Pendekatan Kemitraan Pengembangan Komoditi Industri Hasil Pertanian_bbia
Transcript of Pendekatan Kemitraan Pengembangan Komoditi Industri Hasil Pertanian_bbia
PENDEKATAN KEMITRAAN DALAM PENGEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI HASIL PERTANIAN
Disampaikan pada : Workshop Keberlanjutan Pengembangan Kawasan
Pedesaan Terpadu (P2KPT) KPDT – Bogor, 19 Mei 2014
Balai Besar Industri AgroBadan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Kementerian Perindustrian R IJl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor 16122
T. 0251-8324068, F. 0251-8323339, www.bbia.go.id, e-mail : [email protected]
22
POKOK BAHASAN
II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO
IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO
V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
VI. DUKUNGAN PERAN BALAI
I. PENDAHULUAN
VII. PENUTUP
33
I. PENDAHULUAN
44
PENDAHULUAN
Agro Industri adalah Perusahaan yang mengolah bahan-bahan hasil pertanian baik yang berasal dari tanaman, hewan maupun hasil laut. Pengolahan dalam hal ini melingkupi proses-proses transformasi dan pengawetan melalui cara-cara fisik atau kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusinya.
Agro Industri mencakup :- Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP)- Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP)- Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP)
55
PENDAHULUAN
IPHP 1. IPHP Tanaman Pangan2. IPHP Tanaman Perkebunan3. IPHP Tanaman Hasil Hutan4. IPHP Perikanan5. IPHP Peternakan
IPMP 1. IPMP Budidaya Pertanian2. IPMP Pengolahan
IJSP 1. IJSP Perdagangan2. IJSP Konsultasi3. IJSP Komunikasi
66
PENDAHULUAN
Pengembangan Agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan : - Jumlah Tenaga Kerja- Pendapatan Petani- Volume Ekspor dan Devisa- Pangsa Pasar Domestik dan Internasional- Penyediaan Bahan Baku Industri
77
II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO
88
RENCANA AKSIPENGUATAN DANPENGEMBANGAN
KLASTER
MENINGKATNYA DAYA SAING INDUSTRI
AGROINDUSTRI KAKAO
INDUSTRI BUAH
INDUSTRI KELAPA
INDUSTRI TEMBAKAU
INDUSTRI KOPI
INDUSTRI GULA
INDUSTRI HASIL LAUT
INDUSTRI KELAPA SAWIT INDUSTRI FURNITURE
INDUSTRI KARET
INDUSTRI PULPKERTAS
KLASTER
INDUSTRI OLAHAN SUSU
TERCAPAINYA SASARAN PERTUMBUHAN
12 KlasterIndustri Agro
FOKUS
Perpres No. 28 Tahun 2008 “Kebijakan Industri Nasional”(Industri Agro merupakan Salah Satu Industri Andalan Masa Depan)
Strategi : Hilirisasi dan Diversifikasi Fokus : Kebijakan Fiskal dan
Penyediaan Infrastruktur (termasuk Listrik dan Gas Bumi)
Jangka Panjang : - Peningkatan R & D dan SDM - Pengembangan Mesin Pengolahan
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
9
SISTEM AGROBUSINESS – AGROINDUSTRY
* Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah Bahan Baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri
Produktivitas
Industri
(UU No. 3/2014)
1010
1. Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir agro, melalui promosi investasi dan pemberian insentif & disinsentif;
2. Meningkatkan daya saing industri agro melalui Fasilitasi penyediaan infrastruktur baik fisik (seperti pelabuhan, jalan dan rel KA) maupun non fisik (seperti Pusat Riset dan sekolah khusus) serta infrastruktur khusus (seperti terminal kayu dan tangki timbun)
3. Meningkatkan pemanfaatan kapasitas produksi melalui fasilitasi penyediaan bahan baku, pasokan listrik dan gas bumi untuk industri agro;
Kualitatif :
SASARAN PENGEMBANGAN
1111
4. Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor, melalui pameran/promosi;
5. Mengembangkan keragaman produk seperti diversifikasi produk bahan baku pangan untuk substitusi tepung gandum;
6. Meningkatkan mutu produk industri agro dengan melakukan pelatihan/workshop cara produksi yang baik, HACCP serta meningkatkan jumlah produk industri agro untuk diberlakukan SNI wajib. Di samping itu, melakukan lomba desain untuk produk furniture;
7. Mengembangkan R & D baik di bidang teknologi proses, teknologi produk dan rancang bangun peralatan pabrik.
Sasaran Pengembangan (lanjutan ...........)
