PERINGATANelibrary.unisba.ac.id/files/Srihasfitrinurhamna_10010207044_skr_201… · peminat...

142
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Transcript of PERINGATANelibrary.unisba.ac.id/files/Srihasfitrinurhamna_10010207044_skr_201… · peminat...

  • PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

    Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

    1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

    2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

    3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

    4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

    Selamat membaca !!!

    Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

    UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

  • Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR

    (Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode

    2007-2010. (Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Syariah Pada Fakultas Syariah

    Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah

    Oleh:

    Sri Hasfitri Nurhamna

    10010207044

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

    2011 M / 1432 H

  • iii

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah di munaqasahkan oleh tim penguji skripsi pada hari Selasa

    tanggal 16 Agustus 2011 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana (S 1) pada Fakultas Syariah Program Studi Lembaga

    Keuangan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.

    Bandung, 16 Agustus 2011 M

    16 Ramadhan 1432 H

    PANITIA UJIAN MUNAQASAH

    Ketua, Sekretaris,

    H. Asep Ramdan H. Drs. M. Si Zaini Abdul Malik, S. Ag., MA.

    TIM PENGUJI

    1. Prof. DR. H. Abdurrahman, MA

    2. HC. Najmuddin HS, Drs., M. Hum

    3. M. Roji Iskandar, Drs., MH

  • ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Disetujui Oleh:

    Pembimbing II

    (Hj. Nunung Nurhayati, SE., M.Si)

    Pembimbing I

    (H. Asep Ramdan Hidayat, Drs., M.Si)

    Mengetahui :

    Ketua Program Studi

    Keuangan dan Perbankan Syariah

    (Zaini Abdul Malik, S. Ag., MA.)

    Dekan Fakultas Syariah

    (H. Asep Ramdan Hidayat Drs. M. Si)

  • iii

    MOTTO

    Ϛ˴ТϤϠ͉ϿϋЙϭΎЙϣОϢϟ˴َتُكْنОϢϠ˴ЄόΗ˴ϥ˴Ύϛ˴ЙϭϞ˵Єπϓ˴اِهللاϚ˴ОϴϠ˴ϿϋΎКϤОϴψ˶Ͽϋ ...

    “...dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamuketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (Q.S. An-Nisa [4] : 113)

    Alangkah mulianya pengetahuan itu...

    Alangkah gembiranya diri yang berhasil meraihnya ...

    Alangkah sejuknya dada yang terisi oleh siramannya...

    Alangkah luasnya pemikiran yang telah terisi olehnya...

    ...Ϋ˴Д·ЙϭِقϞ˴ОϳОϭΰ˵θ˵ϧ˸Оϭΰ˵θ˵ϧ˸Ύϓ˴Юϊϓ˴ЄήЙϳاُهللاϦ˴Оϳά˶ϟ͉ОϮϨ˵ЙϣОϢϜ˵Ϩ˸ϣ˶Ϧ˴Оϳά˶ϟ͉ЙϭОϮΗ˵ϭ˵ЙϢϠ˸ό˶ϟ˸Ε˳ΎϿΟϿέϿΩͿ˵ЙϭΎЙϤДΑϥ˴ОϮϠ˵ЙϤЄόΗ˴ЉήОϴДΒΧ˴

    “....Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka

    berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

    yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

    ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

    Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al – Mujadilah

    [58]: 11)

  • RIWAYAT HIDUP PENULIS

    Nama : Sri Hasfitri Nurhamna

    NPM : 10010207044

    Tempat/tgl. Lahir : Bandung, 15 Mei 1988

    Agama : Islam

    Alamat : Komp. Sukamenak Indah Blok G-4 Rt 06/ Rw 01

    Kecamatan Margahayu desa Sayati, Bandung 40227

    Pendidikan Formal Penulis

    1. Taman Kanak-kanak Sekar Arum – Bandung (Tahun 1992-1994)

    2. SD Negeri Sukamenak V – Bandung (Tahun 1994-2000)

    3. Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam No. 1 – Bandung (Tahun 2000-2003)

    4. Muallimien Pesantren Persatuan Islam No. 1 – Bandung (Tahun 2003-2006)

    Pendidikan Non Formal

    1. Kursus Bahasa Inggris Cinderella - Bandung (Tahun 2001-2003)

    2. Kursus Bahasa Inggris LBPP LIA – Bandung (Tahun 2008-2010)

    Pada tahun 2007, penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi di Jurusan

    Lembaga Keuangan dan Perbankan Syariah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam

    Bandung (Unisba) di Bandung.

    Penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan berorganisasi, antara lain pernah

    aktif dala organisasi RG (Rijaalul Ghad)-UG (Ummahaatul Ghad) Pesantren

    Persatuan Islam No. 1 Bandung sebagai Katibah ‘ammah (Sekertaris Umum)

    selama perode 2002-2003, aktif sebagai Kepala Departemen Dakwah Bem Fasya

    selama periode 2009-2010, Kepala Divisi Mini Cafe Kopma Unisba selama

    periode 2008-2009, Kepala Departemen Kaderisasi KAMMI komisariat Unisba

    2008-2010.

  • v

    ABSTRAK

    PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP TINGKATKESEHATAN FDR (FINANCING TO DEPOSIT RATIO) BAITUL MAALWA TAMWIL (BMT) SELAMA PERIODE 2007-2010 (ANALISIS BMT

    NURUL FALAH KABUPATENG BANDUNG)SRI HASFITRI NURHAMNA

    Kata kunci: Pembiayaan Murabahah dan FDR (Financing to Deposit Ratio)

    Kesehatan suatu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sepertiBMT, harus memperhatikan keseimbangan antara dana yang disalurkan dan danayang dihimpun. Dengan mengetahui jumlah dana yang keluar dan masuk yangsalah satunya melalui pembiayaan murabahah, harus berbanding positif denganDana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, yang kemudian akanmempengaruhi terhadap tingkat kesehatannya.

    BMT Nurul Falah memiliki beberapa produk pembiayaan. Diantaraproduk-produk pembiayaan yang diberikan, pembiayaan murabahah merupakanproduk yang paling diminati oleh banyak anggota BMT. Dengan banyaknyapeminat terhadap pembiayaan murabahah, maka harus diperhatikan DPK yangtelah dihimpun oleh BMT, agar tidak terjadi ketidak seimbangan yangmenyebabkan kondisinya menjadi tidak sehat. Hal tersebut akan mempengaruhiterhadap tingkat kesehatan FDR BMT. Maka harus diketahui tingkat kesehatandari sisi FDR nya.

    Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagaiberikut: 1) Untuk mengetahui tingkat pembiayaan murabahah di BMT NurulFalah selama periode 2007-2010; 2) Untuk mengetahui tingkat kesehatan FDR(Financing to Depoeit Ratio) di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010; dan3) Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkatkesehatan FDR di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010.

    Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalahdengan menggunakan metode korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untukmengemukakan ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan apabilaada, seberapa besar derajat hubungannya serta berarti tidaknya hubungan itu. Datayang diperoleh selama penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan dikaji lebih lanjutdengan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

    Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Tingkatpembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010,cenderung stabil dengan rata-rata mengalami kenaikan atau penurunan sekitar13%; 2) tingkat kesehatan FDR (Financing to Depoeit Ratio) di BMT Nurul Falahselama periode 2007-2010 rata-rata berada pada kondisi sehat; dan 3) pembiayaanmurabahah memberikan pengaruh terhadap tingkat kesehatan FDR di BMT NurulFalah Kabupaten Bandung selama periode 2007-2010.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Tidak lupa

    shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.

    beserta keluarganya, shahabat dan para pengikut setianya, di mana berkat ajaran-

    ajarannya kita bisa terbebas dari kebodohan dan kegelapan dunia, menuju dunia

    yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan cahaya kebenaran.

    Alhamdulillah atas segala rahmat, hidayah, dan berkah Allah Swt. yang

    selama ini selalu membimbing, memberikan kesabaran, dan kekuatan kepada

    penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

    “Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR

    (Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode

    2007-2010. (Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)”. Tanpa

    kekuasaan-Nya penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Terimakasih atas segala doa, dukungan, dan bantuan berbagai pihak

    sehingga kelak selanjutnya penulis membawa ilmu yang telah penulis dapatkan

    dari pendidikan ini untuk mengabdi di masyarakat. Penulis sadar bahwa tidak

    mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dukungan

    berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

    terima kasih kepada:

  • vii

    1. Papa dan Mama tercinta, yang selama ini telah banyak memberikan doa,

    dukungan, motivasi, dan curahan kasih sayangnya yang tak terhingga

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    2. Bapak Prof. M. Taufik S. Boesoirie selaku Rektor Universitas Islam Bandung.

    3. Bapak H. Asep Ramdan Hidayat, Drs. M.Si. selaku Dekan Fakultas

    Syariah Universitas Islam Bandung.

    4. Bapak H.M. Roji Iskandar, Drs. M.H selaku Wakil Dekan Fakultas

    Syariah Universitas Islam Bandung.

    5. Bapak Zaini Abdul Malik, S. Ag. MA. selaku Ketua Jurusan Keuangan

    Perbankan Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung.

    6. Bapak H. Asep Ramdan Hidayat, Drs. M.Si. selaku dosen Pembimbing I

    yang telah banyak memberikan kritikan, masukan, dan saran kepada

    penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    7. Ibu Hj. Nunung Nurhayati, SE., M.Si. selaku dosen Pembimbing II yang

    telah banyak meluangkan waktunya, memberikan kritik, dan saran dalam

    membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    8. Seluruh dosen dan staff karyawan Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Bandung.

    9. Bapak H. Her Purwanto, SE., MM., selaku Direktur Utama BMT Nurul

    Falah, yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitiadi BMT

    Nurul Falah.

    10. Seluruh karyawan BMT Nurul Falah yang telah membantu penulis dalam

    memperoleh data untuk menyusun skripsi ini.

  • viii

    11. Kedua kakakku Mba Asti dan Mba Mput yang selalu memberikan

    semangat, inspirasi, dan motivasinya.

    12. Sahabat-sahabatku tersayang sweet 8 chocolate Cony, Mila, Uye, Annisa,

    Risma, Tari, Meida, yang selalu memberikan dukungan, motivasi,

    inspirasi, kritik dan saran, berbagi pengalaman suka duka, dan selalu

    mengingatkan untuk istiqomah di jalan-Nya.

    13. Muahamad Nurul Haq yang telah memberikan motivasi, semangat,

    dukungan, dan do’a yang tulus mengalir untuk penulis, selama penyusunan

    skripsi ini.

