PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/194/1/Ajna...
Transcript of PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/194/1/Ajna...
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA SISWA PENYANDANG AUTIS
DI SMPLB NEGERI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
AJNA DINA FITRIYAH
NIM 111 10 067
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar no 2 telp (02988) 323706, 323433 Salatiga, 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id , Email: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 5 eksemplar skripsi
Hal : Pengajuan Skripsi
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama kami
kirimkan naskah skripsi mahasiswi :
Nama : Ajna Dina Fitriyah
NIM : 11110067
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Penyandang Autis di SMPLB Negeri Salatiga Tahun
Pelajaran 2013/2014
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salatiga, 07 Oktober 2014
Pembimbing
Dra. Hj.Lilik Sriyanti, M.Si
NIP.19660814 199103 2 003
SKRIPSI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA
PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
DISUSUN OLEH
AJNA DINA FITRIYAH
NIM : 111 10 067
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan
Tarbiyah,Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada hari
Selasa, tanggal 25 November 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag.
Sekretaris Penguji : M. Gufron,M.Ag.
Penguji 1 : Dra. Siti Asdiqoh,M.Si.
Penguji II : Muna Erawati,M.Si.
Penguji III : Dra. Lilik Sriyanti, M.Si.
Salatiga, 25 November 2014
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
NIP. 19670112 199203 1 005
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ajna Dina Fitriyah
NIM : 111 10 067
Jurusan : Tarbiyah
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang ditulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 07 Oktober 2014
Yang menyatakan,
Ajna Dina Fitriyah
MOTTO
Artinya:. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku Su’aedi dan Siti Aminah
tercinta
Kepada Para dosen yang telah
membimbingku
Saudara-sudaraku, Mas Fuad, Mas Syukron,
dan Ka’ Azmi yang salalu memberikan
motivasi kepada penulis
Dan sahabat-sahabat seperjuanganku dan
teman-teman Angkatan 2010
Tak lupa untuk kekasih yang selalu setia
menungguku
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Penyandang Autis di SMPLB
Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014. Shalawat serta salam tak lupa
penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Ibu Dra.Lilik Sriyanti, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Muhlisun M.Pd, Selaku kepala sekolah SLB Negeri Salatiga yang
telah memberikan izin penelitian bagi penulis.
4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis
5. Kedua orang tuaku, kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan
moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak dengan ikhlas memberikan bantuan baik material maupun
spiritual dalam penulisan skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa
kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan pada penulis
diridhoi Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan dan
kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 07 Oktober 2014
Penulis
ABSTRAK
Fitriyah, Ajna Dina. 2014. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Penyandang Autis di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran
2013/2014. Skripsi.Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama
Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra
Lilik Sriyanti, M.Si
Kata kunci : Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Siswa Autis
Siswa autis merupakan anak yang mengalami hambatan baik dari segi
mental, emosi, psikomotorik serta memerlukan penanganan khusus dalam proses
pembelajaran. Kunci keberhasilan proses pembelajaran tersebut ditentukan oleh
beberapa komponen, diantaranya guru, metode yang digunakan, dan kurikulum.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri
Salatiga, apa saja kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran
2013/2014. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan
informasi dan masukan kepada semua pihak terutama guru dan lembaga
pendidikan.
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Sedangkan analisis data dilakukan dengan memberikan makna dan dengan makna
tersebut dapat diambil kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pembelajaran yang meliputi
perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa autis di SMPLB
Negeri Salatiga berpedoman pada kurikulum KTSP dengan modifikasi guru.
Pembelajaran PAI di SMPLB Negeri Salatiga pada siswa penyandang autis adalah
(1) Materi yang disampaikan ditekankan pada materi yang bersifat praktis dengan
menggunakan metode ceramah, metode quantum teaching, metode tanya jawab,
metode praktek, dan metode keteladanan. (2) upaya guru PAI adalah memberikan
materi yang sesuai dengan kemampuan siswa. (3) hasil pembelajaran PAI
menunjukkan bahwa siswa autis sudah menjalankan ritual keagamaan dalam
keseharian dan berperilaku seperti tuntunan agama. Yaitu melakukan wudhu dan
sholat wajib. Kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam diantaranya
target materi PAI tidak selesai, kurangnya jumlah guru PAI, kurang disiplinnya
siswa, dan SMPLB Negeri Salatiga tidak menyediakan terapi khusus untuk
mengkondisikan siswa autis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... …i
LEMBAR LOGO STAIN SALATIGA ............................................................. …ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... v
MOTTO ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ..................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Fokus Penelitian............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
E. Penegasan Istilah.............................................................................. 6
F. Metode Penelitian............................................................................ 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................... 8
2. Kehadiran Penelitian ............................................................ 8
3. Lokasi Penelitian .................................................................. 9
4. Sumber Data ......................................................................... 9
5. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 10
6. Analisis Data ........................................................................ 12
7. Pengecekan Keabsahan Data………………………………. 13
8. Tahap-tahap Penelitian…………………………………… 14
G. Sistematika Penulisan................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Meliputi
A. Perencanaan Pembelajaran ............................................................. 17
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran ..................................... 17
2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ........................................... 18
3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran ............................. 18
B. Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 19
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam……………………… 19
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam…………………………. 21
3. Materi Pendidikan Agama Islam………………………….. 25
C. Evaluasi Pembelajaran………………………………………… 33
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran ………………………….. 34
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran……………………………… 34
3. Prinsip Evaluasi Pembelajaran……………………………… 35
D. Penyandang Autis………………………………………………… 38
1. Pengertian Autis……………………………………………….. 38
2. Jenis Autis……………………………………………................39
3. Faktor Penyebab Autis…………………………………………. 42
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data SLB Negeri Salatiga…………………………… 45
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…………………. 62
1.Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam………….. 62
2.Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam………… 65
3.Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam………………. 72
C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam………….. 73
BAB IV ANALISIS DATA
A. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ………………… 76
1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam…………. 76
2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam………….. 81
3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam………………. 84
B. Kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam……………...85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………… 87
B. Saran-saran…………………………………………………… 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Sekolah…………………………………… 51
Tabel 3.2 Susunan Pengurus Komite Sekolah............................................... 52
Bagan 3.3Denah Gedung SLB Negeri Salatiga.............................................. 55
Tabel 3.4 Data Sarana Prasarana……………………………………………… 58
Tabel 3.5 Keadaan Pengajar di SLB Negeri Salatiga...................................... 60
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelahiran anak ditengah keluarga merupakan anugerah
terindah.Dengan kehadiran anak, orang tua merasakan kebahagiaan yang
luar biasa.Bahkan orang tua berharap kelak anak tersebut tumbuh dan
berkembang secara sempurna.Orang tua mengupayakan hal yang terbaik
untuk perkembangan anak, dengan harapan cita-cita yang mungkin belum
bisa terwujud, bisa terealisasi.
Namun, bagaimana jika anak yang terlahir memiliki beberapa
keterbatasan atau lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus?
Pertanyaan ini mengingatkan kepada semua pihak mengenai pentingnya
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus.
Untuk itu, seharusnya orang tua membimbing dan mengarahkan anak
secara tepat, bukan mengisolasi keberadaan anak yang memiliki
kecacatan.Solusi yang tepat adalah memberikan kesempatan kepada anak
belajar di sekolah luar biasa (SLB). Bentuk dukungan ini menjadikan
anak menjadi pribadi yang mandiri.
Pada UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional,dijelaskan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan: (1) Setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional,mental intelektual,dan sosial berhak mendapatkan pendidikan
khusus. Anak autis merupakan anak yang berkebutuhan khusus yang
memiliki kelainan sosial, sehingga telah jelas undang-undang tersebut
pada pasal 5 ayat (2), menunjukkan bahwa anak autis berhak mendapatkan
pendidikan.Untuk itu dukungan perkembangan dan kemajuan anak autis
dapat dibekali lewat sekolah luar biasa (SLB).
Menurut Smart (2010), pelayanan pendidikan bagi setiap anak
yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan berbeda-beda, tergantung
kekurangan apa yang dialami oleh anak tersebut dan seberapa parahkah
kekurangan tersebut sehingga pelayanannya pun dapat sampai kepada
anak tersebut dengan tepat.
Menurut Ali (2008:40) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan
yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui
upacara, penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia
menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.Dalam hal ini anak autis
semestinya mendapatkan pengarahan pembelajaran pendidikan agama
tanpa adanya perlakuan diskriminasi.Hal ini sesuai dengan QS.An-nisa:9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran
yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama
Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits
(Maslikhah, 2004:199). Tujuan akhir mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMPLB adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak
mulia.
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) adalah suatu
lembaga pendidikan atau sekolah lanjutan yang bertanggung jawab
melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan anak didik yang
berkebutuhan khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, Hermansyah
(2012:16) dalam bukunya yang berjudul PembelajaranTerstruktur
menyatakan sebagai berikut:
pembelajaran untuk anak autis tidak dapat disamakan dengan
pembelajaran untuk anak normal pada umumnya. Pembelajaran
tersebut didasarkan pada karakteristik dan pemahaman terhadap
gangguan yang dialami anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru
dalam menangani anak autis adalah: pertama memahami konsep
pembelajaran bagi anak autis. kedua memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran anak autis. Ketiga mampu
melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi dalam
proses pembelajaran anak autis. Keempat memahami konsep dan
pentingnya pembelajaran terstruktur bagi anak autis.
Pengorganisasian materi Pendidikan Agama Islam merupakan
upaya kegiatan mensiasati proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan rekayasa seluruh instrumental yang terkait melalui penyusunan
materi secara rasional dan komprehensif. Pengorganisasian materi ini
mencakup tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
Berkaitan dengan pengorganisasian materi, Fatchurrohman
(2004:316) menyatakan sebagai berikut:
Tahap perencanaan merupakan langkah awal penentuan
aktivitas pembagian alokasi waktu untuk bahan ajar yang akan
diberikan untuk peserta didik.
Tahap pelaksanaan mencakup langkah yang dipergunakan
guru untuk mengaplikasikan beberapa metode dan media dalam
melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam.
Sedangkan tahap evaluasi menjadi pengontrol
pengembangan materi pendidikan agama Islam.
Dalam perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi terhadap materi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru harus menyusun materi
sedemikian rupa sehingga tingkat kesulitan dan kemudahannya sejalan
dengan tingkat perkembangan kemampuan penguasaan kompetensi peserta
didik, baik dari aspek kognisi, afeksi, dan psikomotoriknya.
Pada kenyataan yang sebenarnya, masih ditemukan pembelajaran
agama Islam yang diterapkan di sekolah luar biasa yang menggunakan
pembelajaran agama seperti sekolah umum, tanpa memperhatikan kondisi
siswa, khususnya anak autis yang memiliki keterbatasan sistem otak.
Berangkat dari latar belakang masalah inilah, peneliti tertarik
mengambil judul:
“PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA
PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2013/2014”
B. Fokus Penelitian
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sistempembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran
2013/2014?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru PAIdalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri
Salatiga tahun pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengetahui sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam padasiswa
penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran
2013/2014.
2. Mengetahui beberapa kendala yang dialami guru PAI dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pada siswa penyandang autis di SMPLB
Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas
tentang proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
anak autis, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
a. Diharapkan penelitian ini dapat menambahkan wawasan ilmu yang
didapatkan pada perkuliahan Kapita Selekta, terutama yang
berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam
bagi siswa penyandang autis.
b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis.
2.Secara Praktis
a. Memudahkan orang tua dalam memantau perkembangan
keagamaan siswa penyandang autis.
b. Guru Agama Islam memberikan dukungan terhadap siswa
penyandang autis untuk semangat melaksanakan ibadah.
c. Siswa penyandang autis terbiasa melaksanakan ibadah dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada
judul di atas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi yang
dimaksudkan:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menurut Gagne (dalam Rusmono, 2012:6) pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar pada siswa. Sedangkan Miarso (2004:545) pembelajaran
adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar
oranglain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri
orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis memberi pengertian,
pembelajaran adalah suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi
terciptanya suatu kegiatan belajar.
Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)
menjelaskan bahwa:
Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah satu
mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajaran Islam
dan tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan
melalui perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang
baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan, dan
pengembangan kehidupan peserta didik.
Jadi penulis memberikan pengertian pembelajaran pendidikan
agama Islam adalah suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi
terciptanya suatu kegiatan belajar dengan muatan ajaran-ajaran Islam.
2. Penyandang Autis
Menurut Huzaemah (2010:2),penyandang autis merupakan
gangguan atau kelainan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Sedangkan
Smart (2010:56), autis dapat diartikan sebagai anak yang mengalami
hambatan perkembangan otak terutama pada area bahasa, sosial, dan
fantasi.
Oleh karena itu, yang dimaksud penyandang autis merupakan
siswa yang mengalami gangguan perkembangan pervasif yang ditandai
dengan gangguan intelektual, kognitif, dan interaksi sosial yang
mengakibatkan hambatan perkembangan otak.
F. Metode Penelitian
1.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono
menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana penelitian
adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono,2009:9).
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai
fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, foto, memo, dan dokumen resmi
lainnya.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti sebagai pengamat, dalam hal ini tidak
sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi
pengamatan (Moleong, 2007:77). Dalam penelitian ini, peneliti ikut
berperanserta sebagai pengamat dan sebagai pendamping guru dalam
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.
3.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Salatiga, tepatnya berada di
Jl. Hasanudin Gang III (Cakra) Banjaran - Mangunsari Salatiga, Jawa
Tengah. Adapun strata pendidikan mencakup: TKLB (Taman Kanak
Luar Biasa), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa),dan SMALB (Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa). Objek yang digunakan peneliti adalah SMPLB Negeri
Salatiga.
4. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2014:308), teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data yang berlangsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, baik melalui
dokumen maupun orang lain.
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga. Sedangkan
informannya adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua
siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposivesampling. Pengambilan sample dikarenakan situasi,
subjek, Informan, dan waktu.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah:
a. Observasi
Menurut Hadi dalam (Sugiono, 2014:203), observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi
sekolah dan letak geografis, serta metode yang diterapkan guru
pendidikan agama Islam dalam pembelajaran pada siswa
penyandang autis.
b. Wawancara
Menurut Moleong (2009:186) wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang mengajukan
pertanyaan itu. Maksud Lincon dan Guba dalam
(Moleong,1985:266), adalah mengkontruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, tuntunan,kepedulian, dan sebagainya.
Lebih lanjut peneliti akan menanyakan tentang
pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis, sedangkan
nara sumbernya adalah Guru Pendidikan Agama Islam mengenai
metode yang diterapkan untuk siswa penyandang autis dan
menanyakan beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam. Selanjutnya peneliti melakukan
wawancara terhadap aktivitas keagamaan siswa penyandang autis
kepada orang tua wali siswa sebagai bukti penerapan keagamaan
dalam kehidupan.
