PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19 DITINJAU …

12
1 PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Annisa Julianti Jl. Mampang Prapatan XI Tegal Parang, Jakarta Selatan [email protected] ABSTRAK Virus Covid-19 yang sedang dihadapi dunia dan termasuk Indonesia menimbulkan banyak dampak. Pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan berbelanja masyarakat yang dapat mengarah ke pembelian impulsif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pembelian impulsif antara pria dan wanita saat pandemi Covid-19. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan alat pengumpul data berupa kuesioner yang berisi skala pembelian impulsif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan subjek berjumlah 86 orang, yang terdiri dari 43 responden pria dan 43 responden wanita, berusia minimal 20 tahun, dan telah menikah. Hasil uji reliabilitas skala pembelian impulsif dengan teknik alpha cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,843. Analisis data yang digunakan yaitu independent sample t-test dengan bantuan SPSS. Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada pembelian impulsif antara pria maupun wanita saat pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut dinyatakan dengan nilai sig. 0,116 (<0,05) dengan nilai t-hitung sebesar -1,588. Kata Kunci: Pembelian Impulsif, Jenis Kelamin, Covid-19. PENDAHULUAN Penyebaran covid-19 yang begitu cepat berdampak bagi seluruh aktivitas masyarakat. Perilaku konsumen di seluruh dunia mendadak berubah semenjak terjadinya pandemi covid- 19. Salah satu dampak yang dirasakan adalah keputusan dan perilaku pembelian. Semenjak adanya pandemi covid-19, fenomena perpindahan ke transaksi daring tidak dapat dihindari (Marshal dalam Iskandar, 2020). Pembayaran dengan metode chasless, contactless delivery, dan pilihan produk yang lengkap, membuat masyarakat merasa lebih aman dan nyaman melakukan pembelanjaan, tanpa khawatir akan resiko paparan virus jika meninggalkan rumah (Iskandar, 2020). Konsumen akan lebih berfokus pada produk-produk yang memiliki nilai bagi kehidupannya. Konsumen akan cenderung mengenyampingkan ego atau hedonisme mereka. Produk-produk kebutuhan sanitasi, seperti tisu, sabun, atau pencuci barang akan menjadi barang yang mulai disasar oleh konsumen baik saat atau pasca krisis (Hafidh, 2020). Selain itu, produk kesehatan seperti makanan sehat, suplemen, atau minuman-minuman kaya gizi

Transcript of PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19 DITINJAU …

1

PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Annisa Julianti

Jl. Mampang Prapatan XI Tegal Parang, Jakarta Selatan

[email protected]

ABSTRAK

Virus Covid-19 yang sedang dihadapi dunia dan termasuk Indonesia menimbulkan banyak

dampak. Pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan berbelanja masyarakat yang dapat

mengarah ke pembelian impulsif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan

pembelian impulsif antara pria dan wanita saat pandemi Covid-19. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan alat pengumpul data berupa

kuesioner yang berisi skala pembelian impulsif. Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling dengan subjek berjumlah 86 orang, yang terdiri dari 43 responden pria

dan 43 responden wanita, berusia minimal 20 tahun, dan telah menikah. Hasil uji reliabilitas

skala pembelian impulsif dengan teknik alpha cronbach diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,843. Analisis data yang digunakan yaitu independent sample t-test dengan bantuan

SPSS. Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan

pada pembelian impulsif antara pria maupun wanita saat pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut

dinyatakan dengan nilai sig. 0,116 (<0,05) dengan nilai t-hitung sebesar -1,588.

Kata Kunci: Pembelian Impulsif, Jenis Kelamin, Covid-19.

PENDAHULUAN

Penyebaran covid-19 yang begitu cepat berdampak bagi seluruh aktivitas masyarakat.

