Pemikiran Jamaludn Al Afghani

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayyid Jamaluddin al-Afghani adalah perintis modernisme Islam. Dia terkenal karena kehidupan dan pemikirannya yang luas, dan juga karena menganjurkan dan mempertahankan sejak 1883 bahwa persatuan pan-Islam merupakan sarana untuk memperkuat dunia muslim mengahadapi barat. Jamaluddin al-Afghani selain pelopor modernisasi, juga sebagai seorang pemikir di dunia timur dan sekitarnya. Dengan semangat yang patriotis, ia dapat mengahantarkan liberalisme baru Islam ke gerbang abad ke sembilan belas dan dua puluh. Ia adalah seorang pemimpin pembaharuan yang tempat tinggal dan aktifitasnya berpindah-pindah dari satu negara Islam ke negara Islam lainnya. pengaruh terbesar yang ditinggalkannya adalah di mesir. Gerakan pembaharuan islam sebagai suatu gerakan yang berupaya untuk mengubah kehidupan umat Islam dari keadaan kejumudan dan ketertinggalan. Gerakan pembaharuan ini bermuatan yang cukup berarti dengan adanya transformasi nilai yang harus berubah. Bahkan bila diperlukan harus dibarengi dengan perbaikan-perbaikan terhadap aturan-aturan atau tatanan-tatanan yang sudah dimiliki atau masih dianggap belum mendapat satu kepastian hokum Menyadari gerakan pembaharuan ataupun yang dikenal dengan modernisme dalam islam merupakan suatu gerakan yang 1

Transcript of Pemikiran Jamaludn Al Afghani

Page 1: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sayyid Jamaluddin al-Afghani adalah perintis modernisme Islam. Dia terkenal

karena kehidupan dan pemikirannya yang luas, dan juga karena menganjurkan dan

mempertahankan sejak 1883 bahwa persatuan pan-Islam merupakan sarana untuk

memperkuat dunia muslim mengahadapi barat.

Jamaluddin al-Afghani selain pelopor modernisasi, juga sebagai seorang pemikir

di dunia timur dan sekitarnya. Dengan semangat yang patriotis, ia dapat mengahantarkan

liberalisme baru Islam ke gerbang abad ke sembilan belas dan dua puluh. Ia adalah

seorang pemimpin pembaharuan yang tempat tinggal dan aktifitasnya berpindah-pindah

dari satu negara Islam ke negara Islam lainnya. pengaruh terbesar yang ditinggalkannya

adalah di mesir.

Gerakan pembaharuan islam sebagai suatu gerakan yang berupaya untuk

mengubah kehidupan umat Islam dari keadaan kejumudan dan ketertinggalan. Gerakan

pembaharuan ini bermuatan yang cukup berarti dengan adanya transformasi nilai yang

harus berubah. Bahkan bila diperlukan harus dibarengi dengan perbaikan-perbaikan

terhadap aturan-aturan atau tatanan-tatanan yang sudah dimiliki atau masih dianggap

belum mendapat satu kepastian hokum

Menyadari gerakan pembaharuan ataupun yang dikenal dengan modernisme

dalam islam merupakan suatu gerakan yang berusaha untuk mengkondisikan kehidupan

umat islamdari sifat statis ke sifat yang dinamis. Gerakan ini sedianya bermula pada

adanya kontak kekuatan antara kaum muslimin dengan bangsa Eropa, yang dengannya

menimbulakn kesadaran bagi kaum muslimin itu sendiri bahwa sesungguhnya memang

mereka jauh tertinggal dibandingkan bangsa Eropa. Hal ini baik dipandang dari ilmu

pengatahuan, keterampilan, pola pikir, kedisiplinan bahkan peralatan dan kekuatan yang

dimiliki oleh bangsa Barat.

