapannya. Maka terciptalah kewibawaannya di hadapan anaknya.

Sehingga tidak ada alasan lagi bagi seorang anak (peserta didik) untuk

menolak nasehat tersebut. Apalagi Luqmân juga mengawali nasehatnya

dengan kata ya bunayya yang menunjukkan makna tasghîr (pengecilan)

untuk mencapai talattuf (kelembutan) dan tarqîq (panggilan manja).

Dengan begitu seorang anak akan lebih tersentuh dan tertarik untuk

mendengarkan bentuk nasehat (materi) yang akan disampaikan.

D. Materi-materi yang Diajarkan Luqmân

Materi-materi yang dijadikan nasehat oleh Luqmân kepada

anaknya tercantum dalam ayat 13 dan 16 sampai 19. Ada yang membagi

materi pendidikan Luqmân terhadap anaknya menjadi tiga, yaitu aqidah,

syari‟ah dan akhlak.42 Tetapi, bagi al-Sya‟râwî materi pendidikan yang

disampaikan Luqmân pada anaknya memuat dua unsur pokok. Adalah

unsur aqidah dan unsur taklîf. Taklîf bisa berupa perintah ataupun larangan

dari Allah.

Pertama, menurut al-Sya‟râwî materi awal yang harus

disampaikan adalah materi tentang aqidah, yaitu tampak dalam nasehat

Luqmân terhadap anaknya untuk tidak menyekutukan Allah.

41 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, cet. I, 354-362

42 Miftahul Huda, Intraksi Pendidikan, 185

Page 82: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

70

Menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang agung, karena mengambil

hak Allah dan diberikan pada yang lain. Firman Allah لاتشرك بالله ان الشرك

,Dalam hal aqidah tidak ada tawar menawar. Ini dalam arti .لظلم عظيم

walaupun orangtua yang diperintah untuk dihoramati dan ditaati, bila

memerintah untuk menyekutukan Allah maka perintahnya menjadi tidak

wajib ditaati. Ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat 14 dan 15.

Aqidah anak Luqmân kemudian diperkuat dalam ayat 16 dengan

menunjukkan sifat Allah yang akan membuat ia selalu merasa diawasi.

Sifat tersebut adalah sifat ‘ilm mutlaq (pengetahuan mutlak). Tidak ada

yang samar bagi-Nya, baik kebaikan maupun keburukan dimanapun di

langit maupun di bumi. Demikian itu karena Allah Maha Halus dan Maha

Mengetahui (ان الله لطيف خبير). Ini adalah sebagian dari wasiat dan nasehat

Luqmân terhadap anaknya. Ia tidak memerintahkan anaknya untuk

mengerjakan satupun dari taklîf Allah. Ia menjaga agar anaknya sungguh

beriman kepada Allah.43

Kedua, setelah memperkuat pondasi dasar, yaitu dengan

menanamkan aqidah, selanjutnya dalam ayat 17, Luqmân mulai memberi

nasehat taklîf dari Allah. Pada ayat 17 ini ada empat nasehat yang

disebutkan. Sebagaimana berikut;

1). Dimulai dari perintah salat (اقم الصلاة). Salat merupakan rukun utama

setelah syahadat (persaksian). Bagi al-Sya‟râwî dua rukun ini adalah rukun

Muslim, yang tidak bisa ditinggalkan. Adapun rukun Islam yang lima

43 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11650-11653

Page 83: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

71

selain dua rukun tersebut bisa tidak wajib karena suatu alasan tertentu.

Salat karena begitu pentingnya, diwajibkan secara langsung, juga tidak

gugur kewajiban mengerjakannya bagi seorang muslim dengan alasan

apapun. Kesibukan bertani, berdagang dan lainnya tidak bisa dijadikan

alasan untuk meninggalkan salat yang lima waktu. Bahkan saat al-

Sya‟râwî berdialog dengan salah seorang dokter bedah yang berkata,

“Bagaimana saya meninggalkan proses bedah yang berjalan demi salat”.