Untuk melaksanakan teknik wawancara, pewawancara
harus mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga
informan bersedia bekerjasama dan merasa bebas berbicara dan
dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara
yang digunakan peneliti adalah terstruktur (tertulis), yaitu dengan
menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan
disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar
pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus terhadap
tujuan yang dimaksud dan menghidari pembicaraan yang terlalu
melebar.Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan
dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul
ketika kegiatan wawancara berlangsung.
c. Dokumentasi
Menurut Indonesia (2007:272) dokumentasi adalah
pengumpulan bukti atau keterangan, seperti kutipan, gambar,jurnal
pendidikan, dan bahan referensi lain. Metode ini peneliti gunakan
untuk memperoleh data mengenai informasi sekolah yang meliputi
struktur organisasi, sarana dan prasarana, data guru, dan data
siswa.
6. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti
akan melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan
demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga
dikupas secara runtut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis
data sebagaimana dinyatakan oleh Miles & Huberman (1992:16)
meliputi reduksi data, dan verifikasi atau triangulasi. Pada tahap
reduksi data dilakukan pemilihan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhirnya dapat disimpulkan. Pada tahap
penyajian, data disajikan dalam bentuk teks naratif.Selanjutnya
pada tahap triangulasi dilakukan guna menyamakan pandangan
antar informan sehingga data bisa dan untuk menjaga keutuhan
penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh
peneliti melakukan beberapa upaya, disamping menanyakan
langsung kepada subjek, peneliti juga berupaya mencari jawaban
dari sumber lain. Burhan Buin (2004:99) menyatakan bahwa:
“keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya
mengunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi
mendalam, triangulasi, (menggunakan beberapa sumber,
metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat
melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan
anggota.”
Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip
objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya.Validitas
dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta
penafsirannya, yaitu agar penemuan dan penafsirannya sesuai yang
sebenarnya dan temuan disetujui oleh subjek yang diteliti.
Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang
diperoleh dari para subjek / informan.
Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara
mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek
dan memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil
analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru
yang diperoleh dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan
dengan penggunaan teknik yang berbeda, misalnya observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yang masing-masing dibandingkan
sebagai upaya pengecekan temuan.
8. Tahap-tahap penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang
berkaitan dengan pendidikan Agama Islam pada siswa
penyandang autis.
b. Tahap Penelitian di Lapangan
Setelah mengetahui kurikulum yang dilaksanakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak penyandang
autis berdasarkan buku-buku yang telah dikaji kemudian
peneliti juga wawancara langsung kepada kepala sekolah dan
guru pendidikan agama Islam.
c. Tahap Analisis dan Pelaporan
Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam
buku mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
data yang diperoleh di lapangan.
Setelah data terkumpul maka dilakukan penilaian secara
selektif dan disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat
dalam penelitian.Setelah itu,dilakukan pengolahan dengan
permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Menurut Miles
dan Huberman (1984) juga Yin(1987) dalam Suprayogo
(2003:194) menyatakan sebagai berikut:
Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara
umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data,dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
A. Analisis Selama Pengumpulan Data: dapat dimulai
setelah peneliti memahami fenomena sosial yang diteliti
dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis. B.
Reduksi Data: proses pemilihan terhadap data yang
hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang
merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang
berkembang. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi
skripsi.
Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BabII Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi:
pengertian perencanaan, fungsi perencanaan, prinsip-prinsip
perencanaan.Pelaksanaan MateriPendidikan Agama Islam: Pengertian
pendidikan agama Islam,tujuan pendidikan agama Islam, materi
Pendidikan Agama Islam. Evaluasi Pembelajaran: pengertian evaluasi,
fungsi evaluasi, dan prinsip-prinsip evaluasi. Penyandang Autis:
pengertian autis, Jenis autis, faktor penyebab autis.
Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi:
paparan data SLB Negeri Salatiga, sistem pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri Salatiga
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, kendala yang dialami
guru PAI dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bab IV merupakan analisis data yang meliputi Sistem pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri
Salatiga yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, kendala yang dialami guru PAI
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Dalam proses pendidikan, perencanaan merupakan penentuan
aktivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Tanpa perencanaan
pembelajaran tidak mempunyai arah dan tujuan.Sebagai alat yang
penting untuk mencapai tujuan, perencanaan hendaknya adaptif
terhadap perubahan zaman.
Menurut Prabowo dan Nurma (2010:1), perencanaan merupakan
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.
Oleh karena itu, wajar bila perencanaan selalu berubah dan berkembang
sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai dan kondisi yang
memungkinkan.
Sedangkan sebagai sebuah proses yang disengaja dilakukan atau
direkayasa, proses pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan, agar
apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti
yang diharapkan. Dengan adanya perencanaan tersebut maka proses
yang akan dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki arah yang
jelas, dapat diperkirakan sumber daya yang diperlukan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah penentuan
arah pembelajaran yang diwujudkan dengan aktivitas yang hendak
dilaksanakan dimasa yang akan datang. Karena pekerjaan yang
ditentukan pada kegiatan perencanaan belum dilaksanakan, maka untuk
dapat membuat perencanaan yang baik harus menguasai keadaan yang
ada pada saat ini.Dari kondisi yang ada itulah berbagai proyeksi dapat
dilakukan dan kemudian dituangkan dalam berbagai rangkaian kegiatan
dalam perencanaan.
Pada tahap perencanaan guru harus menyusun program pengajaran
yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum, program satuan
pembelajaran dan perencanaan program belajar.
2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 4) fungsi perencanaan
pembelajaran adalah:
a. Pertama untuk menentukan kompetensi yang akan
dilakukan dari proses pembelajaran.
b. Keduauntuk mengukur kompetensi yang telah
ditentukan yang mampu memenuhi kebutuhan SDM.
3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran
Menurut Prabowo dan Nurma (2010:5) beberapa prinsip
pembelajaran adalah meliputi:
a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten.
Untuk merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
maka yang dapat melaksanakannya adalah orang dari jurusan
Pendidikan Agama Islam. Selain itu orang yang akan melakukan
perencanaan harus memahami bagaimana membuat perencanaan
dengan baik.
b. Memiliki Visibilitas.
Dalam melakukan perencanaan harus diperhitungkan bagaimana
perencanaan tersebut dilaksanakan.Oleh karena itu harus
diperhitungkan proses yang akan dilalui untuk dapat mencapai
kompetensi yang telah direncanakan tadi.
c. Beracuan pada masa yang akan datang.
Perencanaan yang diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun
waktu yang akan datang.
d. Berpijak pada fakta
Perencanaan yang dibuat memperhitungkan berbagai realitas dan
kondisi yang ada di sekolah/madrasah.Utamanya berkaitan dengan
kemampuan siswa sebagai stakeholder, dan kemampuan
sekolah/madrasah menyediakan sumber daya.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting
yang harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa ada kegiatan
pembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna.
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran secara
umum.
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Syafaat (2008:11) pendidikan agama merupakan kata
majemuk dari kata “pendidikan” dan “agama”. Menurut kamus bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe”
dan akhiran “an”, yang berarti proses perubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Berbicara mengenai agama, menurut Ali (2008:35-36) perkataan
agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan
agama Hindu dan Budha. Akar kata agama adalah gam yang
mendapatkan awalan a dan akhiran a sehingga menjadi a-gam-a. Agama
artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja.
Sedangkan arti Islam intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat
dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi.
Lalu, pengertian Islam menurut Moeliono dalam Syafaat (2008:15)
itu sendiri adalah “agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad Saw,
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia
melalui wahyu Allah Swt”.
Oleh karena itu, Sain (2001:280) memberikan pengertian
Pendidikan Agama Islam yaitu:
“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang
sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik
yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa,
sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat
menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya.
Yakni, ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini
kebenarannya, diamalkan menjadi pengontrol terhadap
perbuatan, pemikiran, dan sikap mental.
Sedangkan Daradjat (2011:28) merumuskan bahwa Pendidikan
Agama Islam sebagai berikut:
“(a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah
selesai dari pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup (way of life). (b) Pendidikan
Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam. (c) Pendidikan Agama Islam
adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama
Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama
Islam yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan
keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.”
Dari pendapat yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran,
bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta
menjadikanya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan
masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau
kegiatan selesai.Menurut Daradjat (2009:30) ada beberapa tujuan
pendidikan.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi sikap tingkah laku,
penampilan, kebiasaan, dan pandangan.
Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula
dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam
itu dilaksanakan dan harus dikaitkan dengan tujuan institusional
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah
berakhir pula.Karena itu pendidikan Islam itu berlaku selama hidup
untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara,
dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan
akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah Qs.
Ali-imran 102
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai
muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses
hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses
pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhir.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang dapat dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan
dalam suatu kurikulum pendidikan formal.Tujuan operasional
dalam bentuk tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan
TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak
berbeda.
d. Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan
pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
Sementara itu, tujuan Pendidikan Agama Islam menurut
Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islamtujuan
Pendidikan Agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan,
karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap dan tingkatan, tujuannya bertahap dan
bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang statis,
tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Oleh karena itu Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak,
penalaran, perasaan dari indera.Pendidikan itu harus melayani
pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual,
imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya (secara
perorangan maupun secara kelompok).Dan pendidikan ini
mendorong semua aspek kearah keimanan serta pencapaian
kesempurnaan hidup.
Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam Qs. Al-
an’am: 162
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Jadi, tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah
membina manusia agar menyerahkan diri kepada Allah baik secara
individual maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya.
Sudah seharusnya sebagai hamba Allah menyerahkan diri kepada
Nya, karena pada dasarnya Allah Swt menciptakan jin dan manusia
untuk menjadi hamba yang senantiasa beribadah kepadaNya. Hal
ini diperjelas dalam firman Allah Swt Qs. Adz-dzariyaat:56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam, jika diringkas
adalah mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti nabi
Muhammad Saw yang tercermin dalam sifat-sifat kepribadiannya.
Diantara sifat-sifat itu, menurut Baihaqi dalam Syafaat (2008:35)
adalah sebagai berikut:
1) Beriman dan beramal saleh untuk mencapai hasanah fiddunya
dan hasanah fil akhirah.
2) Berilmu yang dalam dan luas, bekerja keras untuk kemakmuran
kehidupan di dunia.
3) Berakhlak mulia dalam pergaulan.
4) Cakap memimpin di muka bumi.
5) Mampu mengolah isi bumi untuk kemakmuran umat manusia.
6) Dan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad Saw yang lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan, bahwa
Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan sedalam
kebutuhan hidup manusia yang mengambakan diri kepada
Khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.
3. Materi Pendidikan Agama Islam
A. Wudhu
1. Pengetian Wudhu
Menurut bahasa, wudhu berarti bersih dan indah.Sedangkan
menurut syara’ wudhu berarti membersihkan muka, kedua tangan,
kepala, dan kedua kaki dari hadas kecil.
Dasar Al-qur’an untuk melakukan wudhu adalah sebagai
berikut:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki.
2. Rukun Wudhu
Tidaklah sah apabila seseorang yang meninggalkan salah
satu rukun wudhu. Adapun rukun-rukun wudhu itu adalah:
a) Niat, untuk mengerjakan wudhu
b) Membasuh seluruh muka, yaitu dari puncak kening
sampai dagu dan dari pinggir telinga kanan hingga telinga
kiri
c) Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
d) Membasuh sebagian kepala
e) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
f) Tertib, artinya mendahulukan anggota wudhu yang
seharusnya di dahulukan, dan mengakhirkan yang seharusnya
diakhirkan
3. Sunah-sunah Wudhu
Sunah-sunah wudhu itu adalah sebagai berikut:
a) Membaca basmalah pada permulaan berwudhu
b) Menggosok gigi atau siwak
c) Mencuci kedua telapak tangan sampai pergelangan
d) Berkumur-kumur tiga kali
e) Memasukkan air ke lubang hidung, kemudian
mengeluarkannya lagi sebanyak tiga kali
f) Menyilang-nyilang jenggot
g) Menyilang-nyilang anak jari
h) Mendahulukan anggota kanan daripada kiri
i) Menyapu kedua telinga luar dan dalam
j) Membasuh tiga kali pada anggota wudhu
k) Memanjangkan cahaya, artinya melebihkan dalam
membasuh bagian-bagian wudhu
l) Membaca doa setelah wudhu
4. Yang membatalkan wudhu
Yang membalkan wudhu, artinya wudhunya itu
Batal disebabkan karena sebagai berikut:
a) Keluarnya sesuatu dari arah kubul dan dubur, misalnya
kencing, berak, atau kentut.
b) Hilangnya akal disebabkan karena gila, pingsan, mabuk
c) Tidur terlalu nyenyak hingga tidak sadar lagi tanpa tetapnya
pinggul di atas lantai
d) Tersentuhnya kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan
muhrim dengan tidak memakai tutup.
e) Menyentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak
tangan
5. Praktek Wudhu
Seseorang yang akan mengerjakan shalat, hendaklah
terlebih dahulu berwudhu, karena wudhu itu adalah merupakan
syarat sahnya shalat. Adapun cara atau praktek wudhu adalah
sebagai berikut:
a) Membaca basmalah sambil mencuci dan menyilang-
nyilangkan sela-sela jari sampai pergelangan tangan dengan
bersih.
b) Berkumur-kumur tiga kali sambil memasukkan air kedalam
hidung dan mengeluarkannya lagi
c) Membasuh muka dengan merata dari puncaknya kening
sampai bawah dagu, dan dari telinga kanan ke kiri, sambil
niat wudhu
d) Membasuh kedua tangan kanan dan kiri sampai siku
sebanyak tiga kali.
e) Mengusap sebagian kepala
f) Membasuh kedua kaki sebanyak tiga kali yang dimulai dari
kanan
g) Dengan demikian, selesailah pekerjaan wudhu, sesudah itu
dilanjutkan dengan berdoa sambil menghada kiblat, seraya
mengangkat kedua tangannya ke atas.
B. Shalat
1. Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa artinya doa. Adapun menurut istilah
syar’i, shalat adalah ibadah yang diawali dengan takbirotul ihram
dan diakhiri dengan salam dengan memenuhi ketentuan-ketentuan
yang telah diatur dalam hukum Islam. Shalat merupakan landasan
yang penting dalam kehidupan seorang muslim sebagai sarana
untuk menjalin hubungan baik dengan Sang Pencipta, yaitu Allah
swt. Hukum shalat wajib adalah fardhu’ain, yaitu kewajiban setiap
diri individu seorang muslim yang sudah dewasa.
