PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN...

166
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH POKLILI DI GRIYA LEMBAH DEPOK JAWA BARAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Dwi Aryurini NIM 11140540000005 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M  

Transcript of PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN...

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI

LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH POKLILI

DI GRIYA LEMBAH DEPOK – JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Dwi Aryurini

NIM 11140540000005

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

 

i

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI

LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH POKLILI

DI GRIYA LEMBAH DEPOK - JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Dwi Aryurini

NIM 11140540000005

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

 

 

 

 

v

ABSTRAK

Dwi Aryurini. Pemberdayaan Masyarakat Peduli

Lingkungan Melalui Bank Sampah PokLiLi di Griya

Lembah Depok – Jawa Barat, 2018

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses

pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan yang dilakukan

oleh Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya Lembah Depok.

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hambatan

atau faktor pendukung ketika Bank Sampah PokLiLi melakukan

pemberdayaan masyarakat. Serta penelitian dilakukan untuk

mengetahui dampak positif dari pemberdayaan masyarakat yang

dilaksanakan oleh Bank Sampah PokLiLi.

Penelitian ini menggunakan teori pemberdayaan masyarakat yaitu

serangkaian kegiatan melibatkan masyarakat untuk memperkuat

kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,

termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Dalam penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif

kualitatif, yaitu peneliti mengumpulkan data dengan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan

masyarakat peduli lingkungan yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi meliputi tahap persiapan, tahap pengkajian, tahap

perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pemformu-

lasian rencana aksi, tahap pelaksanaan program atau kegiatan,

tahap evaluasi dan tahap terminasi. Hambatan atau faktor pen-

dukung Bank Sampah PokLiLi ketika melakukan pemberdayaan

berasal dari internal maupun eksternal. Dampak positif dan

negatif dari pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Bank

Sampah PokLiLi dilihat dari segi lingkungan, ekonomi, sosial

atau aspek skill dan pengetahuan/keilmuan.

 

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji dan syukur kita sampaikan ke hadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos). Shalawat beriring salam semoga

tercurah baginda Rasulullah SAW, yang telah memperjuangkan

agama Islam dan keselamatan kaum muslimin serta memberikan

tuntunan kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pem-

bawa syariat bagi seluruh manusia dalam setiap ruang dan waktu

hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Dengan penuh kerendahan hati, penulis berharap

menerima masukan dan kritikan yang membangun demi

perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta introspeksi diri

di masa depan.

Penulisan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu sebagai rasa syukur perkenankan

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Ja-

karta.

2. Bapak Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D. Wakil Dekan I Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

 

vii

3. Ibu Dr. Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Ja-

karta.

4. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si. Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Ja-

karta.

5. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. dan Bapak Hudri, M.Ag. Ketua

dan Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Drs. Yusra Kilun M.Pd. Dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya

untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

yang telah mendidik, memberikan wawasan dan bimbingan

selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua Bank Sampah

PokLiLi yang telah meluangkan waktu dan memberikan

informasi yang dibutuhkan penulis untuk melakukan

penelitian.

9. Pengurus Bank Sampah PokLiLi beserta masyarakat di

perumahan Griya Lembah Depok atas informasi, bantuan,

dan sarannya sehingga penelitian dapat dilakukan dengan

baik.

 

viii

10. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan

yang sangat berarti bagi penulis baik itu dari segi moril

maupun materiil.

11. Kedua kakak ku Devi Kusmarrifah S.Pd. dan Harrie Santoso

Yusuf yang telah memberikan bantuan berupa saran dan

arahan selama proses pembuatan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan PMI angkatan 2014. Semoga

ilmu yang didapat bermanfaat dan kita semua menjadi orang

yang sukses di dunia maupun di akhirat.

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu dalam memberikan kontribusi selama penyusunan

skripsi ini. Tidak lupa perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dengan segala buku-buku rujukannya

sehingga penulisan karya ilmiah ini bisa terselesaikan.

Depok, 30 Januari 2019

Penulis

Dwi Aryurini

 

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Pernyataan Keaslian Karya ....................................................................... iii

Lembar Persetujuan ................................................................................... iv

Lembar Pengesahan .................................................................................... v

Abstrak ..................................................................................................... vii

Kata Pengantar ........................................................................................ viii

Daftar Isi.................................................................................................... xi

Daftar Tabel ............................................................................................ xiii

Daftar Gambar ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 12

D. Metodologi Penelitian ................................................................... 13

1. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 15

2. Analisis Data ............................................................................ 16

3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................... 17

4. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 19

E. Kajian Pustaka ............................................................................... 21

 

x

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 27

A. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 27

B. Lingkungan .................................................................................... 32

C. Dampak ......................................................................................... 36

BAB III PROFIL LEMBAGA ............................................................... 39

A. Profil Bank Sampah PokLiLi ........................................................ 39

B. Sejarah Bank Sampah PokLiLi ..................................................... 39

C. Latar Belakang Berdirinya Bank Sampah PokLiLi ....................... 42

D. Tujuan Bank Sampah PokLiLi ...................................................... 43

E. Manfaat Bank Sampah PokLiLi .................................................... 44

F. Struktur Kepengurusan Bank Sampah PokLiLi ............................ 45

G. Mekanisme Kerja Bank Sampah PokLiLi ..................................... 47

H. Pembiayaan Operasional Bank Sampah PokLiLi ......................... 49

I. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Sampah PokLiLi ......................... 50

BAB IV TEMUAN PENELITIAN ........................................................ 54

A. Pelaksanaan Bank Sampah ............................................................ 55

B. Hambatan atau Faktor Pendukung Bank Sampah ......................... 89

C. Dampak Positif Bank Sampah ....................................................... 97

BAB V ANALISA .................................................................................. 102

A. Proses Pemberdayaan Masyarakat .............................................. 105

B. Hambatan atau Faktor Pendukung .............................................. 117

C. Dampak Pemberdayaan Masyarakat ........................................... 122

 

xi

BAB VI PENUTUP ............................................................................... 126

A. Kesimpulan .................................................................................. 126

B. Saran ............................................................................................ 126

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 128

LAMPIRAN ........................................................................................... 133

 

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Timbulan Sampah di Indonesia................................................... 3

Tabel 1.2 Timbulan Sampah di Kota Depok ............................................... 7

Tabel 1.3 Karakteristik Sampah di TPA Cipayung Depok ......................... 8

Tabel 1.4 Tabel Informan .......................................................................... 15

Tabel 1.5 Waktu Penelitian ....................................................................... 20

Tabel 4.1 Anggota Keseluruhan Bank Sampah ........................................ 65

Tabel 4.2 Anggota Mengumpulkan........................................................... 66

Tabel 4.3 Anggota Mengumpulkan dan Menghitung ............................... 68

Tabel 4.5 Anggota mengumpulkan, Menghitung, Daur Ualang ............... 69

Tabel 4.5 Jadwal Penimbangan dan Hasil................................................. 70

 

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Bank Sampah .......................................................... 46

Gambar 5.1 Proses Penimbangan dan Penjualan .................................... 115

Gambar 5.2 Proses Pemilahan Sampah ................................................... 115

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lonjakan jumlah penduduk dan semakin banyaknya

penggunaan kantong plastik menjadi pemicu meledaknya

jumlah sampah plastik. Kondisi itu juga diperparah dengan

budaya membuang sampah di sungai atau selokan. Sebagian

besar jumlah sampah konsumsi warga perkotaan yang tidak

mudah terurai, terutama plastik. Hal itu dapat dilihat dalam

kegiatan perekonomian di Indonesia yang menggunakan

plastik sebagai komponen utama. Di sisi lain, lahan untuk

menampung sisa konsumsi terbatas.

Saat ini sudah terlalu banyak daerah yang dijadikan

sebagai TPA atau tempat pembuangan sampah yang

sebenarnya ditujukan untuk memusatkan lokasi pembuangan

sampah, namun pada kenyataannya, pengelolaan sampah

pada tempat-tempat pembuangan sampah tersebut tidak

dilakukan secara maksimal. Adapun gejalanya antara lain

kurangnya kesadaran masyarakat membedakan jenis-jenis

sampah dalam pembuangannya. Ketidakmampuan masyara-

kat dalam membedakan pembuangan sampah menurut jenis

dan macamnya dapat membuat proses penguraian sampah

menjadi terhambat.

Sebenarnya sampah tidak lah salah tetapi yang salah

adalah perbuatan dari manusianya itu sendiri dalam

membuang sampah. Sampah pastinya diakibatkan oleh

 

2

manusia itu sendiri, perlu diketahui bahwa banyak penyebab

yang diakibatkan dari manusia dalam membuang sampah

ataupun limbah secara sembarangan, yakni di dalam pikiran

sebagian masyarakat pada umumnya menganggap bahwa

membuang sampah sembarangan ini bukanlah hal yang salah

dan wajar untuk dilakukan. Norma dari lingkungan sekitar

seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau bahkan tempat

pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor

besar didalam munculnya suatu perilaku. Contohnya,

pengaruh lingkungan seperti membuang sampah

sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya

perilaku membuang sampah sembarangan.

Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa

mudah untuk dilakukan. Jadi, orang tidak akan membuang

sampah sembarangan jika tersedianya banyak tempat

sampah. Tempat yang kotor dan memang sudah banyak

sampahnya. Tempat yang asal mulanya terdapat banyak

sampah, bisa membuat orang yakin bahwa membuang

sampah sembarangan diperbolehkan ditempat tersebut. Jadi,

warga sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di

tempat tersebut.

Selain itu terdapat berbagai hal yang dapat menjadikan

sampah sulit untuk dikelola dengan baik, yakni:

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari

kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami

masalah persampahan.

 

3

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak

disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang

persampahan.

3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi

di segala bidang termasuk bidang persampahan.

4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak

benar, menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah,

sehingga juga memperbanyak populasi vector pembawa

penyakit seperti lalat dan tikus.

5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan

kembali barang bekas juga ketidakmampuan masyarakat

dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak,

Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya,

sehingga cepat menjadi sampah.

6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat

Tembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta

formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah

juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan

penggunaan tanah.

7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa

daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah.

8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk,

karena cuaca yang semakin panas.

10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang

sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan.

 

4

Sebuah kajian dari Universitas Georgia yang telah

dirilis pada tahun 2016 menemukan bahwa lautan di

Indonesia ialah perairan kedua di dunia yang menyimpan

sampah anorganik terbanyak. Lautan yang ada di Indonesia

adalah wilayah laut urutan kedua yang menyimpan sampah

anorganik terbanyak di dunia. Bahkan Indonesia adalah

negara terbesar kedua yang menyumbang sampah anorganik

ke laut setelah negara Tiongkok. Hasil riset menyatakan

bahwa warga Indonesia menyumbang 700 lembar kantong

plastik per orang per tahun terutama di Kota-kota besar yang

menjadi penyebab timbulan sampah anorganik di Indonesia

terus meningkat. Sungai Ciliwung adalah satu sungai tua di

Jakarta yang dipenuhi oleh sampah. Diperkirakan sampah

seluas tujuh lapangan sepak bola dibuang ke sungai Ciliwung

setiap harinya.1

Jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia

yang telah mencapai 175.000 s.d 176.000 ton/hari atau setara

64 juta ton/tahun. Tantangan terbesar pengelolaan sampah

adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah

lingkungan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di

beberapa kota tahun 2012, pola pengelolaan sampah di

Indonesia sebagai berikut: diangkut dan ditimbun di TPA

(69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%),

dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%). Saat ini lebih

1Buletin Cipta Karya, “HPSN 2017 Kelola Sampah dari Sumbernya”,

artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari http://ciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/

2017/pdf/1491889968-Buletin%20CK Feb2017.pdf

 

5

dari 90% Kabupaten/Kota di Indonesia masih menggunakan

sistem open dumping atau bahkan dibakar. Pada saat ini,

upaya pemilahan dan pengolahan sampah masih sangat

minim sebelum akhirnya sampah ditimbun di TPA.2

Tabel 1.1

Timbulan Sampah di Beberapa Kota Metropolitan di Indonesia3

No Kabupaten/

Kota

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Jumlah

Sampah

Ditimbun

TPA

(ton/hari)

Jumlah

Sampah

Tidak

Terkelola

(ton/hari)

Timbulan

Sampah

(Ton/Hari)

1 Bekasi 2.447.930 565.00 85.67 1224.00

2 Jakarta Timur 2.946.106 6500.00 186.00 1.85

3 Makassar 1.469.601 1000.00 425.00 1425.00

4 Jakarta Pusat 1.139.285 1599.63 0.00 2191.51

5 Tangerang 2.093.706 928.07 105.91 1222.72

6 Semarang 1.658.552 850.00 100.00 1270.13

7 Jakarta Utara 1.706.276 1048.96 1.20 1160.11

8 Palembang 1.800.531 750.00 181.28 1080.32

9 Surabaya 3.074.490 1477.00 0.00 2790.89

10 Bandung 2.490.622 1120.00 264.09 1494.57

11 Depok 2.179.813 600.00 528.00 1320.00

12 Jakarta Selatan 2.208.172 1356.98 79.52 1577.73

13 Jakarta Barat 2.530.568 1173.51 0.28 1300.00

Sumber: Data KLH

Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03

Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di

Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25 lt/org/hari dan

berdasarkan perhitungan hasil konsultan terdahulu bahwa

produksi sampah per hari per orang 2,65 liter (skala kota)

2Kementerian Lingkungan Hidup, “Rangkaian HLH 2015-Dialog Pe-

nanganan Sampah Plastik.” artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari

http://www.menlh.go.id/rangkaian-hlh-2015-penanganan-sampah-plastik/ 3Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, “Sistem Penge-

lolaan Sampah Nasional,” artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari http://sipsn.

menlhk.go.id

 

6

dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari)4 maka pada

tahun 2018 dapat dihitung timbulan sampah total dengan

jumlah penduduk kota Depok adalah 2.179.813 jiwa

diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah 1.320

ton/hari.

Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah

rumah tangga, pasar, Komersial/jalan dan Industri/rumah

sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan adalah 1.320

ton/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih

dikelola secara tradisional atau disebut juga Kota Depok

menerapkan sistem operasi Sanitary Landfill dengan cara

pengisian secara maksimal pada trench (parit) yang masih

bisa disesuaikan serta menutupnya dengan cover soil

(menutupi tanah) setinggi 20 cm dengan penutup akhir

setebal 60 cm.

Luas daerah pelayanan sampah di Kota Depok

119,83Km2 sedangkan persentase cakupan daerah pelayanan

sampah sebesar 59,83%. Jadi jumlah sampah yang tertangani

atau dapat ditimbun TPA kurang lebih hanya sekitar

setengahnya saja yaitu 600 ton/hari sedangkan jumlah

sampah yang tidak dapat tertampung di TPA atau tidak

4Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2008 (Paket

4),artikel diakses pada 26 2017 dari http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/opac/themes/bappenas4/templateDetail.jsp?id=112733&lokasi=lokal

 

7

terkelola dengan baik oleh pemerintah Kota Depok sebesar

528 ton/hari.5

Agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa

menjaga lingkungan. Hal tersebut tertuang dalam firman

Allah SWT dalam Q.S Al-A’raaf ayat 56 yang artinya

sebagai berikut :

ا صلحوادعوه ول تفسدوا ف الرض بعد ا

قريب من ة الل ن رحخوفا وطمعا ا

نني ﴿ ﴾٦٥المحس

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan

di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan

berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada

orang-orang yang berbuat baik.”6

Dari penjelasan ayat tersebut, kita dapat mengambil

pelajaran bahwa sudah seharusnya umat manusia menjaga

kelestarian lingkungan tempat tinggalnya. Sebagaimana

kodrat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini yang

5Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, “Sistem Infor-

masi Pengelolaan Sampah Nasional,” artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari

http://sipsn.menlhk.go.id 6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-A’raf ayat

56, (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002), h. 158.

 

8

bertanggung jawab serta berkewajiban memelihara dan

menjaga semua ciptaan Allah SWT. Masalah sampah

sebagian besar menjadi penyebab utama kerusakan

lingkungan di masyarakat yang hampir terabaikan bahkan

sudah menjadi masalah sosial dan umum kita temukan di

kehidupan sehari-hari. Undang-undang No. 18 Tahun 2008

tentang pengelolaan sampah menerangkan bahwa

pengelolaan sampah di Indonesia belum menggunakan

metode dan teknik yang sesuai dengan standar berwawasan

lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif.

Tabel 1.2

Timbulan Sampah di Kota Depok7

Kecamatan M3/hari

Beji 237

Bojong Sari 280

Cilodong 200

Cimanggis 240

Cinere 156

Cipayung 199

Limo 160

Pancoran Mas 239

Sawangan 278

Sukmajaya 238

Tapos 277

Jumlah 2504

Sumber: SSK Kota Depok

7Pemutakhiran SSK (Strategi Sanitasi Kota Depok) Tahun 2015

 

9

Tabel 1.3

Karakteristik komposisi jenis sampah TPA Cipayung Depok8

No. Komposisi Jenis

Sampah

Persentase

(%)

Periode Penguraian

(Pelapukan) *)

1 Bahan organik 72,97 2 – 7 minggu

2 Kertas 7,07 3 – 6 bulan

3 Kaca/Beling/Gelas 1,25 1 juta tahun

4 Plastik 3,57 > 100 tahun

5 Logam 1,37 > 100 tahun

6 Kayu 3,65 1 – 13 tahun

7 Kain 2,40 6 bulan – 1 tahun

8 Karet 1,24 25 – 43 tahun

9 Lain-Lain 6,38 –

Jumlah 100,00

Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002 & *) : West Java

ASER, 2001

Kota Depok merupakan daerah yang berbatasan

dengan kota-kota yang pertumbuhan pembangunannya pesat

atau disebut juga dengan kota metropolitan yaitu Kota

Bogor, Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Hal tersebut

merupakan penyebab dari pertumbuhan penduduk yang pesat

diimbangi dengan pola konsumsi masyarakat di Kota Depok

telah berdampak pada bertambahnya volume sampah yang

semakin hari semakin meningkat jumlahnya dan beragam

jenisnya. Kondisi seperti ini diperparah pula dengan pola

pikir dan kebiasaan hidup masyarakat yang hanya membuang

sampah tanpa menerapkan kegiatan 3R yang sudah

dicanangkan oleh pemerintah.

Untuk dapat mengelola sampah secara maksimal dan

efisien maka pengelolaannya haruslah berbasis masyarakat

yaitu masyarakat berperan serta aktif mengelola sampah.

8“Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2008 (Pa-

ket 4),” artikel diakses pada 26 Juni 2018 dari

http://perpustakaan.bappenas.go.id

 

10

Salah satu upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat

adalah dengan mendirikan bank sampah khususnya di daerah

perkotaan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi. Bank

sampah merupakan cara dan solusi pengendalian sampah

dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-

sama mengelola sampah secara mandiri dan produktif

sehingga tercipta lingkungan bersih, sehat dan asri sekaligus

mendapat manfaat ekonomi langsung dari sampah.

Pengembangan Bank Sampah merupakan kegiatan

bersifat sosial engineering yang mengajarkan masyarakat

untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran

masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak, harus

terus dilakukan dengan inovasi terus menerus dan pada

gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA.

Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum

awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai

memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah, karena

sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga

pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi

budaya baru Indonesia.9

Jumlah Bank Sampah di Kota Depok terus bertambah.

Saat ini, tercatat lebih dari 400 bank sampah yang berdiri di

11 Kecamatan se-Kota Depok. Menurut data yang

dikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH), dari

9Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,“Inovasi Pengem-

bangan Bank Sampah Sistem On-Line,” artikel diakses pada 29 Juni 2018 dari

http://www.menlhk.go.id/berita-13-inovasi-pengembangan-bank-sampah-sistem-online-.html

 

11

gerakan memilah sampah bisa mengurangi volume sampah

di TPA Cipayung sampai 15 persen. Idealnya, harus ada satu

bank sampah dalam satu RT, di mana jumlah RT se Kota

Depok ada sekitar 4500-5000. Baiknya, jumlah bank sampah

sejumlah itu pula. Akan tetapi, saat ini baru ada sekitar 400

bank sampah yang artinya baru sekitar 10 persennya saja.

Namun, dari 10 persen itu ternyata sudah dapat mengurangi

volume sampah secara keseluruhan.10

Bank sampah PokLiLi terletak di RT 3 RW 24

Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.

Tanggal 16 Maret 2008 merupakan awal momentum dari

gagasan terciptanya bank sampah oleh Ibu Djuniawan

Wanitarti. Bermula dari mengelola sampah di rumahnya

sendiri lalu memilah-milah sampah organik dan non-organik.

Kemudian, Ibu Djuni belajar mengolah sampah organik

menjadi kompos dengan teknik kompos takakura. Dari

situlah ia mulai mengajak orang lain untuk melakukan hal

serupa dengan menggunakan dana kas RT untuk membeli

keranjang takakura. Dari kebiasaan ini, warga mulai

mengolah sampahnya sendiri bahkan Ibu Djuni

menyempatkan keliling dan menanyakan seberapa banyak

sampah yang sudah diolah warga. Bagi warga yang memiliki

tabungan sampah paling banyak, Ibu Djuni menyediakan

hadiah pada akhir bulan. Setelah itu, pada tanggal 1 Maret

10Pertamba-

han Jumlah Bank Sampah di Kota Depok, artikel diakses pada 1 Januari 2018

dari https://www.depok.go.id/26/02/2015/01-berita

 

12

2010 berdirilah Bank Sampah PokLiLi yang diprakarsai oleh

Ibu Djuniawan Wanitarti dan sejumlah tetangganya.

Melalui Bank Sampah PokLiLi, pengolahan sampah

tidak hanya pada sampah organik, tetapi juga berkembang

pada sampah non-organik berupa plastik, kaleng, kain, botol,

dan sejenisnya. Dengan kursus singkat, warga memperoleh

keterampilan mengolah sampah menjadi barang kerajinan

bernilai ekonomi. Bank Sampah PokLiLi (Kelompok Peduli

Lingkungan) berdiri sejak tahun 2008, Bank Sampah ini

telah berhasil memberdayakan para nasabahnya, sehingga

dapat menjadi tambahan penghasilan bagi para nasabahnya

dan menambah wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana

mengelola sampah yang baik dan benar serta melestarikan

lingkungan tempat tinggal.11

Berdasarkan realitas di atas, penulis akan mengkaji

tentang perspektif pemberdayaan masyarakat melalui Bank

Sampah. Penelitian ini akan dituangkan dalam sebuah skripsi

yang berjudul: “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEDULI LINGKUNGAN MELALUI BANK SAMPAH

POKLILI DI GRIYA LEMBAH DEPOK”.

11Mengelola Sampah ala Bank Sampah Poklili, artikel diakses pada 1

Januari 2018 dari https://klasika.kompas.id/mengelola-bank-sampah-poklili/

 

13

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat peduli

lingkungan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi?

2. Apa saja hambatan atau faktor pendukung Bank Sampah

PokLiLi ketika melakukan pemberdayaan?

3. Bagaimana dampak positif dari pemberdayaan yang

dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian :

a. Untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat

peduli lingkungan yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi.

b. Untuk mengetahui hambatan atau faktor pendukung

ketika Bank Sampah PokLiLi melakukan

pemberdayaan.

c. Untuk mengetahui dampak positif dari pemberdayaan

yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi.

2. Kegunaan Penelitian :

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan bagi Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam. Memberikan

tambahan pemahaman tentang pemberdayaan

terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat

 

14

melalui Bank Sampah. Sehingga ilmu pengetahuan

tentang pemberdayaan menjadi luas cakupannya.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif

bagi semua pihak baik masyarakat maupun

pemerintah, dalam mengatasi masalah sampah.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang

perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan

kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris,

dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu

dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga

terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara

yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,

sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-

cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang

digunakan dalam peneltian itu menggunakan langkah-

langkah tertentu yang bersifat logis.12

Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasanya

dimanfaatkan untuk mencari data adalah wawancara,

pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Penelitian kualitatif

12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Ban-

dung: CV Alfabeta, 2014), h. 34.

 

15

dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu

merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara

terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan,

perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.

Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami

objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khususnya yang alamiah memanfaatkan berbagai metode

alamiah. Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif ini memudahkan dalam mendeskripsikan beberapa

fakta-fakta, dan hasil yang terdapat di lapangan penelitian.

Jika dilihat dari jenisnya, maka kita dapat

membedakan sumber data yang diperoleh dari penelitian

deskriptif kualitatif sebagai data primer dan data sekunder

adalah sebagai berikut :

a. Data Primer: data ini berupa teks hasil wawancara dan

diperoleh melalui wawancara dengan informan yang

sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat

direkam atau dicatat oleh peneliti.

b. Data Sekunder: data sekunder berupa data-data yang

sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan

cara membaca, melihat atau mendengarkan.13

13Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), h. 209-210.

 

16

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan meliputi observasi, wawancara, dan

dokumentasi :

a. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara mengadakan

penelitian secara teliti, serta pencatatan secara

sistematis.14

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi

jawaban atas pertanyaan itu.15 Jenis wawancara yang

dipilih adalah terstruktur dan tak terstruktur. Adapun

rencana orang-orang yang akan dijadikan informan

adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4

Tabel Informan

No Informan Jumlah

1 Ketua Bank Sampah “PokLiLi” 1

2 Pengurus Bank Sampah “PokLiLi” 4

3 Masyarakat 13

Jumlah 18

Sumber: Data olahan sendiri

14Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 143. 15Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi (Ban-

dung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 174.

 

17

c. Studi dokumen

Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan

data yang tidak langsung ditujukan kepada objek

penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa

berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.

Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer,

jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung

mengalami suatu peristiwa; dan dokumen sekunder,

jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang

selanjutnya ditulis oleh orang ini.