    14. Teman-teman, teteh-teteh dan akang-akang di KAMMI komisariat Unisba,

    yang selalu mengingatkan dalam kebaikan dan selalu mempererat tali

    silaturahim kekeluargaan. Banyaknya pengalaman berharga bersama

    kalian tidak akan terlupakan.

    15. Teman-teman seperjuangan Fasya angkatan 2007 yang telah memberikan

    banyak dukungan dan semangat kepada penulis.

    16. Tidak lupa semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa

    penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis merasa bahwa masih banyak keurangan dari skripsi yang telah

    disusun ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,

    sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

  • ix

    Akhir kata dengan penuh harapan dan doa, semoga penyusunan skripsi ini

    banyak memberikan manfaat bagi pembaca Amin.

    Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

    Bandung, Juli 2011

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i

    LEMBAR PERSTUJUAN…………………………………………………. ii

    LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii

    MOTTO……………………………………………………………………….. iv

    ABSTRAK…………………………………………………………………….. v

    KATAPENGANTAR………………………………………………………….vi

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………... x

    DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xv

    DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xvi

    DAFTAR BAGAN……………………………………………………………. xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1

    B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 5

    C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 6

    D. Kerangka Teori……………………………………………………....... 6

    E. Metode Penelitian................................................................................. 11

    1. Metode................................................................................................. 11

    2. Sumber Data.......................................................................................... 12

    3. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 13

    4. Populasi Penelitian............................................................................... 14

    5. Sampel Penelitian................................................................................. 14

    6. Metode Analisis Data........................................................................... 15

  • xi

    a. Hipotesis......................................................................... .......... 15

    b. Analisis Data......................................................................... 15

    F. Sistematika Penulisan.............................................................. 17

    BAB II KONSEP PEMBIAYAAN, MURABAHAH, TINGKAT

    KESEHATAN, DAN BMT (BAITUL MAAL WA TAMWIL)

    A. Pembiayaan………………………………….....………………...... 19

    1. Definisi Pembiayaan......................................................... 19

    2. Tujuan Pembiayaan........................................................... 21

    3. Fungsi Pembiayaan…………………………………...….. 23

    4. Jenis-jenis Pembiayaan.........................................………. 26

    5. Pembiayaan Murabahah.................................................... 28

    a. Definisi Murabahah.................................................... 28

    b. Rukun dan Syarat Murabahah..................................... 38

    c. Macam-macam Murabahah......................................... 41

    B. Penilaian Tingkat Kesehatan......................................................... 42

    1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank/ BMT dan Pengertian

    CAMELS........................................................................... 42

    2. Pengertian Tentang Likuiditas(Liquidity)........................... 43

    3. FDR (Financing to Deposit Ratio)..................................... 44

    4. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR) pada BMT... 45

    5. Dana Pihal Ketiga (DPK)................................................... 46

    a. Pengetian Dana Pihak Ketiga (DPK)............................. 46

    C. BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)...................................................... 46

  • xii

    1. Pengetian Baitul Maal Wa Tamwil ( بیت المال و التمول( ...... 46

    2. Kegiatan Utama BMT............................................................... 49

    3. Pengertian Dana BMT.............................................................. 50

    4. Fungsi Dana BMT.................................................................... 51

    5. Intermediasi BMT.................................................................... 52

    6. Macam-macam Pembiayaan Usaha BMT.................................. 54

    D. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Kesehatan FDR

    (Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).............. 59

    BAB III GAMBARAN UMUM BMT NURUL FALAH DAN METODE

    PENELITIAN

    A. Objek Penelitian…………………………………………………........... 62

    1. Sejarah Berdirinya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) Nurul

    Falah........................................................................................ 62

    2. Visi dan Misi BMT................................................................... 65

    3. Letak dan Wilayah Pemasaran BMT Nurul Falah...................... 66

    4. Struktur Organisasi.................................................................. 66

    a. Deskripsi Pekerjaan............................................................ 67

    5. produk-produk BMT Nurul Falah............................................ 72

    a. Produk Simpanan BMT Nurul Falah................................... 72

    b. Produk pembiayaan BMT Nurul Falah................................ 73

    c. Murabahah......................................................................... 73

    3.A.5.c.1 Aplikasi Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul

    Falah........................................................................ 76

  • xiii

    B. Metode Penelitian................................................................................ 77

    1. Operasional Variabel................................................................ 78

    2. Jenis dan Smber Data................................................................ 80

    3. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 81

    4. Analisis Data............................................................................ 82

    a. Uji Hipotesis....................................................................... 82

    BAB IV ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH

    TERHADAP TINGKAT KESEHATAN FDR (FINANCING TO DEPOSIT

    RATIO) BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) SELAMA PERIODE 2007-

    2010 (ANALISIS BMT NURUL FALAH KABUPATEN BANDUNG)

    A. Tingkat Pembiayaan Murabahah di BMT Nurul Falah Selama

    Periode 2007-2010..........…………….………………….................. 84

    1. Jumlah Pembiayaan Murabahah Selama Periode 2007-

    2010..................................................................................... 84

    2. Tingkat Kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio) di

    BMT Nurul Falah Selama Periode 2007-

    2010..................................................................................... 91

    3. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Kesehatan

    FDR (Financing to Deposit Ratio) di BMT Nurul Falah Selama

    Periode 2007-2010................................................................. 95

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan……………………………………………………………..101

    B. Saran………………………………………………………………........102

  • xiv

    DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....103

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 : Tingkat Persentasi FDR………………………………………….. 45

    Tabel 3.1 : Prosentase Jumlah Pembiayaan murabahah..................………. 76

    Tabel 3.2 : Operasionalisasi Variabel.......................................................……... 79

    Tabel 4.1 : Jumlah Pembiayaan Murabahah.....................................………….. 84

    Tabel 1 : Perhitungan Perbandingan Tingkat Prnyaluran Pembiayaan

    Murabahah .............................................…………………………. 104

    Tabel 2 :Jumlah Pembiayaan 30 06 2007................…….………………... 106

    Tabel 3 :Jumlah DPK 30 06 2007……………….....................…………... 106

    Tabel 4 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2007……….................……………... 107

    Tabel 5 : Jumlah DPK 31 12 2007………................................……......…... 108

    Tabel 6 : Jumlah Pembiayaan 30 06 2008……….................……………... 108

    Tabel 7 : Jumlah DPK 30 06 2008………...................................…...…….. 109

    Tabel 8 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2008……….................……………... 110

    Tabel 9 : Jumlah DPK 31 12 2008………................................……......…... 110

    Tabel 10 : Jumlah Pembiayaan 30 06 2009……….................……………... 111

    Tabel 11 : Jumlah DPK 30 06 2009………................................……...…….. 111

    Tabel 12 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2009……….................……………... 112

    Tabel 13 : Jumlah DPK 31 12 2009………................................……......…... 113

    Tabel 14 : Jumlah Pembiayaan 30 06 2010……….................……………... 114

    Tabel 15 : Jumlah DPK 30 06 2010………................................……...…….. 114

    Tabel 16 : Jumlah Pembiayaan 31 12 2010……….................……………... 115

    Tabel 17 : Jumlah DPK 31 12 2010………................................……...…….. 116

    Tabel 18 : Pembiayaan (X) & FDR (Y)...............….................……………... 117

    Tabel 19 : Tabel Hitung Statistik....………................................……...…….. 118

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 : Grafik Persentase Tingkat Pembiayaan Murabahah…………… 77

    Gambar 4.1 : Grafik Perkembangan Jumlah Pembiayaan Murabahah……… 89

    Gambar 4.2 : Grafik Jumlah Penyaluran Pembiayaan Murabahah…………. 90

    Gambar 4.3 : Tingkat FDR BMT Nurul Falah........................................……… 93

    Gambar 4.4 : Persamaan Regresi........................................................………….97

  • xvii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 3.1 : Struktur Organisasi BMT Nurul Falah............................................. 67

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Lembaga keuangan mikro terdapat berbagai macam dan jenis, seperti,

    koperasi syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan lembaga

    keuangan mikro syariah (LKMS) lainnya. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

    merupakan salah satu dari LKMS yang ada. Lembaga keuangan BMT ini

    dalam beberapa proses transaksinya hampir serupa dengan lembaga bank,

    namun dari segi payung hukumnya berbeda. Jika bank memiliki undang-

    undang tersendiri mengenai bank, berbeda dengan BMT yang masih

    menginduk kepada payung hukum koperasi syariah. Dengan kata lain,

    BMT belum memliki payung hukumnya sendiri.

    BMT merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang

    paling sederhana yang saat ini banyak muncul dan tenggelam di

    Indonesia. Perkembangan BMT yang pesat diiringi pula oleh semakin

    besarnya tantangan yang dihadapi. Tantangan internal terpenting

    diantaranya adalah: soal kepatuhan syariah (syariah compliance), soal

    mempertahankan idealisme gerakan, soal profesionalisme pengelolaan,

    soal pengembangan sumber daya insani, dan soal kerjasama antar BMT.

    Sementara itu, tantangan eksternal yang utama adalah: dinamika

  • 2

    makroekonomi, masalah kemiskinan yang masih menghantui

    perekonomian Indonesia, dinamika sektor keuangan yang belum

    menempatkan keuangan mikro sebagai pilar utama, serta masalah

    legalitas dan regulasi untuk BMT (Awalil Rizky, hminews.com, 2010:

    10).

    Sayangnya, perkembangan munculnya begitu banyak BMT di

    Indonesia tidak didukung oleh faktor-faktor pendukung yang

    memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan berjalan dengan baik

    (ekonomimikrosyariah.blogspot.com, 2010:08). Fakta yang ada di

    lapangan menunjukkan banyaknya BMT yang tenggelam dan bubar yang

    disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain: manajemennya yang

    tidak rapih, pengelola yang tidak amanah dan profesional, tidak dipercaya

    masyarakat, kesulitan modal, dan lain-lain. Akibatnya, citra yang timbul

    di masyarakat sangat jelek. BMT identik dengan jelek, tidak dapat

    dipercaya, dan sebagainya (Zaenal, ekonomimikrosyariah.blogspot.com,

    2010: 08). Sampai saat ini, sudah terdapat sekitar tiga juta nasabah mikro

    yang memperoleh pembiayaan dari LKMS atau BMT. Aset yang

    diokelola LKMS/ BMT pun sudah menyentuh angka Rp. 3 triliun

    (EH.Ismail republika.co.id, 2010: 08). Dengan melihat aset yang cukup

    besar, maka BMT harus lebih memerhatikan berbagai aspek yang

    mendukung perkembangan BMT, seperti manajemennya, modalnya,

    tingkat kesehatannya, dan lain sebagainya yang mempengaruhi

    perkembangan dan pertumbuhan BMT.