Dasar perintah shalat terdapat dalam QS. Al-Ankabut 45
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Ketentuan Shalat Wajib
a) Syarat Wajib Shalat
Syarat wajib shalat adalah hal-hal yang harus dipenuhi
sebelum melakukan shalat. Adapun syarat wajib shalat, yaitu
Islam, telah baligh, berakal sehat, suci dari haid, dan telah
sampai dakwah Islam.
b) Syarat Sah Shalat
Shalat akan menjadi sah apabila memenuhi syarat-syarat,
yaitu suci badan, pakaian, dan tempat dari najis, suci dari hadas,
menutup aurat, mengetahui sudah waktu shalat, dan menghadap
kiblat.
c) Rukun Shalat
Rukun shalat adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam
melakukan shalat. Adapun yang menjadi rukun shalat ada tiga
belas macam, yaitu (1) niat, sengaja melaksanakan shalat ikhlas
karena Allah; (2) berdiri bagi yang mampu; (3) takbirotul ihram
dengan membaca Allahu-akbar; (4) membaca surah Al-fatihah;
(5) rukuk; membungkukkan badan kurang lebih 90 derajat; (6)
iktidal, (7) sujud, (8) duduk antara dua sujud (duduk iftirasy),
(9) duduk tasyahud akhir (duduk tawaruk); (10) membaca
tasyahud akhir; (11) membaca shalawat atas Nabi Muhammad
saw; (12) mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan; (13)
tertib.
d) Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Hal-hal yang membatalkan shalat, antara lain berbicara,
terlalu banyak gerak, terjadi hadas kecil atau hadas besar,
terkena najis, terbuka aurat, membelakangi ka’bah, tertawa,
makan, minum, berubah niat, segala yang membatalkan wudhu,
dan meninggalkan salah satu rukun shalat.
e) Sunah-sunah Shalat
Sunah shalat adalah segala sesuatu yang lebih baik
dilakukan dalam shalat, tetapi jika tidak dikerjakan tetap sah
shalatnya. Yang termasuk sunah shalat, yaitu (1) mengangkat
tangan ketika takbirotul ihram, rukuk, sujud, dan berdiri setelah
tahiyatul awal, (2) bersedekap, (3) membaca takbirotul ihram,
(4) membaca ta’awuz sebelum membaca surah al-fatihah, (5)
membaca amin setelah membaca surah al-fatihah, (6) membaca
surah atau ayat Al-qur’an setelah membaca surah Al-fatihah, (7)
membaca dengan jahar pada waktu membaca surah Al-fatihah,
(8) membaca takbir setiap pergantian gerakan shalat, (9)
membaca doa ketika surah iktidal, (10) membaca tasbih pada
waktu rukuk dan sujud, (11) meletakkan kedua tangan di atas
paha ketika duduk antara dua sujud, (12) duduk iftirasy, (13)
duduk tawaruk pada waktu duduk tahiyat akhir.
f) Waktu Pelaksanaan Shalat Fardhu
Dalam Al-quran, Allah menjelaskan bahwa shalat wajib
mempunyai waktu-waktu tertentu, penegasan Allah ini, terdapat
dalam firman-Nya dalam QS. An-nisa: 103)
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.
Adapun waktu pelaksanaan shalat fardhu adalah sebagian
berikut:
1) Shalat Isya dilaksanakan mulai terbenamnya syafaq
(senja/mega) sampai dengan terbitnya fajar
2) Shalat Subuh dilaksanakan mulai terbit fajar sampai dengan
terbitnya matahari
3) Shalat Dzuhur dilakukan mulai matahari condong dari
pertengahan langit sampai dengan bayang-bayang suatu benda
sama panjang dengan bendanya.
4) Shalat Asar dilakukan sejak bayangan benda sama panjang
dengan bendanya sampai menguningnya matahari di ufuk barat
5) Shalat Magrib dilakukan sejak terbenamnya matahari sampai
sebelum menghilangnya awan merah (syafaq) diufuk barat.
Dalam pembelajaran agama Islam guru di tuntut untuk
mengajar dengan sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan
contoh-contoh sederhana sehingga sedikit demi sedikit siswa
memahami materi yang diajarkan.Pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah pendekatan tematik.
C. Evaluasi Pembelajaran
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dalam setiap
proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan
bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Menurut Arifin (2011:5) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari
sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan.Evaluasi hasil belajar menekankan pada
diperolehnya informasi tentang seberapa besar perolehan siswa dalam
pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Sedangkan Sukmadinata 2001 dalam Arifin (2011:11)
pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya
kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah
antara guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling
mempengaruhi, tidak didominasi oleh satu komponen saja.
Nafi menambahkan dalam bukunyaBelajar dan Bermain Bersama
ABK dan Autis bahwa evaluasi pembelajaran merupakan proses
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses
pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara
optimal sehingga hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil kegiatan
pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik
buruknya proses kegiatan pembelajaran (Nafi, 2012:23-24).
Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti)
pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan
pertimbangan tertentu.Hasil kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya
difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik dan
pengembangan, seleksi, kenaikan peringkat belajar/ kenaikan kelas, dan
untuk penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Scriven 1967 dalam Arifin (2011:16) fungsi evaluasi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi
sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau
sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan.
Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai
kebaikan dari sistem secara keseluruhan,dan fungsi ini baru dapat
dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap
diselesai.
Mardapi dalam Widoyoko (2009:7) menambahkan, dalam
bukunya Evaluasi Program Pembelajaran, bahwa dalam bidang
pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro
dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah
program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk
memperbaiki bidang pendidikan.Evaluasi mikro sering digunakan di
tingkat kelas.Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran
di kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah guru untuk
sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi. Guru mempunyai tanggung
jawab menyusun dan melaksanakan program pembelajaran di kelas,
sedangkan pimpinan sekolah bertanggung jawab untuk mengevaluasi
program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh guru.
3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran
Menurut Sudijono (2011:31) Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan
terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa
berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini:
a. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan
istilah prinsip komprehensif (comprehensive).Dengan prinsip
komprehensif dimaksud disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat
dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Dengan kata lain,
evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang
dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup.
Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, maka evaluasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkapkan
pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran agama Islam,
melainkan juga harus dapat mengungkapkan sejauh mana peserta
didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
tersebut dalam kehidupan mereka masing-masing.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar secara bulat utuh
menyeluruh akan diperoleh keterangan dan informasi yang lengkap
mengenai keadaan dan perkembangan subjek didik yang dijadikan
sasaran evaluasi.
b. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas
(continuity).Dengan prinsip kesinambungan dimaksud disini bahwa
evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung dari waktu-
kewaktu.
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara berkesinambungan
dimaksudkan agar pihak evaluator (guru,dosen, dan
sebagainya)dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam
menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijakan-kebijakan
yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya, agar tujuan
pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
c. Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas (objectivity) mengandung makna, bahwa evaluasi
hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila
dapat terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif.
Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil
belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak
wajar. Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila dalam
melakukan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap masuk ke
dalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu
sendiri.
Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan
sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan
keluaran/ hasil, maka objek/sasaran evaluasi program pembelajaran
dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu: evaluasi masukan, proses dan
keluaran/ hasil pembelajaran.Menurut Widoyoko(2009: 15)
1) Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian
karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan
prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru,
kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana
pembelajaran berlangsung.
2) Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar
meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan,
keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang
dilaksanakan, dan minat, sikap serta cara belajar siswa.
3) Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk
melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa, baik
menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah
penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan
karakteristik masing-masing mata pelajaran.
D. Penyandang Autis
1. Pengertian Autis
Menurut Chaplin 2005 dalam Atanasius (2012:2) autis berasal dari
kata “autos” yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri
sendiri. Dalam kamus lengkap psikologi, autisme didefinisikan sebagai
(1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh
diri sendiri, (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
sendiri, dan menolak realitas, dan (3) keasyikan ekstrim dengan pikiran
dan fantasi sendiri. Anak autis memiliki keterbatasan dalam bahasa dan
keinginan obsesif yang kuat dan menciptakan kelekatan kuat dengan
berbagai benda-benda mati dan berbagai benda mekanis.
Sedangkan menurut Ward dalam Delphie (2009:4) kata autism
berasal dari bahasa Yunani Kuno atau Greek yang berarti self atau diri
sendiri. Anak autis berkecenderungan hidup dalam dunianya sendiri.
Menurut Hallahan2009 dalam Kurniati (2012:12)
mendefinisikan autis sebagai masalah perkembangan yang
mempengaruhi komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial,
gejala akan tampak jelas sebelum usia tiga tahun. Sementara Ernawati
dalam bukunya Siapa Bilang Anak Autis Tidak Bisa Berprestasi
menyebutkan bahwa autis merupakan suatu bentuk gangguan
perkembangan pada anak dengan ditandai pada terganggunya proses
komunikasi, interaksi sosial, serta fokus dalam proses pembelajaran
yang kurang (Ernawati, 2012:2).
Jadi, dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa autis adalah gangguan perkembangan pervasif yang
ditandai dengan gangguan intelektual, kognitif, dan interaksi sosial
yang mengakibatkan hambatan perkembangan otak.
2. Jenis Autis
Berikut adalah lima jenis autism menurut Autism Society of
America:
a. Sindrom Asperger : jenis gangguan ini ditandai dengan devisiensi
interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas
sehari-hari. Pada sindrom asperger, kemampuan bahasa tidak
terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak
yang menderita jenis autism ini kurang sensitif terhadap rasa sakit,
namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu
secara tiba-tiba. Anak dengan sindrom asperger memiliki
kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga secara akademik
mampu dan tidak bermasalah.
b. Autistic Disorder:disebut sebagai Chilhood autism karena sebagian
besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Anak yang
terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan
hanya tergantung pada komunikasi verbal. Kondisi ini
mengakibatkan anak menarik diri secara ekstrim terhadap
lingkungan sosialnya dan bersikap acuh-tak acuh. Pada gangguan
ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga
anak kurang bisa berkomunikasi.
c. Pervasif Development Disorde: autism jenis ini meliputi berbagai
jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat
keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang
ekstrim umumnya didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak.
Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif
terbatas sehingga, anak kurang bisa berkomunikasi.
d. Chilhood Disintegrative Disorder : gejala gangguan ini muncul
ketika seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal,
perkembangan anak Nampak normal yang kemudian terjadi regresi
mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan
motorik. Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang dia
peroleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.
e. Reet Syndrome:jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis
sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa
atau anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang
abnormal. Penyebabnya adalah mutasi pada urutan sebuah gen
tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya kehilangan control
otot yang menyebabkan masalah dalam berjalan dan mengontrol
gerakan mata. Keterampilan motorik terlambat dan mengganggu
setiap gerakan tangan dan kaki yang berulang.
Menurut Kanner dalam Kallahan (2009:7) melaporkan hasil
penelitian yang dilakukan pada tahun 1943, dari 11 kasus anak dengan
karakteristik utama anak autis sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain dengan
cara yang biasa
b. Sifat menyendiri yang sangat parah yang bisa mengisolasi anak
dari dunia luar
c. Tidak mau dipegang orang lain
d. Hambatan dalam bahasa, termasuk ekolali
e. Reaksi takut yang berlebihan terhadap suara keras
f. Terasuki untuk melakukan pengulangan dan melakukan hal sama
terus-menerus
g. Jarang melakukan aktivitas spontan, seperti misalnya perilaku
bermain
h. Gerak fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti berputar atau
menggoyang-goyangkan badan (Hallan 2009 dalam Kurniati
(2012:7).
Jadi, karakteristik anak autis dapat diketahui dari ciri
spesifik yang terlihat,yaitu kurangnya interaksi
sosial,komunikasi,dan kekakuan dalam berperilaku dan berpikir.
3. Faktor Penyebab Autis
Menurut Kurniati (2012:21) sejak tahun 1943 hingga sekarang
penyebab autis belum bisa ditentukan dengan pasti,sejauh ini para ahli
melakukan sejumlah penelitian yang menghasilkan dugaan dan
spekulasi.Kecanggihan teknologi memindai otak anak autis membantu
para ahli syaraf lebih memahami kondisi otak dan syaraf autis yang
berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Cumine 2000, bahwa penyebab autis
itu adalah seperangkat penyebab seperti biologis, kehamilan/kelahiran,
neurokimia, neurologis, dan jika salah satunya terpicu untuk muncul,
maka fungsi otak menjadi berubah.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada terjadinya anak autis,
Delphie (2009:29-31) sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan (environmental Factors), misalnya penyakit
rubella yang diidap ibu-ibu yang sedang hamil dapat meningkatkan
terjadinya janin dengan sindrom autistik.
b. Faktor genetika (genetic factors), yaitu faktor yang memegang
peranan penting terjadinya anak autistik.
c. Faktor neuropsikologis (neuropsychological lfactors) yaitu anak
dengan sindrom autistik atau kelainan pervasif (yang bersifat
menetap) banyak dipengaruhi fungsi-fungsi psikologis.
d. Penemuan-penemuan neurokemis (neurochemical findings), yaitu
gejala ketidaknormalan pada neurotransmitters (atau pesan-pesan
yang bersifat khusus yang bertanggung jawab dalam komunikasi
atar sel-sel syaraf).
e. Penemuan-penemuan neuroanatomis (neuroanatomical findings),
yaitu anak dengan gejala sebagai berikut:
1) Terjadi ketidaknormalan pada temporal lobe dan cerebellum.
2) Terjadi ketidaknormalan pada beberapa bagian otak yang
melibatkan kognisi spesial. Dengan kata lain anak autis
mempunyai ketidaknormalan pada amygdala (yaitu suatu area
ada pada medial temporal lobeyang khusus sebagai pusat
informasi berkaitan dengan emosi).
3) Anak autis mempunyai isi cerebal atau berat otak lebih besar
daripada anak yang mempunyai perkembangan normal.
Kelebihan tersebut mengacu pada adanya pengaruh
whitemanner dalam otak. Terjadinya kelebihan bukan pada saat
dilahirkan, tetapi setelah masa perkembangan berikutnya.
4) Adanya perbedaan brainlateralization (yaitu perbedaan fungsi
antara belahan kiri otak dan belahan kanan otak).
5) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan sisi kanan otak yang
mengatur keterampilan otak dan kemampuan visualspatial
seperti proses terjadinya emosi sosial dan penampilan wajah.
Jadi, inti kekurangan yang mengakibatkan penyimpangan ekstrim
suatu perkembangan normal pada anak autis meliputi proses
perkembangan berkaitan dengan kasih sayang (attachment),
perkembangan emosi (emotionaldevelopment), ekspresi emosional
(emotionalexpression), kerjasama atensi (jointattention),
perkembangan bahasa (languagedevelopment), pengambilan perspektif
(perspectivetaking), perkembangan kognitif (cognitivedevelopment),
fungsi-fungsi eksekutif (executivefunctions) dan teori berpikir
(theoryofmind).
BAB III
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data SLB Negeri Salatiga
1. Sejarah berdirinya SLB Negeri Salatiga
Pada tahun 1983 diresmikan berdirinya SDLB Negeri Mangunsari
Salatiga yang berlokasi di Jl. Hasanudin Gang III (Cakra) Banjaran-
Mangunsari Salatiga, Jawa Tengah.Berdasarkan Inpres No. 4/1983,
tanggal 25 Juni 2007 nama SDLB Negeri Salatiga diganti nama menjadi
SLB Negeri Salatiga yang menyelenggarakan pendidikan jenjang TKLB,
SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Adapun fasilitas yang ada di SLB Negeri Salatiga diantaranya
adalah Ruang kantor, Ruang perpustakaan, Ruang Sensoris Integrasi,
Rumah Dinas penjaga Sekolah, Gudang, Garasi, Musholla, Ruang
Musik, Ruang Keterampilan, dan lapangan. Kepala Sekolah dipimpin
oleh Bpk. Muhlisun,M.Pd, dengan 42 pegawai yang terdiri dari 33 PNS
dan 8 guru Wiyata Bakti.
