Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

20
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin, 7 Desember 2009 Teknologi Minyak, Emulsi, Dosen : 1. Ir. Semangat Ketaren, Msi dan Oleokimia 2. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Asisten : 1. Alfian F34050904 2. Nazarudin R. S F34050088 3. Nutriana D F34051462 4. Kartika S.S.P F34052438 5. Umi Reza L F34052400 PEMBUATAN DAN ANALISIS PRODUK EMULSI Disusun Oleh : Nur Hidayat F34061189 Lely Rachma F34060799 Dian Fajarika F34062522 Yuli Purwati F34060691 Menasita M. G74054329 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Transcript of Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Page 1: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin, 7 Desember 2009

Teknologi Minyak, Emulsi, Dosen : 1. Ir. Semangat Ketaren, Msi

dan Oleokimia 2. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA

Asisten : 1. Alfian F34050904

2. Nazarudin R. S F34050088

3. Nutriana D F34051462

4. Kartika S.S.P F34052438

5. Umi Reza L F34052400

PEMBUATAN DAN ANALISIS PRODUK EMULSI

Disusun Oleh :

Nur Hidayat F34061189

Lely Rachma F34060799

Dian Fajarika F34062522

Yuli Purwati F34060691

Menasita M. G74054329

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk emulsi seperti sabun cair, sabun transparan, skin cream, dan

mayones merupakan beberapa contoh produk hasil pertanian yang telah banyak

dikenal masyarakat. Pembuatan produk-produk tersebut dapat dilakuakan dengan

cara mudah dan sederhana, yang bisa juga dibuat oleh masyarakat pada umumnya.

Produk-produk tersebut tentunya juga memiliki standar kualitas penerimaan

konsumen.

Pembuatan produk emulsi yang biasa dilakukan adalah dengan metode gom

basah, metode gom kering, dan metode botol, yang masing-masing ditujukan

untuk menghasilkan produk emulsi dengan penggunaan yang berbeda.

Pengembangan produk tersebut pun pastinya akan terus dilakukan untuk dapat

memenuhi kebutuhan konsumen, tentunya dalam berbagai macam aspek.

Pengembangan produk tersebut secara langsung juga akan meningkatkan nilai

tambah hasil pertanian sebagai bahan baku produk.

Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang dapat melakukan

pembuatan dan pengembangan produk-produk emulsi yang banyak dibutuhkan

masyarakat. Mahasiswa merupakan salah satu pihak yang nantinya akan menjadi

ujung tombak pengembangan produk tersebut. Sehingga perlu adanya

pengetahuan dasar yang dimiliki mahasiswa bagaimana membuat produk emulsi

dan metode analisis kualitas produk tersebut.

B. Tujuan

Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan

produk minyak dan emulsi yaitu sabun transparan, sabun cuci tangan cair, skin

cream,dan mayones.

Page 3: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

II. TINJAUAN PUSTAKA

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat

yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan oleh zat pengemulsinya

atau surfaktan yang cocok ( Farmakope Indonesia Ed.III ).

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat

bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu

terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak

stabil, butir – butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu

air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator )

yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsa yang

stabil .

Semua emulgator bekerja dengan membentuk film ( lapisan ) di sekeliling

butir – butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah

terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah.

Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi

dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah

minyak .

Zat-zat pengemulsi ( Emugator ) yang biasa digunakan adalah PGA, PGS,

Gelatin, Tragacantha, Sapo, ammonium kwartener, senyawa kolestrol, Surfaktan

seperti Tween dan Span, kuning telur atau merah telur, CMC, TEA, Sabun, dll.

Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang

panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil

yang lain, memiliki 18 atom karbon dan merupakan asam lemak jenuh karena

tidak memiliki ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Menurut Poucher

(1974), asam stearat sering digunakan sebagai dasara pembuatan krim dan sabun.

Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade dan Weller,

1994) dan berperan memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun (Mitsui,

1997). Asam stearat meleleh pada suhu 69,6 0C dan mendidih pada suhu 240 0C.

Titik didih dan titik leleh asam stearat relative lebih tinggi disbanding asam lemak

jenuh yang memiliki atom karbon lebih sedikit dan relative lebih rendah

disbanding asam lemak jenuh dengan atom karbon yang lebih banyak.

Page 4: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Skin Cream

Skin Cream adalah sdiaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan

sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan

bahan pensuspensi yang cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok.

Krim tangan dan badan adalah sediaan dan kosmetika yang digunakan untuk

maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut dan kering, bersisik dan

mudah pecah. (Formularium Kosmetika Indonesia, 1985, 330-357).