( % )
Rata-rata, %
2010 2011 2012 2013 2014 2010-2014
Makanan, Minuman dan Tembakau 6,64 7,92 8,15 8,90 10,40 8,40
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1,75 2,75 2,79 3,40 3,70 2,88
Kertas dan Barang Cetakan 4,20 4,50 4,80 5,30 5,50 4,86
TahunCABANG INDUSTRI
Sumber : Renstra Kementerian Perindustrian
1. Target Pertumbuhan Industri Agro Tahun 2010-2014
Sasaran Pengembangan (lanjutan ...........)
Kuantitatif :
12
2. Target Perkembangan Nilai Ekspor Industri Agro 2010-2014
Nilai : US$ juta
2010 2011 2012 2013 2014Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 11.464,12 11.905,49 12.363,85 12.839,86 13.334,19 3,85Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 13.819,69 15.823,55 18.117,96 20.745,06 23.753,09 14,50Industri Minuman dan Tembakau 2.789,33 3.075,24 3.390,45 3.737,97 4.121,11 10,25
Industri Agro 28.073,14 30.804,28 33.872,26 37.322,89 41.208,39 5,72
Trend, % 2010-2014
T a h u nCABANG INDUSTRI
Sumber : BPS diolah Pusdatin dan Ditjen Ind. Agro – Kemenperin RI
Sasaran Pengembangan (lanjutan ...........)
13
1414
PERTUMBUHAN INDUSTRI AGRO
CABANG INDUSTRI 2007 2008 2009 2010 2011 2012TW III 2013
(KUM) 1). Makanan, Minuman dan Tembakau
5,05 2,34 11,22 2,78 9,14 7,74 3,45
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -3,68 -3,64 0,60 1,77 7,52 4,19 6,02 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-1,74 3,45 -1,38 -3,47 0,35 -2,78 8,20
4). Kertas dan Barang cetakan 5,79 -1,48 6,34 1,67 1,40 -5,26 3,74 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 10,25 3,66
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,40 -1,49 -0,51 2,18 7,19 7,85 2,80
7). Logam Dasar Besi & Baja 1,69 -2,05 -4,26 2,38 13,06 6,45
10,30 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9,73 9,79 -2,87 10,38 6,81 6,94
10,04
9). Barang lainnya -2,82 -0,96 3,19 3,00 1,82 -1,00 -4,00
Industri Agro 4,38 1,92 9,17 2,01 7,29 5,18 3,87
Industri Non Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,40 6,22
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23 5,83
Pertumbuhan Industri Tahun 2007 – 2013 (TW III)
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
1515
KONTRIBUSI INDUSTRI AGRO
Kontribusi Industri Agro pada PDB Industri Non MigasTahun 2012 - 2013
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
Kontribusi Industri Agro pada PDBIndustri Non Migas Tahun 2012
1616
KINERJA EKSPOR INDUSTRI AGRO
Kinerja Ekspor Industri Agro Tahun 2012 - 2013
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
2009 2010 2011 20122013
(Agustus)
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 27,890.54 17,654.69 22,826.66 19,527.79 7,457.50Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 3,365.91 8,826.94 13,122.29 25,726.09 5,250.08Industri Minuman dan Tembakau 496.19 699.13 838.58 1,728.59 1,252.86
Industri Agro 31,752.64 27,180.76 36,787.53 46,982.47 13,960.44
T a h u n
CABANG INDUSTRI
(Nilai : US$ Juta)
1717
KINERJA INDUSTRI KOMODITI AGRO UNGGULAN
1818
LATAR BELAKANG
• Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kelapa sawit (turunan MSM) merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, seperti industri oleofood, oleochemical, energi dan pharmaceutical.
• Pemanfaatan CPO selama ini digunakan oleh industri dalam negeri sebagai bahan baku industri turunan CPO yang masih terbatas yaitu industri pangan (antara lain minyak goreng, margarin, shortening, CBS, Vegetable Ghee) dan industri non pangan yaitu oleokimia (antara lain fatty acids, fatty alcohol, dan glycerin) dan biodiesel.