Rata-rata guru di SLB Negeri Salatiga terdiri dari beberapa
sarjana. Strata 1 (S-1) umum sebanyak 8 orang, sarjana Pendidikan Luar
Biasa (SPGLB) sebanyak 21. Adapun rincian dari sarjana umum adalah
2 sarjana Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), 3 sarjana Pendidikan
Agama Islam (PAI), 2 sarjana seni, 2 sarjana Bahasa Inggris, 2 sarjana
Penjaskes, 1 sarjana Matematika dan Ilmu Alam (MIPA), 1 sarjana
Bimbingan Konseling, 1 sarjana komputer, 1 sarjana Biologi, dan 1
sarjana Teologi. Ada yang lain selain strata 1 yaitu 1 guru Penjaskes
dengan strata D.111 dan SMA.
Penambahan guru di SLB Negeri Salatiga dikarenakan ada
peningkatan jumlah siswa. Selain itu, SLB Negeri Salatiga sudah
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
a. Lokasi belajar aman dan tenang, jauh dari kebisingan, sehingga anak
dapat belajar lebih maksimal
b. Gedung representatif
c. Didukung dengan Laboratorium Komputer dan Multimedia
d. Ruang vokasional yang memadai (ruang tata boga, ruang tata busana,
ruang otomotif, ruang kerajinan, salon)
e. Area main yang luas
f. Dilengkapi Hotspot area untuk mendukung proses pembelajaran
g. Tersedia tempat ibadah / mushola
h. Perpustakaan yang nyaman dengan koleksi buku yang memadai
i. Ruang Sensori Integrasi
SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus (cacat) yang berjenis:
1. Tuna Netra (A)
Tunanetra adalah anak yang memiliki gangguan penglihatan
(buta).Siswa tuna netra dilambangkan dengan huruf A. siswa tunanetra
untuk jenjang SDLB berjumlah tiga siswa, SMPLB tidak ada dan
SMALB tidak ada.
2. Tuna Rungu wicara (B)
Tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan pendengaran,
baik ringan, sedang, ataupun berat.Sedangkan tunarungu wicara
merupakan anak yang kehilangan daya pendengaran yang
mengakibatkan gangguan komunikasi verbal. Tunarungu wicara
dilambangkan dengan huruf B. siswa tunarungu wicara untuk jenjang
SDLB dua puluh empat siswa, SMPLB lima siswa, dan SMALB
sembilan siswa.
3. Tuna Grahita (C)
Tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ dibawah rata-
rata.Tunagrahita dilambangkan dengan huruf C, selain itu ada
perbedaan kelas C1 untuk tunagrahita sedang. Jumlah tunagrahita
padatingkat kelas C adalah SDLB lima puluh satu siswa, SMPLB
Sembilan belas siswadan SMALB sepuluh siswa. Sedangkan jumlah
tunagrahita sedang atau kelas C1 adalah SDLB tiga pulu lima siswa,
SMPLB sepuluh siswa, dan SMALB enam siswa. Sedangkan jumlah
siswa kelas CI untuk SDLB empat puluh satu siswa, SMPLB sepuluh
siswa, dan SMALB enam siswa.
4. Tuna Daksa (D)
Tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan fisik (cacat tubuh).
Tuna daksa dilambangkan dengan huruf D, sedangkan untuk tunadaksa
ringan dilambangkan dengan huruf D1.Jumlah tunadaksa kelas D di
SDLB satu siswa, SMPLB tidak ada, dan SMALB 1satu siswa.
Sedangkan jumah siswa kelas D1, SDLB lima siswa, SMPLB dua
siswa, dan SMALB tidak ada.
5. Autis
Autis di SLB Negeri Salatiga merupakan kriteria yang masih bisa
dikatakan baru, sehingga kelas autis tidak dilambangkan huruf. Untuk
proses pembelajaran siswa autis di gabung dengan siswa tunagrahita
C1. Karena belum ada ruang kelas khusus anak autis.Jumlah anak autis
di SDLB empat orang SMPLB satu orang dan SMALB tidak ada.
2. Letak Sekolah
Letak SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810
m².tanah tersebut dijadikan bangunan permanen untuk sekolah TKLB,
SDLB, SMPLB, dan SMALB. Adapun batas-batasnya adalah
a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan villa permata Banjaran
d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02
Lokasi SLB Negeri Salatiga adalah Jl. Hasanudin Gang.III (Cakra)
Banjaran – Mangunsari Salatiga.
3. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SLB Negeri Salatiga
b. N.I.S. : 100160
c. N.S.S. : 101036203018
d. Provinsi : Jawa Tengah
e. Kecamatan : Sidomukti
f. Desa/Kelurahan : Mangunsari
g. Jalan dan Nomor : Hasanudin Gang III
h. Kode Pos : 50721
i. Telepon : Kode Wilayah: 0298 Nomor:
328036
j. Daerah : Perkotaan
k. Status Sekolah : Negeri
l. Kelompok Sekolah : Inti
m. Tahun Berdiri : 1983
n. KBM : Pagi
o. Bangunan Sekolah : Milik Negara
p. Luas Bangunan : 3810 m²
q. Lokasi Sekolah : Jl. Hasanudin Gang III (Cakra)
Banjaran – Mangunsari Salatiga
r. Website : slbnsalatiga.sch.id
s. E-mail : [email protected]
t. Jarak ke Pusat Kecamatan : 0,1 km
u. Jarak ke Pusat OTODA : 1 KM
v. NPNS : 20328473
4. Visi, Misi, dan Tujuan SLB Negeri Salatiga
a. Visi
Mendidik siswa bisa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak
mulia
b. Misi
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu perundang-
undangan yang berlaku
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku
3) Menambah kegiatan keterampilan, dan mengintensifkan
kegiatan agama
c. Tujuan
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (penyandang ketunaan)
di daerah Salatiga dan sekitarnya secara optimal
2) Mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi masa
depan yang kompetitif, sehingga peserta didik menyadari bahwa
kekurangan yang dimiliki bukan menjadi hambatan dalam
belajar dan bekerja
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan
berkesinambungan dengan pengetahuan dan keterampilan
5. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur
segala urusan untuk mencapai tujuan.Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi meliputi
struktur organisasi.Organisasi yang ada di SLB Negeri Salatiga meliputi
struktur organisasi sekolah dan struktur komite sekolah. Komite sekolah
diambil dari perwakilan orang tua siswa, guru, tokoh pendidikan, dan
tokoh masyarakat
Bagan 3.1
Struktur Organisasi Sekolah
KS
WKU WKA WKS WKH
KSDLB KSMPLB KSMALB
GM
PP
PS
TU
Keterangan Bagan Organisasi:
KS : Kepala Sekolah : Muhlisun, M. Pd
WKU : Waka Kurikulum : Sularno
WKA : Waka Kesiswaan : Wawan P.S.PdSD
WKS : Waka Sarpras : Juzan
WKH : Waka Humas : Reni S.Spd
KSDLB : Koordinator SDLB : Dra. Siti Aisyah
KSMPLB : Koordinator SMPLB : Drs. Sarwijaya
KSMALB : Koordinator SMALB : Sri Lestari S.Pd
GM : Guru Mapel : Semua Guru
TU : Tata Usaha : Baniyah S.PdI
PP : Petugas Perpustakaan : Reni I. A.Amd
PS : Penjaga Sekolah : Khoirul Sholeh
Tabel 3.2
Susunan Pengurus Komite Sekolah
No Nama Jabatan Unsur Alamat
1. M. Syatibi,S.Ag Ketua Wali
Murid/Tokoh
Agama
Dk.Krajan,Bono
merto,
Suruh,Kab.
Semarang
2. Drs.
Sugiman,M.Si
Ketua Tokoh
Pendidikan
JI.Sumantri IV
Rt.04/IX Dukuh,
Sidomukti,Salati
ga
3. Kristiyana Sekertaris Wali Murid Perum
Cinderawasih,
No. 27 Rt.05/IV
nNoborejo
Salatiga
4. Sularno Sekertaris Pendidik/guru Banjaran
Rt.01/XII
Mangunsari,
Sidomukti,
Salatiga
5. Rohimun Bendahara Wali Murid Gamesan,
Bandungan,
Ambarawa, Kab.
Semarang
6. Sri Rahayu Bendahara Pendidik/guru Jl. Antasena
Raya
No.09,Rt.01/IX
Dukuh
Sidomukti,
Salatiga
7. Drs. Subroto Anggota Tokoh
Pendidikan
Dinas
Pendidikan
Pemuda dan
Olahraga Kota
Salatiga, Jl.
LMU Adi
Sucipto No.02
Salatiga
8. Sungkono Anggota Tokoh
Masyarakat
Jl. Arjuna,
Rt.03/XII,
Banjaran,
Mangunsari,
Salatiga
9. Wawan
Pamungkas
Anggota Pendidik/guru Jl. Flamboyan,
B4/19 Perum
Candirejo
Permai, Jombor,
Tuntang, Kab.
Semarang
10. Nunik
Supriyatmi
Anggota Pendidik/guru Sraten Rt.03/IV
Tuntang, Kab.
Semarang
11. Amin Santosa Anggota Wali Murid Jl. Cerme,
No.545
Kalicacing,
Salatiga
6. Sarana dan Prasarana
1) Gedung
Gedung SLB Negeri Salatiga dengan ukuran 2414m² yang
terbagi menjadi 6 kelas.Setiap kelas memiliki luas 5m x 4m yang
sengaja dibuat dua lorong. Ruang kelas yang digunakan dalam
pembelajaran dibatasi dengan sekat tembok yang menghubungkan
antara kelas yang lain. Ruangan yang terbagi menjadi 2 tersebut
dapat mengganggu proses pembelajaran.Karena penghubung antara
kelas hanya pintu kecil yang terbuka.Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan di kelas 1C1.Pada pembelajaran yang dilakukan di
kelas apabila ada kelas sebelah sedang bernyanyi menimbulkan
suara bising akan mengganggu ruang kelas disebelahnya. Karena
terdengar suara keras di kelas sebelah, seringkali siswa lain ikut
tertarik meninggalkan kelas.
Gedung SLB Negeri Salatiga berbentuk persegi panjang.
Halaman dengan luas 896m²untuk taman dan 500m²digunakan
untuk lahan parkir. Gedung SMPLB & SMALB sengaja dipisahkan
dengan SDLB, namun kantor dan kamar mandi berada dalam satu
komplek dengan SDLB.
Bagan 3.3
Denah Gedung SLB Negeri Salatiga
LAPANGAN
11
8 9 10
12
14
13
15 16 17 18
LAHAN PARKIR SEPEDA MOTOR
1 7
19
6
20
5
21
4
2
2
2
3
2
3
27 26 24
25
32 31 30 29
33
28
37 34 35 36
38
39 40 41
42
43
44 45
TU
KP
4
6
4
8
4
7
Keterangan:
1. Halaman untuk praktik bengkel
2. Kamar mandi / WC PA
3. Kamar Mandi/ WC PI
4. Kelas IVC
5. Kelas IVC
6. Kelas IIIB
7. Kelas XIB
8. Kelas IB
9. Ruang guru& TU
10. Kelas IIB
11. Kamar Mandi/WC Guru PA
12. Kamar Mandi/WC Guru PI
13. Ruang Sensoris Integrasi
14. Kelas IC1
15. Kelas IIIC
16. Kelas IIC
17. Ruang Guru & Ruang Kepsek
18. Kelas VC
19. Kelas IVC
20. Kelas VIC
21. Kelas IIIB
22. Kelas XIB
23. Ruang Inventaris Perbengkelan
24. Gudang
25. Ruang Keterampilan
26. Rumah Dinas Penjaga Sekolah
27. Ruang E-learning
28. Pintu masuk Kelas& Kantin Sekolah
29. Kelas XC
30. Kelas XIC
31. Kelas VIIB
32. Kelas XIIC
33. Kelas XIIB
34. KelasXIB
35. Kelas XIB
36. Ruang Keterampilan Jahit
37. Ruang Osis
38. Ruang Tata Boga
39. Kelas VIICI
40. Kelas IXCI
41. Kelas XCI
42. Gudang Material
43. Perpustakaan
44. Kelas
45. Mushola
46. Ruang KMD
47. Kamar Mandi/ WC Siswa PI
48. Kamar Mandi/WC Siswa PA
2) Sarana dan Prasarana lain
Sarana dan Prasarana lain yang ada di SLB Negeri Salatiga
memiliki kriteria yang baik dan mendukung dalam pelaksanaan
pembelajaran. Adapun alat tersebut adalah berupa meja, kursi,
almari, hasil karya siswa, buku-buku yang tersedia, alat peraga dsb.
Tabel 3.4
Data Sarana Prasarana
NO NAMA BARANG JUMLAH BAHAN
1. Gedung Sekolah 5 Beton
2. Gedung Asrama 1 Beton
3. Gedung Artikulasi 1 Beton
4. Musholla 1 Beton
5. Perpustakaan 1 Beton
6. Rumah Dinas 1 Beton
7. Ruang Sensori
Integrasi
1 Beton
8. Meja Guru 11 Kayu
9. Kursi Guru 11 Kayu
10. Meja
Siswa/Sekolah
129 Kayu
11. Kursi
Siswa/Sekolah
129 Kayu
12. Almari 29 Kayu
7. Keadaan Guru
Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga
pada tahun 2013/2014 seluruhnya adalah empat puluh dua orang yang
13. Papan Tulis 3 Triplek
1ja White Board 35 Triplek
15. Papan Informasi 5 Triplek
16. Meja Kursi Tamu 2 set Kayu
17. Alat Peraga 40
18. Alat Pertanian 1 set Besi
19. Jumlah Buku 1470 Kertas
20. Alat Kebersihan 1set Plastik
21. Alat Pertukangan 1 set Besi
22. Alat Kecantikan 2 set Kayu
23. Alat Perbengkelan 1 set Mesin
24. Alat Boga 1 set Besi
25. Lapangan 1
26. Kantin 1 Beton
27. Tempat Parkir 2
28. Alat Kesehatan 24
29. Alat Keterampilan 41
30. Komputer 25 Elektronik
31. Monitor 21 Elektronik
32. TV 3 Elektronik
33. Sound System 5 Mesin
34. Speaker Sound
King
2 Mesin
35. Mesin Jahit 10 Mesin
36. Tenda 7 Plastik
Parasit
37. Kursi Lipat 3 Besi
38. Mesin Ketik 1 Mesin
39. Mesin Ketik Braille 1 Mesin
40. Camera Digital 1 Elektronik
41. Kursi Roda 8 Besi
42. Parabola 1 Mesin
43. Printer 6 Elektronik
44. Wireless 1 Elektronik
45. Alat Musik 27 Elektronik
terdiri dari tiga puluh tiga PNS, delapan guru wiyata bakti dan satu
guru tambahan dari diknas yang bertugas di SLB N Salatiga. Untuk
lebih jelasnya, penulis sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SLB
Negeri Salatiga.
