Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,...

34
Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan Infeksi Oleh Endang Buda Setyowati AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA 2015

Transcript of Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,...

Page 1: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Modul

Mata kuliah

ASUHAN KEBIDANAN

NEONATUS, BAYI dan BALITA

Pokok Bahasan

Pencegahan Infeksi

Oleh

Endang Buda Setyowati

AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA 2015

Page 2: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala Rahmat dan

KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Belajar Pencegahan

Infeksi.

Modul pencegahan Infeksi ini disusun untuk memudahkan mahasiswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Modul ini disusun dengan format sederhana dengan harapan dapat

dipahami oleh mahasiswa khususnya dalam mempelajari materi Asuhan kebidanan

pada neonatus, bayi dan anak balita.

Penulis berharap modul ini berguna bagi mahasiswa terutama dalam proses

belajar mengajar dan proses belajar mandiri.

Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan modul ini

September, 2015

Penulis,

i

Page 3: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

PENGESAHAN

MODUL BELAJAR

MELAKSANAKAN PENCEGAHAN INFEKSI

Oleh : Endang Buda Setyowati, S.Pd.,M.Kes

Telah digunakan di Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya pada semester III

tahun 2015.

Surabaya, September 2015

Direktur,

Sugiarti, SKM.,M.Kes

ii

Page 4: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Pengesahan ……………………………………………………………………… ii

Daftar isi ........................................................................................................ iii

Halaman Judul ……………………………………………………………………. 1

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 2

1.1. Latar belakang .................................................................... 2

1.2. Deskripsi materi kegiatan belajar ........................................ 2

1.3. Capaian pembelajaran kegiatan belajar (indikator belajar) . 2

1.4. Kriteria penilaian kegiatan belajar ....................................... 3

BAB II MATERI KEGIATAN BELAJAR .................................................... 4

2.1. Konsep dasar melakukan pencegahan infeksi .................... 4

2.2. Prinsip -prinsip dalam melakukan pencegahan infeksi ....... 5

2.3. Menjaga Kebersihan Tangan .............................................. 6

2.4. Menggunakan alat pelindung diri ........................................ 8

2.5. Penggunaan sabun, antiseptik & desinfektan ..................... 11

2.6. Pemrosesan alat –alat ........................................................ 15

2.7. Pengelolaan sampah .......................................................... 19

2.8. Infeksi nosokomial .............................................................. 20

2.9. Tehnik isolasi ...................................................................... 23

BAB III RANGKUMAN KEGIATAN BELAJAR ........................................... 25

BAB IV LATIHAN DAN TUGAS ................................................................. 26

3.1. Soal latihan ......................................................................... 26

3.2. Kunci jawaban latihan ......................................................... 26

Daftar Pustaka ............................................................................................... 30

iii

Page 5: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pencegahan infeksi sangat diperlukan oleh semua tenaga kesehatan sebagai dasar

untuk melaksanakan prosedur tindakan dalam praktik klinik kebidanan. Prinsip

pencegahan infeksi merupakan suatu upaya untuk memutus mata rantai penularan

antara klien, petugas dan peralatan yang digunakan saat melakukan asuhan baik di

rumah sakit, puskesmas, maupun dimasyarakat.

Pada bagian ini, mahasiswa akan mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi, pemrosesan alat-alat, pencegahan infeksi nosokomial dan

tehnik isolasi.

1.2. DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR

Pencegahan infeksi sangat diperlukan oleh semua tenaga kesehatan sebagai dasar

untuk melaksanakan prosedur tindakan dalam praktik klinik kebidanan. Prinsip

pencegahan infeksi merupakan suatu upaya untuk memutus mata rantai penularan antara

klien, petugas dan peralatan yang digunakan saat melakukan asuhan baik di rumah sakit,

puskesmas, maupun dimasyarakat.

Pada bagian ini, mahasiswa akan mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi, pemrosesan alat-alat, pencegahan infeksi nosokomial dan tehnik

isolasi.

Page 6: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 2

1.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR (INDIKATOR

BELAJAR)

Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan

prinsip-prinsip pencegahan infeksi, memperagakan pemrosesan alat-alat, memahami

infeksi nosokomial dan tehnik isolasi dalam praktik kebidanan.

1.4. KRITERIA PENILAIAN KEGIATAN BELAJAR

1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar pencegahan infeksi

2. Mahasiswa dapat melaksanakan prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang meliputi:

2.1 Menjaga kebersihan tangan

2.2 Menggunakan alat pelindung diri

2.3 Menentukan antiseptik yang digunakan

2.4 Menentukan desinfektan dan cara membuatnya

2.5 Memproses peralatan mulai pencucian, dekontaminasi, pencucian dan pembilasan,

DTT dan sterilisasi.

2.6 Pengelolan sampah.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan infeksi nosokomial

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tehnik isolasi.

Page 7: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 3

Bab II

MATERI KEGIATAN BELAJAR

2.1. KONSEP DASAR MELAKUKAN PENCEGAHAN INFEKSI

Apakah saudara sudah memahami arti infeksi? Infeksi adalah interaksi antara

mikroorganisme dengan penjamu (host) yang terjadi melalui transmisi tertentu sehingga

menimbulkan gejala dan tanda suatu penyakit. Secara umum jenis mikroorganisme yang

dapat menyebabkan infeksi bisa berupa bakteri, virus, jamur (fungi) dan parasit.

Bagaimana mikroorganisme dapat berpindah kedalam tubuh kita? Diantara saudara tentu

pernah mengalami batuk pilek, yang mungkin tertular dari teman atau anggota keluarga lain.

Penularan tersebut terjadi melalui udara yang terhirup oleh saudara saat bernafas. Selain

melalui udara, mikroorganisme dapat bertransmisi melalui darah / cairan tubuh, atau kontak

langsung.

Didalam memberikan pelayanan kesehatan, resiko infeksi yang paling mudah terjadi adalah

melalui darah atau cairan tubuh pasien. Oleh karena itu selaku petugas kesehatan yang

selalu berhubungan dengan pasien, kita harus melakukan upaya pencegahan infeksi untuk

meminimalkan penyebaran mikroorganisme. Pencegahan infeksi merupakan suatu

kewaspadaan universal (universal precaution) yaitu tindakan pengendalian infeksi oleh

seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada

prinsip bahwa darah dan cairan tubuh berpotensi menularkan penyakit, baik dari pasien

maupun petugas kes.

Kewaspadaan universal merupakan perlindungan secara umum yang harus diperhatikan

petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pada klien. Siapa saja yang beresiko

mengalami infeksi? Masyarakat yang datang ke pelayanan kesehatan dan petugas itu

sendiri beresiko untuk mengalami infeksi.

Apakah saudara sudah memahami arti infeksi? Infeksi adalah interaksi antara

mikroorganisme dengan penjamu (host) yang terjadi melalui transmisi tertentu.

Mikroorganisme dapat berupa bakteri, virus, jamur (fungi) dan parasit.

