Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

10
PEMUDA DALAM PERUBAHAN SOSIAL Abstract Leadership generally interpreted as someone who has the ability to influence the others through their self so that their behaviour change or remain to. Talking about Sukarno leadership, people surely to remember his buttonhole as one of the state proclamator. No one knowed how actually Sukarno in a last period of his leadership. This article try to express various event accompanying to the end of Sukarno leadership. Early from releasing Supersemar that used by Soeharto to controling circumstance so that slowly Sukarno leadership start to end. Until the deduction of oration of responsibility Sukarno, Nawaksara, where MPRS to be of opinion that the oration only as a progress report. Till finally at 22 Februari 1967, governance power delivered to Supersemar handle, Soeharto. How various that event able to influence the Sukarno leadership till finally have to end. A. Pendahuluan Peran mahasiswa yang terwujud dalam gerakan mahasiswa merupakan kegiatan atau aktivitas mahasiswa dalam rangka meningkatkan kemampuan berorganisasi dan mengasah kepandaian mereka dalam kepemimpinan. Semua itu telah terbukti dalam lembaran sejarah Indonesia. Berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 1 sebenarnya telah menjadi tonggak yang cukup kuat bagi perkembangan pergerakan nasional. Menurut sejawaran yang ada di Indonesia maupun luar negeri, Budi Utomo merupakan mercusuar bagi pergerakan nasional Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini mulai muncul penafsiran baru. Tafsir baru itu antara lain menyatakan bahwa pergerakan nasional sudah ada dan dimulai sejak Sarekat Islam, yang faktanya lebih dulu ada dan bersifat massa bila dibandingkan dengan Budi Utomo yang hanya bergerak di kalangan bangsawan Jawa. Namun, dengan alasan bahwa organisasi modern sudah dimiliki oleh Budi Utomo lantas argument tersebut menjadi kesepakatan sebagai titik pergerakan nasional di Indonesia, tetapi yang utama nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh kaum intelektual. 2 Perbedaan tafsir boleh saja dalam sejarah, karena sejarah akan menjadi menarik, dengan demikian dialog antara sejarawan dan sejarah akan terus menarik untuk dikaji dan diikuti. Demikian halnya dengan melihat sejarah terutama peran pemuda akan Aloysius Bram Widyanto, adalah alumni Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP - Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2010. 1 Untuk mengetahui sejarah organisasi Budi Utomo sampai terbentuknya Indonesia Muda baca R.Z. Leirissa dkk. Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. hal.1-26 2 Untuk lebih jauh mengenai peran kaum intektual di Indonesia baca J.D. Legge (terj). Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok Syahrir. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti. 1993. hal.23-67.

Transcript of Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

Page 1: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

PEMUDA DALAM PERUBAHAN SOSIAL Aloysius Bram WidyantoAloysius Bram WidyantoAloysius Bram WidyantoAloysius Bram Widyanto

Abstract

Leadership generally interpreted as someone who has the ability to influence the others through their self so that their behaviour change or remain to.

Talking about Sukarno leadership, people surely to remember his buttonhole as one of the state proclamator. No one knowed how actually Sukarno in a last period of his leadership. This article try to express various event accompanying to the end of Sukarno leadership. Early from releasing Supersemar that used by Soeharto to controling circumstance so that slowly Sukarno leadership start to end.

Until the deduction of oration of responsibility Sukarno, Nawaksara, where MPRS to be of opinion that the oration only as a progress report. Till finally at 22 Februari 1967, governance power delivered to Supersemar handle, Soeharto. How various that event able to influence the Sukarno leadership till finally have to end.

A. Pendahuluan

Peran mahasiswa yang terwujud dalam gerakan mahasiswa merupakan kegiatan atau aktivitas mahasiswa dalam rangka meningkatkan kemampuan berorganisasi dan mengasah kepandaian mereka dalam kepemimpinan. Semua itu telah terbukti dalam lembaran sejarah Indonesia.