2. Analisis Data

Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan

jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan

pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam

proyek penelitian.16 Analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis

16Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: PT PRASETIA WIDIA

PRATAMA, 2000), h. 87

 

18

yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya

dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga

selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara

berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata

hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang

menjadi teori.17

3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang

diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan

keandalan (realibilitas) menurut versi ‘positivisme’ dan

disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan

paradigmanya sendiri.18

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Menurut Denzin yang terdapat dalam buku Metode

Penelitian Kualitatif: edisi revisi oleh Lexy J. Moleong,

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik, dan teori.

17Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Ban-

dung: CV Alfabeta, 2014), h. 244-245. 18Ibid, h. 321.

 

19

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan

jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa yang

dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan

apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat

biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,

orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan

hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton

dikutip oleh Lexy J. Moleong terdapat dua strategi, yaitu:

(1) mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2)

mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama. Teknik triangulasi dengan

penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data. Triangulasi dengan teori

menurut Lincoln dan Guba dikutip oleh Lexy J. Moleong

berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa

 

20

derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di

pihak lain, Patton dikutip oleh Lexy J. Moleong

berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan

dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival

explanation).19

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan

hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain

bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-rechek

temuannya dengan jalan membandingkannya dengan

berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka

peneliti dapat melakukannya dengan jalan :

- Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,

Peneliti membuat pedoman wawancara terlebih dahulu.

Kemudian terjun ke lapangan untuk melakukan wa-

wancara kepada para narasumber terkait. Setelah itu

peneliti membandingkan semua hasil wawancara yang

didapatkan untuk mendaparkan data yang paling akurat

dari hasil kegiatan wawancara.

- Mengeceknya dengan berbagai sumber data,

Peneliti menelaah kembali berbagai sumber data yang

berkaitan dengan penelitian ini, seperti data dokumen

pribadi Bank Sampah PokLiLi, penelitian karya ilimiah

terdahulu, jurnal, artikel dan sumber data lainnya yang

19Ibid, h. 330-332.

 

21

berkaitan dengan penelitian. Bertujuan agar data

penelitian yang dihasilkan valid.

- Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan

kepercayaan data dapat dilakukan.20

Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif untuk mendeskripsikan beberapa fakta-fakta,

dan hasil yang terdapat di lapangan penelitian.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung mulai Juli 2018

sampai dengan November 2018. Lokasi penelitian terletak

di Griya Lembah Depok, JL Tole Iskandar, Blok B1 No.

5, RT. 03/ RW. 24, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan

Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16417.

Sebelum peneliti membuat ke dalam sebuah skripsi,

maka proses penelitian ini dilakukan secara bertahap

mulai dari penyusunan proposal kemudian melakukan

seminar proposal dan pendalaman pustaka. Setelah itu,

peneliti mengajukan surat pengantar bimbingan skripsi

yang selanjutnya mengurai proposal menjadi pembahasan

bab I, menyusun acuan teori, turun ke lapangan atau

mengumpulkan data, analisa data dan membuat laporan

penelitian serta kesimpulan dan saran.

Berikut ini kegiatan disertai jadwal waktu penelitian

pada saat melakukan proses penelitian skripsi :

20Ibid, h. 330-332.

 

22

Tabel 1.5

Waktu Penelitian

Sumber: Data olahan sendiri

No Kegiatan Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

1 Penyusunan

proposal

2 Seminar

proposal

3 Pendalaman

pustaka

4

Mengajukan

surat

pengantar

bimbingan

skripsi

5

Mengurai

proposal

menjadi

pembahasan

bab1

6 Menyusun

acuan teori

7

Turun ke

lapangan

atau

mengumpulk

an data

8

Analisa data

dan

membuat

laporan

penelitian

9

Membuat

kesimpulan

dan saran

 

23

E. Kajian Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan

penelusuran beberapa karya penelitian yang berkaitan dengan

penelitian yang akan penulis kaji, salah satu diantaranya

penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat: Studi

Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit

Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan”,

penelitian ini dilakukan oleh Bunga Nur Mawaddah Nasution

(2013), jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakulatas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini membahas pemberdayaan masyarakat

melalui partisipasi oleh warga perumahan Bukit Pamulang

Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan dalam pengelolaan

sampah anorganik menjadi barang bernilai ekonomis yang

dilakukan bank sampah melati bersih BPI serta dampak dari

adanya kegiatan pemberdayaan tersebut.21

Kedua, penelitian yang berjudul “Dampak Bank

Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan

Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di

Kelurahan Pondok Petir RW: 09) Bojongsari Kota Depok”,

karya tulis ini ditulis oleh Jean Anggraini (2013), jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam, Fakulatas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini membahas upaya pemberdayaan masyarakat

21Bunga Nur Mawaddah Nasution, “Pemberdayaan Masyarakat: Studi

Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09

dan 13 Tangerang Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komu-

nikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013).

 

24

melalui pengelolaan bank sampah serta dampak program

bank sampah Cempaka II terhadap kesejahteraan masyarakat

pada pelatihan bungkus kopi dan pengelolaan bank sampah

di lingkungan Desa Pondok Petir RT: 02 Bojongsari Kota

Depok.22

Ketiga, penelitian yang berjudul “Faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam

Pemberdayaan Lingkungan Melalui Kegiatan Daur Ulang

Sampah Anorganik (Studi Kasus: Di Villa Inti Persada RT

06, Pamulang Timur, Tangerang Selatan)”, karya tulis ini

ditulis oleh Umu Salamah (2014), jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat berbasis

lingkungan melalui partisipasi ibu rumah tangga dalam

kegiatan daur ulang sampah anorganik pada dimensi ruang

lingkup rumah tangga, pekerjaan domestik, kegiatan sosial.

Terutama bagaimana faktor yang mempengaruhi partisipasi

ibu rumah tangga dalam kegiatan daur ulang sampah

anorganik di daerah Villa Inti Persada RT 06, Pamulang

Timur, Tangerang Selatan.23

22Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan

Masyarakat dan Lingkungan Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Ke-

lurahan Pondok Petir RW 09 Bojongsari Kota Depok,” (Skripsi S1 Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013). 23Umu Salamah, “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah

Tangga dalam Pemberdayaan Lingkungan Melalui Kegiatan Daur Ulang Sam-

pah Anorganik Studi Kasus: di Villa Inti Persada RT 06, Pamulang Timur,

Tangerang Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Uni-

versitas Islam Negeri Jakarta, 2014).

 

25

Keempat, penelitian yang berjudul “Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Bank Sampah Sinar Lestari RW 09

Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta”,

karya tulis ini ditulis oleh Mahbuban MS (2016), jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini

membahas proses pemberdayaan masyarakat melalui Bank

Sampah Sinar Lestari yaitu Tahap Penyadaran, Tahap

Pembekalan Keterampilan, dan Tahap Partisipasi

sedangkan dampak positif adanya bank sampah terdiri dari

dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.24

Kelima, penelitian yang berjudul “Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Pengelolaan Bank Sampah Kartini di

Dusun Randugunting RW 02 Desa Tamanmartani

Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman”, karya tulis ini

ditulis oleh Garindra (2016), jurusan Pendidikan Luar

Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta. Penelitian ini membahas pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat melalui Bank Sampah yang

meliputi tiga tahap, yaitu tahap penyadaran, tahap

transformasi kemampuan, dan tahap peningkatan

kemampuan intelektual dan kecakapan-keterampilan dan

juga dampak pemberdayaan masyarakat melalui bank

sampah dilihat dari segi pendidikan, kesehatan maupun

24Mahbuban MS, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah

Studi pada Bank Sampah Sinar Lestari RW 09 Kelurahan Sorosutan, Kecama-

tan Umbulharjo, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2016).

 

26

ekonomi serta faktor pendukung dan faktor penghambat

pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengelolaan

bank sampah Kartini di Dusun Randugunting Desa

Tamanmartini Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman.25

Persamaan dan perbedaan yang telah dilakukan oleh

sejumlah peneliti dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah sama-sama meneliti tentang pemberdayaan

masyarakat melalui bank sampah dimana sasaran dan

pelaksana dari kegiatan program bank sampah tersebut

adalah masyarakat sekitar tempat penelitian, baik itu yang

melibatkan ketua/tokoh masyarakat setempat, ketua/

pengurus bank sampah maupun nasabah/masyarakat sekitar.

Selain itu, semua penelitian skripsi yang dipakai penulis

sebagai acuan sama-sama menggunakan metode deskriptif

kualitatif dalam proses pengumpulan data penelitian.

Persamaan lainnya yaitu teori pemberdayaan merupakan

dasar dari teori yang dipakai untuk semua penelitian tersebut.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

penulis kaji sekarang dapat dilihat dari judul penelitian

terdahulu berbeda dengan penelitian yang dimilki oleh

penulis sekarang. Baik itu dari segi isi maupun tujuan

penelitian tersebut, seperti penelitian yang dilakukan Bunga

Nur Mawaddah Nasution dan Umu Salamah yang sama-sama

berjudul tentang partisipasi yang dilakukan oleh warga dan

25Garindra, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Bank

Sampah Kartini di Dusun Randugunting RW 02 Desa Tamanmartani Kecama-

tan Kalasan Kabupaten Sleman,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Uni-

versitas Negeri Yogyakarta, 2016).

 

27

ibu rumah tangga serta penelitian Jean Anggraini tentang

dampak bank sampah yang berfokus pada

kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan

penelitian yang penulis kaji sekarang tentang pemberdayaan

yang dilakukan oleh masyarakat peduli lingkungan yang

tertuju pada ketua, pengurus serta nasabah atau masyarakat

yang terlibat dalam pelaksanaan bank sampah PokLiLi.

Kemudian perbedaan dari sasaran atau subyek maupun

obyek penelitian seperti penelitian skripsi yang dilakukan

oleh Mahbuban MS dan Garindra membahas proses

pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah melalui tiga

tahap yaitu tahap penyadaran, tahap transformasi

kemampuan, dan tahap peningkatan kemampuan intelektual

serta dampaknya yang dilihat dari segi pendidikan, ekonomi

dan kesehatan.

Sedangkan pada penelitian skripsi yang akan penulis

bahas menggunakan teori pemberdayaan masyarakat secara

luas namun spesifik tentang proses pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan melalui bank

sampah PokLiLi yang tidak hanya bertumpu pada tiga tahap

tersebut serta dampak yang penulis ambil bukanlah dari segi

pendidikan melainkan lingkungan dan masyarakat yang

terlibat langsung dalam ruang lingkup penelitian yang

penulis ambil.

Jika dilihat dari penjelasan penelitian skripsi terdahulu

dengan persamaan dan perbedaan penelitian yang penulis

lakukan sekarang menunjukkan bahwa penelitian tentang

 

28

Pemberdayaan Masyarakat Peduli Lingkungan melalui Bank

Sampah PokLiLi masih layak untuk diteliti. Karena sejauh

penelusuran peneliti belum ditemukan hasil penelitian yang

membahas penelitian ini karena terdapat perbedaan dari segi

judul, subyek maupun obyek, dan tempat penelitian.

 

29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau

keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan

bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan

seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat

orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari

keinginan dan minat mereka.26

Konsep pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu

konsep utama dalam ilmu kesejahteraan sosial pada era

1990-an hingga saat ini, sering kali dikaitkan dengan

intervensi komunitas. Konsep pemberdayaan masyarakat ini

mendapat penekanan yang lebih khusus, terutama pada

model intervensi pengembangan masyarakat. Sebagai suatu

konsep, pemberdayaan masyarakat mempunyai berbagai

definisi.

Salah satunya bahwa pemberdayaan (empowerment),

pada intinya, ditujukan guna membantu klien memperoleh

daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,

termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial

dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui

26Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat (Ban-

dung: PT Refika Aditama, 2005), h. 57.

 

30

peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui

transfer daya dari lingkungannya.27

Menurut Ife yang terdapat dalam buku Membangun

Masyarakat Memberdayakan Rakyat oleh Edi Suharto,

pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni

kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan

bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti

sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas :

1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan

hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan

mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.

2. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan

kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan

menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi

secara bebas dan tanpa tekanan.

4. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau,

menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata

masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial,

pendidikan, kesehatan.

5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-

sumber formal, informal dan kemasyarakatan.

27Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan

Masyarakat: Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Rajawali

Pers, 2013), h. 205-206.

 

31

6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan

mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran

barang serta jasa.

7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses

kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Sebagai proses,pemberdayaan adalah serangkaian

kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan.28

Pandangan bahwa pembangunan sosial dapat dengan

baik dilakukan oleh rakyat sendiri, dengan membentuk

kerjasama secara harmonis pada masyarakat lokal itu sendiri

membentuk dasar apa yang disebut dengan pendekatan

kemasyarakatan pembangunan sosial. Dengan cara ini,

mereka mampu memiliki kontrol pada sumber dan urusan

lokal. Baik juga untuk mereka agar menjaga sumber

eksternal untuk melaksanakan pembangunan sosial pada

tingkat lokal. Pendekatan kemasyarakatan ini sangat

dipengaruhi oleh paham ‘populis’. Pendukung strategi

pembangunan sosial yang berbasis masyarakat mengadopsi

strategi pembangunan sosial yang berusaha untuk

menciptakan kesejahteraan rakyat dalam konteks kehidupan

masyarakat.

28Edi Suharto, Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat (Ban-

dung: PT Refika Aditama, 2005), h. 59-60.

 

32

Komunitarisme atau kemasyarakatan tidak

membutuhkan kepemilikan umum tetapi lebih mendesak

rakyat untuk berkolaborasi dengan yang lain untuk

mengangkat kepentingan mereka di dalam lingkungan

masyarakat. Para penganut komunitarisme atau

kemasyarakatan ini menentang ide bahwa pemerintah yang

seharusnya bertanggungjawab akan pembangunan, tetapi

mereka lebih percaya bahwa program pembangunan yang

paling efektif dan bertahan lama adalah yang diciptakan oleh

masyarakat itu sendiri.29

Tahapan atau langkah pemberdayaan masyarakat

sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan (Engagement)

Pada tahap persiapan ini didalamnya sekurang-

kurangnya ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu

(a) Penyiapan Petugas; dan (b) Penyiapan Lapangan.

Penyiapan petugas, dalam hal ini tenaga

pemberdayaan masyarakat yang bisa juga dilakukan oleh

community worker, dan penyiapan lapangan merupakan

prasyarat suksesnya suatu program pemberdayaan

masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan

secara non-direktif.

29James Midgley, Pembangunan Sosial: Perspektif Pembangunan da-

lam Kesejahteraan Sosial, terj. Dorita Setiawan, Sirojuddin Abbas (Jakarta:

Ditperta, 2005), h. 166-167.

 

33

2) Tahap Pengkajian (Assessment)

Proses assessment yang dilakukan di sini dapat

dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh

masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui

kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini,

petugas sebagai agen perubah berusaha mengidentifikasi

masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan

juga sumber daya yang dimiliki klien.

3) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

(Designing)

Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah (change

agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga

untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan

bagaimana cara mengatasinya.

4) Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing

kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan

mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada

kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak

penyandang dana.

5) Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan

(Implementasi)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang

paling penting dalam program pemberdayaan

masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan

dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di

 

34

lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan

warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga.

6) Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan

petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat

yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan

melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada

tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam

komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.

7) Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan

secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi

dalam suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak

jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat

dianggap ‘mandiri’ tetapi lebih karena proyek sudah

harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu

yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran

sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat

dan mau meneruskan.30

B. Lingkungan

Beberapa pakar lingkungan tidak membedakan secara

tegas antara pengertian “lingkungan” dengan “lingkungan

hidup”, baik dalam pengertian sehari-hari maupun dalam

forum ilmiah. Namun yang secara umum digunakan adalah,

30Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan

Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 182-195.

 

35

bahwa istilah “lingkungan” (environment) lebih luas

daripada istilah “lingkungan hidup” (life environment).

Istilah “Lingkungan Hidup” dan “Lingkungan” dipakai

dalam pengertian yang sama. Sedangkan dalam Undang-

Undang Lingkungan Hidup yang baru (Undang-Undang No.

23 Tahun 1997) selalu menyebutkan “lingkungan hidup”.

Pengertian lingkungan hidup dalam Undang-Undang No. 23

Tahun 1997 tersebut, secara lengkap berbunyi sebagai

berikut :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk

hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Ada suatu hal yang perlu ditekankan dalam pengertian

“lingkungan hidup” atau “lingkungan” tersebut di atas, yaitu

bahwa antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang terdapat

dalam suatu lingkungan, merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bahkan di

antaranya saling berpengaruh dan mempengaruhi, terutama

dalam hal kualitas lingkungan itu sendiri.31

Dengan demikian jika dipahami secara sadar bahwa

penanganan lingkungan hidup harus dilaksanakan dalam dua

mata kehidupan yakni kehidupan material yang berakibat

pada pemenuhan hajat jasmaniyah dan kehidupan spiritual

31H.R. Daeng Naja, Bank Hijau: Kebijakan Kredit yang Berwawasan

Lingkungan (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007), h. 49-51.

 

36

yang berakhir kepada pemenuhan hajat rohaniyah. Untuk

merealisasikan dua tuntutan ganda penanganan lingkungan

tersebut, manusia muslim seharusnya mempunyai sikap yang

positif terhadap lingkungannya. Sikap seorang muslim yang

positif itu harus berwujud.

1. Sikap Apresiatif

Sikap apresiatif yang dimaksud disini merupakan sikap

menghargai keberadaan lingkugan hidup.

2. Sikap Kreatif

Sikap kreatif ini dimaksud sebagai langkah menjadikan

lingkungan hidup ini selalu berada dalam keutuhan.

3. Sikap Proaktif

Sikap proaktif pada dasarnya sikap pembangunan

lingkungan hidup selaras, searah sejalan dengan eksistensi

lingkungan hidup itu.

4. Sikap Produktif

Sikap produktif bagi seorang muslim harus berangkat dari

prinsip kepentingan umat (maslahah/kemaslahatan umat).32

Untuk merealisir terwujudnya tata lingkungan serasi

sesuai dengan sunatullah ada empat komponen sistem

lingkungan Islami yang harus ditempuh oleh manusia :

a. Mengenal Allah sebagai pencipta (makrifatullah)

b. Mengenal diri sendiri sebagai makhluk (makrifatul

nafs)

c. Mengenal orang lain sebagai kelompok sosial

(makrifatul nas)

32Ibid, h. 80-84.

 

37

d. Mengenal alam sebagai sarana hidup (makrifatul

kaun).33

Adapun indikator dampak menurut Keputusan Kepala

Bapedal Nomor 56 tahun 1994 tentang pedoman mengenai

ukuran dampak penting, terdapat beberapa kriteria sebagai

berikut :

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;

2. Luas wilayah persebaran dampak;

3. Lamanya dampak berlangsung;

4. Intensitas dampak;

5. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan

terkena dampak;

6. Sifat kumulatif dampak tersebut;

7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Idealnya untuk menentukan dampak penting ini,

menurut Armour seperti dikutip oleh Sudharto P. Hadi

bahwa diperlukan tiga masukan yakni penemuan riset,

penilaian para ahli dan input dari masyarakat. Berikut standar

pengukuran studi dampak sosial, ekonomi dan lingkungan

yaitu :

a. Studi dampak sosial

Dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada

manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas

pembangunan. Perubahan itu menurut Armour meliputi

aspek-aspek :

33Ibid, h. 15

 

38

1) Cara hidup (way of life) termasuk didalamnya

bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup,

bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang

lain.

2) Budaya termasuk didalamnya sistem nilai, norma dan

kepercayaan.

3) Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial,

stabilitas masyarakat, estetika, sarana dan prasarana

yang diakui sebagai public facilities oleh masyarakat

yang bersangkutan.34

b. Studi dampak ekonomi

Pembangunan pada gilirannya juga akan

berdampak pada ekonomi masyarakat, seperti :35

1) Tersedianya kesempatan kerja dan berusaha dengan

memanfaatkan sumber daya alam

2) Adanya pendapatan bagi masyarakat selama adanya

aktivitas pembangunan

c. Pada aspek lingkungan sendiri melalui peninjauan dampak

pada kondisi alam maupun hubungan timbal balik

masyarakat dengan lingkungan selama adanya

pembangunan masyarakat di lingkungannya.36

C. Dampak

Pengertian dampak adalah benturan, pengaruh yang

mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh

34Ibid, h. 31-32. 35Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 253. 36Ibid, h. 250-251.

 

39

adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang/ benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada

hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa

yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.37

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai

pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil

oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri,

baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan

pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah

selayaknya bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi

atas sebuah keputusan yang akan diambil. Dari penjabaran di

atas maka kita dapat membagi dampak ke dalam dua

pengertian yaitu :

1. Dampak Positif

Dampak adalah keinginan untuk membujuk,

meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada

orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau

mendukung keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti

atau tegas dan nyata dari suatu pikiran terutama

memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah suasana

jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada

kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada

kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.

37Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada

10 Juli 2018 dari https://kbbi.web.id/dampak

 

40

Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang

dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila

sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokkan

fokus mental seseorang pada yang negatif. Bagi orang

yang berpikiran positif mengetahui bahwa dirinya sudah

berpikir buruk maka ia akan segera memulihkan dirinya.

Jadi, dapat disimpulkan pengertian dampak positif adalah

keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi

atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar

mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang

baik.

2. Dampak Negatif

Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang

mendatangkan akibat negatif.38 Dampak adalah keinginan

untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau

memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar

mereka mengikuti atau mendukung keinginannya.

Berdasarkan beberapa penelitian ilmiah disimpulkan

bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar

dibandingkan dengan dampak positifnya.

Jadi, dapat disimpulkan pengertian dampak negatif

adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,

mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung

keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat

tertentu.

38Ibid.

 

41

BAB III

PROFIL LEMBAGA

Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai gambaran

umum Bank Sampah PokLiLi (Kelompok Peduli Lingkungan).

Data bersumber dari narasumber atau orang-orang yang terkait

dalam penelitian dan studi dokumen-dokumen yang dihasilkan

dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi.

A. Profil Bank Sampah PokLiLi

Tanggal 16 Maret 2008 merupakan awal momentum

gagasan terciptanya bank sampah oleh Ibu Djuniawan

Wanitarti. Bermula dari mengelola sampah di rumahnya

sendiri kemudian ia mengajak para tetangganya untuk

mendaur ulang sampah organik dan non-organik. Setelah itu,

pada tanggal 1 Maret 2010 terbentuklah Bank Sampah

PokLiLi yang diprakarsai oleh Ibu Djuniawan Wanitarti

sekaligus sebagai ketua Bank Sampah PokLiLi. Basecamp

untuk tempat pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi

terletak di Griya Lembah Depok, JL Tole Iskandar, Blok B1

No. 5, RT. 03/ RW. 24, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan

Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16417. Jenis

pelaksanaan kegiatan lembaga yaitu seputar Bank Sampah,

sosialisasi serta pelatihan daur ulang sampah.

 

42

B. Sejarah Bank Sampah PokLiLi

Kegiatan pengelolaan sampah di lingkungan, bermula

dari adanya kegiatan di RT 003 RW 024 Griya Lembah

Depok dalam rangka untuk mengurangi volume sampah di

lingkungan RT pada awal tahun 2008. Kegiatan dimaksud

berupa pengolahan sampah rumah tangga (sampah

organik) menjadi kompos dengan menggunakan alat/teknik

Komposter Takakura. Program pengolahan sampah dengan

Komposter Takakura disosialisasikan dan diterapkan kepada

seluruh ibu-ibu warga RT pada tanggal 15 Maret 2008 yang

saat itu sebagai ketua PKK RT adalah Ibu Yuni Maryono

(Djuniawan Wanitarti), bersama-sama dengan mantan

pengurus RT yang terlibat saat pencanangan kegiatan

tersebut.

Disamping keberhasilan dalam penerapan komposisasi,

seluruh ibu-ibu warga juga dihimbau untuk melakukan

pengelolaan sampah secara baik dan modern yaitu dengan

memilah dan mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat.

Pada bulan Agustus 2008 pengurus RT mengeluarkan

kebijakan yaitu meminta kepada warga RT untuk tidak

membuang sampah di tempat sampah yang ada di depan

rumah masing-masing. Dengan harapan jika tidak ada

sampah di depan setiap rumah, maka lingkungan akan

tampak rapi dan sehat. Mengingat tempat sampah identik

dengan kotoran, bau dan selalu berantakan akibat diacak-

acak oleh pemulung, tikus, kucing & anjing.

 

43

Sebagai penggantinya pengurus RT telah menyiapkan

tempat penampungan sementara (TPS) RT yang cukup untuk

volume sampah seluruh warga RT, apalagi volume sampah

sudah terkurangi karena telah dipilah dan diolah menjadi

kompos. Selanjutnya tempat-tempat sampah yang masih

tersedia beralih fungsi menjadi pot bunga atau pot tanaman

sehingga lingkungan tampak lebih hijau dan asri. Sejalan

dengan kegiatan di atas, ibu-ibu PKK RT 003 RW. 024 Griya

Lembah Depok mengadakan kegiatan mengolah sampah

kering (anorganik) menjadi produk kerajinan yang

bermanfaat dan bernilai jual. Disamping pembuatan

kerajinan juga mengolah buah-buahan yang tidak layak

dikonsumsi diolah menjadi kompos cair yang beraroma

buah-buahan segar.

Sudah disadari sejak awal kegiatan, bahwa di

lingkungan RT tidak ada warga yang memiliki kompetensi di

bidang pengelolaan sampah. Untuk menutupi hal tersebut

dan didorong oleh semangat yang tinggi, maka pengurus

berusaha mencari ilmu dari berbagai sumber informasi antara

lain melalui internet, media cetak, media elektronik,

mengunjungi pameran-pameran yang bertema lingkungan,

berkunjung langsung (benchmark) ke lingkungan yang telah

berhasil melaksanakan pengelolaan sampah dengan baik.

