PEMERINTAHAN KABUPATEN ENDE 2009
-
Upload
ervina-wonga -
Category
Documents
-
view
148 -
download
0
Transcript of PEMERINTAHAN KABUPATEN ENDE 2009
PEMERINTAH KABUPATEN ENDE
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Jalan Soekarno No. 4 Telp. (0381) 21303 Ende
LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN
SAIL INDONESIA 2009
PROGRAM
PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan daerah sangat tergantung pada kesiapan daya tarik
wisata, sarana dan prasarana pendukung yang memadai, kesiapan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
wisatawan serta penembangan jaringan pemasaran dan promosi yang luas jangkauannya dan tepat sasaran.
Salah satu pengembangan pemasaran pariwisata adalah sail Indonesia 2009 yaitu rally perahu layar
(yacht) internasional yang diikuti oleh 149 perahu layar dari 20 negara. Event ini mendukung sail Bunaken
2009 yang diselenggarakan oleh Pemerintah RI serangkaian dengan Konferensi Kelautan Dunia (World
Ocean Conference) di Sulawesi Utara.
Titik start rally ini adalah Darwin Harbour-Australia dan finish di Bangkai Belitung, Indonesia. Dalam
pelayaran, peserta sail menyinggahi berbagai destinasi ditanah air. Termasuk Kabupaten Ende yang Tahun
2009 ini menjadi pintu masuk untuk wilayah NTT.
Pantai Nanganio di Desa Watukamba, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, merupakan salah satu
titik singgah (destinasi) dari 17 destinasi yang tersebar di Indonesia. Jangka waktu persinggahan di lokasi ini
adalah tanggal 5 September 2009 s/d 9 September 2009.
Selama 5 hari persinggahan itu, terdapat berbagai Daya Tarik Wisata yang dikunjungi peserta sail
yaitu Danau Tiga Warna Kelimutu, Waturaka untuk melihat kebun tomat, kampung tradisional Wolofeo
Desa Nualise, dan Kampung Woloare untuk melihat pembuatan tenun ikat, kerajinan ayaman bambu dan
aktifitas pandai besi serta menyaksikan atraksi seni budaya lokal.
B. TUJUAN1. Menjadikan Kabupaten Ende sebagai salah satu destinasi persinggahan wisata Bahari di Indonesia dan
dikenal luas di dunia Internasional.
2. Memberdayakan masyarakat untuk menghadapi dan memenfaatkan potensi alam dan budaya yang
dimiliki.
3. Membuka wawasan masyarakat pesisir dan kepulauan kecil.
4. Mempromosikan potensi wisata daerah secara langsung kepada wisatawan dan murah.
5. Mengembangkan potensi Daya Tarik Wisata Khususnya Desa Wisata dan Desa Wisata Bahari.
C. WAKTU DAN TEMPAT PENYELENGGARA
Lokasi : Pantai Nanganio Desa Watukamba Kecamatan Maurole.
Waktu : 5 s/d 9 September 2009.
EVALUASIPELAKSANAAN SAIL INDONESIA 2009
I. AREAL TITIK LABUHLokasi : pantai Nanganio
Areal ini dibagi dalam beberapa ruang peruntukan yakni:
1. Tempat Relax Wisatawan : selama kegiatan lokasi ini dimanfaatkan para
wisatawan untuk bersantai, menikmati minuman, menyaksikan hiburan music
dan tarian tradisional. Tempat ini juga dimanfaatkan untuk welcome dinner
pada tanggal 6 Agustus 2009.
2. Tempat jualan dan promosi kerajinan daerah : dimanfaatkan oleh beberapa
pedagang untuk menjual makanan dan minuman serta penjualan tenun ikat.
3. Pos keamanan: untuk petugas keamanan umum dan petugas keamanan
khusus.
4. Pos kesehatan: dilayani para dokter dan petugas kesehatan dari puskesmas
Maurole.
5. Pusat informasi pariwisata: dimanfaatkan oleh Dinas Pariwisata dan para
guide untuk melayani seluruh kebutuhan informasi bagi para sailor.