  • 3

    Suatu BMT tetap harus memenuhi kriteria-kriteria layaknya sebuah

    bank syariah besar dengan beribu-ribu nasabahnya. Salah satu alasan

    yang sederhana adalah sebuah lembaga yang mengelola uang masyarakat,

    tentunya harus kredibel, dapat dipercaya oleh masyarakat. Siapapun pasti

    ingin dirinya diyakinkan bahwa uang yang dia simpan di suatu BMT

    aman dari resiko apapun dan setiap saat dapat mengambil uangnya

    kembali.

    Financing to Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan

    antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana yang berhasil

    dihimpun oleh bank yang terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) ditambah

    dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S, 2006: 63). FDR ini menjadi

    salah satu tolak ukur likuiditas bank atau non bank yang berjangka waktu

    agak panjang. Tingkat FDR yang terlalu tinggi menunjukkan semakin

    buruk kondisi likuiditas bank, karena penempatan pada kredit juga

    dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu ditarik.

    Untuk mengetahui tingkat kesehatan FDR, dapat dilihat dari

    persentasi FDR sebagai berikut:

    Tabel 1.1 Tingkat FDR

    Tingkat FDR Hasil Penilaian FDR

    94,75% - 98,50% -

  • 4

    >102,25% TIDAK SEHAT

    Sumber: Modul perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, Ramdhan

    Firmansyah, 2011: 11.

    Setelah mengetahui tingkat kesehatan dilihat dari sisi FDR, maka dapat

    diketahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan, apakah dengan meningkatkan

    DPK ataukah dengan meningkatkan pembiayaan. Rasio yang tinggi menunjukkan

    bahwa suatu lembaga keuangan bank/ non bank meminjamkan seluruh dananya

    (Finance-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah

    menunjukkan keadaan yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap

    untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat memberi isyarat apakah

    suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi.

    Setelah penulis melakukan tinjauan lapangan mengenai kondisi permasalahan

    di BMT, terdapat beberapa masalah di BMT khususnya mengenai pembiayaan

    murabahah yang disalurkan BMT kepada para nasabahnya. Seletah BMT berdiri

    kurang lebih 5 tahun lamanya, dana pihak ketiga yang terkumpul mengalami

    penurunan. Sedangkan di dalam masalah pembiayaan atau penyaluran dana

    khususnya pada akad murabahah, lebih besar dibandingkan dengan dana yang

    dihimpun oleh BMT, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara penghimpunan

    dana pihak ketiga (DPK), dengan penyaluran dana atau pembiayaan yang

    disalurkan. Sehingga jika ada ketidak seimbangan antara dana pihak ketiga

    dengan penyaluran atau pembiayaan, maka akan mempengaruhi terhadap tingkat

    kesehatan dari BMT itu sendiri yang dapat diketahui melalui rasio yang

    menunjukkan tinggi atau rendahnya FDR.

  • 5

    Adanya ketidak seimbangan antara jumlah pembiayaan dengan DPK yang

    berhasil dihimpun oleh BMT, akan mempengaruhi tingkat kesehatan BMT.

    Jumlah DPK yang besar tidak berarti menunjukkan bahwa BMT dalam keadaan

    yang sehat. Begitu juga sebaliknya dengan pembiayaan, jumlah pembiayaan yang

    banyak belum tentu menunjukkan bahwa BMT sudah sehat. Kelebihan atau

    kekurangan jumlah pembiayaan atau jumlah DPK, akan mempengaruhi terhadap

    tingkat kesehatan BMT setelah melakukan perhitungan FDR.

    Dari kondisi di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pembiayaan

    Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio) Baitul

    Maal Wa Tamwil (BMT), dengan mencoba mengambil lembaga BMT yang

    beroperasi di Kabupaten Bandung. Untuk membuktikan bahwa pembiayaan

    murabahah memiliki peranan terhadap tingkat kesehatan FDR BMT, maka

    penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh

    Pembiayaan Murabahah terhadap tingkat kesehatan FDR (Financing to

    Deposit Ratio) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode 2007-2010.

    (Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)” .

    B. Rumusan Masalah

    Dari pernyataan tersebut di atas, dalam penelitian ini, peneliti tertarik

    untuk mengangkat suatu permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana tingkat pembiayaan murabahah di BMT Nurul Falah

    selama periode 2007-2010?

  • 6

    2. Bagaimana tingkat kesehatan FDR (Financing to Depoeit Ratio) di

    BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010?

    3. Bagaimana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat

    kesehatan FDR di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan

    penelitian ini sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui tingkat pembiayaan murabahah di BMT Nurul

    Falah selama periode 2007-2010.

    2. Untuk mengetahui tingkat kesehatan FDR (Financing to Depoeit Ratio) di

    BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010.

    3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat

    kesehatan FDR di BMT Nurul Falah selama periode 2007-2010.

    D. Kerangka Teori

    Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul

    mal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha

    pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infak,

    dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan

    penyaluran dana komersial (A. Djazuli, 2002). Dari definisi tersebut dapat

    diketahui bahwa BMT mempunyai fungsi non profit dan komersial.

    Selain itu BMT didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat

  • 7

    kalangan bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Syariah atau

    BPR Syariah. Prinsip operasional BMT didasarkan atas prinsip bagi hasil,

    jual-beli (tijarah), dan titipan (wadiah) (Isa, 7695.wordpress.com, 2010:

    07).

    BMT sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah

    lembaga keuangan yang belum memilki payung hukum sendiri, sehingga

    BMT masih menginduk pada undang-undang koperasi. Walaupun secara

    undang-undang BMT masih menginduk kepada undang-undang koperasi,

    namun secara operasionalnya mirip dengan lembaga keuangan Bank

    Syariah/ BPR Syariah, karena BMT juga bertindak sebagai penghimpun

    dan penyalur dana yang bersifat komersial. Walaupun dari operasionalnya

    yang sama dengan bank, namun produk-produk yang dikleuarkan oleh

    BMT belum sebanyak Bank Syariah.

    Dalam menjalankan usahanya, BMT tidak jauh dengan BPR

    Syariah, yakni menggunakan 4 prinsip (Rahmati Timorita Yulianti,

    professorwafa.multiply.multiplycontent.com, 2008: 08):

    1. Prinsip bagi hasil

    Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pengguna pinjaman

    dengan BMT. Akadnya terdiri dari:

    a. Al- Mudharabah

    b. Al- Musyarakah

    c. Al- Muzara’ah

  • 8

    d. Al- Musaqah

    2. Sistem jual beli

    Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam

    pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi

    kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT dan kemudian

    bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya

    dengan dimabah (mark-up). Keuntungan BMT nantinya akan dibagi

    kepada penyedia dana. Akadnya terdiri dari:

    a. Bai’ al-murabahah

    b. Bai’ as-salam

    c. Bai’ al-istishna

    d. Bai’ bitsaman ‘ajil

    3. Sistem non profit

    Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini

    merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah

    cukup mengembalikan pokok pinkamannya saja. Akad ini disebut

    dengan Al-Qordhul Hasan.

    4. Akad berserikat

    Akad berserikat adalah kerjasama antar dua pihak atau lebih dan

    masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk)

    dengan perjanjian pembagian keuntungan/ kerugian yang disepakati.

    Akadnya terdiri dari:

  • 9

    a. Al-musyarakah

    b. Al-mudharabah

    Dari definisi di atas maka dapat diketahui fungsi dan produk-produk

    dari BMT yang beragam.

    Sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah

    perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan dengan dana

    yang berhasil dihimpun oleh bank yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga

    (DPK) ditambah dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S, 2006:

    63). FDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank atau

    lembaga keuangan non bank lainnya yang berjangka waktu agak

    panjang. Tingkat FDR yang terlalu tinggi menunjukkan semakin buruk

    kondisi likuiditas, karena pemenpatan pada kredit/ pembiayaan juga

    dibiayai dari DPK yang sewaktu-waktu dapat ditarik kapanpun.

    (Veithzal Rvai, 2007: 720).

    Secara perhitungannya, FDR dapat diketahui dengan rumus berikut:

    FDR = Pembiayaan/ pinjaman yang diberikan X 100%

    DPK (Dana Pihak Ketiga)

    (Muhammad, 2005: 55)

    Selain itu, FDR juga berfungsi utnuk mengetahui tingkat

    kesehatan suatu lembaga keuangan bank ataupun non bank di dalam

    kemampuannya untuk menghimpun dan menyalurkan dananya atau

    dengan kata lain untuk menyatakan seberapa jauh kemampuan bank

  • 10

    dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan

    mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

    Rasio antara seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan

    dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tersebut, maka makin

    rendah likuiditas bank tersebut. (Ramdhan Firmansyah, Modul

    Perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, 2011: 8).

    BMT sebagai LKMS harus memerhatikan kesehatannya yang salah

    satunya adalah tingkat FDR nya. Dari tingkat FDR inilah, maka BMT akan

    mengetahui sejauh mana kesehatan BMT di dalam menghimpun dan menyalurkan

    dananya kepada anggota/ nasabahnya, apakah terdapat ketidakseimbangan atau

    sebaliknya. Maka melalui perhitungan dengan rumusan FDR, dapat diketahui

    tingkat kesehatan BMT dilihat dari FDR nya. Selain itu, di dalam perhitungan

    FDR itu juga harus diketahui hal-hal yang mendukung perhitungan dari FDR itu

    sendiri, seperti apa saja yang termasuk kepada DPK, pembiayaan, aktiva, dan

    pasiva. Maka sebelum melakukan perhitungan, perlu terlebih dahulu untuk

    diketahui bagian-bagian dari aktiva dan pasiva apa sajakah yang termasuk

    kedalam perhitungan FDR. (Veithzal Rvai, 2007: 724).

    Setelah mengetahui dari hasil perhitungan FDR yang juga melihat kepada

    total pembiayaan dan DPK, maka dapat diketahui tingkat kesehat dari BMT

    tersebut melalui hasil persentasi dari perhitungan FDR. Tingkat persentasi dari

    perhitungan FDR adalah:

  • 11

    (Modul perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, Ramdhan

    Firmansyah, 2011: 11).

