PENATALAKSANAAN FISOTERAPI PADA KASUS KONTRAKTUR...
Transcript of PENATALAKSANAAN FISOTERAPI PADA KASUS KONTRAKTUR...
PENATA
1
ALAKSANA
1/3 DISTAL
Diajukan
M
AAN FISOT
L FIBULA S
L
Guna Melen
Menyelesaik
F
UNIVERS
TERAPI PA
SINISTRA D
LATIHAN D
D
RIKO TAN
J
NASKA
ngkapi Tuga
kan Program
JURUSA
FAKULTAS
ITAS MUH
ADA KASU
DENGAN M
DI RSUD SA
Disusun oleh:
NGGUH PR
J 100080025
AH PUBLIK
as-Tugas dan
Pendidikan
AN FISIOT
S ILMU KE
HAMMADIY
2014
US KONTRA
MODA LITA
ALATIGA
:
RADANA
KASI
n Memenuhi
Diploma III
ERAPI
SEHATAN
YAH SURA
AKTUR PO
AS IR DAN
i Syarat-syar
I Fisioterapi
N
AKARTA
OS OPERAS
TERAPI
ratUntuk
SI
ABSTRAKSI RIKO TANGGUH PRADANA J 100080025, PENATALAKSANAAN FISOTERAPI PADA KASUS KONTRAKTUR POS OPERASI 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN MODA LITAS IR DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA, JURUSAN FISIOTERAPI ,FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN,UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA, 2014, 52 HALAMAN
Tujuan dari penelitian ini Untuk meengetahui proses penatalaksanaan fisioterapi pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra dengan modalitas IR dan terapilatihandi RSUD Salatiga,
Berdasarkan pengukuran nyeri dengan menggunakan VDS di dapat data bahwa nyeri tekan dari T1=2 cm menjadi T6=2cm, nyeri gerak dari T1=1 cm menjadi T6=1cm, dan untuk nyeri diam tetap sama dari T1=1cm tetap menjadi T6=1cm. dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pelaksanan terapi yang telah dilaksanakan sudah dapat menurunkan rasa nyeri.
Berdasarkan hasil pengukuran LGS di dapat data bahwa gerak aktif dari T1: S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1250 F 430.00.190. untuk gerak pasif T1 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1230 - F 430.00.240
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dapat membantu mengurangi permasalahan yang timbul pada kasus kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra. Penanganan kontraktur post operasi 1/3 distal fibula sinistra ini akan lebih berhasil jika disertai kemauan dan semangat untuk sembuh. Dimana motivasi sangat berperan dalam proses penyembuhan, karena tanpa adanya kemauan dan keinginan untuk cepat sembuh, maka proses penyembuhan akan memakan waktu yang cukup lama. Apabila kemauan dan keinginan untuk sembuh ada di tambah penanganan dan terapi yang benar-benar tepat, maka hasil yang didapat akan maksimal. Kata Kunci: Kontraktur, Moda Litas IR ,Terapi Latihan
PENDAHULUAN
Kontraktur merupakan hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi
secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong,
otot dan kulit. Banyaknya kasus penderita yang mengalami kontraktur
dikarenakan kurangnya disiplin penderita sendiri untuk sedini mungkin
melakukan mobilisasi dan kurangnya pengetahuan tenaga medis untuk
memberikan terapi pengegahan, seperti perawatan luka, pencegahan infeksi,
proper positioning dan mencegah immobilisasi yang lama. Efek kontraktur
menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi dan gangguan
aktifitas kehidupan sehari-hari.