6. Panggung pentas seni budaya: dimanfaatkan untuk pagelaran-pagelaran
kesenian dari siswa-siswa sekolah di Maurole dan oleh kelompok hiburan
lainnya.
II. JETI (FLOATING JETTY)
1. Memanfaatkan dermaga wisata yang ada di pantai Nanganio dengan
penambahan jeti didepanya untuk aktivitas nai turun para peserta sail.
Penambahan jeti dilakuakan karena ujung dermaga yang ada terlau tinggi
sehingga tidak memungkinkan dipakai untuk naik turun pesrta sail.
2. Seluruhnya dikerjakan melalui koordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten
Ende.
3. Terbangunya jeti bisa memberikan kesan bagus bagi para sailors. Ada
kemudahan bagi mereka untuk menuju ke pantai dan keamanan bagi sekoci
karet(dingy) mereka. Namun, tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh para
peserta. Ada dua alasan yaitua pertama, posisi jeti yang agak jau dari pusat
aktivitas menyebabkan mereka memilih turun langsung kepantai didepan
lokasi acara. Kedua, tangga naik dari jeti ke ujung dermaga masih cukup
tinggi bagi para peserta yang rata – rata diatass usia lima puluh tahun
III. WELCOM DINNER – Jamuan Selamat Datang Oleh Pemda Kab. Ende
1. WELCOME DINNER dilaksanakan pada tanggal 6 September 2009.
2. Hidangan yang disediakan berupa kombinasi sajian makanan trdisional dan
modern. Semuanya ditempatkan disamping tenda relaks di meja panjang.
Posisinya sedikit menyulitkan para tamu karena kurang diarahkan saat
pengambilanya.
3. Welcome dinner diisi juga dengan penampilan beberapa tarian dan nyanyian.
Penampilan tarian dibagian awal acara terkesan menonton, hal ini terjadi
karena petugas acara menyesuaikan dengan pengisi acara yang seluruhnya
anak sekolah sehingga giliran tampilanya dibuat tiadak sampai larut malam.
Namun, kemasan acarah ini memberikan kesan terrsendiri bagi para tamu.
Dan para tamu juga ikut menari bahkan mereka menampilkan atraksi
4. Para undangan yang hadir mengenakan pakayan adat. Walaupun tidak
seluruhnya.
5. Secara umum welcome dinner berjalan cukup lancar kendati disana sini masih
banyak sekali kekurangan yang harus bisa di benahi pada penyelenggaraan
kali berikut. Kekurangan itu antara lain set up (penataan dan alur
pengambilan).
IV. TOUR dan OUTING:
A. Minggu, 6 september 2009: Tour Ke Wolo Gai Tengah
1. Ini adalah kesempatan pertama yang diberikan kepada para sailor untuk
mengunjungi dan menikmati daya tarik wisata di Kbupaten Ende dalam
kemasan tour.
2. Para sailor mengunjungi Danau Kelimutu dengan waktu tempuh dari Maurole
samapai di Puncak Kelimutu sekitar 3 jam. Waktu tempuh ini menjadi
perhatian khusus karena terkait kenyamanan peserta. Sekaligus memberikan
gambaran bahwa akses melalui pantai utara bagi wisatawan yang
menggunakan kapal layar atau kapal pesiar sangatlah mungkin dikembangkan
menjadi paket – paket wisata yang beragam dengan atraksi utama Danau
Kelimutu.
3. Selanjutnya para sailor mengunjungi Waturaka di Desa Koanara. Daya tarik
wisatanya adalah kampung waturaka dan kebun tomat dengan aktivitas
wisatawan memetik tomat. Tomat yang dipetik menjadi oleh – oleh bagi
mereka. Wadahnya dibuat dari anyaman daun kelapa ukuran I kg. wadah ini,
kiranya dikembangkan lagi sehingga menjadi kemasan khusus yang menarik
untuk dibeli wisatawan. Sebelumnya para sailor disambut dengan beberapa
tarian dan atraksi music sato. Serta menikmati sajian makanan ringan dari
pangan local . Beberapa tamu juga berkesempatan membeli sayur dan buah.
