PEMBENTUKAN RUTE KERETA API DALAM KAWASAN · PDF filemengakomodasi perkembangan yang ada. ......
-
Upload
duongxuyen -
Category
Documents
-
view
233 -
download
8
Transcript of PEMBENTUKAN RUTE KERETA API DALAM KAWASAN · PDF filemengakomodasi perkembangan yang ada. ......
1
PEMBENTUKAN RUTE KERETA API DALAM KAWASAN
STASIUN TAWANG MENGGUANAKAN ENTRANCE-EXIT (NX)
INTERLOCKING RELAY
Muhammad Fathul Faris
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
jl. Prof Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Abstrak – Seiring dengan berubahnya waktu,
manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa
akan menuntut untuk terpenuhi. Dahulu kebutuhan dasar
bagi manusia adalah berupa sandang, pangan dan papan.
Namun saat ini kebutuhan dasar tersebut telah meluas
seiring dengan kehidupan manusia yang semakin dinamis.
Salah satu kebutuhan yang mendesak bagi umat
manusia saat ini adalah adanya sarana transportasi yang
aman, nyaman dan bebas dari macet. Sejak didirikan
dengan nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia
pada tahun 1945 hingga saat ini berganti nama menjadi
PT. Kereta Api Indonesia (Persero), PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) senantiasa berkomitmen untuk selalu
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penyediaan
sarana transportasi. Untuk mendukung kelancaran
perjalanan kereta api dibutuhkan aplikasi sistem
persinyalan kontrol yang handal. Untuk untuk menunjang
hal tersebut maka PT Kereta Api Indonesia (Persero)
menggunakan Entrance-Exit Interlocking (NX) untuk
melakukan pemantauan maupun pengontrolan terhadap
perjalanan kereta api agar senantiasa aman, lancar dan
terkendali.
Kata – kata kunci : sistem kontrol, persinyalan, Entrance-Exit
Interlocking (NX), kereta api.
I. PENDAHULUAN
Melihat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini, tuntutan terhadap metode
pengajaran, pendidikan, dan materinya juga harus
ditingkatkan. Untuk itu, Universitas Diponegoro Semarang
sebagai lembaga akademis yang berorientasi pada riset dan
teknologi, menetapkan kurikulum yang mampu
mengakomodasi perkembangan yang ada. Bidang teknik
elektro merupakan salah satu bidang yang terus mengalami
perkembangan yang begitu pesat. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro, yang merupakan pendidik ahli di
bidang teknik elektro, dalam hal ini selalu berusaha
menciptakan kompetensi lulusan yang diharapkan dapat
menghadapi persaingan global yang dapat bermanfaat bagi
kepentingan umat manusia.
Melihat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi saat ini, tuntutan terhadap metode
pengajaran, pendidikan, dan materinya juga harus
ditingkatkan. Untuk itu, Universitas Diponegoro Semarang
sebagai lembaga akademis yang berorientasi pada riset dan
teknologi, menetapkan kurikulum yang mampu
mengakomodasi perkembangan yang ada. Bidang teknik
elektro merupakan salah satu bidang yang terus mengalami
perkembangan yang begitu pesat. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro, yang merupakan pendidik ahli di
bidang teknik elektro, dalam hal ini selalu berusaha
menciptakan kompetensi lulusan yang diharapkan dapat
menghadapi persaingan global yang dapat bermanfaat
bagi kepentingan umat manusia.
Salah satu kebutuhan yang mendesak saat ini
adalah adanya sarana transportasi yang aman, nyaman
dan bebas dari macet. Sejak didirikan tahun dengan
nama Djawatan Kereta Api Republik Indonesia pada
tahun 1945 hingga saat ini berganti nama menjadi PT.
Kereta Api Indonesia (Persero), PT. KAI senantiasa
berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam penyediaan sarana transportasi.
Untuk mendukung kelancaran perjalanan kereta api
dibutuhkan sistem persinyalan kontrol yang andal.
Untuk menunjang hal tersebut maka PT KAI
menggunakan Entrance-Exit Interlocking (NX) untuk
melakukan untuk pemantauan langsung terhadap
perjalanan kereta api agar senantiasa aman, lancar dan
terkendali.