Tabel 3.5
Keadaan Pengajar di SLB Negeri Salatiga
NO NAMA JABAT
AN
PENDIDI
KAN
MENGAJA
R KELAS
1. Muhlisun, M.Pd Kepsek SI.P.mat PKn 4C,5C
2. Trisnani, S.Pd Guru SGPLB C 4C
3. Rohani Eko S., S. Pd Guru SGPLB A 7 CI
4. Rohana Dwi S., S.Pd Guru SGPLB A 1CI (a)
5. Siti Aisyah, S.Pd Guru SI.Pkn 2C
6. Nunik Supriyatmi, S.Pd Guru SGPLB A 1A
7. Siti Rahayu,S.Pd Guru SGPLB C 3CI
8. Drs. Sarjiya Guru SI PLB 7B
9. Kusnanto Guru SGPLB A 3A
10. Sri Mulyani, S. Pd SD Guru SGPLB E 3C
11. Wagiman, S. Pd SD Guru SGPLB C 12C
12. Subiyati Guru SGPLB E 1CI (b)
13. Yekti Widayani,S.Pd
SD
Guru SGPLB C 6CI
14. Sri Rahayu, S.Pd.SD Guru SGPLB D ICI (c)
15. Rastini Guru SGPLB C 5C
16. Wawan Pamungkas, S.
Pd SD
Guru SGPLB A 7C
17. Indyatno, BA Guru Sm. PLB 6C
B. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
18. Muh Ihromi, S.Pd.I Guru S1. PAI PAI SDLB
19. Sularno, Spd.SD Guru SGPLB D 8C
20. Juzan Guru SGPLB C 10D/C
21. Tin Kartini, S.Pd Guru S1.BHS&
SENI
2CI
22. Sri Lestari W. S.Pd Guru S1 PPKN 8CI
23. Otto Danang P. S.Pd Guru SGPLB A 10B
24. Eko Puji Widodo. S. Pd Guru S1 PAI PAI
SMP/SMA
25. Indah Widyahety.S.Pd Guru SI. SENI 1B (b)
26. Reni Setiawati. S.Pd Guru S1.MIPA 12B
27. Khoirul Hidayati, S.Pd Guru SI PLB 6B
28. Ninda Solikhah, S.Pd Guru S1 PLB IB (b)
29. Hastien C.,S.Pd Guru SI PLB Cuti
30. Yustiana E. H. S.Pd Guru SI B.Ingg 2B
31. Heriani Thamrin, S.Pd Guru SI Komp 9CI
32. Fitri Indriyani, S.Si Guru SI
Olahraga
OR
SD/SMP/S
MA
33. Wisnu Laksono, S.Si Guru SI.
Teologi
PAK
SD/SMP/S
MA
34. Lusi Wulandari Guru SMA PAK SD
35. Masiyem Guru SGPLB C 10CI
36. Asih Widiyarti, S.Pd Guru SI. P.Bio 11B
37. Baniyah, S.Pd.I Guru SI.Bhs.
Ingg
4B
38. Reni Indriyani A.A.Md Pustaka
wan
D.III
T.Boga
Pustakawan
39. Khairul Sholeh PSD SMP Penjaga
Sekolah
40. Ika Yunita A. S Pd Guru SI Bk 5B
41. Fenny Ayuningtyas,
S.Pd
Guru SI PLB 9B
42. Abdur Rahman Guru SI. PAI PAI/SD
Hasil penelitian mengenai sistem pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga dapat dibagi menjadi tiga
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan
hal yang sangat penting dalam menjalankan proses pembelajaran.
Tanpa perencanaan maka pendidikan kurang optimal. Berbicara
mengenai perencanaan pembelajaran, tak pernah terlepas dengan
pemanfaatan kurikulum. Kurikulum menjadi penghubung antara guru
dengan peserta didik terutama dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI
untuk siswa autis, yang ada di SMPLB Negeri Salatiga, masih
menggunakan kurikulum KTSP, karena siswa autis yang kebetulan
menjadi objek penelitian merupakan siswa kelas IX CI. Hal ini sesuai
pemaparan dari hasil wawancara dengan bapak MH yang menyatakan
sebagai berikut:
Nah, untuk kurikulum di SLB Negeri Salatiga ini kami
terapkan 2 versi.Versi pertama adalah kurikulum KTSP
dan Versi ke dua adalah kurikulum 2013. Penerapan
kurikulum 2013 baru diberlakukan di kelas I, IV, VII dan
X, dan yang lain masih menggunakan kurikulum KTSP
(23 Agustus 2014 di ruang Kepsek).
Dalam kurikukum KTSP memungkinkan guru memodifikasi
sendiri materi pelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.
Untuk itu guru PAI mengupayakan pembelajaran bagi siswa autis
tersebut dengan mengedepankan praktek wudhu dan sholat.Karena
pada dasarnya untuk pembelajaran PAI yang diadakan di SLB
kompetensi akhirnya adalah peserta didik mampu wudhu dan
sholat.Selain itu, aspek akhlak mendapatkan perhatian lebih untuk
pembentuk kepribadian siswa autis.
Setelah kurikulum, hal yang perlu diperhatikan dalam proses
perencanaan pembelajaran PAI yaitu upaya pengembangan silabus.
Silabus merupakan materi pembelajaran yang hendak digunakan
dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu pemanfaatan
silabus menjadi petimbangan dalam menentukan arah
pembelajaran.Silabus yang diperuntukkan oleh siswa autis itu
disamakan dengan silabus untuk anak grahita ringan. Karena dalam
proses pembelajarannya kenyataan di lapangan menyatakan bahwa
siswa autis masih digabung dengan siswa grahita ringan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bapak EPW:
Untuk Ay, karena termasuk anak autis yang mengidap
grahita, maka kami masukkan ke kelas grahita ringan,
mengingat belum adanya tenaga pengajar khusus anak autis
(12 Agustus 2014 di ruang TU).
Berikutnya setelah pengembangan silabus, guru PAI membuat RPP
sebagai bentuk persiapan untuk mengajar pendidikan agama terhadap
peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembuatan RPP untuk siswa
autis, format penyusunan laporan sama dengan sekolah umum. Tetapi
untuk pelaksanaannya di kelas target tidak selesai. Bapak EPW
menjelaskan bahwa:
PAI yang kami kembangkan di RPP ini, hanya sebatas
laporan untuk di Dinas Pendidikan, sedangkan
pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan siswa (23
Agustus 2014 di ruang TU).
Dengan demikian, bisa dikatakan untuk pembuatan RPP yang
didesain oleh guru PAI tersebut, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kemampuan peserta didik.
Pengajaran PAI memerlukan metode. Metode merupakan cara
yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
agar pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Untuk siswa
autis penggunaan metode yang diterapkan adalah metode quantum
teaching.Metode quantum teaching dianggap mampu memberikan efek
rileks pada perkembangan intelektual pada siswa autis. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan bapak EPW:
Untuk membimbing pembelajaran PAI bagi siswa autis,
kami menggunakan metode quantum teaching (12
September 2014 di ruang E-learning).
Penjelasan mengenai metode quantum teaching diharapkan mampu
menenangkan beberapa syaraf siswa autis dari gangguan
otaknya.Karena prinsip pembelajaran tersebut menggunakan prinsip
bermain sambil belajar. Dengan demikian penggunaan metode quantum
teaching sangat tepat untuk memacu perkembangan kemampuan siswa
autis, sehingga siswa tersebut bisa mandiri.
Peran media menjadi pendukung suksesnya pembelajaran PAI.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang dituliskan
dalam catatan lapangan sebagai berikut:
Pembelajaran PAI yang digunakan oleh siswa autis adalah
dengan film animasi dan alat peraga sebagai alat bantu dalam
penjelasan materi. Guru PAI menjelaskan materi wudhu
dengan menampilkan slide film animasi Didi dan Dodo.
Respon siswa autis cukup baik, adanya kontak mata pada
slide yang ditampilkan.Dengan adanya kontak mata pada
siswa autis tersebut, diharapkan siswa mampu menyerap
informasi yang disampaikan oleh guru pembimbing agama.
(hasil Pengamatan penulis di ruang E-learning, tanggal 24
April 2014).
Oleh karena itu, dari penjelasan yang telah dikemukakan oleh
peneliti dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam tidak terlepas dari kurikulum, silabus,
RPP, metode dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan
perkembangan kemampuan siswa autis.
2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting yang
harus ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa adanya kegiatan
pembelajaran, aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara
sempurna. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses
pembelajaran secara umum.
Pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan tahap implementasi/
penerapan atas desain perencanaan yang dibuat oleh guru PAI. Dalam
tahap ini guru PAI di SMPLB Negeri Salatiga melakukan interaksi
belajar-mengajar melalui penerapan berbagai metode, strategi, dan
pemanfaatan seperangkat media.
a.Deskripsi Suasana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ruang kelas yang dipergunakan untuk pembelajaran
dikondisikan dengan membentuk formasi melingkar.Posisi guru
utama mengajar berada di tengah-tengah siswa. Belajar-mengajar
pendidikan agama Islam pada SMPLB Negeri Salatiga autis seperti
pada sekolah umumnya, yaitu pengaturan murid menggunakan
sistem tatap muka langsung dalam satu ruang kelas. Proses belajar-
mengajar baik pendidikan agama Islam maupun bidang studi yang
lainnya menggunakan menggunakan jumlah kapasitas siswa. Adapun
satu kelasnya terdiri dari dua rompel. Satu rompel terdiri dari lima
orang siswa. Dengan demikian guru dapat memantau aktivitas siswa
dengan mudah.
Proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan mata
pelajaran yang lain berlangsung selama tiga jam. Dengan durasi
waktu yang berbeda dengan sekolah umum. Satu jam pelajaran
untuk kelas SMPLB Negeri Salatiga berlangsung selama 35 menit.
Untuk mengkondisikan siswa selama pembelajaran berlangsung,
guru yang mengajar di kelas menerapkan sistem team
teaching.Pelaksanaan sistem team teaching memudahkan guru dalam
mengatur peserta didik, khususnya pada siswa penyandang
autis.Teamteaching yang diterapkan terdiri dari empat guru yang
masing-masing memiliki peranan, diantaranya dua guru yang
bertugas menyampaikan materi di kelas secara berselingan, dan dua
guru yang lain bertugas untuk mengkondisikan siswa agar tidak
gaduh ketika pembelajaran berlangsung.
pengkondisian siswa para guru mengajak siswa menyanyi sebelum
pelajaran dimulai. Dengan harapan para siswa lebih siap menerima
pelajaran yang hendak di dipelajari.
b. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Strategi pembelajaran PAI untuk siswa autis menggunakan
pembelajaran individual. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan bapak EPW sebagai berikut:
Strategi yang mengarah pada kosentrasi siswa autis
adalah dengan strategi pembelajaran individual, dimana
siswa diberi materi dasar.Prosesnya adalah guru kelas
membuatkan ringkasan catatan untuk siswa autis. Ketika
ada semacam pekerjaan rumah (PR), guru
mengkomunikasikan secara langsung kepada orang tua
tentang apa yang hendak dipersiapkan untuk
pembelajaran yang akan datang (24 April 2014).
c. Metode - metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Beberapa metode yang digunakan untuk pembelajaran
pendidikan agama Islam bagi siswa autis di SMPLB Negeri
Salatiga adalah metode ceramah, metode quantum teaching,
metode tanya jawab, dan metode keteladanan.
1) Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu cara yang digunakan
secara klasikal pada seluruh pengantar pembelajaran. Penerapan
metode ceramah digunakan ketika mengkondisikan siswa autis
di kelas. Kegiatan mengenai penggunaan metode ceramah ini
dapat digambarkan dari hasil wawancara dengan bapak EPW:
metode ceramah digunakan untuk mengenalkan
perilaku terpuji dan tercela, agar anak autis tahu apa
yang baik untuk dilakukan dan yang buruk dijauhi (11
September 2014 di ruang E-learning).
Sedangkan dari hasil catatan lapangan penelitian
mengungkapkan sebagai berikut:
ketika bel berbunyi, siswa memasuki ruang kelas dan
menempati tempat duduk masing-masing, begitu juga
dengan siswa autis. Setelah itu guru mengkondisikan
kelas dengan mengarahkan siswa agar selalu
berakhlak terpuji. (hasil pengamatan penulis, tanggal
12 Agustus 2014).
Dari keterangan hasil wawancara dengan bapak EPW dan
catatan lapangan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode ceramah ini dipergunakan diawal-awal kegiatan
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung.
Karena dimaksudkan supaya siswa autis tidak jenuh dalam
proses pembelajaran.
2) Metode Quantum Teaching
Penggunaan metode quantum teaching dalam pembelajaran
PAI pada siswa autis dapat dilihat dari hasil wawancara
dengan bapak EPW sebagai berikut:
metode yang saya kembangkan untuk siswa autis itu
metode quantumteaching, di sela-sela pembelajaran
disisipkan games, sehingga anak betah dengan
pembelajaran PAI, hingga siswa autis dan siswa
grahita itu selalu menantikan pelajaran pendidikan
agama Islam setiap harinya (11 September 2014 di
ruang E-learning).
Pada prinsipnya penggunaan metode tersebut bermaksud
supaya siswa autis tidak jenuh selama pembelajaran
berlangsung.
3) Metode tanya jawab
Penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam pada siswa autis diupayakan dengan
bertanya secara langsung kepada siswa tersebut. Hal ini dapat
digambarkan dalam catatan lapangan penelitian sebagai
berikut:
Ketika guru menjelaskan materi sholat secara
sederhana yaitu berupa pengertian sholat dan jumlah
rokaat shalat, siswa autis dilibatkan dengan diberi
pertanyaan ada berapa rokaat shalat subuh. Kemudian
siswa autis menjawab 5 rokaat, meskipun jawaban
yang dilontarkan tersebut salah, guru tetap
memberikan dukungan, oh ya, toss dulu sama pak
eko. (pengamatan penulis, tanggal 12 Agustus 2014
di ruang Perpustakaan).
Dengan demikian penggunaan metode tanya jawab menjadi
penghubung antara siswa autis dengan guru pendidikan agama Islam.
Adanya komunikasi tersebut setidaknya bisa meningkatkan
kosentrasi siswa autis dalam belajar pendidikan agama Islam.
4) Metode Praktek
Penggunaan metode praktek digunakan oleh guru
pembimbing agama Islam dalam menjelaskan gerakan-gerakan
sholat untuk siswa autis.selanjutnya penjelasan materi sholat hanya
sebatas pengertian sholat, gerakan dasar sholat, dan rukun sholat.
Pernyataan tersebut dinyatakan oleh bapak EPW sebagai berikut:
untuk anak autis, kami upayakan untuk praktek langsung
shalat dengan minimal tahu gerakan apa saja yang ada
dalam rukun shalat (11 September 2014 di ruang E-
learning).
5) Metode Keteladanan
Penerapan metode keteladanan dalam pembelajaran PAI bagi
siswa autis dapat dilihat dari hasil pemaparan dari bapak EPW
sebagai berikut:
anak autis ini, kami beri arahan berupa teguran
langsung ketika melakukan tindakan yang tidak
terpuji. Misalnya ya mbak, waktu itu pernah ada
suatu kejadian, tiba-tiba Ay merebut buku temannya.
Kemudian kita arahkan dengan ayo Ay, buku si A
dikembalikan. Dan Alhamdulillah dia mau
mendengarkan nasehat guru, dan buku temannyapun
dikembalikan (11 September 2014 di ruang E-
learning).