Modalitas yang digunakan oleh fisioterapi dalam upaya pemulihan dan
pengembalian kemampuan fungsional pada pasien dengan kasus kontraktur post
operasi 1/3 distal fibula sinistraadalah dengan modalitas IR dan terapi
latihan.Terapi latihan merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi
yang pelaksanaannya menggunakan latihan gerak pasif dan aktif (Kisner,
1996).Macam dari terapi latihan tersebut diantaranya (1) breathing exercise, (2)
posisioning (3) static contraction, (4) passive exercise, (5) active exercise, (6)
latihan jalan.Terapi latihan disini bermanfaat dalam mengurangi nyeri akibat
oedem dan luka incisi, mengurangi adanya pembengkakan, mempertahankan, dan
menambah atau memelihara luas gerak sehingga dengan latihan tersebut pasien
diharapkan bisa kembali beraktivitas seperti semula
PROSES FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
Sistematika pemeriksaan dan pengumpulan data yang diperlukan pada
kasus kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula sinistra adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapat informasi tentang
keadaan pasien. Anamnesis penting untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala dari
penyakit yang ditunjukkan pasien sehingga dapat memperkuat diagnosis medis.
Anamnesis berisi tentang identitas penderita dan hal-hal yang berkaitan dengan
keadaan penderita. Anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melakukan tanya jawab langsung dengan pasien sendiri (auto anamnesis) atau
tanya jawab dilakukan kepada orang lain yang dianggap mengetahui kondisi
penderita (hetero anamnesis).Anamnesis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Anamnesis umum
Pada anamnesis umum akan diperoleh data tentang identitas pasien antara
lain nama : Ny. Endang Astuti : 59 tahun, jenis kelamin : perempuan, agama :
islam, pekerjaan : ibu rumah tangga, dan alamat : Reksasari Rt 05,Rw 01.
b. Anamnesis khusus
Keterangan yang dapat diketahui tentang pasien pada anamnesis khusus
antara lain :
1) Keluhan utama
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang keluhan utama
yaitu pasien merasakan kaku di kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit
sekarang yaitu bulan november 2011, saat mau mendorong sepeda motor
pasien pasien terpeleset. Kemudian pasien langsung di bawa ke puskesmas
terdekat dari tempat tersebut tidak dilakukan tindakan pengobatan, hanya
dilakukan pemeriksaan seperlunya kemudian di rujuk di RSUD Salatiga
dan dilakukan operasi dan dilanjutkan tindakan fisioterap
3) Riwayat penyakit dahulu
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit
dahulu yaitu pasien belum pernah merasakan sakit yang dirasakan seperti
sekarang.
4) Riwayat penyakit penyerta
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit
penyerta yaitu bahwa pasien tidak mempunyai penyakit lain seperti yang
dirasakan sekarang, Hipertensi (+), Diebetes (+).
5) Riwayat pribadi
Informasi yang diperoleh dari anamnesis tentang riwayat penyakit
pribadi yaitu pasien merupakan ibu rumah tangga yang rajin. Setiap
harinya bekerja mengurus rumah seperti memasak, momomg cucu, dan
bersih-bersih rumah.
6) Anamnesis sistem
Merupakan anamnesis pada gejala-gejala yang muncul pada setiap
sistem tubuh dan berfungsi untuk melengkapi anamnesis diatas. Bagian
tubuh yang diperiksa antara lain :
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk melengkapi anamnesis dan yang termasuk
dalam pemeriksaan fisik pada kondisi kontraktur pos operasi 1/3 distal fibula
sinistra antara lain :
a. Vital sign
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan vital sign antara
lain tekanan darah : 140 / 80 mmHg, denyut nadi : 70x/menit,
pernafasan :26x/menit, tinggi badan : 155 cm, dan berat badan 57
kg.
b. Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat
dan mengamati. Dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan kaca pembesar. Inspeksi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu : saat pasien dalam keadaan diam (statik) dan bergerak
(dinamis). Dari inspeksi statis diperoleh data berupa tampak bekas
incisi di angkle bagian lateral kiri, posisi telapak kaki cenderung
inversi dan plantar flexi. Dari inspeksi dinamis diperoleh data
bahwa cara pasien tampak masih berhati-hati dalam berjalan.
c. Palpasi
Pemeriksaan dengan cara meraba, menekan, dan memegang
bagian tubuh pasien. Data yang diperoleh berupa suhu di daerah
cidera normal, bagian ekas incisi keras dan tebal.