Perilaku konsumen di seluruh dunia mendadak berubah semenjak terjadinya pandemi covid-

19. Salah satu dampak yang dirasakan adalah keputusan dan perilaku pembelian. Semenjak

adanya pandemi covid-19, fenomena perpindahan ke transaksi daring tidak dapat dihindari

(Marshal dalam Iskandar, 2020). Pembayaran dengan metode chasless, contactless delivery,

dan pilihan produk yang lengkap, membuat masyarakat merasa lebih aman dan nyaman

melakukan pembelanjaan, tanpa khawatir akan resiko paparan virus jika meninggalkan rumah

(Iskandar, 2020).

Konsumen akan lebih berfokus pada produk-produk yang memiliki nilai bagi

kehidupannya. Konsumen akan cenderung mengenyampingkan ego atau hedonisme mereka.

Produk-produk kebutuhan sanitasi, seperti tisu, sabun, atau pencuci barang akan menjadi

barang yang mulai disasar oleh konsumen baik saat atau pasca krisis (Hafidh, 2020). Selain

itu, produk kesehatan seperti makanan sehat, suplemen, atau minuman-minuman kaya gizi

2

akan menjadi hal yang paling dicari oleh konsumen (Hafidh, 2020). Sebuah survei

melaporkan sebanyak 36,3% responden usia 30-35 tahun melakukan belanja lebih dari 5 kali

dalam tiga bulan, sedangkan responden usia 49-55 tahun hanya 15% dari responden yang

berbelanja sebanyak lebih dari 5 kali dalam sebulan (Fauzia, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Leonard Lee menjelaskan jenis-jenis produk yang

menarik bagi konsumen ketika mereka kehilangan kontrol, ditemukan bahwa konsumen akan

mengimbangi hilangnya kontrol yang dirasakan dengan membeli produk berguna yang

dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar atau menyelesaikan tugas (dalam Harahap,

2020). Konsumen dengan tingkat stres tinggi cenderung melakukan pembelian secara

impulsif (Widiyarti, 2020). Konsumen berpikir jika mereka tidak membeli barang pada saat

itu mereka mungkin akan kehilangan seluruhnya sehingga dapat memunculkan perilaku

pembelian yang tidak direncanakan atau biasa disebut dengan pembelian impulsif (impulsive

buying). Sejalan dengan pernyataan Rook dan Gardner (dalam Kahle, 2000), pembelian

impulsif disebut juga sebagai pembelian yang tidak direncanakan adalah ketika seseorang

membeli dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat dan mengalami dorongan spontan

untuk membeli.

Berbagai penelitian mengenai pembelian impulsif yang terkait dengan jenis kelamin

telah dilakukan. Pembelian impulsif seseorang dibedakan melalui pemilihan produk terkait

dengan peran gender seseorang dimana peran gender maskulin lebih memilih produk-produk

berdasarkan fungsinya, sedangkan pada individu dengan peran gender feminin lebih

berdasarkan pada kenyamanan emosional yang dimunculkan oleh produk tersebut (Dittmar

Ditmar, Beattie, & Friese, 1995). Wanita dianggap lebih cenderung melakukan pembelian

impulsif dibandingkan pria (Rook dalam Kacen, 2007). Seperti yang dinyatakan oleh Lin dan

Lin (2003) bahwa wanita cenderung lebih impulsif dalam berbelanja daripada pria. Namun

adanya perbedaan anggapan dan dilihat dari situasi pandemi saat ini, terjadi perubahan

perilaku membeli yang menunjukkan bahwa pria juga memungkinkan lebih cenderung

melakukan pembelian impulsif daripada wanita.

Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 71% wanita lebih khawatir mengenai

Covid-19 daripada pria (60%). Lebih lanjut hasil tersebut memengaruhi bagaimana mereka

berbelanja. Beberapa survei melaporkan bahwa ada beberapa perbedaan menarik antara pria

dan wanita dalam menanggapi krisis, dimana secara keseluruhan berdampak pada pria lebih

besar daripada wanita berkaitan dengan di mana, bagaimana dan apa yang mereka beli (Petro,

2020). Sebanyak 40% pria setuju bahwa berita mengenai covid-19 memengaruhi produk apa

yang mereka beli, sedangkan wanita sebanyak 34%. Produk yang lebih banyak dibeli oleh

3

pria adalah produk grosir (22%), produk perawatan pribadi (14%), produk kesehatan dan

rumah tangga (13%) dan produk kecantikan (7%). Sedangkan wanita lebih rendah dalam

pembelian produk grosir (17%), produk perawatan pribadi (13%), produk kesehatan dan

rumah tangga (11%), dan produk kecantikan (6%). Pembelanjaan secara daringpun

meningkat, karena mereka lebih jarang berbelanja ke toko untuk menghindari kerumunan.

