Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
description
Transcript of Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN IBNU KHALDUN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Mangun Budiyanto, M.Si
Disusun Oleh :
Ali Murfi 11470082
Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Genap
Tahun Ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan
judul “Ketauladanan sebagai Metode Pendidikan Islam”.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sedalam - dalamnya kepada :
1) Bapak. Drs. H. Mangun Budiyanto, M.Si Selaku Dosen pengampu mata Filsafat
Pendidikan Islam, yang telah dengan sabar memberi pengarahan dalam penyusunan karya
tulis ini.
2) Seluruh teman – teman jurusan Kependidikan Islam kelas A, yang telah bersedia untuk
bekerja sama dalam penyusunan karya tulis ini.
Terlepas dari segala kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Yogyakarta, 06 Mei 2013
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jika kita berbicara tentang Ibnu Khaldun, beliau adalah seorang sejarawan
sosiologi yang banyak dikagumi oleh kalangan intelektual yang cinta akan ilmu
pengetahuan baik dunia bagian Timur maupun Barat. Hal ini disebabkan pemikiran-
pemikiran Ibnu Khaldun yang banyak tertuang dalam buku karangannya Mukaddimah,
buku pengantar sejarah yang sangat terkenal dan fenomenal. Dari masa Ibnu Khaldun
sampai pada saat ini pemikiran beliau masih sangat relevan digunakan.
Dalam buku Mukaddimah ini selain memperkenalkan kepada kita tentang
pribadi Ibnu Khladun, pemikiran tentang sosial, sarjana dan ‘ulama, diplomat dan
politikus dengan pengalaman-pengalaman di istana sampai ke markas militer di Afrika
Utara dan Spanyol, kita juga diperkenalkan tentang pemikiran Ibnu Khaldun tentang
pendidikan.
Walaupun keadaan lingkungan ketika Ibnu Khaldun lahir tidak stabil, akan
tetapi hal itu tidak menjadi penghambat bagi Ibnu Khaldun untuk terus belajar dengan
kerja keras. Sehingga sampai saat ini pemikirannya sangat populer digunakan golongan
intelektual di belahan dunia.
Selain Mukaddimah, masih banyak buah karya yang ditulis oleh Ibnu Khaldun.
Serta pemikiran pendidikan Ibnu Khaldun yang masih relevan digunakan sampai saat
ini.
Untuk itu makalah ini akan membahas tentang biografi Ibnu Khaldun, Guru dn
murid Ibnu Khaldun, karya-karya dan konsep pendidikan yang ditawarkan beliau.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini
akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan.
1. Bagaimana riwayat hidup atau biografi Ibn Khaldun ?
2. Siapa guru dan murid Ibn Khaldun ?
3. Apa saja karya-karya yang dihasilkan Ibn Khaldun ?
2
4. Bagaimana pemikiran Ibn Khaldun tentang pendidikan terkait tujuan
pendidikan, kurikulum, metode mengajar dan sifat-sifat pendidik?
3
BAB II
ISI
A. RIWAYAT HIDUP
Nama asli dari Ibn Khaldun adalah Abdullah Abd al-Rahman
Abu Zayd Ibn Muhammad Ibnu Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada
bulan Ramadhan 732 H/1332 M, dari keluarga ilmuwan dan
terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan
pemerintahan. Suatu jabatan yang jarang dijumpai dan mampu
diraihorang pada masa itu. Sebelum menyeberang ke Afrika,
keluarganya adalah para apemimpin politik di Moorish (Spanyol)
selama beberapa abad. Dengan latar belakang keluarganya yang
demikian, Ibn Khaldun memeperoleh dua orientasi yang kuat :
Pertama, cinta belajar dan ilmu pengetahuan; Kedua,cinta jabatan
dan pangkat. Kedua factor tersebut sangat menentuan dalam
perkembangan pemikiranya.
