PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION...

17
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika Disusun oleh : NUR ITA FITRIYANI A 410 090 100 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION...

Page 1: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED

INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

NUR ITA FITRIYANI

A 410 090 100

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan
Page 3: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED

INTRODUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP

Nur Ita Fitriyani, Sutama Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP UMS

email: [email protected] email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian, (1) mendeskripsikan peningkatan kemandirian setelah

diterapkan strategi Problem Based Introduction, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi Problem Based Introduction. Jenis penelitian, penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian 31 (12 laki-laki dan 19 perempuan) siswa kelas VIIA SMP N 2 Geyer. Metode pengumpulan, observasi, catatan lapangan, dokumentasi. Teknik analisis data, reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Hasil penelitian, (1) Ada peningkatan kemandirian siswa yang diamati dari indikator kemandirian meliputi: a) bertanggung jawab sebelum tindakan 19,35%, siklus I 33,33%, siklus II 50%, siklus III 63,33%, b) mampu mengatasi masalah sebelum tindakan 32,26%, siklus I 46,67%, siklus II 60%, siklus III 70%, c) percaya akan kemampuan sendiri sebelum tindakan 16,13%, siklus I 23,33%, siklus II 40%, siklus III 60%, d) mampu mengatur dirinya sendiri sebelum tindakan 29,03%, siklus I 36,67%, siklus II 53,33%, siklus III 73,33%, (2) Ada peningkatan hasil belajar matematika siswa yang dibandingkan dengan ≥ KKM 75, yaitu sebelum tindakan 38,71%, siklus I 46,67%, siklus II 70%, siklus III 93,33%.

Kata kunci: aljabar; hasil belajar; kemandirian; problem

Pendahuluan

Kemandirian merupakan keadaan seseorang yang ingin melakukan segala

aktivitas dan kegiatannya tanpa bergantung kepada orang lain. Dalam proses

pembelajaran setiap siswa selalu diarahkan agar menjadi siswa yang mandiri.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh terhadap

pendidikan. Kemajuan teknologi ini mempunyai dampak positif dan negatif. Salah

satu dampaknya adalah siswa dapat menambah pengetahuan dan lebih mandiri

mencari informasi.

Page 4: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

Upaya untuk meningkatkan kemandirian tentunya tidak terlepas dari

adanya kerja sama antara siswa dan guru . Interaksi yang terjadi akan menciptakan

pembelajaran yang aktif dimana siswa dengan menggunakan kemandiriannya

dalam memecahkan permasalahannya dengan bantuan guru yang berperan sebagai

fasilitator. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengembangkan

kemampuan dan ketrampilannya dalam menjalankan proses belajar mengajar.

Problem Based Introduction adalah model pembelajaran yang

berlandaskan paham konstruktivitas yang mengakomodasi keterlibatan siswa

dalam belajar dan pemecahan masalah otentetik (Arends et al., 2001). Strategi ini

juga memiliki keunggulan yaitu siswa dilibatkan pada kegiatan belajar, dapat

dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain, dapat memperoleh dari

berbagai sumber, siswa dapat berperan aktif dalam KBM, siswa lebih memahami

konsep mtematika yang diajarkan, melibatkan siswa secara aktif memecahkan

masalah dan menuntut ketrampilan berfikir siswa yang lebih tinggi. Berdasarkan

keunggulan diatas dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa.

Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif,

yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna

mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau

kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, Haris 2007: 7).

Benyamin S Blomm (Nana Sudjana, 2005:22) membagi hasil belajar

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan

dengan sikap dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan

dan kemampuan bertindak.

Menurut Oemar Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Problem Based Introduction adalah suatu tipe model pembelajaran

problem based learning. Model pembelajaran ini memusatkan pada masalah

kehidupannya yang bermakna bagi murid, peran guru menyajikan masalah,

Page 5: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dibidang dialog

(Komalasari:2010).

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini: melalui strategi Problem Based

Introduction pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemandirian dan

hasil belajar siswa kelas VIIA SMP N 2 Geyer tahun ajaran 2013/2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan peningkatan

kemandirian siswa setelah diterapkan strategi Problem Based Introduction. (2)

mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan

strategi Problem Based Introduction.