Berdirinya Budi Utomo pada tahun 19081 sebenarnya telah menjadi tonggak yang cukup kuat bagi perkembangan pergerakan nasional. Menurut sejawaran yang ada di Indonesia maupun luar negeri, Budi Utomo merupakan mercusuar bagi pergerakan nasional Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini mulai muncul penafsiran baru. Tafsir baru itu antara lain menyatakan bahwa pergerakan nasional sudah ada dan dimulai sejak Sarekat Islam, yang faktanya lebih dulu ada dan bersifat massa bila dibandingkan dengan Budi Utomo yang hanya bergerak di kalangan bangsawan Jawa. Namun, dengan alasan bahwa organisasi modern sudah dimiliki oleh Budi Utomo lantas argument tersebut menjadi kesepakatan sebagai titik pergerakan nasional di Indonesia, tetapi yang utama nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh kaum intelektual.2

Perbedaan tafsir boleh saja dalam sejarah, karena sejarah akan menjadi menarik, dengan demikian dialog antara sejarawan dan sejarah akan terus menarik untuk dikaji dan diikuti. Demikian halnya dengan melihat sejarah terutama peran pemuda akan

Aloysius Bram Widyanto, adalah alumni Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP - Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta tahun 2010. 1 Untuk mengetahui sejarah organisasi Budi Utomo sampai terbentuknya Indonesia Muda baca R.Z.

Leirissa dkk. Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda. Jakarta. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. 1989. hal.1-26 2 Untuk lebih jauh mengenai peran kaum intektual di Indonesia baca J.D. Legge (terj). Kaum Intelektual

dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok Syahrir. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti. 1993.

hal.23-67.

Page 2: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

menarik, karena di mana ada gerakan perubahan, maka dapat dipastikan ada unsur pemuda di dalamnya. Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran dari kelompok-kelompok lain dalam masyarakat yang juga turut serta di dalam gerakan perubahan. Perhimpuanan Indonesia bergerak dalam menuntut perubahan walaupun mereka sedang belajar dan berada di Belanda.3 Kecintaan mereka terhadap tanah air yang membuat mereka terus bergerak.

Di kalangan pemuda terdapat gerakan Tri Koro Darmo, Jong Java, Jong Celebes Bond, Jong Sumatra Bond, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, dan Indonesia Muda. Pada tanggal 30 April 1926 mereka mengadakan Konggres Pemuda I di Jakarta. Dalam konggres dihasilkan keputusan untuk mengadakan Konggres Pemuda Indonesia II, dan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu organisasi pemuda Indonesia. Kemudian Konggres Pemuda II diadakan tanggal 27-28 Oktober 1928, disepakati tiga keputasan pokok yaitu: 1) Dibentuknya suatu badan fusi untuk semua organisasi pemuda. 2) Menentapkan ikrar pemuda Indonesia bahwa mereka: a) Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. b) Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. c) Menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia.4 3) Asas ini wajib dipakai oleh semua perkumpulan di Indonesia. Hasil ini menjadi pondasi bagi persatuan Indonesia. Lagu yang berjudul Indonesia Raya karangan Wage Rudolf Supratman yang dikumandangkan membangkitkan semangat para pesertanya. Dan Sumpah Pemuda tiada lain adalah ungkapan sejarah manusia Indonesia.5

Berdasar pada sejarah, pemuda merupakan unsur yang menarik dan esensial dalam suatu gerakan perubahan, maka menarik untuk dikaji. Karena di dalam jiwa pemuda terdapat kerelaan berkorban demi cita-cita. Di dalam pemuda terdapat api idealisme yang tidak menuntut balasan, baik berupa uang atau kedudukan. Di dalam pemuda terdapat semangat yang selalu membara. Bersama pemuda kita menentang segala kekuasaan yang tiran. Bersama pemuda, kapal yang bernama Indonesia akan ditentukan maju, diam atau tenggelam.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengkaji “Pemuda dalam Perubahan Sosial”, yang di dalamnya akan coba dibahas mengenai: A.) Pemuda dalam perubahan sosial di Indonesia B.) Tantangan kaum muda pada masa kini. C.) Pemuda harus belajar sejarah D.) Pemuda merupakan lokomotif perubahan. E.) Penutup.

B. Sejarah Peran Pemuda dalam Perubahan Sosial

Pada masa awal pergerakan nasional yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908.6 Berdirinya dipelopori oleh Pemuda Sutomo dan kawan-kawan yang merasa tergugah hatinya dengan keadaan yang menimpa masyarakat Indonesia atau Jawa pada khususnya dan awalnya. Organisasi ini secara keorganisasian

3 Akira Nagazumi (peny). Indonesia Dalam Kajian Sarjana Jepang (Perubahan Sosial-Ekonomi Abad

XIX & XX dan Berbagai Aspek Nasionalisme Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 1986.

hal.133-157. 4 Lengkapnya periksa, R.Z. Leirissa dkk. op.cit. hlm.26 5 Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta. Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Jakarta. Balai Pustaka.

