PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA TEHNIS …. Database: Prinsip Tatakelola Fisik dan Data ... ondition...
Transcript of PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA TEHNIS …. Database: Prinsip Tatakelola Fisik dan Data ... ondition...
( 1 )
A. TUJUANTujuan Diklat adalah meningkatkan kemampuan pegawai museum (khususnya yang
berhubungan dengan koleksi) dalam melaksanakan kegiatan registrasi dan kurasi secara teori dan praktis.
B. MATERI DIKLATTeori akan meliputi pengetahuan:
1. Administrasi dasar koleksi dan tehnis deskripsi, registrasi, dokumentasi, inventarisasi, katalogisasi, identi�kasi/ klasi�kasi, kondisi, dan sejenisnya dengan Rumus ABC-PQR dan Alur Studi - Interpretasi Koleksi yang sebenarnya (Curation Process). Lampiran 1, 2 dan 10.
2. Database: Prinsip Tatakelola Fisik dan Data Koleksi.Praktik akan meliputi:1. Instalasi Database dan �le/ berkas pendukung.2. Pengolahan data survai lapangan (BMN) dari Seksi Registrasi (DATA 01) menjadi data
lengkap, berupa lembar Katalog Koleksi (DATA 02), lihat Lampiran 3. Pelatihan ini akan meliputi praktik pensortiran data koleksi tekstil yang tercampur dengan data koleksi lain.;
3. Validasi data (nomor inventaris) dan foto ganda, serta praktik mencari duplikasi dan mereview data dari tahun 1994 (20 tahun yang lalu).;
4. Penelusuran nama, asal benda, asal lokasi, bahan dan foto penunjang pada data-data lama dalam sistem database (Lampiran 7 dan 8.). Optimalisasi sistem database dengan melengkapi alamat lokasi bahan-pustaka sebagai rujukan, �le/ berkas foto atau artikel yang berhubungan dengan koleksi dan daerah asal koleksi. Output Database ini bisa berupa Lembar Inventaris, Katalog dan Daftar Koleksi (Lampiran 4).;
5. Pembuatan “Daftar Simpan Koleksi dengan Sortir Data per Lokasi” (Model A) dan “Daftar Simpan Koleksi dengan Sortir Data per Nomor Inventaris” (Model B), sekaligus menyiapkan Petalokasi Simpan Koleksi (Lampiran 5 dan 6).;
6. Pengenalan kondisi lapangan: Tata Pamer - Simpan Koleksi dan Alat Penunjang Proses Penelitian, Lampiran 11.
PENDIDIKAN DAN PELATIHANTENAGA TEHNIS KOMPUTER KURASI-REGISTRASIMUSEUM NASIONAL 2014
Puji Yosep Subagiyo [primastoria.net]Instruktur Kurasi dan Aplikasi Sistem Database MuseumSeksi Observasi – Bidang Perawatan dan Pengawetan
SEJARAH NUMISMATIKDAN HERALDIKARKEOLOGI PRASEJARAHETNOGRAFI GEOGRAFI
Kelompok
( 2 )
ALUR
KEL
UAR-
MAS
UK D
AN K
OMPU
TERI
SASI
DAT
A KO
LEKS
I
INVE
NTAR
ISAS
IDA
N PE
NELI
TIAN
PEM
ILIK
BE
NDA
PENG
ELOL
ALA
IN-L
AIN
* TIM
/PAN
ITIA
* **
BIDA
NGRE
GIST
RASI
DAN
DOKU
MEN
TASI
TIM
PE
NGAD
AAN
KOLE
KSI,
PANI
TIA
PAM
ERAN
, DLL
.
DIUS
ULKA
N/DI
TAW
ARKA
N ME
NJAD
IKO
LEKS
IMU
SEUM
DIDA
FTAR
/DI
CATA
TSE
LEKS
I
MEME
NUHI
SY
ARAT
TIDA
KME
MENU
HI
SYAR
AT
BENDA
DIBE
LI*
DIHI
BAH/
* SUMB
ANGK
ANDI
PINJ
AM/
*LA
IN-L
AIN
*TI
TIPK
AN
MENJ
ADI
KOLE
KSI
MUSE
UM
DIRE
GIST
RASI
DA
N DO
KUME
NTAS
I
BIDA
NGRE
GIST
RASI
DAN
DOKU
MEN
TASI 1.
Nom
or R
egist
rasi
2. N
omor
Inve
ntar
is3.
Nam
a Ko
leks
i4.
Kel
ompo
k
a. P
embu
atan
b. P
erol
ehan
6. A
sal (
Tem
pat)
a. S
emen
tara
b. T
etap
a. B
ahan
b. U
kura
nc.
dll.
7. D
eskr
ipsi
Sing
kat
a. C
ara
Pero
leha
n
(hib
ah, b
eli/h
arga
,
dll.
)b.
