PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN...

167
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: DWIKI HANDIKA 11120540000031 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/1440 H  

Transcript of PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN...

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA

KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU

KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun oleh:

DWIKI HANDIKA

11120540000031

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019/1440 H

 

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1

(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam hal penulisan telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Juni 2019

Penulis

Dwiki Handika

 

 

 

i

ABSTRAK

Dwiki Handika

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan

Ekowisata di Desa Karangsong Kecamatan Indramayu

Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.

Ekowisata yang berada di Desa Karangsong Kecamatan

Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat telah

diresmikan menjadi pantai berkonsep ekowisata pada 15 Juni

2015. Bahkan salah satu desa yang memiliki potensi alam dan

budaya yang besar. Potensi ekowisata tidaklah terlepas dari

campur tangan pihak pengelola yaitu KSM Pantai Lestari sebagai

inisiator dalam rangka mewujudkan Desa Karangsong sebagai

desa yang terkenal dengan ekowisatanya, yang diminati oleh

wisatawan dalam negeri. Potensi alam dan budaya yang dimiliki

oleh Desa Karangsong memberikan dampak positif bagi

pembukaan lapangan pekerjaan baru dan peningkatan

kesejahteraan ekonomi warga setempat.

Penelitian ini bermaksud mengetahui bentuk

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata dan

dampak yang diperoleh bagi masyarakat Desa Karangsong.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Data

dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ditemukan terkait dengan bentuk-

bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

ekowisata:1. Penyadaran ekologis. 2. Menguatkan kelembagaan

melalu peningkatan kapasitas sumber daya manusia. 3.

Membangun kemitraan. 4. Evaluasi. Dampaknya, terbentuknya

struktur perekonomian baru bagi masyarakat Desa Karangsong,

koservasi lingkungan di pesisir pantai Desa Karangsong dapat

terjaga serta KSM Pantai Lestari mendapatkan tambahan

ekonomi dari hasil pengelolaan ekowisata hutan mangrove.

Pemberdayaan, Ekowisata, dan Dampak

 

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat

Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan Hidayah-Nya

penyusunan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Pengembangan Ekowisata di Desa Karangsong

Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa

Barat” dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman

kejahiliyahan menjadi zaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini

banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan,

kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT

sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku

pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,

motivasi, arahan dan saran saran yang sangat berharga kepada

penulis selama menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan

dengan penuh sadar dan ketulusan pula kepada:

1. Kedua orang tua penulis tercinta almarhum Bapak Darsono

Wamir dan Ibu Arwati, yang selalu tulus dan ikhlas

mendoakan penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan

skripsi ini. Semoga setiap doa dan pengorbanan mendapat

 

iii

balasan berlipat dari Allah SWT. Amiin. Kakak Putri Dwi

Asih dan Ketiga adik saya yang selalu membuat saya

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini Lisa, Akbar dan

Hibnu.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak

Dr.Suparto, M.Ed,Ph.D. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik

Dr. Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noer, Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan Drs. Cecep Sastra Wijaya M.A.

3. Bapak Muhtadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari M.Si

sebagai Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si sebagai Pembimbing Akademik

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menjalankan perkuliahan.

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan fasilitas berupa buku-buku dan referensi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. Para pengurus KSM Pantai Lestari Pak Ali, Pak Eka, Pak

Makrus, Pak Carita dan Pak Dulloh yang mau menerima saya

untuk melakukan penelitian di Desa Karangsong.

 

iv

7. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam (PMI) angkatan 2012, Diqu Zarobi Alfadia, Imam

Ramadhan, Aden, Iqbal Salis, Labib, Faisal Amin dan kaka

kelas adik kelas semuanya yang telah banyak memberikan

semangat, dukungan, masukan dan motivasi selama dalam

perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman Komunitas Lentera Huma Berhati, Khairul

Anam, Zuyin Arwani, Lilis Oktaviani, Ariane Sarah,

Muhamad Firdaus, Diyaurahman, Nurfikriansyah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan

yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan

penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ciputat, 13 Februari 2019

Penulis

Dwiki Handika

 

i

 

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................... vi

DAFTAR TABEL ....................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Fokus dan Perumusan Masalah ........................................... 8

1. Fokus Masalah ......................................................... 8

2. Perumusan Masalah ................................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 9

1. Tujuan Penelitian ..................................................... 9

2. Manfaat Penelitian ................................................. 10

D. Metodologi Penelitian ....................................................... 10

1. Pendekatan Penelitian ............................................ 10

2. Jenis dan Sumber Data .......................................... 12

3. Teknik Pengumpulan Data .................................... 13

4. Teknik Analisis Data ............................................. 14

5. Lokasi dan Tempat Penelitian ............................... 14

 

vii

6. Pedoman Penulisan ................................................ 19

E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 19

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 22

BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................. 23

A. Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 23

1. Tujuan Pemberdayaan ........................................... 26

2. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan .............................. 27

3. Indikator Pemberdayaan Masyarakat .................... 30

4. Pemberdayaan Lingkungan ................................... 32

B. Metode dan Partisipasi ...................................................... 32

1. Metode Pemberdayaan .......................................... 34

2. Partisipasi ............................................................. 37

C. Ekowisata .......................................................................... 38

1. Pengertian Ekowisata ............................................ 38

2. Konsep Dasar Ekowisata ....................................... 39

3. Prinsip Ekowisata .................................................. 40

4. Dampak Ekowisata ................................................ 42

5. Hubungan Ekowisata dengan Pemberdayaan

Masyarakat ............................................................ 44

6. Keberhasilan Ekowisata dalam Pemberdayaan ..... 46

BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...................... 49

A. Profil Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari ...... 49

 

viii

1. Sejarah ................................................................... 49

2. Visi Misi dan tujuan .............................................. 50

3. Profil KSM Pantai Lestari ..................................... 51

4. Struktur Organisasi KSM Pantai Lestari ............... 52

5. Keuangan KSM Pantai Lestari .............................. 55

6. Mitra KSM Pantai Lestari .................................... 56

7. Jenis Usaha Produktif Ksm Pantai Lestari ............ 57

8. Kegiatan/Program KSM Pantai Lestari ................ 57

B. Gambaran Umum Desa Karangsong ................................ 59

1. Sejarah Desa Karangsong ...................................... 59

2. Letak Geografis Desa Karangsong ........................ 60

3. Pembagian Wilyah Desa Karangsong ................... 62

4. Kependudukan ....................................................... 62

5. Mata Pencaharian Masyarakat ............................... 63

6. Pendidikan ............................................................. 64

7. Keagamaan ............................................................ 66

8. Kesehatan .............................................................. 68

9. Sumber Daya Kelembagaan .................................. 68

10. Potensi Alam Desa Karangsong ............................ 69

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ............. 71

A. Analisis Bentuk Pemberdayaan Masyarakat melalui

Pengembangan Ekowisata.. ............................................... 72

B. Dampak Pemberdayaan Berbasis Ekowisata .................... 91

 

ix

BAB V PENUTUP ..................................................................... 99

A. Kesimpulan ........................................................................ 99

B. Saran .................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Informan Penelitian ...................................................... 15

Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Karangsong ............................. 63

Tabel 3 Mata Pencaharian Masyarakat ....................................... 64

Tabel 4 Tingkat Pendidikan ....................................................... 65

Tabel 5 Sarana Pendidikan .......................................................... 66

Tabel 6 Agama Warga Desa Karangsong .................................. 67

Tabel 7 Sarana Ibadah ................................................................. 67

Tabel 8 Sarana Kesehatan ........................................................... 68

Tabel 9 Data Penghasilan Masyarakat ........................................ 77

Tabel 10 Perbandingan Desa Karangsong ................................. 96

 

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Para Pengurus KSM Pantai Lestari ........................... 53

Gambar 2 Peta Desa Karangsong ................................................ 61

 

vi

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang

terbesar di dunia, dengan sekitar 17.508 buah pulau yang

membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat

sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan.

Luas daratan negara Indonesia mencapai 1,9 km2 dan luas

perairan laut tercatat sekitar 7,9 km2. Lebih lanjut negara

Indonesia mempunyai panjang garis panati sekitar 81.791 km,

mengingat perairan pantai atau pesisir merupakan perairan

yang sangat produktif, maka panjangnya pantai Indonesia

merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar

untuk pembangunan ekonomi negeri ini (Supriharyono,

2000:1). Disamping itu negara Indonesia juga dikenal sebagai

Negara majemuk yang kaya akan keberagaman suku, budaya,

agama, maupun sejarah. Kedua potensi tersebut menjadi

modal utama bangsa Indonesia untuk lepas landas menuju

Negara maju dan keluar dari zona kemiskinan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pada

bulan September 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk

dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis

Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,51 juta orang (11,13

persen), berkurang sebesar 0,08 juta orang dibandingkan

dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 28,59 juta orang

(11,22 persen). Sedangkan, jumlah penduduk miskin di

 

2

provinsi jawa barat pada september sebanyak 4.485.654 orang

kalau dibandingkan dengan maret 2015 jumlah penduduk

miskin mengalami kenaikan sebesar 49.955 orang atau 1,13

persen, karena jumlah penduduk miskin di maret 2015

sebanyak 4.435.699 orang. Merujuk dari data survei Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) bahwa kabupaten Indramayu

penyumbang angka kemiskinan tertinggi kedua di Jawa Barat

(https://jabar.bps.go.id).

Kemiskinan di Indonesia terlihat jelas pada masyarakat

perdesaan dan pesisir. Ketika membaca angka kemiskinan di

Indonesia maka masyarakat desa dan pesisir juga merupakan

bagian dari kelompok yang terhitung keadaan ini didukung

oleh berbagai temuan penelitian yang mengemukakan adanya

masalah social yang masih sulit dipecahkan pada masyarakat

pesisir dan perdesaan. Paling tidak ada tiga ciri khas

masyarakat pesisir dan perdesaan yang sering dikemukakan

oleh banyak orang. Cirri kahas pertama adalah kekurangan

(kemiskinan), cirri khas kedua keterbelakangan, dan cirri khas

ketiga adalah kekumuhan (Zubaaedi, 2001:12).

Dengan kesadaran inilah, pemberdayaan harus menjadi

tujuan program pengembangan masyarakat dan dijadikan

sebagai strategi untuk pembangunan di Indonesia. Secara

umum comunity development dapat didefinisikan sebagai

pengembangan masyarkat yang diarahkan untuk

memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi

sosial, ekonomi dan budaya yang lebih baik (Diana, 1997:15).

 

3

Mas’eod mendefinisikan pemberdayaan sebagai upaya

untuk memberikan daya (empowerment) atau penguatan

kepada masyarakat (Onny, 1996:24). Sehingga masyarakat

ditempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan

kualitas kehidupan dan kesejahteraan lebih baik. Kemudian

dapat mengubah ciri khas-ciri khas negatif yang melekat pada

masyarakat desa dan pesisir tadi menjadi cirri khas yang lebih

positif seperti kemiskinan berganti dengan kesejahteraan,

keterbelakangan menjadi terdepan dan kekumuhan menjadi

keteraturan serta keindahan. Pengembangan potensi potensi

lain di masyarakat sangat diperlukan untuk menaikan taraf

hidup masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan potensi

tersebut adalah pengembangan wilayah wisata (Pemikiran

Guru Besar Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara:236).

Kekayaan alam dan keberagaman bangsa Indonesia

menyimpan banyak potensi sekaligus peluang berharga untuk

membangun kepariwisataan Indonesia agar lebih bergairah

dimata dunia serta memiliki karakteristik berdasarkan

kearifan lokal. Oleh karena itu pemerintah memiliki peranan

penting dalam menggali potensi dan membuat kebijakan

terhadap pengembangan kepariwisataan sehingga masyarakat

lokal tergugah kesadarannya untuk menggali potensi dan

bergerak membangun desa maupun kota masing masing.

Menurut Oka A Yati prospek industri pariwisata sangat

besar dan mengembirakan mengingat pariswisata dianggap

sebagai “penyelamat”, “primadona” penghasil devisa bagi

negara. Disamping itu, pertumbuhan sector pariwisata

 

4

mencapai 15 persen setiap tahunnya, sehingga pariwisata

mampu mempercepat pemerataan pembangunan daerah

urban, meningkatkan hasil kesenian dan kebudayaan,

memperluas pasar produk industry kecil ke dunia

internasional(Oka A, Yati, 2008:2).

Menurut Mubyarto sewaktu menjabat sebagai asisten

pemerintahan di BAPPENAS pada tahun 1993 mengatakan

bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang terbukti

mampu mengentaskan kemiskinan pada suatu daerah.

Pembangunan industri pariwisata yang mampu mengentaskan

kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai

trickle down effect bagi masyarakat setempat (Yati, 2008:15).

Kepedulian dan komitmen, serta peran pemerintah

dalam upaya pemberdayaan masyarakat telah diatur dan

tertuang dalam UU No. 10 tahun 2009 pengganti UU No. 9

tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa

dampak yang diakibatkan dari pengembangan kepariwisataan

berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat, penguranagan

angka kemiskinan dan pengangguran, serta pelestarian

lingkungan.

Definisi pariwisata atau tourism memiliki ruang lingkup

dan kegiatan yang luas, setidaknya meliputi lima jenis

kegiatan meliputi wisata bahari (beach and tourism), wisata

pedesaan (rural and argo tourism), wisata alam (natural

tourism), wisata budaya (cultural tourism), atau perjalanan

bisnis (businnes travel). Posisi ekowisata (ecotourism)

memang agak unik, berpijak pada tiga kaki sekaligus, yakni

 

5

wisata pedesaan, wisata alam dan wisata budaya. Menurut the

International Ecotourism Society (TIES), ekowisata adalah

kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional,

terlatih dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor

usaha ekonomi yang mempertimbangkan warisan budaya,

partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-

upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan (Iwan

Nugroho 2012, 329).

Secara konseptual, ekowisata dapat didefinisikan

sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan

yang bertujuan untuk mendukung upaya pelestarian

lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan

manfaat ekonomi pada masyarakat dan pemerintah setempat

(Anonim, 2003:30).

Sebagai upaya nyata pemerintah pada tahun 2011,

menteri kebudayaan dan pariwisata, Jero wacik

mencanangkan Wonderful Indonesia. sebagai upaya

mempromosikan destinasi wisata Indonesia kepada

wisatawan mancanegara maupun lokal tahun kunjungan

tersebut mampu menarik wisatawan mancanegara maupun

lokal untuk berwisata di Indonesia.

Sejak adanya kebijakan tentang kepariwisataan itulah

pengembangan pariwisata di desa desa mulai bermunculan

salah satunya adalah kabupaten Indramayu dengan luas

wilayah 2.040.11km terdiri atas 31 kecamatan yang dibagi

 

6

atas sejumlah 313 desa dan kelurahan

(http://pusdalisbang.jabarprov.go.id).

Banyak masyarakat menganggap kabupaten Indramyu

ialah kabupaten miskin rawan kekurangan dan tidak banyak

memiliki tempat wisata khas. Namun, seiring perkembangan

pembangunan kabupaten tersebut ternyata mempunyai

potensi besar bagi pengembangan kegiatan pariwisata dan

pangan.

Potensi hasil laut dan wisata sangat serta terbuka untuk

dikembangkan, daya tarik wisata merupakan perpaduan

antara kekayaan alam, kebudayaan tradisional dan cara hidup

masyarakatnya. Kabupaten Indramayu telah mampu

menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan dengan

beberapa kebijakan yang telah diambil, salah satu kebijakan

Pemkab Indramayu di bidang kepariwisataan ialah

pengembangan destinasi pariwisata di pantai karangsong atau

desa karangsong yang terkenal dengan ekowisata hutan

mangrove.

Sejak adanya kunjungan Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar ketika membuka Ka-

rangsong Mangrove Festival di Desa Karangsong, Indra-

mayu, 14 Juni 2015 terkait Persoalan mangrove merupakan

isu lingkungan yang sangat penting. Karena itu setelah

mempelajari persoalannya, Menteri LHK menetapkan

kawasan hutan Karangsong sebagai sentra pengembangan

mangrove wilayah Indonesia bagian barat

(www.pertamina.com). Memberikan dampak yang positif

 

7

Terbukti objek wisata hutan mangrove telah ramai didatangi

wisatawan dalam negeri pada saat itu. Sehingga perlu

penguatan antara pengelola dan masyarakat setempat untuk

menjaga dan melestarikan objek wisata tersebut.

Ekowisata yang berada di desa karangsong kecamatan

Indramayu kabupaten Indramayu telah provinsi jawa barat

diresmikan menjadi pantai berkonsep ekowisata pada 15 Juni

2015. Bahkan merupakan salah satu desa yang memiliki

potensi alam dan budaya yang besar. Potensi tidaklah terlepas

dari campur tangan pihak pengelola sebagai inisiator dalam

rangka mewujudkan desa karangsong sebagai desa yang

terkenal dengan ekowisatanya, yang diminati oleh wisatawan

dalam negeri. Selain lokasinya alami dan asri ekowisata di

desa karangsong dikelola oleh Kelompok Swadaya

Masyarakat Pantai Lestari.

Potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh desa

karangsong memberikan dampak positif bagi pembukaan

lapangan pekerjaan baru dan peningkatan kesejahteraan

ekonomi warga setempat. dimana sebelum adanya

pembukaan ekowisata yang berada di desa karangsong

masyarakat hanya mengandalkan mata pencaharian tani dan

nelayan kecil, namun sekarang banyak warga yang

mendirikan warung berjualan makanan khas, menawarkan

kerajinan tangan dan jasa ojek perahu disekitar lokasi wisata.

Disamping itu, bapak-bapak maupun pemuda diberdayakan

sebagai pengelola dan pemandu wisata.

 

8

Hal tersebut menunjukan kegiatan pemberdayaan

masyarakat melalui pengembangan ekowisata telah dilakukan

oleh masyarakat lokal. Dalam hal ini ialah Kelompok

Swadaya Masyarakat Pantai Lestari yang telah dianggap

mampu mengangkat potensi lokal ke kancah nasional,

sehingga saya tertarik mengadakan penelitian di desa

karangsong yang terkenal dengan ekowisatanya.

Dengan mempertimbangkan potensi, serangkaian

aktivitas pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

ekowisata. Maka saya tertarik untuk belajar dan melakukan

penelitian tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pengembangan Ekowisata di Desa Karangsong.

B. Fokus dan Rumusan Masalah

1. Fokus Masalah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam

latar belakang masalah, penulis memfokuskan penelitian

pada pengembangan ekowisata hutan mangrove yang

dikelola masyarakat lokal yang dilakukan oleh

Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari.

Untuk fokus dalam penelitian, selain membatasi

masalah diperlukan membuat sebuah rumusan masalah.

Dalam membuat sebuah rumusan masalah, pertama-tama

perlu dibedakan antara perumusan masalah dengan

pertanyaan penelitian, perumusan masalah bisa dalam

bentuk pernyataan atau pertanyaan, sedangkan

pertanyaan penelitian selalu dalam bentuk pertanyaan

(Saputra, 2012:190).

 

9

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti akan

mengambil rumusan masalah sebagai berikut

a. Bagaimanakah bentuk pemberdayaan masyarakat

melalui pengembangan ekowisata di Desa

Karangsong?

b. Apa dampak pemberdayaan berbasis ekowisata

tersebut untuk masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu

masalah tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan

penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan

dicapai dalam penelitian menurut misi ilmiah. Adapun

tujuan penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kegiatan

pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

ekowisata.

b. Mendeskripsikan dampak yang dirasakan oleh

warga sekitar dengan adanya ekowisata.

2. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat.

Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis:

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk memberikan sumbangan terhadap

khasanah keilmuan pemberdayaan masyarakat

melalui pengembangan ekowisata.

 

10

2) Memberikan konstribusi atau sumbangan

pemikiran kepada akademisi Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam yang concern

dalam penggalian potensi dan pemberdayaan

masyarakat lokal.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan

dalam penelitianya untuk meningkatkan daya, kritis

dan analisis peneliti sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan acuan dalam praktek pemberdayaan

masyarakat.

D. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme (kebenaran yang nyata) realistas yang

ada dalam kenyataan yang berjalan sesuai hukum alam,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah instrumen kunci, pengambilan sampel

sumber data yang dilakukan proposive dan snowball,

teknik pengumpulan dengan triangulasi /gabungan,

analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

generalisasi (Sugiyono 2001,14). Metode kualitatif

berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang

 

11

mengutamakan penghayatan. Metodelogi berusaha

memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa

interaksi pelaku manusia dalam situasi tertentu

prespektif peneliti sendiri (Usmani dan Akbar, 2008:78).

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kualitatif, sebagai peniliti lapangan yang bemaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

subyek penelitian (pemerintah, pengelola, masyarakat),

misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain

sebagainya dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk

kata-kata bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Surakhmad, 1982:141).

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang

bertujuan untuk menjelaskan bentuk bentuk kegiatan

pemberdayaan masyarakat (community empowerment)

yang dilakukan oleh pengelola dalam hal ini kelompok

pantai lestari melalui pengembangan ekowisata

kemudian dampaknya terhadap masyarakat sekitar.

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena

permasalahan penuh makna, holistik, kompleks dan

dinamis, sehingga peneliti mampu memahami situasi

sosial secara mendalam (Bungin, 2007,68).

2. Jenis dan Sumber Data

Data akan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari objek penelitian atau data yang

 

12

diperoleh langsung dari informan. Sumber data

dapat berupa benda, situs, ataupun manusia. Peneliti

mewancarai langsung informan yaitu ketua dan

anggota pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat

Pantai Lestari yang berkontribusi pada pengelolaan

ekowisata, serta masyarakat terutama yang berada

di sekitar ekowisata.

b. Data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak

langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya

diambil dari dokumen dokumen (laporan, karya

tulis orang lain, koran, majalah), atau seseorang

mendapat informasi dari orang lain (Prasetya 1999,

57).

3. Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan

data yang baik, peneliti menggunakan tiga teknik

pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan

studi dokumen.

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap

suatu objek yang diteliti baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian

(Djam’an dan Komariah 2013,105).

Metode observasi adalah pengamatan

secara langsung dengan menggunakan seluruh

panca indra (melihat, mendengar dan merasakan)

 

13

dan pencatatan secara sistematis gejala gejala yang

terjadi dilapangan penelitian (Indriati 2001,16).

Manfaat observasi menurut Guba dan

Lincoln seperti dikutip oleh imam gunawan dalam

bukunya, sebagai berikut:

1) Pengamatan merupakan pengalaman langsung,

dan pengalaman langsung dinilai merupakan

alat yang ampuh untuk memperoleh

kebenaran.

2) Dengan pengamatan, dimungkinkan melihat

dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian sebagaimana yang

sebenarnya.

