PENDAHULUAN - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/253/1/SETYANI skrip.rtf.pdfLaporan keuangan...
Transcript of PENDAHULUAN - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/253/1/SETYANI skrip.rtf.pdfLaporan keuangan...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir, 2002).
Laporan keuangan harus mampu menggambarkan posisi keuangan
dan hasil-hasil usaha perusahaan pada saat tertentu secara wajar (Dwiatmini
dan Nurkholis, 2001:27).
Berdasarkan Statement Financial Accounting Concept (SFAC) nomor
1 dalam Ghozali dan Chariri (2005:89) mengatakan bahwa laporan
keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan
calon investor, kreditur dan pengguna lain dalam pengambilan keputusan
investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis dan rasional. Informasi
tersebut harus dapat dipahami oleh mereka yang memiliki wawasan bisnis
dan ekonomi, supaya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
dapat dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan dan dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan, maka penyajian laporan keuangan dalam
laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh (full disclosure),
artinya bahwa pengungkapan yang disajikan memberikan informasi secara
lengkap dan terbuka, sehingga tidak menyesatkan orang yang membacanya.
Salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan
keuangan untuk pengambilan keputusan adalah informasi atas laba.
Informasi laba secara umum menjadi perhatian utama dalam penaksiran
kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Informasi laba merupakan
komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai
1
2
kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representatif dalam jangka panjang, dan menaksir resiko investasi atau
meminjamkan dana (Kirschenheiter dan Melumad, 2002) dalam (Juniarti
dan Corolina, 2005:148). Pentingnya informasi laba ini disadari oleh
manajemen, sehingga manajemen cenderung melakukan disfunctional
behaviour (perilaku tidak semestinya), yaitu dengan melakukan perataan
laba untuk mengatasi berbagai konflik yang timbul antara manajemen
dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (Sugiarto,
2003). Disfunctional behaviour tersebut dipengaruhi oleh adanya asimetri
informasi (information asymetry) dalam konsep teori keagenan.
Hubungan keagenan muncul ketika seorang individu atau lebih yang
disebut pemilik (principal) memperkerjakan individu yang lain atau
organisasi (agent) untuk melaksanakan pekerjaan dan kemudian
mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan oleh agen tersebut
(Brigham and Houston, 2001:2). Konflik keagenan akan muncul apabila
masing-masing pihak mempunyai perbedaan kepentingan dan ingin
memperjuangkan kepentingan masing-masing. Dalam hubungan keagenan,
manajer mempunyai asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan,
seperti kreditur dan investor.
Asimetri informasi antara agent dan principal dapat memicu manajer
untuk melakukan disfunctional behaviour. Asimetri informasi terjadi ketika
manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak
dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya asimetri informasi akan
mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya
terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja
manajer (Halim, dkk. 2005:120) Kesenjangan informasi antara kedua belah
pihak memicu munculnya perataan penghasilan Topik perataan laba (income
smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba (earnings
management). Seperti halnya manajemen laba. Penjelasan konsep perataan
laba juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Teori
3
ini menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang
timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000) Tindakan perataan
penghasilan bersih atau laba merupakan tindakan umum atau rasional bagi
para manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan metode akuntansi
tertentu (Jatiningrum, 2000). Praktik perataan laba merupakan usaha
manajemen untuk menekan variasi dalam laba (Dwiatmini dan Nurkholis,
2001:30). Tindakan perataan laba berhubungan dengan bonus compensation
plan yang dikaitkan dengan kinerja manajemen yang dinilai melalui laporan
laba rugi. Perataan laba juga ditujukan untuk memperbaiki citra perusahaan
di mata pihak eksternal bahwa perusahaan memiliki risiko yang rendah
(Dwiatmini dan Nurkholis, 2001:30). Bagi manajemen, seringkali tidak
penting untuk melaporkan laba maksimal, bahkan manajemen lebih
cenderung melaporkan laba yang dianggap normal bagi perusahaan untuk
beberapa periode (Samlawi dan Sudibyo, 2000) Tindakan perataan laba ini
menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih atau
laba menjadi menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya
kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum,
2000). Perataan laba menjadi suatu hal yang merugikan investor, karena
investor tidak akan memperoleh informasi yang akurat mengenai laba untuk
mengevaluasi tingkat pengembalian dari portofolionya. Tindakan perataan
laba mengakibatkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak
memadai (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001:28). Fenomena ini merupakan
dampak negatif asimetri informasi dalam konsep teori keagenan.
Perataan laba dalam laporan keuangan merupakan hal yang biasa dan
dianggap masuk akal (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001:28). Praktik perataan
laba didorong oleh berbagai faktor. Faktor-faktor pendorong perataan laba
dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan
4
faktor-faktor laba. Faktor-faktor konsekuensi dari pilihan akuntansi
merupakan kondisi yang dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi, sehingga
perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka akuntansi akan
mempengaruhi kondisi itu. Sedangkan faktor-faktor laba adalah pengaruh
dari angka-angka laba periodik yang dengan sendirinya juga mendorong
perilaku perataan laba. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang
diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio,
dkk. 2002)
Berangkat dari fenomena di atas maka penelitian ini akan
membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan perataan
laba yang belum sepenuhnya menunjukkan hasil yang konsisten antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya. Dalam penelitian ini
hanya akan mengambil tiga faktor saja yaitu Profitabilitas, Total Debt to
Total Asset (DAR), dan Price Earning Ratio (PER).
Profitabilitas, menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan atau laba. Perhatian investor yang besar pada
tingkat profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk
melakukan perataan laba. Profitabilitas dapat digunakan sebagai pengukur
kinerja perusahaan dan dapat mempengaruhi para investor maupun kreditur
untuk keputusan investasi dan pemberian kredit. Perusahaan dengan
profitabilitas rendah akan cenderung melakukan perataan laba dibandingkan
dengan perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi. Perataan laba
dilakukan agar perusahaan terlihat bagus. Laba yang rata diharapkan dapat
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik walaupun
profitabilitasnya rendah (Purwanto, 2004:161).
Total Debt to Total Asset (DAR), rasio ini merupakan salah satu
bentuk dari leverage keuangan. Rasio ini menunjukkan berapa bagian aktiva
yang digunakan untuk menjamin hutang. Perusahaan yang lebih banyak
5
menggunakan hutang cenderung untuk melakukan perataan laba untuk
menjaga kredibilitas terhadap perusahaannya.
Price Earning Ratio (PER) menggambarkan besarnya perbandingan
antara harga pasar saham per lembar dengan laba per saham (Elyzabeth,
2003:5), selain itu PER merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan
oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba di masa mendatang. PER menunjukkan hubungan antara
harga pasar saham biasa dengan EPS (Resmi, 2002 : 281-282). Murtanto
(2004:7) mengemukakan bahwa pengukuran tindakan perataan laba
kemungkinan dilakukan melalui EPS (laba per lembar saham). Perusahaan
percaya harga saham di pasar saham yang terukur dalam PER akan
meningkat apabila laba bersih per lembar saham (EPS) mereka meningkat
secara konstan tiap tahunnya, akibatnya mereka akan memilih prosedur
akuntansi yang menghasilkan laba tertentu untuk memenuhi target yang
dikehendaki, yang salah satunya adalah metode perataan laba.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengangkat judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Perataan
Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di
BEJ “
1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah profitabilitas yang ditunjukkan dalam ROA, DAR dan PER
secara signifikan mempengaruhi tindakan perataan laba (income
smoothing ) secara Parsial?
2. Apakah profitabilitas yang ditunjukkan dalam ROA, DAR dan PER
secara signifikan mempengaruhi tindakan perataan laba (income
smoothing ) secara Simultan?
6
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka peneliti memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis apakah Profitabilitas yang diproksikan dalam
Return On Assets, Total Debt to Total Assets Ratio dan Price Earning
Ratio secara signifikan mempengaruhi tindakan perataan laba
(income smoothing ) secara parsial pada industri yang go public di
BEJ periode tahun2007 dan 2008.
2. Untuk menganalisis apakah Profitabilitas yang diproksikan dalam
Return On Assets, Total Debt to Total Assets Ratio dan Price Earning
Ratio secara signifikan mempengaruhi tindakan perataan laba
(income smoothing ) secara simultan pada industri yang go public di
BEJ periode tahun2007 dan 2008.
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan kajian
ilmu pengetahuan khususnya mengenai penerapan praktik perataan
laba.
b. Memberikan stimulasi kepada peneliti lebih lanjut dalam
melakukan penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
c. Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) kepada
pembaca.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor dan masyarakat
Dapat memberikan gambaran mengenai praktik perataan laba pada
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEJ. Sehingga
investor maupun masyarakat dapat membuat keputusan investasi
yang tepat.
b. Dunia penelitian dan akademisi.
Dapat menambah literatur mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan publik di
Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memacu
penelitian yang lebih baik mengenai praktik perataan laba pada
masa yang akan datang.
c. Peneliti.
Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan
publik di Indonesia, khususnya perusahaan yang termasuk dalam
sektor manufaktur.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara jelas mengenai isi dari Skripsi
ini,maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi Latar belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai pengertian Laporan Keuangan, Pemakai
Laporan Keuangan, Komponen Laporan Keuangan,
8
Praktik Akuntansi Kreatif(Creative Accounting Practises),
Manajemen Laba (Earning Manajement), Peratan
laba(IncomeSmoothing), Hubungan antara
Profitabilitas,Total Debt to Total Assets Ratio, dan Price
Earning Ratio, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran
dan Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi mengenai Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian,
Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis Data
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
Berisi mengenai gambaran umum perusahaan, analisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan
laba (income smoothing).
BAB V PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis yamg telah
dilakukan dan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi
perusahaan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep Agency Theory adalah kontrak antara principal dan agent.
Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas yang diinginkan
principal).
Positive Accounting Theory (PAT) dalam Ghozali dan Chariri
(2005:46) secara implisit mengatakan ada tiga bentuk hubungan keagenan
yaitu :
a. Antara pemilik perusahaan dengan manajemen.
b. Kreditur dengan manajemen
c. Pemerintah dengan manajemen.
Michelson et al. (2000), mendefinisikan keagenan sebagai suatu
hubungan yang berdasarkan pada persetujuan antara dua pihak, dimana satu
pihak (agent) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain (principal)
mempekerjakan individu yang lain atau organisasi (agent) untuk
melaksanakan pekerjaan dan kemudian mendelegasikan otoritas
pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Dalam teori agency terdapat
dua macam kontrak. Kontrak tersebut bisa dalam bentuk kontrak kerja
maupun kontrak pinjaman. Dalam kontrak kerja pemilik perusahaan
merupakan principal dan manajer puncak adalah seorang agent, sedangkan
dalam kontrak pinjaman, pemberi pinjaman merupakan merupakan
principal dan manajer perusahaan adalah agent (Surifah, 2001) Pada
perusahaan, pemilik perusahaan bertindak sebagai principal dan manajer
bertindak sebagai agent. Agency Theory memiliki asumsi bahwa masing-
masing individu baik itu pemilik perusahaan maupun manajer, termotivasi
oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan. Anggapan yang melekat pada teori keagenan adalah bahwa
antara agent dengan principal terdapat konflik kepentingan. Konflik
9
10
kepentingan bisa terjadi antara seorang manajer yang ingin
memaksimumkan kekayaannya/dan tidak memaksimumkan kekayaan
pemegang saham. Sehingga untuk mengatasi masalah perbedaan
kepentingan antara agent dan principal maka manajer melakukan upaya
perataan laba melalui pemilihan prosedur akuntansi (Pratamasari, 2006:14).
Masalah keagenan (agency problem) muncul karena adanya perilaku
opportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan
kesejahteraan sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal.
Manajer memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk mendapatkan bonus dari
principal (Halim, dkk. 2005:119). Sehingga mengakibatkan asimetri
informasi pada kedua belah pihak.
Menurut Suranta dan Merdistuti (2004), permasalahan yang terjadi
akibat adanya saling kepentingan antara pemilik perusahaan dengan manajer
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Informasi mengenai laba yang merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen.
2. Adanya fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan dimana manajemen
tidak merasakan adanya kesalahan secara langsung dalam pembuatan
keputusan bisnis karena resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para
pemegang saham.
2.2. Asimetri Informasi (Information Asymmetry)
Asimetri informasi antara agent dengan principal dapat memicu
manajer untuk melakukan disfunctional behaviour. Asimetri informasi
terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih
banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan
dengan pihak eksternal. Dalam kondisi tersebut, manajer dapat
menggunakan yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan
11
sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya (Salno dan Baridwan,
2000).
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiiliki
akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar
perusahaan (Halim, dkk. 2005:120). Agency theory mengimplikasikan
adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik
(principal). Penelitian Richardson (2000) menunjukkan adanya hubungan
antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Ketika asimetri informasi
tinggi, stake holder tidak memiliki sumber daya yang cukup memadai atau
akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer,
dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba.
Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan
informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan
dengan pengukuran kinerja manajer.
Terdapat dua tipe utama asimetri informasi, yaitu adverse selection
dan moral hazard. Adverse selection berhubungan dengan keterbukaan
informasi yang tersebar kepada pihak lain. Moral hazard berkenaan dengan
perilaku pengambilan keuntungan oleh manajemen (Scott, 2003 : 7-8)
Secara lebih lanjut, Irfan (2002) menjelaskan bahwa adverse selection
terjadi ketika para manajer serta orang-orang dalam perusahaan mengenal
lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan
investor sebagai pihak luar. Informasi mengenai fakta yang mungkin dapat
mempengaruhi keputusan pemegang saham tersebut tidak disampaikan
kepada pemegang saham. Sedangkan moral hazard terjadi ketika kegiatan
yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh
pemegang saham yang merupakan pemberi pinjaman.