Asam stearat merupakan bahan dasar dalam pembuatan skin cream yang

merupakan pelembab alami, sehingga membantu menjaga kelembaban kulit

(Anonim, 2008). Trietanolamina (TEA) berfungsi sebagai emulgator atau bahan

pengemulsi. Bahan ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan

terpisahnya cairan dispersi sebagai zat pemisah (Anonim, 2009). Gliserin dalam

pembuatan skin cream berfungsi sebagai pelembut untuk menjaga kehalusan dan

kelembutan kulit (Nugraha, 2009). Parfum pada pembuatan skin cream

digunakan sebagai pewangi sedangkan penambahan lidah buaya berfungsi sebagai

pelembab karena kandungan lignin yang terdapat pada lidah buaya mampu

menembus dan meresap ke dalam kulit, dan dapat membuat pertahanan hilangnya

cairan tubuh dari permukaan kulit, sehingga kulit tidak cepat kering dan tetap

terjaga kelembapannya (Minarsih, 2007)

Sabun Transparan

Sabun mandi adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak yang

berasal dari minyak nabati dan atau lemak hewani. Sabun tersebut dapat berwujud

padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih (Kmikaze,

2002). Kirk et al., (1954) menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan

untuk tujuan mencuci dan mngemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu

asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium. Sabun

yang dibuat dengan NaOH dikenal sebagai sabun keras (hard soap), sedangkan

sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap) (Kirk et

al., 1954).

Sabun transparan sering disebut sebagai sabun gliserin. Disebut demikian

karena pada proses pembuatan sabun transparan ditambahkan sekitar 10-15 persen

Page 5: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

gliserin. Jenis sabun ini memiliki tampilan yang transparan dan lebih berkilau

dibandingan jenis sabun lainnya serta mampu menghasilkan busa yang lebih

lembut di kulit.

Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda.

Salah satu metode tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol

dengan pemanasan lembut untuk membuat larutan jernih, yang kemudian diberi

pewarna dan pewangi. Warna dari sabun batangan akhir tergantung pada pilihan

bahan awal dan bila tidak digunakan sabun yang berkualitas baik, kemungkinan

akan berwarna sangat kuning (Williams dan Schmitt, 2002).

Gliserin merupakan produk samping dari pemecahan minyak atau lemak

untuk menghasilkan asam lemak. Kegunaan gliserin selalu berubah-ubah sesuai

dengan produknya. Beberapa manfaat gliserin yaitu, pengawet buah dalam

makanan kaleng, sebagai bahan dasar lotion, untuk menjaga kebekuan pada

dongkrak hidroulik, sebagai bahan tinta printer, kue dan permen. Gliserin

merupakan humektan, sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit.

Keasaman permukaan kulit normal adalah antara 4-6,5 pada orang sehat,

meskipun bervariasi antara kulit satu dengan kulit yang lain. Pada sebuah

penelitian di India dilakukan pengukuran pH permukaan kulit 55 orang berkulit

coklat (Indian) yang terdiri dari 30 laki-laki dan 25 perempuan pada rentang usia

12-58 tahun di forehead dan di belakang pergelangan tangan. Rata-rata nilai pH

kulit forehead dan belakang pergelangan tangan adalah 5,51 +- 0,032 dan 5,56 +-

0,040 untuk laki-laki. Nilai perempuan adalah 5,73 +- 0,032 dan 5,84 +- 0,28.1.

Penelitian itu juga menemukan bahwa pH kulit tidak bergantung pada umur. Kulit

laki-laki secara signifikan sedikit lebih asam daripada perempuan dan nilai rata-

rata pH kulit di forehead dan belakang pergelangan tangan tidak berbeda

signifikan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan perbedaan cukup signifikan

yaitu 5% (almazini,2009).

Sabun yang dipasarkan di masyarakat mempunyai nilai pH 7 hingga 9.2

Sabun dapat meningkatkan pH permukaan kulit. Semakin netral dan alkalin sabun

akan membuat kulit relatif lebih alkalin, yang mengundang pertumbuhan

Propionibacterium. Jumlah Propionibacteria secara signifikan dihubungkan

dengan pH kulit 14. Oleh karena itu lebih baik untuk menggunakan sabun dengan

Page 6: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

pH yang lebih rendah, khususnya untuk orang rentan terhadap jerawat. Menjaga

pH kulit sangat penting untuk mengontrol jumlah bakteri di permukaan kulit pada

pasien dengan jerawat (almazini,2009).

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pH bahan pembersih termasuk sabun

memberikan efek pada kelembaban kulit. Gehring et al. melaporkan bahwa

emulsi berbagai komponen dengan nilai pH 7,5 memiliki efek mengeringkan pada

kulit daripada emulsi yang sama dengan pH 4,5. Jadi sabun yang memiliki pH

tinggi selain meningkatkan pertumbuhan bakteri Propionibacterium juga semakin

membuat kering kulit.