II. SISTEM INTERLOCKING
Dalam sistem persinyalan kereta api, dikenal
istilah interlocking yang merupakan suatu susunan
peralatan sinyal yang mencegah terjadinya tabrakan
melalui pengaturan trek seperti persimpangan atau
penyeberangan. Peralatan sinyal dan trek tersebut sering
disebut sebagai interlocking plant. Interlocking sistem
persinyalan KA memiliki fungsi dasar melakukan
penguncian terhadap satu jalur sehingga dengan
penguncian tersebut, sistem tidak akan mengalihkan ke
kunci yang lainnya. Analogi secara global : jika sudah
bekerja dan membuka kunci satu jalur, maka jalur
tersebut hanya bisa di akses satu kereta api, dan dalam
satu jalur tidak akan diakses beberapa kereta secara
simultan.
A. Konfigurasi dan Penggunaan Sistem Interlocking
Sebuah interlocking minimal terdiri dari sinyal,
tetapi biasanya termasuk peralatan tambahan seperti
tombol-tombol, peralatan pemindah jalur rel, atau
bahkan penggerak jembatan rel kereta api. Beberapa
prinsip-prinsip dasar interlocking meliputi:
1. Sinyal tidak dapat dioperasikan untuk mengizinkan
kereta api bergerak berlawanan arah dalam waktu
yang bersamaan.
2. Switch dan peralatan lainnya di rute harus benar-
benar diset sesuai posisi, sebelum sinyal
mengijinkan kereta api memasukki rute tersebut.
2
Setelah rute dibuat dan kereta api diberikan sinyal
untuk melanjutkan ke rute itu, semua switch dan peralatan
lainnya di rute terkunci dalam posisi tersebut, sampai
kereta keluar dari bagian rute, atau sinyal untuk
melanjutkan dibatalkan dan ada cukup waktu untuk
memastikan bahwa kereta dapat berhenti.
B. Sejarah Interlocking
Interlocking rel kereta api berasal dari Inggris, di
mana banyak paten diberikan. Pada bulan Juni 1856,
Yohanes Saxby menerima paten pertama untuk switch dan
sinyal interlocking. Pada tahun 1868, Saxby dianugerahi
paten untuk apa yang dikenal hari ini di Amerika Utara
sebagai "pengunci kait awal". Kait pengunci awal sangat
sukses di era 1873an, dimana 13.000 tuas pengunci
mekanik digunakan hanya di London dan North West
Railway sendiri.
Percobaan pertama interlocking mekanik di
Amerika Serikat berlangsung pada tahun 1875 oleh JM
Toucey dan William Buchanan di Spuyten Duyvil Junction
di New York tepatnya di New York Center dan Hudson
River Railroad (NYC & HRR). Pada saat itu, Toucey
adalah Pengawas Umum dan Buchanan sebagai Pengawas
Mesin di NYC & HRR. Toucey dan Buchanan membentuk
perusahaan bernama Toucey and Buchanan Interlocking
Switch and Signal Company di Harrisburgh, Pennsylvania
pada tahun 1878. Instalasi penting pertama ialah pada
mekanisme switch dan sinyal dari Manhattan Elevated
Railroad Company dan the New York Elevated Railroad
Company. Dibandingkan dengan desain Saxby itu,
mekanisme interlocking Toucey dan Buchanan dianggap
lebih rumit dan kurang canggih, sehingga tidak
dipergunakan secara luas. Pada tahun 1882 Union Switch
and Signal membeli perusahaan mereka.
Sebuah interlocking hidro-pneumatik eksperimental
dipasang di Bound Brook, New Jersey yaitu pada
sambungan rel kereta api Philadelphia dan Reading, serta
pada rel kereta api Lehigh Valley pada tahun 1884. Pada
1891, sudah terpasang 18 hydro-pneumatik plant, pada
enam kereta api, yang total mengoperasikan 482 tuas
pengungkit. Pada 1900, 54 plant elektro-pneumatik
interlocking, mengendalikan total 1.864 tuas interlocking,
digunakan pada 13 rel kereta api di daerah Amerika Utara
dan sistem jenis ini akan tetap salah satu dari dua sistem
yang layak bersaing di masa depan, meskipun memang
memiliki kelemahan dari segi perawatan.
“All-electric Interlocking" menjadi populer pada
Mei 1900, dengan dimulainya apa yang menjadi General
Railway Signal Company (sekarang unit Alstom, berkantor
pusat di Levallois-Perret, dekat Paris). Instalasi pertama
dari “All-electric Interlocking" berada di Eau Claire,
Wisconsin pada Chicago, St Paul, Minneapolis dan Omaha
Kereta Api di 1901. Dan pada 1913, sistem jenis ini telah
diinstal pada 83 rel kereta api di 35 negara bagian Amerika
Serikat dan Provinsi Kanada, di 440 plant interlocking
menggunakan 21.370 pengungkit.