18
1. INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
1919
* Untuk tahun 2013 data masih bersifat PrognosaSumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin 2013
KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
19
No Uraian Satuan 2011 2012 2013*
1 Investasi Trilyun Rupiah 26.3 27.8 27.8
2 Jumlah Unit Usaha Unit 89 93 953 Kapasitas Produksi
Minyak Goreng Sawit Ton 27.200.000 28.000.000 28.500.000
Oleokimia Ton 2.650.000 2.700.000 2.800.000 Biodiesel Kilo Liter (KL) 5.600.000 5.670.000 5.700.0004 Produksi
Minyak Goreng Sawit Ton 17.300.000 17.400.000 17.450.000
Oleokimia Ton 1.250.000 1.300.000 1.350.000 Biodiesel Kilo Liter (KL) 2.750.000 2.800.000 2.850.0005 Konsumsi
Minyak Goreng Sawit Ton 5.350.000 5.500.000 5.575.000
Oleokimia Ton 245.000 250.000 260.000 Biodiesel Kilo Liter (KL) 735.000 750.000 763.0006 Ekspor
Minyak Goreng Sawit Ton 11.350.000 11.900.000 12.050.000
Oleokimia Ton 1.030.000 1.050.000 1.070.000 Biodiesel Kilo Liter (KL) 2.035.000 2.050.000 2.065.0007 Impor Ton 8 Tenaga Kerja Orang 325.000 330.000 330.000
2020
Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti : Philipina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya.Rotan merupakan bahan baku dari alam yang ramah lingkungan, karena rotan hidup di pepohonan. Jika rotan tumbuh dengan baik artinya hutan lestari, oleh karena itu produk olahan rotan termasuk produk ramah lingkungan (green product).
Industri pengolahan kayu yang berada dibawah binaan Kementerian Perindustrian adalah industri hilir yang mengolah lebih lanjut hasil produksi industri primer hasil hutan, yaitu meliputi industri wood working, furniture kayu dan industri pulp/kertas. Sedangkan industri primer hasil hutan yang mengolah langsung kayu bulat sesuai dengan PP 34 Tahun 2002 merupakan binaan Kementerian Kehutanan.
LATAR BELAKANG
2. INDUSTRI FURNITUR (ROTAN)
21
KINERJA INDUSTRI FURNITURE (ROTAN)
NO. KETERANGANT A H U N
2010 2011 2012 2013
1. Kapasitas Produksi
3.400.000 M3 3.401.000 M3 3.405.000 M3 3.406.000 M3
2. Produksi 2.000.000 M3 2.200.000 M3 2.300.000 M3 2.305.000 M3
3. Utilisasi 58,82% 64,69% 67,54% 67,67%
4. Ekspor 1.4 Milyar USD 1.2 Milyar USD 1.2 Milyar USD 1.25 Milyar USD
5. Unit Usaha 912 912 912 912
6. Investasi Rp. 7.3 Trilyun Rp.7.3 Trilyun Rp. 7.3 Trilyun Rp. 7.3 Trilyun
7. Tenaga Kerja 430.674 432.700 432.700 432.700
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin Kemenperin 2013
22
LATAR BELAKANG
• Produk turunan kakao yang potensial untuk dikembangkan di masa mendatang adalah : cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder, makanan dan minuman olahan dari cokelat.
• Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat signifikan dari 560.000 ton tahun 2011 meningkat menjadi 660.000 ton (naik 17,8%) dengan kenaikan produksi dari 250.000 ton pada tahun 2011 meningkat menjadi 400.000 pada tahun 2012 (naik 60%).
• Berkembangnya industri pengolahan kakao turut mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti Nestle, Mayora, Indolakto, dan Unilever dengan investasi mencapai Rp. 3,0 Triliun.