1979. hal.9 6 Untuk lebih jelasnya mengenai Budi Utomo periksa, M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2005. hal.249-251.

Page 3: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

sudah dianggap maju bila dibandingkan dengan organisasi pemuda lainnya yang ada di Nusantara.

Pada awal abad ke-XX di Indonesia ditandai dengan semakin kerasnya politik kolonial Belanda. Politik kolonial Belanda yang demikian represif membuat kehidupan rakyat semakin menderita. Kemudian muncul perhatian terhadap kedudukan dan keadaan penduduk pribumi. Bangkitlah tuntutan terhadap perbaikan nasib pribumi. Pemerintah kolonial Belanda menjawab tuntutan dari kalangan agamawan, ataupun partai sosialis yang sering menyebut dirinya sebagai kaum humanis dengan melaksanakan politik Ethis.7

Politik Ethis dalam pelaksanaannya kurang memuaskan, namun dalam bidang pendidikan suka atau tidak program tersebut telah melahirkan suatu kelas baru yang dikenal sebagai kaum terpelajar. Kaum terpelajar ini yang kemudian berkumpul, berdiskusi dan akhirnya mereka membuat kelompok-kelompok. Dalam kelompok-kelompok maka terbentuk organisasi seperti Budi Utomo. Ada juga, Sarekat Islam, Indische Partij, Partai Komunis Indonesia,8 Partai Nasional Indonesia. Melalui organisasi-organisasi tersebut maka tersebut nama-nama seperti, Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, Cipto Mangunkusumo, Tirtoadisuryo, Semaun, Tan Malaka, Hatta dan Sukarno.

Mereka hanya sekulumit pemuda yang mencoba memahami keadaan-keadaan sosial masyarakat dan coba mengambil aksi. Dalam kegiatan tersebut tak jarang tangan besi penguasa kolonial Belanda membuatnya lemah, namun mereka terus berusaha bergerak, berjuang dalam memperbaiki nasib rakyat Indonesia. Usaha-usaha itu dilakukan dalam bidang budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Dalam suasana Perang Dunia I, yang menimbulkan kesadaran untuk menentukan nasib sendiri.9

Setelah Perang Dunia II berakhir dan Jepang keluar sebagai pihak yang kalah, maka di Indonesia pada waktu itu yang berada dalam penguasaan Jepang terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Dalam kekosongan kekuasaan tersebut lagi-lagi pemuda menuntut Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya atas nama Sukarno-Hatta. Lahirlah apa yang disebut sebagai nasion Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, yang menurut Ben Anderson disebut sebagai revolusi pemuda.10

Dalam zaman revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, Belanda mencoba untuk menguasai Indonesia kembali, maka terjadilah agresi militer Belanda I dan II.11 Pada zaman revolusi, dalam rangka mempertahankan negara yang baru lahir dari serangan musuh. Pemuda Indonesia berada di garda paling depan dalam menghalau kekuatan musuh. Mereka merelakan jiwa dan raganya demi ibu pertiwi yang mereka cintai. Di sini pemuda turun menjadi motor penggerak utama revolusi kemerdekaan

7 Sartono Kartodirdjo. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Dari

Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta. PT Gramedia. 1990. hal.30-33 8 Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. 1990. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. hlm.88 9 Pidato Predsiden Amerika Serikat Woodrow Wilson mengenai penentuan nasib bangsa sendiri. 10 B.R.O’G. Anderson. Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946. Ithaca.

Cornell Universit Press. 1972. 11 Untuk mengetahui jalannya agresi militer Belanda periksa, George McTurnan Kahin. (terj).

RefleksiPergumulan Lahirnya Republik. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Jakarta. UNS Press

dan Pustaka Sinar Harapan. 1995. hal. 185-268 agresi militer I dan agresi militer II hal.421-444

Page 4: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

Indonesia.

Pada jaman pemerintahan di bawah kekuasaan presiden Sukarno yang mengabaikan kepentingan rakyat dan cenderung mengarah ke diktatktor. Pemuda kembali bergerak, mereka turun ke jalan12 membentuk pendapat umum dan menyuarakan penderitaan rakyat. Akhirnya rezim Sukarno jatuh dan muncullah Suharto sebagai presiden baru dengan harapan yang baru pula.