Al-Sya‟râwî menjawab dengan bertanya, “Demi Allah, bila kamu terpaksa

harus buang air besar, kamu akan pergi atau tidak?” maka ia tertawa dan

berkata “Pergi”. Sedangkan rukun yang lain seperti zakat, puasa dan haji

bisa tidak wajib karena sebab-sebab tertentu atau karena orang lain.44

Salat dalam surah Luqmân ini tidak diikuti tentang perintah zakat seperti

beberapa ayat lain. Ini menurut al-Sya‟râwî adalah bagian dari hikmah

Luqmân dan akurasi ungkapannya. Zakat tidak disebutkan karena anak

Luqmân masih kecil, dalam asuhannya. Sehingga ia belum diwajibkan

berzakat.

2 dan 3). Dua rukun syahadat dan salat tidak cukup, karena sebagian dari

kesempurnaan iman adalah dengan mencintai saudara seiman

sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Bentuk mencintai ini di antaranya

adalah dengan amar makruf dan nahi mungkar. Oleh karenanya nasehat

Luqmân setelah perintah salat adalah amar ma‟ruf nahi mungkar.

Mengerjakan salat adalah kesempurnaan diri. Sedangkan amar makruf

nahi mungkar merupakan pemindahan kesempurnaan pada orang lain.

Amar makruf nahi mungkar ini dilakukan setelah seseorang sempurna

dengan menegakkan salat. Kedua taklîf ini, tidak semata-mata berarti

bersedekah pada yang lain, karena hakikatnya, kemamfaatan itu kembali

44 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11654-11656

Page 84: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

72

pada diri sendiri. Ketenangan akan didapatkan pula. Orang yang

melakukan taklîf ini juga akan mendapat dua bagian, yaitu bagian di sisi

Allah karena melaksanakannya dan bagian di sisi manusia karena ia di

masyarakat menyempurnakan iman yang bermanfaat dan tidak

membahayakannya.

Al-Sya‟râwî juga menjelaskan bahwa Allah memerintah manusia

untuk mengubah kemungkaran. Akan tetapi, Dia menjadikan kadar

masalah sesuai kemampuan. Dia menginginkan manusia sebagai orang

yang memperbaiki tapi tidak ingin menjerumuskan dalam kebinasaan.

Oleh karenanya, mengubah kemungkaran dilakukan dengan tiga tahapan

sebagaimana diajarkan Nabi. Pertama dengan tangan. Ini dilakukan bila

pelaku mungkar di bawah kekuasaan seperti saudara, anak dan seterusnya.

Kedua, dengan lisan. Ini juga dilakukan dengan menggunakan kalimat

yang baik, tidak menyakiti dan tidak menyebabkan timbulnya fitnah. Bila

tidak mampu dengan cara ini maka terakhir dengan hati. Adalah dengan

persaksian hati bahwa yang dilakukan pelaku kemungkaran tersebut

adalah perkara yang tidak diridai Allah dan menjauhi pelakunya. Menjauhi

oleh al-Sya‟râwî dijelaskan dengan tidak membeli atu menjul barang pada

pelaku mungkar bila ia berdagang. Tidak berta‟ziah bila pelaku mungkar

dalam kesedihan dan tidak berbahagia bila ia bahagia.45

4). Nasehat selanjutnya adalah sabar. Sabar bagi al-Sya‟râwî adalah

membawa jiwa untuk sabar terhadap peristiwa-peristiwa sehingga

peristiwa-peristiwa itu tidak membuat jiwa cemas. Sabar disebutkan

setelah amar makruf nahi mungkar karena orang yang mengerjakannya

akan dijahati. Penegak amar makruf nahi mungkar harus memiliki tingkat

45 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11656

Page 85: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

73

kesabaran yang tinggi.46 Argumen seperti ini juga disebutkan oleh al-

Râzî.47

Tidak jarang pula, orang yang melaksanakan amar makruf nahi

mungkar jadi lupa diri sehingga dia berlaku sombong dan angkuh. Untuk

membatasi hal tersebut dalam ayat selanjutnya, yaitu ayat 18 disebutkan

dua nasehat Luqmân pada anaknya. Dua nasehat tersebut adalah 1).