Survei melaporkan bahwa sebanyak 24% konsumen pria mengakui adanya peningkatan

frekuensi berbelanja daring dibanding wanita (18%) (Petro, 2020).

Jenis kelamin menjadi karakteristik demografis yang sangat perlu untuk dibahas

karena terbukti bahwa pria dan wanita memproses informasi secara berbeda (Peter & Olson,

2005), membeli barang yang berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Wanita melakukan

pembelian impulsif karena adanya peran afeksi, sedangkan pria lebih mengandalkan sisi

kognisi (Kacen & Lee, 2002). Jadi sangat mungkin adanya perbedaan antara pria dan wanita

dalam mengambil keputusan membeli dan melakukan pembelian impulsif. Oleh karena

adanya perbedaan tersebut, peneliti tertarik untuk menguji apakah ada perbedaan antara pria

dan wanita dalam pembelian impulsif?

TELAAH PUSTAKA

Pembelian impulsif adalah pembelian yang bersifat tidak direncanakan atau tiba-tiba

dan langsung terjadi setelah mengalami dorongan spontan untuk membeli (Hawkins &

Mothersbaugh, 2010). Menurut Mowen dan Minor (2002), impulsive buying adalah suatu

desakan hati yang tiba-tiba dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung

tanpa banyak memperhatikan konsekuensi yang akan didapat pasca pembelian. Aspek-aspek

pembelian impulsif menurut Verplanken dan Herabadi (2001) terdiri dari dua aspek yaitu

aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mencakup pertimbangan, pikiran, dan

perencanaan pada kegiatan membeli dimana kurangnya pada unsur pertimbangan dan unsur

perencanaan dalam pembelian yang dilakukan dan kurang memikirkan tentang harga dan

guna barang. Selain itu, pembelian biasanya tidak direncanakan sebelumnya. Aspek afektif

meliputi dorongan emosional yang secara serentak meliputi perasaan senang dan gembira

setelah membeli tanpa perencanaan, setelah itu secara tiba-tiba muncul perasaan atau hasrat

untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati yang sifatnya berkali-kali atau

kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan karena telah membelanjakan

uang hanya untuk memenuhi keinginannya. Faktor-faktor yang memengaruhi pembelian

impulsif adalah dorongan untuk berbelanja, emosi positif, emosi negatif, melihat-lihat toko,

4

kesenangan belanja, ketersediaan waktu, ketersediaan uang, kecenderungan pembelian

impulsif (Beatty & Ferrel, 1998). Sedangkan menurut Solomon (2011), faktor-faktor seperti

contoh produk, kemasan atau tampilan produk, lokasi atau tempat media atau toko, dan

materi promosi dalam toko juga dapat memengaruhi pembelian impulsif.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penggunaan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau

signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu untuk menguji perbedaan pembelian impulsif ditinjau dari jenis kelamin,

maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah pria dan wanita berusia minimal 20 tahun dan

telah menikah. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 86 partisipan, yaitu 43 partisipan pria

dan 43 partisipan wanita. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode angket atau kuesioner yang

disusun dalam bentuk googleform. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari data diri

partisipan, dan Skala Pembelian Impulsif. Data diri partisipan terdiri dari jenis kelamin, usia,

jumlah anak, dan pekerjaan.

