PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN …eprints.uny.ac.id/52120/1/Puji Nur Hidayat.pdf · dan...
Transcript of PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN …eprints.uny.ac.id/52120/1/Puji Nur Hidayat.pdf · dan...
i
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
Puji Nur Hidayat
NIM 13108241079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
ii
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
Oleh:
Puji Nur Hidayat
NIM 13108241079
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penanaman karakter
peduli lingkungan pada program hidroponik dan (2) mengetahui nilai-nilai karakter
yang dihasilkan dari program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek
admin sekolah, guru pendamping, dan siswa kelas IV dan V yang ditentukan
dengan teknik purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dan analisis dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan komponen analisis data model interaktif Miles dan Huberman
(reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penanaman karakter peduli lingkungan
pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo dilakukan melalui tahap-tahap
yang ada pada program hidroponik dan telah menghasilkan nilai-nilai karakter
selain peduli lingkungan. Penanaman peduli lingkungan dilakukan melalui tahap
persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan
yang dilaksanakan secara sistematis. Adapun nilai-nilai karakter yang dihasilkan
selain peduli lingkungan adalah disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin
tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab yang muncul pada setiap tahapan program
hidroponik.
Kata kunci: penanaman, peduli lingkungan, hidroponik, sekolah dasar.
iii
THE INCULCATION OF ENVIRONMENTAL AWARENESS CHARACTER
THROUGH THE HYDROPONIC PROGRAM IN SD NEGERI
GEDONGKIWO
By:
Puji Nur Hidayat
NIM 13108241079
ABSTRACT
This research aims (1) to describe the inculcation of environmental
awareness characters through the hydroponic programme in SD Negeri
Gedongkiwo and (2) to know the result of character values from the hydroponic
programme.
This research used descriptive qualitative approach and the subjects were
school administrator, teachers, and also fourth and fifth graders. The data were
collected by using observation, interview, and documentation. The data analysis by
using reducting, displaying, and summarising the data. The data validity was tested
by using source dan technique triangulation.
The results of this research show that the inculcation of environmental
awareness characters through the hydroponic programme in SD Negeri
Gedongkiwo can be seen by the stages of the hydroponic programme and the result
of character values besides environmental awareness. The inculcation of
environmental awareness characters are done through several steps: preparation,
seedbeding and nursery, planting, maintaining, and harvesting are done by
systematically. The result of character values besides environmental awareness are
discipline, hard work, creativeness, independency, curiosity, social awareness, and
responsibility.
Keywords: inculcation, environmental awareness, hydroponic, elementary school.
iv
v
vi
vii
HALAMAN MOTTO
“Aku adalah aku. Bukan kamu, dia, atau mereka...”
(Penulis)
“Manusia berkarakter adalah manusia yang peduli terhadap lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial”
(Ngainun Naim)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT dan mengucap puji syukur atas karunia-
Nya, skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Alm. Bapak, Ibu, Mba Yuni, Mas Asep, Mas Amin, Mas Agus, dan teman-
temanku yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan motivasi dalam
penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Nusa, Bangsa, dan Agama.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas
Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Penanaman Karakter Peduli
Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo” dapat disusun
sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah
banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan
Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd selaku Ketua Penguji, Bapak Dr. Anwar
Senen, M.Pd selaku Sekretaris Penguji, dan Ibu Dr. Siti Irene Astuti
Dwiningrum, M.Si selaku Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi
perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.
3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama
proses penyusunan praproposal sampai dengan selesainya TAS ini.
4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang
memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.
5. Ibu Rumgayatri, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Gedongkiwo yang telah
memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi
ini.
6. Admin sekolah, guru pendamping, dan siswa SD Negeri Gedongkiwo yang
telah memberi bantuan dalam memperlancar pengambilan data selama proses
penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
7. Teman-teman PGSD UNY Kampus Bantul 2013 yang telah memberikan doa
dan semangat kepada penulis dalam penyusunan proposal skripsi.
x
8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan
Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain
yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 5 Juni 2017
Penulis,
Puji Nur Hidayat
NIM 13108241079
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 9
C. Fokus Masalah...................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
BAB II. LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan ................. 12
1. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... 12
2. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan .................... 15
3. Tujuan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan .......................... 17
4. Tahap-Tahap Perkembangan Karakter Peduli Lingkungan .......... 20
5. Perkembangan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di
Sekolah .......................................................................................... 25
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan .................................................................................... 29
B. Kajian Tentang Program Hidroponik ................................................ 31
1. Pengertian Hidroponik .................................................................. 31
2. Media Tanam Hidroponik ............................................................ 33
3. Teknik Menanam Hidroponik ...................................................... 38
4. Langkah-Langkah Hidroponik ..................................................... 40
C. Paradigma Penelitian ......................................................................... 44
D. Penelitian yang Relevan .................................................................... 46
E. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 49
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 50
xii
B. Jenis Penelitian .................................................................................. 50
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 51
1. Tempat Penelitian .......................................................................... 51
2. Waktu Penelitian .......................................................................... 51
D. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 51
1. Subjek Penelitian .......................................................................... 51
2. Objek Penelitian ........................................................................... 52
E. Sumber Data ....................................................................................... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 53
1. Observasi ...................................................................................... 54
2. Wawancara ................................................................................... 55
3. Analisis Dokumentasi ................................................................... 56
G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 57
1. Pedoman Observasi ...................................................................... 57
2. Pedoman Wawancara ................................................................... 59
3. Pedoman Analisis Dokumentasi ................................................... 61
H. Teknik Analisis Data ......................................................................... 63
1. Reduksi ......................................................................................... 64
2. Penyajian Data .............................................................................. 65
3. Kesimpulan-kesimpulan: penarikan/ verifikasi ............................ 65
I. Keabsahan Data ................................................................................. 65
1. Triangulasi Sumber ...................................................................... 66
2. Triangulasi Teknik ........................................................................ 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 67
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 69
C. Pembahasan Penelitian ....................................................................... 99
D. Temuan Penelitian ............................................................................ 124
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 126
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................... 127
B. Saran ................................................................................................. 127
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 129
LAMPIRAN ...................................................................................................... 132
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ................................................................. 58
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ............................................................... 59
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Analisis Dokumentasi .............................................. 61
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Bagan Paradigma Penelitian ............................................................. 46
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ................... 64
Gambar 3. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan ruang Kepala
Sekolah .............................................................................................. 70
Gambar 4. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan ruang guru ............ 70
Gambar 5. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V,
dan VI ............................................................................................... 74
Gambar 6. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang Kepala Sekolah ......... 74
Gambar 7. Media tanam kerikil, arang sekam, dan arang ...................................... 75
Gambar 8. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan ruang Kepala
Sekolah .............................................................................................. 76
Gambar 9. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan ruang kelas IV, V,
dan VI ............................................................................................... 76
Gambar 10. Wadah pembibitan berupa pot ............................................................ 77
Gambar 11. Wadah pembibitan berupa bagian leher dari botol plastik bekas ......... 77
Gambar 12. Lidah buaya, salah satu tanaman hidroponik di sekolah ...................... 77
Gambar 13. Proses penanaman hidroponik ............................................................ 81
Gambar 14. Instalasi hidroponik berupa paralon ................................................... 82
Gambar 15. Instalasi hidroponik berupa pot .......................................................... 82
Gambar 16. Siswa menyiram tanaman hidroponik ................................................ 83
Gambar 17. Siswa memberikan larutan nutrisi pada tanaman hidroponik .............. 85
Gambar 18. Siswa memetik daun yang layu pada tanaman hidroponik .................. 86
Gambar 19. Papan ajakan untuk membersihkan wc ............................................... 90
Gambar 20. Aktivitas siswa membersihkan lingkungan sekolah melalui Semutlis . 93
Gambar 21. Siswa sedang memperindah tanaman di depan ruang kelas ................. 94
Gambar 22. Lukisan pada pot berkaleng cat yang diletakan di depan ruang kelas .. 94
Gambar 23. Siswa sedang menyiram tanaman yang berada di depan kelas ............ 96
Gambar 24. Siswa sedang membuang sampah pada tempatnya ............................. 97
Gambar 25. Siswa sedang menyapu di depan ruang kelas ..................................... 97
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Lembar Observasi ......................................................................... 132
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Admin Sekolah ............... 133
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru Pendamping ........... 136
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Siswa .............................. 139
Lampiran 5. Daftar Pedoman Dokumentasi ...................................................... 142
Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 143
Lampiran 7. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Observasi ........ 145
Lampiran 8. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara
dengan Admin Sekolah ................................................................. 170
Lampiran 9. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara
dengan Guru Pendamping ............................................................ 181
Lampiran 10. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara
dengan Siswa ................................................................................ 199
Lampiran 11. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Dokumentasi ... 222
Lampiran 12. Penggunaan Uji Keabsahan Penelitian ......................................... 226
Lampiran 13. Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik ................................ 228
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 246
Lampiran 15. Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi, dan Tujuan
Sekolah ........................................................................................ 253
Lampiran 16. Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib
Lingkungan ................................................................................. 256
Lampiran 17. Surat Keputusan tentang Kegiatan Semutlis ................................ 259
Lampiran 18. Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada
Tempatnya ..................................................................................... 260
Lampiran 19. Surat Penelitian ............................................................................. 261
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia dalam permasalahan lingkungan yang cukup
memprihatinkan. Kerusakan lingkungan banyak sekali terjadi di sekitar kita seperti
penebangan pohon secara liar yang dilakukan oleh manusia. Penebangan pohon
secara liar tentu menimbulkan berbagai kerugian. Seperti kasus yang terjadi di
provinsi Kalimantan Timur, banyak masyarakat yang melakukan penebangan
pohon yang berada di pinggir jalan raya secara sembarangan sehingga merusak
pemandangan kota (sampit.prokal.co, 8 Oktober 2016). Penebangan ilegal tersebut
menimbulkan pemandangan kota menjadi tidak hijau karena masyarakat tidak
membersihkan sisa dari penebangan pohon. Selain itu juga banyak sampah-sampah
berserakan di jalan raya.
Kasus penebangan pohon secara liar tidak mencerminkan sikap kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Jika masyarakat dapat menjaga
lingkungan, mereka akan menyelamatkan diri dari berbagai bencana. Kasus
penebangan pohon di pinggir jalan seperti di Kalimantan Timur merupakan salah
satu contoh tindakan dari pencemaran lingkungan. Ratnasari (2015: 1) mengatakan
bahwa bahaya pencemaran lingkungan hidup di kota-kota Indonesia semakin hari
semakin serius. Jika dibiarkan begitu saja akan memberikan dampak yang
berbahaya untuk jangka panjang. Maka sudah sepantasnya pemerintah mengambil
langkah-langkah konkrit dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup.
2
Permasalahan pencemaran lingkungan sebenarnya tidak hanya dilakukan
oleh orang dewasa. Namun pencemaran lingkungan juga terjadi oleh para pelajar
khususnya mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pengamatan peneliti
yang dilakukan di sekolah pada bulan Agustus 2016 menunjukan bahwa masih ada
siswa yang membuang sampah secara sembarangan. Ada siswa yang membuang
bungkus makanan ke dalam laci meja, membuang ke dalam selokan yang terletak
di depan kelas, bahkan masih ada siswa yang sulit membedakan antara sampah
organik dengan anorganik sehingga sering keliru dalam menempatkan bungkus
sampah. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat seorang guru berinisial St yang
mengatakan bahwa dirinya sering melihat sampah berupa bungkus makanan pada
pot-pot dan sekeliling tanaman di depan kelas (wawancara, Agustus 2016).
Keadaan tersebut tentu menunjukan bahwa siswa kurang peduli terhadap
lingkungan sekolah.
Seorang murid kelas IV di SD Negeri Kalibanteng Kulon 01 bernama Df
justru sering melapor kepada guru-gurunya bahwa ia sering melihat teman-teman
membuang sampah secara sembarangan. Tindakan teman-teman yang tidak
menjaga kebersihan lingkungan membuat anak tersebut tidak nyaman dengan
sekitarnya. Kepala Sekolah mengatakan bahwa anak kelas IV tersebut sering
memarahi teman-teman jika mereka membuang sampah tidak pada tempatnya
(merdeka.com, 25 Oktober 2016). Keberanian anak tersebut dalam menegur teman-
temannya perlu diteladani oleh siswa yang lain apalagi untuk menjaga lingkungan
tetap bersih dan sehat.
3
Penggunaan sumber energi yang tidak hemat ternyata juga masih terjadi pada
lingkungan sekolah dasar. Hal tersebut pernah dijumpai oleh seorang wali murid
berinisial Hs yang menyatakan bahwa saat ada perkumpulan orang tua di sekolah,
dirinya sering melihat keadaan ruang kelas kosong tanpa aktivitas apapun namun
lampu dan AC masih menyala (tirto.id, 25 Oktober 2016). Hal itu menandakan
bahwa guru dan anak-anak kurang peduli terhadap lingkungan sekolah.
Penghematan sumber energi seperti menggunakan air dan listrik secukupnya akan
mengurangi permasalahan lingkungan yang semakin tahun semakin
memprihatinkan.
Penanaman karakter sejak dini sudah sepantasnya didapatkan oleh anak-anak.
Jika permasalahan-permasalahan di atas dibiarkan terjadi pada anak-anak, mereka
akan kurang peka terhadap lingkungan sehingga menimbulkan kebiasaan yang
buruk. Anak seharusnya memiliki karakter yang baik sehingga mampu
menampilkan perilaku yang baik pula. Anak adalah masa depan bangsa yang akan
memegang bangsanya disuatu saat nanti. Maka dari itu anak perlu memiliki
karakter yang baik dan ditanamkan sejak dini.
Pemerintah mewajibkan guru untuk menanamkan pendidikan karakter di
sekolah sebagai upaya memperbaiki sekaligus menanamkan karakter pada anak-
anak. Mu’in (2011: 323) menyatakan bahwa pendidikan karakter pertama kali
dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia yang saat itu adalah Susilo
Bambang Yudhoyono ketika memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tekad
pemerintah untuk mengembangkan pendidikan karakter melalui sekolah
dikarenakan siswa lebih mudah terpantau ketika menghabiskan waktunya di
4
sekolah. Pada sekolah memang akan diketahui karakter dari peserta didik. Selain
itu, pemerintah mengharapkan guru dapat menanamkan berbagai pendidikan
karakter yang disalurkan melalui pembelajaran dan kegiatan siswa. Hal tersebut
sejalan dengan Kemendiknas (2010: 1) bahwa pendidikan dianggap sebagai
alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru
bangsa yang lebih baik.
Karakter peduli lingkungan adalah salah satu nilai karakter yang perlu
ditanamkan pada anak-anak. Karakter tersebut lebih dikembangkan melalui suatu
sikap dan tindakan anak dalam mencegah kerusakan lingkungan sekitar dan cara
memperbaiknya. Menurut Kemendiknas (2010: 9-10), setidaknya ada 18 nilai
karakter bangsa yang perlu ditanamkan seperti: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4)
disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10)
semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat
atau komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17)
peduli sosial, dan 18) tanggung jawab. Kedelapan belas nilai karakter bangsa
tersebut diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran maupun kegiatan
siswa di sekolah. Maka dari itu guru memiliki tanggung jawab besar dalam
menanamkan pendidikan karakter termasuk kepedulian siswa terhadap lingkungan
sekitar.
Pemerintah sebenarnya telah menanamkan karakter melalui pendidikan
sebagai upaya melindungi lingkungan dan meningkatkan peduli lingkungan pada
anak. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
5
lingkungan hidup (peraturan.go.id, 3 Oktober 2009). Untuk melaksanakan
pendidikan lingkungan hidup, pemerintah menyelenggarakan Program Adiwiyata.
Program tersebut diselenggarakan oleh dua Kementerian yakni Kementerian
Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Sebagai wujud implementasinya, pemerintah akan memberikan suatu
penghargaan berupa penghargaan Adiwiyata. Penghargaan Adiwiyata ini
merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada
lembaga pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan
lingkungan hidup. Penghargaan tersebut diberikan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup Republik Indonesia dengan sasaran sekolah dasar/ madrasah ibdiyah,
sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas/
madrasah aliyah, dan sekolah menengah kejuruan.
Kementerian Lingkungan Hidup (2011: 2) menyebutkan bahwa tahun 2006
telah menerapkan program Adiwiyata di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah
model dengan melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang
Pendidikan Lingkungan Hidup. Semenjak tahun 2006 sampai 2011, sekolah yang
ikut berpartisipasi dalam program Adiwiyata baru mencapai 1.351 sekolah dari
251.415 sekolah (SD, SMP, SMA, SMK) Se-Indonesia. Dari banyaknya jumlah
sekolah tersebut, hanya 113 sekolah yang mendapatkan penghargaan Adiwiyata.
Persebaran dari sekolah yang mendapatkan penghargaan tersebut masih di pulau
Jawa, Bali, dan ibukota provinsi lainnya dengan pulau Jawa sebagai posisi
terbanyak.
6
Bentuk akhir dari program Adiwiyata di lembaga pendidikan adalah
diterapkannya sekolah Adiwiyata mandiri. Untuk mendapatkan penghargaan
Adiwiyata mandiri, sekolah harus mendapatkan penghargaan sebagai sekolah
Adiwiyata di tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi, dan terakhir di tingkat
nasional. Jika sudah dirasa memenuhi kriteria sebagai sekolah Adiwiyata nasional,
sekolah tersebut berhak melaksanakan Adiwiyata mandiri.
Ketidakmerataan pelaksanaan sekolah Adiwiyata di berbagai daerah
menyebabkan minimnya jumlah sekolah yang mendapatkan penghargaan sekolah
Adiwiyata di semua tingkat (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011: 3). Hal
tersebut disebabkan karena pedoman sekolah Adiwiyata dan tim Adiwiyata yang
sedikit serta belum tersebar luas. Selain itu Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata
juga diperbaiki sehingga pada tahun 2013 muncul Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2013. Pedoman Adiwiyata yang ada pada
peraturan terbaru itu jauh lebih rinci dibandingkan peraturan sebelumnya.
Pada bulan Februari 2016, Humas Pemerintah Kota Yogyakarta
menyelenggarakan Pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan menjadi Sekolah
Adiwiyata dalam rangka mewujudkan sekolah berpeduli dan berbudaya lingkungan
(jogjakota.go.id, 4 Februari 2016). Acara ini diikuti oleh 60 kepala sekolah SD atau
perwakilan di seluruh Kota Yogyakarta. Pada pembinaan tersebut, Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta melalui Humas Pemkot mengharap
agar sekolah-sekolah dapat menerima penghargaan sekolah Adiwiyata dari
pelaksanaan peduli lingkungan di sekolahnya. Bagi sekolah yang telah
7
mendapatkan penghargaan Adiwiyata, BLH mengharapkan sekolah dapat naik
penghargaan ke tingkat selanjutnya baik dari kota, provinsi, nasional, dan bahkan
menjadi sekolah Adiwiyata mandiri.
Pada tiga tahun yang lalu yakni tahun 2014 Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kota Yogyakarta, sebagai sebuah lembaga pemerintah memberikan penilaian
terhadap sekolah-sekolah mulai dari kategori SD, SMP hingga SMA yang berada
di wilayah kota Yogyakarta. SD Negeri Gedongkiwo mendapatkan penghargaan
terbaik 1, sedangkan SD Negeri Serayu mendapatkan penghargaan terbaik 2 yang
berada di lingkup UPT Wilayah Selatan (sdnserayuyogya.sch.id, 21 Februari 2015).
Penghargaan ini diberikan di tingkat Provinsi DIY. Maka dengan penghargaan
Adiwiyata tersebut, SD Negeri Gedongkiwo mendapat gelar sekolah Adiwiyata
provinsi dan berhak melanjutkan ke tingkat Nasional.
Untuk menuju Adiwiyata Nasional, sekolah meningkatkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan sekitar melalui program hidroponik. Menurut Dj, program
hidroponik adalah program yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan mengajak
siswa bercocok tanam agar mereka mencintai tanaman (wawancara, September
2016). Program hidroponik ini lebih difokuskan untuk siswa kelas IV dan V dan
telah dilaksanakan sejak bulan januari 2016. Pada pelaksanaannya, siswa tidak
hanya menanam namun mereka dilibatkan langsung dalam persiapan menanam
hingga merawat tanaman miliknya sendiri.
Berbeda dengan sekolah lain, bercocok tanam dengan hidroponik ini juga
dilakukan di SD Negeri Tanjungrejo 2 Malang dalam rangka memperingati Earth
Hour Malang. Namun pelaksanaan hidroponik ini hanya dilakukan sekali dan
8
sebagai aksi peduli siswa terhadap lingkungannya. Pada kegiatannya, para siswa
dipandu untuk membuat hidroponik melalui pipa paralon dan memanfaatkan botol
air mineral bekas (malangtimes.com, 13 September 2016). Sayangnya hidroponik
ini hanya dilakukan sekali dan tidak berkelanjutan seperti di SD Negeri
Gedongkiwo.
Sebenarnya SD Negeri Gedongkiwo memiliki halaman sekolah yang cukup
luas. Namun mengenai keberadaan media tanah di sekolah tersebut cukup sedikit.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Dj yang mengatakan bahwa SD Negeri
Gedongkiwo memiliki luas lahan sebesar 3013 m2 dengan luas bangunan 2207 m2,
halaman sekolah dengan luas 600 m2, dan kebun seluas 206 m2 (wawancara,
Agustus 2016). Dari area kebun tersebut ditanami berbagai tanaman sehingga
minim tanah. Pemilihan program hidroponik menjadi alternatif lain untuk
meningkatkan peduli lingkungan anak-anak seperti merawat tanaman yang mereka
miliki di sekolah tersebut. Tidak seperti tanaman lain yang harus ditanamnya secara
horisontal, namun hidroponik dapat ditanam secara vertikal (Alviani, 2015: 13).
Hal ini tentunya lebih efisien terhadap penggunaan media tanah sehingga cocok
pada lokasi yang minim tanah seperti di SD Negeri Gedongkiwo ini.
Berdasarkan observasi prapenelitian dan kondisi yang telah diuraikan di atas,
maka peneliti tertarik untuk mengetahui proses pelaksanaan program hidroponik
dalam menerapkan pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri
Gedongkiwo. Maka dari itu, peneliti mengangkat judul penelitian “Penanaman
Karakter Peduli Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD Negeri
Gedongkiwo”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Kerusakan lingkungan banyak terjadi di sekitar kita seperti penebangan pohon
secara ilegal atau tanpa ijin pemerintah setempat.
2. Anak-anak sekolah dasar banyak yang tidak membuang sampah pada
tempatnya.
3. Siswa sekolah dasar masih ada yang kurang hemat dalam menggunakan sumber
energi seperti air dan listrik.
4. Sekolah Adiwiyata perlu menciptakan inovasi baru terutama untuk
menanamkan karakter peduli lingkungan pada siswa.
5. Minimnya lahan tanah di lingkungan SD Negeri Gedongkiwo memerlukan
alternatif lain untuk bercocok tanam seperti hidroponik.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penanaman nilai-nilai karakter
peduli lingkungan yang ditanamkan pada program hidroponik di SD Negeri
Gedongkiwo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik di
SD Negeri Gedongkiwo?
10
2. Nilai-nilai karakter apa saja yang dihasilkan dari program hidroponik di SD
Negeri Gedongkiwo?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan penanaman karakter peduli lingkungan pada program
hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.
2. Mengetahui nilai-nilai karakter yang dihasilkan dari program hidroponik di SD
Negeri Gedongkiwo.
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembang
pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai implementasi pendidikan
karakter peduli lingkungan melalui program hidroponik di Sekolah Dasar.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan di sekolah tersebut tercermin melalui program hidroponik.
2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai
karakter peduli lingkungan dalam merumuskan program hidroponik.
11
b. Bagi Guru
1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan dalam program hidroponik di sekolah tersebut.
2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter
peduli lingkungan dalam program hidroponik.
c. Bagi Siswa
1) Memberi informasi bagi siswa tentang nilai-nilai karakter peduli lingkungan
yang ditanamkan oleh sekolah melalui program hidroponik.
2) Meningkatkan pembiasaan bertindak, bersikap, dan berucap sesuai dengan
nilai-nilai karakter peduli lingkungan yang baik.
12
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting pada kehidupan
manusia. Menurut Wiyani (2013: 105), melalui pendidikan seseorang dapat
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri, dan dapat
membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas, dan kreatif. Sebelum muncul
lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan dijalankan secara spontan dan
langsung dalam kehidupan sehari-hari yang diterapkan melalui keluarga. Sebagai
contoh, anak-anak nelayan secara langsung mempelajari kelautan dan perikanan
dengan cara terjun langsung mengikuti orang dewasa dalam menangkap ikan.
Begitu pula anak-anak petani, mereka belajar menanam padi dari orang tuanya.
Bersamaan dengan mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka juga belajar
tentang nilai dan norma yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap, dan bertindak (Wiyani,
2013: 70). Karakter memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai
kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Seseorang dapat dikatakan
memiliki karakter tidak baik jika ada seseorang yang berperilaku curang, pemarah,
suka berbohong, sedangkan orang berkarakter baik atau mulia dapat dicirikan
dengan perilaku suka menolong, jujur, bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
13
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berkualitas akhlaknya (Salirawati,
2012: 32). Semua komponen perlu dilibatkan dalam sekolah termasuk komponen-
komponen pendidikan seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, dan etos kerja seluruh warga di
lingkungan sekolah. Walaupun guru kelas sangat berperan terhadap kelas yang
diampunya, pendidikan karakter bukan berarti menjadi tanggung jawab sepenuhnya
oleh guru kelas yang bersangkutan.
Pada lingkungan sekolah, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran. Materi pembelajaran dapat ditanamkan berbagai karakter yang
mencerminkan nilai dan norma masyarakat serta dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Maka pendidikan karakter tidak hanya menekankan aspek kognitif anak
namun diimplementasikan melalui pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Wibowo (Yudistira, 2014 :8) mengemukakan bahwa prinsip pembelajaran
yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah adalah
mengusahakan agar peserta didik itu mengenal dan menerima nilai-nilai karakter
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
Prinsip-prinsip seperti mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian
akan menciptakan peserta didik berpikir melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat.
14
Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana
yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal mana yang
baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan
salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Lickona (2013: 74) yang
menyatakan bahwa pendidikan karakter menekankan tiga komponen seperti
pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan tindakan moral.
Pendidikan karakter yang baik tidak hanya melibatkan aspek pengetahuan, namun
juga merasakan dengan baik dan perilaku yang baik pula. Pendidikan karakter
menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan
dilakukan (Kemendiknas, 2011: 6). Kebiasaan tersebut akan tertanam pada
seseorang dan menjadi karakternya.
Pendidikan karakter menjadi sebuah istilah yang semakin hari semakin
mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Selain definisi di atas, Sternberg juga
mendefinisikan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good ccharacter)
berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23). Hal ini diperkuat dengan
pendapat Ratna Megawangi yang menyatakan bahwa pendidikan karakter
merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungannya
(Kesuma, 2011: 5).
15
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai pendidikan karakter, maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu cara untuk
membentuk kepribadian seseorang sehingga menjadi kebiasaan yang baik bagi
siswa. Kebiasaan tersebut dapat ditinjau melalui aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa.
2. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan terdiri dari dua kata, yaitu peduli dan lingkungan. Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1036), peduli berarti mengindahkan;
memperhatikan; menghiraukan. Lingkungan dapat diartikan sebagai daerah
(kawasan) yang termasuk di dalamnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
831). Peduli lingkungan berarti perhatian terhadap suatu daerah atau kawasan
tertentu.
Peduli lingkungan merupakan salah satu nilai karakter suatu bangsa yang
perlu dikembangkan. Kemendiknas (2010: 10) menyatakan bahwa peduli
lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Hal inilah yang menjadi pokok
pentingnya kepedulian terhadap lingkungan perlu ditanamkan pada anak sejak dini.
Menurut Burharudin (Yudistira, 2014 :10), kepedulian terhadap lingkungan
adalah keadaan psikologis seseorang berupa perhatian, kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kondisi pengelolaan lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan
biologis, maupun lingkungan sosial. Pengelolaan lingkungan tidak hanya sekedar
mengatur lingkungan sekitar, tetapi termasuk mengatur dan mengendalikan
16
berbagai kegiatan manusia . Hal ini diharapkan agar pengelolaan lingkungan dapat
berlangsung dan berdampak pada lingkungan sekitar.
Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis
lingkungan yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Pendidikan yang
disampaikan di lingkungan sekolah akan lebih efektif menyentuh dan melekat pada
diri peserta didik. Penanaman kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam
dan lingkungannya di sekolah dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar
yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup. Selain itu, sekolah juga dapat
menciptakan lingkungan yang asri dan tentunya ditunjang dengan fasilitas sekolah.
Pendidikan lingkungan hidup di lingkungan sekolah merupakan modal dasar bagi
pembentukan etika lingkungan pada lintas generasi (Mulyana, 2009: 175).
Pendidikan lingkungan hidup diperlukan untuk mengelola sumber daya alam secara
bijaksana. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan
generasi yang akan datang, maka diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
atau perilaku yang membuat sumber daya alam tetap dapat dimanfaatkan secara
lestari atau dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Naim (2012: 200) mengungkapkan bahwa peduli lingkungan menjadi nilai
yang penting untuk dikembangkan karena manusia berkarakter adalah manusia
yang peduli terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Manusia perlu menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tidak dapat terlepas
dari lingkungan sekitar dan mereka berkewajiban untuk melestarikan
lingkungannya. Jika mereka tidak menjaga lingkungan tetap asri, maka ancaman
bencana karena kerusakan lingkungan dapat terjadi.
17
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter
peduli lingkungan perlu diterapkan untuk melestarikan lingkungan sekitar dan
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan di waktu mendatang. Selain itu,
pendidikan karakter peduli lingkungan diterapkan untuk mencapai tujuan
pendidikan karakter.
3. Tujuan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Penyelenggaraan pendidikan karakter tentu memiliki tujuan yang ingin
dicapainya. Pendidikan karakter yang ditanamkan melalui pendidikan di sekolah
diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Nomor 20 tahun
2003 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pernyataan di atas sudah jelas bahwa adanya pendidikan karakter ini tidak
lain adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik dengan
karakter yang sesuai berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sternberg (Saptono, 2011: 24) menyatakan bahwa setidaknya ada empat alasan
mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu menjadikan dirinya sebagai
tempat terbaik dalam menerapkan pendidikan karakter. Keempat alasan tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Banyak keluarga yang tidak melaksanakan pendidikan karakter
b) Sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak
yang baik
18
c) Kecerdasan anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan
d) Karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas
tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya
sebagai seorang guru.
Dari keempat alasan itulah mengapa sekolah perlu menerapkan pendidikan
karakter. Penerapan pendidikan karakter di sekolah tentunya memiliki tujuan yang
baik. Menurut Kesuma (2011: 9) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter
di sekolah adalah sebagai berikut.
a) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting
dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
Tujuan pertama pendidikan karakter ini berfungsi untuk memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku
anak baik di sekolah maupun setelah lulus. Hal ini memiliki makna bahwa
pendidikan di sekolah bukan hanya berhubungan terhadap nilai, namun suatu proses
agar siswa memahami dan merefleksikan pentingnya mewujudkan nilai-nilai dalam
perilaku sehari-hari. Lulusan dari sekolah juga akan memiliki perilaku khas
sebagaimana nilai yang dijadikan rujukan dalam sekolah tersebut. Sebagai contoh,
jika sekolah menanamkan karakter peduli lingkungan, maka harapannya setelah
lulus dari sekolah tersebut siswa memiliki karakter mencintai lingkungan dan
menjaga lingkungannya dengan baik.
b) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai
yang dikembangkan oleh sekolah.
19
Tujuan kedua pendidikan karakter ini dengan mengoreksi perilaku siswa yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah. Tujuan ini
memiliki makna bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk
memperbaiki perilaku negatif anak untuk menjadi positif. Misalnya jika ada anak
yang masih memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan maka sebagai
pendidik perlu memperbaiki karakter siswa dengan berbagai kegiatan yang
menarik.
c) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab karakter bersama.
Tujuan ketiga pendidikan karakter ini bermakna bahwa karakter di sekolah
perlu dihubungkan dengan proses pendidikan yang terjadi di keluarga. Penanaman
pendidikan karakter tentu akan kurang maksimal jika hanya diterapkan di sekolah,
sedangkan orangtua di rumah tidak ikut serta dalam menanamkan karakter.
Pendidikan karakter yang berhasil adalah pendidikan karakter yang diterapkan baik
di rumah maupun di sekolah. Anak akan memiliki sikap yang mencerminkan nilai
dan norma kehidupan sehari-hari.
Narwanti (2011: 17) menjelaskan bahwa inti dari tujuan pendidikan karakter
adalah sebagai berikut.
Untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman
dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan karakter peduli lingkungan yakni untuk menciptakan karakter anak
sesuai dengan nilai dan norma kehidupan sehari-hari yang tercermin dengan sikap
20
anak dalam mencintai lingkungan dan melindungi lingkungan sekitar dari
kerusakan. Jika anak mendapatkan pendidikan karakter sejak dini sesuai tahap
perkembangan karakter, anak akan memiliki karakter yang baik sesuai nilai dan
norma kehidupan.
4. Tahap-Tahap Perkembangan Karakter Peduli Lingkungan
Lickona (2014: 72-87) menjabarkan bahwa karakter seseorang terbentuk dari
tiga bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan
perilaku moral. Berikut penjelasan masing-masing bagian beserta komponen
pembentuknya.
a. Pengetahuan Moral
1) Kesadaran moral
Anak-anak seringkali bertindak tanpa memikirkan apakah yang mereka
lakukan baik dan benar atau tidak. Mereka cenderung tidak mempertimbangkan
lebih jauh apa yang akan mereka lakukan. Padahal anak seharusnya mengetahui
bahwa tanggungjawab moral pertama mereka yaitu menggunakan akal pikiran
mereka untuk mempertimbangkan kapan suatu situasi membutuhkan penilaian
moral kemudian memikirkan dengan cermat apakah yang benar untuk tindakan
tersebut. Anak-anak juga perlu mendapatkan informasi tentang tindakan yang baik
dan benar dalam menjaga lingkungan sehingga mereka memiliki pengetahuan.
Maka dari itu diperlukan suatu upaya dalam memberikan informasi seperti melalui
pendidikan karakter peduli lingkungan dengan mengajarkan dan mendidik siswa
cara memastikan tindakan-tindakan yang benar yang menunjukkan peduli
21
lingkungan terlebih dahulu sebelum membuat pertimbangan untuk tindakan yang
seharusnya dilakukan oleh dirinya.
2) Pengetahuan nilai-nilai moral
Mengetahui nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam
berbagai situasi. Pendidikan karakter peduli lingkungan membantu anak-anak
dalam menerjemahkan nilai-nilai abstrak mengenai peduli lingkungan ke dalam
perilaku moral secara konkret yang kaitannya dengan aktivitas mereka.
3) Pengambilan perspektif
Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang
orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan
bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi dan merasa. Tujuan mendasar dari
pendidikan karakter seharusnya membantu siswa untuk merasakan dunia dari sudut
pandang orang lain. Jika mengambil perspektif, anak akan merasakan repson orang
lain terhadap keadaan lingkungan sekitar seperti kepeduliannya terhadap
lingkungan.
4) Penalaran moral
Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan
mengapa kita harus bermoral. Penalaran moral dalam hal peduli lingkungan berarti
anak mampu memahami mengapa manusia perlu peduli terhadap keadaan
lingkungan sekitar.
5) Pengambilan keputusan
Keterampilan mengambil keputusan berarti mampu memikirkan langkah
yang mungkin diambil saat menghadapi permasalahan moral. Jika dikaitkan dengan
22
peduli lingkungan, seseorang yang mampu mengambil keputusan dapat
menganalisa apa saja pilihan yang ada. Misalnya anak perlu mencuci tangan
sebelum makan atau tidak, apakah harus membuang sampah sembarangan atau di
tempat sampah, dan lain sebagainya. Selain itu, anak akan memikirkan konsekuensi
yang akan terjadi dari pilihan yang ada. Misalnya jika ia membuang sampah
sembarangan, anak dapat mendeteksi apa yang akan terjadi.
6) Memahami diri sendiri
Pemahaman terhadap diri sendiri sangat penting bagi pengembangan karakter
karena untuk menjadi orang yang berkarakter diperlukan kemampuan mengulas
perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Membangun pemahaman
diri berarti sadar terhadap kekuatan dan kelemahan karakter kita dan mengetahui
cara untuk memperbaikinya.
b. Perasaan Moral
1) Hati nurani
Hati nurani memiliki dua sisi yaitu sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi
kognitif menuntun kita dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi
emosional menjadikan merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar.
Banyak orang yang mengetahui hal yang benar tetapi merasa tidak berkewajiban
berbuat sesuai pengetahuannya. Seseorang yang memiliki hati nurani akan merasa
bersalah konstruktif apabila tidak melakukan apa yang dikatakan wajib oleh
hatinya.
23
2) Penghargaan diri
Seseorang yang memiliki penghargaan diri yang baik akan dapat menghargai
dirinya sendiri, sehingga menghormati dirinya sendiri pula. Penghargaan diri yang
baik akan membuat seseorang tidak bergantung pada pendapat orang lain. Jika anak
memperlakukan kehidupan dan pribadi sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka
termasuk menghargai seluruh jaringan kehidupan yang melarang kita menganiaya
hewan, bertindak peduli lingkungan dan ekosistem.
3) Empati
Empati adalah kemampuan mengenali dan merasakan keadaan yang dialami
orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Tugas
pendidik yaitu membangun empati yang digeneralisasikan yang mampu melihat
sampai ke balik perbedaan dan merespon pada sesama manusia.
4) Mencintai kebaikan
Mencintai kebaikan berarti memiliki ketertarikan murni yang tidak dibuat-
buat untuk melakukan kebaikan. Seseorang yang berkarakter peduli lingkungan
tidak hanya belajar membedakan antara yang baik dan buruk dalam bertindak
terhadap lingkungan, tetapi akan mencintai perbuatan peduli lingkungan dan
membenci perbuatan tidak peduli lingkungan. Jika seseorang mencintai
lingkungan, dia akan merasakan senang dalam melakukan kegiatan peduli
lingkungan.
5) Kontrol diri
Emosi dapat menghanyutkan akal, sehingga kontrol diri sangat penting. Kita
memang tidak ingin bersikap etis setiap saat, namun adanya kontrol diri akan
24
membantu kita untuk bersikap etis di saat kita sedang tidak menginginkannya.
Terkadang seseorang merasa ingin membuang sampah sembarangan, membiarkan
ruangan kotor, malas mencuci tangan, dan menebang pohon sembarangan. Namun
untuk mengendalikan hal-hal tersebut perlu kontrol diri yang kuat.
6) Kerendahan hati
Kerendahan hati merupakan bagian dari pemahaman diri, suatu bentuk
keterbukaan hati yang tulus terhadap kebenaran untuk memperbaiki kesalahan kita.
Kerendahan hati membantu kita mengatasi kesombongan dan melindungi dari
berbuat jahat. Perasaan rendah hati terhadap pencipta alam dan lingkungan
diharapkan mampu meredam kesombongan individu dan melindungi seseorang
untuk bertindak merusak lingkungan.
c. Tindakan Moral
1) Kompetensi
Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan
moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Seseorang yang memiliki kompetensi
moral peduli lingkungan akan memiliki kemampuan melaksanakan tindakan peduli
lingkungan, misalnya melaksanakan merawat tanaman, piket kelas, kerja bakti,
serta menghemat air dan sumber energi lainnya.
2) Kehendak
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal.
Selain itu, juga untuk melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh
dimensi moral. Kehendak dibutuhkan untuk mendahulukan kewajiban, bukan
kesenangan dan merupakan inti keberanian moral. Seseorang yang memiliki
25
kehendak untuk peduli terhadap lingkungan akan melakukan tindakan peduli
lingkungan karena ia sadar dan merasa berkewajiban menjaga lingkungan.
3) Kebiasaan
Kebiasaan merupakan faktor pembentuk moral. Seseorang yang sudah
terbiasa sering menentukan “pilihan yang benar” secara tidak sadar. Oleh karena
itu, dalam implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan anak-anak
membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun kebiasaan peduli lingkungan
serta banyak berlatih untuk menjadi orang yang peduli lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap
dalam perkembangan pendidikan karakter pendidikan lingkungan seseorang
terbentuk dari tiga bagian yang saling berkaitan yaitu pengetahuan moral, perasaan
moral, dan perilaku moral.
5. Pengembangan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah
Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan bahwa dalam perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, tenaga pendidik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan
diterapkan ke dalam kurikulum sekolah. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hasan
(Sukemi, 2012: 356) yang menegaskan bahwa strategi implementasi pendidikan
karakter dalam seting sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum oleh setiap sekolah. Penanaman karakter
peduli lingkungan pada peserta didik dapat dilaksanakan melalui pengembangan
sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran. Kemendiknas (2010: 15)
26
mengemukakan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa
dilaksanakan melalui:
a. Program Pengembangan Diri
Pada program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendididikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian dalam
kegiatan sehari-hari di sekolah melalui hal-hal berikut.
1) Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-
menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah merupakan implementasi
karakter peduli lingkungan. Kegiatan rutin sekolah bisa berupa kegiatan kebersihan
diri sendiri seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci tangan dengan
sabun setelah buang air, menggosok gigi, memotong rambut dan kuku secara
berkala dan mencuci rambut dengan shampo.
2) Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu
juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga pendidik yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus
dikoreksi pada saat itu juga. Kegiatan spontan yang dilakukan bisa berupa teguran
maupun nasehat.
3) Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan tenaga
pendidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang
baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.
27
Keteladanan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dengan memberikan contoh
perilaku yang mencerminkan perilaku peduli lingkungan. Bentuk keteladanan yang
dilakukan misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras,
bertutur kata sopan, serta merawat dan membersihkan lingkungan sekolah.
4) Pengkondisian
Pengkondisian merupakan usaha sekolah untuk mendukung penanaman dan
pelaksanaan karakter peduli lingkungan. Pengkondisian yang dilakukan oleh
sekolah diantaranya berupa penyediaan fasilitas kebersihan yang memadai,
penyediaan toilet yang bersih, tempat sampah yang diletakkan di tempat yang
strategis dan dilengkapi dengan pemisahan jenis sampah, penyediaan tempat cuci
tangan, tempat pembuangan sampah, serta taman dan kolam sekolah sebagai
cerminan dari sanitasi sekolah yang baik.
b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
Kemendiknas (2010: 18) menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dalam pengintegrasian dalam
mata pelajaran, tidak terkecuali pendidikan karakter peduli lingkungan.
Pengintegrasian pendidikan karakter peduli lingkungan dalam mata pelajaran dapat
dilakukan melalui hal-hal berikut ini.
1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Standar Isi (SI) untuk menentukan nilai pendidikan karakter peduli
lingkungan sudah tercakup didalamnya.
2) Memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator
untuk menentukan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang
dikembangkan.
3) Mencatumkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter peduli
lingkungan pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4) Mencantumkan kegiatan peduli lingkungan dalam mata pelajaran muatan
lokal sekolah.
28
5) Mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, sehingga peserta didik
dapat secara langsung mempraktikan nilai atau perilaku peduli lingkungan.
6) Menyelenggarakan lomba kebersihan lingkungan antar kelas pada event-
event tertentu.
7) Pemberian penghargaan kepada sisiwa yang peduli lingkungan.
c. Budaya Sekolah
Kemendiknas (2010: 19) menyatakan bahwa budaya sekolah adalah suasana
kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala
sekolah, guru, dan warga sekolah yang lain. Wibowo (2012: 93) juga mengutarakan
bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap,
perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku,
maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Budaya sekolah dapat
membantu sekolah untuk menanamkan karakter peduli lingkungan melalui
pembiasaan-pembiasaan berperilaku peduli terhadap lingkungan. Marijan (2012:
257-258) menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter
dengan strategi sebagai berikut.
1) Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku
yang dibiasakan.
2) Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk
mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik.
3) Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan
karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi
melakukan aksi berkarakter baik.
4) Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananya praktik pembiasaan
bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan menerapkan
reward dan sanksi yang tegas.
5) Kepala sekolah, guru dan segenap tenaga kependidikan senantiasa
memberikan tauladan sebagai kiblat peserta didik dalam bertindak pada rel
pendidikan karakter.
Berdasarkan landasan teori, budaya sekolah merupakan usaha sekolah untuk
membudayakan berperilaku yang mencerminkan peduli lingkungan melalui
29
program-program yang disusun sekolah, memberi motivasi berupa pujian dan
hukuman, serta dengan memberi ruang dan fasilitas untuk mengimplementasikan
nilai karakter peduli lingkungan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan pendidikan karakter peduli lingkungan di
sekolah dapat diimplementasikan melalui program pengembangan diri,
pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah.
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Pelaksanaan pendidikan karakter sebagai suatu program memerlukan
indikator sebagai tolok ukur keberhasilan. Kemendiknas telah menetapkan
indikator untuk mengetahui bahwa suatu sekolah telah melaksanakan proses
pendidikan yang mengembangkan budaya dan karakter. Kedua indikator itu adalah
indikator sekolah dan kelas serta indikator mata pelajaran. Indikator sekolah dan
kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia
sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai
lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010:
23).
Indikator tersebut berkaitan dengan kegiatan sekolah yang telah
diprogramkan dan kegiatan rutin sekolah disetiap hari. Indikator mata pelajaran
menggambarkan perilaku afektif siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran.
Indikator tersebut dirumuskan dalam bentuk perilaku siswa di kelas dan dan
lingkungan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika siswa
melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan siswa, jawaban yang
30
diberikan oleh siswa terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan siswa dalam
laporan dan pekerjaan rumah.
Berdasarkan kedua indikator di atas, maka indikator dari Kemendiknas yang
berkaitan dalam penelitian ini adalah indikator sekolah dan kelas yang berhubungan
dengan penerapan suatu program di sekolah. Adapun indikator sekolah untuk nilai
peduli lingkungan (Kemendiknas, 2010: 29) adalah sebagai berikut:
1) pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah,
2) tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan,
3) menyediakan kamar mandi dan air bersih,
4) pembiasaan hemat energi,
5) membuat biopori di area sekolah,
6) membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik,
7) melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik,
8) penugasan pembuatan kompos dari sampah organik,
9) penanganan limbah hasil praktik,
10) menyediakan peralatan kebersihan,
11) membuat tandon penyimpanan air, dan
12) memrogramkan cinta bersih lingkungan.
Sementara itu, indikator kelas untuk nilai peduli lingkungan (Kemendiknas,
2010: 29) adalah sebagai berikut:
1) memelihara lingkungan kelas,
2) tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas,
3) pembiasaan hemat energi, dan
4) memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada
setiap ruangan apabila selesai digunakan.
Penanaman karakter peduli lingkungan yang dilakukan oleh sekolah perlu
disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Setiap jenjang pendidikan tentunya
memiliki indikator yang berbeda dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
peserta didik. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, perkembangan peserta didik
dibagi menjadi dua yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari
kelas 1, 2, dan 3, sedangkan kelas tinggi terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Adapun
31
indikator yang harus dicapai dalam penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan (Daryanto dan Darmiatun, 2013 : 150 ) pada kelas rendah adalah
sebagai berikut:
1) buang air besar dan kecil di wc,
2) membuang sampah di tempatnya,
3) membersihkan halaman sekolah,
4) tidak memetik bunga di taman sekolah,
5) tidak menginjak rumput di taman sekolah, dan
6) menjaga kebersihan rumah.
Indikator yang harus dicapai dalam penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan pada kelas tinggi adalah sebagai berikut:
1) membersihkan wc,
2) membersihkan tempat sampah,
3) membersihkan lingkungan sekolah,
4) memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman,
5) ikut memelihara taman di halaman sekolah, dan
6) ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan.
B. Kajian Tentang Implementasi Program Hidroponik
1. Pengertian Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata hydro dan
phonos (Sani, 2015: 2). Kata hydro memiliki arti air, sedangkan kata phonos
memiliki arti kerja. Maka dapat dikatakan bahwa hidroponik berarti bekerja dengan
air atau bercocok tanam dengan memanfaatkan kerja air. Penggunaan air dalam
bercocok tanam ini lebih dominan dibandingkan penggunaan tanah. Maka dapat
dikatakan bahwa dalam budidaya tanaman, orang tidak terlalu mengandalkan
keberadaan tanah.
Menurut Alviani (2015: 8), hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa
menggunakan tanah, namun memanfaatkan air dan menekankan pada pemenuhan
32
kebutuhan nutrisi. Meskipun menggunakan air, bukan berarti hidroponik
membutuhkan air yang banyak dibandingkan dengan media tanah. Maka
hidroponik dapat diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Wibowo ( 2015: 14) yang menyatakan bahwa
hidroponik menggunakan air secara efisien, sedangkan tanah membutuhkan air
yang cukup banyak. Hidroponik sangat cocok diterapkan pada cuaca yang cukup
ekstrem bahkan pada daerah yang terbatas air.
Menurut Arifin (2016: 13), hidroponik adalah solusi bertanam tanpa tanah
secara praktis di lahan sempit. Meskipun bercocok tanam identik dengan
pengolahan lahan, namun bukan berarti hidroponik selalu mengandalkan lahan
yang luas. Kegiatan dengan pengolahan lahan umumnya dapat dilakukan ketika
musim hujan. Pada saat itu, tanah akan menjadi lebih gembur sehingga mudah
diolah. Namun sebaliknya, kebutuhan air pada musim kemarau sulit untuk
dipenuhi. Seiring bertambahnya waktu, lahan untuk bercocok tanampun semakin
berkurang. Banyak pembangunan gedung dan perumahan sehingga menimbulkan
keberadaan tanah menjadi semakin sempit. Maka dengan hidroponik ini,
masyarakat tetap bisa bercocok tanam meskipun luas lahannya terbatas.
Bercocok tanam dengan hidroponik memang tidak menggunakan tanah,
namun ada unsur pengganti tanah yang harus diketahui oleh penanam. Alviani
(2015: 17) menyatakan bahwa ada empat unsur pengganti tanah yang perlu
diketahui, yakni unsur hara, media tanam, oksigen, dan air. Keempat unsur ini
sangat diperlukan dalam menanam sehingga menghasilkan kualitas yang baik.
33
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
hidroponik adalah suatu alternatif yang dapat dilakukan dalam kegiatan bercocok
tanam yakni dengan cara memanfaatkan air dibandingkan dengan penggunaan
media tanah. Meskipun tanpa tanah, penanam harus menggantinya dengan unsur-
unsur hidroponik. Bercocok tanam ini dapat dilakukan di lahan sempit sehingga
tidak bergantung pada lahan tanah yang luas.
2. Media Tanam Hidroponik
Seorang penanam perlu mengetahui media tanam yang sesuai dalam bercocok
tanam hidroponik. Hal ini perlu diketahui agar penanam tidak salah dalam memilih
media yang digunakan. Sani (2015: 40) menambahkan bahwa media tanam sangat
dibutuhkan dalam hidroponik terutama sebagai pengganti tanah. Maka dari itu,
penanam perlu mengetahui macam-macam media tanam sehingga mereka dapat
memilih media pengganti tanah.
Alviani ( 2015: 19) menyatakan bahwa pemilihan media taman hidroponik
yang baik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanam.
Ketika seseorang menggunakan media tanam, orang perlu memerhatikan aspek-
aspek seperti keberadaan air, zat hara, dan oksigen. Tentunya media tanam juga
jangan sampai mengandung zat beracun yang bisa membahayakan tanaman.
Ada banyak macam media tanam hidroponik yang dapat digunakan sebagai
pengganti tanah. Berikut ini adalah macam-macam media tanam hidroponik.
a. Rockwool
Menurut Sani (2015: 41) menyatakan bahwa rockwool adalah media tanam
anorganik yang menyerupai busa, memiliki serabut-serabut halus, dan bobotnya
34
sangat ringan. Pada literatur lain seperti Arifin (2016: 28) disebutkan bahwa
rockwool terbuat dari batu basalt yang dipanaskan hingga mencair, kemudian cairan
tersebut diputar seperti pembuatan arum manis. Selama pemutaran itu, batu basalt
yang cair perlahan akan berubah menjadi benang-benang halus. Hasil tersebut
dipadatkan sehingga membentuk kain wool yang terbuat dari rock. Melalui kain
wool itulah tanaman hidroponik akan tumbuh. Apalagi rockwool memiliki
kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah baik untuk mendukung
perkembangan akar tanaman (Alviani, 2015: 22). Maka dari itu, rockwool sangat
cocok jika digunakan sebagai pengganti tanah terutama dalam menyerap air pada
tanaman hidroponik.
b. Spons
Spons adalah salah satu media yang tidak asing ditelinga masyarakat.
Biasanya masyarakat menggunakan spons untuk membersihkan sesuatu seperti
mencuci piring, membersihkan kaca, atau lainnya. Menurut Alviani (2015: 21), jika
spons dibiarkan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari maupun air hujan
secara terus-menerus, maka akan tumbuh lumut atau semacam rumput. Maka dapat
dikatakan bahwa spons juga dapat digunakan sebagai pengganti tanah terutama
dalam hidroponik. Apalagi dengan menggunakan spons, maka hasil dari tanaman
hidroponik akan lebih bagus dari bercocok tanam lainnya (Wibowo, 2015: 29). Hal
ini dikarenakan spons mampu menahan air dalam 2 minggu dan tahan terhadap
pertumbuhan jamur.
35
c. Cocopeat atau Coir
Cocopeat adalah media tanam hidroponik yang bersifat organik (Sani, 2015:
42). Cocopeat ini termasuk media tanam yang terbuat dari organisme seperti
tanaman. Hal ini diperkuat oleh Wibowo (2015: 33) bahwa cocopeat atau coir
biasanya diperoleh dari pengolahan limbah sabut kelapa dan sangat baik untuk
menyemai biji calon tumbuhan. Penggunaan coir lebih cocok digunakan pada
tempat yang memiliki curah hujan rendah. Hal ini dikarenakan sabut kelapa mudah
lapuk jika mendapatkan air yang berlebihan. Selain itu, tanaman juga cepat
membusuk dan mudah terserang penyakit tanaman. Kekuatan media tanam yang
mampu menyimpan air dengan kuat dan mengandung unsur hara yang tinggi ini
dapat dijadikan sebagai media tanam hidroponik.
d. Arang Sekam
Arang sekam adalah salah satu jenis arang yang berasal dari sekam atau kulit
padi yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna (Alviani, 2015: 20). Warna
hitam pada arang sekam ternyata dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif.
Selain itu juga dapat menghilangkan pengaruh penyakit, khususnya bakteri dan
gulma. Arang sekam mudah diperoleh dan memiliki harga yang ekonomis. Arang
sekam biasanya akan dicampur dengan cocopeat ketika dipakai sebagai media
tanam hidroponik (Sani, 2015: 43).
e. Perlite
Menurut Sani (2015: 43), perlite merupakan media tanam yang cukup baik
dalam daya serap air dan terbuat dari batuan silica yang dipanaskan pada suhu
tinggi. Kandungan air yang tinggi itulah yang akan mempercepat pertumbuhan
36
tanaman. Media ini sangat cocok digunakan untuk pertumbuhan tanaman dari
bijinya (Wibowo, 2015: 35). Maka dari itu perlite dapat digunakan sebagai media
pengganti tanah dalam hidroponik.
f. Hydroton
Hydroton merupakan media tanam yang terbuat dari bahan dasar tanah liat
yang dipanaskan dan dibentuk bulatan-bulatan kecil (Sani, 2015: 44). Pada teori
lain disebutkan bahwa istilah hydroton disebut dengan expanded clay. Alviani
(2015: 21) menyatakan jika expanded clay merupakan jenis tanah yang memiliki
kandungan mineral yang tinggi dan dapat menyimpan kandungan air yang baik.
Berdasarkan keunggulan tersebut, maka hydroton dapat menjadi media tanam
hidroponik terutama sebagai pengganti tanah.
g. Vermiculite
Sama seperti perlite, vermiculite juga berbahan dasar batuan yang dipanaskan
dengan suhu tinggi (Wibowo, 2015: 35). Namun vermiculite memiliki daya serap
air yang lebih tinggi dan bobot yang lebih berat dibandingkan perlite. Alviani
(2015: 25) menambahkan bahwa vermiculite dapat dicampur dengan perlite untuk
hasil tanaman yang lebih bagus. Kandungan serap air yang tinggi itulah vermiculite
dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik terutama pengganti tanah.
h. Pumice atau Batu Apung
Menurut Alviani (2015: 23), pumice atau yang lebih dikenal dengan batu
apung merupakan salah satu jenis batuan yang berasal dari batuan basalt. Batuan
tersebut biasanya ditemukan di sekitar pantai. Batuan basalt ini berasal dari letusan
37
gunung berapi beratus tahun sebelumnya (Wibowo, 2015: 35). Batuan ini dapat
digunakan sebagai media tanam hidroponik karena dapat menyerap air dengan baik.
i. Pasir
Pasir merupakan salah satu jenis media tanam yang dapat ditemukan dengan
mudah. Menurut Alviani (2015: 26), pasir dapat meningkatkan sistem aerasi dan
drainase air. Sifat pasir yang dapat menahan air dan akan menahan larutan nutrisi
untuk tanaman ini dapat menjadi media tanam yang cocok sebagai pengganti tanah.
Puput Alviani menambahkan bahwa media tanam ini sangat cocok digunakan untuk
budidaya hidroponik di daerah pantai dan pegunungan.
j. Kerikil
Kerikil atau pecahan batu yang mudah ditemukan di sekitar rumah ini
ternyata juga dapat digunakan sebagai media tanam pada hidroponik. Namun
tanaman yang dapat ditanam dengan media kerikil hanya tanaman yang tahan
terhadap air (Alviani, 2015: 24). Penggunaan kerikil ini sangat efektif untuk
membantu peredaran unsur hara ke tanaman dan menekan pertumbuhan akar yang
berlebihan. Maka dari itu kerikil dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik.
k. Serbuk Kayu
Menurut Alviani (2015: 27), serbuk kayu dapat digunakan sebagai media
tanam hidroponik. Serbuk kayu biasanya digunakan untuk tanaman yang
memerlukan kelembaban yang tinggi. Biasanya tanaman yang mudah tumbuh pada
serbuk kayu adalah jamur.
38
3. Teknik Menanam Hidroponik
Alviani (2015: 33-47) menyatakan bahwa teknik yang digunakan dalam
menanam hidroponik adalah sebagai berikut.
a. Nutrient Film Technique (NFT)
Nutrient Film Technique (NFT) adalah suatu cara budidaya hidroponik
dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi
dengan tujuan tanaman mendapatkan air, nutrisi, dan oksigen yang cukup. Tanaman
akan tumbuh dengan posisi akar terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang
disirkulasikan secara terus menerus menggunakan bantuan pompa.
b. Floating Hydroponic System (Teknik Rakit Apung)
Floating Hydroponic System atau disebut juga dengan teknik rakit apung
adalah salah satu teknik dalam hidroponik yang paling sederhana. Penanaman
hidroponik dilakukan dengan meletakkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung di atas permukaan larutan nutrisi. Larutan tersebut diletakan pada dasar
styrofoam yang berbentuk seperti bak air. Berbeda dengan teknik NFT, larutan
nutrisi dalam teknik ini tidak disirkulasikan sehingga air yang digunakan tetap
sama.
c. Wick System (Teknik Sumbu)
Teknik sumbu merupakan teknik hidroponik yang menggunakan peralatan
sumbu antara nutrisi dan media tanam. Cara seperti ini mirip seperti cara kerja
kompor tradisional, dimana sumbu berfungsi sebagai penyerap larutan dalam media
tersebut. Ada yang berbeda dengan teknik lainnya, yakni akar tanaman tidak
39
dicelupkan langsung ke dalam air namun dibiarkan tumbuh dalam beberapa bahan
penahan air seperti rockwool atau sabut kelapa.
d. Sistem Penanaman Aeroponik
Pada teknik aeroponik, larutan nutrisi akan disemprotkan melalui akar
tanaman. Kebutuhan air yang berisi larutan hara akan disemburkan dalam bentuk
kabut sehingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam secara
menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan nutrisi akan
disemprotkan melalui irigasi sprinkler.
e. Fertigasi Hidroponik
Fertigasi merupakan singkatan dari fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. Pada
teknik ini, proses pemupukan akan dilakukan secara bersamaan dengan
penyiraman.
Berbeda dengan pendapat di atas, menurut Savage (Arifin, 2016: 20), teknik
yang digunakan menanam dalam hidroponik dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Hidroponik sistem terbuka yakni dilakukan dengan
teknik pengairan larutan nutrisi yang hanya sekali pakai. Air larutan nutrisi akan
dibuang setelah dipakai untuk mengairi tanaman. Salah satu contoh hidroponik
dengan sistem terbuka adalah drip irrigation. Sistem ini biasanya dipakai untuk
tanaman sayuran buah seperti paprika, tomat, terong, dan cabai.
Arifin (2016: 20) mengatakan bahwa drip irrigation merupakan sistem
pengairan tanaman hidroponik yang diaplikasikan dengan cara tetes. Cara tersebut
juga biasa disebut sebagai irigasi tetes. Prinsip kerja dari sistem ini yakni dengan
mengalirkan larutan nutrisi hingga media tanam basah dan meresap ke akar
40
tanaman, lalu larutan yang berlebih akan terbuang. Jika menggunakan sistem irigasi
tetes ini, air larutan nutrisi akan menetes sesuai kebutuhan tanaman. Tetesan
tersebut diatur agar jatuh tepat di perakaran tanaman.
Hal yang membedakan antara sistem terbuka dengan sistem tertutup adalah
aliran larutan nutrisi yang digunakan. Jika dalam sistem terbuka aliran larutan yang
berlebih akan terbuang, sedangkan dalam sistem tertutup air yang berlebih akan
digunakan kembali untuk menyirami tanaman. Arifin (2016: 23) menambahkan
bahwa pemanfaatan larutan nutrisi dalam sistem tertutup yang dilakukan secara
berulang kali ini disebut juga sebagai cara resirkulasi. Adapun teknik tertutup dalam
hidroponik diantaranya adalah Nutrient Film Technique (NFT), wick system, dan
floating system atau teknik rakit apung.
4. Langkah-Langkah Hidroponik
Menanam tanaman hidroponik sangat berbeda dengan cara menanam
tanaman yang biasa. Maka dari itu, hidroponik memiliki langkah-langkah tersendiri
dalam menerapkannya. Menurut Prihmantoro (1996: 6), langkah-langkah dalam
bercocok tanam melalui hidroponik adalah sebagai berikut.
a. Persiapan
Pada langkah pertama ini, Prihmantoro (1996: 6) menyatakan bahwa
penanam akan menentukan waktu yang tersedia, lokasi yang akan digunakan untuk
menanam, media tanam, teknik yang digunakan, dan wadah yang dipakai untuk
pembibitan. Tidak hanya itu saja, Hendra (2015: 82) menambahkan bahwa dalam
tahap persiapan ini penanam juga harus melakukan pemilihan benih dari jenis
sayuran. Berbagai sayuran dapat ditanam dengan cara hidroponik. Beberapa jenis
41
sayuran yang direkomendasikan untuk ditanam secara hidroponik menurut Hendra
(2015: 82) diantaranya selada, sawi, tomat, kangkung, paprika, dan mentimun.
b. Persemaian dan Pembibitan
Pada langkah kedua ini, penanam akan melakukan proses persemaian terlebih
dahulu. Tanaman hidroponik perlu disemai agar pertumbuhannya dapat dikontrol
dan seragam. Prihmantoro (1996: 37) menyatakan bahwa persemaian dilakukan
dengan merendam benih terlebih dahulu. Benih yang disemai nantinya akan
berkecambah dan mengeluarkan daun yang kemudian disebut sebagai bibit. Bibit
dikatakan baik bila kondisi tanaman sehat dan pertumbuhannya seragam.
Persemaian dapat dilakukan dengan merendam benih di dalam air hangat kuku
selama 2 sampai 3 jam (Setyoadji, 2015: 70). Setelah direndam, pembibitan
dilakukan dengan cara benih yang telah menjadi bibit ditanam ke wadah yang berisi
media tanam. Adapun wadah yang dapat digunakan untuk media tanam berupa pot
kecil, botol, dan gelas air mineral bekas. Jika menggunakan botol atau gelas air
mineral bekas, maka sisi-sisinya dilubangi menggunakan solder listrik atau alat
pelubang lainnya (Alviani, 2015: 57).
c. Penanaman
Menurut Prihmantoro (1996: 57), penanaman dilakukan setelah bibit tanaman
berusia sekitar 2 sampai 3 minggu atau memiliki daun muda. Penanaman ini
dilakukan dengan cara memindahkan media tanam yang telah berisi bibit ke
instalasi yang lebih luas. Adapun instalasi yang dapat digunakan adalah kotak
sytrofoam, botol air mineral berukuran besar, dan pipa PVC (Alviani, 2015: 36).
Hendra (2015: 90) menambahkan bahwa pemindahan tanam ke instalasi ini
42
disesuaikan dengan teknik yang akan digunakan. Untuk itu, penanam perlu
memahami teknik apa yang akan digunakan untuk praktik hidroponik. Maka dapat
dikatakan bahwa pada tahap penanaman ini, penanam hanya memindahkan bibit ke
instalasi hidroponik yang lebih luas sesuai dengan teknik hidroponik yang
digunakan.
d. Pemeliharaan
Tahap selanjutnya adalah tahap pemeliharaan. Tahap pemeliharaan yang
dilakukan meliputi penyiraman dan pemupukan (Prihmantoro, 1996: 60).
Penyiraman dapat dilakukan dua kali dalam sehari dengan menggunakan air.
Sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik sepenuhnya mengandalkan
pasokan air dan unsur hara dari larutan nutrisi, sehingga penyiraman menjadi faktor
penting yang tidak bisa diabaikan (Hendra, 2015: 100). Pada pemupukan, Sani
(2015: 47) menyebutnya dengan pemberian larutan nutrisi dimana larutan nutrisi
tersebut berasal dari pencampuran antara pupuk dengan air. Pupuk dapat diberikan
guna menyuburkan tanaman. Ada dua macam pupuk yang beredar di sekitar kita,
yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang
terbuat secara alami seperti pupuk kandang dan pupuk kompos, sedangkan pupuk
anorganik yaitu pupuk yang tercipta karena sengaja dibuat oleh manusia seperti
pupuk urea, NPK, dan ZA (Sani, 2015: 49).
Selain penyiraman dan pemupukan (pemberian larutan nutrisi), perawatan
tanaman yang perlu dilakukan adalah melakukan pemangkasan. Menurut Setyoaji
(2015: 72), pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak
dikehendaki, tunas air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Maka dengan
43
adanya pemangkasan ini, tanaman akan tumbuh dengan baik dan tentunya memiliki
kualitas yang bagus. Berdasarkan penjelasan di atas, tahap pemeliharaan ini dapat
berupa penyiraman, pemberian larutan nutrisi, dan pemangkasan.
e. Pemanenan
Panen merupakan tahap yang dinantikan oleh para penanam. Hasil yang
melimpah dengan kualitas yang prima menjadi idaman semua orang. Prihmantoro
(1995: 66) menyatakan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari dan secara
manual dengan tangan. Hal tersebut dikarenakan cahaya matahari pada pagi hari
belum terlalu panas dan ketika siang hari akan lebih cepat terjadi penguapan
sehingga tanaman mudah layu dan rusak. Tanaman yang sudah cukup umur untuk
dipanen biasanya mudah dipetik. Hendra (2015: 108) menambahkan bahwa waktu
panen tergantung pada pertumbuhan setiap tanaman. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin subur tanaman tentunya membuat waktu panen semakin cepat. Sayuran
yang ditanam dengan metode hidroponik umumnya lebih cepat panen dibandingkan
dengan tanaman yang ditanam di media tanah secara konvensional (Hendra, 2015:
108).
Selain dilakukan pada pagi hari dan dengan tangan, pemanenan juga dapat
dilakukan dengan menggunakan alat bantu panen lainnya. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Setyoadji (2015: 73) yang menyatakan bahwa pemanenan dengan
menggunakan alat bantu pisau atau gunting panen dapat memperoleh mutu yang
baik. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan tanaman yang
dapat mengganggu produksi selanjutnya.
44
C. Paradigma Penelitian
Lingkungan adalah tempat yang tidak dapat terlepas oleh kehidupan makhluk
hidup. Lingkungan menjadi tempat berinteraksinya makhluk hidup khususnya
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya keadaan lingkungan saat
ini sudah tidak terjaga. Masyarakat banyak yang membuang sampah secara
sembarangan, menebang pohon secara liar, dan lain sebagainya sehingga
menimbulkan kerugian terhadap alam seperti bencana alam banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, dan lainnya. Perilaku tidak peduli terhadap lingkungan tidak
hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun anak-anak juga banyak sekali yang
tidak menjaga lingkungan. Anak sekolah dasar banyak yang membuang sampah
sembarangan, mencoret bangku dan tembok, serta jajan makanan dan minuman
yang mengandung pengawet atau pewarna buatan. Jika manusia tidak dapat
merawat lingkungan, mereka akan membentuk karakter yang berperilaku tidak
baik. Keadaan seperti ini tentu saja harus segera diatasi sedini mungkin.
Pendidikan karakter yang sedang digalakan oleh pemerintah tentu menjadi
solusi preventif dalam menangani karakter bangsa yang berperilaku buruk seperti
tidak peduli terhadap lingkungan. Upaya pendidikan karakter tersebut ditanamkan
melalui lembaga pendidikan. Pada jenjang sekolah dasar, pendidikan karakter yang
dikembangkan meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter peduli
lingkungan ini diterapkan melalui Program Adiwiyata.
45
Adiwiyata merupakan program pendidikan karakter yang tepat untuk
ditanamkan pada peserta didik dalam menciptakan budaya cinta lingkungan.
Bentuk akhir dari program Adiwiyata di lembaga pendidikan adalah diterapkannya
sekolah Adiwiyata mandiri. Untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata mandiri,
sekolah harus mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata di tingkat
kabupaten/ kota, tingkat provinsi, dan terakhir di tingkat nasional. Seperti SD
Negeri Gedongkiwo kini telah menjadi sekolah Adiwiyata provinsi dan sedang
menempuh sekolah Adiwiyata Nasional. Untuk menuju tingkat nasional, sekolah
tersebut menyusun berbagai program peduli lingkungan, salah satunya adalah
program hidroponik. Melalui kegiatan bercocok tanam tanpa tanah tersebut, peserta
didik diharapkan dapat mencerminkan perilaku peduli terhadap lingkungan sekitar
pada kehidupan sehari-hari.
Bercocok tanam dengan hidroponik dilakukan dalam beberapa langkah.
Adapun langkah-langkah dalam menanam hidroponik yakni dengan melakukan
persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
Pada penelitian ini, peneliti mengharapkan bahwa program hidroponik tidak hanya
mencerminkan nilai-nilai dari karakter peduli lingkungan, namun dapat
mencerminkan karakter lainnya seperti disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
ingin tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab. Maka kaitannya dalam penelitian
ini, peneliti akan membahas karakter peduli lingkungan yang ditanamkan pada
program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo. Adapun paradigma penelitian ini
dapat dilihat dengan melalui bagan di bawah ini.
46
Program Hidroponik
SD Negeri Gedongkiwo
Peduli Lingkungan
seharusnya
Solusi di pendidikan
menuju
Gambar 1. Bagan Paradigma Penelitian
Kerusakan Lingkungan
Tidak peduli lingkungan
Program Adiwiyata
Adiwiyata
Kabupaten/ Kota
Adiwiyata
Provinsi
Adiwiyata
Nasional
Adiwiyata
Mandiri
1. Persiapan
2. Persemaian dan Pembibitan
3. Penanaman
4. Pemeliharaan
5. Pemanenan
Nilai peduli lingkungan
1. membersihkan wc,
2. membersihkan tempat sampah,
3. membersihkan lingkungan sekolah,
4. memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman,
5. ikut memelihara taman di halaman
sekolah, dan
6. ikut dalam kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan.
Nlai Karakter yang dihasilkan
1. Disiplin
2. Kerja keras
3. Kreatif
4. Mandiri
5. Rasa ingin tahu
6. Peduli sosial
7. Tanggung jawab
47
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan “Penanaman Karakter Peduli Lingkungan
Pada Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo” adalah penelitian yang
dilakukan oleh Handayani dan Setiyani. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2013) dengan judul “Peningkatan Sikap Peduli
Lingkungan Melalui Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
dalam Pembelajaran IPA Kelas IV.1 di SD N Keputran A”, menunjukkan bahwa
nilai karakter peduli lingkungan di kelas IV. 1 mengalami perkembangan setelah
diberi perlakuan melalui pendekatan STM pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut
ditunjukkan dengan hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa sikap peduli
lingkungan sebesar 75% siswa pada kategori sedang dan hasil angket menunjukkan
sebesar 25% siswa berada pada kategori tinggi. Pada hasil observasi siklus II,
sebanyak 27 siswa (96,43%) berada pada kategori tinggi dan sebanyak 1 siswa
(3,57%) berada pada kategori sedang. Begitu pula pada hasil angket siklus II,
sebanyak 27 siswa (96,43%) berada pada kategori tinggi dan sebanyak 1 orang
siswa (3,57%) berada pada kategori sedang. Berdasarkan penelitian tersebut,
pendekatan STM dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa sehingga
mencapai kriteria keberhasilan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyani (2013) dengan judul
“Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program “Green Environment”
di SMP Alam Ar-Ridho Kota Semarang”, menunjukkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pendidikan karakter peduli lingkungan melalui Program Green
environment dilaksanakan dengan strategi tranformasi budaya sekolah dan
48
pembiasaan melalui tiga kegiatan yaitu kegiatan rutin, terprogram, dan kegiatan
spontan. Kegiatan Pendidikan Karakter Peduli lingkungan ini dilaksanakan oleh
Pihak SMP Alam Ar-Ridho dan bekerjasama dengan pihak lain. Hambatan yang
dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Karakter Peduli lingkungan ini adalah
sulitnya mengkondisikan siswa, masih banyak siswa yang tidak mau melaksanakan
kegiatan dengan baik dengan alasan jijik atau bermalas-malasan serta keterbatasan
alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk hambatan dari
luar adalah ketidakaktifan keluarga dan masyarakat dalam ikut memberikan
pendidikan Karakter Peduli lingkungan pada anak. Solusi dalam mengatasi
hambatan pelaksanaan pendidikan Karakter Peduli lingkungan melalui Program
Green Environment di SMP Alam Ar-Ridho di antaranya adalah memberikan
contoh pada siswa yang tidak bisa melakukan tugas dalam kegiatan tersebut,
sedangkan untuk siswa yang bermalas-malasan maka guru memberikan hukuman
berupa tugas tambahan maupun sanksi, memperbesar anggaran dan bekerjasama
dengan pihak lain dalam pengadaan alat dan bahan, serta memberikan pengarahan
berupa penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat agar ikut berperan aktif dalam
memberikan pendidikan karakter peduli lingkungan kepada anak.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter
peduli lingkungan dapat dikembangkan dalam berbagai cara. Nilai-nilai karakter
yang berkembang dipengaruhi berbagai faktor baik dalam maupun luar. Hasil
penelitian tersebut dapat digunakan sebagai gambaran bagi peneliti terkait
penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik di SD Negeri
Gedongkiwo.
49
E. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan
digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengumpulkan data. Adapun pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada tahap persiapan
program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?
2. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada tahap persemaian dan
pembibitan program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?
3. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada tahap penanaman
program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?
4. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada tahap pemeliharaan
program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?
5. Bagaimana penanaman karakter peduli lingkungan pada tahap pemanenan
program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?
6. Nilai karakter peduli lingkungan apa saja yang ditanamkan dalam program
hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo?
7. Karakter apa saja yang dihasilkan dari program hidroponik di SD Negeri
Gedongkiwo?
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Pada
Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo” ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif karena menyajikan data berupa kata-kata. Sesuai dengan
pendapat Moleong (2014: 6) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini lebih menekankan pada analisis data
berupa kualitatif sehingga menggunakan pendekatan kualitatif.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bodgan dan Biklen (Moleong, 2007: 3) yang mengemukakan ada
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif , yaitu penelitian atau
inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke
dalam, etnometodologi, the Chicago School, fenomenologis, studi kasus,
interpretative, ekologis, dan deskriptif. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan
Bodgan dan Biklen tersebut, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
deskriptif. Jenis penelitian ini dipilih untuk mendeskripsikan penanaman karakter
peduli lingkungan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.
51
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo yang beralamat di
Jalan Bantul Gang Tawangsari Kelurahan Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron
Kota Yogyakarta. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang melaksanakan
program hidroponik dalam rangka meningkatkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan. Program hidroponik juga merupakan program yang dilakukan oleh
sekolah untuk menuju sekolah Adiwiyata Nasional. Pada tahun 2013, SD Negeri
Gedongkiwo telah mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga berhak melanjutkan Adiwiyata di tingkat
nasional.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai April 2017.
D. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Menurut Prastowo (2012: 195), subjek dalam penelitian kualitatif sering
disebut sebagai narasumber atau informan yang berarti seseorang yang bisa
memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian. Maka
dari itu, peneliti harus menentukan narasumber atau informan-informan siapa saja
yang dibutuhkan untuk proses penelitiannya. Penentuan narasumber atau informan
pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive. Menurut Sugiyono (2013:
218) menyatakan bahwa purposive merupakan teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksud yakni
52
orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan sehingga
memudahkan peneliti dalam menjelajahi objek atau situasi yang diteliti.
Jumlah sampel dalam purposive ditentukan berdasarkan pertimbangan
informasi yang diperlukan. Apabila sudah terjadi pengulangan informasi dari
semua narasumber, maka penarikan sampel dapat diakhiri. Selain itu, Sarwono
(2006: 205) juga menambahkan bahwa pemilihan sampel tidak bergantung pada
kuantitas tetapi lebih pada kualitas orang yang akan diteliti.
Berdasarkan tinjauan di atas, subjek dari penelitian ini adalah admin sekolah,
guru pendamping, dan siswa kelas IV dan V SD Negeri Gedongkiwo. Peneliti
memilih admin sekolah sebagai narasumber utama dikarenakan program
hidroponik dikelola oleh admin dan berada di bawah pengawasannya secara
langsung. Guru pendamping merupakan guru yang menjadi koordinator program
hidroponik di sekolah tersebut. Siswa kelas IV dan V SD Negeri Gedongkiwo
adalah praktikan program hidroponik. Ketiga subjek tersebut ditriangulasikan
untuk mengetahui keakuratan data yang didapatkan dalam penelitian.
2. Objek Penelitian
Pada penelitian kualitatif, objek penelitian tidak menggunakan istilah
populasi. Hal ini dinyatakan oleh Spradley (Sugiyono, 2014: 297) bahwa objek
penelitian kualitatif adalah social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Selain pendapat tersebut, Prastowo (2012: 199) juga
mengungkapkan bahwa objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan
penelitian. Maka dari itu objek dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
53
a. Penanaman karakter peduli lingkungan pada program hidroponik.
b. Nilai karakter peduli lingkungan yang ditanamkan dalam program hidroponik.
c. Karakter yang dihasilkan dari program hidroponik.
E. Sumber Data
Pohan (Prastowo, 2012: 204) menyatakan bahwa data merupakan fakta,
informasi, atau keterangan. Hal tersebut dijadikan sebagai pemecahan masalah atau
bahan untuk mengungkapkan suatu gejala. Maka sumber data untuk
mengungkapkan fakta, informasi, atau keterangan dalam penelitian ini berupa kata-
kata dan tindakan warga SD Negeri Gedongkiwo yang berkaitan dengan pendidikan
karakter peduli lingkungan pada program hidroponik.
Pendapat di atas sesuai dengan pernyataan Lofland dan Lofland (Moleong:
2014:157) yang menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Kata-kata dari narasumber diperoleh dari kegiatan wawancara yang
direkam dengan alat perekam suara kemudian dituangkan dalam tulisan ketika
menganalisa data. Adapun tindakan narasumber diperoleh dari kegiatan
pengamatan yang berkaitan dengan hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo. Sumber
data berupa tempat yaitu tempat yang digunakan untuk melaksanakan program
hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo. Sumber data dokumen berupa foto kegiatan
hidroponik, buku panduan hidroponik, dan lainnya yang ditemukan di lapangan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2013: 224-225) menjelaskan dalam
54
penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Bila dilihat dari
sumbernya, maka sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Sugiyono
(2013: 225) menjelaskan sumber data primer merupakan sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Menurut tekniknya, Sugiyono (2013: 225) mengungkapkan bahwa cara atau teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), dokumentasi, dan gabungan ketiganya. Maka dari itu, peneliti
memilih untuk melakukan teknik pengumpulan data dengan gabungan ketiganya.
Adapun penjelasan dari teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Observasi
Sarwono (2006: 224) menyatakan bahwa kegiatan observasi meliputi
melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek
yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang
sedang dilakukan. Ada beberapa macam teknik observasi dalam penelitian. Pada
segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation,
dan dari segi instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2014: 204).
55
Pada segi pelaksanaan, penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan.
Hal ini dikarenakan peneliti tidak terlibat dalam pelaksanaan peduli lingkungan
pada program hidroponik namun hanya sebagai pengamat independen. Peneliti
mengamati situasi sosial kemudian mencatat, menganalisa, dan menarik
kesimpulan terkait karakter peduli lingkungan yang ada pada program hidroponik
di SD Negeri Gedongkiwo.
Pada segi instrumentasi, peneliti menggunakan observasi terstruktur. Hal ini
dikarenakan peneliti telah menentukan secara pasti mengenai variabel yang akan
diteliti. Menurut Sugiyono (2014: 205), observasi terstruktur adalah observasi yang
telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana
tempatnya. Pada penelitian ini, peneliti menyusun pedoman observasi tentang
karakter peduli lingkungan yang tertanam pada program hidroponik di SD Negeri
Gedongkiwo. Selain itu, peneliti juga menentukan waktu penelitian yang
sebelumnya disepakati oleh peneliti dengan pihak sekolah.
2. Wawancara
Moleong (2014: 186) berpendapat bahwa wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Maksud mengadakan wawancara ini yakni untuk mencari
informasi lebih dalam mengenai apa yang akan diteliti. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Sugiyono (2014: 194) yang mengungkapkan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau kecil. Maka dari itu, wawancara dalam penelitian ini
56
dilakukan secara mendalam mengenai karakter peduli lingkungan pada program
hidroponik. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (peneliti)
dan terwawancara atau narasumber (subjek penelitian).
Esterberg (Sugiyono, 2014: 319) mengungkapkan ada beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur. Menurut
Sugiyono (Sugiyono, 2014: 320), wawancara semiterstruktur adalah wawancara
yang pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Hal
ini dimaksudkan bahwa walaupun pewawancara menggunakan pedoman namun
masih bisa menanyakan hal-hal diluar pedoman wawancara. Maka dari itu, peneliti
menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan
mengajukan pertanyaan diluar pedoman untuk memperdalam informasi yang
dibutuhkan.
3. Analisis Dokumentasi
Prastowo (2012: 226) mengungkapkan bahwa dokumentasi merupakan
catatan yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang
dipersiapkan maupun tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian. Maka dari teknik
dokumentasi itu, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai
narasumber, tetapi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada
berkaitan dengan penelitian.
Menurut Sugiyono (2014: 329), dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya dari seseorang. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan
dokumen tulisan dan gambar. Dokumen berbentuk tulisan dapat berupa dokumen
57
administrasi, sedangkan dokumen gambar dapat berupa foto-foto mengenai
karakter peduli lingkungan melalui program hidroponik. Dokumen-dokumen yang
diperlukan dalam penelitian dianalisis sehingga dapat mendukung dan memperkuat
data yang diperoleh dari observasi maupun wawancara.
G. Instrumen Penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif ini sangat penting karena
menurut Moleong (2014: 168) menyatakan bahwa peneliti merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat
Sugiyono (2014: 307) bahwa instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti sendiri. Maka dalam mengumpulkan data-data penelitian, peneliti
memerlukan pedoman sebagai acuannya. Pedoman tersebut terangkum ke dalam
kisi-kisi instrumen penelitian yang dikembangkan berdasarkan variabel yang telah
ditentukan. Adapun pedoman yang digunakan berupa pedoman observasi, pedoman
wawancara, dan pedoman analisis dokumentasi.
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk menelaah secara mendalam mengenai
pendidikan karakter peduli lingkungan pada program hidroponik. Pedoman
observasi dalam penelitian ini digunakan secara fleksibel dan dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan peneliti berdasarkan variabel yang telah ditentukan.
58
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi
No. Aspek yang
diamati
Indikator Item
1. Tahap Persiapan
Hidroponik
Perencanaan Penanaman Peduli
Lingkungan melalui program
hidroponik
Visi dan Misi sekolah
Persiapan Bercocok tanam
Hidroponik
Lokasi hidroponik
Media tanam hidroponik
Teknik hidroponik
Wadah pembibitan
Benih tanaman
2. Tahap Persemaian
dan Pembibitan
Hidroponik
Persemaian Proses persemaian yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Pembibitan Proses pembibitan yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
3. Tahap Penanaman
Hidroponik
Instalasi hidroponik Proses penanaman yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Instalasi yang digunakan
4. Tahap Pemelihara
an Hidroponik
Penyiraman Proses penyiraman yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Pemberian larutan nutrisi Proses pemberian larutan
nutrisi yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
Pemangkasan Proses pemangkasan yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
5. Tahap Pemanenan
Hidroponik
Waktu panen Proses pemanenan yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Alat panen Alat panen yang digunakan
6. Karakter Peduli
Lingkungan yang
ditanamkan
Membersihkan wc Aktivitas siswa dalam
membersihkan wc
Membersihkan tempat sampah Aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat
sampah
Membersihkan lingkungan
sekolah
Aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan
sekolah
59
Memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman
Aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan
sekolah dengan tanaman
Ikut memelihara taman di
halaman sekolah
Aktivitas siswa dalam
memelihara taman di
halaman sekolah
Ikut dalam kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan
Aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan ketika melakukan
wawancara dengan para narasumber di SD Negeri Gedongkiwo. Peneliti menyusun
kisi-kisi pedoman wawancara berdasarkan indikator keberhasilan pelaksanaan
pendidikan karakter peduli lingkungan pada program hidroponik.
Adapun indikator keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter peduli
lingkungan yang digunakan adalah indikator pada siswa kelas tinggi. Hal tersebut
dikarenakan program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo diterapkan pada siswa
kelas tinggi. Pedoman wawancara tersebut sebagai garis besar pertanyaan ketika
wawancara, namun dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti ketika wawancara
karena teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur.
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. Indikator Item Nomor
Butir
Jum
lah
Subjek
1. Tahap Persiapan Hidroponik Admin
Sekolah,
Guru
Pendam
ping,
dan
Siswa
Perencanaan
Penanaman
Peduli
Lingkungan
melalui
program
hidroponik
Visi-Misi sekolah 1
8
Alasan pemilihan program
hidroponik
2
Tujuan 3
Sasaran 4
Pengetahuan siswa mengenai peduli
lingkungan pada hidroponik
5
60
Nilai-nilai peduli lingkungan yang
ingin diterapkan sekolah melalui
program hidroponik
6 Kelas IV
dan V.
