PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN...

164
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN BOJONGSARI DEPOK JAWA BARAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh Mety Andriyani 11150540000007 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN...

  • PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

    KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN BOJONGSARI DEPOK

    JAWA BARAT

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk

    Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Disusun Oleh

    Mety Andriyani

    11150540000007

    JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2020 M

  • i

    ABSTRAK

    Mety Andriyani

    Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di

    Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat

    Program Keluarga Harapan merupakan sebuah langkah dalam upaya

    memberdayakan masyarakat yang kurang mampu dalam segi pendidikan,

    kesehatan dan kesejahteraan sosial. Tujuan dari program keluarga harapan

    ini yaitu memberikan bantuan dan harapan bagi setiap keluarga yang

    membutuhkan agar bisa memenuhi kebutuhan yang sangat fundamental

    seperti pendidikan untuk anak sekolah, kesehatan bagi ibu hamil, menyusui

    dan balita serta untuk lansia dan disabilitas berat agar terciptanya anak-anak

    yang cerdas dan pintar serta masyarakat yang sehat dan sejahtera.

    Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat.

    Jenis penelitian ini menggunkan Grounded theory dengan pendekatan

    kualitatif. Hadirnya Program Keluarga Harapan di kecamatan Bojongsari

    Depok ini memberikan sebuah harapan bagi setiap keluarga yang

    membutuhkan. Program ini memberikan bantuan tunai dan nontunai serta

    pendampingan selama masa menjadi keluarga penerima manfaa. Perumusan

    penelitian ini yaitu meliputi (1) Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat

    melalui program keluarga harapan di Kecamatan Bojongsari Depok dan (2)

    Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui program keluarga

    harapan di Kecamatan Bojongsari Depok.

    Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat merasa

    terbantu dan terpenuhi kebutuhannya dalam segi pendidikan, kesehatan dan

    kesejahteraan sosialnya. Program Keluarga Harapan dengan bantuan

    pendamping telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi keluarga penerima

    manfaat yaitu sebuah usaha bersama menuju masyarakat yang mandiri.

    Program Keluarga Harapan ini juga memberikan sebuah pelatihan rutin

    bulanan dengan tujuan mengubah pola perilaku masyarakat ke arah yang

    lebih baik dalam kehidupan bersosial.

    Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Program Keluarga Harapan

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Assalamu’alaikum Wr.Wb

    Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Subhanahu wa

    Ta’ala yag telah memberikan segala kenikmatan yang telah di anugerahkan

    dan tak terhitung banyaknya. Berkat kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada

    Nabi Muhammad Shallahu ’Alaihi wa Sallam serta kepada para keluarganya

    dan sahabat-sahabatnya atas teladan yang baik, sehingga penulis bisa

    menyelesaikan skripsi ini dengan benar.

    Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan

    gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini

    penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,, baik secara moril

    maupun materil. Maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

    kepada:

    1. Prof Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA. Rektor

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D. sebagai Dekan, Dr. Siti Napsiyah,

    S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.

    Sihabuddin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang Administrasi,

    Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang

    Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Muhtadi M.Si. sebagai Ketua Jurusan Pengembangan

    Masyarakat Islam UIN Jakarta dan WG. Pramita Ratnasari,

  • iii

    S.Ant., M.Si. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si. sebagai dosen pembimbing yag

    telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dengan sangat

    baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya

    Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah

    memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi

    penulis.

    6. Bagian Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    membuatkan surat-surat pengantar untuk penelitian di lapangan.

    7. Kedua Orangtua, Bapak Dikman dan Mamah Marsiti beserta

    keluarga atas segala Do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala

    bentuk dukungan moril dan materil lainnya kepada penulis dalam

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    8. Kasi Kemas Kecamatan Bojongsari Depok yang telah

    meluangkan waktu, memberikan banyak informasi untuk dan

    mengizinkan peneliti untuk wawancara dengan masyarakat.

    9. Pendamping Program Keluarga Harapan di Kecamatan

    Bojongsari, Pak Fikri, Ka Dimas, Ka Meaygie dan Ka Munarti

    yang telah memperkenankan dan memberikan banyak informasi

    kepada penulis selama melakukan penelitian ini.

    10. Teman-teman PMI 2015, penulis banyak ucapkan terimkasih

    kepada mereka yang telah memberikan Do’a, motivasi dan

    dukungannya.

  • iv

    11. Teman-teman Primordial Cianjur dalam Patwa suci, Ridwan

    nawawi, Sahrul latif dan lainnya yang telah banyak memberikan

    dukungan.

    12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

    peneliti mengucapkan terimakasih banyak dan mendalam atas

    bantuan dan dukungan terkait penelitian skripsi.

    Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

    ini mendapatkan balasan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis,

    Dinas Sosial, Seluruh aktor-aktor yang terlibat dalam pemberdayaan

    Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, dan juga sebagai

    acuan bagi peneliti yang hendak menulis skripsi.

    Ciputat, 08 Januari 2020

    Penulis

    Mety Andriyani

    11150540000007

  • v

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................

    LEMBAR PENGESAHAN ....................................................

    LEMBAR PERNYATAAN ....................................................

    ABSTRAK .............................................................................. i

    KATA PENGANTAR ............................................................. ii

    DAFTAR ISI............................................................................ v

    DAFTAR TABEL ................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

    B. Identifikasi Masalah ...................................................... 8

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................ 9

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 9

    E. Metodologi Penelitian ................................................... 10

    F. Tinjauan Pustaka ........................................................... 22

    G. Sistematika Penulisan ................................................... 25

    BAB II TINJAUAN TEORI

    A. Sosiologi Keluarga ........................................................ 27

    B. Paradigma Keluarga ...................................................... 27

    C. Pemberdayaan Masyarakat ........................................... 28

    D. Pemberdayaan Keluarga ............................................... 31

    E. Teori Keluarga .............................................................. 33

    F. Ketahanan Keluarga ...................................................... 33

    G. Kebijakan-kebijakan dan Program Keluarga ................ 34

    H. Lembaga-lembaga Negara Terkait Negara ................... 38

    I. Program Keluarga Harapan (PKH) ............................... 40

  • vi

    J. Model-model Pemberdayaan Keluarga ......................... 41

    BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN

    A. Kondisi Kecamatan Bojongsari .................................... 53

    B. Sejarah Program Keluarga Harapan di Kota Depok .... 57

    C. Sejarah Program Keluarga Harapan di Bojongsari ....... 59

    D. Profil Program Keluarga Harapan di Bojongsari .......... 61

    E. Profil Pendamping Program Keluarga Harapan

    di Bojongsari ................................................................. 63

    F. Tugas dan Tanggungjawan Pendamping Program

    Keluarga Harapan ......................................................... 66

    G. Peta Penerimaan Program Keluarga Harapan

    di Bojongsari ................................................................ 68

    BAB IV TEMUAN PENELITIAN

    A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 72

    B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 90

    BAB V PEMBAHASAN

    A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 92

    B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 100

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................... 112

    B. Saran-Saran ................................................................... 113

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 115

    LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Observasi .................................................................. 13

    Tabel 2.1 Model-Model Pemberdayaan Keluarga .................... 46

    Tabel 2.2 Pendukung dalam Pemberdayaan Masyarakat

    di Indonesia ............................................................... 50

    Tabel 3.1 Jumlah Penduduk ...................................................... 53

    Tabel 3.2 Kesejahteraan Keluarga ............................................ 54

    Tabel 3.3 Prasarana dan Sarana Pendidikan ............................. 55

    Tabel 3.4 Kualitas Ibu Hamil .................................................... 56

    Tabel 3.5 Jumlah Penerima Perkelurahan ................................. 68

    Tabel 3.6 Komponen Program Keluarga Harapan 2014 ........... 68

    Tabel 3.7 Komponen Program Keluarga Harapan 2015 ........... 69

    Tabel 3.8 Komponen Program Keluarga Harapan 2016 ........... 70

    Tabel 3.9 Komponen Program Keluarga Harapan 2019 ........... 71

    Tabel 4.1 Hasil Pemberdayaan Usaha Keluarga Penerima

    Manfaat Program Keluarga Harapan ....................... 91

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat-surat Penelitian

    Lampiran 2 Catatan Observasi

    Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

    Lampiran 4 Pedoman Wawancara

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Penelitian

    Menurut (Seotomo, 2006: 315) indonesia merupakan negara yang

    mempunyai penduduk yang sangat padat terutama di kota-kota besar,

    dengan jumlah penduduk yang sangat pada penduduk tersebut, membuat

    Indonesia banyak mengalami masalah-masalah sosial. Masalah sosial

    muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam

    masyarakat dengan realita yang ada, yang dapat menjadi sumber

    masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya

    masalah sosial dalam masyarakat di tetapkan oleh lembaga yang

    memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,

    organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain-lain.

    Menurut (Seokanto, 2000: 406) Kemiskinan dan pengangguran

    merupakan penyebab masalah sosial yang menyebabkan kesenjangan di

    masyarakat sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan di

    indonesia. Indikator dari kemiskinan adalah dimana seseorang tidak

    sanggup mengandalkan dirinya sendiri dalam segi tenaga dan mental

    dalam suatu kelompoknya.

    Kemiskinan juga dapat diartikan dimana terjadi ketidakmampuan

    untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat

    berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan juga merupakan

    masalah global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif

    dan komparatif, sementara yang lainnya melihat dari segi moral dan

    evaluatif, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah

    mapan.

