Pemeriksaan Penunjang
-
Upload
walusi-ana -
Category
Documents
-
view
53 -
download
3
description
Transcript of Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Sebelum melakukan pemeriksaan tinja secara mikrokopis dalam laboratorium, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan makroskopis :
- Konsistensi tinja
- Adanya bahan lain selain tinja seperti : lender, darah, cacing dewasa
- Warna tinja.
Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik :
Pemeriksaan Tinja
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur didalam tinja segar manusia dan larva pada tinja
yang sudah lama
Cara Langsung
i). Metode sediaan basah dengan kaca penutup
alat dan bahan yang diperlukan :
- Sepotong lidi (±5 cm)
- Objek glass dan deck glass
- Air
- Tinja yang diperiksa
- Mikroskop
Cara kerja :
- Air diteteska satu tetes diatas objek glass
- Tinja segar diambil 0,2 gr dengan bantuan lidi dan diletakkan pada objek glassyang telah
ditetesi air
- Tinja dalam air tersebut diratakan diatas objek glass tadi sampai menjadi suspense yang
homogen
- Ditutup dengan deck glass
- Diperiksa dengan mikoroskop pembesaran objek 10x, kondensor turun dan diafragma
kecil
ii). Metode sediaan tebal kata
alat :
- Selofon sebesar 30 – 50 mm x 20 – 30 mm
- Larutan malachite green 3%
- Objek glass
- Tinja yang diperiksa
- Mikroskop
Cara kerja :
- Tinja diambil 20 – 50 mg dan diletakkan diatas objek glass
- Ditutup dengan selofon yang telah direndam dalam larutan malachite green 3%
- Diratakan denga ibu jari, selofon tadi diletakkan agar tinjanya merata kemudian
didiamkan pada suhu 40°c selama 30 menit / pada suhu kamar selama 1 jam
- Diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10%
Cara tidak langsung
i). metode sedimentasi
alat dan bahan :
- Gelas sedimentasi (250 ml)
- Saringan kawat
- Beaker glass dan deck glass
- Tinja yang diperiksa
- Mikroskop
Cara kerja :
- Saringan ditempatkan diatas gelas sedimentasi
- Tinja dimasukkan + 2cc ke dalam gelas beaker
- Tinja dihancurkan dengan sepotong lidi diberi air sedikit demi sedikit sehingga menjadi
suspensi yang homogen
- Suspensi selanjutnya disaring ke dalam gelas sedimentasi sampai hampir penuh
kemudian didiamkan suspense ± 15 menit sehingga terbentuk sedimen (didalam sedimen
terdapat telur)
- Bila cairan diatas sedimen masih keruh, tindakan yang sama diulang sampai cairan jernih
- Sedimen diambil sedikit demi sedikit dengan pipet dan diletakkan di atas objek glass lalu
ditutup dengan deck glass
- Diperiksa dibawah mikroskop
ii). Metode Flotasi dengan Nacl jenuh
alat dan bahan :
- Lidi
- Beaker glass
- Tabung reaksi
- Objek glass dan deck glass
- Larutan Nacl jenuh
- Tinja
- Mikroskop
Cara kerja :
- Tinja dimasukkan ± 5 g ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan Nacl jenuh sampai
tabung reaksi penuh
- Deck glass diletakkan pada mulut tabung reaksi, didalam 10-15 menit
- Dengan hati-hati deck glass diambil kemudian diletakkan diatas objek glass
- Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran 10x
iii). Metode Pengapungan
Alat dan bahan :
- Tabung reaksi
- Tabung pemusing
- Kain kasa
- Sentrifugasi
- Larutan ZnSO4
- Larutan J-K3
- Objek glass dan deck glass
- Tinja
- Mikroskop
Cara kerja :
- Tinja diambil sebesar biji kelereng kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambah air sampai volume menjadi 10 kalinya lalu diaduk
- Kain kasa diambil untuk menyaring tinja yang telah diaduk dan ditampung kedalam
tabung pemusing
- Dipusing dengan kecepatan 1800 rpm selama 1-2 menit dan dilakukan sebanyak 3-4 kali
- Sesudah supernatan terakhir dibuang, ditambah larutan ZnSO4 sampai 2/3 tabung
pemusing lalu diaduk kemudian dipusing dengan kecepatan 1800 rpm selama 1-2 menit
- Bagian yang mengapung diambil dengan pipet dan ditaruh diatas objek glass, ditambah
larutan J-K3, dicampur dan ditutup menggunakan deck glass
- Diperiksa dibawah mikrosakop
Pembiakan / kultur tinja
Diagnosis dilakukan untuk mengidentifikasi larva Ancylostama dengan
Strongyloides.