3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat

peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan

yang relevan maupun pengetahuan yang

diperoleh dari data.

4) Sering terjadi keragu-raguan pada peneliti

terhadap informasi yang diperoleh yang

dikarenakan kekhawatiran adanya bias atau

penyimpangan. Jalan terbaik untuk

menghilangkan keragu-raguan tersebut

biasanya peneliti memanfaatkan pengamatan.

5) Pengamatan memungkinkan peneliti mampu

memahami situasi-situasi yang rumit.

6) Kasus-kasus tertentu ketika teknik komunikasi

lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan

 

14

menjad alat yang sangat bermanfaat (Imam

2013, 144).

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan

data yang sering digunakan dalam penelitian

kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti

melakukan interaksi komunikasi atau percakapan

antara pewawancara (interviewer) dan

terwawancara (interviewee) dengan maksud

menghimpun informasi dari interviewee (Djaam

dan Santori 2013, 129).

Wawancara adalah suatu metode yang

digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

peneliti mendapatkan keterangan secara lisan

dengan seseorang sasaran penelitian (responden)

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan

orang tersebut (face to face) (Sulistyaningsih

2012,136). Keuntungan wawancara adalah

dimungkinkannya penggalian yang mendalam

terhadap informasi yang dibutuhkan dari

responden (Sonny 2004,71).

Adapun yang menjadi informan pada

penelitian ini adalah :

 

15

Tabel. 1 Informan Penelitian

N0 Informan Nama Informasi yang

ingin diketahui

Jumlah Teknik

Pengumpulan

Data

1 Pengurus KSM

Pantai Lestari

Bidang

Pemberdayaan

Pak

Dulloh

Pola dan strategi

memberdayakan

masyarakat di

wilayah sekitar

KSM Pantai

Lestari.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

2 Pengurus KSM

Pantai Lestari

Bidang

Penghijauan

Pak Eka Kegiatan

pemberdayaan

edukasi ekowisata

di lingkungan

pantai Karangsong.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

3 Ketua KSM

Pantai Lestari

Pak Ali

Sadikin

Mengetahui

sejarah, biografi

dan sejarah

perjuangan

berdirinya KSM

Pantai Lestari.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

4 Sekertaris KSM

Pantai Lestari

Pak Carita Mengetahui

adminstrasi dan

jejak dokumentasi

KSM Pantai

Lestari

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

5 Bendahara KSM

Pantai Lestari

Makhrus Mengetahui

sumber pendanaan

dan pengelolaan

lembaga KSM

Pantai Lestari.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

6 Aktivis

Lingkungan

Pak Ony Dampak dan

Peluang dari

adanya

pengembangan

ekowisata

mangrove.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

 

16

7 Masyarakat Pak

Cariman

Dampak dari

adanya

pemberdayaan

ekowisata

mangrove.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

8 Masyarakat

Sekitar

Bu

Rasinah

Dampak dari

adanya

pemberdayaan

ekowisata

mangrove.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

9 Masyarakat

Sekitar

Bu

Warinah

Dampak dari

adanya

pemberdayaan

ekowisata

mangrove.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

10 Masyarakat

Sekitar

Arya Dampak dari

adanya

pemberdayaan

ekowisata

mangrove.

1 Wawancara,

dokumentasi dan

Observasi

Kelebihan dari teknik pengumpulan data

dengan wawancara adalah :

1) Metode ini tidak akan menemui kesulitan

meskipun respondennya buta huruf sekalipun,

atau pada lapisan masyarakat manapun, karna

alat utamanya adalah bahasa verbal.

2) Karena keluwesan dan fleksibelitasnya ini,

maka wawancara dapat dipakai sebagai

verifikasi data, terhadap data yang diperoleh

dengan cara observasi ataupun angket.

 

17

3) kecuali untuk menggali informasi, sekaligus

dipakai untuk mengadakan observasi terhadap

perilaku pribadi.

4) Merupakan suatu teknik yang efektif untuk

menggali gejala-gejala psikis, terutama yang

berada di bawah sadar.

5) Dari pengalaman para peneliti, metode ini

sangat cocok untuk digunakan di dalam

pengumpulan data social (Sulistyaningsih 2012,

138).

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah Satu metode

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk

mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek

melalui media tertulis dan dokumen lainnya yang

ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan (Haris 2010, 143).

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan

dalam bahan yang berbentuk dokumentasi,

biasanya berbentuk surat-surat, catatan harian,

laporan, artefak, foto dan sebagainya (Imam 2013,

175).

 

18

4. Teknik Analisis Data

Data kualitatif harus dianalisis dengan cara

membaca baris demi baris, diberi kode dan dicari inti

sari dari data (Prasetya (Jakarta 1999, 99). Adapun

anilisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uaraian dasar sehingga dapat menentukan tema dan

dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data. Analisis data bermaksud

mengorganisasikan data, di antaranya mengatur,

mengurutkan, mengelompokan, memberi kode dan

mengkategorikan (Adang Rukhiyat, dkk 2003, 55). Pada

tahap ini peneliti menggabungkan hasil wawancara,

observasi, dokumen dokumen selama di lapangan.

Setelah melakukan abstraksi data disusun dengan tema-

tema kemudian dilanjutkan penafsiran sebagai hasil

temuan sementara (Parker 2008, 192).

5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Karangsong

Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu Provinsi

Jawa Barat. Adapun waktu penelitian berlangsung

selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari hingga bulan

April 2019.

6. Pedoman Penulisan

Untuk pedoman dalam penulisan dan penyusunan

skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta

 

19

yang diterbitkan oleh CeQDA (Center of Quality

Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

E. Tinjauan pustaka

Terdapat dua karya ilmiah (skripsi) yang penulis jadikan

sebagai bahan peninjauan pustaka, diamana kedua skripsi

tersebut penulis anggap sebagai bahan refrensi yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan penulis angkat.

Skripsi yang penulis baca tidak menutup kemungkinan

memiliki kesamaan dari teori dan metedeologi. Hal tersebut

sama sekali tidak kesengajaan penulis disebabkan oleh

keterbatasan refrensi penulis. Tinjauan pustaka ini ialah untuk

melihat dan membandingkan pembahasan penulis lakukan

dengan penelitian lainnya. Yakni diantaranya :

Pertama, Skripsi yang berjudul Pemberdayaan

Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata studi kasus

Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui,

Kabupaten Lampung, Provinsi Lampung. Disusun oleh Dian

Ekowati A14201025 program studi Komunikasi dan

Pengembangan masyarakat fakultas pertanian IPB. Meskipun

judul penelitian yang hampir sama, terdapat perbedaan antara

skripsi dian ekowati dengan penulis yakni skripsi dian

ekowati menjelaskan bagaimana faktor-faktor pendukung dan

penghambat yang dimiliki pekon pahmungon saling

berhubungan dalam pengembangan ekowisata dan fokus pada

sisi pengembangan kapasitas masyarakat sehingga mampu

 

20

menjadi bagian pengembangan ekowisata serta strategi

pemberdayaaan dalam pengembangan ekowisata. Sedangkan

penulis akan menekankan pada sejarah dan latar belakang

munculnya ekowisata dan bentuk-bentuk pemberdayaan

masyarakat serta dampak sosial dan budaya, ekonomi

terhadap masyarakat, yang menjadi perbedaan lain adalah

lokasi penelitian.

Kedua, Skripsi yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat

Berbasis Pariwisata pada Dusun Tradisional Sasak Sade

Lombok NTB. Disusun oleh Zaenudin Amrulloh 10230056

jurusan PMI, fakultas dakwah UIN sunan kalijaga

Yogyakarta. Zaenudin amrulloh membahas mengenai potensi

pariwisata dusun tradisional susuk sade dalam menjadi dusun

pariwisata. Dan fokus pada proses berkembangnya warga

dusun tradisional sasak sade yang menjadi tempat pariwisata

di Lombok NTB serta hasil dari pengembangan masyarakat

berbasis pariwisata.

Ketiga, Skrispsi yang berjudul Dakwah Ecodevelopment,

Studi Gerakan Mensejahterakan Hidup Anda dan Keluarga Di

Koperasi Maestro, Kelurahan Bakti Jaya, Kec.Setu Pamulang,

Kota Tangerang Selatan. Disusun oleh Zuyin Arwani

1112054000020 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Zuyin menjelaskan

bagaimana koperasi memetakan persoalan ekologi dengan

membuat suatu strategi pemberdayaan berbasis dengan nilai-

nilai islam.

 

21

Keempat, Skrispsi yang berjudul Implementasi Tahapan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Community

Development Zona Madina Dompet Dhuafa di Desa

Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Disusun

oleh Nurdin Araniri 1112054000010 Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Nurdin Araniri menjelaskan bagaimana tahapan

pemberdayaan dan implentasi program yang dilakukan oleh

Zona Madina Dompet Dhuafa Bogor, selain itu Nurdin juga

menjelaskan dengan detail persoalan proses awal, akhir

proses hingga masyarakat mampu berdiri sendiri.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan hasil penelitian, peneliti menyusun

sistematika penulisan yang bertujuan untuk memudahkan

pemahaman mengenai penelitian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bagian I ini terdiri dari enam sub bab yang

terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Pada Bagaian II akan membahas kerangka teori

yang meliputi beberapa pengertian dan penjelasan

mengenai; pertama, pemberdayaan Masyarakat

kedua, metode dan teknik pemberdayaan, ketiga,

ekowisata.

 

22

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada Bagian III akan diuraikan mengenai

gambaran umum KSM Pantai Lestari serta Desa

Karangsong yang dikenal dengan ekowista hutan

mangrove.

BAB IV ANALISIS HASIL LAPANGAN

Pada BAB IV ini akan dipaparkan mengenai

temuan lapang, bentuk-bentuk pemberdayaan

dalam pengembangan ekowisata, dan dampak

sosial budaya serta ekonomi terhadap masyarakat.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian serta

saran- saran penelitian yang menyangkut jawaban

dari perumusan masalah.

 

23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan

(empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau

keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan

dengan konsep mengenai kekuasaan. Pemberdayaan

memiliki arti dan pengertian yang sangat luas. Banyak

ilmuan yang memberikan pendapatnya tentang pengertian

dari pemeberdayaan. Selain penegertian diatas tersebut

Penulis mencoba mendefinisikan pemeberdayaan

masyarakat atau sering juga disebut pengembangan

masyarakat (community development) menurut beberapa

ahli yang kredibel diantaranya sebagai berikut:

Menurut Jim Ife pemeberdayaan artinya memberikan

sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan

kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka

dalam menentukan masa depannya sendiri dan

berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan

masyarakatnya (Zubaedi 2007, 98).

Menurut Sumodiningrat seperti dikutip oleh Syamsir

Salam dan Amir Fadhilah pemberdayaan adalah

meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam kerangka pembangunan nasional, upaya

pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sudut

 

24

pandang : pertama, penciptaan suasana atau iklim yang

memungkinkan masyarakat berkembang; kedua,

peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun

melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan

sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial, serta

pembangunan kelembagaan di daerah; ketiga, perlindungan

melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah

persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan

yang saling menguntungkan (Syamsir dan Amir 2008, 235).

2. Tujuan Pemberdayaan

Menurut catatan Ife dalam bukunya Miftachul huda

disebutkan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk

meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok

masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged).

“Empowerment aims to increase the power of the

disadvantaged” tulis ife, berdasarkan pernyataan ini,

pemberdayaan pada dasarnya menyangkut dua kata kunci,

yakni Kekuasaan dan Kekurang beruntungan (Miftachul

2009, 272).

a. Kekuasaan

Realitas yang terjadi di masyarakat, antara satu

kelompok dengan kelompok masyarakat lain sering

terjadi kompetisi yang tidak menguntungkan,

kelompok masyarakat yang kaya cenderung

mempunyai kekuatan absolut. Elit politik yang

menguasai jalannya pemerintahan menciptakan relasi

yang tidak seimbang, sehingga pemberdayaan harus

 

25

membuka dan mendorong akses yang terbuka agar

tidak terjadi dominasi

b. Kekurang beruntungan

Lemahnya kekuatan yang dimiliki salah satu

kelompok masyarakat menyebabkan mereka menjadi

kurang beruntung. Sehingga pemberdayaan

diharapkan mampu menangani masyarakat yang

kurang beruntung akibat dari faktor struktural, kultural

dan personal.

Oleh karena itu saya berpandangan bahwa hakikat

pemberdayaan ialah mendorong kekuatan masyarakat untuk

membuka akses yang seluas luasnya agar tidak terjadi

monopoli dan dominasi kekuasaan sehingga kelompok

masyarakat mampu memanfaatkan potensi maupun sumber

daya yang dimiliki untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kemandirian.

3. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan

Pemberdayaan harus dilakukakan terus menerus,

komprehensif dan simultan sampai ambang batas

tercapainya keseimbangan yang dinamis anatara pemerintah

dan semua segmen yang diperintah. menurut Ndraha

diperlukan berbagai program pemberdayaan diantaranya

(Ndraha 2003, 132):

a. Pemberdayaan politik, yang bertujuan

meningkatkan daya tawar (bargaining position)

yang diperintah terhadap pemerintah. Bargaining

dimaksudkan agar yang diperintah mendapatkan

 

26

apa yang merupakan haknya dalam bentuk

barang, jasa, layanan dan kepedulian tanpa

merugikan pihak lain.

b. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukan sebagai

upaya meningkatkan kemampuan yang

diperintah sebagai konsumen agar dapat

berfungsi sebagai penanggung dari dampak

negative pertumbuhan, pembayar resiko salah

urus pemikul beban pembangunan, kegagalan

program dan akibat kerusakan lingkungan

c. Pemberdayaan sosial budaya, bertujuan

meningkatkan kemampuan sumber daya

manusia melalui human investment guna

meningkatkan nilai manusia (human dignity),

penggunaan (human utilization) dan perlakuan

yang adil terhadap manusia.

d. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai

program perawatan dan pelestarian lingkungan,

agar pihak yang diperintah dan lingkungannya

mampu beradaptasi secara kondusif dan saling

menguntungkan.

Dari berbagai konsep pemberdayaan masyarakat,

maka secara umum kegiatan kegiatan pemberdayaan

masyarakat dapat dikelompokan dalam beberapa kegiatan,

yaitu (Mardi 2000, 7-10) :

 

27

a. Bantuan modal

Salah satu aspek yang dihadapi oleh masyarakat

yang tidak berdaya adalah pemodalan. Tidak adanya

modal membuat masyarakat tidak mampu berbuat

sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.

Pemberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi

menjadi faktor yang penting yang harus dilakukan.

Dalam konteks ini ada dua hal penting yang harus

dicermati, yaitu pertama, lemahnya ekonomi

masyarakat ini bukan hanya terjadi pada masyarakat

yang memiliki usaha, tetapi juga masyarakat yang

tidak mempunyai faktor produksi atau masyarakat

yang bergantung pada gaji. Dalam pemberdayaan

aspek ini, nampaknya pemberdayaan masyarakat ini

perlu dipikirkan bersama. Kedua, perlunya

mencermati usaha pemberdayaan masyarakat melalui

aspek permodalan ini adalah,

1) Bagaimana pemberian bantuan modal ini

tidak menimbulkan ketergantungan

masyarakat;

2) Bagaimana pemecahan aspek modal ini

dilakukakan melalui penciptaan sistem

yang kondusif baru melalui usaha mikro,

kecil dan menengah untuk mndapatkan

akses dilembaga keuangan;

 

28

3) Bagaimana skema penggunaan atau

kebijakan pengalokasian modal ini tidak

terjebak pada perekonomian subsistem.

b. Bantuan pembangunan prasarana.

Usaha untuk mendorong masyarakat berdaya,

maka perlu ada sebuah bantuan untuk pembangunan

prasarana. Prasarana di tengah-tengah masyarakat

yang tidak berdaya akan mendorong mereka menggali

potensi yang dimilikinya dan mempermudah mereka

melakukan aktifitasnya.

c. Bantuan pendampingan.

Pendampingan masyarakat memang perlu dan

penting, tugas utama pendamping adalah

memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi

mediator untuk masyarakat.

d. Kelembagaan.

Keberadaan sebuah lembaga atau organisasi

ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu

aspek penting untuk menciptakan keberdayaan.

Adanya lembaga akan mempermudah masyarakat

untuk berkordinasi, selain mereka dilatih untuk hidup

tertib. Fungsi lembaga tersebut memfasilitasi

masyarakat dan memberikan kemudahan dalam

melakukan akses-akses yang diinginkan seperti

permodalan, media musyawarah dan lain sebagainya.

 

29

4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu dari bentuk keberdayaan masyarakat dapat

dilihat dari kemampuan individu yang senyawa dalam

masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang

bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar

anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentu

memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan

masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan

suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang

dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan

(Mardikanto dan Soebiato 2015, 52).

Menurut Mardikanto (2015) fungsi indikator

keberdayaan masyarakat adalah agar para fasilitator

mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, sehingga

ketika pendampingan sosial diberikan, segenap upaya

dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari

penerima manfaat perubahan yang perlu dioptimalkan

(Mardikanto dan Soebiato 2015, 289).

5. Pemberdayaan Lingkungan

Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada disekitarnya. Baik benda hidup atau mati, benda nyata

ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana

yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen

elemen alam tersebut.

Pemberdayaan diperlukan mengingat kesadaran

masyarakat terhadap lingkungan bisa dikatakan masih

rendah. Lingkungan dianggap sebagai persoalan, sementara

 

30

krisis lingkungan terjadi dimana mana yang kemudian

disusul bencana lingkungan yang sering merenggut banyak

nyawa manusia. lingkungan tidak lagi dieksploitasi demi

kemakmuran ekonomi. Pemberdayaan bergantung konteks

dan objek sasaran yang diberdayakan tetapi harus mengacu

pada sebuah tujuan, yaitu perubahan sikap dan perilaku

manusia agar membangun interaksi harmonis dengan

lingkungan.

Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai

program perawatan dan pelestarian lingkungan, agar pihak

yang diperintah dan lingkungannya mampu beradaptasi

secara kondusif dan saling menguntungkan. Berikut model-

model pemberdayaan lingkungan sebagai berikut (Rachmat

2012, 235):

a. Membangun kesadaran ekologis

Satu persoalan mendasar yang menjadi penyebab

tidak terpeliharanya lingkungan di masyarakat. Model

pemberdayaan yang tepat dalam membangun

kesadaran lingkungan yaitu pendidikan lingkungan

dan penegakan aturan main untuk perusak perusak

sumber daya alam. Sosialisasi nilai nilai ekologi

dalam masyarakat akan menjadi bekal yang baik

dalam mengikutsertakan semua pihak dalam program

program peduli lingkungan.

b. Membangun dan menguatkan kelembagaan lokal

Model pemeberdayaan ini, yaitu dengan cara

menguatkan kelembagaan lokal yang sebelumnya

 

31

telah ada dan berkembang di masyarakat. Seperti

organisasi organisasi komunitas yang telah dibentuk

masyarakat untuk pengelolaan sumber daya alam

tertentu. Agen agen pemberdaya harus terlibat dalam

pembentukan kapasitas (capacity building) pada

kelembagan, langkah ini dimaksudkan agar

vouluntaristic organization ini betul-betul berdaya.

c. Membangun kemitraan

Kemitraan bisa ditempuh sebagai bagian

pemberdayaan, sebab seringkali sumber daya alam

tersedia, ketika berurusan dengan sumber dana dan

sistem teknologi yang menopang pengelolaan itu tidak

tersedia, kemudian langkah yang diperlukan yaitu

menghadirkan sumber daya baru itu yang biasanya

berasal dari luarv komunitas. Logika paling sederhana

kemitraan menyatakan bahwa pekerjaan yang

dilakukan bersama sama akan lebih efektif dan

efesien.

d. Perlawanan sebagai bentuk pemberdayaan

Pada konteks pengelolaan sumber daya alam

atau perubahan lingkungan, masyarakat sering

terpinggirkan atau sebagai korban perubahan

perubahan lingkungan. Dalam hal ini perlawanan

dalam pemberdayaan adalah suatu inisiatif yang tinggi

dalam tatanan masyarakat yang peduli akan

pentingnya menjaga lingkungannya sehingga menolak

 

32

apabila adanya oknum yang berani mencemari

lingkungan.

B. Metode Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

1. Metode Pemberdayaan

Metode merupakan suatu kerangka kerja untuk

menyusun suatu tindakan atau suatu kerangka berpikir,

menyusun gagasan yang beraturan, berarah dan berkonteks

yang berkaitan dengan maksud dan tujuan. Dengan

demikian, tepatlah jika Kang dan Song menyimpulkan

bahwa tidak adanya suatu metode yang efektif untuk

diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan

masyarakat. Bahkan menurutnya, banyak dalam kasus,

kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan

dengan mennerapkan beragam metode sekaligus yang

saling menunjang dan melengkapi.

Soesmono berpendapat bahwa (Totok dan Poerwoko

2012,61): “didalam setiap pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat, setiap fasilitator harus memahami dan mampu

memilih metode pemberdayaan paling baik sebagi suatu

cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan pemberdayaan

masyarakat yang dilaksanakannya” Didalam praktek

pemberdayaan masyarakat, terdapat beragam metode

pemberdayaan masyarakat “partisipatif” yang diterapkan

sebagai panduan untuk pelaksanaannya salah satunya yaitu

PLA (Participatory Learning and Action), atau proses

belajar dan praktik secara partisipatif.

 

33

PLA merupakan bentuk baru dari metode

pemberdayaan masyarakat yang dahulu dikenal sebagai

“learning by doing” atau belajar sambil berkerja secara

singkat PLA merupakan metode pemebrdayaan masyarakat

yang terdiri dari proses belajar melalui ceramah, curah

pendapat, diskusi dan lain sebagainya yang membahas

tentang suatu topik seperti: persemaian, pengelolaan,

perlindungan dan lainnya. Yang segera setelah diikuti

dengan aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi

pemberdayaan masyarakat tersebut. Melalui kegiatan PLA,

akan diperoleh beragam manfaat berupa (Mardikanto dan

Soebianto 2012, 197): segala sesuatu yang tidak mungkin

dijawab oleh “orang luar”.

1. Masyarakat setempat memperoleh banyak

pengetahuan yang berbasis pada pengalaman

yang dibentuk dari lingkungan kehidupan

mereka yang kompleks.

2. Masyarakat akan melihat bahwa mereka lebih

mampu untuk mengemukakan masalah dan

solusi yang tepat dibandingkan dengan orang

luar.

3. Melalui PLA, orang luar dapat memainkan peran

penghubung antar masyarakat setempat dengan

lembaga lain yang diperlukan. Disamping itu,

mereka dapat menawarkan keahlian tanpa harus

memaksakan kehendaknya.