  • 2

    Pada tahun 2008-2015 menurut (Seokanto, 2000 : 407) indonesia

    mengalami penurunan angka kemiskinan. Hal tersebut merupakan

    bentuk komitmen dari pemerintah dengan serius menekan angka

    kemiskinan dengan meluncurkan program-program pro rakyat.

    Kenaikan harga pokok yang semakin melonjak naik sehingga

    membebani masyarakat menengah keatas. Maka dari itu tugas

    pemerintah dari kondisi tersebut adalah menstabilkan harga agar dapat

    dijangkau seluruh golongan masyarakat

    Sedangkan menurut Sharp dalam (Kuncoro, 2006) terdapat

    beberapa gejala kemiskinan yaitu rendahnya sumber daya manusia yang

    disebabkan karena rendahnya pendidikan. Pendidikan merupakan

    kebutuhan paling asasi bagi semua orang karena masyarakat yang

    berpendidikan setidaknya dapat memiliki kemampuan untuk

    membebaskan diri dari kemiskinan. Tingkat pendidikan dapat digunakan

    sebagai salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan penduduk.

    Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik pula kualitas

    sumber daya mansianya.

    Pendidikan sebagai faktor terpenting yang membuat seseorang

    keluar dari kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan

    memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan

    keterampilan. Faktor lain dari kemiskinan adalah kesehatan yang rendah.

    Masalah kesehatan merupakan hal yang rentan dihadapi oleh masyarakat

    miskin. Hal ini di akibatkan karena keterbatasan ekonomi mereka dalam

    upaya mempersehat diri dan memenuhi kebutuhan masing-masing.

    Tingkat kesehatan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan

    masyarakat dan memiliki keterkaitan yang erat denga kemiskinan.

    Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam

    menyukseskan pembangunan terutama untuk meningkatkan

  • 3

    kesejahteraan sosial. Masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang baik

    akan memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi, tingkat

    pendapatan tinggi, tingkat pendidikan tinggi dan sejumlah hal positif

    lainnya (Suryawati, 2005) Pemecahan kemiskinan adalah sebagai bentuk

    nyata dari saling tolong karena sebagai sesama muslim adalah saudara,

    maka jika ada saudara yang sedang mengalami kesulitan tugas sesama

    manusia adalah menolongnya dan membimbing agar bisa mandiri dalam

    ekonomi dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini telah di

    serukan dalam Al-Quran dalam ayat dibawah, firman Allah swt Q.S Al-

    Hujurat: 10-11

    َ َواتَّقُوا أََخَوْيُكمْ بَْينَ ُحوافَأَْصلِ إِْخَوة اْلُمْؤِمنُونَ إِنََّما يَا -٠١- تُْرَحُمونَ لََعلَُّكمْ ّللاَّ

    ن قَوم يَْسَخرْ َل آَمنُوا الَِّذينَ أَيُّهَا ْنهُمْ َخْيرا يَُكونُوا أَن َعَسى قَْوم مِّ ن نَِساء َوَل مِّ مِّ

    ْنهُنَّ َخْيرا يَُكنَّ أَن َعَسى نَِّساء ََ بِ بِاْْلَْلقَابِ تَنَابَُزوا َوَل أَنفَُسُكمْ تَْلِمُزوا َوَل مِّ اِلْسمُ ْْئ

    يَمانِ بَْعدَ اْلفُُسوقُ ٠٠- الظَّالُِمونَ هُمُ فَأُْولَْئِكَ يَتُبْ لَّمْ َوَمن اْْلِ -

    Artinya: “10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

    damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

    takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. 11. Hai

    orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

    merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu

    lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan

    merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih

    baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan

    memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk

    panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

    Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang

    yang zalim”.

  • 4

    Dalam upaya serius pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan

    dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di indonesia adalah dengan

    meluncurkan Program Keluarga Harapan. Program ini diharapkan

    mampu mengurangi pengeluaran kebutuhan keluarga.

    Menurut Kementrian sosial (2016), Program Keluarga Harapan

    (PKH) merupakan program perlindungan sosial yang memberikan

    bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan

    persyaratan tertentu. Tujuan dari program ini adalah mengurangi angka

    dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya

    manusia, serta merubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan

    kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Peserta Program Keluarga

    Harapan diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen yang terkait

    dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu

    pendidikan dan kesehatan. Sasaran peserta Program Keluarga Harapan

    adalah keluarga miskin dan yang memiliki komponen kesehatan (ibu

    hami, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan (SD,

    sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak 7-21 Tahun yang

    belum menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas

    berat, dan lanjut usia di atas 70 tahun.

    Sedangkan menurut Rahayu (2012) dalam jangka pendek maupun

    jangka panjang, manfaat Program Keluarga Harapan adalah pertama,

    dalam jangka pendek yaitu memberikan income effect melalui

    pengurangan beban pengeluaran keluarga kedua, dalam jangka panjang

    dapat memutus rantai kemiskinan, melalui peningkatan kualitas

    kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak (price

    effect) dan memberikan kepastian akan masa depannya (insurance

    effect); ketiga, mengubah perilaku keluarga miskin yang relative kurang

  • 5

    mendukung peningkatan kesejahteraan antara lain disebabkan oleh

    kurangnya informasi mengenai hak, manfaat, keuntungan, dan

    kesempatan, serta, tingginya biaya tidak langsung (transfort, seragam,

    dan lain-lain) dan opportunity cost (anak bekerja lebih

    “menguntungkan” dari anak sekolah); keempat, mengurangi pekerja

    anak, yaitu turunnya anak-anak bekerja di jalanan, serta mencegah

    keluarga menjadi tuna sosial dan penyandang masalah kesejahteraan

    sosial; kelima, peningkatan kualitas pelayanan publik memalui

    complementary perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan (supply

    side), pengembangan sistem perlindungan sosial masyarakat miskin,

    sekaligus penguatan destralisasi.

    Sejak tahun 2007 Program Keluarga Harapan telah direalisasikan

    oleh pemerintah dan cukup berhasil mengurangi angka kemiskinan di

    masyarakat. Keumudian Program Keluarga Harapan mulai berlangsung

    dibeberapa Kecamatan-Kecamatan di Indonesia. Berdasarkan

    pengalaman-pengalaman di negara lain, Program Keluarga Harapan

    sangat bermanfaat terutaman bagi keluarga miskin yang sudah kronis.

    Menurut Rahmawati dalam (Jurnal NFECE No. 2, 2017 : 162-165)

    pelaksanaan Program Keluarga Harapan terdapat pendamping yang

    merupakan aktor penting dalam mensukseskan Program Keluarga

    Harapan. Pendamping Program Keluarga Harapan adalah sumberdaya

    manusia yang di rekrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh

    Kementrian Sosial sebagai pelaksana pendamping di tingkat kecamatan.

    Keberhasilan Program Keluarga Harapan dipengaruhi oleh implementasi

    pemberdayaan masyarakat miskin dan peran pendamping. Pendamping

    berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif

    berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang

  • 6

    didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan

    informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi

    masyarakat adalah tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. Peran

    lain yaitu dalam keterampilan representasi/perwakilan masyarakat.

    Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara

    pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi

    nama kepentingan masyarakat dampingannya.

    Pemerintah Kota Depok yang di bawah naungan Kementrian Sosial

    sangat serius dalam pemecahan kemiskinan dengan meluncurkan

    beberapa program yang berupaya mengurangi kesenjangan sosial.

    Setelah lepas dari Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial (Dinsos) kini lebih

    fokus dalam merumuskan program sosial di kota Depok. Kepala Dinas

    sosial menjelaskan dibentuknya dinas sosial merupakan amanah undang-

    undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah. Dalam

    undang-undang tersebut dijelaskan, bahwa urusan pemerintahan wajib

    yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang dalam hal ini urusan sosial

    wajib menjadi kewenangan pemerintah. (http://www.depok.go.id : portal

    resmi pemerintah depok)

    Kebijakan pemerintah ini selaras dengan hadits Rasulullah SAW

    yang diriwayatkan oleh Muslim hadits no 2699

    ُ َعلَْيِه َوَسلهَم َقاَل َمْن َنـفه ِبيِّ َصلهى َّللاه ُ َعْنُه َعِن النه ََس َعْن َعْن أَبِْي ُهَرْيَرَة َرِضَي َّللاه

    ْنَيا ، َنـفه ََس َّللاُ َعْنُه ُكـْرَبًة ِمْن ُكـَرِب َيْوِم اْلقَِياَمِة، وَ َمْن ُمْؤِمٍن ُكـْرَبًة ِمْن ُكَرِب الدُّ

    َر َعلَـى ُمـعْ ْنَيا َواْْلِخَرِة ، َوَمْن َسَتـَر ُمْسلِمً َيسه ـَر َّللاُ َعلَْيِه ِفـي الدُّ ـا ، ِسٍر ، َيسه

    ْنَيا َواْْلِخَرِة ، َوَّللاُ ِفـي َعْوِن اْلَعْبِد َما َكاَن اْلَعْبُد ِفي عَ ْوِن أَِخيِه ، َسَتـَرهُ َّللاُ ِفـي الدُّ

    ِة ، وَ َوَمْن َسلََك َطِريًقا َيْلَتِم َُس ِفيِه ِعْلًمـ َما ا ، َسههـَل َّللاُ لَُه ِبِه َطِريًقا إِلَـى اْلـَجنه

    ْيَنُهْم ، إَِّه اْجَتَمَع َقـْوٌم ِفـي َبـْيٍت ِمْن ُبـُيوِت َّللاِ َيْتلُوَن ِكَتاَب َّللاِ ، َوَيَتَداَرُسوَنـُه بَ

    http://www.depok.go.id/

  • 7

    ْحـَمُة ، َوَحفه ِكيَنُة ، َوَغِشـَيـْتـُهُم الره ُم َّللاُ ـْتـُهُم اْلـَمالَِئَكُة ، َوَذَكـَرهُ َنـَزلَْت َعلَْيِهُم السه

    ـأَ ِبـِه َعَملُـُه ، لَـْم ُيْسِرْع ِبـِه َنـَسُبـهُ ِفيَمْن ِعْنَدهُ ، َوَمْن َبطه

    Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi

    wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu

    kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan

    darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa

    memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah

    hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari

    kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib)

    seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan

    akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba

    tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan

    untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan

    menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu

    rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan

    mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan

    turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi

    mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat

    yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa ya diperlambat oleh

    amalnya maka gais keturunannya tidak mempercepatnya.