Metode Penelitian

Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya adalah Penelitian Tindakan

Kelas. Tempat penelitian di SMP N 2 Geyer, pemilihan tempat didasarkan pada

pertimbangan karena kurangnya kemandirian dan hasil belajar yang dimiliki siswa

dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan

mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Populasi penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VII di SMP N 2 Geyer. Sampel penelitian adalah kelas

VIIA yang terdiri dari 31 (12 laki-laki dan 19 perempuan) siswa SMP N 2 Geyer.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan(1) metode

wawancara. Digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan,

perasaan, niat, dsb. (2) metode observasi. Arikuntoro (2002: 127) menerangkan

bahwa dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.

Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi. (2) catatan lapangan, digunakan untuk mencatat

kejadian-kejadian penting yang muncul pada proses pembelajaran matematika

berlangsung. (3) metode tes. Merupakan alat pengukur data yang berharga dalam

penelitian. Menurut Sutama (2011) tes adalah seperangkat rangsangan yang

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban

yang dijadikan penetapan skor angka. (4) Dokumentasi dalam penelitian ini

adalah berupa RPP.

Page 6: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

Keabsahan data Dalam penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan

observasi terus menerus dan triangulasi data, yaitu membandingkan data hasil

pengamatan tes dengan hasil observasi lain.

Hasil dan Pembahasan

Penerapan strategi pembelajaran Problem Based Introduction mendapat

tanggapan positif dari guru matematika. Sebelum pembelajaran, peneliti memulai

dengan mengondisikan siswa diantaranya dengan salam, memeriksa kehadiran

siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan diri dengan

kebutuhannya.

Tahap pertama penerapan srategi pembelajaran Problem Based

Introduction dimulai dengan orientasi siswa pada masalah. Sesuai dengan

Komalasari (2010) peranan guru dalam Problem Based Inroduction adalah

mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta

mendukung belajar siswa.

Pada siklus I peneliti menjelaskan maeri tentang bentuk aljabar dan unsur-

unsurnya. Bentuk umum aljabar memiliki unsur-unsur yang meliputi variabel,

konstanta, faktor, suku sejenis, dan suku tak sejenis. Contoh bentuk aljabar adalah

3x + 4y = 11, y2 + 2y + 1, 5x(-x + 3), 3a.

Pada siklus II peneliti menjelaskan materi tentang operasi hitung pada

bentuk aljabar. Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya

dapat dilakukan pada perhitungannya suku tidak perlu dihitung, sedangkan untuk

melakukan operasi hitung perkalian bentuk aljabar, kalian perlu mengingat sifat

distribusi perkalian.

Pada siklus III penelii menjelaskan pengertian persamaan linear satu

variabel. Kalimat matematika merupakan suatu kata yang tersusun rapi dan baik

sehingga mempunyai arti. Kalimat pernyataan adalah kalima yang dapat

dinyatakan nilai kebenarannya sedangkan kalimat terbuka adalah kalimat yang

memuat variabel dan belum diketahui nilai kebenarannya. Bentuk umum dari

PLSV adalah ax + b = 0 dengan a ≠ 0. Tiap siswa diberi lembar kerja siswa yan

Page 7: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

dikerjakan secara mandiri untuk mengukur tingkat pemahaman dan kemampuan

penalaran siswa mengenai maeri yang dipelajari.

Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, dalam ahap ini

siswa dibentuk kelompok dengan teman sebangku dan siswa didorong untuk aktif

dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Bistari (2010) peserta didik yang menghadapi kesulittan belaar diselesaikan

dengan jalan pintas. Untuk itu, pembiasaan ini sedini mungkin dicegah dengan

cara menimbulkan rasa percaya diri, keandalan diri, dan mengembangkan potensi.

Artinya siswa didorong untuk aktif dan menanamkan rasa percaya diri dalam

proses pembelajaran. Tip kelompok diberi permasalahan untuk mengukur

kemampuan siswa.