3. Pemeriksaan gerak dasar
Merupakan pemeriksaan dengan cara pasien menggerakkan badannya.
Macam pemeriksaan gerak dasar pada kondisi kontraktur pos operasi 1/3
distal fibula sinistra antara lain :
a. Pemeriksaan gerak aktif
Pasien diminta mengerakkan secara aktif bahu kanannya.
Terapis memberikan aba-aba gerakan pada pasien dan
memperhatikannya. Dari pemeriksaan diketahui bahwa pasien dapat
menggerakkan kaki kanan dan kaki kiri full ROM pada gerakan
flexsi, extensi, abd, dan add, tidak full ROM pada bagian angkle
kakikanan dan ankle kaki kiri serta terdapat rasa nyeri yang ringan
pada plantar.
b. Pemeriksaan gerak pasif
Pasien dalam keadaan pasif dan rileks sedangkan pemeriksaan
dilakukan oleh terapis yang menggerakkan anggota badan pasien. Dari
pemeriksaan diketahui bahwa pasien dapat menggerakkan kaki kanan
dan kaki kiri full ROM dan fell secara flexsi, extensi, abd, dan add
dan pada angkle kaki kanan dan kaki kiri tidak full ROM dan fell
terdapat rasa nyeri yang ringan.
c. Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
Pasien dapat melaksanakan gerak aktif dan gerak pasif mampu
melawanan tahanan kecuali angkle kiri
4. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk memeriksa hal–hal yang
diperlukan sebagai informasi yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis
ataupun menyusun problematika, tujuan dan tindakan fisioterapi. Pada kasus
ini pemeriksaanya meliputi :
a. Pemeriksaan derajat nyeri
1) Pemeriksaan ini dengan menggunakkan VDS
Pengukuran derajat nyeri dengan cara menunjuk satu titik
pada scala nyeri (0-10cm). Satu jung menunjukan tidak nyeri
pada ujung lainnya menunjukkan nyeri hebat. Panjang garis
mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk
menunjukan besarnya nyeri.besarnya dalam satuan centimeter.
Pemeriksaan kaki kanan dan kaki kiri di dapatkan informasi :
Nyeri tekan : 2 , nyeri gerak : 1, nyeri diam : 1.
2) Pengukuran lingkup gerak sendi
Dalam pemeriksaan lingkup gerak sendi kaki kanan dan
kaki kiri ini di dapatkan data pasien mengalami kontraktur
angkle sebelah kiri, mengalami keterbatasan LGS.
3) Pemeriksaan kekuatan otot
Dari hasil pemeriksaan tentang nilai kekuatan otot dengan
keterbatasan Lingkup Gerak sendi (LGS) diperoleh informasi
B. Penatalaksanaan Fisioterapi
Dalam perencanaan program fisioterapi, modalitas yang digunakan
oleh penulis adalah Infra Red( IR), terapi manipulasi, dan terapi latihan untuk
mengatasi masalah yang timbul pada kasus kontraktur pos operasi 1/3 distal
fibula sinistra.
1. Infra Red (IR)
Pemberian Infra Red (IR) dalam terapi bertujuan untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan elastisitas jaringan. Adapun hal-
hal yang perlu dilakukan dalam penatalaksanaan Infra Red (IR) yaitu :
a) Persiapan alat
Perlu dipersiapkan alat serta pemeriksaan alat yang akan
digunakan, antara lain meliputi : kabelnya, jenis lampu besarnya watt.
b) Persiapan pasien
Pada pelaksanaannya posisi pasien tidur terlentang, rileks dan
senyaman mungkin. Daerah yang diobati harus bebas dari pakaian.
Perlu pemberitahuan mengenai panas yang dirasakan dari terapi infra
red yaitu rasa hangat. Bila ternyata ada rasa panas yang menyengat,
pasien diminta untuk segera memberitahukan fisioterapis.
c) Pelaksanaan terapi
Penyinaran dengan infra merah diusahakan tegak lurus dengan
daerah yang diobati dengan jarak lampu antara 45cm. Lamanya waktu
penyinaran antara + 15 menit. Setelah terapi selesai alat dirapikan
seperti semula.