III. JENIS SISTEM INTERLOCKING
A. Mechanical Interlocking
Pada peralatan mechanical interlocking, dibuat
locking bed, yang terdiri dari palang baja membentuk
jaringan. Tuas yang mngoperasikan switch, pemindah
rel, sinyal atau peralatan lainnya dhubungkan ke palang
yang bergerak dalam satu arah. Palang dibangun
sehingga, jika fungsi yang dikendalikan oleh suatu tuas
mengganggu fungsi yang dikendalikan oleh tuas lain,
suatu proses mekanik sudah diatur sedemikianrupa
hingga terjadi penguncian antara persilangan dua palang
tersebut, yang pada gilirannya mencegah gerakan tuas
yang bertentangan itu dilakukan.
Pada peralatan mekanis murni, tuas
mengoperasikan perangkat lapangan, seperti sinyal,
secara langsung melalui batang mekanis atau
sambungan kawat. Tuas dibuat setinggi bahu agar
memberikan keuntungan mekanis untuk operator.
Mechanical interlocking pertama digunakan pada tahun
1843 di Inggris.
Gambar 1 Locking Bed Handle pada Mechanical Interlocking
B. Electro – Mechanical Interlocking
Electro-Mechanical Interlocking juga
menggunakan penguncian mekanik untuk memastikan
urutan yang tepat dari tuas, tapi tuas yang digunakan
jauh lebih kecil diabnding pada mechanical
interlocking, karena mereka tidak secara langsung
mengontrol perangkat lapangan. Jika tuas bebas untuk
bergerak berdasarkan locking bed, kontaktor pada tuas
memicu switch dan sinyal yang dioperasikan secara
elektrik atau elektro-pneumatik. Sebelum tuas kontrol
dapat berpindah ke posisi yang akan menggerakkan
pengungkit lainnya, sinyal harus sudah diterima dari
perangkat lapangan yang telah benar-benar pindah ke
posisi yang diminta. Locking Bed berikut digunakan
untuk electro – mechanical interlocking.
3
Gambar 2 electro-mechanical interlocking handle
C. Relay Interlocking
Interlocking dilakukan secara full elektrik (kadang-
kadang disebut sebagai "all-electric") terdiri dari sirkuit
kompleks yang tersusun atas rele-rele dalam suatu
pengaturan logika rele yang memastikan state atau posisi
masing-masing sinyal peralatan. Saat peralatan
dioperasikan, perubahan posisi mengakibatkan beberapa
sirkuit terbuka sehingga mengunci keluar peralatan lain
yang berlawanan dengan posisi baru tersebut. Demikian
pula, sirkuit lain ditutup ketika peralatan yang dikontrol
menjadi aman untuk beroperasi.
Interlocking yang dioperasikan secara elektrik
dapat dioperasikan secara lokal atau jarak jauh dengan
penggunaan tuas mekanik besar pada sistem sebelumnya
digantikan oleh tombol, switch atau push toggles pada
panel atau video interface. Interlocking semacam ini dapat
dirancang untuk beroperasi tanpa operator manusia.
Pengaturan ini disebut interlocking otomatis, dan jenis
kereta api yang digunakan ialah yang mampu mengeset
rute sendiri secara otomatis, selama tidak ada gerakan
yang bertentangan saat kereta sedang bergerak.
Gambar 3 Meja pelayanan pada Relay Interlocking
D. Unit Relay pada NX MIS 801
MIS 801 adalah sistem persinyalan yang menggunakan
modul. Sistem persinyalan ini dapat digunakan pada
implementasi dengan bermacam bentuk situasi dan
operasi.
Unit rele pada MI801 menurut fungsinya dapat dibagi
menjadi 3 jenis unit rele:
- Unit rele bersama (Common Relay Unit): untuk
perintisan terpusat dan juga berfungsi sebgai
pengecek (unit perintis, unit pembentuk jalan
otomatis).
- Beberapa unit yang dihubungkan oleh kabel
lintasan (spoor cable) untuk menyetelan,
pengontrolan dan pembebasan jalan (sirkit
geografis)
- Beberapa unit untuk pengontrol dan berfungsi
sebagai pengecek sinyal-sinyal dan wesel-wesel.