Ayahnya bernama Abu Abdullah Muhammad. Ia berkecimpung dalam
bidang politik. Kemudian mengundurkan diri dari bidang politik serta
menekuni ilmu pengetahuan dan kesufian1. Ia ahli dalam bahasa dan
sastra arab. Ia meninggal pada tahun 794 H/1384 M, akibat wabah
pes yang melanda Afrika Utara dengan meninggalkan lima orang
anak. Ketika ayahnya meninggal, Ibnu Khaldun baru berusia 18
tahun.2
Selanjutnya pada tahun 1362 Ibn Khaldun menyeberang ke
Spanyol dan bekerja pada raja Granada. Di Granada, ia menjadi
utusan raja untuk berunding dengan Pedro (raja Granada) dan raja
Castilla di Sevilla. Karena kecakapanya yang luar biasa, ia ditawari
pula bekerja oleh penguasa Kristen saat itu. Sebagai imbalanya,
tanah-tanah bekas milik kelauarganya dikembalaikan padanya. Akan
tetapi, dari tawaran-tawaran yang ada, ia akhirnya memilih tawaran
untuk bekerja sama dengan raja Granada. Kesanalah ia memboyong
1 Abd. Rachman, Muqoddimah Ibn Khaldun, Tahqiq Ali Abd al-Walhid Wafi, (Cairo: Dar al-Nandhah, t.th), hlm. 91
2 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 281
4
keluarganya dari Afrika. Ia tidak lama tinggal di Granada. Ia
selanjutnya kembali ke Afrika dan diangkat menjadi Perdana Menteri
oleh Sultan al-Jazair. Ketika anatara tahun 1362-1375 terjadi
pergolakan politik, menyebabkan Ibn Khaldun terpaksa mengembara
ke Maroko dan Spanyol.
Pada tahun 1382, ia melaksanakan ibadah haji. Setelah
melaksanakan haji, ia kemudian berangkat ke Iskandariah dan
selanjutnya ke Mesir. Di Mesir, ia kemudian diangkat menjadi Ketua
Mahkamah Agung pada masa pemerintahan Mamluk. Selain dikenal
sebagai seorang filosof, Ibn Khaldun dikenal sebagai sosok uyang
memeliki perhatian besar terhadap bidang pendidikan. Hal ini antara
lain terlihat dari pengalamanya sebagai pendidika yang berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lainya. Pada tahun 1406, Ibn
Khaldun meninggal dunia di Mesir dalam usia 74 tahun.3
Secara singkat ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalanan hidup
Ibnu Khaldun yaitu:4
Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Yakni, ia belajar Al-quran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab
Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Periode kedua, pada usia 20 tahun ia bekerja sebagai sekretaris Sultan Fez di
Maroko. Akan tetapi setelah Tunisia dan sebagian kota masyrik dan Maghrib dilanda
wabah pes yang dasyat pada tahun 749 H, mengakibat kan ia tidah dapat melanjutkan
studinya. Bahkan, pada waktu itu ia kehilangan orang tuanya dan sebagian
pendidikanya. Dengan kodisi yang demikian, maka pada tahun 13362 ia pindah ke
Spanyol.
Periode ketiga, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai
posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat
fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam
penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode keempat, kehidupan Ibnu
Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun
3 Ibid, hlm 2824 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006 ), hlm.222-234
5
melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Ibnu Khaldun
wafat pada tanggal 26 Ramadhan 808 H (16 Maret 1406 M), tak lama setelah ditunjuk
ke enam kalinya menjadi seorang hakim.
B. GURU DAN MURID IBN KHALDUN
1. Guru-Guru Ibn Khaldun
Dibalik keberhasilan yang dicapai oleh Ibnu Khaldun tidak luput dari jasa
guru-gurunya yang memberikan berbagai pelajaran dan mengajarkan pengalaman
mereka kepada beliau. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa guru-guru yang ada
dibalik keberhasilan Ibnu Khladun. Antara lain:
1) Abu Abdullah Muhammad yaitu ayahnya yang menjadi guru pertama Ibnu
Khaldun. Dari ayahnya beliau belajar membaca, menulis dan bahasa Arab.
2) Abu Abdullah Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Burral al-Anshari, ia termasuk
pendidik Ibnu Khaldun dalam bidang al-Qur’an dan Qira’atul Sab’ah.
3) Syeikh AbdullahIbn al-‘Arabi al-Hasayiri, Muhammad al-SAwwas al-Zarazli
Ahmad Ibn al-Qassar, Syekh Syams al-Din Abu Abdullah Muhammad al-
Wadisyasyi, mereka adalah pendidik /guru dalam bidang ilmu hadist, bahasa Arab
dan Fiqh.
4) Abdullah Muhammad Ibn Abd al- Salam, ia adalah pendidik khusus kitab al-
Muwattha’ karya imam Malik.
5) Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti Abd al-Muhaimin al-Hadrami dan Muhammad
Ibn Ibrahim al- Abili, mereka adalah pendidik ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu
tehnik, kebijakan dan pengajaran dan ilmu pokok al-Qur’an hadist.
