Pemimpin STAF
-
Upload
munzami-hs -
Category
Education
-
view
609 -
download
8
description
Transcript of Pemimpin STAF
Pemimpin STAF
Oleh : Munzami Hs
Seorang nasrani dan guru besar astronomi Amerika, Michael H. Hart, dalam bukunya
”The 100: A Rangking of The Most Influential Persons in History” (New York, 1978)
menempatkan sosok Muhammad berada pada urutan pertama dalam 100 tokoh berpengaruh
dunia.
Kemudian, Jules Masserman (Psychoanalyst and Professor of the Chicago
University) juga berpendapat bahwa; ”Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam satu hal
(intelektualitas-pen). Gandhi dan Konfusius pada hal lain serta Alexander, Julius Caesar dan
Hitler mungkin pemimpin pada kategori kedua dan ketiga (reliji dan militer - pen). Jesus dan
Buddha mungkin hanya pada kategori kedua. Mungkin pemimpin terbesar sepanjang masa
adalah Muhammad, yang sukses pada ketiga kategori tersebut.” (Majalah TIME, 15 Juli
1974).
Dua pernyataan di atas merupakan sebagian bukti bahwa Muhammad SAW
merupakan sosok yang paling berpengaruh di dunia. Leader terbaik sepanjang sejarah umat
manusia serta menjadi prototype bagi umat manusia mengenai bagaimana menjadi seorang
pemimpin, baik pemimpin rumah tangga, pemimpin sebuah kelompok hingga pemimpin
sebuah negara. Kepemimpinan Nabi Muhammad sepatutnya menjadi tauladan bagi
pemimpin-pemimpin kita, baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak.
Mengenai kepemimpinan, ada ratusan teori yang dikemukakan oleh berbagai ahli
tentang leadership concept atau konsep kepemimpinan seorang pemimpin. Max Weber
misalnya, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas tentang kepemimpinan
karismatik. Lebih seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma sebagai ”suatu sifat tertentu
dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang
sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya
istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki orang biasa, tetapi dianggap sebagai
kekuatan yang bersumber dari ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap
sebagai seorang pemimpin. (http://id.wikipedia.org).
J. Kauzes dan B. Posner (dua professor kepemimpinan dari Santa Clara University)
menyebutkan ”kepemimpinan adalah suatu hubungan timbal balik antara mereka yang
memilih untuk memimpin dan mereka yang memutuskan untuk mengikuti’’(Credibility,
1997). Namun walaupun sudah familiar dimasyarakat, pada artikel ini penulis mencoba
mengemukakan kembali tentang sifat-sifat kepemimpinan yang diwariskan oleh Rasulullah,
yang sering disederhanakan hanya mencakup empat elemen yaitu Siddiq, Tabligh, Amanah
dan Fathanah atau disingkat dengan STAF.
Pertama adalah Siddiq, yaitu berkata benar/jujur antara perkataan dan perbuatan, di
dalam masyarakat Aceh sering disebutkan dengan istilah ’’peugah lagee buet, peubuet lagee
na’’. Kejujuran merupakan modal utama dalam hidup, kapanpun dan dimanapun seseorang
berada. Seorang pemimpin eksekutif misalnya, tentu berkewajiban mengimplementasikan
setiap apa yang dijanjikannya pada saat kampanye, kemudian berkewajiban menepati janji-
janji tersebut terhadap rakyat ketika di kemudian hari terpilih, baik itu sebagai Gubernur,
Bupati ataupun Walikota.
Kedua adalah Tabligh, yaitu menyampaikan atau istilah populer sekarang disebut
dengan communicator atau transformer. Sifat ini tentu harus dimiliki oleh setiap pemimpin,
apalagi pemimpin setingkat gubernur yang dituntut untuk cakap dalam berkomunikasi dengan
semua pihak, mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai elemen dan terutama sekali
dengan rakyat selaku konstituen yang telah memberi wewenang sebagai representatif mereka.
Ketiga adalah Amanah, yaitu bisa dipercaya dan bertanggung jawab. Artinya
kredibilitas dan integritas seorang pemimpin tentu menjadi tolak ukur bagi masyarakat dalam
memilih pemimpin terbaik, tidak terjerat kasus hukum ataupun tidak terlibat korupsi, kolusi
dan nepotisme. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: ”Setiap kalian adalah pemimpin
dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin
bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka”. (H.R. Bukhari).
Keempat adalah Fathanah, yaitu cerdas, pintar, atau istilah sekarang sering disebut
smart leader. Kecerdasan yang dimaksud diantaranya kecakapan dalam memahami berbagai
problematika ummat, mampu melakukan berbagai langkah progressif dalam mengatasi
berbagai problematika di masyarakat. Dalam konteks Aceh, misalnya; persoalan masih
tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Aceh yang masih diatas rata-rata nasional,
hal ini tentu butuh langkah strategis dari seorang pemimpin baik Gubernur, Bupati ataupun
Walikota yang nantinya terpilih untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang mampu
menyerap tenaga kerja sehingga dapat menekan angka kemiskinan dan pengangguran.
Jika ke-empat sifat atau dimensi kepemimpinan di atas dimiliki oleh figur-figur yang
maju sebagai calon eksekutif Aceh untuk periode 2012-2017, maka harapan akan Aceh yang
berkeadilan, sejahtera dan berperadaban insya Allah akan dekat dengan kenyataan. Akan
tetapi, lain halnya jika calon-calon eksekutif yang nantinya dipilih oleh rakyat adalah figur-
figur yang cacat hukum, pernah terlibat KKN, bermental penipu, dan minim akan wawasan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka nasib Aceh selama 5 tahun kedepan masih
tetap bergelut dengan kemiskinan, pengangguran, kemerosotan ekonomi dan dampak negatif
lainnya.
Akhirnya, penulis mencoba menarik kesimpulan bahwa; untuk menjadi seorang
pemimpin, apakah itu pemimpin sebuah organisasi, korporasi, birokrasi ataupun pemimpin
bagi keluarga sekalipun cukup hanya dengan bermodal STAF (Siddiq, Tabligh, Amanah dan
Fathanah), seperti yang telah diwariskan oleh pemimpin terbaik sepanjang sejarah umat
manusia, Rasulullah Muhammad SAW. Seyogyanya, setiap pemimpin tentu memiliki staf
ahli atau staf khusus, akan tetapi akan lebih ideal jika seorang pemimpin juga memiliki
’’STAF’’ atau empat sifat diatas dalam dirinya sehingga apa yang dipimpinnya akan
terlaksana sesuai dengan harapan, khususnya harapan ummat selaku konstituen.
Menjelang Pemilukada Aceh yang akan datang, masyarakat tentu mampu menilai dan
menentukan siapa pemimpin yang memiliki atau mendekati empat kriteria di atas untuk
diamanatkan sebagai representatif ummat, mampu melayani dan menangani berbagai
problematika masyarakat ke arah tatanan kehidupan yang berkeadilan dan penuh kedamaian
menuju Aceh yang sejahtera dan berperadaban di mata dunia.
* Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsyiah, pegiat pada Institute for Development and Empowerment of Acehnese Student (IDEAS).
Artikel ini dimuat di kolom ”Analisis” Harian Aceh, 29 Agustus 2011.
http://harian-aceh.com/2011/08/29/pemimpin-staf