Potensial iritan dari agen pembersih bergantung pada sejumlah faktor salah

satunya pH. Pembersih asam kurang mengiritasi daripada pembersih yang bersifat

netral dan alkalin, dan orang yang rentan terhadap kulit kering direkomendasikan

untuk menggunakan pembersih bersifat asam (almazini,2009).

Sabun Cair

Bahan yang banyak dijumpai untuk pembuatan sabun cair adalah Sodium

Lauril Sulfat (SLS) adalah senyawa surfaktan. Surfaktan ini bentuknya jel yang

berfungsi sebagai pengangkat kotoran. Selain itu terdapat pula Dietanolamida

(DEA) adalah surfaktan nonionik yang dihasilkan dari minyak atau lemak. Di

dalam kosmetika, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan zat penstabil busa (Wade

dan Weller, 1994). William and Schmitt (2002) menyebutkan dietanolamida

sebagai penstabil busa yang paling efektif. Dietanolamida tidak pedih di mata,

mampu meningkatkan tekstur kasar busa serta dapat mencegah proses

penghilangan minyak secara berlebihan pada kulit dan rambut (Suryani et al.,

2002).

Surfaktan (surface active agents) merupakan senyawa aktif yang

digunakan untuk menurunkan energi pembatas yang membatasi dua cairan yang

berbeda tingkat kepolarannya dan tidak saling larut (Matheson, 1996). Tegangan

antar muka suatu fasa yang berbeda derajat polaritasnya akan menurun jika gaya

tarik-menarik antar molekul yang berbeda dari kedua fasa (adhesi) lebih besar

dibandingkan gaya tarik menarik anta molekul yang sama dalam fase tersebut

(kohesi).

Page 7: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Gliserin merupakan produk samping pemecahan minyak atau lemak untuk

menghasilkan asam lemak. Gliserin diperoleh sebagai hasil samping pembuatan

sabun atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan, berbentuk cairan jernih, tidak

berbau, dan memiliki rasa yang manis. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin

berfungsi dalam pembuatan struktur transparan.

Menurut Mitsui (1997), gliserin telah lama digunakan sebgai humektan.

Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang dapat meningkatkan

kelembaban kulit (George dan Serdakowski, 1996). Fungsinya adalah sebagai

komponen higroskopis yang mengundang air dan mengurangi jumlah air yang

meninggalkan kulit.

Triethanolamina (TEA) merupakan trialkohol dengan tiga kelompok

hidroksil, memiliki rumus kimia C6H15NO3, bertindak sebagai basa lemah karena

satu-satunya pasangan elektron elektron dalam atom nitrogen. Kimia ini

digunakan sebagai bahan untuk menyeimbangkan pH dalam persiapan kosmetik,

perlengkapan mandi dan bahkan produk pembersih. Di antara kosmetik dan

kebersihan yang digunakan untuk tujuan ini adalah termasuk lotion kulit, mata

gel, pelembab, shampoo, busa cukur, dll. Mirip dengan natrium dan ammonium,

dapat digunakan untuk pembuatan surfaktan

(http://pt.wikipedia.org/wiki/Trietanolamina).

Mayones

Mayones merupakan produk emulsi pangan yang menggunakan bahan-

bahan seperti telur dan minyak dalam proses pembuatannya. Kunci sukses

pembuatan mayones adalah pada saat pencampuran minyak zaitun atau minyak

jagungnya. Harus tetes demi tetes hingga tercampur rata baru tambahkan tetesan

berikutnya (http://resep-masakan-top.blogspot.com/2009/03/cara-resep-membuat-

mayonaise.html).

Page 8: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

III. METODOLOGI

A. Bahan dan Alat

Sabun Cair :

Sodium Lauril sulfat + air 12 gram + 30 ml

Cocoamide DEA + air 1 g + 10 ml

Asam sitrat + air 0,1 g + 10 ml

NaCl + air 4 g + 10 ml

Gliserin + air 10 ml + 30 ml

Skin Cream:

Asam Stearat 10 gram

Akuades 5 ml

Trienolamina (TEA) 2 ml

Gliserin 25 ml

Parfum 2 tetes

Sabun Transparan

Asam stearat 7g

Minyak kelapa 20 ml

Larutan NaOH 30% 20 ml

Gliserin 7 ml

Etanol 15 ml

Gula atau sukrosa 11 g

Cocoamide DEA 1 ml

NaCl 0,2 g

Asam sitrat 1 g

Air 6,5 ml

Mayones

2 butir kuning telur

250 ml minyak (minyak zaitun, kedelai, jagung atau kelapa)

Page 9: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

50 ml air matang

1 sendok teh cuka

1 sendk teh seledri cincang (atau bumbu-bumbu yang lain sesuai selera

seperti paprika, bawang,dll)

½ sendok teh garam

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain adalah gelas

piala, gelas ukur, neraca elektrik, sudip, mixer, Brcfieldviscosimeter,

penetrometer, dan oven.