    Salah satu yang menjadi program Kementerian Sosial sebagai upaya

    dalam pengentasan kemiskinan yang dijalankan oleh Dinas Sosial Kota

    Depok adalah Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan

    sebagai program dari Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial dari

    Dinas Sosial Kota Depok yang memberikan bantuan tunai bersyarat

    untuk meringankan beban keluarga sangat miskin (KSM). Pemerintah

    menyiapkan anggaran Rp34 triliun untuk bantuan sosial Program

    Keluarga Harapan atau meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan

  • 8

    dengan Rp19 triliun pada 2018. Jumlah penerima bantuan Program

    Keluarga Harapan ini sebanyak 10 juta keluarga pada 2018 dan 2019.

    (http://www.depok.go.id)

    Kemudian peneliti tertarik untuk meneliti proses dalam Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok dengan

    pertimbangan memperhatikan situasi sosial masyarakat yang dari segi

    kuantitas sangat banyak jumlah penduduknya namun dilihat dari kualitas

    belum memenuhi kriteria masyarakat mandiri dan sejahtera yang masih

    memerlukan bantuan dari pemerintah.

    Maka dari itu berdasarkan uraian masalah diatas Peneliti

    mengangkat sebuah judul penelitian ini “Pemberdayaan Masyarakat

    Melalui Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari

    Depok Jawa Barat”.

    B. Identifikasi Masalah Penelitian

    1. Kebutuhan penddikan untuk anak-anak dari keluarga kurang

    mampu yang seringkali tersendat akibat terbatasanya biaya

    pendidikan.

    2. Kesehatan keluarga yang tidak stabil dikarenakan biaya kesehatan

    yang mahal.

    3. Keluarga kurang sadar dalam pengembangan keterampilan usaha

    sehingga mereka menjadi pasif dan banyak pengangguran.

    4. Minimnya pengetahuan keterampilan orangtua dalam mendidik

    anak untuk menciptakan keharmonisan keluarga.

    http://www.depok.go.id/

  • 9

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian

    Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian skripsi ini,

    maka penulis membatasi permasalahan ini pada “Pemberdayaan

    Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di Kecematan

    Bojongsari Depok Jawa Barat”.

    Dari pembatasan permasalahan yang telah dikemukakan di atas,

    maka perlu adanya penyususnan perumusan masalah dalam penelitian

    ini, rumusan masalah itu adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui Program

    Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok?

    2. Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui Program

    Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan dari dilakukannya kegiatan ini, antara

    lain adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat

    melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan

    Bojongsari Depok.

    2. Menganalisis hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui

    Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari

    Depok.

    Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Manfaat akademik

    Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu

    dan pengetahuan baru yang berkaitan dengan bidang sosial yang

    khususnya dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

  • 10

    2. Manfaat praktis

    Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi untuk penelitian

    lebih lanjut dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau

    masyarakat umum bagaimana Proses pemberdayaan masyarakat

    melalui program keluarga harapan di Kecamatan Bojongsari

    Depok.

    E. Metodologi Penelitian

    Dalam penelitian Program Keluarga Harapan di Bojongsari Depok

    Jawa Barat, Peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Penelitian

    dengan pendekatan Kualitatif sangat membantu Peneliti dalam

    pengumpulan data lapangan.

    1. Pendekatan Penelitian

    Menurut Kirk dan Miller dalam (Zuriah, 2007: 91) penelitian

    kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

    secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia

    dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

    tersebut dalam bahasannya dan peristiwanya

    Penelitian kualitatif berfokus pada analisis proses dari suatu

    proses berpikir yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi dan

    data yang didapatkan dilapangan. Penelitian kualitatif bertujuan

    juga untuk mengungkapkan suatu masalah dalam kehidupan

    bermasyarakat seperti dalam organisasi pemerintahan, swasta dan

    lainnya.

    Menurut Sygiyono dalam (Gunawan, 2013: 81) penelitian

    kualitatif bersifat tidak tetap dan dinamis karena ketika terjun ke

    lapangan teori akan berkembang berdasarkan fenomena yang

    didapatkan peneliti. Ketika dalam melakukan penelitian Kualitatif

  • 11

    tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh peneliti, yaitu (1)

    masalah yang telah dipersiapkan oleh peneliti ketika terjun ke

    lapangan semasa penelitian berlangsung; (2) masalah yang ketika

    penelitian mulai berkembang, diperluas/diperdalam akan tetapi

    tidak memerlukan perubahan yang terlalu banyak hanya

    disempurnakan, dan (3) mengganti masalah penelitian dikarenakan

    judul proposal dan judul penelitian tidak sama sehingga harus

    disesuaikan keduanya.

    Menurut Gunawan (2013: 83) Saat meneliti lapangan,

    penelitian kualitatif mengkaji partisipan atau narasumber dengan

    interaktif. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti fenomena-

    fenomena dari sudut pandang narasumber yang dibutuhkan oleh

    peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti merupakan instrumen kunci

    untuk menggali suatu objek alamiah dilapangan

    2. Jenis Penelitian

    Dalam penelitian pemberdayaan masyarakat melalui Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok peneliti

    menggunakan jenis penelitian Grounded theory.

    Menurut Burhan Bungiin (2016: 72) jenis penelitian yang

    bernama grounded theory, merupakan suatu cara analisis dalam

    penelitian yang dilakukan dengan tajam dan dapat memberikan jalan

    keluar agar tidak stagnan atas teori yang telah diperoleh dalam ilmu-

    ilmu sosial dengan menitikberatkan sosiologi. Adapun langkah dari

    jenis penelitian tersebut yaitu peneliti langsung terjun ke lapangan

    dan menyusun data melewati susunan induktif serta peneliti tidak

    pernah puas dengan informasi yang didapatkannya.

    Disebut dengan grounded theory karena data tersebut akan

    menjadi dasar pembentukan suatu teori dan teori tersebut berasal dari

  • 12

    data di lapangan sehingga penelitian membuka potensi lahirnya teori

    yang baru sebab data lapangan selalu bergerak dinamis dan terus

    berkembang, sedangkan teori yang sudah mapan akan cenderung

    tetap.

    Sedangkan menurut Gunawan (2013: 204) Sebagaimana

    penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan grounded theory

    sama sekali tidak bermaksud untuk menguji suatu teori yang sudah

    ada, dan tidak bertentangan dengan variabel-variabel dalam suatu

    teori. Penelitiannya tidak terpengaruh oleh literatur karena peneliti

    akan kesulitan dalam berkreativitas dalam menggali data lapangan,

    memahami dan menganalisis data karena sesungguhnya dalam

    penelitian grounded theory ketika peneliti terjun lapangan tidak ada

    pengetahuan mengenai objek yang akan diteliti termasuk jenis data

    dan fenomena-fenomena yang akan ditemui.

    3. Tempat dan Waktu Penelitian

    Untuk tempat penelitian lapangan dalam Program Keluarga

    Harapan yang bertempat di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa

    Barat. Waktu penelitian dimulai dari 29 Mei sampai 30 November

    2019.

    4. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

    Adapun subyek penelitian ini adalah pendamping Program

    Keluarga Harapan dan Keluarga Penerima Manfaat di Kecamatan

    Bojongsari Depok yang menjadi sasaran pengembangan masyarakat

    dari Program Keluarga Harapan. Sedangkan obyek penelitian ini

    adalah Program Keluarga Harapan di Kecamatan Boongsari Kota

    Depok Jawa Barat.