 

34

Terkait dengan hal itu, sebagai belajar metode

partisipatif, PLA memiliki prinsip sebagai berikut:

1. PLA, merupakan proses belajar secara

berkelompok yang dilakukan oleh semua

pemangku kepentingan (stakeholders) secara

interaktif dalam suatu proses analisis bersama.

2. Multi prespective, yang mencerminkan beragam

interprestasi pemecahan masalah riil, yang

dilakukan oleh para pihak yang beragam dan

berbeda pandangannya.

3. Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak

yang dilibatkan.

4. Difasilitasi oleh ahli dan stakeholders (bukan

anggota kelompok belajar ) yang bertindak

sebagai katalisator dan fasilitator dalam

pengambil keputusan, jika diperlukan mereka

meneruskannya kepada pengambil keputusan.

5. Pemimpin perubahan, dalam arti bahwa keputusan

yang diambil melalui PLA akan dijadikan acuan

bagi perubahan-perubahan yang akan

dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

2. Partispasi Masyarakat

Partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana

seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh

inisiatif pembangunan. Pembangunan yang berpartisipatif

(Participatory Development) adalah proses yang melibatkan

secara aktif dalam seluruh dalam seluruh keputusan

 

35

subtansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka

(Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi Badan Hukum

Milik Negara 2000, 57). Partisipasi warga masyarakat

dalam melaksanakan gerakan pembangunan (program

pemberdayaan) harus selalu ditumbuhkan didorong dan

dikembangkan secara bertahap, ajeg, dan berkelanjutan.

Jiwa pasrtisipasi warga masyarakat tersebut adalah

semangat solidaritas sosial yaitu hubungan sosial yang

selalu didasarkan pada perasaan moral bersama,

kepercayaan bersama dan cita cita bersama (Kusnaka &

Harry 2004, 24).

Soetomo (2013) berpendapat partisipasi adalah

keterlibatan dalam keseluruhan proses pembangunan mulai

dari pengambilan keputusan, identifikasi masalah dan

perencanaan program serta dalam evaluasi dan penikmatan

hasil.

Karena konsep partisipasi dalam perkembangannya

memiliki makna yang luas dan memiliki arti yang berbeda

beda, bahkan apapun yang disebut partisipasi maka untuk

memudahkan memaknainya dapat digunakan tingkatan

partisipasi. Menurut Prety, J.,1995, ada tujuh tipologi

partisipasi, yang berturut-turut semakin dekat kepada

bentuk yang ideal, yaitu (Nanih dan Agus 2013, 45-46):

a. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan

bentuk partisipasi yang paling lemah.

Karakteristiknya adalah masyarakat menerima

pemberitahuan apa yang sedang dan telah

 

36

terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana

proyek tidak memperhatikan tanggapan

masyarakat sebagai sasaran program. Informasi

yang dipertukarkan terbatas pada kalangan

profesional diluar kelompok sasaran belaka.

b. Partisipasi informatif. Disini masyarakat hanya

menjawab pertanyaan pertanyaan untuk proyek,

namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan

mempengaruhi pross keputusan. Akurasi hasil

studi tdiak dibahas bersama masyarakat.

c. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi

dengan cara berkonsultasi, sedangkan orang luar

mendengarkan, serta menganalisis masalah dan

pemecahannya. Dalam pola ini belum ada

peluang untuk pembuatan keputusan bersama.

Para profesional tidak berkewajiban untuk

mengajukan pandangan masyarakat (sebagai

masukan) untuk ditindak lanjuti.

d. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan

korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan

insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan

dalam proses pembelajaran atau eksperimen

yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil

untuk melanjutkan kegiatan kegiatan setelah

insentif dihentikan.

e. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk

kelompok sebagai bagian dari proyek, setelah

 

37

ada keputusan keputusan utama yang disepakati.

Pada tahap awal. Masyarakat tergantung pada

pihak luar, tetapi secara bertahap kemudian

menunjukan kemandiriannya.

f. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam

proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan

pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola

ini cenderung melibatkan metode interdisipliner

yang mencari keragaman prespektif dalam

proses belajar yang terstruktur dan sistematis.

Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol

atas pelaksanaan keputusan keputusan mereka

sehingga memiliki andil dalam keseluruhan

proses kegiatan.

g. Mandiri (self mobilization). Masyarakat

mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak

dipengaruhi pihak luar) untuk merubah sisitem

atau nilai nilai yang mereka junjung. Mereka

mengembangkan kontak dengan lembaga

lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan

dukungan teknis serta sumberdaya yang

diperlukan. Yang terpenting masyarakat juga

memgang kendali atas pemanfaatan sumber daya

yang ada atau digunakan.

 

38

C. Ekowisata

1. Pengertian Ekowisata

Sektor pariwisata saat ini menjadi harapan bagi negara

Indonesia untuk meningkatkan devisa pembangunan negara.

Demikian pula pada sektor lingkungan, ekowisata dapat

menjadi kegiatan yang dapat membantu memulihkan dan

melestarikan lingkungan. Serta dapat mengembalikan peran

masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ada

beberapa definisi yang sering dipakai dalam mengartikan

ekowisata namun peneliti lebih tertarik dengan pendapat

Oka A. Yoeti yang mengartikan ekowisata merupakan

cabang dari pariwisata sendiri.

“... perjalanan yang dilakukan berkali kali atau dari

suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris

disebut dengan kata tour sedangkan dalam pengertian

jamak, kata kepariwisataan dapat digunakan kata tourisme

atau tourism (Oka 1996, 112).

Masyarakat Ekowisata International mengartikan

ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung

jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Janianton

dan Helmut 2006, 37).

Pada awalnya ekowisata didefinisikan sebagi suatu

wisata yang membutuhkan tanggung jawab terhadap

kelestarian alam, serta memberi manfaat secara ekonomi

dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyrakat

setempat. Definisi ini menekankan pada pentingnya gerakan

konservasi (Ambo 2011, 28).

 

39

Definisi terbaru dari ekowisata adalah wisata berbasis

pada alam dengan menyertakan aspek pendidikan dan

interprestasi terhadap lingkungan alami dan budaya

masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis (Ambo

2011, 28).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi ekowisata

adalah perjalanan yang dilakukan untuk wisata alam namun

tetap bertanggung jawab terhadap lingkungan dan

mempunyai prinsip untuk pembangunan berkelanjutan.

2. Konsep Dasar Ekowisata

Menurut From, terdapat tiga konsep dasar tentang

ekowisata. Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan

alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

Kegiatan ekowisata tidak mengorbankan flora dan fauna,

tidak mengubah tipografi lahan dan lingkungan. Kedua,

prinsip wisata ini yaitu semua hal menyangkut akomodasi,

makanan yang ditawarkan, penggunaan jasa pemandu

wisata sebaiknya diserahkan kepada masyarakat sekitar agar

memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat sekitar.

Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada

lingkungan alam dan budaya lokal. Wisatawan tidak

menuntut masyarakat lokal agar menciptakan pertunjukan

dan hiburan akan tetapi mendorong mereka agar diberi

peluang untuk menyaksikan upacara dan pertunjukan yang

sudah dimiliki masyarakat setempat (Damanik dan Weber

2006,38).

 

40

Menurut Tuwo dalam bukunya pengelolaan

ekowisata, konsep ekowisata dimaksudkan untuk beberapa

hal. Pertama, menyelesaikan atau menghindari konflik

dalam pemanfaatan dengan penetapan ketentuan dalam

berwisata. Kedua, melindungi sumber daya alam dan

budaya. Ketiga, dapat menghasilkan keuntungan dalam

bidang ekonomi masyarakat lokal (Tuwo 2011, 32).

3. Prinsip Ekowisata

Identifikasi beberapa prinsip ekowisata menurut TIES

(2000) yang dikutip oleh damanik dan weber. Pertama,

ekowisata dapat mengurangi dampak negatif berupa

kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal

akibat kegiatan wisata. Kedua, membangun kesadaran dan

penghargaan atas lingkungan dan budaya destinasi wisata,

baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku

wisata lainnya. Ketiga, menawarkan pengalamn positif bagi

wistawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya

yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau

konservasi. Keempat, memberikan keuntungan finansial

secara langsung bagi keperluan konservasi melalui

konstribusi atau penegeluaran ekstra wisatawan. Kelima,

memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan

masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang

mengedepankan nilai nilai lokal. Keenam, meningkatkan

kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di

daerah tujuan wisata. Ketujuh, menghormati hak asasi

manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan

 

41

kebebasan pada wisatawan dan masyarakat lokal untuk

mnikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta

tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama

dalam transaksi wisata (Yati 1996,54).

Menurut The International Ecoturism Society yang

dikutip oleh Damanik dan Weber, terdapat bebrapa kriteria

yang menjadi bahan pertimbangan wisatawan dalam

memilih produk-produk ekowisata. Pertama, dari segi

aspek pendidikan dan informasi. Wisatawan biasanya

mempelajari dahulu latar belakang sosial dan budaya

masyarakat di daerah tujuan sebelum mereka memilih

daerah tujuan wisata itu. Kedua, aspek sosial dan budaya

daerah tujuan wisata. Wisatawan menaruh perhatian besar

pada budaya di daerah tujuan menjadi salah satu daya tarik

yang diperhitungkan. Ketiga, aspek lingkungan yang

alamiah pada produk wisata menjdi incaran. Keempat,

aspek estetika. Keindahan dan otentitas objek wisata

merupakan kebutuhan yang elementer dalam berwisata.

Kelima, spek estetika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya

dan daya tarik menjadi kriteria pilihan berwisata, namun

wisatawan sangat peduli pada etika kebijakan dan

pengelolaan lingkungan. Mereka melakukan penilaian pada

tour operator penyedia jasa, apakah industri pariwisata

tersebut memiliki kebijakan yang mendukung konservasi

lingkungan dan budaya lokal (Arif 2013,264).

 

42

4. Dampak Ekowisata

Ekowisata dapat membawa bermacam macam

dampak. Oleh karenanya peneliti memetakan kepada 2

dampak:

a. Dampak Internal.

Dampak positif yang dapat dirasakan dari

kegiatan ekowisata dapat berupa peningkatan

penghasilan dan devisa negara, tersedianya

kesempatan kerja baru, berkembangnya usaha usaha

baru, meningkatknya kesadaran masyarakat dan

wisatawan tentang pentingnya konservasi sumber

daya alam, peningkatan partisipasi masyarakat dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal (Tuwo

2011,33).

Kemudian manfaat lain dari kegiatan ekowisata

juga dapat berupa meningkatnya nilai ekonomi

sumber daya ekosistem, meningkatnya upaya

pelestarian lingkungan, meningkatnya keuntungan

langsung atau tidak langsung dari para stakeholders,

terbangunnya konstituensi untuk konservasi secara

lokal, nasional dan internasional, meningkatnya

promosi penggunaan sumber daya alam secara

berkelanjutan, serta berkurangnya ancaman terhadap

keanekaragaman hayati yang ada di obyek wisata

(Arif 2013, 33).

 

43

b. Dampak Eksternal

Dampak khusus ini dari ekowisata yaitu dampak

sosial dan budaya ekowisata berupa perkembangan

ekonomi dapat berpengaruh terhadap struktur sosial

dan aspek budaya dari masyarakat lokal. Hal ini

terjadi karena adanya pertemuan budaya antara

wisatawan dan masyarakat lokal yang kemudian

menghasilkan perkawinan budaya namun dampak

yang lebih parah yaitu terjadinya penjajahan budaya

apabila budaya pendatang lebih berpengaruh terhadap

budaya lokal.

c. Dampak Nasional,

Dari ekowisata yaitu dampak terhadap

lingkungan pengembangan ekowista dapat

mendatangkan dampak positif berupa meningkatnya

upaya reservasi sumber daya alam, pembangunan

taman nasional perlindungan pantai serta

mempertahankan hutan mangrove. Namun di sisi lain

pengelolaan kegiatan ekowisata yang kurang tepat

dapat menimbulkan dampak negatif berupa polusi,

kerusakan lingkungan, pemanfaatan berlebihan dan

pembangunan fasilitas tanpa memperhatikan kondisi

lingkungan. Oleh karena itu diperlukan perangkat

kebijakan dalam menata kegiatan ekowisata agar

dapat memberikan efek positif yang besar dan

terhindar dari dampak negatif (Tuwo 2011,34) .

 

44

5. Hubungan Ekowisata dengan Pengembangan

Masyarakat.

Ekowisata merupakan usaha keras yang unik sebagai

ragam jalan upaya menuju konservasi. Ekowisata

merupakan pendekatan inovatif terhadapa kegiatan

konservasi yang berkelanjutan dan menguntungkan dengan

menggabungkan ide konservasi dan wisata. Definisi

ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh organisasi The

International Ecoutourism Society pada tahun 1990, yaitu

sutau bentuk perjalanan wista ke area alami yang dilakukan

dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan

kehidupan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat

setempat (Fredinan & Handoko 2011,5).

United Nation Environmetal Program (UNEP) tahun

2001 mewajibkan kegiatan ekowisata harus mengandung

beberapa komponen sebagai berikut: 1) mampu

berkontribusi dalam kegiatan konservasi dan menjaga

keaneka ragaman hayati. 2) adanya peningkatan

kesejahteraan penduduk setempat. 3) wisatawan yang

datang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. 4)

partisipasi masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam

kegiatan wisata yang dikembangkan. Pembangunan

ekowisata yang berorientasi lingkungan akan lebih terjamin

dalam upaya melestarikan alam dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan

ekowisata adalah sebuah kegiatan yang tidak

mengeksploitasi alam, namun menggunakan alam dan

 

45

masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan kepuasan

kepada wisatawan. Pengembangan ekowisata akan

memberdayakan masyarakat lokal melalui kegiatan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang ditimbulkan

oleh aktivitas ekowisata (Yulianda & Susanti 2011,7).

Pengembangan masyarakat adalah salah satu metode

pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki

kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-

sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada

prinsip partisipasi sosial. prinsip pengembangan masyarakat

yang menjadi acuan dasar dalam pengembangan masyarakat

yaitu :

a. Prinsip ekologis yaitu prinsip yang

mengkolaborasikan pembangunan manusia dan

fisik yang bersifat. Sustainability dan

memperhatikan keseimbangan alam dan

kelangsungan keanekaragaman hayati.

b. Prinsip justice menyatakan bahwa program harus

bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa

adanya stratifikasi sosial.

c. Prinsip proses dimana hasil adalah tujuan akhir

yang dicapai proses menjadi prioritas untuk

membentuk kemandirian dan dan keswadayaan

masyarakat.

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha yang

menitikberatkan peran aktif masyarakat, hal tersebut

didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki

 

46

pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi

potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga

pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata

berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam

mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki

secara adat ataupun sebagai pengelola (Yulianda dan

Susanti 2011,9).

6. Bukti Keberhasilan Ekowisata dalam

Pemberdayaan Masyarakat

Hasil ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat

telah di uji keberhasilannya oleh beberapa penelitian

terdahulu. Peneliti membagi 3 contoh hasil penelitian

tentang ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat

diberbagai lembaga dan daerahnya masing-masing sebagai

berikut:

a) Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad

Ahmad Ridlwan Jurnal Penelitian Universitas

Islam Malang tentang model pengembangan

ekowisata dalam upaya pemberdayaan

masyarakat lokal. Dari hasil penelitiannya

pengembangan wisata ekologis yang dilakukan

oleh Puspa Jagad sudah sesuai prinsip model

community based tourism 1. Pengikutsertakan

masyarakat dalam pengambilan keputusan di

KWE Puspa Jagad mengadakan rapat diskusi

rutin untuk membahas perkembangan dan

permasalahan yang terjadi di KWE Puspa Jagad.

 

47

2. Adanya manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat sekitar dengan terbukanya lapangan

pekerjaan baru. 3. Untuk pendidikan

kepariwisataan bagi masyarakat setempat telah

diberlakukan oleh pihak pengelola KWE Puspa

Jagad dengan mengadakan perintisan dan

percontohan kepada masyarakat dengan harapan

masyarakat dapat termotivasi.

b) Penelitian yang dilakukan oleh Hemas Prabawati

Jakti Putri Jurnal UNDIP berjudul faktor-faktor

keberhasilan pengembangan desa wisata di

dataran tinggi Dieng. Dari hasil penelitiannya

keberhasilan POKDARWIS dalam melakukan

pengembangan Desa Sumbingan menjadi desa

wisata tidak terlepas dari beberapa faktor faktor

keberhasilannya dari community bassed

touirism yaitu : 1. Keunikan lokasi merupakan

daya tarik utama yang menyebabkan terjadinya

aktivitas pariwisata. 2. Pelibatan masyarakat

menjadi pelaku utama dalam pengelolaan desa

wisata. 3. Fasilitas dana berdasarkan embrio

aktivitas desa wisata. 4. Tokoh penggerak 5.

Link merupakan hubungan kemitraan terjalin

dengan stekholder yang mempunyai andil dalam

pengembangan desa wisata.

c) Penelitian yang dilakukan oleh fikri nazarulail

Jurnal Penelitian Pasca Sarjana Universitas

 

48

Negeri Malang berjudul Pemberdayaan

Masyarakat Melalui Program Ekowista LEPEN

ADVENTURE. Hasil penelitiannya. Ekowista

Lepen Adventure adalah salah satu lembaga jasa

wisata yang didirikan oleh masyarakat Dusun

Bajulmati pemanfaatan alam menjadi sektor

pariwisata juga memberikan dampak

peningkatan ekonomi kepada masyarakat. Proses

pemberdayaan berawal dari keteladanan atau

memberikan contoh konkret agar alam dapat

memberikan dampak positif melalui prinsip

nilai-nilai 1. Berbasis pada lingkungan. 2.

Memiliki nilai ekologis. 3. Memberikan

wawasan tentang lingkungan hidup. 4. Memiliki

manfaat bagi masyarakat lokal. 5. Menjadikan

daya tarik dan kepuasan pengunjung.

 

49

BAB III

KELOMPOK SWADAYA MASARAKAT PANTAI

LESTARI DAN DESA KARANGSONG

A. Profil Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari

1. Sejarah Kelompok Swadaya Masyrakat Pantai

Lestari

Desa karangsong memiliki area lahan

penghijauan di kawasan bibir pantai yang juga termasuk

kawasan green belt dengan tanaman dominan adalah

mangrove. Penanaman hutan mangrove itu mulai aktif

dilaksanakan sejak adanya tawaran kerja sama

penghijauan kawasaan pesisir dari Wetlands

International dengan Desa Karangsong yang ditangani

oleh Kelompok Pelestari Lingkungan (KELOPAK) pada

tahun 1998 melalui persemaian di lahan tambak sewaan

petani tambak.

Program kerja kelopak itu sendiri sebenarnya

hanya memfokuskan pada tambak yang berbasis

lingkungan. Program kelopak yang diperkenalkan

kepada kepada petani tambak yang berkaitan dengan

mangrove adalah menyisakan beberapa persen yang

dimiliki petambak yang ditanami mangrove. KELOPAK

hanya bertahan sejak tahun 1998 sampai 2003 saja

karena berbagai hal internal.

Terjadinya abrasi Pantai Karangsong yang terjadi

sejak tahun 2003 kemudian mangrove yang telah tumbuh

 

50

tidak terpelihara karena tidak adanya pengelolaan

disertai kegagalan. Disertai kegagalan masyrakat dalam

melakukan budidaya udang dan bandeng. Mendorong

masyarakat Desa Karangsong melakukan upaya-upaya

untuk mengatasi masalah tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjalin

komunikasi dan berkembang dengan diskusi diskusi

kecil di masyarakat, maka pada tahun 2007 berdiri

kelompok baru yang yang diberi nama Kelompok Pantai

Lestari. Kelompok Pantai Lestari berdiri dengan

pembentukan panitia baru Yang memang memfokuskan

pada penghijauan pesisir serta peduli terhadap keadaan

pesisir Desa Karangsong yang semakin rusak dan

keadaan mangrove hasil persemaian yang terbengkalai,

sehingga pada tanggal 17 Mei 2008 Kelompok Swadaya

Masyarakat Pantai Lestari resmi berdiri (Wawancara

Ketua KSM Pantai Lestari).

2. Visi Misi Serta Tujuan KSM Pantai Lestari

Idealisme Kelompok Swadaya Pantai Lestari

mengkonservasi lingkungan pantai untuk

mensejahterakan masyarakat setempat, sesuai dengan

visi, misi dan tujuan yang telah dicanangkan, yaitu:

a. Visi

Terciptanya lingkungan pantai yang hijau, bersih

lesatari dan terkelola dengan baik serta memberi

dampak yang positif bagi kesejahteraan masyarakat.

 

51

b. Misi

1) Menciptakan lingkungan pantai yang bersih.

2) menciptakan kondisi pantai yang hijau ditumbuhi

tanaman mangrove.

3) memberdayakan masyarakat pesisir.

4) melakukan pengelolaan pesisir secara terpadu dan

berkelanjutan.

5) melakukan upaya perbaikan kualitas lingkungan.

c. Tujuan

Mencegah terjadinya abrasi di pesisir pantai Desa

Karangsong dan mengembangkan ekowisata hutang

mangrove di pesisir pantai Desa Karangsong dengan

memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana

bagi kelangsungan hidup masyarakat serta

mensejahterakan perekonomian masyarakat Desa

Karangsong.

3. Profil KSM Pantai Lestari

Berdasarkan berita acara pembentukan Kelompok

Swadaya Masyarakat Pantai Lestari pada tanggal 17 Mei

2008, kelembagaan kelompok dikukuhkan oleh kepala

Desa Karangsong pada tanggal 18 Mei 2008. Untuk

memperkuat legalisasi kelembagaan kelompok, maka

pada tahun 2011 di daftarkan pada kantor notaris Pejabat

Pembuat Akat Tanah (PPAT) Sudiryo, SH. Nomor 25

tanggal 27 Oktober 2011. Dalam rangka peningkatan

kapasitas kelompok, maka pada tahun 2015 dilakukan

penilaian kelas kemampuan kelompok oleh dinas terkait

 

52

dan memperoleh predikat kelompok tani hutan Madya

dengan serifikat NO, 523/153/XXI/2015.

a. Nama Kelompok : KSM Pantai Lestari

b. Nama Ketua : Ali Sodikin

c. Telepon/HP : 08180446836//081912976250

d. Alamat : Jl. Blok Song Tengah no10

RT02/02

e. Desa : Karangsong

f. Kecamatan : Indramayu, Kota Indramayu

g. Provinsi : Jawa Barat

h. Berdiri : 18 Mei 2008

i. Jumlah Anggota : 20 Orang

j. Lokasi kegiatan : Desa Karangsong dan Pabean

Udik

4. Struktur Organisasi KSM Pantai Lestari

Suatu organisasi baik organisasi yang bersifat

formal maupun non formal baik itu organisasi kedinasaan

dan kelompok terkecil pun akan mempunyai sebuah

susunan organisasi dimana setiap perangkat akan

memegang peran masing-masing sesuai dengan jabatan

yang didudukinya.

