Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

34
LAPORAK PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT IKAN Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Disusun Oleh: Rizky Yanuarista NRP. 1509 100 027 Sitatun Zunaidah NRP. 1509 100 706 Dosen Pengampu : Dr.Ir. Gunanti Mahasri, M.Si. Asisten : Hutami Triretnani

Transcript of Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Page 1: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

LAPORAK PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT

IKAN

Pemeriksaan Ektoparasit Secara

Natif Pada Benih Ikan Mas

(Cyprinus carpio)

Disusun Oleh:

Rizky Yanuarista

NRP. 1509 100 027

Sitatun Zunaidah

NRP. 1509 100 706

Dosen Pengampu :

Dr.Ir. Gunanti Mahasri, M.Si.

Asisten :

Hutami Triretnani

JURUSAN BIOLOGI

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Page 2: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ektoparasit (ektozoa) merupakan parasit yang

berdasarkan tempat manifestasi parasitismenya terdapat

di permukaan luar tubuh inang, termasuk di liang-liang

dalam kulit atau ruang telinga luar. Kelompok parasit ini

juga meliputi parasit yang sifatnya tidak menetap pada

tubuh inang, tetapi datang dan pergi di tubuh inang.

Adanya sifat berpindah inang tentu tidak berarti

ektoparasit tidak mempunyai preferensi terhadap inang.

Seperti parasit lainnya, ektoparasit juga memiliki

spesifikasi inang, inang pilihan, atau inang kesukaan

(Rustikawati, 2004).

Penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu

(protozoa) ini dapat menyerang pada saat dewasa

maupun benih. Benih ikan maupun udang mudah

terserang ektoparasit. Hal ini dapat terjadi karena benih

yang masih berukuran kecil, memiliki sistem imun yang

rentan terserang parasit. Berdasarkan Laporan Tahunan

Page 3: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat

1998, ektoparasit yang menyerang ikan budidaya air

tawar terutama benih ikan adalah Lernea, Saproglenia,

Ichthyophthyrius, Trichodina, Dactylogyrus,

Grydactylus, Argulus dan Myxobolus (Rustikawati,

2004).

Pada umumnya benih ikan yang terserang

berukuran 1-3 cm atau dikenal dengan istilah kebul,

kemudian yang berukuran 3-5 cm (gabar) dan berukuran

8-12 cm (ngaramo). Jenis ikan yang terserang ektoparasit

tersebut adalah ikan mas (Cyprinus carpio), tawes

(Puntius javanicus), lele (Clarias sp.), tambakan

(Helostoma sp.), nila (Oreochromis niloticus), gurame

(Osphronemus gouramy), dan sepat (Tricogaster sp.)

(Rustikawati, 2004). Metode yang digunakan adalah

metode natif, yaitu dilakukan secara langsung dengan

mengerok (scrapping) bagian sisik dan ekor ikan untuk

mendapatkan ektoparasit dengan bantuan mikroskop.

Pada praktikum pemeriksaan ektoparasit secara natif ini,

dilakukan pemeriksaan terhadap benih ikan mas

(Cyprinus carpio).

1.2 Permasalahan

Page 4: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Permasalahan yang dihadapi dalam praktikum ini

adalah bagaimana cara mengetahui beberapa ektoparasit

(protozoa) yang menyerang benih ikan mas (Cyprinus

carpio).

1.3 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui

beberapa ektoparasit (protozoa) yang menyerang benih

ikan mas (Cyprinus carpio).

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini

adalah dapat mengetahui ektoparasit yang sering

menyerang benih ikan mas (Cyprinus carpio).

Page 5: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cyprinus carpio

Kindom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Familia : Cyprinidae Gambar 2.1. Cyprinus carpio.

Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

(Santoso, 2001).

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air

tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak.

Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum

masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara

sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia

merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina,

Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan

Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai

Page 6: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat

diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya

(Santoso, 2001).

Ikan Mas adalah salah satu jenis ikan peliharaan

yang penting sejak dahulu hingga sekarang. Daerah yang

sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu

daerah yang berada antara 150 – 600 meter di atas

permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu

optimum 20-25 oC. Ikan Mas hidup di tempat-tempat

yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di

sungai danau maupun di genangan air lainnya (Herlina,

2002).