    Setelah kita mengetahui tingkat kesehatan BMT dilihat dari sisi FDR,

    maka dapat dapat diketahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan terhadap

    BMT tersebut, apakah dengan meningkatkan DPK ataukah dengan meningkatkan

    pembiayaan.

    Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, maka dapat diambil hipotesis

    bahwa terdapat pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat kesehatan

    FDR (Financing to Deposit Ratio).

    E. Metode Penelitian

    1. Metode

    Metode menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah “cara sistematis dan

    terencana untuk melakukan segala aktifitas guna mencapai tujuan

    maksimal”(Amran, 2002:397). Oleh sebab itu, untuk menunjang pembahasan ini

    agar diperoleh data yang faktual dan akurat penulis melakukan penelitian

    berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

    Tingkat FDR Hasil Penilaian FDR

    94,75% - 98,50% - 102,25% TIDAK SEHAT

  • 12

    Penelitian ini menggunakan metode asosiatif hubungan kausal. Penelitian

    asosiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan yntuk mengetahui

    hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud dengan

    hubungan kausal adalah “hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi disini ada

    variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen

    (dipengaruhi)” (Sugiyono, 2010: 56). Pendekatannya dengan kuantitatif yang

    mendasarkan keputusan pada penilaian obyektif yang didasarkan pada model

    matematika yang dibuat dengan mengumpulkan data. Sumber data untuk

    pengujian model dapat berupa laporan-laporan BMT, seperti laporan keuangan

    dan dokumen BMT lainnya, hasil wawancara, dan hasil sampling statistik.

    Hubngan antar variabel pada asosiatif kausal adalah:

    X mempengaruhi Y

    2. Sumber Data

    Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi

    pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data yang

    digunakan oleh peneliti adalah sumber data sekunder.

    a. Data Primer (Primary Data)

    Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

    dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa : opini

    subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu

    X Y

  • 13

    benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Sumber data primer

    dalam penelitian ini adalah laporan keuangan mengenai pembiayaan murabahah

    BMT dan dana yang telah dihimpun dari DPK.

    b. Data Sekunder (Secondary Data)

    Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

    secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

    lain). Data sekunder dapat berupa bukti catatan, atau laporan histories yang telah

    tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

    dipublikasikan (Nur Indriyantoro, 2002:146-147). Sumber data dalam penelitian

    ini adalah laporan keuangan mengenai pembiayaan murabahah BMT dan dana

    yang telah dihimpun dari DPK di BMT Kabupaten Bandung Kecamatan

    Margahayu selama periode 2007-2010.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mengungkapkan data tentang pembiayaan murabahah Baitul Maal

    Wattamwil (BMT) dan tingkat kesehatannya, maka penelitian menggunakan

    teknik pengumpulan data sebagai berikut:

    1. Metode Dokumentasi.

    Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada

    benda-benda tertulis (Arikunto, 1998:149). Dalam penelitian ini metode

    dokumentasi dilakukan mengumpulkan data dari dokumen yang ada di Baitul

    Maal Wattamwil (BMT) Kabupaten Bandung Kecamatan Margahayu berupa data

    pembiayaan murabahah selama tahun 2007-2010 di BMT.

  • 14

    2. Metode Wawancara

    Metode wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

    dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak

    langsung kepada para pengurus di Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten

    Bandung Kecamatan Margahayu. Pelaksanaan wawancara secara langsung

    dengan pengurus tanpa perantara memungkinkan diberikannya penjelasan kepada

    mereka bila ada pertanyaan yang tidak dapat dimengerti.

    3. Riset Kepustakaan (Library Research)

    Yaitu upaya untuk memperoleh data yang dilakukan oleh penulis melalui buku-

    buku sebagai landasan teori dalam penelitian.

    4. Metode Internet Searching online

    Metode searching online adalah metode pencarian dan pengumpulan data

    melalui internet seperti wbsite, blog, artikel, jurnal dan lain sebagainya.

    a. Populasi Penelitian

    Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan

    subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1998:70) populasi

    penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan

    sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Populasi dalam

    penelitian ini adalah meliputi pembiayaan murabahah Baitul Maal Wattamwil

    (BMT).

    b. Sampel Penelitian

    Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau

    wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan

  • 15

    menggunakan laporan keuangan BMT berupa pembiayaan murabahah, pada

    periode 2007-2010. Dari pengambilan sampel ini, peneliti bermaksud untuk

    menggeneralisasikan hasil penelitian dengan mengangkat kesimpulan penelitian

    sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

    c. Metode Analisis Data

    1) Hipotesis

    Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:

    Ho : “Tidak ada pengaruh pembiayaan murabahah terhadap tingkat

    kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio) Baitul Maal Wa

    Tamwil (BMT) selama periode 2007-2010. (Analaisi BMT

    Nurul Falah Kabupaten Bandung)”.

    Ha : “Terdapat pengaruh positif antara pembiayaan murabahah

    terhadap tingkat kesehatan FDR (Financing to Deposit Ratio)

    Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) selama periode 2007-2010.

    (Analisis BMT Nurul Falah Kabupaten Bandung)”.

    2) Analisis Data

    Pada penelitian ini analisis data menggunakan dua metode, yaitu:

    a) Analisis Kuantitatif

    Pendekatan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah dengan

    menggunakan analisis kuantitatif, yaitu untuk menentukan tingkat pembiayaan

    dan FDR dengan menguji teori, membuat prediksi, memberikan gambaran secara

    stratistik untuk menunjukkan hubungan antara variabel dan mengukuhkan fakta.

  • 16

    b) Analisis Regresi Linier Sederhana

    Regresi sederhana, bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua

    variabel. Model Regresi sederhana adalah bxay ˆ , di mana, ŷ adalah variabel

    tak bebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi intersap (α), b

    adalah penduga bagi koefisien regresi (), dan α, adalah parameter yang nilainya

    tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.

    Data-data yang terkumpul akan diolah menggunakan teknik statistik regresi

    sederhana yang dijelaskan melalui rumusan berikut:

    Y = a + bX

    X = variabel bebas

    Y = Variabel terikat

    b = ko-efisien regresi

    a = nilai konstanta apabila nilai x = 0

    Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah:

    XbYN

    XbYa

    ..

    22..

    .

    XXN

    YXYXNb =

    ∑௫௬

    ∑ᵪ²

    Keterangan:

    iX = Rata-rata skor variabel X

    iY = Rata-rata skor variabel Y

  • 17

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah dalam mempelajari hasil penelitian ini, maka

    sistematika skripsi ini disusun menurut sistematika berikut:

    Bagian pendahuluan skripsi memuat tentang judul skripsi, persetujuan

    pembimbing, lembar pengesahan, dan persembahan.

    daftar isi, daftar tabel, daftar gambar.

    Bagian isi skripsi terdiri atas:

    Bab I : Pendahuluan berisi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

    Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

    Bab II : Landasan Teori berisi:

    1. Pembiayaan

    a. Definisi Pembiayaan

    b. Jenis-jenis pembiayaan

    c. Pembiayaan murabahah

    1) Definisi

    2) Macam-macam murabahah

    a) Murabahah dengan pesanan

    b) Murabah dengan cicilan (Murabahah

    taqsith)

    c) Murabahah Lump-Sum di akhir

    (murabahah mu’ajjal)

    d) Murabahah dibayar dengan tunai

    (Murabahah naqdan)

  • 18

    2. Penilaian tingkat kesehatan

    a. Penilaian tingkat kesehatan Bank/ BMT

    b. Pengertian tentang CAMEL

    c. Pengertian tentang likuiditas (Liquidity)

    d. FDR (Financing to De posit Ratio)

    e. DPK

    1) Pengertian DPK (Dana Pihak Ketiga)

    2) Macam-macam DPK (Dana Pihak Keitga)

    3. BMT (Baitul Maal Watamwil)

    a. Pengertian BMT

    b. Produk-produk pembiayaan BMT

    c. Mekanisme pemberian pembiayaan di BMT

    Bab III : Objek dan Metode Penelitian

    Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan

    Bab V : Kesimpulan dan saran

    Bagian akhir skripsi berisi: Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

  • 19

    BAB II

    KONSEP PEMBIAYAAN, MURABAHAH, TINGKAT KESEHATAN, DAN

    BMT (BAITUL MAAL WA TAMWIL)

    A. Pembiayaan

    1. Definisi Pembiayaan

    Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan

    yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.

    Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang

    dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan

    sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain (Muhammad, 2005: 16).

    Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak

    kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik

    dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

    pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

    Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia

    usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan

    bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro dan

    Kecil (UMK) (Muhammad, 2005: 17).

    Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan

    itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

    mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

  • 20

    setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil ( Zainul Arifin,

    2009: 234).

    Menurut M. Syafi’I Antonio, menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan

    salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi

    kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Sedangkan menurut UU No.

    10 tahun 1998 tentang Perbankan, menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip

    syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

    berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang

    mewajibkan pihak yang dibiayai, untuk mengembalikan uang atau tagihan

    tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. (Habib

    Nazir & Muhammad Hassanuddin, 2004: 457)

    Menurut undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,

    yang dimaksud dengan pembiayaan yaitu penyediaan dana adalah:

    a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan Musyarakah.

    b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

    ijarah muntahiya bittamlik.

    c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.

    d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

    e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

    Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok bank,

    yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-

    pihak yang merupakan deficit unit, yang menurut sifat penggunaannya,

    pembiayaan dapat dibagi dalam:

  • 21

    a. pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

    kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik

    usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

    b. pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi

    kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi

    kebutuhan (Habib Nazir & Muhammad Hassanuddin, 2004: 457).

    Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi:

    a. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

    (1) peningkatan produksi, baik secara kuantitif, yaitu jumlah hasil produksi,

    maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi;

    dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari

    suatu barang.

    b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang

    modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan

    itu. (Zainul Arifin , 2009: 234)

    2. Tujuan Pembiayaan

    Menurut Muhamad di dalam bukunya Manajemen Pembiayaan

    Bank Syariah (2005: 22), secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan

    menjadi dua kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro

    dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara mikro, pembiayaan

    bertujuan untuk:

    a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki

    tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha

  • 22

    menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan

    laba maksimal, maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

    b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu

    menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha mampu meminimalkan risiko

    yang mungkin akan timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh

    melalui tindakan pembiayaan.

    c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat

    dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan

    sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan

    sumber daya manusianya ada dan sumber daya modal tidak ada, maka

    dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada

    dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

    d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada

    pihak yang memiliki kelebihan, sementara ada pihak yang kekurangan.

    Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat

    menjadi jembatan dalam penyeimbangan dana dan penyaluran dana dari

    pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pemilik yang kekurangan

    (minus), dana. (Muhammad, 2005: 18)

    Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan

    kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam.

    Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha

    yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang

    kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-

  • 23

    jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

    (Muhamad Mujahidin, http://id.wordpress.com/tag/ekonomi-syariah/, 2010: 05)

    Sedangkan menurut Zainul Arifin di dalam bukunya Dasar-dasar

    Manajemen Bank Syariah (2009: 230), tujuan pembiayaan dibedakan menjadi

    beberapa kelompok, yaitu untuk:

    a. Untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai

    dengan nilai-nilai Islam.

    b. Untuk membiayai kebutuhan investasi maupun modal kerja nasabah, untuk

    pengadaan barang baik untuk sektor pertanian, perdagangan, maupun industri.

    c. Untuk membeli barang konsumsi, misalnya : rumah tinggal, mobil, motor,

    perabot rumah tangga, dan lain-lain.

    d. Untuk melayani nasabah yang melakukan impor barang dengan

    menggunakan Letter of Credit.

    3. Fungsi Pembiayaan

    Sesuai dengan tujuan pembiayaan yang telah disebutkan di atas, menurut

    Sinungan (1993: 53) pembiayaan secara umum memilki fungsi untuk:

    a. Meningkatkan daya guna uang.

    Para penabung menyimpan uangnya dalam bentuk giro, tabungan, dan

    deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh

    bank, guna suatu usaha peningkatan produktivitas.

    b. Meningkatkan daya guna barang

  • 24

    1) Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah

    menjadi bahan jadi, sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. Misalnya

    peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak

    kelapa/ goring, peningkatan utility dari padi menjadi beras, benang menjadi

    tekstil, dan sebagainya.

    2) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang

    dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih

    bermanfaat. Seluruh barang-barang yang dipindahkan/ dikirim dari

    suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa,

    pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. Pemindahan barang-

    barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para distributor

    saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan

    dari bank berupa pembiayaan.

    c. Meningkatkan peredaran uang

    Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha

    menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet

    giro, wesel, promes, dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal

    maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu

    semanagt usaha baru, sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik kualitatif

    apalagi secara kuantitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank selaku “money

    creator”. Penciptaan uang itu selain dengan cara subtitusi, penukaran uang kartal

    yang disimpan di giro dengan uang giral, maka ada exchange of claim, yaitu bank

    memberikan pembiayaan dalam bentuk uang giral. Disamping itu, dengan cara

  • 25

    transformasi yaitu bank membeli surat-surat berharga dan membayarnya dengan

    uang giral.

    d. Menimbulkan semangat berusaha

    Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi

    yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya (Munawar Iqbal, 1994: 23).

    Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi

    peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuannya

    yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena

    itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk

    memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan

    pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang digunakan

    untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya (Muhamad, 2005: 20).

    Ditinjau dari hukum permintaan dan penawaran maka terhadap segala macam

    dan ragamnya usaha, permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat

    telah memulai melakukan penawaran, timbullah kemudian efek kumulatif oleh

    semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan

    semangat yang meluas di kalangan masyarakat untuk sedemikian rupa

    meningkatkan produktivitas (Muhammad Hassanuddin, 2004: 34).

    e. Stabilitas ekonomi

    Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya

    diarahkan pada usaha-usaha untuk:

    (1) Pengendalian inflasi

  • 26

    (2) Peningkatan ekspor

    (3) Rehabilitasi prasarana

    (4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rakyat untuk menekan arus inflasi dan

    terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank

    memegang peranan yang penting.

    f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional (Habib Nazir,

    2000: 4)

    4. Jenis-jenis Pembiayaan

    Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut

    beberapa aspek, diantaranya:

    a. Pembiayaan menurut tujuan

    Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:

    (1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

    mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

    (2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

    melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. (Muhammad,

    2005: 22)

    b. Pembiayaan menurut jangka waktu

    Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi:

    (1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan

    waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.

    (2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan

    waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

  • 27

    (3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan

    waktu lebih dari 5 tahun.

    Jenis pembiayaan akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva

    tidak produktif, yaitu:

    a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan

    prinsip ini meliputi:

    (1) Pembiayaan mudharabah

    (2) Pembiayaan Musyarakah

    b) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan

    dengan prinsip ini meliputi:

    (1) Pembiayaan murabahah

    (2) Pembiayaan salam

    (3) Pembiayaan istishna

    c) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini

    diklasifikasikan menjadi pembiayaan:

    (1) Pembiayaan ijarah

    (2) Pembiayaan ijarah muntahia bitamlik/ wa itqan. (Muhammad, 2005: 23)

    5. Pembiayaan Murabahah

    a. Definisi Murabahah

    Secara leksikal, kata murâbahaħ berasal dari kata al-ribh (˸Α˷˶ήѧѧѧѧѧϟ)

    atau al-rabh (˵˴Α˷˴ήѧѧѧѧϟ) (A.W.Munawwir, 2002: 463) yang memiliki arti

    kelebihan atau pertambahan dalam perdagangan (ήΠ˸˰ѧѧѧ˷˴Θϟ�ϲ˰ѧѧѧϓ�˯ΎѧѧѧϤ˷˴Ϩϟ). Dengan

  • 28

    kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan

    (Muhammad bin Mukram bin Manzhur, Beirut: Dar Shadir, th., Juz 2, h.

    442). Al-Khaththabiy (Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abd al-Qadir al-

    Raziy, Beirut: Maktabah Libanan Nasyirun, 1995, Juz 1, h. 97)

    menyebutkan dua variasi lain kata tersebut dengan makna yang sama,

    yaitu al-ribâh (الرِّباح) dan al-ribâhaħ .(الرِّباحة)

    Di dalam al-Qur’an kata ribh dengan makna keuntungan dapat

    ditermua pada surat al-Baqaraħ [2] ayat 16 berikut:

    ϭ˸ѧѧѧѧ˶ΌϟϚ˴ѧѧѧѧ͉ϟά˸˶ϳ˴Ϧѧѧѧѧ˸ηΘ˴˴ή˱ϭѧѧѧѧ͉π ϟϠ˴˴ϟΎ˴Δ˶Α˸ϟΎѧѧѧѧ˵ϬΪ˴ϯ˴ϓѧѧѧѧ˴ϤΎέ˶˴Αѧѧѧѧ˴ΤΖ˶˸Ηѧѧѧѧ˴Πέ˴ΎΗ˵˵Ϭ˸Ϣϭ˴ѧѧѧѧ˴ϣΎ

    نْیِدَتْھُموااُنَك

    ”Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka

    tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat

    petunjuk”. (Depag, 2005: 3)

    Menurut tafsir al-Maraghi jilid 1 halaman 90, pengertian surat al-baqarah ayat 16 adalah:“Mereka benar-benar telah membenci petunjuk dan jalan lurus, bahkanmereka lebih suka bergelimang dalam kesesatan yang dibeli dengan hargaberapapun juga. Namun pada kenyataannya, perdagangan mereka initidaklah membawa keberntungan. Sebab modal fitrah yang dibawa sejaklahir hilang dan dirusak oleh diri mereka sendiri. Selain itu, naluri yangbisa menerima kebaikan dan kebenaran serta kesempurnaan telah hilangdari jiwa mereka. Kini mereka mengalami kebangkrutan akhlak danmoral. Pada dasarnya, orang-orang yang berkelakuan demikian itu tidakmengetahui masalah ‘perdagangan’. Sebab, jika seorang pedagangmengalami kebangkrutan, ia akan bisa bangkit kembali selama masihmempunyai modal. Tetapi jika modal itu sendiri telah habis dari tanganlantaran kerugian yang diderita, mustahil ia akan bangkit kembali didalam mencari keuntungan”.

  • 29

    Dalam khazanah al-Qur’an, yang tentu saja tidak berbicara dalam

    konteks hubungan material murni, kata ribh juga sering dipersandingkan

    maknanya dengan kata al-fadhl .(الفضل)

    Hal itu misalnya terlihat dalam firman Allah surat Âli-'Imrân [3]

    ayat 174 berikut:

    ѧѧѧ˴ϓϧ˸Ύ˴Ϙ˴Ϡ˵Β˸Ϯ˶Α˶Ϩ˸όѧѧѧ˴ϤΔ˳ѧѧѧ͋ϣϦ˴اِهللاϭ˴˴ϓѧѧѧ˸πϞ˳ѧѧѧ͉ϟϢ˴˸ϳ˸Ϥ˴δѧѧѧ˸δϬ˸˵Ϣѧѧѧ˵γϮ˯˲˸ϭ͉˴Η˴Βѧѧѧ˵όϮ˸έ˶ѧѧѧ˸οϮ˴ϥ˴

    َعِظْیٍمٍلْضَفْوُذاُهللاَواِهللا

    ”Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari

    Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti

    keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (Depag,

    2005: 73)

    Pengertian surat Ali-‘imran ayat 174 menurut Ibnu Katsir jilid 4 adalah:

    “Ayat ini menerangkan tentang hikmah kepasrahan mereka kepada

    Allah. Mereka dapatkembali ke Madinah dalam keadaan selamat,

    mendapatkan kenikmatan dan karunia yang tiada taranya. Tanpa luka-

    luka sedikit pun karena musuh sudah menyerah sebelum perang terjadi.