Seiring dengan berakhirnya masa kepengurusan RT,

untuk lebih mempopulerkan kegiatan dan nama kelompok,

maka kelompok yang sudah berjalan 2 (dua) tahun, pada

tanggal 01 Maret 2010 tersebut menamakan kelompok

 

44

ini PokLiLi (Kelompok Peduli Lingkungan). Karena

kegiatan PokLiLi ini dinilai banyak warga bermanfaat maka

PokLiLi sering diundang/dikunjungi untuk presentasi dan

mengadakan pelatihan kerajinan daur ulang mulai dari

tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Organisasi

Masyarakat, BUMN, Yayasan, Sekolah, UMKM maupun

perorangan. Agar kegiatan kelompok peduli lingkungan lebih

berkembang dan untuk menunjang proses pengelolaan

sampah secara baik dan bermanfaat, maka secara resmi

didirikan kegiatan yang selama ini telah dipelajari bersama

yaitu Bank Sampah yang kemudian diberi nama Bank

Sampah PokLiLi. Dalam kegiatannya Bank Sampah PokLiLi

tidak hanya untuk warga di Griya Lembah Depok, tetapi

terbuka untuk siapapun boleh masuk dan menjadi

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi.39

C. Latar Belakang Berdirinya Bank Sampah PokLiLi

Bermula dari kesadaran para warga yang bertempat

tinggal di wilayah perumahan Griya Lembah Depok

khususnya para ibu-ibu PKK yang diketuai oleh Ibu

Djuniawan Wanitarti selaku Ketua RT 03 sewaktu itu

melihat dan merasakan lingkungan sekitar dengan kondisi

yang semrawut di mana sampah dibiarkan saja di depan

rumah kemudian berserakan begitu saja diaduk-aduk oleh

pemulung. Kalau dia lupa menutup pintunya, anjing atau

kucing ikut mengais mencari makanan. Pada malam hari

binatang pengerat tikus datang ikut mengais dan mengacak-

39Ibid.

 

45

acak sampah. Hal ini melahirkan kesadaran masyarakat

untuk membentuk Kelompok Peduli Lingkungan atau

disingkat PokLiLi.

PokLiLi adalah suatu organisasi atau kelompok yang

menjalankan kegiatannya semata-mata hanya karena

kecintaannya terhadap lingkungan hidup khususnya terhadap

kondisi sampah lingkungan yang semakin semrawut karena

tidak diolah secara baik. Adapun latar belakang

terbentuknya PokLiLi antara lain, sebagai berikut :

1. Prihatin dengan keberadaan Tempat Penampungan

Sampah (TPS) perumahan Griya Lembah Depok yang

terletak di gerbang perumahan dengan kondisi yang

kotor, semrawut, bau dan tidak sedap dipandang mata

serta mengancam kesehatan lingkungan sekitar.

2. Prihatin terhadap lingkungan RT yang tampak tidak

teratur karena di setiap rumah terdapat tempat sampah

yang setiap hari selalu diacak-acak oleh Kucing, Anjing,

Tikus dan Pemulung.

3. Ingin ikut membantu menciptakan lingkungan yang

bersih dan sehat dengan mengolah sampah warga secara

baik modern dan ramah lingkungan.

4. Sadar bahwa sampah yang dikelola secara konvensional

tidak akan memberikan manfaat dan hanya menjadi

beban dan merusak lingkungan.40

40Wawancara dengan Ibu Djuni, Ketua Bank Sampah PokLiLi, Senin

30 Juli 2018, Pukul 09.00 WIB di Bank Sampah PokLiLi.

 

46

D. Tujuan Bank Sampah PokLiLi

Berikut ini tujuan utama diadakannya Bank Sampah

PokLiLi:

1. Menciptakan lingkungan yang bersih, asri dan nyaman.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

3. Mengubah paradigma ‘kumpul-angkut-buang’ menjadi

kumpul-olah-manfaat’

4. Menciptakan paradigma 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di

masyarakat dalam mengelola sampah.

5. Mengedukasi dan melakukan pendampingan bagi

masyarakat dalam memilah-milah sampah sebagai

sumber mata pencaharian.

6. Menciptakan masyarakat madani dan mandiri.

7. Menciptakan individu yang berkualitas melalui

keterampilan daur ulang sampah yang tepat guna dan

berdaya ekonomis.41

E. Manfaat Bank Sampah PokLiLi

Berikut ini beberapa manfaat dari kegiatan yang

dilakukan Bank Sampah PokLiLi :

1. Manfaat Sosial

a. Menjalin kerja sama dan hubungan kekerabatan yang

lebih erat antara warga di perumahan Griya Lembah

Depok.

41Profil Bank Sampah PokLiLi.

 

47

b. Saling mengenal satu sama lain antar anggota/ nasabah

Bank Sampah PokLiLi yang berasal dari luar daerah

perumahan Griya Lembah Depok.

c. Menciptakan suasana gotong royong dalam hal

pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

2. Manfaat Ekonomi

a. Masyarakat dapat menciptakan produk yang berdaya

guna dan bernilai ekonomis tinggi dari kegiatan daur

ulang sampah organik maupun anorganik.

b. Mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan,

memilah-milah dan menabung sampah di Bank

Sampah PokLiLi.

c. Mendapat keuntungan dari hasil penjualan produk

kerajinan daur ulang sampah.

3. Manfaat Lingkungan

a. Lingkungan menjadi bersih, asri dan nyaman.

b. Masyarakat terbiasa melakukan daur ulang sampah

dalam mengatasi sampah dan kesadaran kebersihan

lingkungan.

c. Menjadikan warga perumahan Griya Lembah Depok

sebagai masyarakat peduli lingkungan dan wilayah

bebas sampah.42

42Wawancara dengan Ibu Djuni, Ketua Bank Sampah PokLiLi, Selasa

31 Juli 2018, Pukul 09.00 WIB di Bank Sampah PokLiLi.

 

48

F. Struktur Kepengurusan Bank Sampah PokLiLi

Gambar 1.1

Struktur Bank Sampah PokLiLi

Sumber: Profil Bank Sampah PokLiLi

Sebagaimana terlihat pada gambar tersebut, struktur

yang digunakan pada Bank Sampah PokLiLi cukup

sederhana. Walaupun pada prakteknya, struktur tersebut

tidak bersifat kaku melainkan fleksibel dan gotong royong

akan tetapi pada prinsipnya pembagian tugas berdasarkan

strukutr tersebut cukup jelas.

Djuniawan Wanitarti

(Ketua)

Yenny

(Bendahara)

Ririn

(Sekretaris)

Iswati

(Pemasaran)

Rumsinah

(Penimbang)

Nunik

(Transportasi)

Muswarini

(Kerajinan)

Yuli

(Humas)

Iis

(Penimbang)

 

49

G. Mekanisme Kerja Bank Sampah PokLiLi

Untuk menarik partisipasi masyarakat bank sampah

PokLiLi melakukan sosialisasi yang dilakukan oleh semua

pengurus bank sampah yang seringkali dibarengi dengan

kegiatan pelatihan pembuatan kerajinan dari sampah

anorganik dan juga pembuatan kompos dari sampah organik.

Untuk menjadi anggota, tidak sulit, cukup mengisi formulir

dan memberikan fotokopi KTP serta membawa sampah yang

sudah dipilah-pilah untuk ditimbang oleh pengurus kemudian

dijadikan tabungan sampah lalu ditukarkan dengan uang oleh

anggota/nasabah yang bersangkutan.

Badan pengurus ada 9 orang yaitu Ibu Djuniawan

Wanitarti selaku ketua Bank Sampah PokLiLi, Ibu Yenny

sebagai bendahara, Ibu Ririn sebagai Sekretaris, 2 orang di

bagian penimbangan adalah Ibu Rumsinah dan Ibu Iis, 1

orang bagian pemasaran adalah Ibu Iswati, 1 orang bagian

transportasi yaitu Ibu Nunik dan 1 orang bagian humas yaitu

Ibu Yuli. Adapun untuk pengurus dari PokLiLi, semuanya

bekerja dengan sukarela, sesuai dengan tujuan awal PokLiLi

didirikan adalah kepedulian terhadap lingkungan.

Kegiatan yang dilakukan bank sampah PokLiLi

bersifat fleksibel dan tidak ada rapat rutin atau evaluasi yang

dilaksanakan. Namun, pengurus biasanya berkumpul di hari

Jumat jam 13.00-15.00 setiap minggunya. Dengan demikian,

maka menabung sampah juga dilakukan seminggu sekali.

Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh pengurus

bank sampah PokLiLi pada setiap pertemuan hanya seputar

 

50

sosialisasi dan pelatihan, penimbangan sampah, membuat

kerajinan. Pada tingkat anggota bank sampah hanya pada

pengelolaan sampah mulai dari rumah mereka yaitu

pemilahan sampah, pembuatan kompos takakura, pembuatan

kerajinan tangan dan menabung sampah ke Bank Sampah

PokLiLi.

Produk hasil recycle dijualkan hanya dengan

pemasaran mulut ke mulut, dan ketika ada pameran yang

mengundang PokLiLi untuk ikut serta. Tidak ada target

khusus dalam penjualan barang-barang. Hal ini karena

landasan Pok lili adalah mengurangi sampah, dan ekonomi

benefit hanyalah sebagai sampingan saja. Ketika ada tamu

yang berkunjung, maka biasanya akan membeli barang-

barang hasil recycle di PokLiLi tersebut, begitu juga ketika

ada pameran.

Biasanya yang menjadi konsumennya adalah Ibu-ibu

rumah tangga dan juga ibu-ibu kantoran, produk yang

menjadi favorit adalah yang berbahan plastik dan produknya

berupa tas yang bisa digunakan untuk membawa barang-

barang dan dokumen tertentu. Selain itu, bank sampah

PokLiLi juga berkoordinasi dengan BLH Kota Depok,

misalnya dengan pendataan perkembangan bank sampah dan

menjadi narasumber dalam sosialisasi dan seminar.43

43Wawancara dengan Ibu Djuni, Ketua Bank Sampah PokLiLi, Selasa

31 Juli 2018, Pukul 09.00 WIB di Bank Sampah PokLiLi.

 

51

H. Pembiayaan Operasional Bank Sampah PokLiLi

Modal awal dalam kegiatan daur ulang sampah ini

berasal dari uang pribadi Ibu Djuni, namun setelah dirasa

kinerja dalam berkegiatan mendapatkan respon positif dari

warga sekitar maka Bank Sampah PokLiLi mendapat

bantuan dari kas RT dan juga dari tiap kepala keluarga di

perumahan Griya Lembah Depok khususnya RT 003/ RW 24

yang secara kolektif mengumpulkan uang sebesar Rp.

10.000.

Setelah beberapa lama Bank Sampah PokLiLi

melakukan kegiatan daur ulang sampah secara rutin sehingga

mulai berkembang pesat dan dikenal oleh masyarakat luas

maka untuk pembiayaaan operasional, pendanaan Bank

Sampah PokLiLi berasal dari hasil penjualan kerajinan

produk recycle dan juga pengurangan jumlah timbangan

sampah dari anggota/nasabah sebesar 2 ons. Untuk

pengurangan jumlah timbangan ini dari awal sudah

dijelaskan kepada anggota/nasabah, dan digunakan untuk kas

Bank Sampah PokLiLi. Untuk produk hasil recycle: 10%

kas, 10 % operasional, 80% untuk yang membuat produk.

I. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Sampah PokLiLi

Bank Sampah PokLiLi bergerak fokus pada bidang

lingkungan karena dasar terbentuknya Bank Sampah ini

bermula dari kegiatan ibu-ibu arisan yang kemudian

membentuk suatu kelompok peduli lingkungan. Kelompok

tersebut menjadi pelopor kegiatan pemilahan sampah yang

kemudian dijadikan pupuk kompos dan produk kerajinan

 

52

tangan. Tujuan utama dan akhir dari kegiatan tersebut adalah

untuk menyelamatkan lingkungan sekitar tempat tinggal

mereka dari permasalahan sampah.

Adapun ruang lingkup atau program-program kegiatan

yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi antara lain:

1. Menggiatkan anggota/nasabahnya untuk melakukan

pemilahan sampah (organik dan anorganik) sejak atau

mulai dari sumber sampah yaitu dari rumah tangga

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi.

2. Pengolahan sampah, yang terdiri dari:

a. Sampah Organik

Mengolah sampah organik menjadi kompos cair,

biasanya dari sampah buah-buahan (kompos takakura).

Kompos kemudian digunakan oleh ibu-ibu sekitar

perumahan Griya Lembah Depok terutama yang

terdekat dengan basecamp Bank Sampah PokLiLi yang

digunakan untuk tanaman.

b. Sampah Anorganik

Daur ulang sampah anorganik seperti plastik menjadi

tas, taplak meja, tutup gallon, tikar, hiasan bunga.

Harga untuk produk recycle ini mulai dari Rp 5.000

sampai Rp 250.000. Dalam proses pemisahan, Bank

Sampah PokLiLi memilih plastik yang bagus sehingga

bisa dijadikan sebagai bahan untuk membuat produk

kerajinan tersebut, sisanya dijual kepada instansi atau

lembaga terkait yang bekerja sama dengan Bank

Sampah PokLiLi untuk mengambil sampahnya

 

53

3. Memberikan pelatihan-pelatihan (pada umumnya

mengenai recycle) terutama pada jenis sampah anorganik

menjadi barang kerajinan yang bermanfaat dan bernilai

ekonomis misalnya: tas dari bungkus kopi/susu, tas/taplak

meja/tutup galon dari sedotan bekas air mineral, tikar dari

bungkus mie instant, kerajinan bunga dari bekas kantong

plastik, dan produk kerajinan lainnya.

4. Memberikan penyuluhan seputar sampah dan lingkungan

serta pelatihan-pelatihan daur ulang sampah kepada

kelompok masyarakat atau perorangan yang berminat

untuk belajar mengolah sampah secara baik dan modern.

5. Menabung sampah. Perkembangannya, uang yang

didapatkan nasabah dari menjual sampah ini bisa

digunakan untuk membayar listrik, seperti yang tertulis di

depan bank sampah ‘Membayar listrik dengan sampah’.

Kerjasama dengan PLN, setiap rumah mempunyai ID,

sehingga cukup dengan mengetikkan ID rumah nasabah

melalui program khusus dari PLN di komputer yang sudah

terkoneksi internet, biaya listriknya bisa terbayarkan.

Selain itu, uang yang dimiliki nasabah juga bisa diambil

secara cash.

6. Koperasi. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan

yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan di Bank

Sampah PokLiLi yang terlihat dari semakin banyaknya

masyarakat dari berbagai kalangan yang tertarik dan ikut

serta dalam semua pelaksanaan kegiatan Bank Sampah.

Maka ketua dan para pengurus berinisiatif mengadakan

 

54

program dalam bidang sosial berupa pemberian pinjaman

dalam bentuk modal uang berwirausaha yang

diperuntukkan bagi anggota atau nasabah Bank Sampah

PokLiLi yang memiliki usaha dalam berbagai jenis

kegiatan kewiraswastaannya.44

44Profil Bank Sampah PokLiLi.

 

55

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menguraikan hasil wawancara penulis

dengan sejumlah informan. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh gambaran umum dan data-data penelitian yang

dibutuhkan. Selain itu, peneliti juga mewawancarai para pengurus

Bank Sampah PokLiLi yang terdiri dari beberapa unsur informan

yaitu :

Unsur pertama yang penulis wawancarai adalah bagian

penimbangan agar peneliti mendapatkan informasi mengenai

mekanisme dari pelaksanaan Bank Sampah PokLiLi. Proses

keseluruhan kegiatan pokok yang dilakukan pada setiap

pertemuan adalah penimbangan sampah dan daur ulang sampah.

Kemudian penulis wawancarai Bidang Kerajinan, pada bidang

kerajinan diperoleh data berupa penjelasan dan data yang

berkaitan dengan sampah yang dipakai sebagai proses kerajinan

tangan serta bagaimana proses kelanjutan dari hasil produk

kerajinan sampah yang telah dibuat.

Setelah itu peneliti mewawancarai Bendahara untuk

mengetahui seberapa besar keuntungan dari segi ekonomi yang

diperoleh dari kegiatan Bank Sampah PokLiLi ini serta omset

perbulan dari setiap pertemuan rutin dan keseluruhan jenis-jenis

kegiatan yang dilakukan. Setelah peneliti mendapatkan data dan

hasil wawancara dari ketua dan para pengurus, maka peneliti

melakukan wawancara kembali kepada sepuluh (10) informan

 

56

berupa masyarakat yang tinggal di daerah sekitar Bank Sampah

atau perumahan Griya Lembah Depok.

Kemudian, peneliti melakukan pengumpulan data terhadap

nasabah untuk mendapatkan data keuangan yang diperoleh oleh

para nasabah dari hasil kegiatan yang dilakukan di Bank Sampah

PokLiLi. Wawancara kepada masyarakat dilakukan agar peneliti

mengetahui hasil dari kegiatan tersebut melibatkan partisipasi

dari banyak masyarakat khususnya masyarakat di perumahan

Griya Lembah Depok.

A. Pelaksanaan Bank Sampah PokLiLi

1. Awal Mula Proses Kegiatan

Awal mula kegiatan Bank Sampah ini merupakan ide

dari Ibu Djuniawan Wanitarti selaku istri dari ketua RT 3

RW 24 di perumahan Griya Lembah Depok. Pada tahun

2008 diadakan arisan RT, Ibu Djuni yang juga merupakan

ketua PKK mengajak para masyarakat yang tinggal di daerah

perumahan Griya Lembah Depok untuk melakukan daur

ulang sampah secara gotong royong. Ibu Djuni sudah

melakukan terlebih dahulu daur ulang sampah secara

individu di rumahnya, mulai dari pemilahan sampah organik

dan anorganik yang selanjutnya dijadikan pupuk kompos dan

barang kerajinan daur ulang untuk sampah anorganik yang

sulit untuk diuraikan.

Ibu Djuniawan Wanitarti selalu melakukan sosialisasi

melalui perkumpulan RT dan juga door to door atau dari

rumah ke rumah dengan cara mengunjungi para tetangganya

secara berkala untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang

 

57

telah dilakukan oleh masyarakat di perumahan Griya

Lembah Depok dalam mengelola sampah. Ibu Yenny

mengatakan :

“Awal mula proses kegiatan Bank Sampah PokLiLi

adalah Ibu Djuni sebagai ketua RT mengajak ibu-ibu di

perumahan Griya Lembah Depok untuk mengelola sampah

yang sulit diuraikan untuk di daur ulang menjadi sesuatu

yang produk yang bernilai, karena adanya kesadaran dari

adanya sampah-sampah yang berserakan sehingga membuat

lingkungan menjadi kotor. Pada mulanya Ibu Djuni

mengajak atau mensosialisasikannya melalui arisan-arisan

RT kemudian ibu Djuni terus mengajak dan

mensosialisasikan masyarakat untuk melakukan pemilahan

sampah dan daur ulang sampah yang dilakukan dari tingkat

rumah tangga”.45

Pada saat itu hanya beberapa orang saja yang

menyetujui dan melakukan kegiatan daur ulang sampah

tersebut. Setelah melakukan rapat rutin dan pembicaraan

serius mengenai kegiatan daur ulang sampah, maka akhirnya

masyarakat daerah sekitar perumahan Griya Lembah Depok

tertarik dan mengikuti kegiatan daur ulang sampah yang

telah dilakukan oleh ibu Djuni dan beberapa tetangganya

dimulai dari tahun 2008. Hingga pada tahun 2010 kegiatan

pengelolaan sampah dimulai pada kegiatan pengendalian

lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat hanya seputar

pemilahan sampah oleh masyarakat dan daur ulang sampah

yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK namun pada saat itu belum

terbentuk Bank Sampah.

45Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada

tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

58

Setelah beberapa lama kegiatan yang dilakukan

berjalan dengan baik dan berdampak positif bagi masyarakat

di perumahan Griya Lembah Depok. Melalui musyawarah

pada arisan RT diajukanlah gagasan membentuk sebuah

organisasi yang berorientasi pada pelestarian lingkungan

yaitu kegiatan daur ulang sampah. Agar kegiatan yang telah

berjalan ini lebih terstruktur dan terorganisir maka pada

tanggal 1 Maret 2010 dibentuklah Bank Sampah PokLiLi

(Kelompok Peduli Lingkungan). Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Ibu Muswarini (pengrajin daur ulang

sampah) menjelaskan bahwa :

“Awalnya dari perkumpulan arisan RT kemudian Ibu

Djuni mengajak untuk mengelola sampah bersama

masyarakat sekitar karena prihatin dengan sampah-sampah

yang selalu berserakan dimana-mana membuat lingkungan

menjadi kotor dan tidak menarik. Awalnya masyarakat

sekitar perumahan khususnya para ibu-ibu melakukan

pemilahan sampah dan membuat kerajinan tangan dari

sampah yang susah diuraikan. Dari awal kegiatan itu dimulai

pada tahun 2008 sampai tahun 2010 belum terbentuk bank

sampah baru kemudian pada tanggal 1 Maret 2010 dibentuk

Bank Sampah PokLiLi.”46

Tukang sampah yang biasa mengambil sampah di

lingkungan perumahan dilarang mengambil sampah dari tiap

rumah. Hal ini dilakukan agar masyarakat membiasakan diri

dan konsisten terhadap pemilahan sampah rumah tangga.

Selain itu, Ibu Djuniawan Wanitarti melakukan sosialisasi

melalui perkumpulan RT dan juga face to face dengan cara

46Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

59

mengunjungi para tetangganya secara berkala untuk

mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan oleh

masyarakat dalam mengelola sampah. Ibu Djuniawan

Wanitarti selaku ketua pelaksana mengatakan bahwa :

“Awalnya itu masyarakat sekitar melakukan

musyawarah untuk mengatasi masalah tersebut pada saat

pertemuan RT kemudian diajukanlah gagasan mengenai

penanganan sampah dengan cara dipilah dan di daur ulang

agar tidak ada sampah yang terabaikan. Kemudian saya

rutin mensosialisasikannya ke rumah-rumah untuk

mengetahui sejauh mana pemilahan sampah yang telah

dilakukan”.47

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui

bahwa awal mula proses kegiatan Bank Sampah tersebut

adalah dari kesadaran akan lingkungan yang kotor dan tidak

terawat. Melalui perkumpulan arisan RT yang dilakukan

secara rutin, masyarakat mulai melakukan musyawarah

terkait masalah sampah yang sedang dialami di lingkungan

tempat tinggal. Melalui musyawarah tersebut didapatkan

gagasan awal dari Ketua RT setempat mengenai pengelolaan

sampah dengan cara pemilahan dan daur ulang sampah.

Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama oleh

setiap rumah tangga di perumahan Griya Lembah Depok.

Setelah itu sampah yang telah dipilah dikumpulkan secara

kolektif untuk selanjutnya didaur ulang melalui kegiatan

kerajinan tangan. Pembuatan pupuk kompos berasal dari

47Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua

Pelaksana pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

60

sampah organik yang hasilnya digunakan untuk tanaman di

halaman rumah mereka masing-masing.

2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Bank Sampah PokLiLi

a. Proses Sosialisasi

Proses sosialisasi Bank Sampah PokLiLi dilakukan

secara individu, dimulai dari lingkungan di perumahan

Griya Lembah Depok. Setelah itu, para pengurus

melakukan pemberitahuan atau sosialisasi kepada masing-

masing RT melalui ketua RT setiap pertemuan atau

kegiatan rutin yang telah mendapat persetujuan dari ketua

RT setempat. Kemudian disosialisasikan kepada para

ketua RW setempat sehingga informasi mengenai kegiatan

daur ulang sampah yang dilakukan Bank Sampah Poklili

ini menyebar di masyarakat luas hingga ke berbagai

wilayah di luar lingkungan perumahan Griya Lembah

Depok. Ibu Djuniawan Wanitarti menjelaskan bahwa :

“Sosialisasi dilakukan secara per orang atau

individu, setelah itu melakukan sosialisasi ke masing-

masing RT untuk selanjutnya meminta izin pelaksanaan

kegiatan. Karena dampak dari kegiatan Bank Sampah

PokLiLi dinilai baik dan bagus maka kemudian

melanjutkan ke tingkat RW untuk sosialisasi yang lebih

luas ke masyarakat”.48

Proses sosialisasi yang paling sering dilakukan yaitu

melalui perkumpulan arisan RT. Pada pertemuan tersebut

biasanya membicarakan tentang kemajuan dari kegiatan

yang telah dilakukan dan perencanaan dari pelaksanaan

48Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua

Pelaksana, pada tanggal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.

 

61

kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Selain dari ketua dan

para pengurus, Bank Sampah PokLiLi juga menampung

aspirasi dari masyarakat sekitar terkait pengembangan dari

pelaksanaan kegiatan yang ada.