4. Selanjutnya para tamu diajak ke Liasembe untuk melakukan penanaman
Pohon Gaharu di lokasi yang sudah disiapkan oleh Camat Kelimutu. Anakan
gaharu yang ditanam sebanyak 11 anakan sesuai dengan kapal yang ikut
dalam tour. Pohon Gaharu itu diberi nama sesuai dengan nama kapalnyan.
Dinas Kebudaya dan Pariwisata bersama camat dan kepala desa setempat akan
memantau perkembangan pohon gaharu itu dan secara berkala akan
mengirimkan foto perkembanganya kepada para sailor yang menanamnya. Ini
menjadi salah satu bentuk upaya membangun ikatan emosional daerah dan
para tamu yang berkunjung ke Kelimutu. Sekaligus sebagai partsipasi dalam
pelestrian lingkungan. Model penanaman pohon Gaharu oleh para tamu di
Keimutu atau di tempat lainnya bisa di kembangkan menjadi atraksi wisata
minat khusus. Impianya adalah kawasan sekitar Kelimutu akan ditumbuhi
pohon – pohon gaharu yang ditanami sendiri oleh wisatawan sebagai sebuah
memori indah. Manfaat ekonomisnya (dalam 9 tahun kedepan ) bisaaa
dinikmati oleh para pemilik lahan dengan bimbingan petugas kehutanan yang
sudah dilatih atau pihak lain yang memahami per-gaharu-an. Bukan tidak
mungkin suatu saat duni juga akan mengenal dan mencari GAHARU
KELIMUTU. Pengembangan pemanfaatanya di masa datang juga bisa sampai
pada industry kecil aroma therapy Gaharu.
5. Kunjungan berikutnya ke kampung Woloweo Desa Nualise Kecamatan
Wolowaru. Para tamu dijemput di Gerbang masuk kampung dekat kantor desa
Woloweo. Karena jalan masuk ini terjal, maka atas inisiativ Kepala Desa dan
Sekertaris Desa, tiapa tmu bergandengan tangan dengan dua warga
masyarakat menuruni jalan masuk menuju lokasi acara. Bentuk penyambutan
ini memberikan kesan khusus bagi para tamu. Kemudian disambut juga
dengan Feko Genda dan tarian – tarian oleh masyarakat setempat. Di lokasi
para tamu menikmati makan siang aneka makanan tradisional yang
disesiapkan dan disugukan sendiri oleh masyarakat setempat. Untuk
menjamin kenyamanan para tamu, dilokasi ini juga dilakukan peningkatan
kualitas sebuah MCK. Atas kesepakatan masyarakat setempat MCK dibangun
baru. Pemanfaatanya tidak hanya dalam rangka Sail Indonesia tetapi juga
untuk acara – acara lainya.
6. Selanjutnya kembali ke Maurole untuk mengikuti acara Welcome Dinner. Jam
8 malam peserta baru tiba di Maurole sehingga acara jamuan makanpun
menjadi terlamabat dimilai. Keterlambatan ini disebabakan dua hal. Pertama,
rencana semula berangkat dari Maurole jam 6 pagi, namun atas permintaan
tamu mundur ke jam 9 pagi. Kedua, acara di tiap lokasi outing berkembang
menyesuaikan dengan kondisi terutama permintaan tamu dan masyarakat.
7. Hal penting yang diperhatikan adalah Waturaka dan Wolofeo merupakan 2
kampung yang untuk pertama kalinya disinggahi oleh tamu sailor. Seluruh
proses dari persiapan lokasi dan pelaksaanya merupakan sebuah bentuk yang
bisa ditingkatkan lagi sebagai salah sati vaktor yang dapat mendukung
keberadaan atau penetapan Desa – Desa wisata. Secara umum model
penyiapan lokasi kunjungan semacam ini, merupakan bentuk pengembangan
daya tarik wisata yang secara langsung menghdirkan wisatawan untuk
berkunjung dan menikmatinya. Pada saat yang sama seluruh unsur umum dari
konsep sadar wisata dibicarakan dengan masyarakat dan langsung
dipraktekan(learning by doing). Kenyataan ini menunjukan kegiatan Saail
Indonesia juga merupakan kegiatan pengembangan destinasi wisata.
