PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TEAM …
Transcript of PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TEAM …
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZED (TAI) DAN GROUP
INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
KHARISMA ANJAS TRIYANTO
A 410 150 145
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
1
Pembelajaran Matematika dengan Model Team Assisted Individualized (TAI)
dan Group Investigation (GI) Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) menguji dan menganalisis pengaruh
yang signifikan antara model pembelajaran (TAI dan GI) terhadap hasil belajar
matematika. (2) menguji dan menganalisis pengaruh yang signifikan antara
karakteristik gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. (3) menguji dan
menganalisis adanya interaksi model pembelajaran matematika dengan karakteristik
gaya belajar siswa terhadap hasil belajar. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain
kuasi-eksperimen. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas (eksperimen1 dan
eksperimen 2) yang diambil dengan cara cluster random sampling dari populasi
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Surakarta tahun pelajaran 2019/2020.
Instrumen pengumpulan data berupa angket dan tes. Sebelum dilakukan penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan untuk mengetahui kedua sampel memiliki
kemampuan awal yang sama. Uji normalitas, dan uji homogenitas merupakan uji
prasyarat analisis pada penelitian ini. Teknik analisis data dengan menggunakan
analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian
ini diperoleh: (1) terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diberi
pembelajaran menggunakan model pembelajaran TAI dan model pembelajaran GI.
Model pembelajaran TAI memiliki pengaruh lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran GI (2) tidak terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap hasil belajar
matematika. (3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar
siswa terhadap hasil belajar matematika.
Kata kunci : team assisted individualized, group investigation, hasil belajar
matematika, gaya belajar
Abstract
This study aims to determine: (1) to test and analyze the significant effect of the
learning model (TAI and GI) on mathematics learning outcomes. (2) examining and
analyzing the significant influence between the characteristics of student learning
styles on mathematics learning outcomes. (3) testing and analyzing the interaction of
the mathematics learning model with the characteristics of students' learning styles on
learning outcomes. This type of quantitative research with a quasi-experimental
design. The research sample consisted of two classes (experiment 1 and experiment 2)
which were taken by means of cluster random sampling from the population of all
class VIII students of SMP Negeri 19 Surakarta in the 2019/2020 school year. The data
collection instruments were questionnaires and tests. Before doing the research, first a
balance test is carried out to find out that both samples have the same initial ability.
The normality test and homogeneity test are the prerequisite tests for analysis in this
study. The data analysis technique used a two-way variance analysis of different cells
with a significance level of 5%. The results of this study were obtained: (1) there were
differences in the mathematics learning outcomes of students who were given learning
using the TAI learning model and the GI learning model. The TAI learning model has
2
a better effect than the GI learning model (2) there is no effect of student learning
styles on mathematics learning outcomes. (3) there is no interaction between learning
models and student learning styles on mathematics learning outcomes.
Keywords: team assisted individualized, group investigation, results of mathematical
learning, learning styles
1. PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran (Sanjaya, 2013: 1). Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi
dalam proses pembelajaran sehingga dapat memacu semangat siswa dalam proses
pembelajaran. Inovasi pembelajaran dapat menjadi pendorong untuk menciptakan
generasi yang berkualitas dan kreatif sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan
dan persaingan baik tingkat Regional maupun Internasional. Salah satu indikator untuk
melihat kualitas seorang siswa adalah dapat dilihat dari hasil belajar yang di peroleh.
Hasil belajar matematika siswa di Indonesia cenderung belum sesuai harapan.
Menurut survey Programme for International Study Assesment (PISA) pada tahun
2015 di bawah Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
kemampuan matematika siswa-siswi Indonesia menempati peringkat 63 dari 69
negara. Berdasarkan UNESCO mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada
peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain dari hasil survei Pusat Statistik
Internasional untuk Pendidikan (Nasional Center for education in Statistic) terhadap
41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapat peringkat ke
39 dibawah Thailand dan Uruguay. (http://kemdikbud.go.id).
Berdasarkan data Litbang Kemendikbud, secara umum perolehan nilai rerata
Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2016/2017 menurun dibanding dengan
Tahun Pelajaran 2015/2016 dari nilai 58,61 menjadi 54,25. Nilai rata-rata Mata
Pelajaran Matematika sendiri masih rendah, Hal ini dapat dilihat dengan perolehan
nilai rata-rata Ujian Nasional Matematika tahun 2017 hanya 50,31 yang jauh lebih
rendah dibandingkan nilai rata-rata Ujian Nasional Bahasa Indonesa 64,32 dan IPA
52,19. Sementara itu, SMP Negeri 19 Surakarta memperoleh peringkat 26 dari 84
sekolah negeri dan swasta se-Kota Surakarta dengan perolehan nilai rata-rata Ujian
Nasional Matematika 62.25. (http://litbang,kemendikbud.go.id)
3
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Baber
(2020) faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Gaya
belajar (learning-style) dipandang berpengaruh besar terhadap dunia pendidikan dan
sering ditemui pada semua tingkatan sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai
Perguruan Tinggi (Nasir, 2021). Siswa yang memahami gaya belajarnya sendiri tentu
akan memberikan manfaat bagi dirinya sebab mereka akan terbiasa dengan cara belajar
yang sesuai dengan kepribadiannya. Gaya belajar yang belum sesuai dengan
kepribadian siswa dan tidak diterapkan secara optimal akan mempengaruhi hasil
belajar. Suyono dan Haryanto (2015: 149) mengungkapkan bahwa gaya belajar ada
tiga macam yang pokok, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Gaya belajar visual
adalah gaya belajar yang berfokus pada pengelihatan. Sedangkan gaya belajar auditori
adalah gaya belajar yang cenderung berfokus pada pendengaran. Lain halnya dengan
gaya belajar kinestetik yang lebih terfokus pada gerakan dan sentuhan.