Pengukuran pembelian impulsif dalam penelitian ini mengadaptasi skala pembelian

impulsif yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi (2001) yang mengacu pada dua

aspek pembelian impulsif yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Skala pembelian impulsif ini

terdiri dari 20 aitem yaitu 12 aitem bersifat favorable dan 8 aitem bersifat unfavorable. Skala

pembelian impulsif dalam penelitian ini mengacu pada skala likert lima tingkat, yaitu

bergerak dari Sangat Sesuai, Sesuai, Netral, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teknik independent

sample t-test dengan bantuan program SPSS. Teknik tersebut digunakan untuk menguji

perbedaan pembelian impulsif sebagai variabel terikat yang ditinjau dari jenis kelamin

sebagai variabel bebas.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Daya Diskriminasi Aitem dan Reliabilitas

Hasil uji daya diskriminasi aitem pada skala pembelian impulsif dari 20 aitem yang

diuji coba terdapat 12 aitem yang baik dan 8 aitem yang gugur. Dari 12 aitem yang memiliki

daya diskriminasi yang baik tersebut memiliki korelasi total aitem dari 0,317 sampai dengan

0,642. Hasil uji reliabilitas dengan teknik alpha cronbach diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,843 pada skala pembelian impulsif. Hal tesebut menunjukkan bahwa alat ukur

dalam penelitian ini memiliki stabilitas yang tinggi (reliabel).

Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis

Hasil uji normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov pada skala pembelian

impulsif dan jenis kelamin menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,200* (p≥0,05). Hal

tersebut berarti data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa variabel

jenis kelamin dan pembelian impulsif memiliki taraf signifikansi sebesar 0,293 (p>0,05). Hal

tersebut berarti variabel jenis kelamin dan pembelian impulsif mempunyai variasi populasi

yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas di atas, hal ini

menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki syarat untuk dianalisis menggunakan

analisis independent sample t-test.

Hasil uji hipotesis diperoleh nilai t-hitung sebesar -1,588, dengan taraf signifikansi

sebesar 0,116 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

pada pembelian impulsif antara pria dan wanita. Rata-rata kecenderungan pembelian impulsif

pria sebesar 28,49 dan rata-rata pembelian impulsif wanita sebesar 30,70.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan melihat identitas subjek dengan menggunakan

perhitungan rerata empirik pada setiap variabel. Karakteristik subjek yang ditentukan dalam

penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, jumlah anak, dan pekerjaan. Rerata empirik

deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah % Rerata Empirik

Pria

Wanita

43

43

50%

50%

28,49

30,70

Total 86 100% -

6

Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek dengan

jenis kelamin wanita dalam penelitian ini memiliki rerata empirik yang lebih tinggi daripada

subjek pria pada variabel pembelian impulsif.

Kemudian rerata empirik deskripsi subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Deskripsi Subjek Berdasarkan Rentang Usia

Kelompok Usia Jumlah % Rerata Empirik

Dewasa awal (20-40 tahun)

Dewasa madya (41-65 tahun)

Dewasa akhir (>65 tahun)

53

31

2

61,7%

36%

2,3%

31,36

26,74

27,00

Total 86 100% -

Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek dalam

kelompok usia dewasa awal (20-40 tahun) dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling

tinggi daripada kelompok usia lainnya pada variabel pembelian impulsif.

Kemudian rerata empirik deskripsi subjek berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3.

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak Jumlah % Rerata Empirik

Belum memiliki anak

1 anak

2 anak

3 anak

>3 anak

12

23

36

13

2

14%

26,7%

41,9%

15,1%

2,3%

29,42

31,09

29,11

29,23

24,50

Total 86 100% -

Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang

memiliki satu anak dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling tinggi daripada

kelompok subjek lainnya pada variabel pembelian impulsif.

Kemudian rerata empirik deskripsi subjek berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4.

Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah % Rerata Empirik

Bekerja

Tidak Bekerja

66

20

76,7%

23,3%

29,62

29,50

Total 86 100% -

7

Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang

bekerja dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling tinggi daripada kelompok subjek

tidak bekerja pada variabel pembelian impulsif.