Langkah-langkah hidroponik 7
Perencanaan waktu 8
Persiapan
Bercocok
tanam
Hidroponik
Lokasi hidroponik 9
6
Media tanam hidroponik 10
Teknik hidroponik 11
Wadah pembibitan 12
Benih tanaman 13
Alat dan bahan 14
2. Tahap Persemaian dan Pembibitan Hidroponik
Persemaian Proses persemaian yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
15 1
Pembibitan Proses pembibitan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
16 1
3. Tahap Penanaman Hidroponik
Instalasi
hidroponik
Proses penanaman yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
17
2
Instalasi yang digunakan 18
4. Tahap Pemeliharaan Hidroponik
Penyiraman Proses penyiraman yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
19 1
Pemberian
larutan nutrisi
Proses pemberian larutan nutrisi
yang berkaitan dengan peduli
lingkungan
20
1
Pemangkasan Proses pemangkasan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
21 1
5. Tahap Pemanenan Hidroponik
Waktu panen Tanaman yang pernah dipanen 22
2 Proses pemanenan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan
23
Alat panen
yang
digunakan
Penyedia alat panen 24
2 Alat panen yang digunakan 25
6. Karakter Peduli Lingkungan yang ditanamkan
Membersihkan
wc
Aktivitas siswa dalam
membersihkan wc
26 1
Membersihkan
tempat sampah
Aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah
27 1
Membersihkan
lingkungan
sekolah
Aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan sekolah
28
1
61
Memperindah
kelas dan
sekolah dengan
tanaman
Aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman
29
1
Ikut
memelihara
taman di
halaman
sekolah
Aktivitas siswa dalam memelihara
taman di halaman sekolah
30
1
Ikut dalam
kegiatan
menjaga
kebersihan
lingkungan
Aktivitas siswa dalam kegiatan
menjaga kebersihan lingkungan
31
1
Jumlah 31
3. Pedoman Analisis Dokumentasi
Penelitian ini menganalisis dokumen yang berkaitan dengan pendidikan
karakter peduli lingkungan pada program hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo.
Dokumen yang diambil disesuaikan dengan pedoman dokumentasi yang telah
disusun sebelumnya.
Pengumpulan data melalui teknik dokumentasi difokuskan pada dokumentasi
administrasi dan foto. Dokumentasi administrasi dan foto tersebut berkaitan dengan
pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan melalui program hidroponik.
Data yang diperoleh dari teknik dokumentasi digunakan untuk menguatkan hasil
observasi dan wawancara yang telah dilakukan.
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Analisis Dokumentasi
No. Aspek yang
diamati
Indikator Item Hasil
1. Tahap Persiapan
Hidroponik
Perencanaan
Penanaman Peduli
Lingkungan
melalui program
hidroponik
Visi dan Misi
sekolah
Dokumentasi
sekolah dan
data sekolah
tentang
62
program
hidroponik
Persiapan Bercocok
tanam Hidroponik
Lokasi hidroponik Dokumentasi
sekolah dan
data sekolah
tentang
program
hidroponik
Media tanam
hidroponik
Teknik hidroponik
Wadah pembibitan
Benih tanaman
2. Tahap Persemaian
dan Pembibitan
Hidroponik
Persemaian Proses persemaian
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Pembibitan Proses pembibitan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
3. Tahap Penanaman
Hidroponik
Instalasi hidroponik Proses penanaman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Instalasi yang
digunakan
4. Tahap Pemelihara
an Hidroponik
Penyiraman Proses penyiraman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Pemberian larutan
nutrisi
Proses pemberian
larutan nutrisi yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
Pemangkasan Proses pemangkasan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
5. Tahap Pemanenan
Hidroponik
Waktu panen Proses pemanenan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Alat panen Alat panen yang
digunakan
6. Karakter Peduli
Lingkungan yang
ditanamkan
Membersihkan wc Aktivitas siswa
dalam membersihkan
wc
63
Membersihkan
tempat sampah
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
tempat sampah
Membersihkan
lingkungan sekolah
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
lingkungan sekolah
Memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman
Aktivitas siswa
dalam memperindah
kelas dan sekolah
dengan tanaman
Ikut memelihara
taman di halaman
sekolah
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah
Ikut dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
H. Teknik Analisis Data
Sarwono (2006: 239), analisis kualitatif merupakan analisis yang
mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti.
Tujuan dari analisis ini agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-
variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan
dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis
kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
model Miles and Huberman. Adapun analisis data menurut Miles and Huberman
(Sugiyono, 2014: 337) terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi). Ketiga alur tersebut dapat
64
dilakukan bersamaan seiring dengan bertambahnya data hasil pengumpulan data di
lapangan. Model interaktif dalam analisis data dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
Langkah-langkah analisis data model interaktif ini dijelaskan sebagai
berikut.
1. Reduksi Data
Berbagai data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi di lapangan tentunya memiliki jumlah yang cukup banyak. Tidak
heran jika semakin lama peneliti dilapangan maka akan semakin kompleks dan
rumit data yang diperoleh. Untuk itu peneliti perlu segera melakukan analisis data
melalui reduksi data. Sugiyono (2014: 338) mengartikan reduksi data yaitu
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
mencari tema dan pola, dan membuang yang tidak perlu. Maka dari itu, data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan.
Pada saat mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan (Sugiyono, 2014:
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan:
penarikan/verifikasi
65
339). Maka dari itu, temuan dalam penelitian ini mengenai penanaman karakter
peduli lingkungan pada program hidroponik.
2. Penyajian Data
Pada penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Sugiyono
(2014: 341) menjelaskan bahwa melalui penyajian data, data diorganisasikan,
disusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk dipahami dan
merencanakan kerja selanjutnya. Pada tahap ini, peneliti menyajikan data yang
telah direduksi secara deskriptif dalam uraian naratif.
3. Kesimpulan-kesimpulan: penarikan/ verifikasi
Setelah data disajikan secara deskriptif, maka langkah selanjutnya adalah
menarik kesimpulan. Sugiyono (2014: 345) menerangkan bahwa kesimpulan dalam
penelitian kualitatif ini menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
I. Keabsahan Data
Sugiyono (2014: 366) menyatakan bahwa “Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability
(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas)”.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas dalam menguji keabsahan
data. Uji kredibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan trangulasi.
66
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2014:
372). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Berikut
merupakan penjelasan mengenai triangulasi sumber dan teknik yang digunakan
oleh peneliti.
1. Triangulasi sumber
Sugiyono (2014: 373) berpendapat bahwa triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Pada penelitian ini, untuk menguji data dari admin sekolah, maka
peneliti juga mengecek data melalui guru pendamping dan siswa. Kemudian data
dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana yang memiliki
pandangan sama maupun yang berbeda serta yang lebih spesifik dari ketiga sumber
tersebut. Data yang telah dianalis oleh peneliti kemudian menghasilkan suatu
kesimpulan dari ketiga sumber itu.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda
(Sugiyono, 2014: 373). Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data tentang peduli
lingkungan pada program hidropinik melalui wawancara, kemudian dicek dengan
observasi dan dokumentasi. Begitu pula dengan data mengenai karakter yang
ditanamkan melalui hidroponik.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Lokasi Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo yang beralamat di
Jalan Bantul, gang Tawangsari, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron,
Kota Yogyakarta. SD Negeri Gedongkiwo merupakan Sekolah Adiwiyata Provinsi
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi sekolah binaan dari SD
Ungaran Yogyakarta. Pada tahun 2017, SD Negeri Gedongkiwo akan dilakukan
penilaian Sekolah Adiwiyata Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kemendikbud. Maka dari itu, melalui program hidroponik diharapkan anak-anak
lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Secara umum, SD Negeri Gedongkiwo memiliki keadaan fisik yang baik.
Kondisi lingkungan SD Negeri Gedongkiwo cukup aman dan tidak bising karena
tidak berada di pinggir jalan raya utama. Namun SD Negeri Gedongkiwo tetap
mudah ditemukan karena ada papan penunjuk jalan di pinggir jalan raya utama
sebelum masuk gang. Sebelah timur SD Negeri Gedongkiwo berbatasan langsung
dengan makam, sebelah utara berbatasan dengan jalan dan rumah warga, sebelah
barat juga berbatasan dengan jalan dan rumah warga, sementara sebelah selatan
berbatasan dengan Puskesmas Mantrijeron. Penerangan listrik dan sarana air bersih
di SD Negeri Gedongkiwo memadai serta terdapat saluran telepon dan internet.
Gedung SD Gedongkiwo terdiri dari dua lantai dan memiliki fasilitas yang
memadai. Pada lantai pertama terdapat ruang kepala sekolah, mushola,
68
Administrasi Sekolah, ruang guru, ruang kelas I A, I B, II A, II B, III A, dan III B,
UKS, kantin, perpustakaan, ruang tari, gudang, kamar mandi, ruang alat olahraga,
dapur, tempat parkir, dan halaman yang cukup luas. Pada lantai kedua terdapat
ruang kelas IV A, IV B, V A, V B, VI A, dan VI B, gudang hidroponik, ruang alat
peraga, ruang alat mudik, ruang komputer, dan kamar mandi. SD Negeri
Gedongkiwo merupakan sekolah Adiwiyata sehingga halaman sekolah terdapat
banyak pohon peneduh, tanaman hias, tanaman obat, dan tentunya tanaman
hidroponik sehingga tampak hijau dan asri. Selain itu, terdapat pula berbagai sarana
seperti tempat sampah, wastafel, kolam ikan, dan komposter sehingga mendukung
pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo.
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Visi SD Negeri Gedongkiwo adalah “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo
yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang berwawasan lingkungan dan berbudaya.”
Adapun indikator dari visi sekolah adalah sebagai berikut.
1) Nilai UAN yang tinggi
2) Unggul dalam lomba OSN
3) Unggul dalam lomba MTQ
4) Unggul dalam lomba O2SN
5) Unggul dalam kreatifitas seni dan budaya
6) Unggul dalam bidang IT
7) Unggul dalam bidang wawasan lingkungan
69
b. Misi Sekolah
Misi SD Negeri Gedongkiwo adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Meningkatkan profesionalisme dan keteladanan
3) Mengoptimalkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan dan
memaksimalkan narasumber yang ada
4) Menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau bersih menyenangkan
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Adapun deskripsi hasil penelitian ini adalah penanaman pendidikan karakter
peduli lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo yang dijabarkan melalui program
hidroponik pada tahap persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan, serta karakter peduli lingkungan yang ditanamkan
melalui program hidroponik.
1. Tahap Persiapan Hidroponik
a. Perencanaan Penanaman Peduli Lingkungan pada program hidroponik
Hasil penelitian mengenai perencanaan penanaman peduli lingkungan pada
program hidroponik dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil observasi mengenai papan Visi dan Misi sekolah yang berkaitan
dengan peduli lingkungan, peneliti menemukan papan Visi dan Misi yang dipajang
di tembok ruang Kepala Sekolah, di depan ruang Kepala Sekolah, di tembok ruang
guru, di depan ruang guru, dan di tembok ruang kelas VI A. Papan visi dan misi
sekolah diletakan di berbagai tempat yang stategis agar semua warga sekolah dan
70
pengunjung yang datang dapat membaca visi dan misi sekolah dengan jelas. Berikut
merupakan dokumentasi papan visi dan misi SD Negeri Gedongkiwo.
Gambar 3. Papan Visi dan Misi
sekolah yang berada di depan
ruang Kepala Sekolah.
Gambar 4. Papan Visi dan Misi
sekolah yang berada di depan
ruang guru.
Pada dokumentasi berupa gambar di atas, terlihat jelas bahwa sekolah
memiliki visi dan misi yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Dokumentasi
yang didapat oleh peneliti tidak hanya berupa dokumentasi gambar, namun peneliti
juga menemukan dukumentasi sekolah berupa surat keputusan. Surat Keputusan
yang didapat oleh peneliti adalah Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi,
dan Tujuan Sekolah (lampiran 15). Surat Keputusan ini telah mengalami perubahan
visi dari “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo yang unggul dalam Imtaq dan Iptek
yang berwawasan lingkungan” menjadi “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo
yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang berwawasan lingkungan dan berbudaya”.
Penambahan berbudaya ini menguatkan visi agar warga sekolah tidak hanya
berwawasan lingkungan namun memiliki budaya lingkungan.
Adapun hasil observasi dan dokumentasi mengenai visi dan misi sekolah
yang berkaitan dengan peduli lingkungan ini diperkuat dengan hasil wawancara
dari beberapa sumber. Menurut Dj selaku admin sekolah, sekolah memiliki visi dan
71
misi yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Namun sayangnya admin sekolah
tidak hafal dengan bunyi visi dan misi dari SD Negeri Gedongkiwo. Pendapat
mengenai visi dan misi sekolah tersebut diperkuat dengan hasil wawancara Mz
siswa kelas V B yang mengungkapkan bahwa siswa tahu visi dan misi sekolah
mengenai peduli lingkungan yaitu unggul dalam Imtek dan Iptek dalam wawasan
lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, SD Negeri Gedongkiwo memiliki
visi dan misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan.
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara mengenai alasan pemilihan
program hidroponik dalam rangka pendidikan karakter peduli lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan admin sekolah, program hidroponik dipilih
oleh SD Negeri Gedongkiwo karena sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan
untuk menjadi pelopor sekolah hidroponik. Selain itu sekolah merupakan sekolah
berbasis adiwiyata dan sudah mencapai tingkat provinsi.
Pernyataan admin sekolah di atas sesuai dengan pernyataan Um selaku guru
pendamping program hidroponik. Um mengatakan bahwa Disperindagkoptan
menunjuk sekolah untuk menerapkan program hidroponik. Hal ini dipilih karena
sekolah telah menjadi sekolah Adiwiyata Provinsi. Maka dapat dikatakan bahwa
alasan pemilihan program hidroponik dalam rangka peduli lingkungan ini karena
sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan untuk mengenalkan hidroponik pada
siswa.
Hasil wawancara dengan Dj mengenai tujuan diterapkannya program
hidroponik yakni agar siswa menjadi tahu bahwa bercocok tanam tidak selamanya
menggunakan tanah, namun dapat menggunakan media pengganti tanah lainnya.
72
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat An selaku guru pendamping program
hidroponik yang menyatakan bahwa program hidroponik diterapkan agar anak-
anak menjadi lebih menyukai menanam, tahu cara merawat tanaman, dan bisa
mengelola lahan dengan baik. Dengan demikian, penerapan program hidroponik
bertujuan agar siswa dapat bercocok tanam, merawat tanaman, dan menciptakan
lingkungan sekolah yang asri dan hijau.
Pelaksanaan program hidroponik diterapkan pada siswa kelas tinggi,
khususnya kelas IV dan V. Hal ini sesuai dengan pendapat Dj yang menyatakan
bahwa sasaran dari program hidroponik adalah anak-anak dan kelas yang rutin
melakukan hidroponik adalah kelas IV dan V. Pada umumnya, anak-anak kelas IV
dan V tahu bahwa program hidroponik ini diterapkan dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan terutama sebagai sekolah hidroponik. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Um yang mengatakan bahwa kebanyakan siswa tahu jika program
hidroponik diterapkan dalam rangka peduli lingkungan. Namun menurut Dj hanya
ada sebagian saja yang mengetahui hal tersebut.
Program hidroponik memiliki nilai-nilai peduli lingkungan yang dapat
diterapkan kepada siswa. Hasil wawancara dengan Dj mengungkapkan bahwa
sebenarnya sekolah mengharapkan siswa peduli terhadap tumbuhan hidroponik
yang ditanamnya. Pihak sekolah mengharapkan siswa untuk rajin menyiram,
memberi pupuk, dan mengecek secara berkala. Hal tersebut diperkuat dengan
pendapat Ay selaku siswa kelas IV B yang mengatakan bahwa melalui hidroponik
ini dirinya berharap dapat merawat tanaman yang dimiliki, merasakan panen
sendiri, dan dapat menambah udara segar. Berdasarkan hasil penelitian di atas,
73
nilai-nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang ingin diterapkan oleh
sekolah melalui program hidroponik ini adalah siswa dapat merawat tanaman dan
peduli terhadap lingkungan.
Sekolah mengenalkan program hidroponik kepada siswa melalui guru yang
ditunjuk sebagai pendamping dalam bercocok tanam hidroponik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru pendamping, sekolah mengenalkan langkah-langkah
hidroponik melalui gambar-gambar hidroponik, kemudian guru memberikan
contoh, dan siswa praktek dari persiapan hingga pemanenan. Hal tersebut juga
diperkuat dengan hasil wawancara siswa bahwa guru pendamping mengajarkan
langkah-langkah hidroponik seperti persiapan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan. Berdasarkan wawancara dari Dj, program
hidroponik biasanya dilakukan di setiap awal semester, namun khusus untuk kelas
IV A sering merawat hidroponik di setiap minggunya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, perencanaan program hidroponik dalam
rangka peduli lingkungan yang diterapkan untuk kelas IV dan V ini benar-benar
direncanakan oleh sekolah. Selain itu, sekolah mengharapkan siswa dapat merawat
tanaman dengan baik dan peduli dengan lingkungan sekitar.
b. Persiapan Bercocok tanam Hidroponik
Pada persiapan bercocok tanam hidroponik ini peneliti menggali informasi
mengenai lokasi hidroponik, media tanam, teknik, wadah, benih, serta alat dan
bahan hidroponik yang digunakan oleh sekolah. Untuk menggali informasi-
informasi di atas, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
74
Berdasarkan hasil observasi, lokasi hidroponik berada di depan ruang Kepala
Sekolah dan di depan ruang kelas IV, V, dan VI. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Dj yang menyatakan bahwa hidroponik pot berbotol air mineral di
tempatkan di depan kelas tinggi dan pot berparalon berada di depan kantor kepala
sekolah.
Gambar 5. Lokasi hidroponik yang
berada di depan ruang kelas IV, V,
dan VI.
Gambar 6. Lokasi hidroponik yang
berada di depan ruang Kepala
Sekolah.
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, maka peneliti
menambahkan dokumentasi seperti gambar di atas. Pada gambar 5 menunjukan
bahwa tanaman hidroponik berada di lantai atas dimana lantai kedua ini terdapat
ruang kelas IV sampai dengan kelas VI. Pada gambar 6 menunjukan bahwa
tanaman hidroponik berada di depan sebuah ruangan. Ruangan tersebut adalah
ruang Kepala Sekolah yang berada di lantai bawah. Maka berdasarkan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa tanaman
hidroponik terletak di depan ruang Kepala Sekolah dan depan ruang kelas IV, V,
dan VI.
Berdasarkan hasil observasi mengenai media tanam, sekolah menggunakan
arang sekam, kerikil, dan arang sebagai pengganti tanah. Media tanam berupa arang
75
sekam dapat ditemukan di tanaman hidroponik yang berada di depan ruang Kepala
Sekolah dan depan ruang kelas IV, V, dan VI. Media tanam berupa kerikil dan arang
dapat ditemukan di tanaman hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V,
dan VI. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa media tanam
yang pernah digunakan adalah arang sekam dan spons. Kemudian karena
perkembangan tanaman melalui spons kurang memuaskan, akhirnya sekolah lebih
memilih arang sekam dan tidak menggunakan lagi media spons. Hal ini juga
diperkuat dengan pernyataan guru pendamping An yang menyatakan bahwa arang
sekam lebih bagus dibandingkan dengan media spons. Disisi lain, hasil wawancara
siswa disimpulkan bahwa media tanam yang pernah digunakan oleh sekolah yaitu
arang sekam, kerikil, dan arang.
Gambar 7. Media tanam kerikil, arang sekam dan arang.
Untuk membuktikan bahwa media tanam yang digunakan sekolah adalah
arang sekam, kerikil, arang, dan spons maka peneliti membuktikan dengan hasil
dokumentasi seperti gambar 7 di atas. Dokumentasi di atas merupakan dokumentasi
pot hidroponik yang berisi kerikil, arang sekam, dan spons. Pot sebelah kiri
merupakan pot dengan media tanam berupa kerikil, sedangkan pot sebelah kanan
berisi arang sekam dan arang. Namun peneliti tidak menemukan media tanam
76
berupa spons. Berdasarkan hasil penelitian di atas, media tanam yang pernah
digunakan oleh sekolah adalah arang sekam, spons, kerikil, dan arang.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa tanaman hidroponik
yang berada di lantai 2 menggunakan teknik sumbu. Hal ini dibuktikan dengan
keberadaan pot hidroponik yang diletakan di atas botol plastik bekas yang berisi
air. Begitu pula dengan tanaman hidroponik yang berada di depan ruang Kepala
Sekolah diletakan di atas paralon berlubang yang berisi air. Hasil observasi tersebut
dibuktikan dengan dokumentasi pada gambar 8 dan 9 di bawah ini yang
menunjukan bahwa pot hidroponik ditempatkan di atas botol yang berisi air. Namun
sayangnya hasil wawancara dengan Dj tidak mengetahui istilah teknik sumbu. Dj
hanya mendeskripsikan bahwa pot ditempatkan di atas botol yang berisi air. Maka
dapat dikatakan bahwa teknik hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah
teknik sumbu. Berikut ini dokumentasi mengenai teknik sumbu.
Gambar 8. Teknik sumbu pada
tanaman hidroponik di depan
ruang Kepala Sekolah.
Gambar 9. Teknik sumbu pada
tanaman hidroponik di depan
ruang kelas IV, V, dan VI.
Berdasarkan hasil observasi, wadah pembibitan yang digunakan oleh sekolah
adalah pot dan bagian leher dari botol plastik bekas. Namun sebagian besar
menggunakan pot kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hn siswa kelas V A yang
77
mengatakan bahwa dirinya diajari oleh guru pendamping untuk menggunakan pot
dan bagian leher dari botol bekas yang diukur 5 cm dari tutup ketika melakukan
melakukan pembibitan. Untuk memperkuat informasi tersebut, maka berikut ini
merupakan dokumentasi dari wadah pembibitan yang digunakan oleh sekolah.
Gambar 10. Wadah pembibitan
berupa pot .
Gambar 11. Wadah pembibitan
berupa bagian leher dari botol
plastik bekas.
Pada dokumentasi gambar 10 terlihat jelas bahwa pot kecil digunakan untuk
tanaman hidroponik. Pada dokumentasi gambar 11 juga terlihat jelas bahwa bagian
leher dari botol plastik bekas digunakan untuk tanaman hidroponik. Maka dapat
dikatakan bahwa wadah pembibitan dari program hidroponik ini menggunakan pot
dan bagian leher dari botol plastik bekas.
Gambar 12. Lidah buaya, salah satu tanaman hidroponik di sekolah.
78
Persiapan program hidroponik tidak terlepas dari benih tanaman yang akan
ditanam oleh sekolah. Berdasarkan tanaman hidroponik yang ditemukan di sekolah
melalui hasil observasi, peneliti menemukan berbagai tanaman seperti cabai,
bawang merah, bawang putih, lidah buaya, brokoli, sawi, kacang panjang, kacang
hijau, bawang bombay, mentimun, selada, sawi hijau, dan paprika. Untuk
memperjelas nama tanaman yang ditanam oleh sekolah, peneliti melakukan
wawancara dengan berbagai sumber. Adapun hasil wawancara dari siswa
menyatakan bahwa benih yang ditanam adalah kacang hijau, timun, tomat, selada,
bawang bombay, paprika, sawi putih, terong, melon, kacang hijau, seledri, stroberi,
bawang merah, dan bawang putih. Pada hasil dokumentasi gambar 12 juga
diketahui bahwa tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang ditanam
oleh sekolah. Selain itu paprika, kacang hijau, dan sawi pernah ditanam oleh
sekolah. Maka dapat dikatakan bahwa benih tanaman yang pernah ditanam oleh
sekolah adalah bayam, kangkung, selada, cabai, paprika, terong, sawi, selada
merah, bawang merah, bawang putih, kacang hijau, sawi sendok, timun, tomat,
selada, bawang bombay, melon, seledri, dan stroberi.
Persiapan hidroponik mengenai alat dan bahan ditemukan melalui hasil
wawancara. Dj menyatakan bahwa alat-alat disiapkan dari sekolah, namun untuk
barang bekas jika di sekolah tidak ada maka dibawa dari rumah. Hal ini juga
diperkuat dengan hasil kesimpulan dari wawancara siswa bahwa sekolah
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam bercocok tanam hidroponik.
Maka dapat dikatakan bahwa alat dan bahan untuk program hidroponik disiapkan
oleh sekolah.
79
2. Tahap Persemaian dan Pembibitan Hidroponik
Pada tahap persemaian dan pembibitan hidroponik ini, peneliti menggali
informasi pendidikan karakter peduli lingkungan melalui observasi dan wawancara.
Peneliti tidak menemukan dokumentasi mengenai tahap persemaian dan
pembibitan.
a. Persemaian
Berdasarkan hasil observasi, proses persemaian yang berkaitan dengan peduli
lingkungan dilakukan oleh guru pendamping dan siswa. Siswa mengisi air
secukupnya ke dalam gayung melalui selang, kemudian guru merendam benih ke
dalam air dalam gayung. Setelah itu siswa mendapatkan benih yang telah disemai
oleh guru pendamping. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Hn yang
menyatakan bahwa guru pendamping An merendam benih yang nantinya ditanam
oleh siswa. Guru juga memberitahu bahwa dalam merendam benih hanya
membutuhkan air yang sedikit. Disisi lain, peneliti tidak menemukan dokumentasi
sekolah mengenai proses persemaian. Maka dari itu, berdasarkan hasil observasi
dan wawancara dapat dikatakan bahwa proses persemaian yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan air secukupnya ketika
merendam benih yang dimasukan ke dalam gayung.
b. Pembibitan
Berdasarkan hasil observasi, proses pembibitan yang berkaitan dengan peduli
lingkungan tidak ditemukan oleh peneliti. Ketika peneliti berada di lapangan,
peneliti hanya melihat proses persemaian yang dilakukan oleh guru dan siswa
kemudian mereka langsung menuju tahap penanaman. Namun berdasarkan hasil
80
wawancara dengan Dj mengungkapkan bahwa pembibitan dilakukan oleh guru
pendamping, sedangkan siswa hanya mendapatkan bibit yang telah disemai oleh
guru pendamping tersebut. Bibit tersebut merupakan bibit yang telah tumbuh
dengan tinggi sekitar 3 cm. Hal tersebut juga diperkuat dengan kesimpulan dari
hasil wawancara guru pendamping yang menyatakan bahwa siswa menggunakan
media tanam dan air secukupnya dalam melakukan pembibitan, namun biasanya
guru menerapkan hidroponik dari persemaian langsung ke penanaman tanpa
pembibitan. Peneliti juga tidak menemukan dokumentasi sekolah mengenai proses
pembibitan. Maka dapat disimpulkan bahwa proses pembibitan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan media tanam dan air
secukupnya, namun biasanya sekolah tidak menerapkan proses pembibitan.
3. Tahap Penanaman Hidroponik
Pada tahap penanaman ini, peneliti menggali informasi mengenai proses
penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Berdasarkan hasil observasi
di lapangan, proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan
oleh siswa dengan cara menanam bibit ke dalam pot yang berisi media tanam
secukupnya. Kemudian siswa menyiram pot tersebut dengan air secukupnya. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara guru pendamping Um bahwa guru pendamping
meminta siswa untuk menyiram tanaman yang telah ditanam dengan air
secukupnya. Tidak hanya itu, kesimpulan dari hasil wawancara dengan siswa juga
menyatakan bahwa guru pendamping mengingatkan siswa untuk membuang sisa
pembuatan instalasi ke tempat sampah, kemudian siswa diminta untuk mengisi air
secukupnya pada instalasi hidroponik, menambahkan arang sekam seperlunya ke
81
dalam pot, dan menyiram tanaman dengan air secukupnya. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara tercermin bahwa siswa menggunakan air dan media
tanam secukupnya ketika melakukan proses penanaman.
Gambar 13. Proses penanaman hidroponik.
Untuk memperkuat hasil penelitian di atas, maka peneliti menambahkan data
berupa dokumentasi seperti gambar 13 di atas. Gambar di atas terlihat bahwa guru
pendamping bersama siswa sedang melakukan proses penanaman dengan mengisi
media tanam ke dalam pot dan menambahkan bibit ke dalam media tanam tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi maka dapat dikatakan
bahwa proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan
dengan menggunakan air secukupnya pada instalasi hiroponik, menambah media
tanam secukupnya, dan menyiram tanaman dengan air secukupnya.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa instalasi hidroponik
yang digunakan di lantai 2 terbuat dari botol plastik bekas yang dipotong,
sedangkan instalasi hidroponik di depan ruang Kepala Sekolah terbuat dari paralon.
Maka dapat dikatakan bahwa instalasi yang digunakan oleh sekolah adalah botol
plastik bekas dan paralon. Hal ini juga sesuai hasil wawancara guru pendamping
yang menyatakan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah
82
botol bekas dari air mineral dan paralon. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
merupakan hasil dokumentasi mengenai instalasi hidroponik.
Gambar 14. Instalasi hidroponik
berupa paralon.
Gambar 15. Instalasi hidroponik
berupa pot.
Pada gambar 14 menunjukan bahwa terdapat instalasi hidroponik berupa
paralon yang diletakan di depan ruang Kepala Sekolah. Instalasi paralon ini
menampung air dan larutan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.
Begitu pula pada gambar 15 terlihat bahwa tanamaan hidroponik menampung air
melalui botol plastik bekas yang berisi air. Instalasi botol ini ditemukan di
hidroponik lantai 2. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dapat dikatakan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan oleh
sekolah adalah botol plastik bekas dan paralon.
4. Tahap Pemeliharaan Hidroponik
Pada tahap pemeliharaan hidroponik ini, peneliti menggali beberapa
informasi seperti pendidikan karakter peduli lingkungan pada proses penyiraman,
pemberian larutan nutrisi, dan pemangkasan. Ketiga hal tersebut digali dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut
ini penjelasan dari masing-masing proses pada tahap pemeliharaan hidroponik.
83
a. Penyiraman
Berdasarkan hasil observasi, proses penyiraman yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan menyiram setiap seminggu sekali dan biasanya
pada pagi hari, setelah berolahraga, istirahat pertama, istirahat kedua, atau setelah
pulang sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan sekali dalam seminggu oleh siswa.
Biasanya siswa memiliki kesadaran sendiri untuk menyiram tanaman. Sebagai
contoh pada waktu piket pagi dan siang hari mereka tidak lupa untuk menyiram
tanaman. Ketika istirahat juga tidak sedikit diantara siswa kelas IV dan V
menyempatkan waktu untuk menyiram. Bahkan guru juga mengingatkan siswa
untuk menyiram tanaman setelah pembelajaran olahraga.
Hasil observasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara guru pendamping
bahwa guru pendamping menyarankan siswa untuk menyiram minimal seminggu
sekali terutama jika air di dalam instalasi telah berkurang. Namun ada siswa yang
menyiram lebih dari sekali dalam satu minggu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Nd siswa kelas IV B yang mengungkapkan bahwa guru pendamping meminta siswa
untuk menyiram tanaman dengan air secukupnya jika air telah berkurang.
Gambar 16. Siswa menyiram tanaman hidroponik.
84
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, gambar di atas
merupakan salah satu dokumentasi sekolah mengenai kegiatan siswa dalam
menyiram tanaman hidroponik. Pada gambar 16 terlihat jelas bahwa beberapa siswa
sedang menyiram tanaman hidroponik menggunakan gayung. Maka dari itu,
berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa
proses penyiraman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara
menyiram tanaman dan menambahkan air secukupnya jika air dalam instalasi
berkurang atau sudah kotor, serta dilakukan oleh siswa setiap seminggu sekali.
b. Pemberian Larutan Nutrisi
Berdasarkan hasil observasi, proses pemberian larutan nutrisi yang berkaitan
dengan peduli lingkungan dilakukan oleh guru pendamping dengan mencampurkan
larutan nutrisi, sedangkan siswa menyiram tanaman hidroponik dengan larutan
tersebut. Misalnya pada saat istirahat pertama, terlihat guru pendamping sedang
mencampurkan larutan nutrisi dengan air. Kemudian siswa kelas IV A mengambil
air nutrisi dan menyiramnya ke tanaman hidroponik. Siswa memberikan larutan
nutrisi kepada beberapa tanaman hidroponik yang kering dan menambahkan air
larutan tersebut secukupnya. Terkadang siswa menyiapkan larutan secara mandiri
dan menyiramkannya ke dalam tanaman hidroponik.
Informasi mengenai pemberian larutan nutrisi ini juga diperkuat dengan hasil
wawancara admin sekolah. Dj menyatakan bahwa sekolah melakukan pemberian
larutan nutrisi dengan cara menyesuaikan jadwal pelajaran siswa. Selain itu, guru
pendamping menyiapkan larutan nutrisi kemudian siswa menambahkan air
hidroponik dengan larutan nutrisi yang telah disiapkan oleh guru pendamping itu.
85
Disisi lain, siswa berinisial Hn mengungkapkan bahwa dirinya sudah terbiasa
mencampurkan pupuk dengan air kemudian disiramkan kepada tanaman yang
airnya sudah surut atau berkurang. Hal tersebut ia lakukan jika guru pendamping
belum menyiapkan larutan nutrisi. Maka dari hasil wawancara itu dapat dikatakan
bahwa siswa juga berperan dalam menyiapkan larutan nutrisi secara mandiri.
Gambar 17. Siswa memberikan larutan nutrisi pada tanaman hidroponik.
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, peneliti menambahkan
dokumentasi seperti pada gambar di atas. Pada gambar di atas terlihat bahwa dua
siswa sedang menyiram larutan nutrisi yang ada pada ember. Ember tersebut berisi
air yang telah dicampurkan dengan pupuk. Air larutan tersebut digunakan oleh
siswa untuk menyiram tanaman hidroponik. Maka dari itu, berdasarkan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa proses pemberian
larutan nutrisi yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara
guru pendamping menyiapkan larutan nutrisi kemudian siswa menyiram tanaman
hidroponik secukupnya dengan larutan nutrisi tersebut.
c. Pemangkasan
Berdasarkan hasil observasi, proses pemangkasan yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan memetik bagian daun yang layu dan dibuang
86
ke tempat sampah. Hal tersebut ditemukan ketika istirahat pertama bahwa ada daun
sawi berwarna kuning kemudian dipetik oleh siswa dan dibuang ke tempat sampah
yang berada di depan ruang kelas. Tidak hanya itu, peneliti juga menjumpai siswa
kelas V yang terlihat sedang memetik daun pada tanaman cabai dan rupanya daun
itu merupakan daun layu yang ada ditanamannya. Hal yang dilakukan tersebut
merupakan pemangkasan yang dilakukan siswa terhadap tanaman hidroponik.
Hasil observasi di atas diperkuat dengan hasil wawancara siswa bahwa guru
pendamping meminta siswa untuk merawat tanaman agar tumbuh subur dan
memetik daun yang layu agar tanaman tidak mati. Hal ini juga sesuai dengan guru
pendamping Um yang mengatakan bahwa beliau mengingatkan anak-anak untuk
mengamati tanaman hidroponik setiap selesai olahraga. Jika ada tanaman yang
layu, siswa diminta untuk memetik bagian yang layu itu dan membuangnya di
tempat sampah. Apa yang dilakukan oleh guru dan siswa membuktikan bahwa
proses pemangkasan ini terbukti dilakukan dengan cara memetik daun yang layu
pada tanaman.
Gambar 18. Siswa memetik daun yang layu pada tanaman hidroponik.
Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, peneliti menambahkan
dokumentasi seperti pada gambar di atas. Pada gambar di atas terlihat bahwa
87
beberapa siswa sedang mengamati tanaman hidroponik dan salah satu siswa sedang
memetik daun yang layu pada tanaman cabai. Maka dari itu, berdasarkan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa proses
pemangkasan yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara
siswa mencabut bagian tanaman yang layu kemudian dibuang ke tempat sampah
agar tanaman tidak mati.
5. Tahap Pemanenan Hidroponik
Pada tahap pemanenan hidroponik ini, peneliti menggali informasi-informasi
mengenai waktu panen dan alat panen yang digunakan oleh sekolah. Informasi-
informasi tersebut digali melalui wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui
lebih jelasnya, berikut ini merupakan penjelasan dari tahap pemanenan hidroponik.
a. Waktu Panen
Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan proses pemanenan
yang dilakukan oleh sekolah. Hal ini dikarenakan tanaman hidroponik yang sedang
dirawat oleh sekolah belum mencapai masa panen. Karena hal inilah peneliti tidak
dapat menggali informasi secara detail terutama proses pemanenan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan. Disisi lain, peneliti mendapatkan informasi mengenai
proses pemanenan melalui wawancara dengan beberapa sumber. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Dj menyatakan bahwa hidroponik yang telah diterapkan di
sekolah telah mencapai tahap pemanenan. Adapun tanaman yang pernah dipanen
adalah selada, cabai, dan tomat. Informasi tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara dengan guru pendamping yang mengungkapkan bahwa tanaman yang
pernah dipanen tidak hanya selada, cabai, dan tomat, namun juga pernah memanen
88
kangkung, bawang merah, kacang hijau, dan sawi. Beberapa siswa menambahkan
informasi bahwa tanaman yang pernah dipanen selain tanaman di atas adalah
bayam, terong, stroberi, paprika, dan seledri. Maka dapat dikatakan bahwa program
hidroponik yang diterapkan di sekolah telah mencapai tahap pemanenan. Tanaman
yang pernah dipanen adalah selada, cabai, tomat, kangkung, bawang merah, kacang
hijau, selada, sawi, bayam, terong, stroberi, paprika, dan seledri.
Adapun proses pemanenan yang dilakukan oleh siswa yakni didampingi oleh
guru. Hal ini diketahui dari hasil wawancara Dj yang menyatakan bahwa guru
pendamping mengajari siswa dalam memanen. Namun sayangnya admin tidak tahu
proses pemanenannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendamping,
mereka memberitahukan kepada siswa untuk berhati-hati dalam memanen, tidak
boleh sembarangan, dan tidak merusak tanaman. Mereka juga mengingatkan siswa
bahwa jika ada hasil panen yang buruk maka siswa diminta untuk membuangnya
di tempat sampah. Ay selaku siswa kelas IV A juga mengatakan bahwa ia tidak
boleh sembarangan dalam memanen. Ketika ada hasil panen yang busuk, ia juga
diminta untuk membuangnya ke tempat sampah. Berdasarkan hasil wawancara dari
beberapa sumber tersebut dapat dikatakan bahwa proses pemanenan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan dilakukan dengan memanen tanaman secara berhati-hati
dan siswa membuang hasil panen yang busuk ke tempat sampah.
b. Alat Panen
Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai sumber, alat panen yang
digunakan ketika memanen disediakan oleh sekolah. Menurut Dj, alat panen yang
pernah disediakan oleh sekolah misalnya seperti gunting, pisau, dan keranjang
89
untuk menaruh hasil panen. Disisi lain, Um mengungkapkan bahwa siswa pernah
memanen dengan tangan mereka sendiri misalnya untuk memanen tanaman seperti
kangkung. Hal ini diperkuat dengan kesimpulan dari hasil wawancara dengan siswa
bahwa siswa menggunakan tangan, gunting, dan keranjang ketika memanen
tanaman hidroponik. Berdasarkan informasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa
alat panen disediakan oleh sekolah, sedangkan alat panen yang digunakan oleh
sekolah adalah tangan, gunting, dan keranjang.
6. Karakter Peduli Lingkungan yang ditanamkan
Pada aspek karakter peduli lingkungan yang ditanamkan ini, peneliti
menggunakan indikator keberhasilan pendidikan karakter peduli lingkungan pada
siswa kelas tinggi menurut Daryanto dan Suryatri Darmiatun. Adapun indikator
tersebut digali dengan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai karakter peduli lingkungan yang ditanamkan dari
program hidroponik.
a. Membersihkan wc
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam membersihkan wc
dilakukan dengan cara menyiram wc minimal 3 kali. Hal ini diketahui saat peneliti
berdiri di sekitar wc, kemudian ada seorang siswa masuk ke dalam wc, dan peneliti
mendengar suara siswa menyiram wc sekitar 4 kali. Pada saat istirahat pertama juga
ada siswa kelas V B masuk ke wc dan terdengar suara menyiram wc sebanyak 3
kali. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa anak
berkewajiban menjaga kebersihan wc. Sekolah menyadarkan pentingnya
kebersihan wc dengan mewajibkan siswa untuk menyiram minimal 3 kali setelah
90
menggunakan wc. Disisi lain, Nd selaku siswa kelas IV B mengatakan bahwa dia
akan membersihkan wc ketika mendapatkan sanksi. Selain itu, Nd juga pernah
membuang binatang-binatang yang masuk ke dalam wc.
Gambar 19. Sebuah ajakan untuk membersihkan wc.
Hasil observasi dan wawancara di atas mengenai aktivitas siswa dalam
membersihkan wc juga diperkuat dengan dokumentasi gambar sekolah yang
ditemukan oleh peneliti. Pada gambar 19 di atas merupakan sebuah ajakan kepada
siswa untuk menyiram wc hingga bersih setelah menggunakannya. Siswa juga
diminta untuk menggunakan air secukupnya.
Peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan
tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan (lampiran 16). Di dalam
Surat Keputusan tersebut terdapat tata tertib toilet. Adapun isi dari tata tertib toilet
diantaranya adalah gunakan air seperlunya, matikan kran air sebelum keluar dari
toilet, siram kloset sampai bersih, memastikan wc dalam keadaan bersih sebelum
meninggalkan toilet, dan lain sebagainya. Adapun sanksi yang didapatkan oleh
siswa jika melanggar tata tertib toilet adalah membersihkan toilet ketika jam
istirahat. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di atas,
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam membersihkan wc yaitu dengan cara
91
menyiram wc dengan air minimal 3 kali siraman setelah menggunakan wc dan
membuang binatang-binatang yang masuk ke dalam wc.
b. Membersihkan tempat sampah
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam membersihkan tempat
sampah dilakukan setiap hari oleh petugas piket dan dibuang ke gerobak sampah
yang berada di depan sekolah saat pulang sekolah. Hal ini dibuktikan pada saat jam
pulang sekolah, petugas piket kelas IV A terlihat sedang membuang sampah yang
ada di tempat sampah ke gerobak sampah. Hal tersebut dilakukan oleh para siswa
yang mendapatkan jadwal piket.
Hasil observasi di atas diperkuat dengan pendapat guru pendamping yang
mengatakan bahwa siswa membersihkan tempat sampah ketika sampah sudah
penuh. Tempat sampah yang penuh dibuang ke bak sampah yang berada di depan
sekolah oleh petugas piket setelah pulang sekolah. Begitu pula dengan pendapat Mz
siswa kelas V B mengatakan bahwa siswa yang bertugas untuk piket kelas
membersihkan tempat sampah dengan cara membuang sampah ke gerobak sampah
yang berada di depan sekolah.
Aktivitas siswa yang berkaitan dengan membersihkan tempat sampah ini
hanya ditemukan melalui observasi dan dokumentasi. Namun sayangnya peneliti
tidak menemukan dokumentasi gambar sekolah yang berkaitan dengan
membersihkan tempat sampah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam membersihkan tempat
sampah dilakukan dengan cara setiap pulang sekolah petugas piket kelas
92
mengangkut tempat sampah yang ada di depan kelas dan membuangnya ke gerobak
sampah yang ada di depan sekolah.
c. Membersihkan lingkungan sekolah
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan
sekolah dilakukan melalui kegiatan Semutlis setelah senam bersama. Semutlis
merupakan singkatan dari Sepuluh Menit Peduli Lingkungan Sekitar. Biasanya
senam bersama dilakukan setiap hari jumat. Kemudian setelah senam, siswa
bersama-sama membersihkan halaman sekolah yang dinamakan dengan Semutlis
ini.
Kegiatan Semutlis ini juga diperkuat dengan pendapat Dj yang mengatakan
bahwa siswa membersihkan lingkungan sekolah ketika hari jumat setelah kegiatan
senam bersama. Mereka kerja bakti di halaman sekolah melalui kegiatan Semutlis
(Sepuluh menit peduli lingkungan sekitar). Disisi lain, guru pendamping An
mengungkapkan bahwa siswa jarang membersihkan lingkungan sekolah karena
dibersihkan oleh petugas kebersihan sekolah. Namun siswa berpartisipasi
membersihkan lingkungan sekolah ketika kegiatan Semutlis setiap hari jumat.
Untuk memperkuat informasi mengenai kebersihan Semutlis tersebut,
peneliti menggunakan dokumentasi gambar sekolah seperti pada gambar 20 di
bawah ini. Gambar di bawah ini menunjukan bahwa siswa sedang melakukan kerja
bakti atau membersihkan halaman sekolah. Mereka menggunakan seragam
olahraga dikarenakan kegiatan tersebut dilakukan setelah senam. Berikut
merupakan dokumentasi mengenai kegiatan Semutlis.
93
Gambar 20. Aktivitas siswa membersihkan lingkungan sekolah melalui
Semutlis.