Diberikan permasalahan kepada siswa unuk dianalisis bersama pada

pertemuan pertama. Tentukan koefisien m dari bentuk aljabar berikut 5m – 8, 2m

– 3mn + 9, 7m2 + 2m + 6n

Penyelusaian:

5m – 8 koefisien m adalah 5

2m – 3mn + 9 koefisien m adalah 2

7m2 + 2m + 6n koefisien m adalah 2

Diberikan permasalahan pada peremuan kedua, diketahui P= 4x2 + 3x dan

Q= 5x – x2, tentukan nilai dari P – 2Q!

Penyelesaian:

P – 2Q = 4x2 + 3x – 2(5x – x2)

= 4x2 + 3x – 10x + 2x2

= 6x2 – 7x

Diberikan permasalahan pada pertemuan ketiga, pak umar memelihara

sapi dan itik sebanyak 50 ekor. Jika jumlah kaki sapi dan kaki itik adalah 130,

tentukan banyaknya masing-masing sapi dan itik pak umar?

Penyelesaian:

Misalkan sapi = x

Itik = y

Jadi jumlah sapi dan itik dimisalkan → x + y = 50

Page 8: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

Jumlah kaki sapi dan itik dimisalkan → 4x + 2y = 130

Dengan cara eliminasi: x + y = 50

4x + 2y = 130

-

2x + 2y = 100

4x + 2y = 130

-

-2x = -30 → x = 15

x = 15 → x + y = 50

y = 35

jadi banyaknya sapi adalah15 ekor dan banyaknya itik 35 ekor.

Tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok,

dalam tahap ini siswa didorong untuk mencari informasi-informasi yang

dibutuhkan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Danoebroto Sri

Wulandari (2008) yang menyimpulakan bahwa siswa menyatakan senang

terhadap proses pembelajaran dan kegiatan pemecahan masalah, memiliki

keyakinan yang positif tentang belajar matematika, menunjukkan antusiasme,

keceriaan dan kreativitas yang tinggi dalam proses pembelajaran dengan

pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan pelatihan

metakognitif. Artinya dalam pembelajaran Problem Based Introduction guru

membimbing siswa untuk mencari informasi, akan tetapi siswa juga harus bekerja

sama dan berdiskusi dengan teman-temannya untuk menemukan hal yang

sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa

diharapkan dapat menyajikan pemecahan masalah yang telah didiskusikan

bersama kelompoknya. Senada dengan Ade Ghafar Abdullah dan Taufik Ridwan

(2008: 4) yang mengungkapkan bahwa siswa menuliskan rencana dan hasil

pemecahan masalah kemudian mempresentasikan kepada yang lain didepan kelas.

Artinya tiap kelompok harus menyajikan laporan pemecahan masalah kemudian

dipresentasikan kepada teman yang lain didepan kelas.

Page 9: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah, guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi pemecahan masalah. Ade

Ghafar Abdullah dan Taufik Ridwan (2008: 4) menjelaskan bahwa dalam

mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah dapat dilakukan dengan

sharing kepada siswa yang lain. Artinya dalam melakukan evaluasi terhadap hasil

pemecahan masalah, guru dan siswa bersama-sama melakukan sharing untuk

memeriksa kebenaran dari pemecahan masalah.

Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan

kemampuan penalaran matematika siswa dalam penelitian ini dirinci ke dalam

empat indikator. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur

kemandirian siswa adalah siswa dapat bertanggung jawab, dapat mengatasi

masalah, percaya akan kemampuan mereka sendiri, dan bisa mengatur dirinya

sendiri.

a. Siswa dapat beretanggung jawab

Kemampuan siswa dalam bertanggung jawab ini dapat diukur dengan

siswa menegerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru pada saat

proses kegiatan belajar mengajar.

b. Mampu mengatasi masalah

Kemandirian belajar siswa juga harus mampu mengatasi masalanya

sendiri. Pada indikator ini peneliti menyatakan siswa itu mandiri dengan

dilihat bahwa siswa dalam mengerjakan soal dengan mengerjakan sendiri

tanpa bantuan dari siswa lain/ kelompok belajar yang lain.

c. Percaya pada kemampuannya sendiri

Kemamdirian belajar siswa tidak terlepas dengan sifat percaya pada

kemampuannya sendiri. Pada indikator ini peneliti menyatakan siswa itu

mandiri apabila siswa berani mengemukakan pendapatnya tanpa harus

disuruh oleh guru, selain itu siswa berani mengerjakan soal di papan tulis

yang diberikan oleh guru.

d. Mampu mengatur dirinya sendiri

Kemampuan siswa dalam mengatur dirinya sendiri dapat dilihat

dengan siswa mampu mengendalikan dirinya sendiri agar memperhatikan

Page 10: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

guru dalam proses belajar mengajar dan dapat mengendalikan dirinya agar

tidak gaduh dan mengganggu siswa lain.