Adapun sosialisasi rutin dilakukan oleh ketua

dengan cara mengunjungi rumah-rumah warga di

lingkungan perumahan Griya Lembah Depok dibantu oleh

para pengurus Bank Sampah setelah sosialisasi terus

dilakukan dari individu ke individu. Ibu Rumsinah selaku

bagian Penimbangan mengatakan bahwa :

“Melalui arisan RT dan perkumpulan Ibu-ibu PKK

terus menerus disosialisasikan. Pada awalnya rutin ke

rumah-rumah melalui satu persatu atau per individu

kemudian seiring berjalannya waktu karena sudah

mengetahui dan menyebar yang dari satu orang ke orang

lain dan begitu seterusnya dari mulut ke mulut sehingga

Bank Sampah PokLiLi memiliki anggota atau nasabah

dengan jumlah yang banyak”.49

Kemudian setelah selesai melakukan sosialisasi di

lingkungan sekitar, maka para pengurus melakukan

sosialisasi dari mulut ke mulut ke berbagai wilayah di luar

perumahan Griya Lembah Depok. Selain itu sosialisasi

juga dilakukan bila ada acara kegiatan. Sosialisasi

diumumkan melalui pengeras suara. Wawan Setiawan

mengatakan :

“Sebenarnya saya sudah mengetahui kegiatan Bank

Sampah PokLiLi ini sejak dari dulu sekali. Ya

disosialisasikan melalui arisan RT dan kadang waktu itu

49Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan, pa-

da tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

62

menggunakan pengeras suara saat ada kegiatan pelatihan

daur ulang sampah bersama”.50

Berdasarkan dari hasil wawancara mengenai

sosialisasi, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang

dilakukan pada masyarakat di wilayah lingkungan sekitar

perumahan yang biasa dilakukan melalui perkumpulan

arisan RT 3 RW 4. Sosialisasi dilakukan para pengurus ke

rumah-rumah di daerah lingkungan sekitar perumahan

Griya Lembah Depok. Adapun sosialisasi untuk

masyarakat di luar wilayah perumahan Griya Lembah

Depok dari mulut ke mulut melalui proses penyebaran

informasi yang dilakukan oleh para pengurus Bank

Sampah PokLiLi beserta masyarakat di daerah sekitar

perumahan Griya Lembah Depok.

b. Perencanaan Kegiatan

Perencanaan kegiatan merupakan awal dari

dimulainya kegiatan Bank Sampah PokLiLi yang

dilakukan oleh ketua dan para pengurus. Seperti diketahui

bahwa proses sosialisasi dilakukan terlebih dahulu

sebelum memulai kegiatan. Pada saat pertemuan

pelaksaaan kegiatan dilakukan sosialisasi mengenai

pemilahan sampah-sampah yang harus dikelompokkan

karena setiap sampah memiliki nilai jual yang berbeda dan

ada juga sampah yang memiliki harga jual yang berubah-

50Wawancara pribadi dengan Wawan Setiawan selaku Masyarakat,

pada tanggal 12 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB.

 

63

ubah. Ibu Muswarini (pengrajin daur ulang sampah)

menjelaskan bahwa :

“Tentu ada perencanaan kegiatannya, mulai dari

sosialisasi ke warga seperti untuk mengetahui sudah

sampai sejauh mana pemilahan sampah yang dilakukan.

Kemudian menginformasikan bagaimana cara pemilahan

sampah yang baik dan benar karena sampah yang harus

dipilah memiliki proses yang berbeda-beda, contohnya

seperti buku tulis itu harus dipisah antara cover dengan

isinya karena jika dipisah maka harga pada saat penjualan

sampah menjadi tinggi harganya”.51

Para nasabah atau anggota Bank Sampah

diberitahukan terlebih dahulu jadwal pertemuan kegiatan

agar masyarakat lebih giat dan antusias mempersiapkan

diri dalam hal pemilahan sampah. Proses perencanaan

kegiatan dilakukan oleh ketua dan para pengurus Bank

Sampah PokLiLi terkadang juga dilakukan melalui

pertemuan RT 3 untuk sekaligus sosialisasi kegiatan yang

biasanya diskusi tersebut berisi tentang penyusunan

jadwal pelaksanaan kegiatan. Untuk mengetahui jenis

sampah apa saja yang paling banyak ditimbang dan mahal

harganya, kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada saat

pertemuan, Ibu Rumsinah selaku bagian penimbangan

mengatakan bahwa :

“Perencanaan kegiatan dilakukan oleh pengurus dan

ketua secara bersama-sama dengan mengadakan rapat atau

pertemuan untuk menyusun jadwal kegiatan.”52

51Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 52Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan, pa-

da tanggal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.

 

64

Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut dapat

disimpulkan bahwa proses perencanaan kegiatan yang

dilakukan biasanya hanya melibatkan ketua dan para

pengurus saja. Pihak RT dan RW hanya sebagai

pelengkap dan izin penyelenggaraan kegiatan sekaligus

sarana sosialisasi mengenai kegiatan yang akan

dilaksanakan. Perencanaan kegiatan dilakukan agar

memudahkan ketua beserta para pengurus pada saat

proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada setiap

pertemuan. Berikut ini peneliti sajikan data berupa jadwal

kegiatan penimbangan sampah beserta hasilnya :

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan,

kemudian peneliti kembangkan menjadi data indikator

pemberdayaan ekonomi dari pelaksanaan Bank Sampah

PokLiLi. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka

peneliti menggunakan purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Dimana perkembangan tertentu ini misalnya

orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita

harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi

yang diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel

diambil berdasarkan kebutuhan penelitian.

Selain itu, untuk mendapatkan kelengkapan dan

kesimpulan data dari proses pengumpulan data tersebut

maka peneliti menggunakan snowball sampling yaitu

teknik pengambilan sampel sumber data yang pada

 

65

awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu

memberikan data yang lengkap, maka harus mencari

orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif

dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan

selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu seorang

peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan

akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya

berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari

sampel sebelumnya itu peneliti dapat menetapkan sampel

lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data

lebih lengkap.53

Pada proses awal pengumpulan data, peneliti

melihat dari populasi dan sampel yang didapatkan dari

pihak tempat penelitian terkait. Dimana populasi tersebut

terbagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari: pertama,

populasi umum yaitu seluruh peserta atau anggota Bank

Sampah PokLiLi yang berjumlah 118 orang

anggota/nasabah.

Kemudian dari populasi umum tersebut agar mudah

untuk didapatkan lagi data yang lebih akurat maka peneliti

membaginya menjadi kedua, populasi khusus yaitu

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi yang hanya

mengikuti kegiatan pengumpulan sampah saja dan ketiga,

populasi umum yaitu anggota/nasabah yang mengikuti

53Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Ban-

dung: Alfabeta, 2008), h. 300-301.

 

66

keseluruhan pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi

mulai dari proses mengumpulkan sampah dan mengikuti

kegiatan mendaur ulang sampah.

Setelah mendapatkan populasi penelitian dan

kemudian membaginya menjadi dua bagian maka

selanjutnya dengan menggunakan teknik purposive

sampling untuk mencari sampel penelitian yaitu

mengambil 10% dari jumlah populasi yaitu 18 orang

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi. Berdasarkan

jumlah sampel yang didapat, maka peneliti melakukan

teknik snowball sampling untuk memperoleh data

penghasilan dari pemberdayaan ekonomi yang

dilakukan melalui proses pelaksanaan kegiatan di Bank

Sampah PokLiLi.

Tabel 4.1

Anggota Keseluruhan Bank Sampah PokLiLi54

Alamat Jumlah Nasabah

RT. 1 20

RT. 2 22

RT. 3 37

RT. 4 21

RT. 5 22

RT. 6 10

Luar Daerah GLD 95

Jumlah 227

Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi

Dari awal berdiri pada tahun 2010 hingga sekarang

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi berjumlah 227.

Namun, seiring dengan perkembangan Bank Sampah di

Kota Depok maka banyak anggota/nasabah yang

54Profil Bank Sampah PokLiLi

 

67

membuka Bank Sampah sendiri. Selain itu, karena

kesibukan masing-masing anggota dan para pengurus

sehingga menyebabkan aktivitas pelaksanaan kegiatan

Bank Sampah PokLiLi mengalami penurunan. Sehingga

pada tahun 2017 hingga 2018 ini banyak anggota/nasabah

yang tidak aktif menjadi bagian dari keanggotaan

pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi.

Tabel 4.2

Anggota Mengumpulkan Sampah55

Alamat Jumlah Nasabah

RT. 1 1

RT. 2 4

RT. 3 15

RT. 4 4

RT. 5 4

RT. 6 -

Luar Daerah GLD 7

Jumlah 35

Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap sebagian besar masyarakat yang mengikuti

kegiatan pelaksanaan hanya mengumpulkan sampah

kemudian langsung menyerahkannya ke Bank Sampah

tanpa melakukan proses penimbangan sampah dan

pencatatan di buku tabungan. Hal tersebut dikarenakan

masyarakat yang ada di perumahan Griya Lembah Depok

termasuk golongan ekonomi menengah keatas sehingga

mereka berpendapat bahwa penghasilan dari

mengumpulkan sampah tidak seberapa.

55Profil Bank Sampah PokLiLi

 

68

Sehingga akan lebih baik jika hasil keuangannya

dipakai untuk pembiayaan operasional pelaksanaan Bank

Sampah PokLiLi tersebut. Adapun jika masyarakat di

perumahan Griya Lembah Depok tersebut terlalu sibuk

untuk berpartisipasi melakukan kegiatan maka yang

menggantikannya adalah asisten tumah tangganya (ART)

untuk mengumpulkan sampah dan melakukan

penimbangan sampah setelah itu uang yang dihasilkan

dapat mereka ambil sehingga banyak ART yang rutin

menggantikan masyarakat di perumahan Griya Lembah

Depok dalam berpartisipasi mengikuti kegiatan tersebut

dikarenakan termotivasi oleh adanya penghasilan ekonomi

dari hasil mengikuti kegiatan di Bank Sampah PokLiLi.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Eni sebagai berikut :

“Bank Sampah merupakan tempat untuk

menghimpun sampah dan mendaur ulang sampah. Jika

ada sampah seperti kardus, kertas-kertas lalu duplek

biasanya akan saya berikan saja langsung ke Bank

Sampah. Saya tidak pernah mengambil uang hasil dari

pemberian sampah karena uangnya tidak seberapa jadi

lebih baik digunakan untuk biaya operasional Bank

Sampah PokLiLi saja.”

 

69

Tabel 4.3

Anggota Mengumpulkan Sampah dan Menghitung56

Alamat Jumlah Nasabah

RT. 1 2

RT. 2 3

RT. 3 22

RT. 4 5

RT. 5 4

RT. 6 2

Luar Daerah GLD 8

Jumlah 46

Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi

Adapun anggota/nasabah yang mengumpulkan

sampah dan menghitungnya kemudian diambil uang hasil

tabungan sampahnya berjumlah 46 orang. Rata-rata

penghasilan yang dihasilkan tidak menentu, bila

diperkirakan berkisar Rp. 25.000,00 - Rp.85.000,00

bahkan bisa lebih tergantung besar kecilnya jumlah

tabungan sampah. Pengambilan tabungan uang oleh

anggota/nasabah tidak bisa langsung diambil begitu saja

saat menyerahkan sampah ke Bank Sampah. Setelah

melakukan penimbangan sampah beberapa minggu

setelahnya baru uangnya bisa diambil karena harus

menunggu agar sampah terkumpul dan bisa dijual ke

pengepul sampah. Ibu Iis selaku penimbangan

mengatakan :

“Para anggota/nasabah tidak bisa langsung

mengambil tabungan uang hasil penimbangan sampah.

Setelah itu, para pengurus harus menghitung dan memilah

kembali sampah-sampah yang sejenis ke suatu tempat

atau wadah hingga sampah terkumpul. Kemudian setelah

sampah selesai dipilah dan dikumpulkan menjadi satu

56Profil Bank Sampah PokLiLi

 

70

maka selanjutnya sampah tersebut dijual kepada pengepul

sampah untuk ditukarkan dengan uang. Beberapa minggu

kemudian barulah uang hasil penimbangan sampah dapat

diambil oleh para anggota/nasabah”. Tabel 4.4

Anggota Mengumpulkan, Menghitung

dan Mendaur Ulang Sampah57

Alamat Jumlah Nasabah

RT. 1 -

RT. 2 -

RT. 3 12

RT. 4 2

RT. 5 1

RT. 6 -

Luar Daerah GLD 2

Jumlah 17

Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi

Berdasarkan jumlah sampel dari populasi penelitian

didapatkan bahwa anggota/nasabah yang rutin mengikuti

kegiatan mengumpulkan sampah dan ikut mendaur ulang

sampah berjumlah 17 orang dan sisanya hanya mengikuti

kegiatan mengumpulkan sampah saja. Adapun rata-rata

penghasilan per-bulannya dari hasil mengikuti kegiatan di

Bank Sampah PokLiLi ini tidak menentu tergantung dari

seberapa banyak dan rutinnya anggota/nasabah tersebut

melakukan kegiatan.

Untuk penghasilan kegiatan mendaur ulang sampah

tersebut tergantung dari hasil penjualan produk kerajinan

daur ulang sampah. Untuk sistem penjualannya, Bank

Sampah PokLiLi bersifat fleksibel dan tidak berstruktur

yang biasanya hanya dipajang di basecamp Bank Sampah

PokLiLi atau acara-acara seperti seminar, bazar dan lain-

57Profil Bank Sampah PokLiLi

 

71

lain. Umumnya penjualan produk kerajinan hasil daur

ulang sampah dilakukan berdasarkan pemesanan seperti

souvenir pernikahan, ulang tahun maupun acara-acara

tertentu seperti 17 Agustus-an dan lain-lain.

Untuk pembagian hasil penjualan produk kerajinan

daur ulang sampah yaitu sebesar 10% untuk kas, 10 %

untuk dana operasional, dan 80% untuk yang membuat

produk. Begitupun sebaliknya jika produk kerajinan daur

ulang sampah yang terjual merupakan hasil dari

pembuatan secara individu atau perorangan. Sedangkan

untuk rata-rata penghasilan dari hasil mengumpulkan

sampah yaitu sebesar Rp. 30.000,00 – Rp. 50.000,00

setiap anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi melakukan

kegiatan penimbangan sampah.

Tabel 4.5

Data Bank Sampah PokLiLi

Jadwal Penimbangan dan Hasil Tahun 201758

No Bln Tgl Hasil

1 Jan 6,

20

Kardus 57,4 Kg X 1300 :Rp 74.620,.

Aki 1 Kg X 6000 :Rp 6.000,.

B. Timbang 5,1 Kg X 100 :Rp 510,.

Duplek 28,7 Kg X 400 :Rp 11.480,.

Plastik Putih 6,4 Kg X 1800 :Rp 11.520,.

Plastik 23,3 Kg X 1000 :Rp 23.300,.

Kaleng 1,7 Kg X 700 :Rp 1.190,.

Koran 4 Kg X 1200 :Rp 4.800,.

Kabin 7 Kg X 1200 :Rp 8.400,.

Besi 2 Kg X 1800 :Rp 3.600,.

HVS 4 Kg X 1400 :Rp 5.600,.

Majalah 6 Kg X 700 :Rp 4.200,.

:Rp 155.220,.

Feb 3,

17,

24

Plastik Putih 12,5 Kg X 1800 :Rp 22.500,.

Duplek 22,5 Kg X 400 :Rp 9.000,.

Plastik 35,2 Kg X 1000 :Rp 32.200,.

Gelas A 1,4 Kg X 2300 :Rp 3.220,.

58Profil Bank Sampah PokLiLi

 

72

No Bln Tgl Hasil

Kardus 58,1 Kg X 1400 :Rp 81.340,.

B. Timbang 7,5 Kg X 100 :Rp 750,.

HVS 13,5 Kg X 1400 :Rp 18.900,.

Kaleng 3,2 Kg X 600 :Rp 1.920,.

Besi 4,5 Kg X 1800 :Rp 8.100,.

Koran 5 Kg X 1400 :Rp 7.000,.

:Rp 187.930,.

3 Mar 3,

17,

31

Besi 36,9 Kg X 1800 :Rp 66.420,.

Kardus 97 Kg X 1600 :Rp155.200,.

Plastik 36,7 Kg X 1000 :Rp 36.700,.

Kaleng 6,2 Kg X 600 :Rp 3.720,.

HVS 40,7 Kg X 1500 :Rp 61.050,.

Duplek 38,1 Kg X 400 :Rp 15.240,.

Plastik Putih 9,5 Kg X 1800 :Rp 17.100,.

B. Timbang 12,7 Kg X 100 :Rp 1.270,.

Aluminium 1,8 Kg X 2500 :Rp 4.500,.

Tutup Galon 0,9 Kg X 1000 :Rp 900,.

:Rp 362.100,.

4 Apr 7,

21

Plastik 24,5 Kg X 1000 :Rp 24.500,.

Duplek 17,1 Kg X 400 :Rp 6.840,.

Plastik Putih 12,1 Kg X 1800 :Rp 21.780,.

Kardus 6 5,6 Kg X 1600 :Rp 104.960,.

Kaleng 7,1 Kg X 700 :Rp 4.970,.

Koran 5 Kg X 1400 :Rp 7.000,.

Majalah 12 Kg X 700 :Rp 8.400,.

B. Timbang 15,9 Kg X 100 :Rp 1.590,.

Gelas A 1,6 Kg X 2800 :Rp 4.480,.

Besi 9 Kg X 2200 :Rp 19.800,.

Tutup Aqua 0,8 Kg X 1800 :Rp 1.440,.

HVS 22,5 Kg X 1400 :Rp 31.500,.

:Rp 237.260,.

5 Mei 5,

12,

19

Plastik Putih 12,3 Kg X 1800 :Rp 22.140,.

Kardus 101,2 Kg X 1300 :Rp131.560,.

Plastik 41,6 Kg X 1000 :Rp 41.600,.

Duplek 22,2 Kg X 400 :Rp 8.880,.

Kaleng 9,6 Kg X 600 :Rp 5.760,.

Gelas A 1 Kg X 3500 :Rp 3.500,.

B. Timbang 14,8 Kg X 100 :Rp 1.480,.

Koran 1,8 Kg X 1200 :Rp 2.160,.

Besi 6 Kg X 2200 :Rp 13.200,.

HVS 5 Kg X 1300 :Rp 6.500,.

:Rp 236.780,.

6 Jul 14,

21,

28,

29

Duplek 24,4 Kg X 400 :Rp 9.760,.

Plastik 33,4 Kg X 1000 :Rp 33.400,.

Plastik Putih 19,8 Kg X 1800 :Rp 35.640,.

Kardus 43,8 Kg X 1500 :Rp 65.700,.

Aluminium 5 Kg X 9000 :Rp 45.000,.

 

73

No Bln Tgl Hasil

B. Timbang 36,3 Kg X 100 :Rp 3.630,.

Majalah 13 Kg X 900 :Rp 11.700,.

Besi 11,5 Kg X 2200 :Rp 25.300,.

Kaleng 6,8 Kg X 600 :Rp 4.080,.

Gelas A 1 Kg X 3700 :Rp 3.700,.

Tutup Galon 0,4 Kg X 1800 :Rp 720,.

Buku 3,2 Kg X 900 :Rp 2.880,.

HVS 19,1 Kg X 1400 :Rp 26.740,.

:Rp 268.250,.

7 Ags 11,

25

Kardus 98,9 Kg X 1500 :Rp 148.350,.

Plastik Putih 8,3 Kg X 1800 :Rp 14.940,.

Plastik 35,2 Kg X 1000 :Rp 35.200,.

Duplek 28 Kg X 400 :Rp 11.200,.

Kaleng 21,1 Kg X 600 :Rp 12.660,.

B. Timbang 16,2 Kg X 100 :Rp 1.620,.

Yakul 1 Kg X 400 :Rp 400,.

HVS 11 Kg X 1500 :Rp 16.500,.

Gelas A 0,5 Kg X 2000 :Rp 2.000,.

Koran 13,5 Kg X 1500 :Rp 20.250,.

:Rp 263.120,.

8 Sept 8,

15,

29

Plastik Putih 22,2 Kg X 1600 :Rp 35.520,.

Plastik 55,1 Kg X 1000 :Rp 55.100,.

Duplek 40,8 Kg X 400 :Rp 16.320,.

Besi 40 Kg X 1800 :Rp 72.000,.

B. Timbang 35 Kg X 100 :Rp 3.500,.

Kardus 158,7 Kg X 1100 :Rp174.570,.

Koran 20 Kg X 1200 :Rp 24.000,.

HVS 18,5 Kg X 1500 :Rp 27.750,.

Kaleng 18,5 Kg X 600 :Rp 11.100,.

Gelas A 1,5 Kg X 1800 :Rp 2.700,.

Buku 2 Kg X 700 :Rp 1.400,.

:Rp 423.960,.

9 Okt 13,

27

Plastik Putih 17,7 Kg X 1800 :Rp 31.860,.

Plastik 65 Kg X 1000 :Rp 65.000,.

Duplek 55,3 Kg X 400 :Rp 22.120,.

B. Timbang 26,7 Kg X 100 :Rp 2.670,.

Rongsok 1 Kg X 6000 :Rp 6.000,.

Kardus 85 Kg X 1100 :Rp 93.500,.

HVS 14,4 Kg X 1600 :Rp 23.040,.

Koran 17 Kg X 1200 :Rp 20.400,.

B. Sirup 4 Kg X 50 :Rp 200,.

Kaleng 7 Kg X 600 :Rp 4.200,.

Besi 11 Kg X 1800 :Rp 19.800,.

:Rp 288.790,.

10 Nov 3,

17,

24

Plastik Putih 22,8 Kg X 1800 :Rp 41.040,.

Plastik 40,3 Kg X 1000 :Rp 40.300,.

Duplek 38,6 Kg X 400 :Rp 15.440,.

 

74

No Bln Tgl Hasil

Kardus 122,2 Kg X 1200 :Rp 146.640,.

B. Timbang 16,8 Kg X 100 :Rp 1.680,.

Kaleng 10,2 Kg X 600 :Rp 6.120,.

Gelas A 0,5 Kg X 3500 :Rp 1.750,.

Kaleng 9 Kg X 600 :Rp 5.400,.

HVS 19,2 Kg X 1500 :Rp 28.800,.

Besi 10,5 Kg X 1800 :Rp 18.900,.

Aki 5,9 Kg X 5500 :Rp 32.450,.

Plastik 1,4 Kg X 1000 :Rp 1.400,.

Majalah 0,2 Kg X 1000 :Rp 200,.

:Rp 340.120,.

11 Des 8,

15,

29

Plastik 18,6 Kg X 1000 :Rp 18.600,.

Duplek 25,4 Kg X 400 :Rp 10.160,.

B. Timbang 5,5 Kg X 100 :Rp 550,.

Kardus 44 Kg X 1500 :Rp 66.000,.

Plastik Putih 4,9 Kg X 1800 :Rp 8.820,.

HVS 39,5 Kg X 1400 :Rp 55.300,.

Majalah 95 Kg X 800 :Rp 76.000,.

Kaleng 4 Kg X 700 :Rp 2.800,.

Aki 3,5 Kg X 5000 :Rp 17.500,.

Aluminium 2 Kg X 2500 :Rp 5.000,.

Besi 3,5 Kg X 2500 :Rp 8.750,.

Gelas A 1,2 Kg X 4000 :Rp 4.800,.

Koran 5 Kg X 1400 :Rp 7.000,.

:Rp 281.280,.

Sumber: Data Bank Sampah PokLiLi

Dari tabel 4.5 di atas didapatkan bahwa penghasilan

dari hasil penimbangan sampah pada tahun 2017 yang

dilaksanakan oleh Bank Sampah PokLiLi sebesar Rp.

3.044.810,00 yaitu dengan rata-rata penghasilan per-

bulannya sebesar Rp. 260.000,00 dari total keseluruhan

hasil penimbangan sampah pada tahun 2017. Dari total

tersebut diketahui bahwa dari keseluruhan jumlah

populasi yang ada tidak semua mengikuti kegiatan di

Bank Sampah PokLiLi pada tahun 2017 yang berarti

terjadinya penurunan keaktifan anggota/nasabah Bank

Sampah PokLiLi. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor

 

75

yaitu banyaknya anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi

yang mendirikan Bank Sampah secara mandiri dan keluar

dari aktivitas keanggotaan.

Selain itu sudah banyak dan menjamurnya Bank

Sampah di Kota Depok yang merupakan percontohan dari

Bank Sampah PokLiLi sebagai Bank Sampah pertama

yang berdiri di Kota Depok. Sehingga Bank Sampah

PokLiLi sering disebut sebagai pilot project dari

berdirinya Bank Sampah yang ada di Kota Depok.

Sedangkan untuk saat ini Bank Sampah PokLiLi lebih

aktif di penyuluhan seperti di acara-acara seminar maupun

memberikan pelatihan ke berbagai lembaga maupun

instansi. Hal tersebut didapatkan dari hasil wawancara

dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku ketua pelaksana

yaitu :

“Pada saat ini karena sudah banyaknya Bank

Sampah yang ada di Kota Depok maka Bank Sampah

PokLiLi jadi agak berkurang kegiatannya. Karena Bank

Sampah PokLiLi merupakan yang pertama kalinya berdiri

di Kota Depok sehingga menjadi pilot project dari

berdirinya Bank Sampah lain yang ada di Kota Depok.

Umumnya anggota/nasabah yang telah mengikuti kegiatan

dan mengetahui sistem kerja Bank Sampah maka

kemudian ia mendirikan Bank Sampah sendiri. Untuk

sekarang, Bank Sampah PokLiLi masih aktif di bidang

penyuluhan lingkungan hidup mendapat panggilan dari

berbagai institusi maupun lembaga seperti PemKot Depok

dan sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.”

Dari hasil penjabaran diatas maka diketahui bahwa

jika dilihat keberhasilan indikator ekonomi dari

 

76

pemberdayaan masyarakat melalui Bank Sampah PokLiLi

belum sepenuhnya tercapai. Itu disebabkan karena belum

tercapainya pemuasan akan terpenuhinya kebutuhan yang

diperoleh dari penghasilan ekonomi yang didapat selama

mengikuti pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah

PokLiLi.

Mayoritas masyarakat di perumahan Griya Lembah

Depok hanya ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian

lingkungan tempat tinggal saja. Belum adanya

ketergantungan dari hasil melakukan kegiatan

penimbangan sampah maupun mendaur ulang sampah.