Keg
unaa
n
8. R
iway
at S
ingk
at
9. K
eter
anga
n Ta
mba
han
Data
Isia
n Re
gist
rasi
5. L
okas
i Sim
pan
(Sub
Kel
ompo
k)
PENG
ELOL
A KO
LEKS
I
KOM
PUTE
RISA
SI
DATA KOLEKSI
DITE
RIM
A/ M
ASUK
DITO
LAK/
KEL
UAR
Peng
elol
a/ P
elak
sana
(RE)
INV
ENTA
RISA
SI/
(HER
) RE
GIST
RASI
1. N
omor
Reg
istra
si2.
Nom
or In
vent
aris
3. N
ama
Kole
ksi
4. K
elom
pok
dan
a. P
embu
atan
b. P
erol
ehan
6. A
sal (
Tem
pat)
a. S
emen
tara
b. T
etap
a. B
ahan
b. U
kura
nc.
dll.
7. D
eskr
ipsi
Leng
kap
a. C
ara
Pero
leha
n
(hib
ah, b
eli/h
arga
,
dll.
)b.
Keg
unaa
n
8. R
iway
at L
engk
ap
9. K
eter
anga
n Ta
mba
han
Data
Isia
n In
vent
aris
asi
5. L
okas
i Sim
pan
Sub
Kelo
mpo
k
10. R
efer
ensi
Peng
elol
a/ P
elak
sana
TIM
PEN
GADA
AN K
OLEK
SI,
PANI
TIA
PAM
ERAN
, DLL
.DE
NGAN
PER
SETU
JUAN
KEPA
LA M
USEU
M
Lampiran 1.
(10) (20) (30) (40) (50) (70)
KERAMIK(60)
Gam
bara
n In
ti Il
mu
dan
Tekn
olog
i Bah
an
Sist
em P
eruj
ukan
Ben
daSe
ni -
Buda
ya
Data
Isia
n Re
gist
rasi
STU
DI
KO
LEK
SI
Data
Isia
n In
vent
aris
asi
DATA KOLEKSI KOLEKSI
Data
Isia
n Re
gist
rasi
1. N
omor
Reg
istra
si2.
Nom
or In
vent
aris
3. N
ama
Kole
ksi
4. K
elom
pok
a. S
emen
tara
b. T
etap
5. L
okas
i Sim
pan
(Sub
Kel
ompo
k)
Data
Isia
n In
vent
aris
asi
1. N
omor
Reg
istra
si2.
Nom
or In
vent
aris
3. N
ama
Kole
ksi
4. K
elom
pok
dan
a. S
emen
tara
b. T
etap
5. L
okas
i Sim
pan
Sub
Kelo
mpo
k
REIN
VENT
ARIS
ASI
HERE
GIST
RASI
Data
Isia
n Ka
talo
gisa
si1.
Nom
or R
egist
rasi
2. N
omor
Inve
ntar
is3.
Nam
a Ko
leks
i4.
Kel
ompo
k da
n
6. A
sal (
Tem
pat)
5. L
okas
i Sim
pan
Sub
Kelo
mpo
k
7. D
eskr
ipsi
Leng
kap
REKA
TALO
GISA
SI
REGI
STRA
SIIN
VENT
ARIS
ASIKA
TALO
GISA
SI Data
Isia
n Ka
talo
gisa
si
1. N
omor
Reg
istra
si2.
Nom
or In
vent
aris
3. N
ama
Kole
ksi
4. K
elom
pok
dan
6. A
sal (
Tem
pat)
5. L
okas
i Sim
pan
Sub
Kelo
mpo
k
7. D
eskr
ipsi
Leng
kap
1. N
omor
Reg
istra
si2.
Nom
or In
vent
aris
3. N
ama
Kole
ksi
4. K
elom
pok
a. S
emen
tara
b. T
etap
5. L
okas
i Sim
pan
(Sub
Kel
ompo
k)
1. N
omor
Reg
istra
si2.
Nom
or In
vent
aris
3. N
ama
Kole
ksi
4. K
elom
pok
a. S
emen
tara
b. T
etap
5. L
okas
i Sim
pan
(Sub
Kel
ompo
k)
KONT
EKS
KULT
URAL
(ben
da d
alam
kon
teks
nya)
INTE
RPRE
TASI
(ben
da k
e-ko
ntek
snya
)PR
OSES
KUR
ASI
(ben
da h
ilang
kon
teks
nya)
ANAL
ISA
KOM
PARA
TIF
3
4
1
2
Skem
a Pr
oses
Kur
asi
ABC-
PQR
RU
MU
S
( 3 )
Lampiran 2.
ALUR
STUD
I - IN
TERP
RETA
SI K
OLEK
SI
Age
= Um
urBe
auty
= K
eind
ahan
Cond
ition
= K
ondi
siPr
ice =
Har
gaQu
ality
= K
ualit
asRa
rity
= Ke
lang
kaan
Jam
es C
liffo
rd (1
988:
224)
Susa
n M.
Pea
rce
(199
4:26
3)
Lawr
ence
van
Vla
ck (1
985)
Pam
ela
B. V
andi
ver,
et.a
l. (1
991)
Susa
n M.