Transmisi mikroorganisme dapat melalui darah / cairan tubuh, melalui udara (droplet /air

bone) atau secara langsung. Penularan secara droplet terjadi jika perpindahan organisme

Page 8: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 4

berpindah melalui udara dengan jarak kurang lebih 1,5 meter dari penderita infeksius dan

terhirup oleh orang lain yang sehat. Sedangkan penularan secara air bone adalah

mikroorganisme bergerak mengikuti arus udara dalam jarak cukup jauh dan terhirup oleh

orang lain yang sehat.

Semua keadaaan diatas dapat dicegah jika kita semua waspada dan memperhatikan prinsip-

prinsip dalam melakukan pencegahan infeksi yang akan dibahas pada bagian berikut.

Sudah pahamkah sekarang tentang konsep melakukan pencegahan infeksi ? Sekarang

coba saudara mencari 3 contoh tentang infeksi yang disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme.

Beresiko Infeksi (Infeksi : organisme yg berkoloni

menimbulkan penyakit)

Masyarakat Petugas Kesehatan

Pelayanan Medis

Kecuali Waspada

Bakteri (vegetatif, mikrobakteria, endospora), virus, fungsi, parasit

Kontaminasi Silang : Pemindahan organisme patogen

dari orang yg terkolonisasi ke org lain

KEWASPADAAN UNIVERSAL / PENCEGAHAN INFEKSI

Page 9: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 5

2.2.PRINSIP-PRINSIP DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN INFEKSI

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pencegahan infeksi perlu dilakukan oleh semua

tenaga kesehatan. Dahulu pencegahan infeksi diutamakan oleh pasien post operasi, namun

ternyata bukan hanya pasien post op saja yang beresiko infeksi. Pasien yang tidak

dilakukan pembedahan dan petugaspun juga beresiko terjadi infeksi. Oleh karena itu

melakukan pencegahan infeksi mempunyai tujuan untuk :

1. Mengurangi kemungkinan infeksi

2. Perlindungan pada klien & petugas

Pencegahan infeksi perlu dilakukan dengan asumsi bahwa darah, jaringan serta cairan

tubuh lainnya merupakan bahan yg berpotensi menularkan virus Hepatitis B, Hepatitis C,

HIV/AIDS. Oleh karena itu kita perlu upaya agar tidak terpapar.

Ada beberapa standar prinsip pencegahan infeksi yang harus diketahui dan dilaksanakan

oleh petugas kesehatan. Standar yang dimaksud, yaitu :

1. Menjaga kebersihan tangan

2. Menggunakan alat pelindung diri

3. Menentukan antiseptik yang digunakan

4. Menentukan desinfektan dan cara membuatnya

5. Memproses peralatan mulai pencucian, dekontaminasi, pencucian dan pembilasan, DTT

dan sterilisasi.

6. Pengelolan sampah

2.3. Menjaga Kebersihan Tangan

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu scr mekanis dari kulit kedua

telapak tangan dengan sabun dan air. Cuci tangan bertujuan untuk menghilangkan kotoran

scr mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara pada permukaan tangan.

Cuci tangan perlu dilakukan saat:

1. Sebelum dan sesudah pemeriksaan atau kontak langsung pasien

2. Sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan

3. Setelah kontak dengan instrumen kotor dan cairan tubuh

Page 10: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 6

Jenis cuci tangan

1. Cuci tangan rutin / biasa. Bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan debu serta

mengurangi flora sementara dan tetap. Bisa dilakukan dengan air dan tanpa

menggunakan air. Cuci tangan dengan menggunkan air, dilakukan dengan cara:

a. Basahi kedua tangan

b. Gunakan sabun atau antiseptik lainnya.

c. Gosok kedua permukaan, punggung tangan, sela jari dan kuku selama 15 – 30 detik

d. Bilas dengan air bersih yg mengalir

e. Keringkan dengan tisue / hand drier

Tehnik cuci tangan tersebut dikenal dengan cuci tangan 7 langkah. Berikut ini gambar

tehnik cuci tangan.

Jika tidak ada air, bisa dengan menggunakan antiseptik yang digosokkan pada kedua

telapak tangan. Penggosokan tangan ada beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu :

a. Lebih efektif membunuh flora sementara & tetap daripada mencuci dengan bahan

antimikroba / sabun.

b. Lebih cepat dan lebih mudah dilakukan

c. Mengurangi flora tangan lebih besar

d. Mengandung emolien yg melindungi dan memperhalus kulit

e. Tidak efektif menghilangkan kotoran dan zat organic. Oleh karena itu harus cuci

tangan dulu.

Page 11: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 7

Cara membuat larutan antiseptik yang non iritasi untuk penggosokan tangan :

Tehnik penggosokan tangan dengan menggunakan antiseptik:

- Tuang ± 1 sendok teh (5 ml) larutan setiap kali penggunaan pada salah satu telapak

tangan

- Gosok dg cara menekan pada kedua tangan dan jari jemari hingga kering (2 mnt)

2. Cuci tangan bedah

a. Mengurangi kotoran dan mikroorganisme sementara secara mekanik dan

mengurangi flora tetap selama operasi

b. Tujuan : mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari tangan

dokter/asistennya.

Cara 1 :

1) Semua perhiasan dilepas

2) Basahi kedua tangan sampai siku, gosok dengan sabun. Bersihkan kuku dg pembersih

kuku.

3) Bilas dg air sampai bersih

4) Gunakan antiseptik pada tangan, lengan sampai siku, selanjutnya gosok kuat ± 2 mnt

5) Bilas dg air bersih (air matang/dtt jika perlu), selanjutnya posisi siku > rendah dr tangan

6) Jauhkan tangan dari badan & jangan menyentuh apapun peralatan yang tidak steril.

7) Pakai sarung tangan bedah steril / DTT.

Cara 2 :

1) Setelah perhiasan dilepas, basahi seluruh tangan sampai siku, sabun dan bilas.

2) Bilas & keringkan dg lap kering atau angin-anginkan

3) Tuang 5 cc antiseptik (bahan dasar alkohol, klorheksidin) dan gosokkan pada kedua

tangan, jari & lengan bawah, sampai kering (2 mnt)

4) Ulangi penggunaan 2 kali lagi (total 15 cc)

5) Tegakkan kedua tangan & jauhkan tangan dari badan,

6) Segera pakai sarung tangan steril.

Pakai larutan alkohol gliserin (2 ml gliserin/propilen glikol/sorbitol dalam 100 ml

alkohol 60-90%)

Page 12: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 8

Sekarang coba praktikkan cara-cara cuci tangan sehari-hari dan cuci tangan untuk tindakan

pembedahan. Untuk kegiatan sehari-hari, biasakan cuci tangan rutin dengan benar, minimal

dengan meggunakan sabun.

2.4. Menggunakan Alat Pelindung Diri

Pada bagian awal telah dibahas bahwa petugas kesehatan beresiko untuk selalu kontak de

ngan darah dan cairan tubuh pasien. Oleh karena itu perlu alat pelindung diri untuk

mencegah resiko penularan / infeksi pada petugas kesehatan. Yang termasuk alat pelindung

diri adalah :

1. Sarung tangan

2. Celemek

3. Masker – pelindung muka

4. Kacamata

5. Pelindung kaki

Tahukah saudara bahwa alat-alat pelindung tersebut harus digunakan setiap kali melakukan

tindakan. Memang tidak semua alat pelindung dipakai bersamaan. Untuk perawatan sehari-

hari cukup menggunakan sarung tangan dan skort. Jika menolong persalinan dengan ibu

HIV/AIDS maka perlu menggunakan alat pelindung lengkap.