Larangan untuk berlaku sombong dan 2). Tidak berjalan di bumi Allah

dengan angkuh. Inti dua nasehat ini adalah maslah kesombongan. Perilaku

sombong dan angkuh tidak disukai Allah. Bagaimanapun bentuk dan

caranya, sombong tidak diperbolehkan.

Sombong, menurut al-Sya‟râwî biasanya timbul karena merasa

memiliki keunggulan dari orang lain. Oleh karenanya, cara mencegah sifat

sombong, yaitu dengan melihat kelebihan yang dimiliki orang lain. Karena

bisa jadi orang lain lebih baik dari dirinya. Sebagaimana dalam al-Qur‟an

surah al-Hujurât ayat 11. Pada waktu tertentu, juga dengan cara

memikirkan khalq (ciptaan) dan Penciptanya. Akhirnya akan sampai pada

kesimpulan bahwa semua makhluk yang diciptakan Allah itu indah.

Apalagi, Allah membagi pemberiannya pada makhluk tanpa

menghususkan dan condong terhadap seseorang. Secara keseluruhan,

pemberian-pemberian yang didapat seseorang sama dengan pemberian-

pemberian yang didapat oleh yang lain.

Lebih jauh al-Sya‟râwî menjelaskan, orang yang mau sombong

seharusnya sombong dengan sesuatu yang secara zat ada pada dirinya

sendiri, bukan karena yang diberikan padanya. Hanya Allah-lah yang

berhak untuk sombong. Karena Dia-lah yang mencukupi syarat itu. Ayat

46 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11661

47

Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz 25, 150

Page 86: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

74

18 ini mengunakan istilah mukhtâl dan fakhȗr. Istilah mukhtâl oleh al-

Sya‟râwî dimaknai, orang yang merasa dipandang memiliki kelebihan

pada dirinya oleh orang lain. Sedangkan istilah fakhȗr dimaknai, orang

yang merasa memiliki kelebihan dalam dirinya sendiri.48 Pemaknaan

seperti ini sama dengan penafsiran mufassir sebelumnya, yaitu al-Râzî.49

Nasehat pada ayat sebelumnya, dilanjutkan oleh ayat 19 dengan

menyebutkan lawan dari dua perilaku buruk tersebut, yaitu 1). Perintah

untuk berjalan dengan sederhana dan 2). Melunakkan suara, tidak

mengeraskannya. Berjalan dengan sederhana berarti tidak cepat dan tidak

lambat. Ada di antara keduanya. Melunakkan suara artinya cukup hingga

duara dapat didengar oleh telinga. Berjalan dan bersuara dikumpulkan

dalam satu kalimat, menurut al-Sya‟râwî karena manusia memiliki tujuan

yang ingin dicapai. Untuk mencapainya, mereka berjalan

menghampirinya, tapi bila tidak bisa menghampirinya mereka

memanggilnya.50 Dalam hal ini al-Râzî menjelaskannya dengan

memperinci contoh-contohnya.51

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diringkas bahwa ada

sembilan52 materi nasehat Luqmân terhadap anaknya;

1. Larangan menyekutukan Allah

2. Perintah melaksanakan salat

48 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11675

49

Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz 25, 150

50 Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11671-11676

51

Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz 25, 151

52 Bila berdasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa dua ayat 14 dan 15 merupakan bagian dari wasiat Luqmân maka ada satu materi lain yang diajarkan Luqmân pada anaknya, yaitu memuliakan orangtua, khususnya ibu. Tetapi bila keduanya menyuruh untuk menyekutukan Allah maka tidak harus taat pada keduanya. Walaupun demikian, harus tetap berbuat baik pada keduanya. Lihat catatan kaki; Al-Sya‟râwî, Khawâtir Haula al-Qur’ân, jil. 19, 11638