Unsur-unsur trek, seperti : wesel, sinyal dan sirkit sepur
menggunakan unit jenis khusus. Unit-unit ini terdiri dari
sirkit yang digunakan untuk mengontrol masing-masing
unsur trek tersebut. Dengan demikian, maka unit rele
pada MIS 801 dapat dibagi:
1) Unit bersama:
- Unit perintis (A):
Unit perintis terdiri dari peralatan yang digunakan
untuk pengecekan tombol tekan, pelayanan
wesesecara manual, urutan pelayanan wesel-wesel
pada waktu pembentukan jalan, pelayanan tanda
perintah masuk, pembentukan jalan, pembebasan
jalan secara manual, pendeteksi dan indikator wesel,
sinyal dan berbagai fungsi tombol tekan.
- Unit pembetuk jalan otomatik (SB) :
Terdiri dari peralatan yang diperlukan untuk
pembentukan jalan tertentu yang telah diprogram
sebelumnya oleh kereta api yang datang secara
otomatik.
2) Unit lintasan (spoor unit):
- Unit sinyal (ZR) :
Dapat berupa sebagai asal dan/atau tujuan pada jalan
yang dibentuk untuk kereta api atau langsiran.
- Unit sinyal masuk (ZRE) :
Unit ini disebagai asal bagi jalan masuk ke
emplasemen dan sebagai tujuan bagi jalan keluar
dari emplasemen.
- Unit sinyal untuk dua sinyal (ZRI) :
Unit ini berfungsi sebagai unit ZR, tetapi digunakan
untk mengontrol dua sinyal yang terletak saling
berhadap-hadapan dan berlaku untuk sepur yang
sama.
- Unit sinyal langsir (R) :
Unit ini merupakan asal dan/atau tujuan jalan untuk
langsidan dan terdiri dari suku bagian pengontrol
satu sinyal langsir (bentuk pendek).
- Unit sinyal langsir untuk dua sinyal langsir (R1) :
Unit ini berfungsi sebagai unit R, tetapi digunakan
utnuk mengontrol dua sinyal langsir yang terletak
saling berhadapan dan berlaku untuk sepur yang
sama.
- Unit sinyal langsir akhir (RE) :
Unit ini merupakan asal dan tujuan jalan untuk
lengsiran pada lintasan buntu. Unit ini terdiri dari
suku bagian untuk mengontrol siyal langsir yang
terletak pada akhir pada suatu sepur atau sepur
simpang.
- Unit sepur luncur (DE):
Unit ini terdiri dari suku bagian yang diperlukan
untuk penyelenggaraan luncuran.
- Unit wesel (WF) :
Terdiri dari sirkit-sirkit untuk: perintah penyetelan
wesel pada pembentukan jalan, perintah penyetelan
wesel secara manual, perintah untuk mencari
4
penjaga samping yang diberikan oleh suatu wesel,
pendeteksian wesel, pembentukan jalan untuk kereta
apai atau langsiran dan luncuran, pengecekan jalan,
pendeteksian kosongnya sepur dan pembebasan jalan
oleh suatu kereta api.
- Unit sirkit sepur (GA) :
Unit ini menyelenggarakan pengecekan bagian jalan
yang berdiri sendiri (tidak tergabung dengan
perislanga, wesel atau sinyal).
3) Unit pengontrol pendeteksi dan pengecek:
- Unit pengontrol wesel (WA) :
Unit ini terdiri dari suku bagian yang digunakan untuk
menjalankan dan mengecek motor wesel. Untuk ini
dapat juga digunaan untuk melayani alat perintang atau
wesel yang tergabung.
- Unit pengontrol sinyal utama (HS) :
Unit ini digunakan untuk mengontrol sirkit lampu
sinyal dan mengecek kawat pijar dia lampu sinyal pada
suatu sinyal utama, termasuk penghubung kawat pijar
(filamen switching), bila diperlukan.
- Unit pengontrol semboyan tambahan pada sinyal
utama (HSZ) :
Unit ini mengontrol, mengecek dan mendeteksi
semboyan tambahan pada sinyal utama, termasuk
penghubung kawat pijar (filamen switching) bila
diperlukan.