6) Syekh Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad al-Wadiyasyi, ia mengajarkan
ilmu hadis dan fiqih serta bahasa Arab pada Ibnu Khaldun.
Namun sebagaimana yang dikatakan Ramayulis dan Samsul Nizar dalam
buku” ensiklopedi tokoh pendidikan” bahwa ada dua guru Ibnu Khaldun yang
sangat berjasa kepada beliau yaitu Muhammad Ibnu Ibrahim al-Abili dalam bidang
ilmu filsafat dan syekh Abd al-Muhaimin Ibn al-Hadramani dalam ilmu-ilmu
agama. Dari kedua guru inilah beliau belajar al-Kutubu Sittah dan al-Muwattha’.5
2. Murid-Murid Ibn Khaldun5 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Quantum Teaching,
2005), hlm. 17
6
Keilmuan Ibnu Khaldun memberikan bias menjadi guru yang diakui
keilmuan yang dimilikinya, hal ini terbukti dengan banyaknya murid-murid Ibnu
Khaldun yang berhasil dalam keilmuannya. Para murid beliau belajar bersama
beliau ketika di al-Azhar selain menjadi seorang pengajar beliau juga diangkat
sebagai hakim tinggi. Ada dua orang murid Ibnu Khaldun yang terkenal dengan
keilmuannya dan telah mengarang beberapa buku. Mereka adalah:
1) Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali al-Maqrizi, ia adalah sejarawan dan telah
mengarang buku al-Suluk li Ma’rifah Duwal al-mulk. Buku tentang sejarah
yang dikarang oleh Al-Maqrizi sampai sekarang menjadi rujukan para
sejarawan modern.
2) Ibnu Hajar al- ‘Asqalani, ia adalah murid Ibnu Khaldun yang terkenal sebagai
ahli hadis dan sejarawan terkemuka.
C. KARYA-KARYA IBN KHALDUN
Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah:
a) Kitab Muqaddimah, yang merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri
dari bagian muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang
merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang mengangkat
nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema muqaddimah ini adalah
gejala-gejala sosial dan sejarahnya.
b) Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa
al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar.
(Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang
mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar,
serta Raja-raja Besar yang Semasa dengan Mereka), yang kemudian terkenal
dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri dari tiga buku dan beberapa jilid.
c) Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau disebut al-
Ta’rif, dan oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian
terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan
Ibnu Khaldun. Dia menulis autobiografinya secara sistematis dengan menggunakan
metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-bab, tapi saling berhubungan antara satu
dengan yang lain.
d) Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin
e) Syifa ‘al syail li Tahdz.
7
8
D. PEMIKIRAN IBN KHALDUN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
1. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibn Khaldun seperti yang dikutip oleh Ramayulis dan Syamsu Nizar6 , tujuan
pendidikan beraneka ragam dan bersifat universal. Di antara tujuan pendidikan
tersebut adalah;
a) Tujuan Peningkatan Pemikiran
Ibn Kaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah
memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan ativitas. Hal
ini dapat dialkukna melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan. Dengan
menuntut ilmu dan ketrampilan, seorang akan dapat meningkatkan ketrampilan
potensi akalnya. Di samping itu, melalui potensinya akal akan mendorong manusia
untuk memperoleh dan melestarikan pengetahuan. Melaluai proses belajar manusia
senantiasa mencoba meneliti pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi
yang di peoleh oleh pendahulunya. Manusia mengumpulkan fakta-fakta dan
menginvestarisasikan ketrampilan-ketrampilan yang di kuasainya untuk
memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan yang semakin meningkat sepanjang
masa sebagai hasil aktivitas akal manusia. atas dasar pemikkiran tersebut, maka
tujuan pendidikan menurut Ibn Khaldun adalah peningkataan kecerdasan manusia
dan kemampuannya berfikir. Dengan kemampuanya tersebut, manusia akan dapat
meningkatkan pengetahuannya dengan cara memperoleh banyak warisan
pengetahuan pada saat belajar.
b) Tujuan Peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemsayarakatan, Ibn Khaldun berpendapat bahwa ilmu dan
pengajaran adalah lumrah bagi manusia. Ilmu dan pengajaran sangat diperluhkan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Semakin
dinamis budaya masyarakat, maka akan semakin bermutu dan dinamis pula
ketrampilan di masyarakat tersebut. Untuk itu, manusia sayogyanya senantiasa
berusaha memperoleh ilmu dan ketrampilan sebanyak mungkin sebagai salah satu
cara membantunya untuk dapat hidup dengan baik dalam masyarakat yang dinamis
dan berbudaya. Jadi, eksistensi pendidikan menurutnya merupakan suatu sarana
6 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 283-284
9
yang membantu individu dan masyarkat menuju kemajuan dan kecermelangan. Di
samping meningkatkan segi kemasyarakatan manusia, pendidik juga mendorong
terciptanya tatanan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik.
c) Tujuan pendidikan dari segi kerohaniaan
Adalah dengan meningkatkan kerohanian manusia dengan menjalankan praktek
ibadah, zikir, khalawat (menyendiri) dan mengasingkandiri dari khlayak ramai
sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagai mana yang dilakukan oleh para sufi.