    Bahkan mereka bisa sekalian berdagang dan mendapatkan

    untung. Dengan demikian, Allah menegaskan bahwa mereka yang ikut

    bersama Rasulullah saw untuk perang melawan Abu Sufyan dan bala

    tentaranya adalah orang-orang yang benar-benar mengikuti apa yang

    diperintahkan oleh Rasulullah. Mereka benar-benar setia dan selalu

    mentaati beliau. Orang-orang seperti ini tak akan pernah rugi. Mereka

    mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkan oleh orang-orang

    yang tidak ikut bersama Rasul untuk memerangi Abu Sufyan. Terlebih

    lagi, ternyata mereka tidak jadi perang, tidak ada yang luka, pulang dalam

    keadaan selamat dan dapat keuntungan dari perdagangan di pasar tahunan

    Badr Shughra. Ini adalah kenikmatan yang tiada taranya. Apalagi pujian

    Allah kepada mereka itu akan terus dikenang dan dibaca sampai hari

    kiamat. Ϟ˳ѧѧѧѧ˸π ϓ˴˴ϭ�˶Ϫѧѧѧѧ͉Ϡϟ�˴Ϧѧѧѧѧ˶ϣ sejatinya, kemuliaan dan ketinggian derajat itu

    hanya dari Allah saja. Jangan sampai salah paham. Kemuliaan yang

  • 30

    dimiliki oleh mukminin dan kafirin itu berbeda. Kalaupun di dunia ini

    kelihatannya enak tapi keadaan itu akan terus berlanjut. Sering kita ini

    tertipu oleh realita yang ada. Sering merasa Allah tidak adil memberi rizki

    pada kita. Kita merasa telah rajin ibadah tapi tidak lebih kaya dari orang

    kafir. Kita perlu tahu, bahwa dalam Islam itu ada sebuah konsep yang

    bernama istidraj. Artinya adalah luluan. Mereka dibiarkan semakin

    menikmati dunia ini. Merasa dengan kenikmatan yang mereka dapatkan

    karena mereka telah menjalankan kebenaran. Maka, bila telah tahu semua

    ini, pantaskah kita su`uzhan pada Allah yang mungkin belum memberi

    kita kekayaan sebanyak orang kafir? Pantaskah kita minder dan merasa

    mereka lebih mendapatkan kenikmatan? Bila iman masih ada dalam hati,

    tentu jawabannya adalah tidak. ѧѧѧ˸ο έ˶�Ϯѧѧѧ˵ό˴Β͉Η˴ϭϪ˶ѧѧѧ͉Ϡϟ�˴ϥ˴Ϯ mereka telah mengikuti

    keridhaan Allah. Wujudnya adalah dengan mengikuti perintah Rasul.

    Oleh karena itu, ayat ini ditutup dengan ��˳Ϣϴѧѧѧ˶ψ˴ϋ�˳Ϟѧѧѧ˸π ϓ˴�ϭ˵Ϋ�˵Ϫѧѧѧ͉Ϡϟ˴ϭ.Ini adalah

    bentuk penghargaan Allah terhadap orang mukmin yang setia kepada

    Rasul. Hal ini juga mengakibatkan kekecewaan orang yang tidak ikut

    perang uhud. Karena tentu mereka tak dapat keutamaan yang diberikan

    kepada yang ikut perang.”.

    Selain kata al-fadhl, kata al-ribh juga memiliki sinonim lain,

    yaitu al-ghunm (Ϣ˸Ϩѧѧѧѧ˵ϐϟ) yang menjadi akar dari kata al-ghanîmaħ (ΔѧѧѧѧϤϴϨϐϟ)

    (Abdullah bin Muslim bin Qutaybah al-Daynuriy Abu Muhammad, 1397

    H, Juz 1, h. 229). Kata al-ghunm ini sendiri memang digunakan

    Rasulullah SAW dengan makna keuntungan pada hadis yang menejadi

    salah satu dasar rahn, yang berbunyi sebagai berikut:

    ���Ϧϫήѧѧѧϟ�Ϧϫήѧѧѧϟ�ϖѧѧѧϠϐϳ�ϻ�ϝΎѧѧѧϗ�ϢϠѧѧѧγϭ�ϪѧѧѧϴϠϋ�Ϳ�ϰϠѧѧѧλ �Ϳ�ϝϮѧѧѧγέ�ϥ�ΐ ϴѧѧѧδϤϟ�ϦѧѧѧΑ�Ϊϴόѧѧѧγ�Ϧѧѧѧϋ

    ���������ϢϛΎѧѧѧΤϟϭ�ϲϨτϗέΪѧѧѧϟϭ�ϲѧѧѧϘϬϴΒϟ�ϩϭέ��ϪѧѧѧϣήϏ�ϪѧѧѧϴϠϋϭ�ϪѧѧѧϤϨϏ�Ϫѧѧѧϟ�ϪѧѧѧϨϫέ�ϱάѧѧѧϟ�ϪΒΣΎѧѧѧλ �Ϧѧѧѧϣ

    والشافعي)

    Dari Sa’id bin al-Musayyab, Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

    “Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang

    telah mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya dan

  • 31

    wajib menanggung kerugian (penyusutan)-nya.” (HR. Al-Bayhaqiy, al-

    Dâruquthniy, al-Hâkim, dan al-Syâfi’iy). (Muhammad bin Idris Abu

    ‘Abdillah al-Syâfi’iy,Musnad al-Syâfi’iy, Juz 1, h. 148)

    Dalam konteks mu’amalah, kata murâbahaħ seperti disebutkan al-Jurjaniy

    ('Ali bin Muhamamd bin 'Ali al-Jurjaniy, al-Ta'rifat, 1405H, h. 266) dan al-

    Munawiy (Muhammad 'Abd al-Ra`uf al-Munawiy, al-Tawfiq 'Ala Muhimmat al-

    Ta'arif, 1410 H., h. 647), biasanya diartikan sebagai jual beli yang dilakukan

    dengan menambah harga awal .(البیع بزیادة على الثمن األول) (Qasim bin 'Abdillah bin

    Amir 'Ali al-Qawnuniy, Anis al-Fuqaha`, 1406 H., h. 214)

    Secara istilah, pada dasarnya terdapat kesepakatan ulama dalam

    substansi pengertian murâbahaħ. Hanya saja terdapat beberapa variasi

    bahasa yang mereka gunakan dalam mengungkapkan definisi tersebut.

    Secara umum, variasi pengertian tersebut dapat disebutkan di sini.

    Menurut ulama Hanafiyyaħ, yang dimaksud dengan murâbahaħ tersebut

    adalah:

    نقل ما ملكھ بالعقد األول بالثمن األول مع زیادة ربح

    “Mengalihhkan kepemilikan sesuatu yang dimiliki melalui akad pertama

    dengan harga pertama disertai tambahan sebagai keuntungan”

    (Muhammad bin 'Abd al-Wahid al-Siwasiy, Juz 6, h. 494)

    Ulama Mâlikiyyaħ mengemukakan rumusan definisi sebagai

    berikut:

    بیع السلعة بالثمن الذي اشتراھا بھ وزیادة ربح معلوم لھما

  • 32

    “Jual beli barang dagangan sebesar harga pembelian disertai dengan

    tambahan sebagai keuntungan yang sama diketahui kedua pihak yang

    berakad”. (Saydiy Ahmad al-Dardir Abu al-Barakat, al-Syarh al-Kabir,

    Juz 3, h. 159)

    Dalam pandangan ulama Mâlikiyyaħ, seperti disebutkan al-

    ‘Abdariy (Muhammad bin Yusuf bin Abi al-Qasim al-‘Abdariy Abu

    ‘Abdillah, al-Taj wa al-Iklil, 1398 H., Juz 4, h. 489), jual beli

    murâbahaħ juga terbagi dua, yaitu: Pertama, jual beli dengan tambahan

    (keuntungan) yang jelas terhadap modal awal. Misalnya, keuntungan satu

    dirham terhadap satu dirham modal awal dan tambahan satu dirham

    terhadap sepuluh dirham modal awal dan selanjutnya, bisa lebih banyak

    atau kurang, sesuai dengan kesepakatan. Kedua, jual beli dengan

    tambahan keuntungan yang disebutkan dan disepakati terhadap

    keseluruhan harga awal.

    Sementara itu, ulama Syâfi’iyyaħ mendefinisikan murâbahaħ itu

    dengan:

    أو ما قام علیھ بھ مع ربح موزع على أجزائھالثمنبیع بمثل

    ”Jual beli dengan seumpama harga (awal), atau yang senilai dengannya,

    disertai dengan keuntungan yang didasarkan pada tiap bagiannya”.

    (‘Abd al-Hamid al-Syarwaniy, Hawasyiy al-Syarwaniy, Juz 4, h. 424)

    Sedang menurut ulama Hanâbilaħ, yang

    dimaksud murâbahaħ adalah:

    البیع برأس المال وربح معلوم

  • 33

    “Jual beli dengan harga modal ditambah keuntungan yang diketahui”.

    ('Abdullah bin Ahmad bin Qudamah, al-Mughniy, Juz 4, h. 129)

    Dari empat rumusan definisi di atas, dapat dipahami bahwa pada

    dasarnya murâbahaħ tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan

    pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan

    memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Dalam hal ini yang

    menjadi unsur utama jual beli murâbahaħ itu adalah adanya kesepakatan

    terhadap keuntungan. Keuntungan itu ditetapkan dan disepakati dengan

    memperhatikan modal si penjual. Dalam hal ini, keterbukaan dan

    kejujuran menjadi syarat utama terjadinya murâbahaħ yang

    sesungguhnya.

    Dalam al-murabahah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli

    dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (M.Syafi`i

    Antonio, 2000: 90).

    Dari segi variasi keuntungan terhadap modal awal, para ulama

    membedakan jual beli menjadi jual beli al-tawliyyaħ, jual beli al-

    isytirak atau syirkaħ, jual beli murâbahaħ, dan jual beli al-

    wadhî’aħ atau al-muwâdha'aħ ( ‘Abd al-Salam bin ‘Abdillah bin Abi al-

    Qasim bin Taymiyyah al-Haraniy, al-Muharrar fi al-Fiqh, 1404 H), Juz

    1, h. 330). Yang dimaksud dengan jual beli al-tawliyyaħ adalah

    pertukaran dengan harga awal disertai tambahan. Pada dasarnya jual

    beli al-tawliyyaħ hampir sama dengan jual beli murâbahaħ (Ibn

    Hummam, Juz 6, h. 495). Jual beli al-isytirak adalah jual

  • 34

    beli tawliyyaħ terhadap sebagian objek dengan setengah harga. Sedang

    jual beli al-wadhî’aħ (jual rugi) adalah penjualan objek jual beli dengan

    pengurangan terhadap harga awal. ('Ala` al-Din al-Kasaniy, ), Bada'i` al-

    Shana'i`, 1982, Juz 5, h. 135)

    Dasar hukum al-murabahah dalam Islam, jual beli hukumnya adalah jaiz

    (boleh) berdasarkan dalil al-quran yaitu:

    a. Q.S An-nisa [4] : 29

    اٍض َیا َأُیَھا الَِّذْیَن آَمُنْوا َال َتْأُكُلْوا َأْمَواَلْكْم َبْیَنُكْم ِباْلَباِطِل ِإلَّا َأْن َتُكْوَن ِتَجاَرًة َعْن َتَر