- Unit pengontrol sinyal langsir (RS) :
Unit ini digunakan untuk mengontrol sirkit lampu
sinyal langsir dan mengecek semboyan yang diberikan
termasuk penghubung kawat pijar, bila diperlukan.
Unit perintis dihubungkan kepada unit lintasan dan
unit pengontrol dengan menggunakan kabel penghubung
cincin yang berurat 20 buah. Kabel ini menghubungkan
beberapa unit tertentu dalam hubungan paralel dan
beberapa unit lainnya dalam hubungan seri.
Bekerjanya sirkit MIS 801 didasarkan pada prinsip
“fail-safe”. Teknik ini mempunyai sifat dapat dipercaya
yang tinggi. Untuk semua sirkit yang penting dalam teknik
MIS 801 digunakan rele sinyal K50. Rele K50
diperlengkapi penggerak kontak yang kokoh dan kontak
yang dapat membersihkan sendiri (UIC Codex 736 tipe C).
Gambar 4 Salah satu rele buatan ALSTOM
Semua unit merupakan unit jenis plug-in yang
dapat dipasang tersusun dari atas ke bawah secara
menegak. Peti unit yang digunakan adalah:
- Peti 2 tingkat yang dapat memuat 24 buah rele K50
- Peti 3 tingkat yang dapat memuat 36 buah rele K50
Gambar 5 Contoh salah satu rak rele
IV. ENTRANCE-EXIT INTERLOCKING (NX)
RELAY
Sistem interlocking yang digunakan pada PT KAI
DAOP IV SEMARANG ialah Entrance-Exit
Interlocking (NX) tepatnya jenis MIS 801 yang
termasuk jenis relay interlocking, tujuan dari
perancangan sistem NX ini antara lain :
Menyederhanakan pengarahan rute kereta api
Mempercepat pengoperasian sistem
Meminimalisir kemungkinan error yang terjadi
selama pembuatan rute kereta api
Sistem NX memungkinkan operator untuk
membentuk jalur kereta dengan melihat diagram alur
perlintasan kereta kemudian menekan sebuah tombol di
jalur masuk dan tombol lain di jalur keluar kereta yang
diinginkan, dan kemudian logic circuit menangani
semua tindakan yang diperlukan memerintahkan rele
untuk mengatur sinyal dan membuang switch dalam
urutan yang tepat seperti yang diperlukan untuk
menyediakan rute yang valid.
A. Bagian Penyusun dari NX
Sistem Entrance-Exit Interlocking (NX) disusun
dari 3 bagian, yaitu ruang kendali (Control Site), ruang
rele (Relay Site), lapangan (Track Site)
1) Ruang kendali (Control Site)
Pada bagian ini, NX terdiri dari komponen-
komponen kendali dan interface yang berkaitan
langsung dengan manusia. Contohnya adalah meja
pelayanan sistem kendali yang terdiri dari tombol
push button yang terhubung dengan rele yang
berada pada relay site dan led indikator yang
menandakan keadaan dari lintasan/rel di kawasan
Stasiun Tawang, apakah terdapat kereta atau tidak.
5
Gambar 6 Meja layout panel pembentuk jalur kereta
2) Ruang rele (Relay Site)
Merupakan tempat dimana rele-rele dirangkai dan
disusun sedemikian rupa disesuaikan dengan keadaan
dari suatu stasiun di mana dia berada. Rele-rele ini
disusun dan ditempatkan di dalam rak-rak rele, di
mana 1 rak rele dapat menampung sebanyak 168 rele.
Semua perintah dari control site semua masuk di dalm
relay site untuk langsung diolah dengan logic relay
yang telah dibentuk, untuk kemudian akan dikirim ke
track stie. Tegangan kerja dari unit rele yaitu 12V,
24V, 60V DC dan 220V AC, beragam di sesuaikan
dengan kegunaannya.
Gambar 7 Relay room
3) Lapangan (Track Site)
Komponen interlocking yang ada pada bagian ini
berupa sensor dan aktuator. Aktuatornya berupa
lampu sinyal dan wesel (pemindah jalur rel). Berikut
penjelasan mengenai penjelasan komponen di atas:
a. Wesel
Merupakan aktuator yang digunakan untuk
menggeser posisi rel dalam suatu persimpangan. Rel
yang ada akan digerakan dengan ditarik atau
didorong, gerakan translasi ini didapat gerakan rotasi
motor yang dihubungkan dengan beberapa jenis gear.