  • 13

    Tabel 1.1 Kerangka Informan Penelitian Program Keluarga Harapan

    (PKH) di Kecamatan Bojongsari

    No Informan/

    Narasumber

    Nama Informasi

    yang dicari

    Teknik

    pengumpulan

    data

    1 Kasi Kemas Kecamatan

    Bojongsari

    Yaya Peta Umum

    keadaan

    Masyarakat di

    Kecamatan

    Bojongsari

    Data sekunder

    Berupa

    dokumen

    profile

    lengkap

    2 Koordinator Program

    Keluarga Harapan

    Kecamatan Bojongsari

    sekaligus pendamping

    Fikri A

    Solehudin

    S.pd

    Sejarah, profil,

    dan kegiatan

    dalam Program

    Keluarga

    Harapan

    Wawancara

    dan

    dokumentasi

    3 Pendamping Program

    Keluarga Harapan

    Meaygie

    Priayudana

    S.sos

    Profil

    pendamping,

    kegiatan

    pemberdayaan

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    4 Pendamping PKH Dimas

    Adrianto

    Hermawan

    M.A

    Profil

    pendamping,

    kegiatan

    pemberdayaan

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    5 Pendamping PKH Munarti Kegiatan-

    kegiatan

    pemberdayaan

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    6 Keluarga penerima

    manfaat (KPM)

    Cici Pemberdayaan

    KUBE-jasa E-

    warong

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    7 Keluarga penerima

    manfaat (KPM)

    Asmi Pemberdayaan

    KUBE-jasa E-

    warong

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    8 Keluarga penerima

    manfaat (KPM)

    Kartinah Pemberdayaan

    KUBE-jasa E-

    warong

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    9 Keluarga penerima

    manfaat (KPM)

    Ipah Kegiatan

    Family

    Deevelopment

    session

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    10 Keluarga penerima

    manfaat (KPM)

    Ana Kegiatan

    Family

    Deevelopment

    session

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

  • 14

    No Informan/

    Narasumber

    Nama Informasi

    yang dicari

    Teknik

    pengumpulan

    data

    11 Keluarga penerima

    manfaat (KPM)

    Susi Usaha rumah

    produksi olahan

    keripik Kube-

    jasa Program

    Keluarga

    Harapan

    Wawancara

    dan

    Dokumentasi

    Sumber: Data Wawancara Peneliti

    5. Sumber data

    Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data

    sebagai berikut :

    a. Data primer, data yang diperoleh langsung dari informan atau

    narasumber. Data yang dierpoleh berupa hasil dari observasi,

    baik itu dari apa yang dilihat dan didengar, serta hasil

    wawancara mendalam dengan narasumber yang berkaitan

    dengan penelitian ini seperti pihak pemerintah Kecamatan

    Bojongsari, Pendamping Program Keluarga Harapan, dan

    Keluarga Penerima Manfaat dari Program Keluarga Harapan

    di Kecamatan Bojongsari Depok.

    b. Data sekunder, data yang diperoleh peneliti yang berasal dari

    buku-buku, dokumen dan data pemerintahan Kecamatan yang

    dipublikasikan melalui internet, jurnal, artikel dan internet

    yang dianggap valid dan relavan dengan penelitian ini.

  • 15

    6. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk teknik pengumpulan data Penelitian Kualitatif dalam

    Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, peneliti

    melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut,

    Penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan kondisi perilaku

    dan situasi masyarakat yang sedang diteliti disekitarnya. Berdasarkan

    tersebut maka teknik pengumpulan datanya bervasiasi dan

    disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dalam mempermudah

    megumpulkan data penelitian seperti introspeksi, sejarah kehidupan,

    hasil wawancara, observasi lapangan, perjalanan sejarah dan hasil

    pengamatan visual. Menurut Mantja dalam (Gunawan, 2013 : 142)

    dalam teknik pengumpulan data kualitatif menggunakan teknik

    interaktif yang terdiri dari wawancara dan pengamatan berperan, dan

    noninteraktif berupa pengamatan tak berperan, analisis dokumen dan

    arsip. Narasumber dalam pengambilan data penelitian kualitatif

    adalah perilaku manusia.

    Menurut Gunawan (2013: 206) Pengumpulan data dalam

    grounded theory ialah dengan peneliti itu sendiri. Proses

    pengumpulannya terdapat dua metode utama yang dapat digunakan

    yaitu obervasi dan wawancara secara mendalam dengan narasumber.

    Hal spesifiik yang membedakan yang membedakan pengumpulan

    data grounded theory dengan pengumpulan data lainnya adalah

    penelitian grounded theory ialah menekankan pada pemilihan

    fenomena yang dikumpulkan dan meneliti suatu proses yang sedang

    berlangsung, untuk melihat proses berjalannya serta memperoleh

    hasilnya.

    Berikut teknik pengumpulan data penelitian kualitatif dengan

    metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

  • 16

    a) Observasi

    Menurut Arikunto (2012) observasi merupakan suatu

    teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

    mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara

    sistematis. Sedangkan menurut Kartono dalam (Gunawan,

    2013: 143) pengertian observasi ialah sebuah studi penelitian

    yang disengaja dan sistematis meneliti tentang fenomena sosial

    dan suatu gejala-gejala yang sedang terjadi selama masa

    pengumpulan dan pencatatan data penelitian. Kemudian tujuan

    dari observasi yaitu mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi

    dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada

    fenomena sosial.

    Sedangkan Ruslan (2003: 54) menurutnya observasi

    adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan

    melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan

    pancaindra lainnya, peneliti secara langsung melihat atau

    mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian. Selama di

    lapangan peneliti meakukan observasi untuk menggambarkan

    secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi. Kemudian

    melakukan catatan tertulis, merekam, dan menganalisis data

    pertama, penelitian memfokuskan penelitian data.

    Peneliti melakukan observasi lapangan sebanyak 11 kali

    terhitung dengan izin penelitian ke lembaga-lembaga terkait

    dan sekaligus mendapatkan informasi untuk memperkaya data

    peneliti mengenai Program Keluarga Harapan. Kemudian

    peneliti beberapa kali mengunjungi tempat-tempat keluarga

    penerima manfaat dan usaha yang sedang dijalankannya untuk

    menkonfirmasi sebuah data wawancara dan data tertulis yang

  • 17

    didapatkan dari pendamping apakah sesuai dengan yang

    dirasakan oleh para keluarga penerima manfaat.

    b) Wawancara

    Menurut Ardianto (2010: 163-164) wawancara adalah

    sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

    dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

    pewawancara dan responden atau orang yang di wawancarai,

    dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Inti dari

    teknik pengumpulan data dengan wawancara ini bahwa setiap

    penggunaan teknik ini selalu ada beberapa wawancara,

    responden, materi wawancara, dan pedoman wawancara.

    Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode

    wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses

    wawancara tersebut.

    Pada prinsipnya teknik wawancara ini adalah dimana

    peneliti bertatap muka dengan informan secara langsung dalam

    suatu proses wawancara. Menurut Patton dalam (Imam, 2013:

    165) menegaskan bahwasanya tujuan dari wawancara ini ialah

    untuk mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat dalam

    pikiran orang lain berpedoman pada apa yang ingin peneliti

    dapatkan. Bahwa peneliti ingin memperoleh data dari informan

    mengenai suatu masalah atau fenomena yang sedang terjadi

    yang tidak tertuang dalam pertanyaan kuesioner. Pertanyaan-

    pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti kepada informan

    tergantung dari kemampuan dan pengalaman peneliti dalam

    mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang

    didapatkan dari jawaban informan.

  • 18

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara

    dengan berbagai pihak. Agar mendapatkan data yang akurat

    dan valid maka peneliti melakukan wawancara dengan :

    1) Pemerintah Kecamatan Bojongsari

    Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pihak

    Kecamatan Bojongsari yaitu dengan Pak Yaya sebagai Ketua

    seksi Kemas, hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan

    informasi yang valid dan akurat seputar Program Keluarga

    Harapan dan pendampingnya, dan agar peneliti mendapatkan

    informasi lengkap mengenai kehidupan sosial masyarakat

    khususnya seputar pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

    sosial di Kecamatan Bojongsari.

    2) Pendamping Program Keluarga Harapan Kecamatan

    Bojongsari

    Wawancara dilakukan dengan Semua pendamping

    Program Keluarga Harapan Kecamatan Bojongsari. Terutama

    Koordinator Program Keluarga Harapan yang merupakan

    pendamping pertama sejak Program Keluarga Harapan di

    Bojongsari mulai dilaksanakan. Wawancara ini dilakukan

    secara intensif dan mendalam karena penelitian ini berfokus

    kepada orang-orang sebagai pemberdaya Program Keluarga

    Harapan yaitu pendampingnya. Dimulai dari sejarah awal

    Program, profil program dan seluruh proses kegiatan yang

    dilakukan dalam Program Keluarga Harapan.

    3) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga

    Harapan

    Wawancara dilakukan dengan Keluarga Penerima

    Manfaat sebagai upaya konfirmasi dari seluruh informasi yang

  • 19

    peneliti dapatkan dari semua pendamping. Peneliti melakukan

    studi lapangan dengan mengunjungi rumah-rumah keluarga

    penerima manfaat sekaligus mewawancarai mereka. Hal ini

    dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya data

    penelitian.

    Peneliti hanya memfokuskan wawancara kepada beberapa

    keluarga dengan kriteria ketua kelompok, sekretaris atau

    bendahara kegiatan dan keluarga yang memiliki usaha sendiri.

    c) Dokumentasi

    Menurut Ardianto (2010: 167) metode dokumentasi

    adalah salah satu kegiatan dalam teknik pegumpulan data yang

    digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri

    data historis. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat,

    catatan harian, kenang-kenangan, dan laporan. Sifat utama dari

    bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu

    sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui

    hal-hal yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut

    dokumen, dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto

    tape, mikrofon, CD dan hardisk.

    Sedangkan menurut Sugiyono dalam (Gunawan, 2013:

    176) Dokumentasi merupakan suatu catatan tentang kejadian

    atau fenomena yang sudah berlalu yang tertuang kedalam

    tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Studi

    dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

    observasi dan wawancara karena hasil penelitiannya akan dapat

    dipercaya jika disertai dengan bukti berupa dokumen.