Dengan demikian penggunaan metode keteladanan menjadi
penting dalam pembiasaan perilaku siswa autis, khususnya pada
perkembangan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Selain itu
upaya guru pembimbing agama Islam telah membiasakan anak
autis berjabat tangan dengan guru setiap datang dan pulang
sekolah.
Dengan demikian dapat dikatakan, untuk penggunaan metode
praktek digunakan ketika menjelaskan materi ibadah seperti sholat
yang dijelaskan secara ringan dengan mengutamakan pengenalan
gerakan shalat.
d. Media Pembelajaran PAI
Media merupakan sarana yang digunakan untuk memperlancar
pembelajaran, khususnya pelajaran pendidikan agama Islam.
Penggunaan media mampu menujang pembelajaran, sehingga proses
kegiatan belajar mengajar terasa menyenangkan. Pemanfaatan media
menjadikan siswa autis merasa tenang dalam mengikuti pembelajaran
pendidikan agama Islam.
Untuk siswa autis media yang diterapkan yaitu dengan
menggunakan komputer. Dengan adanya fasilitas tersebut siswa autis
lebih antusias melakukan penulisan materi dari pada bila anak tersebut
belajar secara manual menggunakan pena. Hal ini sesuai dengan
keterangan yang dipaparkan oleh bapak EPW sebagai berikut:
Ay itu baru-baru ini saya arahkan untuk memakai komputer
selama proses pembelajaran PAI, karena dia bisa mencatat
dengan cepat materi pembelajaran, dari pada jika
dibandingkan dengan dia menulis dengan menggunakan buku
dan pena (11 September 2014 di ruang E-learning).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan
media pembelajaran menjadikan siswa autis lebih kosentrasi mengikuti
proses pembelajaran. Karena anak autis sangat menyukai benda mati
yang memiliki keunikan menurut syaraf penglihatannya.
3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam
Evaluasi pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam merupakan serangkaian penilaian yang
digunakan untuk mengetahui perkembangan keagamaaan siswa,
khususnya pada siswa autis. Penilaian tersebut dengan tes dan non
tes.Tes yang harus diikuti adalah UTS dan UAS. Sedangkan non tesnya
dilakukan dengan cara guru mengamati secara langsung perilaku siswa
selama pembelajaran berlangsung.
Evaluasi berjalan sesuai dengan kalender akademik yang terangkum
dalam satuan pendidikan terutama di SMPLB Negeri Salatiga yang
termuat dalam buku kemajuan siswa.
Evaluasi yang diberlakukan secara khusus untuk siswa autis dalam
pembelajaran PAI, menggunakan standar minimal dalam mendidik
siswa autis, yaitu anak autis setidaknya tahu urutan wudhu dan gerakan
sholat. Sedangkan untuk mengukur kemampuan akademik siswa autis,
siswa autis ditanya langsung mengenai materi yang
disampaikan.Karena autis yang ada dikelas IX CI masuk dalam kategori
autis rendah. Menurut bapak EPW dalam pemaparan hasil wawancara
menyatakan:
Ay itu masuk dalam kategori siswa autis rendah, dia sangat
sulit diajarkan menulis dan membaca. Untuk bisa belajar
maka guru mencatatkan materi untuknya dengan harapan
pengasuhnya bisa membantu mengajarkan materi yang telah
dicatatkan tersebut (11 September 2014 di ruang E-
learning).
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi yang
diberlakukan untuk siswa autis adalah minimal siswa tersebut
mengetahui materi dasar yang dijelaskan guru pembimbing agama
Islam di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
serangkaian tes UTS dan UAS yang diselenggarakan di SMPLB
Negeri Salatiga dan non tes berupa pengamatan perilaku siswa yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam melalui kerjasama dengan
orangtua melalui buku kemajuan siswa.
C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
di SMPLB Negeri Salatiga tentu tidak terlepas dari halangan dan
hambatan. Jenis kendala yang dialami guru pendidikan agama
Islam diantaranya:
Target materi pelajaran pendidikan agama Islam tidak selesai. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada Bapak EPW sebagai berikut:
Proses menghafalkan surat al-fatikhah, butuh waktu
lama untuk mengajarkannya. Tidak hanya satu atau dua
pertemuan saja, tetapi berulang-ulang, itupun dalam
waktu yang berbulan-bulan dalam membiasakan
kesehariannya ketika akan melaksanakan sholat lima
waktu dan target tidak selesai (22 April 2014 di Ruang
TU).
Selain itu, dilihat dari jumlah guru pendidikan agama
Islam yang masih minim menjadikan pembelajaran dinilai
kurang maksimal.Karena jumlah guru pendidikan agama
Islam yang ada hanya ada empat orang dengan rincian dua
guru dari Diknas dan dua guru bantu.Sebagaimana
pernyataan dari Bapak MH:
“ untuk keseluruhan ada empat guru, dengan rincian dua
guru dari Diknas dan dua guru sebagai guru bantu” (22 April
2014).
Selanjutnya, kedisiplinan siswa yang belum
maksimal.Kesiapan siswa dalam belajar tidak seperti di
sekolah umum, yang berangkat sekolah secara rutin.Hal ini
berbalik dengan siswa SMPLB Negeri Salatiga yang
mengikuti pembelajaran butuh perjuangan guru untuk
mengingatkan kepada anak untuk mau belajar. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
Ketika pembelajaran pendidikan agama Islam
berlangsung, masih ada saja alasan siswa yang
tidak mengikuti proses pembelajaran disebabkan
keasyikan libur sekolah (22 April 2014 di ruang
kelas IX C1).
Berikutnya jenis terapi yang diperuntukkan untuk siswa
autis belum tersedia. Proses terapi sangat diperlukan dalam
upaya mengkondisikan siswa luar biasa, khususnya siswa
autis. Karena SMPLB Negeri Salatiga menjadi sekolah
alternatif yang dipilih oleh orang tua yang menengah
kebawah sebagai sekolah inklusif. Hal ini dijelaskan dari
hasil wawancara yang dilakukan penelitikepada Bapak MH
sebagai berikut:
Untuk menghadirkan tenaga khusus dalam
menerapi anak luar biasa, dari pihak sekolah belum
mampu. Karena keterbatasan dana yang kurang
mendukung, walaupun memang ada bantuan dari
direktorat PLB. Siswa yang belajar di SMPLB
Negeri Salatiga ini, tidak dipungut biaya SPP
(22 April 2014 di ruang Kepsek).
Dari beberapa pernyataan responden tersebut dapat
disimpulkan bahwa kendala yang dialami guru pendidikan agama
Islam di SMPLB Negeri Salatiga diantaranya adalah:
a. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam tidak
selesai
b. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam
c. Kurang disiplinnya siswa
d. Sekolah tidak menyediakan terapi khusus untuk
mengkondisikan siswa autis
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan pada bab III, maka pada bab
ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah
sistem pembelajaran berupa: perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam,
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, serta evaluasi pembelajaran
pendidikan agama Islam pada siswa penyandang autis di SMPLB Negeri
Salatiga. Analisis ini didasarkan pada data-data hasil yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya yang menggambarkan kondisi konkrit yang ada di SLB Negeri
Salatiga.
A. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam
Proses perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru Pendidikan
Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga, masih menggunakan kurikulum
KTSP, karena siswa autis yang kebetulan menjadi objek penelitian adalah
kelas IX C1. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah pengembangan
silabus, penyusunan RPP, pemilihan metode, dan media pembelajaran yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Prabowo dan Nurma
(2010:1) yang mengatakan bahwa prinsip perencanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah guru yang kompeten dalam menanamkan
nilai-nilai Islam yaitu guru pembimbing Agama Islam.Selain itu, adanya
prinsip visibilitas dengan pembiasaan perilaku terpuji pada siswa
autis.Dengan harapan siswa autis tersebut bisa menjadi pribadi yang mandiri
dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berpijak pada fakta merupakan hal penting
yang menjadi prioritas dalam proses perencanaan pembelajaran. Dengan
demikian guru pendidikan agama Islam mampu memberikan alternatif mudah
dalam upaya mendesain pembelajaran yang sesuai denganmempertimbangkan
karakteristik siswa autis diantaranya dengan memberikan materi pelajaran
PAI yang sederhana, antara lain dengan materi wudhu dan sholat wajib.
Dalam proses pembelajaran diperlukan perencanaan atau rangkaian kegiatan
sebagai proses yang akan menjadi program dalam jangka panjang. Karena
perencanaan bertindak sebagai pemandu guru dalam melaksanakan tugasnya
dalam mendidik. Apabila dihubungkan dengan pembelajaran, maka
perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan
pembelajaran yang akan disiapkan untuk mengembangkan potensiyang
dimiliki oleh peserta didik dan berguna sebagai pedoman guru dalam
mendesain pembelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berkaitan dengan proses
penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta didik secara kontinyu dan
berkesinambungan dengan muatan nilai-nilai keislaman. Sehingga diharapkan
dengan adanya pembelajaran peserta didik menjadi generasi yang berguna
pada kehidupan di dunia. Proses perencanaan pembelajaran mengantarkan
guru dan peserta didik menuju gerbang kesuksesan jika tersusun dengan
efektif dan efisien.
Istilah pembelajaran sering disamakan dengan pengajaran.Gagne mengatakan
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Rusmono, 2012:6).
Perencanaan dalam pembelajaran merupakan komponen yang
memadukan antara proses kegiatan belajar mengajar dan rangkaian aktivitas
dalam belajar.Bagi guru kegiatan perencanaan pembelajaran menjadi modal
guru mengembangkan potensi peserta didik yang perlu digali secara
intens.Apa yang akan diberikan kepada peserta didik tidak hanya relevan
dengan kebutuhan peserta didik, melainkan juga berguna bagi kehidupan yang
akan datang. Disamping itu kegiatan pembelajaran harus bervariasi dan
menarik.
Perencanan pembelajaran memerlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Khususnya pada siswa autis yang mempunyai gangguan pervasif dalam
perkembangan intelektual yang dimilikinya.Berdasarkan pemaparan data
dalam kegiatan belajar-mengajar, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan siswa autis harus benar-benar diperhatikan. Menurut
Daradjat dalam Pendidikan Agama bahwa dalam penyajian pendidikan agama
hendaknya memperhatikan keadaan jiwa yang dihadapi anak. Jadi guru
Pendidikan Agama Islam yang bijaksana dapat memilih metode yang tepat
sebagai wujud kepedulian dengan siswa autis dan materi Pendidikan Agama
Islam yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dalam membina mental
secara terarah.
Sementara itu, Menurut Hermansyah (2012:5) Syarat yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran anak autis:
Diperlukan beberapa prasyarat yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh
seorang guru, pembimbing anak autistik sebelum melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, yakni:
a. Menciptakan situasi yang kondusif untuk pembelajaran, upaya tersebut
meliputi:
1) Emosi yang stabil dari anak autis
2) Ruangan yang tidak terlalu banyak rangsangan (poster, alat-alat belajar,
penempatan/tata ruang belajar, dan penataan struktur ruang, pentilasi dan
penerangan yang cukup)
b. Mengupayakan adanya kontak mata (relationship) yang sejajar antara
guru melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah mengkondisikan anak
dalam kestabilan emosi.
c. Kemampuan untuk meningkatkan ketahanan kosentrasi anak
d. Mengupayakan kepatuhan dari anak autistik dalam pemahaman bahasa
reseptif
e. Pembimbing harus menyadari dan memahami tujuan apa yang
akan dicapai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, desain ruangan
pembelajaran untuk siswa autis cukup kondusif, hal ini didukung dengan ruang
kelas yang cukup luas,tidak terpasang banyak poster atau gambar-gambar,
pentilasi, dan penerangan yang cukup.
Dalam penerapan perencanaan pembelajaran, guru Pendidikan Agama Islam
di SMPLB Negeri Salatiga melakukan beberapa komponen diantaranya:
1. Kurikulum yang digunakan untuk siswa autis masih menggunakan
kurikulum KTSP. Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas pasal 20 ayat
9 dijelaskan, kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP/MTS/SMPLB,
atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan dengan memperhatikan
potensi peserta didik, karakteristik daerah, serta akar sosio-kultural
komunitas setempat (Sisdiknas, 2007:131).
2. Silabus dalam kurikulum KTSP disusun oleh guru PAI secara langsung.
Silabus menjadi pedoman dalam pembuatan RPP yang berguna bagi
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
3. Proses kegiatan belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam pada siswa
autis di SMPLB Negeri Salatiga dilaksanakan sesuai jadwal kelas yaitu
hari jum’at dimulai dari pukul 07.50 pagi yaitu selama 3 jam. 1 jamnya di
SLB selama 35 menit.
Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam langkah pertama yang
ditempuh guru PAI dalam menyusun/ mendesain kegiatan belajar sesuai dengan
perkembangan kondisi jiwa peserta didik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai tujuan
yang hendak di tanamkan pada pembentukan nilai-nilai keislaman, khususnya
dalam perkembangan siswa autis. Menurut Daradjat (2009:30) pendidikan agama
Islam memiliki beberapa tujuan, antara lain: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan
sementara, dan tujuan operasional.
Dalam mewujudkan tujuan umum perencanaan pembelajaran pendidikan
agama Islam, perubahan perilaku menjadi aspek utama yang dibidik dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam.Alasannya dengan penanaman nilai-nilai
keislaman dapat membentuk perilaku yang positif bagi siswa autis. Untuk itu,
perubahan perilaku tersebut bisa terlihat dalam pembiasaan bersalaman setiap apel
pagi dan pulang sekolah yang diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga akan
berdampak positif pada perkembangan siswa autis. Sementara itu wujud dari
tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam siswa autis dikenalkan
pentingnya beribadah kepada Allah swt, sehingga siswa autis termotivasi dalam
melaksanakan wudhu dan sholat.Berbeda dengan tujuan sementara, dengan
adanya pembiasaan urutan wudhu sebelum sholat, maka siswa autis ini pada
akhirnya terbiasa melakukan wudhu terlebih dahulu sebelum sholat.Selain itu,
dengan adanya tujuan operasional menjadikan siswa autis lebih mudah diarahkan
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, khususya pada praktek wudhu dan
sholat.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
melakukan serangkaian metode dalam mendidik siswa autis diantaranya:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan bentuk penyampaian materi pelajaran dengan
memberi penjelasan deskripsi yang dilakukan oleh guru yang bertujuan
untuk mengetahui bahan yang hendak disampaikan kepada peserta didik.
Pengguanan metode ceramah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
digunakan di SMPLB Negeri Salatiga pada awal-awal pelajaran kemudian
dilanjutkan dengan praktek langsung, supaya siswa autis tidak merasa jenuh
selama proses pembelajaran berlangsung. Jenis metode ceramah yang
diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga merupakan ceramah interaktif,
sehingga peserta didik tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Metode QuantumTeaching
Penerapan metode quantumteaching yang dilaksanakan di SMPLB Negeri
Salatiga adalah dengan pembiasaan yang dilakukan guru pembimbing
pendidikan agama Islam yaitu dengan memberikan motivasi kepada siswa
autis untuk memberikan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan dengan
cara tegas namun lembut. Proses pembelajaran tersebut disisipkan terapi
bermain sebagai selingan agar siswa autis tidak merasa jenuh didalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan terapi bermain merupakan cara yang digunakan seseorang
dalam upaya mengkondisikan siswa dengan harapan daya kosentrasi peserta
didik semakin meningkat.