2. Kurikulum dan Klasifikasi Ilmu
Ibn Khaldun, seperti yang dikutip oleh Ramayulis dan Syamsu Nizar7,
membuat klasifikasi ilmu dengan menerangkan pokok pokok pembahasannya bagi
peserta didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan, karena kurikulum dan sistem
pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik, akan
menjadikan mereka enggan dan malas belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Ibn
Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam yaitu :
1. Kelompok ilmu lisan (bahasa) : ilmu tentang tatabahasa (gramatika), sastra
dan bahsa yang tersusun secara puitis (syair).
2. Kelompok ilmu Naqli : ilmu yang diambil dari kitap suci dan sunnah nabi.
3. Kelompok ilmu Aqli : ilmu-ilmu yang diperoleh manusia melalui kemampuan
berfikir. Proses perolehan tersebut melalui panca indera dan akal.
Ibn Khaldun menyusun ilmu-ilmu naqli sesuai manfaat dan kepentingannya bagi
peserta didik kepada beberapa ilmu, yaitu :
1. Al-Qur’an dan Hadis
2. Ulum al-Qur’an
3. Ulum al-Hadis
4. Ushul al-Fiqih
5. Fiqih
6. Ilmu al-Kalam
7. Ilmu al-Tasawuf
7 Ramayulis dan Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm. 284-287
10
8. Ilmu Ta’bir al Ru’ya
Menurutnya, al-Qur’an adalah ilmu yang pertamakali harus diajarkan
kepada anak. Al-Qur’an mengajarkan anak tentang syari’at Islam yang dipegang
teguh oleh para ahli agama dan di junjung tinggi oleh setiap umat Islam. Al-Qur’an
yang telah ditanamkan kepada peserta didik akan jadi pegangan hidupnya. Proses
ini hendaknya dilakukan sedini mugkin, karena pengajaran pada masa kanak-kanak
masih mudah karena otaknya masih jernih.
Ilmu-ilmu Naqli ditunjukan hanya kepada pemeluk agama Islam.
Walaupun dalam setiap agama sebelumnya ilmu-ilmu tersebut telah ada, akan tetapi
berbeda dengan apa yang terdapat dalam Islam. Dalam Islam, eksistensi ilmu
berfungsi menasakhkan ilmu-ilmu dari setiap agama yang lalu dan
mengembangkan kebudayaan manusia secara dinamis.
Secra khusus ilmu Aqli dibaginya kepada empat klompok, yaitu :
1. Ilmu Logika (Mantiq)
2. Ilmu Fisika; termasuk didalamnya ilmu kedokteran dan ilmu pertaniaan
3. Ilmu Metafisika (‘Ilahiyat)
4. Ilmu Matematika termasuk di dalamnya ilmu Geografi, Aritmatika dan
Aljabar, ilmu Musik, ilmu Astronomi, dan ilmu Nujum.
Mengenai ilmu nujum, Ibn Khaldun menganggabnya sebagai ilmu yang
fasid. Pandangannya ini didasarkan bahwa ilmu tersebut dapat dipergunakan untuk
meramalkan segala kejadian sebelum terjadi atas dasar perbintangan. Hal itu
merupakan suatu yang batil dan berlawanaan dengan ilmu tauhid yang menegaskan
bahwa tak ada yang menciptakan kecuali Allah sendiri.
Menurut Ibn Khaldun, mempelajari ilmu-ilmu aqli (rasio) di pandang
sebagai suatu yang lumrahbagi manusia dan tidak hanya milik suatu agama. Ilmu-
ilmu aqli (rasio) dipelajari oleh penganut seluruh agama. Mereka sama-sama
memenuhi syarat untuk mepelajari dan meakukan penelitian terhadap ilmu-ilmu
aqli (rasio). Ilmu-ilmu ini telah di kenalkan manusia sejak peraapan dikenal oleh
manusia di dunia ini. Ia menyebut bahwa ilmu-ilmu aqli merupakan ilmu-ilmu
filsafat dan kearifan. Hanya dapat diketahui oleh manusia melalui proses berfikir
dan meneliti, bukan berdasrkan wahyu. Ilmu-ilmu rasio sepantasnya di pelajari dan
11
dikuasai sebagian manusia. Hal ini disebabkaan, demikian besar manfaatnya untuk
kehidupan individu dan masyarakat.