Pea
rce,
edi
t. (1
989:
99)
(100
0) E
TNOG
RAFI
(Klp)
Kel
ompo
k &
Kod
e
(110
0) T
ekst
il (S
ubKl
p)(1
101)
Bat
ik (S
ubSu
bKlp)
(110
2) Ik
at(1
176)
Ikat
Pak
an
(200
0) G
EOG
RAFI
(300
0) S
EJAR
AH
(400
0) A
RKEO
LOGI
(600
0) K
ERAM
IK
(700
0) P
RASE
JARA
H
(117
9) Ik
at P
akan
+
Song
ket
(500
0)NU
MIS
MAT
IK &
HERA
LDIK
Daftar BMN 2014Bidang Registrasi dan Dokumentasi
tekstil
noda7. Kondisi:
25 Februari 2014
5. Ukuran :
Seprai
1. Jenis Koleksi:
4. Tempat Penyimpanan:
204683. Nomor Inv.:
Etnografi
2. Nama Benda:
storage lantai 5
6. Bahan :
8. Tanggal Pengamatan:
Pj. Lb. (cm)230 158
000001
kapasBagus8. Kondisi:
13 September 1994
6. Ukuran :
Palampos1. Jenis Koleksi:
5. Tempat Penyimpanan:
20468 b4. Nomor Inv.:
Etnografi2. Nama Benda:
7. Bahan :
31B/7
9. Tanggal Pengamatan:
Pj. Lb.GB.ST5.031.04(LAMA) (BARU)GA.14b.
238 x 162 cm.
000001
Lampung India3. Asal Benda:
(LAMA) 20468 b (BARU) 20468 b (FOTO)
Kain sablon dan colet10. Catatan:
Daftar Koleksi TekstilBidang Perawatan dan Pengawetan
238 162
DAT
A 01
.D
ATA
02.
( 4 )
Lampiran 3.
99Usia: Tahun.
(Sub) Kelompok: Tekstil Sablon
Lampiran 4.
( 5 )
GB.ST5.031.04 000003LIT-MNI / 5 2014.
LEMBAR INVENTARIS TEKSTILMUSEUM NASIONAL
/
Kain palamposa. Bentuk:238 x 162 cm.b. Ukuran:
kapasc. Bahan:merah, biru, hijau, hitam, kuning, polos.d. Warna:
palmet (paisley), florale. Motif/Hiasan:sablon (print), coletf. Teknik Pembuatan:
Kain palampores (baca: palampos) adalah kain katun bermotifkan seperti pohon hayat,palmet, dll. yang dibuat dengan tehnik sablon-blok (block-print) dari India yang banyakdipasarkan ke Eropa. Pada sekitar tahun 1915-an kain palampos dipasarkan olehBelanda sampai ke Indonesia (Storey, 1992:20-24). Kain palampos digunakan sebagaipenutup, hiasan dinding, dll.Di sini, kain palampos berupa kain katun berwarna latar putih (polos) yang digambarisebuah pintu serambi dan ornamen-ornamen geometris khas Timur Tengah, sepertigambar-gambar yang umum di sajadah (alas sembahyang orang muslim). Teknikpenerapan warna yang membentuk pola-hias adalah teknik sablon, dan mungkin jugacolet (free-hand painting). Hal ini nampak sekali dengan adanya pergeseran warna padaornamen-ornamen yang telah disebut di atas.
g. Uraian:
a. Tempat Asal:
kain penutup, hiasan dinding, dll.e. Kegunaan/ Fungsi:
01/01/1915f. Tahun Perolehan:
BeliTemuan
Hadiah/ HibahTransaksi lain
g. Cara Perolehan:
Baik Cukup Rusak Lain-lain7. Kondisi:
Ref.: J.E. Jasper & M. Pirngadie (1916:88-89). J.E. Jasper & M. Pirngadie (1997):Seni Batik, Tim Peneliti Batik Indonesia, trans-edit-anot: S.H. Adiwoso & P.Y.Subagiyo, Tokyo - Jakarta. Subagiyo, P.Y. (1996): Metal Thread Exam..., JambiInt. Symposium. hal.11-13. Storey, Joyce (1992): Textile Printing, London,Thames & Hudson. hal.20-24. John Guy (1998): Woven Cargoes - IndianTextiles in the East, Thames & Hudson.
8. Keterangan, Referensi, dll.:
Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain
9. Teknik Pengamatan: 13 September 1994Tanggal Pengamatan:
Tanda tanganKurator:
Puji Yosep SubagiyoNama Kurator:
X
5. Deskripsi Benda:
6. Riwayat Benda:
noda sedikit
.baKgnupmaLaidnI.porP Negara
Indiab. Tempat Pembuatan:
Lampungc. Tempat Temuan:
d. Tahun Pembuatan:
4. Tempat Penyimpanan:
20468 b b 86402:.vnI romoN .3
Nomor Reg.:
(lama) (baru)
20468 bNo. Foto:
Silang polosSilang keparTapestriRep
SatinDamasOther...