Namun ada juga anggota/nasabah yang berasal dari luar

daerah perumahan Griya Lembah Depok yang mengikuti

kegiatan penimbangan sampah yang bertujuan agar

mendapat uang dan keuntungan segi materi atau ekonomi

dari hasil penimbangan sampah melalui Bank Sampah

PokLiLi.

b. Penimbangan

Pada dasarnya kegiatan utama yang dilakukan oleh

Bank Sampah PokLiLi dalam setiap pertemuan atau setiap

seminggu umumnya kegiatan penimbangan dan daur

ulang sampah. Kegiatan seperti pemilahan sampah dan

pembuatan kompos menggunakan keranjang takakura

sudah dilakukan para anggota/nasabah secara individu

yang dikerjakan di rumah tangga mereka masing-masing.

Pada saat pertemuan di basecamp para anggota/nasabah

yang membawa sampah bersama-sama dengan ketua dan

 

77

pengurus melakukan penimbangan sampah yang

sebelumnya telah dipilah-pilah terlebih dahulu.

Setelah melakukan penimbangan, anggota/nasabah

Bank Sampah menghitung hasil timbangan. Kemudian

para pengurus khususnya bendahara mencatat dan

menjumlah harga jenis-jenis sampah yang telah ditimbang

tadi sehingga diperoleh dalam bentuk saldo di dalam buku

tabungan. Kemudian buku tabungan ditukarkan dengan

uang yang sistimnya bisa langsung diambil atau ditabung.

Ibu Iis selaku bagian penimbangan menjelaskan :

“Umumnya kegiatan yang dilakukan adalah

penimbangan sampah. Sebelum sampah ditimbang

terlebih dahulu dilakukan pemilahan secara individu oleh

masing-masing anggota/nasabah. Setelah melakukan

penimbangan, kemudian sampah ditotal dan

dikumpulkan berdasarkan jenis sampahnya. Setelah itu,

bendahara mencatat total harga sampah yang ditimbang di

buku tabungan anggota/nasabah. Uang dalam buku

tabungan tersebut dapat langsung diambil atau ditabung”.59

Hal tersebut diberlakukan agar waktu yang terpakai

lebih efisien karena anggota/nasabah Bank Sampah

PokLiLi cukup banyak. Ibu Djuniawan Wanitarti selaku

ketua pelaksana menjelaskan :

“Bank Sampah PokLiLi melakukan kegiatan setiap

seminggu sekali pada hari Jumat. Kegiatan yang

dilakukan adalah penimbangan dan daur ulang sampah.

Pengurus mewajibkan para anggota/nasabah melakukan

pemilahan sampah terlebih dahulu di tingkat rumah

tangga mereka masing-masing sebelum sampah ditimbang

59Wawancara pribadi dengan Ibu Iis selaku Penimbangan, pada tang-

gal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.

 

78

di Bank Sampah. Hal tersebut bertujuan agar waktu yang

digunakan lebih efisien dan memudahkan pengurus dalam

pelaksanaannya”.60

Adapun proses perekrutan masyarakat agar bisa

mengikuti kegiatan dan menjadi nasabah atau anggota

yang terdaftar di Bank Sampah PokLiLi sangatlah mudah

dan fleksibel bagi masyarakat atau setiap orang yang

memiliki sampah terutama sampah anorganik. Masyarakat

yang memiliki sampah anorganik harus memilah sampah

terlebih dahulu sebelum diserahkan ke Bank Sampah,

setelah itu sampah yang telah dipilah dibawa ke Bank

Sampah PokLiLi untuk ditimbang.

Setelah calon nasabah atau anggota selesai

melakukan penimbangan maka kemudian calon

anggota/nasabah mengisi formulir atau data untuk

mendapatkan buku tabungan nasabah sebagai bentuk

keanggotaan dan pencatatan keuangan hasil dari proses

penimbangan yang telah dilakukan pada setiap

perkumpulannya. Ibu Rumsinah mengatakan :

“Bank Sampah PokLiLi bersifat fleksibel dan umum

karena tidak ada prosedur atau persyaratan khusus bagi

masyarakat yang ingin bergabung. Adapun prosedurnya

yaitu masyarakat harus membawa sampah yang telah

dipilah untuk ditimbang kemudian mengisi data diri agar

diberi buku tabungan untuk mencatat hasil

penimbangan”.61

60Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua

Pelaksana, pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 61Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan,pada

tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

79

Informasi berikutnya diperkuat oleh pendapat dari

Ibu Iis yaitu :

“Sangat mudah menjadi anggota/nasabah di Bank

Sampah PokLiLi. Calon anggota/nasabah datang

membawa sampah yang sudah dipilah kemudian oleh

parapengurus ditimbang. Setelah itu, calon

anggota/nasabah mengisi formulir pendaftaran berupa

nama, alamat dan nomor telepon untuk selanjutnya diberi

buku tabungan yang dibawa setiap melakukan

penimbangan di Bank Sampah PokLiLi”.62

Berdasarkan pengamatan peneliti dari hasil

wawancara mengenai pelaksanaan kegiatan penimbangan

Bank Sampah PokLiLi, dapat disimpulkan bahwa ketua

dan para pengurus Bank Sampah mengharuskan memilah

sampah secara individu di rumah tangga masing-masing

sebelum sampah dibawa untuk ditimbang pada saat

pertemuan. Kegiatan memilah sampah rumah tangga,

terlebih dahulu dilakukan secara individu untuk

meningkatkan jiwa disiplin dan konsisten mengikuti

kegiatan pengelolaan sampah.

Proses perekrutan atau pendafataran calon

anggota/nasabah di Bank Sampah PokLiLi sangatlah

mudah dan tidak memerlukan persyaratan atau

prosedur yang rumit. Calon anggota atau nasabah

hanya diwajibkan membawa sampah yang telah dipilah

untuk kemudian melakukan penimbangan.

62Wawancara pribadi dengan Ibu Iis selaku Penimbangan, pada tang-

gal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.

 

80

Bukti bahwa masyarakat telah resmi bergabung

menjadi anggota atau nasabah yaitu memiliki buku

tabungan nasabah yang selalu dibawa guna mencatat saldo

keuangan. Hasil dari proses penimbangan sampah, bisa

digunakan para nasabah dengan ditabung atau pun di

kemudian hari dapat diambil secara langsung sesuai

keperluan mereka masing-masing pada setiap

perkumpulan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi.

c. Penjualan Sampah

Hasil dari sampah yang telah dipilah oleh

anggota/nasabah dikumpulkan menjadi satu dalam suatu

wadah atau tempat. Setelah itu, sampah yang telah

ditimbang dan dikumpulkan tersebut selanjutnya dibawa

ke pengepul sampah atau pengadah sampah yang sudah

merupakan langganan dan telah bekerjasama yang dibantu

oleh Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok). Waktu

dari penjualan sampah bersifat fleksibel dilihat dari

kondisi dan situasi dari lamanya proses pemilahan dan

pengumpulan sampah tersebut.

Biasanya pengambilan sampah dilakukan bila

pengepul atau pengadah sampah datang secara berkala ke

tempat basecamp di perumahan Griya Lembah Depok.

Hasil timbangan sampah dibawa menggunakan gerobak

atau truk, tergantung pada situasi atau kondisi dan jumlah

sampah yang akan diangkut. Transaksi penjualan sampah

atau pertukaran sampah dengan uang dilakukan secara

 

81

langsung oleh ketua dan para pengurus dengan pengepul.

Ibu Yenny mengatakan :

“Hasil dari penimbangan sampah dikumpulkan

menjadi satu dan ditempatkan ke masing-masing jenis

sampahnya dalam suatu wadah atau tempat hingga banyak

kemudian dijual kepada pengepul atau pengadah sampah.

Pengepul datang ke perumahan Griya Lembah Depok

dengan gerobak namun jika sampah yang dikumpulkan

oleh para pengurus Bank Sampah berjumlah sangat

banyak maka pengepul datang mengangkut dengan truk.

Transaksi dilakukan secara langsung di tempat, pengepul

membayar sesuai dengan harga-harga dari setiap jenis

sampah yang dijual”.63

Dari hasil wawancara tersebut didapatkan informasi

data berupa kelanjutan dari hasil kegiatan penimbangan

sampah yang dilakukan Bank Sampah PokLiLi. Sampah

yang telah dipilah dan ditimbang kemudian diteruskan

untuk dijual ke pengepul atau pengadah sampah agar

dapat ditukarkan dengan uang sesuai dengan harga-harga

jenis sampah. Kegiatan transaksi jual beli tersebut secara

langsung di tempat, ketika pengepul atau pengadah

sampah tersebut datang ke basecamp. Sampah dibayar

tunai sesuai dengan harga dari jenis-jenisnya.

Hal tersebut harus rutin dilakukan oleh para

pengurus Bank Sampah PokLiLi agar sampah yang telah

dipilah, ditimbang dan dikumpulkan tidak akan

menumpuk dan dibiarkan begitu saja terlalu lama.

63Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada

tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

82

Walaupun jenis sampah yang dijual adalah sampah

anorganik yang tidak mudah terurai.

Sampah yang terlalu lama ditumpuk lama kelamaan

akan menjadi rusak dan berkurang kualitas dari nilai harga

jual sampah. Dari segi nilai estetika sangatlah tidak enak

untuk dipandang mata dan mempersempit lingkungan

terutama di basecamp Bank Sampah PokLiLi. Sehingga

mengganggu aktivitas anggota/nasabah serta para

pengurus dalam pelaksanaan kegiatan.

d. Daur Ulang Sampah

Kegiatan utama yang dilakukan Bank Sampah

PokLiLi adalah penimbangan dan daur ulang sampah.

Kegiatan daur ulang sampah telah dilakukan oleh

masyarakat di wilayah perumahan Griya Lembah Depok

sebelum terbentuknya Bank Sampah. Awal kegiatan daur

ulang yang paling pertama dilakukan sekitar tahun 2008

adalah daur ulang sampah organik dengan mengubahnya

menjadi pupuk yang dilakukan di masing-masing rumah

tangga.

Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) juga ikut

berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan Bank Sampah

dengan membeli pupuk organik yang diproduksi oleh

Bank Sampah PokLiLi yang dipakai untuk keperluan

taman yang ada di kantor pemerintahan Walikota Depok.

Daur ulang sampah anorganik menjadi produk kerajinan

tangan dimulai sejak tahun 2010 pada saat itu belum

terbentuk Bank Sampah.

 

83

Karena semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan

sehingga semakin banyak pula masyarakat yang tertarik

dan mengikuti kegiatan daur ulang sampah anorganik

maka Ibu Djuniawan Wanitarti beserta para Ibu-ibu PKK

mencetuskan berdirinya Bank Sampah PokLiLi atas dasar

kepedulian mereka terhadap lingkungan atau daerah

sekitar tempat mereka tinggal.

Pada awal sebelum dan terbentuknya Bank Sampah,

kegiatan yang dilakukan seputar pemilahan sampah dan

daur ulang sampah secara individu di tingkat rumah

tangga. Daur ulang sampah anorganik merupakan salah

satu daya tarik untuk menarik minat masyarakat agar ikut

berpartisipasi. Pemilahan sampah dilakukan untuk

memisahkan antara sampah organik dan anorganik.

Sampah organik di daur ulang menjadi pupuk dengan

menggunakan keranjang takakura.

Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) sangat

berperan dalam pelaksanaan kegiatan seperti pemberian

keranjang takakura dan peralatan untuk kegiatan

penimbangan sampah. Pada waktu itu Pemkot Depok

memberikan keranjang takakura kepada Bank Sampah

PokLiLi untuk dibagikan kepada masyarakat.

Selanjutnya masyarakat melakukan daur ulang

sampah organik menjadi pupuk. Pupuk organik yang telah

dibuat sebagian dipakai untuk tanaman di halaman rumah

mereka masing-masing atau dikumpulkan secara kolektif

 

84

dan disetor kepada Bank Sampah agar dijual ke pedagang

tanaman yang ada di Kota Depok dan sekitarnya.

Kemudian kegiatan utama yang sering dilakukan

adalah daur ulang sampah anorganik untuk dijadikan ke

berbagai bentuk produk kerajinan tangan yang bernilai

tinggi. Jenis-jenis produk kerajinan tangan dari kegiatan

daur ulang antara lain seperti tas dari bungkus kopi, taplak

dari sedotan, bunga perca, sajadah dan lain sebagainya.

Ibu Muswarini selaku kerajinan mengatakan :

“Pada awalnya kegiatan yang dilakukan hanya

seputar pemilahan dan daur ulang sampah yang dilakukan

Ibu-ibu PKK, pada waktu itu sekitar tahun 2008 belum

terbentuk Bank Sampah. Daur ulang sampah organik

menjadi pupuk dari sayuran yang berasal dari sampah

rumah tangga sehari-hari digunakan untuk tanaman di

halaman rumah, hal tersebut meningkatkan minat

bercocok tanam. Sedangkan sampah anorganik di daur

ulang dimulai pada tahun 2010 menjadi produk kerajinan

tangan seperti taplak dari sedotan, bunga perca dari plastik

dan masih banyak lagi”.64

Berdasarkan hasil wawancara mengenai daur ulang

sampah yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa

kegiatan yang paling awal dari proses berdirinya Bank

Sampah PokLiLi adalah kegiatan daur ulang sampah.

Kegiatan tersebut menjadi daya tarik, karena dari situlah

ciri utama terbentuknya Bank Sampah PokLiLi di

perumahan Griya Lembah Depok. Kegiatan daur ulang

sampah melalui Bank Sampah dilakukan secara bergotong

royong.

64Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

85

Hasil dari kegiatan daur ulang sampah tersebut

memiliki banyak manfaat yang beragam seperti

meningkatkan keinginan dalam melestarikan lingkungan

dengan bercocok tanam menggunakan pupuk yang telah

dibuat dari sampah organik. Dari segi ekonomi hasil daur

ulang sampah dapat dijual ke berbagai lapisan masyarakat.

Seperti produk kerajinan tangan dari sampah anorganik

yang memiliki nilai ekonomis dan juga memiliki nilai

estetis dari segi keindahan produk ramah lingkungan.

e. Pemasaran

Pemasaran merupakan hasil dari keseluruhan

kegiatan yang telah dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi. Hasil dari pemberdayaan masyarakat juga

merupakan bukti bahwa nilai keberhasilan dan kelayakan

dari haril produk pemberdayaan dapat bernilai tinggi.

Pemasaran yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi

bersifat fleksibel dapat dilakukan melalui berbagai cara

seperti pameran, bazar, seminar-seminar dan lain

sebagainya.

Pameran yang dilakukan berupa acara-acara formal

yang diadakan oleh organisasi atau lembaga tertentu

seperti BLH atau pemerintah Kota Depok (PemKot

Depok). Untuk pemasaran produk daur ulang sampah

melalui bazar-bazar yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi dengan cara mendirikan sebuah stand atau tempat

untuk mempromosikan serta mengenalkan produk-produk

kerajinan daur ulang sampah ke masyarakat pada waktu-

 

86

waktu tertentu seperti adanya hari-hari nasional dimana

penyelenggaraannya diadakan di sebuah tempat khusus

yaitu JCC, BSD, Balai Kartini, SMESCO dan lain

sebagainya.

Sedangkan untuk seminar biasanya dilakukan

melalui panggilan untuk melakukan penyuluhan mengenai

kelestarian dan juga seputar bagaimana menjaga

lingkungan agar tetap bersih melalui pengenalan produk

daur ulang sampah. Pada saat seminar selain untuk

melakukan penyuluhan lingkungan, disela-sela Bank

Sampah PokLiLi melakukan pemasaran kepada para

peserta seminar yang ingin membeli produk-produk daur

ulang sampah. Ibu Yenny mengatakan :

“Untuk pemasaran tidak dilakukan secara spesifik

tetapi lebih bersifat fleksibel. Kegiatan pemasaran yang

dilakukan Bank Sampah PokLiLi seperti pada pameran,

bazar, seminar dan lain sebagainya. Pada waktu itu Bank

Sampah PokLiLi sering diundang oleh BLH dan PemKot

Depok. Biasanya karena adanya perayaan seperti hari-hari

nasional yang penyelenggaraannya diadakan di sebuah

tempat seperti JCC, Gedung SMESCO, BSD, Balai

Kartini dan masih banyak lagi. Umumnya pemasaran

dilakukan dengan meletakkan produk kerajinan tersebut di

depan Basecamp Bank Sampah PokLiLi”.65

Selain berbagai cara pemasaran yang dilakukan

tersebut, Bank Sampah PokLiLi juga menerima pesanan

berupa pembuatan souvenir untuk pernikahan atau acara-

acara tertentu lainnya. Pemasaran melalui panggilan

65Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada

tanggal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.

 

87

dipromosikan dari mulut ke mulut. Para pengurus maupun

anggota/nasabah ikut melakukan pemasaran dan ada

saudara dan ada juga kerabat maupun anggota/nasabah

yang melakukan pemesanan. Untuk pembuatan pesanan

souvenir dari produk daur ulang sampah dilakukan secara

gotong-royong oleh anggota/nasabah maupun para

pengurus Bank Sampah PokLiLi. Ibu Muswarini

menjelaskan :

“Konsumen biasanya berasal dari para pelajar dan

mahasiswa yang datang berkunjung untuk tugas sekolah.

Untuk pemasarannya hanya ditaruh dan dipajang di depan

basecamp Bank Sampah PokLiLi, jadi ketika ada orang

yang datang berkunjung merasa tertarik dan akhirnya

membeli. Pemasaran juga dilakukan dengan menerima

pesanan berupa pembuatan souvenir dari daur ulang

sampah yang biasanya dipakai untuk acara-acara tertentu

seperti penikahan dan ulang tahun. Adapun produk yang

biasa dipesan yaitu gantungan kunci, bunga perca, bros,

tempat pensil dan lain sebagainya”.66

Untuk sistem bagi hasil Bank Sampah PokLiLi

menyerahkan semua hasil dari penjualan produk daur

ulang sampah yang telah laku terjual kepada para

pengrajin yang telah membuatnya. Hal itu dilakukan

karena pada proses pembuatan produk daur ulang sampah

tersebut menggunakan modal uang terlebih dahulu.

Contohnya tas dari daur ulang sampah anorganik

membutuhkan tambahan assesoris seperti serotan, furing

dan gagang tasnya tersebut agar terlihat lebih menarik dan

66Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

88

memiliki harga nilai jual yang lebih tinggi serta layak

dipakai untuk para konsumen. Ibu Yenny mengatakan :

“Biasanya dijual dengan cara dipajang di tempat

Bank Sampah PokLiLi. Namun sering juga melalui

pameran, bazar dan seminar-seminar yang pada waktu itu

mendapat panggilan dari BLH untuk memperingati hari

lingkungan hidup. Untuk hasil penjualan produk kerajinan

yang dibuat secara bersama upahnya berdasarkan sistem

bagi hasil. Sedangkan untuk pembuatan secara individu

maka hasil penjualan diserahkan semuanya, hanya sekitar

beberapa persen untuk kas, karena dalam pembuatan

produk tersebut membutuhkan tenaga, waktu serta modal

agar produk yang dihasilkan memiliki nilai jual dan layak

pakai bagi masyarakat luas yang membelinya”.67

Berdasarkan kesimpulan mengenai sistem

pemasaran di Bank Sampah PokLiLi ini dilakukan secara

fleksibel dan tidak terstruktur maupun formal. Karena

kegiatan yang bersifat kekeluargaan maka pembuatan

produk hasil kerajinan daur ulang sampah berdasarkan

sistem bagi hasil sesuai dengan proses pengerjaan yang

dilakukan oleh masing-masing anggota/nasabah dan para

pengurus.

Adapun jika produk kerajinan daur ulang sampah

yang terjual merupakan hasil pembuatan anggota/nasabah

maupun para pengurus secara individu maka hasil

penjualan akan diserahkan semuanya kepada para

pengrajin. Karena pada dasarnya Bank Sampah PokLiLi

hanya sebagai media sarana sosial dari segi lingkungan

67Wawancara pribadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada

tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

89

dan juga dapat membantu segi ekonomi masyarakat yang

menjadi anggota/nasabah.

f. Evaluasi

Evaluasi dalam setiap kegiatan merupakan hal

penting dalam setiap melakukan suatu kegiatan terutama

yang melibatkan masyarakat banyak. Selain itu juga

evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan dari suatu pelaksanaan kegiatan yang telah

dilakukan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat

meningkatkan mutu dan kualitas dari suatu kegiatan yang

telah dilakukan oleh lembaga atau organisasi tersebut.

Seperti halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh

Bank Sampah PokLiLi ini setelah melakukan kegiatan

pemberdayaan masyarakat utamanya Bank Sampah

PokLiLi ini melakukan evaluasi kegiatan mengenai apa

saja kegiatan yang paling utama dilakukan maupun

kegiatan yang perlu di evaluasi pelaksanaannya. Evaluasi

kegiatan yang dilakukan yaitu dari segi kegiatan

penimbangan dan daur ulang sampah hingga evaluasi

mengenai pemasaran.

Pada evaluasi kegiatan penimbangan sampah

dilakukan seperti bagaimana proses pemilahan sampah

yang wajib dilakukan oleh anggota/nasabah. Lalu sampah

dari yang paling banyak ditimbang dengan harga dari

yang paling rendah sampai harga sampah yang paling

tinggi. Kemudian disortir dan ditingkatkan, untuk harga

 

90

sampah yang mengalami perubahan harga secara naik

maupun turun.

Adapun evaluasi yang dilakukan seperti berapa

tingkat penjualan yang dihasilkan serta jenis produk daur

ulang sampah seperti apa yang paling banyak mengalami

penjualan setiap kali melakukan pemasaran. Evaluasi pada

kegiatan daur ulang sampah seperti apa saja jenis kegiatan

kerajinan tangan dari daur ulang sampah yang akan

dilakukan. Evaluasi bertujuan agar para anggota/nasabah

lebih banyak mengetahui ilmu dan jenis-jenis kreativitas

lainnya yang diajarkan agar anggota/nasabah tidak bosan

dengan kegiatan kerajinan daur ulang sampah yang

bersifat monoton. Ibu Muswarini mengatakan :

“Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk

mengetahui kegiatan apa yang efektif dilakukan pada

setiap pertemuan. Evaluasi juga dilakukan terhadap

produksi sampah yang bernilai paling tinggi harganya

serta produk kerajinan apa saja yang paling banyak

diminati oleh konsumen”.68

Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan

kesimpulan mengenai evaluasi kegiatan yang dilakukan

secara terencana dan terarah. Tujuannya agar pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan Bank Sampah PokLiLi dapat

berjalan lancar dan efektif. Selain itu juga untuk

meningkatkan kualitas dan mutu yang bermanfaat dari

68Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

91

hasil kegiatan yang telah dilakukan baik itu bagi

masyarakat, anggota/nasabah maupun para pengurus.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan

mengenai evaluasi atau monitoring dari pelaksanaan

kegiatan Bank Sampah PokLiLi, yaitu:

Pelaksanaan

Bank Sampah Evaluasi Monitoring Yang Dilakukan

Kegiatan Terlebih dahulu para pengurus

melakukan rapat atau pertemuan untuk

merencanakan kegiatan yang akan

dilakukan. Setelah pelaksanaan dari

perencanaan kegiatan tersebut, bila

dirasa hasil dari kegiatan kurang

maksimal. Maka para pengurus kembali

melakukan trategi dalam perencanaan

kegiatan yang akan datang.

Partisipasi Para pengurus Bank Sampah melihat

tingkat partisipasi dan respon

masyarakat. Jika partisipasi masyarakat

rendah, maka para pengurus akan

melakukan rapat atau pertemuan kembali

untuk merencanakan strategi

pelaksanaan kegiatan selanjutnya agar

lebih menarik dan melakukan sosialisasi

lebih gencar lagi di masyarakat.

 

92

Penimbangan

Sampah

Evaluasi yang dilakukan pada tahap ini

dibedakan dan dibagi menjadi dua

bagian yaitu dari banyaknya jumlah tiap

jenis sampah yang ditimbang dalam

setiap pertemuan dan harga-harga

sampah dari yang paling tinggi sampai

harga paling rendah dijual di pasaran

atau oleh pengepul sampah.

Kerajinan

Daur Ulang

Sampah

Evaluasi atau monitoring dilihat dari

produk kerajinan daur ulang sampah

yang paling banyak dipesan dan diminati

di pasaran. Jika ada produk kerajinan

daur ulang sampah yang tinggi tingkat

penjualannya maka intensitas pelatihan

atau pembuatan kerajinan daur ulang

sampah tersebut akan ditingkatkan pada

setiap pertemuan pelaksanaan kegiatan

di Bank Sampah PokLiLi.

B. Hambatan atau Faktor Pendukung Bank Sampah Pok-

LiLi

1. Hambatan atau Kendala Bank Sampah PokLiLi

Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan

beberapa narasumber yaitu para anggota/nasabah,

pengurus, ketua Bank Sampah PokLiLi dan masyarakat

sekitar perumahan Griya Lembah Depok. Dari hasil

wawancara didapatkan hasil mengenai hambatan-

 

93

hambatan yang dialami oleh Bank Sampah PokLiLi.

Pertama, dari segi tempat belum ada sukarelawan yang

mau menyediakan tempat khusus untuk pelaksanaan

kegiatan. Tempat yang selama ini dipakai merupakan hasil

dari swadaya para pengurus yang bersedia memberikan

tempat untuk dijadikan basecamp. Bank Sampah PokLiLi

sulit untuk menyimpan barang-barang hasil kegiatan daur

ulang sampah dan pemilahan sampah yang berjumlah

sangat banyak.