2. Terapi latihan
a. Latihan gerak pasif
Terapis menggerakkan secara pasif kearah palmarfleksi,
dorsifleksi, deviasi ulnar, deviasi radial, fleksi-ekstensi persendian
1. Untuk gerakan palmarfleksi-dorsifleksi
Posisi pasien tiduran terlentang. Posisi terapis di samping
kiri pasien. Tangan terapis yang kanan memfiksasi pada
proximal sendi pergelangan kaki, tangan kiri terapis
memegang kaki pasien. Kemudian terapis menggerakkan
kearah palmarfleksi dan dorsifleksi.
Gerakan dilakukan sampai pasien merasakan nyeri
kemudian ditahan sampai hitungan keenam.
2. Untuk gerakan deviasi ulnar-deviasi radial
Posisi pasien tiduran terlentang, terapis di samping kiri
pasien. Tangan terapis yang kanan memfiksasi bagian
proksimal sendi pergelangan kaki pasien, tangan kiri terapis
memegang kaki pasien. Posisi kaki bawah pasien pronasi.
Kemudian terapis menggerakkan tangan pasien ke arah deviasi
ulnar dan deviasi radial. Terapis menggerakkan sampai batas
nyeri kemudian ditahan sampai hitungan ke enam.
3. Untuk gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari tangan
Posisi pasien tiduran terlentang, terapis di samping kiri
pasien. Sebelum dilakukan gerakan terlebih dahulu pada sendi
metacarpophalangeal dan interphalangeal diberikan traksi.
Kemudian terapis menggerakkanpegelangan kaki ke arah
fleksi dan ekstensi. Gerakan dilakukan sampai batas nyeri
kemudian ditahan sampai hitungan ke enam.
b. Latihan gerak aktif
Pasien menggerakkan secara aktif untuk gerakan
dorsifleksi, palmarfleksi, deviasi ulnar, deviasi radial, supinasi,
pronasi dan fleksi ekstensi jari-jari tangan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di RSUD Salatiga di poliklinik fisioterapi, waktu
pelaksanaan 15 Januari sampai 8 Februari 2010. Data penelitian diperoleh dari
data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan cara penukaran langsung
t
f
terhadap pa
fisioterapi
B. PEMBA
Setel
dari sebe
antropom
(LGS) de
yaitu:
1. Nyer
dari
T6=1
T6=1
yang
meny
pada
serta
terap
ringa
asien yang
AHASAN K
lah dilakuka
elum dan se
metri dengan
engan gonio
ri dengan VD
Dari grafik
T1=2 cm
1cm, dan un
1cm. dengan
g telah dilaks
Berkurangn
yebabkan pe
permukaan
adanya pen
pi latihan sa
an perlahan
skala VAS
ditunjang d
KASUS
an proses fis
esudah terap
midline, kek
ometer, dan
DS
E
k di atas dap
menjadi T6
ntuk nyeri d
n demikian d
sanakan suda
nya nyeri
emanasan su
n kulit. Hal i
ngangkatan s
angat memb
apat meran
00.51
1.52
T1 T2
W
Hasil pederaj
dengan diagn
sioterapi, pe
pi didapat h
kuatan otot d
kemampuan
GRAFIK
VALUASI
pat dilihat h
6=2cm, nye
diam tetap s
dapat kita si
ah dapat men
karena ef
uperficial de
ini akan me
sisa metabol
bantu mengu
gsang propi
2 T3 T4 T5
Waktu Terapi
engukuranat nyeri de
nose dokter
elaksanaan fi
hasilmeliput
dengan MM
n fungsional
K 4.1
NYERI
hasil sebaga
ri gerak da
sama dari T
impulkan ba
nurunkan ras
fek panas
engan kedal
emberikan ef
lism (Mardim
urangi nyer
ioceptor yan
5 T6
n penurunaengan VDS
r dan assess
fisioterapi da
ti nyeri den
MT, lingkup g
l dengan in
ai berikut : n
ari T1=1 cm
T1=1cm teta
ahwa pelaksa
sa nyeri.