Ibn khaldun berupaya menyusun ilmu-ilmu tersebut di atas berdasarkan urgensi dan
faedahnya bagi peserta didik, yaitu :
1. Ilmu Syari’ah denagan semua jenisnya
2. Ilmu Filsafat (Rasio) ; ilmu Alam (Fisika) dan ilmu ke Tuhanan (Metasfisika)
3. Ilmu alatyang membantu ilmu agama ilmu Bahasa Gramatika, dan
sebagainya
4. Ilmu alat yang membantu ilmu Filsafat (ratio) ; ilmu Mantiq, dan Ushul Fiqh
Secara umum (global), kempat ilmu tersebut di atas kemudian di bagi oleh
ibn Khaldun menjadi dua golongan yaitu : (1) ilmu-ilmu pokok (2) ilmu-ilmu alat.
Ilmu-ilmu syari’ah dan ilmu-ilmu fisafat berada pada satu klasifikasi. Khaldun
menamakannya dengan ilmu-ilmu pokok (al-ulum al-maqsudah bi zatiha). Namun
demikian, ia lebih mengutamakan ilmu-ilmu Syari’ah daripada ilmu-ilmu filsafat
karena merupakan merupakan asas dari ilmu-ilmu. Menurutnya, ilmu sayri’ah
datang dari Allah dengan perantara nabi. Manusia hendaknya menerima apa yang
dibawa oleh nabi, melaksanakan dan mengikutinya untuk tercapainya kebahagiaan.
Adapun golongan ketiga dan keempat, Ibn Khaldun meletakan pada
klasifikasi alat tersebut, ia dengan tegas mengutamakan ilmu-ilmu alat untuk
membantu mempelajari ilmu-ilmu agama, karena sangat penting untuk membantu
memahami teks-teks mulia (al-muqaddasah), al-Qur’an dan Hadits, terutama ilmu
bahasa Arab dengan berbagai jenisnya. Ia meletakan ilmu-ilmu filsafat pada posisi
terahir. Ia menganjurkan peserta didik mempelajari lmu-ilmu alat, ilmu-ilmu bahasa
Arab dengan berbagai jenisnya dan ilmu-ilmu ratio sekedar membantu memahami
ilmu-ilmu Syari,ah yang merupakan ilmu pokok.
3. Metode Mengajar
Dalam hubungannya dengan proses mengajarkan ilmu kepada pesserta
didik, Ibn Khaldun menganjurkan agar para pendidikan mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan mengetahui faedah
yang dipergunakannya dan seterusnya. Terhadap peserta didik, hendaknya tidak
boleh diajar dengan kasar dan dengan makaian. Bila hal tersebut dilakukan, maka
12
akan menyebabkan anak menjadi pemalas, pembohong, tidak bisa mendiri, kasar,
tidak berakhalak mulai, keras kepala, suka membantah, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan metode di atas, Ibu Khaldun menganjurkan agar
pendidikan bersikap sopan dan bijaksana terhadap peserta didiknya. Demikian pula
halnya dengan orang tua agar memiliki sikap tersebut dalam menhadapi anaknya.
Hal ini sangat urgenkarena orang tua merupakan pendidikan yang pertama dan
utama dalam upaya pembentukan kepribadian seorang anak. Namum demikian, jika
dalam keadaan memaksa yang menuntut harus memukul si anak, maka pukulan
tersebut tidak boleh lebih dari tiga kali, tidak boleh membahayakan, dan lebih
ditekankan pada aspek edukasi.
Dalam proses belajar mengajar, ia mengajurkan untuk menpergunakan
jalan pengajaran konsentris untuk mata pelajaran tertentu. Langkah pertama yang
harus ditempuh adalah peserta didik diberi pelajar tentang soal-soal mengenai
setiap cabang pembahasan yang dipelajarinya.
Keterangan terhadap materi pelajari yang diberikan hendaknya bersifat
umum, yaitu dengan memparhaikan kekuatan pikiran peserta didik dan
kesanggupannya memahami apa yang diberikan kepadanya. Apa bila dengan jalan
tersebut seluruh pembahasan pokok telah dipahami, maka berate peserta didik telah
memperolah keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan tersebut.