Selain gambar di atas, peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti
Surat Keputusan tentang Kegiatan Semutlis (lampiran 17). Di dalam Surat
Keputusan disebutkan bahwa SD Negeri Gedongkiwo perlu mengadakan Semutlis
untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. Setiap wali kelas
juga diharapkan untuk mengkoordinir siswa-siswinya untuk melakukan Semutlis
setiap sebelum dan sesudah pelajaran. Namun dalam pelaksanaannya Semutlis
diterapkan setiap seminggu sekali. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dalam membersihkan
lingkungan sekolah dilakukan dengan cara kerja bakti membersihkan lingkungan
melalui kegiatan Semutlis yang dilakukan setiap hari jumat setelah selesai senam.
d. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman dilakukan dengan cara merapikan pot tanaman, membersihkan pot
yang kotor, dan menata tanaman hidroponik. Hal ini dibuktikan bahwa beberapa
siswa yang sedang berolahraga merapikan pot-pot yang ada di dekat halaman
94
sekolah. Selain itu, peneliti juga pernah menjumpai siswa sedang membersihkan
pot dari kaleng cat saat jam istirahat pertama.
Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru
pendamping Um yang mengungkapkan bahwa siswa memperindah kelas dan
sekolah dengan tanaman yang mereka tanam melalui pot cat. Kemudian mereka
merawat tanaman yang mereka miliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Hn siswa
kelas V A yang mengatakan bahwa siswa diminta untuk menghias pot dari bekas
kaleng cat kemudian pot diberi tanaman dan dirawat setiap hari.
Gambar 21. Siswa sedang
memperindah tanaman di depan
ruang kelas.
Gambar 22. Lukisan pada pot
berkaleng cat yang diletakan di
depan ruang kelas.
Adapun dokumentasi gambar sekolah mengenai aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah ini juga terlihat pada kedua gambar di atas. Pada
gambar 21 terlihat bahwa seorang siswa sedang memasang tanaman yang digantung
di depan ruang kelas. Pada gambar 22 terlihat tanaman pot berkaleng cat dengan
lukisan yang ditempatkan di depan ruang kelas untuk memperindah kelas dan
sekolah.
Peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan
tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan (lampiran 16). Kebijakan
95
dalam Surat Keputusan tersebut menyebutkan bahwa warga sekolah wajib
menciptakan susasana sekolah yang nyaman, bersih, dan sehat dengan selalu
merawat dan menjaga keindahan lingkungan sekolah. Melukis pot kaleng cat
merupakan salah satu contoh aktivitas siswa dalam menciptakan sekolah yang
nyaman dalam menjaga keindahan lingkungan seperti ada pada Surat Keputusan
tersebut. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman dilakukan dengan cara siswa menghias pot tanaman dan merawat
tanaman tersebut di depan kelas.
e. Ikut memelihara taman di halaman sekolah
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam memelihara taman di
halaman sekolah dilakukan dengan cara menyiram tanaman setiap hari, mencabut
rumput yang tumbuh di dalam pot, dan memetik daun yang layu dan dibuang ke
tempat sampah. hal ini dibuktikan bahwa ada beberapa siswa memetik daun yang
layu pada tanaman yang tumbuh di depan kantin dan membuangnya ke tempat
sampah. Selain itu, peneliti juga menjumpai siswa Kelas V A menyiram tanaman
pot berkaleng cat yang berada di depan kelas saat istirahat kedua.
Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru
pendamping Um yang mengungkapkan bahwa setiap pagi hari siswa menyiram
tanaman dan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di dalam pot. Hn
menambahkan bahwa dirinya juga merawat tanaman dengan rajin menyirami dan
membuang bagian daun yang layu.
96
Peneliti juga menemukan dokumentasi gambar sekolah mengenai aktivitas
siswa dalam memelihara taman sekolah. Pada gambar di bawah ini merupakan
salah satu gambar mengenai aktivitas siswa ketika menyiram tanaman yang berada
di depan ruang kelas. Selain gambar, peneliti juga menemukan dokumentasi
sekolah seperti Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib
Lingkungan (lampiran 16). Pada komponen tata tertib dalam menjaga lingkungan
disebutkan bahwa setiap warga sekolah diwajibkan menjaga dan merawat tanaman
yang ada di lingkungan sekolah. Hal ini menunjukan bahwa memelihara lingkungan
sekolah adalah kewajiban semua warga sekolah. Maka berdasarkan hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman sekolah dilakukan dengan cara setiap hari menyiram
tanaman, memberi pupuk, dan memotong bagian tanaman yang layu. Berikut ini
merupakan bukti dari dokumentasi sekolah.
Gambar 23. Siswa sedang menyiram tanaman yang berada di depan kelas.
f. Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara membuang sampah berdasarkan jenis
sampah ke tempat sampah dan menyapu ruang kelas di pagi dan siang hari. Hal ini
97
dibuktikan pada jam istirahat pertama terlihat siswa membuang sampah di tempat
sampah yang berada di kantin. Selain itu juga terlihat siswa kelas IV dan V
menyapu di pagi dan siang hari setelah pulang sekolah.
Dari hasil observasi itu juga diperkuat dengan kesimpulan dari hasil
wawancara dengan guru pendamping yang mengatakan bahwa siswa melakukan
piket kelas di setiap pagi dan siang hari. Mereka juga membuang sampah di tempat
sampah berdasarkan jenis sampah. Jika tidak membuang sampang di tempat
sampah, maka siswa wajib mengambil 10 sampah yang berserakan di sekitar
sekolah. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pendapat Mz siswa kelas V B yang
mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengambil 10 sampah yang berserakan di
dsekitar sekolah kemudian dibuang ke tempat sampah. Hal tersebut dilakukan Mz
dan teman-teman yang lain karena mereka tidak membuang sampah pada
tempatnya.
Gambar 24. Siswa sedang
membuang sampah pada
tempatnya.
Gambar 25. Siswa sedang menyapu
di depan ruang kelas.
Aktivitas siswa membuang sampah dapat terlihat dari dokumentasi gambar
sekolah yang ada pada gambar 24 di atas. Gambar tersebut menunjukan bahwa
seorang siswa sedang membuang bungkus plastik ke tempat sampah yang berwarna
98
kuning. Tempat sampah berwarna kuning merupakan tempat sampah anorganik
seperti plastik. Tempat sampah ini disediakan di hampir setiap depan ruang kelas.
Selain itu, aktivitas menjaga kebersihan lingkungan juga ditunjukan pada gambar
25 di atas. Gambar tersebut menunjukan bahwa siswa sedang menyapu depan ruang
kelas.
Peneliti juga menemukan dokumentasi sekolah seperti Surat Keputusan
tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib Lingkungan (lampiran 16) dan Surat
Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada Tempatnya (lampiran 18).
Di dalam Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata Tertib
Lingkungan pada komponen tata tertib dalam menjaga lingkungan disebutkan
bahwa setiap warga sekolah diwajibkan peduli pada sampah dengan membuang
sampah pada keranjang sampah. selain itu, setiap warga sekolah juga diwajibkan
membersihkan kelas dan lingkungan sekitar oleh regu piket. Adapun sanksi jika
regu piket tidak melaksakan kebersihan kelas dan lingkungan sekitar, maka regu
piket harus membersihkan kelas dan areal sekitarnya.
Pada Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah Pada
Tempatnya, disebutkan bahwa setiap warga sekolah dilarang untuk membuang
sampah sembarangan. Maka sudah jelas bahwa setiap warga sekolah wajib
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Berdasarkan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa
dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara membuang
sampah pada tempat sampah yang telah disediakan dan petugas piket kelas
membersihkan kelas setiap pagi dan siang hari.
99
C. Pembahasan Penelitian
1. Tahap Persiapan Hidroponik
a. Perencanaan Penanaman Peduli Lingkungan Melalui Program Hidroponik
Hasil penelitian menunjukan bahwa SD Negeri Gedongkiwo memiliki visi
dan misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Visi tersebut berbunyi
“Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang
berwawasan lingkungan dan berbudaya”. Visi tersebut memiliki tujuh indikator
dengan salah satu indikator berbunyi “Unggul dalam bidang wawasan lingkungan”.
Berdasarkan visi dan indikator yang ingin dicapai oleh sekolah menunjukan bahwa
sekolah ingin meningkatkan wawasan lingkungan pada semua warga sekolah. Hal
tersebut juga terlihat pada misi sekolah di point keempat yang berbunyi
“Menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau bersih menyenangkan”.
Visi dan misi SD Negeri Gedongkiwo menunjukkan bahwa sekolah telah
memiliki susunan visi dan misi sekolah yang memuat peduli lingkungan yang akan
dibudayakan oleh sekolah. Hal tersebut sesuai dengan Kemendiknas (2010: 19)
yang menyatakan bahwa budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat
peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah, guru, dan warga
sekolah yang lain. Budaya sekolah yang berkarakter peduli lingkungan ini dapat
membantu sekolah untuk menanamkan karakter peduli lingkungan melalui
pembiasaan-pembiasaan berperilaku peduli terhadap lingkungan. Berdasarkan hal
di atas dapat dikatakan bahwa visi dan misi yang ada pada SD Negeri Gedongkiwo
telah sesuai dengan pengembangan pendidikan karakter peduli lingkungan di
sekolah menurut Kemendiknas.
100
Visi dan misi sekolah sebenarnya telah disosialisasikan ke seluruh warga
sekolah dan para pengunjung yang datang ke sekolah. Hal ini dapat dilihat melalui
pemajangan visi misi sekolah di berbagai tempat. Adapun lokasi pemajangan visi
dan misi sekolah yang ditemukan oleh peneliti berada di tembok ruang kepala
sekolah, di depan ruang kepala sekolah, di tembok ruang guru, di depan ruang guru,
dan di tembok ruang kelas VI A. Proses sosialisasi mengenai visi dan misi sekolah
sebenarnya mencerminkan tahapan perkembangan peduli lingkungan menurut
Lickona (2014: 77) yakni pengetahuan nilai-nilai moral pada tahap pengetahuan
moral. Pengetahuan nilai-nilai moral melalui papan visi dan misi yang dipajang di
berbagai tempat akan membuat anak berpikir mengenai pentingnya peduli
lingkungan yang harus dijaga dan dibudayakan oleh diri sendiri. Namun sayangnya
masih ada warga sekolah yang tidak hafal dengan bunyi visi dan misi sekolah.
Meskipun mereka tidak hafal dengan bunyi visi dan misi sekolah, mereka tahu
bahwa sekolah memang memiliki visi dan misi yang berkaitan dengan peduli
lingkungan. Apalagi guru dan siswa tahu bahwa sekolah merupakan sekolah
Adiwiyata.
Pemilihan program hidroponik dalam rangka peduli lingkungan ini
dikarenakan sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan untuk mengenalkan
hidroponik pada siswa. Disperindagkoptan menunjuk sekolah untuk menerapkan
hidroponik karena sekolah merupakan sekolah Adiwiyata Provinsi dan akan melaju
ke tahap nasional. Tentunya dalam rangka menuju sekolah Adiwiyata Nasional,
sekolah perlu meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dan
mempertahankan kecintaan siswa terhadap lingkungan.
101
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan program hidroponik bertujuan agar
siswa dapat bercocok tanam, merawat tanaman, dan menciptakan lingkungan
sekolah yang asri dan hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2015: 9) yang
menyatakan bahwa hidroponik dapat menciptakan lingkungan yang lebih tertata
rapi dan bersih serta memiliki perawatan yang lebih praktis. Meskipun merawat
tanaman hidroponik tergolong lebih praktis dibandingkan dengan tanaman lainnya,
siswa tetap dapat mempelajari cara menanam dan merawat hidroponik dengan baik
sehingga mereka bisa bercocok tanam dan merawat tanaman secara mandiri. Hal
ini telah mencerminkan terjadinya tahap perkembangan karakter berupa penalaran
moral pada tahap pengetahuan moral( Lickona, 2014: 78). Seiring berjalannya
waktu dan kebiasaan menjaga lingkungan yang diterapkan kepada anak, maka
mereka akan memiliki penalaran moral khususnya dalam menjaga lingkungan
seperti tujuan penerapan program hidroponik di atas.
Adapun nilai-nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang ingin
diterapkan oleh sekolah melalui program hidroponik adalah siswa dapat merawat
tanaman dan peduli terhadap lingkungan. Hal ini sesuai dengan indikator
keberhasilan pendidikan karakter peduli lingkungan menurut teori Daryanto dan
Darmiatun (2013: 150). Indikator keberhasilan yang digunakan adalah keberhasilan
pada jenjang kelas tinggi. Hal ini dikarenakan program hidroponik lebih difokuskan
untuk siswa kelas IV dan V. Menurut Daryanto dan Darmiatun (2013 : 150), salah
satu indikator keberhasilan peduli lingkungan pada siswa kelas tinggi adalah ikut
memelihara taman di halaman sekolah. Indikator tersebut dapat menggambarkan
102
bahwa siswa dapat merawat tanaman dan peduli terhadap lingkungan seperti apa
yang diharapkan oleh sekolah.
b. Persiapan Bercocok Tanam Hidroponik
Pada persiapan bercocok tanam hidroponik ini peneliti menemukan informasi
mengenai lokasi hidroponik, media tanam, teknik, wadah, benih, serta alat dan
bahan hidroponik yang digunakan oleh sekolah. Hasil penelitian mengenai lokasi
hidroponik berada di depan ruang kepala sekolah dan depan ruang kelas IV, V, dan
VI. Ruang kepala sekolah terletak di lantai satu, sedangkan ruang kelas IV, V, dan
VI terletak di lantai dua. Bercocok tanam hidroponik ini dapat dilakukan dimana
saja seperti pada lokasi yang diterapkan oleh SD Negeri Gedongkiwo. Hal tersebut
diperkuat dengan pendapat Alviani (2015: 13) yang menyatakan bahwa hidroponik
tidak menggantungkan keberadaan tanah sehingga dapat dilakukan dimana saja,
baik dengan cara vertikal maupun horizontal.
Adapun media tanam yang pernah digunakan oleh sekolah yaitu arang sekam,
kerikil, dan arang. Media tanam tersebut memang dapat digunakan sebagai
pengganti tanah. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Alviani (2015: 20) bahwa
arang sekam mampu memberikan hasil terbaik untuk memproduksi sayur-mayur
seperti tanaman hidroponik. Warna hitam pada arang sekam dapat mengabsorbsi
sinar matahari secara efektif dan dapat menghilangkan pengaruh penyakit tanaman.
Selain arang sekam, kerikil juga dapat digunakan sebagai media tanam yang efektif
terutama dalam membantu peredaran unsur hara ke tanaman dan menekan
pertumbuhan akar yang berlebihan (Alviani, 2015: 24). Media tanam lainnya yang
digunakan oleh sekolah adalah arang. Pada penggunaannya, arang biasanya
103
dicampur dengan arang sekam. Alviani menyatakan bahwa arang ini jika
dicampurkan dengan arang sekam maka dapat menghilangkan bakteri dan gulma
yang ada pada tanaman. Dengan demikian, pemilihan sekolah pada media tanam
menggunakan arang sekam, kerikil, dan arang dapat menjadi pengganti tanah dalam
bercocok tanam hidroponik.
Adapun teknik hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah teknik sumbu.
Hal ini terlihat dari keberadaan pot yang diletakan di atas instalasi hidroponik.
Teknik sumbu atau system wick ini dapat dikatakan sebagai sistem yang paling
dasar. Oleh karena itu teknik ini sangat membantu pemula yang ingin bertanam
hidroponik. Menurut Alviani (2015: 41), cara seperti teknik sumbu ini mirip seperti
cara kerja kompor tradisional, dimana sumbu berfungsi sebagai penyerap larutan
dalam media tersebut. Cara tersebut sama seperti apa yang dipraktekan oleh
sekolah.
Wadah pembibitan dari program hidroponik ini menggunakan pot dan bagian
leher dari botol plastik bekas. Penggunaan wadah berupa pot ini lebih banyak
dibandingkan dengan wadah yang terbuat dari bagian leher botol plastik bekas.
Namun jika menggunakan botol atau gelas air mineral bekas, maka sisi-sisinya
dilubangi menggunakan solder listrik atau alat pelubang lainnya (Alviani, 2015:
57). Hal ini sesuai dengan apa yang diterapkan oleh sekolah bahwa bagian leher
dari botol plastik bekas itu dilubangi dengan paku yang telah dipanasi. Pembuatan
wadah pembibitan ini dilakukan oleh anak sesuai dengan kreativitas yang mereka
miliki. Anak diperbolehkan untuk memberikan cat warna pada wadah pembibitan
maupun menutup bagian luar wadah dengan plastik hitam. Kreativitas anak dalam
104
membuat wadah pembibitan ini ternyata tidak hanya mencerminkan karakter peduli
lingkungan mengenai penggunaan barang bekas, namun muncul karakter lain
seperti kreatif. Karakter kreatif ini tercermin dari pembuatan wadah pembibitan
yang bervariasi tersebut. Mereka pastinya akan merasa senang dengan wadah yang
dibuatnya secara kreatif. Anak-anak secara tidak langsung telah menyenangi
bercocok tanam hidroponik. Hal ini mencerminkan bahwa pendidikan karakter
telah masuk pada tahap perasaan moral yakni penghargaan diri (Lickona, 2014: 82).
Anak-anak akan menghargai hasil karya wadah pembibitan yang telah dibuatnya
sendiri dan menghargai karya teman yang lain. Apalagi wadah pembibitan tersebut
nantinya akan digunakan sebagai tanaman hidroponik yang dipeliharanya. Selain
kreatif, anak-anak juga sebenarnya telah mandiri dalam membuat wadah
pembibitan tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa pembuatan wadah pembibitan
ini tidak hanya mencerminkan karakter peduli lingkungan namun memunculkan
karakter lain seperti kreatif dan mandiri.
Adapun benih yang digunakan oleh sekolah adalah tanaman bayam,
kangkung, selada, cabai, paprika, terong, sawi, selada merah, bawang merah,
bawang putih, kacang hijau, sawi sendok, timun, tomat, selada, bawang bombay,
melon, seledri, dan stroberi. Tanaman-tanaman tersebut sangat cocok jika
diterapkan melalui bercocok tanam hidroponik. Apalagi menurut Alviani (2015:
55) bahwa jenis sayuran adalah tumbuhan yang paling mudah dan banyak ditanam.
Selain itu, sayuran yang berasal dari hidroponik memiliki kesegaran yang unggul
dibandingkan dengan bercocok tanam lainnya.
105
Berdasarkan hasil penelitian, persiapan program hidroponik mengenai alat
dan bahan disiapkan oleh sekolah. Untuk menunjang penanaman pendidikan
karakter peduli lingkungan pada program hidroponik, sekolah menyediakan alat
dan bahan seperti paralon, media tanam, benih, larutan nutrisi, pot, alat panen, dan
lain sebagainya. Siswa tidak menyediakan alat dan bahan secara mandiri namun
khusus untuk instalasi seperti botol plastik bekas disediakan sendiri. Penyediaan
alat dan bahan dalam rangka pendidikan karakter ini menggambarkan kegiatan
pengkondisian sekolah. Menurut Kemendiknas (2010: 15), program pengembangan
diri melalui pengkondisian dilakukan sebagai usaha sekolah untuk mendukung
penanaman dan pelaksanaan karakter peduli lingkungan. Pengkondisian ini
dilakukan melalui alat dan bahan hidroponik yang disiapkan oleh sekolah. Hal
inilah yang merupakan salah satu contoh kegiatan sekolah dalam penanaman
pendidikan karakter peduli lingkungan.
2. Tahap Persemaian dan Pembibitan Hidroponik
a. Persemaian
Berdasarkan hasil penelitian, proses persemaian yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan cara guru meminta siswa untuk menggunakan
air secukupnya ketika merendam benih yang dimasukan ke dalam gayung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Prihmantoro (1996: 37) yang menyatakan bahwa
persemaian dilakukan dengan merendam benih terlebih dahulu. Bahkan
Prihmantoro juga menyatakan bahwa dalam merendam benih ini sebaiknya
dilakukan menggunakan air hangat. Namun dalam observasi yang dilakukan oleh
106
peneliti, air yang digunakan oleh sekolah adalah air yang berasal dari kran dan
bukan air yang suhunya hangat.
Ketika melakukan persemaian ini, Setyoadji (2015: 70) menyarankan untuk
merendam benih selama 2 hingga 3 jam. Namun sekolah hanya merendam benih
dalam waktu yang relatif singkat. Penggunaan air yang secukupnya alias tidak
berlebihan ini mencerminkan bahwa siswa hemat terhadap energi. Aktivitas
tersebut jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi suatu kebiasaan dalam
menghemat energi seperti air. Pembiasaan hemat energi ini mencerminkan nilai
peduli lingkungan untuk indikator kelas (Kemendiknas, 2010: 29). Maka dari
penggunaan air secukupnya ketika merendam benih ini sudah mencerminkan nilai
peduli lingkungan. Kebiasaan dalam hemat energi ini juga telah dilakukan oleh
guru-guru sehingga dapat menjadi panutan bagi anak-anak. Aktivitas seperti ini
telah mencerminkan aspek keteladanan dalam pendidikan karakter.
Penggunaan hemat air pada saat tahap persemaian ini juga menunjukan
bahwa siswa telah sadar betapa pentingnya mereka hemat terhadap sumber daya
alam. Bentuk kesadaran tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan karakter maka
akan menunjukan suatu kesadaran moral seperti pendapat dari Lickona (2014: 75).
Dari kesadaran moral ini anak-anak menjadi tahu bahwa apa yang mereka lakukan
itu adalah hal yang baik untuk lingkungan masa depan.
Proses persemaian yang dilakukan di sekolah tidak hanya mencerminkan
karakter peduli lingkungan, namun muncul karakter lainnya. Ketika siswa
menggunakan air pada saat merendam benih sebenarnya muncul karakter lain
seperti peduli sosial. Hal ini dapat tercermin dari kepedulian siswa ketika
107
membantu teman-teman lainnya yang tidak tahu cara merendam benih yang benar,
tidak tahu banyaknya air yang digunakan, dan lain sebagainya. Kepedulian sosial
ini juga mencerminkan tahap perkembangan karakter seperti empati dan mencintai
kebaikan pada tahap perasaan moral (Lickona, 2014: 83). Empati yang sejatinya
merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif ini telah melekat pada siswa
yang tercermin dari kepedulian mereka membantu teman lainnya dalam merendam
benih. Aktivitas seperti ini juga mencerminkan bahwa mereka memiliki
ketertarikan yang murni dalam membantu temannya sehingga dapat dikatakan telah
mencintai kebaikan.
b. Pembibitan
Berdasarkan hasil penelitian, proses pembibitan yang berkaitan dengan peduli
lingkungan dilakukan dengan guru meminta siswa untuk menggunakan media
tanam dan air secukupnya, namun biasanya sekolah tidak menerapkan proses
pembibitan. Penggunaan media tanam dan air secukupnya menunjukan bahwa
siswa telah menjaga kelestarian alam dan hemat terhadap energi. Jika siswa
menggunakan media tanam dan air yang berlebihan, maka mereka tidak dapat
menjaga alam. Hal ini dikarenakan media tanam diperoleh dari alam. Aktivitas
penghematan terhadap sumber energi ini juga mencerminkan nilai peduli
lingkungan untuk indikator kelas (Kemendiknas, 2010: 29). Selain itu,
penghematan energi yang dicontohkan oleh sekolah juga mencerminkan aspek
keteladanan dalam pendidikan karakter.
Penggunaan media tanam dan air secukupnya pada saat tahap pembibitan ini
juga menunjukan bahwa siswa telah sadar betapa pentingnya mereka hemat
108
terhadap sumber daya alam. Bentuk kesadaran tersebut jika dikaitkan dengan
pendidikan karakter maka akan menunjukan suatu penalaran moral seperti pendapat
dari Lickona (2014: 78). Penalaran moral ini akan membuat anak-anak berpikir
bahwa hemat terhadap sumber daya alam akan menjaga keutuhan lingkungan di
masa mendatang.
Proses pembibitan yang dilakukan di sekolah tidak hanya mencerminkan
karakter peduli lingkungan, namun muncul karakter lainnya. Ketika siswa mengisi
media tanam pada wadah pembibitan sebenarnya muncul karakter lain seperti
peduli sosial. Hal ini dapat tercermin dari kepedulian siswa ketika membantu
teman-teman lainnya yang tidak tahu banyaknya media tanam yang dimasukan ke
dalam wadah, tidak tahu cara menaruh bibit, dan lain sebagainya. Kepedulian sosial
ini juga mencerminkan tahap perkembangan karakter seperti empati dan mencintai
kebaikan pada tahap perasaan moral (Lickona, 2014: 83). Empati yang dilakukan
siswa berupa menawarkan bantuan, memberi tahu banyaknya media tanam, atau
lainnya muncul dengan sendirinya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Aktivitas
seperti ini juga mencerminkan bahwa mereka telah mencintai kebaikan yang benar-
benar murni yang muncul dari diri mereka.
3. Tahap Penanaman Hidroponik
Berdasarkan hasil penelitian, proses penanaman yang berkaitan dengan
peduli lingkungan dilakukan dengan cara guru meminta siswa untuk menggunakan
air secukupnya pada instalasi hidroponik, menambah media tanam secukupnya, dan
menyiram tanaman dengan air secukupnya. Pada tahap penanaman ini siswa
ditanamkan nilai penghematan terhadap sumber daya alam. Penggunaan air dan
109
media tanam secukupnya ini tentu dapat mencegah terjadinya kekurangan pasokan
air dan bahan utama dari media tanam di masa mendatang. Hal ini telah
mencerminkan bahwa sekolah memberikan penguatan dan pengembangan nilai-
nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik di sekolah maupun
setelah lulus. Upaya yang dilakukan oleh sekolah ini sesuai dengan tujuan
pendidikan karakter di sekolah menurut Kesuma (2011: 9) yakni menguatkan dan
mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga
menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai
yang ditanamkan.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, instalasi
hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah botol plastik bekas dan paralon.
Penggunaan instalasi hidroponik ini telah sesuai dengan Alviani (2015: 36) yang
menyatakan bahwa instalasi yang dapat digunakan adalah botol air mineral
berukuran besar dan pipa PVC. Selain itu, sekolah dapat menciptakan instalasi
lainnya seperti box yang terbuat dari styrofoam seperti apa yang disarankan oleh
Alviani. Dengan demikian, instalasi yang digunakan oleh sekolah dalam program
hidroponik ini telah sesuai dengan teori mengenai hidroponik.
Proses penanaman yang dilakukan di sekolah tidak hanya mencerminkan
karakter peduli lingkungan, namun muncul karakter lainnya. Ketika siswa
menambah media tanam pada wadah pembibitan dan menyiram bibit yang telah
ditanam sebenarnya muncul karakter lain seperti peduli sosial dan kerja keras. Hal
ini dapat tercermin dari kepedulian siswa ketika membantu teman-teman lainnya
dalam menambahkan media tanam. Kerja keras siswa dapat terlihat dari semangat
110
siswa-siswa ketika menanam bibit ke dalam instalasi hidroponik. Kepedulian sosial
dan kerja keras ini juga mencerminkan tahap perkembangan karakter seperti hati
nurani, empati, dan mencintai kebaikan pada tahap perasaan moral (Lickona, 2014:
83). Hati nurani anak dapat terlihat dari kepedulian mereka ketika menambahkan
media tanam yang kurang pada pot milik temannya. Anak mungkin telah menyadari
jika hidroponik kekurangan media tanam nantinya akan tumbuh tidak bagus.
Empati yang dilakukan siswa berupa menawarkan bantuan kepada temannya yang
muncul dengan sendirinya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Aktivitas seperti
ini juga mencerminkan bahwa mereka telah mencintai kebaikan baik sesama teman
maupun lingkungan alam.
4. Tahap pemeliharaan hidroponik
a. Penyiraman
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, proses
penyiraman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara guru
meminta siswa untuk menyiram tanaman dan menambahkan air secukupnya jika
air dalam instalasi berkurang atau sudah kotor, serta dilakukan oleh siswa setiap
seminggu sekali. Aktivitas siswa berupa menyiram tanaman ini mencerminkan
bahwa siswa memelihara tanaman di sekolah (Daryanto dan Darmiatun, 2013 : 150
). Meskipun aktivitas menyiram tanaman hidroponik ini tidak dilakukan setiap hari,
namun siswa tahu kapan mereka harus menyiramnya dengan air biasa. Bahkan
seorang siswa mengatakan bahwa ia dan teman-teman harus menyiram tanaman
hidroponik jika tanaman yang baru mereka tanam memiliki daun kurang dari empat
helai. Pengetahuan mengenai cara menyiram tersebut diperoleh dari guru
111
pendamping yang ditularkan kepada siswa. Pengetahuan siswa dalam menyiram
tanaman hidroponik ini mencerminkan tahap pendidikan karakter melalui
pengetahuan nilai-nilai moral seperti apa yang dikatakan oleh Lickona. Mengetahui
nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi
(Lickona, 2014: 77). Dari pengetahuan mengenai cara menyiram itu, maka siswa
jadi tahu apa yang harus mereka lakukan ketika tanaman hidroponiknya masih
memiliki daun kurang dari 4 helai.
Tahap perkembangan karakter pada proses penyiraman tidak hanya terjadi
pada tahap pengetahuan moral, namun telah mencapai perasaan moral dan tindakan
moral. Perasaan moral yang tercermin adalah mencintai kebaikan. Lickona (2014:
64) menyatakan bahwa mencintai kebaikan akan lahir dari hasrat bukan hanya
kewajiban. Hasrat siswa untuk menyiram tanaman hidroponik tidak hanya sekedar
kewajiban mereka dalam merawat tanaman. Mereka telah menyadari bahwa
tanaman yang kekurangan air nantinya akan layu sehingga tanpa dipaksapun
mereka akan menyiram dengan sendirinya. Kegiatan rutin ini juga akan membentuk
tindakan moral berupa kebiasaan (Lickona, 2014: 87). Kebiasaan yang baik seperti
rutin menyiram tanaman hidroponik yang layu maupun kekurangan air ini perlu
dipertahankan agar anak semakin peduli terhadap lingkungan.
Proses penyiraman yang dilakukan oleh siswa tidak hanya mencerminkan
bahwa mereka peduli terhadap lingkungan, namun telah mencerminkan karakter
yang lain. Kebiasaan siswa dalam menyiram tanaman hidroponik telah
mencerminkan bahwa siswa memiliki karakter disiplin dan kerja keras yang tinggi.
Kedisiplinan dan kerja keras ini perlu dipertahankan agar anak memiliki karakter
112
yang baik. Selain itu, mereka juga memiliki karakter tanggung jawab yang luar
biasa. Hal ini dapat tercermin dari tanggung jawab mereka dalam merawat tanaman
hidroponik yang dimilikinya.
b. Pemberian Larutan Nutrisi
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, proses pemberian
larutan nutrisi yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara
guru pendamping menyiapkan larutan nutrisi kemudian siswa menyiram tanaman
hidroponik secukupnya dengan larutan nutrisi tersebut. Aktivitas pemberian larutan
secukupnya ini menunjukan bahwa siswa hemat dalam pemakaian suatu benda.
Penghematan ini ini mencerminkan nilai peduli lingkungan untuk indikator kelas
(Kemendiknas, 2010: 29). Larutan nutrisi yang disiapkan oleh guru pendamping
merupakan salah satu contoh bentuk keteladanan guru terhadap tindakan-tindakan
yang baik agar siswa dapat menirukannya. Bentuk keteladanan ini merupakan
contoh Program Pengembangan Diri (Kemendiknas, 2010: 15). Pencampuran
larutan nutrisi dengan air secukupnya yang dilakukan oleh guru pendamping ini
nantinya akan ditiru oleh siswa terutama ketika mereka praktek memberikan larutan
nutrisi secara mandiri.
proses pemberian larutan nutrisi mencerminkan bahwa siswa telah mencapai
tahap perkembangan karakter pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan
moral. Pengetahuan moral dapat terlihat dari pengambilan keputusan siswa dalam
menyiram larutan nutrisi pada tanaman hidroponik yang membutuhkan larutan
nutrisi. Anak akan berpikir apakah tanaman hidroponik yang dimilikinya perlu
diberi larutan nutrisi atau tidak. Hal seperti ini mencerminkan bahwa anak telah
113
mampu mengambil keputusan (Lickona, 2014: 78). Pada perasaan moral muncul
perasaan mencintai kebaikan. Anak tidak hanya memberi larutan pada tanaman
hidroponik milik sendiri, namun mereka juga memberikannya pada hidroponik
milik teman-temannya. Perilaku tersebut telah mencerminkan bahwa anak
mencintai kebaikan (Lickona, 2014: 83). Tindakan moral yang tercermin dari
pemberian larutan nutrisi adalah kehendak. Siswa akan berkehendak menyiram
larutan nutrisi jika mereka melihat tanaman hidroponik membutuhkan larutan.
Namun jika tanaman hidroponik tidak memerlukan larutan nutrisi, mereka tidak
berkehendak untuk menyiram larutan nutrisi tersebut.
Proses pemberian larutan nutrisi yang dilakukan oleh siswa tidak hanya
mencerminkan bahwa mereka peduli terhadap lingkungan, namun telah
mencerminkan karakter yang lain. Kebiasaan siswa dalam memberikan larutan
nutrisi pada tanaman hidroponik telah mencerminkan bahwa siswa memiliki
karakter disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab yang tinggi. Ketiga karakter ini
perlu dipertahankan agar mereka tetap peduli terhadap lingkungan sekitar.
c. Pemangkasan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, proses
pemangkasan yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan cara guru
meminta siswa untuk mencabut bagian tanaman yang layu kemudian dibuang ke
tempat sampah agar tanaman tidak mati. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa-siswa
ini telah mencerminkan kepedulian siswa terhadap tanaman sekitar terutama
tanaman hidroponik yang sedang dirawatnya. Bila dikaitkan dengan pendidikan
karakter, maka kepedulian siswa tersebut merupakan bentuk kesadaran moral
114
seperti teori dari Lickona (2014: 75). Bentuk kesadaran moral ini dilakukan karena
siswa telah menyadari bahwa jika mereka membiarkan daun yang layu pada
tanaman hidroponik itu, maka tanaman hidroponik akan mati. Meskipun mereka
memiliki kesadaran moral terhadap tanaman tersebut, namun tidak semua anak mau
untuk memetik daun yang layu. Ketidakmauan ini ditimbulkan karena kehendak
siswa yang berbeda-beda. Kehendak merupakan salah satu tindakan moral dalam
tahap perkembangan pendidikan karakter. Menurut Lickona (2014: 87), seseorang
yang memiliki kehendak untuk peduli terhadap lingkungan akan melakukan
tindakan peduli lingkungan karena ia sadar dan merasa berkewajiban menjaga
lingkungan. Pemangkasan ini juga memunculkan rasa empati anak terhadap
tanaman hidroponik yang dimiliki oleh temannya. Mereka tidak hanya memangkas
tanaman hidroponik milik sendiri, namun jika mereka melihat tanaman milik
temannya layu atau ada daun yang busuk maka tanpa disuruh mereka akan memetik
bagian yang layu ini. Bentuk kepedulian ini timbul karena mereka tidak
menginginkan tanaman hidroponik yang dipelihara oleh temannya mati karena
hama.
Proses pemangkasan yang dilakukan oleh siswa tidak hanya mencerminkan
bahwa mereka peduli terhadap lingkungan, namun telah mencerminkan karakter
yang lain. Kebiasaan siswa dalam memangkas tanaman yang layu pada tanaman
hidroponik telah mencerminkan bahwa siswa memiliki karakter rasa ingin tahu,
peduli sosial dan tanggung jawab yang tinggi. Karakter rasa ingin tahu tercermin
dari rasa penasaran siswa mengenai alasan pentingnya mereka memetik bagian
tanaman yang layu. Karakter peduli sosial dan tanggung jawab yang tinggi
115
tercermin dari kepedulian mereka dalam memangkas tanaman hidroponik milik
sendiri dan orang lain.
5. Tahap Pemanenan Hidroponik
a. Waktu Panen
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa sumber, proses pemanenan yang
berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan guru meminta siswa untuk
memanen tanaman secara berhati-hati dan membuang hasil panen yang busuk ke
tempat sampah. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa ini telah mencerminkan tahap
perkembangan pendidikan karakter peduli lingkungan berupa pengetahuan moral
terutama dalam mengambil keputusan. Keterampilan mengambil keputusan berarti
mampu memikirkan langkah yang mungkin diambil saat menghadapi permasalahan
moral (Lickona, 2014: 78). Sebagai contoh saat siswa menemukan buah yang
busuk, maka dengan segera mereka membuang buah yang busuk ke dalam tempat
sampah yang telah disediakan oleh sekolah. Memanen tanaman dengan cara
berhati-hati juga mencerminkan bentuk penalaran moral siswa pada tahap
perkembangan pendidikan karakter peduli lingkungan mengenai pengetahuan
moral. Penalaran moral dalam pemanenan hidroponik berarti anak mampu
memahami mengapa manusia perlu berhati-hati dalam memanen dan peduli
terhadap keadaan lingkungan sekitar.
Tahap perkembangan karakter lainnya adalah tahap perasaan moral dan
tindakan moral. Tahap perasaan moral berupa kontrol diri dimana anak
mengendalikan dirinya supaya senantiasa berhati-hati dalam memetik hasil panen.
Kontrol diri ini penting bagi anak untuk mengekang keterlenaan diri (Lickona,
116
2014: 84). Jika mereka lupa memanen atau tidak berhati-hati dalam memanen akan
berakibat fatal pada hasil panen yang akan dihasilkannya.
Adapun tahap tindakan moral yang tercermin pada proses pemanenan ini
berupa kompetensi moral dan kebiasaan siswa dalam memanen. Kompetensi moral
merupakan kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam
tindakan moral yang efektif (Lickona, 2014: 86). Kompetensi moral ini tercermin
dari kualitas hasil panen yang didapatkannya. Kebiasaan dapat tercermin dari
tindakan yang tanpa disadari dan dilakukan secara benar dalam memanen tanaman
hidroponik.
Proses pemanenan yang dilakukan oleh siswa tidak hanya mencerminkan
karakter peduli lingkungan, namun telah mencerminkan karakter yang lain. Pada
proses pemanenan ini, ada beberapa karakter yang dihasilkan seperti jujur, disiplin,
kerja keras, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kejujuran siswa tercermin dari hasil
panen yang dikumpulkan kepada guru pendamping. Kedisplinan, kerja keras dan
tanggung jawab tercermin ketika mereka memasuki waktu panen. Peduli sosila
dapat tercermin saat membantu temannya yang tidak bisa memanen tanaman
hidroponik yang dimilikinya.
b. Alat Panen
Berdasarkan hasil penelitian, alat panen seperti gunting dan keranjang
disediakan oleh sekolah. Hal ini sesuai dengan pengembangan pendidikan karakter
peduli lingkungan di sekolah. Sekolah merupakan tempat yang menyediakan
berbagai fasilitas terutama dalam penerapan pendidikan karakter. Kemendiknas
(2010: 15) mengemukakan bahwa salah satu pengembangan pendidikan karakter di
117
sekolah yakni melalui program pengembangan diri. Di dalam pengembangan
pendidikan karkter ini, penyediaan alat panen merupakan bentuk pengkondisian
yang dilakukan oleh sekolah dalam menunjang pendidikan karakter peduli
lingkungan melalui program hidroponik. Alat panen adalah salah satu fasilitas yang
perlu disiapkan oleh sekolah dalam pelaksanaan program hidroponik.
Pengkondisian yang difasilitasi oleh sekolah ini tentunya akan menunjang
keberlangsungan pendidikan karakter peduli lingkungan pada program hidroponik.
6. Karakter Peduli Lingkungan yang Ditanamkan
a. Membersihkan wc
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, aktivitas siswa
dalam membersihkan wc yaitu dengan cara guru meminta siswa untuk menyiram
wc dengan air minimal 3 kali siraman setelah menggunakan wc dan membuang
binatang-binatang yang masuk ke dalam wc. Aktivitas yang dilakukan siswa ini
merupakan contoh kegiatan rutin yang dilakukan sebagai warga sekolah pada
program pengembangan diri (Kemendiknas, 2010: 15). Aktivitas membersihkan wc
ini dilakukan secara rutin setelah menggunakan wc. Tentunya siswa menyadari
bahwa jika mereka tidak menyiram atau membersihkan wc hingga bersih, mereka
tidak menjaga kebersihan terutama kebersihan wc. Mereka juga menyadari jika
orang lain tidak membersihkan wc dengan bersih kemudian ia akan menggunakan
wc itu, maka ia dapat merasakan kekesalan sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa
anak telah memiliki hati nurani yang tinggi pada tahap perasaan moral (Lickona,
2014: 80). Seseorang yang berkarakter peduli lingkungan tidak hanya belajar
membedakan antara yang baik dan buruk dalam bertindak terhadap lingkungan,
118
tetapi akan mencintai perbuatan peduli lingkungan dan membenci perbuatan tidak
peduli lingkungan. Mencintai kebaikan juga merupakan contoh dari perasaan moral
pada tahap perkembangan pendidikan karakter peduli lingkungan (Lickona, 2014:
83).
Tidak hanya perasaan moral yang muncul pada aktivitas membersihkan wc,
namun tahap pengetahuan moral dan tindakan moral juga muncul pada aktivitas ini.
Adapun tahap pengetahuan moral ini berupa memahami diri sendiri. Anak telah
mampu memahami dirinya sendiri untuk menyiram wc setelah menggunakannya.
Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit untuk
dikuasai (Lickona, 2014: 79). Meskipun pengetahuan yang paling sulit, namun
anak-anak telah mampu memahami diri sendiri dalam menjaga kebersihan di wc.
Jika anak telah menyadari diri sendiri, maka dapat membentuk perkembangan
karakter berupa tindakan moral seperti kebiasaan. Anak lama-kelamaan akan
terbiasa untuk menjaga kebersihan wc dengan cara menyiram wc minimal 3 kali
siraman.
Aktivitas siswa dalam membersihkan wc tidak hanya mencerminkan karakter
peduli lingkungan, namun menghasilkan karakter yang lain. Kebiasaan siswa dalam
membersihkan wc akan menanamkan karakter mandiri pada diri siswa.
Kemandirian siswa dalam membersihkan wc diharapkan tidak hanya dilakukan di
lingkungan sekolah, namun dapat dilakukan di rumah dan tempat lainnya.
b. Membersihkan tempat sampah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah dilakukan dengan cara guru meminta siswa agar
119
setiap pulang sekolah petugas piket kelas mengangkut tempat sampah yang ada di
depan kelas dan membuangnya ke gerobak sampah yang ada di depan sekolah. Hal
ini merupakan contoh kegiatan rutin sekolah dalam program pengembangan diri
terutama dalam pendidikan karakter peduli lingkungan (Kemendiknas, 2010: 15).
Kegiatan rutin ini dilakukan setiap pulang sekolah dan dilakukan oleh petugas
piket.
Tindakan moral anak akan menjadi kebiasaan sesuai dengan tahap
perkembangan pendidikan karakter peduli lingkungan (Lickona, 2014: 87). Petugas
piket yang rutin membersihkan tempat sampah ini tentunya akan menjadi kebiasaan
yang baik. Hal inilah yang perlu dibudidayakan agar siswa berwawasan dan
berbudaya lingkungan seperti visi sekolah. Aktivitas membersihkan tempat sampah
juga mencerminkan pengetahuan moral dan perasaan moral dalam tahap pendidikan
karakter. Pengetahuan moral dapat berupa kesadaran moral seperti kesadaran setiap
petugas piket untuk membuang sampah pada tempat sampah kelas ke depan
sekolah. Perasaan moral dapat berupa mencintai kebaikan dimana jika
membersihkan tempat sampah yang telah banyak terisi sampah ke depan sekolah,
mereka telah menjaga kebersihan lingkungan. Namun jika mereka membiarkan
sampah penuh di tempat sampah, mereka mencerminkan tidak peduli terhadap
lingkungan.
