Aplikasi Pengajaran Induktif, Deduktif Dan Berintegrasi Dalam
Pendekatan Deduktif Dan Induktif
-
Upload
hanssimeon -
Category
Documents
-
view
279 -
download
4
description
Transcript of Pendekatan Deduktif Dan Induktif
TUGAS FILSAFAT ILMU
PENDEKATAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Oleh:
Isaac Hamonangan Oktovianto : 270110130104
Kelas D
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran
Jatinangor
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis susun sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat ilmu dengan judul “Pendekatan Deduktif dan Induktif ” , yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari ilmu filsafat sebagai mahasiswa teknik geologi.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi setiap orang.
Bandung, 11 Maret 2014
Isaac Hamonangan Oktovianto
(270110130104)
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
Bab I : Pendahuluan...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan.....................................................................................2
Bab II : Pembahasan..............................................................................................................3
2.1 Penelitian........................................................................................................3
2.2 Pendekatan Terhadap Suatu Penelitian..........................................................4
2.3 Penalaran dan Berpikir Deduktif dan Berpikir Induktif dan Aplikasinya di
Bidang Geologi...............................................................................................6
Bab III : Kesimpulan.............................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara filsafat dan saat analisis suatu penelitian, digunakan dua cara pendekatan untuk
menarik kesimpulan saat penarikan kesimpulan yaitu pendekatan induktif dan deduktif.
Pendekatan deduktif berarti pendekatan dari teori menghasilkan pengamatan-pengamatan ilmiah
yang lebih bersifat kusus sedangkan pendekatan induktif yaitu kebalikannya. Pendekatan
induktif berarti pendekatan dari persepsi dan hasil pengamatan kita saat penelitian kita
menghasilkan suatu teori, suatu ilmu dasar yang bersifat umum. Pada saat penelitian, dua
pendekatan inilah yang berperan untuk menarik kesimpulan.
Pengetahuan tentang filsafat ilmu biasanya diberikan kepada mahasiswa sebagai pondasi
dalam memahami filosofi bidang ilmunya pada saat para mahasiswa melakukan kegiatan
penelitian ilmiah atau seminar ilmiah. Manfaat setelah memperoleh pengetahuan filsafat ilmu
adalah semakin meningkatkan kesadaran kita dalam meletakkan hakekat kebenaran tentang suatu
hal pada tempat yang tepat. Kita semakin menyadari bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan
yang kita peroleh ternyata bersifat relative. Dalam konteks inilah latar belakang tulisan ini
dihadapkan pada persoalan bagaimana perkembangan ilmu saat ini. Masalah yang dibahas
tampak sederhana namun menurut hemat penulis hal yang sederhana tersebut justru memiliki
implikasi yang sangat luas dan mendalam.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mempelajari hal yang berkaitan dengan pendekatan deduktif dan induktif.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa itu pendekatan deduktif?
2. Apa itu pendekatan induktif?
3. Bagaimana aplikasinya dalam bidang geologi?
1
4. Apa perbedaan pendekatan deduktif dan induktif pada penelitian?
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi: BAB I :
PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah dan
sistematika penulisan; BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang pendekatan deduktif dan
induktif serta macam-macamnya. BAB III : PENUTUP menyajikan kesimpulan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penelitian
Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir yang teratur dan sistematis dikenal
sebagai produk kegiatan penelitian ilmiah atau penelitian yang memenuhi syarat keilmuan.
Kegiatan berpikir teratur dan sistematis mengantar kita dalam memasuki dunia keilmuan. Sebuah
gejala di muka bumi misalnya, sebagai sebuah fakta, terjadi secara beraturan dan tidak terjadi
secara kebetulan karena dapat dijelaskan dalam kerangka konsep keilmuan. Siklus hidrologi
merupakan contoh gejala alam yang berlangsung secara teratur dan sistematis.
Dalam konteks kegiatan penelitian, mengenali sebuah fakta, merumuskan masalah,
menyusun hipotesa, melakukan analisis dan menarik kesimpulan merupakan contoh proses
berpikir teratur dan sistematis. Menurut Sandy (1973) hal tersebut adalah ciri sebuah ilmu
termasuk ilmu geografi. Sebuah kesimpulan penelitian mencerminkan “pengetahuan” yang
dihasilkan dari rasa “ingin tahu” yang diungkap dalam kalimat pertanyaan penelitian.
Para peneliti, pada instansi pertama umumnya menghadapi persoalan bagaimana
merumuskan pertanyaan penelitian yang benar agar memperoleh pengetahuan baru yang
bermakna. Sebagian besar waktu dihabiskan untuk merumuskan masalah, selebihnya untuk
mengumpulkan data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan. Jika rumusan pertanyaannya
benar maka akan diperoleh jawaban yang benar, jika cara yang digunakan untuk menjawab
benar. Sebaliknya, jika pertanyaan penelitiannya diungkap dalam kalimat yang tidak jelas maka
jawabannya pasti sulit diperoleh atau bahkan tidak akan ditemukan, bagaimanapun caranya
meneliti. Hal yang sama jika dikaitkan dengan kebenaran data yang digunakan dalam penelitian.