Tehnik Tenun/Nir-Tenun :
Brokat (brocade)Kelim (slit/interlocked)Perca (applique)PilihSongketSulam (embroidery)Sulam bantal (quilting)Sulam cucuk (couching)SungkitOther...
K-1aK-1bK-2aK-2bK-2c
K-3aK-3bK-3cK-4aK-4b
K-5aK-5bOther...
Kategori Penerapan Logam :
KETERANGAN KHUSUS (ATRIBUT)
Pewarnaan (Pencelupan/Pigmentasi) :
BiasaBatikIkat
Plangi/JumputanTritikOther...
ColetPrada
Sablon/ PrintingOther...
GB.ST5.031.04
)urab()amal(
14b. (31B/7)
Palampos1. Jenis Koleksi: Etnografi2. Nama Benda:
)amal()urab(
(Sub) Kelompok: Tekstil Sablon
99Usia: Tahun.
( 6 )
Lampiran 5.
Tanggal: 17 Mei 2014
192681 GB ST5 001 01
233282 GB ST5 001 01
233293 GB ST5 001 01
266424 GB ST5 001 01
266415 GB ST5 001 01
209956 GB ST5 001 01
242717 GB ST5 001 01
202138 GB ST5 001 01
00576 c9 GB ST5 001 01
2664310 GB ST5 001 01
1926211 GB ST5 001 02
2413112 GB ST5 001 02
00576 A13 GB ST5 001 02
00576 B14 GB ST5 001 02
2323015 GB ST5 001 02
2040616 GB ST5 001 02
2039617 GB ST5 001 02
2378218 GB ST5 001 02
2145219 GB ST5 001 02
2039420 GB ST5 001 02
00021 GVT21 GB ST5 001 02
2332722 GB ST5 001 02
2653823 GB ST5 001 03
03263 TN24 GB ST5 001 04
2041825 GB ST5 001 04
0052226 GB ST5 002 01
29073 a27 GB ST5 002 01
29073 b28 GB ST5 002 01
2800929 GB ST5 002 01
0457030 GB ST5 002 01
2015531 GB ST5 002 01
2801132 GB ST5 002 01
2820133 GB ST5 002 01
00531 c34 GB ST5 002 02
28016 a35 GB ST5 002 02
No. Inv.No.Lokasi Benda
CatatanBaruRu. Lc.Lm.Gd.
00001 GVT1 GB ST5 081 04
00003 GVT2 GB ST5 093 01
00006 GVT3 GB ST5 037 03
00007 GVT4 GB ST5 065 02
00008 GVT5 GB ST5 065 02
00009 GVT6 GB ST5 026 02
00010 GVT7 GB ST5 048 03
00015 GVT8 GB ST5 002 02
00021 GVT9 GB ST5 001 02
00023 a10 GB ST5 008 04
00036 GVT11 GB ST5 005 04
00043 GVT12 GB ST5 050 04
00050 GVT13 GB ST5 015 01
00051 GVT14 GB ST5 015 02
00054 GVT15 GB ST5 020 03
00058 GVT16 GB ST5 021 03
0006017 GB ST5 011 02
00061 GVT18 GB ST5 024 02
00063 GVT19 GB ST5 042 01
0006420 GB ST5 017 01
00064 GVT21 GB ST5 044 01
00065 GVT22 GB ST5 044 01
0007623 GB ST5 011 02
00076 GVT24 GB ST5 056 01
0008025 GB ST5 021 03
00099 GVT26 GB ST5 061 02
00100 GVT27 GB ST5 062 02
00101 GVT28 GB ST5 063 01
00103 GVT29 GB ST5 065 01
00105 GVT30 GB ST5 065 02
0011531 GB ST5 023 03
00120 A32 GB ST5 063 01
00156 a33 GB ST5 021
00156 b34 GB ST5 021
0020135 GB ST5 011 04
No. Inv.No.Lokasi Benda
CatatanBaruRu. Lc.Lm.Gd.
Tanggal: 17 Mei 2014
Da�ar Simpan Tekstilsortir per LokasiA Da�ar Simpan Tekstil
sortir per Nomor InventarisB
( 7 )
Lampiran 6.
Petalokasi Simpan Tekstil
238 cm
133
cm
069
070
071
072
076
075
074
073
012
013
014
015
016
017
018
019
024
025
026
027
028
029
030
031
70 c
m
144
cm
036035
038037
040039
042041
007008
005006
003004
001002
021
020
033
032
050
049
048
047
046
045
044
043
092091
238 cm
70 cm
056
055
054
053
061
062
063
064
065
066
067
068
080
079
078
077
084
083
082
081
057
058
059
060
088
087
086
085
023
022
254 cm
009010011
70 c
m
155
cm
034
70 cm
052
051
094 093
090089
15,7 m
18,7
m
1 mSkala:
Lemari Susun 2Lemari Susun 1
BAWAHATAS
Lemari Rol G.3
( 8 )
Lampiran 7.