 

53

Daftar Gambar 1

Foto Para Pengurus Inti KSM Pantai Lestari

Sumber : Dokumentasi KSM Pantai Lestari

Namun, dalam pelaksanaanya mereka dituntut

untuk saling mendukung satu sama lain demi kemajuan

organisasi yang ditempatinya. Berikut adalah susunan

struktur organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai

Lestari

Struktur Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat

Pantai Lestari

 

54

Sumber : Profil KSM Pantai Lestari 2015

1. Ketua, mengkordinasikan, mengorganisasikan serta

bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan

kelompok dengan rincian sebagai berikut:

a. Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota.

b. memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus

KSM.

c. Mendatangani surat menyurat dan dokumen

pelaksanaan.

d. Mewakili KSM dalam pertemuan dengan pihak

lain.

e. Menkordinasikan pelaporan dan pertanggung

jawaban dana.

f. Memimpin organisasi dan administrasi.

2. Sekertaris, bertugas melaksanakan administrasi

kegiatan kelompok dengan rincian sebagai berikut:

a. Membuat dan memelihara notulen rapat, berita

acara, serta dokumen lain.

b. Menyelenggarakan surat menyurat.

c. Menyelengarakan administrasi dokumen RUB

(rencana usaha bersama), RUK, (rencana usaha

kelompok), RUA (rencana usaha anggota) dan

keorganisasian lain.

d. Menyusun laporan bulanan.

3. Bendahara, bertugas melaksanakan administrasi

keuangan kelompok termasuk pemyaluran dan

pengelolaan dana dengan rincian sebagai berikut:

 

55

a. Melaksanakan melaksanakan penarikan/pencairan

dana sesuai dengan jadwal pemanfaatan oleh

anggota.

b. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan.

c. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan

keuangan kelompok.

4. Bidang Penghijauan

a. Mengkordinasikan pelaksanaan kegiatan.

b. Menyiapkan bahan dan sarana untuk kegiatan.

c. Merencanakan kegitan berikutnya.

5. Bidang Pemberdayaan Masyarakat.

a. Mengumpulkan menyusun dan mengolah data

mitra.

b. Membuat program untuk mitra.

c. Menata kawasan pesisir secara terpadu

5. Keuangan KSM Pantai Lestari

Pada awal kelompok berdiri modal bersumber dari

iuran wajib anggota sebesar Rp. 100.000,- per anggota

dengan jumlah anggota sebanyak 20 orang, sehingga

jumlah modal awal sebesar Rp.2.000.000,-.

Pembiayaan pengembangan usaha kelompok

melalui mitra usaha, meliputi :

a. Mitra usaha MFF (Mangrove For The Future),

pembiayaan dalam pekerjaan persmaian mangrove,

penanaman mangrove, dan silvoshevery.

b. Mitra usaha yayasan Kehati, pembiayaan dalam

pekerjaan persemaian mangrove penanaman

 

56

mangrove, dan pelayihan pembuatan alat pemecah

ombak.

c. Mitra usaha Pertamina RU VI Balongan, pembiayaan

dalam pekerjaan penanaman mangrove, pembuatan

track mangrove dan arboretarium.

d. Mitra usaha PT.Traktor Nusantara, pembiayaan dalam

pekerjaan penanaman mangrove.

e. Mitra usaha kelompok Jaka Kencana dalam hal

pemasaran makanan olahan mangrove.

6. Mitra KSM Pantai Lestari

a. Bidang pemasaran, bekerjasama dngan kelompok Tani

Hutan Jaka Kencana berupa produk olahan hasil hutan

mangrove (sirup,dodol, bolu, kecap tempe dan urab

mangrove) dengan berdirinya outlet Rumah Berdikari

di Desa Karangsong.

b. Bidang permodalan, bermitra dengan :

1) PT. Pertamina RU IV Balongan tahun 2014s/d

2016.

2) Yayasan Kehati tahun 2011.

3) MMF tahun 2014 dan tahun 2015.

4) PT. Traktor Nusantara tahun 2012.

5) Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2014s/d

2015.

6) BPHM Wil.I Kementrian Kehutanan. Tahun 2011.

c. Bidang produksi, kerjasama dengan kelompok

pengolah hasil perikanan Bahari Lestari yang

 

57

menghasilkan makanan abon, bandeng tanpa duri dan

bakso ikan.

7. Jenis Usaha Produktif Ksm Pantai Lestari

a. Jasa lingkungan/Ekowista hutan Mangrove,

merupakan sumber pendapatan bagi Kelompok

Swadaya Masyarkat Pantai Leestari yang beerasal dari

penjualan tiket masuk wisata. Kawasan ekowisata

hutan mangrove disamping sebagai wisata juga

digunakan sbagai lokasi pengambilan gambar suatu

event, penelitian, pndidikan dan pelatihan.

b. Silvofishery sluas 7 HA dengan jenis budi daya ikan

bandeng dan rumput laut dengan produksi ikan segar

sebanyak 7.000Kg/tahun dengan keuntungan bersih

sebesar Rp. 75.000.000,-/tahun.

c. Pengolahan hasil berupa bandeng tanpa duri dengan

produksi tiap bulan 150kg dan taksiran pendapatan

sebesar Rp.3.000.000,-/bulan.

8. Kegiatan/Program KSM Pantai Lestari

a. Aktifitas kelompok dalam kegiatan rehabilitasi,

meliputi:

1) Rehabilitasi lahan kritis, penanaman kembali

wilayah pesisir yang terkena abrasi pantai di

muara song sungai praja gumiwang dengan

tanaman mangrove tiga tahun terakhir 12.600

pohon.

2) Rehabilitasi tanaman pantai, tanah timbul yang

berbentuk dan sudah menjadi tanah stabil ditanami

 

58

tanaman pantai yang terdiri dari pohon cemara

laut, ketapang laut, nyamplung, kelapa dan waru

laut.

3) Penanaman kanan kiri jalan, lokasi penanaman

pada jalan desa mulai dari memasuki wilayah

Desa Karangsong dengan tanaman trembesi.

4) Penanaman kanan kiri sungai, sepanjang sungai

sodetan seebagai arus transportasi perahu ditanami

tanaman mangrove.

b. Aktifitas kelompok dalam konservasi sumber daya

hutan, meliputi:

1) Mempertahankan flora, dengan penanaman

tanaman mangrove yang mempunyai perakaran

menonjol sebagai cara adaptasi terhadap keadaan

tanah yang miskin oksigen. Seetiap merusak satu

pohon mangrove harus menanam 100 tanaman

mangrove hingga tumbuh pada Daerah

Perlindungan Mangrove (DPM).

2) Mempertahankan fauna, dengan ditanaminya

kembali hutan mangrove, jelas fungsi biologi akan

berperan karena mangrove merupakan sumber

makanan, tempat hidup biota laut dan tmpat

habitat berbagai satwa sprti burung dan

lainsebagainya.

3) Arboretum, seluas 5,6 hektar yang ditanami 23

jenis mangrove yang ada di indonesia.

 

59

4) Pembibitan, upaya pembibitan akan terus di

laksanakan sebagai upaya penyedian bibit

mangrove untuk penanaman setiap saat. Sampai

saat ini tlah produksi bibit mangrov sebanyak

150.000 batang/pohon.

5) Pemanfaatan jasa lingkungan ekowisata

mangrove, yang dilaksanakan sebagai bentuk

konsultasi tentang pendayagunaan taman

mangrove.

c. Aktifitas kelompok dalam kegiatan perlindungan dan

pengamanan mliputi:

1) Kegiatan Illegal Logging, perambahan hutan dan

kebakaran hutan secara otomatis sudah tercegah

akibat akses masyarakat dibatasi kanal buatan

transportasi dan peningkatan kesadaran masyrakat

terhadap kawasan mangrove sebagai objek wisata.

2) Pemasangan papan himbauan, berupa himbauan

kepada masyarakat untuk tidak merambah hutan

dengan cara ditebang.

B. Desa Karangsong

1. Sejarah Desa Karangsong

Desa Karangsong Kecamatan Indramayu

merupakan desa yang Menurut cerita para sesepuh

dahulu adalah Desa Pabean udik yang mempunyai

wilayah sangat luas termasuk wilayah Desa Brondong

dan Desa Karangsong.

 

60

Pada tahun 1980 an pemerintah Desa Pabean Udik

melakukkan pemekaran sebagaimana permohonan

masyarakat untuk menjadi tiga desa, dan pada saat itu

juga pemerintahan Desa Pabean Udik beserta tokoh

masyarakat bersama Instansi tingkat Kecamatan dan

Pemerintah Kabupaten telah sepakat untuk pemekaran

wilayah Desa Pabean Udik menjadi tiga wilayah

pemerintahan seperti Desa Brondong dan Desa

Karangsong.

Adapun asal mula nama Karangsong menurut

sesepuh dahulu pada saat itu Desa Karangsong terletak

didekat pesisir pantai yang mana alam telah

menimbulkan tanah sejauh 1 sampai 2 Km. Pada saat itu

juga sesepuh dahulu bersama tokoh masyarakat sepakat

untuk menamakan Desa Pemekaran menjadi Desa

Karangsong, yang berarti Karang itu tanah song itu tidak

berpenghuni atau lebih jelasnya tanah alam yang belum

berpenghuni (Profil Desa Karangsong 2017).

2. Letak Geografis Desa Karangsong

Desa Karangsong secara admnistratif merupakan

salah satu dari desa yang ada diwilayah Kecamatan

Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.

Desa Karangsong terletak ± 3 Km di sebelah timur dari

pusat pemerintahan Kecamatan Indramayu, memiliki

luas wilayah sekitar 8,16 Km2 dan berada pada

ketinggian 0,5 Mdl (dari permukaan laut) dengan

kepadatan penduduk sebesar 1.616 jiwa/Km2. Desa

 

61

Karangsong merupakan wilayah dataran rendah non

pantai dengan suhu rata-rata berkisar antara 29o - 31

o C.

Daftar Gambar 2

Peta Desa Karangsong

Sumber : Data Desa Karangsong 2017

Dari total luas wilayah Desa Karangsong, sekitar

204 hektar (ha) dimanfaatkan sebagai lahan tambak ikan,

hal ini berpengaruh pada mata pencaharian

masyarakatnya yang sebagian besar menjadi petani

tambak ikan dan nelayan. Desa Karangsong adalah

Pemekaran dari Desa Pabean udik menjadi tiga Desa

yakni Desa Pabean Udik, Brondong dan Karangsong

pada tahun 1980 an.

Batasan wilayah

a. Utara : Desa Pabean Udik

b. Selatan : Desa Tambak

 

62

c. Barat : Kelurahan Paoman

d. Timur : Laut Jawa

Orbit (jarak dari pusat pemerintahan)

a. Jarak dari Pusat Pemerintah Kecamatan : 3 KM

b. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Admin : 3 KM

c. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 3,5 KM

3. Pembagian Wilayah Desa Karangsong

Desa Karangsong terdiri dari 8 dusun 14 RT dan 5

RW dengan rincian sebagai berikut :

a. Dusun 1 (RW 01, RT 01dan 02) Blok Karang Turi.

b. Dusun 2 (RW 01, RT 03 dan 04) Blok Sawah

Sekotak.

c. Dusun 3 (RW 01, RT 05) Blok Kalen Cawang.

d. Dusun 4 ( RW 02, RT 01dan 02) Blok Song Tengah.

e. Dusun 5 (RW 02, RT 03) Blok Song Pantai.

f. Dusun 6 (RW 02, RT 04 dan 05) Blok Wanasari.

g. Dusun 7 (RW 03, RT 01) Blok BTN Cinde raya.

h. Dusun 8 (RW 04, RT 01 sampai 05) Blok KPHI.

4. Kependudukan

Penduduk Desa Karangsong berdasarkan data

terakhir hasil sensus Penduduk Tahun 2014 tercatat

sebanyak 5751 jiwa, Tahun 2013 sebanyak 5746 Jiwa,

Tahun 2012 sebannyak 5739 Jiwa dan Tahun 2011

sebanyak 5730 Jiwa, Sehingga mengenai penduduk

Desa Karangsong Mengalami kenaikan untuk setiap

tahunnya dengan rata-rata 0,5 %, untuk lebih jelasnya

 

63

sebagimana kita lihat dalam tabel berikut ini (Profil Desa

Karangsong 2017:

Tabel 2

Jumlah Penduduk

NO Tahun Jumlah Penduduk Jumlah

KK

Laju

Pertumbuhan Lk Pr Jumlah

1 2014 2766 2985 5751 1530

2 2013 2750 2996 5746 1524

3 2012 2755 2984 5739 1523

4 2011 2770 2960 5730 1519

Sumber Data Desa Karangsng tahun 2017

Proyeksi Jumlah penduduk di Desa Karangsong

Tahun 2014 berjumlah 5751 Jiwa, Tahun 2013 berjumlah

5746 jiwa.

5. Mata Pencaharian Masyarakat

Penduduk Desa Karangsong mempunyai mata

pencaharian yang beragam. Mulai dari petani, buruh tani

pegawai negeri, pedagang, TNI/POLRI, nelayan, swasta

dan industri kecil. Tetapi lebih mata pencaharian

penduduk Desa Karangsong lebih di dominasi sebagai

nelayan, pedagang dan buruh tani. Berikut adalah tabel

mata pencaharian Desa Karangsong :

 

64

Tabel 3

Data Mata Pencaharian Desa Karangsong

Sumber : Profil Desa Karagsong 2017

Berdasarkan data diatas yang peneliti peroleh

dari kantor Kuwu Desa Karangsong mayoritas mata

pencaharian penduduk Desa Karangsong adalah nelayan

karena letak Desa Karangsong yang berada di pesisir

pantai Utara Jawa.

6. Pendidikan

Mayoritas tingkat pendidikan Masyarakat di Desa

Karangsong di dominasi oleh lulusan pendidikan

Sekolah Dasar. Bahkan jumlah masyrakat Desa

karangsong yang tidak pernah sekolah begitu banyak.

Sebagaimana dapat kita lihat berdasarkan laporan

Pemerintah Desa Karangsong pada tabel sebagai berikut:

No Pekerjaan Jumlah

1 Nelayan 1.187

2 Buruh Tani 281

3 Pegawai Negeri 98

4 Pedagang 882

5 TNI/POLRI 8

6 Petani 117

7 Swasta 95

8 Industri kecil 8

 

65

Tabel 4

Jumlah Tingkat Pendidikan Desa Karangsong

S

u

m

S

u

m

s

u

m

b

s

Sumber : Profil Desa Karangsong 2017

Tingginya angka tingkat Pendidikan Sekolah dasar

dan angka tidak pernah sekolah di Desa karangsong

disebabkan karena kemampuan ekonomi masyrakat Desa

Karangsong yang tergolong miskin sehingga mereka

dituntut untuk bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhan

dasar.

Namun sejak peningkatan pendidikan di

kabupaten Indramayu, berangsur angsur tingkat

pendidikan masyarakat mengalami peningkatan, terbukti

dengan adanya lulusan SLTA dan perguruan tinggi di

Desa Karangsong. Karena tingkat pendidikan sangat

mempengaruhi tingkat ekonomi masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu cara penunjang

meningkatkan sumber daya manusia yang unggul. Oleh

NO Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 724

2 Tamat TK 295

3 Tamat SD 760

4 Tamat SLTP 478

5 Tamat SLTA 449

6 Tidak pernah sekolah 3.045

7 D1 16

8 D2 15

9 D3 8

10 S1 5

11 S2 3

12 S3 4

 

66

karena itu, untuk meningkatkan manusia yang sadar

pendidikan desa karangsong memiliki sarana pendidikan

sebagai berikut :

Tabel 5

Sarana Pendidikan Desa Karangsong

NO Sarana Pendidikan Jumlah

1 Perpustakan Desa 1

2 Gedung Paud 1

3 Gedung TK 1

4 Gedung SD 1

Sumber : Profil Desa Karangsong 2017

Dari data diatas Desa Karangsong hanya

mempunyai sarana pendidikan usia dini seperti sekolah

SD, TK dan Paud. Bahkan untuk meningkatkan

pendidikan pemerintah Desa Karangsong membuat

perpustakan desa agar bisa dimanfaatkan masyarakat Desa

Karangsong untuk sadar akan pndidikan bahkan bisa

menumbuhkan minat baca bagi masyarakat Desa

Karangsong.

7. Keagamaan

Dari data yang ada, tidak semua warga Desa

Karangsong beragama islam ada sebagian kecil warga

Desa karangsong yang menganut non muslim. Tetapi

dilihat dari jumlah warga Desa Karangsong yang

menganut agama islam dengan jumlah terbanyak, maka

islam menjadi agama mayoritas di Desa Karangsong.

 

67

Adapun data jumlah penduduk berdasarkan agama dapat

dilihat dari tabel berikut :

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 5753

2 Kristen Protestan 28

3 Katholik 8

4 Hindhu 7

5 Budha 4

Sumber : Profil Desa Karangsong 2017

Untuk menunjang aktifita keagamaan dan

meningkatkan nilai rohani masyrakat Desa Karangsong

memiliki beberapa sarana ibadah. Adapun sarana

keagamaan yang dimiliki oleh Desa Karangsong sebagai

berikut :

Tabel 7

Sarana Ibadah Desa Karangsong

Sumber : Profil Desa Karangsong 2017

No Sarana Ibadah Jumlah

1 Masjid 6

2 Mushola 10

3 Gereja -

4 Pura -

5 Vihara -

6 Klenteng -

 

68

8. Kesehatan

Tenaga kesehatan di Desa Karangsong Pada

Tahun 2014 terdiri dari Medis/Dokter 0 Orang, Perawat 1

orang, Bidan Desa 2 Orang sedangkan parisipasi

masyarakat untuk bidang kesehatan terdapat lebih dari 10

orang (Profil Desa Karangsong 2017).

Berdasarkan data dari kantor desa sarana

kesahatan yang dimiliki desa karangsong sebagai berikut:

Tabel 8

Sarana Kesehatan Desa Karangsong

NO Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas -

2 Poskesdes 1

3 Posyandu 7

Sumber : Profil Desa Karangsong 2017

9. Sumber Daya Lembaga di Desa Karangsong

Lembaga-lembaga yang ada di Desa Karangsong:

Pemerintah Desa (Pemdes),Badan Permusyawaratan

Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

(LPMD), Majelis Ulama Indonesia Desa (MUID),

Karang Taruna, PKK, Linmas, Bumdes, PSM,

Gapoktan, Desa Siaga, RT/RW, Organisasi Pemuda,

Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lesatari,

Organisasi Kesenian dan lembaga-lembaga yang

lainnya.

 

69

10. Potensi Alam dan Kebudayaan Desa karangsong

Secara umum wilayah pesisir Desa Karangsong

menyimpan kekayaan alam yang sangat menarik untuk

dikembangkan mejadi wilayah ekowisata. Diantaranya

yaitu potensi perikanan kelautan, budaya kehidupan

nelayan dimana para nelayan membuat perahunya

sendiri dan ekosistem pesisir yang dikembangkan

menjadi daya tarik wisata Desa Karangsong yaitu :

a. Ekowisata Hutan Mangrove

Objek utama yang ditawarkan pada lokasi ini

adalah adanya ekowisata hutan mangrove yang harus

diakses dengan menggunakan perahu. Sepanjang

perjalanan menuju lokasi huatan mangrove, para

wisatawan dapat melihat vegetasi mangrove yang

ditanam pada pematang tambak. Setelah menyusuri

lahan mangrove dengan perahu maka wisatawan

dapat melakukan tracking di areal hutan mangrove

yang luas dan di pandu oleh tourgade sehingga

wisatawan melihat dan tahu jenis jenis vegetasi

tanaman mangrove dan ekosistem satwa yang ada

dihutan mangrove. Selanjutnya wiastawan pun dapat

bersantai di gazebo yang sudah disediakan bahkan

wisatawan dapat membeli olahan olahan khas dari

tanaman mangrove sebagai cinderamata untuk dibawa

pulang (Observasi lapangan pada tanggal 15

Desember 2018).

b. Pantai Pasir

 

70

Pantai pasir merupakan destinasi wisata di Desa

Karangsong yang dapat nikmati dengan adanya

keunikan pesisir pantainya dan wahana perahu

nelayan seperti nikmatnya keindahan laut dan

panorama alam hutan mangrove dan spot untuk

berfoto. Lokasi pantai tidak jauh dari kota Indramyu

hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk

kesana. Untuk berkunjung ke pantai ini cukup

membayar parkir sekitar Rp 10.000 perkendaraan.

 

71

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti mengatakan

bahwa Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari bertujuan

untuk melakukan rehabilitasi pesisir pantai. Hal ini dilakukan

dengan penekananan pada pembentukannya ekowisata hutan

mangrove yang ada di pesisir pantai Desa Karangsong.

Ekowisata hutan mangrove adalah sebuah program yang

merujuk pada aksi sosial yang dilakukan oleh KSM Pantai lestari

untuk melestarikan ekosistem pesisir pantai di Desa Karangsong

agar tidak rusak bahkan sebagai pelindung dari abrasi air laut.

Pada awalnya melakukan penanaman mangrove kembali di lahan

yang sudah rusak penanaman mangrove dilakukan sekitar tahun

2007 sampai tahun 2014 yang kemudian diresmikan menjadi

mangrove center atau ekowisata hutan mangrove di daerah

Indramayu khususnya di Desa Karangsong.

Dari beberapa data temuan lapangan, temuan ini pada

dasarnya menggambarkan bentuk bentuk pemberdayaan

masyarakat melalui pengembangan ekowisata dan dampak yang

diperoleh bagi masyrakat sekitar dengan adanya ekowisata, yang

dapat di analisis sebagai berikut:

 

72

A. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pengembangan Ekowisata

Keberhasilan KSM Pantai Lestari dalam terbentuknya

ekowisata hutan mangrove di Desa Karangsong yang berawal

dari kepedulian akan lingkungan sekitar terutama kerusakan

yang terjadi di pesisir pantai Desa Karangsong.

Akibat dari eksploitasi lahan pesisir yang dijadikan

tambak tanpa dibarengi konservasi terhadap lingkungan yang

dijadikan tambak. Maka KSM Pantai Lestari yang mulai

menyadari akan akibat yang dihasilkan dari kerusakan

lingkungan tersebut mulai membenahi dengan melakukan

beberapa upaya yang dapat mengembalikan fungsi lahan

pesisir untuk ditanami mangrove agar tidak terjadi abrasi

yang dapat mengakibatkan hilangnya pesisir pantai Desa

Karangsong.