Asimetri Informasi adalah suatu kondisi dimana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi (preparer) dengan pihak pemegang saham. Atau dengan
12
istilah lain, ketidakseimbangan informasi antara agent dari satu dengan
principal pada sisi lainnya (Irfan, 2002). Konsep Asimetri Informasi terkait
erat dengan signalling theory, Positive Accounting Theory (PAT), agency
theory.
Signalling theory menyatakan bahwa didalam pasar modal terjadi
asimetri informasi antara pemilik perusahaan dan pemakai laporan keuangan
yang disebabkan oleh pihak lain (manajer dan direktur) yang lebih banyak
memiliki informasi penting dan bersifat privat mengenai keadaan
perusahaan (Suranta dan Merdistuti, 2004). Teori sinyal berkaitan dengan
asimetri informasi yang dapat terjadi apabila salah satu pihak mempunyai
sinyal yang lebih lengkap daripada pihak lain (Narsa, dkk., 2003) Positive
Accounting Theory (PAT) berusaha memaparkan pengaruh faktor-faktor
ekonomi terhadap perilaku manajer untuk memilih suatu metode akuntansi.
Manajer adalah individu rasional yang akan memperhitungkan kepentingan
dirinya. Konsisten dengan asumsi tersebut, maka motivasi yang
mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah
memaksimumkan kepentingannya (Scott, 2003:273) Agency theory
menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan
antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang timbul ketika
seorang pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000) Disfunctional behaviour yang
dipengaruhi adanya asimetri informasi dalam konsep teori keagenan
menyebabkan laporan keuangan yang disajikan menjadi bias orang yang
membacanya, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya
pihak eksternal. Sehingga laporan keuangan diharapkan menyajikan
informasi yang akurat bagi pihak eksternal dalam memprediksi
pengembalian investasi atau pendapatan devidennya.
13
2.3. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana pertanggungjawaban
pihak manajemen kepada pihak intern maupun ekstern yang berkepentingan
terhadap perusahaan. Laporan keuangan melaporkan prestasi historis suatu
perusahaan dilengkapi dengan analisis bisnis dan ekonomi, sehingga
seringkali dijadikan dasar untuk membuat proyeksi dan ramalan masa depan.
Sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi, laporan keuangan
dirancang untuk menyediakan kebutuhan informasi keuangan bagi investor,
kreditor, dan pemakai eksternal lainnya untuk pengambilan keputusan.
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (Ikatan Akuntansi
Indonesia, 2002 : 12).
Sedangkan tujuan laporan keuangan menurut (Hanafi dan Halim,
2002 : 31).
1. Tujuan umum
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur dan
pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial)
untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit dan keputusan
lainnya yang serupa dan rasional.
2. Tujuan eksternal (pemakai)
Memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditur
dan pemakai lainnya saat ini atau masa yang akan datang (potensial),
untuk memperkirakan jumlah, waktu (timing), dan ketidakpastian dari
penerimaaan kas dari deviden atau bunga, dan dari penjualan, pelunasan
surat-surat berharga atau pinjaman.
3. Tujuan lembaga (perusahaan)
14
Memberi informasi untuk menolong investor, kreditur dan pemakai
lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu (timing), dan
ketidakpastian aliran kas masuk bersih keperusahaan (lembaga).
4. Tujuan spesifik
a. Memberi informasi sumber daya ekonomi kewajiban, dan
modal saham.
b. Memberi informasi pendapatan yang komprehensif.
c. Memberi informasi aliran kas.
Laporan keuangan yang biasanya diberikan kepada pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi berupa informasi yang bersifat kuantitatif
dan hanya menggambarkan pengaruh dari kejadian masa lalu.
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4
dalam Harahap (2003 : 127) adalah sebagai berikut :
1. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan
dalam proses pengambilan keputusan.
2. Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi
juga harus informasi yang dapat dimengerti para pemakainya.
3. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak yang akan
menghasilkan pendapat yang sama.
4. Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu
saja.
15
5. Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan
apabila diserahkan pada saat yang tepat
6. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan artinya akuntansi
harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun
perusahaan lain.
7. Completeness
Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan
yang layak dari para pemakai.
2.3.1 Pemakai laporan keuangan
Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa pemakai laporan
keuangan menggunakan informasi yang ada dalam laporan tersebut untuk
berbagai kebutuhan yang berbeda. Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan antara lain :
1. Investor
Penanam modal (investor) membutuhkan informasi untuk
menentukan keputusan investasi yang harus diambil. Pemegang saham
membutuhkan informasi yang dapat membantu mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan memerlukan informasi untuk menilai kemampuan
perusahaan (stabilitas dan profitabilitas) dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman memerlukan informasi untuk memutuskan
apakah akan memberi pinjaman atau tidak, berdasarkan kemampuan
16
perusahaan untuk membayar hutang beserta bunganya pada saat jatuh
tempo.
4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya
Pemasok dan kreditur usaha lainnya memerlukan informasi
untuk memutuskan apakah akan memberi pinjaman atau tidak,
berdasarkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang beserta
bunganya pada saat jatuh tempo. Berbeda dengan pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha lainnya berkepentingan pada perusahaan
dalam tenggang waktu yang lebih pendek.
5. Pelanggan
Pelanggan memerlukan informasi tentang kelanjutan usaha
perusahaan, terutama apabila mereka terikat dalam perjanjian jangka
panjang atau tergantung pada perusahaan tersebut.
6. Pemerintah
Pemerintah memerlukan informasi terutama untuk mengatur
aktivitas perusahaan, menetapkan pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan
terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.3.2 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi,
dan laporan perubahan ekuitas yang disusun berdasarkan dasar akrual,
laporan arus kas yang disusun berdasarkan dasar kas dan catatan atas
laporan keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Dewi (2007:5) mendefinisikan beberapa komponen laporan keuangan
sebagai berikut :
17
1. Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama
periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
2. Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas
pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan
atau setahun.
3. Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.
4. Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan
pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau
setahun.
Selain keempat komponen laporan keuangan di atas, masih ada
satu komponen lagi yang terdapat dalam laporan keuangan, yaitu catatan
atas laporan keuangan.
2.4. Praktik Akuntansi Kreatif (Creative Accounting Practises)
Manajemen laba dan perataan laba merupakan salah satu bentuk
dari praktik-praktik akuntansi kreatif (creative accounting practices)
dalam rangka memanipulasi data akuntansi dengan berbagai tujuan yang
mendasarinya. Praktik akuntansi kreatif adalah:
Semua langkah yang digunakan untuk mempermainkan angka-
angka akuntansi, termasuk pemilihan dan penerapan prinsip-prinsip
akuntansi agresif, kecurangan dalam pelaporan keuangan, dan beberapa
langkah untuk manajemen laba dan perataan laba (Mulford dan
Comiskey, 2002: 15)
Mulford dan Comiskey (2002: 9-13). mengklasifikasikan praktik
akuntansi kreatif ke dalam lima kategori, sebagai berikut :
1. Recognition premature or fictitous revenue
Pengakuan pendapatan prematur atau fiktif merupakan komponen
yang sangat diperlukan dalam permainan angka-angka keuangan
(financial numbers game). Premature revenue recognition mengarah
18
pada pengakuan pendapatan untuk penjualan yang sah secara lebih awal
dari yang ditetapkan oleh GAAP. Sebaliknya, fictitous revenue
recognition merupakan pencatatan pendapatan untuk penjualan yang
semu (non-existent sale).
2. Agrressive capitalization and extended amortization policies
Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan pelaporan laba
dengan cara meminimalkan beban-beban. Dalam kategori ini,
perusahaan akan meminimalisasi beban-beban dengan cara
mengkapitalisasi pengeluaran yang seharusnya dimasukkan sebagai
beban atau dengan cara mengamortisasi jumlah yang telah
dikapitalisasi selama periode yang panjang.
3. Misreported assets and liabilities
Bertujuan untuk meminimalisasi beban dan kerugian,
misalnya dengan cara mempertinggi estimasi kolektibilitas piutang
dan menurunkan ketetapan doubtful account serta menurunkan beban
operasi.
4. Getting creative with the income statement
Merupakan langkah-langkah yang diambil untuk
mengkomunikasikan tingkat kekuatan laba yang berbeda dengan
menggunakan format laporan laba rugi. Dalam kategori ini,
komponen pendapatan dan beban dapat dimasukkan dalam caption
yang berbeda dari yang seharusnya tanpa harus merubah jumlah laba
bersih yang dilaporkan. Misalnya melaporkan pendapatan yang
berulang sebagai pendapatan lain-lain.
5. Problems with cash-flow reporting
Perusahaan dapat mengkomunikasikan laba yang lebih
tinggi tidak hanya dengan melaporkan laba yang lebih tinggi tetapi
juga dengan cara melaporkan cash flow yang lebih tinggi dan stabil.
Dalam kategori ini, perusahaan dapat mengklasifikasikan pengeluaran
19
operasi sebagai komponen investasi keuangan. Selain itu, aktivitas
masukan untuk investasi dan pendanaan dapat diklasifikasikan sebagai
komponen operasi.
Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu aspek dalam
manajemen laba (earnings management). Menurut Surifah (2001) .
Terdapat dua cara yang bisa dilakukan oleh manajemen untuk
mempengaruhi angka pada laporan keuangan, yaitu dengan melakukan
manajemen laba dan perataan laba.
2.5. Manajemen Laba (Earnings Manajemen)
2.5.1 Pengertian manajemen laba
Menurut Halim, dkk.(2005:118) manajemen laba adalah pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Halim,
dkk (2005:119) mengungkapkan terdapat dua cara yang saling melengkapi
dalam berfikir tentang manajemen laba yaitu :
1. Perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya
dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik.
2. Perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk
menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam kontrak.
Akan tetapi manajemen laba sering disimpulkan sesuatu yang tidak
baik untuk dilakukan oleh manajemen, sehingga banyak definisi yang
menekankan manajemen laba sebagai suatu perilaku oportunistik
manajemen.
Menurut Hall (2000) menyatakan bahwa earnings management
sebagai distorsi dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
Manajemen laba dipandang sebagai suatu bentuk pemanipulasian
akuntansi (Juniarti dan Corolina, 2005:150). Sedangkan menurut Arthur
Levitt (2004) Juniarti dan Corolina (2005:150) mendefinisikan manajemen
20
laba sebagai suatu praktek pelaporan earnings yang lebih merefleksikan
keinginan manajemen daripada performa perusahaan
Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses
menyusun pelaporan keuangan eksternal, sehingga manajemen dapat
menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan
kepentingannya Pratamasari (2006:17). Menurut Sutrisno (2001, terdapat
dua macam perilaku dalam praktik manajemen laba, yaitu: manajemen
laba myopic (myopic earnings management) dan perataan laba (income
smoothing). Manajemen laba myopic merupakan wacana manajer untuk
perencanaan jangka pendek dan bias laba yang dilaporkan sampai dengan
jumlah maksimum yang dimungkinkan.
Sedangkan dalam perataan laba, manajer mempunyai perencanaan
jangka panjang, yaitu dengan menggeser keuntungan saat ini dengan
kemungkinan keuntungan di masa depan.
2.5.2 Bentuk-bentuk Manajemen Laba (Earnings Management)
Pratamasari (2006:19) mengemukakan bentuk-bentuk manajemen
laba yang dilakukan oleh manajer antara lain :
a. Taking a bath
Pola ini dilakukan pada saat kinerja perusahaan sedang
buruk atau pada saat ada peristiwa yang jarang terjadi seperti
perubahan manajemen, merger dan restrukturisasi yang menyebabkan
perusahaan terpaksa harus melaporkan kerugian pada awal periode
pergantian manajemen; sehingga dalam periode tersebut secara
ekstrim pengakuan laba diturunkan dan biaya dinaikkan.
b. Income Minimization
Se rupa dengan taking a bath, tetapi kurang ekstrim. Pola
ini dipilih perusahaan yang secara politis memiliki profitabilitas yang
tinggi. Kebijakan ini dapat mencakup penangguhan aset modal dan
aset tidak berwujud secara cepat, membebankan pengeluaran
21
periklanan serta pengeluaran biaya riset dan pengembangan.
c. Income Maximization
Po la ini bertujuan untuk memaksimalkan pendapatkan
yang dilaporkan untuk tujuan bonus. Selain itu, perusahaan yang
mendekati pelanggaran perjanjian hutang juga dapat melakukan pola
manajemen laba ini.
d. Income Smoothing
Merup akan pola manajemen laba yang paling menarik.
Tindakan ini dapat menyebabkan income hilang secara temporer
atau permanen untuk tujuan bonus. Jika manajer adalah penentang
risiko, maka mereka akan lebih menyukai aliran bonus yang stabil
sehingga perlu melakukan tindakan perataan laba.
2.5.3 Pemicu Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Praktik manajemen laba akan
menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai
laporan keuangan yang mempercayai hasil rekayasa tersebut sebagai
angka-angka atas laporan keuangan tanpa rekayasa.
PAT yang diformulasikan oleh Pratamasari (2006:11) terdiri dari 3
hipotesis yang telah teruji secara empiris mengenai berbagai faktor yang
mendorong manajer perusahaan untuk melakukan earnings management,
yaitu:
a. The Bonus Plan Hypotesis
Menurut hipotesis ini, manajer perusahaan yang menggunakan
kebijakan rencana bonus cenderung memilih prosedur akuntansi untuk
memindahkan pelaporan laba periode yang akan datang ke periode
sekarang. Jika manajer termasuk individu yang menghindari risiko
22
(risk- averse), maka dia akan memilih kebijakan akuntansi yang
dapat meratakan laba, karena aliran bonus yang kurang bervariasi
(stabil) diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih tinggi
daripada bonus yang berubah-ubah.
b. The debt covenant hypothesis
Hipotesis ini menyebutkan bahwa manajer perusahaan yang
mempunyai berbagai perjanjian hutang akan cenderung
menggunakan metode akuntansi yang dapat memindahkan pelaporan
laba pada masa yang akan datang menjadi laba masa kini. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kemungkinan technical default dan
memenuhi persyaratan kredit yang diajukan oleh kreditur.
c. The political cost hypothesis
Berdasarkan hipotesis ini, manajer perusahaan akan
memilih prosedur-prosedur akuntansi yang dapat menunda pelaporan
laba periode sekarang ke periode yang akan datang. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai
aturan/batasan-batasan yang kurang menguntungkan bagi
perusahaan.
Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan
menyebabkan semakin besarnya usaha manajer untuk memilih
kebijakan akuntansi yang dapat sekarang ke periode yang akan datang
2.6. Perataan Laba (Income Smoothing)
2.6.1 Definisi Perataan Laba (Income Smoothing)
Perataan laba (income smoothing) merupakan tindakan yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang
dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan
(Assih dan Gudono, 2000) (Pratamasari, 2006:21). Dwiatmini dan
Nurkholis (2001:28), mengungkapkan bahwa perataan laba adalah suatu
23
pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi pada beberapa level
laba supaya dianggap normal bagi perusahaan. Menurut Pratamasari
(2006:21), perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya
laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil. Selain
itu, Yurianto dan Gudono (2002:21) memandang perataan laba sebagai
pemilihan metode akuntansi sedemikian rupa oleh manajemen dalam
membuat laporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui stake holder
mengenai kinerja ekonomis dari perusahaan.
Suwito dan Herawaty (2005:137), mendefinisikan perataan laba
sebagai suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi
variabilitas urut-urutan pelaporan penghasilan relatif terhadap beberapa
urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-
variabel (akuntansi) semu atau (transaksi) riil. Selain itu, Dwiatmini
dan Nurkholis (2001:28-29), mengungkapkan bahwa tindakan perataan
laba sebagai tindakan sukarela manajemen yang didorong oleh aspek
perilaku dalam perusahaan dan lingkungannya.
Rivard, et.al, (2003) Mendefinisikan income smoothing sebagai
sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk
mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu.
Misalnya penundaan pembukuan pendapatan (revenues) pada saat
kinerja perusahaan baik jika diperkirakan pada tahun berikutnya
produktivitas perusahaan menurun. Seperti halnya kemungkinan
penundaaan pembukuan beban-beban (expenses) pada suatu periode
yang buruk.
2.6.2 Klasifikasi dan Dimensi Perataan Laba
Pratamasari (2006:22), mengklasifikasikan perataan laba menjadi
dua tipe, yaitu:
a. Perataan alami (natural smoothing)
Merupakan perataan laba yang terjadi akibat proses
24
menghasilkan laba.
b. Perataan yang disengaja (intentionally smoothing)
Adalah tipe perataan laba yang disengaja dan merupakan
hasil dari artificial smoothing dan real smoothing. Artificial
smoothing muncul ketika manajemen memanipulasi waktu
pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artificial
smoothing adalah implementasi dari prosedur-prosedur akuntansi
untuk memindahkan beban dan atau pendapatan dari satu periode
ke periode yang lain. Sedangkan rea l smoothing muncul ketika
manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian
ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba yang akan datang. Real
smoothing mengacu pada transaksi aktual yang dilakukan atau
tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan mengenai bagaimana
pengaruh perataan laba terhadap laba yang dilaporkan.
Prihatmoko, dkk (2004:262), menyatakan bahwa perataan laba
atas laba yang dilaporkan dapat dicapai dengan dua jenis perataan,
yaitu real smoothing dan artificial smoothing. Real smoothing adalah
perataan laba yang dilakukan melalui transaksi keuangan sesungguhnya
dengan mempengaruhi laba melalui perubahan dengan sengaja atas
kebijakan operasi dan waktunya. Sedangkan artificial smoothing
adalah perataan laba melalui prosedur akuntansi yang diterapkan
untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari satu periode ke
periode yang lain. Oleh sebab itu, artificial smoothing sering juga
disebut accounting smoothing.
Murtanto (2004:5), membedakan dimensi perataan laba
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perataan melalui keterjadian atau pengakuan suatu peristiwa
(smoothing through on event strategic management occurance or
recognition).
25
Seperti pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Banyak
juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit
sehingga dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan
penjualan, sehingga laba terlihat stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu (smoothing through
allocation overtime).
Manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan
pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika
penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya
riset dan penelitian serta amortisasi goodwill pada periode tersebut
untuk menstabilkan harga.
3. Perataan melalui klasifikasi (classificatory smoothing).
Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk
mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang
berbeda. Misalnya: jika p e n d a p a t a n non-operasi sulit untuk
didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada
pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Dan hal ini
dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba dengan
melihat kondisi pendapatan periode itu. Selain itu, manajemen
juga dapat mengelompokkan pos-pos laba tertentu dalam kategori
yang berbeda, misalnya antara pos-pos biasa (ordinary items) dan
pos pos luar biasa (extraordinary items).
Narsa, dkk. (2003) dalam Pratamasari (2006:24)
mengungkapkan 3 faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya
praktik perataan laba, yaitu :
a. Manajemen akrual (accruals management)
Faktor ini biasa dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat
mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi
merupakan wewenang dari para manajer. Contohnya: dengan
26
mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan (revenues);
menganggap suatu biaya sebagai tambahan investasi misalnya: biaya
perawatan aktiva tidak lancar atau keuntungan atas penjualan aktiva
dan perkiraan-perkiraan akuntansi yang lainnya, seperti beban piutang
ragu-ragu dan perubahan metode akuntansi.
b. Penetapan perubahan kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of
mandatory accounting changes)
Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer
untuk menerapakan suatu kebijakan akuntansi yang wajib
diterapkan oleh perusahaan, yaitu: antara menerapkan lebih awal
dari waktu yang diterapkan atau menunda sampai saat berlakunya
kebijakan tersebut.
Para manajer tentu akan memilih menerapkan kebijaksanaan
akuntansi bila dengan penerapan tersebut dapat mempengaruhi baik
aliran kas maupun keuntungan perusahaan.
c. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes)
Faktor ini berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti
atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian
banyak metode yang dapat dipilih dan tersedia serta diakui
oleh badan akuntansi yang ada. Contohnya: penggantian metode
penilaian persediaan FIFO ke LIFO atau sebaliknya,
mengubah metode penyusutan aktiva dari metode garis lurus ke
metode yang dipercepat dan sebaliknya.
Pratamasari (2006:25), menyatakan bahwa perataan laba dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode akuntansi atau
taksiran akuntansi yang dapat digunakan dan atau dengan
memperlakukan transaksi yang menyebabkan laba yang dilaporkan
lebih mendekati angka yang ditargetkan daripada memaksimumkan
aliran kas yang diharapkan saat ini.
27
2.6.3 Alasan dan Motivasi Manajer Melakukan Perataan Laba
Menurut Assih dan Gudono (2000), perataan laba merupakan
perilaku yang rasional didasarkan pada asumsi dalam Positive
Accounting Theory (PAT) dimana agent (manajemen) adalah
individual yang rasional, yang memperhatikan kepentingan dirinya.
Konsisten dengan asumsi tersebut, maka motivasi yang mempengaruhi
pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah memaksimalkan
kepentingannya. Motivasi dalam melakukan perataan laba ini biasanya
adalah untuk kepuasan dua kelompok, yaitu: pengguna eksternal
(meliputi investor dan kreditur) dan pengguna internal informasi
akuntansi Pratamasari (2006:26).
Selain itu, Pratamasari (2006:26), juga mengungkapkan bahwa
adanya ancaman penggantian manajemen merupakan salah satu alasan
manajemen perusahaan untuk melakukan income smoothing.
Murtanto (2004:4) mengungkapkan bahwa manajer yang
termotivasi untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin
memperoleh berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu:
a. Mengurangi pajak terhutang;
b . Meningkatkan kepercayaan diri manajer, karena penghasilan yang
stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula;
c. Meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan, karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi
kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah; serta
d. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan
dan gelombang pesimisme dan optimisme dapat diperlunak. Di
lain pihak, Dwiatmini dan Nurkholis (2001:29) mengungkapkan
2 alasan mengapa manajemen diuntungkan dengan adanya praktik
perataan laba, yaitu :
1. Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja
28
perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang
dilaporkan. Oleh karena itu, setiap fluktuasi dalam laba
akan berpengaruh langsung terhadap kompensasinya.
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan
intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara
pengambilalihan atau penggantian manajemen secara
langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen
untuk membuat kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.
Menurut Suranta dan Merdistusi (2004) dalam Pratamasari
(2006:27), motivasi yang mendasari para manajer melakukan perataan laba
antara lain:
a. Kompensasi yang diterima manajer tidak sesuai dengan kinerja yang
mereka hasilkan (job security hypothesis).
b. Jumlah saham yang dimiliki para manajer, besar kecilnya jumlah
saham yang dimiliki manajer mempengaruhi terjadinya praktik income
smoothing, karena manajer berusaha melakukan pensejajaran
(alignment) dengan para share holders.
c. Tidak adanya mekanisme yang efektif.
d. Pasar modal yang sangat kompetitif dapat mendorong
manajer untuk melakukan praktik income smoothing dengan cara
meningkatkan kinerja yang buruk (poor performance) dan melakukan
safety performance pada saat perusahaan mengalami kinerja yang
sangat baik.
e. Masa jabatan CEO (Chief Exceutive Officers), semakin lama masa
jabatan CEO dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh
para dewan direksi dan mempengaruhi mekanisme corporate
governance.
f. CEO berperan dalam pengungkapan dan penyajian laporan
keuangan,sehingga mereka dapat lebih berpengaruh daripada dewan
direksi.
29
Menurut Belkaoui (2000: 58), terdapat tiga kendala yang
dapat menggiring manajer untuk melakukan perataan laba, yaitu:
1) M e k a n i s m e pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan bagi
manajemen;
2) Skema kompensasi manajemen, yang secara langsung terkait
dengan kinerja perusahaan; dan
3) Ancaman penggantian manajemen.
2.6.4 Tujuan Perataan Laba
Dari beberapa studi terdahulu telah ditemukan adanya berbagai
macam tujuan yang melatarbelakangi perusahaan-perusahaan
melakukan perataan laba (Murtanto, 2004:3). Pratamasari (2006:3),
telah menemukan bukti bahwa perencanaan bonus digunakan sebagai
tujuan perataan laba. Pratamasari (2006:28) menyatakan bahwa perataan
laba yang dilakukan oleh para manajer bertujuan untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor
untuk meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Menurut Jin
dan Machfoedz (2000), praktik perataan laba pada intinya diharapkan
dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham
serta penilaian kinerja manajer.
Suwito dan Herawaty (2005:136), mengungkapkan bahwa tujuan
perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata
pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki risiko yang rendah, memberikan informasi yang relevan
dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang,
meningkatkan kepuasan relasi bisnis, meningkatkan persepsi pihak
eksternal terhadap kemampuan manajemen dan meningkatkan
kompensasi bagi pihak manajemen.
Menurut Mulfrod dan Comiskey (2002 : 4), terdapat rewards
30
dari permainan angka-angka keuangan (financial numbers game).
Rewards itulah yang kemungkinan menjadi tujuan dan motivasi
manajemen untuk melakukan perataan laba maupun bentuk praktik
akuntansi kreatif lainnya. Bentuk-bentuk rewards tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Efek harga saham (Share-price effect): harga saham yang lebih
tinggi, mengurangi volatilitas harga saham, meningkatkan nilai
perusahaan, menurunkan biaya modal (cost of equity capital).
b. Efek Biaya Pinjaman (Borrowing cost effect): meningkatkan
kualitas kredit, menaikkan debt rating, menurunkan biaya pinjaman,
mengurangi ketatnya perjanjian keuangan, meningkatkan
keuntungan berdasarkan bonus.
c. Efek Biaya Politik (Political cost effect): mengurangi ketatnya
peraturan dan menghindari pajak yang tinggi.
2.6.5 Faktor-faktor Perataan Laba (Income Smoothing)
Penelitian untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
perataan laba telah banyak dilakukan, tetapi belum menunjukkan
simpulan yang sepakat. Faktor- faktor yang mempengaruhi perataan
laba dan faktor-faktor yang tidak mempengaruhi perataan laba dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
No Faktor yang Berpengaruh Peneliti (Tahun)
1 Besaran Perusahaan,Total Aktiva Moses (1987)
2 Profitabilitas Archibald (1967), White (1970), Ashari,
dkk (1994);Charson dan Chencuraimah
31
(1997), Jatiningrum (2000)
3 Kelompok Usaha Belkoui dan Picur (1984);Albretch
dan Ricardson (1990);Ashari,
dkk.(1994)
4 Kebangsaan Ashari, dkk.(1994)
5 Harga Saham Ilmainir (1993)
6 Perbedaan laba aktual dan laba
normal
Ilmainir (1993)
7 Kebijakan akuntansi mengenai laba Ilmainir (1993)
8 Leverage Operasi Zuhroh (1996);Jin dan Machfoedz
Sumber : Pratamasari (2006)
Tabel 2.2
Faktor-Faktor yang Tidak Mempengaruhi Perataan Laba
No Faktor yang tidak
berpengaruh
Peneliti (tahun)
1 Besaran perusahaan, Total
Aktiva
Penjualan
Nillai Pasar Saham
Ilmainir (1993);ashari, dkk (1994);Zuhroh
(1997);Jin dan Machfoedz
(1998);Jatiningrum(2000)
Saudagaran dan Sepe (1996)
Assih (1998), Salno dan Bardwan (2000)
2 Profitabilitas Zuhroh (1997);Jin dan Mahfoedz (1998);
32
Salno dan Baridwan (2000)
3 Kelompok Usaha Jin dan Machfoedz (1998); Assih
(1998);Salno dan Baridwan
(2000);Samlawi dan Sudibyo
(2000);Jatiningrum (2000)
4 Rencana Bonus Ilmainir (1993)
5 Proporsi Kepemilikan Assih (1998)
6 Status Badan Usaha Assih (1998)
7 Klasifikasi Winner/Lossser
Stock
Salno dan Baridwan (2000)
Sumber : Pratamasari (2006)
Dalam penelitian terdahulu faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba diantaranya yaitu:Besaran Perusahaan ,Total Aktiva
,Profitabilitas ,Kelompok Usaha ,Kebangsaan ,Harga Saham ,Perbedaan
laba aktual dan laba normal ,Kebijakan Akuntansi mengenai laba dan
Leverage Operasi.Sedangkan faktor-faktor yang tidak mempengaruhi
perataan laba diantaranya yaitu:Besaran Perusahaan ,Total Aktiva
,Penjualan ,Profitabilitas ,Kelompok Usaha ,Rencana Bonus ,Proposi
Kepemilikan ,Status Badan Usaha ,dan Klasifikasi Winner/Losser Stock.