Aktivitas siswa dalam membersihkan tempat sampah tidak hanya
mencerminkan karakter peduli lingkungan, namun menghasilkan karakter yang
lain. Adapun karakter lain yang muncul adalah disiplin, mandiri, dan tanggung
jawab. Kedisiplinan dan kemandirian siswa tercermin dari aktivitas siswa
120
membersihkan tempat sampah sesuai jadwal piket tanpa diingatkan oleh guru,
sedangkan tanggung jawab siswa tercermin karena mereka mendapatkan giliran
untuk piket.
c. Membersihkan lingkungan sekolah
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, aktivitas siswa
dalam membersihkan lingkungan sekolah dilakukan dengan cara guru meminta
siswa untuk kerja bakti membersihkan lingkungan melalui kegiatan Semutlis
(Sepuluh menit untuk lingkungan sekitar) yang dilakukan setiap hari jumat setelah
selesai senam. Semutlis merupakan salah satu bentuk kegiatan rutin sekolah pada
program pengembangan diri (Kemendiknas, 2010: 15). Kegiatan rutin ini dilakukan
oleh warga sekolah setiap hari jumat tepatnya setelah kegiatan senam bersama.
Semutlis menjadi kegiatan membersihkan lingkungan sekolah yang dapat
memupuk perilaku kebiasaan pada diri warga sekolah terutama pada siswa. Jika
anak-anak telah terbiasa dengan membersihkan lingkungan sekolah, mereka dengan
sadar akan membersihkan lingkungan sekolah tanpa disuruh oleh orang lain
sehingga mencerminkan pengetahuan moral berupa kesadaran moral (Lickona,
2014: 75). Jika anak mencintai lingkungan, mereka juga akan merasakan senang
dalam melakukan kegiatan peduli lingkungan.
Aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan sekolah tidak hanya
mencerminkan tahap perkembangan karakter berupa pengetahuan moral, namun
juga mencerminkan perasaan moral dan tindakan moral. Perasaan moral pada
aktivitas ini dapat berupa mencintai kebaikan. Aktivitas membersihkan lingkungan
sekolah melalui kegiatan Semutlis merupakan pencerminan siswa dalam mencintai
121
kebaikan terutama kebaikan lingkungan sekitar. Tindakan moral pada aktivitas ini
dapat berupa kehendak dan kebiasaan siswa. Anak memiliki kesadaran seperti
kehendak diri untuk membersihkan lingkungan sekolah melalui Semutlis meskipun
ada beberapa anak yang tidak berkehendak atau tidak mau untuk melakukan
Semutlis. Jika anak sudah berkehendak untuk melakukan aktivitas seperti Semutlis,
pada nantinya akan memiliki tindakan moral seperti kebiasaan dalam melakukan
Semutlis pada setiap jumat.
Aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan sekolah tidak hanya
mencerminkan karakter peduli lingkungan, namun menghasilkan karakter yang
lain. Adapun karakter lain yang dihasilkan adalah disiplin, kerja keras, mandiri,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Karakter-karakter tersebut dapat tercermin pada
anak-anak jika mereka senantiasa melakukan Semutlis dan tanpa diingatkan oleh
guru.
d. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, aktivitas siswa
dalam memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman dilakukan dengan cara guru
meminta siswa untuk menghias pot tanaman dan merawat tanaman di depan kelas.
Hal ini merupakan contoh budaya sekolah dalam mengembangkan pendidikan
karakter peduli lingkungan di sekolah. Budaya sekolah ini dilakukan dengan
mengekspresikan perilaku baik seperti peduli lingkungan melalui kegiatan
menghias pot tanaman (Marijan, 2012: 257-258). Kepedulian siswa terhadap
keindahan kelas dan sekolah dapat dilakukan dengan aktivitas seperti di atas. Jika
pot yang mereka hias ini membuat pot lebih indah dan inovatif, tentunya akan
122
menarik perhatian siswa terhadap tanaman yang ada pada pot tersebut. Siswa
menjadi lebih rajin untuk merawat tanaman terutama pada pot yang dilukis tersebut.
Kehendak untuk merawat tanaman inilah yang timbul dari setiap manusia (Lickona,
2014: 87).
Selain tindakan moral berupa kehendak, tahap perkembangan karakter pada
aktivitas siswa dalam memperindah sekolah dan kelas dengan tanaman adalah tahap
pengetahuan moral dan perasaan moral. Adapun tahap pengetahuan moral yang
muncul adalah membuat keputusan. Setiap siswa menentukan keputusannya
masing-masing dalam menghias pot. Tentunya keputusan setiap anak untuk
menghias pot mengenai tema yang akan digambarnya akan berbeda dengan teman
lainnya. Keputusan yang berbeda-beda ini akan memunculkan perasaan moral
berupa penghargaan diri. Setiap anak pastinya akan menghargai hasil karyanya
sendiri maupun karya teman-temannya.
Aktivitas siswa dalam memperindah sekolah dan kelas dengan tanaman tidak
hanya mencerminkan karakter peduli lingkungan, namun menghasilkan karakter
yang lain. Adapun karakter lain yang terbentuk diantaranya adalah kerja keras,
kreatif, mandiri, peduli sosial, dan tanggung jawab. Karakter-karakter tersebut
dapat tercermin ketika mereka menghias pot yang dimilikinya.
e. Ikut memelihara taman di halaman sekolah
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, aktivitas siswa
dalam memelihara taman di halaman sekolah dilakukan dengan cara guru meminta
siswa untuk setiap hari menyiram tanaman, memberi pupuk, dan memotong bagian
tanaman yang layu. Hal ini menunjukan bentuk kesadaran siswa terhadap
123
lingkungan sekitar terutama pada tanaman. Siswa sadar bahwa mereka perlu untuk
memelihara tanaman. Kesadaran ini merupakan bentuk kesadaran moral pada tahap
perkembangan pendidikan karakter peduli lingkungan (Lickona, 2014: 75).
Kesadaran siswa terhadap tanaman lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan
yang dilakukan oleh siswa. Tanpa tersadari, siswa akan menyiram tanaman dengan
sendirinya, memberi pupuk, bahkan memotong bagian tanaman yang layu tanpa
disuruh oleh orang lain. Kebiasaan tersebut telah mencerminkan bahwa anak tidak
hanya sampai pada tahap perkembangan pengetahuan moral, namun telah mencapai
hatap perkembangan tindakan moral. Selain itu, pada tahap perkembangan perasaan
moral juga dapat mencerminkan bahwa siswa mencintai kebaikan. Perasaan moral
tersebut dapat diketahui dari aktivitas dalam memelihara taman di halaman sekolah.
aktivitas siswa dalam memelihara taman di halaman sekolah tidak hanya
mencerminkan karkater peduli lingkungan, namun juga mencerminkan karakter
yang lain. Adapun karakter lainnya adalah disiplin, mandiri, dan tanggung jawab.
karkater-karakter ini dapat dilihat dari aktivitas para siswa dalam memelihara taman
di halaman sekolah.
f. Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, aktivitas siswa
dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara guru
meminta siswa untuk seantiasa membuang sampah pada tempat sampah yang telah
disediakan dan petugas piket kelas membersihkan kelas setiap pagi dan siang hari.
Aktivitas tersebut merupakan contoh kegiatan rutin sekolah dalam
mengembangkan pendidikan karakter peduli lingkungan (Kemendiknas, 2010: 15).
124
Kegiatan rutin seperti membersihkan kelas ini dilakukan oleh setiap kelas dan
dilakukan pada pagi dan siang hari. Membuang sampah pada tempatnya juga
menjadi kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Jika ada
siswa yang tidak membersihkan kelas dan membuang sampah sembarangan, maka
mereka akan mendapatkan sanksi dari guru. Sanksi yang didapatkannya ini berupa
hukuman membersihkan lingkungan sekitar. Sanksi tersebut menjadi contoh
kegiatan spontan dalam program pengembangan diri.
Aktivitas siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan melalui piket kelas
siswa terhadap lingkungan sekitar (Lickona, 2014: 75). Mereka sadar bahwa
menjaga kebersihan lingkungan adalah hal yang penting dan perlu dilakukan setiap
hari. Jika mereka tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka mereka siap
menerima sanksi dari sekolah dan tentunya hukuman dari alam itu sendiri. Anak
juga telah mencerminkan tahap perkembangan perasaan moral seperti mencintai
kebaikan dan tahap perkembangan tindakan moral seperti kehendak dan kebiasaan.
Aktivitas siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya
mencerminkan karakter peduli lingkungan, namun juga mencerminkan karakter
yang lain. Adapun karakter lainnya adalah kerja keras, disiplin, mandiri, dan
tanggung jawab. Karakter-karakter tersebut dapat tercermin pada aktivitas-aktivitas
siswa ketika menjaga kebersihan lingkungan seperti membuang sampah pada
tempatnya dan membersihkan kelas baik pagi maupun siang hari.
E. Temuan Penelitian
Selama proses penelitian, peneliti menemukan beberapa temuan mengenai
pendidikan karakter peduli lingkungan pada program hidroponik. Penemuan ini
125
tidak termasuk ke dalam pembahasan penelitian karena berada di luar indikator
penelitian. Adapun penemuan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Hanya SD Negeri Gedongkiwo yang menerapkan program hidroponik dalam
rangka menumbuhkan pendidikan karakter peduli lingkungan. Hal tersebut
diperoleh berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan
bahwa saat ini belum ada sekolah dasar yang menerapkan hidroponik kepada
siswa pada khususnya di Yogyakarta. SD Negeri Gedongkiwo merupakan
sekolah berwawasan lingkungan terbaik I di lingkup selatan Yogyakarta dan
menjadi sekolah Adiwiyata Provinsi. Program hidroponik ini merupakan salah
satu program yang diterapkan oleh sekolah dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan. Ada beberapa program lainnya namun hanya program
hidroponik yang berkembang lebih maksimal.
2. Penggunaan instalasi paralon pada teknik sumbu yang digunakan oleh sekolah
sebenarnya dapat dikembangkan menjadi teknik Nutrient Film Technique
(NFT). Jika NFT ini ingin diterapkan oleh sekolah, maka sekolah hanya
menambahkan bak penampungan air dan pompa pada instalasi paralon tersebut.
Namun karena keterbatasan sumber daya manusia, sekolah hanya bisa
menerapkan teknik sumbu.
3. Program hidroponik yang diterapkan di SD Negeri Gedongkiwo tidak hanya
menanamkan karakter peduli lingkungan, namun dapat menanamkan karakter
lainnya seperti disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, peduli
sosial, dan tanggung jawab.
126
F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Penanaman Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo” ini memiliki
keterbatasan dalam pengambilan data di lapangan. Peneliti masih mengalami
kelemahan dalam landasan teori baik pendidikan karakter peduli lingkungan
maupun landasan teori tentang hidroponik. Landasan teori tersebut masih sulit
ditemukan karena minimnya literatur berupa buku. Penelitian mengenai hidroponik
terutama di sekolah dasar juga sulit ditemukan. Selain itu, peneliti juga tidak dapat
mengamati seluruh tahap pada program hidroponik. Hal ini dikarenakan program
hidroponik dilakukan secara berkesinambungan dari tahap satu ke tahap
selanjutnya. Peneliti hanya bisa mengamati secara langsung pendidikan karakter
peduli lingkungan yang muncul pada saat proses pengambilan data di lapangan.
Dokumentasi berupa gambar pada masing-masing tahap hidroponik yang diperoleh
dari sekolah juga terlalu sedikit. Hal tersebut dikarenakan guru pendamping jarang
melakukan dokumentasi ketika sedang bercocok tanam hidroponik. Peneliti hanya
bisa menggali informasi melalui wawancara dan memadukannya dengan
pengamatan yang didapat di lapangan dan hasil analisis dari dokumentasi sekolah.
127
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penelitian yang
berjudul “Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Pada Program Hidroponik di SD
Negeri Gedongkiwo” dapat disimpulkan bahwa penanaman karakter peduli
lingkungan dilakukan melalui tahap-tahap yang ada pada program hidroponik dan
telah menghasilkan nilai-nilai karakter selain peduli lingkungan. Penanaman peduli
lingkungan dilakukan melalui tahap persiapan, persemaian dan pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan yang dilaksanakan secara sistematis.
Adapun nilai karakter yang dihasilkan selain peduli lingkungan adalah disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, peduli sosial, dan tanggung jawab yang
muncul pada setiap tahapan program hidroponik.
B. Saran
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Sekolah memiliki agenda program hidroponik agar dapat berjalan dengan
maksimal
b. Pendidikan karakter peduli lingkungan tidak hanya melalui hidroponik, namun
dapat dikembangkan pada program lainnya
2. Bagi Guru Pendamping
a. Meningkatkan perhatian kepada siswa terutama peduli terhadap lingkungan
b. Meningkatkan perilaku kepedulian terhadap lingkungan
128
c. Lebih memahami waktu-waktu yang berkaitan dengan masing-masing tahap
hidroponik
3. Bagi Siswa
a. Tetap mempertahankan perilaku dalam menjaga lingkungan sekitar
b. Mengingatkan teman yang lain agar peduli terhadap lingkungan sekitar
c. Hidroponik tidak hanya diterapkan di sekolah, namun juga diterapkan di rumah
4. Bagi Pemerintah
a. Program hidroponik tidak hanya diterapkan di sekolah-sekolah yang
mendapatkan penghargaan Adiwiyata, namun sebaiknya dapat diterapkan di
berbagai sekolah.
129
DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhman, H. (2016). Mendidik Karakter Indonesia. https://tirto.id/mendidik-
karakter-indonesia-bSDh diakses pada tanggal 25 Oktober 2016 pukul 11.13
WIB.
Admin. (2015). Terbaik 2 Sekolah Berwawasan Lingkungan, Sebuah Penghargaan
BLH Kota yang Cukup Membanggakan.
http://www.sdnserayuyogya.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=67m
diakses pada tanggal 9 Oktober 2016 pukul 16.55 WIB.
Alviani, P. (2015). Bertanam Hidroponik Untuk Pemula. Jakarta: Ibit Publisher.
Arifin, R. (2016). Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Tangerang: PT
AgroMedia Pustaka.
Daryanto&Darmiatun. (2013). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media.
Debdikbud. (2003). Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Devita. (2016). Ingat! Warga Dilarang Tebang Pohon Sembarangan.
http://sampit.prokal.co/read/news/5611-ingat-warga-dilarang-tebang-pohon-
sembarangan.html diakses pada tanggal 9 Oktober 2016 pukul 14.11 WIB.
Handayani, A. (2013). Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Melalui
Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
Pembelajaran IPA Kelas IV.1 di SD N Keputran A. E-Journal PGSD UNY,
Vol. II No. 10.
Hendra, H.A. (2015). Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofram.
Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Heryanto. (2016). Earth Hour Malang Ajak Siswa SD Sadar Lingkungan.
http://www.malangtimes.com/baca/14314/20160913/070047/earth-hour-
malang-ajak-siswa-sd-sadar-lingkungan/ diakses pada tanggal 9 Oktober
2016 pukul 16.15 WIB.
Humas. (2016). Sekolah Adiwiyata, Wujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya
Lingkungan. http://www.jogjakota.go.id/news/Sekolah-Adiwiyata-
Wujudkan-Sekolah-Peduli-dan-Berbudaya-
Lingkungan#sthash.SMqskaJe.dpuf diakses pada tanggal 1 Oktober 2016
pukul 16.00 WIB.
Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
130
___________. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2011). Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Kesuma, D. (2011). Pendidikan Karakter kajian teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Roesda Karya.
Lickona, T. (2014). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. (Alih bahasa: Lita S). Bandung: Nusa Media.
Marijan. (2012). Upaya Pengembalian Pendidikan Karakter Peserta Didik yang
Hilang dan Implementasinya di Sekolah. Prosiding, Seminar Nasional.
Yogyakarta: IKA UNY.
Moleong, L.J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Mulyana. (2009). Penanaman Etika Lingkungan melalui Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan. Jurnal Tabularasa 6 (2). Hlm. 175-180.
Mulyasa. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik dan Praktik.Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Naim, N. (2012). Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Narwanti, S. (2011). Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Parwirto. (2016). Bocah Daffa Juga Sering Marah Lihat Teman Buang Sampah
Sembarangan https://www.merdeka.com/peristiwa/bocah-daffa-juga-sering-
marah-lihat-teman-buang-sampah-sembarangan.htm diakses pada tanggal 25
Oktober 2016 pukul 17.09 WIB.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Umum.
Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
131
Prihmantoro, H. (1996). Hidroponik Tanaman Buah Untuk Hobi dan Bisnis.
Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Ratnasari, A. (2015). Perencanaan Kota Hijau Yogyakarta Berdasarkan
Penggunaan Lahan dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau. Thesis: ITB.
Salirawati. (2012). Percaya Diri, Keingintahuan, dan Berjiwa Wirausaha: Tiga
Karakter Penting Bagi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Karakter 2 (2).
Hlm. 213-224.
Sani, B. (2015). Kupas Tuntas Hidroponik. Jakarta: Kata Pena.
Saptono. (2012). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga: Erlangga.
Sarwono, J. (2006). Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiyani, N. (2013). Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program
“Green Environment” di SMP Alam Ar-Ridho Kota Semarang. Skripsi:
UNNES.
Setyoadji, D. (2015). Asyiknya Bercocok Tanam Hidroponik Cara Sehat Menikmati
Sayuran & Buah Berkualitas. Bantul: Araska.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualtatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
________. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukemi, B.M. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter di Indonesia dalam
Seting Sekolah. Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: IKA UNY.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. http://peraturan.go.id/uu/nomor-32-tahun-2009.html
diakses pada tanggal 29 September 2016 pukul 20.05 WIB.
Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo, H. (2015). Panduan Terlengkap Hidroponik Bertanam Tanpa Media
Tanah.Yogyakarta: Flash Book.
Wiyani, N.A. (2013). Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Yudistira, C. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di
Sekolah Alam Ungaran Kabupaten Semarang. Skripsi: UNNES.
132
Lampiran 1. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
No. Item Deskripsi Hasil Observasi
1. Visi dan Misi sekolah
2. Lokasi hidroponik
3. Media tanam hidroponik
4. Teknik hidroponik
5. Wadah pembibitan
6. Benih tanaman
7. Proses persemaian yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
8. Proses pembibitan yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
9. Proses penanaman yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
10. Instalasi yang digunakan
11. Proses penyiraman yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
12. Proses pemberian larutan nutrisi yang
berkaitan dengan peduli lingkungan
13. Proses pemangkasan yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
14. Proses pemanenan yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
15. Alat panen yang digunakan
16. Aktivitas siswa dalam membersihkan wc
17. Aktivitas siswa dalam membersihkan
tempat sampah
18. Aktivitas siswa dalam membersihkan
lingkungan sekolah
19. Aktivitas siswa dalam memperindah kelas
dan sekolah dengan tanaman
20. Aktivitas siswa dalam memelihara taman
di halaman sekolah
21. Aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan
133
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Admin Sekolah
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
DENGAN ADMIN SEKOLAH
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah sekolah memiliki visi-misi yang
berkaitan dengan peduli lingkungan
sehingga menerapkan program
hidroponik?
2. Mengapa program hidroponik dipilih
sebagai penerapan karakter peduli
lingkungan?
3. Apa tujuan diterapkannya program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
4. Siapakah sasaran dari program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
5. Apakah siswa tahu tentang hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
6. Nilai-nilai peduli lingkungan apa
sajakah yang ingin diterapkan sekolah
melalui program hidroponik?
7. Apakah sekolah mengenalkan langkah-
langkah dalam bercocok tanam
hidroponik pada siswa dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
8. Bagaimana sekolah merencanakan
waktu untuk melaksanakan program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
9. Di lokasi manakah sekolah menerapkan
program hidroponik?
10. Media tanam apa yang digunakan oleh
sekolah dalam bercocok tanam
hidroponik?
11. Teknik apa yang sekolah rencanakan
untuk bercocok tanam hidroponik?
12. Wadah pembibitan apa yang nantinya
akan digunakan oleh siswa dalam
134
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
13. Benih apa yang dipilih sekolah dalam
bercocok tanam hidroponik dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
14. Apakah sekolah menyiapkan alat-alat
yang diperlukan dalam bercocok tanam
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
15. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses persemaian
yang dilakukan siswa?
16. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pembibitan
yang dilakukan siswa?
17. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses penanaman
yang dilakukan siswa?
18. Instalasi apa yang digunakan oleh
sekolah untuk memindahkan bibit
tanaman hidroponik?
19. Bagaimana cara sekolah agar siswa
melakukan penyiraman terhadap
tanaman hidroponik yang dimilikinya?
20. Bagaimana peran sekolah dalam
pemberian larutan nutrisi pada tanaman
hidroponik milik siswa?
21. Bagaimana peran sekolah dalam
mengingatkan siswa untuk melakukan
pemangkasan tanaman milik sendiri
yang rusak karena hama?
22. Apakah proses bercocok tanam
hidroponik yang diterapkan telah
mencapai tahap pemanenan?
23. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pemanenan
yang dilakukan siswa?
24. Apakah sekolah menyediakan alat untuk
panen?
25. Alat apa yang digunakan sekolah dalam
memanen?
135
26. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan wc?
27. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah?
28. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan sekolah?
29. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah dengan
tanaman?
30. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman sekolah?
31. Bagaimana aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan?
136
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Guru Pendamping
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
DENGAN GURU PENDAMPING
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah sekolah memiliki visi-misi yang
berkaitan dengan peduli lingkungan
sehingga menerapkan program
hidroponik?
2. Mengapa program hidroponik dipilih
sebagai penerapan karakter peduli
lingkungan?
3. Apa tujuan diterapkannya program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
4. Siapakah sasaran dari program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
5. Apakah siswa tahu tentang hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
6. Nilai-nilai peduli lingkungan apa
sajakah yang ingin diterapkan sekolah
melalui program hidroponik?
7. Apakah sekolah mengenalkan langkah-
langkah dalam bercocok tanam
hidroponik pada siswa dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
8. Bagaimana bapak/ibu merencanakan
waktu untuk melaksanakan program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
9. Di lokasi manakah sekolah menerapkan
program hidroponik?
10. Media tanam apa yang digunakan oleh
sekolah dalam bercocok tanam
hidroponik?
11. Teknik apa yang sekolah rencanakan
untuk bercocok tanam hidroponik?
12. Wadah pembibitan apa yang nantinya
akan digunakan oleh siswa dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
137
13. Benih apa yang dipilih sekolah dalam
bercocok tanam hidroponik dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
14. Apakah sekolah menyiapkan alat-alat
yang diperlukan dalam bercocok tanam
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
15. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses persemaian
yang dilakukan siswa?
16. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pembibitan
yang dilakukan siswa?
17. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses penanaman
yang dilakukan siswa?
18. Instalasi apa yang digunakan oleh
sekolah untuk memindahkan bibit
tanaman hidroponik?
19. Bagaimana cara bapak/ibu agar siswa
melakukan penyiraman terhadap
tanaman hidroponik yang dimilikinya?
20. Bagaimana peran bapak/ibu dalam
pemberian larutan nutrisi pada tanaman
hidroponik milik siswa?
21. Bagaimana peran bapak/ibu dalam
mengingatkan siswa untuk melakukan
pemangkasan tanaman milik sendiri
yang rusak karena hama?
22. Apakah proses bercocok tanam
hidroponik yang diterapkan telah
mencapai tahap pemanenan?
23. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pemanenan
yang dilakukan siswa?
24. Apakah sekolah menyediakan alat untuk
panen?
25. Alat apa yang digunakan sekolah dalam
memanen?
138
26. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan wc?
27. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah?
28. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan sekolah?
29. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah dengan
tanaman?
30. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman sekolah?
31. Bagaimana aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan?
139
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Siswa
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
DENGAN SISWA
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah siswa tahu visi-misi sekolah
yang berkaitan dengan peduli
lingkungan?
2. Apakah siswa tahu alasan program
hidroponik dipilih sebagai penerapan
karakter peduli lingkungan?
3. Apakah siswa tahu tujuan
diterapkannya program hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
4. Kelas berapa saja yang melakukan
program hidroponik dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
5. Apakah siswa tahu tentang hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
6. Apakah siswa tahu nilai-nilai peduli
lingkungan yang ingin diterapkan
sekolah melalui program hidroponik?
7. Apakah guru mengajarkan langkah-
langkah dalam bercocok tanam
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
8. Kapan sekolah melaksanakan program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
9. Di lokasi manakah sekolah menerapkan
program hidroponik?
10. Media tanam apa yang digunakan oleh
sekolah dalam bercocok tanam
hidroponik?
11. Teknik apa yang sekolah rencanakan
untuk bercocok tanam hidroponik?
12. Wadah pembibitan apa yang akan
digunakan oleh siswa?
13. Benih apa yang dipilih sekolah dalam
bercocok tanam hidroponik?
140
14. Apakah sekolah menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan dalam bercocok
tanam hidroponik?
15. Bagaimana peran sekolah ketika
melakukan proses persemaian dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
16. Bagaimana peran sekolah ketika
melakukan proses pembibitan dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
17. Bagaimana peran sekolah ketika
melakukan penanaman dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
18. Instalasi apa yang digunakan oleh
sekolah untuk memindahkan bibit
tanaman hidroponik dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
19. Bagaimana peran sekolah dalam proses
penyiraman terhadap tanaman
hidroponik yang dimilikinya dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
20. Bagaimana peran sekolah dalam
pemberian larutan nutrisi pada tanaman
hidroponik milik siswa dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
21. Bagaimana peran sekolah dalam
mengingatkan siswa untuk melakukan
pemangkasan tanaman milik sendiri
yang rusak karena hama?
22. Apakah proses bercocok tanam
hidroponik yang diterapkan dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan telah mencapai tahap
pemanenan?
23. Bagaimana peran sekolah pada proses
pemanenan dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
24. Apakah sekolah menyediakan alat
untuk panen?
25. Alat apa yang digunakan sekolah dalam
memanen?
26. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan wc?
141
27. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah?
28. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan sekolah?
29. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah dengan
tanaman?
30. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman sekolah?
31. Bagaimana aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan?
142
Lampiran 5. Daftar Dokumentasi
DAFTAR DOKUMENTASI
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM
HIDROPONIK DI SD NEGERI GEDONGKIWO
No. Item Hasil
Dokumentasi
1. Visi dan Misi sekolah
2. Lokasi hidroponik
3. Media tanam hidroponik
4. Teknik hidroponik
5. Wadah pembibitan
6. Benih tanaman
7. Proses persemaian dalam rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan
8. Proses pembibitan dalam rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan
9. Proses penanaman dalam rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan
10. Instalasi yang digunakan
11. Proses penyiraman dalam rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan
12. Proses pemberian larutan nutrisi dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan
13. Proses pemangkasan dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan
14. Proses pemanenan dalam rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan
15. Alat panen yang digunakan
16. Aktivitas siswa dalam membersihkan wc
17. Aktivitas siswa dalam membersihkan tempat sampah
18. Aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan sekolah
19. Aktivitas siswa dalam memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman
20. Aktivitas siswa dalam memelihara taman di halaman
sekolah
21. Aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan
143
Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan
1. Kamis, 16 Maret
2017
Mengurus perijinan penelitian
2. Sabtu, 18 Maret
2017
Koordinasi dengan kepala sekolah dan
mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari pertama
Observasi H1
3. Senin, 20 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kedua
Observasi H2
4. Selasa, 21 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
wawancara dengan admin sekolah, guru
pendamping I, dan observasi hari ketiga
Wawancara dan
Observasi H3
5. Rabu, 22 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
wawancara dengan siswa kelas IV B, guru
pendamping II, dan observasi hari
keempat
Wawancara dan
Observasi H4
6. Kamis, 23 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
wawancara dengan siswa kelas IV A, V A,
dan V B, serta observasi hari kelima
Wawancara dan
Observasi H5
7. Jumat, 24 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari keenam
Observasi H6
8. Sabtu, 25 Maret
2017
Mengambil data dengan cara meminta
dokumentasi sekolah terkait penelitian
dan melakukan observasi hari ketujuh
Dokumentasi
dan Observasi
H7
9. Senin, 27 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari
Observasi H8
10. Rabu, 29 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kesembilan
Observasi H9
11. Kamis, 30 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kesepuluh
Observasi H10
12. Jumat, 31 Maret
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kesebelas
Observasi H11
13. Sabtu, 1 April
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kedua belas
Observasi H12
14. Senin, 3 April
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari ketiga belas
Observasi H13
15. Selasa, 4 April
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari keempat belas
Observasi H14
16. Rabu, 5 April
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kelima belas
Observasi H15
17. Kamis, 6 April
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari kenam belas
Observasi H16
144
18. Jumat, 7 April
2017
Mengambil data dengan cara melakukan
observasi hari ketujuh belas
Observasi H17
19. Sabtu, 8 April
2017
Mengambil data dengan cara meminta
dokumentasi sekolah terkait penelitian
dan melakukan observasi hari kedelapan
belas
Dokumentasi
dan Observasi
H18
145
Lampiran 7. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Observasi
REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL OBSERVASI
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN PADA PROGRAM HIDROPONIK
DI SD NEGERI GEDONGKIWO
No. Aspek yang
diamati Indikator Item
Deskripsi Hasil
Observasi Reduksi Kesimpulan
1. Tahap Persiapan
Hidroponik
Perencanaan
Penanaman Peduli
Lingkungan
melalui program
hidroponik
Papan Visi dan
Misi sekolah H1
Terlihat papan Visi
dan Misi yang
dipajang di tembok
ruang Kepala
Sekolah.
Papan Visi Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dipajang di tembok
ruang Kepala
Sekolah.
Papan Visi Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dipajang di tembok
ruang Kepala
Sekolah, di depan
ruang Kepala
Sekolah, di tembok
ruang guru, di depan
ruang guru, dan di
tembok ruang kelas
VI A.
H2
Terlihat papan Visi
dan Misi yang
dipajang di depan
ruang Kepala
Sekolah.
Papan Visi Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dipajang di depan
ruang Kepala
Sekolah.
H3
Terlihat papan Visi
dan Misi yang
dipajang di tembok
ruang guru.
Papan Visi Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dipajang di tembok
ruang guru.
146
H4
Terlihat papan Visi
dan Misi yang
dipajang di depan
ruang guru.
Papan Visi Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dipajang di depan
ruang guru.
H7
Terlihat papan Visi
dan Misi yang
dipajang di tembok
ruang kelas VI A.
Papan Visi Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dipajang di tembok
ruang kelas VI A.
Persiapan Bercocok
tanam Hidroponik
Lokasi hidroponik H1
Ditemukan tanaman
hidroponik di depan
ruang kelas IV, V,
dan VI yang berada
di lantai 2.
Lokasi hidroponik
berada di depan
ruang kelas IV, V,
dan VI.
Lokasi hidroponik
berada di depan
ruang Kepala
Sekolah dan di
depan ruang kelas
IV, V, dan VI.
H2
Ditemukan tanaman
hidroponik di depan
ruang Kepala
Sekolah.
Lokasi hidroponik
berada di depan
ruang Kepala
Sekolah
Media Tanam
Hidroponik H2
Ditemukan media
tanaman berupa
Media tanam yang
digunakan di depan
ruang Kepala
Media tanam yang
digunakan oleh
sekolah adalah arang
147
arang sekam dan
arang pada
hidroponik yang di
tanam di depan ruang
Kepala Sekolah.
Sekolah adalah arang
sekam dan arang.
sekam, arang, dan
kerikil.
H3
Ditemukan media
tanaman berupa
arang sekam dan
kerikil pada
hidroponik yang di
tanam di depan ruang
kelas IV, V, dan VI.
Media tanam yang
digunakan di depan
ruang kelas IV, V,
dan VI adalah arang
sekam dan kerikil.
Teknik
hidroponik H1
Tanaman hidroponik
yang berada di lantai
2 menggunakan
teknik sumbu. Hal ini
dibuktikan dengan
keberadaan pot
hidroponik yang
diletakan di atas
botol plastik bekas
yang berisi air.
Teknik hidroponik
yang digunakan pada
tanaman hidroponik
di lantai 2
menggunakan teknik
sumbu.
Teknik hidroponik
yang digunakan oleh
sekolah adalah teknik
sumbu.
148
H2
Tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang Kepala
Sekolah
menggunakan teknik
sumbu. Hal ini
dibuktikan dengan
keberadaan pot
hidroponik yang
diletakan di atas
paralon berlubang
yang berisi air.
Teknik hidroponik
yang digunakan pada
tanaman hidroponik
di depan ruang
Kepala Sekolah
menggunakan teknik
sumbu.
Wadah
pembibitan H1
Tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang kelas IV A, IV
B, dan V B
menggunakan wadah
pembibitan berupa
pot.
Wadah pembibitan
pada tanaman
hidroponik yang
berada di depan
ruang kelas IV A, IV
B, dan V B adalah
pot.
Wadah pembibitan
yang digunakan oleh
sekolah adalah pot
dan bagian leher dari
botol plastik bekas.
H2
Tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang Kepala
Sekolah
Wadah pembibitan
pada tanaman
hidroponik yang
berada di depan
149
menggunakan wadah
pembibitan berupa
pot.
ruang Kepala
Sekolah adalah pot.
H3
Tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang kelas V A, VI
A, dan VI B
menggunakan wadah
pembibitan berupa
pot dan bagian leher
dari botol plastik
bekas.
Wadah pembibitan
pada tanaman
hidroponik yang
berada di depan
ruang kelas V A, VI
A, dan VI B adalah
pot dan bagian leher
dari botol plastik
bekas.
Benih tanaman H3
Ditemukan tanaman
cabai, bawang
merah, dan bawang
putih di depan ruang
kelas IV A dan IV B.
Tanaman hidroponik
yang ditemukan
adalah cabai, bawang
merah, dan bawang
putih.
Berdasarkan
tanaman hidroponik
yang ditemukan di
sekolah, maka benih
tanaman yang
ditanam adalah
cabai, bawang
merah, bawang putih,
lidah buaya, brokoli,
sawi, kacang
panjang, kacang
hijau, bawang
bombay, mentimun,
H4
Ditemukan tanaman
lidah buaya, brokoli,
dan sawi di depan
ruang kelas IV A, IV
B, dan V B.
Tanaman hidroponik
yang ditemukan
adalah lidah buaya,
brokoli, dan sawi.
150
H7
Ditemukan tanaman
bawang merah,
kacang panjang,
kacang hijau,
bawang bombay,
dan bawang putih di
depan ruang
hidroponik.
Tanaman hidroponik
yang ditemukan
adalah bawang
merah, kacang
panjang, kacang
hijau, bawang
bombay, dan bawang
putih.
selada, sawi hijau,
dan paprika.
H8
Ditemukan tanaman
mentimun, selada,
sawi hijau, paprika,
bawang putih, cabai,
dan kacang hijau di
depan ruang
hidroponik, kelas V
B, VA, VI A, dan VI
B.
Tanaman hidroponik
yang ditemukan
adalah mentimun,
selada, sawi hijau,
paprika, bawang
putih, cabai, dan
kacang hijau.
H9
Ditemukan tanaman
bawang merah,
cabai, dan paprika di
depan ruang kepala
sekolah.
Tanaman hidroponik
yang ditemukan
adalah bawang
merah, cabai, dan
paprika.
151
2. Tahap Persemaian
dan Pembibitan
Hidroponik
Persemaian Proses persemaian
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
H2
Peneliti mengamati
proses persemaian
dilakukan oleh guru
pendamping dan
siswa kelas IV A.
Guru menyemai
benih menggunakan
air yang telah
disiapkan oleh siswa.
Air dimasukan ke
dalam gayung
melalui selang
dengan jumlah
secukupnya. Setelah
guru menyemai,
benih tersebut
diberikan kepada
siswa.
Peneliti mengamati
proses persemaian
yang dilakukan oleh
guru pembimbing
kepada siswa kelas
IV A. Guru
pembimbing
merendam benih ke
dalam gayung berisi
air secukupnya yang
disiapkan oleh siswa
Lalu siswa diberi
benih yang telah
disemai oleh guru
pendamping.
Proses persemaian
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan oleh guru
pendamping dan
siswa. Siswa mengisi
air secukupnya ke
dalam gayung
melalui selang,
kemudian guru
merendam benih ke
dalam air dalam
gayung. Setelah itu
siswa mendapatkan
benih yang telah
disemai oleh guru
pendamping.
Pembibitan Proses pembibitan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Tidak ditemukan di
lapangan.
Peneliti tidak
menemukan proses
pembibitan di
lapangan.
Proses pembibitan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan tidak
ditemukan oleh
peneliti.
152
3. Tahap Penanaman
Hidroponik
Instalasi hidroponik Proses penanaman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
H2
Setelah siswa
mendapatkan bibit
yang telah disemai
oleh guru
pendamping, siswa
menanam bibit
tersebut ke dalam
pot. Siswa mengisi
pot dengan arang
sekam secukupnya.
Kemudian siswa
memasukan bibit ke
dalam arang sekam.
Lalu siswa menyiram
pot dengan air
sedikit.
Proses penanaman
dilakukan setelah
persemaian. Siswa
mengisi media tanam
secukupnya ke dalam
pot. Kemudian siswa
menanam bibit ke
dalam media tanam
dan menyiramnya
dengan air
secukupnya.
Proses penanaman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan oleh siswa
dengan cara
menanam benih ke
dalam pot yang berisi
media tanam
secukupnya.
Kemudian siswa
menyiram pot
tersebut dengan air
secukupnya.
Instalasi yang
digunakan H1
Ditemukan instalasi
hidroponik di lantai 2
yang terbuat dari
botol plasik bekas
yang dipotong.
Instalasi yang
digunakan di lantai 2
adalah botol plastik
bekas.
Instalasi yang
digunakan oleh
sekolah adalah botol
plastik bekas dan
paralon.
H2
Ditemukan instalasi
hidroponik di depan
Instalasi yang
digunakan di depan
ruang Kepala
153
ruang Kepala
Sekolah yang terbuat
dari paralon.
Sekolah adalah
paralon
4. Tahap Pemelihara
an Hidroponik
Penyiraman Proses
penyiraman yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
H3
Pada pagi hari
terlihat siswa kelas
IV A menyiram
tanaman hidroponik
sebelum masuk
kelas.
Proses penyiraman
dilakukan pada pagi
hari.
Proses penyiraman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan dengan
menyiram setiap
seminggu sekali baik
dan biasanya pada
pagi hari, setelah
berolahraga, istirahat
pertama, istirahat
kedua, atau setelah
pulang sekolah.
H5
Guru olahraga
meminta siswa untuk
menyiram tanaman
hidroponik yang
berada di lantai 2
setelah selesai
olahraga.
Proses penyiraman
dilakukan setelah
berolah raga.
H6
Pada istirahat
pertama terdapat
beberapa siswa kelas
V menyiram tanaman
hidroponik yang ada
Proses penyiraman
dilakukan pada saat
istirahat pertama.
154
di depan ruang
kelasnya.
H8
Setelah pulang
sekolah terlihat siswa
kelas V yang piket
sedang menyiram
tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang kelas.
Proses penyiraman
dilakukan setelah
pulang sekolah.
H10
Terlihat beberapa
siswa setelah
olahraga menyiram
tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang Kepala
Sekolah.
Proses penyiraman
dilakukan setelah
berolah raga.
H11
Beberapa siswa
menyiram tanaman
hidroponik yang
berada di lantai 2 saat
istirahat kedua.
Proses penyiraman
dilakukan pada saat
istirahat kedua.
155
Pemberian larutan
nutrisi
Proses pemberian
larutan nutrisi
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
H5
Terlihat guru
pendamping sedang
mencampurkan
larutan nutrisi
dengan air.
Kemudian siswa
kelas IV A
mengambil air nutrisi
dan menyiramnya ke
tanaman hidroponik.
Pemberian larutan
nutrisi pada tanaman
hidroponik dilakukan
oleh siswa dengan
bantuan guru
pendamping dalam
melakukan
pencampuran
larutan.
Proses pemberian
larutan nutrisi yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan oleh guru
pendamping dengan
mencampurkan
larutan nutrisi,
sedangkan siswa
menyiram tanaman
hidroponik dengan
larutan tersebut.
H7
Terlihat siswa
menyiram larutan
nutrisi ke dalam
tanaman hidroponik
yang berada di depan
ruang Kepala
Sekolah.
Pemberian larutan
nutrisi dilakukan
oleh siswa.
H9
Ada beberapa siswa
menyiram larutan
nutrisi ke dalam pot
hidroponik yang ada
di depan ruang kelas
V B.
Pemberian larutan
nutrisi dilakukan
oleh siswa.
156
H12
Siswa kelas IV
menyiram tanaman
hidroponik dengan
larutan nutrisi yang
dibuat oleh guru
pendamping.
Pemberian larutan
nutrisi dilakukan
oleh siswa dimana
larutan tersebut
diiapkan oleh guru
pendamping.
Pemangkasan Proses
pemangkasan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
H4
Ada seorang siswa
memotong daun yang
layu dan
membuangnya ke
tempat sampah.
Pemangkasan
dilakukan dengan
memotong daun yang
layu dan
membuangnya ke
tempat sampah.
Proses pemangkasan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan dengan
memetik bagian daun
yang layu dan
dibuang ke tempat
sampah. H6
Ada daun sawi
berwarna kuning
kemudian dipetik
oleh siswa dan
dibuang ke tempat
sampah yang berada
di depan ruang kelas.
Pemangkasan
dilakukan dengan
cara memetik bagian
daun yang layu dan
dibuang ke tempat
sampah.
H7
Siswa kelas V
terlihat sedang
memetik daun pada
Pemangkasan
dilakukan dengan
cara memetik bagian
daun yang layu.
157
tanaman cabai dan
rupanya daun itu
merupakan daun layu
yang ada
ditanamannya.
H11
Terlihat seorang
siswa sedang
mengamati tanaman
hidroponik pada jam
istirahat. Kemudian
ia memetik daun
yang layu dan
membuang daun itu
ke dalam tempat
sampah yang tidak
jauh dari tanaman
hidroponik.
Pemangkasan
dilakukan dengan
cara memetik bagian
daun yang layu dan
dibuang ke tempat
sampah.
H13
Terlihat dari lantai 1
bahwa di lantai 2 ada
siswa yang memetik
daun hidroponik
yang layu saat
istirahat kedua.
Pemangkasan
dilakukan dengan
cara memetik bagian
daun yang layu.
158
5. Tahap Pemanenan
Hidroponik
Waktu panen Proses pemanenan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Tidak ditemukan di
lapangan.
Peneliti tidak
menemukan proses
pemanenan di
lapangan.
Proses pemanenan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan tidak
ditemukan oleh
peneliti.
Alat panen Alat panen yang
digunakan
Tidak ditemukan di
lapangan.
Peneliti tidak
menemukan alat
panen di lapangan.
Alat panen yang
digunakan tidak
ditemukan oleh
peneliti.
6. Karakter Peduli
Lingkungan yang
ditanamkan
Membersihkan wc Aktivitas siswa
dalam
membersihkan wc
H8
Peneliti melihat
siswa masuk ke
dalam wc, kemudian
peneliti berdiri di
sekitar wc dan
mendengar suara
siswa menyiram wc
sekitar 4 kali.
Aktivitas siswa
dalam membersihan
wc dilakukan dengan
menyiram wc sekitar
4 kali.
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan wc
dilakukan dengan
cara menyiram wc
minimal 3 kali.
H10
Pada saat istirahat
pertama ada siswa
kelas V B masuk ke
wc dan terdengar
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
wc dilakukan dengan
menyiram wc
sebanyak 3 kali.
159
suara menyiram wc
sebanyak 3 kali.
H13
Saat pembelajaran
olahraga, ada siswa
kelas IV A yang
masuk ke wc dan
menyiram
kotorannya sekitar 6
kali.
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
wc dilakukan dengan
menyiram sebanyak
6 kali.
H16
Petugas kebersihan
sekolah
membersihkan wc
pada saat pagi hari
sebelum masuk jam
pertama.
Aktivitas
membersihkan wc
dilakukan oleh
petugas kebersihan
sekolah.
H17
Petugas kebersihan
membersihkan wc
yang berada di lantai
atas ketika jam
pulang sekolah.
Aktivitas
membersihkan wc
dilakukan oleh
petugas kebersihan
sekolah.
160
H18
Terdengar suara
siswa menyiram wc
sebanyak 4 kali
setelah
menggunakannya di
wc lantai atas pada
jam istirahat.
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
wc dilakukan dengan
menyiram wc
sebanyak 4 kali.