    امِّْنُكْم َوَلا َتْقُتُلْوا َأْنُفَسُكْم ِإنَّ اَهللا َكاَن ِبُكْم َرِحْیَم

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

    sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

    berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

    dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Depag,

    2005:122)

    Pengertian surat an-nisa ayat 29 menurut tafsir al-Jalalayn adalah:

    ].29َأْمَواَلُكْم َبْیَنُكْم ِبٱْلَباِطِل} [آیة َو َجلَّ: {َیا َأیَُّھا ٱلَِّذیَن آَمُنوْا َال َتْأُكُلوْۤا وقوُلھ َعّز

    أي ال َیِحلُّ لكم إالَّ على ما َتَقدََّم، من ِھَبٍة، أو َمْھٍر، أو َصَدَقٍة، أو َبْیٍع، أو شراٍء،

    .وما أشبھ لك

  • 35

    ].29عز و جل: {َوَال َتْقُتُلوْۤا َأْنُفَسُكْم ِإنَّ ٱللََّھ َكاَن ِبُكْم َرِحیمًا} [آیة وقولھ

    .ال َعَطاٌء: أي ال یقُتْل بعُضُكم بعضًاق

    .وذلك معروٌف في اللغِة، ألنَّ الُمؤِمَن ِمَن الُمؤِمِن ِبَمْنِزَلِة َنْفِسِھ

    .َوَقَرَأ الَحَسُن: {َوَال َتْقُتُلوْۤا َأْنُفَسُكْم} على التكثیر

    Dan Allah ‘Azza wajalla bersabda: { Hai orang-orang yang beriman,

    janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil}

    [ayat 29].

    Yaitu tidak dihalalkan bagi kamu kecuali atas apa-apa yang terdahulu,

    dari hadiah, mas kawin, shadaqah, jual beli, dan apa yang kamu suka.

    Dan bersabda Allah ‘Azza wajalla: {Dan janganlah kamu membunuh

    dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu} [ayat

    29].

    Dan ‘Atha berkata: yaitu janganlah saling membunuh sebgaian kamu

    dengan sebagian yang lainnya.

    Yang demikian itu dimengerti secara bahasa, karena sesungguhnya

    mukmin yang satu dengan mukmin yang lainnya seperti dirinya sendiri.

    Dan Hasan membaca :{َوَال َتْقُتُلوْۤا َأْنُفَسُكْم} atas kebanyakan.

    b. Q.S Al-baqarah [2] : 275

    “......َوَأحََّل اُهللا اْلَبْیَع َوَحرََّم الرَِّبا“

  • 36

    “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....”

    (Depag, 2005:47)

    Menurut tafsir la-Maraghi pada halaman 110, diterangkan yang dimaksud dengan

    “ ......َوَأحََّل اُهللا اْلَبْیَع َوَحرََّم الرَِّبا “ adalah:

    a) Dibolehkannya semua praktek jual beli yang tidak ada larangan syar`i

    di dalamnya. Jual beli sendiri memiliki arti memiliki harta dengan

    harta melalui ijab qabul dengan keridhaan keduanya.

    b) Diharamkannya riba dan dimaklumatkan perang dari Allah dan Rasul-

    Nya.

    C. Hadits Riwayat Ibnu Majah

    َقاَل َرُسوُل اللَِّھ َصلَّى اللَُّھ َعَلْیِھ َوَسلََّم َثَلاٌث ِفیِھنَّ اْلَبَرَكُة َصاِلِح ْبِن ُصَھْیٍب َعْن َأِبیِھ َقاَلَعْن

    اْلَبْیُع ِإَلى َأَجٍل َواْلُمَقاَرَضُة َوَأْخَلاُط اْلُبرِّ ِبالشَِّعیِر ِلْلَبْیِت َلا ِلْلَبْیِع

    Dari Suhaib al-Rumi r.a, bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Tiga halyang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh,muqaradhan (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepunguntuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah) (IbnuMajah, kitab perdagangan, bab persekutuan bagi hasil, 2009 : 2280).

    Dalam literatur fikih klasik, murâbahaħ atau bay' al-

    mu'ajjal mengacu pada suatu penjualan yang pembayarannya

    ditangguhkan. Justru elemen pokok yang membedakannya dengan

    penjualan normal lainnya adalah penangguhan pembayaran itu.

    Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang disepakati, baik

  • 37

    secara tunai maupun secara angsuran (M. Umer Chapra, 2000: 120). Oleh

    karena itu, keberadaan murâbahaħ juga didasarkan pada hadis yang

    menegaskan bahwa murabâhaħ termasuk dalam ketegori perbuatan

    dianjurkan (diberkati).

    ����������˷˴Ϧ˶Ϭϴѧѧ˶ϓ�˲Ι Ύѧѧ˴Ϡ˴Λ�˴Ϣ˷˴Ϡѧѧ˴γϭ˴�˶Ϫѧѧ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ�Ϫѧѧ˷˴Ϡϟ�ϰ˷˴Ϡѧѧ˴λ �˶Ϫѧѧ˷˴Ϡϟ�˵ϝϮѧѧ˵γέ˴�˴ϝΎѧѧ˴ϗ�˴ϝΎѧѧ˴ϗ�˶Ϫѧѧϴ˶Α˴�˸Ϧѧѧ˴ϋ�˳ΐ ϴ˸˴Ϭѧѧ˵λ �˶Ϧѧѧ˸Α�˶˶ϟΎѧѧ˴λ �˸Ϧѧѧ˴ϋ

    �����˵ρΎѧѧѧ˴Ϡ˸Χ˴˴ϭ�˵Δѧѧѧ˴ο έ˴Ύ˴Ϙ˵Ϥ˸ϟ˴ϭ�˳Ϟѧѧѧ˴Ο˴�ϰѧѧѧ˴ϟ˶·�˵ϊ ѧѧѧ˸ϴ˴Β˸ϟ�˵Δѧѧѧ˴ϛ˴ήΒ˴˸ϟ�������ϦѧѧѧΑ�ϩϭέ��˶ϊ ѧѧѧ˸ϴ˴Β˸Ϡ˶ϟ�Ύѧѧѧ˴ϟ�˶Ζѧѧѧ˸ϴ˴Β˸Ϡ˶ϟ�˶ήϴ˶όѧѧѧ˷˴θϟΎ˶Α�˷˶ήѧѧѧ˵Β˸ϟ

    ماجة)

    "Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata: "Rasulullah SAW

    bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli

    secara tangguh, muqâradhaħ (mudhârabaħ) dan mencampur gandum

    dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual". (HR. Ibn

    Mâjaħ). (Muhamamd bin Yazid Abu 'Abdillah al-Qazwaniy, Sunan Ibn

    Mâjaħ, Juz 2, h. 768)

    Walau tetap saja ada sahabat yang membolehkan jual beli seperti

    ini, seperti Ibn Mas’ud, (Ibrahim bin 'Ali bin Yusuf al-Fayruz Abadi al-

    Syiraziy, Juz 1, h. 288) Ibn Sirin, Qadhi Surayh dan Ibrahim (al-

    Nakha’iy),(‘Abd al-Razzaq, Juz 8, h. 233) Sa’id bin al-Musayyab, al-

    Tsawriy, al-Syafi’iy, ulama Ahl Ra`y, dan Ibn al-Mundzir. Menurut

    mereka, kebolehan murâbahaħ itu justru didasarkan pada kejelasan modal

    dan keuntungan.( Ibn Qudamah, Juz 4, h. 130)

    b. Rukun dan Syarat Murâbahaħ

    Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan

    syarat yang jual belimurâbahaħ juga sama dengan rukun dan syarat jual

  • 38

    beli secara umum. Menurut ulama Hanafiyah rukunnya hanya satu, yaitu

    îjâb dan qabûl (Abdurrahman al-Jaziriy, al-Fiqħ 'Ala Madzâħib al-

    Arba'aħ, Juz 2, h. 117). Sedang Menurut jumhur, rukun jual beli ada

    enam, yaitu: pelaku 'aqad (penjual dan pembeli), shîghaħ (lafal îjâb dan

    qabûl), dan objek akad (barang dan nilai tukar pengganti barang)

    (Abdurrahman al-Jaziriy, al-Fiqħ 'Ala Madzâħib al-Arba'aħ, Juz 2, h.

    117). Walau demikian, karena memang ada perbedaan khusus dengan jual

    beli biasa, maka juga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam

    jual beli murâbahaħ tersebut, sebagai berikut:

    1. Modal awal (ϝΎѧѧѧϤϟ�α έ) diketahui oleh pembeli kedua. Hal ini adalah

    logis, karena harga yang akan dibayar pembeli kedua didasarkan pada

    modal si pembeli awal. Keuntungan yang harus dibayarkanpun baru bisa

    ditetapkan setelah modal awal diketahui. Pengetahuan terhadap modal

    awal ini sendiri menjadi syarat yang menentukan sah atau tidaknya jual

    beli murâbahaħ. Kalau si pembeli kedua tidak mengetahui harga awal,

    maka jual beli itu menjadi fasid, dan baru menjadi sah kalau diberi tahu

    sebelum mereka berpisah dari majlis akad. Kalau tetap tidak diberi tahu,

    maka si pembeli kedua berhak khiyâr untuk melanjutkan dan

    membatalkan jual beli. (Al-Kasaniy, Juz 5, h. 220)

    2. Keuntungan jual beli pun harus sama-sama diketahui secara transparan,

    karena keuntungan itu merupakan bagian dari modal pembeli kedua yang

    harus diserahkannya kepada pembeli pertama. Pengetahuan tentang

  • 39

    keuntungan ini juga menjadi syarat sah jual beli murâbahaħ (Al-Kasaniy,

    Juz 5, h. 221).