8. Total penjualan tiket sebanyak Rp 8.200.000,-. Angka ini menjadi refrensi
bagi Tour Operator yang berminat untuk berpartisipasi pada penyelenggaraan
Sail Indonesia berikutnya.
B. Senin, 7 September 2009: Kunjungan ke Kota Ende dan Kampung Woloare
Kelurahan Rewarangga Kecamatan Ende Utara.
1. Semula kunjungan ke Kota Ende di jadwalkan tanggal 8 September 2009,
namun atas permintaan sebagian besar peserta, dilakukan lebih awal yaitu
tanggal 7 September 2009. Permintaan ini karena mereka membutuh
penukaran uang dan jasa internet. Akibatnya jadwal pengunjungan ke
kampung Wologai Desa Wologai Tengah, Kampung Nuabela Desa
Watukamba, dan Kampung Otogedu, serta ke SMP Marsudirini Detusoko
ditunada ke hari berikutnya. Penundaan ini dikoordinasikan dengan pihak
terkait.
2. Dalam perjalanan menuju Ende para Sailor singgah di SDK Dile untuk
menyaksikan atraksi kesenian para Siswa dan menikmati sajian makanaan
ringan. Sejumlah atraksi tarian dan nyanyian ditampilkan Siswa Siswi dan
diakhiri dengan Gawi bersama dengan siswa dan para Guru. Sebuah bentuk
interaksi lintas budaya sekaligus wadh ekspresi dan apresiasi seni budaya bagi
para murit dan Guru.
3. Setiba di Ende peserta diarahkan langsung ke Bank BNI Cabang Ende untuk
penukaran uang dan semua berjalan dengan lancar. Kemudian peserta dibagi
dua kelompok sesuai kebutuhannya. Satu kelompok menuju ke Woloare
satunya lagi ke jasa internet. Sebelumnya para sailors makan di restoran dan
berbelanja di Swalayan. Dalam kunjungan ini guide berusaha sebaik-baiknya
untuk mengantisipsi beragam kebutuhan para tamu.
4. Para sailor meninggalkan Kota Ende menuju ke Maurole jam 17:30 WITA.
Atas permintaan para sailor, bus berhenti beberapa kali untuk istirahat sambil
menikmati pemandangan dan aktifitas masyarakat. Kesempatan istirahat juga
di manfaatkan untuk membeli kebutuhan sayuran di Aekela Detusoko.
5. Tiba kembali di Maurole sekitar jam 19:30 WITA. Langsung menikmati
C. Pembatalan kunjungan
Beberapa kunjungan yang sudah disiapkan dan dijadwalkan terpaksa dibatalkan
yaitu kunjungan ke Wologai Tengah, Otogedu, Nuabela, dan SMP Marsudirini
Detusoko. Pembatalan itu terjadi karena beberapa alasan:
1. Adanya permintaan para tamu untuk segera diantar ke Ende untuk
pengambilan uang cash dan kebutuhan jasa internet pada hari kedua (7
September 2009) menyebabkan perubahan jadwal, pada hal pada hari
kedua seharusnya berkunjung ke tempat yang kemudian dibatalkan.
2. Sekembali dari kunjungan ke Ende sampai jam 9 malam pada guide masih
membuka pendaftaran kunjungan dan berusaha menyampaikan kepada para
tamu tentang kunjungan yang telah disiapkan untuk mereka. Namun , para
tamu tidak mendaftarkan diri untuk kunjungan ke tempat-tempat yang
disiapkan itu. Sehingga seksi outing dan tour membatalkan kunjungan itu
dan pembatalan itu disampaikan ke lokasi kunjungan.