Penjelasan mengenai terapi bermain menurut Ernawati (2012:36) dalam
bukunya yang berjudul Siapa Bilang Anak Autis Tidak Bisa
Berpretasimengatakan bahwa terapi bermain bagi penyandang autis dapat
meminimalkan perilaku agresif, menyakiti diri sendiri, dan perilaku stereotip
yang tidak bermanfaat.Dengan demikian dapat dikatakan terapi bermain
digunakan guru pembimbing agama Islam sebagai sarana untuk menjaga
kosentrasi peserta didik khususnya siswa autis.
c. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan suatu metode yang mengungkapkan
kepedulian guru terhadap peserta didik.Alasannya proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa autis dapat mendukung daya kosentrasi
siswa sehingga siswa autis mau mengikuti pembelajaran dengan tenang.
Dengan adanya tanya jawab menjadikan guru pembimbing pendidikan
agama Islam lebih mudah memberikan umpan balik kepada siswa autis. Hal
ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa siswa autis mengalami
kesulitan interaksi sosial (Kurniati, 2012:29).
d. Metode Praktek
Metode praktek sangat dianjurkan dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, supaya dapat dipahami dan diterapkan, khususnya pada siswa
autis. Contohnya seperti pembelajaran tentang wudhu. Setelah guru
menjelaskan bagian anggota wudhu dengan tertib, maka langkah selanjutnya
adalah mengajarkan secara langsung kepada siswa autis urutan wudhu yang
tertib pula.
e. Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan suatu metode yang diyakini
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan
sosial. Untuk peserta didik membutuhkan figur guru sebagai sosok yang
dijadikan teladan bagi para siswa, khususnya siswa autis. Seperti yang
dilakukan oleh guru pembimbing Pendidikan Agama Islam di SMPLB
Negeri Salatiga yang mendidik siswanya dengan penuh kesabaran, ramah,
dan selalu memberikan contoh yang baik, sehingga peserta didik pada
akhirnya termotifasi untuk melakukan kebaikan. Pembiasaan berjabat tangan
yang dilakukan sebelum apel pagi, para siswa dan guru saling berjabat
tangan.
3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Bentuk evaluasi pembelajaran PAI melalui serangkaian tes yang disusun
oleh waka kurikulum SMPLB Negeri Salatiga yaitu disesuaikan dengan
perkembangan peserta didik yang mengalami gangguan pervasif seperti
siswa autis. Proses tersebut dengan melaksanakan tes UTS dan UAS sesuai
dengan kalender akademik.
Adapun ketentuan soal baik UTS dan UAS untuk siswa autis, berdasarkan
pengamatan selama penelitian adalah font /ukuran hurufnya minimal 14,
menggunakan multiplechoice dengan pembatasan opsi a, b, dan c, banyak
gambar yang disajikan dalam tes, dan menebalkan huruf.
Selain itu, bentuk evaluasi lain yang digunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah non tes. Pelaksanaan ujian non tes
dilakukan guru pendidikan agama Islam dengan cara mengamati perilaku
siswa dan kemudian dilaporkan pada buku kemajuan siswa. Dengan
demikian harapannya siswa autis terbiasa melakukan praktek wudhu dan
sholat bisa terpantau lewat catatan kemajuan kelas.
B. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran juga tidak bisa lepas dari beberapa kendala yang
menghambatnya. Beberapa kendala penghambat pembelajaran pendidikan
agama Islam sebagaimana telah dipaparkan dalam bab III diantaranya:
1. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam tidak selesai
Target pembelajaran pendidikan agama Islam yang ada di
SMPLB Negeri Salatiga tidak selesai, misalnya memerlukan
banyak waktu untuk mengajarkan surat Al-fatikhah sebagai
salah satu rukun sholat. Untuk itu aspek yang paling ditekankan
untuk siswa autis adalah aspek akhlak, yaitu perubahan sikap
yang lebih baik sehingga siswa bisa lebih mandiri.
2. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam
Kurangnya guru agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
merupakan salah satu penghambat dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam. Dikarenakan guru agama Islam hanya
empat orang.
3. Kurang disiplinnya siswa
Melihat kondisi anak berkebutuhan khusus atau anak autis,
terutama pada saat awal masuk pembelajaran setelah liburan
sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali, sehingga
guru satu persatu mendatangi siswa ke rumah orang tua siswa
dan mengajak siswa kembali belajar di sekolah.
Selain itu, keterlambatan siswa saat datang ke sekolah
sudah menjadi hal yang biasa, seringkali guru sudah siap
mengajar, akan tetapi siswanya belum ada yang datang sehingga
terpaksa pembelajaran tertunda.
4. Sekolah tidak menyediakan terapi khusus untuk mengkondisikan siswa
penyandang autis
Sekolah SMPLB Negeri Salatiga belum menyediakan terapi
khusus untuk siswa autis.Sehingga upaya pengkondisian anak
dalam mengikuti pembelajaran kurang maksimal.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan skripsi ini,
maka penulis dapat menyimpulkan sistem pembelajaran pendidikan agama
Islam sebagai berikut:
Perencanaan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang ada di SMPLB
Negeri Salatiga pada siswa autis mengacu pada kurikulum KTSP.Susunan
materi yang disampaikan kepada siswa autis didesain dengan ringan,
mengingat siswa autis yang menjadi obyek penelitian merupakan autis
dalam kategori berat.Untuk itu guru pembimbing Pendidikan Agama Islam
memberikan materi pembelajaran agama Islam dengan lebih
mengupayakan praktek langsung setelah materi diajarkan.
Pada pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, guru
pembimbing pendidikan agama Islam menggunakan serangkaian metode
yang diharapkan bisa menunjang proses pembelajaran.Metode tersebut
adalah metode ceramahuntuk menigkatkan perilaku yaitu dengan
memberikan penguatan/ reinforcement, metode tanya-jawab, metode
quantumteaching, metode praktek, dan metode keteladanan.
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh
guru pembimbing pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
adalah dengan tes dan non tes. Penilaian tes mengacu pada UTS dan UAS
yang diselenggarakan sesuai dengan kalender pendidikan yang telah
ditetapkan oleh waka kurikulum. Sedangkan penilaian untuk non tes
digunakan dengan carapengamatan perilaku siswa autis yang dilakukan
oleh guru pendidikan agama Islam dengan bentuk laporan buku kemajuan
siswa.
Selanjutya, untuk kendala yang dialami guru PAI dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah
a. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam tidak
selesai
b. Kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam
c. Kurang disiplinnya siswa
d. Sekolah tidak menyediakan terapi khusus untuk
mengkondisikan siswa autis
B. Saran-Saran
Melalui penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga SLB Negeri Salatiga
Disediakan ruang kelas khusus bagi siswa autis danmenyediakan
terapi untuk siswa autis sehingga siswa autis lebih siap dalam
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya membagi tugas kepemimpinannya
dengan membentuk Kepala Sekolah yang menangani TKLB, SDLB,
SMPLB, dan SMALB. Sehingga dengan pembagian tugas dari kepala
sekolah masing-masing Strata tersebut, memudahkan pemantauan
proses pembelajaran menjadi lebih optimal.
3. Bagi Guru
Guru sebaiknya terus melakukan inovasi pembelajaran dengan
memperhatikan karakteristik siswa autis.
4. Bagi Orang Tua
Orang tua/pengasuh siswa autis memiliki kesabaran dalam mendidik
siswa autis.
5. Bagi Peneliti Lain
Penelitian pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa autis
memberikan gambaran sistem pembelajaran yang berupa perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang masih mengacu pada kurikulum KTSP.
Untuk itu, peneliti berharap penelitian Pendidikan Agama Islamini
mampu memberikan motivasi kepada peneliti berikutnya. Sehingga
siswa autis mendapatkan perhatian lebih dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam tanpa adanya diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Muhammad Daud. 2008.Pendidikan Agama Islam. Jakarta:RajaGrafindo
Persada
Atanasius, Edy Prabowo.2012. Faktor-faktor Interaksi dan Komunikasi Anak
Autis.
Bandung: PPPPTK&PLB
Cumine Val,Leach Julia & Stevenson Gill (2005) Autism in the early years:
a practical guide.London: David Fulton Publisher Ltd
Delphie,Bandi,2009. Pendidikan Anak Autistik.Klaten:Intan Sejati
Depag.2003. Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam (Di Sekolah Umum
Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa).Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam
Depdiknas,2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta
Ernawati.2012. Siapa Bilang Anak Autis Tidak Bisa Berprestasi, Yogyakarta:
Familia
Hadi,Sutrisno.1989.Metodologi Research II. Yogyakarta: Andi Ofset
Huzaemah.2010.Kenali Autisme Sejak Dini.Jakarta: Pustaka Populer Obor
J.Moleong,Lexy.2008. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Rosdakarya
Kurniati,Lina.2012.Konsep Dasar Perkembangan Komunikasi & Interaksi Anak
Autis. Bandung:PPPPTK&PLB
Maslikhah. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme,
Attarbiyah,No.2 Tahun XV/Juli- Desember Prabowo & Nurmaliyah.2010.
Perencanaan Pembelajaran. Malang:UIN.Maliki Press
Nafi,Dian. 2012. Belajar dan Bermain Bersama ABK dan Autis. Yogyakarta:
Familia
Sudijono,Anas.2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan
RAD.Bandung:Alfabeta
Suprayogo,Imam.2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama.Bandung:
Rosdakarya
Suwardi. 2003. Pembelajaran Berdasarkan Konstruksivisme. Attarbiyah,No.1
Tahun XIV/ Januari-Juni
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Verbatin Wawancara Kepada Kepala Sekolah
A. Identitas Informan
1. Nama Informan : Bapak MH
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Bidang Layanan : Kepala Sekolah
4. Waktu Wawancara : 23 Agustus 2014
B. Hasil Wawancara
N
o
Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Bagaimana
sejarah
berdirinya
SLB Negeri
Salatiga?
Inikan Kita
punya dua
versi, awalnya
sekolah ini
didirikan
berdasarkan
Inpres tahun
1986 bernama
SDLB Negeri
Mangunsari,
jadi hanya
mengelola di
bidang SD,
tetapi untuk
bisa
mengelola
SMP & SMA
kemudian kita
mengajukan
permohonan
ke Diknas
Provinsi
kemudian
dikabulkan.
Tahun 2007
berubah
menjadi SLB
Sejar
ah berdirinya SLB Negeri Salatiga
Negeri
Salatig.Nah
karena
namanya
sudah SLB,
kami punya
surat izin
operasional
untuk
menyelenggar
akan
pendidikan
dari jenjang
TKLB,SDLB,
SMPLB, dan
SMALB.
2. Berapa lama
bapak
menjadi
Kepsek
disini?
Kalau saya
dua
periode,antar
a 2002-2009
saya diangkat
menjadi
kepala
sekolah SDLB
Negeri
Mangunsari,
kemudian
tahun 2009
sampai
sekarang saya
diberhentikan
menjadi
kepsek,dan
saya diangkat
menjadi
kepsek
kembali di
SLB Negeri
Salatiga.
Perio
de Jabatan Kepsek
3. Apakah Kelebihan Prest
asi SLB Negeri Salatiga
keunggulan
SLB Negeri
Salatiga?
dalam
prestasi non
akademiknya
salah satu
dari siswa
kami
mendapatkan
kejuaraan
nasional cipta
baca puisi
tingkat
nasional,
kemudian kita
berpartisipasi
di SOINA
tingkat
Nasional
menjadi kiper.
4. Selain
kejuaraan,
keunggulan
SLB ini apa
ya pak?
Sesuai dengan
Visi dan Misi
SLB Negeri
disinikan
menjadikan
pribadi yang
mandiri, oleh
karena itu ada
kegiatan
keagamaan
yang khusus
yaitu kita
berdoa pada
awal sebelum
pembelajaran
di Lapangan.
Semuanya
baik siswa,
guru, maupun
karyawan.
5. Apakah jenis
kurikulum
Nah itu ada
dua versi
Kurik
ulum yang diterapkan
yang
diterapkan
di SLB
Negeri
Salatiga?
juga, sejauh
ini kami
pertama-tama
masih
menggunakan
kurikulum
KTSP, kedua
kurikulum
2013,untuk
SLB
penggunaan
kurikulum
2013 baru
diberlakukan
di Kelas I,
IV,VII,& X.
untuk
materinya
jelas
disesuaikan
kemampuan
anak.
6. Apakah ada
pelatihan
khusus bagi
guru PAI?
Ada,
kebetulan
guru PAI
kami lulusan
dari UIN
Jogjakarta, di
sana ada
program
khusus 1
tahun
mengajar
PLB.
Stand
ar Kualifikasi Guru
7. Bagaimana
pandangan
bapak
mengenai
siswa autis
dalam arti
Bagaimanapu
n dia siswa
yang perlu
pelayanan
yang lebih
khusus lagi,
karakteristik
nya?
karena apa,
anak autis
itukan
mengalami
hambatan
sosial dan
emosi, jadi
sebelum
pembelajaran
siswa tersebut
diterapi
terlebih
dahulu.
8. Bagaimana
guru disini
mengemban
gkan silabus
pembelajara
n?
Sejauh ini,
kalau yang
masih
menggunakan
kurikulum
KTSP guru
mengembangk
an sendiri,
sedangkan
untuk
kurikulum
2013 silabus
dan RPP
sudah
dibuatkan
pusat.
Peng
embangan silabus
9. Apa saja
yang
menjadi
bahan
evaluasi
kurikulum
2013?
Kurikulum
2013 disini
masih dalam
tahap
penerapan,
kami hanya
member
masukan
untuk
sosialisasi.
Evalu
asi kurikulum
10 Apa kendala Ternyata Kend
. pelaksanaan
kurikulum
2013?
sampai detik
ini, guru
belum
menerima
buku dari
pusat untuk
pembelajaran
di SLB, tetapi
kalau
softwarenya
kami ada.
ala pembelajaran
Verbatin Wawancara Kepada Pembimbing Pendidikan Agama
Islam
A. Identitas Informan
1. Nama Informan : Bapak EPW
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Bidang Layanan : Guru Pembimbing PAI
4. Waktu Wawancara : 23 Agustus 2014
B. Hasil Wawancara
N
o
Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Apakah
karakteristik
khusus bagi
siswa autis di
SMPLB Negeri
Karakteristik
untuk anak
autis itu
diantaranya
biasanya suka
Ka
rakteristik siswa autis
Salatiga? menyendiri,
suka benda
yang berputar,
suka
menyentuh
orang lain ,
dan seperti
orang tuli.
2. Untuk proses
pembelajaran,
siswa autis
masuk kelas
apa ya pak?
Untuk anak
autis harusnya
dipisah,tetapi
untuk Ayu
karena
mengidap
grahita, jadi
kami
masukkan ke
kelas grahita,
kemudian kami
masih
kekurangan
guru pengajat,
idealnyakan
untuk siswa
autis itu satu
guru dengan
satu siswa
autis.
3. Apakah jenis
kurikulum
yang masih
diterapkan di
SMPLB ini
pak?