yang diha
laman penet
fek rileksasi
man,1994).
ri karena ad
ng merupaka
an S
Nyeri Tekan
Nyeri Gerak
Nyeri Diam
sment dari
an evaluasi
ngan VDS,
gerak sendi
deks Katz,
nyeri tekan
m menjadi
ap menjadi
anan terapi
asilkan IR
trasi hanya
i pada otot
Sedangkan
da gerakan
an aktifitas
P
l
K
dari
tidak
2. Keku
Dari gr
Peningkatan
latihan dalam
KESIMPUL
A. Kesimp
Kon
secara
penyoko
Ber
bahwa n
menjadi
menjadi
terapi ya
Ber
T1: S 5
selaput affe
k sampai ke o
uatan otot de
PE
rafik dapat
n kekeuatan
m menguran
LAN
pulan
ntraktur ada
pasif maup
ong, otot dan
rdasarkan pe
nyeri tekan d
i T6=1cm,
i T6=1cm. d
ang telah dil
rdasarkan ha0.00.1230 - F
00.51
1.52
2.53
3.54
Nilai O
tot
Ha
erent berdiam
otak (Mardim
engan MMT
G
ENINGKATA
dilihat ada
otot ini kare
ngi nyeri (Ma
alah hilangny
pun aktif k
n kulit.
engukuran n
dari T1=2 cm
dan untuk
dengan dem
laksanakan s
asil penguku
F 430.00.240
T1 T2
asil Penguku
meter besar
man, 1994)
Gambar 4.1
AN KEKUA
anya pening
ena efek yan
ardiman, 199
ya atau kura
karena keter
nyeri dengan
m menjadi T
nyeri diam
ikian dapat
sudah dapat
uran LGS di
menjadi T6
T3 T4
Waktu Tera
ran Peningk
r yang menu
ATAN OTOT
gkatan keku
ng ditimbulk
94)
ang penuhny
rbatasan sen
n menggunak
T6=2cm, nye
m tetap sam
kita simpulk
menurunkan
dapat data b
6 : S 50.00.12
T5 T6
pi
katan Kekua
utup spinal
T
uatan otot p
kan oleh IR
ya lingkup g
ndi, fibrosi
kan VDS di
eri gerak dar
ma dari T1=
kan bahwa p
n rasa nyeri.
bahwa gerak
250 F 430.00
6
tan Otot
Hip
Flex
Ext
Abd
Add
Plan
gate nyeri
pada kaki.
dan terapi
gerak sendi
is jaringan
dapat data
ri T1=1 cm
=1cm tetap
pelaksanan
k aktif dari
.190. untuk
p
xsi
ensi
d
d
ntar
gerak pasif T1 : S 50.00.1230 - F 430.00.240 menjadi T6 : S 50.00.1230 - F
430.00.240
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
penggunaan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dapat membantu
mengurangi permasalahan yang timbul pada kasus kontraktur post operasi 1/3
distal fibula sinistra. Penanganan kontraktur post operasi 1/3 distal fibula
sinistra ini akan lebih berhasil jika disertai kemauan dan semangat untuk
sembuh. Dimana motivasi sangat berperan dalam proses penyembuhan,
karena tanpa adanya kemauan dan keinginan untuk cepat sembuh, maka
proses penyembuhan akan memakan waktu yang cukup lama. Apabila
kemauan dan keinginan untuk sembuh ada di tambah penanganan dan terapi
yang benar-benar tepat, maka hasil yang didapat akan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Apply.A.Gaham,(1996), Buku Ajar Orthopedic dan Kontraktur Sistem Apply, Alih Bahasa Edi Nugroho, Edisi Ketuju. Widya Medika,Jakarta.