  • 20

    Dalam proses penelitian dilapangan peneliti mendapatkan

    beberapa temuan dokumen yang berguna untuk menunjang

    kelengkapan hasil temuan lapangan. Diantaranya peneliti

    medapatkan dokumen berupa buku profile lengkap kodisi sosial

    kemasyarakatan dari Ketua seksi kemasyarakatan Kecamatan

    Bojongsari untuk melengkapi data peneliti mengenai kondisi

    sosialnya masyarakat di Bojongsari. Kemudian peneliti

    mendapatkan softfile data Keluarga Penerima Manfaat Program

    Keluarga Harapan beserta komponennya mulai dari tahun

    2014-2019 dari Fikri sebagai Koordinator Program Keluarga

    Harapan di Bojongsari. Kemudian setiap sedang wawancara

    maupun sedang mengikuti kegiatan dalam program peneliti

    melakukan dokumentasi kegiatan berupa poto sebanyak 45 file.

    7. Teknik Analisis Data

    Untuk teknik analisis data dalam penelitian kualitatif Program

    Keluarga Harapan Peneliti menggunakan analisis data kualitatif,

    dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan

    berlangsung, yang artinya kegiatan tersebut dilakukan juga selama

    dan sesudah pengumpulan data.

    Prastowo ( 2016: 45-46) analisis data dalam penelitian kualitatif

    dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian,

    dengan induktif dan mencari pola, model, tema serta teori. Kegiatan

    pengumpulan dan analisis data berlangsung secara simultan atau

    berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, yang di dalamnya

    terlihat sifat interaktif pengumpulan (koleksi) data dengan analisis

    Analisis data kualitatif akan mencakup penelusuran data, melalui

    catatan-catatan (pengamatan lapangan) untuk menemukan pola-pola

  • 21

    budaya yang dikaji oleh peneliti. Sementara itu Bogdan & Biklen

    dalam (Gunawan, 2013: 210) bahwa analisis data adalah proses

    pencarian dan pengaturan secara sistematik dari data yang didapatkan

    oleh peneliti melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dan

    bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pengetahuan

    terhadap semua hal yang telah dikumpulkan. Sedangkan menurut

    Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus

    dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1)

    reduksi data; (2) paparan data; (3) penarikan kesimpulan dan

    verifikasi.

    8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    Dalam menguji keabsahan data penelitian kualitatif Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok, Peneliti

    menggunakan menggunakan teknik triangulasi.

    Menurut (Nasution, 2003: 115) Keabsahan data merupakan

    merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan

    data (validitas) dan keandalan (reabilitas). Triangulasi adalah teknik

    pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

    diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

    terhadap data itu. teknik triangulasi yang paling banyak digunakan

    ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dapat

    dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu

    wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan

    untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya

    data.

    Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan

    kepercayaan dan konsistensi data serta bermanfaat sebagai alat bantu

  • 22

    analisis data dilapangan. Triangulasi menurut Mantja (2007: 84 )

    daapat digunakan untuk konsistensi dari data hasil pengamatan,

    wawancara dengan beberapa narasumber penelitian. Triangulasi

    bukan bertujuan mencari kebenaran, tetapi meningkatkan pemahaman

    peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya. Ini ditegaskan oleh

    Wiersma yang mengemukakan triangulasi dalam pengujian

    kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data yang didapatkan

    dari berbagai sumber.

    Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa triangulasi

    merupakan cara mendapatkan data yang benar-benar valid yang

    didapatkan peneliti dari hasil pengamatan lapangannya.

    F. Tinjauan Pustaka

    Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian tinjauan pustaka

    seta penepatan konteks sebagai langkah untuk proses penyusunan

    skripsi, hal ini bertujuan untuk memperkuat konten hasil penelitian dan

    temuan peneliti di lapangan serta menghindari kesamaan karya milik

    orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang berkaitan dengan

    permasalahan yang peneliti angkat :

    1. Rizka Arfenia, NIM 111054000002 Jurusan Pengembangan

    Masyarakat Islam, Fakultas dakwah dan komunikasi 2016 M.

    dengan judul “Proses Pemberdayaan Yatim Dhu’afa Di Pondok

    Pesantren Al-Amanatul Huda, Kelurahan Tajur Kecamatan

    Ciledug, Kota Tangerang Selatan”

    Dalam skripsi ini membahas tentang pemberdayaan anak yatim

    yang dhuafa dengan memeberikan pendidikan secara gratis dengan

    pendidikan formal dari pendidkan madrasah tsanawiyah (MTS)

  • 23

    sampai Madrasah Aliyah (MA) anak yatim dhuafa ini diberikan

    pendidikan secara gratis.

    Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas proses

    pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga yang bergerak di

    bidang pemberdayaan masyarakat, sama juga kaitan dengan teori

    pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan penulis yang

    penelitiannya di lembaga lain dengan program yang berbeda.

    2. Jamilah, NIM 1113054000040 Jurusan Pengembangan

    Masyarakat Islam, Fakultas Dakah Dan Ilmu Komunikasi 2017 M.

    dengan judul “Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha

    Pembuatan Tempe D Rt 04 Rw 20 Keluarahan Kedaung

    Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan”

    Skripsi ini membahas tentang keberadaan usaha tempe di

    kampung tempe kelurahan kedaung kecamatan pamulang yang

    keberadaannya menjadi pemberdaya masyarakat warga sekitar.

    Selain pembuatan tempa Pemberdayaan ini juga menyadarkan

    akan potensi para pekerja bahwa mereka mampu untuk

    menjalankan usahanya sendiri yang selanjutnya para pengusaha

    tempe ini mengajarkan pembuatan tempe ini kepada para pekerja.

    Dalam skripsi ini sama-sama membahas tentang proses

    pemberdayaan agar masyarakat mampu berdaya dalam bidang

    ekonomi dan bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.

    Berbeda dengan penelitian penulis yang proses pemberdayaannya

    melalui program keluarga harapan dengan jaminan kesehatan,

    pendidikan dan pendampingan dalam usaha kecil menengah.

    3. Ade Fauzan, NIM 111 3054000036 Jurusan Pengembangan

    Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komuikasi 2018

  • 24

    Dengan Judul “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Usaha

    Mikro Kecil Menengah (UMKM) Eka Cipta Mandiri”

    Dalam skripsi ini membahas pemberdayaan ekomoni yang

    dilakukan oleh UMKM Eka Cipta Mandiri dengan peningkatan

    ekonomi masyarakat kecil menengah melalui pembatan tas dan

    UMKM tersebut merekrut karyawannya dari arga sekitar serta dari

    beberapa kampung yang masih berada di wilayah desa kadu genap

    untuk dilatih menjadi pengrajin tas. UMKM ini juga bergerak di

    bidang industri dan dapat disimpulkan bahwa kegiatan

    pemberdayaan yang dilakukan UMKM tersebut memiliki tujuan

    meningkatkan warga sekitar yang dikhususkan dikampung itu

    sendiri.

    Persamaan dalam skripsi ini adalah sama dengan melakukan

    pemberdayaan ekonomi, memberdayakan masyarakat sekitar agar

    mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berbeda

    dengan penelitian penulis yaitu pemberdayaan melalui program

    keluarga harapan selain memberdayakan dalam bidang ekonomi

    juga memberdayakan dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

  • 25

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini membahas Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

    Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat

    Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan

    Sistematika Penulisan

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    Bab ini mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini

    yang terdiri dari teori mengenai, Sosiologi Keluarga,

    Paradigma Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat,

    Pemberdayaan Keluarga, Teori Keluarga, Fungsi-fungsi

    Keluarga, Ketahanan Keluarga, Kebijakan-kebijakan dan

    program keluarga di indonesia, Lembaga-lembaga Negara

    Terkait Keluarga, Program Keluarga Harapan, Model-Model

    Pemberdayaan Keluarga, Tabel Model-model Pemberdayaan

    Keluarga.

    BAB III GAMBARAN UMUM

    Bab ini membahas mengenai gambaran umum penelitian

    dimulai dari, Kondisi Kecamatan Bojongsari, Sejarah

    Program Keluarga Harapan Kota Depok, Sejarah Program

    Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, Profil Program

    Keluarga Harapan di Bojongsari, Profil Pendamping Keluarga

    Harapan Bojongsari, Tugas dan Tanggungjawab Pendamping

    Program Keluarga Harapan, dan Peta Penerima Program

    Keluarga Harapan di Bojongsari.

  • 26

    BAB IV TEMUAN LAPANGAN

    Bab ini membahas mengenai temuan lapangan yang meliputi,

    Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga

    Harapan dan Hasil dari Pemberdayaan Masyarakat Melalui

    Program Keluarga Harapan.

    BAB V ANALISIS DATA

    Bab ini membahas analisis dari temuan lapangan di bab IV

    yang dikaitkan dengan teori pemberdayaan masyarakat.

    BAB IV PENUTUP

    Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari seluruh bab

    penelitian dan saran dari hasil penelitian dan temuan

    lapangan.

  • 27

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Sosiologi Keluarga

    Menurut Goode (1983: 3-4) Kedudukan utama setiap keluarga ialah

    fungsi pengantar pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi

    dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan

    bertahan jika kebeutuhannya yang bermacam-macam tidak dipenuhi,

    seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan

    terhadap yang muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung,

    persamaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan

    sosial, dan lain sebagainya.

    Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian

    dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab itu kita selalu berada di

    bawah pengawasan saudara-saudara kita yang merasakan bebas untuk

    mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji, atau

    mengancam, agar kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan

    kepada kita.