Page 87: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

75

3. Memerintah kebaikan

4. Melarang kemungkaran

5. Perintah bersabar

6. Larangan sombong

7. Larangan angkuh

8. Perintah berjalan dengan sederhana

9. Perintah melunakkan suara

Page 88: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian penulis terhadap penafsiran al-Sya’râwî surah

Luqmân ayat 12-19 dapat disimpulkan bahwa al-Sya’râwî tidak secara

eksplisit menyatakan, bahwa ayah penting perannya dalam mendidik

anak. Tetapi, dari penjelasannya dapat disimpulkan bahwa Luqmân

sebagai seorang ayah sangat penting perannya dalam pendidikan anak,

yaitu dalam hal memberi contoh. Ia, sebagai contoh bagi anaknya telah

memulai dari dirinya sendiri. Ia adalah sosok pemberi peringatan pada

anaknya yang dapat didengar karena kewibawaannya.

Metode yang digunakan, mau’izah (nasehat) tepat sesuai dengan

keadaan Luqmân. Dalam arti, Luqmân hamba saleh yang sesuai antara

ucapan dan perilakunya. Hal ini membuat orang yang dinasehati mudah

menerima karena melihat kesempurnaan pada diri penasehat. Apalagi

Luqmân mengawalinya dengan panggilan manja yang dapat menyentuh

hati anaknya. Susunan materi yang disampaikan pun tepat. Mulanya, ia

memperkokoh dasar, yaitu dengan menyampaikan materi-materi akidah,

berupa larangan menyekutukan Allah, yang kemudian dilanjutkan dengan

materi-materi taklîf (perintah dan larangan). Materi-materi taklîf ini

berupa perintah salat, amar ma’ruf, nahi mungkar, perintah bersabar, tidak

sombong dan tidak berlebihan atau pertengah (tawassut). Semua ini

menunjukkan kesempurnaan Luqmân dalam mendidik anaknya.

B. Saran

Ada beberapa kisah intraksi antara ayah dan anak dalam al-Qur’an. Penulis hanya meneliti tentang Luqmân. Bentuk intraksi yang ada dalam

Page 89: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

77

kisah lain berbeda-beda. Ini akan menarik untuk dikaji apa penyebabnya dan bagaimana titik temu antara kisah-kisah yang ada. Penafsiran al-Sya’râwî bisa dijadikan salah satu data penting untuk menganalisisnya. Karena penafsirannya terkenal dengan kemampuan bahasanya. Terakhir, penulis terbuka atas saran, sanggahan atau kritik yang membangun atas tulisan ini. Penulis yakin penelitian ini masih banyak kekurangan.

Page 90: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

78

DAFTAR PUSTAKA

„Abdurrahîm al-Qamîhî, „Utsmân Ahmad. Al-Syaikh Muhammad

Mutawallî al-Sya‟râwî wa Manhajuh fî al-Tafsîr. Kairo: Dâr al-Salâm, 2013.

„Abduddâim, „Abdullah. al-Tarbiyyah „Abra al-Târîkh, cet. II. Beirȗt:

Dâr al-„Ilm Lilmalâyîn, 1984. „Alî Iyâzî, Muhammad. al-Mufassirȗn Hayâtuhum wa Manhajuhum.