TENUN NIR-TENUN PENCELUPAN PIGMENTASI
KOLORASIFABRIKASI
ATRIBUT TEKNOLOGIS
Sila
ng P
olos
Per
mad
ani
Keli
m
Rep
Su
ng
kit
Sula
m (B
ordi
r)
Sula
m C
ucuk
Sula
m B
anta
l
So
ng
ket
Perc
a
Bati
k
Ikat
Jum
pu
tan
Tri
tik
Pra
da
Sab
lon
Co
let
Dam
as
Pil
ih
Bro
kat
ATRIBUT FORMAL
ATRIBUT STILISTIK
Alur Kajian Tehnis dan Tata Urut Penamaan
Menguji data dan melacak asal - usia tekstil dengan membandingkan data teridenti�kasi (secara teoritis dan empiris) dalam Sistem Database Khusus Tekstil
Lebih dari 400 buah koleksi sudah terdeteksi usia relatif (merujuk data perolehan dan penanggalan kronometris), setelah nomor inventarisnya disortir dari nomor kecil ke nomor besar ‘apakah ada konsistensi pengurangan usianya?’. Dengan menyisipkan nomor inventaris yang belum diketahui usianya diantara dua nomor inventaris yang sudah teridenti�kasi maka akan diketahui perkiraannya.Pada gra�k ini, koleksi dengan nomor inventaris 02180, 08677, 16538, 21810, 21811 dan 23461 tidak menunjukkan konsistensinya. Ini bisa terjadi karena adanya temuan data baru bahwa koleksi-koleksi termaksud menunjukkan usia yang sebenarnya
Dengan memahami hal-hal teknis secara detail dan sistimatis, akan memudahkan dalam pencarian ciri-ciri tekstil dari daerah tertentu, bahkan usia tekstil itu sendiri.
( 9 )
Lampiran 8.
01. Batik (waxed-resist-cloth dyeing) : teknik pembentukan pola hias dengan perintang warna lilin atau malam lebah (wax-resist) pada kain jadi sebelum proses pencelupan ke dalam larutan warna. Aplikasi lilin sebagai perintang warna ini biasanya dilakukan dengan canting atau stempel.
02. Brokat : teknik penyuntikan/ penyisipan benang berlatarkan pola konvensional atau geometris (brocade).
03. Colèt : teknik pemindahan cat (pigmen dan binder) yang biasa dilakukan dengan kwas atau sejenisnya. Pengecatan dengan kwas ini tentunya tidak dapat sekaligus menghasilkan pola hiasan berukuran besar.
04. Damas (damask) : kain berpola hias bagian depan kebalikan dengan belakang, yang ditenun dengan menyilangkan benang lungsi ke benang pakan dan tampilan polanya menyerupai kain satin (warp-faced satin weave) dengan dasar kain yang menonjolkan benang pakan (in the ground of weft-faced). Kain ini bisa terbuat dari sutera, wol, linen, kapas, atau serat sintetik.
05. Fabrikasi : teknik penyilangan atau pengkaitan benang untuk membentuk kain atau hiasan.
06. Ikat (tied-resist threads dyeing) : teknik pembentukan pola hias dengan perintang warna berupa tali dengan cara diikatkan pada benang sebelum proses pencelupan ke dalam larutan warna, setelah pola hiasan terbentuk pada benang lalu tali dilepas dan selanjutnya dilakukan proses tenun. Bila proses pembentukan pola hias pada benang pakan dan lungsi disebut ikat ganda (double ikat), jika pembentukan hanya pada benang pakan disebut ikat pakan (weft-ikat) dan yang hanya pada benang lungsi disebut ikat lungsi (warp-ikat).
07. Jumputan (tied-resist cloth dyeing) : teknik pembentukan pola hias dengan perintang warna berupa kain yang diikat kuat-kuat dengan tali atau tali itu sendiri yang diikatkan pada kain jadi sebelum proses pencelupan ke dalam larutan warna. Kain Pelangi termasuk dalam kategori ini.
08. Kêlim : teknik tenunan menyerupai permadani tetapi dalam satu pola hias, dengan pola hias lainnya bisa terputus (slit-tapestry weave) dan bersambung (interlocked-tapestry weave). Dari pengertian ini, kêlim meliputi yang ujung belokan benang hiasnya bersambung dan kêlim yang ujung belokan benang hiasnya lepas/ terpisah.
09. Kolorasi : teknik pewarnaan kain atau benang (sebelum proses tenun).
10. Nir-Tenun (non-weaving) : teknik penambahan, penyisipan atau penempelan benang atau bahan lain untuk membentuk (pola) hiasan. Penyilangan atau pengkaitan benang yang bukan pakan atau lungsi bisa termasuk nir-tenun (non-woven fabric), sehingga kain sulaman dan turunannya, rènda, kèpang, anyaman, songkèt, sungkit, pilih, dan sejenisnya masuk kategori ini.
11. Palampores (baca: palampos) : kain katun bermotifkan seperti pohon hayat, palmet (keong), dll. yang dibuat dengan teknik sablon-blok (block-print) dari India yang banyak dipasarkan ke Eropa.