Berikut ini akan dibahas masing-masing alat pelindung diri.

1. Sarung tangan

Penggunaan sarung tangan mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

a. Sangat efektif mencegah kontaminasi pada tangan tenaga kesehatan karena

melindungi tangan dari bahan infeksius

b. Tidak dapat menggantikan cuci tangan. Bukan berarti jika telah menggunakan sarung

tangan kita tidak perlu cuci tangan

c. Dapat digunakan kembali setelah dilakukan dekotaminasi, dicuci dan dikeringkan.

Selanjutnya supaya bebas dari mikroorganisme sarung tangan disterilisasi dengan

menggunakan outoklave atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan dikukus.

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan petugas menggunakan sarung tangan.

Beberapa keadaan yang diharuskan petugas menggunkan sarung tangan, yaitu

a. Sebelum kontak dengan cairan tubuh pasien

b. Akan melakukan tindakan invasive misal memasang infus,memasang kontrasepsi.

c. Membersihkan sampah yang uterkontaminasi

Page 13: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 9

Berdasarkan kegunaannya, sarung tangan dibedakan 2 yaitu sarung tangan untuk

pemeriksaan dan sarung tangan rumah tangga. Sarung tangan rumah tangga, digunakan

untuk mencuci alat atau benda yang terkontaminasi dan saat menangani sampah.

Bentuknya lebih tebal dibanding sarung tangan pemeriksaan.

Sarung tangan pemeriksaan digunakan untuk tindakan yang berhubungan dengan

pasien. Sarung tangan ini dapat digunakan dalam kondisi bersih saja jika akan melakukan

tindakan seperti membersihkan darah dari tempat tidur pasien atau kontak dengan

selaput lendir pasien.

Sementara itu dalam kondisi tertentu sarung tangan harus digunakan dalam keadaan

steril jika melakukan tindakan pembedahan atau tindakan yang beresiko menimbulkan

infeksi pada pasien seperti pemasangan dan pelepasan IUD, perawatan luka. Sarung

tangan steril dianggap sudah terkontaminasi atau terpapar mikroorganisme jika:

a. Sudah robek atau berlubang, saat.

b. Saat digunakan menyentuh benda-benda yang tidak steril

c. Menyentuh bagian luar tangan yg tidak memakai sarung tangan.

Dalam menggunakan sarung tangan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Ukuran sarung tangan hendaknya sesuai dengan ukuran tangan petugas. Jika terlalu

besar akan mengganggu tindakan, jika sempit akan merusak atau merobek sarung

tangan.

b. Mengganti sarung tangan secara berkala jika pemakaian sudah berulang kali dan

sudah lama

c. Petugas kesehataan yang selalu menggunakan sarung tangan, hendaknya memotong

pendek kukunya agar tidak merusak sarung tangan.

d. Hindari menggunakan krim atau lotion yang berlemak karena menyulitkan pemakaian

sarung tangan.

e. Jangan menyimpan sarung tangan pada suhu teralu panas atau dingin karena mudah

rusak.

f. Idealnya setiap kontak dengan satu pasien, mengganti sarung tangan dengan yang

baru.

2. Masker

Masker digunakan untuk menahan kontak droplet (penularan melalui udara) dari petugas

saat berbicara, batuk atau bersin. Sebaliknya masker dapat menahan cipratan darah atau

duh tubuh pasien masuk hidung/mulut petugas. Dalam pemakaiannya, masker harus

menutupi hidung, mulut & muka bagian bawah petugas yang akan melakukan tindakan.

Page 14: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 10

Ada berbagai bahan masker. Bahan yang terbuat dari kain katun atau kertas sangat

nyaman digunakan, namun kurang efektif untuk filter. Masker yang terbuat dari bahan

sintetis bisa memberi perlindungan namun petugas agak sulit bernafas.

3. Kap (penutup kepala)

Kap digunakan untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit kepala

petugas kedaerah yang steril. Pemakaiannya harus menutupi seluruh rambut kepala agar

guguran rambut tidak masuk area luka daerah pembedahan. Selain itu kap digunakan

untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh pasien mengenai kepala petugas.

4. Kacamata Pelindung

Digunakan untuk melindungi mata dari cipratan darah/cairan tubuh lainnya. Kacamata

pelindung umumnya terbuat dari plastik jernih dan dipakai bersama masker jika pelindung

muka tdk ada.

5. Gaun (Baju Pelindung)

Ada beberapa jenis gaun yaitu gaun penutup, gaun untuk pembedahan dan apron.

Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.

a. Gaun Penutup

- Bertujuan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan percikan darah atau

cairan tubuh lainnya.

- Biasanya berbentuk celana dan baju

- Dipakai untuk prosedur rutin atau kegiatan sehari-hari.

b. Gaun bedah

- Terbuat dari bahan tahan cairan

- Dipakai untuk tidakan pembedahan

- Ujung lengan dimasukkan kedalam sarung tangan

c. Apron

- Terbuat dari karet, plastik dan tahan air

- Dipakai untuk membersihkan dana melakukan tindakan bila darah atau cairan

tubuh beresiko tumpah dan mengenai baju petugas.

- Dapat dipakai diatas gaun penutup.

Page 15: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 11

6. Alas kaki (sepatu pelindung)

- Untuk melindungi kaki dari benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan. Selain itu

juga untuk melindungi kaki petugas dari cairan tubuh yang tumpah/menetes

- Sandal / sepatu merupakan alas kaki yang kurang efektif

- Alas kakai yang ideal adalah sepatu boat yang terbuat dari karet/plastik yang

menutupi seluruh ujung dan telapak kaki. Sepatu boat dari kulit / karet lebih

melindungi tapi harus rajin dibersihkan.

- Sepatu pelindung harus digunakan selama didalam ruang operasi dan tidak boleh

dipakai keluar.

2.5. Penggunaan Sabun, Antiseptik & Desinfektan

SABUN

Sabun merupakan produk pembersih yang menurunkan tegangan permukaan kulit hingga

menghilangkan kotoran/debu, dan mikroorganisme sementara dari kedua tangan. Sabun

tersedia dalam berbagai bentuk yaitu batangan, cair atau bubuk. Pemakaian sabun biasa

membutuhkan penggosokan untuk membuang mikroorganisme secara mekanik. Sedangkan

pemakaian sabun antiseptik dapat membunuh / menghambat pertumbuhan sebagian besar

mikroorganisme.

Pemakaian sabun dan air dapat digunakan untuk cuci tangan sehari-hari untuk mengurangi

resiko infeksi.