Sayyid jamaluddin al-Afghani merupakan salah satu tokoh yang pertama kali

mentyatakan kembali tradisi muslim dengan cara yang sesuai dengan berbagai problem

penting yang muncul akibat Barat semakin mengusik Timur Tengah di abad kesembilan

belas. Dengan menolak tradisiolisme murni yang mempertahankan warisan Islam secara

tiak kritis di satu pihak dan peniruan membabibuta terhadap Barat di pihak lain. Al-

1

Page 2: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

Afghani menjadi perintis penafsiran ulang Islam yang menekankan kualitas yang

diperluakan di dunia modern, seperti penggunaan akal, aktifisme politik serta kekuatan

militer dan politik.

Islam adalah agama satu-satunya yang diakui  Allah swt saat ini, dimana

tuhan pencipta alam semesta dan jagat raya ini. Nabi Muhammad SAW yang

membawa agama islam ini menyempurnakan agama-agama dari nabi

sebelumnya.  Pada zaman nabi, islam berkembang secara berlahan di semua

Negara arab, dan tidak semua Negara arab mau menerimanya secara langsung.

Karena ketika nabi Muhammad berdakwah  hanya sebagian yang bergerak hatinya

untuk memeluk dan meyakini islam sebagai agamanya. Tidak heran ketikan masa

nabi Muhammad banyak cendikiawan muslim yang menyumbangkan ide dan

fikiran dalam kehidupan islam yang berpedoman pada al-qur’an dan hadits islam

mulai tahun 1800 M sampai sekarang dikenalah dengan masa pembaharuan

islam.  Pada masa pembaruan umat islam sadar bahwa adanya kelemahan pada

bidang pendidikan, pemerintahan, dan teknologi. Umat islam di masa itu juga

sebagai bangsa yang tertindas oleh bangsa-bangsa eropa sehingga umat islam

semakin lemah dalam segala aspek hidup. Pada awal masa pembaharuan ini

kondisi islam berada di pengaruh barat yang mendominasi kehidupan ini. Pada

abad 20 islam mulai bangkit dari pengaruh barat. Pada masa ini banyak lahir

tokoh pemikiran dalam kalangan islam dari berbagai negara islam, salah satunya

yaitu Jamalludin Al-Afghani.

Pada sekitar abad 18 islam mengalami kemunduran yang mengkibatkan umat

islam mudah dipengaruhi oleh bangsa barat. Untuk memerangi dan bersaing

dengan pemikir barat ada beberapa tokoh yang berani menentang sehingga di abad

ke 20 ini di kenal dengan periode pembaharuan islam. Dan menjadi fokus kajian

pemikiran pembaharuan islam Jamaluddin Al-Afghani dari berbagai bidang

B.     Rumusan Masalah

1. Siapakah Jamaluddin Al-Afghani?

2. Bagaimana peran politik Jamaluddin Al-Afghani?

3. Bagaimana pemikiran Jamaluddin Al Afghani dalam pembaharuan Islam?

2

Page 3: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

4. Bagaimana Pengaruh pemikiran Jamaluddin Al Afghani?

C. Tujuan

1. Mengetahui pembaharuan islam menurut Jamaluddin Al-Afghani.

2. Mengetahui peran politik Jamaluddin Al-Afghani.

3. Mengambil manfaat dari adanya pembaharuan islam dan menghargai karya

orang lain.

D.    Manfaat

1.      Memberikan informasi pemikiran Jamaluddin Al-Afghani.

2.      Dapat mengambil pelajaran dari Jamaluddin Al-Afghani.

3.      Dapat membandingkan masa kejayaan islam dahulu dan sekarang.

3

Page 4: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Biografi Jamaluddin Al-Afghani

Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam

yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara

Islam lain. Pengaruh terbesar ditinggalkannya kalau uraian mengenai pemikiran

dan aktivitasnya dimasukkan ke dalam bagian tentang pembaharuan di Mesir.

Jamaluddin Al-Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal

dunia di Istambul di tahun 1897. Di tahun 1864 ia menajdi penasehat Sher Ali

Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan

menjadi Perdana Menteri. Pada itu Inggris telah mulai mencampuri soal politik

dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolokan yang terjadi Al-Afghani memilih

pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan

Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke

India di tahun 1869.