PEMBAHASAN

Hasil uji hipotesis dengan teknik independent sample t-test menunjukkan nilai

signifikansi sebesar 0,116 (p<0,05) dengan t-hitung sebesar -1,588. Hal tersebut berarti

hipotesis penelitian ini ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan

wanita dalam pembelian impulsif pada saat pandemi covid-19. Menurut Wansink (dalam

Tooy, 2015), pembelian impulsif sangat berhubungan erat dengan refleks atau respon

terhadap rangsangan eksternal yaitu faktor lingkungan dan atau faktor internal yaitu

rangsangan dari diri sendiri (mood, emosi, dan keinginan yang tak tertahankan). Kondisi

yang memadai, akan memungkinkan konsumen untuk membeli barang secara impulsif.

Namun, tuntutan kebutuhan tetap menjadi pertimbangan dalam keputusan membeli

(Renanita, 2017). Hasil penelitian Ali dan Hasnu (2013) menunjukkan bahwa jenis kelamin

tidak memengaruhi individu untuk melakukan pembelian impulsif. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tooy (2015) juga menunjukkan tidak adanya perbedaan pada pembelian

impulsif antara wanita dan pria dilihat dari proses afektif dan proses kognitif. Sejalan dengan

pendapat Verplanken dan Herabadi (2001) bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian

yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.

Pembelian impulsif tidak hanya pada pengaruh pemasaran, tapi juga pada berbagai macam

karakteristik individu (Tooy, 2015). Wanita dinilai lebih terpengaruh oleh alasan

emosionalnya, sementara pria lebih dipengaruhi oleh alasan fungsi dan instrumen (Kacen &

Lee, 2002). Namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa wanita terbukti memiliki

pembelian yang tererncana daripada pria (Mai, dkk, 2003). Seperti yang dinyatakan oleh

Coley dan Burgess (2003) bahwa pembuatan keputusan dalam pembelian impulsif

dipengaruhi oleh masalah kognisi dan afeksi dalam diri seseorang. Pembelian impulsif pada

dasarnya dilakukan oleh banyak orang untuk mengurangi perasaan negatif atau membuat diri

merasa lebih baik (Silvera, Lavack, & Kropp, 2008). Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi

saat ini dimana pandemi covid-19 memberikan banyak dampak bagi masyarakat, salah

satunya menimbulkan perasaan negatif. Oleh karena itu, baik pria maupun wanita sama-sama

memungkinkan untuk melakukan pembelian impulsif. Ada banyak faktor yang dapat

menyebabkan perbedaan hasil penelitian selain jenis kelamin. Ada pula faktor-faktor lain

yang mungkin memengaruhi perilaku pembelian impulsif seperti jenis barang yang dibeli,

8

tempat berbelanja, pendapatan, gaya hidup, media perbelanjaan, dan lain-lain yang tidak

dibahas secara khusus dalam penelitian ini.

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa subjek

dengan jenis kelamin wanita dalam penelitian ini memiliki rerata empirik lebih tinggi

daripada subjek pria pada variabel pembelian impulsif. Meskipun hasil uji beda menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam pembelian impulsif,

namun hasil perhitungan rerata empirik menunjukkan nilai rata-rata pembelian impulsif

wanita lebih tinggi daripada pria, yaitu 30,70 pada wanita dan 28,49 pada pria. Seperti yang

dinyatakan oleh Lin dan Lin (2003) bahwa wanita cenderung lebih impulsif dalam berbelanja

daripada pria.

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan kelompok usia menunjukkan bahwa

subjek dalam kelompok usia dewasa awal (20-40 tahun) dalam penelitian ini memiliki rerata

empirik paling tinggi daripada kelompok usia lainnya pada variabel pembelian impulsif. Hal

ini berarti individu dewasa awal lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian

impulsif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wood (dalam Nguyen & Cakanlar, 2016) bahwa

pembelian yang tidak direncanakan dipengaruhi oleh karakteristik personal yaitu usia, dan

meningkat pada masa dewasa awal. Kebutuhan dan keinginan individu berubah seiring

dengan perubahan usianya. Rasa penasaran dan ingin mencoba sesuatu yang baru membuat

individu muda menjadi lebih impulsif (Kotler, 2004). Semakin tua usia seseorang maka

semakin kurang impulsif pembeliannya (Kacen & Lee, 2002; Mai, dkk, 2003). Semakin

dewasa usia seseorang, semakin memiliki kecenderungan untuk melakukan perencanaan

ketika akan berbelanja (Resha dalam Fauzia, 2019).