22
3. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
23
Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin 2013
No. URAIAN SATUANTAHUN
2008 2009 2010 2011 2012 2013*
1.Jumlah Perusahaan
Unit Usaha
15
15
15
16
16
18
2.Jumlah Tenaga Kerja Orang
4.000
4.000
4.000
4.300
4.300
4.500
3. Jumlah InvestasiJuta
Rupiah
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.000.000
3.000.000
3.500.000
4. Kapasitas Ton
345.000
345.000
345.000
560.000
660.000
720.000
5. Produksi Ton
163.483
125.000
150.000
250.000
400.000
520.000
6. Utilisasi %
47,4
36,2
43,5
44,6
60,6 72,22
7. Ekspor
Volume Ton
120.048
81.992
126.000
224.000
178.275
190.155
Nilai US$.000
387.782
295.103
453.600
806.400
551.814
603.514
8 Impor
Volume Ton
12.541
10.102
10.607
11.137
19.827
20.435
Nilai US$.000
16.481
19.398
20.368
21.368
93.534
95.728
* Untuk tahun 2013, data mulai dari periode Januari s/d Oktober 2013
KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
2424
LATAR BELAKANG• Revitalisasi industri gula 2010-2014 merupakan
salah satu program prioritas Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dengan target tercapainya swa-sembada gula nasional pada 2014.
• Pada tahun 2014 diharapkan produksi gula nasional mencapai 5,7 juta ton terdiri dari 2,96 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,74 juta ton Gula Kristal Rafinasi (GKR) yang akan diperoleh dari pembenahan PG existing (revitalisasi off-farm) yang didukung revitalisasi on-farm (intensifikasi perkebunan tebu yang ada) dengan kontribusi 3,57 juta ton serta pembangunan perkebunan tebu baru (ekstensifikasi lahan) dan pembangunan PG baru dengan target 2,13 juta ton.
• Dasar hukum Kementerian Perindustrian melaksanakan program revitalisasi industri gula yaitu INPRES No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional.
24
4. INDUSTRI GULA
(Ton/Ha) (Ton) (Ton/Ha)Jawa :PTP Nusantara IX (Persero) 33,922.0 2,284,067 67.3 7.58 173,046.0 5.1 PTP Nusantara X (Persero) 73,738.3 5,752,221 78.0 8.31 478,004.1 6.5 PTP Nusantara XI (Persero) 70,860.5 5,618,453 79.3 8.04 451,988.6 6.4 PT RNI 57,926.8 4,503,131 77.7 8.23 370,570.5 6.4 PT PG Madu Baru 7,100.0 520,000 73.2 7.40 38,496.0 5.4 PT Kebon Agung 31,290.5 2,226,317 71.1 7.60 169,295.0 5.4 PT IGN 2,491.0 171,490 68.8 7.24 12,410.0 5.0 PT Pakis Baru 7,500.0 550,000 73.3 7.50 41,250.0 5.5
Jumlah BUMN 236,447.6 18,157,872 76.8 8.12 1,473,609.2 6.2 Jumlah Swasta 48,381.5 3,467,807 71.7 7.54 261,451.0 5.4
Total Jawa 284,829.1 21,625,679 75.9 8.02 1,735,060.2 5.9 Luar JawaPTP Nusantara II (Persero) 9,415.8 655,447 69.6 6.41 41,992.8 4.5 PTP Nusantara VII (Persero) 26,792.3 1,904,199 71.1 7.81 148,705.6 5.6 PG Bone *) 3,850.5 209,166 54.3 6.30 13,177.5 3.4 PG Camming 4,540.5 203,535 44.8 7.34 14,939.3 3.3 PG Takalar 3,398.7 147,812 43.5 5.50 8,135.4 2.4 PT Gunung Madu Plantations 26,358.7 2,071,027 78.6 9.21 190,842.3 7.2 PT Sugar Group 62,224.8 4,629,900 74.4 9.20 425,950.8 6.8 PT PG Gorontalo 7,770.0 563,889 72.6 7.20 40,600.0 5.2 PT Pemuka Sakti Manis Indah 10,600.0 837,647 79.0 8.50 71,200.0 6.7 PT LPI (PG. Komering) 11,626.0 820,553 70.6 8.52 69,931.0 6.0
Jumlah BUMN 47,997.8 3,120,159 65.0 7.27 226,950.5 4.7 Jumlah Swasta 118,579.5 8,923,016 75.2 8.95 798,524.1 6.7 Total Luar Jawa 166,577.3 12,043,175 72.3 8.51 1,025,474.6 5.8 Jumlah BUMN 284,445.5 21,278,031 74.8 7.99 1,700,559.7 5.6 Jumlah Swasta 166,961.0 12,390,823 74.2 8.55 1,059,975.1 6.3 Total Indonesia 451,406.5 33,668,854 74.6 8.20 2,760,534.8 5.9
Tebu Hablur (GKP) Produkti-
vitas Produksi
Produkti-vitas
Perusahaan/Pabrik Gula Luas (Ha) Produksi (Ton)
Rende- men(%)
25
Sumber : Dewan Gula Indonesia tahun 2013
KINERJA INDUSTRI GULA 2013
2626
ISU-ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
1. Masih adanya permasalahan klasik yang hingga kini belum tuntas, seperti terbatasnya infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik dan gas bumi) yang berdampak pada biaya logistik dan distribusi, serta akses terhadap bahan baku.