Dalam upaya menjawab masalah, ada tiga pilihan metode yang dapat digunakan yaitu
metode deduktif, metode induktif dan gabungan metode deduktif dan induktif. Namun demikian
saat ini gabungan ke dua metode deduktif dan metode induktif menjadi pilihan banyak peneliti
dalam menetapkan metode penelitiannya. Pilihan ini dilandasi pada pemikiran bahwa apa yang
3
diteliti merupakan usaha untuk memperkuat konsep atau teori yang sudah ada dan adanya
keinginan untuk menghasilkan konsep atau teori baru.
Metode metode yang dimaksud merupakan penjabaran konsep berpikir epistemologis
dalam upaya menjawab pertanyaan yang diajukan. Sehubungan dengan hal itu ada perbedaan
pilihan metode dalam penelitian bidang pengetahuan alam dan bidang pengetahuan sosial terkait
dengan karakteristik masalah dan jumlah variable penelitian. Sebuah dalil fisika seperti teori
gravitasi misalnya, akan berlaku kapanpun dan dimanapun. Di sisi lain, teori sosial yang berlaku
di Negara maju tidak selalu tepat digunakan untuk mengatasi masalah sosial di Negara
berkembang karena karakteristik masalah dan variable yang terkait berbeda.
2.2 Pendekatan Terhadap Suatu Penelitian
Terdapat dua metode pendekatan analisis dan penarikan kesimpulan yang didapatkan
dari perguruan tinggi, yaitu metode deduktif dan induktif.
Metode Deduktif
Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum yang diuraikan menjadi
contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi
yang bersifat khusus tersebut. Dalam deduktif telah diketahui kebenarannya secara umu,
kemudian bergerak menuju pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala
khusus atau individual. Jadi deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu
yang umum (prinsip, hukum, teori, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu
yang umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan
bagian dari kasus atau peristiwa itu.
o Macam-Macam Penalaran Deduktif
1) Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua
proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan
yang merupakan proposisi ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat
dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung
didalamnya.
2) Entimem
4
Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang menggunakan bentuk
silogisme yang lengkap. Demi kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap
telah dipahami, dihilangkan. Inilah yang disebut entimem.
Metode Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Induksi merupakan cara berpikir
dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
o Macam-Macam Penalaran Induktif
1) Generalisasi
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik
kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau
peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh :
Generalisasi juga di sebut induksi tidak sempurna ( lengkap ). Guna
menghindari generalisasi yang terburu – buru, Aristoteles berpendapat bahwa
bentuk induksi semacam ini harus di dasarkan pada pemeriksaan atas seluruh
fakta yang berhubungan, tapi semacam ini jarang di capai. Jadi kita harus
mencari jalan yang lebih prakis guna membuat generalisasi yang sah.
2) Analogi
Pemikiran ini berangkat dari suatu kejadian khusus ke suatu kejadian
khususnya lainnya, dan menyimpulkan bahwa apa yang benar pada yang satu
juga akan benar pada yang lain.
Contoh ;
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini.
Pengetahuan secara analogis adalah suau metode yang menjelaskan
barang – barang yang tidak biasa dengan istilah – istilah yang di kenal ide –
5
ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal –
hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada
persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang
penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa karakteristik
lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk
sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
3) Hubungan Kausalitas
Berupa sebab sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau
sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam
tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun,
pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab.
4) Perbandingan
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam
penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau
memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan
padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan
tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk
memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang
proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
2.3 Penalaran dan Berpikir Deduktif dan Berpikir Induktif dan Aplikasinya di Bidang
Geologi
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi
yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi
6
yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi. Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki
ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan
sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu.
Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan
konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio
atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan
paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat
pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme.
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari
keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Pada induksi kita berjalan dari bukti naik ke undang. Pada cara deduksi adalah
sebaliknya. Kita berjalan dari Undang ke bukti. Kalau kita bertemu kecocokan antara undang dan
bukti, maka barulah kita bisa bilang, bahwa undang itu benar.
Kalau kita sudah terima, bahwa semua benda kehilangan berat dalam semua cair, maka
kita ambil satu benda dan satu zat cair buat penglaksanaan. Kita ambil sepotong timah, kita
timbang beratnya di udara. Kita dapat B gram. Kita masukkan timah tadi ke dalam air. Kita
timbang beratnya air yang dipindahkan oleh timah tadi, kita dapati b gram. Menurut undang
Archimedes timah tadi mesti kehilangan berat b gram. Jadi ditimbang dalam air, beratnya
7
menurut Archimedes mestinya (B-b) gram. Sekarang kita ambil beratnya dan timbangan timah
yang terbenam tadi. Betul kita dapat (B-b) gr. Jadi betul cocok dengan undang Archimedes.