Ada beberapa bentuk pemberdayaan yang dilaksanakan

oleh KSM Pantai lestari diantaranya adalah:

1. Bentuk pemberdayaan ekonomi

Dalam melihat fenomena yang terjadi didalam

KSM Pantai lestari, ada beberapa kegiatan

pemberdayaan dalam upaya penguatan masyarakat

dalam bidang ekonomi yaitu kegiatan yang menunjang

pendapatan masyarakat dihasilkan dari trafik

pengujung hutan mangrove, penjualan bibit mangrove,

berkembangnya pedagang-pedagang, dan

terbentuknya kelompok yang mengelola olahan dari

tanaman mangrove yang bernama “Rumah Berdikari”.

 

73

Bermula dari permasalahan ekologi dan

eksploitasi tambak yang terjadi di pesisir pantai Desa

Karangsong menyebabkan banyak masalah yang

terjadi pasang air kedaratan, meningkatnya

kesenjangan dalam perekonomian masyarakat, hancur

banyak tambak masyarakat yang mengkhawatirkan

tumpahnya air ke pemukiman masayarakat.

Kepala Desa Karangsong Pak Sahlani membentuk

5 orang pemuda inisitor yang fokus menyelesaikan

permasalahan ekploitasi lingkungan diantaranya

dipanggilah Ali Sadikin, Eka Tarika, Charita, Makrus,

Dulloh yang kemudian mendirikan KSM (kelompok

Swadaya Masyarakat) Pantai Lestari.

“dulu tahun 1982 di Desa Karangsong ini

sangat terawat dan masyarakat memiliki

penghasilan yang bersaing, hingga adanya

ekploitasi alam dengan pembukaan lahan dan

konversi tambak secara berlebihan, ditambah

dengan minimnya pengetahuan sebagian besar

penduduk Desa Karangsong saat itu mengenai

pentingya jalur hijau (green belt) dan ekosistem

mangrove. Oleh karannya saya dan beberapa

teman-teman yang berada dikampung ini

dikumpulkan oleh pak Kades terdahulu pak

sahlani untuk fokus mendalami dan mengadvokasi

lingkungan (Wawancara Pak Eka 7 April 2019).

Terbentuklah KSM Pantai Lestari pada 17 Mei

2008 yang berfokus mendalami permasalahan ekologi

dan kesejahteraan masyarakat, memulai kegiatannya

dari bentuk advokasi masalah lingkungan,

 

74

memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang

pentingnya menjaga lingkungan dari erupsi

lingkungan dan kemerosotan hutan bakau yang

mengakibatnya turunnya kadar tanah. Hingga KSM

ini membuat suatu gerakan Festival Mangrove pada

tahun 2015 dengan konsep ekowisata yang

mengajarkan edukasi ekosistem alam, pengenalan

biota-biota flora dan fauna pesisir pantai.

Dengan adanya dukungan belahan mayarakat,

intensitas masyarakat dalam berkunjung ketempat ke

pantai Karangsong semakin meningkat sehingga

kegiatan KSM Pantai Lestari semakin banyak.

Kemudian KSM Pantai Lestari membuat komoditas

perdagangan bagi masyarakat, memberikan edukasi

seputar lingkungan dengan konsep tour guide, paket

wisata, pembibitan tanaman mangrove, pembuatan

ilegaloging (himbauan area hijau pesisir pantai).

Ekowisata yang didirikan oleh KSM Pantai Lestari

merupakan bentuk perlawan terhadap kerusakan

ekologi, ekosistem dalam masyarakat dan memberikan

penguatan serta pemerataan ekonomi bagi masyarakat

dipesisir pantai.

Omset yang dihasilkan dari kunjungan yang

datang ke wilayah pantai Karangsong pertahunnya

sekitar Ratusan Juta hingga 1 Miliar, yang dihasilkan

oleh kunjungan konservasi dan liburan minimal 200

orang per-hari, dan hari weekendnya 400 hingga 500

 

75

kunjungan dan hari liburan hingga 800 kunjungan

dengan tarif Rp.15.000,- dihari biasa, hari weekend

dan hari libur besar serta penambahan Rp.5.000,-

jikalau ditambah dengan tour guide dari masyarakat

sekitar.

“Biasanya dek, disini itu pengunjung

hariannya kotornya bisa dapet 200 orang per-

sekali kunjungan, beda kalau hari weekend hasil

kunjungannya bisa sampai 500 orang atau paling

sedikitnya 400 orang, dan hari ini kalo masanya

liburan bisa tembus diangka 800 hingga 1.000

persekali kunjungan. Dan persekali dateng ke

pantai karangsong mereka bayar hanya Rp.5000,-

rupiah saja(Wawancara dengan Pak Ali 5 April

2019).”

Penghasilan lainnya dihasilkan oleh paket wisata

dengan minimal 20 orang dan per-orang dikenakan

biaya Rp.50.000,- per-orang dengan bentuk kegiatan

field trip dengan fasilitas pembelajaran penanaman

mangrove, edukasi tanaman bioata flaura dan fauna di

ekosistem pesisir pantai Karangsong.

“Disini banyak kegiatannya dek, untuk field

trip dengan paket wisata biasanya kami hanya

menerima 20 orang dengan biaya 50.000 per-

orang, fasilitasnya makan full, edukasi tanaman

biota flaura dan fauna, penanaman mangrove, dan

memberikan pemahaman tentang daerah pesisir

pantai (Wawancara dengan Pak Eka 7 April

2019).”

Selain itu masyarakat sekitar pun turut ikut

berjualan dan mengambil peluang berwirausaha

 

76

dengan membuka dan menempati kios-kios sekitar,

dengan penghasilan perminggu sekitar Rp.1500.000.,

hingga perbulannnya bisa mendapatkan Rp.6.000.000,

dengan demikian kualitas hidup masyarakat sekitar

pesisir meningkat.

“Disini ada 30 lebih pedagang yang nempatin

kios dan beberapa yang berdagang keliling disini,

untuk ibu sendiri itu dek bisa dapet 1.500.000

perminggunya dek alhamdulillah lah banyak

terbantu dengan adanya wisata hutan mangrove

ini” (Wawancara Ibu Rasinah 3 April 2019).”

Begitu pula para petani tambak ikan, udang dan

kepiting semakin produktif sehingga turut meningkat

pula omset penjualan dan pembelian hasil tambak

ikan.

“Yang saya rasakan sih mas, tambak saya

tidak terkena abrasi air laut, Sehingga tambak

saya bisa produktif mas. Karena ada nya hutan

mangrove yang menahan gelombang air laut.

Dengan ini penghasilan saya meningkat dari

sebelumnya disini panen hanya dua kali panen

satu kali panen dengan kualitas baik dan satunya

dengan kualitas yang biasa saja, dengan adanya

penanaman hutan mangrove kini saya bisa tiga

kali panen per-empat bulan sekali (Wawancara

dengan Pak Carimin 3 April 2019).”

Selain dari penghasilan tersebut banyak juga dari

masyarakat setempat yang diberikan pekerjaan dengan

gaji rata-rata sebesar Rp.1.800.000 untuk gaji

masyarakat yang menjadi karyawan di KSM Pantai

 

77

Lestari sebanyak 18 orang karyawan inti dan pada hari

libur nasional biasanya KSM Pantai Lestari merekrut

masayarakat untuk membantu mengelola jasa

ekowisata hutan mangrove.

Tabel 10

Data Penghasilan berdasarkan wawancara dan Observasi

Masyarakat

N

o

Jenis

Pendapat

an

Jumla

h

Orang

Volume

penerimaa

an

Harga

Satuan

Omset

Kotor

Omset

perbualan

1 Jual

Tiket

3

Orang

200

orang/hari

biasa

500 Orang

Per-hari

weekend

800 orang

perhari

liburan

Rp.15.0

00,-

Rp.

3.000.00

0

Rp.

7.500.00

0

Rp.12.00

0.000-

Rp.90.000.0

00,-

Rp.225.000.

000,-

Rp.360.000.

000,-

2 Paket

Wisata

Per 20

orang

Per bulan

satu kali

field trip

Rp.50.0

00.,-

/orang

- Rp.1.000.00

0,-

3 Pegawai

Inti

18

Orang

- Rp.1.80

0.000/

Bulan

Rp.32.400.0

00

Sumber: Hasil Wawancara

Penghasilan tersebut meningkat dengan signifikan

dibandingkan sebelum adanya taman edukasi

konservatif hutan mengrove di Desa Karongsong.

 

78

Yang awalnya masyarakat hanya tergantung dari

bantuan pemerintah maupun BUMN untuk program

penanaman mangrove kini telah menjadi mandiri dan

mampu memberdayakan masyarakat setempatnya.

Kemudian pemasukan dari ekowisata hutan

mangrove tersebut KSM Pantai Lestari digunakan

untuk perwatan tanaman mangrove dan pembebasan

lahan yang rusak untuk ditanami kembali tanaman

mangrove supaya pesisir pantai Desa Karangsong

dapat terlindungi.

2. Bentuk Pemberdayaan Sosial Budaya

Istilah budaya dalam Bahasa Latin disebut colere.

Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut culture.

Menurut Koentjaraningrat, istilah budaya dalam

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta

”Buddayah”, yang merupakan bentuk jamak dari

”buddhi”. Buddhi artinya budi atau akal atau

pemikiran (Koentjaraningrat 1990, 37).

Oleh karenanya budaya adalah sesuatu wujud dari

adanya bentuk pengulangan sesuatu yang dahulu

dianggap baik bagi para leluhur dan pendahulu.

Biasanya konsep dalam budaya ada yang berbentuk

simbolik maupun unsimbolik, misalnya dalam

perayaan festival Nadran. Simbolisasi penghargaan

manusia terhadap alam terletak pada bentuk festifal

Nadran.

 

79

Festifal Nadran adalah upacara adat para nelayan

di pesisir pantai utara Jawa, seperti Subang,

Indramayu dan Cirebon yang bertujuan untuk

mensyukuri hasil tangkapan ikan, mengharap

peningkatan hasil pada tahun mendatang dan berdo’a

agar tidak mendapat aral melintang dalam mencari

nafkah di laut. Inilah maksud utama dari Upacara

Adat Nadran yang diselenggarakan secara rutin setiap

tahun.( http://www.disparbud.jabarprov.go.id/, diakses

pada tanggal 4 Juli 2019 pukul 19.00)

Nadran adalah merupakan suatu tradisi yang

berawal dari akulturasi budaya Islam dan Hindu yang

diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun.

Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat,

berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam

agama Islam: pemenuhan janji. Adapun inti upacara

nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang

merupakan ritual dalam agama Hindu untuk

menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut

agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus merupakan

ritual tolak bala (keselamatan).

Sesajen yang diberikan, disebut ancak, yang

berupa anjungan berbentuk replika perahu yang berisi

kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan,

makanan khas, dan lain sebagainya. Sebelum

dilepaskan ke laut, ancak diarak terlebih dahulu

mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan

 

80

sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni

tradisional, seperti tarling, genjring, barongsai, telik

sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer

(drumband), di setiap acara nadran selalu digelar

wayang kulit selama 1 minggu.

Nadran atau kadang disebut labuh saji dapat juga

diartikan sebagai sebuah upacara pesta laut

masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang

diberikan-Nya lewat hasil laut yang selama ini

didapat. Selain itu, dalam upacara nadran juga

dilakukan permohonan agar diberi keselamatan dalam

melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah

pada tahun mendatang.

Festival inilah yang terus menjadi semangat dan

ruh perjuangan dalam menjaga kebudayaan lokal dan

menjaga ekosistem yang dilingkungan sekitar.

“Ya betul de, disini setiap tahunnya kami

mengadaka festifal dalam mensyukuri nikmat yang

diberikan oleh Allah Swt, itu adalah

meruapakaan acara wajib tahunan yang

diberlakukan disini, namaya adalah festival

nadran, sebagai bentuk syukur dari hasil laut yang

diperoleh selama ini (Wawancara dengan Pak Eka

2 April 2019)

Kebudayan demikian yang disebut Cliffort Geertz

sebagai bentuk pemaknaan dari sebuah simbol yang

telah ada dahulu dan perlu dilestarikan dan dikenalkan

kepada pelanjut generasi selanjutnya

 

81

“Budaya merupakan pola pemaknaan yang

harus terus ditransmisikan secara historis dan

melekat dalam simbol-simbol. dimana untuk

memahaminya diperlukan interpretasi melalui

investigasi atas simbol-simbol melalui teks, dan

sesatu yang diajarkan secara terus

menerus.(Koentjaraningrat 1990, 37)

3. Pemberdayaan Lingkungan

Melihat persoalan lingkungan yang ada di

Desa karangsong, ada langkah-langkah kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang mengacu pada sebuah

tujuan yaitu perubahan sikap dan perilaku manusia

agar membangun Kesadaran Ekologis Persoalan

mendasar yang terjadi di Desa Karongsong adalah

adanya penyebab tidak terpeliharanya lingkungan

meliputi rendahnya kesadaran lingkungan yang ada di

masyrakat akibat kurang pengetahuan atau informasi

mengenai lingkungan. Bahkan KSM Pantai Lestari

sendiri terbentuk akibat dari kesadaran akan

pentingnya menjaga lingkungan dan kegagalan

kelompok kelompok masyarkat terdahulu yang

melakukan rehabilitasi lahan yang rusak di pesisir

pantai Desa Karangsong tapi tidak pernah berhasil.

Untuk melakukan penyadaran di dalam

masyarakat mengenai pentingnya kesadaran ekologis

dibutuhkan seseorang yang dijadikan treeger yang

 

82

melakukan penyadaran pentingnya menjaga

lingkungan pesisir pantai. Desa Karangsong sendiri

terdapat KSM Pantai Lestari yang melakukan

penyadaran ekologis tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh pak Ony yaitu:

“Untuk memberikan kesadaran mengenai

pentingnya di lingkungan dibutuhkan

tregeer, nah kelima orang ini yang menjadi

pengurus KSM Pantai Lestari dijadikan

treger di dalam masyarakat yang akan

memberikan pengetahuan akan pentingnya

melakukan rehabilitasi lingkungan yang

ada di pesisir pantai desa

karangsong”(Wawancara dengan Pak Ony

2 April 2019).

Hal serupa pun disampaikan oleh pak

Makrus pengurus KSM Pantai Lestari :

“Terbentuknya KSM ini sendiri akibat dari

kesadaran para pengurus yang memang

melihat kerusakan yang begitu parah

dkawasan pesisir pantai desa

karangsong”(Wawancara dengan Pak

Makrus 9 April 2019)

Menurut penuturan dari pak Eka pengurus

KSM Pantai Lestari dibidang peenghijauan

mengatakan bahwa:

“Kami KSM pantai lestari melakukan

penyuluhan tentang pentingnya menjaga

lingkungan pesisir bekerjasama dengan

 

83

pemerintah desa melalui forum

musyawarah desa”(Wawancara dengan

Pak Eka 2 April 2019)

Dari hasil pemaparan data tersebut peneliti

menyimpulkan, untuk melakukan penyadaran

ekologis terkait pentingnya menjaga serta

merehabilitasi lingkungan pesisir pantai Desa

Karangsong, maka dibutuhkan sebuah kelompok

masyarakat yang benar benar mempunyai

kesadaran mengenai lingkungan. Sehingga

dijadikan treeger yang akan memberikan

penyadaran terhadap masyrakat. Karena

permasalahan yang dihadapi di Desa Karangsong

yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan

dampak yang terjadi akibat kerusakan lingkungan

di pesisir pantai Desa Karangsong. Disini KSM

Pantai Lestari dijadikan treeger yang akan

memberikan penyadaran terhadap masyarakat

Desa Karangsong dengan melakukan penyuluhan

mengenai lingkungan di forum musyawarah desa.

1. Menguatkan Kelembagaan Lokal

Dalam menguatkan kelembagaan lokal

program yang dilakukan oleh KSM Pantai Lestari

adalah peningkatan kapasitas sumber daya

manusia dalam pengelolaan ekowisata.

 

84

Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh KSM

Pantai Lestari dalam pengutan kelembagan lokal

tersebut yaitu:

a. Penguatan Sumber Daya Manusia

Program harus dibangun sebagai suatu

mata rantai yang akan melanjutkan kegiatan

pemberdayaan yang sudah dilakukan melalui

stimulan dari pihak luar. Karena kelembagaan

yang kuat akan memelihara kesinambungan

dan manfaat program. pengutan kelembagaan

lokal dapat dilaksanakan melalui penguatan

sumber daya manusia sebagai pengelola

program tersebut.

Sejalan dengan prespektif diatas KSM

Pantai Lestari dalam penguatan kelembagaan

lokal yaitu dengan meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan bagi pengurus dan

anggotanya dalam mengelola ekowisata

tersebut dengan melakukan program

pendampingan dengan lembaga lain sehingga

dapat diberi pelatihan sesuai kebutuhan di

lapangan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh pak

Makrus sebagaimana berikut:

“Karena KSM Pantai Lestari anggota nya

berasal dari warga sekitar yang mengelolanya

maka kita melakukan pelatihan tourguide

 

85

sehingga kualitas sumber daya manusia yang

kita miliki secara keilmuan dapat mengerti

mengenai pngelolaan lingkungan ekowisat dan

menjadi kan sdm ini bisa melayani para

wisatawan dengan baik ”(Wawancara dengan

Pak Makrus 9 April 2019)

Pak Carita menambahkan

pengalamannya tentang Program penguatan

sumber daya manusia:

“Selama tiga bulan para anggota KSM di

dampingi dan diberikan pelatihan tourguide

yang bekerja sama dengan lembaga Indecont”

( Wawancara dengan Pak Carita 6 April 2019)

Hal serupa pun ditambahkan oleh pak

Dulloh yaitu:

“Pemberdayaan yang pernah

dilakukan pelatihan tour guide untuk para

anggota supaya sdm yang kita punya dapat

mengelola sumber daya alam dan

ekowisata ini dengan baik”(Wawancara

dengan Pak Dulloh 5 April 2019)

b. Pendanaan.

Sumber pendanaan yang dilakukan oleh

KSM Pantai Lestari tidak hanya bergantung

dari pemberian pihak luar yang bersifat

sementara dan tidak permanen. oleh karena itu

pendanaan alternatif harus dibuat dalam

pelaksanaan program tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh pak Ali Sodikin ketua KSM

Pantai Lestari

 

86

“Untuk pendanaan kelompok sih dalam

setiap programnya selain dari bantuan dana

lembaga lain kita mempunyai pemasukan

pendapatan dari penjualan bibit mangrove

dan pemasukan paling banyak sih dari jasa

lingkungan ekowisata hutan mangrove”

(Wawancara dengan ketua KSM Pantai Lestari

pada 5 April 2019)

Adapun konteks yang dilakukan KSM Pantai

Lestari dalam sistem pendanaan yaitu :

1. Pembibitan tanaman mangrove

Pembibitan tanaman mangrove adalah

pendapatan dari hasil penjualan bibit tanaman

mangrove yang disemaikan oleh KSM Pantai

Lestari seperti jenis bibit tanaman mangrove

avicenia, cemara laut, dan bakau. Dari

pembibitan tanaman mangrove dapat

memberikan kontribusi baik dalam bidang

ekonomi dan lingkungan.

2. Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah pendapatan dari

hasil ekowisata hutan mangrove melalui

penjualan tiket ke pengunjung dan paket

ekowisata hutan mangrove yang disediakan

oleh KSM Pantai Lestari. Seperti yang

diungkapkan oleh pak eka sebagaimana

berikut:

 

87

“Hasil dari jasa lingkungan dek hasil

penjualan tiket masuk ekowisata hutan

mangrove selain untuk pengurus tetapi kita

kembalikan lagi untuk program perawatan

lingkungan”(Wawancara dengan Pak Eka

pengurus KSM Pantai Lestari 7 April 2019).

2. Membangun Kemitraan

Desa Karangsong banyak memiliki sumber

daya alam, sementara itu masyarakat belum

memanfaatkan potensi-potensi yang ada

disekitar mereka. Kemitraan bisa ditempuh

sebagai bagian pemberdayaan, seringkali

sumber daya alam tersedia, tetapi ketika

berurusan dengan dengan sumber dana dan

sistem yang menopang pengelolaan itu tidak

tersedia. Logika paling sederhana dalam

kemitraan menyatakan bahwa pekerjaan yang

dilakukan bersama-sama akan lebih efektif dan

efisien.

Dalam melakukan program rehabilitasi

lahan pesisir yang rusak dengan melakukan

penanaman kembali tanaman mangrove dari

lahan yang semula rusak hingga berfungsi

sebagai ekowista hutan mangrove KSM Pantai

Lestari tidak bekerja sendirian mereka

melakukan upaya kerjasama dengan instansi

atau lembaga lain.

 

88

Seperti yang diungkpakan oleh pak Ali

Sodikin ketua KSM Pantai Lestari yaitu

“Untuk menjaga lingkungan pesisir yang

rusak hingga menjadi ekowisata sampai

sekarang ini tidak bisa kelompok saja yang

bergerak tetapi kami butuh kerja sama dari

lembaga lainnya sperti dari dinas

pemerintahan pertamina LSM bahkan para

para akademisi yang sejalan dengan tujuan

kelompok ini”(Wawancara dengan ketua KSM

Pantai Lestari pada tanggal 5 April 2019)

Hal serupa juga di jelaskan oleh pak Eka

pengurus KSM Pantai Lestari di bidang

penghijaun yaitu:

“Bermitra dengan lembaga lain itu penting

banget dek karena untuk melakukan

rheabilitasi lahan kritis di Desa Karangsong

begitu berat kalo brgerak sendirian kita butuh

lembaga lain agar beban kelompok ini tidak

terlalu berat, contohnya saja banyak lembaga

lembaga yang sudah berkerja sama dengan

KSM ini karena kita mempunyai rasa saling

percaya karena program yang dilaksanakan

dengan KSM ini brhasil semua salah satunya

tanaman mangrove ini kami rawat hingga

sekarang sehingga program penanaman

mangrove dengan lembaga lain seperti

pertamina atau lembaga swasta lainnya

berhasil nah dari keberhasilan itulah kami

mudah untuk melakukan kerjasma dalam

program program lainnya terkait

lingkungan”(Wawancara dengan Pak Eka 7

April 2019)

 

89

Adanya keberhasilan program rehabilitasi

mangrove yang dilakukan oleh KSM Pantai

Lestari menghasilkan mitra kerjasama

sebagaimana berikut:

a. Mitra usaha MFF (Mangrove For The

Future), pembiayaan dalam pekerjaan

persmaian mangrove, penanaman

mangrove, dan silvoshevery.

b. Mitra usaha yayasan Kehati,

pembiayaan dalam pekerjaan

persemaian mangrove penanaman

mangrove, dan pelatihan pembuatan

alat pemecah ombak.

c. Mitra usaha Pertamina RU VI

Balongan, pembiayaan dalam

pekerjaan penanaman mangrove,

pembuatan track mangrove dan

arboretarium.

d. Mitra usaha PT.Traktor Nusantara,

pembiayaan dalam pekerjaan

penanaman mangrove.

e. Mitra usaha kelompok Jaka Kencana

dalam hal pemasaran makanan olahan

mangrove.