Karena dalam Penelitian terdahulu terdapat beberapa Faktor-Faktor
yang mempengaruhi perataan laba dan Fakto-Faktor yang tidak
mempengaruhi perataan laba,Sehingga Dalam Penelitian ini menganalisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perataan laba dan yang tidak
mempengaruhi perataan laba yang akan dianalisis hanya tiga Faktor
diantaranya yaitu:
33
2.6.5.1 Profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono, 1998 : 130 ). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan
ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva,
ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu presentase
dari beberapa tingkat aktivitas investasi. Perbandingan ini disebut rasio
profitabilitas ( profitability ratio).
Alat ukur rasio profitabilitas yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Alasan yang mendasari
penggunaan ROA sebagai sebagai alat ukur profitabilitas, bahwa ROA
merupakan pengukur efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba
dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Selain itu, ROA menghubungkan
mata rantai marjin laba bersih dengan perputaran total aktiva. Marjin laba
bersih mengukur profitabilitas terhadap penjualan, sedangkan perputaran
total aktiva mengidentifikasikan efisiensi perusahaan dalam menggunakan
aktivanya untuk menghasilkan penjualan (Pratamasari, 2006). Secara lebih
ringkas, uraian di atas dapat dijelaskan dalam rumus sebagai berikut :
ROA = Marjin Laba Bersih x Perputaran Total Aktiva.
ROA = Penjualan
PajakSetelah Bersih Laba x
Aktiva Total
Penjualan
ROA = Aktiva Total
PajakSetelah Bersih Laba
Penggunaan ROA sebagai alat ukur profitabilitas telah digunakan
oleh Jin dan Machfoeds (1998), Jatiningrum (2000) serta Yusuf dan
Soraya (2004).
34
2.6.5.2 Total Debt to Total Assets atau DAR
Rasio ini menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang. Kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah
karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan
terhadap kerugian hutang dalam peristiwa likuidasi. (Riyanto, 2001:34)
Perusahaan yang lebih banyak menggunakan hutang cenderung
untuk melakukan perataan laba untuk menjaga kredibilitas terhadap
perusahaannya. Formulasi dari Total Debt to Total Assets atau DAR
adalah sebagai berikut :
DAR =aktivajumlah
panjang jangka hutang lancar hutang +
2.6.5.3 Price Earning Ratio atau PER
PER merupakan ukuran yang paling banyak digunakan oleh
investor untuk menentukan apakah investor modal yang dilakukannya
menguntungkan atau merugikan. PER menunjukkan berapa besar para
investor bersedia membayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan
perusahaan. PER menggambarkan besarnya perbandingan antara harga
pasar saham per lembar dengan laba per saham ( Elizabeth, 2003 : 5 ) jika
PER perusahaan tinggi berarti saham perusahaan memberikan return yang
besar bagi investor ( Dharmastuti, 2004 : 17 ). PER merupakan rasio untuk
harga pasar saham suatu waktu tertentu dengan laba per saham. Informasi
mengenai besarnya laba bersih per lembar saham berasal dari laba bersih
secara keseluruhan dibandingkan dengan jumlah total saham yang
ditempatkan. Formulasi dari Price Earning Ratio atau PER adalah sebagai
berikut :
PER = SahamLembar Per Bersih Laba
SahamLembar Per Pasar Harga
35
2.7 Hubungan Antara Profitabilitas,Total Debt to Total Assets,Price Earning
Ratio Terhadap Tindakan perataan Laba
Profitabilitas dalam Return On Asset (ROA) apabila Return On
Asset (ROA) tinggi,maka perataan laba yang dihasilkan rendah sehingga
Profitabilitas dapat mempengaruhi tindakan Perataan laba(income
smoothing).Apabila Return On Asset (ROA) rendah maka perataan laba
yang dihasilkan tinggi sehingga Tingkat Profitabilitas dapat
mempengaruhi Tindakan Perataan laba(income smoothing).Sedangkan
Total Debt to Total Asset (DAR), apabila Total Debt to Total Asset (DAR)
tinggi, maka perataan laba yang dihasilkan tinggi sehingga Tingkat
leverage(menjamin Hutang) dapat mempengaruhi tindakan Perataan
laba(income smoothing). Apabila Total Debt to Total Asset (DAR) rendah,
maka perataan laba yang dihasilkan rendah sehingga Tingkat hutang dapat
mempengaruhi Tindakan Perataan laba(income smoothing).Price Earning
Ratio (PER) ,Apabila Price Earning Ratio (PER) tinggi, maka perataan
laba yang dihasilkan rendah sehingga Tingkat Harga jual Saham dapat
mempengaruhi tindakan Perataan laba(income smoothing). Apabila Price
Earning Ratio (PER) rendah, maka perataan laba yang dihasilkan tinggi
sehingga Tingkat Harga Saham dapat mempengaruhi tindakan Perataan
laba(income smoothing).
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Teknik metode Hasil
1
Pratamasari
(2006)
Purposive
Sampling/judgement
Sampling
Deskriptif,
Univariate,
Multivariate
profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap praktik
36
2
3
Juniarti,Corolina
(2005)
Yusuf dan
Soraya (2004)
Purposive Sampling
Purposive Sampling
secara serentak,
Multivariate
variabel
profitabilitas
Multivariate
secara terpisah
perataan laba.
Financial
leverage tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap praktik
perataan laba
profitabilitas
tidak
berpengaruh
pada perataan
laba
profitabilitas
tidak
berpengaruh
pada praktik
perataan laba
leverage operasi
berpengaruh
terhadap praktik
perataan laba
37
Persamaan penelitian Terdahulu dengan Variabel yang digunakan
(Profitabilitas,Total Debt to Total Assets dan Price Earning Ratio), teknik
dan metode penelitian berupa :( Teknik purposive Sampling,dan
metode:Deskriptif,Univariate,Multivariate) Sedangkan Perbedaannya
Terletak Pada hasil Penelitian.
2.8 Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini alasan yang mendasari pemilihan perusahaan
yang termasuk dalam sektor manufaktur sebagai populasi penelitian adalah
karena sektor tersebut mendominasi keseluruhan perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Murtanto, 2004) dalam (Pratamasari,
2006:49). Penelitian ini hanya akan mengambil tiga faktor saja yaitu
Profitabilitas, Total Debt to Total Asset (DAR), dan Price Earning Ratio (
PER ).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka berfikir
dari, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Perataan
Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di
Bursa Efek Jakarta secara sistematis pada Gambar 2.1 berikut :
38
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
H1
H2
H4
H3
Return On
Assets
(ROA)
Total Debt to
Total Asset
(DAR )
Price Earning
Ratio ( PER )
Perataan
laba (income
Smoothing)
39
2.9 Hipotesis Penelitian.
Menurut Arikunto (2000). Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data-data yang terkumpul.
Berdasarkan kerangka penelitian dan landasan teori tersebut diatas
maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
H1 = Profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return On Assets secara
signifikan mempengaruhi tindakan perataan laba (income
smoothing)
H2 = Totot Debt to total Assets (DAR) secara signifikan mempengaruhi
tindakan perataan laba (income smoothing)
H3 = Price Earning Ratio (PER) secara signifikan mempengaruhi
tindakan perataan laba (income smoothing)
H4 = Profitabilitas, DAR, PER, secara signifikan bersama-sama
mempengaruhi tindakan perataan laba (income smoothing)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kelompok orang atau sesuatu yang memiliki
karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti (Indriantoro dan
Supomo 2001 : 115). Populasi penelitian ini adalah 141 perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dengan periode pengamatan
tahun 2004 sampai dengan tahun 2005. Alasan yang mendasari pemilihan
perusahaan yang termasuk dalam sektor manufaktur sebagai populasi
penelitian adalah karena sektor tersebut mendominasi keseluruhan
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Murtanto, 2004)
dalam (Pratamasari, 2006:49). Selain itu, berdasarkan penelitian terdahulu
terbukti sektor perusahaan manufaktur paling banyak melakukan praktik
perataan laba (Salno dan Baridwan, 2000; Samlawi dan Sudibyo, 2000) .
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2001:57). Sampel dalam
penelitian ini adalah 130 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive/judgement sampling. Metode purposive/judgement
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2000 : 78).
Pemilihan metode ini berdasarkan pertimbangan agar peneliti dapat
memperoleh sumber data yang tepat dan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Adapun sampel yang terpilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan
perusahaan tersebut tidak delisting selama periode pengamatan
31 Desember 2004 31 Desember 2008
40
41
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004, 2005, 2006 dan 2007.
3. Selama periode pengamatan perusahaan tidak melakukan merger,
akuisisi.
3.2 Variabel Penelitian.
3.2.1 Variabel Bebas
3.2.1.1 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono, 2002:130). Alat ukur rasio profitabilitas yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Alasan yang
mendasari penggunaan Return On Assets (ROA) sebagai sebagai alat ukur
profitabilitas, bahwa Return On Assets (ROA) merupakan pengukur
efektifitas manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang
dimiliki perusahaan. Selain itu,Return On Assets (ROA) menghubungkan
mata rantai marjin laba bersih dengan perputaran total aktiva. Marjin laba
bersih mengukur profitabilitas terhadap penjualan, sedangkan perputaran
total aktiva mengidentifikasikan efisiensi perusahaan dalam menggunakan
aktivanya untuk menghasilkan penjualan (Pratamasari, 2006). Secara lebih
ringkas, uraian diatas dapat dijelaskan dalam rumus sebagai berikut :
ROA = Marjin Laba Bersih x Perputaran Total Aktiva.
ROA = Penjualan
PajakSetelah Bersih Laba x
Aktiva Total
Penjualan
ROA = Aktiva Total
PajakSetelah Bersih Laba
42
3.2.1.2 Total Debt to Total Assets atau DAR
Rasio ini menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang. Kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah
karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan
terhadap kerugian hutang dalam peristiwa likuidasi (Riyanto, 2001:34).
Perusahaan yang lebih banyak menggunakan hutang cenderung
untuk melakukan perataan laba untuk menjaga kredibilitas terhadap
perusahaannya. Formulasi dari Total Debt to Total Assets atau DAR
adalah sebagai berikut :
DAR =aktivajumlah
panjang jangka hutang lancar hutang +
3.2.1.3 Price Earning Ratio atau PER
Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan oleh investor untuk menentukan apakah investor modal yang
dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Price Earning Ratio (PER)
menunjukkan berapa besar para investor bersedia membayar untuk setiap
keuntungan yang dilaporkan perusahaan. Price Earning Ratio (PER)
menggambarkan besarnya perbandingan antara harga pasar saham per
lembar dengan laba per saham (Elizabeth, 2003 : 5) jika Price Earning
Ratio (PER) perusahaan tinggi berarti saham perusahaan memberikan
return yang besar bagi investor (Dharmastuti, 2004:17). Price Earning
Ratio (PER) merupakan rasio untuk harga pasar saham suatu waktu
tertentu dengan laba per saham. Informasi mengenai besarnya laba bersih
per lembar saham berasal dari laba bersih secara keseluruhan
dibandingkan dengan jumlah total saham yang ditempatkan. Formulasi
dari Price Earning Ratio atau PER adalah sebagai berikut :
PER = SahamLembar Per Bersih Laba
SahamLembar Per Pasar Harga
43
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perataan laba (income
smoothing) yang akan diukur dengan menggunakan Indeks Eckel (1981)
dalam Pratamasari (2006:52). Indeks Eckel ini akan membedakan antara
perusahaan-perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan
yang tidak melakukan perataan laba. Adanya praktik perataan laba
ditandai dengan Indeks Eckel yang nilainya kurang dari satu. Adapun
indeks perataan laba = (CV∆ I / CV ∆S ).
Dimana CV∆ I atau CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut :
CV∆ I dan CV ∆S = Xn
XX∆
−
∆−∆∑:
1
)( 2
∆ X = perubahan laba atau perubahan penjualan dari tahun ke n-1
ke tahun n
∆ X = rata-rata perubahan laba atau penjualan selama 4 tahun
∆ I = perubahan laba ( I ) antara tahun ke n-1 ke tahun n
∆ S = perubahan penjualan ( S ) antara tahun ke n-1 ke tahun ke n
CV = koefisien korelasi dari variabel
Ashari dkk. (1994) dalam Jin dan Mahfoedz (1998) dalam
Pratamasari (2006:53), mengemukakan alasan mengenai Indeks Eckel
yang dipilih sebagai petunjuk terjadi atau tidaknya praktik perataan laba.
Adapun alasan yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Obyektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas
antara perusahaan yang melakukan perataan dan tidak.
44
2. Mengukur terjadinya praktik perataan laba tanpa memaksakan
prediksi pendapatan, pembuatan model dari laba yang diharapkan,
pengujian biaya atau pertimbangan yang subyektif.
3. Mengukur perataan laba dengan menjumlahkan pengaruh dari
beberapa variabel perata laba yang potensial dan menyelidiki pola dari
perilaku perataan laba selama periode waktu tertentu.