Berdasarkan hasil observasi dan dialog awal dengan guru diperoleh

beberapa keterangan atau gambaran bahwa dari sejumlah 31 siswa kelas VIIA

diperoleh data bahwa siswa yang bertanggung jawab sebanyak 6 siswa (19,35%),

siswa bisa mengatasi masalah sebanyak 10 siswa (32,26 %), siswa percaya akan

kemampuan mereka sendiri sebanyak 5 siswa (16,13 %), siswa bisa mengatur

dirinya sendiri sebanyak 9 siswa (29,03 %).

Berdasarkan data pelaksanaan tindakan diatas mengenai kemandirian

belajar matematika pada kelas VIIA SMP N 2 Geyer dari sebelum tindakan

sampai tindakan kelas putaran III dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1

Data Hasil Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Problem Based Introduction

Aspek Kemandirian

Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II Siklus III

Bertanggung Jawab 6 siswa

(19,35 %) 10 siswa

(33,33 %) 15 siswa (50 %)

19 siswa (63,33 %)

Mengatasi Masalah 10 siswa

(32,26 %) 14 siswa

(46,67 %) 18 siswa (60 %)

21 siswa (70 %)

Percaya Akan Kemampuan Mereka Sendiri

5 siswa (16,13 %)

7 siswa (23,33 %)

13 siswa (40 %)

18 siswa (60 %)

Bisa Mengatur Dirinya Sendiri

9 siswa (29,03 %)

11 siswa (36,67 %)

20 siswa (53,33 %)

22 siswa (73,33 %)

Hasil belajar siswa merupakan tolok ukur keberhasilan siswa dalam

pembelajaran. Data mengenai hasil belajar matematika dari penelitian ini

diperoleh dari hasil pengerjaan soal mandiri. Siswa dinyatakan tuntas pada setiap

putaran apabila mencapai skor ≥ KKM 75.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa keterangan atau gambaran

bahwa dari sejumlah 31 (12 laki-laki dan 19 perempuan) siswa kelas VIIA

diperoleh data hasil belajar siswa yang dibandingkan dengan KKM 75 sebelum

tindakan sampai akhir tindakan siklus III adalah sebelum tindakan siswa yang

Page 11: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 12 siswa (38,71 %), siklus I siswa yang

mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 14 siswa (46,67 %), siklus II yang

mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 21 siswa (70 %), dan pada siklus III yang

mendapatkan nilai ≥ KKM 75 sebanyak 28 siswa (93,33 %).

Data yang diperoleh mengenai hasil belajar matematika pada siswa kelas

VIIA SMP Negeri 2 Geyer dalam pembelajaran matematika dari sebelum

tindakan putaran sampai tindakan kelas putaran III dapat disajikan dalam grafik

berikut.

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa Penerapan strategi Problem

Based Introduction telah meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa kelas

VIIA SMP Negeri 2 Geyer. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya indikator

kemandirian belajar siswa yaitu bertanggung jawab, dapat mengatasi masalah,

percaya akan kemanpuan sendiri, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Selain itu

hasil belajar matematika juga meningkat, hal ini dampak dari pembelajaran yang

menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan Danoebroto Sri Wulandari (2008) yang menyimpulkan bahwa siswa

menyatakan senang terhadap proses pembelajaran dan kegiatan pemecahan

masalah, memiliki keyakinan yang positif tentang belajar matematika,

menunjukkan antusiasme, keceriaan dan kreativitas yang tinggi dalam proses

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kondisi awal Siklus I Siklus II Siklus III

Pro

sen

tase

(%)

Grafik peningkatan hasil belajar

Nilai ≥ KKM 75

Page 12: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dan

pelatihan metakognitif.

