PENATALAKSANAAN MUNTAH
-
Upload
dian-sulistya-ekaputri -
Category
Documents
-
view
186 -
download
0
Transcript of PENATALAKSANAAN MUNTAH
![Page 1: PENATALAKSANAAN MUNTAH](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/557211cf497959fc0b8f8746/html5/thumbnails/1.jpg)
PENATALAKSANAAN
Telah banyak penelitian tentang penatalaksanaan PONV ini. Dibawah ini akan dijelaskan tentang
penatalaksanaan PONV baik yang bersifat farmakologikal ataupun non farmakologikal.
Farmokologikal :
Antagonist reseptor Serotonin:
bahwa tidak ada perbedaan efek dan keamanannya diantara golongan –golongan Antagonist reseptor
Serotonin tersebut, seperti Ondansetron , Dolasetron, Granisetron, dan Tropisetron untuk profilaksis
PONV. Obat ini efektif bila diberikan pada saat akhir pembedahan. Banyak penelitian dari golongan obat
ini seperti Ondansetron dimana mempunyai efek anti muntah yang lebih besar dari pada anti mual.
Antagonist Dopamin:
Reseptor Dopamin ini mempunyai reseptor di CTZ, bila reseptor ini dirangsang akan terjadi muntah,
antagonist Dopamin tersebut seperti:Benzamida (Metoklopramide dan Domperidon),Phenotiazine
(Clorpromazine dan Proclorpromazine), dan Butirophenon( Haloperidol dan Droperidol).
Antihistamin:
Obat ini ( Prometazine dan Siklizine ) memblok H1 dan Reseptor muskarinik di pusat muntah. Obat ini
mempunyai efek dalam penatalaksanaan PONV yang berhubungan dengan aktivasi sistem vestibular
tetapi mempunyai efek yang kecil untuk muntah yang dirangsang langsung di CTZ .
Obat Antikholinergik:
Obat ini ( Hyoscine hydrobromide atau Scopolamin) mencegah rangsangan di pusat muntah dengan
memblok kerja dari acetylcolin di pada reseptor muskarinik di system vestibular .
Steroid :
Dalam hal ini obat yang sering digunakan adalah deksametason. Deksametason berguna sebagai
profilaksis PONV dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin. Efek samping pemakaian berulang
deksametason adalah peningkatan infeksi, supressi adrenal, tetapi tidak pernah dilaporkan efek samping
timbul pada pemakaian dosis tunggal.8,35,36 Obat ini juga menurunkan motilitas lambung dan
![Page 2: PENATALAKSANAAN MUNTAH](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/557211cf497959fc0b8f8746/html5/thumbnails/2.jpg)
rangsangan aferen di pusat muntah, efek samping yang sering terjadi pada obat ini adalah pandangan
kabur, retensi urine, mulut kering, drowsiness.
Non Farmakologikal
Ada bebagai macam tehnik non farmakologikal termasuk akupuntur, rangsangan saraf melalui
transkutaneus, acupoint stimulation, acupressure.
Ondansetron
Ondansetron adalah derivate carbazalone yang strukturnya berhubungan dengan serotonin dan
merupakan antagonis reseptor 5-HT3 subtipe spesifik yang berada di CTZ dan juga pada aferen vagal
saluran cerna, tanpa mempengaruhi reseptor dopamine, histamine, adrenergik, ataupun kolinergik. Obat
ini memilki efek neurologikal yang lebih kecil dibanding dengan Droperidol ataupun Metoklopramid.
Ondansetron efektif bila diberikan secara oral atau intravena dan mempunyai bioavaibility sekitar 60%
dengan konsentrasi terapi dalam darah muncul tiga puluh sampai enam puluh menit setelah pemakaian.
Metabolismenya di dalam hati secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukoronida atau sulfat dan di
eliminasi cepat didalam tubuh, waktu paruhnya adalah 3-4 jam pada orang dewasa sedangkan pada anak-
anak dibawah 15 tahun antara 2-3 jam, oleh karena itu ondansetron baik diberikan pada akhir
pembedahan. Efek antiemetik ondansetron ini didapat melalui :
1. Blokade sentral di CTZ pada area postrema dan nukleus traktus solitaries sebagai kompetitif selektif
reseptor 5-HT3
2. Memblok reseptor 5-HT3 di perifer pada ujung saraf vagus di sel enterokromafin di traktus
gastrointestinal
Efek samping yang sering timbul pada dosis terapi adalah sakit kepala dan konstipasi, lemas, peningkatan
enzim hati. Aritmia jantung dan AV blok telah dilaporkan setelah pemakaian Ondansetron dan
Metoklopramid. Iskemia jantung akut yang berat telah dilaporkan pada pasien tanpa kelainan jantung.