Hal tersebut merupakan bagian dari hambatan

karena pada saat penimbangan sampah tidak langsung

dijual ke pengepul melainkan dikumpulkan untuk dipisah

kemudian ditimbang sesuai dengan harga jenis

sampahnya. Karena banyaknya barang-barang hasil dari

kegiatan pada setiap perkumpulan, tempat pelaksanaan

kegiatan menjadi penuh dan sempit. Sehingga untuk

melakukan setiap kegiatan atau aktivitas Bank Sampah

PokLiLi menjadi terhambat dan sulit. Seperti kegiatan

yang dilakukan setiap minggu pada hari Jumat maupun

kegiatan yang bersifat pertemuan atau rapat yang

diadakan para pengurus baik itu yang melibatkan

masyarakat sekitar ataupun tidak. Ibu Rumsinah

menjelaskan :

“Hambatan atau kendala terletak pada tempat,

karena tidak ada tempat khusus bagi pelaksanaan

kegiatan. Tempat yang dipakai sekarang merupakan hasil

swadaya dari pengurus yang bersedia rumahnya dijadikan

basecamp Bank Sampah PokLiLi. Belum adanya

 

94

sukarelawan yang memberikan tempat khusus untuk

pelaksanaan kegiatan Bank Sampah. Sehingga untuk

menyimpan barang hasil penimbangan sampah tidak

cukup dan membuat tempat menjadi sempit. Pada saat

melakukan pertemuan rapat atau kegiatan seperti daur

ulang dan penimbangan sampah juga jadi terbatas”.69

Hambatan atau kendala yang dialami oleh Bank

Sampah PokLiLi selanjutnya segi partisipasi. Hambatan

yang kedua adalah ketika para pengurus melakukan

pertemuan atau rapat yang membahas seputar pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi,

namun masih banyak warga yang tidak hadir pada

pertemuan yang telah direncanakan tersebut.

Upaya yang dilakukan ketua dan para pengurus

untuk menghadapi hambatan tersebut yaitu terus

melakukan penyuluhan dan memberikan kegiatan positif

serta menarik. Hasil dari kegiatan dapat dirasakan serta

dilihat oleh masyarakat sekitar maupun luar daerah. Ibu

Muswarini mengatakan :

“Kendalanya dalam masyarakat sulit untuk diajak

perkumpulan atau pertemuan rapat yang diadakan Bank

Sampah PokLiLi terutama para ibu-ibu muda. Hal tersebut

dikarenakan mayoritas masyarakat di perumahan Griya

Lembah Depok sangat sibuk bekerja sedangkan pada hari

libur masyarakat sekitar juga pergi untuk berlibur. Oleh

karena itu, sosialisasi terus dilakukan oleh para pengurus

dengan memberikan undangan-undangan bagi warga

sekitar walaupun tetap masih banyak yang tidak datang

karena kesibukannya. Tetapi para pengurus Bank Sampah

69Wawancara pribadi dengan Ibu Rumsinah selaku Penimbangan, pa-

da tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

95

PokLiLi terus menggiatkan sosialisasi dengan melakukan

penarikan atau partisipasi bagi masyarakat.”70

Berdasarkan hasil wawancara dan kajian dari

penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa tidak banyak

hambatan berarti yang dialami dalam pelaksanaan

kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Ibu Iis mengatakan :

“Menurut saya tidak ada hambatan yang terlalu sulit

untuk pelaksanaannya. Semua kegiatan yang dilakukan

selama ini dapat berjalan dengan lancar karena para

pengurus bekerja sama aktif dan rajin dalam

melaksanakan semua kegiatan yang ada di Bank

Sampah.”71

Ketua dan para pengurus mampu mengatasi segala

permasalahan baik itu berupa hambatan maupun kendala

yaitu dari segi penyediaan dan lahan diselesaikan melalui

swadaya tempat yang disediakan oleh ketua dan para

pengurus Bank Sampah PokLiLi. Selain itu, untuk

hambatan dan kendala yang berasal dari masyarakat,

pengurus secara terus menerus melakukan kegiatan yang

memberikan hasil yang baik bagi semua pihak mulai dari

masyarakat, lingkungan maupun bagi ketua dan para

pengurus Bank Sampah PokLiLi.

2. Faktor Pendukung Bank Sampah PokLiLi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat

dijelaskan bahwa faktor pendukung pelaksanaan kegiatan

70Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 71Wawancara pribadi dengan Ibu Iis selaku Penimbangan, pada tang-

gal 12 Agustus 2018, pukul 14.00 WIB.

 

96

Bank Sampah PokLiLi yang terbesar adalah dukungan

dari pihak internal. Adanya dukungan serta partisipasi

aktif dari para pengurus maupun anggota/nasabah dalam

setiap pelaksanaan kegiatan yang ada di Bank Sampah

PokLiLi.

Dukungan dan support dari para pengurus serta

anggota/nasabah dalam segi kerja sama, gotong royong

dan keaktifan mereka, mampu mendorong setiap

pelaksanaan kegiatan. Sehingga tingkat keberhasilan dari

hasil kegiatan yang dilakukan mendapat nilai yang positif

dari berbagai pihak khususnya RT, RW dan lingkungan

perumahan Griya Lembah Depok. Adapun faktor

pendukung lain adalah dukungan dari pihak RT dan RW.

RT dan RW berfungsi sebagai media sosialisasi dan izin

dalam setiap penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan

yang ada di Bank Sampah PokLiLi. Ibu Yenny

mengatakan :

“Salah satu yang menjadi faktor pendukung yaitu

mendapat dukungan dari para pengurus yang sangat aktif

dan kooperatif dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang

akan maupun telah diselenggarakan oleh Bank Sampah

PokLiLi. Kemudian dari pihak RT dan RW sangat

mendukung kegiatan Bank Sampah. Selain itu juga

adanya peran serta aktif masyarakat dalam berpartisipasi

melalui kegiatan mengolah sampah”.72

Selain dukungan dari pihak RT dan RW, selanjutnya

support dan dukungan juga didapat dari Kelurahan

72Wawancara probadi dengan Ibu Yenny selaku Bendahara, pada

tanggal 13 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

97

melalui kegiatan pada setiap pertemuan di Kelurahan pada

tiap-tiap RT maupun RW. Pada tingkat kelurahan, para

pengurus melakukan kegiatan sosialisasi sebagai bentuk

penyampaian aspirasi terhadap proses maupun hasil yang

didapat. Pada pertemuan tersebut ketua dan pengurus

tidak hanya menyampaikan pendapat tetapi juga meminta

aspirasi dan masukan dari adanya pelaksanaan kegiatan di

Bank Sampah PokLiLi pada perkumpulan di tingkat

Kelurahan tersebut.

Dukungan dan support berikutnya adalah adanya

pertukaran ilmu dan pikiran atau pendapat dari berbagai

pihak untuk mendapatkan suatu pencapaian kegiatan yang

berdampak langsung maupun tidak langsung. Selain itu,

agar mengetahui bahwa kegiatan Bank Sampah PokLiLi

merupakan sesuatu hal yang baik dan menarik sehingga

didapatkan suatu kegiatan bermanfaat dan memberikan

dampak positif untuk berbagai pihak maupun kalangan di

masyarakat. Ibu Muswarini mengatakan :

“Faktor pendukung Bank Sampah PokLiLi didapat

dari berbagai pihak mulai dari RT, RW dan Kelurahan.

Kita sering mengadakan pertemuan baik itu di tingkat

Kelurahan, RT maupun RW. Pada pertemuan tersebut

saling bertukar ilmu dan pikiran mengenai apa saja

kegiatan positif seputar Bank Sampah. Setelah melakukan

sosialisasi dan membuktikan dengan hasil yang

berdampak sangat baik bagi masyarakat maupun

lingkungan sekitar. Sehingga Bank Sampah PokLiLi

 

98

mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak”.73

Selain faktor pendukung yang berasal dari dalam

atau internal kegiatan. Bank Sampah PokLiLi juga

mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Depok

(PemKot Depok) dan BLH. Faktor pendukung yang

didapat dari PemKot Depok berupa bantuan alat dan

fasilitas yang diperlukan bagi telaksananya kegiatan

seperti pemberian alat penimbangan sampah, keranjang

takakura dan tong sampah besar untuk pemilahan sampah

yang diperuntukkan bagi masyarakat untuk rajin

mengolah sampah di tingkat rumah tangga.

Sedangkan faktor pendukung yang didapat dari

BLH yaitu berupa seminar dan pelatihan-pelatihan untuk

melaksanakan suatu kegiatan pemberdayaan yang

melibatkan masyarakat luas terutama penyuluhan yang

berkaitan dengan lingkungan hidup. Ibu Djuniawan

Wanitarti menjelaskan :

“Kalau untuk faktor pendukung pelaksanaan

kegiatan di Bank Sampah PokLiLi mulai dari tingkat RT

sampai ke tingkat pemerintah Kota Depok. Untuk tingkat

RT dan RW itu tentu kita mendapat dukungan seperti izin

penyelenggaraan kegiatan serta partisipasidari masyarakat

sekitar perumahan Griya Lembah Depok. Kalau dari

Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) dukungan yang

diberikan itu berupa kita mendapatkan timbangan sampah,

keranjang takakura pada waktu itu dikirim dengan truk

dan juga kita dapat tong sampah besar untuk pemilahan-

73Wawancara pribadi dengan Ibu Muswarini selaku Kerajinan, pada

tanggal 14 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

99

milahan sampah berdasarkan jenis sampah. Jadi warga

sini kalau buang sampah itu tidak langsung buang tetapi

dibuang atau dikelompokkan berdasarkan jenis sampah

tersebut kemudian dimasukkan sesuai dengan jenis tong

sampahnya itu sendiri”. Terus kita juga sering dapet

panggilan dari BLH untuk diberikan pelatihan-pelatihan

bagaimana melaksanakan suatu kegiatan terutama

penyuluhan yang berkaitan mengenai lingkungan”.74

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan

bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

penabungan sampah di Bank Sampah Poklili dapat

berjalan dengan baik karena adanya faktor pendukung,

yaitu :

a. Sambutan positif dari masyarakat tentang adanya

program Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya

Lembah Depok;

b. Adanya dukungan dari Perangkat daerah seperti

Kelurahan, RT dan RW terhadap pelaksanaan kegiatan

di Bank Sampah PokLiLi;

c. Semangat dan kesadaran serta keaktifan dan sikap

kooperatif anggota/nasabah maupun ketua dan para

pengurus untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

pengelolaan sampah melalui Bank Sampah PokLiLi;

d. Adanya kesadaran pribadi dari masyarakat sekitar dan

dukungan dari berbagai pihak mulai dari faktor internal

hingga dari faktor eksternal yaitu Pemerintah Kota

74Wawancara pribadi dengan Ibu Djuniawan Wanitarti selaku Ketua

Pelaksana, pada tanggal 16 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB.

 

100

Depok (PemKot Depok) dan BLH dalam kegiatan

mengelola sampah melalui Bank Sampah PokLiLi.

C. Dampak Positif Bank Sampah PokLiLi

Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan bank

sampah di perumahan Griya Lembah Depok telah

memberikan dampak positif bagi masyarakat dan

lingkungan. Lingkungan menjadi bersih dan asri. Dari segi

ekonomi, masyarakat juga mendapat tambahan pendapatan

dari hasil tabungan sampah dan hasil penjualan produk kreasi

sampah yang telah mereka buat.

Program kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi telah

memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat

secara langsung. Yaitu dapat mengurangi jumlah sampah di

lingkungan tempat tinggal mereka, meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan

lingkungan, memberikan pengetahuan kepada masyarakat

cara pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga dan cara

pemilahan sampah. Bagi masyarakat khususnya

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi dapat menambah

pemasukan warga dengan cara kegiatan daur ulang dan

pemanfaatan sampah menjadi berbagai bentuk produk

kerajinan daur ulang sampah. Ibu Sumono mengatakan :

”Dari segi kesehatan lingkungan menjadi lebih bersih

dan sehat daripada sebelumnya. Segi sosial masyarakat

menjadi sering berkumpul bersama para pengurus atau

pengelola, masyarakat sering bertemu sehingga selalu terjalin

silahturahmi antar warga, Untuk ekonomi bisa menambah

 

101

penghasilan dari menabung sampah dan dari penjualan kreasi

sampah khususnya bagi masyarakat yang menjadi

anggota/nasabah. Sedangkan dari bidang pendidikan

masyarakat bisa memiliki wawasan dan pengetahuan

tentang bagaimana cara mengelola dan memilah sampah.

Masyarakat bisa mengetahui pengelolaan sampah secara baik

dan benar”.75

Selanjutnya dampak Bank Sampah PokLiLi yang

didapat dari segi Lingkungan, ekonomi, aspek skill dan

pengetahuan atau keilmuan. Data yang didapatkan peneliti

dari hasil wawancara dengan masyarakat semuanya hampir

sama yaitu masyarakat melihat dan merasakan dampak

positif hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Wawan

Setiawan :

“Dampaknya kalau dari segi lingkungan bersih dan

perekonomian cukup membantu keuangan seperti untuk

membayar keperluan listrik, membayar pam dan lain

sebagainya. Kalau dari segi sosial membantu pemulung-

pemulung mengumpulkan sampah sehingga memberikan

rezeki juga kepada para pemulung, dari aspek skill mendapat

keterampilan membuat produk kerajinan tangan dari daur

ulang sampah seperti sedotan plastik menjadi taplak. Dari

segi pengetahuan yang didapat itu juga banyak, seperti yang

kita ketahui bahwa ketua Bank Sampah sempat diundang

oleh pemerintah Jepang tentang sosialisasi mengenai

bagaimana pelaksanaan dan sistem Bank Sampah di

Indonesia. Selain itu, Bank Sampah PokLiLi mendapat

pembelajaran tentang sistem pengelolaan sampah dan

lingkungan di Jepang”.76

75Wawancara pribadi dengan Ibu Sumono selaku Masyarakat, pada

tanggal 21 Agustus 2018, pukul 09.00 WIB. 76Wawancara pribadi dengan Bapak Wawan Setiawan selaku

Masyarakat, pada tanggal 12 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB.

 

102

Begitu pula didapat hasil wawancara dengan Ibu Eny

sebagai berikut :

“Dampaknya dari segi ekonomi memiliki nilai tambah

karena jika menabung sampah ditukar dengan uang, dari segi

sosial adalah komunikasi yang terjalin antara warga yang

satu dengan warga lain menjadi saling mengenal dan

mengetahui tentang Bank Sampah. Dari segi skill atau

keterampilan seperti kardus yang tadinya dibuang begitu saja

ternyata bisa menjadi berbagai macam barang-barang

kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Untuk segi

pengetahuan mendapat ilmu mengenai sampah basah dan

sampah yang harus dipilah terlebih dahulu, kemudian

mengetahui bahwa sampah organik yang sulit diuraikan

dijadikan barang daur ulang yang dapat terpakai lagi”.77

Pernyatan tersebut diperkuat dengan pernyataan dari

Ibu Yayuk menjelaskan :

“Segi lingkungan menjadi bersih karena sampahnya

dipilah dan didaur ulang, dari sosial adanya interaksi antara

masyarakat, pengurus dan anggota/nasabah. Untuk ekonomi

bisa untuk tambahan pemasukan para ibu-ibu khususnya.

Dari segi skill mendapat pelajaran membuat kreasi sampah.

Pengetahuannya dimana sampah yang bermanfaat dapat

dijadikan pupuk dan barang daur ulang”.78

Namun dari segi ekonomi belum berdampak besar

secara signifikan, itu dapat dilihat berdasarkan pernyataan

dari bapak Herman mengatakan :

“Dampaknya dari segi lingkungan yang ada di sekitar

perumahan Griya Lembah Depok sudah tidak ada bak

sampah. Mayarakat sekitar selalu memilah sampah dan dijual

ke Bank Sampah. Pengetahuan yang didapat tentang sampah

77Wawancara pribadi dengan Ibu Eny selaku Masyarakat, pada tang-

gal 21 Agustus 2018, pukul 10.30 WIB. 78Wawancara pribadi dengan Ibu Yayuk selaku Masyarakat, pada

tanggal 21 Agustus 2018, pukul 13.00 WIB.

 

103

harus dipilah untuk kepentingan kelestarian lingkungan,

sedangkan dari segi ekonomi belum terlihat secara

signifikan. Sedangkan dari skill itu adanya pelatihan

kerajinan daur ulang sampah jadi barang yang bisa dipakai

kembali”.79

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan

bahwa dampak positif dari adanya pelaksanaan kegiatan

pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi sangatlah baik karena dapat dirasakan dan dilihat

manfaatnya oleh masyarakat secara langsung dan

keseluruhan. Dampak positif yang dirasakan masyarakat

sesudah adanya Bank Sampah PokLiLi dari segi lingkungan

yaitu lingkungan jadi lebih bersih daripada sebelumnya serta

masyarakat yang tinggal di perumahan Griya Lembah Depok

sekarang tidak memiliki tempat sampah di rumahnya

melainkan sampah dipilah dan diserahkan untuk selanjutnya

dijual ke Bank Sampah PokLiLi.

Dalam aspek sosial yaitu pengurus atau pengelola Bank

Sampah PokLiLi menjadi sering berkumpul dan saling

berinteraksi antara masyarakat di perumahan Griya Lembah

Depok maupun masyarakat yang berasal dari luar daerah.

Selain itu, para pemulung diperbolehkan mengambil sampah

yang telah dipilah oleh Bank Sampah PokLiLi sehingga

memberikan sumber rezeki bagi para pemulung tersebut atau

biasa disebut dengan berderma sampah. Ada juga program

79Wawancara pribadi dengan Bapak Herman selaku Masyarakat, pada

tanggal 21 Agustus 2018, pukul 15.00 WIB.

 

104

yang membantu anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi

yang memiliki usaha berupa bantuan pinjaman modal.

Sedangkan pada aspek ekonomi masyarakat

memperoleh tambahan penghasilan dari menabung sampah

serta penjualan kreasi sampah. Pada aspek pendidikan warga

menjadi memiliki wawasan bahwa sampah memiliki nilai

jual serta pengetahuan tentang cara mengelola dan memilah

sampah. Selain itu, masyarakat mempunyai keterampilan

membuat kreasi dari daur ulang sampah. Dampak positif

yang didapat terutama bagi masyarakat tak terkecuali

anak-anak diajarkan sejak dini untuk selalu menjaga

lingkungan tetap bersih.

Sedangkan untuk dampak negatif yaitu karena tidak

adanya warga yang menggunakan jasa tukang sampah

sehingga banyak pengangkut sampah mengeluh rugi karena

tidak mengangkut sampah dan mendapatkan uang. Dari

penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dari

adanya pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah yang

dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi mambawa dampak

positif dibandingkan negatif karena dapat dirasakan dan

dilihat manfaatnya oleh masyarakat secara langsung dan

keseluruhan. Dampak positif yang dirasakan masyarakat

sesudah adanya Bank Sampah PokLiLi dari segi lingkungan

yaitu lingkungan jadi lebih bersih daripada sebelumnya serta

masyarakat yang tinggal di perumahan Griya Lembah Depok

sekarang tidak memiliki tempat sampah di rumahnya

melainkan sampah dipilah dan diserahkan untuk selanjutnya

 

105

dijual ke Bank Sampah. Dengan kondisi lingkungan yang

semakin bersih membuat pemandangan mata menjadi indah.

 

106

BAB IV

ANALISA

Permasalahan sampah di Indonesia merupakan

permasalahan yang tidak kunjung berakhir atau tidak dapat

terselesaikan dengan baik. Bahkan pemerintah hingga saat ini

belum menemukan solusi yang tepat dalam hal penanganan

sampah yang baik serta efisien untuk penerapannya bagi

masyarakat di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Negara

Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar urutan kedua

di dunia bahkan rara-rata jumlah sampah yang dibuang setiap

harinya oleh masyarakat di Indonesia adalah sampah anorganik

dimana sampah anorganik tersebut merupakan sampah yang

sangat sulit untuk diuraikan oleh lingkungan karena

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses

penguraiannya.

Salah satu penyebab utama terjadinya permasalahan

sampah di Indonesia yaitu dari segi faktor manusia. Kurangnya

kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar merupakan

penyebab utama dari adanya permasalahan sampah yang terjadi

di muka bumi ini. Masyarakat membuang sampah sembarangan

dan kurangnya pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan

akibat membuang sampah secara tidak benar dan tidakpeduli

terhadap lingkungan.

Hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi pemeliharaan

lingkungan dan penerapan sanksi yang tegas oleh pemerintah.

Kurangnya campur tangan dan penanganannya dari pemerintah

 

107

juga merupakan salah satu penyebab utama dari adanya

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah.

Pembuangan sampah yang banyak dilakukan oleh masyarakat

Indonesia selama ini adalah dengan menumpuk sampah di depan

rumah atau di pinggir jalan lalu kemudian di diamkan begitu saja

menunggu diangkut oleh pengangkut sampah yang datang secara

rutin.

Namun ada juga masyarakat di suatu wilayah yang tidak

mau membayar pengangkut sampah atau jauh jangkauannya dari

para pengangkut sampah sehingga mereka mengambil cara atau

langkah membuang sampah secara tidak benar dan buruk. Seperti

membuang sampah ke sungai-sungai terdekat, atau hanya

ditumpuk begitu saja dan kemudian dibakar. Perilaku seperti ini

menyebabkan pencemaran air dan udara yang mengakibatkan

banjir karena aliran sungai yang terhambat selain itu polusi udara

akibat asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah dapat

menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan lain

sebagainya.

Tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat di wilayah

perumahan juga membuang sampah secara sembarangan karena

masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan sekitar tempat

tinggal mereka. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan

lingkungan hidup khususnya masalah sampah belum optimal

bahkan cenderung masih banyak masyarakat yang mengabaikan

permasalahan sampah dan penanganannya.

Permasalahan sampah tersebut berlanjut ke tahap

pencemaran udara, air, sungai dan tanah yang berdampak pada

 

108

makhluk hidup di sekitarnya. Seperti timbul berbagai macam

penyakit yang menyerang manusia di wilayah kota-kota

metropolitan yang memiliki tingkat mobilitas tinggi disertai

dengan pencemaran yang tinggi dan kompleks. Bank Sampah

PokLiLi berdiri dengan tujuan membantu masyarakat dalam hal

pengelolaan sampah khususnya sampah rumah tangga melalui

pemahaman ilmu disertai keterampilan yang berwawasan

lingkungan. Agar masyarakat mengetahui dan paham serta peduli

terhadap lingkungan hidup terutama pengelolaan sampah secara

baik dan benar.

Bank Sampah PokLiLi berlokasi di perumahan Griya

Lembah Depok RT 3 RW 24 Kelurahan Abadijaya Kecamatan

Sukmajaya Kota Depok. Bank Sampah ini dilatar belakangi oleh

permasalahan sampah yang terjadi di lingkungan sekitar

perumahan Griya Lembah Depok. Pembentukan Bank Sampah

bertujuan agar masyarakat memilah-milah sampah organik dan

anorganik mulai dari tingkat rumah tangga secara individu.

Adapun masyarakat yang telah memilah sampah agar

diberikan ke Bank Sampah untuk selanjutnya ditukarkan dengan

uang sesuai dengan harga dan banyaknya sampah. Selain

menerapkan kebiasaan dalam hal memilah-milah sampah, Bank

Sampah PokLiLi juga memberikan edukasi bahwa sampah yang

sulit diuraikan seperti sampah anorganik dapat dijadikan produk

kerajinan tangan yang bernilai ekonomis dan estetis sehingga

dapat dipergunakan kembali menjadi benda pakai ramah

lingkungan.

 

109

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum

melaksanakan program kegiatan, terlebih dahulu pengurus

membuat sebuah perencanaan kerja yang menjadi target dalam

mencapai suatu tujuan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan Bank

Sampah PokLiLi adalah pemberdayaan masyarakat melalui

kegiatan pengelolaan sampah untuk mengubah paradigma

masyarakat terhadap sampah dan mengubah pola pikir dan

kebiasaan/perilaku masyarakat yang tadinya mengelola sampah

dengan menggunakan metode ‘kumpul-angkut-buang’ menjadi

‘kumpul-olah-manfaat’.

A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Peduli Lingkungan

Yang Dilakukan Oleh Bank Sampah PokLiLi

Kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi

sesuai dengan teori pemberdayaan masyarakat sebagai suatu

proses yaitu suatu kegiatan yang berkesinambungan (on-

going) sepanjang komunitas itu masih ingin melakukan

perubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu

program saja. Bank Sampah PokLiLi terus melakukan

kegiatan pengelolaan sampah dan melestarikan lingkungan

secara berkesinambungan dan terus melakukan perubahan

dan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatannya yang bersifat

fleksibel tidak hanya terpaku pada suatu program saja.

Hogan dalam “Intervensi Komunitas & Pengembangan

Masyarakat : Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat”

yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi menggambarkan

proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu

siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu :

 

110

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang

memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall

depowering/empowering experiences). Berdasarkan

pengalaman dan latar belakang yang telah dialami oleh

para pengurus Bank Sampah PokLiLi sehingga dibentuk

sebuah organisasi yang mengubah suatu permasalahan

yang ada di masyarakat perumahan Griya Lembah

Depok.

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan

dan penidakberdayaan (discuss reasons for

depowerment/empowerment). Sebelum terbentuk Bank

Sampah PokLiLi, masyarakat mendiskusikan terlebih

dahulu bagaimana solusi dan cara mengatasi

permasalahan lingkungan yang terjadi di perumahan

Griya Lembah Depok.

3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (Identify

one problem or project). Masyarakat di perumahan

Griya Lembah Depok mendiskusikannya dengan tokoh

masyarakat setempat untuk mendapatkan kesimpulan

akan hasil diskusi dan izin untuk melaksanakan suatu

kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan.