Membersihkan
tempat sampah
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
tempat sampah
H4
Petugas piket kelas
IV A terlihat sedang
membuang sampah
yang ada di tempat
sampah ke gerobak
sampah saat pulang
sekolah.
Aktivitas dalam
membersihkan
tempat sampah
dilakukan oleh
petugas piket dan
dibuang ke gerobak
sampah saat pulang
sekolah.
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
tempat sampah
dilakukan setiap hari
oleh petugas piket
dan dibuang ke
gerobak sampah
yang berada di depan
sekolah saat pulang
sekolah. H5
Petugas piket kelas V
B terlihat sedang
membawa tempat
sampah dan
membuangnya ke
depan sekolah.
Aktivitas dalam
membersihkan
tempat sampah
dilakukan oleh
petugas piket dan
dibuang ke gerobak
sampah.
161
H10
Petugas piket kelas
IV A dan B terlihat
sedang membawa
tempat sampah yang
ada di depan ruang
kelasnya dan dibawa
ke gerobak yang ada
di depan sekolah.
Aktivitas dalam
membersihkan
tempat sampah
dilakukan oleh
petugas piket dan
dibuang ke gerobak
sampah saat pulang
sekolah.
H14
Petugas kebersihan
sekolah
membersihkan
gerobak sampah
yang ada di depan
sekolah.
Aktivitas dalam
membersihkan
gerobak sampah
dilakukan oleh
petugas kebersihan
sekolah.
H15
Ketika pulang
sekolah terlihat
petugas piket kelas V
A sedang membuang
sampah ke depan
gerobak sekolah.
Aktivitas dalam
membersihkan
tempat sampah
dilakukan oleh
petugas piket dan
dibuang ke gerobak
sampah saat pulang
sekolah.
162
Membersihkan
lingkungan sekolah
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
lingkungan
sekolah
H6
Setelah selesai
senam, seluruh siswa
membersihkan
halaman sekolah
selama 10 menit
melalui kegiatan
Semutlis.
Aktivitas dalam
membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan oleh siswa
pada saat kegiatan
Semutlis setelah
selesai senam.
Aktivitas siswa
dalam membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan melalui
kegiatan Semutlis
setelah senam
bersama.
H9
Pada pagi hari
terlihat petugas
kebersihan sekolah
sedang
membersihkan
halaman sekolah.
Aktivitas dalam
membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan oleh
petugas kebersihan
sekolah.
H11
Semua siswa
membersihkan
halaman sekolah
setelah kegiatan
senam.
Aktivitas dalam
membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan oleh siswa
setelah kegiatan
senam.
H12
Terlihat petugas
kebersihan sekolah
membersihkan
Aktivitas dalam
membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan oleh
163
halaman sekolah
pada saat siang hari.
petugas kebersihan
sekolah.
H17
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah
melalui kegiatan
Semutlis setelah
senam bersama.
Aktivitas dalam
membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan melalui
kegiatan Semutlis
setelah senam
bersama.
Memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman
Aktivitas siswa
dalam
memperindah
kelas dan sekolah
dengan tanaman
H4
Beberapa siswa yang
sedang berolahraga
merapikan pot-pot
yang ada di dekat
halaman sekolah.
Aktivitas
memperindah kelas
dan sekolah
dilakukan dengan
merapikan pot-pot
yang ada di dekat
halaman sekolah.
Aktivitas
memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman dilakukan
dengan cara
merapikan pot
tanaman,
membersihkan pot
yang kotor, dan
menata tanaman
hidroponik.
H6
Siswa kelas V
terlihat sedang
membersihkan pot
karena kotor.
Aktivitas
memperindah kelas
dan sekolah
dilakukan dengan
membersihkan pot
yang kotor.
164
H8
Terlihat siswa sedang
membersihkan pot
dari kaleng cat saat
jam istirahat
pertama.
Aktivitas
memperindah kelas
dan sekolah
dilakukan dengan
membersihkan pot
dari kaleng cat.
H18
Siswa kelas IV
sedang menata
tanaman hidroponik
pada saat istirahat
pertama.
Aktivitas
memperindah kelas
dan sekolah
dilakukan dengan
menata tanaman
hidroponik.
Ikut memelihara
taman di halaman
sekolah
Aktivitas siswa
dalam
memelihara
taman di halaman
sekolah
H5
Pada pagi hari
terlihat siswa kelas V
B menyiram tanaman
setelah selesai
olahraga.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
menyiram tanaman
setelah selesai
olahraga.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
menyiram tanaman
setiap hari, mencabut
rumput yang tumbuh
di dalam pot, dan
memetik daun yang
layu dan dibuang ke
tempat sampah.
H10
Terlihat siswa
menyiram tanaman
yang ada di depan
kantin sekolah saat
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
165
jam istirahat
pertama.
menyiram tanaman
saat jam istirahat
pertama.
H12
Ada beberapa siswa
memetik daun yang
layu pada tanaman
yang tumbuh di
depan kantin dan
membuangnya ke
tempat sampah.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara memetik
daun yang layu dan
dibuang ke tempat
sampah.
H14
Ada siswa kelas IV
mencabut rumput
yang ada di dalam
pot depan kelasnya
saat istirahat kedua.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
mencabut rumput
yang tumbuh di
dalam pot.
H15
Siswa Kelas V A
menyiram tanaman
pot berkaleng cat
yang berada di depan
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
menyiram tanaman
166
kelas saat istirahat
kedua.
pada saat istirahat
kedua.
H16
Beberapa siswa kelas
IV menyiram
tanaman yang ada di
dekat tangga saat
pulang sekolah.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
menyiram tanaman
setelah pulang
sekolah.
H17
Saat kegiatan
Semutlis terlihat
siswa mencabut
rumput-rumput yang
mengganggu
tanaman pada pot.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
mencabut rumput
pada pot tanaman.
H18
Tanaman yang ada di
depan ruang
perpustakaan disiram
oleh beberapa siswa
pada saat pagi hari.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah dilakukan
dengan cara
menyiram tanaman
pada saat pagi hari.
167
Ikut dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga
kebersihan
lingkungan
H8
Terlihat siswa
membuang sampah
di tempat sampah
yang berada di dekat
kantin.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
sampah di tempat
sampah.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
sampah berdasarkan
jenis sampah ke
tempat sampah dan
menyapu ruang kelas
di pagi dan siang
hari.
H9
Terlihat siswa
membuang sampah
plastik di tempat
sampah anorganik
pada saat istirahat.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
sampah plastik di
tempat sampah
anorganik.
H14
Terlihat siswa kelas
IV dan V menyapu
ruang kelas di pagi
hari dan siang hari.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara menyapu ruang
kelas di pagi hari dan
siang hari.
168
H15
Pada jam istirahat
pertama terlihat
siswa membuang
sampah di tempat
sampah yang berada
di kantin dan terlihat
siswa kelas IV dan V
menyapu di pagi dan
siang hari.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
sampah di tempat
sampah dan
menyapu ruang kelas
di pagi dan siang
hari.
H16
Terlihat siswa
membuang kertas di
tempat anorganik dan
siswa kelas IV dan V
menyapu di pagi dan
siang hari.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
kertas di tempat
anorganik dan
menyapu ruang kelas
di pagi dan siang
hari.
H17
Terlihat siswa kelas
IV dan V menyapu
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
169
di pagi dan siang
hari.
dilakukan dengan
cara menyapu ruang
kelas di pagi dan
siang hari.
H18
Terlihat siswa
membuang bungkus
jajan di tempat
sampah dan siswa
kelas IV dan V
menyapu di pagi dan
siang hari.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
bungkus jajan di
tempat sampah
menyapu ruang kelas
di pagi dan siang
hari.
170
Lampiran 8. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Admin Sekolah
REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN ADMIN SEKOLAH
Narasumber : Dewi Januastri, S. Pd
Hari, tanggal : Selasa, 21 Maret 2017
No. Pertanyaan Jawaban Reduksi Kesimpulan
1. Apakah sekolah memiliki Visi-Misi
yang berkaitan dengan peduli
lingkungan sehingga menerapkan
program hidroponik?
Iya mas, ada Visi-Misi tentang
di sekolah, terutama tentang
berbudaya lingkungan. Tapi
untuk lengkapnya aku kurang
hapal e mas.
Terdapat Visi-Misi sekolah
tentang berbudaya lingkungan.
Sekolah memiliki Visi-Misi
yang berkaitan dengan peduli
lingkungan.
2. Mengapa program hidroponik dipilih
sebagai penerapan karakter peduli
lingkungan?
Kemarin pas beberapa waktu
tahun yang lalu ada undangan
dari Disperindagkoptan. Itu kita
disuruh salah satunya ditunjuk
jadi sekolah yang
mengembangkan hidroponik.
Disini kan kita sudah adiwiyata
provinsi, jadi kita disuruh
memberi ilmu kepada anak-
anak tentang hidroponik. Nah
kemarin Trus guru sini ada yang
mendapatkan pelatihan dan
sebagainya sampai ke anak
juga. Kemudian anak diundang
Program Hidroponik dipilih
oleh SD Negeri Gedongkiwo
karena sekolah ditunjuk oleh
Disperindagkoptan untuk
menjadi pelopor sekolah
hidroponik. Selain itu sekolah
merupakan sekolah berbasis
adiwiyata dan sudah taraf
provinsi.
SD Negeri Gedongkiwo
merupakan sekolah Adiwiyata
Provinsi, sehingga
Disperindagkoptan menunjuk
sekolah untuk menerapkan
program hidroponik kepada
siswa.
171
disana dikasih cara pelatihan
gini gini gini, Trus setelah
anaknya dibimbing kita
mengikuti pameran dan
sebagainya.
3. Apa tujuan diterapkannya program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
Tujuannya untuk nanem anak-
anak biar tahu kalo bercocok
tanam itu tidak hanya lewat
media tanah, ada media lain
yang bisa digunakan.
Tujuannya itu untuk
menanamkan kepada anak-anak
agar anak tahu jika bercocok
tanam tidak haya melalui media
tanah, tapi ada media lain yang
bisa digunakan.
Tujuan diterapkannya program
hidroponik yakni agar siswa
menjadi tahu bahwa bercocok
tanam tidak selamanya
menggunakan tanah, namun
dapat menggunakan media
pengganti tanah lainnya.
4. Siapakah sasaran dari program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
Disini sasaran terutama untuk
anak-anak. Cuman bapak ibu
guru itu diharapkan mereka
juga tahu. Itu antara kelas 3
sampai dengan kelas 6. Kalo
kelas 1 kelas 2 mereka belum
ini. Yang lebih rutin kelas 4,
kelas 5.
Sasaran dari program
hidroponik adalah anak-anak.
Kelas yang rutin melakukan
hidroponik adalah kelas 4 dan 5.
Sasaran dari program
hidroponik alam rangka
pendidikan karakter peduli
lingkungan adalah kelas 4 dan 5.
5. Apakah siswa tahu tentang hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
Mungkin tau juga sih, sebagian
ada yang tahu.
Ada sebagian siswa yang tahu. Ada sebagian siswa yang tahu
tentang hidroponik dalam
rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan.
172
6. Nilai-nilai peduli lingkungan apa
sajakah yang ingin diterapkan sekolah
melalui program hidroponik?
Mungkin nilai ini sih apa
namanya. anak-anak lebih
pintar memanaj waktu.
Misalnya oh ini saatnya aku
menyiram, oh ini saatnya aku
memberi pupuk, soalnya
hidroponik kan dia nggak tiap
hari. Hidroponik kan ada
jadwalnya sendiri kapan kita
harus ngasih pupuk, kita kapan
harus nyirami, kek gitu. Kita
kapan harus ngecek
pertumbuhannya kayak gini.
Nanti satu hari beberapa hari
udah muncul tunasnya belum.
Lebih kek gitu. Lebih ke
perawatan dan hasil akhirnya
kayak gini.
Siswa diharapkan tahu jadwal
menyiram tanaman hidroponik,
memberi pupuk, dan mengecek
pertumbuhannya.
Sekolah mengharapkan siswa
peduli terhadap hidroponik yang
ditanamnya. Mereka diharapkan
rajin menyiram, memberi
pupuk, dan mengecek secara
berkala.
7. Apakah sekolah mengenalkan langkah-
langkah dalam bercocok tanam
hidroponik pada siswa dalam rangka
pendidikan karakter peduli lingkungan?
He’em anak-anak dikenalkan
langkah-langkah hidroponik.
Kemarin itu maksudnya
langkah-langkah caranya
hidroponik gitu? Itu yang
pertama bagi anak-anak pemula
itu diajarin caranya bikin pot
dulu. Mereka berkarya dulu
membuat pot. Tapi dibuatnya
Anak-anak dikenalkan langkah-
langkah hidroponik. Bagi anak-
anak pemula diajari cara
membuat pot dengan kreasi
semenarik mungkin dan dari
barang bekas. Kemudian anak-
anak diminta untuk
mencampurkan pupuk dan
media tanam seperti arang
Sekolah mengenalkan langkah-
langkah dalam bercocok tanam
hidroponik dari menyiapkan
pot, menaruh bibit, menanam,
merawat, sampai memanen.
173
semenarik mungkin gitu. Tapi
diusahakan berasal dari barang
bekas. Abis itu nanti anak-anak
mencampur media tanam
hidroponik kayak arang sekam
Trus dicampur pupuk gitu. Trus
nanti sama pak anang anak-anak
dikasih bibit yang mau ditanam
itu. Abis dikasih bibit itu dia
nanti dia ngeliatin tanamannya
setelah hari ini ini ini harus
seperti ini dikasih pupuk segala
macem gitu dilakukan
perawatan. Setelah itu mulai
dari dia menanam sampai nanti
anaknya menuai hasil panennya
kayak misalnya menanam
selada nanti kan anaknya
memanen sendiri seladanya.
Nanti dia diharapkan anak
punya catatan. Nanti hidroponik
yang anak lakukan berhasil atau
tidak gitu. Kalo dulu waktu
KMDM itu saya sudah anu
menerapkan anak-anak
maksudnya sudah mbagi catatan
ke anak-anak supaya mereka
mengamati tanamannya trus
sekam dan dimasukkan ke
dalam pot yang dibuatnya. Lalu
benih maupun bibit dimasukkan
ke dalam media tanam itu. Lalu
pot diletakkan di atas botol
bekas yang berisi air. Kemudian
siswa diminta untuk
merawatnya sampai mereka
menuai hasil panen.
174
hasilnya ini ini ini supaya
mereka tahu hasilnya seperti
apa.
8. Bagaimana sekolah merencanakan
waktu untuk melaksanakan program
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
Biasanya sih awal semester.
Tapi kalo kelas 4 A itu sering
banget, mas. Tiap minggu
malahan. Trus Pak Anang juga
koordinasi sama guru-guru
kelas biar nggak bentrok sama
jadwal pelajaran laine.
Biasanya dilakukan di awal
semester. Namun untuk kelas 4
A sering melakukan hidroponik.
Guru Pendamping juga
melakukan koordinasi dengan
wali kelas agar tidak
mengganggu pelajaran lainnya.
Program hidroponik biasanya
dilakukan di setiap awal
semester, namun khusus untuk
kelas 4 A sering merawat
hidroponik di setiap minggunya.
9. Di lokasi manakah sekolah menerapkan
program hidroponik?
Kalo yang pot-pot bawahnya
botol itu ditempatinnya di depan
kelas 4 sampai 6, mas. Trus kalo
yang pake paralon itu disitu
depan kantor kepala sekolah itu
lho.
Hidroponik yang menggunakan
botol air ditempatkan di depan
kelas tinggi, sedangkan
hidroponik yang menggunakan
paralon berada di depan kantor
kepala sekolah.
Hidroponik pot berbotol air
mineral di tempatkan di depan
kelas tinggi dan pot berparalon
di depan kantor kepala sekolah.
10. Media tanam apa yang digunakan oleh
sekolah dalam bercocok tanam
hidroponik?
Ada media arang sekam, kayak
sejenis tisu tapi kayak yang isi
boneka itu, spons juga.
Kemaren pak anang pernah
ngajarin spons. Tapi mungkin
pertumbuhannya lebih bagus
kalo sekam.
Ada media arang sekam,
dakron, dan spons.
Media tanam yang digunakan
ada arang sekam, dakron, dan
spons.
175
11. Teknik apa yang sekolah rencanakan
untuk bercocok tanam hidroponik?
Kalo hidroponik kan bawahnya
harus ada air, jadi ya potnya
ditaruh di atasnya air itu.
Airnya itu ada di dalam botol
bekas yang udah dipotong gitu,
mas.
Pot ditempatkan di atas botol
berisi air.
Teknik yang digunakan itu pot
yang ditempatkan di atas botol
yang berisi air.
12. Wadah pembibitan apa yang nantinya
akan digunakan oleh siswa dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Macem-macem, mas.
Pembibitan ada yang pakenya
pot, Trus bagian leher botol
juga pernah.
Pembibitan ada yang
menggunakan pot dan bagian
leher dari botol.
Wadah yang digunakan untuk
pembibitan adalah pot dan
bagian leher dari botol.
13. Benih apa yang dipilih sekolah dalam
bercocok tanam hidroponik dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Yang pernah ditanem kayak
sayuran misalnya kayak bayam,
kangkung, selada, cabai,
paprika. Trus kemarin juga ada
buah-buahan kayak terong juga.
Tapi paling banyak sayuran
jenis cabai, bayam, kangkung.
Benih yang pernah ditanam
adalah sayuran seperti bayam,
kangkung, selada, cabai, dan
paprika. Sekolah juga pernah
menanam terong.
Benih yang pernah ditanam
adalah sayuran seperti bayam,
kangkung, selada, cabai,
paprika, dan terong.
14. Apakah sekolah menyiapkan alat-alat
yang diperlukan dalam bercocok tanam
hidroponik dalam rangka pendidikan
karakter peduli lingkungan?
Alat-alat dari sekolah. Tapi kalo
barang bekas kayak gitu kalo
dari sekolah nggak ada nanti
ambil dari rumah.
Alat-alat disiapkan dari sekolah.
Namun untuk barang bekas jika
di sekoh tidak ada maka dibawa
dari rumah.
Sekolah menyiapkan alat-alat
untuk hidroponik. Namun jika
alat seperti barang bekas di
sekolah tidak ada, maka siswa
membawa dari rumah.
176
15. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses persemaian
yang dilakukan siswa?
Yang nganu benih itu pak
Anang ntar dibimbing ke
anaknya. Jadi ada dua, langsung
bibit atau langsung ada batang
gitu. Sama Pak Anang nanti
disemai dulu di dalam gayung
isinya air hangat. Itu pokoknya
yang nyemai pak Anang.
Guru pendamping melakukan
penyemaian benih dengan cara
direndam di dalam air hangat.
Kemudian guru pendamping
memberikan benih yang telah
menjadi bibit itu kepada siswa.
Pembenihan dilakukan oleh
guru pendamping. Pak Anang
sebagai guru pendamping
melakukan penyemaian
kemudian diberikan kepada
siswa.
16. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pembibitan
yang dilakukan siswa?
Dari persemaian itu nanti
sekitar 3 cm anaknya dikasih
satu-satu. Atau seenggaknya
tuh udah direndem sama Pak
Anang. Yang menyiapkan
bibitnya ya Pak Anang, nanti
siswanya yang nanem.
Guru pendamping menyiapkan
bibit. Bibit nantinya diberikan
kepada siswa dan kemudian
siswa menanamnya.
Pembibitan dilakukan oleh guru
pendamping. Siswa
mendapatkan bibit yang telah
disemai oleh guru pendamping.
17. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses penanaman
yang dilakukan siswa?
Kalo itu aku kurang paham e
mas
Admin sekolah kurang paham
dengan proses penanaman yang
dilakukan oleh siswa.
Admin sekolah kurang paham
dengan proses penanaman yang
dilakukan oleh siswa.
18. Instalasi apa yang digunakan oleh
sekolah untuk memindahkan bibit
tanaman hidroponik?
Mulai hari ini kita sudah mbuat
media-media kayak gitu dari
paralon gitu. Nanti kita rencana
membuat green house dan ada
hidroponiknya.
Sekolah mulai hari ini telah
menerapkan hidroponik yang
ditempatkan pada paralon.
Instalasi yang digunakan dari
paralon.
177
19. Bagaimana cara sekolah agar siswa
melakukan penyiraman terhadap
tanaman hidroponik yang dimilikinya?
Jadi mereka dikasih tahu.
Apalagi anaknya pak anang.
mereka punya data
tanamannya. Mereka tahu jam
menyirami jam berapa, ngasih
pupuk kapan. Biasane sih kalo
enggak pagi hari ya pas istirahat
itu kita ingetin.
Pada pagi hari atau jam istirahat,
iswa diingatkan oleh guru-guru
di sekolah untuk melakukan
penyiraman. Siswa diharapkan
tahu waktu untuk menyiram dan
memberi pupuk.
Sekolah selalu mengingatkan
agar siswa menyiram tanaman
hidroponik pada pagi hari atau
jam istirahat.
20. Bagaimana peran sekolah dalam
pemberian larutan nutrisi pada tanaman
hidroponik milik siswa?
Kemaren saya sempat lihat
anak-anak naruh pupuk, larutan
kayak sejenis bubuk putih nanti
dikasih air. Yang mupuk nanti
dikoordinir sama Pak Anang.
Menyesuaikan jadwal siswa.
kalau siswanya nggak sempet
mupuk ya nanti pak anang yang
mupuk.
Larutan nutrisi disiapkan oleh
guru pendamping. Kemudian
anak-anak memberikan larutan
nutrisi ke masing-masing
tanaman hidroponik. Waktu
untuk melakukannya
disesuaikan dengan jadwal
siswa.
Sekolah melakukan pemberian
larutan nutrisi dengan cara
menyesuaikan jadwal siswa.
Guru pendamping menyiapkan
larutan nutrisi kemudian siswa
menambahkan air hidroponik
dengan larutan nutrisi yang telah
disiapkan oleh guru
pendamping itu.
21. Bagaimana peran sekolah dalam
mengingatkan siswa untuk melakukan
pemangkasan tanaman milik sendiri
yang rusak karena hama?
Ya diingetin kalo ada yang layu
segera dicabut aja, soalnya kan
ntar bisa bikin tanaman mati.
Jadi dipotong aja bagian yang
layu itu. Trus ya jangan lupa
ntar bagian yang layu itu
dibuang di tempat sampah.
Siswa selalu diingatkan oleh
guru agar mencabut atau
memotong bagian dari tanaman
yang layu. Kemudian bagian
tersebut dibuang di tempat
sampah.
Sekolah mengingatkan kepada
siswa jika ada tanaman yang
layu maka segera untuk dicabut
atau dipotong bagian yang layu
dan dibuang di tempat sampah.
178
22. Apakah proses bercocok tanam
hidroponik yang diterapkan telah
mencapai tahap pemanenan?
Sudah sampe tahap pemanenan.
Kemaren memanen selada,
cabe, tomat.
Sudah sampai pada tahap
pemanenan. Tanaman yang
pernah dipanen adalah selada,
cabai, dan tomat.
Hidroponik yang telah
diterapkan di sekolah telah
mencapai tahap pemanenan.
Adapun tanaman yang pernah
dipanen adalah selada, cabai,
dan tomat.
23. Bagaimana cara sekolah dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pemanenan
yang dilakukan siswa?
Iya manennya diajarin sama
pak anang. Tapi saya nggak
tahu.
Cara memanen diajari oleh guru
pendamping. Namun admin
tidak begitu paham.
Guru pendamping mengajari
siswa dalam memanen. Namun
admin tidak tahu proses
pemanenannya.
24. Apakah sekolah menyediakan alat untuk
panen?
Ya alat dari sekolah, mas. Alat disediakan dari sekolah. Alat panen disediakan dari
sekolah.
25. Alat apa yang digunakan sekolah dalam
memanen?
Misalnya kayak gunting, pisau,
trus keranjangnya untuk naruh
panenan.
Alat panen yang digunakan
adalah gunting, pisau, dan
keranjang sebagai tempat
menyimpan hasil panen.
Alat panen yang digunakan
adalah gunting, pisau, dan
keranjang.
26. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan wc?
Kalo membersihkan wc anak
memang berperan. Setiap kelas
kan punya satu kamar mandi.
Jadi anaknya kewajibannya
menjaga kebersihan wcnya.
Tapi kita ngasih tau kalo nyiram
misalnya satu anak minimal 3
Anak berkewajiban menjaga
kebersihan wc. Sekolah
menyadarkan pentingnya
kebersihan wc dengan
mewajibkan siswa untuk
menyiram c v minimal 3 kali
setelah menggunakan wc.
Sekolah memberi tahu kepada
siswa bahwa setelah
menggunakan wc, maka siswa
harus menyiram air minimal 3
kali.
179
ciduk. Tapi kan ya namanya
anak ya gitu.
27. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah?
Tempat sampah kita yang
ngangkut sama petugas
sampah.
Tempat sampah diangkut oleh
petugas kebersihan.
Tempat sampah diangkut oleh
petugas kebersihan.
28. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan sekolah?
Halaman sekolah itu pas siswa
berperan pas Semutlis itu.
Pokoknya bersih-bersih selama
10 menit. itu satu bulan sekitar
3x. Dulu seminggu sekali.
Harinya jumat.
Pada hari jumat siswa
melakukan kerja bakti setelah
kegiatan senam bersama.
Mereka bekerja bakti di
halaman sekolah saat kegiatan
Semutlis (Sepuluh menit untuk
lingkungan sekitar).
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah ketika hari
jumat setelah senam. Mereka
kerja bakti di halaman sekolah
melalui kegiatan Semutlis
(Sepuluh menit untuk
lingkungan sekitar).
29. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah dengan
tanaman?
Kalo dulu sih setiap anak punya
tanaman sendiri, trus
ditempatin di depan kelas. Trus
mereka menyiramnya setiap
hari. Aku juga pernah liat kalo
siswa kelas tinggi itu ada yang
nyabutin rumput di pot
miliknya.
Setiap anak mempunyai
tanaman sendiri yang
ditempatkan di depan kelas.
Kemudian mereka menyiram
setiap hari. Mereka juga
merawat tanaman dengan
menyabut rumput-rumput yang
tumbuh di pot.
Siswa mempunyai tanaman
hidroponik dan tanaman lainnya
yang ditempatkan di depan kelas
masing-masing. Mereka
menyiram dan merawat
tanaman seperti menyabut
rumput-rumput yang tumbuh di
pot.
30. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman sekolah?
Per kelas kan ada tanaman
kelas. Awal-awalnya mereka
nyirami, mana yang ngerawat
Setiap kelas memiliki tanaman
di depan kelas. Ada siswa yang
menyirami tanaman, ada pula
yang tidak menyirami tanaman.
Siswa memelihara taman
dengan menyirami tanaman.
Namun ada juga siswa yang
tidak peduli dengan taman.
180
gitu. Tapi kesini agak kurang
merawat, kurang peduli.
31. Bagaimana aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan?
Kalo disini anak-anak ada sih
yang peduli ada juga yang
nggak. Mereka mbuang sampah
kalo nggak jatuh di tempat
sampah ya ga diambil. Kalo
kelas mereka harus piket. Awal
pelajaran mereka berangkat
gasik trus piket, kalo pulangnya
mereka harus membersihkan
kelas sebelum pulang.
Ada siswa yang membuang
sampah pada tempatnya, ada
pula yang tidak pada tempatnya.
Selain itu, setiap kelas piket
pada pagi dan siang hari.
Ada siswa yang membuang
sampah pada tempatnya, ada
pula yang tidak pada tempatnya.
Selain itu, setiap kelas piket
pada pagi dan siang hari.
181
Lampiran 9. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru Pendamping
REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PENDAMPING
Narasumber : 1. Umi Hariyani, S. Pd. Jas (Um/ Selasa, 21 Maret 2017)
2. Anang Hari Bawanu, S. Pd (An/ Rabu, 22 Maret 2017)
No. Pertanyaan Narasumber Jawaban Reduksi Kesimpulan
1. Apakah sekolah memiliki visi-misi
yang berkaitan dengan peduli
lingkungan sehingga menerapkan
program hidroponik?
Um Iya tahu, ada kata-kata
menjaga lingkungan gitu.
Visi-Misi sekolah
terdapat kata-kata yang
berkaitan dengan
menjaga lingkungan.
Sekolah memiliki Visi-
Misi yang berkaitan
dengan menjaga
lingkungan.
An Ya memang ada mas, itu
tentang menjaga
lingkungan sekolah. Tapi
saya tidak hapal.
Visi-Misi sekolah ada
yang berkaitan dengan
menjaga lingkungan
sekolah.
2. Mengapa program hidroponik
dipilih sebagai penerapan karakter
peduli lingkungan?
Um Sekolah kita kan sekolah
Adiwiyata Provinsi dan
tahun ini akan dinilai di
tingkat nasional, nah tahun
2015 kalo tidak salah itu
Disperindagkoptan
meminta sekolah untuk
menerapkan hidroponik,
gitu mas.
Disperindagkoptan
menunjuk sekolah untuk
menerapkan program
hidroponik. Hal ini dipilih
karena sekolah telah
menjadi sekolah
Adiwiyata Provinsi.
Sekolah menerapkan
program hidroponik
karena ditunjuk oleh
Disperindagkoptan untuk
mengenalkan hidroponik
pada siswa.
182
An Ya karena awalnya sekolah
ini kan jadi adiwiyata, trus
ditunjuk dari
Disperindagkoptan buat
praktek hidroponik gitu. Ini
juga sesuai sama program
adiwiyata. Jadi ya
akhirnya pake hidroponik.
Berawal sebagai sekolah
adiwiyata,
Disperindagkoptan
meminta sekolah untuk
menerapkan hidroponik
kepada siswa.
3. Apa tujuan diterapkannya program
hidroponik dalam rangka
pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Um Supaya anak-anak bisa
tahu kan asal sayuran itu
dari mana, bagaimana cara
merawatnya, bagaimana
proses perkembangannya.
Sehingga mereka akan tahu
manfaatnya dan cara
merawatnya.
Program hidroponik
diterapkan agar anak-anak
tahu asal-usul sayuran,
tahu cara merawatnya,
dan tahu proses
perkembangannya.
Program hidroponik
diterapkan agar anak-anak
tahu asal-usul sayuran,
tahu cara merawatnya,
tahu proses
perkembangannya, dan
bisa mengelola lahan
dengan baik.
An Biar anak-anak lebih suka
menanam, jadi tahu juga
cara ngerawatnya, trus
juga hidroponik kan bisa
dilakukan di lahan yang
sempit juga.
Program hidroponik
diterapkan agar anak-
anak menjadi lebih
menyukai menanam, tahu
cara merawat tanaman,
dan bisa mengelola lahan
dengan baik.
183
4. Siapakah sasaran dari program
hidroponik dalam rangka
pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Um Hidroponik itu diterapkan
di kelas 4 sama 5. Paling
sering ya kelas 4.
Kelas 4 dan 5 namun
paling sering kelas 4.
Sasaran dari program
hidroponik adalah kelas 4
dan 5.
An Sebenarnya semua warga
sekolah tapi kalo
prakteknya ya kelas tinggi
kayak kelas 4, 5, terutama
sih kelas 4.
Kelas 4 dan 5 namun
dikhususkan pada kelas 4.
5. Apakah siswa tahu tentang
hidroponik dalam rangka
pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Um Kebanyakan kelas yang
atas yang paling tahu.
Kebanyakan siswa tahu
bahwa program
hidroponik diterapkan
dalam rangka peduli
lingkungan.
Kebanyakan siswa tahu
bahwa program
hidroponik diterapkan
dalam rangka peduli
lingkungan.
An Mungkin tahu. Apalagi kan
hidroponik tanamannya
benar-benar diperhatikan.
Mungkin siswa
mengetahui bahwa
program hidroponik
diterapkan dalam rangka
peduli lingkungan.
6. Nilai-nilai peduli lingkungan apa
sajakah yang ingin diterapkan
sekolah melalui program
hidroponik?
Um Penanaman hidroponik itu
sesuai dengan karakter
lingkungan sekarang.
Disini kan masyarakatnya
masyarakat perkotaan.
Sehingga lahan untuk
menanam bercocok tanam
Menambah informasi
bahwa lahan yang sempit
bukan halangan bagi
siswa untuk peduli
terhadap lingkungan,
cinta tanaman, dan
bercocok tanam.
Nilai-nilai peduli
lingkungan yang ingin
diterapkan sekolah adalah
peduli terhadap
lingkungan, cinta
tanaman, bercocok tanam,
184
kan semakin sempit. Nah
hal-hal seperti itulah yang
perlu disampaikan kepada
siswa bahwa lahan yang
sempit bukan halangan
bagi mereka untuk peduli
terhadap lingkungan, cinta
tanaman, bercocok tanam,
menghasilkan berbagai
bahan sayuran dan
sebagainya yang bisa
mereka konsumsi secara
mudah. Itulah lahan yang
sempit karena disini sudah
masuk masyarakat yang
perkotaan kan.
dan mampu merawat
tanaman.
An Ya diharapkan siswa pada
bisa ngerawat tanamannya,
apalagi kan mereka punya
tanaman sendiri-sendiri jadi
ya kudu peduli lah sama
tanamannya gitu.
Siswa diharapkan mampu
merawat tanaman dan
peduli dengan tanaman
yang dimiliki.
185
7. Apakah sekolah mengenalkan
langkah-langkah dalam bercocok
tanam hidroponik pada siswa dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Um Mengenalkan melalui
tayangan gambar yang
ditunjukan oleh Pak
Anang, kemudian melihat
Pak Anang mempraktekan
langsung. Trus mereka
mencoba menanam,
merawat, sampai tahap
memanen.
Sekolah mengenalkan
langkah-langkah
hidroponik melalui
tayangan gambar
hidroponik, kemudian
dipraktekan oleh guru,
dan siswa mencoba
menanam, merawat,
sampai tahap memanen.
Sekolah mengenalkan
langkah-langkah
hidroponik melalui
gambar-gambar
hidroponik, kemudian
guru memberikan contoh,
dan siswa praktek dari
persiapan hingga
pemanenan.
An Ya mengenalkan mas.
Dulu saya pas awal itu
nunjukin dulu lewat
gambar-gambar, trus saya
contohin. Habis itu mereka
praktek sampe panen.
Sekolah mengenalkan
langkah-langkah
hidroponik melalui
gambar-gambar
hidroponik, kemudian
guru memberikan contoh,
dan siswa praktek dari
persiapan hingga
pemanenan.
8. Bagaimana bapak/ibu
merencanakan waktu untuk
melaksanakan program hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
Um Disini kan sekolah
adiwiyata, jadi sudah
include RPP bapak ibu
guru. Kalau mengenai
waktunya itu seminggu
sekali anak-anak merawat,
kalo menanam ya biasanya
awal semester.
Guru pendamping
merencanakan waktu
untuk menanam
hidroponik pada awal
semester, sedangkan
perawatan dilakukan
setiap minggu.
Guru pendamping
merencanakan waktu
untuk melaksanakan
program hidroponik
dengan cara
menyesuaikan jadwal
pelajaran siswa. Selain
itu, pelaksanaan menanam
186
An Saya sesuaikan dengan
jadwal kelas masing-
masing. Tapi untuk kelas 4
lebih maju dan paling
sering praktek. Ya
seminggu bisa sekali.
Guru pendamping
menyesuaikan dengan
jadwal pembelajaran di
kelas masing-masing.
Namun untuk kelas 4
dilaksanakan seminggu
sekali.
hidroponik dilakukan di
awal semester dan
perawatan dilakukan di
setiap minggu.
9. Di lokasi manakah sekolah
menerapkan program hidroponik?
Um Sekarang baru
dikembangkan di depan.
Yang sudah di atas itu.
Hidroponik diterapkan di
lantai dua dan di depan
kantor kepala sekolah.
Program hidroponik
diterapkan di depan kelas
4, 5, dan 6 yang berada di
lantai 2 dan diterapkan di
depan kantor kepala
sekolah. An Di teras masing-masing
kelas 4 sampai 6, depan
kantor kepala sekolah juga
ada.
Hidroponik diterapkan di
depan kelas 4, 5, 6, dan
depan kantor kepala
sekolah.
10. Media tanam apa yang digunakan
oleh sekolah dalam bercocok tanam
hidroponik?
Um Medianya pakai arang
sekam, lalu ada spons juga,
kerikil juga pernah ada.
Media tanam yang
digunakan yaitu arang
sekam, spons, dan kerikil.
Media tanam yang
digunakan oleh sekolah
yaitu arang sekam, spons,
dan kerikil.
An Pake arang, sekam, kerikil,
pernah pake spons juga tapi
sebentar soale bagusan
pake sekam.
11. Teknik apa yang sekolah
rencanakan untuk bercocok tanam
hidroponik?
Um Media tanam yang
digunakan yaitu arang
sekam, kerikil, dan spons.
Teknik yang digunakan
menggunakan teknik
sumbu.
Teknik yang digunakan
oleh sekolah adalah teknik
sumbu.
187
An Menggunakan teknik
sumbu, pake kain flanel
yang dihubungkan dari pot
ke air.
Teknik yang digunakan
menggunakan teknik
sumbu.
12. Wadah pembibitan apa yang
nantinya akan digunakan oleh siswa
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
Um Pot sama botol bekas. Wadah pembibitan yang
digunakan yaitu pot dan
botol bekas.
Wadah pembibitan yang
digunakan yaitu pot dan
bagian leher dari botol
bekas.
An Ada pot sama leher botol. Wadah pembibitan yang
digunakan yaitu pot dan
bagian leher botol bekas.
13. Benih apa yang dipilih sekolah
dalam bercocok tanam hidroponik
dalam rangka pendidikan karakter
peduli lingkungan?
Um Paprika, cabai, sawi,
kangkung dan masih
banyak lagi, mas. Masnya
bisa lihat sendiri disana
banyak sekali.
Benih yang pernah
ditanam yaitu paprika,
cabai, sawi, kangkung dan
masih banyak lagi.
Benih yang pernah
ditanam yaitu paprika,
cabai, sawi, kangkung,
selada hijau, selada
merah, bawang merah,
bawang putih, kacang
hijau, dan sawi sendok. An Sawi, selada hijau, selada
merah, paprika, bawang
merah, bawang putih,
kacang hijau, kangkung,
sawi sendok, macem-
macem mas.
Benih yang pernah
ditanam yaitu sawi, selada
hijau, selada merah,
paprika, bawang merah,
bawang putih, kacang
hijau, kangkung, dan sawi
sendok.
188
14. Apakah sekolah menyiapkan alat-
alat yang diperlukan dalam
bercocok tanam hidroponik dalam
rangka pendidikan karakter peduli
lingkungan?
Um Kalo beberapa alat seperti
paralon dianggarkan 20%
dari anggaran adiwiyata.
Anak-anak membawa
media botol aqua, pot,
bekas-bekas cat.
Sekolah menyediakan alat
dan bahan yang
diperlukan untuk
hidroponik.
Sekolah menyediakan
semua alat dan bahan
yang diperlukan untuk
hidroponik.
An Ya semua alat dan bahan
disediakan oleh sekolah.
Semua alat dan bahan
disediakan oleh sekolah.
15. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses persemaian
yang dilakukan siswa?
Um Saya kurang paham, mas.
Yang jelas itu yang nyiapin
pak Anang, trus nanti benih
yang disemai itu kan jadi
bibit nah itu dikasih ke
anak-anak. Anak-anak itu
pas pake airnya ya ga
banyak-banyak, soalnya
kan biar hemat air juga kan.
Guru pendamping
melakukan penyemaian,
kemudian bibit yang telah
disemai diberikan kepada
siswa untuk ditanam.
Siswa hemat dalam
menggunakan air untuk
menyiram.
Guru pendamping
melakukan penyemaian,
sedangkan siswa hanya
menanam bibit yang
sudah disemai guru.
Namun siswa juga pernah
menyemai dengan
menggunakan air
secukupnya yang
dimasukan ke dalam
gayung, kemudian benih
direndam di dalam air
tersebut.
An Kalo yang nyemai itu saya,
mas. Saya ngrendam benih-
benihnya di air hangat, trus
nanti saya ngasih ke anak-
anak. Kadang pernah sih
siswa nyemai sendiri. Siswa
nyiapin airnya, trus ditaruh
di gayung. Mereka ya pake
Guru pendamping
melakukan penyemaian,
sedangkan siswa hanya
menanam bibit yang
sudah disemai guru.
Namun siswa juga pernah
menyemai dengan
menggunakan air
189
airnya itu secukupnya
nggak banyak-banyak.
secukupnya yang
dimasukan ke dalam
gayung, kemudian benih
direndam di dalam air
tersebut.
16. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pembibitan
yang dilakukan siswa?
Um Pembibitan itu siswanya
langsung nanam ke potnya.
Mereka memakai media
tanah secukupnya, nggak
banyak-banyak.
Siswa menggunakan
media tanam secukupnya
dalam melakukan
pembibitan.
Siswa menggunakan
media tanam secukupnya
dalam melakukan
pembibitan. Namun
biasanya guru
menerapkan hidroponik
dari persemaian langsung
ke penanaman tanpa
pembibitan.
An Sebenere masih sama
kayak semai itu, mas. Kalo
disini kan abis disemai trus
langsung dikasih ke siswa.
nanti siswanya nanem.
Gitu.
Tidak ada proses
pembibitan, guru
pendamping melakukan
persemaian kemudian
bibit ditanam oleh siswa.
17. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses penanaman
yang dilakukan siswa?
Um Setelah bibitnya dimasukin
ke pot, kemudian siswa itu
menyiram pake air. Airnya
disiram pake selang. Airnya
ya diusahakan jangan
banyak-banyak biar ga
terlalu becek.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
menyiram tanaman yang
telah ditanam dengan air
secukupnya.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
menyiram tanaman yang
telah ditanam dengan air
secukupnya.
190
An Itu tadi, mas. Abis disemai
kan siswa dapet bibitnya,
trus mereka tanam di pot
kecil, trus disiram pake air
selang. Sudah saya kasih
tahu jangan disiram
banyak-banyak. Jadi ya
mereka siram secukupnya.
Siswa menanam bibit
yang telah direndam oleh
guru pendamping ke
dalam pot, kemudian guru
pendamping meminta
siswa menyiram dengan
air secukupnya.
18. Instalasi apa yang digunakan oleh
sekolah untuk memindahkan bibit
tanaman hidroponik?
Um Ada botol plastik, trus yang
didepan itu ada paralon.
Instalasi yang digunakan
adalah botol plastik dan
paralon.
Instalasi yang digunakan
adalah botol plastik bekas
dan paralon.
An Botol aqua bekas, paralon
juga itu yang baru dipake.
Instalasi yang digunakan
adalah botol bekas dari air
mineral dan paralon.
19. Bagaimana cara bapak/ibu agar
siswa melakukan penyiraman
terhadap tanaman hidroponik yang
dimilikinya?
Um Diusahakan anak itu nyiram
minimal seminggu sekali.
Ada yang nyiram seminggu
lebih dari sekali, ya
tergantung orangnya
tergantung keadaannya
tanaman itu gimana.
Guru pendamping
menyarankan siswa untuk
menyiram minimal
seminggu sekali. Namun
ada siswa yang menyiram
lebih dari sekali dalam
satu minggu.
Guru pendamping
menyarankan siswa untuk
menyiram minimal
seminggu sekali terutama
jika air di dalam instalasi
telah berkurang. Namun
ada siswa yang menyiram
lebih dari sekali dalam
satu minggu. An Kalo saya sih nyaranin ke
anak-anak jika air yang di
Guru pendamping
menyarankan siswa untuk
senantiasa menyiram
191
pot itu susut ya ditambahin
air pupuk.
tanaman jika air
hidroponik berkurang.
20. Bagaimana peran bapak/ibu dalam
pemberian larutan nutrisi pada
tanaman hidroponik milik siswa?
Um Setahu saya itu Pak Anang
nyiapin larutan, trus nanti
anak-anak nyiram larutan
itu ke tanaman hidroponik.
Gantian gitu. Kadang
mereka yang nyiapin
larutan sendiri. Ya
tergantung sikonnya
gimana.
Guru pendamping
menyiapkan larutan
nutrisi kemudian siswa
menyiram ke tanaman
hidroponik. Terkadang
siswa menyiapkan larutan
dan menyiramnya sendiri
tanpa didampingi guru.