Di India ia juga merasa tidak bebas bergerak karena negara ini telah jatuh ke

bawah kekuasaan Inggris, dan oleh karena itu ia pindah ke Mesir di tahun 1871. Ia

menetap di Cairo dan pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir

dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Di sanalaha ia

memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Menurut keterangan Muhammad

Salam Madkur, para peserta terdiri atas orang-orang terkemuka dalam bidang

pengadilan, dosen-dosen, mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan-perguruan

tinggi lain, dan juga pegawai-pegawai pemerintah. Tetapi ia tidak lama dapat

meninggalkan lapangan politik. Di tahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam

soal politik di Mesir makin meningkat.

Dari Mesir Al-Afghani pergi ke Paris dan di sini ia mendirikan perkumpulan

Al-’Urwah Al-Wusqa. Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India,

Mesir, Suria, Afrika Utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang hendak dicapai

ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat

Islam kepada kemajuan. Sewaktu di Eropa Al-Afghani mengadakan perundingan

dengan Sir Randolp Churchil dan Drummond Wolf tentang masalah Mesir dan

4

Page 5: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

tentang penyelesaian pemberontakan Al-Mahdi di Sudan secara damai. Tetapi

kedua usaha itu tidak membawa hasil.

Al-Afghani dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya hanya demi

kemajuan islam. Ia rela beranjak dari suatu negara ke negara lainnya demi

menyuarakan pemikiran-pemikiran revolusionernya, tentunya demi mengangkat

posisi dan martabat Islam yang jauh tertinggal dari dunia barat. Di zamannya

Islam berada di bawah bayang-bayang imperialisme Barat. Kondisi masyarakat

muslim yang jauh dari Islam, menurutnya adalah salah satu penyebab utama

kemunduran dunia Islam. Fanatisme yang masih kental kala itu, belum lagi

dengan tidak adanya rasa persaudaraan di antara sesama muslim yang

berkonsekwensi pada minimnya rasa solidaritas menjadikan masyarakat muslim

rentan terhadap perpecahan.

Tetapi pada itu tak boleh dilupakan bahwa kegiatan politik yang dijalankan

Al-Afghani sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang pembaharuan dalam

Islam. Pemikiran pembaharuannya berdasar atas keyakinan bahwa Islam adalah

yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan, kalau

kelihatan ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa

perubahan zaman dan perubahan kondisi, penyesuaian dan diperoleh dengan

mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seeprti yang tercantum

dalam al-Qur`an dan Hadits. Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad dan pintu

ijtihad baginya terbuka.

B. Pemikiran Politik Jamaluddin Al-Afghani

Al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara

lain karena umat telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran

qada dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang enjadikan umat

menjadi statis. Sebab-sebab lain lagi adalah perpecahan di kalangan umat Islam

sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan lain-lain.

Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat

Islam harus  kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati,

memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis

harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam hars diwujudkan

5

Page 6: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman. Ia juga menganjurkan 

umat Islam untuk mengembangkan pendidikan secara umum, yang tujuan

akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis dalam menghadapi

dominasi dunia barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam ajaran Islam yang

tidak sesuai dengan akal/ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain Islam tidak

bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya bagaimana ide-ide

pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani tentangnegara dan sistem

pemerintahan akan diuraikan berikut ini :