Pemuda kembali memainkan perannya dalam mengakhiri masa otoriter rezim Suharto setelah berkuasa kurang lebih selama 32 tahun lamanya. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakat bersatu menuju gedung DPR-MPR RI dan mendesak Presiden Suharto untuk mundur dari tampuk kekuasaan. Masa otoriter pemerintahan Suharto dapat diakhiri. Indonesia memasuki jaman reformasi. Reformasi dianggap sebagai jaman kebebasan setelah rakyat terbelenggu dalam jaman otoriter. Namun Keadaan Indonesia tak kunjung membaik.

C. Tantangan Kaum Muda Masa Kini

Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas.13 Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi.

Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik.14 Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas di antara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang di antara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.

Tantangan untuk kaum muda seolah tak pernah berhenti. Tantangan itu datangnya bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga muncul dari luar negeri. Untuk

12 John Maxwell. Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani. Jakarta. Pustaka Utama

Grafiti. 2005. hal.151-224. Dalam buku ini Maxwell lebih fokus melihat peran pemuda Soe Hok Gie

sebagai salah satu demonstran. Generasi itu dikenal dengan nama Angkatan ’66 yang melegenda. 13 Edward Shils. “The Intellectuals in the Political Developments of the New States”, World Politics,

April 1960. 14 Arbi Sanit. Sistim Politik Indonesia. Jakarta. Penerbit CV Rajawali. 1981. hal.107-110.

Page 5: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

itu, tantangan bagi kaum muda dibagi menjadi dua yaitu:

1. Dalam Negeri

Kemajuan yang diharapkan akan segera tercipta setelah rezim Suharto tumbang ternyata tidak juga tercapai. Bahkan reformasi sudah berjalan selama satu dasawarsa lebih. Mulai dari presiden Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono keadaan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan.

Keadaan sebaliknya terjadi krisis terus melanda segala aspek (multidimensional), dan korupsi terus merajalela. Isu yang sempat berhembus kencang adalah adanya krisis kepemimpinan. Bahkan dalam pemilu 2009 yang lalu para calon presiden Indonesia dan wakil presiden merupakan orang-orang lama, yang sudah terbukti tidak mampu menjadi lokomotif perubahan. Tentu dengan pemilihan umum calon independent dapat menjadi suatu alternatif bagi kepemimpinan muda di Indonesia.

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa Indonesia memang mengalami krisis kepemimpinan. Sebenarnya sebagai negara demokrasi hal ini tidak perlu terjadi, karena dalam negara demokrasi pemimpin itu diciptakan melalui regenarsi baru muncul dan berperan. Tetapi di Indonesia ini tidak terjadi dengan baik, karena kaum tua senang mendominasi kekuasaan dengan gaya main kuasa, merasa paling benar sendiri dan kong kalikong.

Satu dari sekian banyak faktor pemicu krisis kepemimpinan ini disebabkan oleh kacaunya sistem pendidikan Indonesia. Di mana ganti menteri, maka buku, program dan kurikulum diganti pula. Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini berorientasi pasar15 sehingga hanya menciptakan “budak-budak baru”16 dalam era globalisasi. Presiden Sukarno pernah mengatakan jangan sampai rakyat Indonesia di tengah-tengah finanz-kapital hanya menjadi budak di atara bangsa-bangsa (en volk van koelies en een koelie onder de natie). Terlebih lagi di era kapitalisme global sekarang ini di mana manusia hanya dijadikan alat pengahasil keuntungan yang harganya tak lebih tinggi daripada mesin atau bahkan dihargai lebih rendah.

Belum lagi korupsi yang menggerogoti birokarsi pemerintahan. Yang juga mampu menyebabkan kesejahteraan rakyat terampas oleh tindakan para birokrat yang tidak bermoral dan berprikamenusiaan dan hanya mengedepankan kepentingan kelompok dan golongannya sendiri. Buktinya, tahun baru para menteri diberikan fasilitas mobil baru, yang bila dibandingkan dengan mobil-mobil menteri di benua Eropa maka mobil menteri Indonesia jauh lebih mahal. Renovasi rumah anggota DPR RI yang mencapai milyaran rupiah per-unit. Ironisnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berencana membeli pesawat kepresidenan di tengah mahalnya harga beras dan meningkatnya konsumsi singkong di tengah masyarakat.17

15 Ariel Heryanto. “Teror Negara tentang Politik Pendidikan dan Batuk-batuk Pagi.” Dalam Baskara T.

Wardaya (ed). Menuju Demokrasi. Politik Indonesia dalam Perspektif Sejarah. Jakarta. Gramedia.