B. Metode Pembuatan Produk

a. Sabun Cair:

1.SLS yang telah larut dalam air ditambahkan larutan CDEA, kemudian

dicampur dengan asam sitrat, NaCl dan gliserin.

2. Setelah semua bahan tercampur rata dan sedikit mengental ukur PH sabun,

PH sabun yang aman adalah 10-11

3. Tambahkan pewangi dan pewarna sesuai selera.

b. Pembuatan Skin Cream

1. Asam stearat dipanaskan sampai mencair seluruhnya

2. Sementara iku akuades, TEA dan gliserin dicampur pada wadah yang lain

tanpa pemanasan

3. Setelah tercampur merata asam stearat dimasukan sambil diaduk cepat dan

merata. Emulsi yang terbentuk akan mengembang dan berbentuk krim

berwarna putih susu.

4. Setelah emulsi terlihat stabil baru ditambahkan bahan pewangi.

c. Sabun Transparan

Asam stearat dicairkan pada suhu 700C selama 15 menit, kemudian

tambahkan minyak dan aduk hingga rata. Kemudian NaOH ditambahkan dan

diaduk selama 2-4 menit hingga terbentuk sabun. Sabun kemudian dilarutkan

dalam etanol. Gliserin, gula, asam sitrat, ccoamide DEA, NaCl dan air

ditambahkan dan diaduk terus hingga campuran menjadi homogeny.

Page 10: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Campuran dituangkan ke dalam cetakan dan didiamkan hingga mengeras.

Sabun yang telah keras dikeluarkan dari cetakan.

d. Mayones

Kuning telur dikocok menggunakan mixer. Minyak sedikit demi sedikit

dimasukkan bergenatian dengan air. Setelah tercampur rata, cuka, seledri dan

garam dimasukkan dalam campuran.

C. Analisis Produk

1. Nilai pH

Timbang contoh sebanyak 1 gram masukkan ke dalam tabung. Tambahkan

9 ml aquadea, kemudian kocok secukupnya. Ukur pH contoh

menggunakan kertas pH atau pHmeter.

2. Viskositas (British Standard 757)

Contoh sebanyak 33.35gram dilarutkan dengan aquades pada labu takar

sampai volume mencapai 500 m, kemudian dipanaskanpada suhu 600C.

Diukur viscositasnya menggunaka Brcfieldviscosimeter.

3. Kapasitas Emulsi (Beuchat, 1977)

Sebanyak 2 gram contoh diencerkan dengan aquades sampai volume

mencapai 200 ml, lalu diblender 1 menit sambil ditambah dengan minyak

sampai minyak tidak teremulsikan. Tuang ke gelas ukur diamkan 10 menit.

Jumlah minyak yang teremulsi dinyatakan sebagai kapasitas emulsi.

4. Stabilitas Emulsi (Acton dan Saffle, 1970)

Contoh sebanyak 10 gram dimasukkan kedalam oven dengan suhu 450C

selama 1 jam kemudiaan dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di

bawah 00C selama 1 jam, lalu diapanaskan dalam oven dengan suhu 450C

dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung

berdasarkan rumus berikut :

( ) %100% xemulsibahantotalberat

tersisayangfaseberatSE =

Page 11: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

5. Kekerasan Produk

Pengukuran dilakukan menggunakan penetrometer. Jarum pada

penetrometer dijatuhkan pada contoh dan dibiarkan untuk menembus

bahan selama 5 detik (atau pada interval waktu tertentu) pada temperatur

konstan. Kedalaman dari penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan

dalam sepersepuluh milimeter dari angka yang ditunjukkan pada skala

penetrometer.

6. Stabilitas Busa

Timbang contoh sebanyak 1 garam, kemudian dimasukkan ke dalam

tabung ulir. Tambahkan 9 ml aquades kedalamnya, kemudian kocok

menggunakan vortex selama 1 menit. Hitung tinggi busa setelah

pengocokan, diamkan selama 1 jam dan hitung tinggi busa akhir setelah

didiamkan

( ) %100% xawalbusatinggi

akhirbusatinggibusaStabilitas =

7. Daya Bersih

Kain bersih ukuran 10 x 10 cm. Timbang mentega sebanyak 1 gram

kemudian oleskan secara merata pada seluruh permukaan kain. Tempatkan

air sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian diukur kekeruhannya (A

ftu tubidity). Masukkan kain yang telah diolesi mentega ke dalam gelas

piala yang telah berisi air sabun tersebut dan diamkan selama 10 menit. Air

yang telah didiamkan tersebut diukur kekeruhannya (A ftu tubidity).

ABBersihDaya −=

8. Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik yang akan dilakukan adalah uji hedonik

(kesukaan). Uji kesukaan untuk sabun dilakukan terhadap tampilan aroma

dan tekstur. Skala penilaian yang diberikan yaitu : (1) tidak suka, (2) agak

suka, (3) netral, (4) agak suka, (5) suka.