Guru pendamping
mengingatkan kepada
siswa untuk memberikan
air larutan ketika tanaman
sudah memiliki jumlah
daun minimal 4 helai.
Guru menyiapkan air
larutan, kemudian siswa
menyiramnya ke tanaman
hidroponik. Terkadang
siswa menyiapkan larutan
dan menyiramnya sendiri
tanpa didampingi guru.
An Saya ngingetin anak-anak
kalo biji yang ditanam
udah jadi tunas dan jumlah
daun udah mulai 4 ya
diberi nutrisi pupuk cair.
Biasane sih saya yang
nyiapin air pupuknya, nanti
yang nyiram anak-anak.
Guru pendamping
mengingatkan kepada
siswa untuk memberikan
air larutan ketika tanaman
sudah memiliki jumlah
daun minimal 4 helai.
Guru menyiapkan air
larutan, kemudian siswa
menyiramnya ke tanaman
hidroponik.
192
21. Bagaimana peran bapak/ibu dalam
mengingatkan siswa untuk
melakukan pemangkasan tanaman
milik sendiri yang rusak karena
hama?
Um Saya mengingatkan anak-
anak, kalo abis olahraga itu
biasanya mereka saya minta
minta untuk mengamati
tanamannya. Kalo ada yang
layu ya dibuang bagiannya.
Dibuangnya ditempat
sampah. Eeh ternyata
mereka melakukannya
seperti itu.
Guru pendamping
mengingatkan anak-anak
untuk mengamati tanaman
hidroponik setiap selesai
olahraga. Jika ada
tanaman yang layu, siswa
memetik bagian yang layu
itu dan membuangnya di
tempat sampah.
Guru pendamping
mengingatkan anak-anak
untuk memantau tanaman
hidroponik setiap selesai
olahraga. Jika ada
tanaman yang layu, siswa
memetik bagian yang layu
itu dan membuangnya di
tempat sampah.
An Lebih tek saranin untuk
dicabut sih mas. Soale kan
kalo nggak segera dicabut,
ntar tanamannya mati. Jadi
ya mereka pasti tiap hari itu
ngliatin tanamannya ada
yang layu nggak.
Guru pendamping
menyarankan siswa untuk
memantau tanaman
hidroponik dan mencabut
bagian daun yang layu
agar tanaman tidak mati.
22. Apakah proses bercocok tanam
hidroponik yang diterapkan telah
mencapai tahap pemanenan?
Um Sudah pernah. Kayak
kangkung itu kan dulu
pernah dan dimasak
bareng-bareng.
Sekolah sudah pernah
memanen tanaman
hidroponik seperti
kangkung.
Sekolah sudah pernah
memanen tanaman
hidroponik. Tanaman
yang pernah dipanen
adalah kangkung, bawang
merah, kacang hijau,
selada, dan sawi.
An Sudah beberapa kali panen
bawang merah, kacang
hijau, selada, sawi.
Sekolah sudah pernah
memanen tanaman
hidroponik. Tanaman
yang pernah dipanen
193
adalah bawang merah,
kacang hijau, selada, dan
sawi.
23. Bagaimana cara bapak/ibu dalam
menanamkan karakter peduli
lingkungan pada proses pemanenan
yang dilakukan siswa?
Um Kalo memanen itu hati-
hati. Buang hasil panen
yang buruk di tempat
sampah.
Guru pendamping
memberitahu untuk
berhati-hati dalam
memanen dan jika ada
hasil panen yang buruk
maka siswa diminta
membuangnya di tempat
sampah.
Guru pendamping
memberitahu untuk
berhati-hati dalam
memanen, tidak boleh
sembarangan, dan tidak
merusak tanaman. Jika
ada hasil panen yang
buruk maka siswa
diminta membuangnya di
tempat sampah. An Ya dikasih tahu kalo
memanen tidak boleh
sembarangan, tidak
merusak tanaman. Kalo
ada sampah ya dibuang di
tempat sampah.
Guru pendamping
memberikan informasi
bahwa dalam melakukan
pemanenan tidak boleh
secara sembarangan dan
tidak merusak tanaman.
siswa diharapkan
membuang sampah dari
proses panen yang rusak
di tempat sampah.
24. Apakah sekolah menyediakan alat
untuk panen?
Um Ya disediakan dari sekolah. Alat panen disediakan
oleh sekolah.
Alat panen disediakan
oleh sekolah.
194
An Ya menyediakan. Alat panen disediakan
oleh sekolah.
25. Alat apa yang digunakan sekolah
dalam memanen?
Um Alat panen kan dicabut
langsung, dicuci bersih,
trus dikonsumsi.
Alat panen yang
digunakan adalah tangan
Alat panen yang
digunakan adalah tangan
dan gunting.
An Gunting untuk memotong
tanaman.
Alat panen yang
digunakan adalah
gunting.
26. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan wc?
Um Kalo untuk kamar mandi
mereka memiliki tanggung
jawab 1 kamar mandi. Jadi
mereka membersihkannya
dengan melakukannya
ketika menggunakan.
Setiap kali buang air kecil
dan besar mereka sudah
diwajibkan untuk bisa
menyiramnya sendiri
minimal 3 kali lah disiram.
Apalagi kan kalo mereka
pas mau make tapi kotor
kan jadi mereka mikir
sendiri kalo abis make
berarti harus gimana gitu.
Siswa membersihkan wc
setelah mereka
menggunakannya.
Mereka menyiram kamar
mandi minimal 3 kali
siraman.
Wc dibersihkan oleh
petugas kebersihan
sekolah. Namun siswa
tetap berpartisipasi
membersihkan wc setelah
mereka menggunakannya.
Mereka menyiram kamar
mandi minimal 3 kali
siraman.
195
An Kalo wc itu setau saya sih
dibersihkan sama petugas
kebersihan sekolah. Kalo
siswa ya paling nyiram
minimal 3 kali lah kalo abis
make.
Wc dibersihkan oleh
petugas kebersihan
sekolah. Jika siswa telah
menggunakan wc, maka
dia harus menyiram
minimal 3 kali.
27. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah?
Um Kalo tempat sampah itu
dicuci sama petugas
kebersihan. Siswa itu
berperan membuang
sampah kelas ke depan
sekolah jika tempat
sampahnya sudah penuh.
Biasanya mereka itu
membuangnya setelah
pulang sekolah.
Tempat sampah dicuci
oleh petugas kebersihan
sekolah, sedangkan siswa
membuang sampah yang
telah penuh ke depan
sekolah setelah pulang
sekolah.
Siswa membersihkan
tempat sampah ketika
sampah sudah penuh.
Tempat sampah yang
penuh dibuang ke bak
sampah yang berada di
depan sekolah oleh
petugas piket setelah
pulang sekolah.
An Setiap hari mereka
membersihkan sampah,
mas. Kelas saya itu tempat
sampah dibersihin sama
yang piket. Jadi siang hari
itu dibuang ke bak sampah
di depan itu.
Setiap pulang sekolah
siswa yang piket kelas
membersihkan tempat
sampah. Mereka
membuang sampah ke bak
sampah yang berada di
depan sekolah.
196
28. Bagaimana aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan
sekolah?
Um Karena disini ada dua
petugas. Itu kembali ke
oknumnya. Ternyata kita
salah memilih. Kalo siswa
itu Semutlis setiap bulan di
hari jumat setelah senam
bahkan setiap minggu
sekali.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah ketika
kegiatan Semutlis yang
dilakukan setiap hari
jumat.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah ketika
kegiatan Semutlis yang
dilakukan setiap hari
jumat.
An Jarang sih kalo ngebersihin
lingkungan sekolah,
soalnya halaman itu
dibersihin sama petugas.
Biasanya anak-anak bersih-
bersih pas Semutlis hari
jumat itu.
Siswa jarang
membersihkan
lingkungan sekolah
karena dibersihkan oleh
petugas kebersihan
sekolah. Namun siswa
berpartisipasi
membersihkan
lingkungan sekolah ketika
kegiatan Semutlis setiap
hari jumat.
29. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman?
Um Mereka punya tanaman
sendiri. Mereka tanam di
dalam pot cat itu, trus
mereka rawat.
Siswa memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman yang mereka
tanam melalui pot cat.
Kemudian mereka
merawat tanaman yang
mereka miliki.
Siswa memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman yang mereka
tanam melalui pot cat.
Mereka merawat tanaman
yang mereka miliki
dengan cara menyiram
197
An Anak-anak punya tanaman
sendiri. Mereka biasanya
nyiram tiap hari, nyabutin
daun layu.
Siswa memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman yang mereka
miliki. Mereka menyiram
setiap hari dan mencabut
daun yang telah layu.
tanaman setiap hari dn
mencabut daun yang telah
layu.
30. Bagaimana aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman
sekolah?
Um Kalo tiap pagi itu saya suka
melihat anak-anak
menyiram tanaman, trus
mereka juga nyabutin
rumput yang tumbuh di
dalam potnya.
Setiap pagi hari siswa
menyiram tanaman dan
mencabut rumput-rumput
yang tumbuh di dalam
pot.
Setiap pagi hari siswa
menyiram tanaman dan
mencabut rumput-rumput
yang tumbuh di dalam
pot. Siswa juga merawat
tanaman melalui kegiatan
Semutlis yang dilakukan
setiap hari jumat. An Taman sekolah ya dirawat
juga sama anak-anak.
Paling sering ya pas
Semutlis itu mereka nyiram
bareng-bareng.
Siswa merawat taman
ketika kegiatan Semutlis
dengan cara menyiram
tanaman di taman secara
bersama-sama.
31. Bagaimana aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan?
Um Lingkungan kelas mereka
punya jadwal sendiri.
Kemudian setiap agustus
kan ada lomba kebersihan
juga. Trus piket setiap pagi
sama siang hari mereka
piket. Kalo mereka buang
sampah sembarangan juga
Siswa melakukan piket di
setiap pagi dan siang hari.
Mereka juga membuang
sampah pada tempatnya.
Jika tidak membuang
sampang di tempat
sampah, maka siswa wajib
mengambil 10 sampah
Siswa melakukan piket
kelas di setiap pagi dan
siang hari. Mereka juga
membuang sampahdi
tempat sampah
berdasarkan jenis sampah.
Jika tidak membuang
sampang di tempat
198
akan saya hukum dengan
ambil sampah 10 kali. Itu
sudah jadi kesadaran
mereka.
yang berserakan di sekitar
sekolah.
sampah, maka siswa wajib
mengambil 10 sampah
yang berserakan di sekitar
sekolah.
An Kalo kelas saya sih mereka
harus buang sampah di
tempat sampah. Kalo ada
yang sembarangan ya
didenda. Bayar pake uang
trus nanti uangnya
dikumpulin jadi satu.
Selama ini sih banyak yang
buang sampah di tempatnya
kayak kertas ya di tempat
kertas, plastik ya anorganik
gitu.
Siswa rajin membuang
sampah pada tempatnya
berdasarkan jenis sampah.
199
Lampiran 10. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Siswa
REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA
Narasumber : 1. Ayu (Ay/ Siswa Kelas IV A pada Kamis, 23 Maret 2017)
2. Nadia (Nd/ Siswa Kelas IV B pada Rabu, 22 Maret 2017)
3. Hangga (Hn/ Siswa Kelas V A pada Kamis, 23 Maret 2017)
4. Mirza (Mz/ Siswa Kelas V B pada Kamis, 23 Maret 2017)
No. Pertanyaan Narasum
ber
Jawaban Reduksi Kesimpulan
1. Apakah siswa
tahu visi-misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli
lingkungan?
Ay Iya tahu. Visi Misinya ada kata-kata peduli
lingkungan. Menanam itu menjaga lingkungan,
menambah pohon di lingkungan.
Siswa tahu Visi-Misi
sekolah mengenai peduli
lingkungan.
Siswa tahu Visi-Misi
sekolah yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan.
Nd Iya tahu, ada kata-kata menjaga lingkungan gitu. Siswa tahu Visi-Misi
sekolah mengenai
menjaga lingkungan.
Hn Ada. Itu menjaga lingkungan sekolah, tapi
nggak hafal mas.
Siswa tahu Visi-Misi
sekolah mengenai
menjaga lingkungan
sekolah namun tidak
hafal.
Mz Ada. Bunyinya Terwujudnya SD Negeri
Gedongkiwo yang unggul dalam Imtek dan
Iptek dalam wawasan lingkungan.
Siswa tahu Visi-Misi
sekolah mengenai peduli
lingkungan yaitu unggul
200
dalam Imtek dan Iptek
dalam wawasan
lingkungan.
2. Apakah siswa
tahu alasan
program
hidroponik
dipilih sebagai
penerapan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Karena agar tempatnya nggak banyak gitu lho
pak, potnya. Kan biasanya akarnya memanjang,
kalo ini engga. Trus ga disiram terus.
Karena penanaman
hidroponik tidak
membutuhkan banyak
lahan sehingga diterapkan
di sekolah.
Program hidroponik
dipilih sebagai penerapan
karakter peduli
lingkungan karena
sekolah merupakan
sekolah adiwiyata dan
tidak membutuhkan
banyak lahan. Nd Karena nanemnya bisa dari bahan plastik bekas. Karena penanaman
hidroponik bisa dari
bahan plastik bekkas.
Hn Tahu. Karena biar sekolahnya subur dan hijau,
asri
Karena untuk
menciptakan sekolah yang
subur, hijau, dan asri.
Mz Karena biar asri, memanfaatkan barang bekas,
biar asri, hijau, untuk sekolah Adiwiyata.
Karena sekolah
merupakan sekolah
adiwiyata sehingga bisa
memanfaatkan barang
bekas, lingkungan lebih
asri, dan hijau.
3. Apakah siswa
tahu tujuan
diterapkannya
Ay Nggak tahu, mas. Siswa tidak tahu tujuan
diterapkannya program
hidroponik.
Tujuan diterapkannya
program hidroponik
adalah untuk
201
program
hidroponik dalam
rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Nd Biar bisa menanam di rumah. Diharapkan siswa dapat
bercocok tanam di rumah.
menciptakan lingkungan
sekolah yang asri dan
hijau, siswa dapat
bercocok tanam, dan
berbagi ilmu kepada
orang lain.
Hn Bisa itu bisa memakrekan dan mengajari ke adik
kelas lain.
Diharapkan siswa dapat
praktek mandiri dan
mengajarkan kepada adik
kelas.
Mz Untuk membuat sekolahan ini menjadi asri,
hijau.
Untuk menciptakan
lingkungan sekolah yang
asri dan hijau.
4. Kelas berapa saja
yang melakukan
program
hidroponik dalam
rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Kelas 3 sampe kelas 6. Tapi kelas 4 sama kelas
5 yang paling sering. Hampir 300 pot.
Kelas 4 dan 5. Kelas yang melakukan
program hidroponik
adalah kelas 4 dan 5.
Nd Kelas 3, 4, 5, 6. Tapi sekarang kelas 4 sama 5. Kelas 4 dan 5.
Hn Kelas 4, 5, lebih sering kelas 4. Kelas 4 dan 5.
Mz Paling sering kelas 4, kelas 5 juga. Kelas 4 dan 5.
5. Apakah siswa
tahu tentang
hidroponik dalam
rangka pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Nggak tahu, pak. Siswa tidak tahu. Siswa tahu bahwa
hidroponik diterapkan
dalam rangka pendidikan
karakter peduli
lingkungan. Hal ini
dikarenakan sekolah
Nd Iya tahu, soalnya mau dibuat green house.
Soalnya kalo ada tanaman kan sekolahnya
terlihat asri, jadi hijau.
Siswa tahu karena
tanaman akan membuat
sekolah menjadi lebih asri
dan hijau.
202
Hn Iya soalnya kan ngajarin cara ngerawat
tanaman.
Siswa tahu karena
mengajarkan cara
merawar tanaman.
merupakan sekolah
adiwiyata sehingga
menciptakan budaya
cinta tanaman dan cinta
lingkungan. Mz Ya soalnya ini kan sekolah Adiwiyata, jadinya
biar kita lebih cinta tanaman, cinta lingkungan.
Siswa tahu karena sekolah
merupakan sekolah
adiwiyata sehingga
menciptakan budaya cinta
tanaman dan cinta
lingkungan.
6. Apakah siswa
tahu nilai-nilai
peduli
lingkungan yang
ingin diterapkan
sekolah melalui
program
hidroponik?
Ay Ya biar aku bisa merawat tanaman, bisa
merasakan panen sendiri, trus bisa menambah
udara segar.
Diharapkan dapat
merawat tanaman dan
praktek panen secara
mandiri.
Nilai-nilai peduli
lingkungan yang ingin
diterapkan sekolah
adalah dapat merawat
tanaman dengan baik.
Nd Mungkin biar rajin merawat tanaman, trus bisa
ngasih pupuk gitu.
Diharapkan rajin merawat
tanaman dan memberi
pupuk.
Hn Supaya siswa rajin menyiram, memberi pupuk,
dan bisa panen sendiri.
Diharapkan rajin
menyiram, memberi
pupuk, dan dapat praktek
panen sendiri.
Mz Bisa nanem di rumah, tahu kalo hidroponik itu
bisa ditanam di tempat kecil, trus jadi rajin
mupuki, nyirami.
Diharapkan dapat
menanam di rumah, rajin
203
memberi pupuk dan
menyirami tanaman.
7. Apakah guru
mengajarkan
langkah-langkah
dalam bercocok
tanam hidroponik
dalam rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Pertama botol aqua dipotong setengah, terus
dikasih air sama kerikil, trus potnya dikasih
sekam, arang, sama biji. Kerikilnya biar bikin
berat botol jadi nggak jatuh kalo kena angin.
Dulu Pak Anang ngajarinnya nyontohin ke kita,
trus kita praktek.
Guru pendamping
mengajarkan langkah-
langkah hidroponik dari
menyiapkan alat dan
bahan, kemudian
memberikan contoh, dan
terakhir siswa melakukan
praktek.
Guru pendamping
mengajarkan langkah-
langkah hidroponik
seperti persiapan,
pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan
pemanenan.
Nd Iya dikasih tahu. Pertama botolnya dulu dibuat,
trus ditanem biji sama pupuk. Trus dikasih kain
flanel biar menyerap. Trus luar botolnya dikasih
cat biar cahayanya ga masuk.
Guru pendamping
mengajarkan siswa
mengenai langkah-
langkah bercocok tanam
hidroponik seperti
persiapan membuat
wadah pembibitan.
Hn Pernah. Ngajarinnya di halaman. Caranya itu
momotong 5cm dari atas pemotong botolnya.
Lalu mengisi air campuran pupuk. Lalu
menyiapkan pot. Abis itu potnya diisi sekam atau
batu arang. Trus memasukan biji ke sekam.
Guru pendamping
mengajarkan langkah-
langkah hidroponik di
halaman sekolah seperti
menyiapkan wadah
pembibitan,
mencampurkan larutan
204
nutrisi, media tanam,
hingga penanaman.
Mz Iya diajarin. Botolnya dipotong setengah,
dikasih tanaman, dikasih pupuk, dikasih air,
airnya air pupuk. Di dalam pot isinya pupuk
tanaman air. Trus diajarin caranya panen.
Guru pendamping
mengajarkan langkah-
langkah hidroponik
seperti persiapan,
pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan
pemanenan.
8. Kapan sekolah
melaksanakan
program
hidroponik dalam
rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Seminggu sekali tapi jarang, setiap hari sabtu.
Kadang karya kreasi, kadang menanam.
Sekolah menerapkan
hidroponik setiap
seminggu sekali.
Sekolah melakukan
persemaian hidroponik
pada awal semester,
sedangkan untuk
menyiram dilakukan
setiap seminggu sekali. Nd Biasanya seminggu sekali kita praktek
hidroponik. Tapi nyiramnya. Kalo nanem
biasanya kalo nggak pas baru masuk semesteran
ya kapan ya aku lupa, pak.
Sekolah biasanya
menyiram tanaman
hidroponik setiap
seminggu sekali,
sedangkan persemaian
pada awal semester.
Hn Setiap minggu melakukan penyiraman, trus
ngasih pupuk gitu. Kalo nanem biasanya awal
pas baru masuk sekolah itu.
Sekolah biasanya
menyiram tanaman
hidroponik setiap
seminggu sekali,
sedangkan persemaian
pada awal semester.
205
Mz Pas awal masuk. Trus kalo nyiramin seminggu
sekali.
Sekolah biasanya
menyiram tanaman
hidroponik setiap
seminggu sekali,
sedangkan persemaian
pada awal semester.
9. Di lokasi
manakah sekolah
menerapkan
program
hidroponik?
Ay Di depan kelas 4 sampai kelas 6. Di depan
sekolah itu juga ada, pak.
Di depan ruang kelas 4, 5,
dan 6 serta di depan ruang
kepala sekolah.
Sekolah menerapkan
program hidroponik di
deretan depan ruang
kelas 4 sampai kelas 6
dan di depan ruang
kepala sekolah. Nd Ada di luar deket gerbang sama dalem halaman
sekolah. Depan kelas.
Di depan ruang kepala
sekolah dan di depan
ruang kelas.
Hn Di depan kelas masing-masing terutama kelas 4.
Ada lagi di kelas 5 sama di samping ruang guru
kepala sekolah.
Di depan ruang kelas 4
dan 5 serta di depan ruang
kepala sekolah.
Mz Di deretan kelas 4 sampai kelas 6, di bawah itu
yang depan ruang kepala sekolah itu.
Di deretan depan ruang
kelas 4 sampai kelas 6 dan
di depan ruang kepala
sekolah.
10. Media tanam apa
yang digunakan
oleh sekolah
dalam bercocok
Ay Dulu pake botol trus sekam lalu biji nek engga
bibit.
Menggunakan sekam. Media tanam yang
digunakan adalah arang
sekam, kerikil, dan
arang. Nd Pupuk sama air. Jawaban tidak tepat.
206
tanam
hidroponik?
Hn Sekam, batu kecil, sama arang. Menggunakan sekam,
kerikil, dan arang.
Mz Ada pot, sekam, trus pupuk, air. Menggunakan sekam.
11. Teknik apa yang
sekolah
rencanakan untuk
bercocok tanam
hidroponik?
Ay Nggak tahu e pak. Siswa tidak tahu.
Teknik yang digunakan
dalam bercocok tanam
hidroponik adalah teknik
sumbu. Nd Itu air ditaruh di bawah pot agar akarnya bisa
menyerap air, agar tidak kekeringan.
Air yang ditempatkan di
bawah pot merupakan
definisi dari teknik
sumbu.
Hn Anu pak, pake sumbu-sumbu gitu. Mungkin maksud siswa
adalah teknik sumbu.
Mz Teknik berair yang airnya di bawah pot itu. Maksud siswa adalah
teknik sumbu.
12. Wadah
pembibitan apa
yang akan
digunakan oleh
siswa?
Ay Pake botol buat bibit. Menggunakan botol.
Wadah pembibitan yang
digunakan adalah pot
berukuran kecil dan
bagian leher dari botol
bekas.
Nd Wadahnya pake pot, leher botol. Menggunakan pot dan
bagian leher dari botol.
Hn Ada pot kecil, sama 5 cm bagian atas botol
bekas.
Menggunakan pot dan
bagian leher dari botol
bekas yang diukur 5 cm
dari tutup.
207
Mz Pake pot kecil. Menggunakan pot kecil.
13. Benih apa yang
dipilih sekolah
dalam bercocok
tanam
hidroponik?
Ay Kacang hijau, timun, tomat, selada, bombay,
paprika, sawi putih.
Benih yang ditanam
adalah kacang hijau,
timun, tomat, selada,
bawang bombay, paprika,
dan sawi putih.
Benih yang ditanam
adalah kacang hijau,
timun, tomat, selada,
bawang bombay,
paprika, sawi putih,
terong, melon, kacang
hijau, seledri, stroberi,
bawang merah, dan
bawang putih.
Nd Terong, paprika, selada, sawi, melon, kacang
hijau, seledri, sroberi.
Benih yang ditanam
adalah terong, paprika,
selada, sawi, melon,
kacang hijau, seledri,
stroberi.
Hn Terong, kacang hijau, brambang, bawang putih,
sama stroberi. Aku pernah nanem itu semuanya.
Benih yang ditanam
adalah terong, kacang
hijau, bawang merah,
bawang putih, dan
stroberi.
Mz Sawi, terong, bawang merah, bawang putih. Benih yang ditanam
adalah sawi, terong,
bawang merah, dan
bawang putih.
14. Apakah sekolah
menyiapkan alat
dan bahan yang
Ay Alat-alat dari sekolah, botol bawa sendiri. Alat-alat disiapkan dari
sekolah.
Sekolah menyiapkan alat
dan bahan yang
diperlukan dalam
208
diperlukan dalam
bercocok tanam
hidroponik?
Nd Dari sekolah, tapi botol bawa sendiri. Pupuk dari
sekolah.
Alat dan bahan disiapkan
dari sekolah.
bercocok tanam
hidroponik.
Hn Dari sekolah, bapak ibu guru. Alat-alat disiapkan dari
sekolah.
Mz Iya dari sekolah. Tapi yang bawa botolnya siswa
dari rumah.
Alat-alat disiapkan dari
sekolah.
15. Bagaimana peran
sekolah ketika
melakukan
proses
persemaian
dalam rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Bijinya udah disiapin ke Pak Anang. Guru pendamping
menyiapkan biji yang
akan ditanam oleh siswa.
Pada proses persemaian,
guru pendamping
merendam benih dengan
menggunakan air yang
telah disiapkan oleh
siswa. Air yang
diperlukan untuk
merendam hanya sedikit.
Kemudian benih yang
telah direndam diberikan
kepada siswa.
Nd Pak Anang merendam benih trus nanti dikasih ke
anak-anak.
Guru pendamping
merendam benih
kemudian diberikan
kepada siswa.
Hn Benih direndam sama Pak Anang. Tapi siswa
juga pernah merendamnya. Trus dikasih tahu
jangan rendam air banyak-banyak.
Guru pendamping
merendam benih yang
nantinya ditanam oleh
siswa. Guru juga
memberitahu bahwa
dalam merendam benih
hanya membutuhkan air
yang sedikit.
209
Mz Siswa nyiapin air, trus nanti airnya dipake buat
ngerendam benih tapi yang ngerendam Pak
Anang, kadang kita juga. Airnya sedikit saja.
Nanti itu airnya bisa buat banyak benih.
Guru pendamping
merendam benih dengan
air yang telah disiapkan
oleh siswa.
16. Bagaimana peran
sekolah ketika
melakukan
proses
pembibitan
dalam rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Dikasih dari Pak Anang, pak. Pembibitan diperoleh dari
guru pendamping.
Proses pembibitan
diperoleh dari guru
pendamping, sedangkan
siswa hanya mendapatkan
bibit tersebut kemudian
ditanam di media tanam.
Nd Siswa menaruh bibit ke dalam sekam. Tapi itu
bibit dikasih Pak Anang.
Pembibitan diperoleh dari
guru pendamping.
Kemudian siswa
meletakkan bibit ke dalam
arang sekam.
Hn Pas pembibitan itu bibitnya dikasih dari Pak
Anang.
Pembibitan diperoleh dari
guru pendamping.
Mz Bibit disiapkan sama Pak Anang, nanti siswanya
yang nanam.
Pembibitan diperoleh dari
guru pendamping.
Kemudian siswa
menanam bibit.
17. Bagaimana peran
sekolah ketika
melakukan
penanaman
dalam rangka
pendidikan
Ay Kata Pak Anang itu nggak boleh banyak-banyak
sekam. Jadi aku pake sekamnya sedikit aja. Trus
ntar bijinya disiram pake air sedikit aja.
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk menggunakan arang
sekam dan air secukupnya
saja.
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk membuang sisa
pembuatan instalasi ke
tempat sampah, kemudian
siswa diminta untuk
210
karakter peduli
lingkungan?
Nd Guru-guru mengingatkan kalo sampah botol
buat penanaman itu dibuang di tempat sampah.
Trus diisi air secukupnya. Trus pot yang ada
bibitnya itu ditaruh di atas botol yang ada airnya
itu.
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk membuang sisa
pembuatan instalasi ke
tempat sampah.
mengisi air secukupnya
pada instalasi hidroponik,
menambahkan arang
sekam seperlunya ke
dalam pot, dan menyiram
tanaman dengan air
secukupnya. Hn Pak Anang bilang kalo sekamnya jangan
banyak-banyak, trus bibit ditaruh di sekam trus
disiram pake air sedikit saja.
Guru pendamping
memberitahukan kepada
siswa untuk menggunakan
arang sekam seperlunya
ke dalam pot dan
menyiram dengan air
secukupnya.
Mz Siswa yang sudah punya botol plastik disuruh
diisi air secukupnya sama Pak Anang, Bu Umi,
trus nanti diatasnya dikasih pot.
Guru pendamping
menyuruh siswa untuk
mengisi air secukupnya
pada instalasi hidroponik.
18. Instalasi apa yang
digunakan oleh
sekolah untuk
memindahkan
bibit tanaman
hidroponik dalam
rangka
pendidikan
Ay Pake paralon sama botol kayak gini, pak. Instalasi yang digunakan
adalah paralon dan botol.
Instalasi yang digunakan
adalah paralon dan botol
plastik bekas. Nd Pake botol bekas itu lho pak yang dipotong
setengah.
Instalasi yang digunakan
adalah botol bekas.
Hn Di botol bekas, di paralon. Instalasi yang digunakan
adalah botol bekas dan
paralon.
211
karakter peduli
lingkungan?
Mz Pakenya botol plastik yang dibagi 2 trus diisi
air.
Instalasi yang digunakan
adalah botol plastik.
19. Bagaimana peran
sekolah dalam
proses
penyiraman
terhadap tanaman
hidroponik yang
dimilikinya
dalam rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Disiram pake air pupuk kalo daunnya udah 4,
kalo daunnya masih 2, 3 pake air biasa, itu kata
Pak Anang. Disiapin dari Pak Anang, ntar kita
nyiram sendiri. Kadang Pak Anang yang
nyiram. Setiap hari sabtu. Tapi biasanya juga
rutin.
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk menyiram tanaman
hidroponik dengan air
biasa jika daun masih dua
atau tiga dan penyiraman
dilakukan setiap hari
sabtu.
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk menyiram tanaman
hidroponik dengan air
biasa jika daun masih dua
atau tiga dan penyiraman
dilakukan setiap
seminggu sekali dan jika
ada air yang kotor atau
berkurang maka untuk
diganti atau ditambahkan
air yang baru.
Nd Setiap minggunya kita disuruh nyiramin
tanaman yang airnya kurang. Trus jangan sampe
kebanyakan air.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
menyiram tanaman
dengan air secukupnya
jika air telah berkurang.
Hn Sering, disuruh menengok tanaman setiap hari.
Trus kalo airnya berkurang disuruh nambahin
sendiri.
Guru pendamping
menyuruh siswa untuk
mengamati tanaman
hidroponik setiap hari dan
jika ada air yang
berkurang maka siswa
diminta untuk
menambahkan air.
Mz Disuruh nyiram sama Pak Anang. Cara
merawatnya disiram. Kalo airnya kotor diganti.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
212
menyiram tanaman dan
mengganti air yang kotor.
20. Bagaimana peran
sekolah dalam
pemberian
larutan nutrisi
pada tanaman
hidroponik milik
siswa dalam
rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Pak Anang yang nyiapin larutannya. Nanti anak-
anak yang nyiram ke tanaman. Biasanya sih
seminggu sekali, kadang Pak Anang yang
nyiram kadang siswa.
Setiap seminggu sekali
guru pendamping
menyiapkan larutan
sedangkan siswa
menyiram larutan tersebut
ke tanaman hidroponik.
Setiap seminggu sekali
guru pendamping
menyiapkan larutan
pupuk kemudian siswa
menyiram tanamna
hidroponik dengan larutan
tersebut. Terkadang siswa
juga menyiapkan dan
menyiramnya secara
mandiri.
Nd Disuruh sering ngrawat pake air pupuk.
Seminggu sekali biasanya hari kamis jumat,
pagi atau siang. Yang nyampurin air pupuk Pak
Anang, kita tinggal nyiram.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
menyiram tanaman
hidroponik dengan larutan
pupuk yang telah
disiapkan oleh guru
tersebut.
Hn Sering. Kalau pupuk air pupuknya sudah surut,
saya menyampurkan air pupuknya, lalu saya
nyiram hidroponiknya. Tapi biasanya Pak Anang
yang nyiapkan air pupuknya, ntar aku yang
nyiram sama teman-teman.
Guru pendamping
menyiapkan larutan
pupuk kemudian siswa
menyiram tanamna
hidroponik dengan larutan
tersebut. Terkadang siswa
juga menyiapkan dan
menyiramnya secara
mandiri.
213
Mz Dipupuki setiap hari. Eh seminggu sekali
kadang dua kali. Pupuknya dari Pak Anang.
Guru pendamping
menyiapkan larutan
pupuk setiap seinggu
sekali.
21. Bagaimana peran
sekolah dalam
mengingatkan
siswa untuk
melakukan
pemangkasan
tanaman milik
sendiri yang
rusak karena
hama?
Ay Disiram trus dipetiki daun layunya juga. Kayak
kacang hijau itu kemaren pernah layu. Trus
dipetik daunnya. Kalo engga dipetik ntar
tanamannya bisa mati soalnya daun yang layu
itu bisa nular ke yang lain.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
memetik daun yang layu
agar tanaman tidak mati.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
merawat tanaman agar
tumbuh subur dan
memetik daun yang layu
agar tanaman tidak mati.
Nd Sekolah pernah mengingatkan biar tanamannya
dirawat biar subur dan tidak mati. Ketika ada
yang layu ya segera dicabut.
Sekolah meminta siswa
untuk merawat tanaman
agar tumbuh subur dan
jika ada yang layu untuk
segera dicabut.
Hn Kalo layu nanti diganti biji, kalo engga ya
dicabut. Katanya Pak Anang biar tanamannya
nggak mati.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
mencabut daun yang layu
agar tanaman tidak mati.
Mz Kalo ada yang layu ditangani, tanya sama Pak
Anang. Trus tanamannya diganti.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
menangani tanaman yang
layu.
214
22. Apakah proses
bercocok tanam
hidroponik yang
diterapkan dalam
rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan telah
mencapai tahap
pemanenan?
Ay Pernah panen bayam, selada, kacang hijau.
Dulu kacang hijau itu dipetik lalu dijemur. Cari
biji yang sudah tua.
Hidroponik telah
mencapai tahap
pemanenan. Adapun
tanaman yang pernah
dipanen adalah bayam,
selada, dan kacang hijau.
Hidroponik telah
mencapai tahap
pemanenan. Adapun
tanaman yang pernah
dipanen adalah bayam,
selada, kacang hijau,
terong, stroberi, paprika,
cabai, dan seledri.
Namun untuk siswa
kelas 5 B belum
merasakan panen.
Nd Pernah panen terong, stroberi, paprika, cabe. Hidroponik telah
mencapai tahap
pemanenan. Adapun
tanaman yang pernah
dipanen adalah terong,
stroberi, paprika, dan
cabai.
Hn Panen baru ngerasain 2 kali, panen terong sama
daun seledri pas kelas 4. Terongnya dibuat
memasak bareng-bareng disini.
Hidroponik telah
mencapai tahap
pemanenan. Adapun
tanaman yang pernah
dipanen adalah terong dan
seledri.
Mz Kita belum pernah panen. Siswa di kelasnya Mz
belum pernah merasakan
tahap pemanenan.
215
23. Bagaimana peran
sekolah pada
proses
pemanenan
dalam rangka
pendidikan
karakter peduli
lingkungan?
Ay Nggak boleh sembarangan kalo metik buahnya.
Trus kalo ada yang busuk itu dibuang ke tempat
sampah.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
tidak sembarangan dalam
memanen. Jika ada buah
yang busuk maka dibuang
di tempat sampah.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
tidak sembarangan dan
berhati-hati dalam
memanen. Kemudian
hasil panen dikumpulkan
menjadi satu. Jika ada
buah yang busuk maka
dibuang di tempat
sampah.
Nd Pas panen itu hasilnya dikumpulin trus kadang
buat sendiri trus kalo ada buah yang busuk atau
ga bagus ya dibuang. Diingatkan kalo dibuang
itu ya di tempat sampah.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
mengumpulkan hasil
panen. Jika ada buah yang
busuk maka dibuang di
tempat sampah.
Hn Dikasih tau kalo panen itu hati-hati. Kalo ada
ulet apa yang busuk ya dibuang di tempat
sampah.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
berhati-hati dalam
memanen. Jika ada buah
yang busuk maka dibuang
di tempat sampah.
Mz Belum pernah panen. Siswa di kelasnya Mz
belum pernah merasakan
tahap pemanenan.
24. Apakah sekolah
menyediakan alat
untuk panen?
Ay Alatnya dari sekolah. Alat panen disediakan
oleh sekolah.
Sekolah menyediakan
alat untuk panen.
216
Nd Iya dari sekolah. Alat panen disediakan
oleh sekolah.
Hn Panennya pake gunting dari guru. Wadahnya
disiapkan dari guru kelas. Wadahnya kayak
keranjang.
Alat panen disediakan
oleh sekolah.
Mz Belum pernah panen. Siswa di kelasnya Mz
belum pernah merasakan
tahap pemanenan.
25. Alat apa yang
digunakan
sekolah dalam
memanen?
Ay Pake tangan. Pernah pake gunting itu pas selada. Siswa menggunakan
tangan dan gunting ketika
memanen tanaman
hidroponik.
Siswa menggunakan
tangan, gunting, dan
keranjang ketika
memanen tanaman
hidroponik.
Nd Yang buat panen pake tangan, kalo dateng
duluan boleh petik duluan trus boleh dimakan
sendiri boleh dikumpulin.
Siswa menggunakan
tangan untuk memanen
tanaman hidroponik.
Hn Panennya pake gunting dari guru. Wadahnya
disiapkan dari guru kelas. Wadahnya kayak
keranjang.
Siswa menggunakan
gunting dan keranjang
untuk memanen tanaman
hidroponik.
Mz Belum pernah panen. Siswa di kelasnya Mz
belum pernah merasakan
tahap pemanenan.
217
26. Bagaimana
aktivitas siswa
dalam
membersihkan
wc?
Ay Wc itu yang ngebersihin Pak Aris. Kalo aku itu
ngebersihinnya kalo pas make wc itu disiram 3
sampai 5 kali.
Siswa membersihkan wc
setelah selesai
menggunakannya dengan
cara menyiram 3 sampai 5
kali siraman.
Aktivitas siswa dalam
membersihkan wc yaitu
dengan menyiram
minimal 3 kali setelah
menggunakan wc dan
membuang binatang-
binatang yang masuk ke
dalam wc. Nd Kadang kalo ada kelabang diambil. Kalo nggak
berangkat drum band disuruh mbersihin.
Siswa membersihkan wc
ketika mendapatkan
sanksi. Siswa juga
membuang binatang-
binatang yang masuk ke
dalam wc.
Hn Wc dibersihkan sama pak bon. Aku kalo cuma
pipis disiram, trus disuruh sekolahan yang
banyak kalo nyiram. Aku 5 kali lebih.
Siswa membersihkan wc
ketika setelah selesai
menggunakan wc dengan
cara menyiram sekitar 5
kali.
Mz Yang mbersihin wc Pak Aris. Tapi kita disiram
minimal 3 kali agar bersih agar tidak bau.
Siswa menyiram wc
minimal 3 kali agar tidak
bau.
27. Bagaimana
aktivitas siswa
dalam
Ay Tempat sampah dibuang sama yang piket,
dibuang ke depan setiap hari.
Siswa yang bertugas
untuk piket kelas
membersihkan tempat
sampah dengan cara
Siswa yang bertugas
untuk piket kelas
membersihkan tempat
sampah dengan cara
218
membersihkan
tempat sampah?
membuang sampah ke
depan sekolah.
membuang sampah ke
gerobak sampah yang
berada di depan sekolah.
Nd Yang piket kelas, setiap hari dibuang ke depan
sekolah.
Siswa yang bertugas
untuk piket kelas
membersihkan tempat
sampah dengan cara
membuang sampah ke
depan sekolah.
Hn Tempat sampah yang mbersihin murid-murid.
Tempat sampahnya dibawa turun trus dimasukin
ke gerobak sampah.
Siswa yang bertugas
untuk piket kelas
membersihkan tempat
sampah dengan cara
membuang sampah ke
gerobak sampah yang
berada di depan sekolah.
Mz Tempat sampah dibuang setiap hari kalo penuh,
dibuang ke gerobak sama yang piket.
Siswa yang bertugas
untuk piket kelas
membersihkan tempat
sampah dengan cara
membuang sampah ke
gerobak sampah yang
berada di depan sekolah.
219
28. Bagaimana
aktivitas siswa
dalam
membersihkan
lingkungan
sekolah?
Ay Halaman sekolah dibersihi sama Pak Aris. Kita
juga pernah bersihin setiap hari jumat setelah
senam. Semutlis itu.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah setiap
hari jumat tepatnya
setelah senam pada
kegiatan Semutlis.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah setiap
hari jumat setelah senam
pada kegiatan Semutlis di
halaman sekolah.
Nd Pake Semutlis setiap hari jumat di halaman
kelas setelah senam.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah setiap
hari jumat setelah senam
pada kegiatan Semutlis di
halaman sekolah.
Hn Yang mbersihin Pak Aris. Siswa pernah, waktu
habis senam.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah setiap
hari jumat setelah senam.
Mz Halaman sama Pak Aris. Aku pernah bersihin,
setiap jumat. Pas Semutlis.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah setiap
hari jumat pada kegiatan
Semutlis.
29. Bagaimana
aktivitas siswa
dalam
memperindah
kelas dan sekolah
dengan tanaman?
Ay Aku kan punya tanaman di pot cat itu, lho pak.
Nah itu punya aku sama teman-teman. Dulu
diminta buat nanem disitu.
Siswa memiliki tanaman
yang diletakan di dalam
pot yang terbuat dari
bekas kaleng cat.
Siswa diminta untuk
menghias pot dari bekas
kaleng cat kemudian pot
diberi tanaman dan
diletakan di depan kelas
untuk dirawat setiap hari. Nd Menanam di pot-pot kaleng cat, trus ditempatin
di depan kelas-kelas.
Siswa memiliki tanaman
pada pot yang terbuat dari
220
bekas kaleng cat dan
diletakan di depan kelas.
Hn Anak-anak disuruh punya tanaman trus potnya
dari bekas kaleng cat yang dihias sendiri.
Siswa diminta untuk
menghias pot dari bekas
kaleng cat kemudian pot
diberi tanaman dan
dirawat setiap hari.
Mz Membuat pot dari kaleng cat bekas, trus dikasih
tanaman trus ditanam di depan kelas.
Siswa diminta untuk
menghias pot dari bekas
kaleng cat kemudian pot
diberi tanaman dan
diletakan di depan kelas.
30. Bagaimana
aktivitas siswa
dalam
memelihara
taman di
halaman
sekolah?
Ay Tanaman sekolah disirami satu kali sehari. Siswa menyiram tanaman
setiap hari.
Aktivitas siswa dalam
memelihara taman di
halaman sekolah adalah
dengan menyirami setiap
hari, memberi pupuk,
dan memotong bagian
daun yang layu.
Nd Tanaman di sekitar dirawat sendiri-sendiri.
Misalnya kayak nyiram tanaman, memberi
pupuk.
Siswa merawat tanaman
milik sendiri seperti
dengan menyirami
tanaman dan memberi
pupuk.
Hn Tanaman sekolah dirawat. Disirami lalu
ditengok kalo ada yang layu dipotong.
Siswa merawat tanaman
dengan rajin menyirami
dan membuang bagian
daun yang layu.
221
Mz Dirawat kayak disiram setiap hari. Biar nggak
layu jadi kan seger asri gitu.
Siswa merawat tanaman
seperti menyirami setiap
hari.
31. Bagaimana
aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga
kebersihan
lingkungan?
Ay Buang sampah di tempat sampah. Nggak boleh
sembarangan. Nanti kalo nggak di tempat
sampah kan jadi kotor. Nanti didenda sama pak
Anang, soalnya kan kalo bersih jadi asri juga to
pak.
Siswa membuang sampah
pada tempatnya.