2.2 Pengertian Parasit

Secara umum, parasit dapat didefinisikan sebagai

organisme yang hidup pada organisme lain, yang disebut

inang, dan mendapat keuntungan dari inang yang

ditempatinya hidup, sedangkan inang menderita

kerugian. Parasitologi merupakan salah satu cabang ilmu

yang mempelajari tentang kehidupan parasit. Kehidupan

parasit memiliki keunikan karena adanya ketergantungan

pada inang. Mempelajari parasit memerlukan pengertian

tentang konsep simbiosis atau hidup bersama antara dua

Page 7: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

organisme. Ada beberapa jenis bentuk simbiosis, antara

lain, yaitu komensalisme dimana pada hubungan ini

kedua organisme yang bersimbiosis masing-masing

memperoleh keuntungan dan tidak ada yang dirugikan,

sedangkan mutualisme adalah kedua organisme

mendapatkan keuntungan, dan jika salah satu diantaranya

tidak tersedia maka tidak akan terjadi

kehidupan. Parasitisme merupakan suatu bentuk

hubungan antara dua organisma yang berlainan jenis

yang satu disebut inang sedangkan yang lainnya disebut

parasit, dimana parasit sangat bergantung pada dan hidup

atas pengorbanan inangnya, baik secara biokimia maupun

secara fisiologi (Kordi, 2004). 

2.3 Ektoparasit

Serangan parasit (ektoparasit) pada pemeliharaan

atau bidudaya ikan perlu diwaspadai. Benih parasit

(ektoparasit) dapat masuk ke dalam perairan kolam

karena terbawa air, tumbuhan dan dapat pula karena

bersama-sama benda-benda atau binatang yang masuk ke

dalam kolam. Demikian juga dapat terbawa binatang

renik yang biasa terdapat pada kolam sebagai makanan

alami ikan. Chandler (1950) dalam Kordi (2004)

Page 8: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

menyatakan bahwa, ada tidaknya parasit pada

suatu tempat bergantung dari ada tidaknya inang yang

sesuai dan lingkungan yang memungkinkan untuk pindah

dari inang yang satu ke inang yang lain.

Ektoparasit ikan juga membutuhkan kondisi

lingkungan yang men-dukuzasi tersebut dan

mempertinggi angka prevalensi selain intensitasnya.

Ektoparasit harus menyesuaikan hidupnya dengan

kebiasaan hidup sehari-hari dari inang dan perubahan-

perubahan lingkungan luar serta harus toleran terhadap

reaksi fisik dari inang. Untuk itu dibutuhkan transformasi

morfologi, penyesuaian kebiasaan, dan strategi

reproduksi yang efektif. Menjalani siklus hidup pada

inang yang sangat motil (pada ikan) dalam lingkungan air

yang luas adalah hal yang sulit. Karena itu umumnya

ektoparasit memiliki siklus hidup yang langsung atau

tidak membutuhkan adanya inang perantara. Reproduksi

dapat dilakukan secara seksual atau aseksual, dengan

pembelahan, penguncupan, spora atau telur. Strategi

reproduksi yang biasa dilakukan adalah tingginya angka

fekunditas parasit tersebut, sehingga kemungkinan

anakannya untuk bertemu inang yang tepat dan untuk

hidup (Bahrudin, 1994).

Page 9: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Serangan parasit pada budidaya ikan tidak saja

tergantung dari jenis dan jumlah parasit yang

menyerangnya (kelimpahan dan keragaman), tetapi juga

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada saat itu dan

daya tubuh ikan (Bahrudin, 1994).

2.4 Endoparasit

Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah

yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Di

Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan air

tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah

penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam usaha

budidaya ikan (Irawan, 2004).

Endoparasit adalah parasit yang terdapat di dalam

tubuh ikan atau udang. Endoparasit menyerang organ-

organ dalam tubuh ikan atau udang. Banyak Nematoda

yang hidup sebagai endoparasit di dalam tubuh ikan

(Ghufran, 2004).

Kebanyakan golongan dari virus yang merupakan

jenis endoparasit, namun ada juga dari golongan bakteri

yang termasuk endoparasit. Virus merupakan suatu

mikroba aselular. Ukurannya berkisar antara 20 – 300

Page 10: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

ηm. Virus tidak ada yang hidup bebas tetapi merupakan

parasit obligat (Ghufran, 2004).

Page 11: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Praktikum pemeriksaan ektoparasit secara natif

pada benih ikan mas (Cyprinus carpio) telah

dilaksanakan pada tanggal 05 Nopember 2012 pukul

10.00 hingga 12.30 yang bertempat di Laboratorium

Zoologi Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh

Nopember Surabaya .

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan pada saat praktikum

pemeriksaan ektoparasit secara natif pada benih ikan mas

(Cyprinus carpio), yaitu section set, mikroskop, Petri

dish, kaca objek, kaca penutup, pipet, mikroskop dan

pengaduk.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada saat praktikum

pemeriksaan ektoparasit secara natif pada benih ikan mas

(Cyprinus carpio), yaitu akuades dan benih ikan mas

(Cyprinus carpio).