Page 12: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pengujian Sabun

Transparan Sabun Cair Skin Cream Mayones

Minyak Kelapa

Minyak Sawit

SLS Cair

SLS Bubuk

Biasa Tambah Aloevera

Langsung Semua

Step by

Step pH 10 11 11 10 7 7,5 5 5 Viskositas (cp)

≤1 ≤1 600 600 50,18 47

Kapasitas Emulsi (ml)

40 42 55 38 80 0

Stabilitas Emulsi (%)

92,38 28,71 100 98,2 99,52 95,34

Kekerasan Produk (mm/5 dt)

1,2 4,26

Stabilitas Busa (%)

33,333 27,27 80 0,5

Daya Bersih 48 34 118 5

Organoleptik

Sabun Transparan

Keterangan:

Minyak Kelapa

Minyak

Sawit

Busa Tekstur Busa Tekstrur

1 : Tidak suka (%) 0,00 0,00 23,33 0,00

2 : Kurang suka (%) 16,67 0,00 33,33 26,67

3 : Netral (%) 33,33 20,00 26,67 46,67

4 : agak suka (%) 43,33 50,00 10,00 20,00

5 : suka (%) 6,67 30,00 6,67 6,67

Page 13: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Sabun cair

SLS Cair SLS Cair

SLS

Bubuk

SLS Bubuk

Keterangan: Busa Tekstur Busa Tekstur

1 : Tidak suka (%) 0.00 3.33 0.00 0.00

2 : Kurang suka (%) 30.00 36.67 3.33 0.00

3 : Netral (%) 43.33 46.67 43.33 16.67

4 : agak suka (%) 20.00 13.33 40.00 73.33

5 : suka (%) 6.67 0.00 13.33 10.00

Mayones

Direct Mixer Step by step

Keterangan: Aroma Tekstur Aroma Tekstur

1 : Tidak suka (%) 56.67 40.00 43.33 33.33

2 : Kurang suka (%) 26.67 36.67 43.33 33.33

3 : Netral (%) 10.00 16.67 10.00 16.67

4 : agak suka (%) 6.67 6.67 3.33 16.67

5 : suka (%) 0.00 0.00 0.00 0.00

B. Pembahasan

Sabun Transparan

Sabun digunakan untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada kulit. Hal

ini disebabkan karena pada sabun terdapat surfaktan (DEA) yang memiliki bagian

yang bersifat non polar yaitu gugus R untuk mengikat kotoran dan bagian yang

bersifat polar yang akan berikatan dengan air. Dengan kedua sifat tersebut, maka

kotoran yang ada pada kulit akan terikat pada sabun dan jika dicuci menggunakan

air maka kotoran tersebut akan terikut air juga karena sisi lain dari sabun berikatan

dengan air. Selain itu, Dietanolamin (DEA) juga berfungsi uantuk menstabilkan

busa dan membuat sabun menjadi lebih lembut.

Pada hasil praktikum diatas diperoleh hasil bahwa pH sabun transparan

yang dibuat, baik yang menggunakan minyak sawit maupun minyak kelapa dan

Page 14: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

sabun cair maupun sabun transparan, sekitar 10-11. Tinggi atau rendahnya pH

dipengaruhi oleh banyaknya NaOH yang dimasukkan. Secara logika, penyusun

utama minyak adalah asam lemak yang bersifat asam dan jika ditambah NaOH

yang bersifat basa harusnya sabun memiliki pH netral. Namun, jika NaOH yang

ditambahkan terlalu banyak maka sabun yang dihasilkan akan bersifat basa. Untuk

sabun, pH tersebut terlalu tinggi dan akan menyebabkan kulit menjadi kering dan

meningkatkan peluang untuk tumbuhnnya bakteri Propionibacterium. Selain itu,

pH yang tinggi juga dapat menyebabkan iritasi.

Sedangkan untuk kekerasan, sabun yang terbuat dari minyak kelapa 1,2

dan untuk minyak sawit 4,26. Kekerasan pada sabun dipengaruhi oleh bahan baku

minyak yang digunakan. Sabun dari minyak kelapa sawit cenderung lebih keras

dibandingkan dengan minyak kelapa.

Untuk stabilitas busa, sabun dari minyak kelapa 33.33% sedangkan sabun

dari sabun dari minyak sawit 27.27%. Stabilitas busa dipengaruhi oleh banyak

atau sedikitnya DEA yang dimasukkan kedalam formula sabun dan mungkin

minyak yang digunakan. Sabun yang baik adalah sabun yang busanya lebih stabil,

karena rongga-rongga pada busa tersebut. Rongga-rongga tersebut menyebakan

busa memiliki permukaan yang lebih luas sehingga dapat menyerap kotoran debu

walaupun tidak banyak. Jadi, jika busa sabun lebih stabil maka kotoran yang

terikat dalam rongga-rongga tersebut akan lebih banyak.