Namun demikian, Indeks Eckel ini memiliki keterbatasan, yaitu :
hanya mengidentifikasi perusahaan yang melakukan perataan laba secara
buatan dan tidak mengidentifikasikan semua perusahaan yang mencoba
untuk melakukannya (Yusuf dan Soraya, 2004).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah:
3.3.1 Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian (Suhartono, 1999:70).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari terbitan atau laporan suatu lembaga. Data diperoleh
dari Pojok BEJ UNDIP. Data yang digunakan adalah JSX Statistik
Monthly, dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Informasi
mengenai tanggal listing, delisting, akuisisi dan merger suatu perusahaan
yang diperlukan dalam proses pengambilan sampel dapat diperoleh dan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari laporan keuangan
tersebut, diperoleh data akuntansi seperti ROA, DAR, PER.
45
3.4 Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisis data yang berwujud
angka. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Uji Statistik Deskriptif.
Statistik Deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil
perusahaan yang dijadikan sampel dan mengidentifikasi variabel-variabel
yang akan diuji pada setiap hipotesis. Statistik Deskriptif meliputi mean,
maksimum, minimum dan standar deviasi. Selanjutnya untuk
menggambarkan variabel-variabel yang akan diteliti lebih rinci, sehingga
diperoleh gambaran yang menyeluruh, maka ditetapkan kelas interval
untuk masing-masing variabel.
Adapun langkah-langkah interval antara lain :
1. Menetapkan jumlah interval kelas yaitu sebanyak 5 kelas
2. Menghitung rentang interval kelas dengan cara nilai tertinggi dikurangi
nilai terendah kemudian dibagi dengan jumlah kelas interval.
3. Rumus perhitungan kelas sebagai berikut :
Interval Kelas : kelas intervaljumlah
terendahnilai - tertingginilai
3.4.2 Uji Statistik Inferensial (uji hipotesis)
Statistik Inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi
(Sugiyono, 2002: 143). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan metode statistik inferensial yang terdiri dari pengujian
univariate dan pengujian multivariate, dengan kriteria sebagai berikut :
46
3.4.2.1 Pengujian Univariate
One Sample Kolmogorov-Smirnov test dilakukan untuk menguji
normalitas distribusi tiap-tiap variabel independen. Hipotesis nol dan
alternatif untuk pengujian normalitas data adalah :
H0 = Variabel (ROA, DAR, PER) terdistribusi dengan normal.
Ha = Variabel (ROA, DAR, PER) tidak terdistribusikan dengan
normal.
Hipotesis nol diterima artinya data terdistribusi secara normal,
apabila nilai probabilitas P > α (0,05). Hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima, artinya data tidak terdistribusikan secara
normal apabila nilai P < α (0,05).
Jenis pengujian untuk masing-masing variabel disesuaikan dengan
hasil pengujian normalitas data. Pada data yang berdistribusi normal,
diterapkan t-test. Sedangkan pada data yang berdistribusi tidak
normal diterapkan Mann-Whitney U test untuk variabel yang
berskala ordinal maupun rasio. Pengujian tersebut dilakukan dengan
tingkat signifikan α (0,05).
3.4.2.2 Pengujian Multivariate
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan logistic
regression (regresi logistik) yang dilakukan terhadap ketiga variabel
independen secara serempak. Logistic regression dipilih karena
disamping tidak terlalu mempertimbangkan asumsi klasik, juga
variabel dependennya bersifat diukur denga skala nominal. Model logit
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ln p
p
-1= β0 + β1ROA + β2DAR + β3PER + e
dimana :
47
P = Probabilitas atau kemungkinan tindakan perataan laba
ROA = Return On Asset
DAR = Total Debt to Total Asset
PER = Price Earning Ratio
β = koefisien regresi logistik
ln = log of odds
e = residual
Model pengujian hipotesis dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
1) Pengujian hipotesis secara simultan
Pengujian multivariate secara simultan merupakan
pengujian statistik dengan menggunakan regresi logistik berganda
secara bersama-sama. Pengujian multivariate secara simultan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah variabel yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Pada tahap ini dilakukan uji p-value dengan
tingkat signifikasi 0,05 dan dengan ketentuan sebaga berikut :
- Jika p-value < 0,05 ; artinya variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen, sehingga H0 akan ditolak dan Ha akan
diterima.
- Jika p-value > 0,05 ; artinya variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
sehingga H0 akan diterima dan Ha akan ditolak.
2) Pengujian Hipotesis secara Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan cara
mengeluarkan satu atau lebih variabel independen dari pengujian
sebelumnya. Pengujian ini bertujuan untuk meyakinkan hasil yang
diperoleh dari pengujian hipotesis secara serentak, serta untuk
48
mengetahui variabel independen manakah yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian
secara parsial yang pertama, variabel yang pertama kali yang
dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai nilai p paling besar.
Pengujian secara terpisah selanjutnya akan mengeluarkan variabel
independen yang memiliki nilai p dibawah nilai p yang telah
dikeluarkan sebelumya hingga pada akhirnya pengujian hanya
dilakukan terhadap variabel independen yang memiliki nilai p.
49
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1 Hasil Penelitian
1.3.1 Gambaran Umum Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Periode pengamatan dilakukan selama 4 tahun, yaitu
selama periode 31 Desember 2005 sampai dengan 31 Desember 2008.
Perusahaan tersebut selalu menerbitkan laporan keuangan selama periode
pengamatan. Hal ini didasarkan pada kebutuhan data, dimana indeck eckel yang
digunakan untuk menentukan status perusahaan sebagai perata laba dan bukan
perata laba memerlukan data periodik yang sifatnya berurutan (time series).
Untuk ini, perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) selama periode pengamatan, atau tidak menerbitkan laporan
keuangan sekali atau lebih diantara tahun pengamatan, dan perusahaan yang
melakukan akuisisi dan merger selama tahun pengamatan, dikeluarkan dari
sampel. Hasil penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
49
50
Tabel 4.1
Seleksi Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah sampel awal 141
2 Perusahaan yang delisting selama periode
pengamatan (2005-2008)
7
3 Perusahaan yang melakukan akuisisi dan
merger selama periode pengamatan
4
Jumlah sampel akhir 130
Sumber : Dari data sekunder yang diolah
Dari data Tabel 4.1 di atas, didapat sampel sebanyak 130 perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel kemudian dikelompokkan
berdasarkan status sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba dan
perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba sesuai dengan indeck
eckel, dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Status
Status model indeck eckel Jumlah Persen
Perusahaan perata laba 60 46,15 %
Perusahaan bukan perata laba 70 53,85 %
Jumlah 130 100 %
Sumber : Dari data sekunder yang diolah
51
Tabel 4.2 di atas memperlihatkan bahwa dari 130 perusahaan yang akan
diteliti, 60 perusahaan atau sebesar 46,15 % melakukan perataan laba dan 70
perusahaan atau sebesar 53,85 % tidak melakukan perataan laba.
1.3.2 Uji Hipotesis
4.1.2.1 Analisis Deskriptif
Uji Statistik Deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
suatu data seperti, minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi suatu
perusahaan sampel. Uji statistik deskriptif dilakukan terhadap data
profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return on Asset, Total Debt to Total
Capital Asset dan Price Earning Ratio. Hasil uji statistik deskriptif disajikan
dalam persamaan pada Tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3
Uji Statistik Deskriptif
N
o
Variabel N Minimum Maksimum Mean Standar
Deviasi
1 ROA ( % ) 130 -60,03 128,66 3,0854 17,30878
2 DAR ( % ) 130 -63,39 3,49 0,1805 5,64256
3 PER ( % ) 130 -42,66 246,28 20,8295 47,75452
Sumber : Lampiran 7
Hasil Uji Statistik Deskriptif yang disajikan dalam Tabel 4.3 di
atas menunjukkan bahwa variabel profitabilitas yang ditunjukkan dalam
Return on Asset (ROA) mempunyai nilai minimum dan maksimum
berturut-turut sebesar -60,03 dan 128,66, nilai rata-rata sebesar 3,0854,
serta standar deviasi sebesar 17,30878. Untuk variabel Total Debt to Total
Capital Asset (DAR) hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai
minimum sebesar -63,39 dan nilai maksimum sebesar 3,49 dengan nilai
52
rata-rata 0,1805 dan standar deviasi sebesar 5,64256. Sedangkan statistik
deskriptif untuk variabel Price Earning Ratio (PER) menunjukkan bahwa
nilai minimum sebesar -42,66 dan nilai maksimum sebesar 246,28, dengan
nilai rata-rata 20,8295 dan standar deviasi sebesar 47,75452.
Dari uraian di atas dapat digunakan untuk menggambarkan kriteria
masing-masing variabel secara rinci. Kriteria Return on Asset (ROA) dapat
dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Kriteria Return on Asset (ROA)
No Interval Kriteria F %
1 (-60,03) – (-22,29) Sangat Rendah 3 2,31
2 (-22,30) – (15,44) Rendah 118 90,77
3 (15,45) – (53,19) Sedang 7 5,38
4 (53,20) – (90,94) Tinggi 1 0,77
5 (90,95) – (128,66) Sangat Tinggi 1 0,77
Dari Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang
dihasilkan yaitu 128,66 dan nilai terendah yang dihasilkan adalah -60,03,
dengan rentang sebesar 188,69, sehingga panjang kelas didapat sebesar
37,74.
Kriteria Total Debt to Total Capital Asset (DAR) dapat dilihat pada
Tabel 4.5 sebagai berikut :
53
Tabel 4.5
Kriteria Total Debt to Total Capital Asset (DAR)
No Interval Kriteria F %
1 (-63,39) – (-50,01) Sangat Rendah 1 0,77
2 (-50,02) – (-36,63) Rendah 0 0
3 (-36,64) – (-23,23) Sedang 0 0
4 (-23,27) – (-9,89) Tinggi 0 0
5 (-9,90) – (3,49) Sangat Tinggi 129 99,23
Dari Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang
dihasilkan yaitu 3,49 dan nilai terendah yang dihasilkan adalah -63,39,
dengan rentang sebesar 66,88, sehingga panjang kelas didapat sebesar
13,38.
Berikut adalah kriteria Price Earning Ratio (PER) yang dapat
dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kriteria Price Earning Ratio (PER)
No Interval Kriteria F %
1 (-42,66) – (15,13) Sangat Rendah 90 69,23
2 (15,14) – (72,93) Rendah 30 23,08
3 (72,94) – (130,73) Sedang 3 2,31
4 (130,74) – (188,53) Tinggi 4 3,08
54
5 (188,54) – (246,28) Sangat Tinggi 3 2,31
Dari Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang
dihasilkan yaitu 246,28 dan nilai terendah yang dihasilkan adalah -42,66,
dengan rentang sebesar 288,94, sehingga panjang kelas didapat sebesar
57,79.
4.1.2.2 Analisis Univariate
a. One Sample Kolmogorov-Smirnov
Pengujian ini merupakan langkah awal dalam pengujian univariate
uji kolmogorov ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa bahwa ada atau
tidak ada beda antara dua buah distribusi, atau untuk menentukan apakah
data dari masing-masing variabel telah terdistribusi dengan normal. Dari
hasil yang didapat dengan menggunakan pengujian one sample
kolmogorov-smirnov ini, akan diketahui pengujian apa yang akan
digunakan selanjutnya untuk menguji hipotesis yang timbul dalam
penelitian ini berdasarkan normalitas data dari masing-masing variabel.
Tingkat signifikansi (α) yang akan digunakan dalam penelitian ini
sebesar 5 % atau 0,05. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 4.7 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
One Sample Kolmogorov-Smirnov
Asymp.sig
No Variabel (2-tailed) Keterangan Distribusi
1 ROA 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
55
2 DAR 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
3 PER 0,000 P < 0,05 Tidak Normal
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan Tabel 4.7, tampak bahwa keseluruhan variabel tidak
terdistribusi dengan normal, sehingga alternatif yang bisa digunakan
adalah menggunakan analisis non parametrik seperti Mann-Whitney Test.
Alat statistik tersebut di atas juga digunakan oleh Yurianto dan Gudono
(2002).
b. Mann-Whitney Test
Pengujian ini digunakan jika ingin mengetahui apakah ada
perbedaan nyata atau tidak diantara variabel yang diteliti, tetapi sampel
tersebut tidak saling berkaitan. Dalam hal ini variabel yang akan diuji
adalah profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return on Asset, Total Debt
to Total Capital Asset dan Price Earning Ratio. Dengan tingkat
signifikansi á sebesar 0,05. Maka pengujian hipotesis yang dilakukan
seperti Tabel 4.8 di bawah ini :
Tabel 4.8
Test Statisticsa
ROA DAR PER
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymptotic Significance (2-tailed)
2004,000
4489,000
-0,448
0,654
1859,500
4344,500
-1,123
0,261
2000,000
3830,000
-0,467
0,640
Sumber : Lampiran 8
56
Seperti dalam Tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa keempat
variabel yang diuji yakni profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return on
Asset, Total Debt to Total Capital Asset dan Price Earning Ratio. Ternyata
nilai signifikansi dari nilai statistik Mann Whitney lebih besar dari 0,05.
Hasil pengujian ini mengakibatkan H0 dari ketiga variabel tersebut tidak
dapat ditolak atau dengan kata lain H0 diterima. Artinya bahwa tidak ada
perbedaan profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return on Asset, Total
Debt to Total Capital Asset dan Price Earning Ratio. Diantara perusahaan
yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang tidak
melakukan praktik perataan laba.