a. Bentuk negara dan pemerintahan

Menurut Al-Afghani, Islam menhendaki bahwa bentuk pemerintahan adalah

republik. Sebab, di dalamnya terdapat kebebasan berpendapat dan kepala negara

harus tunduk kepada Undang-Undang Dasar. Pendapat seperti ini baru dalam

sejarah politik Islam yang selama ini pemikirnya hanya mengenal bentuk khalifah

yang mempunyai kekuasaan absulot. Pendapat ini tampak dipengaruhi  oleh

pemikiran barat, sebab barat lebih dahulu mengenal pemerintahan republik,

meskipun  pemahaman Al-Afghani tidak lepas terhadap prinsip-prinsip ajaran

Islam yang berkaitan dengan dengan kemasyarakatan dan kenegaraan. Penafsiran

atau pendapat ersebut lebih maju dari Abduh yaitu Islam tidak menetapkan suatu

bentuk pemerintahan , maka bentuk demikianpun harus mengikuti masyarakat

dalam kehidupan materi dan kebebasan berpikir. Ini mengandung makna, bahwa

apapun bentuk pemerintahan, Abduh menghendaki suatu pemerintahan yang

dinamis.

Pemunculan ide Al-Afghani tersebut sebagai reaksi  kepada salah satu sebab

kemunduran  politis yaitu pemerintah absulot.

b. Sistem Demokrasi

Di dalam pemerintahan yang absulot dan otokratis tidak ada kebebasan

berpendapat, kebebasan hanya ada pada raja/kepala gegara  untuk bertindak  yan

tidak diatur oleh Undang-undang. Karena itu Al-Afghani menghendaki agar corak

pemerintahan absulot diganti dengan dengan corak pemerintahan demokrasi.

Pemerintahan demokratis merupakan salah satu identitas yang paling khas

dari dari pemerintahan yang berbentuk republik. Demokrasi adalah pasangan

pemerintahan republik sebagaimana berkembang di barat dan diterapkan oleh

6

Page 7: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

Mustafa Kemal Attaturk di Turki sebagai ganti pemerintahan khalifah. Dalam

pemerintahan negara yang demokratis, kepala negara harus mengadakan syura

dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang berpengalaman karena

pengetahuan manusia secara individual terbatas sekali dan syura diperintahkan

oleh Allah dalam Al-Qur’an agar dapat dipraktekkan dalam berbagai urusan.

Selanjutnya ia berpendapat pemerintahan otokrasi yang cenderung

meniadakan hak-hak individu tidak sesuai dengan ajaran Islamyang sangat

menghargai hak-hak individu. Maka pemerintahan otokrasi harus diganti dengan

pemerintahan yang bercorak demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak individu.

Menurut Al-Afghani, pemerintahan yang demokrasi menghendaki adanya majelis

perwakilan rakyat. Lembaga ini bertugas memberikan usul dan pendapat kepada

pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan negara. Urgensi lembaga ini untuk

menghindari agar tidak muncul pemerintahan yang absulot. Ide atau usul para

wakil rakyat yan berpengalaman merupakan sumbangan yang berharga bagi

pemerintah. Karena itu para wakil rakyat harus yang berpengetahuan dan

berwawasan luas serta bermoral baik. Wakil-wakil rakyat yang demikian

membawa dampak positif terhadap pemerintah sehingga akan melahirkan undang-

undang dan peraturan atau keputusan yang baik bagi rakyat.

Selanjutnya, para pemegang kekuasaan haruslah orang-orang yang paling taat

kepada undang-undang. Kekuasaan yang diperoleh tidak lantaran kehebatan suku,

ras, kekuatan material dan kekayaan. Baginya kekuasaan itu harus diperoleh

melalui pemilihan dan disepakati oleh rakyat. Dengan demikian orang yang

terpilih memiliki dasar hukum untuk melaksanakan kekuasaan itu.

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa sumber kekuasaan  menurut Al-

Afghani adalah rakyat, karena dalam pemerintahan republik, kekuasaan atau

kedaulatan rakyat terlembaga dalam perwakilan rakyat yang anggotanya dipilih

oleh rakyat.

c. Pan Islamisme / Solidaritas Islam

Al-Afghani menginginkan adanya persatuan umat Islam baik yang sudah

merdeka maupun masih jajahan. Gagasannya ini terkenal dengan Pan Islamisme.