3. Evaluasi

 

90

Evaluasi dapat pula dilakukan terhadap

proses dan hasil dari kegiatan pemberdayaan

yang dilakukan oleh KSM Pantai Lestari, bisa

dilakukan pada waktu waktu tertentu dan akhir

kegiatan. Supaya dapat mengukur keberhasilan

suatu program dan dampak yang dihasilkan.

Tujuan evaluasi program adalah

mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan,

apa faktor penghambat, pendukung dan

langkah apa yang diambil guna perbaikan lebih

lanjut.

Adapun evaluasi yang dilakukan oleh

KSM Pantai lestari dalam melakukan kegiatan

pemberdayaan dengan melakukan pertemuan

rutin diseiah akhir bulannya untuk melakukan

diskusi dan jajak pendapat dengan para

pengurus dan anggota KSM Pantai Lestari

yang melakukan pengelolaan ekowisata hutan

mangrove dilapangan. Seperti yang

diungkapkan oleh pak Ali Sodikin ketua KSM

Pantai Lestari:

“Kami dengan para pengurus dan anggota

KSM Pantai Lestari mengadakan rapat

evaluasi di setiap akhir bulannya untuk

mengetahui kira kira kegiatan program apa

saja yang dilakukan untuk ekowisata hutan

mangrove yang kami kelola”(Wawancara

dengan Pak Ali Ketua KSM Pantai Lestari

pada tanggal 5 April 2019)

 

91

Sedangkan menurut pak Carita salah satu

pengurus KSM Pantai Lestari

“saya yang mengatur jadwal rapat KSM

Pantai Lestari biasanya rapat evaluasi

tersebut dilakukan di akhir bulan. Karena

dengan adanya rapat evaluasi para pengurus

dapat melakukan langkah langkah dalam

merumuskan program apa saja yang harus

dilakukan sesuai kondisi yang diperlukan

dilapangan dalam mengelola ekowisata hutan

mangrove”(Wawancara dengan Pak Carita

salah satu pengurus KSM Pantai Lestari pada

tangggal 6 April 2019)

B. Dampak yang diperoleh Bagi Warga Sekitar dengan

Adanya Ekowisata

Hasil dari adanya kegiatan ekowisata di Desa Karangsong

bukan hanya dirasakan oleh anggota KSM pantai lestari saja,

tetapi dirasakan oleh warga sekitar yang ada di ekowisata

hutan mangrove tersebut baik secara ekonomi sosial dan

lingkungan.

Menurut salah satu penuturan warga yang berada disekitar

ekowisata hutan mangrove yang peneliti wawancarai bahwa

dampak yang didapatkan dengan adanya ekowisata hutan

mangrove

Menurut ibu Warinah

“Alhamdulillah yah dek dulu mah kan saya tkw di arab

setelah pulang tuh bingung tidak ada lahan untuk bekerja

tetapi sekarang mah enak dek saya bisa berjualan di daerah

 

92

ekowisata dan alhamdulillah penghasilannya lumayan dek

untuk jualan seperti es dan makanan ringan untuk

pengunjung”(Wawancara dengan Ibu Rasinah salah satu

warga Desa Karangsong 3 April 2019)

Dengan adanya aktifitas ekowisata membuka lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat untuk berdagang menjajakan

makanan dan minuman bagi para pengunjung ekowisata

hutan mangrove sehingga menambah ekonomi bagi

masyrakat Desa Karangsong.

Begitu juga yang disampaikan mas Arya (penjaga tiket

portal wisata)

“saya kan ganti gantian jaganya yah mas sama temen

temen karang taruna penghasilan sehari itu untuk tiketing

sekitar 3 sampai 5 juta apalagi kalo hari libur mas sedang

ramai bisa lebih, kan hitungannya perkendara itu limaribu

dan tiga ribu untuk parkir dan kemudian dibagi deh hasilnya

dengan pengurus karang taruna dan penjaga

tiketting”(Wawancara dengan Mas Arya penjaga pintu

masuk ekowisata Pantai Desa Karangsong 3 April 2019)

Sedangkan Menurut bapak Carimin

“Yang dirasakan sih tambak saya tidak terkana abrasi air

laut, kan waktu dulu mah saya sebagai petani tambak ikan

khawatir takut kena abrasi air laut, paling sekarang mah

burung burung dek yang makanin ikan ditambak

saya”(Wawancara dengan Pak Carimin pada tanggal 3 April

2019 salah satu warga Desa Karangsong)

Sedangkan menurut pak Ali sodikin (ketua KSM pantai

lestari) bahwa dampak yang dirasakan untuk warga sekitar

dengan adanya ekowisata hutan mangrove di desa

karangsong adalah :

 

93

“karena tujuan awal kan hanya untuk menahan abrasi air

laut tetapi yang namanya rejeki ya alhamdulillah bisa

berkembang menjadi ekowisata yang bisa menjadi tambahan

ekonomi bagi pengurus anggota dan warga sekitar di lokasi

ekowisata hutan mangrove”(Wawancara dengan ketua KSM

Pantai Lestari pada tanggal 5 April 2019)

Sedangkan menurut pak Ony (pendamping ksm pantai

lestari) dengan adanya ekowisata di Desa Karangsong:

“mengenai ekowisata dikarangsong sebagai show indow

etalase bahwa ada kelompok masyrakat peduli dan

konsisten jangka panjang berhasil sekarang mendapatkan

hasil kerja keras dari 2008 mendapatkan jasa ekonomi

secara psikli ekositem mangrove nya masih utuh

mendapatkan penghasilan ekonomi kemudian menyerap

tenaga kerja masyarakat lokal untuk mengelola ekowisata

hutan mangrove terus tambak masyarakat tidak terkena

abrasi ini semua adalah indikator keberhasilan sehingga

banyak kelompok masyarakat lain yang ingin belajar pada

kelompok pantai lestari”(wawancara dengan Pak Ony salah

satu aktivis lingkungan Desa Karangsong pada tanggal 1

April 2019)

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

dampak yang diperoleh baik secara ekonomi masyarakat

yang berada di sekitar aktifias ekowisata hutan mangrove

mendapatkan lapangan pekerjaan seperti penjaga tiket masuk

kawasan ekowisata kemudian masarakat bisa membuka kios

kios untuk berjualan dan menjajakan penjualannya seperti

souvenir dan jajanan khas untuk para pengunjung. Secara

sosial struktur perekonomian di desa karangsong bertambah

tidak hanya bekerja sebagai petani tambak dan nelayan tetapi

sebagai pengelola ekowisata hutan mangrove dan kemudian

terkait lingkungan karena masyrakat yang ada di sekitar

 

94

ekowisata hutan mangrove di desa karagsong merasakan

dampak perubahan yang positif dengan adanya ekowisata

tersebut masyrakat mulai secara sadar untuk menjaga

kelestarian lingkungan yang ada di Desa Karangsong mulai

dari ekosistem yang ada dipesisir pantai sampai hutan

mangrove itu sendiri untuk sama sama menjaga

kelestariannya.

Hal demikian pernah dikatakan Sumodiningrat sebagai

pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk

memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi

kemampuan yang mereka miliki. Dalam proses

pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan

sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang

usaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat (Mardikanto

dan Soebiato 2015, 52).

Jika dibandingkan dahulu sebelum adanya ekowisata

hutan mangrove di bibir pantai Desa Karangsong keadannya

begitu kumuh, lahan lahan tambak banyak yang terkena

abrasi air laut. akan tetapi setelah adanya ekowista hutan

mangrove suasana lingkungan dibibir pantai Desa

Karamgsong tidak lagi kumuh.

Dengan kata lain, bahwa pemberdayaan yang dilakukan

oleh KSM Pantai Lestari merupakan bentuk mensejahterakan

masyarakat dan memandirikan masyarakat guna mempunyai

 

95

kekuatan hidup diatas potensinya sendiri (Jamasy 2004,

108).

Menurut ibu Rasinah mengatakan :

“Mending lah dulu mah sepi disini dek cuman ada

pantai dan nelayan aja terus pantainya gak keurus dek

kotor, sekarang mah mending ramai pas ada ekowisata

mangrove jadi bersih” (Wawancara dengan Ibu Rasinah

pada tanggal 3 April 2019)

Sedangkan menurut pak Makrus salah satu pengurus

KSM Pantai Lestari:

“Dulunya kawasan pantai desa karangsong itu tambak

ikan yang terabrasi pada tahun 2001, kemudian tahun 2007-

2015 ditanami mangrove oleh ksm pantai lestari dengan

berkerja sama dengan masyarakat” (Wawancara dengan Pak

Makrus 9 April 2019)

Jadi peneliti simpulkan bahwa dampak yang diperoleh

dengan adanya aktifitas ekowisata hutan mangrove mereka

merasakan dampak yang positif baik pengurus, anggota

KSM Pantai Lestari dan masyarakat di Desa Karangsong.

Baik untuk pengurus dan anggota KSM Pantai Lestari adalah

mereka mampu untuk melestarikan lingkungan di pesisir

pantai Desa Karangsong secara real ekositem mangrove nya

utuh dan mampu mendapatkan tambahan ekonomi tanpa

merusak lagi ekosisitem mangrove yang ada di pesisir pantai

bahkan mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi

anggota KSM Pantai Lestari sehinga mendapatkan

pengahsilan secara ekonomi dan menambah kapasitas

 

96

keilmuannnya dalam mengelola ekowisata hutan mangrove

dan menjaga kelestarian lingkungan.

Sedangkan untuk warga Desa karangsong yang berada

di kawasan ekowisata karena sudah mendapatkan dampak

yang begitu signifikan dengan adanya aktifitas ekowisata

mereka menjaadi lebih sadar untuk menjaga pesisir pantai

Desa Karangsong mulai dari menjaga kebersihan dan para

petani petambak yang sudah tidak lagi membuat tambak

tanpa merusak ekositem hutan mangrove yang ada di

dipesisir pantai Desa Karangsong.

Tabel 12

Perbandingan Kondisi Desa Karangsong.

Kondisi Desa Sebelum adanya

Pemberdayaan

(2000-2006)

Sesudah adanya

pemberdayaan

(2007-Sekarang)

Kondisi

Ekonomi

Mayoritas

masyarakat hanya

bekerja sebagai

nelayan dan petani

tambak tanpa

memperhatikan

kondisi

lingkungan.

Dengan adanya

pemberdayaan

Ekowisata

masyarakat ikut

terlibat dalam

pengelolaan

ekowisata sehingga

timbul struktur

perekonomian

baru.

 

97

Kondisi Politik Kepala Desa hanya

melakukan

pembangunan

dibidang ekonomi

melalui tambak di

lahan tanah timbul

tanpa

memperhatikan

lingkungan dengan

memberikan surat

ijin menggarap

ditanah timbul bagi

masyarakat yang

mebayarnya

Kepala desa di

pegang oleh alm

pak Sahlani dan

pak Dulloh

membenahi surat

ijin menggarap di

tanah timbul untuk

memperhatikan

kondisi lingkungan

dan sekarang sudah

membuat PERDES

tentang area

penghijauan hutan

mangrove di

pesisir pantai/tanah

timbul.

Pengelolaan

sumber daya

lokal

Tidak ada Adanya ekowisata

hutan mangrove,

dan pengelolaan

tanaman mangrove

menjadi olahan

makanan dan

minuman yang

dijual oleh

masyarakat.

Kondisi Lingkungan pesisir Lingkungan pesisir

 

98

Lingkungan pantai Desa

Karangsong akibat

eksploitasi lahan

tambak.

pantai tidak lagi

rusak dari

eksploitasi lahan

tambak dan

ancaman dari

abrasi air laut

dengan adanya

hutan mangrove

yang ditanami oleh

KSM Pantai

Lestari dengan

masyarakat

Penghargaan

yang didapat

Tidak ada Juara 3 lomba

wanalestari tingkat

nasional dalam

mengelola hutan

mangrove di

pesisir pantai.

 

99

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Bentuk pemberdayaan masyarakat yang di lakukan

oleh KSM Pantai lestari yaitu pemberdayaan ekonomi,

pemberdayaan kebudayaan dan pemberdayaan lingkungan

melalui penyadaran ekologis, menguatkan kelembagaan

lokal dengan meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki

oleh KSM Pantai Lestari, Membangun kemitraan dan

evaluasi.

Dampak yang dirasakan oleh warga sekitar yang

ada di lokasi ekowisata yaitu munculnya struktur

perekonomian baru bagi masyrakat dengan adanya

aktifitas ekowisata hutan mangrove, bertambahnya

pendapatan ekonomi bagi anggota KSM Pantai Lestari

serta Terjaganya ekosistem pesisir pantai Desa

Karangsong.

B. SARAN

1. Untuk KSM Pantai Lestari agar meningkatkan

pelatihan pelatihan bagi anggotanya dalam

pengelolaan ekowisata seperti pelatihan pemasaran

wisata.

2. Untuk pemerintah agar lebih memperhatikan sarana

prasarana penunjang ekowisata hutan mangrove

sehingga KSM Pantai Lestari dapat mengembangkan

ekowistanya dengan baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ambo Tuwo, Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut, Surabaya:

Brilian Internasional, 2011.

Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogyakarta:

Gajah Mada University Pres, 1997.

fredinan Yulianda & handoko Adi susanti, Buku panduan

kriteria penetapan zona ekowisata bahari. (Bogor, IPB

Press) 2001.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

Jakarta;Bumi Aksara, 2013.

Herdiansyah, Haris. Metedeologi Penelitian Kualitatif: Untuk

Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Husaini Usmani dan Purnomo Setiady Akbar. Metedeologi

Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Ian, Parker. Psikologi Kualitatif, Yogyakarta: Andi, 2008.

Irawan Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-

LAN, 1999.

Janianton Damanik dan Helmut F.Weber, Perencanaan

Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, (Yogyakarta: 1Andi

Offiset, 2006).

Kusnaka Adimiharja & Harry Hikmat, Participatory Reserach

Apprasial. Bandung:Humaniora Utama Press, 2004

 

Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam

Bidang Ekonomi:Tinjauan Teoritis dan Implementasi.

Jakarta Bappenas, 2000.

Ndraha, Taiziduhu, Kronologi; Ilmu Pengetahuan Baru Jakarta

Direksi Cipta, 2003.

Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rokhim, pembangunan wilayah,

prespektif Ekonomi Sosial dan Lingkungan, Jakarta:

LP3ES, 2012.

Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik

Negara. Pembangunan Pedesaan dalam Rangka

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Bogor: IPB Pres,

2010.

Prijono, Onny S. Pemberdayaan Konsep, Masyarakat, Jakarta:

Bina Rena Pariwarna, 1997.

Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan dan sumber daya

alam prespektif teori dan isu-isu mutakhir, Jogjakarta:Ar-

Ruzz Media, 2012.

Rukhiyat, Adang dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, Jakarta:

CV Tumaritis, 2003.

Satori, Djam’an; Komariah, Aan. Metode Peneltian Kualitatif,

Bandung;Alfabeta, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta, 2013.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif,

dan Tindakan, Bandung; Aditama, 2012.

Sulistyaninsh. Metode Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-

Kualitatif, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012.

 

Sumarsono, Sonny. Metode Riset Sumber Daya Manusia,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.

Supriharyono. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

di Wilayah Pesisir Tropis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2000.

Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2008.

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan

Masyarakat Dalam Prespektif Kebijakan Publik, Bandung,

Alfabeta, 2012.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, BAB II, Pasal 4.

Yati, Oka A. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan

Implementasi. Jakarta: Kompas, 2008.

Yulistiani, Indri. Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian

Lapangan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktek,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2013, Cet 1.

Sumber Jurnal

Fikri Nazarullail, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

Ekowisata “Lepen Adventure”. Jurnal Pendidikan dan

Pengembangan Volume 2 no 8.

Hemas Prabawati Jakti Putri. Faktor-Faktor Keberhasilan

Pengembangan Desa Wisata di Dataran Tinggi Dieng.

Jurna Teknik PWK Volume 2 no 3 2013.

 

Muhammad Ahmad Ridlwan, Model Pengembangan Ekowista

dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal. Jurnal

Politik Indonesia Indonesian Political Science Review.

Sumber Internet

https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-

indonesia-756-juta-orang, Diakses pada, 28 Febuari 2017.

https://jabar.bps.go.id. Diakses pada, 28 Febuari.

http://pusdalisbang.jabarprov.go.id, Diakses pada, 27 Febuari.

http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses pada 28 Febuari 2017.

http://www.pertamina.com. Diakses pada tanggal 25 febuari

2017.

Sumber Wawancara

Wawanncara dengan pak ali sodikin salah satu pengurus ksm

pantai lestari pada tanggal 5 april 2019.

Wawancara dengan pak Eka salah satu pengurus KSM pantai

lestari pada tanggal 7 mei 2019

Wawancara dengan pak Makrus salah satu pengurus KSM Pantai

Lestari pada tanggal 9 April 2019.

Wawancara dengan Pak Dulloh salah satu pengurus KSM Pantai

Lestari pada tanggal 5 April 2019

 

Wawancara dengan pak Carita salah satu pengurus KSM Pantai

Lestari pada tanggal 6 April 2019

Wawancara dengan Pak Ony aktivis lingkungan Desa

Karangsong pada tanggal 1 April 2019

Wawancara dengan pak Rosikin anggota KSM Pantai Lestari

pada tanggal 3 April 2019

Wawancara dengan Armando salah satu anggota KSM Pantai

LESTARI pada tanggal 3 April 2019

Wawancara dengan ibu Rasinah salah satu warga Desa

Karangsong pada tanggal 3 April 2019

Wawancara dengan bapak carimin salah satu warga Desa

Karangsong pada tanggal 3 April.

 

LAMPIRAN LAMPIRAN

Transkip wawancara

Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari

Nama : Pak Ali Sodikin

Jabatan : Ketua Ksm Pantai Lestari

Tempat dan waktu wawancara: dikantor kepala desa 5 april 2019

jam 09.00.

1. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai

desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,

lembaga desa kemudian masyrakat dan

kehidupannya?

Yang jelas sebelum adanya ksm pantai lesstrai banyak

lembaga atau kelompok yang di dsa krangsong tetapi

muncul dan tenggelam begitu aja terus lingkungan

pesisir rusak dan terkena abrasi

2. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?

Didirikan mah 2007 tetapi diresmikannya 2008

3. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai

Lestari didirikan?

Kepedulian dengan lingkungan peisisr pantai yang

rusak

 

4. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,

mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan

berdiriinya ksm pantai lestari?

Kelima pengurus ksm ini dan dukung oleh almarhum

pak sahlani.

5. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya

KSM pantai lesatari?

Jadi awal awal mah biasa biasa aja kan banyak

kelompok muncul karena ada program saja, tetapi gak

nyangka ksm ini sampai sebesar ini , merasa untuk

mengunggulkan mah tidak tapi kita jalankan aja

6. Apa saja visi misi tujuan KSM Pantai lestari?

Visi misi dan tujuan KSM ini untuk menjaga

lingkungan yang ada di pesisir pantai desa

karangsong.

7. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai

Lestari?

Para pengurus dan masyrakat yang menjadi anggota

KSM Pantai Lestari kira kira ada 15 orang dek.

8. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut

anggotanya bagaimana?

Pengelolannya ya kalo kelompok tidak serius yang

tidak bertahan lama dan manajemen kelompok juga

harus bagus agar bisa tertata lebih baik dan bisa

bergerak sesuai jalur. Merekrutnya anggota sih yah

kalo mau masuk silahkan kan dikelompok waktu itu

tidak memberi penghasilan lebih keanggota karena

 

kelompok ini bergerak di perbaikan lingkungan ya

kalo masyrakat sepakat ya silahkan masuk.

9. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai

Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau

membuat program tersebut?

Merumuskannya program melalui rapat internal kan

kita musyawarahkan bersama supaya makin erat

antara pengurus kelompok. Program yang dilakukan

oleh KSM Pantai lestari salah satunya konservasi

lingkungan pesisir pantai Desa Karangsong dan

ekowisata hutan mangrove.

10. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,

apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan

program tersebut?

Ide mah kita rapatkan bersama sama kebetulan waktu

itu didampingi oleh pak ony.

11. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam

pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik

pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program

tersebut?

Salah satunya peeningkatan kapasitas anggota

kelompok dalam pengelolaan ekowista hutan

mangrove seperti pelatihan tourguide dengan berkerja

sama dengan indecont

12. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?

Supaya kelestarian lingkungan dipesisir pantai

karangsong dapat terjaga dan tidak terkena abrasi dan

 

bermanfaat bagi generasi penerus bahkan menjadi

sebuah sejarah bahwa ada kelompok yang benar benar

menjaga lingkungan di pesisir pantai desa karangsong.

13. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam

menjalankan program?

Swadaya pengurus sudah pasti terkadang sisaan

program kita kumpulkan untuk kelanjutan program

ksm pantai lestari ada juga program yang kita jalankan

kan anggarannya tidak sesuai real dilapangan banyak

yang memangkas.

14. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan

kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo

bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai

lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm

pantai lestari bermitra?

untuk menjaga lingkungan pesisir yang rusak hingga

menjadi ekowisata sampai sekarang ini tidak bisa

kelompok saja yang bergerak tetapi kami butuh kerja

sama dari dinas pemerintahan pertamina LSM bahkan

para para akademisi yang sejalan dengan tujuan

kelompok ini.

15. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong

diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata

di desa karangsong?

Ekowisata sekitar 2015 idenya mah awalnya tidak ada

karena tujuan awal kan hanya untuk menahan abrasi

air laut tetapi yang namanya rejeki ya alhamdulillah

 

bisa berkembang menjadi ekowisata yang bisa

menjadi tambahan ekonomi bagi pengurus anggota

dan warga sekitar di lokasi ekowisata hutan mangrove.

16. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan

ekowisata di desa karangsong?

Pertamina dinas kelautan perikanan bahkan para

akademisi yang selalu melakukan riset di hutan

mangrove tersebut.

17. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan

penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya

ekowisata di desa karangsong?

18. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM

Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain

anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan

mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?

Yang pasti mengajak masyrakat walaupun sebagian

masyrakat ada saja yang tidak ikut terlibat dalam

program

19. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat

dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan

program atau sampai pemanfaatan program?