Ondansetron dan obat golongan antagonis reseptor 5-HT3 lainnya dapat menyebabkan peninggian QT
![Page 3: PENATALAKSANAAN MUNTAH](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/557211cf497959fc0b8f8746/html5/thumbnails/3.jpg)
interval di elektrokardiografi tetapi hal ini tidak dijumpai pada pemakaian droperidol. Belum diketahui
adanya interaksi dengan obat SSP lainnya seperti diazepam, alkohol, morfin dan lain-lain.
Kontraindikasi Ondansetron adalah selain pada pasien yang hipersensitivitas terhadap obat ini, juga pada
ibu hamil ataupun yang sedang menyusui karena mungkin disekresi dalam asi. Pasien dengan penyakit
hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada pasien yang mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat
digunakan dengan aman. Dosis Ondansetron 4-8 mg IV sangat efektif untuk menurunkan kejadian
PONV. Sebagai profilaksis dosis 1-8 mg IV sangat efektif dalam penanganan PONV.
Deksametason
Deksametason adalah obat golongan steroid yang mekanisme kerjanya berhubungan dengan
mencegah pembentukan prostaglandin dan merangsang pelepasan endorphin, yang mempengaruhi mood
dan tingkat ketenangan. Mekanisme kerja deksametason dengan inhibisi pelepasan asam arachidonat,
modulasi substansi yang berasal dari metabolisme asam arachidonat, dan pengurangan jumlah 5-HT3.
Deksametason mempunyai efek antiemetik, diduga melalui mekanisme menghambat pelepasan
prostaglandin secara sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5-HT3 di sistem saraf pusat, menghambat
pelepasan serotonin di saluran cerna sehingga tidak terjadi ikatan antara serotonin dengan reseptor 5-
HT3, pelepasan endorphin, dan anti inflamasi yang kuat di daerah pembedahan dan diduga
glukokortikoid mempunyai efek yang bervariasi pada susunan saraf pusat dan akan mempengaruhi
regulasi dari neurotransmitter, densitas reseptor, transduksi sinyal dan konfigurasi neuron
Reseptor glukokortikoid juga ditemukan pada nukleus traktus solitaries, nucleus raphe, dan area
postrema, dimana inti-inti tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas mual muntah. Efek
antiemetik Deksametason juga dihubungkan dengan supresi dari adrenokortikotropin yang telah diteliti
responnya terhadap stimuli pergerakan sehingga deksametason sangat efektif dalam penanganan motion
sickness. Deksametason memiliki waktu kerja yang lama sekitar dua jam dan sangat baik diberikan
sebagai profilaksis saat sesudah induksi dibandingkan saat selesai anestesi untuk mencegah PONV.
Deksametasone mempunyai waktu paruh 36-72 jam. Deksametason mempunyai efek yang sama pada
anak-anak dan dewasa.
![Page 4: PENATALAKSANAAN MUNTAH](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081719/557211cf497959fc0b8f8746/html5/thumbnails/4.jpg)
Dosis Deksametason 4 sampai 10mg untuk dewasa, dan 150цg/ KgBB untuk anak-anak.
Deksametason di metabolisme di hepar dan dieksresikan melalui ginjal. Deksametason mempunyai efek
samping seperti intoleransi glukosa, supressi adrenal, dan peningkatan infeksi. Dilaporkan juga belum
pernah terjadi efek samping pada pemberian Deksametason dengan dosis tunggal sebagai profilaksis
PONV.
Kombinasi Ondansetron dengan Deksametason
Kombinasi obat ini telah banyak dilaporkan sangat baik sebagai profilaksis PONV khususnya pada
pasien-pasien resiko tinggi untuk terjadinya PONV. Cara kerjanya ada 3 yakni :
a. Deksametason menurunkan level 5-hidroksitriptophan di jaringan saraf dengan menurunkan
precursor dari triptophan
b. Efek anti inflamasi dari deksametason dapat mencegah pelepasan serotonin di usus.
c. Deksametason dapat meningkatkan efek umum dari anti emetic dengan meningkatkan sensibilitas
dari reseptor.