ANTISEPTIK

Larutan antiseptik bisa membunuh atau menghambat hampir semua mikroorganisme yang

bersifat sementara dan menetap pada kulit dan selaput lendir (mukosa). Jenis antiseptik

yang sering digunakan adalah:

1. Alkohol (alkohol 60-90% (etil, isopropil)

Tidak boleh untuk mukosa (mulut, hidung, vagina). Alkohol lebih sering digunakan

untuk kulit, namun tidak tahan lama. Keuntungan pemakaian alkohol adalah cepat

mengurangi kuman/virus pada permukaan kulit untuk beberapa saat dan harganya

reltif murah serta mudah didapat. Namun alkohol juga mempunyai beberapa kerugian

yaitu perlu emulien (gliserin, propilen glikol) untuk mencegah kulit kering, mudah

terbakar dan dapat merusak alat-alat yang terbuat dari karet serta tidak dapat

digunakan sebagai bahan pembersih.

Page 16: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 12

2. Klorheksidin glukonat 2-4% (hibitane, hibiscrub, hibiclens)

Sedapat mungkin dihindari kontak dengan mata karena dapat mengakibatkan

konjungtivitis dan telinga. Keuntungan pemakaian antiseptik ini adalah merupakan

antiseptik yang sangat baik, perlindungan kimiawi meningkat bila dipakai berulang,

aman untuk bayi dan anak. Beberapa kerugiannya adalah mahal dan dapat dinetralisir

oleh air, sabun dan beberapa krim tangan.

Klorheksidin glukonat dan sentrimid, misal savlon merupakan antiseptik dengan pelarut

dengan bahan dasar air dan dapat digunakan untuk mukosa tubuh.

3. Preparat Iodin, Lar yodium (iodine 3%)

Tidak digunakan untuk mukosa karena ada kandungan alkoholnya. Bisa membakar

kulit dan hilang efektivitasnya dalam beberapa menit. Kelemahan lainnya adalah dapat

mengiritasi kulit dan harus dibersihkan alkohol setelah kering

4. Iodofor 7,5-10%, misal Betadine

Antiseptik ini merupakan campuran lar yodium dengan povidon (10% povidon berisi

iodin 1%). Kelebihan antiseptik ini adalah tidak toksik, tidak mengakibatkan iritasi kulit

dan mukosa. Namun baru menimbulkan reaksi setelah 2 menit. Pemakaian antiseptik

ini tidak perlu diencerkan.

5. Kloroheksilenol, misal Dettol. Antiseptik ini memiliki spektrum aktivasi yang luas pada

berbagai jenis flora kulit.

6. Triklosan. Merupakan substansi tidak berwarna dalam sabun, sebagai antimikrobial

(kons 0,2-2,0%) dan mencegah pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Penerimaan

pada tangan bervariasi

Berbagai antiseptik tersebut harus disimpan dengan dengan benar agar efektivitasnya tetap

terjaga. Cara menyimpan dan menggunakan antiseptik yang benar adalah disimpan dalam

tempat tertutup, gelap dan dingin serta jauhkan dari sinar matahari. Jika pemakaian dalam

jumlah besar, hendaknya dituang pada tempat lebih kecil. Disamping itu perlu dibuat jadwal

rutin untuk membersihkan dan membuat larutan.

DESINFEKTAN

Merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengurangi mikroorganisme pada peralatan.

Ada beberapa desinfektan yang dapat dipakai untuk Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), namun

ada yang hanya berfungsi sebagai desinfektan dengan cara kimia.

1. Desinfektan yang dapat digunakan untuk DTT adalah:

Page 17: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 13

a. Klorin & derivatnya

- Tersedia dalam bentuk cair (natrium hipoklorit, misal bayclin) dan bentuk padat

(kalsium hipoklorit, misal kaporit).

- Mempunyai efek yang cepat, dapat menginaktivasi semua bakteri, virus, fungi

dan beberapa spora

- Efektif untuk dekontaminasi peralatan bedah, sarung tangan, permukaan yang

luas seperti tempat tidur pasien yang terpapar darah.

- Mempunyai sifat korosif

- Konsentrasi yang sering digunakan adalah 0,1% untuk DTT (pelarut air DTT)

dan 0,5% untuk dekontaminasi (air mentah).

b. Glutaraldehid 2 - 4% (Cidex)

- Merupakan derivate dari formaldehid

- Mengiritasi dan berbau tidak enak

- Ikuti petunjuk dengan baik.

Desinfektan yang saat ini banyak digunakan, efektif dan mudah membuatnya adalah larutan

klorin 0,5% dan 0,1%. Bagaimana cara membuatnya jika sediaannya adalah dari natrium

hipoklorit dan kalsium hipoklorit? Berikut ini rumus pengencerannya.

1. =

2.

Juml. Bag Air ( Cair 5,25%) = % larut sediaan - 1 % larut yg diinginkan Klorin 0,1% = 1 pemutih : 49 air Klorin 0,5% = 1 pemutih : 9 air

Garam / liter (Padat, 35%) = % larut yg diinginkan x 1000 % larut sediaan Klorin 0,5% = 14 gr kaporit dalam 1 lt air Klorin 0,1% = 3 gr kaporit dalam 1 lt air

Page 18: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 14

2. Desinfektan yang juga bisa berfungsi sebagai antiseptik.

a. Alkohol

Efektifitasnya menurun dengan cepat bila diencerkan < 50%. Konsentrasi optimal

antara 60-90% dengan air. Dapat membunuh mikroorganisme dengan cepat dan tanpa

sisa kimia, tidak korosif, murah namun tidak dapat digunakan untuk DTT. Kerugian

lainnya adalah cepat menguap, mudah terbakar dan lebih mudah merusak peralatan.

Biasanya digunakan sebagai desinfektan alat seperti stetoskop, thermometer,

ambubag.

Coba saudara praktikkan cara membuat larutan klorin 0,5% dan 0,1% sebanyak 2 liter.

Berapa komposisi air dan hipokloritnya!

2.6. PEMROSESAN ALAT-ALAT

Pemrosesan alat-alat dimaksudkan untuk menurunkan resiko penularan penyakit dari

intrumen, sarung tangan dan peralatan lainnya yang kotor. Peralatan kotor bisa dipakai

kembali (jika ondisi masih baik) setelah melalui serangkaian proses yang diawali

dekontaminasi, pencucian dan pembilasan, selanjutnya alat yang sudah bersih dilakukan

DTT atau sterilisasi. Berikut ini akan dijelaskan tahapan dalam memproses peralatan.

2.6.1. Dekontaminasi

Adalah proses untuk membuat benda mati (peralatan) lebih aman untuk ditangani oleh

petugas sebelum alat-alat dibersihkan dan mengurangi sebagian mikroorganisme, tetapi

tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi. Dengan demikian alat-

alat tersebut aman untuk diproses selajutnya. Dekontaminasi merupakan langkah pertama

untuk menangani alat bedah, sarung tangan dan benda lainnya yang tercemar. Langkah ini

dapat menonaktifkan HBV (Hepatitis Virus B), HCV (Hepatitis Virus C) , dan HIV (Human

Imunodefisiensi Virus) serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan peralatan

Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat-alat yang tercemar dan

dapat menurunkan resiko infeksi. Untuk dekontaminasi diperlukan larutan klorin 0,5%.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan saat dekontaminasi:

1. Gunakan tempat plastik untuk mencegah tumpulnya alat tajam (mis gunting) jika kontak

dengan container logam dan mencegah berkaratnya peralatan.