12. Pencelupan (dyeing) : teknik pewarnaan dengan cara mencelupkan kain dalam larutan warna (dye liquor). Ciri utamanya adalah warna kain bagian depan sama dengan warna kain pada bagian belakang.
13. Pêrca (applique) : teknik pembentukan desain/ hiasan dengan menempelkan potongan kain dan dengan cara menisikkan (stitching) pada permukaan kain.
14. Permadani (tapestry) : teknik penyilangan benang pakan ke benang lungsi secara reguler, tetapi dalam hitungan 1 sentimeter persegi, jumlah benang pakannya jauh lebih banyak dari lungsinya (weft-faced plain weave).
15. Pigmentasi (pigmentation) : teknik pewarnaan dengan cara mencat, mensablon atau cara lain menempelkan pigmen pada kain. Ciri utamanya adalah warna kain bagian depan tidak-sama dengan warna kain pada bagian belakang, karena warna pada tehnik pigmentasi hanya menempel pada bagian permukaannya saja.
16. Pilih : teknik penyisipan benang pakan tambahan diantara benang pakan reguler dengan bantuan anak torak (chosen inserting the wefts between regular wefts, that cross concealling one or two warps).
17. Prada (gilt) : teknik penempelan pigmen yang biasanya berwarna keemasan dengan perekat. Jika pradanya berupa bubuk halus disebut prada-yeh (prada-air), sedangkan yang berupa lembaran disebut prada pel-pel.
18. Rèp : teknik penyilangan benang pakan ke benang lungsi secara reguler, tetapi dalam hitungan 1 sentimeter persegi jumlah benang lungsinya jauh lebih banyak dari pakannya (warp-faced plain weave).
19. Satin (satin weave) : tenun satin, lihat gambar 1 dibawah.20. Silang kepar (twill) : silang kepar/ anam kepang, gambar 2.21. Silang Polos (plain weave / tabby) : teknik penyilangan benang
pakan ke benang lungsi secara reguler, bisa dengan notasi 1/1, 2/2, dst.
22. Sablon (printing) : teknik pemindahan cat (pigmen dan binder) yang sekaligus memberikan hiasan, baik yang berpola besar atau kecil.
23. Songkèt : teknik penambahan benang pakan dari pinggir kain paling kiri ke kanan searah pakan untuk membentuk pola hias (supplementary weft from selvage to selvage). Songkèt atau sotis dapat dibedakan dengan kain bermotif dengan tehnik sulam ‘embroidery’ dan ‘brocade’. Karena pembentukan motif pada kain songkèt yang dilakukan bersamaan dengan proses tenunan kain dasar, tidak harus menggunakan jarum, tetapi memerlukan beberapa alat pembentuk pola yang disebut ‘gun’ atau ‘cucukan’, dan mungkin berpola kearah benang pakan atau lungsi. Sedangkan sotis umumnya berpola ke arah benang pakan, dimana benang pakan tambahannya berupa benang berwarna (bukan logam).
24. Sulam (embroidery) : kain sulaman atau kain bordiran biasanya berupa hiasan yang kecil-kecil, seperti pembuatan jahitan pada lubang kancing baju (button-hole-stitch) dan pada tehnik pembentukan hiasan pada kain yang beralas kain bantalan (quilt). Sehingga tehnik sulam jenis ini sering diidentikkan dengan tehnik ‘kerja-jarum’ (neddle-works). Kain bordiran menyerupai tehnik-kerja sulaman pada kain kruistik.
25. Sulam-bantal (quilt) : teknik pembentukan desain/ hiasan dengan cara menisikkan (stitching) pada (potongan) kain yang diberi bantalan (kain) dsb.
26. Sulam-cucuk (couching) : teknik pembentukan desain/ hiasan dengan menempelkan benang logam (metal thread), percik logam (sequins) atau percik kaca (mirrors) dan dengan cara menisikkan (stitching) pada permukaan kain.
27. Sungkit : teknik penambahan benang pakan terputus untuk membentuk pola hias (discontinuous supplementary weft).
28. Tenun (weaving) : teknik penyilangan benang pakan dan lungsi untuk membentuk kain (woven-fabric). Silang polos (plain weave / tabby), silang kepar, permadani (tapestry), kêlim, rèp dan damas termasuk kategori ini.
29. Tritik (stitched-resist cloth dyeing) : teknik pembentukan pola hias dengan perintang warna berupa lipatan-lipatan kain yang diikat kuat-kuat dengan benang yang dimasukkan dengan jarum pada kain jadi sebelum proses pencelupan ke dalam larutan warna.
Daftar Istilah Tehnis
Gambar 1.: Tenun Satin Gambar 2.: Silang Kepar
( 10 )
Lampiran 9.
Observasi, Perawatan dan Pengawetan TekstilKain Patola berfungsi sebagai tapih atau selendang dari Gujarat (kemungkinan Patan) – India
untuk pasar Indonesia pada abad ke-18 M. Perhatikan dua kain ikat ganda bermotif patola berbahan sutera (No. Inv. 19084 dan 26491) dibawah ini.