Ide besar ini menghendaki terjalinnya kerjasama antara negara-negara Islam

dalam masalah keagamaan, kerjasama antara kepala negara Islam. Kerjasama itu

7

Page 8: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

menuntut adanya rasa tanggungjawab bersama dari tiap negara terhadap umat

Islam dimana saja mereka berada, dan menumbuhkan keinginan hidup bersama

dalam suatu komunitas serta mewujudkan kesejahteraan umat Islam.

Kesatuan benar-benar menjadi tema pokok pada tulisan Al-Afghani. Ia

menginginkan agar umat Islam harus mengatasi perbedaan doktrin dan kebiasaan

permusuhan. Perbedaan sekte tidak perlu menjadi hambatan dalam politik, dan

kaum muslimin harus mengambil pelajaran dari contoh Jerman, yang kehilangan

kesatuan nasionalnya karena terlalu memandang penting perbedaan agama.

Bahkan perbedaan besar dalam doktrin wilayah teluk, antara sunni dan syi’ah,

dapat dijembatani sehingga ia menyerukan  kepada bangsa Persia dan Afghan 

supaya bersatu, meskipun yang pertama adalah syi’ah dan yang kedua adalah

bukan, dan selama masa-masa akhir hidupnya ia melontarkan ide rekonsiliasi

umum dari kedua sekte tersebut.

Meskipun semua ide Al-Afghani bertujuan  untuk mempersatukan umat Islam

guna menanggulangi penetrasi barat dan kekuasaan Turki Usmani yang

dipandangnya menyimpang dari Islam, tapi ide Pan-Islamnya itu tidak jelas.

Apakah bentuk-bentuk kerjasama tersebut dalam rangka mempersatukan umat

Islam dalam bentuk asosiasi, atau bentuk federasi yang dipimpin oleh  seseorang

atau badan yang mengkoordinasi kerjasama tersebut, dan atau seperti negara

persemakmuran di bawah negara Inggris. Sebab ia mengetahui  adanya kepala

negara  di setiap negara Islam. Tapi, menurut Munawwir Sjadzali, Pan-

Islamismenya  Al-Afghani itu adalah suatu asosiasi antar negara-negara Islam dan

umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman interen, para

pengusaha muslim yang lalim, menentang kolonialisme dan imperialisme barat

serta mewujudkan keadilan.

Al-Afghani menekankan solidaritas sesama muslim karena ikatan agama,

bukan ikatan teknik atau rasial. Seorang penguasa muslim entah dari bangsa mana

datangnya, walau pada mulanya kecil, akan berkembang dan diterima oleh suku

dan bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama. Penguasa itu

hendaknya dipilih dari orang-orang yang paling taat dalam agamanya, bukan

karena pewarisan, kehebatan sukunya atau kekayaan materialnya, dan disepakati

oleh anggota masyarakatnya.

8

Page 9: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

Inilah ide pemikir orisinil yang merupakan solidaritas umat yang dikenal

dengan Pan-Islamisme atau Al-Jamiah al Islamiyah (Persaudaraan sesama umat

Islam sedunia. Namun usaha Al-Afghani tentang Pan-Islamismenya ini tidak

berhasil.

C.     Pemikiran Afghani: Revivalis dan Modernis

Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam

modern dan mengilhami pembaharuan di kalangan kaum Muslim yang hidup

ditengah-tengah kemodernan. Dia pula yang pengaruhnya amat besar terhadap

gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional yang dilakukan dinegara-negara

Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islamnya

dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan

pengetahuan moderen.

Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran

keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat

Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu

diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu)

yang saleh. Sebenarnya Afghani bukanlah pemikir Islam yang pertama yang

mempelopori aliran salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah telah mengajarkan teori

yang serupa, begitu pula Syeikh Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18.

Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga komponen utama, yakni;

Pertama, keyakinan bahwa kebangunan dan kejayaan kembali Islam hanya

mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih

murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa al-

Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik

politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan

barat dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar

dari barat dalam dua bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil

kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan

kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu

untuk kejayaan kembali dunia Islam.