2. Rendam semua peralatan selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5%

Page 19: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 15

3. Setelah 10 menit, instrumen harus segera dicuci dengan air dingin sebelum dibersihkan

secara menyeluruh. Jika belum sempat mencuci, pindahkan kedalam yang berisi air.

4. Untuk peralatan dengan permukaan yang luas (mis meja operasi, meja gynec) perlu

didekontaminasi dengan menyeka permukaan peralatan dengan larutan klorin 0,5%.

Pembersihan (Pencucian dan Pembilasan)

Setelah dekontaminasi, langkah selanjutnya adalah melakukan pencucian dan pembilasan.

Langkah ini merupakan cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada

peralatan yang tercemar dan juga untuk menghilangkan kotoran pada peralatan. Tidak ada

prosedur sterilisasi atau DTT yang efektif tanpa melakukan pencucian terlebih dahulu.

Prinsip dalam melakukan pencucian adalah:

1. Saat pencucian perlu sabun dan air karena dapat menghilangkan bahan organik seperti

darah. Bahan organik dapat menginaktivasi beberapa macam desinfektan.

2. Penggunaan sabun penting untuk pembersihan secara efektif karena air saja tidak dapat

menghilangkan protein, minyak dan lemak. Sabun cair lebih mudah bercampur dan lebih

mudah untuk membersihkan lemak, minyak, benda asing lainnya dalam larutan

sehingga dapat dimusnahkan dalam proses pencucian.

3. Jangan menggunakan pembersih yang bersifat mengikis (mis vim atau serat kawat)

karena dapat menimbulkan goresan pada peralatan. Goresan dapat menjadi sarang

bagi mikroorganisme dan mempermudah timbulnya korosi.

4. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat pembersihan instrumen, jika perlu

menggunakan celemek plastik dan pelindung mata.

5. Instrumen harus disikat dengan sikat lembut terutama instrumen yang bergerigi atau

bersekrup.

6. Jika membersihkan sarung tangan bedah, bagian luar dan dalam harus dicuci dengan

bersih.

2.6.2. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

Merupakan metode alternatif jika peralatan sterilisasi tidak tersedia. DTT adalah proses

membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial. DTT dapat

dilakukan dengan merebus, mengukus (uap panas) atau merendam dalam larutan kimia.

Page 20: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 16

DTT Merebus

Perebusan dalam air merupakan cara efektif dan praktis utnuk DTT peralatan. Perebusan

dalam air selama 20 menit akan membunuh semua bakteri vegetatif, vrus, ragi dan jamur,

tetapi tidak membunuh semua endospora. Langkah-langkah DTT dengan cara rebus adalah:

1. Lakukan dekontaminasi dan bersihkan semua alat

2. Masukan peralatan kedalam panci perebus. Alat harus terendam air minimal 2,5 cm dari

permukaan air.

3. Tutup rapat dan biarkan air mendidih. Jangan menambah sesuatu kedalam perebus

setelah penghitungan waktu.

4. Catat waktu saat air mulai mendidih

5. Rebus selama 20 menit dengan api kecil.

6. Setelah 20 menit, pindahkan alat-alat dengan cunam/korentang yang telah di DTT ke

dalam bak instrument / kontainer steril. Jangan biarkan peralatan terus terendam air,

karena saat dingin kuman atau prtikel lain akan masuk dan mengkontaminasi alat.

7. Pakai segera alat-alat tersebut atau simpan didalam bak instrument jika peralatan sudah

dingin dan kering.

Perebusan yang terus menerus akan menyebabkan pengapuran pada peralatan. Upaya

untuk menghindarinya adalah dengan menggunakan air yang telah direbus lebih dahulu

selama 10 menit. Kemudian gunakan air tersebut setelah dingin untuk merebus peralatan.

DTT Mengukus

DTT dengan cara mengukus sering digunakan untuk memproses sarung tangan, namun bisa

juga untuk peralatan. Untuk pengukusan diperlukan panci pengukus, 3 lapis. Langkah-

langkah yang perlu dilakukan adalah :

1. Tempatkan peralatan logam pada lapis bawah, jika tidak cukup letakan pada lapisan

kedua. Siapkan juga panci kosong tanpa lubang disebelahnya. Jika mengisi air pada

dandang jangan terlalu penuh.

2. Tutup panci dan didihkan air sampai mendidih. Tanda air sudah mendidih, akan keluar

uap panas antara dandang dan tutupnya.

3. Kukus peralatan selama 20 menit. Waktu menghitung dimulai keluar uap.

4. Setelah 20 menit angkat panci sambil digoyang agar air turun dan tempatkan panci

pada lapis pertama diatas panci kosong. Selanjutnya letakkan juga panci lapis kedua

dan ketiga. Letakan tutup pada panci paling atas.

5. Biarkan alat menjadi kering dalam panci (sekitar 1-2 jam)

Page 21: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 17

6. Pindahkan peralatan yang baru dikukus kedalam kontainer yang telah di DTT dengan

penjepit/korentang steril/DTT dan ditutup rapat atau segera dipakai.

DTT dengan bahan kimia

Desinfektan yang sering digunakan untuk DTT dengan bahan kimia adalah larutan klorin

0,1%, glutaraldehid, formaldehid dan peroksid. Yang paling sering digunakan adalah larutan

klorin karena bereaksi cepat, sangat efektif terhadap HBV, HCV dan HIV/AIDS serta murah

dan mudah didapat. Alat-alat direndam dalam larutan klorin 0,1% dicampur dengan air

matang, selama 20 menit. Untuk mencegah korosi pada peralatan, setelah diredam harus

disiram dengan air DTT. Langkah-langkah untuk melakukan DTT dengan cara kimia sebagai

berikut:

1. Lakukan dekontaminasi peralatan yang tercemar. Lalu cuci, bilas dan dikeringkan

sebelum ditempatkan dalam larutan klorin.

2. Buat larutan klorin 0,1% dengan air matang DTT.

3. Rendam peralatan yang sudah dikeringkan ke dalam kontainer yang telah berisi

larutan klorin selama 20 menit.

4. Pindahkan peralatan dengan korentang dan bilas dengan air DTT hangat.

5. Letakan dalam bak instrument steril/DTT. Biarkan sampai dingin dan kering, lalu

tutup.

2.6.3. Sterilisasi

Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat, sarung tangan bedah, dan alat lain yang kontak

langsung dengan darah atau jaringan steril. Sterilisasi dapat dilakukan dengan uap

bertekanan tinggi (otoklaf), pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi (dengan bahan

kimia) dan secara fisik (radiasi).sterilisasi merupakan sebuah proses, maka setiap langkah

harus dilakukan dengan benar.

Tanpa pembersihan yang benar, tidak menjamin tercapainya sterilisasi, meskipun waktu

sterilisasi diperpanjang.

1. Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang efeftif tetapi paling sulit

dilakukan karena perlu pengaturan suhu dan tekanan serta membutuhkan waktu lebih

singkat dibanding sterilisasi panas kering.

2. Sterilisasi panas kering (oven), memerlukan aliran listrik yang terus menerus dan kurang

praktis pada daerah yang terpencil serta hanya bisa untuk benda-benda yang terbuat

dari gelas atau logam.

Page 22: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 18

3. Sterilisasi kimia disebut juga dengan sterilisasi dingin, yaitu dengan merendam dalam

larutan kimia. Digunakan jika sterilisasi dengan otoklaf atau oven tidak memungkinkan.

Bahan kimia yang digunakan adalah glutaraldehid atau formaldehid. Jika bahan untuk

sterilisasi adalah larutan glutaraldehid 2-4%, waktu untuk merendam sekurang-

kurangnya 10 jam. Jika dalam larutan formaldehid 8%, waktu perendaman setidaknya

24 jam. Efektif untuk instrumen seperti laparaskope yang tidak dapat dipanaskan.

Berikut ini alur dalam melakukan pemrosesan alat-alat.

METODE PILIHAN STERILISASI :

1. Tek tinggi otoklaf 106kPa 120oC) - 30’ bila dibungkus - 20’ tidak dibungkus

2. Panas kering (Oven) - Hnya utk gelas & logam - 170oC selama 60’ atau - 160oC selama 120’

3. Kimia (sterilisasi dingin) - Tidak/jarang digunakan - Perlu pelindung - Dalam formaldeid 8% selama

24 jam atau glutaralhid 24 jam

DEKONTAMINASI - Rendam dalam lar klorin 0,5%, 10 mnt - Tempat plastik / karet bertutup

CUCI DAN BILAS

- Gunakan detergen, sikat, air mengalir - Pakai sarung tangan RT, k/p skort plastik - Hindari abu gosok, sikat kawat

METODE ALTERNATIF

DTT :

1. Rebus/mengukus 20 mnt

- Murah & mudah

- Tempat tertutup

- Selama proses tdk boleh + apapun

- Sr hrs dikukus

2. Rendam, kimia

a. Dlm lar klorin 0,5% atau 0,1% selama 20 mnt

- Diganti bila keruh

- Dibilas dg air panas DTT

b. Formaldehid, glutaraldehid atau hydrogen

peroksida (H2O2) jarang digunakan

Page 23: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 19

Sekarang saudara telah mendapatkan gambaran bagaimana memproses peralatan

sehingga terbebas dari mikroorganisme. Selanjutnya diskusikan dengan teman saudara,

tindakan apa saja yang memerlukan peralatan steril dan tindakan apa saja yang memerlukan

peralatan cukup bersih.

Tugas berikutnya adalah saudara mempraktekkan cara melakukan DTT dengan cara rebus,

kukus dan kimia.

2.7. PENGELOLAAN SAMPAH

Pernahkan saudara berpikir bahwa pengelolaan sampah yang berasal dari pelayanan

kesehatan dan sampah rumah tangga berbeda? Sampah dari pelayanan kesehatan atau

rumah sakit tidak boleh begitu saja dibuang dan bercampur dengan sampah rumah tangga.

Mengapa demikian? Karena sampah dari rumah sakit mengandung berbagai

mikroorganisme yang beresiko menular ke masyarakat luas jika dibuang di tempat sampah

umum. Oleh karena itu sampah dari rumah sakit harus dikelola dengan baik agar tidak

membahayakan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian pengelolaan sampah bertujuan

untuk:

1. Mencegah penyebaran infeksi pada petugas dan masyarakat

2. Melindungi orang yang menangani sampah dari perlukaan dan penyebaran infeksi

3. Membuang bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dg aman

Mungkin saudara juga pernah melihat berbagai sampah. Ada yang berupa kantong

pembungkus yang bersih namun tidak terpakai, ada yang berupa bahan-bahan kotor.

Berdasarkan kondisi ini, sampah dikelompokkan :

1. Sampah terkontaminasi (medis: kapas, kasa, darah dll)

a. Buang pada kantong yang tidak tembus air

b. Hindari menyentuh bagian luar kantong

c. Untuk alat-alat bekas pakai, lakukan dekontaminasi lebih dulu

d. Ditimbun/dikubur/dibakar dalam insinerator

2. Sampah tak terkontaminasi (non medis: kardus, wadah plastik, dll)

a. Tidak memberi risiko

b. Dapat dibung ke tempat pembuangan sampah

3. Sampah tidak infeksius tp berbahaya:

a. Bahan kimia yg kedaluarsa

b. Sampah sitotoksik (obat kemoterapi)

Page 24: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 20

c. Logam berat (air raksa, bekas gigi, kadmium dr Baterai)

d. Wadah bekas gas yg tidak bs dibakar

Selain jenis sampah diatas, masih ada sampah lain yang memerlukan penanganan secara

khusus yaitu benda-benda tajam seperti jarum injeksi, jarum infus. Benda-benda tajam ini

hendaknya dipakai sekali pakai (disposible). Jika dipakai berulang sangat beresiko

menimbulkan perlukaan sehingga meningkatkan resiko penularan penyakit melalui kontak

darah. Penularan HIV, Hep. B dan C di pelayanan kesehatan sebagaian besar disebabkan

tertusuk jarum/alat tajam lainnya. Alat-alat tajam yang habis digunakan hendaknya

diletakkan pada wadah tahan tusukan/anti bocor. Ada beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan saat menangani benda-benda tajam yaitu:

1. Jangan menyarungkan kembali penutup jarum atau memisahkan jarum dan semprit.

2. Sebelum dibuang, masukkan ujung jarum dalam larutan klorin 0,5%, lalu isi spuit

dengan larutan klorin dan keluarkan. Ulangi cara ini sebanyak 3x.

3. Buang jarum kedalam tempat antibocor. Ganti tempat yang baru jika telah penuh

sampai ¾

4. Bagi petugas yang menangani sampah hendaknya menggunakan alat pelindung

seperti sarung tangan rumah tangga (utilitas) dan sepatu pelindung.

5. Selalu cuci tangan / penggosok dengan menggunakan antiseptik setelah melepas

sarung tangan.

Pada awal pembelajaran telah dijelaskan bahwa infeksi adalah interaksi antara

mikroorganisme dengan penjamu (host) yang terjadi melalui transmisi tertentu. Host adalah

manusia sebagai tempat mikroorganisme berkembang biak. Pasien yang dirawat dirumah

sakit, selain berharap sembuh dari sakitnya juga beresiko terjadi infeksi lain dari

mikroorganisme yang berada dirumah sakit. Infeksi ini disebut dengan infeksi nosokomial.

Dengan demikian bisa dijelaskan bahwa infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat

dalam sarana kesehatan (infeksi yang didapat pasien saat atau pernah dirawat di RS).

Di negara maju, kejadian infeksi nosokomial cukup tinggi. Di AS, ada 20.000 kematian tiap

tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah

sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat (14 juta infeksi tiap tahun). Di Indonesia,

2.8. INFEKSI NOSOKOMIAL

Page 25: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 21

penelitian yang telah dilakukan pada 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004

menunjukkan 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat.