Daya bersih sabun yang terbuat dari minyak kelapa 48 sedangkan sabun

dari minyak sawit 34. Daya pembersih produk cuci deterjen dan produk sabun

tergantung pada bahan pengisi. Bahan pengisi ini berfungsi menetralisir

kesadahan air atau melunakkan air, mencegah menempelnya kembali kotoran

pada bahan yang dicuci dan mencegah terbentuknya gumpalan dalam air cucian.

Tetapi jika air terlalu sadah, maka daya pembersih sabun apa pun tidak akan

optimal.

Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan, panelis yang menyatakan

tidak suka terhadap sabun yang terbuat dari minyak kelapa tidak ada, sedangkan

untuk minyak sawit 23.33% panelis tidak suka terhadap busanya dan tekstur 0 %.

Panelis yang menyatakan kurang suka terhadap sabun yang terbuat dari minyak

kelapa 16.67% untuk busa dan 0 untuk tekstur, sedangkan untuk minyak sawit

Page 15: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

33.33%. Panelis netral terhadap busanya dan tekstur 33.33 %. Panelis yang

menyatakan netral terhadap sabun yang terbuat dari minyak kelapa 16.67% untuk

busa dan 20% untuk tekstur, sedangkan untuk minyak sawit 26.67% panelis netral

terhadap busanya dan tekstur 46.67%. Penelis yang menyatakan agak suka

terhadap sabun yang terbuat dari minyak kelapa 43.33% untuk busa dan 50%

untuk tekstur, sedangkan untuk minyak sawit 10% panelis tidak suka terhadap

busanya dan tekstur 20 %. Panelis yang menyatakan kurang suka terhadap sabun

yang terbuat dari minyak kelapa 6.67% untuk busa dan 30% untuk tekstur,

sedangkan untuk minyak sawit 6.67% panelis tidak suka terhadap busanya dan

tekstur 6.67 %. Secara umum, panelis lebih menyukai sabun yang terbuat dari

minyak kelapa.

Skin Cream

Skin Cream dalam praktikum ini ada 2 (dua) jenis yaitu skin cream tanpa

lidah buaya (Aloe vera) dan dengan lidah buaya. Cara pembuatan kedua jenis ini

sama. Analisis yang digunakan dalam pembuatan skin cream ini meliputi 5

analisis yaitu Uji pH, Viskositas, Kapasitas Emulsi, Stabilitas Emulsi dan Uji

Organoleptik.

Dalam uji pH skin cream tanpa lidah buaya memiliki pH netral (7)

sedangkan dengan lidah buaya memiliki pH yang lebih tinggi yaitu 7.5. Pada uji

viskositas, kedua skin cream ini memiliki viskositas yang sama yaitu 600 cp. Pada

uji kapasitas emulsi kedua skin cream ini memiliki perbedaan yang mencolok.

Pada skin cream tanpa lidah buaya memiliki nilai kapasitas emulsi 55 ml

sedangkan skin cream dengan lidah buaya memiliki nilai kapasitas emulsi yang

jauh lebih rendah yaitu 38. Artinya skin cream tanpa lidah buaya memiliki

kemampuan mengemulsikan minyak lebih besar dari pada skin cream dengan

lidah buaya. Pada analisis stabilitas emulsi skin cream tanpa lidah buaya mimiliki

nilai 100%, sedangkan pada skin cream dengan lidah buaya memiliki nilai 98.2.

Hal ini berarti skin cream tanpa lidah buaya lebih stabil. Uji organoleptik

dilakukan pada 30 responden. Hasilnya adalah responden lebih menyukai baik

aroma maupun tekstur dari skin cream dengan lidah buaya.

Page 16: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Sabun Cair

Pada praktikum pembuatan sabun cair dilakukan dengan mencampurkan

beberapa bahan diantaranya Sodium lauril sulfat, Cocoamide DEA , Asam sitrat,

NaCl, dan Gliserin. Semua bahan-bahan ini sebelum dicampurkan, masing-

masing dilarutkan dahulu ke dalam air dengan perbandingan air dan bahan pada

masing-masing bahan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan agar bahan tesebut

terlarut dengan maksimal sehingga saat dicampurkan bahan mempunyai tekstur

yang halus dan tidak terjadi gumpalan-gumpalan pada sabun cair yang dihasilkan.

Selain komposisi yang harus diperhatikan dalam pembuatan sabun cair ini, PH

juga harus diukur dengan tepat untuk keamanan sabun yang dihasilkan. Ukuran

PH yang baik untuk sabun cair ini antara PH 10 hingga PH 11.

Fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan diantaranya, sodium

lauril sulfat (SLS) merupakan senyawa surfaktan yang berguna untuk

mengangakat kotoran. Bahan SLS ini sering dijumpai pada sabun-sabun cair

dipasaran pada umumnya. Cocoamide DEA merupakan senyawa surfaktan dan zat

penstabil busa. Dengan penambahan DEA ini maka busa yang terbentuk lebih

baik dan dengan adanya kandungan surfaktan membantu proses pengangkatan

kotoran lebih maksimal. Asam sitrat mempunyai kemampuan untuk mengikat

bahan-bahan logam yang berguna sebagai katalisator dalam reaksi kimia.

Sehingga adanya asam sitrat mempermudah pembersihan dalam proses pencucian

dengan sabun cair. Gliserin merupakan hasil samping dari pemecahan asam

lemak, berbentuk cairan jernih, dan pada pembuatan sabun cair ini gliserin

merupakan bahan yeng membuat transparan pada sabun yang dihasilkan. Natrium

klorida (NaCl) yang ditambahkan merupakan senyawa yang digunakan sebagai

bahan yang yang dapat mengikat bahan lain seperti pewarna dan pewangi karena

sifatnya yang higroskopik.

Berdasarkan hasil pengujian analisis produk emulsi, sabun cair

mempunyai PH yang sesuai dengan yang dinginkan yaitu PH 10 sampai PH 11.

Penggunaan Sodium lauril sulfat cair menghasilkan PH yang lebih basa

dibandingkan dengan penggunaan SLS bubuk. Untuk viskositasnya kurang dari

atau sama dengan 1. Hal ini menunjukkan bahwa sabun cair mempunyai

kandungan air yang cukup tinggi sehingga membuat produknya cair. Untuk

Page 17: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

kapasitas emulsinya cukup baik sebesar 40 hingga 42 ml. Penentuan kapasitas

emulsi ini dengan cara menuangkan minyak ke dalam campuran sabun cair dan

akuades hingga minyak tidak dapat teremulsikan lagi. Jumlah minyak yang

teremulsikan dinyatakan sebagai kapasitas emulsi. Dengan bertambahkan minyak

dalam sabun lama-kelamaan surfaktan dalam sabun kehabisan kemampunya

mengikat minyak yang ditambahkan sehingga minyak tersebut tidak mampu

teremulsi. Hasil pengujian analisis produk emulsi menunjukkan bahwa stabilitas

busa dan daya bersih untuk sabun cair dengan SLS cair lebih tinggi dibandingkan

dengan penggunaan SLS bubuk. Hal ini dapat dipengaruhi kandungan air yang

tinggi pada SLS cair membantu menyebarkan surfaktan dengan lebih baik untuk

proses pencucian.

Pengujian secara organoleptik menunjukkan bahwa para panelis cendeung

lebih menyukai tekstur dan busa untuk sabun cair dengan SLS bubuk. Hal ini

diketahui dari persentasi untuk tekstur, pada sabun cair dengan SLS bubuk

sebanyak 73.33 % menyatakan agak suka dan 10 % menyatakan suka. Sedangkan

untuk sabun cair dengan SLS cair hanya 13,33% menyatakan agak suka dan 0 %

menyatakan suka. Hal ini menunjukkan bahwa tekstur dan busa pada sabun cair

dengan SLS bubuk merupakan yang paling mendekati standar panelis.

Mayones

Mayones merupakan salah satu produk emulsi pangan yang menggunakan

bahan-bahan dasar seperti kuning telur, minyak (minyak zaitun, kedelai, jagung

atau kelapa). Pada praktikum ini digunakan minyak kelapa sebagai bahan

pencampur pembuatan mayones. Selain itu ditambahakan garam dan cuka untuk

memantapkan rasanya. Dalam pembuatan mayones digunakan dua metoda

meliputi, pertama, penambahan minyak sedikit demi sedikit pada campuran dan

kedua yaitu dengan menambahkan minyak secara langsung dalam pengadonan.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mayones ini adalah saat pengadukan.

Pengadukan atau blending menetukan tekstur dari mayones. Mayones yang baik

mempunyai tekstur yang kental dan cairannya tidak terputus-putus saat dialirkan.

Pada hasil praktikum mayones yang dihasilkan terlalu encer. Hal ini dapat

disebabkan kurangnya pengadukan dan banyaknya penambahan minyak.

Page 18: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

Berdasarkan dari hasil praktikum, mayones dengan metoda pencampuran

minyak step by step (sedikit demi sedikit) memiliki tekstur yang lebih baik

dibandingkan dengan mayones yang dibuat dengan direct mixer (langsung

penambahan minyak sekaligus). Data hasil pengujian organoleptik menunjukkan

bahwa presentase tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur mayones lebih tinggi

untuk mayones dengan metoda step by step dengan presentasi kesukaan 16.67.