Teherân: Wizârah al-Tsaqâfah wa al-Irsyâd al-Islâmî, 1212 H. „Ȃmir, Târiq „Abd al-Ra`uf. Usȗl al-Tarbiyyah: al-Ijtimâ‟iyyah al-

Tsaqâfiyyah al-Iqtisâdiyyah. t.tp: t.pt, 2008. Abid, Shohibul dkk. Ulumul al-Qur`ân Profil Para Mufassir. Ciputat

Timur: Pustaka Dunia, 2011. Abȗ al-„Ainain, Sa‟îd. al-Sya‟râwî alladzî Lâ Na‟rifuh, cet. IV. Kairo: Dâr

Akhbâr al-Yaum, 1995. al-„Adawwî, Mustafâ. Fiqh Tarbiyat al-Abnâ‟wa Tâifah min Nasâih al-

Atibba‟. cet. I. Mesir: Dâr Mâjid „Asirî, 1998. Amin, M. Rusli. Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman Panduan

Menuju hidup Bahagia, cet. I. Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002. Amin, Nur Syariful, “Peran Ayah dalam Penanaman Nilai-Nilai Spiritual

Pada Anak.” Tesis S2., Universitas Muẖammadiyah Surakarta, 2017.

Amrullah, Eva F.. “Dari Teks Ke Aksi: Merekomendasi Tafsir Tematik,”

dari Hassan Hanafi “Hal Ladaynâ Nadzariyah al-Tafsîr?” dalam Hassan Hanafi, Qadâyâ al-Mu‟asarah fî Fikrinâ al-Mu‟âsir I., Jurnal STUDI AL-QUR‟AN, Vol. I, no. 1, Januari, 2016, 57-58.

Badawî Ahmad Zakî. Mushthalahât al-Tabiyyah wa al-Ta‟lîm: Injilîzî,

Faransî, „Arabî. Dâr al-Fikr al-„Arabî. Bariah, Oyoh. “Konsepsi Pendidikan Anak Menurut Luqman al-Hakim

(Kajian Tafsir Surah Luqman ayat 12-19.)” Tesis S2., Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000.

Page 91: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

79

Dradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. I.

Ciputat: CV. Ruhama, 1994. Ekosusilo, Madyo dan Kasihadi, RB. Dasar-Dasar Pendidikan. T.p: t.th,

t.t. Elia, Heman. “Peran Ayah dalam Mendidik Anak.” Veritas: Jurnal

Teologi dan Pelayanan. Vol. 1, no. 1 (April 2000): 105-113. Faiqoh, Lilik. “Mau‟izah Luqman Kepada Anaknya (Studi atas Penafsiran

KH. Bisri Mustofa terhadap Surat Luqman ayat 12-19 dalam Kitab Tafsir al-Ibriz li Ma‟rifati Tafsir al-Qur`ân al-„Aziz).”

Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

Fauzî, Mahmȗd. Al-Syaikh al-Sya‟râwî wa Qadâyâ Islâmiyyah Hâirah

Tubhatsu „an Hulȗl, cet. II. Dâr al-Nasyr Hâtiyaih. Gunawan, Heri. Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.

Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014. Hakim, Husnul. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir: Kumpulan Kitab-Kitab

Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer, cet. I. Depok: Lingkar Studi Al-Qur‟an, 2013.

al-Hamdi, Muẖammad bin Ibrahîm. Min Akhtâ` al-Azwâj. Riyâd: Dâr Ibn

Khuzaimah, 1419 H. Hasan al-Asyqar, Ibrahîm. Da‟ȗnî wa Rabbî: al-Ayyâm al-Akhîrah fî

Hayât al-Syaikh. Kairo: Dâr al-Raudah, t.th. Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, cet. V. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006. Hasyim, Ahmad Umar. al-Imam al-Sya‟râwî Mufassiran wa Dâ‟iyah.

Kairo: Akhbâr al-Yaum, 1998. Huda, Miftahul. Intraksi Pendidikan: 10 Cara Qur‟an Mendidik Anak .

Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Page 92: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

80

„Izzah Darwazah, Muhammad. al-Tafsîr al-Hadîts: Tartîb al-Suwar Hasab al-Nuzȗl, juz 4, cet. II. Bairȗt: Dâr al-Ghar al-Islâmî, 2000.

Ibn „Ȃsyȗr, Muhammad al-Tâhir. Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr. 21.