Hasil pembelajaran setelah menggunakan strategi Problem Based

Introduction menunjukkan bahwa siswa mampu bertanggung jawab dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, hal ini dapat dilihat berdasarkan

catatan lapangan bahwa siswa yang bertanggung jawab pada siklus I sebanyak 10

siswa (32,36 %), pada siklus II sebanyak 15 siswa (50 %), dan siklus III sebanyak

19 siswa (63,33 %). Kemandirian juga menuntut siswa mempunyai sikap

tanggung jawab dalam belajar matematika. Siswa yang mempunyai tanggung

jawab akan berusaha melakukan berbagai kegiatan belajar matematika. Hal ini

didukung oleh penelitian Irzan Tahar (2006) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar. Hal ini juga

disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pujiningsih dan Indah (2004)

yang menyatakan bahwa meningkatkan prestasi mahasiswa melalui kemandirian

belajar. Berarti semakin tinggi kemandirian belajar siswa maka kemungkinan

untuk mencapai hasil belajar matematika juga tinggi.

Hasil pembelajaran setelah menggunakan strategi Problem Based

Introduction siswa yang mampu mengatasi masalah meningkat, ini dapat dilihat

berdasarkan catatan lapangan pada siklus I sebanyak 14 siswa (46,67 %), pada

siklus II sebanyak 18 siswa (60 %), dan pada siklus III sebanyak 21 siswa (70 %).

Kemandirian belajar siswa juga dituntut untuk mampu mengatasi masalah atau

mampu mengerjakan soal secara mandiri. Siswa yang mampu mengatasi masalah

berarti dengan atau tanpa bantuan orang lain dia bisa menyelesaikan soal yang

diberikan oleh guru. Hal ini didukung oleh Darmana Ropi (2012) yang

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan

pemecahan masalah antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

Problem-Based Instruction dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Nila

Kesumawati (2009) yang dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan PWR lebih baik daripada siswa yang mengikuti

Page 13: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

konvensional jika didasarkan pada peringkat sekolah (tinggi, sedang, rendah) dan

keseluruhan siswa.

Kemampuan memecahkan masalah matematika akan diperoleh siswa

dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dan siswa

ataupun antarsiswa yang merangsang terciptanya partisipasi. Hal ini didukung

oleh Sitha Sih Dewanti (2009) yang menyatakan bahwa pendekatan PCL dan

pelatihan metakognitif lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika dan menghasilkan ketuntasan belajar yang secara signifikan

lebih besar.

Hasil pembelajaran setelah menggunakan strategi Problem Based

Introduction siswa semakin percaya akan kemampuan mereka sendiri, hal ini

dapat dilihat berdasarkan catatan lapangan pada siklus I sebanyak 7 siswa (23,33

%), pada siklus II sebanyak 12 siswa (40 %), dan pada siklus III sebanyak 18

siswa (60 %). Kemandirian belajar matematika juga dituntut untuk percaya akan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Rasa percaya diri adalah kombinasi antara

sikap positif dan pemilikan keterampilan Priyatni Endah Tri (2013) oleh karena

itu, rasa percaya diri ini harus ditumbuhkembangkan dengan teknik scaffolding

agar siswa selalu yakin bahwa ia mampu melaksanakan tugas sesulit apapun

dengan pemberian tangga yang tepat. Penguatan dengan ungkapanungkapan

positif semakin memperkuat rasa percaya diri dan membuat siswa merasa bernilai.

Hal yang sama juga dikemukan oleh Bistari (2010) yang menyatakan bahwa

banyak peserta didik yang menghadapi kesulitan belajar diselesaikan dengan cara

jalan pintas. Untuk itu, pembiasaan ini sedini mungkin dicegah dengan cara

meningkatkan rasa percaya diri, keandalan diri, dan mengembangkan potensi.

Kondisikan bahwa kesulitan dianggap sebagai tantangan, bukan suatu hambatan.