2001. hal.293-305 16 Pamoe Rahardjo dan Islah Gusmian (peny). Bung Karno dan Pancasila. Menuju Revolusi Nasional.

Yogyakarta. Galang Press. 2002. hal.61. Begitu juga di era globalisasi sekarang ini. Jangan sampai

rakyat Indonesia menjadi kuli di antara bangsa-bangsa. 17 Baca, “Beras Operasi Pasar Tak Terbeli, Konsumsi Singkong Meluas,” Kompas, 6 Februari 2010,

hal.1.

Page 6: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

2. Luar Negeri

Pada tatanan Internasional, dampak globalisasi sudah tampak di Indonesia, walaupun globalisasi tidak selalu membawa dampak negatif, tetapi ada juga positifnya. Tetapi globalisasi di Indonesia secara umum lebih banyak dampak negatifnya, seperti pola hidup masyarakat yang menjadi konsumtif, hedonis, dan materialistik.

Terlebih lagi sumber daya alam Indonesia yang melimpah menjadi terbuka bagi negara-negara kaya, misalnya Amerika Serikat, Jepang (baca Amerika Serikat dan sekutunya) yang cenderung mengutamakan kepentingan ekonomi negaranya dan menghalalkan segala cara dalam menjaga kepentingan industrinya, misal penguasaan minyak di Irak secara paksa dengan kekuatan militer dengan mengatasnamakan menjaga perdamaian dunia.

Dampak dari globalisasi dan kapitalisme global18 telah menjadikan Indonesia sebagai “kue” yang siap dibagi-bagi untuk dikuasai. Kemudian penciptaan industri di negara-negara kaya tidak terbatas, sedangkan di negara-negara berkembang harus dibatasi dengan alasan pemanasan global (global warming).19 Padahal negara-negara industri seperti Amerika Serikat20 dan sekutunya yang menjadi pemasok gas terbesar dalam pemanasan global tidak kebakaran jenggot seperti Indonesia. Akibatnya negara-negara berkembang yang hendak berkembang industrinya menjadi terhambat dengan alasan-alasan yang politis. Atau global warming dikampenyekan sengaja untuk menghambat industri dari negara-negara berkembang yang mulai berkembang pesat. Dengan kata lain negara-negara industri besar takut tersaingi dan mereka akan kehilangan monopoli industrinya. Pemuda harus kritis dalam menyikapi masalah ini.

D. Pemuda Harus Belajar Sejarah

Dahulu pada zaman kolonial Belanda dan kapitalisme, melalui para pemuda Indonesia mengambil peran aktif, maka pada saat sekarang ini keadaan Indonesia yang mengalami krisis multidimensional pemuda sudah saatnya turun tangan melakukan aksi. Bukan hanya menonton saja, kaum intektual yang tinggal diam melihat rakyat sengsara telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan.

Pada waktu Sarekat Islam dibatasi gerakannya, Partai Komunis Indonesia dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda, pergerakan rakyat Indonesia seolah mati. Tetapi tidak, maka muncul pemuda Sukarno21 dan kawan-kawannya dengan gaya

18 Segala yang dibuahkan oleh liberalisme jelas bertolak belakang dengan cita-cita generasi 20/28 yang

mengendap dalam Pancasila dan UUD 1945…Sebab, bila suatu tata ekonomi dunia tanpa henti

memperkaya mereka yang sudah teramat kaya (Utara dan komprador-komprador mereka di Selatan)

dengan semakin mempermiskin sekian milyar manusia dunia Selatan yang sudah teramat

miskin…Lengkapnya baca Y.B. Mangun Wijaya. Menuju Republik Indonesia Serikat. Jakarta.

Gramedia Pustaka Utama. 1998. hal.196 19 Ironisnya Indonesia yang industrinya tidak begitu maju mengambil tempat sebagai promotor dalam

mengkampanyekan pemanasan global. Tindakan ini tidak keliru hanya kurang tepat. 20 Lebih jauh mengenai ekonomi Amerika Serikat baca, Gordon Manuin (ed). Garis Besar Ekonomi

Amerika Serikat. Office of International Information Programs. 21 Biografi Sukarno baca Bob Hering. Soekarno: Founding Father of Indonesia (1901-1945). Leiden.