    3. Modal awal termasuk jenis yang dapat ditimbang atau ditakar (�ϝΎѧѧѧϤϟ

    �ϲѧѧϠΜϤϟ); bukan harta atau benda yang bersifat al-qimiy (ϲѧѧѧϤϴϘϟ�ϝΎѧѧѧϤϟ) (Yahya

    bin Syaraf bin Mura al-Nawawiy Abu Zakariya, Tahrir Alfazh al-Tanbih,

    1408 H, h. 193). Persyaratan ini bisa dikatakan sebagai syarat yang

    berlaku khusus bagi jual beli murâbahaħ dan tawliyyah; tidak pada jual

    beli lain. (Al-Kasaniy, Juz 5, h. 221)

    4. Modal awal tidak termasuk salah satu dari jenis benda riba, karena pada

    benda-benda riba harus dipertukarkan (kalau sejenis) dengan ukuran yang

    sama. Dalam hal ini, kalau tetap dilakukan murâbahaħ, maka

    penambahan itu akan menjadi riba. Akan tetapi persyaratan ini tidak

    dibutuhkan pada jual beli al-tawliyyah(Al-Kasaniy, Juz 5, h. 221). Dalam

    hal ini, pengambilan keuntungan (perbedaan modal dengan harga jual)

    pada jual beli, termasuk murâbahaħ, didasarkan pada hadis berikut:

    �ϝΎѧѧѧѧϗ�ΖϣΎѧѧѧѧμ ϟ�ϦѧѧѧѧΑ�ΓΩΎѧѧѧѧΒϋ�Ϧѧѧѧѧϋ�ΐ ϫάѧѧѧѧϟΎΑ�ΐ ϫάѧѧѧѧϟ�ϢϠѧѧѧѧγϭ�ϪѧѧѧѧϴϠϋ�Ϳ�ϰϠѧѧѧѧλ �Ϳ�ϝϮѧѧѧѧγέ�ϝΎѧѧѧѧϗ

    ������������ϞѧѧΜϤΑ�ϼΜѧѧϣ�ϠϤϟΎѧѧΑ�ѧѧϠϤϟϭ�ήϤΘϟΎѧѧΑ�ήѧѧϤΘϟϭ�ήϴόѧѧθϟΎΑ�ήϴόѧѧθϟϭ�ήΒϟΎѧѧΑ�ήѧѧΒϟϭ�Δѧѧπ ϔϟΎΑ�Δѧѧπ ϔϟϭ

    ��������ΪѧѧѧϴΑ�Ϊѧѧѧϳ�ϥΎѧѧѧϛ�Ϋ·�ϢΘΌѧѧѧη�ϒѧѧѧϴϛ�ϮѧѧѧόϴΒϓ�ϑΎϨѧѧѧλ Ϸ�ϩάѧѧѧϫ�ΖѧѧѧϔϠΘΧ�ΫΈѧѧѧϓ�ΪѧѧѧϴΑ�Ϊѧѧѧϳ�˯ϮѧѧѧδΑ�˯Ϯѧѧѧγ

    (رواه مسلم وابن حبان والدارقطني)

    Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW:‘Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,anggur dengan anggur, kurma dengan kurma, garam dengan garam(pertukarkanlah) dengan yang sejenis, seukuran dan tunai. Kalauberbeda dari kelompok ini, maka juallah sesuai yang kamu inginkan,kalau secara tunai”. (HR. Muslim, Ibn Hibban dan al-Daruquthniy)

  • 40

    (Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husayn al-Qusyayriy al-Naysaburiy, ShahihMuslim, 1993: 393)

    5. Akad jual beli yang pertama dilakukan secara sah. Termasuk dalam hal

    ini, tidak sah melakukan murâbahaħ terhadap benda yang akad awalnya

    fasid. (Al-Kasaniy, Juz 5, h. 222)

    Pengkhianatan pada jual beli murâbahaħ bisa terjadi pada dua hal

    dan kalau ketahuan juga akan menimbulkan dampak hukum yang cukup

    serius: Pertama, kalau pengkhianatan itu terjadi pada jumlah harga.

    Misalnya, seseorang membeli sesuatu dengan cara murâbahaħkepada

    seseorang, kemudian juga menjualnya dengan harga paling awal. Dalam

    jual beli yang terakhir ini, ia tidak menjelaskan bahwa ia membeli dengan

    cara murâbahaħ. Kemudian si pembeli akhir mengetahui, maka secara

    ijma’ pembeli akhir ini berhak khiyâr (melanjutkan atau membatalkan

    jual beli). Kedua, kalau yang terjadi itu adalah kebohongan dalam

    penyebutan harga awal, menurut Imam Abu Hanîfaħ, si pembeli berhak

    khiyâr, kalau ia mengetahuinya. Sedang menurut Imam Abu

    Yusuf, ia tidak berhak khiyâr, hanya saja pembayaran harganya dikurangi

    sebesar kebohongan si penjual. Akan tetapi, kalau benda yang dibeli telah

    rusak atau hilang, maka ia tidak mempunyai hak khiyâr sama sekali.

    c. Macam-macam Murabahah

    Pembiayaan terdiri dari beberapa macam, diantaranya:

    a) Murabahah dengan pesanan

    Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.

    Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian

  • 41

    barang setelah ada pemesanan dari nasabah dan dapat bersifat mengikat

    atau tidak mebgikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya

    (dapat diminta uang muka pembelian kepada nasabah). (Adiwarman A.

    Karim, 2008: 115).

    Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta

    pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-kabul.

    Hal ini sekadar untuk mrnunjukkan bukti keseriusan si pembeli. Bila

    kemudian si penjual telah membeli dan memasang berbagai

    perlengkapan di mobil pesanannya, sedangkan si pembeli

    membatalkannya, hamish ghadiya ini dapat digunakan untuk menutup

    kerugian di dealer mobil. Bila jumlah hamish ghadiyah-nya lebih kecil

    dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si penjual,

    penjual dapat meminta kekurangannya. Sebaliknya, bila berlebih, si

    pembeli berhak atas kelenihan itu. (AAOIFI, 2000)

    b) Tunai (murabahah naqdan) atau Cicilan

    Pmebayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

    Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga

    barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah mu’ajjal

    dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan

    pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran

    maupun dalam bemtuk lump sum/ murabahah mu’ajjal (sekaligus).

    (Adiwarman A. Karim, 2008: 115)

  • 42

    B. Penilain Tingkat Kesehatan

    1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank/ BMT dan PengertianCAMELS

    Penilaian kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank bersifat

    dinamis, sehingga penilaian kesehatan lembaga keuangan non bank senantiasa

    disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi keuangan non bank yang

    sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yang akan datang. Bank Indonesia

    dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank atau lembaga keuangan non bank

    pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang

    berpengaruh terhadap kondisi sauatu bank. Metode atau cara penilaian tingkat

    kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS (untuk saat

    ini yang diberlakukan di Indonesia) (Andria, 2007: 705). CAMELS merupakan

    aspek yang banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan, yang mempengaruhi

    pula kesehatan bank. Setelah dilakukan pengukuran dengan cara CAMELS,

    dilanjutkan dengan penilaian tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan

    khusus. Metode CAMELS berisikan langkah-langkah yang dinilai dengan

    menghitung besarnnya masing-masing rasio pada komponen-komponen . Metode

    CAMELS mencakup komponen-komponen sebagai berikut:

    1. C = Capital : untuk rasio kecukupan modal

    2. A = Asset : untuk rasio kualitatif aktiva produktif atau

    assets

    3. M = Manajemen : untuk menilai kualitas manajemen

    4. E = Earning : untuk rasio rentabilitas bank

  • 43

    5. L = Liquidity :untuk rasio likuiditas bank

    6. S = Sensitivity to Market Risk : untuk sensitivitas terhadap risiko pasar

    2. Pengertian tentang Tentang Likuiditas (Liqudity)

    Likuiditas adalah kemudahan atau kemampuan untuk mengubah non

    liquid assets menjadi liquid aset, biasanya dalam bentuk tunai (cash)

    dengan tanpa atau sedikit sekali berkurangnya nilai aset tersebut. Kuat

    atau lemahnya kemampuan likuiditas aset tergantung kepada dua faktor

    utama yaitu kandungan daya cair aset itu sendiri (self contain liquidity)

    dan daya jual aset tersebut (markeability). Daya cair aset (self liquiditing)

    ditentukan oleh syarat-syarat penjualan aset tersebut, baik jangka waktu

    maupun cara pembayarannya. Sedangkan marketability dari aset bukan

    saja terletak pada kemampuan pengalihan aset tersebut kepada pihak lain

    secara final atau permanen, tetapi juga terletak pada keberhasilan

    penawaran kepada pihak lain untuk ikut berpartisipasi mendanai aset

    tersebut. Faktor yang disebut pertama berkaitan dengan salah satu teori

    likuiditas perbankan yang dikatakan sebagai commercia loan theory dan

    yang disebut terakhir banyak dibahas dalam apa yang dikatakan sebagai

    shiftability theory. (Veithzal Rvai, 2007: 715)

    3. FDR (Financing to Deposit Ratio)

    Seperti yang kita ketahui rasio likuiditas adalah rasio untuk

    mengukur kemampuan bank atau lembaga keuangan non bank dalam

    memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memenuhi permohonan

    kredit atau pembiayaan dengan cepat. Sedangkan Financing to Deposit

  • 44

    Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan antara total pembiayaan

    yang diberikan dengan dana yang berhasil dihimpun oleh bank yang

    terdiri dari DPK ditambah dengan ekuitas (Lisa Narulia & Suryadi H.S,

    2006:63). FDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank atau non

    bank yang berjangka waktu agak panjang. Tingkat FDR yang terlalu

    tinggi menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank, karena

    penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang

    sewaktu-waktu ditarik. (Veithzal, 2007: 720).

    Secara perhitungannya, FDR dapat diketahui dengan rumus berikut :

    FDR = Pembiayaan/ pinjaman yang diberikan X 100%

    DPK (Dana Pihak Ketiga)

    (Muhammad, 2005: 55)

    Setelah mengetahui dari hasil perhitungan FDR yang juga melihat kepada total

    pembiayaan dan DPK, maka dapat diketahui tingkat kesehat dari BMT tersebut

    melalui hasil persentasi dari perhitungan FDR. Tingkat persentasi dari FDR

    adalah:

    Tabel 2.1 tingkat persentasi FDR

    Tingkat FDR Hasil Penilaian FDR

    94,75% - 98,50% - 102,25% TIDAK SEHAT

  • 45

    Sumber: Modul perkuliahan Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah, Ramdhan

    Firmansyah, 2011: 11.

    Setelah kita mengetahui tingkat kesehatan BMT dilihat dari sisi FDR,

    maka dapat dapat diketahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan terhadap

    BMT tersebut, apakah dengan meningkatkan DPK ataukah dengan meningkatkan

    pembiayaan. Setelah mengetahui tingkat kesehatan FDR melaui perhitngan

    dengan rumusan FDR, maka BMT dapat mengetahui pemberian pembiayaan

    untuk nasabah dengan sistem murabahah tepat atau t