4.1.2.3 Analisis Multivariate
Pengujian multivariate dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program regresi logistik yang dilakukan secara bersama-
sama (serentak) untuk ketiga variabel pada program SPSS 14.00 For
Windows. Pengujian regresi logistik ini bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Model regresi logistik ini dianggap tepat karena
variabel dependen dalam penelitian ini diukur secara nominal (bersifat
dikotomus), sedangkan variabel independennya diukur secara rasio.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis hasil regresi
logistik adalah menilai kelayakan model regresi (goodness of fit test),
menilai keseluruhan model (overall model fit), dan overall classification
table.
a. Menilai Kelayakan Model Regresi (goodness of fit test)
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model
regresi, dapat dilihat pada output SPSS 14.00 For Windows dari Hosmer
and Lemeshow dengan memperlihatkan nilai goodness of fit test. Analisis
tersebut digunakan untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok
atau sesuai model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga
57
model dikatakan fit). Hasil pengujian tampak pada Tabel 4.9 sebagai
berikut :
Tabel 4.9
Nilai Chi-Square, df dan p
Chi – Square df p
4,255 8 0,833
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas nilai goodness of fit test
menunjukkan asymptotic significance sebesar 0,833 lebih besar dari 0,05
(df) dan nilai Chi-Square hitung yang mempunyai nilai 4,255 lebih kecil
dibandingkan dengan nilai Chi-Square tabel yaitu 15,507 (tingkat
signifikansi 5% dan df 8), maka Ho diterima atau tidak ada perbedaan yang
nyata antara klasifikasi diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Hal ini
berarti model regresi logit layak dipakai untuk analisis selanjutnya.
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Untuk menilai kelayakan keseluruhan model (Overall Model Fit)
dapat dilihat pada output SPSS 14 for Windows dari nilai -2 log likelihood
(-2LL). Nilai -2 log likelihood (-2LL) dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai
berikut :
Tabel 4.10
Overall Model Fit
Overall Model Fit
(-2 LL) Block Number = 0 mempunyai nilai 179,448
(-2 LL) Block Number = 1 mempunyai nilai 171,630
58
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas hasil SPSS memberikan dua nilai -
2 LL yaitu Block Number = 0 untuk model yang hanya memasukkan
konstanta, yang menunjukkan nilai sebesar 179,448 dengan df = 130-1 =
129. Sedangkan -2LL Block Number = 1, dimana model memasukkan
variabel independen dan konstanta menunjukkan nilai sebesar 174,852
dengan df = 130-5 = 125. Hal ini berarti nilai -2LL Block Number = 0
lebih besar dibandingkan dengan -2LL Block Number = 1, dikatakan
model regresi layak atau lebih baik. Hal ini didasarkan alasan bahwa
kaidah likelihood pada regresi logit mirip dengan pengertian “Sum Of
Square Error” pada model regresi, penurunan likelihood menunjukkan
model semakin baik.
c. Overall Clasification Table
Untuk melihat ketepatan dalam memprediksi tindakan dimasa
yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11
Overall Clasification Table
Predicted
Observed
Bukan perata laba Perata laba Total
Bukan perata laba 59 11 84,3
Perata laba 47 13 21,7
Overall 55,4
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, klasifikasi (Clasification Table)
menghitung nilai estimasi yang benar (correct). Pada kolom merupakan nilai
59
prediksi dari variabel dependen dalam hal ini adalah perusahaan perataan laba
dan bukan perata laba. Hasil menunjukkan bahwa perusahaan perata laba
prediksinya adalah 60 perusahaan, tetapi observasi sesungguhnya bahwa
perusahaan perata laba prediksinya adalah 47 perusahaan, sehingga ketepatan
prediksinya adalah 21,7 %. Untuk perusahaan bukan perata laba prediksinya
adalah 70 perusahaan, tetapi observasi sesungguhnya menunjukkan bahwa
perusahaan bukan perata laba prediksinya adalah 59 perusahaan, sehingga
ketepatan prediksinya 84,3 % secara keseluruhan ketepatan prediksi untuk
menunjukkan perusahaan perata laba dan bukan perata laba adalah 55,4 %.
Kemudian dari pengujian multivariate juga dihasilkan nilai Negelkerke R
Square, dimana nilai ini adalah untuk melihat seberapa besar variabilitas
variabel independen dapat menjelaskan variabilitas variabel dependen. Nilai
Negelkerke R Square dapat diintrepretasikan R2
pada multiple regression.
Hasil dari Negelkerke R Square pada pengujian dapat dilhat pada Tabel 4.12
sebagai berikut :
Tabel 4.12
Negelkerke R Square
-2 Log Likehood Cox & Snell R
Square Negelkerke R Square
174,852 0,035 0,046
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, terlihat bahwa nilai Negelkerke R
Square adalah sebesar 0,046 yang berarti variabilitas dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabilitas independen adalah sebesar 4,6 %.
4.1.2.4 Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Pengujian secara simultan ini dilakukan dengan menggunakan
regresi logistik berganda yang dilakukan secara bersama-sama untuk
60
keempat variabel, yaitu profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return On
Asset, Total Debt To Total Capital Asset, Price Earning Ratio. Untuk
menganalisis koefisien regresi dapat melihat wald test dan melihat
probabilitas (sig). Nilai wald test dibandingkan dengan Chi Square tabel,
sedangkan nilai asymptotic significance (sig) dibanding dengan (á) sebesar
5% atau 0,05, hasil regresi logit dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai
berikut :
Tabel 4.13
Hasil Regresi Logit
Variabel β Wald Test (sig)
Konstanta
Return On Asset
Total Debt To Total
Capital Asset
Price Earning Ratio
-0,129
0,020
-0,039
-0,003
0,417
2,155
0,504
0,753
0,519
0,142
0,478
0,385
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas menunjukkan nilai wald test untuk
profitabilitas yang ditunjukan dalam Return On Asset, Total Debt To Total
Capital Asset, Price Earning Ratio, lebih kecil dibandingkan Chi Square
tabel pada df 1 sebesar 3,841. Hal ini H4 yang menyatakan Return On
Asset, Total Debt To Total Capital Asset, Price Earning Ratio berpengaruh
secara signifikan terhadap perataan laba, ditolak.
Nilai wald test untuk Return On Asset sebesar 2,155, lebih kecil
dibandingkan dengan Chi Square tabel pada df 1 sebesar 3,841.
Sementara nilai asymptotic significance (sig) sebesar 0,142 lebih besar
61
dari á sebesar 5%. Hal ini berarti H1 yang menyatakan Return On Asset
berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, ditolak.
Variabel Total Debt To Total Capital Asset yang mempunyai nilai
wald test sebesar 0,504 lebih kecil dibanding dengan Chi Square tabel
pada df 1 sebesar 3,841. Sementara nilai asymptotic significance (sig)
sebesar 0,478 lebih besar dari á sebesar 5%. Hal ini berarti H2 yang
menyatakan Total Debt To Total Capital Asset berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba ditolak.
Variabel Price Earning Ratio yang mmpunyai nilai wald test
sebesar 0,753 lebih kecil dibanding dengan chi square tabel pada df 1
sebesar 3,841. Sementara nilai asymptotic significance (sig) sebesar 0,385
lebih besar dari á sebesar 5 %. Hal ini berarti H3 yang menyatakan Price
Earning Ratio perusahaan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba,
ditolak.
Estimasi maximum likelihood parameter dari model dapat
ditampilkan pada tampilan hasil regresi logit dengan melihat beta (â) dan e
dari masing-masing variabel. Persamaan regresi logit sebagai berikut :
Ln p
p
-1= - 0,129 + 0,020 ROA – 0,039 DAR – 0,003 PER
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa Total Debt To Total
Capital Asset dan Price Earning Ratio mempunyai koefisien yang negatif.
Sedangkan Return On Asset mempunyai koefisien yang positif. Jika
koefisien positif maka odds untuk meratakan laba meningkat, sedangkan
jika koefisien negatif odds untuk meratakan laba akan menurun.
Sementara apabila koefisien nol maka odds untuk melakukan perataan laba
tetap. Nilai konstanta sebesar -0,129 menunjukkan bahwa apabila tidak
ada variabel bebas (Return On Asset, Total Debt To Total Capital Asset,
62
Price Earning Ratio = 0), maka odds perusahaan untuk melakukan
tindakan perataan laba sebesar -0,129.
Hubungan antara odds dan variabel bebas dapat dijelaskan bahwa
Return On Asset, Total Debt To Total Capital Asset, Price Earning Ratio
dianggap konstan maka odds perusahaan perata laba akan naik dengan
faktor 1,020( e0,020
) untuk setiap kenaikan Return On Asset dengan nilai
probabilitas perata laba sebesar 0,142. Sedangkan jika variabel bahwa
Return On Asset, Total Debt To Total Capital Asset, Price Earning Ratio
konstan maka odds perusahaan perata laba akan turun dengan faktor 0,961
( e-0,039
) untuk setiap unit kenaikan Total Debt To Total Capital Asset
dengan nilai probabilitas perata laba sebesar 0,478. Jika Return On Asset,
Total Debt To Total Capital Asset, Price Earning Ratio konstan maka
odds perusahaan perata laba akan turun dengan faktor 0,997
( e-0,003
) untuk setiap unit kenaikan Price Earning Ratio dengan nilai
probabilitas perata laba sebesar 0,385. Dan jika variabel Return On Asset,
Total Debt To Total Capital Asset, Price Earning Ratio konstan maka
odds perusahaan perata laba menjadi nol atau tidak terdapat pengaruh
terhadap kemungkinan perusahaan meratakan laba.
4.1.2.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Untuk meyakinkan hasil yang diperoleh dari multivariate secara
serentak, maka dilakukan pengujian multivariate secara terpisah dengan
mengeluarkan satu atau lebih variabel independen dari pengujian
sebelumnya. Untuk pengujian multivariate secara terpisah yang pertama,
variabel yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang memiliki nilai
p paling besar diantara variabel yang lain.
Untuk pengujian multivariate secara terpisah tahap I, variabel
independen yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel Total Debt To
Total Capital Asset atau DAR. Sehingga hasil pengujian multivariate tahap
I dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut :
63
Tabel 4.11
Pengujian Multivariate Tahap I
Variabel p-value Keterangan Ho
ROA
PER
0,136
0,377
P > 0,05
P > 0,05
Tidak ditolak
Tidak ditolak
Sumber : Lampiran 10
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa apabila
variabel Total Debt To Total Capital Asset atau DAR dikeluarkan dari
pengujian, nilai p untuk profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return On
Asset atau ROA dan Price Earning Ratio atau PER masih lebih besar dari
0,05 yang berarti H1 dan H3 ditolak. Hal ini juga membuktikan bahwa dua
variabel tidak berpengaruh pada praktik perataan laba.
Tahap kedua dari pengujian multivariate ini adalah dengan
mengeluarkan variabel independen yang memiliki nilai p di bawah nilai p
yang telah dikeluarkan sebelumnya, dalam hal ini adalah variabel Price
Earning Ratio yang memiliki nilai sebesar 0,377 lebih kecil dari nilai
Total Debt To Total Capital Asset. Dengan tingkat signifikansi (á) sebesar
0,05, maka hasil yang diperoleh dari pengujian multivariate secara terpisah
tahap II dapat dilihat pada Tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12
Pengujian Multivariate Terpisah Tahap II
Variabel p-value Keterangan Ho
ROA 0,140 P > 0,05 Tidak ditolak
Sumber : Lampiran 10
64
Seperti yang terlihat dalam Tabel 4.12 di atas nampak bahwa
setelah variabel Price Earning Ratio dikeluarkan dari pengujian ini, nilai p
untuk Return On Asset masih sama yaitu lebih besar daripada 0,05 yang
berarti H1 ditolak, hal ini menunjukkan Return On Asset tetap tidak
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas ditemukan bukti empiris bahwa
terdapat kecenderungan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Hal ini
terbukti dari hasil penelitian, dimana dari 130 perusahaan yang diteliti
terdapat 60 perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba (income
smoothing).
Terdapat faktor-faktor yang diprediksi akan memicu perusahaan
melakukan perataan laba, dimana dalam penelitian ini, diteliti 3 variabel atau
faktor yang diharapkan berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, yaitu
profitabilitas yang ditunjukkan dalam Return On Asset, Total Debt To Total
Capital Asset, Price Earning Ratio. Dari analisis terhadap ketiga variabel
pada pengujian multivariate secara serentak, ternyata tidak ada variabel yang
mempengaruhi tindakan perataan laba. Sama halnya dengan pengujian
multivariate secara terpisah yang ketiga variabel tidak ada yang
mempengaruhi tindakan perataan laba.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel profitabilitas yang
ditunjukkan dalam ROA tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuhroh (1997), Jin dan
Machfoedz (1998), Salno dan Baridwan (2000), serta Juniarti dan Corolina
(2005). Sebagian besar penelitian yang dilakukan di Indonesia tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba tidak berhasil membuktikan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik
65
perataan laba. Profitabilitas tidak berpengaruh diduga karena bentuk pasar
modal Indonesia belum efisien dalam bentuk setengah kuat, sesuai hasil
temuan Affandi dan Utama dalam Istianah (2006). Pada bentuk setengah kuat
harga-harga saham saat ini tidak hanya mencerminkan harga-harga saham
masa lalu tapi juga semua informasi yang dipublikasikan tersebut diantaranya
adalah laba perusahaan, deviden, pemecahan saham, perubahan-perubahan
akuntansi, merger dan akuisisi, perubahan manajer, dan sebagainya. Affandi
dan Utama dalam Istianah (2006). Ternyata hasil penelitian Affandi dan
Utama menunjukkan pasar modal di Indonesia belum mencapai setengah
kuat. Hal tersebut ditunjukkan dengan lambatnya reaksi harga saham
terhadap pengumuman laba (informasi baru). Lemahnya reaksi harga saham
terhadap pengumuman laba karena pasar menganggap bahwa informasi yang
diberikan oleh laporan keuangan kurang berguna, sehingga pasar
mengabaikan tanggal pengumuman laba. Hal ini didukung penelitian Noor
(2004 : 77) dalam Juniarti dan Corolina (2005) bahwa tidak terpengaruhnya
Return On Asset diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi
profitabilitas yang ada secara maksimal sehingga manajemen tidak
termotivasi melakukan perataan laba melalui variabel tesebut. Dengan adanya
bukti keadaan tersebut di atas para pelaku pasara modal di Indonesia belum
mempergunakan informasi yang dipublikasikan dalam bentuk laporan
keuangan secara maksimal dalam pengambilan keputusan investasi saham.