Sekarang induction sudah beralasan deduction, kebenaran undang sudah di sokong oleh
penglaksanaan. Berulang-ulang kita lakukan pemeriksaan kita dengan benda dan zat cair
berlainan dan berulang-ulang kita saksikan kebenaran undangnya Archimedes, pemikir Yunani.
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus
untuk menentukan hukum yang umum.
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-
hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu
bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu
persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang
diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Buat contoh penegasan kita kembali pada masyarakat Yunani, masyarakat yang
sebenarnya merintis kesopanan manusia. Lama sudah terpendam dalam otaknya Archimedes,
pemikir Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi, persoalan: apa sebab badan yang masuk
barang yang cair itu, jadi enteng kekurangan berat? Ketika mandi, maka jawab persoalan tadi
tiba-tiba tercantum di matanya dan kegiatan yang memasuki jiwanya menyebabkan dia lupa akan
adat istiadat negara dan bangsanya. Dengan melupakan pakaiannya, ia keluar dari tempat
mandinya dengan bersorak-sorakkan “heureuka” saya dapati, saya dapati, adalah satu contoh lagi
dari kuatnya nafsu ingin tahu dan lazatnya obat haus “ingin” tahu itu. Archimedes menjalankan
experiment yang betul, ialah badannya sendiri, yang jadi benda yang dicemplungkan ke dalam
air buat mandi. Dengan cara berpikir, yang biasa dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa
8
bangunkan satu undang yang setiap pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari
dalam sekolah di seluruh pelosok dunia sekarang.
Menurut undang Archimedes, maka kalau benda yang padat (solid) terbenam pada barang
cair, maka benda tadi kehilangan berat sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda
itu.Tegasnya kalau berat Archimedes di luar air umpamanya B gram dan berat air yang
dipindahkan oleh badan Achimedes b gram, maka berat Archimedes dalam air tidak lagi B gram,
melainkan (B-b) gr.
Dengan contoh dirinya sendiri sebagai benda dan air sebagai barang cair, maka simpulan
yang didapatkan Archimedes dalam tempat mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua
benda dalam alam, kalau dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan berat
sama dengan berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau semuanya takluk pada
kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang dan barulah Archimedes tak akan
dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang betul-betul terlatih sebagai bapak undang itu.
(Madilog. hal 100-101 Tan Malaka, Pusat Data Indikator).
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan
induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran
induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten
dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta
dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan
rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya
disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis
dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian
hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris
untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa nalar deduktif dan nalar
induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
Pengaplikasiaanya pada bidang geologi.
Penggaplikasian pendekatan deduktif dan induktif terlihat pada bidang geografis terutama
di dalam aspek etimologinya. Aspek etimologis geografi sejalan dengan etimologis ilmu lainnya
9
yaitu menggunaka pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan deduktif geografi bertitik tolak
pada pendekatan secara umum, yaitu dari prostulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui
secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum kini diambil kesimpulan secara
khusus. Pola pendekatan induksi berpangkal dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat
kusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara
umum. Dengan metode induksi pada geografi maka dalil-dalil dan teori-teori geografi hanya
berlaku di suatu tempat dan waktu-waktu tertentu, sebab hokum, dalil, maupun teori geografi,
sangat bergantung pada kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu geografis menggunakan
metode refleksi dengan menggabungkan metode deduktif dan induktif dalam penelitian geografi.
Pendekatan deduktif dan induktif dalam pengaplikasiannya melahirkan SIG (sistem informasi
geografi) yang menggunakan penalaran logika dan menjelaskan data dari gejala geografis.
10
BAB III
KESIMPULAN
Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum yang diuraikan menjadi
contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi yang
bersifat khusus tersebut. Dalam deduktif telah diketahui kebenarannya secara umu, kemudian
bergerak menuju pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau
individual.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Beberapa cara pengambilan kesimpulan pada berbagai penelitian. Pendekatan Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan pendekatan
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan.
Penggaplikasian pendekatan deduktif dan induktif terlihat pada bidang geografis terutama
di dalam aspek etimologinya. Aspek etimologis geografi sejalan dengan etimologis ilmu lainnya
yaitu menggunaka pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan deduktif geografi bertitik tolak
pada pendekatan secara umum, yaitu dari prostulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui
secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum kini diambil kesimpulan secara
khusus. Pola pendekatan induksi berpangkal dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat
kusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara
umum. Pendekatan deduktif dan induktif dalam pengaplikasiannya melahirkan SIG (sistem
informasi geografi) yang menggunakan penalaran logika dan menjelaskan data dari gejala
geografis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, T. M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. PT Raja Grafindo Pustaka, Jakarta.
www.iss.stthormas.edu/studyguides/Indonesia-Malay/genius.com.
www.iss.stthormas.edu/studyguides/Indonesia-Malay/crtthn.htm
Anonimus. 2003. Mengembangkan Kemampuan Belajar dan Berpikir Kritis
http://penakayu.blogdrive.com/comments?id=112
12
13