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk

melakukan perubahan (Identify useful power bases).

Mengidentifikasikan kegiatan apa saja yang akan

dilakukan dan proses atau cara yang diterapkan dalam

melakukan suatu perubahan maupun kebiasaan di

 

111

masyarakat terkait mengenai permasalahan pengelolaan

sampah di perumahan Griya Lembah Depok tersebut.

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan

mengimplementasikannya (develop and implement

action plans). Ketua beserta para pengurus

mengembangkan rencana-rencana aksi dengan

melakukan sosialisasi terus menerus melalui kegiatan

pengelolaan sampah dan mengimplementasikannya

dengan mendirikan Lembaga Bank Sampah PokLiLi

melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti

pemilahan sampah dan daur ulang sampah secara rutin.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan

bahwa kegiatan Bank Sampah PokLiLi sesuai dengan

pandangan pembangunan sosial. Kegiatan dapat dilakukan

dengan baik oleh rakyat sendiri, masyarakat membentuk

kerjasama secara harmonis dan membentuk dasar apa yang

disebut dengan pendekatan kemasyarakatan pembangunan

sosial. Dengan cara ini, mereka mampu memiliki kontrol

pada sumber dan urusan lokal. Mereka juga menjaga sumber

eksternal untuk melaksanakan pembangunan sosial pada

tingkat lokal. Pendekatan kemasyarakatan ini sangat

dipengaruhi oleh paham ‘populis’. Pendukung strategi

pembangunan sosial yang berbasis masyarakat mengadopsi

strategi pembangunan sosial yang berusaha untuk

menciptakan kesejahteraan rakyat dalam konteks kehidupan

masyarakat.

 

112

Komunitarisme atau kemasyarakatan tidak

membutuhkan kepemilikan umum tetapi lebih mendorong

rakyat untuk berkolaborasi dengan yang lain untuk

merealisasikan kepentingan mereka di dalam lingkungan

masyarakat. Para penganut komunitarisme atau

kemasyarakatan ini menentang ide bahwa pemerintah yang

seharusnya bertanggungjawab akan pembangunan, tetapi

masyarakat lebih percaya bahwa program pembangunan

yang paling efektif dan bertahan lama adalah yang diciptakan

oleh masyarakat sendiri. Adapun tahapan atau langkah

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Bank

Sampah PokLiLi ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan (Engagement)

Pada tahap persiapan ini Bank Sampah PokLiLi

melakukan dua tahapan, yaitu:

a. Penyiapan Petugas. Pada penyiapan petugas yang

dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi melakukan

melalui diskusi mulai dari arisan RT maupun

perkumpulan ibu-ibu PKK. Pada penyiapan petugas ini

ketua Bank Sampah merekrut atau mengajak Ibu-ibu

PKK terlebih dahulu karena ketua Bank Sampah

PokLiLi merupakan istri dari ketua RT dan Ketua PKK

di wilayah perumahan Griya Lembah Depok. Setelah

berdiskusi dengan ibu-ibu PKK didapatkan susunan

keanggotaan atau kepengurusan Bank Sampah

PokLiLi.

 

113

b. Penyiapan Lapangan. Suksesnya suatu program

pemberdayaan masyarakat pada dasarnya dilakukan

secara non-direktif. Adapun penyiapan lapangan atau

basecamp yang dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan

Bank Sampah PokLiLi ini bersifat swadaya dan

fleksibel tidak ada perjanjian secara resmi untuk

penempatan tempat pelaksanaan kegiatan Bank

Sampah PokLiLi. Biasanya tempat yang dipakai untuk

basecamp PokLiLi berasal dari kesediaan para

pengurus untuk dijadikan tempat berkegiatan. Selama

ini basecamp Bank Sampah PokLiLi yang paling lama

dan tetap dipakai untuk pengelolaan sampah adalah

rumah ketua Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu

Djuniawan Wanitarti. Hal ini dapat dilakukan karena

beliau memiliki dua buah rumah yang terletak di

wilayah yang sama yaitu di RT 3 RW 24 Kelurahan

Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok, Jawa

Barat.

2. Tahap Pengkajian (Assessment)

Proses Assessment. Proses assessment dapat

dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh

masyarakat (key-person), tetapi dapat juga melalui

kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini,

petugas sebagai agen perubah berusaha mengidentifikasi

masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga

sumber daya yang dimiliki klien. Proses assessment yang

dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi ini dlakukan secara

 

114

individual melalui tokoh-tokoh masyarakat seperti Ketua

RT, RW dan Kelurahan. Pertemuan antar masyarakat di

lingkungan perumahan Griya Lembah Depok. Bank

Sampah PokLiLi juga melakukan proses assessment

melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat seperti

perkumpulan ibu-ibu PKK dan arisan yang ada di RT 3

yang diikuti oleh sebagian besar masyarakat yang tinggal

di wilayah perumahan Griya Lembah Depok.

Melalui pertemuan dan diskusi yang dilakukan

ketua beserta para pengurus Bank Sampah PokLiLi

berusaha mengidentifikasi masalah yang ada di

lingkungan. Diantara masalah tersebut adalah masyarakat

membuang sampah sembarangan serta proses pengelolaan

sampah yang tidak benar menyebabkan lingkungan

menjadi kotor dan semrawut. Kurangnya kepedulian dan

kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Pada tahap ini

ketua beserta para pengurus mempresentasikan kegiatan

apa saja yang akan dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi

dan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

(Designing)

Tahap Perencanaan Alternatif Program. Pada tahap

ini, petugas sebagai agen perubahan (change agent) secara

partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir

tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara

mengatasinya. Pada tahap ini, ketua dan para pengurus

Bank Sampah PokLiLi melakukan pengelolaan sampah

 

115

melalui pemilahan sampah dan daur ulang sampah.

Setelah dirasa cukup ahli maka ketua dan para pengurus

Bank Sampah PokLiLi mengajak dan mengikutsertakan

masyarakat untuk ikut berpartisipasi melakukan

pemilahan sampah rumah tangga secara individu yang

dilaksanakan di rumah mereka masing-masing. Setelah itu

para pengurus Bank Sampah bersama anggota/nasabah

melakukan kegiatan daur ulang sampah menjadi produk

kerajinan daur ulang sampah menjadi barang bernilai

ekonomis dan estetis.

4. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Tahap Pemformulasian Rencana Aksi. Pada tahap

ini petugas membantu masing-masing kelompok

masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka

dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan

pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana. Pada

tahap ini struktur kepengurusan dan pembagian tugas

mempermudah setiap pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi. Adapun sebelum

melakukan kegiatan rutin di Bank Sampah PokLiLi maka

ketua dan para pengurus melakukan perencanaan terlebih

dahulu tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan

pada perkumpulan selanjutnya di Bank Sampah PokLiLI.

Pada saat itulah dikumpulkan aspirasi dan pendapat

tentang kegiatan yang akan dilakukan agar para

anggota/nasabah tidak merasa bosan atau monoton dengan

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah

 

116

PokLiLi. Bank Sampah PokLiLi bekerjasama dengan

Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok), BLH dan lain

sebagainya. Untuk mendapat bantuan berupa barang-

barang yang mendukung aktivitas pengelolaan sampah

seperti keranjang, timbangan sampah, bak sampah dan

tempat atau wadah hasil dari penimbangan sampah.

5. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)

Tahap Pelaksanaan Program. Tahap pelaksanaan

ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam

program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang

sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng

dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama

antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama

antar warga. Adapun tahapan yang dilakukan oleh Bank

Sampah PokLiLi yaitu sebagai berikut ini :

a. Melakukan perencanaan kegiatan melalui perkumpulan

ketua dan para pengurus Bank Sampah PokLiLi yang

biasanya dilakukan setiap beberapa bulan sekali.

b. Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan Bank Sampah

PokLiLi yang rutin dilakukan dan diikuti oleh seluruh

anggota/nasabah dan para pengurus selama seminggu

sekali pada setiap hari Jumat kecuali hari libur atau

tanggal merah pada kalender.

c. Mensosialisasikan pelaksanaan kegiatan yang akan

dilakukan Bank Sampah PokLiLi melalui arisan RT

dan RW, pertemuan antar masyarakatdi perumahan

Griya Lembah Depok, dan sosialisasi dari mulut ke

 

117

mulut (face to face) secara individu kepada masyarakat

luas yang dilakukan oleh para pengurus Bank Sampah

PokLiLi.

d. Para Pengurus mengingatkan masyarakat agar

melakukan pemilahan sampah di rumah mereka

masing-masing. Setelah mendapat sosialisasi maka

masyarakat melakukan pemilahan sampah yang

selanjutnya diserahkan untuk ditimbang di Bank

Sampah PokLiLi agar bisa dijual dan ditukarkan

dengan sejumlah uang sesuai dengan harga dan jumlah

sampah yang telah ditimbang.

e. Setelah melakukan penimbangan sampah, para

pengurus dan anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi

melakukan pemilahan lagi terhadap sampah yang akan

dijadikan produk kerajinan daur ulang dan mana

sampah yang akan dijual kepada pengepul atau

pengadah sampah. Kegiatan penimbangan Bank

Sampah PokLiLi ini dilakukan setiap dua minggu

sekali pada setiap hari Jumat.

f. Para pengurus dan anggota/nasabah bersama-sama

melakukan pembuatan kerajinan daur ulang sampah

dan terkadang membuat terobosan baru dengan

memberikan sumbangan ide-ide maupun kreativitas

yang baru terhadap produk kerajinan pembuatan daur

ulang sampah yang akan dibuat di pertemuan

selanjutnya. Biasanya pelaksanaan kegiatan pembuatan

 

118

produk daur ulang sampah ini dilakukan setiap dua

minggu sekali pada hari Jumat.

g. Para pengurus melakukan penjualan sampah kepada

pengepul atau pengadah sampah yang datang secara

berkala ke basecamp Bank Sampah PokLiLi di

perumahan Griya Lembah Depok dan melakukan

transaksi jual beli secara langsung di tempat.

h. Setelah selesai melakukan semua kegiatan rutin maka

para pengurus maupun anggota/nasabah melaksanakan

kegiatan pemasaran hasil dari produk kerajinan daur

ulang sampah. Pemasaran merupakan hasil dari

keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan oleh Bank

Sampah PokLiLi. Selain itu hasil dari pemberdayaan

masyarakat juga merupakan bukti bahwa nilai

keberhasilan dan kelayakan dari hasil produk daur

ulang sampah menjadi barang-barang yang bernilai

tinggi dari segi estetis dan ekonomis. Pemasaran dapat

dilakukan melalui berbagai cara dan jenis pemasaran

seperti pameran, bazar, seminar-seminar, workshop

dan lain sebagainya.

 

119

Gambar 5.1

Proses Penimbangan dan Penjualan Sampah

Sumber: Profil Bank Sampah PokLiLi

Data diatas menjelaskan bahwa awalnya semua

sampah organik maupun anorganik yang berasal dari para nasa-

bah disetor ke Bank Sampah. Kemudian oleh Bank Sampah Pok-

LiLi dipilah kembali untuk melakukan penjualan Bank kepada

konsumen internal yaitu para nasabah berupa sampah sebagai ba-

han baku untuk pembuatan kerajinan tangan. Setelah nasabah

selesai membuat benda kerajinan kemudian disetorkan ke Bank

Sampah dilakukan pembelian oleh Bank berupa kerajinan dengan

sistem konsinyasi.

Setelah semua selesai diolah dan diatur maka Bank Sam-

pah melakukan penjualan Bank berupa kerajinan kepada kon-

sumen tidak tetap yaitu pasar. Sedangkan untuk penjualan Bank

berupa sampah yang telah dipilah disetorkan ke konsumen tetap

atau pelanggan yaitu lapak dan pengepul sampah. Untuk hasil

dari penjualan kerajinan produk recycle dan juga pengurangan

jumlah timbangan sampah dari anggota/nasabah sebesar 2 ons.

 

120

Untuk pengurangan jumlah timbangan ini dari awal sudah

dijelaskan kepada anggota/nasabah, dan digunakan untuk kas

Bank Sampah PokLiLi. Untuk produk hasil recycle: 10% kas, 10

% operasional, 80% untuk yang membuat produk.

Gambar 5.2

Proses Pemilahan Sampah

Sumber: Profil Bank Sampah PokLiLi

Kegiatan seperti pemilahan sampah dan pembuatan

kompos menggunakan keranjang takakura sudah dilakukan para

anggota/nasabah secara individu yang dikerjakan di rumah tangga

mereka masing-masing. Pada saat pertemuan di basecamp para

anggota/nasabah yang membawa sampah bersama-sama dengan

 

121

ketua dan pengurus melakukan penimbangan sampah yang

sebelumnya telah dipilah-pilah terlebih dahulu.

Sampah yang telah dipilah dan ditimbang kemudian

diteruskan untuk dijual ke pengepul atau pengadah sampah agar

dapat ditukarkan dengan uang sesuai dengan harga-harga jenis

sampah. Kegiatan transaksi jual beli tersebut secara langsung di

tempat, ketika pengepul atau pengadah sampah tersebut datang ke

basecamp. Sampah dibayar tunai sesuai dengan harga dari jenis-

jenisnya.

Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) juga ikut

berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan Bank Sampah dengan

membeli pupuk organik yang diproduksi oleh Bank Sampah

PokLiLi yang dipakai untuk keperluan taman yang ada di kantor

pemerintahan Walikota Depok. Daur ulang sampah anorganik

menjadi produk kerajinan tangan dimulai sejak tahun 2010 pada

saat itu belum terbentuk Bank Sampah. Jenis-jenis produk

kerajinan tangan dari kegiatan daur ulang antara lain seperti tas

dari bungkus kopi, taplak dari sedotan, bunga perca, sajadah dan

lain sebagainya.

 

122

6. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan

petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang

sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan

warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini

diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas

untuk melakukan pengawasan secara internal. Evaluasi

kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi ini

seperti kegiatan penimbangan dan daur ulang sampah

bahkan hingga evaluasi mengenai pemasaran. Evaluasi

penimbangan sampah dilakukan seperti bagaimana proses

pemilahan sampah yang dilakukan oleh anggota/nasabah

Bank Sampah dan harga-harga sampah yang ditimbang,

harga yang paling rendah dan harga sampah yang paling

tinggi.

Cara daur ulang sampah dan kegiatan pemasaran,

evaluasi dilakukan untuk memahami berapa tingkat

penjualan yang dilakukan oleh Bank dan jenis produk

daur ulang sampah seperti apa yang paling banyak

mengalami penjualan setiap kali dalam pemasaran.

Evaluasi kegiatan daur ulang sampah, jenis kegiatan

kerajinan tangan dari daur ulang sampah dilakukan agar

para anggota/nasabah lebih banyak mengetahui ilmu dan

jenis-jenis kreativitas lainnya yang diajarkan supaya para

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi tidak bosan

dengan kegiatan kerajinan daur ulang sampah yang

bersifat monoton.

 

123

7. Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap ini merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan

secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam

suatu program pemberdayaan masyarakat, tidak jarang

dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap

‘mandiri’ tetapi lebih karena proyek sudah harus

dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang

ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan

mau meneruskan. Pada tahap ini dapat dilihat bahwa Bank

Sampah PokLiLi merupakan pelopor Bank Sampah lain

yang berdiri di kota Depok bisa disebut sebagai pilot

project Bank Sampah di Kota Depok, Jawa Barat. Bahkan

banyak anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi yang

membuat atau membentuk beberapa Bank Sampah sendiri

di Kota Depok yang merupakan hasil dari pelatihan dan

pembelajaran di Bank Sampah PokLiLi ini.

Adapun tahap terminasi yang ada pada pelaksanaan

kegiatan di Bank Sampah ini merupakan suatu

keberhasilan dan kesuksesan dari hasil pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi

melalui kegiatan pengelolaan sampah berbasis

masyarakat.

 

124

B. Hambatan atau Faktor Pendukung Bank Sampah Pok-

LiLi Ketika Melakukan Pemberdayaan Masyarakat

1. Hambatan atau Kendala Bank Sampah PokLiLi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

kendala berarti halangan, rintangan, faktor atau keadaan yang

membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran,

kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan.

Sedangkan hambatan adalah keadaan yang membuat sesuatu

(perjalanan, pekerjaan, dsb) menjadi lambat atau tidak lancar.

Oleh karena itu, perbedaan dari keduanya ialah bahwa

kendala itu keadaan yang menghalangi untuk melakukan

sesuatu perjalanan, pekerjaan, dsb). Sedangkan hambatan

yakni keadaan yang menghambat ketika melakukan sesuatu

(perjalanan, pekerjaan, dsb).80

Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa hambatan

atau kendala kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Pertama,

terutama dari segi tempat karena belum adanya sukarelawan

yang mau menyediakan tempat khusus untuk pelaksanaan

Bank Sampah PokLiLi. Tempat yang selama ini dipakai

merupakan hasil dari swadaya para pengurus yang tempat

tinggalnya dijadikan basecamp Bank Sampah PokLiLi

terutama untuk menyimpan barang-barang hasil kegiatan

daur ulang sampah dan pemilahan sampah dari hasil proses

penimbangan sampah.

80Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada

8 September 2018 dari https://kbbi.web.id/hambatan

 

125

Hal tersebut merupakan bagian dari hambatan karena

pada saat penimbangan sampah tidak langsung dijual ke

pengepul melainkan dikumpulkan untuk dipisah lagi untuk

dikilokan satu persatu sesuai dengan harga pada jenis-jenis

sampah yang berlaku untuk selanjutnya dijual ke pengepul

atau pengadah sampah. Selain itu juga karena banyaknya

barang-barang hasil dari kegiatan pada setiap perkumpulan,

membuat tempat yang dijadikan basecamp Bank Sampah

PokLiLi tersebut menjadi penuh dan sempit. Aktivitas Bank

Sampah menjadi terhambat dan sulit. Seperti kegiatan yang

dilakukan setiap hari Jumat maupun kegiatan yang bersifat

pertemuan atau rapat yang diadakan para pengurus.

Hambatan atau kendala lain ketika para pengurus

melakukan pertemuan atau rapat yang membahas

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah

PokLiLi, masih banyak warga yang tidak hadir pada

pertemuan yang telah direncanakan tersebut. Meski adanya

hambatan atau kendala dalam proses sosialisasi dan

partisipasi, pengurus terus melakukan penyuluhan dan

memberikan kegiatan positif serta menarik yang hasilnya

dapat dirasakan serta dilihat oleh masyarakat sekitar maupun

luar daerah perumahan Griya Lembah Depok.

2. Faktor Pendukung Bank Sampah PokLiLi

Arti Kata faktor pendorong menurut KBBI (Kamus

Besar Bahasa Indonesia) adalah hal atau kondisi yang dapat

mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau

 

126

produksi.81 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang

peneliti lakukan mengenai faktor pendukung dari

pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi yang terbesar

datang dari pihak internalnya yaitu adanya support atau

dukungan aktif dari para pengurus maupun anggota/nasabah

dalam setiap kegiatan.

Karena adanya dukungan dan support dari para

pengurus serta anggota/nasabah dalam segi kerja sama,

gotong royong dan keaktifannya dalam setiap kegiatan

mendapat nilai yang positif dari berbagai pihak khususnya

RT, RW dan lingkungan perumahan Griya Lembah Depok.

Adapun faktor pendukung dari pihak RT dan RW adalah

mereka berfungsi sebagai media sosialisasi dan izin dalam

setiap penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan yang ada di

Bank Sampah PokLiLi.

Selain faktor pendukung dari pihak RT dan RW,

selanjutnya support dan dukungan juga didapat dari tingkat

Kelurahan melalui kegiatan pada setiap pertemuan di

Kelurahan pada tiap-tiap RT maupun RW. Pada tingkat

kelurahan khususnya para pengurus Bank Sampah PokLiLi

melakukan kegiatan sosialisasi sebagai bentuk penyampaian

aspirasi terhadap proses maupun hasil yang didapat dari

adanya pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi. Pada

pertemuan tersebut ketua dan para pengurus Bank Sampah

tidak hanya menyampaikan pendapat hanya dari satu sisi

81Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada

8 September 2018 dari https://kbbi.web.id/faktor

 

127

tetapi Bank Sampah PokLiLi juga mendapatkan aspirasi dan

masukan dari kegiatan pada perkumpulan di tingkat

Kelurahan tersebut.

Adanya dukungan dan support karena adanya

pertukaran ilmu dan pikiran atau pendapat dari berbagai

pihak untuk mendapatkan suatu pencapaian kegiatan yang

berdampak langsung maupun tidak langsung. Selain itu,

mengetahui kegiatan Bank Sampah PokLiLi merupakan

sesuatu hal yang baik dan menarik sehingga didapatkan suatu

kegiatan bermanfaat dan memberikan dampak positif untuk

berbagai pihak maupun kalangan di masyarakat.

Selain faktor pendukung yang berasal dari dalam atau

internal, Bank Sampah PokLiLi juga mendapat faktor

pendukung dari luar yaitu Pemerintah Kota Depok (PemKot

Depok) dan BLH. Faktor pendukung yang didapat dari

Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) berupa bantuan

alat dan fasilitas yang mendukung telaksananya kegiatan di

Bank Sampah PokLiLi seperti alat penimbangan sampah,

keranjang takakura dan tong sampah besar untuk pemilahan

sampah yang diperuntukkan bagi masyarakat di perumahan

Griya Lembah Depok agar membuang sampah sesuai jenis

sampahnya. Sedangkan faktor pendukung yang didapat dari

BLH yaitu berupa seminar dan pelatihan-pelatihan untuk

melaksanakan suatu kegiatan pemberdayaan yang melibatkan

masyarakat luas terutama penyuluhan yang berkaitan dengan

lingkungan hidup.

 

128

Dari hasil penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui penabungan

sampah di Bank Sampah PokLiLi dapat berjalan dengan baik

karena adanya faktor pendukung, yaitu sebagai berikut :

a. Sambutan positif dari masyarakat tentang adanya program

Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya Lembah

Depok;

b. Adanya dukungan dari Perangkat daerah seperti

Kelurahan, RW dan RW terhadap pelaksanaan kegiatan di

Bank Sampah PokLiLi;

c. Semangat dan kesadaran serta keaktifan dan sikap

kooperatif anggota/nasabah maupun ketua dan para

pengurus untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

pengelolaan sampah melalui Bank Sampah PokLiLi;

d. Adanya kesadaran pribadi dari masyarakat sekitar dan

dukungan dari berbagai pihak mulai dari faktor internal

hingga dari faktor eksternal yaitu Pemerintah Kota Depok

(PemKot Depok) dan BLH dalam kegiatan mengelola

sampah melalui Bank Sampah PokLiLi.

C. Dampak Positif Dari Pemberdayaan Yang Dilakukan

Oleh Bank Sampah PokLiLi

Pengertian dampak adalah benturan, pengaruh yang

mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh

adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang/ benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada

hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa

 

129

yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.82

Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,

mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung

keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan

nyata dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal

yang baik. Positif adalah suasana jiwa yang mengutamakan

kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,

kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada

pesimisme. Jadi, dapat disimpulkan pengertian dampak

positif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,

mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung

keinginannya yang baik.

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa

kegiatan bank sampah PokLiLi di perumhan Griya Lembah

Depok telah memberikan dampak positif bagi masyarakat

dan lingkungan. Lingkungan perumahan Griya Lembah

Depok menjadi terlihat bersih dan asri, warga masyarakat

juga mendapat tambahan pendapatan dari hasil tabungan

sampah di bank sampah PokLiLi dan hasil penjualan produk

kreasi sampah yang telah mereka buat.

Program kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

pelaksanaan kegiatan Bank Sampah PokLiLi di perumahan

Griya Lembah Depok telah memberikan manfaat yang dapat

82Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses pada

10 Juli 2018 dari https://kbbi.web.id/dampak

 

130

dirasakan oleh masyarakat yaitu dapat mengurangi jumlah

sampah di lingkungan tempat tinggal mereka, meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan

kesehatan lingkungan, memberikan pengetahuan kepada

masyarakat cara pengelolaan sampah mulai dari rumah

tangga dan cara pemilahan sampah. Selain itu bagi

masyarakat, khususnya yang menjadi anggota/nasabah dapat

menambah pemasukan warga dengan cara kegiatan daur

ulang dan pemanfaatan sampah menjadi berbagai bentuk

produk kerajinan daur ulang sampah.

Dalam aspek sosial yaitu pengurus atau pengelola bank

sampah PokLiLi sering berkumpul dan sering berinteraksi

dengan sesama antar masyarakat dan saling mengenal serta

bersosialisasi dengan masyarakat yang berada bertempat

tinggal di luar daerah perumahan Griya Lembah Depok.

Sehingga terjalin silaturahmi dengan masyarakat satu sama

lain baik yang dari lingkungan perumahan Griya Lembah

Depok maupun masyarakat yang berasal dari luar daerah.

Selain itu, setiap pengambilan sampah pengurus sering

bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, para pemulung

diperbolehkan mengambil sampah yang telah dipilah oleh.

Sehingga memberikan sumber rezeki bagi para pemulung

tersebut atau mereka biasa sebut berderma sampah dan ada

juga program yang membantu anggota/nasabah Bank

Sampah PokLiLi yang memiliki usaha berupa bantuan

pinjaman modal.

 

131

Pada aspek ekonomi masyarakat memperoleh

tambahan penghasilan dari menabung sampah dan dari

penjualan kreasi sampah dan pada aspek pendidikan warga

menjadi memiliki wawasan dan pengetahuan tentang cara

mengelola dan memilah sampah. Masyarakat juga menjadi

mempunyai keterampilan membuat kreasi daur ulang

sampah, dan warga sekitar perumahan Griya Lembah Depok

terutama masyarakat tak terkecuali anak-anak diajarkan sejak

dini untuk selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih.