Akan tetapi, hal tersebut baru merupakan sebagaian keahlian yang yang
belum lengkah. Adapun hasil keseluruhan dari keahlian yang ingin di capai adalah
agar peserta didik mampu memahami pembahasan secara keseluruhan dengan
segala seluk-beluknya. Jika pembahasan yang diberikan belum mampu tercapai
secara maksimal, maka harus diulang kembali hingga dikuasai secara rinci, luas,
dan mendalam.
4. Sifat-sifat Pendidik
Seorang pendidik akan berhasil dalam tugasnya apabila memiliki sifat-sifat
yang mendukung profesionalisnya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah :
1. Pendidikan hendaknya lemah lembat, senantiasa menjauhi sifat kasar, serta
menjauhi hukman yang merusak pisik dan psikis peserta didik, terutama
13
terhadap anak-anak yang masih kecil. Hal ini di sebabkan, karena dapat
menimbulkan kibiasaan yang buruk nagi mereka (peserta didik).
2. Pendidikan hendaknya menjadikan dirinya sebagai Uswah al- Hasanah (suri
teladan) bagi peserta didik. Keteladan di sini di pandang, sebagai suatu cara
yang ampuh untku membina akhalak dan menanamkan prinsip-prisip terpuji
kepada jiwa peserta didik.
3. Pendidikan hendaknya memperhatikan kondisi peserta didil dalam
memberikan pengajaran, sehingga metode dan materi dapat disesuaikan secara
proporsional.
4. Pendidikan hendaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang berguna.
Menurut Ibn Khaldun, di antara cara yang paling baik untuk mengisi waktu
senggang adalah dengan menbiasakan anak-anak menbaca terutama membaca
Al-Qur’an, sejarah syair-syair, hadis nabi, bahasa Arab, dan retorika.
5. Pendidikan harus professional dan mempunyai wawasan yang luas tentang
peserta didik, terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
jiwanya, serta kesiapan untuk menerima pelajaran.
14
BAB
III
A. KESIMPULAN
Nama asli dari Ibn Khaldun adalah Abdullah Abd al-Rahman
Abu Zayd Ibn Muhammad Ibnu Khaldun. Ia dilahirkan di Tunisia pada
bulan Ramadhan 732 H/1332 M, dari keluarga ilmuwan dan
terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah
dan pemerintahan. Ibn Khaldun memeperoleh dua orientasi yang
kuat : Pertama, cinta belajar dan ilmu pengetahuan; Kedua,cinta
jabatan dan pangkat. Kedua factor tersebut sangat menentuan
dalam perkembangan pemikiranya
Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah 1) Kitab
Muqaddimah. 2) Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam
al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani
al-‘Akbar. 3) Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban , 4)
Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin. 5) Syifa ‘al syail li Tahdz.
Terkait pemikiran Ibn Khaldun tentang pendidikan, Ia menghasilkan
beberapa pemikiran dianataranya adalah tujuan pendidikan yang meliputi tujuan
penigkatan pemikiran dan tjuan peningkatan kemasyarakatan. Mengenai kurikulum
dan klasifikasi ilmu dibagi menjadi tiga yaitu Kelompok ilmu lisan, Kelompok ilmu
Naql, dan Kelompok ilmu Aqli. Sedangkan sifat-sifat yang harus dimilki oleh seorang
pendidik adalah Pendidik hendaknya lemah lembut, Pendidik hendaknya menjadikan
dirinya sebagai Uswah al- Hasanah, Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi
peserta didik, Pendidik hendaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang
berguna, Pendidik harus professional dan mempunyai wawasan yang luas tentang
peserta didik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis dan Syamsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta : Kalam Mulia
. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam.
Jakarta : Quantum Teaching
Abd. Racman. Muqodimmah Ibn Khaldun, Tahqiq Ali Abd al-Walhid
Wafi. Cairo : Dar al-Nandhan
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islsm. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Hasyim, Hasyim. 2012. Watak Peradaban dalam Epistimologi Ibn Khaldun. Yogyakarta :
Pustaka belajar
Abraham, Iqbal dan Teguh Susanto. 2012. Tokoh-Tokoh Inspiratif Pewaris Nabi.
Yogyakarta : SABIL
Maunah, Binti. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam: Metode
Penyusunan dan Desain Belajar. Yogyakarta: Sukses Offset
16