Sedangkan untuk mayones direct mixer sebesar 6.67 %. Akan tetapi untuk aroma

mayones lebih banyak disukai untuk mayones direct mixer sebesar 6.67 %

sedangkan untuk mayones step by step hanya sebesar 3.33 %. Perbaikan aroma

untuk mayones ini dapat ditambahakan beberapa bahan perasa dan rempah-

rempah. Berdasarkan literatur dinyatakan bahwa kunci untuk pembuatan mayones

adalah pada saat pengadukan dan penambahan minyak sedikit demi sedikit untuk

membentuk tekstur mayones yang mengembang dan lembut.

Page 19: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

V. KESIMPULAN

Skin cream cenderung memiliki pH netral walaupun skin cream dengan

lidah buaya bernilai sedikit diatas pH netral, dari uji viskositas diperoleh bahwa

skin cream tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penambahan lidah buaya.

Skin cream tanpa lidah buaya memiliki kemampuan mengemulsikan minyak lebih

besar dari pada skin cream dengan lidah buaya dan skin cream tanpa lidah buaya

lebih stabil. Skin cream dengan penambahan lidah buaya ternyata lebih disukai

oles responden baik dari segi tekstur maupun aroma.

Sabun transparan hasil praktikum memiliki nilai PH terlalu basa, baik sabun

dari minyak kelapa maupun dari minyak kelapa sawit. Namun, secara keseluruhan

berdasarkan uji organoleptik diketahui bahwa sabun transparan dari minyak

kelapa lebih disukai dibandingkan sabun transparan dari minyak kelapa sawit. Hal

ini juga didukung oleh hasil uji stabilitas busa dan daya bersih sabun, dimana

sabun transparan dari minyak kelapa memiliki nilai yang lebih tinggi.

Parameter pengujian kualitas sabun cair menunjukkan bahwa sabun cair

yang dibuat dengan penambahan SLS cair memiliki tingkat kestabilan emulsi,

sabilitas, dan daya bersih lebih baik dibandingkan dengan sabun cair penambahan

SLS bubuk. Namun, ternyata dimata panelis uji organoleptik diketahui bahwa

secara umum sabun cair dengan penambahan SLS bubuk lebih disukai daripada

dengan penambahan SLS cair.

Adapun untuk kualitas mayones yang dibuat dengan penambahan bahan

secara langsung menunjukkan kualitas mayones yang lebih baik daripada yang

dibuat dengan penambahan secara step by step, baik dari viskositas, stabilitas

emulsi, maupun kapasitas emulsinya. Akan tetapi berdasarkan penilaian panelis

uji organoleptik, mayones yang dibuat dengan penambahan bahan step by step

lebih disukai dibanding mayones yang dibuat dengan penambahan secara

langsung.

Page 20: Pembuatan Dan Analisis Produk Emulsi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim .1979 . Farmakope Indonesia Ed . III . Depkes RI : Jakarta

Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta

Almazini, Prima. 2009. Pengaruh sabun terhadap kesehatan kulit. [5 Desember 2009]

Gehring W, Gehse M, Zimmerman V, et al. Effect of pH changes in specific detergent multicomponent emulsion on the water content of the stratum corneum.

George E.D dan J. A. Serdakowski. 1996. The Formulation of Bar Soaps. Di

dalam Spitz, L. (ed). 1996. Soaps and Detergents, A. Teoritical and

Practical Review. AOCS Press. Illinois.

Kirk, R.E., D.F. Othmer, J.D. Scott dan A. Standen. 1954. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 12. Interscience Publishers a Division of John Wiley and Sons, Inc., New York Halaman 573-592.

Matheson, K. L. 1996. Formulation of Detergents. VISTA Chemical Co

Minarsih, L. 2007. Penentuan Stabilitas, Aseptabilitas dan Efektivitas Krim

Pelembab Aloe vera linn dengan Penembahan Propilenglikol dalam

Basis Vanishing Krim. Tesis Universitas Airlangga Surabaya.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Elsevier. Amsterdam.

Murphy, L.J. 1978. Mousturization a Systematic Apprach in Moisturizing and Emmoliency Documentary Part I. C.J. Patterson Company, Kansas City.

Poucher, W.A. 1974. Perfumes, Cosmetics and Soap. Chapman and Hall. London

Suryani A., I. Sailah dan E Hambali. 2002. Teknologi Produksi Surfaktan. Jurusan

Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.

Bogor.

Wade, A. dan P. J. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 2nd

Edition. The American Pharmauceutical Association. Washington,

USA.

Williams, DF dan Schimitt, W.H. 2002. Kimia dan Teknologi Industri Kosmetika dan Produk-Produk Perawatan Diri. Terjemahan. FATETTA, IPB, Bogor.

http://pt.wikipedia.org/wiki/Trietanolamina. Didownload pada 5 Desember 2009.

http://resep-masakan-top.blogspot.com/2009/03/cara-resep-membuat-

mayonaise.html. Didownload pada 5 Desember 2009.