Sehingga profitabilitas belum dianggap sebagai salah satu hal penting yang
harus diperhatikan oleh pemakai laporan keuangan. Profitabilitas tidak
mempengaruhi keputusan investor dalam membeli atau menjual saham suatu
perusahaan. Para pemodal di Indonesia merupakan pemodal yang kurang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk “ bermain” di
bursa efek. Amsori dalam Zuhroh dalam Istianah (2006).
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel Total Debt to
Total Capital Asset tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba,
mendukung hasil penelitian Pratamasari (2006) yang juga tidak menemukan
66
bahwa Total Debt to Total Capital Asset mempengaruhi praktik perataan
laba. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa Total Debt to
Total Capital Asset berpengaruh terhadap praktik perataan laba (Narsa dkk :
2003). Penelitian ini dilakukan pada saat kondisi perekonomian Indonesia
relatif berangsur-angsur lebih stabil sehingga Total Debt to Total Capital
Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini
berbeda dengan periode penelitian Narsa, dkk (2003) yang dilakukan pada
waktu Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Pada waktu krisis
moneter, perusahaan-perusahaan di Indonesia sedang mengalami
keterpurukan karena jumlah utang luar negeri meningkat tajam seiring
dengan melemahnya nilai rupiah dibandingkan dengan nilai mata uang asing
sehingga Total Debt to Total Capital Asset berpengaruh terhadap praktik
perataan laba. Tidak berpengaruhnya Total Debt to Total Capital Asset
terhadap praktik perataan laba dalam penelitian ini, diduga disebabkan oleh
pertimbangan manajemen bahwa utang atau pinjaman dari kreditur bukanlah
satu-satunya sumber utama kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan mungkin dapat memenuhi kebutuhan
dana dari sumber lain, seperti penggunaan laba ditahan dan penerbitan saham
untuk ekuitas, alternatif ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi
perusahaan mendapat dana yang relatif murah dengan biaya modal yang lebih
murah dan biaya modal dapat ditekan. Keadaan ini akan memberikan efek
positif bagi penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan teknologi dan sumber daya
alam yang ada. Selain itu emiten memperoleh manfaat dari penerbitan saham
yaitu perusahaan akan mendapat suntikan dana segar yang cukup besar,
jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas, ketergantungan terhadap bank
semakin kecil, emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang
beresiko tinggi serta profesionalisme dalam manajemen meningkat. Dengan
demikian, diharapkan kemungkinan besar kreditur akan menambah dana yang
akan dipinjamkan karena resiko kerugian akan ditanggung bersama oleh
investor. Hal ini berarti pihak-pihak seperti kreditur tidak terlalu
memperhatikan Total Debt to Total Capital Asset sehingga manajemen
67
menganggap bahwa tinggi atau rendahnya Total Debt to Total Capital Asset
merupakan suatu hal yang tidak mempengaruhi prefensi kreditur dalam
menanamkan dananya di perusahaan.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel Price Earning
Ratio tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, ini mendukung
hasil penelitian Assih (1998), Salno dan Baridwan (2000) bahwa nilai pasar
saham tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Dari segi investor,
Price Earning Ratio yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena
harga saham barangkali tidak akan naik lagi yang berarti kemungkinan
memperoleh capital gain akan lebih kecil (Mamduh dan Abdul, 2000 : 5).
Capital gain merupakan selisih laba atau rugi yang akan dialami oleh
pemegang saham pada saat setelah publikasi. Dalam menanamkan modalnya
dalam bentuk saham, seorang investor menerima keuntungan lain yang
diharapkan diluar perusahaan yaitu capital gain. Capital gain merupakan laba
yang didapat dari spekulasi penjualan dan pembelian saham. Price Earning
Ratio tidak mempengaruhi tindakan perataan laba karena sifat pemodal di
Indonesia cenderung ke capital gain, karena keuntungan tersebut tidak
tergantung pada performance perusahaan atau emiten, sehingga Price
Earning Ratio yang mencerminkan performance tinggi atau rendahnya
pertumbuhan laba perusahaan cenderung diabaikan. Hal tersebut didukung
oleh Lukman Hakim dalam Istianah (2006) yang menyatakan bahwa jumlah
pemodal jangka pendek lebih banyak dibandingkan dengan pemodal lain
yaitu sebesar 80% dari pemodal Indonesia, sehingga perusahaan yang
mempunyai Price Earning Ratio yang tinggi tidak tertarik melakukan praktik
perataan laba.
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Return On Asset,
Total Debt to Total Capital Asset, Price Earning Ratio berpengaruh
signifikan terhadap praktik perataan laba. Setelah dilakukan analisis data
dan interpretasi hasil penelitian, diperoleh kesimpulan penelitian sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas yang
ditunjukkan dalam Return On Asset tidak berpengaruh, sebagian besar
penelitian yang dilakukan di Indonesia tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba tidak berhasil membuktikan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
praktik perataan laba yaitu penelitian Zuhroh (1997), Jin dan
Machfoedz (1998), serta Salno dan Baridwan (2000). Profitabilitas
tidak berpengaruh diduga karena bentuk pasar modal Indonesia belum
efisien dalam bentuk setengah kuat, sesuai hasil temuan Affandi dan
Utama dalam Istianah (2006). Hal ini berarti H1 yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh terhadap tindakan perata laba, ditolak.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Total Debt to Total
Capital Asset tidak berpengaruh terhadap tindakan perata laba
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratamasari (2006)
yang juga tidak menemukan bukti bahwa Total Debt to Total Capital
Asset mempengaruhi. Tidak berpengaruhnya Total Debt to Total
Capital Asset terhadap praktik perataan laba, diduga disebabkan oleh
pertimbangan manajemen bahwa utang atau pinjaman dari kreditur
bukanlah satu-satunya sumber utama kegiatan operasional perusahaan.
68
69
Hal ini berarti H2 yang menyatakan Total Debt to Total Capital Asset
berpengaruh terhadap tindakan perata laba, ditolak.
3. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel Price Earning
Ratio tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Assih (1998), Salno dan
Baridwan (2000) yang juga tidak menemukan bahwa nilai pasar
saham yang dalam hal ini Price Earning Ratio, tidak menemukan
bukti bahwa Price Earning Ratio tidak mempengaruhi tindakan perata
laba karena sifat pemodal di Indonesia lebih cenderung ke capital gain
karena keuntungan tersebut tidak tergantung pada performance
perusahaan atau emiten. Hal ini berarti H3 yang menyatakan Price
Earning Ratio berpengaruh terhadap tindakan perata laba, ditolak.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tidak ada
pengaruh antara Return On Asset, Total Debt to Total Capital Asset,
Price Earning Ratio terhadap praktik perata laba. H4 ditolak.
5.2 Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti untuk penelitian yang akan
datang adalah :
1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melihat metode akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan, karena penggunaan metode
akuntansi tersebut sangat mempengaruhi jumlah laba bersih yang
digunakan sebagai acuan pengklasifikasian perusahaan melakukan
perataan laba atau tidak.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode pengklasifkasian
sampel yang berbeda (misalnya model Michelson) dan kemudian
dibandingkan dengan indeck eckel yang banyak dipakai dalam
penelitian terdahulu.
70
3. Dalam melakukan perencanaan investasi, investor sebaiknya tidak
hanya memusatkan perhatian pada laba perusahaan saja, tetapi juga
dicermati bagaimana kondisi keuangan tersebut dan efisiensi
opersionalnya secara historis dan memperhitungkan rasio-rasio
keuangan.
4. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melihat seberapa besar respon
pasar terhadap laporan keuangan mempunyai kandungan informasi
yang cukup dalam mengambil keputusan investor.Dalam
kenyataannya belum ada dukungan dari bukti-bukti yang cukup dari
berbagai penelitian.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Belkaoui, A. R.. 2000. Teori Akuntansi, Buku Satu. Terjemahan
Marwanta, Hanjanti Widyastuti, Heni Kurniawan dan Alia
Ariesanti. 2000. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham,Eugene, dan Houston, F, Joel.2001. Manajemen Keuangan.
Jakarta; Erlangga.
Chariri Anis, Ghozali Imam. 2005. Teori Akuntansi. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Dewi, Monika. 2007. Pengaruh Leverage Perusahaan, Ukuran
Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba. Skripsi. Malang ; Universitas Brawijaya
Dwiatmini, Sesilia dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar
Terhadap Informasi Laba Kasus Paraktik Perataan Laba Pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. TEMA, Vol. II : No. 1, h. 35-48.
Dharmastusi, Ch Fara. 2004. “Analisis Pengaruh EPS, PER, ROI, DER,
dan NPM Dalam Menetapkan Harga Saham Perdana ( Studi Pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEJ)”.Balance. Hal 14-28.(2
September 2004).
Elizabeth, Indrawati Marpaung. 2003. “Perubahan Deviden Yield dan
Perubahan PER Berpengaruh Terhadap Perubahan Return
Saham.” Jurnal Ilmiah Akuntansi. Volume 3, No.1. November 2003
Ghazali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS, Edisi II. Semarang : Universitas Diponegoro.
72
Hanafi, Mahmud M dan Abdul Halim. 2000. Analisa Laporan Keuangan.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN
IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002 Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE.
Istianah, Mei. 2006. Pengaruh Faktor Debt to Equity Ratio, Profitabilitas,
DPR dan Size Perusahaan Terhadap Tindakan Perataaan Laba
(Income Smoothing) pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ
Tahun 2000-2004. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Juniarti, Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Perataan Laba ( Income Smoothing ) Pada Perusahaan-
Perusahaan Go Public, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2
: 148-162.
Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.
Murtanto. 2004. Analisis Perataan Laba ( Income Smoothing) :
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan
Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Proceedings
Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar :1177-1200.
Pratamasari, Frinta. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba ( Income Smoothing ) Pada Perusahaan
Manufaktur Dan Keuangan yang Terdaftar di BEJ. Skripsi. Malang :
Universitas Brawijaya.
Riyanto, Bambang, Prof, Dr. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Yogyakarta ; ANDI.
Santoso, Purbayu Budi dan Ashari. 2005, Analisis Statistik dengan SPSS
dan Microsoft Excel. Yogyakarta : Andi.
73
Sartono, Agus, R. Drs, MBA.2000. Manajemen Keuangan Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta ; BPFE.
Soehartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung ; PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alvabeta.
Yusuf, Muhammad dan Soraya. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Asing dan Non-Asing di
Indonesia, JAAI, Vol. 8, No. 1 : 99-125
74
Logistic Regression
Case Processing Summary
130 100.0
0 .0
130 100.0
0 .0
130 100.0
Unweighted Casesa
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original ValueNon perata laba
Perata laba
Internal Value
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
179.448 -.154
179.448 -.154
Iteration1
2
Step
0
-2 Log
likelihood Constant
Coefficients
Constant is included in the model.a.
Initial -2 Log Likelihood: 179.448b.
Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than .001.
c.
75
Classification Tablea,b
70 0 100.0
60 0 .0
53.8
ObservedNon perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Step 0
Non perata
laba Perata laba
Perataan laba
Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is .500b.
Variables in the Equation
-.154 .176 .768 1 .381 .857ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
2.618 1 .106
.915 1 .339
.739 1 .390
4.240 3 .237
ROA
DAR
PER
Variables
Overall Statistics
Step
0
Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
76
Iteration Historya,b,c,d
174.967 -.133 .016 -.028 -.003
174.854 -.130 .019 -.037 -.003
174.852 -.129 .020 -.039 -.003
174.852 -.129 .020 -.039 -.003
Iteration1
2
3
4
Step
1
-2 Log
likelihood Constant ROA DAR PER
Coefficients
Method: Entera.
Constant is included in the model.b.
Initial -2 Log Likelihood: 179.448c.
Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.
d.
Omnibus Tests of Model Coefficients
4.597 3 .204
4.597 3 .204
4.597 3 .204
Step
Block
Model
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
174.852a .035 .046
Step1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
Hosmer and Lemeshow Test
4.255 8 .833
Step1
Chi-square df Sig.
77
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
9 8.996 4 4.004 13
8 7.772 5 5.228 13
5 7.373 8 5.627 13
6 7.166 7 5.834 13
9 7.033 4 5.967 13
6 6.915 7 6.085 13
8 6.789 5 6.211 13
7 6.665 6 6.335 13
7 6.426 6 6.574 13
5 4.866 8 8.134 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Step
1
Observed Expected
Perataan laba = Non
perata laba
Observed Expected
Perataan laba = Perata
laba
Total
Classification Tablea
59 11 84.3
47 13 21.7
55.4
ObservedNon perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Step 1
Non perata
laba Perata laba
Perataan laba
Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500a.
Variables in the Equation
.020 .013 2.155 1 .142 1.020 .993 1.047
-.039 .056 .504 1 .478 .961 .862 1.072
-.003 .004 .753 1 .385 .997 .989 1.004
-.129 .200 .417 1 .519 .879
ROA
DAR
PER
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ROA, DAR, PER.a.
78
Correlation Matrix
1.000 -.164 -.148 -.383
-.164 1.000 .047 -.031
-.148 .047 1.000 .000
-.383 -.031 .000 1.000
Constant
ROA
DAR
PER
Step
1
Constant ROA DAR PER
Casewise Listb
S P .915 P .085 .304
Case47
Selected
Statusa
Perataan laba
Observed
Predicted
Predicted
Group Resid ZResid
Temporary Variable
S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.a.
Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.b.
79
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
32 �
�
F
R 24 � P
�
E PP
Q PP
U PP
E 16 � PPP
�
N PNPP
C PPNNPP
Y PPNNPP
8 � PPNNNP
�
P NNNNNN
PNPNNNNNNPP
80
NN NNNNNNNNNNNNNNNNNP N N P P
Predicted
������������������������������������������������
������������
Prob: 0 .25 .5 .75
1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for Perata laba
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non perata laba
P - Perata laba
Each Symbol Represents 2 Cases.
81
Logistic Regression
Case Processing Summary
130 100.0
0 .0
130 100.0
0 .0
130 100.0
Unweighted Casesa
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original ValueNon perata laba
Perata laba
Internal Value
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
179.448 -.154
179.448 -.154
Iteration1
2
Step
0
-2 Log
likelihood Constant
Coefficients
Constant is included in the model.a.