Pada beberapa wesel di indonesia yang bertipe
mekanik, biasanya dikopel dengan sinyal untuk
mempermudah dan menyederhanakan pengubahan
tuas interlocking.
a b
Gambar 8 Perubahan kedudukan rel
a. Posisi 1
b. Posisi 2
Gambar 9 Pemasangan wesel pada rel
Gambar 10 Boks wesel
P2
P CLR
P2
M
V motorRl 2
Rl CLR Rl 3
Rl SWITCH
Rl WESEL
Gambar 11 kondisi relay interlocking pada posisi wesel 1
6
P3
P CLR
P3
M
V motor
P1
P CLR
P1
Rl 2Rl CLR
Rl 3
Rl SWITCH
Rl WESEL
Gambar 12 kondisi relay interlocking pada posisi wesel 1
b. Sinyal
Secara definisi peralatan persinyalan adalah
seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk
memberikan isyarat kepada pengendara kereta
(masinis) berupa bentuk, warna atau cahaya, yang
ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan
memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk
mengatur dan mengontrol pengoperasian kereta api.
Berikut adalah macam-macam sinyal:
1. Main signal (sinyal utama)
2. Subsidary signal (sinyal pendukung)
3. Appendant signal (sinyal bantu)
4. Special signal (sinyal khusus)
Gambar 13 Macam-macam sinyal
c. Sensor kereta
Jenis jenis alat deteksi kereta api adalah sebagai
berikut:
1. Trek sirkit, merupakan sensor yang bekerja
berdasarkan terhubungsingkatnya kedua rel oleh
roda dan gandar kereta.
Prinsip kerja dari sensor ini adalah pada salah satu
ujung rel di dalam area trek sirkit dihubungkan ke
catu daya listrik 60V DC, dan ujung lainnya
dihubungkan ke rele.
a b
Gambar 14 Track circuit
a. Kondisi tidak ada kereta
b. Kondisi ada kereta
2. Axle counter/ penghitung gandar. Sensor ini akan
bekerja menghitung jumlah gandar kereta yang
lewat di atasnya. Penghitungan ini bertujuan
untuk pendeteksian gerbong kerata yang lewat.
Sehingga sensor ini dapat memperakurat
pendeteksian kereta. Biasanya sensor yang
digunakan berupa proximity sensor
a b Gambar 15 a. senor gandar
b. counter box sensor gandar
B. Prinsip Pembentukan Jalan
Pada lintasan perintis pembentukan jalan (lintasan
FA), pertama-tama harus ditetapkan apakah jalan
tersebut dapat dibentuk atau tidak. Kemudian dilakukan
langkah- langkah sebagai berikut :
1. Pengecekan Kegiatan Pada Lintasan - FA
Bila suatu jalan akan dibentuk, maka disyaratkan
bahwa pada jalan tersebut harus tidak terdapat satu
weselpun yang sedang tersekat atau terkancing dalam
kedudukan yang bertentangan dengan yang diperlukan.
Bila lintasan telah dilalui, unit perintis mengetahui
bahwa tombol tekan ditempat asal dan tujuan telah
ditekan. Dengan jalan demikian, maka unit perintis
menyimpulkan bahwa semua unit yang terletak pada
jalan yang dibentuk, demikian juga pada rel luncur telah
menyimpan informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan perintah pembentukan jalan.
2. Perintisan Jalan
Untuk penyetelan jalan untuk kereta api, tombol
jalan untuk kereta api ditempat asal dan tujuan jalan
harus ditekan. Segera setelah pengecekan pelayanan dua
7
tombol tekan telah selesai dilakukan oleh unit perintis (rele
FGA menarik), menyebabkan lintasan – FA ditempat asal
berjalan melalui penghubung – cincin FA.
3. Penyimpanan Perintah Pembentukan Jalan
Sekarang pada meja pelayanan indikator seluruh
jalan menjadi menyala kuning dengan demikian secara
visual memberitahukan kepada operator bahwa jalan yang
dikehendaki telah terbentuk. Operator sekarang sudah
boleh melepaskan kedua tombol tekan yang bersangkutan.
Unit perintis kembali kedalam kedudukan biasanya lagi
(rele FA 1, FA 3 dan FG 4 jatuh dan rele FTP menarik)
dan kemudian telah siap kembali untuk melakukan tugas
lainnya.