3. Pola pelaksanaan tour ke berbagai daya tarik wisata di lakukan berdasarkan
referensi pelaksanaan 2 Tahun terakhir, namun karakteristik tamu yang
datang kali ini lebih menyukai aktifitas sosialisasi dengan masyarakat local
di lokasi sail. Hal ini, terbukti dengan permohonan para tamu untuk
bertemu dengan masyarakat setempat pada tanggal 9 September. Keinginan
itu disampaikan langsung kepada kepala Desa Maurole pada jam 8 malam.
D. Pertemuan Khusus dengan Masyarakat local
1. Para sailor yang berasal dari 7 yacht yang masih bertahan di Nanganio
sampai hari terakhir, shering berbagai informasi, keinginan dan kebutuhan,
saran dan kritik dengan masyarakat local dalam pertemuan pada tanggal 9
September di pagi hari.
2. Inti gagasan yang mencuat saat itu antara lain menyangkut keinginan
mereka untuk lebih banyak memperoleh kesempatan berbagi keahlian
mereka dengan masyarakat setempat. Misalnya, yang berprofesi dokter bisa
berbagai pengelaman dan melakukan aksi nyata dengan dokter setempat.
Ahli pertukangan bisa bagi ilmu dengan para tukang local, guru dengan
guru local dll. Keinginan itu sempat di kerucutkan sampai pada langkah
nyata untuk bisa mewujudkannya pada penyelenggaraan sail mendatang.
Misalnya, gagasan untuk meminta panitia pusat agar lebih banyak
memberikan informasi yang akurat tentang destinasi yang akan disinggahi
kepada para sailor saat presentasi di Darwin. Juga kemungkinan antisipasi
yang bisa dilakukan panitia local untuk melaksanakan model sosialisasi
berbagi keahlian itu. Misalnya saat peserta tiba di hari pertama di lokasi
para guide sudah bisa mendata keahlian tipa sailor dan menawarkan
kemungkinan berbagi keahllian itu dengan masyarakat local sekaligus
mengatur jadwalnya.
3. Fakta ini tentu menjadi informasi yang penting bagi kita. Penting untuk
mengatur langkah proaktif yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan
mendatang.
V. MCK
1. Pemilihan lokasi pembangunan MCK didasarkan pada beberapa
pertimbangan diantaranya: lokasi titik labuh dan tempat santai harian
(Nanganio), lokasi tempat makan siang dalam kunjungan (di Wolofeo Desa
Nualise Kecamatan Wolowaru).
2. Ada 4 unit MCK yang diperbaiki di Nanganio dan 1 unit dibangun baru di
Wolofeo Desa Nualise.
3. Semula di rencanakan MCK di Nanganio dibangun baru namun karena ada
perbedaan persepsi antara pemanfaatan lokasinya khususnya terkait acara
Neka Tana, maka pembangunan baru tidak dilakukan diganti dengan
peningkatan kualitas MCK yang sudah ada di sekitar lokasi.
4. Sementara yang di Wolofeo, atas kesepakatan dan partisipasi masyarakat desa
setempat, MCK dibangun baru. Semula direncanakan hanya peningkatan
kualitas saja.
5. Seperti harapan dalam 2 Tahun penyelenggaraan sail, seluruh MCK yang
dibangun diharapkan bisa dirawat dan dimanfaatkan dengan baik untuk
berbagai kepentingan acara, bikan hanya untuk acara sail semata.
VI. TENAGA LOKAL; tenaga Yang Harus Digunakan
1. Semua petugas kebersihan, petugas keamanan jetty, enternainer saat relax
menggunakan tenaga local. Mereka memiliki kemauan dan kemampuan untuk
itu. Pemanfaatan dengan pola ini pada gilirannya membangun rasa sense of
belonging. Begitu pula dengan jasa penyediaan solar dan bensin.
2. SDM yang terlibat langsung maupun tidak langsung: panitia, petugas
keamanan jetty, petugas welcome drinks, petugas kebersihan, entertainer,
kelompok-kelompok seni dari sekolah-sekolah, petugas transportasi, Guide,
masyarakat dilokasi outing dan tour.