Initial -2 Log Likelihood: 179.448b.
Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than .001.
c.
82
Classification Tablea,b
70 0 100.0
60 0 .0
53.8
ObservedNon perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Step 0
Non perata
laba Perata laba
Perataan laba
Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is .500b.
Variables in the Equation
-.154 .176 .768 1 .381 .857ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
2.618 1 .106
.915 1 .339
.739 1 .390
4.240 3 .237
ROA
DAR
PER
Variables
Overall Statistics
Step
0
Score df Sig.
Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)
83
Iteration Historya,b,c,d,e,f
174.967 -.133 .016 -.028 -.003
174.854 -.130 .019 -.037 -.003
174.852 -.129 .020 -.039 -.003
174.852 -.129 .020 -.039 -.003
175.861 -.137 .017 -.003
175.789 -.140 .020 -.003
175.789 -.141 .020 -.004
176.677 -.204 .016
176.615 -.211 .019
176.615 -.211 .020
179.448 -.154
179.448 -.154
Iteration1
2
3
4
Step
1
1
2
3
Step
2
1
2
3
Step
3
1
2
Step
4
-2 Log
likelihood Constant ROA DAR PER
Coefficients
Method: Backward Stepwise (Wald)a.
Constant is included in the model.b.
Initial -2 Log Likelihood: 179.448c.
Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.
d.
Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates
changed by less than .001.
e.
Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates
changed by less than .001.
f.
Omnibus Tests of Model Coefficients
4.597 3 .204
4.597 3 .204
4.597 3 .204
-.937 1 .333
3.659 2 .160
3.659 2 .160
-.826 1 .364
2.834 1 .092
2.834 1 .092
-2.834 1 .092
Step
Block
Model
Step
Block
Model
Step
Block
Model
Step
Step 1
Step 2a
Step 3a
Step 4a
Chi-square df Sig.
A negative Chi-squares value indicates that the
Chi-squares value has decreased from the
previous step.
a.
84
Model Summary
174.852a .035 .046
175.789b .028 .037
176.615b .022 .029
179.448c .000 .000
Step1
2
3
4
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
Estimation terminated at iteration number 3 because
parameter estimates changed by less than .001.
b.
Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than .001.
c.
Hosmer and Lemeshow Test
4.255 8 .833
5.884 8 .660
5.506 8 .702
.000 0 .
Step1
2
3
4
Chi-square df Sig.
85
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
9 8.996 4 4.004 13
8 7.772 5 5.228 13
5 7.373 8 5.627 13
6 7.166 7 5.834 13
9 7.033 4 5.967 13
6 6.915 7 6.085 13
8 6.789 5 6.211 13
7 6.665 6 6.335 13
7 6.426 6 6.574 13
5 4.866 8 8.134 13
9 8.951 4 4.049 13
7 7.706 6 5.294 13
7 7.313 6 5.687 13
5 7.121 8 5.879 13
10 6.980 3 6.020 13
5 6.894 8 6.106 13
7 6.777 6 6.223 13
7 6.646 6 6.354 13
7 6.416 6 6.584 13
6 5.195 7 7.805 13
8 8.344 5 4.656 13
7 7.550 6 5.450 13
4 7.311 9 5.689 13
8 7.178 5 5.822 13
7 7.104 6 5.896 13
9 6.998 4 6.002 13
8 6.895 5 6.105 13
7 6.742 6 6.258 13
7 6.557 6 6.443 13
5 5.321 8 7.679 13
70 70.000 60 60.000 130
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Step 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Step 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Step 3
1Step 4
Observed Expected
Perataan laba = Non
perata laba
Observed Expected
Perataan laba = Perata
laba
Total
86
Classification Tablea
59 11 84.3
47 13 21.7
55.4
58 12 82.9
47 13 21.7
54.6
62 8 88.6
51 9 15.0
54.6
70 0 100.0
60 0 .0
53.8
ObservedNon perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Non perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Non perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Non perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Step 1
Step 2
Step 3
Step 4
Non perata
laba Perata laba
Perataan laba
Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500a.
Variables in the Equation
.020 .013 2.155 1 .142 1.020 .993 1.047
-.039 .056 .504 1 .478 .961 .862 1.072
-.003 .004 .753 1 .385 .997 .989 1.004
-.129 .200 .417 1 .519 .879
.020 .013 2.219 1 .136 1.020 .994 1.047
-.004 .004 .780 1 .377 .997 .989 1.004
-.141 .197 .511 1 .475 .869
.020 .013 2.179 1 .140 1.020 .994 1.047
-.211 .181 1.362 1 .243 .810
-.154 .176 .768 1 .381 .857
ROA
DAR
PER
Constant
Step 1a
ROA
PER
Constant
Step 2a
ROA
Constant
Step 3a
ConstantStep 4a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ROA, DAR, PER.a.
87
Correlation Matrix
1.000 -.164 -.148 -.383
-.164 1.000 .047 -.031
-.148 .047 1.000 .000
-.383 -.031 .000 1.000
1.000 -.156 -.387
-.156 1.000 -.034
-.387 -.034 1.000
1.000 -.187
-.187 1.000
Constant
ROA
DAR
PER
Step
1
Constant
ROA
PER
Step
2
Constant
ROA
Step
3
Constant ROA DAR PER
Variables not in the Equation
.823 1 .364
.823 1 .364
.861 1 .353
.801 1 .371
1.628 2 .443
2.618 1 .106
.915 1 .339
.739 1 .390
4.240 3 .237
DARVariables
Overall Statistics
Step 2a
DAR
PER
Variables
Overall Statistics
Step 3b
ROA
DAR
PER
Variables
Overall Statistics
Step 4c
Score df Sig.
Variable(s) removed on step 2: DAR.a.
Variable(s) removed on step 3: PER.b.
Variable(s) removed on step 4: ROA.c.
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
32 �
�
88
F
R 24 � P
�
E PP
Q PP
U PP
E 16 � PPP
�
N PNPP
C PPNNPP
Y PPNNPP
8 � PPNNNP
�
P NNNNNN
PNPNNNNNNPP
NN NNNNNNNNNNNNNNNNNP N N P P
Predicted
������������������������������������������������
������������
Prob: 0 .25 .5 .75
1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for Perata laba
89
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non perata laba
P - Perata laba
Each Symbol Represents 2 Cases.
Step number: 2
Observed Groups and Predicted Probabilities
32 �
�
F P
R 24 � P
�
E PP
Q PP
U PP
E 16 � PPP
�
N PPNPP
C PNNPP
Y PNNPP
90
8 � PPNNNN
�
NNNNNN
P PPNNNNNNPP
N NNNNNPNNNNNNNNNNNN PN N P P
Predicted
������������������������������������������������
������������
Prob: 0 .25 .5 .75
1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for Perata laba
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non perata laba
P - Perata laba
Each Symbol Represents 2 Cases.
91
Step number: 3
Observed Groups and Predicted Probabilities
32 � P
�
P
P
F P
R 24 � P
�
E P
Q PNP
U PNP
E 16 � PNP
�
N PNP
C PPNNP
Y PPNNNP
8 � PPNNNPP
�
PNPNNNNP
NNNNNNNNP
92
N N PN NNNNNNNNNPPN N P P
Predicted
������������������������������������������������
������������
Prob: 0 .25 .5 .75
1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for Perata laba
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non perata laba
P - Perata laba
Each Symbol Represents 2 Cases.
93
Step number: 4
Observed Groups and Predicted Probabilities
160 �
�
F P
R 120 � P
�
E P
Q P
U P
E 80 � P
�
N N
C N
Y N
40 � N
�
N
N
94
N
Predicted
������������������������������������������������
������������
Prob: 0 .25 .5 .75
1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for Perata laba
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non perata laba
P - Perata laba
Each Symbol Represents 10 Cases.
95
Descriptive Statistics
130 -60.03 128.66 3.0854 17.30878
130 -63.39 3.49 .1805 5.64256
130 -42.66 246.28 20.8295 47.75452
ROA
DAR
PER
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
130 130 130
3.0854 .1805 20.8295
17.30878 5.64256 47.75452
.210 .489 .304
.210 .369 .304
-.169 -.489 -.200
2.399 5.570 3.471
.000 .000 .000
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
ROA DAR PER
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
96
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
70 64.13 4489.00
60 67.10 4026.00
130
70 62.06 4344.50
60 69.51 4170.50
130
70 66.93 4685.00
60 63.83 3830.00
130
Perataan labaNon perata laba
Perata laba
Total
Non perata laba
Perata laba
Total
Non perata laba
Perata laba
Total
ROA
DAR
PER
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsa
2004.000 1859.500 2000.000
4489.000 4344.500 3830.000
-.448 -1.123 -.467
.654 .261 .640
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
ROA DAR PER
Grouping Variable: Perataan labaa.
97
Lampiran 7
Pengujian Univariate
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
130 130 130
3.0854 .1805 20.8295
17.30878 5.64256 47.75452
.210 .489 .304
.210 .369 .304
-.169 -.489 -.200
2.399 5.570 3.471
.000 .000 .000
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
ROA DAR PER
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Test Statisticsa
2004.000 1859.500 2000.000
4489.000 4344.500 3830.000
-.448 -1.123 -.467
.654 .261 .640
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
ROA DAR PER
Grouping Variable: Perataan labaa.
98
Lampiran 8
Pengujian Multivariate
Logistic Regression
Case Processing Summary
130 100.0
0 .0
130 100.0
0 .0
130 100.0
Unweighted Casesa
Included in Analysis
Missing Cases
Total
Selected Cases
Unselected Cases
Total
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0
1
Original ValueNon perata laba
Perata laba
Internal Value
Block 0: Beginning Block
99
Iteration Historya,b,c
179.448 -.154
179.448 -.154
Iteration1
2
Step
0
-2 Log
likelihood Constant
Coefficients
Constant is included in the model.a.
Initial -2 Log Likelihood: 179.448b.
Estimation terminated at iteration number 2 because
parameter estimates changed by less than .001.
c.
Classification Tablea,b
70 0 100.0
60 0 .0
53.8
ObservedNon perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Step 0
Non perata
laba Perata laba
Perataan laba
Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the model.a.
The cut value is .500b.
Variables in the Equation
-.154 .176 .768 1 .381 .857ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
2.618 1 .106
.915 1 .339
.739 1 .390
4.240 3 .237
ROA
DAR
PER
Variables
Overall Statistics
Step
0
Score df Sig.
100
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
174.967 -.133 .016 -.028 -.003
174.854 -.130 .019 -.037 -.003
174.852 -.129 .020 -.039 -.003
174.852 -.129 .020 -.039 -.003
Iteration1
2
3
4
Step
1
-2 Log
likelihood Constant ROA DAR PER
Coefficients
Method: Entera.
Constant is included in the model.b.
Initial -2 Log Likelihood: 179.448c.
Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.
d.
Omnibus Tests of Model Coefficients
4.597 3 .204
4.597 3 .204
4.597 3 .204
Step
Block
Model
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
174.852a .035 .046
Step1
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke
R Square
Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
a.
101
Hosmer and Lemeshow Test
4.255 8 .833
Step1
Chi-square df Sig.
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
9 8.996 4 4.004 13
8 7.772 5 5.228 13
5 7.373 8 5.627 13
6 7.166 7 5.834 13
9 7.033 4 5.967 13
6 6.915 7 6.085 13
8 6.789 5 6.211 13
7 6.665 6 6.335 13
7 6.426 6 6.574 13
5 4.866 8 8.134 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Step
1
Observed Expected
Perataan laba = Non
perata laba
Observed Expected
Perataan laba = Perata
laba
Total
Classification Tablea
59 11 84.3
47 13 21.7
55.4
ObservedNon perata laba
Perata laba
Perataan laba
Overall Percentage
Step 1
Non perata
laba Perata laba
Perataan laba
Percentage
Correct
Predicted
The cut value is .500a.
102
Variables in the Equation
.020 .013 2.155 1 .142 1.020 .993 1.047
-.039 .056 .504 1 .478 .961 .862 1.072
-.003 .004 .753 1 .385 .997 .989 1.004
-.129 .200 .417 1 .519 .879
ROA
DAR
PER
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ROA, DAR, PER.a.
Correlation Matrix
1.000 -.164 -.148 -.383
-.164 1.000 .047 -.031
-.148 .047 1.000 .000
-.383 -.031 .000 1.000
Constant
ROA
DAR
PER
Step
1
Constant ROA DAR PER
Casewise Listb
S P .915 P .085 .304
Case47
Selected
Statusa
Perataan laba
Observed
Predicted
Predicted
Group Resid ZResid
Temporary Variable
S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.a.
Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.b.
103
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
32
F
R 24 P
E PP
Q PP
U PP
E 16 PPP
N PNPP
C PPNNPP
Y PPNNPP 8 PPNNNP
P NNNNNN PNPNNNNNNPP
NN NNNNNNNNNNNNNNNNNP N N P P
Predicted
Prob: 0 .25 .5 .75 1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for Perata laba
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non perata laba
P - Perata laba
Each Symbol Represents 2 Cases.
104
Lampiran 9
Pengujian Multivariate secara Terpisah
Variables in the Equation
.020 .013 2.155 1 .142 1.020 .993 1.047
-.039 .056 .504 1 .478 .961 .862 1.072
-.003 .004 .753 1 .385 .997 .989 1.004
-.129 .200 .417 1 .519 .879
.020 .013 2.219 1 .136 1.020 .994 1.047
-.004 .004 .780 1 .377 .997 .989 1.004
-.141 .197 .511 1 .475 .869
.020 .013 2.179 1 .140 1.020 .994 1.047
-.211 .181 1.362 1 .243 .810
-.154 .176 .768 1 .381 .857
ROA
DAR
PER
Constant
Step 1a
ROA
PER
Constant
Step 2a
ROA
Constant
Step 3a
ConstantStep 4a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: ROA, DAR, PER.a.