Kurikulumnya
kalau yang
masih kelas IX
berarti masih
menggunakan
KTSP, kalau
kelas VII
berarti sudah
menggunakan
kurikulum
2013.
Ku
rikulum yang diterapkan
4. Apa saja
metode yang
digunakan
dalam
pembelajaran
PAI, pak?
Biasanya kami
gunakan
metode
quantum
teaching,
dengan prinsip
games dulu
baru belajar,
kemudian kami
gunakan pula
metode tanya-
jawab, metode
keteladana
dan metode
menulis.
Je
nis metode yang diterapkan
dalam pembelajaran
5. Apakah siswa
autis
didampingi
orang tua
selama proses
pembelajaran
PAI?
Gak boleh,
kalaupun
menunggu
harus diluar
ruangan,
mereka
membantu
waktu
mengkomunika
sikan ketika
ada PR.
6. Bagaimana
jadwal dan
waktu
pembelajaran
PAI untuk
siswa autis?
Untuk anak
autis,
umumnya
sama dengan
yang lain,
untuk
waktunya
dalam satu
minggunya
ada tiga jam,
tetapi satu
jamnya untuk
SLB itu tiga
puluh lima
Ja
dwal pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran PAI
menit per jam,
kalau di
sekolah
umumkan
empat puluh
menit.
7. Bagaimana
perencanaan
pembelajaran
PAI bagi siswa
autis?
Perencanaan
pembelajaran
untuk siswa
autis itu, kami
gunakan
pembelajaran
individual,
dimana apa
yang
direncanakan
tidak
seutuhnya
dilaksanakan,
karena harus
disesuaikan
dengan
kemampuan
siswa.
Pe
rencanaan pembelajaran PAI
8. Bagaimana
untuk
pelaksanaan
pembelajaran
PAI, sesuaikah
dengan
karakteristik
siswa autis?
Belum
maksimal,
karena
pembelajaran
masih
digabung
dengan
beberapa
anak.
Pe
laksanaan pembelajaran PAI
9. Bagaimana
cara
mengevaluasi
materi
pembelajaran
PAI bagi siswa
Untuk
evaluasinya
kita gunakan
evaluasi
proses,
evaluasi
bulanan, dan
autis? evaluasi
program.
1
0.
Bagaimana
pula bentuk
evaluasi
pembelajaran
PAI bagi siswa
autiis?
Untuk evaluasi
biasanya
menggunakan
jenis penilaian
tes dan non
tes. Cuma
soalnya dibuat
gampang,
disesuaikan
dengan
keadaan
siswa.bentuk
soalnya
bervariasi
diantaranya
pilihan ganda,
uraian singkat,
dan
menjodohkan.
Be
ntuk evaluasi pembelajaran
11
.
Bagaimana
upaya
mengkomunika
sikan hasil
pembelajaran
PAI dengan
wali murid,
pak?
Untuk
Ayu,tinggal
ngobrol
langsung sama
yang
nganterin,
misalnya
besok ada
praktek sholat,
secara
otomatis orang
tua
mempersiapka
n mukena
untuk praktek
sholat.
Ko
munikasi hasil pembelajaran PAI
12
.
Apa saja
kegiatan
keagamaan
Tidak ada
kegiatan
keagamaan
Ke
giatan keagamaan
untuk siswa
autis?
khusus bagi
siswa autis,
kami
berlakukan
untuk semua
tidak hanya
siswa autis.
Biasanya ada
kegiatan
MABIT(malam
bina iman dan
taqwa),
tadarus, zakat
fitrah, yang
ikut biasanya
anak kelas V
keatas.
13
.
Bagaimana
upaya bapak
dalam
membimbing
siswa autis
dalam
beribadah,
misalnya
sholat?
Kalau sholat,
kami
menggunakan
media gambar,
video, dan
selanjutnya
praktek sholat
secara
langsung.
14
.
Bagaimana
respon siswa
autis dalam
pembelajaran
PAI?
Khusus Ayu,
karena
termasuk autis
lemah, maka
responnya
lambat,tapi
tetap semangat
pergi ke
sekolah.
Re
spon siswa autis
15
.
Adakah
perubahan
perilaku yang
signifikan
setelah
Ada, misalnya
anak mau
sholat, mereka
terbiasa
melakukan
Pe
rubahan perilaku
mengikuti
pembelajaran
PAI?
wudhu
terlebih
dahulu, kalau
ada kegiatan
MABIT,
otomatis
membawa
mukena.
16
.
Apakah aspek
yang
ditekankan
untuk
pembelajaran
PAI bagi
siswaautis?
Akhlaknya
harus
mendapatkan
porsi lebih,
untuk
membaca al-
qur’an belum
bisa.
17
.
Adakah
strategi khusus
untuk
pembelajaran
PAI bagi siswa
autis?
Ada, anak
dikondisikan
terlebih
dahulu dengan
games kalau
langsung
belajar tidak
bisa.
Str
ategi khusus
18
.
Adakah bentuk
kerjasama guru
kepada orang
tua terhadap
perkembangan
keagamaan
anak?
Ada, kami
gunakan
laporan
semester untuk
mengetahui
perkembangan
anak.
Verbatin Wawancara Kepada Orang tua /wali
A. Identitas Informan
1. Nama Informan : Ibu RM
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Waktu Wawancara : 08 Agustus 2014
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Apakah sudah lama anak ibu sekolah
disini?
Lumayan lama mbak, sejak SD, dulunya sih
di TK umum .
Proses
pembelajaran
2. Apakah setiap kali pembelajaran di
kelas, orang tua selalu mendampingi
anak?
Untuk orang tua tunggu diluar kelas mbak,
takut mengganggu jalannya proses
pembelajaran.
Pendampingan
orang tua
3. Bagaimana cara mengkondisikan
anak, ketika akan mengikuti proses
belajar disekolah?
Kalau dulu mbak,anak diterapi setiap hari
sepulang dari sekolah di Karang duet,
tetapi kalau sekarang jarang.
Pengkondisian
anak
4. Bagaimana cara mengajarkan ibadah
terhadap anak di rumah?
K arena Ayu sekarang sudah besar mbak,
jadi sudah tahu sendiri dan terbiasa
melakukan ibadah seperrti sholat, sebelum
sholat sebelumnya wudhu terlebih dahulu,
karena memang dia sudah dilatih sejak
kecil sama bapaknya, sebelum bapaknya
meninggal dunia.
Pelaksanaan
bimbingan PAI
5. apakahAyu juga pernah ngaji, bu? Dahulu sempat diajari ayahnya, bahkan
diantarkan ke tempatnyapak ustad Abbas
yang masih saudaranya, tapi kalau
sekarang sudah tidak lagi mbak
6. bagaimana perkembangan anak ibu,
semenjak sekolah di SLB Negeri
Salatiga?
Lumayan mbak, terbiasa bersalaman sama
saya setiap pagi sebelum masuk ke kelas.
Perkembangan
anak
7. Apa jenis ekstrakurikuler yang
diminati anak?
Kalau dirumah suka menari sendiri mbak,
tetapi kalau di sekolah tidak mengikuti
ekstra, dia orangnya pemalu.
8. Apa saja kegiatan keagamaan yang Untuk saat ini gak ikut, kalau dulu ya ngaji Kegiatan
keagamaan
sering diikuti anak? ke tempatnya pak Abbas.
9. Apakah kalau dirumah juga sempat
belajar,bu’?
Oh, kalau dirumah Ayu gak mau belajar
lagi, dia lebih suka maen laptop.
Kendala
pembelajaran
10. Bagaimana hasil belajar pada
pelajaran pendidikan agama Islam?
Lumayan bagus mbak, kemarin waktu mid
semester dapat nilai 7.
Hasil
pembelajaran
Trianggulasi Data
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Autis di
SMPLB Negeri Salatiga
Tahun Pelajaran 2013/2014
KATEGORI DATA PROPOSISI
(Catatan
Lapangan)
KESIMPULAN
Karakteristik
siswa autis di
SMPLB
Negeri
Salatiga
Wawancara
dengan EPW
(23-08-2014)
Karakteristik
untuk anak autis
diantaranya
biasanya suka
menyendiri, suka
benda-benda yang
berputar, suka
menyentuh orang
lain, dan seperti
orang tuli.
Autis merupakan
kondisi dimana
seorang anak
mengalami
gangguan
perkembangan
pervasif yang
mempengaruhi
kerja otak, sehingga
intelektualnya
berjalan lambat.
Untuk itu,
pembelajaran yang
sesuai bersifat
konkrit yaitu
dengan pembiasaan
perilaku terpuji
dengan praktek
Karakteristik autis
di SMPLB bahwa
dalam belajar
mudah bosan, lebih
menikmati
dunianya sendiri
terbukti dengan
kurang adanya
interaksi dengan
teman sekelas.
Sehingga, pola
pembelajaran yang
sesuai adalah
dengan belajar
yang dipadukan
dengan praktek
langsung supaya
lebih efisien
Wawancara
dengan RM
(08-08-2014)
Anaknya mudah
sekali bosan saat
belajar, apalagi
kalau dirumah
sudah tidak mau
lagi membuka
bukunya, hanya
Dari beberapa hasil
wawancara tentang
karakteristik siswa
autis di SMPLB
Negeri Salatiga
yaitu mudah bosan
dalam belajar di
kelas, pembiasaan
untuk siswa autis
yang tepat adalah
orang tua
membuatkan
bermain-main
didepan computer
jadwal yang harus
dilakukan anak,
agar anak lebih
mandiri.
Kurikulum
pembelajaran
PAI pada
siswa
penyandang
autis di
SMPLB
Negeri
Salatiga
Wawancara
dengan MH
(23-08-2014)
Kurikulumnya
kalau yang masih
duduk dikelas IX
berarti masih
menggunakan
kurikulum KTSP,
sedangkan kelas
VII berarti sudah
menerapkan
kurikulum 2013.
Untuk SLB
penggunaan
kurikulum 2013
baru diberlakukan
di kelas I, IV, VII
dan X dengan
tentunya
memperhatikan
kemampuan anak. .
Kurikulum PAI
yangdigunakan
untuk siswa
penyandang autis,
relatif sama dengan
sekolah umumnya,
hanya saja proses
pelaksanaanya
disesuaikan dengan
kemampuan siswa
autis tersebut. Jadi
kurikulum KTSP
antara SMPLB
dengan SMP umum
relatif sama untuk
laporan
administrasinya,
yang membedakan
materi didesain
ringan.
Proses pelaksanaan
kurikulum PAI
untuk siswa
penyandang autis
masih
menggunakan
kurikulum KTSP,
jadi guru menyusun
sendiri bahan ajar
yang akan
disampaikan
kepada siswa,
sehingga proses
kemandirian anak
terpantau dengan
baik .
Wawancara
dengan
EPW
(23-08-2014)
Materi PAI di
SMPLB itu sama
dengan materi SD
formal, misalnya
ya mbak untuk
hafalan doa harian
saja butuh waktu 1
bulan, itupun tidak
cukup. Target
tidak selesai,
namun respon
untuk pendidikan
agama Islam
lumayan baik,
Pembiasaan
Keagamaaan
Wawancara
dengan MH
(23-08-2014)
Pembiasaan
keagamaan di SLB
ini, kami
berlakukan dengan
melakukan apel
pagi, dimana
dalam kegiatan
tersebut siswa
dikelompokkan
sesuai agama dan
kepercayaannya
dalam berdoa.
Khususnya umat
Islam, Kepala
Sekolah memimpin
doa secara
langsung. Dengan
harapan, anak
terbiasa berdoa
sebelum belajar
dan terbiasa
bersalaman
dengan guru
sebagai
pembimbing
kemandirian siswa.
Pembiasaan
keagamaan yang
diterapkan di
SMPLB adalah
apel pagi (berdoa
bersama) yang
dikelompokkan
berdasarkan agama
dan kepercayaan
masing-masing
siswa dan
pembiasaan
bersalaman antara
guru dengan siswa.
Dalam upaya
pembiasaan
keagamaan di
SMPLB Negeri
Salatiga
memerlukan
kerjasama antara
guru dan orang tua
dalam
mengkondisikan
siswa supaya
terbiasa mengikuti
apel pagi sebelum
proses
pembelajaran
dimulai dan
terbiasa hormat
dengan guru.
(perilaku terpuji)
Wawancara
dengan EPW
Pembiasaan
keagamaan yang
diterapkan di
Proses pembiasaan
keagamaan yang
dijalankan siswa
(23-08-2014)
Untuk kegiatan
keagamaan kita
adakan sholat
dzuhur secara
berjamaah
kemudian kalau
puasa tiba kita
adakan mabit
bersama yang
diikuti oleh semua
siswa yang sudah
masuk kelas V
keatas, dan itupun
dengan pantauan
orang tua,
selanjutnya ada
qurban juga waktu
hari raya Idul
Adha.
SMPLB Negeri
adalah sholat
dzuhur berjamaah
penyandang autis
adalah melakukan
sholat berjamaah di
SMPLB Negeri
Salatiga.
Evaluasi
Pembelajaran
PAI di
SMPLB
Negeri
Salatiga
Wawancara
dengan EPW
(23-08-2014)
Untuk evaluasi
menggunakan jenis
penilaian tes dan
nontes
Adapun rinciannya
untuk tes, kami
berlakukan tes
UTS dan UAS,
sedangkan bentuk
non tesnya
perkembangan
saat mengikuti
pembelajaran,
aktiftidaknya siswa
Tes yang dilalui
oleh siswa
penyandang autis
dilaksanakan
dengan serangkaian
tes UTS dan UAS
yang masih
dibimbing oleh
guru kelas, proses
tersebut mampu
mengarahkan siswa
dalam membantu
arah perhatian
siswa.
Kegiatan evaluasi
yang dilakukan
guru PAI adalah
dengan melakukan
serangkaian tes dan
non tes.
dikelas, karena
ada siswa yang
bengong tidak bisa
menangkap
pembicaraan
orang lain apalagi
belajar.
Kendala pada
pembelajaran
Pendidikan
Agama Islam
Wawancara
dengan EPW
Kendala proses
pembelajaran PAI
itu terletak pada
focus/ perhatian
siswa, misalkan ya
mbak sedang
belajar mengenai
materi puasa, tiba-
tiba anak
melakukan
tindakan yang
mengundang
perhatian teman
lain, sehingga
kami lumayan
kewalahan ketika
mengarahkan
fokusnya kembali,
dan akhirnya kami
menjelaskan
perilaku terpuji.
Ketika
pembelajaran PAI
berlangsung di
kelas, anak merasa
jenuh, dan ketika
anak diminta untuk
belajar diruang
perpustakaan, anak
terlihat lebih
antusias mengikuti
pembelajaran PAI.
Kendala yang
dirasakan oleh guru
PAI adalah
mengenai
pengalihan pusat
perhatian siswa
autis dalam
pembelajaran PAI,
siswa penyandang
autis kurang
memahami intruksi
guru, sehingga
ketika
pembelajaran
terjadi, dan guru
PAI memberikan
pertanyaan
mengenai materi
PAI, siswa
penyandang autis
cenderung
melakukan ekolali
(membeo)
DOKUMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DI SMPLB NEGERI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2013/2014