Tȗnis: al-Dâr al-Tȗnisiyyah, 1984. Ibn Jabr, Mujâhid. Tafsîr al-Imâm Mujâhid bin Jabr, cet. I. Maînah Nasr:

Dâr al-Fikr al-Islâmî al-Hadîtsiyyah, 1989. Ibn Katsîr al-Dimasyqî, Ismâ‟îl bin „Umar. Qashâsh al-Qur‟ân. Beirȗt:

Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2007. Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan, cet. VIII. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2013. Ismatullah, A.M. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kisah Yusuf (Penafsiran

H.M Quraish Shihab atas Surah Yusuf). Kadir, Abdul dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: KENCANA

PRENADA GROUP, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.IV. PT. Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta, 2008. Kasidi. “Tanggungjawab Orangtua Terhadap Pendidikan Anak:

Perspektif al-Qur`ân.” Irfani: Jurnal Pendidikan. vol. 3, No. 1, 2007.

Ma‟rifah, Muẖammad Hadi. Tafsir al-Mufassirȗn Fî Tsaubihi Liqosyîbi,

cet. II. al-Jâmi‟ah al-Raḍawiyyah Li al-„Ulȗm al-Islamiyyah, 1384.

Maraghî, Ahmad Mustafa al-. Tafsîr al-Maraghî, terj. Bahrun Abu Bakar

dkk, cet. I. Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1989. al-Khâlidî, Salâh. Kisah-Kisah al-Qur‟an: Pelajaran dari Orang-Orang

Dahulu, ter. Setiawan Budi Utoma. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Page 93: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

81

Mi‟roji. “Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Al-Qur`ân (Sebuah Kajian Tafsir Tematik).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang

Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, cet. VII. Jakarta: PT. Raja Geafindo Persada, 2012.

Nata, Abuddin dan Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadits, cet. I.

Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005. Nata, Abuddin. Pendidikan dalam Perspektif al-Qur‟an. Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP, 2016. Palebo, Yanti. “Konsep Pendidikan Anak Menurut Islam.” Irfani: Jurnal

Pendidikan. vol 3. Pasya, Hikmatiar. “Studi Metodologi Tafsir Al-Sya‟râwî.” Studia

Quranika. vol. I (2017). Poerbakawatja, R. Soegarda dan Harahap, H.A.H. ENSIKLOPEDI

PENDIDIKAN, cet. II. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981. Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, cet. 21.

Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014. Quraish Syihab, Muhammad. Pengantin al-Qur`ân: Kalung Permata Buat

Anak-anakku, cet. IX. Jakarta: Lentera Hati, 2007. Quraish Syihab, Muhammad. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan

Keserasian al-Qur`ân. Jakarta: Lentera Hati, 2002. al-Qurthubî. Al-Jâmi‟ li Aẖkâm al-Qur`ân, terj. Fathurrahman Abdul

Hamid dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009. Ramayulis. Dasar-Dasar Kependidikan: Suatu Pengantar Ilmu

Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia, 2015. al-Râzî, Muhammad bin „Umar. Mafâtih al-Ghaib. juz 25. Beirut: Dâr al-

Fikr, 1981.

Page 94: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

82

Rofiah, Nur. “Ayah dan Pengasuhan Anak.” Diakses, 06 Februari, 2019, https://www.swararahima.com/04/07/2018/ayah-dan-pengasuhan-anak/

Rofiqoh, Siti Uswatul. ”Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah

Luqman Al-Hakim (Telaah Tafsir Surat Luqman Ayat 12-19).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015.

Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005. al-Sajistanî, Abȗ Bakr Muhammad bin „Azîz. Gharîb al-Qur‟ân. T.tp:

Maktabah Muhammad „Ȃlî Sabîh wa Aulâdih,1963. Salam, Mohammad Thohir. “Al-I‟jāz Al-Ghaibi dalam Perspektif Al-

Sya‟rāwî dalam Kisah Tenggelamnya Fir‟aun dan Kekalahan Romawi.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Saputra, Irwan. “Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Minat Belajar

Siswa Kelas V Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018.