Basmajian.(1982). Therapeutic Exercise United States Of American
Rehabilitation, William dan Wilkins. Baltimore USA. Bhon Stafleu Van Loghum. (1990). Pemeriksaan alat pengerak tubuh. Cetakan
Kedua. Houten. Belanda. Bloch, Bernard,(1978). Kontraktur dan Dislokasi. Yayasan Essentia Medica.
Yogyakarta.
Behrens F, (1988), External Fixation, Currents Orthopedi 2, New York. Chusid, J.G. (1993) Neurologi Korelatif dan Neurologi Functional.
GadjahMadaUniversity Press, Yogyakarta.
Corolla R, Robert, (1990), Human Anatomy and Physiologi, Mc Grow Hill Publising Company: New York.
Dorland. (1995). Kamus Kedokteran. Edisi 26. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Gardiner, M. Denna.(1996), The Principle of Exercise Therapy. Fourth Edition. Bel and Hyman. London.
Guyton, et Hall, (2006), Fisiologi Kedokteran,Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. htt://penjelajahwaktu.blogspot.com/2007/09/artikel-trauma-pada-kecelakaan-
lalu.html
J,N. Anton. (1996) Kapita Selekta Troumatologik dan Orthopedic, Edisi Ketiga.Penerbit buku kedokteran EGC.Jakarta Hal 35-37.
Kapanji, LA. (1997). The physiologi of the joint. Edition 5, Gruchill Livingtone,
Endinburg London, Melbourne and New York. Kisner, et.al.(1996). TherapeuticExercise Foundation and Techniques. Edisi 3.
F.A, Davis Company, Phyladelpia. HAL 339-412. Kotlle dalam Krusen, Frank, W.et.al.(1991), Hand Book at Physical medicine and
Rehabilitation.W.B. Sanders. Phyladelpia. Kotlle, et.al. (1996), Therapeutic Execise Foundations and Technigues, edisi
3.F.A, Davis Company, Phyladelpia. Kessler M. Radoph and Dalene Harling, (1983). Management of Comment
Musculoskeletal Disorder, Happer and Row Publisher, Philadelpia, London.
Lachman, F. F Masock, AJ, (1988), Soft Tissue Injuries In Sproot, Oxford
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A
Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Mardiman, Sri. dkk,(1998), Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi Komprehensip Pada Nyeri. Surakarta.
Maskun, (2006), Perkuliahan Rematologi,Catatan Kuliah Akfis UMS.
Meller, M. E. Allgwer, M, Schneider, R and Willeneger,H(1991), Manual of Internal Fixation, Edition 3. Sprinbge, Heidelber. New York.
Melzack and will: Diedit oleh Slamet Parjoto, (1996), Pelatihan Penatalaksanaan
Komprehensip Pada Nyeri. Surakarta.
Peare, Evelyn, C.(1993), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedic. Alih bahasa sri yuliana H. Cetakan ke-18, PT Gramedia, Jakarta, Hal 77-80.
Phillip.T.F. and Contreras, D.M (1990). Mojor Orthopaedic Surgery of Fracture
in Patients Who Have Multiple Injuries, Journal of Bone and Joint Surgery. New York.
Putz and Pabst, (2000), Atlas Anatomi Manusia,Edisi 2, Penerbir Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), (2002). Departemen Kesehatan RI, Cetakan
ke-5. Indonesia.
Syafudin, (1995). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Soejipto, (2008), Work Shop Update Management Of Pain, FIK UMS. Srell, Richard. S, (1996). Neuroanatomi Klinik, Edisi 2, Penerbit EGC, Jakarta.
Spalteholz, wenner and rudofl spanner, (1985). Atlas Anatomi Manusia, Edidisi 5,
Penerbit EGC, Jakarta.
Slamet Parjoto, (2006), Terapi Listrik Untuk Modalitas Nyeri, Penerbit IFI Semarang.
Wojo Wasito, S, (1992). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris Dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Cetakan ke-10 Hasta Bandung.
Wesner Kolle, (1995). Atlas dan buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta.
Widodo, (2008), Cermin Dunia Kedokteran, Ourora, 08,30. 23 Januari 2008.