    Hanya melalui keluargalah masyarakat itu dapat memperoleh

    dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya keluarga

    hanya dapat terus bertahan jika didukung oleh masyarakat yang lebih

    luas. Masyarakat sebagai suatu sistem kelompok sosial yang lebih besar

    dalam mendukung keluarga, sebagai sub sistem sosial yang lebih kecil,

    atau sebagai syarat agar keluarga itu dapat bertahan maka kedua macam

    sistem ini saling berhubungan dalam banyak hal.

    B. Paradigma Keluarga

    Dalam paradigma keluarga menurut Goode (1983: 2). Para ahli

    filsafat dan analisis sosial telah melihat bahwa masyarakat adalah

  • 28

    struktur yang terdiri dari keluarga dan bahwa keanehan-keanehan suatu

    masyarakat tertentu dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan

    kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Karya etika dan moral

    yang tertua menerangkan bahwa masyarkat kehilangan kekuatannya jika

    anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggungjawab keluarganya.

    Confusius, umpamanya, berpendapat bahwa kebahagiaan dan

    kemakmuran akan tetap ada dalam masyarakat jika saja semua orang

    bertindak ‘benar’ sebagai anggota keluarga dan menyadari bahwa orang

    harus mentaati kewajibannya sebagai anggota masyarakat.

    Dari masa-masa, banyak perencanaan sosial atau ahli filsafat yang

    berkhayal membangun masyarakat baru – utopia – dimana definisi

    mengenai peran keluarga diharap mampu berfungsi sebagai sarana

    pemecahan masalah sosial yang sudah kronis.

    C. Pemberdayaan Masyarakat

    Menurut Suharto (2005 : 57), Secara konseptual pemberdayaan atau

    pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan

    atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan

    dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan

    dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang

    kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat kita. Ilmu sosial

    tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh

    dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai

    sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah.

    Menurut Suharto (2005: 58) Pemberdayaan menunjuk pada

    kemampuan orang, khususnya kelopok rentan dan lemah sehingga

    mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi

    kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

  • 29

    dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas

    dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)

    menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

    dapat meningkatkan pedapatannya dan memperoleh barang-barang dan

    jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam

    memperoleh pembangunan dan keputusan-keputusan yang

    mempengaruhi mereka .

    Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) merupakan

    upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya

    sendiri sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan

    megambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan dilakukan

    degan memberikan kewenangan (power), aksebilitas terhadap

    sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.

    Menurut Sumaryo dan Kordiyana (2015: 28-29) mengatakan bahwa

    dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam

    pembangunan secara partisipatif kiranya sangat sesuai dan dapat dipakai

    untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam

    masyarakat beserta lingkungannya strategisnya. Sebagai konsep dasar

    pembangunan partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas

    dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga masyarkat

    mampu untuk berkembang dan mengatasi permasalahannya sendiri

    secara mandiri, berkesinambungan dan berkelanjutan.

    Dalam tahapan-tahapan pemberdayaan Isbandi Rukminto Adi (2013: 58-

    60) mengemukakkan dengan rumusan strateginya yang menjadikan

    beberapa tahap dalam melakukan pemberdayaan yaitu :

  • 30

    a. Tahapan Persiapan (engagement), tahap persiapan ini

    memiliki substansi penekanan pada dua hal elemen penting

    yakni penyiapan petugas dan penyiapan lapangan

    b. Tahap Pengkajian (assessment), sebuah tahapan yang telah

    terlibat aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan

    karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan

    dan masalah ditempat mereka berada.

    c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

    (Designing). Dalam tahapan ini program perencanaan di bahas

    secara maksimal dengan melibatkan peserta aktif dari pihak

    masyarakat guna memikirkan solusi atau pemecahan atas

    masalah yang mereka hadapi di wilayahnya.

    d. Tahap Perfomulasian Rencana Aksi (designing), pada tahap

    masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam

    bekerjasama secara optimal

    e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan Implementasi,

    tahap ini merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan

    program yang telah dirumuskan sebelumnya bersama para

    masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan aktualisasi bersinergi

    antara masyarakat dengan petugas pemberdayaan.

    f. Tahap Evaluasi, tahapan yang memiliki substansi sebagai

    proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program

    pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan dengan

    melibatkan warga. Tahapan ini juga akan merumuskan

    berbagai indikator keberhasilan suatu program yang telah di

    implemntasikan serta dilakukan pula bentuk-bentuk stabilisasi

    terhadap perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan

    terjadi.

  • 31

    g. Tahap Terminasi (disengagement).sebuah tahapan dimana

    seluruh program telah berjalan secara optimal dan petugas

    fasilitator pemberdayaan masyarakat sudah mengakhiri

    kerjanya.

    Dengan demikian menurut Suharto (2005: 59-60) bahwasanya

    pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

    pemberdayan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

    atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

    individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,

    maka pmeberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin

    dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,

    memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan

    dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,

    maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

    mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

    mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian

    pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator

    keberhasilan pemberdayaan sebagai suatu proses.

    Dengan kata lain, pemberdayaan menurut (Owin, 2005: 108) adalah

    untuk mencapai tujuan akhir yang disebut dengan masyarakat sejahtera

    dan mandiri yang mempunyai kekuatan hidup di atas potensinya sendiri.

    D. Pemberdayaan Keluarga

    Menurut Suharto (2005: 169) Keluarga memiliki sentral dalam

    sebuah realitas sosial. Hampir sama disiplin ilmu memandang keluarga

    sebagai entitas terkecil yang sangat fokal. Dalam ilmu ekonomi terkenal

    domestic economy dan subsistence economy yang kajiannya terpusat

    pada keluarga. Antropologi telah lama mencermati livelihood strategies

  • 32

    dan household mechanisms sebagai sistem penanganan masalah yang

    berbasis keluarga. Pekerjaan sosial juga telah banyak berjasa dalam

    mengembangkan berbagai pelayanan sosial untuk keluarga.

    Banyaknya pihak yang memperhatikan keluarga sebagai tema

    pemberdayaan, sebenarnya merupakan hal positif jika dibarengi dengan

    adanya koordinasi lintas professional dan sektoral. Sebaliknya, tanpa

    sinegritas dan kerjasama antar lintas kalangan, situasi ini dapat

    mengarah pada pemborosan sumberdaya, keberhasilan dan tumpang-

    tindih program (redundancy dan overlapping), kejenuhan sasaran, dan

    bahkan ‘sistem abuse’ yang pada gilirannya dapat menjauhkan

    pencapain tujuan pemberdayaan. Dalam konteks ini, aliansi antar lintas

    kalangan merupakan sebuah keniscayaan. Aliansi dikedepankan sebagai

    isu strategis pemberdayaan.

    1. Aliansi stragtegis

    Aliansi (alliance) atau persekutuan dapat diartikan sebagai

    kumpulan perseorangan, kelompok atau organisasi yang memiliki

    sumberdaya (sarana, prasarana,dana, keahlian, akses, pengaruh,

    informasi) yang bersedia dan kemudian terlibat aktif mengambil

    peran atau menjalankan fungsi dan tugas tertentu dalam suatu

    rangkaian kegiatan yang terpadu.

    Dengan kata lain, aliansi adalah sebuah jaringan kerja (networking)

    antar lintas yang memiliki keahlian dan sumberdaya berbeda namun

    memiliki komitmen dan agenda yang sejalan.

    Sebuah aliansi dalam suatu gerakan pemberdayaan keluarga bisa saja

    merupakan suatu pelangi warna-warni dari berbagai pihak. Aliansi

    dapat terdiri dari lembaga pemerintah, non-pemerintah, partai politik,

    anggota profesi, dan para pakar akademisi. Bahkan asosiasi

    mahasiswa, media massa dan perusahaan swasta dapat pula menjadi

  • 33

    anggota aliansi. Bentuk dan sifat hubungan antar anggota sekutu

    semacam ini sangat beragam dan tentunya memerlukan manajemen

    dan koordinasi yang tidak sederhana.

    E. Teori Keluarga

    Keluarga batih terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang

    belum menikah. Lazimnya dikatakan, bahwa keluarga batih merupakan

    unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Sebab, di samping

    keluarga batih terdapat pula unit-unit pergaulan lainnya, misalnya,

    keluarga luas (“extended family”), komunitas (“community”) dan lain

    sebagainya (Seokanto, 2009: 22).

    1. Fungsi-fungsi keluarga

    Dengan demikian, maka suatu keluarga pada dasarnya

    mempunyai fungsi-fungsi, sebagai berikut:

    a) Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan

    seksual yang sayogya.

    b) Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses di

    mana anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan

    pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati dan

    menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang berlaku.

    c) Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan-

    kebutuhan ekonomis.

    d) Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya

    mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan

    perkembangan jiwanya.

    F. Ketahanan Keluarga

    Menurut Walsh dalam (Saefullah, dkk, Jurnal SPH,2, 2018: 120)

    Ketahanan keluarga atau resiliensi keluarga merupakan kemampuan

  • 34

    setiap keluarga dalam bertahan menghadapi kesulitan kemudian

    beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu

    bangkit kembali. Bahkan menjadi kuat setelah mengalami krisis. Ada

    tiga proses kunci dalam resiliensi keluarga yaitu; Pertama, sistem

    keyakinan keluarga (family belief system) yaitu kemampuan keluarga

    memaknai suatu kesulitan, dan memandang positif kesulitan tersebut

    sebagai suatu peluang, serta optimis terhadap masa depan dengan

    bersandar terhadap keyakinan kepada Tuhan (transenden &

    spiritualitas).