9

Page 10: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

Adapun alairan-aliran salafiyah sebelum Afghani hanya terdiri dari unsur

pertama saja. Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta

pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu

ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau

Pan-Islamisme.

Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus melipluti seluruh umat Islam dari

segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka,

termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan. Ikatan

tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membiana

kesetiakawanan danpesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang

tiap sistempemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan

menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah

seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem

pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan

dominasi Barat.

Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-

masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para

kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan

yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.

Konsep Politik dan Gagasan Pan-Islamisme Al-Afghani :

Selama di Mesir Jamaluddin al-Afghani mengajukan konsep-konsep

pembaharuanya, antara lain yang pokoknya:

a. Musuh utama adalah penjajah (Barat).

b. Ummat Islam harus menentang penjajahan dimana dan kapan saja

c. Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (Pan-Islamisme).

Pan-Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi

satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama.

Persatuan dan kerjasama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam.

Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam kesatuan dan kembali

kepada ajaran Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas:

10

Page 11: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

a. Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan.

b. Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat budi luhur.

c. Rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup

d. Setiap generasi umat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan pada manusia yang bodoh dan memerangi hawa nafsu jahat dan

menegakkan disiplin.

Pengalaman yang diserap Al-Afghani selama lawatannya ke Barat

menumbuhkan semangatnya untuk mamajukan umat. Barat yang diperankan oleh

Inggris dan Prancis mulai hndak menancapkan dominasi politiknya di dunia

Islam, maka pasti akan berhadapan dengan Al-afghani. Adanya anggapan dasar

yang dipegang oleh Al-Afghani menghadapi Barat seperti diungkapkan L.

Stoddard yakni :

Dunia Kristen sekalipun mereka berbeda dalam keturunan, kebangsaan, tetapi

apabila menghadapi dunia Timur (Islam) mereka bersatu untuk

menghancurkannya.

Semangat perang Salib masih tetap berkobar, orang Kristen masih menaruh

dendam. Ini terbukti umat Islam diperlakukan secara diskriminatif dengan orang

Kristen.

Negara-negara Kristen membela agamanya. Mereka memandang Negara

Islam lemah, terbelakang dan biadab. Mereka selalu berusaha menghancurkan dan

menghalangi kemajuan Islam.

Kebencian terhadap umat Islam bukan hanya sebagain mereka, tetapi

seluruhnya. Mereka terus-menerus bersembunyi dan berusaha

menyembunyikannya.

Perasaan dan aspirasi umat Islam diejek dan difitnah oleh mereka. Istilah

nasionalisme dan patriotosme di Barat, di Timur disebut fanatisme.

Menurut Al-Afghani, hal-hal tersebut di atas menuntut adanya persatuan umat

Islam untuk menghadapui dunia Barat dan mempertahankanya dari keruntuhan.

Disamping itu Al-Afghani melihat bahwa kondisi umat Islam sendiri memang

berada dalam kemunduran yang mengkhawatirkan. Kemunduran tersebut

menurutnya bukan karena ajaran Islam, tetapi oleh umat itu sendiri yang yang

tidak berupaya mengubah nasibnya. Perpecahan terjadi di kalangan mereka maka

11

Page 12: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

pemerintahan menjadi absolut, pemimpin tidak dapat dipercaya, lemah dalam

bidang militer dan ekonomi bersamaan dengan datangnya intervensi asing.

Menghadapi paham fatalisme, Al-Afghani mengajak umat Islam merebut

peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahun Barat yang positif dan sesuai ajaran

Islam. Dengan demikian, umat Islam akan dinamis dan tidak menerima apa

adanya serta menyerukan bahwa pintu ijtihad tidak tertutup. Ia selanjutnya

menegaskan bahwa dalam Islam ada kemerdekaan dan kedaulatan umat.

pemerintah dapat saja dikritik dan tidak berkuasa mutlak. Al-Afghani mengajak

umat, pemimpin dan kelompok agar bersatu dan bekejasama dalam meraih

kemajuan dan membebaskan diri dari itervensi Barat.