KITLV. 2002. Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung

Agung. 1966. J.D. Legge. Sukarno A Political Biography. Middlesex: Penguin Books Ltd. 1972.

Page 7: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

kepemimpinan alaternatif, walaupun akhirnya ia harus dipenjara.22 Sekarang pemuda juga harus tampil ke depan dalam mengisi kemerdekaan. Untuk itu pemuda perlu menenggok ke belakang alias belajar dari sejarah. Artinya kita harus segera mengakui bahwa di belakang ada kesalahan yang harus dijadikan sebagai cermin untuk menentukan langkah bagi masa depan agar kesalahan seperti; pembunuhan massal 196523, DOM di Aceh, pelenggaran HAM dalam penembakan semanggi dan pelanggaran HAM di Timor-Timur24 harus diselesaikan. Tujuannya supaya tidak menjadi beban sejarah yang dapat menghambat kemajuan bagi Indonesia.

Jika hal ini dapat dilakukan, maka rakyat Indonesia benar-benar belajar dari sejarah. Artinya belajar dari sejarah bukan hanya belajar dari segala yang baik-baik saja, tetapi hakekat belajar sejarah adalah belajar juga dari kesalahan di masa lalu agar kesalahan itu tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Rasa curiga dan mencurigai antar kelompok yang bertikai akan benar-benar dapat teratasi sebagai sesama anak bangsa. Kalau itu tercapai maka berbagai kelompok dapat bersatu dalam menyongsong masa depan Indonesia seperti yang dicita-citakan bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.

Kaum muda yang sudah terdidik jangan menjauh dari rakyat dan mengabdikan diri pada negara-negara kaya, tetapi pemuda harus bersatu dengan rakyat, memberikan penerangan kepada rakyat. Kaum muda jangan hanya terjun ke masyarakat pada waktu melakukan KKN25 saja, tetapi karena merasa senasib sepenanggungan dengan rakyat. Karena pemuda juga bagian dari rakyat.

“Dalam masa pergerakan nasional kaum inteligensia mempunyai tugas: merebut kemerdekaan dengan solidaritas pada rakyat.”26 Kaum inteligensia yang demikian sudah memenuhi dharmanya. Dalam post independence period pemuda harus mencoba mengerti dan memahami persoalan-persoalan bangsanya dewasa ini. Masalah ketidakmengertian adalah masalah kaum intelektual secara umum.

Belajar dari Ki Hajar Dewantoro, pemuda harus memiliki sifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.27 Artinya pemuda harus berada digarda paling depan dalam melakukan perubahan sosial sebagai lokomotif

Sartono Kartodirdjo. “Latar belakang Sosio-Kultural Dunia Kanak-kanak dan Masa Muda Bung

Karno” dalam St. Sularto. Dialog dengan Sejarah. Soekarno Seratus Tahun. Jakarta: Kompas. 2001.

hal.36. sedangkan untuk mengetahui kajian tentang pemikiran Sukarno lihat, H. Wuryadi dkk (peny).

Perspektif Pemikiran Bung Karno. Jakarta. Lembaga Putra Fajar. 2004. 22 Lebih Jauh tentang Pembelaan Bung Karno baca, Sukarno. Indonesia Menggugat (Pembelaan Bung

Karno Di Muka Hakim Kolonial). Jakarta. S.K. Seno. 1951. 23 Sekitar pembunuhan Massal di Bali baca, Soe Hok Gie. “Di Sekitar Peristiwa Pembunuhan Massal

Besar-besaran di Pulau Bali.” Dalam Stanley dan Aris Santoso (ed). Soe Hok Gie: Zaman Peralihan.

Jakarta. Gagas Media. 2005. hal.191-202. Robert Cribb (ed). The Indonesian Killings 1965-1966:

Studies from Java and Bali. Asutralia. Center of Southeast Asian Studies. 1991. I Ngurah Suryawan.