Kain Patola 1, no. inv. 19084, ikat ganda, bahan: sutera, ukuran: 400 x 100 cm.Diregistrasi : 9 April 1927 (87 tahun)
Selendang Cinde, no. inv. 26491, ikat ganda, bahan: sutera, ukuran: 228 x 86
cm. Diregistrasi: Januari 1949 (65 tahun)
Kain Patola 2, no. inv. 18764, bahan: sutera, ukuran: 238 x 87 cm.
Diregistrasi: est. 1924 (90 tahun)
Kain Patola 2 (18764) yang berfungsi sebagai selendang dan berasal dari Gujarat – India, dibuat untuk pasar Indonesia pada abad ke-17 sampai 18 M. Beberapa kain jenis ini kadang-kadang distempel VOC (Verenigde Oostindische Compagnie). Kain tiruan patola yang terbuat dari katun ini dibuat dengan tehnik block-printed mordant-dyed dan resist-dyed.
Dengan mengamati kondisi keterawatan di foto dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kerusakan kain-kain sutera (yang berumur-relatif 65 dan 87 tahun) bisa bisa disebabkan oleh garam logam untuk proses pemberatan sutera dan pewarnaan kain.
Logam pemberat sutera biasa digunakan setelah proses 'degumming' atau penghilangan zat perekat atau ‘sericin’. Penggunaan mordan alum alam yang sudah dikenal sekitar tahun 900 M telah digantikan dengan mordan alum mineral sekitar tahun 1509 (menurut catatan pedagang Arab dan Eropa), begitu juga komponen warna merah dari mengkudu (morindone) telah banyak digantikan dengan bahan-celup sintetis Alizarin. Kebanyakan bahan-celup mempunyai daya ikat dengan substratnya (benang), yang kekuatannya tergantung dari kondisi bahan-celup itu sendiri. Misalnya curcumin, yaitu zat warna kuning dari temu lawak, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Zingiberaceae) akan dapat mengadakan afinitas dengan serat-serat selulosik, seperti kapas dan linen, secara langsung tanpa menggunakan mordan. Sehingga bahan-celup jenis ini disebut dengan zat-warna direk (direct dye). Sedangkan pemakaian mordan disamping dapat mempengaruhi warna yang dihasilkan dapat pula meningkatkan afinitas molekul zat warna pada serat. Pada tehnik pencelupan tradisional dijumpai pula bahan menyerupai mordan alum (potassium aluminum sulfate) pada jirek, Symplocos fasciculata Zoll. (Styracaceae). Apabila tumbukan babakan kayu jirek ini dicampur dengan morindone, yaitu zat warna dari mengkudu, Morinda citrifolia L. (Rubiaceae), kita akan mendapatkan warna merah pada substrat kapas. Sedangkan bahan-bahan lain yang secara tradisional juga sering digunakan seperti minyak jarak dan air merang hanya berfungsi sebagai bahan pembantu (ingredients) pada proses pencelupan, karena bahan-bahan tersebut secara kimiawi hanya membantu pendisfusian molekul zat warna kedalam sel-sel serat, dan penetran ini juga tidak mempengaruhi warna yang dihasilkan.
( 11 )
Lampiran 10.
(01). Aceh(02). Sumatera Utara(03). Sumatera Barat(04). Riau(05). Kep. Riau(06). Kep. Bangka Belitung(07). Jambi(08). Sumatera Selatan(09). Bengkulu(10). Lampung(11). Banten(12). DKI Jakarta(13). Jawa Barat(14). Jawa Tengah(15). DI Yogyakarta(16). Jawa Timur(17). Bali(18). Nusa Tenggara Barat(19). Nusa Tenggara Timur(20). Kalimantan Barat(21). Kalimantan Tengah(22). Kalimantan Timur(23). Kalimantan Selatan(24). Sulawesi Utara(25). Sulawesi Tengah(26). Gorontalo(27). Sulawesi Barat(28). Sulawesi Selatan(29). Sulawesi Tenggara(30). Maluku Utara(31). Maluku(32). Papua Barat(33). Papua
UMUM(01). Baju(02). Busana(03). Bebed(04). Celana(05). Dodot(06). Ikat Pinggang(07). Iket Kepala(08). Jaket(09). Kain(10). Kain Panjang(11). Kampuh(12). Kemben(13). Kostum(14). Pakaian(15). Palampos(16). Palepai(17). Rok(18). Sarung(19). Selendang(20). Sembagi(21). Sinjang(22). Tampan(23). Tapelak(24). Tapih(25). Tas(26). Lain-lain
UMUM(01). Tenun (Tabby)(02). Batik(03). Ikat (04). Jumputan/ Pelangi(05). Tritik(06). Sablon(07). Prada(08). Colet(09). Satin(10). Silang-kepar (Twill)(11). Permadani
(Tapestry)(12). Rep(13). Damas (Damask)(14). Songket(15). Sungkit(16). Pilih(17). Sulam-cucuk
(Couching)(18). Perca (Applique)(19). Sulam-bantal (Quilt)(20). Sulaman/ Bordir
(Embroidery)(21). Brokat (Brocade)(22). Renda (Lace)(23). Rajut (knitting)(24). Kepang (braiding)(25). Anyaman (plaiting/
matting)(40). Serat Tumbuhan(50). Kulit kayu (Bark cloth)(60). Kulit hewan (Leather/