VII. KEDATANGAN PARA PESERTA RALLY
1. Seperti pada 2 Tahun sebelumnya, ada kapal yang tiba lebih awal yakni 1 hari
sebelumnya yaitu pada tanggal 4 September 2009. Sebelumnya kapal ini
sempat lego jangkar selama sehari di perairan sekitar Ropa (Nanga Luju).
Tanggal 3 sore kapal ini lego jangkar di Mausambi. Hari berikutnya di pandu
panitia local merapat di Nanganio dan lego jangkar di depan jetty yang masih
dalam proses finishing pada hari itu. Komunikasi dengan kapal yang tiba
pertama ini dibangun dengan cukup intens. Mereka memperoleh nomor
telepon genggam kontak person panitia local, sehingga mereka dengan muda
mengontak panitia untuk melayani kebutuhan awal mereka. Melalui peserta
pertama inilah dibangun komunikasi dengan peserta lainnya terkait informasi
posisi titik labuh dan areal sail secara keseluruhan. Sebuah bentuk kerja sama
yang efektif diantara panitia local dengan para peserta.
2. Komunikasi juga terbangun dengan masyarakat local sejak awal dengan
peserta pertama yang tiba yaitu yacht Kelebek. Masyarakat yang tengah
mempersiapkan lokasi mengajak peserta ini untuk menikmati makan siang
bersama sambil berbagi cerita, berseloro dan berkelakar. Sebelumnya ia
melayani permintaan masyarakat untuk naik ke kapalnya yang adalah
rumahnya. Karena itu, ia mengiakan permintaan masyarakat dengan
mengatakan dengan senang hati menyambut kehadiran masyarakat
dirumahnya (“please, welcome to my home!”, katanya). Maka secara
bergantian ia menjemput masyarakat dipantai lalu mengantarkan ke kapalnya
dan mengajak mereka berkeliling di kapal sambil ngobrol dan menghidangkan
minuman untuk tamu terhormatnya. Lebih kurang 30-an orang masyarakat
yang naik dan menikmati kunjungan ke Kelebek siang itu. Sementara sore
harinya ia secara khusus mengajak kaum perempuan bertamu ke kapalnya.
Sebuah pengelaman pertama bagi masyarakat yang barangkali menjadi
memori indah yang sulit dilupakan. Sebuah bentuk sosialisasi yang
belakangan disadari menjadi sesuatu yang khas karakteristik peserta Tahun
ini.
BAGIAN KEDUA
PERMASALAHAN YANG DIJUMPAI DI LAPANGAN
DAN URAIAN SINGAKATNYA
I. Persiapan secara umum tidak berjalan lancar.
Patut dicatat beberapa hal penting terkait persiapan Sail Indonesia Tahun 2009. Dari
sisi internal masih terdapat adanya perbedaan persepsi didinas teknis tentang
eksistensi kegiatan sail Indonesia dalam kerangka pengembangan wisata Bahari
Nasional dan wisata Bahari Lokal Kabupaten Ende. Sehingga sejak awal masih
terjadi tarik ulur di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tentang jadi atau tidaknya
pelaksanaan sail Indonesia
Persiapan lokasi melibatkan unsur pemangku adat di Desa Nanganio terutama
terkait pemanfaatan lahan untuk pusat kegiatan di pantai Nanganio. Kesepakatan
pemanfaatan lokasi dan rencana pembangunan MCK di lokasi mengalami sedikit
kendala baik dalam hal kordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maupun
hal lain yang terjadi di tubuh pemangku adat setempat. Kondisi ini berpengaru pada
persiapan keseluruhan.