4. Penguncian Dan Penyetelan Wesel Yang Terletak
Pada Jalan Yang Dibentuk
Setiap wesel yang terletak pada jalan dan rel luncur
yang dibentuk harus disekat untuk menghindari dari
pelayanan wesel yang tidak dikehendaki. Dengan telah
bekerjanya rele WV berarti telah dilakukan pengecekan
terhadap persesuaian antara perintah pembentukan jalan
dan kedudukan wesel yang sebenarnya
5. Pengecekan Jalan (Lintasan - FP)
Lintasan ini mengerjakan rele jurusan dalam unit
wesel (WF). Rele jurusan diperlukan untuk pembebasan
jalan yang dilakukan oleh kereta api sendiri atau untuk
pembatalan tujuan jalan. Lintasan – FP mendapat sumber
arus dari arah yang berlawanan dengan arah jalan yang
dibentuk, malalui kontak FSZ di dalam unit jalan yang di
tempat tujuan. Menariknya rele FPS merupakan
persyaratan pertama yang diperlukan untuk merubah
semboyan sinyal utama sehingga menunjukkan “aman”.
6. Penguncian Jalan Dan Pengontrolan Jalan (Lintasan
– FU dan DU)
Sekarang arus mengalir melalui lintasan – FU dari
unit rel luncur ke unit jalan di tempat tujuan dan dari sini
melalui lintasan – FU kembali ke unit jalan di tempat asal
sihingga rele FU menarik. Rele ini mengontrol secara terus
menerus semua persyaratan yang diperlukan pada lintasan
Fu dan DU. Menariknya rele FU merupakan persyaratan
kedua yang diperlukan untuk merubah semboyan sinyal
sehingga menunjukkan semboyan “aman”.
7. Pengecekkan Jalan Untuk Kereta Api (Lintasan – ZP)
Lintasan – ZP mengecek bahwa semua perintah
pembentukan jalan untuk kereta api telah bekerja dengan
baik di seluruh jalan yang dibentuk. Lintasan ini mendapat
sumber arus dari unit jalan di tempat tujuan melalui kontak
FSZ dan ZA. Segera setelah lintasan – ZP telah dialaui,
rele ZPS di dalam unit jalan ditempat asal akan menarik
melalui kontak ZSS. Menariknya rele ZPS merupakan
persyaratan ketiga yang diperlukan untuk merubah
semboyan sinyal sehingga menunjukan semboyan “aman”.
V. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan sistem NX, operator dapat
membangun jalur perlintasan kereta hanya dengan
menekan stidaknya dua tombol saja.
2. Secara umum NX tersusun atas 3 bagian:
a. Ruang kendali (Control Site)
b. Ruang rele (Relay Site)
c. Lapangan (Track Site)
3. Meja layout panel merupakan interface NX yang
digunakan untuk pembentukan jalur kereta yang
terdiri dari:
a. Tombol tekan jalan
b. Tombol tekan wesel
c. Tombol kelompok
4. Aktuator dalam NX berupa:
a. Wesel, berfungsi untuk menggeser kedudukan
rel dalam suatu persimpangan
b. Sinyal, yang berfungsi untuk memberikan
penanda kepada pengendara kereta mengenai
keadaan dan posisi kereta.
5. Sensor kereta yang dipakai Stasiun Tawang antara
lain:
a. Track circuit (trek sirkit), yang berfungsi untuk
mendeteksi keberadaan kereta
b. Axle counter (sensor gardan), sensor yang
berfungsi untuk mendeteksi jumlah gerbong
atau panjang kereta yang diwakili oleh jumlah
gardan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Soepardi, Aep. 1986. “Teknik Perangkat Sinyal
Listrik MIS 801”. Bandung
[2] ______________ , The NX System of Electric
Interlocking, 1963
[3] http://allaboutrailway.com/?p=119
[4] http://signal-
railways.blogspot.com/search/label/TRAIN%2
0DETECTION%20%
28PENDETEKSI%20KA%29
[5] http://en.wikipedia.org/wiki/
Interlocking
[6] http://www.semboyan35.com
BIODATA
Muhammad Fathul Faris
(L2F007052). Lahir di Metro, 27
Oktober 1989. Penulis telah menempuh
pendidikan di SD Muhammadiyah 1
Metro, SMPN 1 Metro, SMAN 1Metro
dan sekarang tercatat sebagai
Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP,
Angkatan 2007, Konsentrasi Kontrol.
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Budi Setiyono, S.T., M.T.
NIP. 19705212000121001