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan jumlah anak menunjukkan bahwa subjek

yang memiliki satu anak dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling tinggi daripada

kelompok subjek lainnya pada variabel pembelian impulsif. Hal ini berarti individu yang

memiliki satu anak lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian impulsif. Hal

ini dapat dipengaruhi oleh kebutuhan yang belum sebanyak individu yang memiliki lebih dari

satu anak. Hal ini sejalan dengan nilai rerata empirik yang paling rendah dimiliki oleh

kelompok subjek yang memiliki anak lebih dari tiga. Individu yang telah menikah memiliki

tanggung jawab keluarga yang lebih dibandingkan individu yang belum menikah (Santrock,

2002), terlebih adanya kehadiran seorang anak yang menerima perhatian lebih dari orang

tuanya.

Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa subjek

yang bekerja dalam penelitian ini memiliki rerata empirik tertinggi daripada kelompok subjek

9

yang tidak bekerja pada variabel pembelian impulsif. Hal ini berarti individu yang bekerja

memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan pembelian impulsif. Hal ini sangat

logis karena berkaitan dengan penghasilan. Pembelian impulsif erat kaitannya dengan uang

yang dimiliki seseorang. Seperti yang dinyatakan Tinne (2010) bahwa ketersediaan uang

merupakan salah satu faktor situasional yang menjadi fasilitator dalam proses pembelian

impulsif, karena meningkatkan daya beli individu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara pria maupun wanita dalam pembelian impulsif pada saat pandemi Covid-19. Maka

dapat disimpulkan bahwa pria maupun wanita memiliki kecenderungan membeli secara

impulsif. Setiap individu memiliki proses afektif dan proses kognitif yang memengaruhi

individu melakukan pembelian impulsif. Banyak faktor lainnya yang memengaruhi

pembelian impulsif, namun tidak dibahas dalam penelitian ini.

Saran

Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meminimalisir maupun

mencegah terjadinya pembelian impulsif. Oleh karena itu penting bagi subjek agar dapat

mengontrol perilaku berbelanja, misalnya menyusun daftar belanja, dan membeli barang

sesuai kebutuhan.

Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan lebih memahami tentang pembelian impulsif jika dilihat dari

jenis kelamin. Lebih menyadari apa yang harus dan butuh dibelanjakan, karena hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pria maupun wanita memiliki kemungkinan untuk

melakukan pembelian impulsif.

Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini terbatas meneliti pembelian impulsif secara umum, tidak terfokus pada

suatu produk tertentu dan tidak membahas khusus penyebab lainnya. Saran untuk penelitian

10

selanjutnya dapat dikaitkan dengan variabel-variabel lainnya, seperti variabel usia,

pendapatan, pendidikan, metode pembelian, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., & Hasnu, S. (2013). An analysis of consumers’ characteristics on impulse buying:

evidence from Pakistan. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In

Business. Vol 5 (2).

Beatty, S.E., & Ferrel, M.F. (1998). Impulsive buying: modeline its precursors. Journal of

Retailing. 74 (2), 169-191.

Coley, A. & Burgess, B. (2003). Gender Differences in Cognitive and Affective Impulse

Buying. Journal of Fashion Marketing and Management, Vo. 7 No. 3, 282-295.

Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender identity and material symbols; objects

and decisions consideration in impulse purcahses. Journal of Economic Psychology,

16(3), 491–511

Fauzia, M. (2019). Perempuan Indonesia belanja online: impulsif hingga tergiur gratis

ongkir, diakses dari:

https://money.kompas.com/read/2019/04/04/123029126/perempuan-indonesia-

belanja-online-impulsif-hingga-tergiur-gratis-ongkir?page=all

Hafidh. (2020). 4 perubahan perilaku konsumen saat pandemi corona, diakses dari:

https://www.jurnal.id/id/blog/perubahan-perilaku-konsumen-saat-pandemi-corona/

Harahap, D.A. (2020). Virus corona dan panic buying yang impulsif.

https://www.researchgate.net/publication/340453297.

Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer behavior: Building marketing

strategy (11th ed.). New York: McGraw-Hill Irwin.

Iskandar. (2020). Dampak covid-19, belanja makanan dan minuman online naik 143 persen

di Indonesia, diakses dari: https://www.liputan6.com/tekno/read/4232324/dampak-

covid-19-belanja-makanan-dan-minuman-online-naik-143-persen-di-indonesia

Kacen, J. J. & Hess, J. D. (2007). The comparative influence of consumer, producer, and

retailer factors on impulsive buying. Journal of consumer psychology.

Kacen, J. & Lee, J.A.( 2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying

Behavior. Journal of Consumer Psychology, 12 (2), 163-176.

Kahle, L.R. (2000). Cross-national consumer psychographics. New York: International

Business Press.

Kotler, P. (2004). Manajemen pemasaran, edisi milenium. Jakarta: PT Indeks Kelompok

Gramedia.

Lin, C.H., & Lin, M. (2005). An exploration of Taiwanese adolescencts’ impulsive buying

tendencies. Adolescene. 40, 154.

11

Mai, N.T.T, Jung, K., Lantz G., & Loeb S.B. (2003). An Exploratory Investigation into

Impulse Buying Behavior in a Transitional Economy: a Study of Urban Consumers in

Vietnam. Journal of International Marketing, Special Issue on Marketing in

Tranbsitional Economies, Vol. 11, no. 2, 13-35.

Mowen, J. C., & Minor, M. (2002) Perilaku konsumen (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Peter, J. P & Olson, J. C. (2005). Consumen behavior & marketing staregy. seventh

edition. New York: Mc Grawhill Company.

Petro, G. (2020). Coronavirus and shopping behavior:men and women react differently,

diakses dari: https://www.forbes.com/sites/gregpetro/2020/03/13/coronavirus-and-

shopping-behavior-men-and-women-react-differently/#19cbc994737a

Renanita, T. (2017). Kecenderungan pembelian impulsif online ditinjau dari penjelajahan

website yang bersifat hedonis dan jenis kelamin pada generasi Y. Jurnal Indigenous.

Vol 2. No.1, 1-6.

Santrock, J.W. (2002). Psikologi perkembangan, jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Silvera, D. H., Lavack A.M. & Kropp F. (2008). Impulse buying: the role of affect, social

influence, and subjective wellbeing. Journal of Consumer Marketing, 25/1, pp. 23-33.

Solomon, M. R. (2011). Consumer behavior. New Jersey: Pearson.

Tinne, W.S. (2010). Impulsive purchasing: a literature overview. ASA University Review. 4

(2), 65-73.

Tooy, S. M. (2015). Analisis Perbedaan Perilaku Impulse Buying Konsumen Laki-Laki dan

Perempuan Berdasarkan Proses Afektif dan Kognitif. Jurnal Riset Bisnis dan

Manajemen. Vol. 3. No.2, 111-126.

Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying tendency:

feeling and no thinking. European Journal of Personality. 15, S71-S83.

Wathani, F. (2008). Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau

dari peran gender. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi, Universitas

Sumatera Utara.

Widiyarti, Y. (2020). Belanja impulsif, pelarian dari kecemasan pada covid-19., diakses dari:

https://gaya.tempo.co/read/1327098/belanja-impulsif-pelarian-dari-kecemasan-pada-

covid-19/full&view=ok.

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGANNomor: 75/PERPUS/UG/2020

Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : Annisa JuliantiNomor Penulis : 140395Email Penulis : [email protected] Penulis : Mampang Prapatan

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FPSI/PA/PENELITIAN/75/2020Judul Penelitian : PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI JENIS KELAMINTanggal Penyerahan : 17 / 08 / 2020

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

Dicetak pada: 17/08/2020 14:32:37 PM, IP:114.5.218.213 Halaman 1/1