II. Jetty dan aksesibilitas ke lokasi sail kurang ditata.
Jetty dipasang di dermaga memanjang sekitar 5 meter ke depan. Jarak permukaan jetty
dan permukaan dermaga cukup tinggi. Di pasang tangga naik dengan pegangan samping
kiri dari bambu dan kurang kokoh. Akses ke lokasi sail ditata seadanya. Kondisi ini
sebetulnya tidak menyulitkan para sailor, namun dari sisi kenyamanan mestinya akses
dari jetty ke lokasi sail masih bisa ditata lebih baik lagi. Idealnya jetty menjadi tempat
naik dan turun para sailor. Namun terkadang para sailor tidak memanfaatkannya. Mereka
melabuhkan perhu karet (Dingy) di pantai lokasi sail kendatipun sudah diarahkan untuk
menambatkannya di jetty. Barangkali karena kondisi jetty yang kurang nyaman dan akses
yang kurang ditata.
III. Welcome dinner
Welcome dinner adalah sebuah bentuk penyambutan dari pihak Pemda Kabupaten Ende
kepada para sailor. Pelaksanaannya Tahun ini berkordinasi dengan Tim Penggerak PKK
Kabupaten Ende (sama seperti penyelenggaraan di 2 tahun sebelumnya). Secara internal
pengaturannya, masih cukup banyak kekurangan. Kordinasi tenaga untuk persiapannya
masih kurang efektif. Sehingga beberapa hal masih berjalan tersendat-sendat. Penataan
makanan dan akses pengambilannya harus diakui belum berjalan mulus.
IV. Kunjungan ke lokasi daya tarik wisata yang dibatalkan
Kunjungan ke Wologai Tengah, Nuabela dan SMP Marsudirini dibatalkan karena tidak
ada peserta sail yang memilih ikut dalam kunjungan ini. Hal ini terjadi antara lain karena
adanya perubahan jaswal kunjungan di hari ke 2 tanggal 7 September 2009. Perubahan
jadwal dilakukan mengantisipasi permintaan para tamu untuk menukarkan uangnya ke
mata uang Rupiah dan itu hanya bisa dilakukan di Bank di Ende. Serta kebutuhan para
tamu akan pemanfaatan jasa internet. Perubahan ini berdampak pada keputusan mereka
untuk mengikuti tour di hari berikutnya tanggal 8 September 2009. Terhadap kenyataan
ini, beberapa hal menjadi catatan panitia local terkait penyusunan jadwal tour dan
pengaturan item perjalanan terkait atraksi wisata yang ditawarkan.
V. Masalah eksternal dalam kerangka sail Bunaken
Fakta yang terjadi adalah terdapat 16 yacht yang hadir di Nanganio sesuai jadwal
kegiatan. Sebelumnya ada 6 yacht yang singga di Maurole sebelum jadwal resmi. Jadi
total kapal ada 22 buah atau sekitar 16% dari total peserta Sail Indonesia 135 kapal yang
masuk melalui entry port di Saumlaki. Pertanyaan besarnya adalah: mengapa hanya 16
kapal yang singga sesuai jadwal? Karena hal ini menyangkut hal yang terjadi di luar
control panitia local, malka jawabannya perlu kita dapatkan langsung dari panitia
Nasional Sail Bunaken. Kita perlu mendapatkan penjelasan ini karena menyangkut
pertimbangan pengambilan keputusan kesediaan kita menjadi destinasi singgah Sail
Indonesia berikutnya. Sebagai referensi dikemukakan kondisi kehadiran kapal di
beberapa destinasi dan penyebarannya sebelum destinasi Ende. Saumlaki (pintu masuk)
135 kapal, Tual 8 kapal, Banda 60 kapal, Ambon 79 kapal, Kisar 3 kapal, Bitung (pusat
Sail Bunaken) 43 kapal dan 27 kapal diantaranya menuju sisi barat Sulawesi karena
cuaca, Wakatobi 11 kapal (yang sudah lewat 41 kapal).
BAGIAN V
PENUTUP
Demikian laporan pelaksanaan kegiatan persinggahan Sail Indonesia 2009 di Nanganio
Desa Watukamba Kecamatan Maurole tanggal 5 s/d 9 september 2009.
Terimah kasih.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Ende
Dra. Anna Anny LabinaPembina Utama Muda
NIP: 19530915 198502 2 00