Paling partisipasinya dalam pelaksanaan program saja

karena yang kita ajak ada yang meu menjadi anggota

tetap ada juga yang hanya mnejadi buruh tanam

mangrove yang diupah harian.

20. Apakah program tersebut berhasil? Indikator

keberhasilannya apa saja?

 

Berhasil, banayak peluang usaha baru bagi masyrakat

dan lingkungan di pesisir pantai tidak lagi rusak.

21. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai

KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika

baik/tidak mengapa?

22. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai

Lestari?

Juara 3 wanalestari tingkat nasional.

23. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?

Kan kelompok sudah terkenal di tingkat nasional tapi

kelompok bukan mengharapkan pengakuan dari siapa

siapa tetapi harapannya kelompok dapat menjadi

contoh bahkan inspirasi bagi kelompok lain agar

tergugah bahwa kelompok itu berjalan bukan kalo ada

proyek atau program saja tetapi bisa konsisten untuk

menjlankan, kalo untuk ekowisata hutan mangrove

supaya bisa menjadi lebih baik dan terkenal lagi

menjadi tempat pembelajaran manfaat mangrove.

Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari

Nama : Pak Makrus

Jabatan : bendahara KSM Pantai Lestari

Tanggal : 9 april 2019 jam 14.00

24. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai

desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,

 

lembaga desa kemudian masyrakat dan

kehidupannya?

Dulunya kawasan pantai desa karangsong itu tambak

ikan yang terabrasi pada tahun 2001, kemudian tahun

2008 ditanami mangrove oleh ksm pantai lestari.

lembaga desa di karangsong itu banyak kelompok

kelompok masyrakat kelompok masyarakat di bidang

penghijauan kelompok masyrakat dibidang

penangkaran ikan dan banyak lagi mas.

25. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?

17 mei 2008 di akta notariskan sekitar tahun 200

26. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai

Lestari didirikan?

Ya tadi itu mas kepedulian akan lingkungan yang

rusak

27. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,

mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan

berdiriinya ksm pantai lestari?

KSM pantai lestarai ini berdiri bukan dari bentukan

dinas tetatpi beberapa orang yang pernah berkelompok

mempersatukan diri untuk membuat kelompok yang

bergerak di bidang konservasi lingkungan atau peduli

terhadap rusaknya bibir pantai desa karangsong. Dan

dulunya pak ali pak marus pak eka pak carita dan pak

dulloh mempunyai kelompoknya masing masing.

Karena waktu itu masyrakat sibuk dengan

kelompoknya masing masing sehingga hanya

 

segelintir orang yang mencetuskan berdirinya ksm

pantai lestari.

28. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya

KSM pantai lesatari?

Rt/Rw masyarakat yang masuk menjadi anggota ksm,

pemuda dan dinas perikanan dan kelautanan, dan lsm

kehati, lsm kehati memberikan bantuan dana dan

teknis dalam peningkatan kapasitas pengurus.

29. Apa saja visi misi dan tujuan KSM Pantai lestari?

Nanti saya ksih file nya terkait visi misi dan tujuan

ksm pantai lestari

30. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai

Lestari?

Pak ali, pak eka, pak carita, pak dulloh, dan saya

sendiri mas

31. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut

anggotanya bagaimana?

Model pengelolaannya ad art dan norma norma

dijunjung dan nilai nilai tidak tertulis harus

disepakatai seperti saling percaya, kemudian setiap

sebulan sekali ada rapat internal pengurus untuk

melakukan kesepakatan kesepakatan baru. Untuk

perekrutan anggota dibebaskan selagi anggota tersebut

sejalan dengan ksm pantai lestari yang bergerak

dibidang lingkugan.

32. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai

Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau

 

membuat program tersebut? Program konservasi

lingkungan dan jasa ekowisata. Merumuskan program

ketika rapat internal pengurus yang dilakukan sebulan

sekali.

33. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,

apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan

program tersebut? Ada yang menjdai mentor untuk

tujuan awalnya peningktan kapasitas pengurus

kelompok waktu itu pak ony salah satu tokoh diluar

kelompok menjadi fasilitator dalam merumuskan

program yang dilakukan ksm pantai lestari untuk

merehab pantai dengan melakukan penanaman

mangrove.

34. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam

pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik

pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program

tersebut?

Bentuk pemberdayaanya berupa peningkatan kapasitas

sumber daya manusia dalam pengelolaan ekowisata

sih kita berkejasama dengan salah satu lembaga

Indecont berupa pendampingan selama 3 bulan

melalui pelatihan tourguide untuk anggota Ksm Pantai

lestari supaya dapat melayani pengunjung dengan baik

bagaimana berkomunikasi dengan pengunjung

sehingga pengunjung dapat pengetahuan mengenai

hutan mangrove

 

Metode teknik tidak ada yang penting berkomitmen

saja untuk menjalankan.

35. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?

Pantai tidak terkena abarasi, lingkungan pantai

menjadi bersih itu tujuann programnya.

36. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam

menjalankan program?

Modalnya sih mas pertama hasil dari program

program yang kita laksanakan pasti ada sisanya kita

tidak bagi bagi tapi unuk program selanjutnya bahkan

modal ksm pantai lestari dari swadaya pengurus,

37. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan

kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo

bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai

lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm

pantai lestari bermitra?

38. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong

diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata

di desa karangsong? Sekitar tahun 2015, awalnya sih

cuman menjaga lingkungan pesisir pantai kemudian

banyak akademisi melakukan penelitian dan publikasi

sejingga masyarakat banyak yang tau ekosistem hutan

mangrove yang ada di desa karangsong.

39. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan

ekowisata di desa karangsong?

Pemerintah desa dan masyarakat desa karangsong.

 

40. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan

penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya

ekowisata di desa karangsong? Yah hanya bersifat

informal saja mas paling penjelasan ke masyarakat

meallaui facebook poster dan obrolan dengan

masyrakat.

41. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM

Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain

anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan

mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?

Program yang dilakukan ksm pantai lestari hanya

melibatkan anggota kelompok saja.

42. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat

dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan

program atau sampai pemanfaatan program? Kan

perumusan program dirapat internal tetapi anggota

berperan hanya di pelaksanaan dan pemanfaatn

program saja.

43. Apakah program tersebut berhasil? Indikator

keberhasilannya apa saja?

Program tersebut menurut saya berhasil, indikatornya

bagaiamana program ekowisata tersebut bisa

berkelanjutan sampai sekarang,

44. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai

KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika

baik/tidak mengapa? Tanggapan masrakat sekitar yah

ada yang bilang baik ada yang bilang tidak masyarakat

 

yang diajak akan bilang yangbaik baik yang tidak

pasti tanggapannya buruk mas. Itu semua kan risiko

orang hidup mas.

45. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai

Lestari?

Juara 3 wanalestari tingkat nasional

46. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?

Ksm pantai lesatari menjadi lebih baik dan selalu

kompak terus, dan untuk ekowisata hutan mangrove

bisa makin ramai pengunjung sehingga fasilitas

penunjang ekowisata bertambah.

Wawancara Pengurus KSM Pantai Lestari

Nama : Pak Dulloh

Jabatan : Bidang Pengembangan Masyarakat

Waktu Wawancara : 5 April 2019 jam 15.00

A. Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari

47. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai

desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,

lembaga desa kemudian masyrakat dan

kehidupannya?

Ya kalo cerita desa karangsong sendiri sih ketika itu

desa ini satu dengan pabean udik kemudian terjadi

pemekaran, dulunya tahun 70 an desa karangsong itu

 

daerah pertanian karena ada bendungan karet jadi

agak susah untuk mendapatkan air tawar kenudian

tahun 80 an akhir semua area pertanian dijadikan

tambak mulai dari tambak ikan dan udang dan pada

tahun 90 an awal semua lahan dijadikan tambak

sampai di daerah bibir pantai desa karangsong pada

tahun 2001 kelompok nelayan besar dipindahkan ke

desa karangsong karena letak muara nya tidak terlalu

jauh dan sedemin tanahnya pasir bukan lumpur yang

tadinya di desa brondong awalnya sih di desa

karangsong cuman ada kelompok nelayan kecil,

karena lahan tambak sudah terlalu banyak sehingga

terjadi kerusakan dilingkungan pesisir desa

karangsong skeitar tahun 2000 banyak kelompok yang

menangani perbikan lingkungan, setelah kita amati

setelah ada bendungan karet direntang di desa

karangsong selalu terjadi abrasi dan banyak kelompok

kelompok yang menangani perbaikan lingkungan

pesisir dengan cara menanami mangrove tidak selalu

berhasil nanem mangrove kemudian ditebang lagi

maka dicobalah untuk membentuk kelompok yaitu

kelompok ksm pantai lesatrai dulunya kan para

pengurus ksm ini kan pernah mempunyai dan

mengikuti kelompok termasuk saya kelompok rahayu

di bidang budidaya pak carita dikelompok tangkap

dan pak makrus ini ketua kelompok kelopak yang

menangani bidang lingkungan yang waktu itu sudah

 

besar karena ada maslah dengan para pengurus

akhirnya bubar setelah kami menggas kelompok kami

dikumpulkan oleh kepala desa untuk membuat

kelompok ksm pantai lestari yaitu almarhum pak

sahlani untuk melakukan perbaikan lingkungan karena

kelompok kelompok yang lain berjalan sendiri sendiri

sehingga tidak ad hasilnya maka pak sahlani

menggagas dan menarik ketua kelompok kelompok

untuk membuat kelompok baru untuk menangani

kerusakan lingkungan.

48. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?

Sebenarnya ksm pantai lestari ini sudah beriri sekitar

2007 dan diresmikan 20 mei 2008.

49. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai

Lestari didirikan?

Ide berdirinya sih karena melihat kerusakan

lingkungan di pesisir pantai desa karangsong dan

waktu itu tahun 2007 mendapat program GERHAN

untuk penanaman mangrove di pesisir pantai desa

karangsong. Pada waktu itu ketika kami menanm

terjadi tumpahan minyak dari balongan sekitar

september 2008 dan kami memberhentikan

penanaman dan mulai lagi sekitar 2009

50. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,

mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan

berdiriinya ksm pantai lestari?

 

Pak ali pak carita pak eka pak makrus pak carita pak

kuwu sahlani dan pak ony

51. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya

KSM pantai lesatari?

Yang pasti mah yang mendukung tuh dari pemerintah

desa pak kuwu sahlani.

52. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai

Lestari?

pak ali pak dulloh pak carita pak makrus pak eka

53. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut

anggotanya bagaimana?

Pengelolaanya sih sederhana kita saling percaya antar

kelompok dan selalu meniatkan bahwa kelompok ini

benar benar menangani perbaikan lingkungan dan

selalu solid untuk kemajuan kelompok.

54. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai

Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau

membuat program tersebut? Pertama sih konservasi

lingkungan pesisir pantai terus penanaman mangrove

dan jasa ekowisata

55. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,

apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan

program tersebut?

Sebenrnya nya mah terkait ide mah kan kita sebulan

sekali mengadakan rapat untuk evaluasi membuat

program kebetulan untuk program kita di dampingi

oleh pak ony

 

56. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam

pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik

pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program

tersebut?

Pemberdayaan yang pernah dilakukan sih konservasi

lingkungan dan pelatihan tour guide untuk para

anggota supaya sdm yang kita punya dapat mengelola

sumber daya alam dan ekowisata ini dengan baik.

57. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?

Tujuan programnya yaitu menjaga lingkungan dan

mendpatkan tambahan ekonomi tanpa merusak

mangrove lagi.

58. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam

menjalankan program?

Modalnya sih awalnya swadaya pengurus kemudian

ketika ada program dari luar sisanya kita tidak untuk

bagi bagi ke pengurus tetapi kita kumpulkan untuk

kelangsungan program kelompok. Bahkan dari tiket

tiket ekowisata bukan hanya untuk kesejahteraan

pengurus dan anggota tetapi dikembalikan lagi untuk

lingkungan salah satunya pembebasan lahan yang

rusak kita tidak bisa menanam mangrove ditanah

milik orang karena sudah pasti mangrovenya ditebang

dan dijadikan tambak lagi ketika terjadi tanah timbul.

59. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan

kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo

bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai

 

lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm

pantai lestari bermitra?

Kami bermitra dengan dinas perikanan dan kelautan,

lsm utbund kalo untuk pertamina sih tahun 2010

60. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong

diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata

di desa karangsong? Sebenarnya peresmiannya tidak

ada karean kami menanam mangrove hanya untuk

menahan abrasi air laut agar tidak sampai ke tambak

masyrakat tetapi karena banyak mahasiswa

melakukan penelitian disana dan banyak yang mau

berkunjung disana maka yaudah lah kita jadikan

ekowisata mungkin ini bonus dari perjuangan

kelompok.

61. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan

ekowisata di desa karangsong?

Pertamina Indecont dinas perikanan dan Kelautan.

62. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan

penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya

ekowisata di desa karangsong?

Kalo untuk penyadaran sih mas untuk masyarakat

terkait lingkungan masyarakat sudah mulai sadar

sendiri karena masyrakat merasakan manfaatnya

dengan adanya hutan mangrove ini.

63. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM

Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain

anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan

 

mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses? Kalo

untuk melibatkan masyarakat kami ajak dan kami

tanyakan apakah mau menjdai anggota tetap atau tidak

tapi rata rata masyarakat hanya mau kerja saja sebagai

buruh tanam mangrove.

64. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat

dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan

program atau sampai pemanfaatan program? Tadi itu

mas yang saya katakan partisipasi masyrakat sebagian

hanya menjadi buruh tanam terkait program perbaikan

lingkungan.

65. Apakah program tersebut berhasil? Indikator

keberhasilannya apa saja?

Alhamdulilaah berhasil ya mas, tandanya sih yah itu

mas bagaiman hutan mangrove itu utuh samapai

sekarang dan bahkan sudah menjadi ekowisata

sekarang.

66. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai

KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Tangapan

masyarakat ada yang bilang bagus dan ada yang tidak.

67. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai

Lestari?

Penghargaan wanalestari juara 3 tingkat nasional

68. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?

Mudah mudahan sih makin berkembang ksm pantai

lestari ini dan ekowista menjadi lebih bagus sehingga

banyak pengunjung yang datang lagi.

 

Wawancara pengurus ksm pantai lestari

Nama : Pak Carita

Jabatan : sekertaris

Waktu wawancara : 6 april jam 13.00

1. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai

desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,

lembaga desa kemudian masyrakat dan

kehidupannya?

Kalo dulu seblum 2008 kelompok kelompok itu

banyak kelompok budidaya kelompok tangkar

kelopak dibidang penghijauan kebetulan saya satu

kelompok dengan pak ali di kelompok tangkar

kemudian dilihat dari kegagalan kegalan kelompok

akhirnya kelima ketua anggota kelompok ini menyatu

untuk membuat kelompok baru dibidang perbaikan

lingkungan karena pada waktu itu dibibir pantai

karangsong 1 km ke pumikan dan daerah tambak

hampir terkena abrasi karena masyrakat banyak yang

empangnya terkena abarasi dari bibir pantai.

2. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?

Sekitar tahun 2008 yang pad waktu itu pak dulloh

yang menjadi ketua.

 

3. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai

Lestari didirikan?

Gagasannya melihat rusaknya kondisi bibir pantai

bahkan lahan yang kita tanami dulunya sudah menjadi

lautan. Program yang pertama kali berhasil dari

perikanan dan kelauatan terkait penanaman mangrove

4. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,

mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan

berdiriinya ksm pantai lestari?

Pak ali saya pak makrus pak eka pak dulloh dan

didukung oleh pak sahlani.

5. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya

KSM pantai lesatari?

Dinas perikanan dan kelautan dan pertamina sekitar

2011 baru masuk.

6. Apa saja visi misi dan tujuan KSM Pantai lestari?

Tadinya kan tujuannya hanya menahan abarasi air laut

ternyata sekarang menjadi ahli fungsi menjadi

ekowisata

7. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai

Lestari?

Kelima pencetus berdirinya ksm ini yang menjadi

pengurus.

8. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut

anggotanya bagaimana?

Pengelolaannya sesuai tupoksi masing masing

pengurus, proses mrekrut anggota sih tidak ada

 

persyaratan tetapi siapa saja yang mau membantu

dikelompok.

9. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai

Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau

membuat program tersebut?

Kita melakukan rapat rutin sebulan sekali dengan para

pengurus bahkan dulu ketika itu untuk membuat

program kita harus membuat proposal program

memint bantuan ternyata karena kelompok kita

banyak berhasil maka sekarang tidak susah lagi untuk

menawarkan program bahkan sekarang banyak pihak

swasta yang menawarkan program untuk bekerjasama.

10. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,

apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan

program tersebut?

Kalo untuk ide program kita rumuskan bersama tetapi

waktu itu ada yang mau mendampingi kami yaitu pak

ony.

11. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam

pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik

pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program

tersebut?

Pelatihan peningkatan sdm untuk pengelolaan

ekowisata yaitu pelatihan tourguide berkerja sama

denga indecont.

12. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?

 

Tadinya kan tujuannya hanya menahan abarasi air laut

ternyata sekarang menjadi ahli fungsi menjadi

ekowisata, bahkan dulu perjuangannya sangat susah

ketika melakukan perbaikan lingkungan kendalanya

konflik terhadap masyarakat yang mempunyai

kepntingan untuk menjdaikan tambak.

13. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam

menjalankan program?

Dari sisa dana pelaksanaan program yang telah

dilakukan dan swadaya pengurus dan anggota

kelompok.

14. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan

kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo

bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai

lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm

pantai lestari bermitra?

Dinas perikanan dan kelautan dan pertamina sekitar

2011 baru masuk, karena keberhasilan kita menanam

mangrove kita dipercaya untuk mengembangkan lagi

hutan mangrove itu menjadi pusat riset edukasi

mangrove.

15. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong

diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata

di desa karangsong?

Sejak waktu festival mangrove kareana banayak yang

memposting sehingga banyak masyarakat yang datang

ke ekowisata hutan mangrove tersebut.

 

16. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan

ekowisata di desa karangsong?

CSR Pertamina bahkan dinas kementrian lingkungan

hidup juga mendukung untuk wisata edukasi.

17. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan

penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya

ekowisata di desa karangsong?

Paling lewat obrolan obrolan ringan dengan warga

18. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM

Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain

anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan

mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?

Melibatkan warga untuk melaksanakan program kan

anggota ksm sendiri itu berasal dari warga asli desa

karangsong itu sendiri.

19. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat

dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan

program atau sampai pemanfaatan program?

Paling untuk anggota atau masyarakat sampai di

pelaksanaan program saja sperti penanaman mangrove

yang kita kasih upah.

20. Apakah program tersebut berhasil? Indikator

keberhasilannya apa saja?

Saya kira berhasil buktinya mangrove itu masih utuuh

dan banyak mahasiswa yang melakukan riset disana

dan masyrakat banyak yang berkunjung ke ekowisata

hutan mangrove.

 

21. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai

KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika

baik/tidak mengapa?

Alhamdulillah baik sih paling petani tambak banyak

yang mengeluh dengan banyaknya burung yang

memkan ikan ditambak masyarakat karena memang

fauna jenis burung sudah banyak dengan adanya hutan

mangrove.

22. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai

Lestari?

Juara 3 wanalestari tingkat nasional

23. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?

Harapannya ksm pantai lestari bisa terus

mengembangkan dan merawat ekowisata hutan

mangrove untuk generasi berikutnya.

Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari

Nama : Pak Eka

Jabatan : ketua bidang penghijauan.

Waktu wawancara : di rumah 7 April jam 09.00

69. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai

desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,

 

lembaga desa kemudian masyrakat dan

kehidupannya?

Dulunya sebelum ada ksm pantai lestari sebetulnya

banyak kelommpok kelopok , kelompok binaan

wetland yaitu kelopak, kelompok lembayung yang

bergerak di bidang lingkungan, sementara pemerintah

sudah old out tetapi hasilnya tidak ada, Cuma tadi

yang berpikir hanya proyek cuman berpikir

pemanfaatan program dan kelompok kelompok

tersebut tidak bertahan lama. Sejak tahun 200

kelompok kelompok sebelum kami itu sudah ada,

tetapi kenyaataan kelompok yang sudah ada tidak ada

hasilnya di perbaikan lingkungan,

70. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?

Sejak tahun 2008 KSM ini pantai letari didirikan.

71. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai

Lestari didirikan?

Ksm ini muncul idenya ialah dari kepedulian

lingkungan bagaimana dulu kondisi pesisir desa

karang osong begitu rusak akibat dari abrasi air laut.

kita melihat dari kebradaan kelompok kelompok yang

sudah ada yang peduli dengan lingkungan tetapi tidak

ada hasilnya, pada saat itu tokoh masyarakatnya pak

sahlani yaitu kepala desa yang mendukung ksm pantai

lestari untuk melakukan perbaikan di pesisir desa

karangsong.

72. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?

 

Pak makrus pak ali pak dulloh dan pak carita dan para

pencetus ini menjadi pengelola KSM Pantai Lestari

sampai sekarang.

73. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya

KSM pantai lesatari?

74. Apa saja visi misi dan tujauan KSM Pantai lestari?

Terkait visi misi dan tujuan untuk lengkapnya bisa

tanyakan ke pak marus.

75. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai

Lestari? Pak ali pak makrus pak dulloh pak carita dan

saya sendiri sebaga pengelola ksm pantai lestari

dibidang penghijauan.

76. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut

anggotanya bagaimana?

Model pengelolaannya kita melihat model

pengelolannya dari kelompok kelompok yang sdah

ada bagaimana kegagalan kegagalan kelompok yang

terdahulu kita evaluasi, bahkan terkadang ego seorang

pemimpin setiap program keputusannya bukan di

tangna pemimpin tetapi untuk. Proses perekrutan

anggotanya siapa saja yang mau peduli dengan

lingkungan dan memahami keilmuan lingkungan

boleh masuk, karena ksm pantai lestari ini lembaga

non profit bisa dikatan lembaga sosial yang bergerak

dibidang lingkungan

77. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai

Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau

 

membuat program tersebut? Konservasi lingkungan

dan jasa lingkungan ekowisata hutan mangrove.

78. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,

apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan

program tersebut? Jadinya sebenarnya Pendamping

/mentor dalam pembuatan program ksm pantai lestari

itu ada yaitu pak ony sarjana kehutanan tetapi dinas di

perikanan dan kelauatan. Kalau kami ada ide untuk

melakaukan progrma pak ony yang menjadi mentor,

bahkan pak ony mendukung bahwa ksm pantai lestari

yang bisa menjlankan program terkait lingkungan

dengan baik.

79. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam

pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik

pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program

tersebut? Metodenya pendektan ke para pemuda saya

minta tolong ke karangtaruna untuk sama sama belajar

mengenai lingukngan dan mempertahankan ekowisata

yang ada di desa karangsong. Sehingga memahami

potensi yang ada di desa karangsong.

80. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?

81. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam

menjalankan program? Awalnya modal ksm pantai

lestari yaitu swadaya dengan pengurus untuk

melakukan program yang dilakaukan ksm pantai

lestari untuk melakukan program rehablitasi panatai

karangson untuk penanaman mangrove.

 

82. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan

kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo

bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai

lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm

pantai lestari bermitra? Ksm pantai lestari bermitra

dengan lsm siklus, csr pertamina

83. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan

ekowisata di desa karangsong?

Dinas kelautan dan perikanan, csr pertamina

kemudian biofarma

84. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan

penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya

ekowisata di desa karangsong? Kami KSM pantai

lestari melakukan penyuluhan tentang pentingnya

menjaga lingkungan pesisir bekerjasama pemerintah

desa melalui forum musyawarah desa.

85. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM

Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain

anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan

mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?

86. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat

dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan

program atau sampai pemanfaatan program? Bentuk

preran dan partisipasinya masyarakat untuk sekarang

ini hanya dari segi pemanfaatan program dimana

tambak masyarakat tidak lagi terkena abrasi air laut

dengan adanya ekowisata hutan mangrove.

 

87. Apakah program tersebut berhasil? Indikator

keberhasilannya apa saja? Saya kira berhasil yah dek

soalnya dengan adanya program ekowisata muncul

perekonomian baru bagi masyarakat. Kemudian

kelompok kami bisa menikmati hasil yang diperoleh

dari jasa lingkungan tersebut.

88. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai

KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika

baik/tidak mengapa? Kalau untuk masyarakat itu

sendiri ada yang bilang baik ada juga yang tidak

terganytung masyarakat yang mendapatkan manfaat

dri adanya ekowisata hutan mangrove.

89. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai

Lestari?

Juara 3 nasional dalam melestarikan hutan wanalestari

dari kementrian kehutanan.

90. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari dan

ekowisata?

Mudah mudahan ksm pantai lestari menjadi inspirasi

bagi kelompok kelmpok masyrakatn lainnya dan

mampu menjaga pesisir pantai agar tidak terkena

abrasi,

 

Wawancara aktivis/ tokoh didesa karangsong

Nama : Pak Ony

Jabatan : aktivis/pendamping ksm

pantai lestari

Tempat dan waktu wawancara : kantor dinas

perikanan 1 april 2019

1. Sejak kapan program ekowisata berjalan? ,apa yang

melatarbelakangi ide terbentuknya ekowisata di desa

karangsong?

2008-2014 selama tujuh tahun kami terus dampingi

dengan memberikan masukan masukan untuk

perkembangan ekosistem hutan mangrove salah

satunya kita tidak harus menebang tanaman mangrove

untuk mendapatkan nilai ekonomi tetapi dengan

dijadikan kawasan tersebut menjadi gren balt daerah

yang dilindungi sehingga kelompok pantai lestari

mempunya jasa ekowsiata untuk mendpatkkan

tambahan ekonomi.

2. Apa yang menjadi tujuan dari ekowisata yang ada di

karangsong?

Tujuan dari ekowisata sebenernya sederhana mas

yaitu menjaga konservasi linkungan yang ada di bibir

pantai karangsong tetapi ekowisata ini mengandung

 

beberapa konsep selain konservasi lingkungan

ternyata ada nilai ekonomi dari kegiatan ekowisata

tersebut tanpa melupakan kesejahteraan masyarakat

lokal. Dengan adanya ekowisata mansgrove struktur

ekonomi masyrakat berkembang setelah adanya

ekowisata kesadran masyrakat terkait lingkungan

sadar karena kalau sampai ekowisata mangrove ini

rusak maka pengunjung akan berkurang bahkan

berdampak pada kios kios pedagang kemudian karang

taruna yang menjaga tiketing pendapat nya berkurang

maka masyrakat mempunyai kesadaran untuk menjaga

kelstarian hutan mangrove.

3. Produk apa saja sih yang dihasilkan dari ekowisata

hutan mangrve?

Produk yang dihasilkan oleh ekowisata hutan

mangrove yaitu pertama kita bisa mlihat atraksi

atraksi kehidupan flora dan fauna dialam bebas dan

dilaamnya ada nilai edukasi yang dapat diambil, dan

yang kedua tanaman mangrove bisa diolah menjadi

produk makanan khas salah satunya menjadi kopi dan

kecap. Dengan adanya sumber daya alam sudah di

desain sejak awal ksm pantai lestari yang memelihara

ekowisata hutan mangrove kemudian kelompok lain

seperti kelompok jaya kencana yang bergereak di

pengolahan tanaman mangrove.

4. Bagaimana bentuk bentuk pemberdayaan dalam

membuat ekowisata?, prosesnya bagaimana?

 

Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat

dilakuakan ksm pantai lestari dengan memberikan

pelatihan tourgaide kepada anggota kelompok ksm

yang mengelola ekowsiata huatan mangrove secara

basicly kelimuan paham mengenai lingkungan,

prosesnya untuk melakukan membuat ekowisata

dibidang lingkungan membutuhkan stakehoders untuk

berkeja sama baik dibidang sosial dan ekonmi disinlah

kemampuan kelompok ksm pantai lestari untuk

membuat jaringan agar program tersebut berjalan

dengan baik, terkait pelatihan tourguide kelompok

bekerja sama dengan konsultan pembangunan yaitu

indecont untuk penambahan kelilmuan kapasitas sdm

anggota ksm pantai lestari dalam mengelola ekowisata

huatan mangrove menjadi lebih baik.

5. adakah kendala dalam pelaksanaan pemberdayaan

masyrakat melalui program ekowisata?

Terkait kendala pelaksanaanya mas yah banyak salah

satunya konflik dimana masyarakat hanya melihat dari

provit oriented hanya segi ekonomi. Padahal dengan

adanya program ekowisata kita bisa mendapatkan segi

ekologi jangka panjang bahkan dengan adanya

ekowisata bibir pantai di desa karangsong sudah tidak

lagi mengalami kerusakan bahkan petani tambak

mendapatkan dampak yang signifikan terkait dari

 

ekowisata bagaimana tambak masyrakat yang berkerja

di tamabak tidak lagi khawatir terkena abrasi air laut.

6. Bagaimana tahapan masyarakat untuk berpartisipasi di

program ekowisata tersebut?

Teerkait partisipasi masyarakat hanya melihat dari

segi ekonomi dimana waktu kan sebelum adanya

ekowisata mangrpve kan ada namanya pelaksanaan

penanaman mangrove dimana masyarakat ketika

penanaman awal mangrove ketika diajak untuk

menanam hanya melihat dari segi ekonomi masyrakat

rata rata yang diajak menanam hanya mengharapakan

bayaran sebagai buruh tanam mangrove. Enam orang

ini sebagai triger atau pendorong pencetus untuk

mengajak masyrakat melakukan mengajak sebagaian

masyrakat ikut berpartisipasi dalam program yang

dilaksanakan oleh ksm pantai lestarai.

7. Bagaimana Tanggapan anda dengan adanya KSM

Pantai Lestari?

Dikarangong program program revitalisasi tanaman

mangrove banyak tetapi banyak kelompok kelompok

yang melaksanakan program penanman mangrove

teerkait abrasi atrau kerusakan dibibir pantai

karangsong banyak yang tdak berhasil padahal banyak

program program penanaman mangrove dari weetlend

dinas perikanan dan kelautan, maka saya pikir hanya

ksm pantai lestari yang mempunyai komitmen untuk

melaksanakan program tersbut dengan baik. Pada

 

waktu saat itu saya berbicara dengan para pencetus

ksm pantai lestari untuk membuat kelompok yang

konsen di perbaikan lingkungan kebetulan ada

program GERHAN gerakan rehabilitasi lahan.

8. Bagimana harapan ke depan mengenai ekowisata yang

ada dikarangsong?

Harapan kedepan mengenai ekowisata dikarangsong

sebagai show indow etalase bahwa ada kelompok

masyrakat peduli dan konsisten jangka panjang

berhasil sekarang mendapatkan hasil kerja keras dari

2008 mendapatkan jasa ekonomi secara psikli

ekositem mangrove nya masih utuh mendapatkan

penghasilan ekonomi kemudian menyerap tenaga

kerja masyarakat lokal untuk mengelola ekowisata

hutan mangrove terus tambak masyarakat tidak

terkena abrasi ini semua adalah indikator keberhasilan

sehingga banyak kelompok masyarakat lain yang

ingin belajar pada kelompok pantai lestari.

Wawancara anggota ksm pantai lestari

Nama :Armando ervin erba alfaraby

Jabatan :anggota ksm pnatai lesatri

Umur : 24

 

Lokasi dan waktu wawancara : ekowisata hutan mangrove 3 april

2019.

1. Apa pekerjaan atau kegiatan anda sebelum menjadi

anggota KSM pantai lestari?, kegiatan saat ini apa?

Dulunya jaga warung mas, sekarang mah menjadi

anggota ksm pantai lestarii bagian pengelola atau

tourgaide untuk pengunjung.

2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota KSM Pantai

lestari?

Sudah 3 tahun mas

3. Apa tujuan anda menjadi anggota KSM Pantai lestari?

Ksm pantai lestari kan bergerak di bidang perwatan

lingkungan maka saya tertarik disitu.

4. Dari mana anda tahu kegiatan KSM pantai lestari?

bagaiman anda bisa masuk menjadi anggota KSM?,

coba ceritakan prosesnya?

Kebetulan waktu itu disuruh ikut membantu karena

banayk pengunjung yang datang dan akhirnya saya

ikut menjadi anggota deh mas, prosesnya tdiak ada

persaratan apa apa mas untuk ikut menjadi anggota

ksm pantai lestari.

5. Apa dampak yang anda rasakan menjadi anggota

KSM Pantai Lestari?

Dampak yang dirasakan sih yah pasti ya mas

pendapatan ekonomi dan wawasan baru mengenai

lingkungan.

 

6. Berapa penghasilan yang anda dapat selama menjadi

anggota KSM Pantai lestari?

Pengahsilannya sih kalo untuk saya dan teman teman

baru yang memakai seragm hitam itu sekitar 1,2juta

mas sebulan.

7. Kegiatan/program apa saja yang diikuti selama di

KSM Pantai Lestari? Berikan alsannya?

Program yang diikiuti peningkatan sdm mas yaitu

pelatihan tourguide yang dimentori mba siti dan mas

rifki pada tahun lalu dari indecont, bentuk

pelatihannya sih mas lokasi ekowisata ini dibagi 3

zona pertama kita harus tau tanaman mangrove apa

saja yang mendominasi zona ke 2 kita harus tau jenis

flora dan faunanya dan ke 3 zona untuk coffe break

atau istirahat wisatawan mas.

8. Selama mengikuti program/kegiatan dari ksm pantai

lestari pernah mengalami kendala?, jika ada apa

kendalanya?, dan solusi yang anda harapkan?

Kendalanya nya sih kurang lama mas pelatihannya

cuman 3 bulan, soulisnya pengennya sih

pendamingannya sampai ke media pemasaran

ekowisata kalo bisa 6 bulan.

9. Apa harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari dan

ekowisata?

Harapannya sih ramai pengunjung mas dan ditambah

lagi are area baru untuk penunjajang ekowisata mas

 

kaya spot untuk foto prawedding karena luamayan kan

mas bisa namabah data tarik pengunjung.

Wawancara anggota ksm pantai lestari

Nama : pak rasimin

Jabatan : anggota ksm pantai lesatri

Umur : 38

waktu wawancara : Ekowisata hutan mangrove 3 april 2019.

1. Apa pekerjaan atau kegiatan anda sebelum menjadi

anggota KSM pantai lestari?, kegiatan saat ini apa?

Dulu sebelum menjadi anggota ksm pantai lestari

pekerjaan saya serabutan, sekarang saya bekerja di

ksm pantai lestari sebagai pengelola ekowisata hutan

mangrove.

2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota KSM Pantai

lestari?

Sudah 8 tahun mas sejak mulai dari penaaman hutan

mangrove ibarat mah sebelum jadi ekowisata huatan

mangrove seprti ini saya sudah masuk.

3. Apa tujuan anda menjadi anggota KSM Pantai lestari?

 

Tujauannya sederhan mas untuk mendapatkan

pekerjaan yang lebih layak aja.

4. Dari mana anda tahu kegiatan KSM pantai lestari?

bagaiman anda bisa masuk menjadi anggota KSM?,

coba ceritakan prosesnya?

Kebetulan dari teman saya mas pak eka, prosesnya

tdiak ada persaratan apa apa mas untuk ikut menjadi

anggota ksm pantai lestari.

5. Apa dampak yang anda rasakan menjadi anggota

KSM Pantai Lestari?

Manfaatnya ya mas secara ekonomi saya bisa

menghidupi keluarga saya dirumah mas.

6. Berapa penghasilan yang anda dapat selama menjadi

anggota KSM Pantai lestari?

Penghasilan nya menjadi anggota ksm pantai lestari

bagian pengeloalan ekowsiata mah sekitar 1,8 juta

mas alhamdulillah banget lah mas.

7. Kegiatan/program apa saja yang diikuti selama di

KSM Pantai Lestari? Berikan alsannya?

Kegiatan selama menjadi anggota ksm pantai lestari

paling pelatihan tourgaide saja mas.

8. Selama mengikuti program/kegiatan dari ksm pantai

lestari pernah mengalami kendala?, jika ada apa

kendalanya?, dan solusi yang anda harapkan?

Kendala selam mengikuti progrma tidak ada ya mas

selagi ini untuk penambahan wawasan saya agar bisa

lebih baik dalam mengelola ekowisata ini.

 

9. Apa harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?

Harapan kedepan saya untuk ksm panai lestari sih gak

muluk muluk mas pengurus dan anggota ksm pantai

lestari selalu kompak aja mas, terus sih kedepannya

para pengunjung yang datang ke ekowisata ini makin

ramai mas.

Wawancara anggota ksm pantai lestari

Nama :Pak Rosikin

Jabatan :Anggota ksm pantai lesatri

Umur : 38

Lokasi dan waktu wawancara : ekowisata hutan mangrove 3 april

2019.

1. Apa pekerjaan atau kegiatan anda sebelum menjadi

anggota KSM pantai lestari?, kegiatan saat ini apa?

Petani tambak

2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota KSM Pantai

lestari?

Sudah 5 tahun.

3. Apa tujuan anda menjadi anggota KSM Pantai lestari?

Yang pasti dari awal penanaman ikut membantu

memelihara lingkungan, yang namanya rejeki jadi

ekowisata tahun 2015 ya alhamdulillah mas ada

 

tambahan rejeki jadi anggota ksm di bagian penelola

ekowisata.

4. Dari mana anda tahu kegiatan KSM pantai lestari?

bagaiman anda bisa masuk menjadi anggota KSM?,

coba ceritakan prosesnya?

Awalnya dari kemauan mas untuk masuk kelompok

yang pada waktu itu honornya sangat minim cuman

jadi buruh tanam mangrove sekarang sih

alhamdulillah meningkat karena jadi tempat

ekowisata. Dan saya masuk kelompok dari kaka saya

pak ali yang sekarang jadi ketua kelompok pantai

lestari

5. Apa dampak yang anda rasakan menjadi anggota

KSM Pantai Lestari?

Pendapatan secara ekonomi lah mas bertambah, yang

tadi awalnya cuman perbaikan lingkungan di daerah

bibir pantai karangsong sampai sekarang jadi

ekowisata.

6. Berapa penghasilan yang anda dapat selama menjadi

anggota KSM Pantai lestari?

Penghasilanya selam sebulan alhamdulillah sekitar 2

juta.

7. Kegiatan/program apa saja yang diikuti selama di

KSM Pantai Lestari? Berikan alsannya?

Alhamdulillah saya dan teman teman pengurus

mendapatkan pelatuhan peningkatan kapasitas SDM

salah satunya tahun lalu bulan juli sampai agustus

 

mendapatkan pelatihan tourguide untuk meningkatkan

pengelolaan ekowisata bekerja sam dengan indecont.

8. Selama mengikuti program/kegiatan dari ksm pantai

lestari pernah mengalami kendala?, jika ada apa

kendalanya?, dan solusi yang anda harapkan?

Kendala nya sih dalam penegembangan ekowisata saja

sih mas seperti pembangunan sarana prasaran saja sih

mas seperti penamabahan area baru dan perbaikan

track ekowisata dengan dana yang minim. Kalau

untuk pelatihan sih paling pusing sedikit mas kan

namanya juga belajar yah. Inginnya sih pelatihannya

sampai ke pemasaran ekowisata mas.

9. Apa harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?

Harapan kedepan saya makin kompak antara pengurus

dan anggota ksm pantai lesatri, dan untuk ekowsiata

itu sendiri sih pengennya bisa menambahkan area area

baru agar pengunjung tidak bosan dan masalah sistem

portal bisa diperbaiki karena dianggap banyak

pungutan liar untuk ekowisata hutan mangrove.

Karena bisa berpengaruh dijumlah pengunjung yang

akan datang.

Wawancara warga sekitar ekowisata desa karangsong

Nama :Rasinah

Pekerjaan :pedagang

 

Umur :41 tahun

Tempat dan waktu wawancara: di wisata desa karangsong 3 april

2019 jam 16.15.

1. Apa pekerjaan sebelum adanya ekowisata di desa

karangsong?

Dulu saya tkw di qatar dan terakhir di taiwan abisan

disini gak ada lapangan pekerjaan di desa karangsong

2. Ada perubahan tidak di lingkungan bibir pantai

karangsong?

Mending lah dulu mah sepi disini dek cuman ada

pantai dan nelayan aja terus pantainya gak keurus dek

kotor, sekarang mah mending ramai pas ada wisata

mangrove.

3. Bagaimna tanggapan bapak dengan adaya KSM Pantai

lestari?

Yah bagus adanya ekowisata mangrove jadi

mengurangi pengangguran anak muda kan banyak

anak muda yang bekerja di sana.

4. Apakah bapak dilibatkan dalam pengelolaan

ekowisata?

Tidak dek kan udah khusus pengelolanya sendiri.

5. Apa yang di rasakan dengan adanya aktifitas

ekowisata?, baik secara ekonomi maupin sosial?

Secara ekonomi mah mending terus jadi terkenal desa

karangsong banyak orang wisata kesini. Pendapatan

 

saya perminggu nya saja bisa 1 juta apalgi liburan dek

bisa lebih dari itu.

6. Apa harapan kedepan untuk ekowisata di desa

karangsong?

Yah inigin lebih bagus lagi ekowisata mangrove ini

dan banyak pengunjung aja.

Wawancara warga sekitar ekowisata desa karangsong

Nama :Carimin

Pekerjaan :Petani Tambak

Umur :37 tahun

Tempat dan waktu wawancara: di wisata desa karangsong 3 april

2019 jam 16.45.

1. Apa pekerjaan sebelum adanya ekowisata di desa

karangsong?

Petani tambak, sekarang juga masih petani tambak

2. Ada perubahan tidak di lingkungan bibir pantai

karangsong?

Bagus dek dulu mah sepi di daerah sini sekarang mah

ramai

3. Bagaimna tanggapan bapak dengan adaya KSM Pantai

lestari?

 

bagus lah dek sudah membuat perubahan di pesisir

pantai karangsong bahkan tambak warga bisa

terlindungi dek dari air pasang laut bisa diibilang mah

abrasi lah dek.

4. Apakah bapak dilibatkan dalam pengelolaan

ekowisata?

Engga kan saya petani tambak dek.

5. Apa yang di rasakan dengan adanya aktifitas

ekowisata?, baik secara ekonomi maupin sosial?

Yang dirasakan sih tambak saya tidak terkana abrasi

air laut, kan waktu dulu mah saya sebagai petani

tambak ikan khawatir takut kena abrasi air laut, paling

sekarang mah burung burung dek yang makanin ikan

ditambak saya.

6. Apa harapan kedepan untuk ekowisata di desa

karangsong?

Mudah mudahan makin bagus yah dek sama bisa ada

lapngan pekerjaan baru bagi warga desa karangsong.

Wawancara warga sekitar ekowisata desa karangsong

Nama : Warinah

Pekerjaan : Pedagang

Tempat dan waktu wawancara: di wisata desa karangsong 3 april

2019 jam 16.00.

 

1. Apa pekerjaan sebelum adanya ekowisata di desa

karangsong?

Kerja apa aja dek dulu mah saya gak ada kerjaan yang

netep selagi halal mah saya kerjain.

2. Ada perubahan tidak di lingkungan bibir pantai

karangsong?

Ada dek sekarang mah lingkungan di pesisir tuh sudah

tidak kumuh lagi dek.

3. Bagaimna tanggapan bapak dengan adaya KSM Pantai

lestari?

Bagus sih dek soalnya banyak anak muda yang

bekerja di ksm pantai lestari jadi pengagguran tuh

sudah sedkit berkurang.

4. Apakah bapak dilibatkan dalam pengelolaan

ekowisata?

Tidak dek saya kan cuman pedagang saja di daerah

ekowisata ini.

5. Apa yang di rasakan dengan adanya aktifitas

ekowisata?, baik secara ekonomi maupin sosial?

Alhamdulillah yah dek dulu mah kan saya tkw di arab

setelah pulang tuh bingung tidak ada lahan untuk

bekerja tetapi sekarang mah enak dek saya bisa

berjualan di daerah ekowisata dan alhamdulillah

penghasilannya lumayan dek untuk jualan seperti es

dan makanan ringan untuk pengunjung.

6. Apa harapan kedepan untuk ekowisata di desa

karangsong?

 

Harapannya sih kalo saya sebagai pedagang mah

mudah mudahan tambah ramai yah yang datang di

ekowisata hutan mangrove biar bisa tambah ramai

juga pengunjung yang membeli jajanan diwarung saya

ini

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pengurus Anggota KSM Pantai

Lestari yang menjadi Tour get,

penerima tiket, petugas penjaga

permainan perahu. Tourget ekowisata taman

mangrove

Bersama pak rasikin pemilik tambak

ikan, udang, kepiting Ibu Rasinah Penjual didalam

ekowisata hutan mangrove

 

Bersama Pak dulloh Kuwu

Desa karangsong dan

pengurus KSM Pantai Lestari

Bid.Pengembangan

Masyarakat.

Wawancara Pak Eka Penguru

Bidang Penghijauan KSM

Lestari

Wawancara Mas Arya Penjaga

Portal Wisata yang dikelola

Masyarkat

Bersama Masikin Anggota KSM

Pantai Lestari Pengelola Ekowisata

Hutan Mangrove