Untuk tujuan di atas, Al-Afghani mencetuskan ide Pan Islamisme. Semangat

ini dikobarkan ke seluruh negeri Islam yang tengah berada dalam kemunduran dan

dominasi Barat.Pan Islamisme (Al-jami’iyyah Al-Islamiyyah) ialah rasa

solidaritas seluruh umat Islam. Solidaristas sepeti itu sudah ada dan diajarkan

sejak Nabi SAW, baik dalam menghadapi kafir Quraisy ataupun dalam kegiatan-

kegiatan sebagai upaya menciptakan kesejahteraan umat. Semangat pan Islamisme

yang diserukan Al-Afghani memberikan pengaruah besar di kalangan umat

terutama bagi para pemimpinnya. Hal ini kemuadian menyadarkan mereka akan

besarnya ancaman Barat. Sultan Abdul Hamid dari Kerajaan Turki Usmani

misalnya menyambut dengan penuh antusias. Ia mendirikan organisai seruan Pan-

Islamisme mengutus banyak orang ke berbagai negeri Islam dengan pesan agar

umat Islam bersatu dan meleaskan diri dari pemerintahan Barat. Hal ini dilakukan

oleh Sultan selama 30 tahun. Seruan Pan-Islamisme menghasilakan pengaruh

yang sangat besar dan mendalam. Di berbagai negeri muslim telah lahir tokoh-

tokoh di kalangan umta yang berjuang menuntut kemerdekaan dari penjajah Barat,

seperti Abdul Hamid di Turki, Muhamamd Abduh dan Saad Zaghlul di Mesir

serta torkoh lainnya.

D. Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani

Seperti sudah disebutan, Al-Afghani menyuarakan gagasan seperti Pan-

Islamisme. Sebenarnya gagasan seperti itu juga pernah disuarakan oleh Usmaniah

Muda, tetapi sangat kurang pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa yang bahasanya

12

Page 13: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

bukan turki. Sedangkan Al-Afghani mempublikasikan tulisan dalam bahasa Arab

dan Persia sehingga penulis-penulis terkemudian  banyak menyebutkan  bahwa

Al-Afghani merupakan pembaharu internal.

Ide pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-

Afghani yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh

kaum modernis Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung

kebebasan seperti itu. Al-Afghani juga menarik bagi aktivis terkemudian karena 

kehidupan politiknya yang luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki

kontak dengan Al-Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt

membuat tulisan yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani

semakin memperkuat posisi Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa Al-

Afghani telah mempesona dan bahkan berdebat dengan orang-orang barat

terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin penting di mata intelektual

muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang berkelanjutan terjadi karena dia

dipandang berbahaya oleh orang-orang barat. Namun ada penilaian bahwa

pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada biografi yang pada umumnya mitos

dan interpretasi atas gagasan-gagasannya.

Letak kebesaran Al-Afghani bukanlah dia sebagai pemikir, meskipun dalam

pemikiran itu ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa

depan yang jauh dan daya baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak

terutama dalam peranannya sebagai pembangkit kesadaran politik umat Islam

menghadapi barat, dan pemberi jalan bagaimana menghadapi arus modernisasi

dunia ini.

Albert Hourani, misalnya memberikan komentar bahwa Al-Afghani adalah

seseorang yang karangannya tidak banyak dikenal tetapi pengaruh kepribadiannya

amat besar. Bahkan ide-ide Al-Afghani masih memberikan warna pada gerakan

kontemporer Islam, seperti Gerakan Kiri Islam yang dimotori oleh Hassan Hanafi.