    Kedua, pola organisasi (organization pattern) yaitu kemampuan

    keluarga dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam

    keluarganya (fleksibel) dan adanya keterhubungan yang baik dalam

    keluarga, serta mampu mengolah sumberdaya sosial ekonomi yang

    dimiliki keluarga untuk menjadi lebih resilien.

    Ketiga , proses komunikasi (communication processes) yaitu adanya

    kemampuan keluarga memberikan kejelasan terhadap permasalahan

    yang dihadapi dan keluarga mampu berbagai perasaan, emosi yang

    positif dan berempati terhadap satu sama lain, serta mampu

    memecahkan masalah tersebut secara kolaboratif.

    G. Kebijakan-kebijakan dan Program Keluarga di Indonesia

    a) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga

    Selama lebih dari dua dasa warsa, pemerintah telah

    melaksanakan pemberdayaan perempuan yang hasilnya terlihat dari

    adanya peningkatan peran dan kedudukan perempuan di berbagai

    bidang kehidupan. Guna meningkatkan kualitas SDM perempuan

    Indonesia dan mewujudkan kemitrasejajaran antara laki-laki dan

    perempuan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa

  • 35

    dan bernegara, pemerintah telah membentuk program dan sarana

    yang membantu; salah satunya adalah organisasi pemberdayaan dan

    kesejahteraan keluarga (PKK) di seluruh wilayah indonesia.

    Organisasi ini telah diakui oleh masyarakat, bahkan pada tahun

    2007 mendapat penghargaan dari beberapa lembaga internasional

    (WHO, Unicef, Unesco, dan sebagainya) karena melalui 10

    program pokok PKK telah melibatkan perempuan (dan laki-laki)

    dalam upaya mewujudkan keluarga yang sejahtera, maju dan

    mandiri.

    Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi

    Daerah Nomor 53 tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan Dan

    Kesejahteraan Keluarga. PKK mempunyai 10 program kerja yang

    merefleksikan kebutuhan dasar manusia Indonesia, yaitu: 1)

    penghayatan dan pengamalan pancasila, 2) gotong royong, 3)

    pangan, 4) sandang, 5) perumahan dan tatalaksana rumahtangga, 6)

    pendidikan dan keterampilan, 7) kesehatan, 8) pengembangan

    kehidupan berkoperasi, 9) kelestarian lingkungan hidup, 10)

    perencanaan sehat (Aslichati, Jurnal Organisasi dan Manajemen, 1,

    2011: 1-2).

    b) Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

    Menurut Kemenkes (2017), Program Indonesia Sehat

    merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 nawacita, yaitu

    meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sasaran ini sesuai

    dengan sasaran pokok RP JMN 2015-2019, yaitu (1) meningkatkan

    status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatkan

    pengendalian penyakit, (3) meningkatkan akses dan mutu pelayanan

    kesehatan dasar dan rujukan terutama daerah terpencil tertinggal

    dan perbatasan, (4) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan

  • 36

    universal melalui kartu Indonesia sehat dan kualitas pengelolaan

    SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat

    dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan

    Konsep pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas

    untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan

    mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah

    kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya

    melenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainka

    juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah

    kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaa

    program Indonesia sehat. Pendekatan keluarga yang di maksud

    dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari

    kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya

    perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). (Kemenkes RI,

    www.depkes.go.id, akses 15 juli 2019)

    c) Program Keluarga Berencana (KB)

    Keluarga berencana dalam pengertian sederhana adalah

    merujuk kepada penggunaan kontrasepsi oleh suami atas

    persetujuan bersama, untuk mengatur kesuburan dengan tujuan

    untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan

    ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul

    tanggungjawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi

    hal-hal sebagai berikut (1) menjarangkan anak untuk

    memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak;

    (2) pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman; (3)

    mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga,

    melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan

    pemeliharaan anak.

    http://www.depkes.go.id/

  • 37

    Di masa orde baru, yakni era 1970-an hingga dekade 1990-an,

    program keluarga berencana menjadi program pokok pemerintah,

    bahkan mutlak. Pada waktu itu, megara tampak begitu gencar

    menekan laju pertumbuhan penduduk. Dalihhnya adalah

    pembangunan (developmentalisme). Atas nama pembangunan,

    negara berkepentingan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.

    Pemerintah sukses menjalankan program yang dimulai sejak

    1970-an itu. Kesuksesan indonesia dalam melaksanakan program

    KB menjadi isu internasional, sehingga banyak negara lain yang

    berguru tentang bagaimana penanganan program ini secara baik.

    Tidak sampai di situ, bahkan indonesia mendapat kehormatan

    sebagai tuan rumah Konferensi Nasional Keluarga Berencana

    (International Conference of Family Planning) di jakarta pada

    Tahun 1981. Dalam even tersebut PBB memberikan penghargaan

    kepada indonesia sebagai negara yang paling sukses dalam program

    KB selama bertahun-tahun (Rohim, Jurnal Ilmu syariah dan

    hukum, 2, 2016: 49-50).

    d) Hari Keluarga Nasional XXV Tahun 2018 : Cinta Keluarga, Cinta

    Terencana

    Kemenkes (2018) melalui keputusan Presiden RI Nomor 39

    tahun 2014 tanggal 29 Juni ditetapkan sebagai hari Keluarga

    Nasional (Harganas). Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan

    pada seluruh masyarakat indonesia akan pentingnya keluarga

    sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara.

    Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan

    serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam

    menghadapi persoalan yang terjadi. Keluarga sebagai soko guru

  • 38

    bangsa, keluarga sebagai wadah utama dan pertama membina anak-

    anak.

    Konsep pendekatan keluarga yang digunakan yakni : Keluarga

    Berkumpul (meluangkan waktu tanpa disibukkan dengan gawai

    (gadget), televisi, atau alat elektronik lainnya), keluarga berinteraksi

    (meluangkan waktu berkumpul dan saling bercengkrama, serta

    saling bertukar pengalaman dengan komunikasi yang lebih

    berkualitas), keluarga berdaya (keluarga mampu memanfaatkan

    potensi yang dimilikinya untuk membuat diri dan keluarganya tidak

    bergantung pada pihak lain) serta, keluarga peduli dan berbagi

    (keluarga yang mampu dan lebih beruntung mempunyai kepedulian

    dan keinginan untuk berbagi dan menolong orang lain). (Kemenkes

    RI, www.depkes.go.id, akses 26 juli 2019)

    H. Lembaga-lembaga Negara Terkait Keluarga

    a) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

    BKKBN telah dikenal secara internasional akan kapasitas dan

    kemampuannya untuk melaksanakan mobilisasi masyarakat dan

    kegiatan penyebaran informasi melalui penyuluhan dan konseling.

    BKKN bertanggungjawab melakukan koordinasi semua aktifitas

    yang berhubungan dengan KB, baik yang dilakukan oleh lembaga

    pemerintah maupun yang non pemerintah. Namun dalam

    perjalanannya, tugas coordinator berkembang mejadi pelaksana.

    Selain itu pada tahun 1990-an, BKKBN melebarkan programnya

    dengan memasukkan kegiatan peningkatan kesejahteraan keluarga

    ke dalam programnya. Perluasan wewenang ini menimbulkan

    ketegangan dengan instansi lain, khususnya dengan kementrian

    kesehatan yang dalam pelaksanaannya memberikan pelayanan alat

    kontrasepsi kepada masyarakat bersikap apatis karena

    http://www.depkes.go.id/

  • 39

    tanggungjawab dan dana yang masuk untuk KB di monopoli

    BKKBN. Sebagai akibatnya usaha untuk meningkatkan kualitas

    pelayanan KB kurang mendapat perhatian.

    Sementara itu BKKBN mengalami perubahan dari instansi

    vertical menjadi otonomi berdasarkan Keppres Nomor 30 Tahun

    2003. Menunjukkan kondisi pada aal desentralisasi program KB

    sebagian besar (70,7 persen) BKKBN yang ada di kabupatenkota

    tersebut digabungkan dengan dinas/badan dari berbagai sektor yang

    ada di dareah (Fatoni, Astuti, dkk, jurnal Kependudukan Indonesia,

    1, 2015: 71).

    b) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)

    Kemensos (2010) Lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga

    yang selanjutnya disebut LK3 adalah suatu lembaga atau organisasi

    yang memberikan pelayanan konseling, konsultasi,

    pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi, dan

    pemberdayaan bagi keluarga secara profesional, termasuk merujuk

    sasaran ke lembaga pelayanan lain yang benar-benar mampu

    memecahkan masalahnya secara intensif. Tujuan dibentuknya LK3

    adalah memelihara dan memperkuat kehidupan keluarga yang

    harmonis agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal.

    Sasaran LK3 meliputi individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan

    masyarakat yang membutuhkan informasi dan konsultasi untuk

    mengatasi masalah sosial psikologis keluarga dan meningkatkan

    kesejahteraan sosial keluarga (Kemensos, Nomor 84/HUK/2010.

    Bphn.go.id)

  • 40

    I. Program Keluarga Harapan (PKH)

    Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah melaksanakan

    Program Keluarga Harapan. Program serupa telah dilaksanakan dan

    cukup berhasil di beberapa negara yang dikenal dengan Conditional

    Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program Keluarga

    Harapan lebih dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem

    perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Berdasarkan

    pengalaman negara-negara lain, program serupa sangat bermanfaat

    terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis. Namun tujuan dari

    PKH untuk mengentaskan kemiskinan itu sendiri merupakan harapan

    jangka panjang yang ingin dicapai.