Page 12: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

3.3 Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum pemeriksaan

ektoparasit secara natif pada benih ikan mas (Cyprinus

carpio) adalah benih ikan mas diambil dari akuarium

sebanyak 9 ekor. Dilakukan pengerokan (scrapping) pada

permukaan tubuh, sirip dan ekor. Untuk pemeriksaan

insang, satu lembar insang yang diduga terserang

penyakit diambil, lalu ditetesi lugol dan giemsa. Hasil

kerokan diletakkan di atas kaca objek, ditetesi dengan

akuades sedikit, lalu diratakan dan ditutup dengan kaca

penutup. Diperiksa di bawah mikroskop dengan

perbesaran 100x.

Page 13: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Beni

h

ikan

mas

Ektoparasit yang

ditemukan

Jumlah yang

ektoparasit

ditemukan

1. Trichodina sp. 5

2. Trichodina sp. dan telur

cacing3 dan 1

3. Trichodina sp. dan telur

cacing2 dan 2

4. Trichodina sp. 4

5. Trichodina sp. 1

6. negatif -

7. negatif -

8. Trichodina sp. 1

9. Trichodina sp. 1

Pemeriksaan insang benih ikan mas tidak ditemukan

ekoparasit.

Page 14: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

4.2 Pembahasan

Praktikum pemeriksaan ektoparasit secara natif

ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai

ikan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan

lingkungan, selain itu termasuk ikan yang populer dan

paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai

ekonomis.

Pemeriksaan ektoparasit secara natif pada benih

menggunakan benih ikan mas diambil dari akuarium

sebanyak 9 ekor karena benih mudah terserang penyakit,

terutama ektoparasit karena sistem imun yang masih

lemah. Dilakukan pengerokan (scrapping) pada

permukaan tubuh, sirip dan ekor untuk mendapatkan

ektoparasit yang menempel. Untuk pemeriksaan insang,

satu lembar insang yang diduga terserang penyakit

diambil, biasanya terdapat nodul atau semacam kapas di

antara lembaran insangnya, lalu ditetesi lugol untuk

mematikan ektoparasit dan ditetesi giemsa untuk

mewarnai protozoa agar tampak lebih jelas bagian-bagian

dari protozoa tersebut. Hasil kerokan diletakkan di atas

kaca objek, ditetesi dengan akuades sedikit agar tidak

terlalu padat, lalu diratakan dan ditutup dengan kaca

Page 15: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

penutup. Diperiksa di bawah mikroskop dengan

perbesaran 100x untuk pemeriksaan ektoparasit.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan

Trichodina sp. yang paling banyak ditemukan.

Trichodiniasis merupakan penyakit gatal pada ikan yang

disebabkan oleh protozoa Trichodina sp., yang pada

umumnya menginfeksi bagian luar seperti kulit, sirip dan

ingsang ikan, namun sering pula dijumpai menginfeksi

organ dalam seperti saluran kemih dan masuk ke dalam

rektum dan kloaka ikan. Pada gambar 4.1 silia

Trichodina sp. tidak terlihat dengan jelas jika

dibandingkan dengan gambar 4.2.

Klasifikasi Trichodina sp. termasuk dalam jenis

parasit Ciliata, yaitu parasit yang bergerak dengan

menggunakan bulu-bulu getar (cilia) dan memiliki

susunan taksonomi sebagai berikut :

Filum          : Protozoa

Sub filum   : Ciliophora

Kelas           : Ciliata

Ordo            : Peritrichida

Sub ordo      : Mobilina           

Famili          : Trichodinidae

Genus          : Trichodina

Page 16: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Spesies         : Trichodina sp.

(Kordi, 2004).

Gambar 4.1 Trichodina sp. (literatur) beserta keterangan bagian-

bagiannya.

silia

Page 17: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Gambar 4.2 Trichodina sp. (literatur).

Trichodina sp. merupakan protozoa berbentuk cakram

bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang terdapat di

bagian tengah. Sisi-sisi tubuh Trichodina sp. berbentuk

cembung. Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel

cilia yang berfungsi sebagai pergerakan pada permukaan

tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu

anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan

berfungsi sebagai alat penempel pada inang. Parasit ini

juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti

kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai

vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda (Kordi,

2004).

Siklus hidup trichodina sangat sederhana, dia hanya

memiliki 1 host definitif dan tidak memiliki host

intermediet. Transmisi Trichodina sp. terjadi melalui

kontak langsung dari host yang terinfeksi kepada host

silia

Page 18: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

yang tidak terinfeksi. Trichodina sp. berkembangbiak

dengan cara membelah diri atau binner. Pada saat

melakukan pembelahan, dentikel dari sel induk yg

menghasilkan sel anak (Kordi, 2004).

Protozoa dari familia ini ditemukan sebagai

parasit pada spesies ikan air tawar dan air laut diseluruh

dunia. Ikan pelangi dan trout, ikan salmon, coho lebih

mudah terkena dibandingkan spesies salmonid lainnya.