Infeksi Nosokomial mulai dikenal pada tahun 1847. Seorang dokter di bagian kebidanan di

sebuah rumah sakit di Austria, mengamati bahwa angka kematian ibu di bangsal yang

dilayani mahasiswa kedokteran, tiga kali lebih tinggi dibandingkan bangsal yang dilayani oleh

bidan. Diketahui ternyata mahasiswa langsung ke bangsal kebidanan setelah belajar otopsi.

Hal ini terjadi karena mahasiwa membawa infeksi dari mayat ke ibu yang melahirkan.

Penyebab infeksi nosokomial adalah berbagai jenis mikroorganisme yang secara umum

dapat dikelompokkan karena

1. Infeksi bakteri, merupakan penyebab infeksi nosokomial yang paling sering. Bisa

berasal dari flora normal manusia yang sehat. Dalam kondisi menurun bisa

menyebabkan infeksi misal bakteri E. Coli dapat menyebabkan infeksi pada saluran

kencing. Bakteri unik yang erada dirumah sakit juga dapat menyebabkan infeksi

nosokomial seperti pneumonia.

2. Infeksi jamur dan parasit. Beberapa jenis jamur dan parasit merupakan

mikroorganisme oportunistik dapat menyebabkan infeksi saat pemberian antibiotika

jangka panjang dan imunosupresi berat. Misal infeksi Candida Albicans.

3. Infeksi virus. Misal transmisi dari beberapa virus termasuk Hepatitis B dan C (saat

pemberian transfusi, tindakan dialysis, injeksi dan endoskopi)

4. Infeksi kuman patogen lainnya. Terjadi penularan diantara pasein dirumah sakit

seperti yang dapat terjadi dimasyarakat pada umumnya misalnya infeksi Scabies.

Saudara perlu mengetahui bahwa seseorang dikatakan menderita infeksi nosokomial harus

memenuhi kriteria tertentu. Ada beberapa kriteria seseorang menderita infeksi nosokomial

yaitu:

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda

klinik dari infeksi tersebut.

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa

inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam

sejak mulai perawatan. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan

menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi

Page 26: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 22

penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit (infeksi bukan berasal dari

rumah sakit).

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa atau residual dari infeksi sebelumnya.

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti

infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada

waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokmial.

6. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan

kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan produk bakteri

tidak termasuk infeksi nosokomial.

7. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-tanda

infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat

dibuktikan berasal dari rumah sakit.

8. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga / pengunjung tidak

termasuk infeksi nosokomial.

9. Mikroba patogen yang menimbulkan infeksi nosokomial akan masuk ke penjamu

melalui port d’entrée dan setelah melewati masa inkubasi akan timbul reaksi

sistemik pada penderita berupa manifestasi klinik ataupun laboratorium.

10. Bakteremia merupakan respon sistemik penderita terhadap infeksi, di mana mikroba

atau toksinnya berada di dalam aliran darah dan menimbulkan reaksi sistemik

berupa reaksi inflamasi. Proses inflamasi dapat berlanjut hingga menimbulkan

sepsis.

Dengan mengetahui kriteria tersebut setidaknya kita dapat melakukan upaya antisipasi agar

pasien tidak mengalaminya. Sebagian infeksi nosokomial dapat ducegah dengan strategi

yang relatif murah dan mudah dilaksanakan yaitu:

1. Mentaati prinsip pencegahan infeksi terutama kebersihan tangan dan pemakaian

sarung tangan.

2. Memproses peralatan habis pakai dengan benar, dimulai engan dekontaminasi,

pencucian, sterilisasi atau DTT.

3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya

Dengan demikian, infeksi nosokomial dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Infeksi

nosokomial yang paling sering adalah Infeksi pada saluran perkemihan, Infeksi luka operasi ,

Pneumonia, Infeksi tulang dan sendi, Infeksi intra kranial, Infeksi cardiovascular, Infeksi

mata,telinga, hdung dan mulut, Infeksi saluran cerna, Infeksi saluran nafas, Infeksi sistem

reproduksi, Infeksi kulit dan jaringan

Page 27: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 23

Pernahkah saudara mendengar istilah isolasi? Arti umumnya adalah menyendirikan,

mengucilkan, memisahkan. Bagaimana jika dihubungkan dengan isolasi pada pasien

dirumah sakit? Siapa saja pasein yang perlu diisolasi? Jika saudara pernah punya

pengalaman tentang pasein yang diisolasi, coba sampaiakan pengalaman saudara.

Isolasi di rumas sakit dikenal dengan istilah ‘tehnik isolasi atau kewaspadaan isolasi’ adalah

merawat pasien yang mempunyai kerentanan terhadap infeksi pada ruangan tersendiri. Hal

ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya penularan. Dalam praktik kebidanan,

kewaspadaan isolasi perlu dilakukan untuk pasien ibu dengan Hepatitis B, TBC, HIV/AIDS,

terinfeksi salmonella atau staphilococus aureus. Yang perlu mendapatkan perhatian pada

pasien yang diisolasi adalah kondisi psikologis yang biasanya merasa terisolasi secara

sosial. Tujuan isolasi pada ibu dengan penyakit tersebut untuk mencegah penularan

terhadap wanita lain, petugas kesehatan dan pengunjung. Dalam melakukan isolasi ada

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Peralatan tersendiri seperti termometer, tempat cuci tangan, peralatan makan,

sabun, dll.

2. Tersedia trolley di luar kamar untuk tempat handscoen, skort, dan alat pelindung

lainnya.

3. Ada koordinasi antar tim dalam penerapan isolasi

4. Pasien perlu tahu alasan isolasi. Petugas perlu memberikan support mental.

Kewaspadaan/tehnik isolasi terutama diterapkan untuk penyakit yang penularannya melalui

udara (air bone), percikan (droplet) dan kontak. Prosedur kewaspadaan melalui udara dan

dan percikan adalah sebagai berikut:

1. Perlu dalam ruangan tersendiri dengan pintu tertutup. Jika tidak tersedia kamar

khusus, tempatkan pasien dengan penyakit yang sama.

2. Petugas perlu menggunakan masker. Masker dilepas setelah keluar kamar dan

letakan dalam kantong plastik atau tempat sampah tertutup.

3. Periksa semua pengunjung tentang kerentanan sebelum mengunjungi pasien.

4. Jika pasien perlu pemeriksaan/tindakan diluar kamar, selama transportasi pasien

perlu memakai masker.

2.9. TEHNIK ISOLASI

Page 28: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 24

Sedangkan kewaspadaan kontak perlu dilakukan untuk mengurangi resiko penularan pada

pasien dengan cara kontak langsung misalnya Hepatitis, impetigo, herpes zooster,

konjungtivitis. Prosedur yang perlu dilakukan adalah:

1. Pasien perlu diletakkan pada kamar khusus, jika tidak ada pasien dapat ditempatkan

dengan pasein lain yang yang mempunyai penyakit yang sama.