Pada tahun 1981, Hanafi menerbitkan Jurnalnya, Al-Yasar al-Islamy (Kiri Islam),

sebagai tanda awal gerakannya. Menurutnya jurnal tersebut adalah kelanjutan dari

Al-Urwah al Wutsqa yang pernah diterbitkan oleh Al-Afghani dan Muhammad

Abduh. Tujuan jurnal tersebut menurut Hanafi , adalah berjuang melawan

13

Page 14: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

kolonialisme dan keterbelakangan, berjuang untuk mewujudkan kebebasan,

keadilan sosial dan menyatukan dunia Islam.

Dengan demikian jelas sekali bahwa ide-ide Al-Afghani masih menginspirasi

pemikir-pemikir Islam kontemporer dalam menghadapi tantangan umat Islam

meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang telah berbeda.

Sebagai seorang aktivis politik, nampaknya Al-Afghani lebih mantap dalam

karya-karya lisan (pidato) daripada dalam tulisan, sekalipun begitu, karya tulisnya

yang tidak terlalu banyak tetap mempunyai nilai besar dalam sejarah umat di

zaman modern. Beberapa tulisannya bernada pidato yang amat bersemangat,

menggambarkan penilaiannya tentang betapa mundurnya umat islam dibanding

dengan bangsa eropa yang telah ia saksikan. Tulisan-tulisannya yang tersebar

dalam bahasa Arab dan persia telah mengilhami berbagai gerakan revolusioner 

Islam melawan penjajahan dan penindasan barat. Karena pada dasarnya Al-

Afghani adalah seorang revolusioner politik, ia mengemukakan ide-idenya hanya

dalam garis besar, berupa kalimat-kalimat yang bersemangat dan ungkapan-

ungkapan kunci, tanpa elaborasi intelektual yang lebih jauh.

Adalah Muhammad Abduh, muridnya yang paling utama yang menjabarkan

pemikiran-pemikiran kunci Al-Afghani setelah Abduh berpisah dari gurunya itu

karena hendak meninggalkan dunia politik  dan lebih mencurahkan  diri kepada

bdang keilmuan dan pendidikan. Dari Muhammad Abduh-lah substansi pemikiran

Al-Afghani menemukan formulasi intelektual yang lebih jauh. Melalui Abduh

gagasan pembaharuan pemikiran keagamaan menyebar di dunia Islam. Abduh

mengajukan argumentasi tentang keharusan membuka kembali pintu ijtihad untuk

selamanya, dan dengan keras menentang sistem penganutan tanpa kritik (taqlid).

Substansi ide-ide itu sebelumnya juga pernah dikemukakan oleh Al-Afghani

dalam makalahnya. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan apa yang

dikemukakan oleh Abduh, kemudian Rasyid Ridha dan para pemikir modernis

lainnya memiliki benang merah pemikiran pembaharuan Al-Afghani.

14

Page 15: Pemikiran Jamaludn Al Afghani

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemikiran yang digagas oleh Jamaluddin Al-Afghani awalnya berangkat dari

kondisi umat islam yang mengalami kemunduran dan mudah dipengaruhi oleh

bangsa barat. Namun demikian ide-ide cerdas dari Jamaluddin Al-Afghani dapat

memberikan suatu gambaran baru tentang pembaharuan islam di bangsa arab

maupun agama islam. Jamaluddin Al-Afghani terkenal sebagai sosok yang

berkepribadian yang baik dan mudah bersosial maupun berdiskusi dengan siapa

saja. Gagasan pemikiran Jamaluddin Al-Afghani bersifat revival yang ingin

mengembalikan suatu ajaran islam pada asalnya atau kemurniannya dengan

mengambil bentuk umat ideal pada masa nabi Muhammad SAW dan para

sahabatnya yang bersifat modern dengan menggabungkan ilmun pengetahuan dan

teknologi serta filsafat dalam setiap pemahaman konsep-konsep ajaran islam.

Pemikiran Jamaluddin Al-Afghani selanjutnya diteruskan oleh Muhammad abduh

dan rasyid ridha serta para pengikut lainnya.

15