    Program keluarga harapan adalah program yang memberikan

    bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai

    imbalannya. RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait

    dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu

    pendiidkan dan kesehatan. sebenarnya Program Keluarga Harapan

    sendiri memiliki tujuan umum untuk meningkatkan aksebilitas terhadap

    pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam

    mendukung tercapainya kualitas hidup keluarga miskin. Program

    Keluarga Harapan diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran

    keluarga miskin dalam jangka pendek serta memutus rantai kemiskinan

    dalam jangka panjang. Sebab peningkatan kualitas kesehatan,

    pendidikan dan terpeliharanya tarap penghidupan masyarakat akan

    memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mampu meningkatkan

    kualitas dirinya.

    Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Mulai tahun 2012 basis

    bantuan PKH diarahkan pada Keluarga Sangat Miskin (KSM) yaitu

    ayah, ibu dan anak. Perubahan ini untuk mengakomodasikan prinsip

  • 41

    bahwa keluarga adalah satu unit yang sangat relavan dengan

    peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

    Proses dari program keluarga harapan tidak mempertimbangkan

    permasalahan yang dialami oleh setiap individu. Analisis masalah yang

    dilakukan tidak mengerucut pada kebutuhan sebenarnya, hal ini terlihat

    pada program keluarga harapan, di mana program ini berlangsung

    bergerak pada bidang pendidikan dan kesehatan tanpa mengetahui

    permasalahan yang dialami individu (Suleman, Resnawaty, Jurnal Riset

    &PKM, 1, 2017: 90-91).

    J. Model-Model Pemberdayaan Keluarga

    1. Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Nelayan Miskin Melalui

    Penerapan Teknologi Tepat Guna Terpadu

    Perempuan nelayan sebagai asset pembangunan yang sangat

    potensial mengalami beberapa kendala dalam pembangunannya,

    antara rendahnyatingkat pendidikan keterampilan. Gambaran umum

    kemiskinan nelayan telah ditunjukkan dari hasil penelitian Mubyarto

    et. Al dalam seongkono (2002) yang menyiratkan, bahwa kemiskinan

    nelayanan memang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks.

    Dengan ribuan pulau dan bentangan laut yang luas, fenomena

    kemiskinan nelayan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari kebijakan

    pembangunan pedesaan, tetapi perlu dipikirkan adalah bagaimana

    kebijakan yang harus ditempuh untuk memberdayakan perekonomian

    komunitas nelayan.

    Perumusan model pemberdayaan masyarakat dimulai dengan

    mengidentifikasi potensi dan pengembangan usaha ekonomi

    masyarakat nelayan, sosialisasi program, pembentukan kelompok

  • 42

    sasaran, menyusun modul usaha pengelolaan ikan, uji coba modul,

    sampai dengan implementasi modul buku teknologi tepat guna

    terpadu pengelolaan ikan pasca tangkap. Model pemberdayaan

    perempuan nelayan miskin dikembangkan melalui tiga konsep dasar

    pengembangan, yakni : Community Development, Pre-Business

    Development, Dan Business Development.

    Program pemberdayaan masyarakat yang efektif dan efesien

    harus dilakukan dengan merubah konsep pemberdayaan dari Top-

    Down menjadi Bottom-Up. Hal ini disebabkan karena konsep

    Buttom-Up, cenderung mensamaratakan masing-masing wilayah

    sasaran kegiatan, tanpa melakukan identifikasi potensi yang ada di

    wilayah sasaran. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam

    pemberdayaan dan pembangunan, para nelayan ini harus diakomodir

    dalam satu wadah yang disebut kelompok perempuan sasaran

    program. Kelompok perempuan nelayan ini dibentuk pada sosialisasi

    kegiatan FGD (Focus Group Discussion). (Widodo, dkk. Jurnal

    ekonomi, 1, 2011: 15)

    2. Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin Terintegrasi

    Dengan Wirausaha Produk Ikan

    Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial laten yang

    memerlukan penanganan yang berkelanjutan. Hal ini terkait dengan

    upaya pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan selama ini

    belum mampu mengurai secara tuntas bahkan gejalanya semakin

    meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih

    dihadapi bangsa Indonesia. Mengatasi masalah kemiskinan tidak

    hanyan memberdayakan ekonomi keluarga, namun tetap

    memperhatikan dimensi lain yang bersifat nonekonomi. Seperti aspek

  • 43

    soft skill antara lain menghilangkan rasa apatis dan rasa tak berdaya,

    menumbuhkan semangat kewirausahaan, komitmen, dan membangun

    tim kerja sebagai net working.

    Keadaan tersebut perlu penanganan yang holistic melalui

    pendidikan nonformal untuk menjadikan sumber daya manusia

    sebagai asset atau modal bagi modal bagi keluarga dan masyarakat.

    SDM adalah aset yang tidak bernilai, dapat dilipatgandakan, dan

    dikembangkan, bukan sebagai beban atau biaya.

    Karenanya, kleuarga nelayan secara ekonomi dikembangkan

    potensinya agar pendapatannya meningkat dan secara mental harus

    dikuatkan soft skill-nya agar muncul jiwa wirausaha yang tangguh.

    Langkah-langkah tersebut meliputi pengembangan kemampuan

    ataupun mendorong produktivitas melalui peningkatan keterampilan

    usaha yang secara terintegrasi dikembangkan soft skill agar menjadi

    pendorong atau kekuatan diri meraih kemajuan yang berkelanjutan.

    Mereka harus dilibatkan dalam keseluruhan proses penanggulangan

    mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, hingga

    pengambilan keputusan. Dengan ini partisipasi aktif secara self

    direction akan sangat menentukankeberhasilan pemberdayaan

    ekonomi keluarga miskin. Secara aktif mereka berusaha menolong

    diri mereka sendiri dan secara lebih baik (empowering), dan berubah

    sebagai agen pembaruan komunitas mereka.

    Program dalam memberdayakan masyarakat miskin melalui

    pendidikan kewirausahaan produk ikan. Kepada para peserta

    pelatihan diajarkan teori kewirausahaan yang mencakup : sikap

    personal dan sosial wirausaha, manajerial usaha kecil, kemampuan

    berpikir logis, keterampilan berwirausaha, dan keterampilan produksi

    olahan makanan berbasis ikan selanjutnya berdampak pada

  • 44

    peningkatan penghasilan warga. Setelah pelatihan, peserta dibimbing

    untuk menjalankan usaha produktif yang dikehendakinya serta

    dilakukan pendampingan sosial yang mencakup : (1) Stimulasi

    permodalan ; (2) Pembentukan kelompok sebagai mekanisme

    kelembagaan untuk mengorganisasi dan melaksanakan kegiatan

    pengembangan masyarakat di desa atau kelurahan mereka; (3)

    Memotivasi kelompok untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan

    pendapatan; dan (4) Pengembangan jaringan kerjasama.

    Pengembangan model pemberdayaan keluarga miskin dimulai

    dengan tahapan perencanaan (design), yaitu merencanakan tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai yang selanjutnya menjadi dasar

    dalam pengembangan instruksional. Tahap selanjutnya adalah

    menyusun rancangan model serta instrument penelitian. Model

    diwujudkan dalam bentuk buku panduan yang dilengkapi dengan

    perangkat, yakni kurikulum, job sheet, dan hand out.

    Buku panduan model pemberdayaan keluarga miskin berisikan

    komponen sebagai berikut (1) Teori pendukung yang mendasari

    pengembangan model pemberdayaan keluarga miskin. Pada bagian

    ini dikembangkan teori pemberdayaan yang berkaitan dengan

    pendidikan untuk orang dewasa atau andragogi. Konsep lain adalah

    konsep pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan; (2) Gambaran

    aktivitas pemberdayaan melalui pembelajaran kewirausahaan untuk

    keluarga miskin dengan pendekatan andragogi; dan (3) Tahapan

    pemberdayaan keluarga miskin yang berupa pendidikan dan pelatihan

    yang mencakup rencana pelatihan, persiapan pelatihan, pelaksanaan

    pelatihan, penutupan pelatihan, pemantauan, dan evaluasi pelatihan.

    (Marwanti, dkk. Jurnal penelitian. 2, 2014: 169)

  • 45

    3. Model Pemberdayaan Keluarga Dengan Pendekatan Improvement

    Dan Berbasis Masalah Psikososial Anak dari Keluarga Miskin

    Upaya mengatasi masalah psikososial anak miskin menjadi

    sangat miskin penting. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbasis

    keluarga, atau disebut juga dengan model pendekatan family based.

    Melalui model ini penanganan masalah kemiskinan dilakukan dengan

    pemberdayaan keluarga melalui berbagai metode, antara lain

    pemberian modal usaha, memberikan pendidikan berupa pengetahuan

    tentang keberfungsian keluarga, sehingga keluargalah yang baktif

    membina anak dalam menghadapi masalahnya.

    Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi

    tumbuh kembangnya anak. Anak akan berkembang optimal apabila

    mereka mendapatkan stimulasi yang baik dari keluarga. Keluarga

    memiliki fungsi sosial yaitu : mencari nafkah, memberi pendidikan,

    memberi perlindungan dan bermasyarakat.

    Pelaksanaan pemberdayaan keluarga dirancang dengan

    pendekatan improvement, yaitu pemberdayaan yang

    mengintegrasikan aktifitasnya dalam aktivitas sosial yang sudah ada.

    Dalam rancangan terseb