2. Saat merawat, perlu menggunakan sarung tangan.

Sekarang saudara telah mempelajari cara-cara untuk melakukan pencegahan infeksi.

Dalam setiap praktik kebidanan yang saudara lakukan, prinsip-prinsip penegahan infeksi

harus selalu diterapkan. Jika dilakukan dengan benar, saudara telah memberikan kontribusi

dalam upaya memutus mata rantai penularan penyakit infeksi.

Page 29: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 25

Bab III

RANGKUMAN KEGIATAN BELAJAR

Semua petugas kesehatan harus memahami prinsip-prinsip dalam melakukan

pencegahan infeksi yaitu kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri,

pemakaian antiseptik dan desinfektan, pemrosesan peralatan, penegelolaan

sampah.

1. Infeksi nosokomial bisa terjadi pada setiap pasien yang dirawat dirumah sakit

dan dapat mengenai berbagai sistem tubuh.

2. Tehnik isolasi perlu dilakukan pada pasien dengan penyakit yang resiko

penularannya tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan

terhadap terhadap pasien lain, petugas maupun pengunjung.

Page 30: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 26

Bab IV

LATIHAN DAN TUGAS

4.1. Soal latihan

Setelah Saudara mempelajari kegiatan belajar diatas, pelajari juga referensi

tambahan dari buku atau internet, lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !

1. Jelaskan prinsip-prinsip yang perlu dilakukan untuk melakukan pencegahan

infeksi !

2. Coba jelaskan langkah-langkah dalam melakukan pemrosesan alat-alat.

Pemrosesan alat diawali alat dalam keadaan kotor sampai dapat digunakan

kembali.

3. Jika saudara telah memahami langkah-langkah pemrosesan, coba praktekkan !

4. Coba cari referensi, keadaan pasien yang bagaimana yang dapat mengalami

infeksi nosokomial !

5. Carilah referensi tentang prosedur untuk melakukan tehnik isolasi !

4.2. Kunci jawaban latihan

1. Inti jawaban ada pada bagian prinsip-prinsip pencegahan infeksi.

2. Pemrosesan alat-alat diawali dengan dekontaminasi, pencucian dan pembilasan,

DTT atau sterilisasi.

3. Mempraktekkan pemrosesan peralatan sebagaimana jawaban pada nomor 2.

4. Beberapa referensi tentang prosedur keperawatan seperti Fundamentals of

Nursing, Skill For Midwifery atau buku-buku yang terkait.

Page 31: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 27

TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Prinsip pencegahan infeksi harus dipahami oleh :

A. dokter, perawat dan bidan

B. semua tenaga kesehatan

C. tenaga kesehatan dan masyarakat

D. masyarakat

E. tenaga medis dan mahasiswa.

2. Dasar pemikiran pencegahan infeksi adalah sebagai berikut ….

A. Semua penyakit bisa menular ke pasien lain

B. Semua cairan tubuh pasien berpotensi menularkan HIV/AIDS dan hepatitis

C. Tenaga kesehatan dan masyarakat beresiko terinfeksi mikroorganisme

D. Belum semua pelayanan kesehatan menerapkan prinsip kewaspadaan universal

E. Rumah sakit merupakan sumber segala penyakit.

3. Upaya untuk menghilangkan sebagian mikro organisme agar aman diproses selanjutnya,

disebut dengan istilah ….

A. Dekontaminasi C. Antiseptik

B. Desinfeksi tingkat tinggi D. Tehnik aseptic

E. pencucian dan pembilasan

4. Tujuan dilaksanakannya pencegahan infeksi adalah..….

A. agar pasien tidak menderita penyakit

B. dikhususkan mencegah infeksi pasca operasi

C. memberi perlindungan pada petugas dan klien

D. mencegah pasien menderita penyakit infeksi

E. mengurangi terjadinya infeksi.nosokomial

5. Apabila menggunakan antiseptik untuk cuci tangan tanpa menggunakan air (cara

menggosok), hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

A. tidak perlu lagi menggunakan air, meskipun terkena larutan berminyak

B. sekali menuangkan antiseptik, bisa untuk beberapa pasien

Page 32: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 28

C. setelah antiseptik dituangkan ke telapak tangan, gosok sampai kering

D.digunakan jika akan memakai sarung tangan saja

E. jika awal sudah menggunakan antiseptik, selanjutnya tidak perlu lagi cuci tangan.

6. Dalam memproses peralatan stainles steel setelah untuk DTT cara rebus langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

A. Cuci, dekontaminasi, bilas, rendam dalam lar klorin 0,5%, rebus

B. dekontaminasi, dibilas, disabun, keringkan, rebus, pindah ke bak steril

C. dekontaminasi, cuci, bilas, rebus, lap kering, pindah ke bak steril

D. dekontaminasi, cuci, bilas, rebus, pindah ke bak instrument steril

E. dekontaminasi, cuci bilas, keringkan dan rebus.

7. Prinsip yang perlu diperhatikan oleh petugas, ketika ada pasien yang perlu diisolasi

adalah:

A. Tidak perlu ruangan tersendiri

B. Peralatan tidak harus disendirikan

C. Perawat / bidan yang perlu tahu bahwa pasien diisolasi

D. Penjelasan pada pasien perlunya diisolasi.

E. Tidak harus ruangan tersendiri

8. Seseorang dianggap menderita infeksi nosokonial apabila ….

A. Pasien menderita penyakit infeksi yang berobat ke rumah sakit

B. Tidak disebabkan karena mikroorganisme.

C. Pasien menderita infeksi karena dirawat dirumah sakit

D. Terjadi karena antibodi pasien yang rendah

E. Merupakan penyakit yang sudah lama diderita oleh pasien

Page 33: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 29

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 2

Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada

bagian akhir KB , kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban

yang benar adalah:

90% - 100% : baik sekali

80% - 89% : baik

70% -79% : cukup

kurang dari 70% : kurang

Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara

Bagus! Saudara dapat melanjutkan ke kegiatan belajar 4. Tetapi jika pencapaian

Saudara kurang dari 80%, maka ulangilah kegiatan belajar 3, terutama bagian-

bagian yang belum Saudara kuasai!

Untuk tes praktik pencapaian Saudara harus 100% untuk dapat melanjutkan ke

kegiatan belajar 4.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR

1. B

2. B

3. A

4. C

5. C

6. D

7. D

8. C

Page 34: Pencegahan Infeksi - griyahusada.idgriyahusada.id/files/bahan-ajar/ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BA… · Modul Mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI dan BALITA Pokok Bahasan Pencegahan

Endang BS, MKes Page 30

REFERENSI KEGIATAN BELAJAR

1. Johnson Ruth dan Taylor Wendy. 2007. Skills for Midwifery Practice Second Edition.

Elsevier Churchill Livingstone. Second Edition.

2. Giriputro Sardikin, dkk. Modul Pelatihan Pencegahan Infeksi, Rumah Sakit Penyakit

Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso.

3. Perry, Peterson, Potter. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. EGC. Jakarta.

2005.

4. Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &

Aplikasi Dalam Praktik. EGC. Jakarta. 2008