Hasil pembelajaran setelah menggunakan strategi Problem Based

Introduction siswa mampu mengatur dirinya sendiri dan tidak hanya bergantung

dengan guru. Mereka lebih mandiri dalam proses belajar mengajar. Hal ini

ditunjukkan berdasarkan catatan lapangan pada siklus I sebanyak 11 siswa (36,67

%), pada siklus II sebanyak 16 siswa (53,33 %), dan pada siklus III sebanyak 22

siswa (73,33 %). Kemandirian belajar matematika siswa juga harus mengenali

Page 14: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

dirinya sendiri dengan baik, baik kekuatan maupun kekurangan dalam dirinya. Ia

mampu melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya. Hal ini didukung oleh

Inung Pratiwi dan Ani Widayati (2012) yang menyatakan bahwa meningkatnya

kemandirian belajar dan penguasaan konsep berbanding lurus dengan respon

positif (baik) siswa terhadap pembelajaran dengan Reciprocal Teaching Model.

Hal yang sama juga dikemukan oleh Wulan Yunianingsih (2013) yang

menyatakan bahwa adanya kebergantungan antara capaian penggunaan

ketrampilan berpikir siswa SMA dan peneglasan dalam penguasaan konsep siswa

pada materi ikatan kimia baik sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan

strategi POGIL.

Dalam suatu pembelajaran, strategi adalah salah satu cara untuk menarik

perhatian siswa dan merubah perilaku belajar siswa sehingga menghasilkan hasil

yang baik hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Afandi (2012)

yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan metakognitif model

PBL dan RL secara bersama-sama dengan kemandirian belajar mempengaruhi

secara signifikan prestasi belajar mahasiswa pada aspek kognitif dan afektif

mahasiswa.

Berdasarkan grafik peningkatan hasil belajar disimpulkan bahwa hasil

belajar matematika sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa sudah

banyak yang memperoleh nilai ≥ KKM 75. Siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM

75 dinyatakan telah tuntas. Strategi Problem Based Introduction dapat

meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini didukung oleh yang dilakukan

oleh Hersh C. Waxman, dkk. (2008) menyimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi

(hasil belajar) dalam akademik antara siswa yang ulet dengan siswa yang tidak

ulet dalam membaca dan belajar matematika di kelas. Siswa yang ulet lebih sering

berinteraksi dengan guru dalam pembelajaran yang sedangkan siswa yang tidak

ulet sering berinteraksi dengan siswa lainnya dan sering tidak mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh peneliti ini belum digunakan

dalam penelitian sebelumnya. Penerapan strategi Problem Based Introduction ini

Page 15: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

mampu menarik perhatian siswa dan mampu membuat siswa antusias mengikuti

proses pembelajaran. Siswa mampu mengerjakan tugas, siswa tidak takut untuk

bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan, siswa juga mampu mengerjakan

soal mandiri tanpa bantuan temannya.

Simpulan

Ada peningkatan kemandirian dan hasil belajar matematika dalam

pembelajaran matematika melalui strategi Problem Based Introduction yang

dilakukan di SMP N 2 Geyer tahun ajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan

(1) Kemandirian belajar matematika siswa yang bertanggung jawab semakin

meningkat, yaitu sebelum tindakan 6 siswa (19,35 %), pada siklus I meningkat

menjadi 10 siswa (32,36 %), pada siklus II meningkat menjadi 15 siswa (50 %),

pada siklus III mencapai 19 siswa (63,33 %). (2) Kemandirian belajar matematika

siswa yang dapat mengatasi masalah semakin meningkat, yaitu sebelum tindakan

10 siswa (32,36 %), pada siklus I meningkat menjadi 14 siswa (46,67 %), pada

siklus II meningkat menjadi 18 siswa (60 %), pada siklus III mencapai 21 siswa

(70 %). (3) Kemandirian belajar matematika siswa yang percaya akan kemampuan

mereka sendiri semakin meningkat, yaitu sebelum tindakan 5 siswa (16,13 %),

pada siklus I meningkat menjadi 7 siswa (23,33 %), pada siklus II meningkat

menjadi 12 siswa (40 %), pada siklus III mencapai 18 siswa (60 %). (4)