Aktivitas siswa dalam
kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan
adalah piket kelas setiap
pagi dan siang hari sesuai
jadwal dan membuang
sampah pada tempatnya. Nd Piket sesuai jadwal, pagi sama siang setelah
pulang sekolah.
Siswa melakukan piket
kelas setiap pagi dan siang
hari sesuai jadwal.
Hn Piket. Piketnya dari satu barisan itu sehari di pagi
siang.
Siswa melakukan piket
kelas setiap pagi dan siang
hari sesuai jadwal.
Mz Kebersihan kelas dipiket setiap hari pagi siang.
Papan tulis dibersihin yang piket. Kalo buang
sampah di tempat sampah. Ada denda ambil
sampah 10 kali kata Bu Umi. Kalo ketahuan,
kalo ngga ada yang lihat kan ada temannya yang
lihat.
Siswa melakukan piket
kelas setiap pagi dan siang
hari sesuai jadwal. Selain
itu siswa juga membuang
sampah pada tempatnya.
222
Lampiran 11. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Dokumentasi
REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL DOKUMENTASI
No. Aspek yang
diamati Indikator Item Hasil Dokumentasi
1. Tahap Persiapan
Hidroponik
Perencanaan Penanaman
Peduli Lingkungan
melalui program
hidroponik
Visi dan Misi sekolah Papan Visi Misi sekolah yang dipajang di depan
ruang Kepala Sekolah (gambar 1.1) dan di depan
ruang guru (gambar 1.2).
Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi,
dan Tujuan Sekolah
Persiapan Bercocok
tanam Hidroponik
Lokasi hidroponik Tanaman hidroponik yang berada di lantai 2
(gambar 2.1) dan di depan ruang Kepala Sekolah
(gambar 2.2).
Media tanam hidroponik Media tanam arang sekam, kerikil, dan arang
(gambar 3.1).
Teknik hidroponik Teknik sumbu pada paralon (gambar 4.1) dan
pada botol plastik bekas (gambar 4.2).
Wadah pembibitan Wadah pembibitan berupa bagian leher botol
plastik bekas (gambar 5.1) dan pot plastik (5.2).
Benih tanaman Hidroponik tanaman lidah buaya (gambar 6.1),
stroberri (gambar 6.2), paprika (gambar 6.3), dan
kacang hijau (gambar 6.4).
223
2. Tahap Persemaian
dan Pembibitan
Hidroponik
Persemaian Proses persemaian yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Tidak ditemukan dokumentasi gambar
Pembibitan Proses pembibitan yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Tidak ditemukan dokumentasi gambar
3. Tahap Penanaman
Hidroponik
Instalasi hidroponik Proses penanaman yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Siswa menyiram bibit yang baru ditanam (gambar
7.1) dan siswa menambahkan media tanam
secukupnya ke dalam pot (gambar 7.2).
Instalasi yang digunakan Instalasi botol plasik bekas di lantai 2 (gambar
8.1) dan instalasi paralon di depan ruang Kepala
Sekolah (gambar 8.1).
4. Tahap Pemelihara
an Hidroponik
Penyiraman Proses penyiraman yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Siswa sedang membuang air yang berlebihan
pada tanaman hidroponik (gambar 9.1) dan siswa
sedang menyiram tanaman hidroponik dengan air
secukupnya (gambar 9.2).
Pemberian larutan nutrisi Proses pemberian larutan
nutrisi yang berkaitan dengan
peduli lingkungan
Siswa sedang menyiram tanaman hidroponik
dengan larutan nutrisi (gambar 10.1)
Pemangkasan Proses pemangkasan yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Beberapa siswa sedang memangkas daun cabai
yang layu (gambar 11.1)
224
5. Tahap Pemanenan
Hidroponik
Waktu panen Proses pemanenan yang
berkaitan dengan peduli
lingkungan
Tidak ditemukan dokumentasi gambar.
Alat panen Alat panen yang digunakan Tidak ditemukan dokumentasi gambar.
6. Karakter Peduli
Lingkungan yang
ditanamkan
Membersihkan wc Aktivitas siswa dalam
membersihkan wc
Ajakan untuk menyiram dan menutup kamar
mandi yang ditempel di tembok wc (gambar 12.1)
dan ajakan untuk menyiram kamar mandi sampai
bersih dengan menggunakan air secukupnya yang
ditempel di pintu wc (gambar 12.2).
Surat Keputusan tentang Pemberlakuan
Kebijakan Tata Tertib Lingkungan
Membersihkan tempat
sampah
Aktivitas siswa dalam
membersihkan tempat sampah
Tidak ditemukan dokumentasi gambar.
Membersihkan
lingkungan sekolah
Aktivitas siswa dalam
membersihkan lingkungan
sekolah
Kegiatan Semutlis yang dilakukan setiap hari
jumat setelah senam bersama (gambar 13.1)
Surat Keputusan tentang Kegiatan Semutlis
Memperindah kelas dan
sekolah dengan tanaman
Aktivitas siswa dalam
memperindah kelas dan sekolah
dengan tanaman
Siswa sedang menanam dengan pot digantung di
depan kelas (gabar 14.1), siswa sedang menanam
tanaman di tas plastik (gambar 14.2), dan tanaman
yang ditanam di pot bekas kaleng cat yang dilukis
dan dipajang di depan ruang kelas (gambar 14.3).
225
Surat Keputusan tentang Pemberlakuan
Kebijakan Tata Tertib Lingkungan
Ikut memelihara taman di
halaman sekolah
Aktivitas siswa dalam
memelihara taman di halaman
sekolah
Siswa sedang menyiram tanaman pada pot kaleng
cat (ambar 15.1) dan siswa sedang mencabut
rumput atau tanaman pengganggu di taman
(gambar 15.2).
Surat Keputusan tentang Pemberlakuan
Kebijakan Tata Tertib Lingkungan
Ikut dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan
Aktivitas siswa dalam kegiatan
menjaga kebersihan lingkungan
Siswa sedang membersihkan ruang kelas (gambar
16.1) dan siswa sedang membuang sampah pada
tempat sampah (gambar 16.2).
Surat Keputusan tentang Pemberlakuan
Kebijakan Tata Tertib Lingkungan
Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang
Sampah Pada Tempatnya
226
Lampiran 12. Penggunaan Uji Keabsahan Penelitian
PENGGUNAAN UJI KEABSAHAN PENELITIAN
No. Pertanyaan Penelitian
Item Uji Keabsahan Indikator
1. Penanaman Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Tahap Persiapan Program Hidroponik
Perencanaan Penanaman
Peduli Lingkungan melalui
program hidroponik
Visi-Misi sekolah Triangulasi sumber dan teknik
Alasan pemilihan program hidroponik Triangulasi sumber
Tujuan Triangulasi sumber
Sasaran Triangulasi sumber
Pengetahuan siswa mengenai peduli lingkungan pada hidroponik Triangulasi sumber
Nilai-nilai peduli lingkungan yang ingin diterapkan sekolah melalui
program hidroponik
Triangulasi sumber
Langkah-langkah hidroponik Triangulasi sumber
Perencanaan waktu Triangulasi sumber dan teknik
Persiapan Bercocok tanam
Hidroponik
Lokasi hidroponik Triangulasi sumber dan teknik
Media tanam hidroponik Triangulasi sumber dan teknik
Teknik hidroponik Triangulasi sumber dan teknik
Wadah pembibitan Triangulasi sumber dan teknik
Benih tanaman Triangulasi sumber dan teknik
Alat dan bahan Triangulasi sumber
2. Penanaman Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Tahap Penyemaian dan Pembibitan Program Hidroponik
Persemaian Proses persemaian yang berkaitan dengan peduli lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
Pembibitan Proses pembibitan yang berkaitan dengan peduli lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
3. Penanaman Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Tahap Penanaman Program Hidroponik
Instalasi hidroponik Proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
Instalasi yang digunakan Triangulasi sumber dan teknik
227
4. Penanaman Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Tahap Pemeliharaan Program Hidroponik
Penyiraman Proses penyiraman yang berkaitan dengan peduli lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
Pemberian larutan nutrisi Proses pemberian larutan nutrisi yang berkaitan dengan peduli
lingkungan
Triangulasi sumber dan teknik
Pemangkasan Proses pemangkasan yang berkaitan dengan peduli lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
5. Penanaman Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Pada Tahap Pemanenan Program Hidroponik
Waktu panen Tanaman yang pernah dipanen Triangulasi sumber
Proses pemanenan yang berkaitan dengan peduli lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
Alat panen yang digunakan Penyedia alat panen Triangulasi sumber
Alat panen yang digunakan Triangulasi sumber dan teknik
6. Nilai Karakter Peduli Lingkungan yang ditanamkan Pada Program Hidroponik
Membersihkan wc Aktivitas siswa dalam membersihkan wc Triangulasi sumber dan teknik
Membersihkan tempat
sampah
Aktivitas siswa dalam membersihkan tempat sampah Triangulasi sumber dan teknik
Membersihkan lingkungan
sekolah
Aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan sekolah Triangulasi sumber dan teknik
Memperindah kelas dan
sekolah dengan tanaman
Aktivitas siswa dalam memperindah kelas dan sekolah dengan
tanaman
Triangulasi sumber dan teknik
Ikut memelihara taman di
halaman sekolah
Aktivitas siswa dalam memelihara taman di halaman sekolah Triangulasi sumber dan teknik
Ikut dalam kegiatan menjaga
kebersihan lingkungan
Aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan Triangulasi sumber dan teknik
228
Lampiran 13. Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik Data Hasil Penelitian
TRIANGULASI SUMBER DAN TRIANGULASI TEKNIK DATA HASIL PENELITIAN
No. Item Observasi Wawancara
Dokumentasi Kesimpulan Admin Sekolah Guru Pendamping Siswa
1. Tahap Persiapan Hidroponik
A. Perencanaan Penanaman Peduli Lingkungan melalui program hidroponik
Visi-Misi sekolah Papan Visi
Misi sekolah
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dipajang di
tembok ruang
Kepala
Sekolah, di
depan ruang
Kepala
Sekolah, di
tembok ruang
guru, di depan
ruang guru,
dan di tembok
ruang kelas VI
A.
Sekolah memiliki
Visi-Misi yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan.
Sekolah memiliki
Visi-Misi yang
berkaitan dengan
menjaga lingkungan.
Siswa tahu Visi-Misi
sekolah yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan.
Papan Visi
Misi sekolah
yang dipajang
di depan ruang
Kepala
Sekolah
(gambar 1.1)
dan di depan
ruang guru
(gambar 1.2).
Valid, Sekolah
memiliki Visi-Misi
yang berkaitan
dengan menjaga
lingkungan
sehingga
menerapkan
program
hidroponik.
Surat
Keputusan
tentang
Perubahan
Visi, Misi, dan
Tujuan
Sekolah
Alasan pemilihan
program
hidroponik
- SD Negeri
Gedongkiwo
merupakan sd
Sekolah menerapkan
program hidroponik
karena ditunjuk oleh
Program hidroponik
dipilih sebagai
penerapan karakter
- Valid, Alasan
pemilihan program
hidroponik dipilih
229
adiwiyata provinsi,
sehingga
Disperindagkoptan
menunjuk sekolah
untuk menerapkan
program hidroponik
kepada siswa.
Disperindagkoptan
untuk mengenalkan
hidroponik pada
siswa.
peduli lingkungan
karena sekolah
merupakan sekolah
adiwiyata dan tidak
membutuhkan
banyak lahan.
sebagai penerapan
karakter peduli
lingkungan karena
sekolah
mendapatkan
penghargaan
Adiwiyata Provinsi
dan ditunjuk oleh
Diseprindagkoptan
untuk menerapkan
program
hidroponik.
Tujuan - Tujuan
diterapkannya
program hidroponik
yakni agar siswa
menjadi tahu bahwa
bercocok tanam
tidak selamanya
menggunakan
tanah, namun dapat
menggunakan
media pengganti
tanah lainnya.
Program hidroponik
diterapkan agar anak-
anak tahu asal-usul
sayuran, tahu cara
merawatnya, tahu
proses
perkembangannya,
dan bisa mengelola
lahan dengan baik.
Tujuan
diterapkannya
program hidroponik
adalah untuk
menciptakan
lingkungan sekolah
yang asri dan hijau,
siswa dapat
bercocok tanam, dan
berbagi ilmu kepada
orang lain.
- Valid, Penerapan
program
hidroponik
bertujuan agar
siswa bisa praktek
bercocok tanam,
merawat tanaman,
dan menciptakan
lingkungan sekolah
yang asri dan hijau.
Sasaran - Sasaran dari
program hidroponik
alam rangka
pendidikan karakter
Sasaran dari program
hidroponik adalah
kelas 4 dan 5.
Kelas yang
melakukan program
hidroponik adalah
kelas 4 dan 5.
- Valid, Sasaran
diterapkannya
program
hidroponik adalah
230
peduli lingkungan
adalah kelas 4 dan 5.
siswa kelas 4 dan
5.
Pengetahuan
siswa mengenai
peduli lingkungan
pada hidroponik
- Ada sebagian siswa
yang tahu tentang
hidroponik dalam
rangka pendidikan
karakter peduli
lingkungan.
Kebanyakan siswa
tahu bahwa program
hidroponik
diterapkan dalam
rangka peduli
lingkungan.
Siswa tahu bahwa
hidroponik
diterapkan dalam
rangka pendidikan
karakter peduli
lingkungan. Hal ini
dikarenakan sekolah
merupakan sekolah
adiwiyata sehingga
menciptakan budaya
cinta tanaman dan
cinta lingkungan.
- Valid, Kebanyakan
siswa mengetahui
bahwa program
hidroponik
diterapkan dalam
rangka pendidikan
karakter peduli
lingkungan, apalagi
sekolah merupakan
sekolah Adiwiyata
Provinsi.
Nilai-nilai peduli
lingkungan yang
ingin diterapkan
sekolah melalui
program
hidroponik
- Sekolah
mengharapkan
siswa peduli
terhadap hidroponik
yang ditanamnya.
Mereka diharapkan
rajin menyiram,
memberi pupuk, dan
mengecek secara
berkala.
Nilai-nilai peduli
lingkungan yang
ingin diterapkan
sekolah adalah peduli
terhadap lingkungan,
cinta tanaman,
bercocok tanam, dan
mampu merawat
tanaman.
Nilai-nilai peduli
lingkungan yang
ingin diterapkan
sekolah adalah dapat
merawat tanaman
dengan baik.
- Valid, Nilai-nilai
peduli lingkungan
yang ingin
diterapkan sekolah
melalui program
hidroponik adalah
merawat tanaman
dan peduli terhadap
lingkungan.
Langkah-langkah
hidroponik
- Sekolah
mengenalkan
langkah-langkah
dalam bercocok
Sekolah
mengenalkan
langkah-langkah
hidroponik melalui
Guru pendamping
mengajarkan
langkah-langkah
hidroponik seperti
- Valid, Sekolah
mengenalkan
program hidroponik
kepada siswa
231
tanam hidroponik
dari menyiapkan
pot, menaruh bibit,
menanam, merawat,
sampai memanen.
gambar-gambar
hidroponik,
kemudian guru
memberikan contoh,
dan siswa praktek
dari persiapan hingga
pemanenan.
persiapan,
pembibitan,
penanaman,
pemeliharaan, dan
pemanenan.
melalui guru yang
ditunjuk sebagai
pendamping dalam
bercocok tanam
hidroponik.
Perencanaan
waktu
- Program hidroponik
biasanya dilakukan
di setiap awal
semester, namun
khusus untuk kelas
4 A sering merawat
hidroponik di setiap
minggunya.
Guru pendamping
merencanakan waktu
untuk melaksanakan
program hidroponik
dengan cara
menyesuaikan jadwal
pelajaran siswa.
Selain itu,
pelaksanaan
menanam hidroponik
dilakukan di awal
semester dan
perawatan dilakukan
di setiap minggu.
Sekolah melakukan
persemaian
hidroponik pada awal
semester, sedangkan
untuk menyiram
dilakukan setiap
seminggu sekali.
- Valid, SD Negeri
Gedongkiwo
menerapkan
program
hidroponik di setiap
semester.
Penanaman
Hidroponik
biasanya dilakukan
di awal semester,
sedangkan
perawatan
hidroponik
diterapkan setiap
seminggu sekali.
B. Persiapan Bercocok tanam Hidroponik
Lokasi hidroponik Lokasi
hidroponik
berada di
depan ruang
Kepala
Hidroponik pot
berbotol air mineral
di tempatkan di
depan kelas tinggi
dan pot berparalon
Program hidroponik
diterapkan di depan
kelas 4, 5, dan 6 yang
berada di lantai 2 dan
diterapkan di depan
Sekolah menerapkan
program hidroponik
di deretan depan
ruang kelas 4 sampai
kelas 6 dan di depan
Tanaman
hidroponik
yang berada di
lantai 2
(gambar 2.1)
Valid, Tanaman
hidroponik terletak
di depan kantor
kepala sekolah dan
depan ruang kelas
232
Sekolah dan di
depan ruang
kelas IV, V,
dan VI.
di depan kantor
kepala sekolah.
kantor kepala
sekolah.
ruang kepala
sekolah.
dan di depan
ruang Kepala
Sekolah
(gambar 2.2).
4, 5, dan 6 yang
terletak di lantai 2.
Media tanam
hidroponik
Media tanam
yang
digunakan oleh
sekolah adalah
arang sekam,
arang, dan
kerikil.
Media tanam yang
digunakan ada
arang sekam,
dakron, dan spons.
Media tanam yang
digunakan oleh
sekolah yaitu arang
sekam, spons, dan
kerikil.
Media tanam yang
digunakan adalah
arang sekam, kerikil,
dan arang.
Media tanam
arang sekam,
kerikil, dan
arang (gambar
3.1).
Valid, Media
tanam hidroponik
yang digunakan
oleh sekolah
adalah arang
sekam, spons,
kerikil, dan arang.
Teknik
hidroponik
Teknik
hidroponik
yang
digunakan oleh
sekolah adalah
teknik sumbu.
Teknik yang
digunakan itu pot
yang ditempatkan di
atas botol yang
berisi air.
Teknik yang
digunakan oleh
sekolah adalah teknik
sumbu.
Teknik yang
digunakan dalam
bercocok tanam
hidroponik adalah
teknik sumbu.
Teknik sumbu
pada paralon
(gambar 4.1)
dan pada botol
plastik bekas
(gambar 4.2).
Valid, Teknik
hidroponik yang
digunakan oleh
sekolah adalah
teknik sumbu.
Wadah
pembibitan
Wadah
pembibitan
yang
digunakan oleh
sekolah adalah
pot dan bagian
leher dari botol
plastik bekas.
Wadah yang
digunakan untuk
pembibitan adalah
pot dan bagian leher
dari botol.
Wadah pembibitan
yang digunakan yaitu
pot dan bagian leher
dari botol bekas.
Wadah pembibitan
yang digunakan
adalah pot berukuran
kecil dan bagian
leher dari botol
bekas.
Wadah
pembibitan
berupa bagian
leher botol
plastik bekas
(gambar 5.1)
dan pot plastik
(5.2).
Valid, Wadah
pembibitan yang
digunakan oleh
sekolah adalah pot
kecil dan bagian
leher dari botol
plastik bekas.
Benih tanaman Berdasarkan
tanaman
hidroponik
Benih yang pernah
ditanam adalah
sayuran seperti
Benih yang pernah
ditanam yaitu
paprika, cabai, sawi,
Benih yang ditanam
adalah kacang hijau,
timun, tomat, selada,
Hidroponik
tanaman lidah
buaya (gambar
Valid, Benih
tanaman yang
pernah ditanam
233
yang
ditemukan di
sekolah, maka
benih tanaman
yang ditanam
adalah cabai,
bawang merah,
bawang putih,
lidah buaya,
brokoli, sawi,
kacang
panjang,
kacang hijau,
bawang
bombay,
mentimun,
selada, sawi
hijau, dan
paprika.
bayam, kangkung,
selada, cabai,
paprika, dan terong.
kangkung, selada
hijau, selada merah,
bawang merah,
bawang putih, kacang
hijau, dan sawi
sendok.
bawang bombay,
paprika, sawi putih,
terong, melon,
kacang hijau, seledri,
stroberi, bawang
merah, dan bawang
putih.
6.1), stroberri
(gambar 6.2),
paprika
(gambar 6.3),
dan kacang
hijau (gamabr
6.4).
oleh sekolah
adalah bayam,
kangkung, selada,
cabai, paprika,
terong, sawi,
selada merah,
bawang merah,
bawang putih,
kacang hijau, sawi
sendok, timun,
tomat, selada,
bawang bombay,
melon, seledri, dan
stroberi.
Alat dan bahan - Sekolah
menyiapkan alat-
alat untuk
hidroponik. Namun
jika alat seperti
barang bekas di
sekolah tidak ada,
maka siswa
Sekolah
menyediakan semua
alat dan bahan yang
diperlukan untuk
hidroponik.
Sekolah menyiapkan
alat dan bahan yang
diperlukan dalam
bercocok tanam
hidroponik.
- Valid, Alat dan
bahan untuk
program
hidroponik
disiapkan oleh
sekolah.
234
membawa dari
rumah.
2. Tahap Penyemaian dan Pembibitan
A. Persemaian
Proses persemaian
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Proses
persemaian
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan oleh
guru
pendamping
dan siswa.
Siswa mengisi
air secukupnya
ke dalam
gayung melalui
selang,
kemudian guru
merendam
benih ke dalam
air dalam
gayung.
Setelah itu
siswa
mendapatkan
benih yang
telah disemai
Pembenihan
dilakukan oleh guru
pendamping. Pak
Anang sebagai guru
pendamping
melakukan
penyemaian
kemudian diberikan
kepada siswa.
Guru pendamping
melakukan
penyemaian,
sedangkan siswa
hanya menanam bibit
yang sudah disemai
guru. Namun siswa
juga pernah
menyemai dengan
menggunakan air
secukupnya yang
dimasukan ke dalam
gayung, kemudian
benih direndam di
dalam air tersebut.
Pada proses
persemaian, guru
pendamping
merendam benih
dengan
menggunakan air
yang telah disiapkan
oleh siswa. Air yang
diperlukan untuk
merendam hanya
sedikit. Kemudian
benih yang telah
direndam diberikan
kepada siswa.
Tidak
ditemukan
dokumentasi
gambar
Valid, Proses
persemaian yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
menggunakan air
secukupnya ketika
merendam benih.
Guru pendamping
dan siswa
merendam benih
menggunakan air
yang dimasukan ke
dalam gayung.
235
oleh guru
pendamping.
B. Pembibitan
Proses pembibitan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Proses
pembibitan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
tidak
ditemukan oleh
peneliti.
Pembibitan
dilakukan oleh guru
pendamping. Siswa
mendapatkan bibit
yang telah disemai
oleh guru
pendamping.
Siswa menggunakan
media tanam dan air
secukupnya dalam
melakukan
pembibitan. Namun
biasanya guru
menerapkan
hidroponik dari
persemaian langsung
ke penanaman tanpa
pembibitan.
Proses pembibitan
diperoleh dari guru
pendamping,
sedangkan siswa
hanya mendapatkan
bibit tersebut
kemudian ditanam di
media tanam.
Tidak
ditemukan
dokumentasi
gambar
Valid, Proses
pembibitan yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
menggunakan
media tanam dan air
secukupnya.
Namun biasanya
sekolah tidak
menerapkan proses
pembibitan.
3. Tahap Penanaman Hidroponik
Instalasi Hidroponik
Proses
penanaman yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
Proses
penanaman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan oleh
siswa dengan
cara menanam
bibit ke dalam
pot yang berisi
media tanam
Admin sekolah
kurang paham
dengan proses
penanaman yang
dilakukan oleh
siswa.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
menyiram tanaman
yang telah ditanam
dengan air
secukupnya.
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk membuang sisa
pembuatan instalasi
ke tempat sampah,
kemudian siswa
diminta untuk
mengisi air
secukupnya pada
instalasi hidroponik,
menambahkan arang
Siswa
menyiram bibit
yang baru
ditanam
(gambar 7.1)
dan siswa
menambahkan
media tanam
secukupnya ke
dalam pot
(gambar 7.2).
Valid, Proses
penanaman yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
menggunakan air
secukupnya pada
instalasi hiroponik,
menambah media
tanam secukupnya,
dan menyiram
236
secukupnya.
Kemudian
siswa
menyiram pot
tersebut
dengan air
secukupnya.
sekam seperlunya ke
dalam pot, dan
menyiram tanaman
dengan air
secukupnya.
tanaman dengan air
secukupnya.
Instalasi yang
digunakan
Instalasi yang
digunakan oleh
sekolah adalah
botol plastik
bekas dan
paralon.
Instalasi yang
digunakan dari
paralon.
Instalasi yang
digunakan adalah
botol plastik bekas
dan paralon.
Instalasi yang
digunakan adalah
paralon dan botol
plastik bekas.
Instalasi botol
plasik bekas di
lantai 2
(gambar 8.1)
dan instalasi
paralon di
depan ruang
Kepala
Sekolah
(gambar 8.1).
Valid, Instalasi
yang digunakan
oleh sekolah adalah
botol plastik bekas
dan paralon.
4. Tahap Pemeliharaan Hidroponik
A. Penyiraman
Proses
penyiraman yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
Proses
penyiraman
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan
dengan
menyiram
Sekolah selalu
mengingatkan agar
siswa menyiram
tanaman hidroponik
pada pagi hari atau
jam istirahat.
Guru pendamping
menyarankan siswa
untuk menyiram
minimal seminggu
sekali terutama jika
air di dalam instalasi
telah berkurang.
Namun ada siswa
Guru pendamping
mengingatkan siswa
untuk menyiram
tanaman hidroponik
dengan air biasa jika
daun masih dua atau
tiga dan penyiraman
dilakukan setiap
Siswa sedang
membuang air
yang
berlebihan
pada tanaman
hidroponik
(gambar 9.1)
dan siswa
Valid, Proses
penyiraman yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
cara menyiram
tanaman dan
menambahkan air
237
setiap
seminggu
sekali dan
biasanya pada
pagi hari,
setelah
berolahraga,
istirahat
pertama,
istirahat kedua,
atau setelah
pulang
sekolah.
yang menyiram lebih
dari sekali dalam satu
minggu.
seminggu sekali dan
jika ada air yang
kotor atau berkurang
maka untuk diganti
atau ditambahkan air
yang baru.
sedang
menyiram
tanaman
hidroponik
dengan air
secukupnya
(gambar 9.2).
secukupnya jika air
dalam instalasi
berkurang atau
sudah kotor, serta
dilakukan oleh
siswa setiap
seminggu sekali.
B. Pemberian Larutan Nutrisi
Proses pemberian
larutan nutrisi
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Proses
pemberian
larutan nutrisi
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan oleh
guru
pendamping
dengan
mencampurkan
larutan nutrisi,
sedangkan
siswa
Sekolah melakukan
pemberian larutan
nutrisi dengan cara
menyesuaikan
jadwal siswa. Guru
pendamping
menyiapkan larutan
nutrisi kemudian
siswa
menambahkan air
hidroponik dengan
larutan nutrisi yang
telah disiapkan oleh
Guru pendamping
mengingatkan
kepada siswa untuk
memberikan air
larutan ketika
tanaman sudah
memiliki jumlah
daun minimal 4 helai.
Guru menyiapkan air
larutan, kemudian
siswa menyiramnya
ke tanaman
hidroponik.
Terkadang siswa
Setiap seminggu
sekali guru
pendamping
menyiapkan larutan
pupuk kemudian
siswa menyiram
tanaman hidroponik
dengan larutan
tersebut. Terkadang
siswa juga
menyiapkan dan
menyiramnya secara
mandiri.
Siswa sedang
menyiram
tanaman
hidroponik
denngan
larutan nutrisi
(gambar 10.1)
Valid, Proses
pemberian larutan
nutrisi yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
cara guru
pendamping
menyiapkan larutan
nutrisi kemudian
siswa menyiram
tanaman
hidroponik
secukupnya dengan
238
menyiram
tanaman
hidroponik
dengan larutan
tersebut.
guru pendamping
itu.
menyiapkan larutan
dan menyiramnya
sendiri tanpa
didampingi guru.
larutan nutrisi
tersebut.
C. Pemangkasan
Proses
pemangkasan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Proses
pemangkasan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
dilakukan
dengan
memetik
bagian daun
yang layu dan
dibuang ke
tempat
sampah.
Sekolah
mengingatkan
kepada siswa jika
ada tanaman yang
layu maka segera
untuk dicabut atau
dipotong bagian
yang layu dan
dibuang di tempat
sampah.
Guru pendamping
mengingatkan anak-
anak untuk memantau
tanaman hidroponik
setiap selesai
olahraga. Jika ada
tanaman yang layu,
siswa memetik
bagian yang layu itu
dan membuangnya di
tempat sampah.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
merawat tanaman
agar tumbuh subur
dan memetik daun
yang layu agar
tanaman tidak mati.
Beberapa siswa
sedang
memangkas
daun cabai
yang layu
(gambar 11.1)
Valid, Proses
pemangkasan yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
cara siswa
mencabut bagian
tanaman yang layu
kemudian dibuang
ke tempat sampah
agar tanaman tidak
mati.
5. Tahap Pemanenan Hidroponik
A. Waktu Panen
Tanaman yang
pernah dipanen
- Hidroponik yang
telah diterapkan di
sekolah telah
mencapai tahap
pemanenan.
Sekolah sudah
pernah memanen
tanaman hidroponik.
Tanaman yang
pernah dipanen
Hidroponik telah
mencapai tahap
pemanenan. Adapun
tanaman yang
pernah dipanen
- Valid, Program
hidroponik yang
diterapkan di
sekolah telah
mencapai tahap
239
Adapun tanaman
yang pernah
dipanen adalah
selada, cabai, dan
tomat.
adalah kangkung,
bawang merah,
kacang hijau, selada,
dan sawi.
adalah bayam,
selada, kacang hijau,
terong, stroberi,
paprika, cabai, dan
seledri. Namun
untuk siswa kelas 5
B belum merasakan
panen.
pemanenan.
Tanaman yang
pernah dipanen
adalah selada,
cabai, tomat,
kangkung, bawang
merah, kacang
hijau, selada, sawi,
bayam, terong,
stroberi, paprika,
dan seledri.
Proses pemanenan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
Proses
pemanenan
yang berkaitan
dengan peduli
lingkungan
tidak
ditemukan oleh
peneliti.
Guru pendamping
mengajari siswa
dalam memanen.
Namun admin tidak
tahu proses
pemanenannya.
Guru pendamping
memberitahu untuk
berhati-hati dalam
memanen, tidak
boleh sembarangan,
dan tidak merusak
tanaman. Jika ada
hasil panen yang
buruk maka siswa
diminta
membuangnya di
tempat sampah.
Guru pendamping
meminta siswa untuk
tidak sembarangan
dan berhati-hati
dalam memanen.
Kemudian hasil
panen dikumpulkan
menjadi satu. Jika
ada buah yang busuk
maka dibuang di
tempat sampah.
Tidak
ditemukan
dokumentasi
gambar.
Valid, Proses
pemanenan yang
berkaitan dengan
peduli lingkungan
dilakukan dengan
memanen tanaman
secara berhati-hati
dan siswa
membuang hasil
panen yang busuk
ke tempat sampah.
B. Alat Panen
Penyediaan alat
panen
- Alat panen
disediakan dari
sekolah.
Alat panen
disediakan oleh
sekolah.
Sekolah
menyediakan alat
untuk panen.
- Valid, Alat yang
digunakan untuk
panen disediakan
dari sekolah.
240
Alat panen yang
digunakan
Alat panen
yang
digunakan
tidak
ditemukan oleh
peneliti.
Alat panen yang
digunakan adalah
gunting, pisau, dan
keranjang.
Alat panen yang
digunakan adalah
tangan dan gunting.
Siswa menggunakan
tangan, gunting, dan
keranjang ketika
memanen tanaman
hidroponik.
Tidak
ditemukan
dokumentasi
gambar.
Valid, Alat panen
yang digunakan
oleh sekolah adalah
tangan, gunting,
dan keranjang.
6. Karakter Peduli Lingkungan yang ditanamkan
A. Membersihkan wc
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan wc
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
wc dilakukan
dengan cara
menyiram wc
minimal 3 kali.
Sekolah memberi
tahu kepada siswa
bahwa setelah
menggunakan wc,
maka siswa harus
menyiram air
minimal 3 kali.
Wc dibersihkan oleh
petugas kebersihan
sekolah. Namun
siswa tetap
berpartisipasi
membersihkan wc
setelah mereka
menggunakannya.
Mereka menyiram
kamar mandi minimal
3 kali siraman.
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan wc
yaitu dengan
menyiram minimal 3
kali setelah
menggunakan wc
dan membuang
binatang-binatang
yang masuk ke
dalam wc.
Ajakan untuk
menyiram dan
menutup kamar
mandi yang
ditempel di
tembok wc
(gambar 12.1)
dan ajakan
untuk
menyiram
kamar mandi
sampai bersih
dengan
menggunakan
air secukupnya
yang ditempel
di pintu wc
(gambar 12.2).
Valid, Aktivitas
siswa dalam
membersihkan wc
yaitu dengan cara
menyiram wc
dengan air minimal
3 kali siraman
setelah
menggunakan wc
dan membuang
binatang-binatang
yang masuk ke
dalam wc.
241
Surat
Keputusan
tentang
Pemberlakuan
Kebijakan Tata
Tertib
Lingkungan
B. Membersihkan tempat sampah
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
tempat sampah
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
tempat sampah
dilakukan
setiap hari oleh
petugas piket
dan dibuang ke
gerobak
sampah yang
berada di
depan sekolah
saat pulang
sekolah.
Tempat sampah
diangkut oleh
petugas kebersihan.
Siswa membersihkan
tempat sampah ketika
sampah sudah penuh.
Tempat sampah yang
penuh dibuang ke bak
sampah yang berada
di depan sekolah oleh
petugas piket setelah
pulang sekolah.
Siswa yang bertugas
untuk piket kelas
membersihkan
tempat sampah
dengan cara
membuang sampah
ke gerobak sampah
yang berada di depan
sekolah.
Tidak
ditemukan
dokumentasi
gambar.
Valid, Aktivitas
siswa dalam
membersihkan
tempat sampah
dilakukan dengan
cara setiap pulang
sekolah petugas
piket kelas
mengangkut tempat
sampah yang ada di
depan kelas dan
membuangnya ke
gerobak sampah
yang ada di depan
sekolah.
242
C. Membersihkan lingkungan sekolah
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
lingkungan
sekolah
Aktivitas siswa
dalam
membersihkan
lingkungan
sekolah
dilakukan
melalui
kegiatan
Semutlis
setelah senam
bersama.
Siswa
membersihkan
lingkungan sekolah
ketika hari jumat
setelah senam.
Mereka kerja bakti
di halaman sekolah
melalui kegiatan
Semutlis (Sepuluh
menit peduli
lingkungan sekitar).
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah
ketika kegiatan
Semutlis yang
dilakukan setiap hari
jumat.
Siswa membersihkan
lingkungan sekolah
setiap hari jumat
setelah senam pada
kegiatan Semutlis di
halaman sekolah.
Kegiatan
Semutlis yang
dilakukan
setiap hari
jumat setelah
senam bersama
(gambar 13.1)
Valid, Aktivitas
siswa dalam
membersihkan
lingkungan sekolah
dilakukan dengan
cara kerja bakti
membersihkan
lingkungan melalui
kegiatan Semutlis
yang dilakukan
setiap hari jumat
setelah selesai
senam.
Surat
Keputusan
tentang
Kegiatan
Semutlis
D. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman
Aktivitas siswa
dalam
memperindah
kelas dan sekolah
dengan tanaman
Aktivitas
memperindah
kelas dan
sekolah dengan
tanaman
dilakukan
dengan cara
merapikan pot
tanaman,
membersihkan
pot yang kotor,
dan menata
Siswa mempunyai
tanaman hidroponik
dan tanaman
lainnya yang
ditempatkan di
depan kelas masing-
masing. Mereka
menyiram dan
merawat tanaman
seperti menyabut
rumput-rumput
yang tumbuh di pot.
Siswa memperindah
kelas dan sekolah
dengan tanaman yang
mereka tanam
melalui pot cat.
Mereka merawat
tanaman yang mereka
miliki dengan cara
menyiram tanaman
setiap hari dn
mencabut daun yang
telah layu.
Siswa diminta untuk
menghias pot dari
bekas kaleng cat
kemudian pot diberi
tanaman dan
diletakan di depan
kelas untuk dirawat
setiap hari.
Siswa sedang
menanam
dengan pot
digantung di
depan kelas
(gambar 14.1),
siswa sedang
menanam
tanaman di tas
plastik (gambar
14.2), dan
tanaman yang
Valid, Aktivitas
siswa dalam
memperindah kelas
dan sekolah dengan
tanaman dilakukan
dengan cara siswa
menghias pot
tanaman dan
merawat tanaman
tersebut di depan
kelas.
243
tanaman
hidroponik.
ditanam di pot
bekas kaleng
cat yang dilukis
dan dipajang di
depan ruang
kelas (gambar
14.3).
Surat
Keputusan
tentang
Pemberlakuan
Kebijakan Tata
Tertib
Lingkungan
E. Ikut memelihara taman di halaman sekolah
Aktivitas siswa
dalam
memelihara
taman di halaman
sekolah
Aktivitas siswa
dalam
memelihara
taman di
halaman
sekolah
dilakukan
dengan cara
menyiram
tanaman setiap
hari, mencabut
rumput yang
tumbuh di
Siswa memelihara
taman dengan
menyirami
tanaman. Namun
ada juga siswa yang
tidak peduli dengan
taman.
Setiap pagi hari
siswa menyiram
tanaman dan
mencabut rumput-
rumput yang tumbuh
di dalam pot. Siswa
juga merawat
tanaman melalui
kegiatan Semutlis
yang dilakukan setiap
hari jumat.
Aktivitas siswa
dalam memelihara
taman di halaman
sekolah adalah
dengan menyirami
setiap hari, memberi
pupuk, dan
memotong bagian
daun yang layu.
Siswa sedang
menyiram
tanaman pada
pot kaleng cat
(ambar 15.1)
dan siswa
sedang
mencabut
rumput atau
tanaman
pengganggu di
taman (gambar
15.2).
Valid, Aktivitas
siswa dalam
memelihara taman
di halaman sekolah
dilakukan dengan
cara setiap hari
menyiram tanaman,
memberi pupuk,
dan memotong
bagian tanaman
yang layu.
244
dalam pot, dan
memetik daun
yang layu dan
dibuang ke
tempat
sampah.
Surat
Keputusan
tentang
Pemberlakuan
Kebijakan Tata
Tertib
Lingkungan
F. Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga
kebersihan
lingkungan
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga
kebersihan
lingkungan
dilakukan
dengan cara
membuang
sampah
berdasarkan
jenis sampah
ke tempat
sampah dan
menyapu ruang
kelas di pagi
dan siang hari.
Ada siswa yang
membuang sampah
pada tempatnya, ada
pula yang tidak pada
tempatnya. Selain
itu, setiap kelas
piket pada pagi dan
siang hari.
Siswa melakukan
piket kelas di setiap
pagi dan siang hari.
Mereka juga
membuang sampahdi
tempat sampah
berdasarkan jenis
sampah. Jika tidak
membuang sampang
di tempat sampah,
maka siswa wajib
mengambil 10
sampah yang
berserakan di sekitar
sekolah.
Aktivitas siswa
dalam kegiatan
menjaga kebersihan
lingkungan adalah
piket kelas setiap
pagi dan siang hari
sesuai jadwal dan
membuang sampah
pada tempatnya.
Siswa sedang
membersihkan
ruang kelas
(gambar 16.1)
dan siswa
sedang
membuang
sampah pada
tempat sampah
(gambar 16.2).
Valid, Aktivitas
siswa dalam
kegiatan menjaga
kebersihan
lingkungan
dilakukan dengan
cara membuang
sampah pada
tempat sampah
yang telah
disediakan dan
petugas piket kelas
membersihkan
kelas setiap pagi
dan siang hari.
Surat
Keputusan
tentang
Pemberlakuan
Kebijakan Tata
Tertib
Lingkungan
245
Surat
Keputusan
tentang
Peraturan
Membuang
Sampah Pada
Tempatnya
246
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Visi dan Misi sekolah
Gambar 1.1 Papan Visi Misi
sekolah yang dipajang di depan
ruang Kepala Sekolah
Gambar 1.2 Papan Visi Misi
sekolah yang dipajang di dan di
depan ruang guru
2. Lokasi hidroponik
Gambar 2.1 Tanaman
hidroponik yang berada di lantai
2
Gambar 2.2 Tanaman
hidroponik yang berada di depan
ruang Kepala Sekolah
3. Media tanam hidroponik
Gambar 3.1 Media tanam arang sekam, kerikil, dan arang
247
4. Teknik hidroponik
Gambar 4.1 Teknik sumbu pada
paralon
Gambar 4.2 Teknik sumbu pada
botol plastik bekas
5. Wadah pembibitan
Gambar 5.1 Wadah pembibitan
berupa bagian leher botol plastik
bekas
Gambar 5.2 Wadah pembibitan
berupa pot plastik
6. Benih tanaman
Gambar 6.1 Hidroponik tanaman
lidah buaya
Gambar 6.2 Hidroponik
tanaman stroberi
248
Gambar 6.3 Hidroponik
tanaman paprika
Gambar 6.4 Hidroponik
tanaman kacang hijau
7. Proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan
Gambar 7.1 Siswa menyiram
bibit yang baru ditanam
Gambar 7.2 Siswa
menambahkan media tanam
secukupnya ke dalam pot
8. Instalasi yang digunakan
Gambar 8.1 Instalasi botol
plasik bekas di lantai 2
Gambar 8.2 Instalasi paralon di
depan ruang Kepala Sekolah
249
9. Proses penyiraman yang berkaitan dengan peduli lingkungan
Gambar 9.1 Siswa sedang
membuang air yang berlebihan
pada tanaman hidroponik
Gambar 9.2 Siswa sedang
menyiram tanaman hidroponik
dengan air secukupnya
10. Proses pemberian larutan nutrisi yang berkaitan dengan peduli
lingkungan
Gambar 10.1 Siswa sedang menyiram tanaman hidroponik denngan
larutan nutrisi
11. Proses pemanenan yang berkaitan dengan peduli lingkungan
Gambar 11.1 Beberapa siswa sedang memangkas daun cabai yang
layu
250
12. Aktivitas siswa dalam membersihkan wc
Gambar 12.1 Ajakan untuk
menyiram dan menutup kamar
mandi yang ditempel di tembok
wc
Gambar 12.2 Ajakan untuk
menyiram kamar mandi sampai
bersih dengan menggunakan air
secukupnya yang ditempel di
pintu wc
13. Aktivitas siswa dalam membersihkan lingkungan sekolah
Gambar 13.1 Kegiatan Semutlis yang dilakukan setiap hari jumat
setelah senam bersama
14. Aktivitas siswa dalam memperindah kelas dan sekolah dengan
tanaman
Gambar 14.1 Siswa sedang
menanam dengan pot digantung
di depan kelas
Gambar 14.2 Tanaman yang
ditanam di pot bekas kaleng cat
yang dilukis dan dipajang di
depan ruang kelas
251
Gambar 14.3 Siswa sedang menanam tanaman di tas plastik
15. Aktivitas siswa dalam memelihara taman di halaman sekolah
Gambar 15.1 Siswa sedang menyiram tanaman pada pot kaleng cat
Gambar 15.2 Siswa sedang mencabut rumput atau tanaman
pengganggu di taman
16. Aktivitas siswa dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
Gambar 16.1 Siswa sedang membersihkan ruang kelas
252
Gambar 16.2 Siswa sedang membuang sampah pada tempat sampah
253
Lampiran Lampiran 15. Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi,
dan Tujuan Sekolah
254
255
Lampiran 16. Surat Keputusan tentang Pemberlakuan Kebijakan Tata
Tertib Lingkungan
256
257
258
259
Lampiran 17. Surat Keputusan tentang Kegiatan Semutlis
260
Lampiran 18. Surat Keputusan tentang Peraturan Membuang Sampah
Pada Tempatnya
261
Lampiran 19. Surat Penelitian
262
263