Hide)KOMBINASI(70). Batik Tulis(71). Batik Cap(72). Batik, Jumputan (72). Batik, Pelangi(73). Batik, Tritik(74). Batik, Prada(75). Batik, Prada, Tritik(76). Ikat Pakan (Weft Ikat)(77). Ikat Lungsi (Warp
Ikat)(78). Ikat Ganda (Double
Ikat)(79). Ikat Pakan, Songket(80). Ikat Lungsi, Songket(81). Ikat Pakan,
Sulam-cucuk(82). Sulam-cucuk, Perca
KODE KELOMPOK(1). Etnogra�(2). Geogra�(3). Sejarah(4). Arkeologi(5). Numismatik/
Heraldik(6). Keramik(7). Prasejarah(8). Umum
KODE SUB KELOMPOK(1). Tekstil(2). Alat Transportasi(3). Alat Kesenian(4). Alat Upacara(5). Rumah Adat(6). Senjata(7). Campur
DAFTAR KODEFIKASI DALAM DATABASE TEKSTIL
KODE KELOMPOK dan SUB KELOMPOK KODE WILAYAHKODE SUB SUB
KELOMPOK KODE BENTUK
CATATAN :Nomor Koleksi dengan notasi diatas berarti: Koleksi dengan No. Inv.: 26967, berasal dari Aceh, termasuk Koleksi Etnogra�, Sub Kelompok: Tekstil, Berbentuk: Kain (?) dan Sub Sub Kelompok: Damas.Sedangkan pengertian damas (damask) adalah: kain berpola hias bagian depan kebalikan dengan belakang, yang ditenun dengan menyilangkan benang lungsi ke benang pakan dan tampilan polanya menyerupai kain satin (warp-faced satin weave) dengan dasar kain yang menonjolkan benang pakan (in the ground of weft-faced). Kain ini bisa terbuat dari sutera, wol, linen, kapas, atau serat sintetik. Lampiran 8 pada halaman 9.
akan dituliskan secara otomastis dalam sistem
database sebagai 01.11.09.13.2696701 2696713
A B C D E
11 09
( 12 )
Lampiran 11.
Konica-Minolta CR-410 Chroma MeterMore powerful and more versatile than ever from the famous Chroma-Meter series. (Alat ukur warna untuk mengetahui pemudaran warna dan ciri warna khas dari benda tertentu)(Estimate Price: US$ 5,000.00)
Handheld XRF SpectrometerA non-destructive elemental analysis technique for quantification of nearly any element from Magnesium to Uranium. (Estimate Price: US$ 65,000.00)
Archaeometry, Archaelogical Science with XRFArchaeometry—also known as archaeological science—is the
application of scientific methods and techniques to archeological investigation. The field of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scientific analysis has been slowly but surely dropping. Many scientific instruments that produce data such as
molecular or elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample.
As technology continues to improve in price, user-friendliness, and data reliability, archeological science will continue to expand and stands to significantly supplement already existing and traditional methods in archaeological investigation. One important and widely used archaeometric technique is handheld XRF (x-ray fluorescence), an elemental analysis technique that quickly and easily provides data regarding the elemental composition of an archaeological sample from magnesium (Mg) to uranium (U).
Handheld XRF for Archeological Investigation: The Purpose-Built Bruker Tracer XRF AnalyzersHandheld XRF can now be found in universities and archeological research institutions—as well as in
the field—in every part of the world, providing researchers with information from soil composition at an excavation site to no-longer-visible pigment composition on ceramics. The Bruker Tracer family of XRF analyzers is the de facto standard for XRF as applied archeological science with a presence in over 500 universities worldwide. Bruker workshops prepare hundreds of scientists, archeologists, and conservators annually to properly collect, interpret, and use XRF data, you can count on being able to compare data sets with colleagues when using the Tracer.
While new archaeometric XRF applications are developed constantly, here are just a few of the applications in which the Tracer handheld XRF instrument is being used for 100% non-destructive elemental analysis all over the world:
Archeological soil analysis for evidence of human activity Sourcing/source separation of obsidian and other lithics Ceramics analysis and sourcing Pigment analysis (including analysis of faded/ no-longer-visible pigments on porous materials; paint on
canvas; textile dyes; etc.) Analysis of glazes, varnishes, lacquers, and patinas Analysis of objects in museum contexts for treatment with toxic heavy metal pesticides (As, Hg, Pb) as
part of NAGPRA compliance Glass analysis Analysis of archeological metals and alloys
Alat Perekam Data Warna dan Alat Identi�kasi Logam