Kemandirian belajar matematika siswa yang bisa mengatur dirinya sendiri

semakin meningkat, yaitu sebelum tindakan 9 siswa (29,03 %), pada siklus I

meningkat menjadi 11 siswa (36,67 %), pada siklus II meningkat menjadi 16

siswa (53,33 %), pada siklus III mencapai 22 siswa (80 %). Hasil belajar siswa

juga meningkat ini ditunjukkan bahwa sebelum tindakan penelitian siswa yang

memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 12 siswa (38,71 %). Pada putaran I siswa yang

memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 14 siswa (46,67 %). Pada putaran II siswa yang

memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 21 siswa (70 %), sedangkan pada putaran III

siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 28 siswa (93,33 %).

Page 16: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

Daftar Pustaka

Abdullah, Ade Gafar dan Taufik Ridwan. 2008. “Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung”. Prosiding UPI, pp. 1-10.

Afandi. 2012. “Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif Melalui Model Reciprocal Learning Dan Problem Based Laerning Ditinjau dari Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal Inkuiri. Vol 1. No 2. Hal 86-92.

Arikuntoro, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bistari. 2010. “Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika”. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. Vol 1. No 1. Hal 11-23.

Danoebroto, Wulandari Sri. 2008. “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan Metakognitif”. (Artikel

online). Didapat dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1437. Internet :Diakses

pada 06 Desember 2013.

Darmana, Ropi. 2012. “Pengaruh Model Problem Based Intruction Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika”.

(Artikel online). Didapat dari

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download.

Internet:Diakses pada 06 Desember 2013.

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar mengajar. Bandung. Bumi Aksara.

Ibrahim. 2008. “Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas”. (Artikel

online). Didapat dari http://eprints.uny.ac.id/6908/1.pdf. Internet :Diakses

pada 06 Desember 2013.

Kesumawati, Nila. 2009. “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”. (Artikel online). Didapat dari http://eprints.uny.ac.id/7049/1/.pdf. Internet :Diakses pada 06 Desember 2013.

Komalasari, kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika

Aditama.

Page 17: PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED INTRODUCTION ...eprints.ums.ac.id/28717/9/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfpembelajaran matematika dengan problem based introduction untuk meningkatkan

Mujiman, Haris. 2007. Manajemen Pelatihan: berbasis belajar mandiri. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Nor, Aini Pratistya. 2012. “ Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA N 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol X. No 1. Hal 48-65.

Pratiwi Inung. 2012. “Pembelajaran Akuntansi Melalui Reciprocal Teaching Model untuk Meningkatkan Penguasaan konsep dan Kemandirian Belajar dalam Materi Mengelola Administrasi Surat Berharga Jangka Pendek Siswa X Akuntansi 1 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol.X No.2. hal.133-152.

Priyatni Tri Endah. 2013. “Internalisasi Karakteristik Percaya Diri dengan Teknik Scaffolding”. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III. No 2. Hal 164-173.

Pujiningsih, Sri dan Rr. Indah Mustikawati. 2004. “Kemandirian Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol.III No.1. hal.12-18.

Sih, Dewanti Sintha. 2009. “Perpaduan PCL Dan Pelatihan Metakognitif Dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika”. Jurnal penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Vol 12. No 1. Hal 21-39.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Surakarta: CV.Citra Mandiri Utama.

Tahar, Irzan. 2006. “Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh”. Jurnal Pendidikan dan Jarak Jauh, 7 (2). September 2006.

Tri, Wahyuni Endang. 2012. “Pembelajaran Biologi Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning Melalui Metode Observasi Laboratorium Dan Lingkungan Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa”. Jurnal Inkuiri. Vol. 1 No. 1. Hal 1-9.

Waxman, Hers C dkk. 2008. “Closhing the Achievement Gap Within reading and Mathematics Classrooms by Fostering Hispanic Students’ Educational Resilince”. International Journal of Human and Social Sciences. vol. 3 No. 1, 24-34.

Yunianingsih, Wulan. 2013. “ Tingkat Ketrampilan Berpikir Siswa Saling Bergantung (Dependent) Dengan Tingkat Penguasaan Konsep Siswa”. UNESA Journal of Chemical Education. Vol 2. No 1. Hal 1-10.