Jejak-jejak Manusia Merah [Siasat Politik Kebudayaan Bali]. Yogyakarta. Buku Baik & Elsam. 2005.

hal.149-185. 24 Artikel berkenanan dengan masalah Timor-Timor periksa, Y.B. Mangunwijaya. op.cit. hlm.249-255

25 Kuliah Kerja Nyata (baca formalisasi saja).

26 Soe Hok Gie. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta. LP3ES. 2005. hal.113.

27 Kalau dahulu semaboyan ini digunakan oleh Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantoro dalam

mendidik generasi muda dalam Perguruan Taman Siswa, maka sekarang semangat itu harus dihidupi

kembali oleh pemuda.

Page 8: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

perubahan. Di tengah pemuda harus bahu-membahu bersama rakyat dalam mencapai kesejahteraan rakyat. Keadaan yang buruk ini harus segera diakhiri. Di belakang pemuda memberikan semangat dan mendorong rakyat bahwa perubahan ke arah yang lebih baik atau yang dicita-citakan dapat tercapai jika mereka bersatu. Tantangan yang datang dari dalam maupun luar pasti dapat teratasi.

E. Penutup

Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda telah berbuat, namun tantangan terus datang, dari dalam dan luar negeri. Pemuda harus belajar dari sejarah agar memiliki jati diri dan memiliki dasar yang kuat, dan agar mengetahui dari mana perubahan harus diusahakan. Setelah itu, sebagai lokomotif perubahan pemuda siap bergerak.

Mengambil momentum peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-82, sudah saatnya pemuda menunjukkan perannya kembali, bukan sebagai motor yang menggulingkan rezim diktator. Tetapi sebagai lokomotif dalam perubahan sosial yang menjadikan Indonesia maju, sejahtera dan berkeadilan. Pemuda harus bersifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.

Page 9: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

Daftar Pustaka

Sumber Buku

Adams, Cindy. 1966. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung

Agung.

Anderson, B.R.O’G. 1972. Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946. Ithaca: Cornell Universit Press.

Arbi Sanit. 1981. Sistim Politik Indonesia. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.

Baskara T. Wardaya (ed). 2001. Menuju Demokrasi. Politik Indonesia dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Gramedia.

Cribb, Robert (ed). 1991. The Indonesian Killings 1965-1966: Studies from Java and Bali. Asutralia: Center of Southeast Asian Studies.

Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. 1990. Jakarta: PT Cipta Adipustaka.

Soe Hok Gie. 2005. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES.

Hering, Bob. 2002. Soekarno: Founding Father of Indonesia (1901-1945). Leiden: KITLV.

Kahin, George McTurnan. 1995. (terj). RefleksiPergumulan Lahirnya Republik. Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Jakarta: UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan.

Legge, J.D. 1972. Sukarno A Political Biography. Middlesex: Penguin Books Ltd.

------------. 1993. (terj). Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok Syahrir. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Leirissa, R.Z. dkk. 1989. Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mangun Wijaya, Y.B. 1998. Menuju Republik Indonesia Serikat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Manuin, Gordon (ed). Tt. Garis Besar Ekonomi Amerika Serikat. Office of International Information Programs.

Maxwell, John. 2005. Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Nagazumi, Akira (peny). 1986. Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang (Perubahan Sosial-Ekonomi Abad XIX & XX dan Berbagai Aspek Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pamoe Rahardjo dan Islah Gusmian (peny). 2002. Bung Karno dan Pancasila. Menuju Revolusi Nasional.Yogyakarta: Galang Press.

Ricklefs, M.C. 2005.Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: PT Gramedia.

Sukarno. 1951. Indonesia Menggugat (Pembelaan Bung Karno di Muka Hakim Kolonial). Jakarta: S.K. Seno.

Page 10: Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto

Sularto, St. 2001. Dialog dengan Sejarah. Soekarno Seratus Tahun. Jakarta: Kompas.

Suryawan, I Ngurah. 2005. Jejak-jejak Manusia Merah [Siasat Politik Kebudayaan Bali]. Yogyakarta: Buku Baik & Elsam.

Stanley dan Aris Santoso (ed). 2005. Soe Hok Gie: Zaman Peralihan. Jakarta: Gagas Media.

Wuryadi, H. dkk (peny). 2004. Perspektif Pemikiran Bung Karno. Jakarta: Lembaga Putra Fajar.

Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta. 1979. Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Jakarta: Balai Pustaka.

Koran dan Jurnal:

Kompas, 6 Februari 2010, “Beras Operasi Pasar Tak Terbeli, Konsumsi Singkong Meluas.”

Shils, Edward. “The Intellectuals in the Political Developments of the New States”, World Politics, April 1960.