Ikan muda (berumur setahun atau lebih muda) paling

rentan terkenanya. Parasit ini juga mengenai ampibi

seperti berudu.

Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di

lapisan epitel ikan dengan bantuan ujung membran yang

tajam. Setelah menempel, parasit segera berputar-putar

sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat

penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan

mengakibatkan iritasi yang serius. Pada lingkungan

dengan populasi parasit yang cukup tinggi, umumnya

apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini

menjadi lebih berbahaya (Kordi, 2004).

Ikan yang terserang parasit Trichodina sp., akan

menjadi lemah dengan warna tubuh yang kusam dan

pucat (tidak cerah), produksi lendir yang berlebihan dan

Page 19: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi

kurus, gerakan lamban, sering menggosok-gosokkan

tubuhnya pada dinding kolam, iritasi, tubuh ikan tampak

mengkilat karena produksi lendir yang bertambah dan

pada benih ikan sering mengakibatkan sirip rusak atau

rontok (Bahrudin, 1994).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa

ektoparasit Trichodina sp., mempunyai peranan yang

sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan

dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan

terjadinya infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi

karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan

akhirnya kelelahan atau bisa juga terjadi akibat

terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding

lamela insang dipenuhi oleh lendir (Rustikawati, 2004).

Mendiagnosa adanya ektoparasit Trichodina sp.

dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan

gejala klinis yang timbul.

2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat

morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas

dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Page 20: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Penularan penyakit ini bisa melalui air atau

kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan

penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air

pada wadah tempat ikan dipelihara. Organisme ini

berkembangbiak dengan pembelaran binner dimana

organisme yang dihasilkan akan kemabali ke inang

semula atau mencari inang baru didalam air (Anonim,

2011). Untuk mengobati ikan yang terserang

Trichodiniasis dapat dilakukan dengan merendam ikan

dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam atau 150 -

200 ppm selama 15 menit. Biasanya juga menggunakan

Malacite green 0,1 gr/m3 selama 24 jam. Secara umum,

teknik yang efektif untuk memberantas White Spot juga

sangat efektif untuk memberantas Tricodiniasis. Selain

itu juga dapat digunakan dipping NaCl 10.000 ppm

selama 10 menit, formalin 40 ppm selama 24 jam dan

CuSO4 8 ppm selama 30 menit (Mahasri, 2007).

Pencegahan terhadap ektoparasit Trichodina sp.

dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi

suhu air >= 29°C.

2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau

meningkatkan frekuensi pergantian air.

Page 21: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

3. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat

prevalensi dan intensitas yang rendah.

Jenis parasit lainnya yang dapat menyerang ikan

adalah ancor worm disease (penyakit cacing berbenruk

jangkar), fishlice disease (penyakit kutu ikan), white spot

(penyakit bintik putih), dll.

Selain terdapat Trichodina sp. juga terdapat telur cacing pada pemeriksaan ektoparasit secara natif, namun belum diketahui jenis telur cacingnya.

Gambar 4.3 Telur cacing yang ditemukan dalam pemeriksaan ektoparasit secara natif.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah dihasilkan, dapat

disimpulkan bahwa pemeriksaan ektoparasit secara natif

dapat dilakukan pada benih ikan mas (Cyprinus carpio)

dengan mengerok bagian permukaan tubuh, insang, sirip

dan ekor. Ektoparasit yang paling banyak ditemukan

adalah Trichodina sp. dan beberapa ikan terdapat telur

Page 22: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

cacing pada pemeriksaan permukaan tubuh, sirip dan

ekor. Pemeriksaan yang dilakukan pada insang tidak

ditemukan ektoparasit.

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, A.S. 1994. Ektoparasit pada ikan seribu

Poecilia reticulatus Peters, dari kolam dan

sungai di desa Hegarmanah, Kecamatan

Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Jurnal Agrikultura, 5(1), 81-90.

Page 23: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Ghufran. 2004. Avertebrata Air Untuk Mahasiswa

Perikanan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Herlina. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Tawar. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Irawan. 2004. Budidaya Ikan Ait Tawar. Ikan Gurame,

Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Kordi. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan.

C.V. Aneka. Solo.

Mahasri, Gunanti. 2007. Trichodiniasis. Jurusan

Budidaya Perairan Universitas Airlangga.

Surabaya.

Rustikawati, Dkk. 2004. Intensitas Dan Prevalensi

Ektoparasit Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus

Carpio L.) Yang Berasal Dari Kolam Tradisional

Dan Longyam Di Desa Sukamulya Kecamatan

Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal

Akuakultur Indonesia, 3(3): 33-39 (2004). Jurusan

Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.

Page 24: Pemeriksaan Ektoparasit Secara Natif

Santoso, B. 2001 Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius : Yogyakarta.