Sayyid Quthb, Tafsir Fî Ẓilal al-Qur`ân, terj. As‟ad Yasin dkk, cet. I.

Jakarta: Gema Insani, 2004. Siswayanti, Novita. “Dimensi Edukatif pada Kisah-Kisah Al-

Qur`ân.”Jurnal Suhuf. vol. 3, no. 1 (2010): 69-81. Sudiarja, A. Pendidikan Dalam Tantangan Zaman, cet. I. Yogyakarta: PT

Kanisius, 2014. al-Sya‟râwî, Muhammad Mutawallî. Tafsîr wa Khawâtir al-Imâm, juz 1.

Mesir: Dâr al-Islâm, 2010. al-Sya‟râwî, Muẖammad Mutawallî. Khawâtir Haula al-Qur`ân. Mesir:

Akhbâr al-Yaum, t.t.

Page 95: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

83

al-Sya‟râwî, Muhammad Mutawallî, Menjawab Keraguan Musuh-musuh Islam, ter. Abu Abdillah Almansur, cet. 5. Jakarta: Gema Insani Press, 1993.

al-Sya‟râwî, Muẖammad Mutawallî. Suami Istri Berkarakter Surgawi,

terj. Ibnu Barnawa. Jakarta: Al-Kautsar, 2007. Syibromalisi, Faizah Ali dan Azizi, Jauhar. Membahas Kitab Tafsir

Klasik-Modern, cet. I. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet. IX. Bandung:

PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2007. Tatang S. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2015. Tim Penulis, al-Masȗ‟ah al-Qaumiyyah lis-Syakhshiyyât al-Mishriyyah

al-Bârizah, juz 2, bagian mîm (م) yang diakses dari www.sources.marefa.org pada 23 Januari 2020, pukul 23.17 WIB.

Triwiyanto, Teguh. Pengantar Pendidikan, cet. III. Jakarta: Bumi Aksara,

2017. Ulfah, Emilya. “Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga Perspektif Al-

Qur`ân (Analisis Kandungan Qs. Ibrahim ayat 35-41, Qs.

Luqman ayat 12-19, dan Qs. Ash-Shaffat ayat 100-113).” Tesis S2., Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017.

Umi, Siti. “Urgensi Kesaksian (al-Shahadah) Perspektif Mutawallî Al-

Sya‟rawi: Analisis Kesaksian dalam Wasiat, Utang-piutang dan Perzinaan.” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

www.al-qaradawi.net yang diakses pada 25 Januari 2020, pukul 20.12 www.raialyoum.com (رأي اليوم) yang diakses pada 23 Januari 2020, pukul

14.40 WIB.

Page 96: PENDIDIKAN LUQMÂN TERHADAP ANAKNYA DALAM SURAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51989/1/Nova Siti Nurlaela...mengenai hubungan ayah dan anak dalam pendidikan.

84

Yunus, Badruzzaman M. “Tafsir al-Sya‟râwî: Tinjauan Terhadap Sumber, Metode dan Ittijâh.” Disertasi., Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

al-Zamakhsyarî, Mahmȗd bin „Umar. al-Kassyâf „an Haqâiq al-Tanzîl wa

„‟Uyȗn al-Aqâwîl fî Wujȗh al-Ta‟wîl. Juz 21. Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 2009.

Zâyad, Muhammad. al-Râwî Huwa al-Sya‟râwî: Mudzakkarât Imâm al-

Du‟ât, cet. III. Kairo: Dâr al-Syurȗq, 1998. al-Zuhailî, Wahbah. al-Usrah Al-Muslimah Fî al-„Ȃlam al-Mu‟asir, cet.

VI. Damaskus: Dâr al-Fikr, 2010. Zurinal Z dan Sayuti, Wahdi. Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-

Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.