Teknis Harada mori
Prinsip : pada tinja bergerak melawan aliran air kapiler yang naik dalam kertas saring
(yang sebagian terendam dalam tabung uji) sehingga larva tersebut terkumpul di
ujung kantung plastik.
Alat dan bahan :
- Kantung plastik dengan ujung sempit dan tertutup ukuran ± 17x3 cm
- Kertas saring 3x15 cm
- Api lilin
- Lidi
- Binokuler
- Air bersih
- Tinja
Cara kerja :
- Tinja diambil ± 0,5 g dengan bantuan lidi dan dioleskan /diratakan pada 2/3 kertas kering
- Kertas saring yang telah dioleskan dimasukkan kedalam kantung plastik ± 2 cc, kertas
saring menjadi basah dan air akan tertampung pada ujung plastik.
- Kantung plastik ditutup dengan memakai api lilin kemudian kantung plastik tersebut
digantung dengan bantuan jepitan bagian kertas dengan ujung runcing bagian bawah dan
dibiarkan pada suhu kamar selama 4-7 hari.
- Diperiksa larva dalam air yang berkumpul diujung kantung plastik tersebut dengan
binokuler pembesaran kecil (3x,2x).
Cara pengenceran :
Teknik penghitungan telur cara stool
Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah cacing dengan menghitung jumlah telur.
Alat dan bahan :
- Labu Elenmeyer stool
- Pipet + karet penghisap
- Butiran gelas diameter 3mm
- Objek glass + deck glass
- Sumbat karet
- Larutan NaOH, 0,1M
- Tinja
- Mikroskop
Cara kerja :
- Labu Enlemayer diisi dengan larutan NaOH 0,1M sebanyak 16ml kemudian dimasukkan
tinja sampai permukaan cairan mencapai garis 60ml.
- Dimasukkan 10-20 butiran gelas, sumbat enlemayer dengan sumbat karet dan diamkan
semalam.
- Labu enlemayer tersebut dikocok sampai merata kemudian dipipet 0,15ml larutan tinja
tadi dengan pipet dan diletakkan diatas objek glass lalu ditutup menggunakan deck glass.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan dihitung jumlah seluruh telur yang ada pada
sediaan : jumlah telur pergram tinja < jumlah telur yang ditemukan x 100
Faktor koreksi = tinja lembek = 2, tinja setengah cair = 3, tinja diare = 4, tinja encer = 5
Pemeriksaan Darah
Kelainan laboratorium pada anemia defisiensi besi :
1. Kadar HB dan indeks eritrosit : di dapat anemia hipotirom mikrosister dengan penurunan
kadar HB mulai ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MHC turun < 70 H hanya
didapat pada anemia defisiensi besi dan thalasemia major. RDW naik yang menandakan
adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar Hb
turun. Apusan darah menunjukkan anemia hipkromik mikrosister, anisositosis,
poksilositosis, sel pensil, kadang sel atrgel. Derajat hipokromia dan mikrositosis
berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalasemia. Leukosit dan
trombosit normal retikulosit rendah.
2. Apusan sumsum tulang, Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok normo blast basofil
3. Kadar besi serum turun < 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC) naik > 350 mg/dl
4. Feritin serum sangat rendah
5. TIBC naik