2. Terganggunya suplai dan meningkatnya harga komoditas pangan dunia akibat dampak gejolak nilai tukar USD. Sementara itu, sebagian besar bahan baku industri agro masih tergantung impor, seperti gandum, gula, kedelai, daging dan susu. Kenaikan harga bahan baku tersebut, tidak mudah untuk diteruskan kepada konsumen, mengingat daya beli konsumen belum mendukung.
3. Konsumen berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih menuntut akan produk-produk agro yang berkualitas tinggi, sehat/aman dan halal dikonsumsi.
4. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh produk ilegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah.
5. Permasalahan perburuhan (UMP, demo), dan kenaikan biaya energi.
2727
III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO
2828
MASA DEPAN INDUSTRI AGRO
Industri Agro merupakan industri andalan masa depan mengingat perannya yang penting dan strategis bagi struktur industri nasional maupun terhadap perekonomian nasional.
Didukung oleh ketersediaan bahan baku didalam negeri yang bersumber dari sektor pertanian, perikanan/ kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
Industri Agro penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan:
- mampu menstransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.
- memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar.- memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu
maupun ke hilir.- memiliki basis bahan baku lokal.
2929
IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
3030
UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
1. Pengembangan klaster Industri Agro Komoditas Unggulan.
2. Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kabupaten/ Kota.
3. Koordinasi antar Kementerian terkait.
31
NAD
SumutKep. Riau
Riau
Sumbar
Bengkulu
Lampung
Banten
JambiBabel
Sumsel
Jabar
DKI Jakarta
JatengJatim
DI Yogya
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulut
Gorontalo
Sulteng
SulselSultra
Papua
Maluku Utara
NTT
NTBBali
Maluku
Klaster Kelapa
Klaster Ikan/Rumput Laut
Klaster CPO
Klaster Kakao
Klaster Kakao
Klaster CPO dan Kelapa
Klaster TembakauKlaster Gula
Klaster Susu &Furniture
Klaster Buah &Kertas
Klaster Kopi
Klaster CPO
Klaster Kopi
Klaster Kakao
Klaster Karet
Papua Barat
Klaster CPO
LOKUS PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO
3232
V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
3333
PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
1. Produktivitas on farm masih rendah.
2. Masih rendahnya R & D dibidang industri pengolahan agro dan sumber daya manusia yang sesuai kebutuhan industri.
3. Kemampuan mengolah produk masih rendah.
4. Belum memadainya infrastruktur secara umum seperti pelabuhan, jalan dan transportasi, termasuk energi (gas bumi dan listrik).
5. Belum berkembangnya industri hilir agro bernilai tambah tinggi.
3434
VI. DUKUNGAN PERAN BALAI
3535
DUKUNGAN PERAN BALAI
1. Fasilitasi dan Koordinasi Penerapan Standar Industri.
2. Peningkatan Penelitian dan Pengembangan di bidang Industri Pengolahan Agro.
3. Pengembangan teknologi dibidang proses dan mesin peralatan pabrik.
4. Pengembangan inovasi produk dalam mendukung klaster industri agro.
3636
VII. PENUTUP
3737
PENUTUP Pengembangan Industri berbasis Agro memerlukan komitmen dan dukungan dari seluruh pihak yang terlibat, baik dari Instansi Pemerintah Pusat, Daerah, dan Dunia Usaha.
Pengembangan Industri berbasis Agro akan meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiplier effect yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya.
Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian khusus :- Peningkatan infrastruktur.- Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan.- Pengembangan teknologi di bidang proses dan mesin
peralatan pabrik.- Peningkatan SDM.
3838