Sedangkan untuk dampak negatif yaitu karena tidak

adanya warga yang menggunakan jasa tukang sampah

sehingga banyak pengangkut sampah mengeluh rugi karena

tidak mengangkut sampah dan mendapatkan uang. Dari

penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak

positif dari adanya pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah

yang dilakukan oleh Bank Sampah PokLiLi sangatlah baik

karena dapat dirasakan dan dilihat manfaatnya oleh

masyarakat secara langsung dan keseluruhan. Dampak positif

yang dirasakan masyarakat sesudah adanya Bank Sampah

PokLiLi dari segi lingkungan yaitu lingkungan jadi lebih

bersih dan sehat daripada sebelumnya serta masyarakat yang

tinggal di perumahan Griya Lembah Depok sekarang tidak

memiliki tempat sampah di rumahnya melainkan sampah

dipilah dan diserahkan untuk selanjutnya dijual ke Bank

Sampah. Dengan kondisi lingkungan yang semakin bersih

membuat pemandangan mata menjadi indah serta dapat

menjaga kesehatan bagi masyarakat.

 

132

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan analisis

data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

salah satu upaya pemberdayaan masyarakat peduli

lingkungan melalui pengelolaan sampah secara efektif dan

efisien dengan mendirikan Bank Sampah PokLiLi. Dalam

penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif,

yaitu peneliti mengumpulkan data dengan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

pemberdayaan masyarakat peduli lingkungan yang dilakukan

oleh Bank Sampah PokLiLi meliputi tahap persiapan, tahap

pengkajian, tahap perencanaan alternatif program atau

kegiatan, tahap pemformulasian rencana aksi, tahap

pelaksanaan program atau kegiatan, tahap evaluasi dan tahap

terminasi. Hambatan atau faktor pendukung Bank Sampah

PokLiLi ketika melakukan pemberdayaan berasal dari

internal maupun eksternal. Dampak positif dan negatif dari

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Bank Sampah

PokLiLi dilihat dari segi lingkungan, ekonomi, sosial atau

aspek skill dan pengetahuan/keilmuan.

 

133

B. Saran

1. Pemerintah dan lembaga atau instansi terkait turut andil

dalam upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat

melalui Bank Sampah.

2. Para pengurus maupun anggota Bank Sampah PokLiLi

terus melakukan sosialisasi dan penyuluhan ke berbagai

wilayah agar masyarakat luas mengetahui mekanisme

kerja Bank Sampah dalam upaya menjaga kelestarian

lingkungan melalui pengelolaan sampah secara baik dan

benar.

3. Diharapkan Bank Sampah PokLiLi membangun relasi

atau jaringan dengan pihak terkait dan membuat suatu

kegiatan yang tepat agar membidik masyarakat tidak

hanya lingkungan sekitar namun mencakup seluruh

wilayah yaitu masyarakat luas supaya tertarik dalam usaha

pelestarian lingkungan dengan menggunakan sistem Bank

Sampah.

4. Membangun jejaring antar Bank Sampah untuk

bekerjasama dalam upaya meningkatkan kegiatan pengel-

olaan sampah dan penjualan hasil kerajinan produk daur

ulang sampah.

 

134

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Skripsi

Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas &

Pengembangan Masyarakat: Sebagai Upaya

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers,

2013.

Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam

Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga

Penerbit FE-UI, 2002.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT Bina Aksara, 1985.

Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya:

Al-A’raf ayat 56. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Ghazali, M. Bahri. Lingkungan Hidup dalam Pemahaman

Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan

Praktek. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.

Hadi, Sudharto P. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan

Metode. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2009.

Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta: PT Prasetia Widia

Pratama, 2000.

Midgley, James, Pembangunan Sosial: Perspektif

Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial, terj.

Dorita Setiawan, Sirojuddin Abbas. Jakarta: Ditperta,

2005.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.

 

135

Naja, H.R. Daeng. Bank Hijau: Kebijakan Kredit yang

Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta: Media

Pressindo, 2007.

Nazir, Mohamad. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia,

2013.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2008.

Soerjani, Mohammad. dkk. Lingkungan: Sumberdaya alam

dan Kependudukan dalam Pembangunan. Depok: UI-

Press, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: CV Alfabeta, 2014.

Suharto, Edi. Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat.

Bandung: PT Refika Aditama, 2005.

Usman, Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik.

Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.

Anggraini, Jean. “Dampak Bank Sampah Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan Studi

Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok

Petir RW 09 Bojongsari Kota Depok.” Skripsi S1

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2013.

Garindra. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan

Bank Sampah Kartini di Dusun Randugunting RW 02

Desa Tamanmartani Kecamatan Kalasan Kabupaten

 

136

Sleman.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.

MS, Mahbuban. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank

Sampah Studi pada Bank Sampah Sinar Lestari RW 09

Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo,

Yogyakarta.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Yogyakarta,

2016.

Nur Mawaddah Nasution, Bunga. “Pemberdayaan Masyarakat:

Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan

Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang

Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013.

Salamah, Umu. “Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu

Rumah Tangga dalam Pemberdayaan Lingkungan

Melalui Kegiatan Daur Ulang Sampah Anorganik Studi

Kasus: di Villa Inti Persada RT 06, Pamulang Timur,

Tangerang Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta,

2014.

B. Media Elektronik

Beta Dwi Utami, dkk., “Pengelolaan Sampah Rumahtangga

Berbasis Komunitas,” artikel diakses pada 27 Juni

2018 dari http://journal.ipb.ac.id/index.php

Buletin Cipta Karya, “HPSN 2017 Kelola Sampah dari

Sumbernya”, artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari

http://ciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/2017/pdf

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, artikel diakses

pada 10 Juli 2018 dari https://kbbi.web.id/dampak

 

137

Kementerian Lingkungan Hidup, “Rangkaian HLH 2015-

Dialog Penanganan Sampah Plastik.” Artikel diakses

pada 28 Juni 2018 dari http://www.menlh.go.id

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, “Inovasi

Pengembangan Bank Sampah Sistem On-Line,” artikel

diakses pada 29 Juni 2018 dari www.menlhk.go.id

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, “Sistem

Informasi Pengelolaan Sampah Nasional,” artikel

diakses pada 28 Juni 2018 dari http://sipsn.menlhk.com

Masalah Sampah Plastik di Indonesia dan Dunia, artikel

diakses pada 28 Juni 2018 dari

https://lingkunganhidup.co/sampah-plastik-indonesia-

dunia/

Mengelola Sampah ala Bank Sampah Poklili, artikel diakses

pada 1 Januari 2018 dari

https://klasika.kompas.id/mengelola-sampah-ala-bank-

sampah

Musim Hujan, Volume Sampah ke TPA Cipayung Depok

Meningkat, artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari http:/

/wartakota.tribunnews.com/2018/02/09/

Pemutakhiran SSK (Strategi Sanitasi Kota Depok) Tahun

2015.

Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2008

(Paket 4), artikel diakses pada 26 Juni 2018 dari

http://perpustakaan.bappenas.go.id/

Pertambahan Jumlah Bank Sampah di Kota Depok, artikel

diakses pada 1 Januari 2018 dari

https://www.depok.go.id/26/02/2015/01-berita-depok

 

138

TPA Cipayung Depok Overload, Sampah Akan Dikirim ke

TPA Nambo, artikel diakses pada 28 Juni 2018 dari

http://m.akurat.co/id-243049-read-tpa-cipayung-depok-

overload-sampah-akan-dikirim-ke-tpa-nambo

UU RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,

artikel diakses pada 27 Juni 2018 dari

www.bphn.go.id/data/documents/08uu018.pdf

 

139

LAMPIRAN

 

CATATAN LAPANGAN

Pertemuan I

Hari/ Tanggal : Jum’at, 8 Desember 2018

Waktu : 15.00-14.30 WIB

Narasumber : Bagian Penimbangan

Kegiatan : Observasi awal

Pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2018 pada pukul

15.00-14.30 WIB. Peneliti mendatangi tempat pelaksanaan

kegiatan Bank Sampah PokLiLi atau yang biasa disebut dengan

basecamp. Maksud dan tujuan peneliti datang adalah untuk

keperluan mengadakan observasi awal terhadap tempat penelitian

yang akan penulis kaji. Adapun peneliti melakukan pengamatan

terhadap lingkungan sekitar yaitu di perumahan Griya Lembah

Depok beserta para warganya. Barulah setelah itu, tidak lama

kemudian peneliti langsung mendatangi tempat penelitian. Ketika

sampai di sana, peneliti disambut oleh Ibu Rumsinah selaku

bagian penimbangan di Bank Sampah PokLiLi.

Peneliti mengucapkan terima kasih karena sudah disambut

dengan baik. Setelah itu, peneliti menjelaskan bahwa akan

mengadakan penelitian di Bank Sampah PokLiLi. Peneliti

bertanya dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan apa saja

yang dibutuhkan untuk proses pembuatan penulisan skripsi. Ibu

Rumsinah menyambut dengan senang dan antusias menjelaskan

program-program yang sudah dan sedang berjalan di Bank

Sampah PokLiLi, salah satunya adalah penabungan sampah yang

rutin dilaksanakan setiap seminggu sekali pada hari Jum’at.

Setelah mendapatkan izin dan beberapa informasi yang

 

dibutuhkan, kemudian peneliti menyampaikan niat untuk kembali

melakukan kunjungan penelitian ke Bank Sampah PokLiLi.

Pada saat peneliti melakukan observasi, peneliti

mendapatkan informasi bahwa pelaksanaan kegiatan Bank

Sampah PokLiLi sedang diliburkan atau tidak adanya aktivitas

kegiatan yang sedang berlangsung (0ff). Dikarenakan waktu yang

peneliti ambil saat melakukan observasi adalah di bulan

Ramadhan. Sehingga peneliti melakukan perjanjian pertemuan

kembali pada perkiraan satu bulan yang akan datang untuk

bertemu pengurus Bank Sampah PokLiLi yang lain dengan tujuan

agar mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan.

Pertemuan II

Hari/ Tanggal : Jum’at, 6 Juli 2018

Waktu : 08.00-09.30 WIB

Narasumber : Ketua pelaksana dan Bagian Penimbangan

Kegiatan : Penyerahan surat izin penelitian

Pada hari Jum’at, tanggal 6 Juli 2018 peneliti datang ke

basecamp Bank Sampah PokLiLi untuk menyerahkan surat ijin

resmi yang dikeluarkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

proposal penelitian. Peneliti bertemu dengan Ibu Djuniawan

Wanitarti selaku ketua pelaksana dan Ibu Rumsinah selaku

penimbangan di Bank Sampah PokLiLi. Peneliti menyampaikan

terima kasih karena sebelumnya pengelola Bank PokLiLi telah

bersedia memberikan sebagian informasi dan data meskipun para

pengurus memiliki jadwal dan kesibukan mereka masing-masing.

Kemudian peneliti menyampaikan bahwa judul penelitian

yang telah disetujui dosen adalah “Pemberdayaan Masyarakat

 

Peduli Lingkungan Melalui Bank Sampah PokLiLi”. Sehingga

sangat dibutuhkan kerjasama dan partisipasi dari para pengurus

maupun anggota Bank Sampah PokLiLi agar bersedia ikut

partisipasi dalam membantu memberikan informasi dan data-data

yang dibutuhkan agar dapat digunakan untuk proses pembuatan

skripsi. Selain itu peneliti melakukan pengamatan atau observasi

tentang kondisi fisik Bank Sampah PokLiLi, sarana prasarana

yang ada di Bank Sampah PokLiLi serta meminta rekomendasi

pengurus, pengelola dan nasabah yang bisa dimintai informasi

seputar kegiatan pengelolaan sampah melalui bank sampah yang

dilakukan oleh pengelola maupun nasabah.

Hasil observasi menunjukkan bahwa sarana dan prasarana

yang dimiliki oleh Bank Sampah PokLiLi merupakan bantuan

dari Pemerintah Kota Depok (PemKot Depok) dan BLH pada

tahun 2012. Sedangkan sekretariat atau basecamp yang ditempati

merupakan salah satu rumah ketua Bank Sampah PokLiLi yaitu

Ibu Djuniawan Wanitarti yang juga pada waktu itu menjabat

sebagai ketua RT 3 RW 24 di lingkungan perumahan Griya

Lembah Depok tempat berdirinya Bank Sampah PokLiLi.

Selanjutnya peneliti berbincang sebentar dan melakukan

wawancara singkat dengan kedua pengurus yaitu Ibu Rumsinah

dan Ibu Djuni.

Kemudian Ibu Djuni merekomendasikan beberapa nama

nasabah yaitu Ibu “YA”, Ibu “S” dan bapak “WS”. Sedangkan

untuk pengurus bank sampah yang akan diwawancarai yaitu Ibu

Yenny selaku Bendahara karena dirasa semua data konkrit dan

lengkapnya ada di bagian Bendahara Bank Sampah PokLiLi.

 

Serta untuk mendapatkan data lengkap mengenai kegiatan

kerajinan daur ulang sampah maka peneliti direkomendasikan

untuk mewawancarai Ibu Muswarini selaku bagian di bidang

kerajinan Bank Sampah PokLiLi. Dari kunjungan hari ini,

peneliti kemudian membuat janji dengan pengurus dan nasabah

Bank Sampah Tri Guyub Rukun untuk akan menjadi informan

yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian peneliti menghaturkan

terima kasih dan mohon pamit untuk pulang ke rumah.

Pertemuan III

Hari/ Tanggal : Jum’at, 20 Juli 2018

Waktu : 15.00-14.30 WIB

Narasumber : Ketua Pelaksana dan Bagian Penimbangan

Kegiatan : Wawancara dengan Pengelola Bank Sampah

Pada hari Jum’at tanggal 20 Juli 2018, peneliti datang ke

basecamp Bank Sampah PokLiLi dan mengutarakan maksud

kedatangannya untuk melakukan wawancara dengan Ibu Djuni

selaku ketua pelaksana dan Ibu Rumsinah selaku bagian

penimbangan yang berperan sebagai pengurus dalam setiap

kegiatan di Bank Sampah PokLiLi. Wawancara tersebut

dilakukan guna memperoleh profil dan gambaran umum lengkap

mengenai Bank Sampah PokLiLi. Wawancara pertama yaitu

dengan Ibu Djuni, bertempat di kediaman rumah beliau. Dalam

proses wawancara Ibu Djuni menjawab setiap pertanyaan dengan

sangat ramah dan antusias dalam menjelaskan kegiatan

persampahan yang dilaksanakan di perumahan Griya Lembah

Depok, khususnya kegiatan bank sampah. Sekitar 1,5 jam

 

wawancara berlangsung, peneliti mendapatkan banyak informasi

terkait kegiatan yang dilaksanakan di Bank Sampah PokLiLi.

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Rumsinah yang

bertempat di basecamp Bank Sampah PokLiLi untuk mengetahui

informasi lengkap mengenai kegiatan penabungan sampah yang

dilakukan oleh para pengurus dan anggota/nasabah Bank Sampah

PokLiLi. Kemudian peneliti diajak dan dipersilahkan untuk

melihat-lihat proses kegiatan penabungan sampah beserta

fasilitasnya, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu

Rumsinah terkait kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam

kegiatan penabungan sampah yang dilakukan oleh pengelola

Bank Sampah PokLiLi di perumahan Griya Lembah Depok.

Narasumber menjawab pertanyaan dari peneliti dengan jelas dan

rinci. Setelah 1 jam melakukan wawancara, peneliti mendapatkan

banyak informasi yang dibutuhkan mengenai profil dan gambaran

umum Bank Sampah PokLiLi untuk selanjutnya peneliti

tuangkan menjadi kajian tulisan penelitian skripsi di BAB 3.

Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan melihat

proses pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah PokLiLi, penulis

mengucapkan terima kasih dan berpamitan untuk pulang.

Pertemuan IV

Hari/ Tanggal : Minggu, 12 Agustus 2018

Waktu : 10.00-13.30 WIB

Narasumber : Bagian Penimbangan dan anggota Bank Sampah

Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank

Sampah PokLiLi

 

Pada hari minggu tanggal 12 Agustus 2018, peneliti

melakukan observasi lapangan serta wawancara kepada

masyarakat di perumahan Griya Lembah Depok selaku

anggota/nasabah di Bank Sampah PokLiLi. Sesampainya di

wilayah perumahan Griya Lembah Depok kemudian peneliti

melakukan door to door dengan beberapa anggota/nasabah Bank

Sampah PokLiLi karena sebelumnya telah membuat janji dan

meminta izin kepada ketua pelaksana Bank Sampah yaitu Ibu

Djuni. Pada hari ini peneliti berkesempatan mewawancarai Ibu Iis

selaku pengurus Bank Sampah di bagian penimbangan dan Bapak

Wawan Setiawan selaku masyarakat setempat. Dimana

wawancara dilakukan di rumah masing-masing narasumber.

Peneliti disambut dengan sangat baik ketika sampai di masing-

masing rumah narasumber yang merupakan anggota/nasabah di

Bank Sampah PokLiLi.

Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

kedatangannya, yaitu meminta Ibu Iis dan Bapak Wawan

Setiawan untuk memberikan informasi selama menjadi

anggota/nasabah di Bank Sampah PokLiLi. Peneliti mulai

wawancara dengan pertanyaan seputar proses pelaksanaan

kegiatan yang diikuti hingga faktor pendukung dan faktor

penghambat yang dialami serta dampak positif yang dirasakan

selama menjadi anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi.

Kemudian kedua narasumber menjawab dengan lengkap dan apa

adanya sehingga peneliti bisa memahami apa yang disampaikan

oleh Ibu Iis dan Bapak Wawan Setiawan. Setelah data dan

 

informasi dirasa cukup, kemudian peneliti memohon pamit dan

menghaturkan terima kasih untuk bantuan yang diberikan.

Pertemuan V

Hari/ Tanggal : Senin, 13 Agustus 2018

Waktu : 10.00-13.30 WIB

Narasumber : Bendahara dan Bagian Penimbangan

Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank

Sampah PokLiLi

Pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2018, peneliti datang

ke rumah salah satu pengurus Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu

Yenny selaku bagian bendahara untuk melakukan wawancara

seputar proses pelaksanan kegiatan dan meminta data-data

administrasi dari hasil pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah.

Namun sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih dahulu.

Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta informasi

tentang kegiatan hingga faktor pedukung dan faktor penghambat

serta dampak positif yang dihadapi oleh Bank Sampah PokLiLi.

Sekitar 1,5 jam wawancara berlangsung, peneliti mendapatkan

banyak informasi seputar kegiatan terutama dari segi administrasi

dan sistem pengelolaan keuangan di Bank Sampah.

Setelah dirasa cukup memperoleh data yang dibutuhkan,

kemudian peneliti menghaturkan terima kasih atas bantuannya

hari ini dan memohon pamit untuk melanjutkan wawancara di

rumah salah satu anggota/nasabah. Kunjungan berikutnya adalah

rumah ibu Yayuk. Peneliti disambut dengan baik oleh Ibu Yayuk

dan peneliti menyampaikan maksud kedatangannya untuk

melakukan wawancara. Ibu Yayuk mempersilahkan dengan baik

 

dan sangat antusias dalam menjelaskan kegiatan yang diikutinya

selama menjadi anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi. Peneliti

mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan anggota/nasabah

dari Ibu Yayuk. Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan,

peneliti mengucapkan terima kasih atas informasi yang sudah

diberikan dan berpamitan untuk pulang.

Pertemuan VI

Hari/ Tanggal : Selasa, 14 Agustus 2018

Waktu : 10.00-12.30 WIB

Narasumber : Bagian Kerajinan Bank Sampah PokLiLi

Kegiatan : Wawancara dengan pengelola Bank Sampah

PokLiLi

Pada hari Selasa tanggal 14 Agustus 2018, peneliti datang

salah satu rumah pengurus Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu

Muswarini selaku bagian di bidang kerajinan. Sebelumnya

peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan beliau untuk

datang bertemu di rumahnya pada jam 10.00 WIB dan

menyambut kedatangan peneliti dengan ramah. Karena Ibu

Muswarini sudah mengetahui maksud kedatangan peneliti pada

hari itu, peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta

informasi seputar kegiatan kerajinan produk daur ulang sampah

yang dilaksanakan oleh Bank Sampah PokLiLi. Ibu Muswarini

sangat antusias dalam menjelaskan berbagai kegiatan yang

dilaksanakan di Bank Sampah. Ibu Muswarini menjelaskan

dengan rinci kegiatan yang dilaksanakan di Bank Sampah

PokLiLi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

 

Selain melakukan wawancara, peneliti juga diperlihatkan

cara pembuatan kerajinan produk daur ulang sampah dan

dokumentasi kegiatan kerajinan daur ulang sampah yang

dilakukan oleh para pengurus serta anggota/nasabah Bank

Sampah. Setelah data yang dibutuhkan sudah cukup dan

mengambil beberapa dokumentasi kegiatan kerajinan daur ulang

sampah. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Muswarini atas informasi yang telah diberikan dan peneliti

berpamitan untuk pulang.

Pertemuan VII

Hari/ Tanggal : Kamis, 16 Agustus 2018

Waktu : 10.00-13.30 WIB

Narasumber : Bagian Penimbangan dan anggota Bank Sampah

Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank

Sampah PokLiLi

Pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2018, peneliti datang

ke rumah salah satu pengurus Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu

Rumsinah selaku bagian penimbangan untuk melakukan

wawancara seputar proses pelaksanaan kegiatan dan meminta

data-data administrasi dari hasil pelaksanaan kegiatan di Bank

Sampah. Namun sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih

dahulu. Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta

informasi tentang kegiatan hingga faktor pedukung dan faktor

penghambat serta dampak positif yang dihadapi oleh Bank

Sampah PokLiLi. Sekitar 1,5 jam wawancara berlangsung,

peneliti mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan terutama

 

dari segi administrasi dan sistem pengelolaan keuangan di Bank

Sampah.

Setelah dirasa cukup memperoleh data yang dibutuhkan,

kemudian peneliti menghaturkan terima kasih atas bantuannya

hari ini dan memohon pamit untuk melanjutkan wawancara di

rumah salah satu anggota/nasabah. Kunjungan berikutnya adalah

rumah Bapak Husen. Peneliti disambut dengan baik oleh Bapak

Husen dan peneliti menyampaikan maksud kedatangannya untuk

melakukan wawancara. Bapak Husen mempersilahkan dengan

baik dan sangat antusias dalam menjelaskan kegiatan yang

diikutinya selama menjadi anggota/nasabah Bank Sampah

PokLiLi. Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta

informasi tentang kegiatan hingga faktor pedukung dan faktor

penghambat serta dampak positif yang dirasakan selama

mengikuti kegiatan di Bank Sampah. Setelah dirasa peneliti

cukup mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan

anggota/nasabah dari Bapak Husen. Setelah mendapatkan

informasi yang dibutuhkan, peneliti mengucapkan terima kasih

atas informasi yang sudah diberikan dan berpamitan untuk

pulang.

Pertemuan VIII

Hari/ Tanggal : Selasa, 21 Agustus 2018

Waktu : 09.00-14.00 WIB

Narasumber : Anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi

Kegiatan : Wawancara dengan pengelola dan anggota Bank

Sampah PokLiLi

 

Hari ini peneliti datang ke tiga rumah masing-masing

anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi sekaligus karena dirasa

data yang dibutuhkan masih kurang dan agar lebih akurat.

Anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi untuk melakukan

wawancara yaitu dengan Ibu Sumono, Ibu Yayuk dan Bapak

Herman. Peneliti langsung melakukan wawancara dan meminta

informasi tentang kegiatan pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh pengurus Bank Sampah hingga faktor pendukung

dan faktor penghambat yang dihadapi serta dampak positif yang

dirasakan oleh masing-masing anggota/nasabah Bank Sampah

PokLiLi. Masing-masing wawancara berlangsung sekitar 1-1,5

jam, peneliti mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan

yang dilakukan Bank Sampah PokLiLi dari para narasumber yang

peneliti wawancarai. Setelah dirasa cukup memperoleh data yang

dibutuhkan, kemudian peneliti menghaturkan terima kasih atas

bantuannya hari ini dan memohon pamit untuk pulang.

Pertemuan IX

Hari/ Tanggal : Senin, 3 September 2018

Waktu : 09.00-13.30 WIB

Narasumber : Ketua Pelaksana dan Bendahara

Kegiatan : Melengkapi data dan dokumen mengenai Bank

Sampah PokLiLi

Pada tanggal 3 September 2018, peneliti kembali

berkunjung ke rumah ketua Bank Sampah PokLiLi yaitu Ibu

Djuniawan Wanitarti yang sebelumnya sudah membuat janji

terlebih dahulu. Data yang dibutuhkan oleh peneliti berupa

dokumen maupun data-data yang berkaitan dengan kegiatan

 

anggota/nasabah dan mengambil beberapa dokumentasi kegiatan

Bank Sampah PokLiLi. Ibu Djuni dengan senang hati

memberikan informasi dan data yang cukup lengkap kepada

peneliti. Setelah data yang dibutuhkan sudah cukup lengkap.

Kemudian peneliti pamit untuk berkunjung ke rumah salah

satu pengurus bank sampah, yaitu ibu Yenny selaku Bendahara.

Kunjungan berikutnya yaitu ke rumah ibu Yenny dan peneliti

dipersilahkan dengan ramah. Kemudian peneliti mengungkapkan

maksud kedatangan peneliti hari ini, yaitu untuk meminta

dokumen maupun data-data keuangan yaitu tabungan masing-

masing para anggota/nasabah Bank Sampah PokLiLi dan juga

daftar harga sampah. Setelah selesai berbincang dan dirasa cukup

mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti mengucapkan terima

kasih dan berpamitan untuk pulang.