SMP Negeri 19 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang siswanya memiliki
latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga dimungkinkan bahwa gaya belajar siswa
di SMP Negeri 19 Surakarta bermacam-macam. Setiana (2016) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh gaya belajar (auditorial, visual, dan
kinestetik) terhadap prestasi belajar matematika. Faktor lain adalah faktor yang
bersumber dari luar diri siswa yaitu antara lain model pembelajaran yang kurang
menarik, fasilitas dan sumber belajar yang kurang memadai serta suasana belajar yang
kurang menarik. Dalam kenyataannya, saat ini pembelajaran yang di laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari, guru lebih memilih menggunakan model pembelajaran
konvensional untuk mengajar siswanya karena merasa lebih praktis dalam hal
perencanaan sampai pelaksanaan. Dalam model pembelajaran konvensional,
pembelajaran didominasi oleh guru yang mengajar, sedangkan siswa hanya diam,
mencatat apa yang diterangkan gurunya, meniru guru dalam menyelesaikan masalah
sehingga siswa cenderung sangat pasif dan merasa kesulitan jika dihadapkan dengan
soal-soal yang berbeda dengan apa yang sering diajarkan oleh gurunya.
Berdasarkan data dari Neraca Pendidikan Daerah (NDP) tahun 2019
menunjukkan bahwa guru yang belum tersertifikasi lebih banyak dibandingkan dengan
guru yang telah tersertifikasi sebagaimana tampak pada Tabel 1.1 di bawah:
4
Tabel 1. Persentase Pendidik Bersertifikat
Satuan Memiliki sertifikat Belum memiliki sertifikat
PAUD 35.7% 64.3%
SD 47.7% 52.3%
SMP 49.0% 51.0%
SMA 49.0% 51.0%
SMK 36.1% 63.9%
SLB 42.3% 57.7%
Sumber: KEMDIKBUD, Neraca Pendidikan Daerah (2019)
Hal ini menunjukkan masih banyaknya guru yang belum profesional dalam mengajar
sehingga perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif. Seperti
hasil penelitian yang dilakukan oleh Maunde, dkk. (2015) menyimpulkan,
Pembelajaran Cooperative Learning memberikan efek menguntungkan bagi siswa dan
guru dalam pembelajaran. Siswa yang sebelumnya tidak aktif dalam pembelajaran
mulai berpartisipasi dalam proses penyelesaian masalah yang diberikan. Model
pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru diantara yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualized (TAI) dan Group
Investigation (GI). Pendapat Siswanto dan Palupi (2013) menyatakan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran TAI siswa cenderung lebih aktif berdiskusi dan
memberikan masukan terhadap materi yang sedang di pelajari. Selain itu, menurut
penelitian Pambudi, Mardiyana, dan Saputro (2016) menyatakan bahwa pembelajaran
model TAI menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibanding dengan
model pembelajaran secara langsung. Model Pembelajaran GI merupakan
penyelidikan yang dilakukan secara berkelompok, yaitu siswa secara berkelompok
melakukan penyelidikan dengan aktif sehingga memungkinkan menemukan prinsip
(Sumarmi 2012: 123). Hasil penelitian Richardo (2015) menyimpulkan bahwa hasil
belajar dengan menggunakan strategi GI lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran langsung.
5
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) menguji dan menganalisis
pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran (TAI dan GI) terhadap hasil
belajar matematika. (2) menguji dan menganalisis pengaruh yang signifikan antara
karakteristik gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. (3) menguji dan
menganalisis adanya interaksi model pembelajaran matematika dengan karakteristik
gaya belajar siswa terhadap hasil belajar.
2. METODE
Jenis penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah quasi
experimental design atau desain kuasi-eksperimental dengan jenis posttest only, non-
equivalent control group design. Sutama (2015: 57) memaparkan desain kuasi-
eksperimental merupakan pengembangan dari eksperimental sejati yang praktis sulit
dilakukan. Menurut Sugiyono (2012: 114) Quasi experimental adalah eksperimen
yang memiliki perlakuan pengukuran-pengukuran dampak, unit-unit eksperimen
namun tidak menggunakan sampel secara acak. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 merupakan kelompok siswa yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran TAI, dan kelas eksperimen 2 yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran GI.
Sebelum diberi perlakuan kedua kelas terlebih dahulu dipastikan apakah kedua
sampel memiliki kemampuan yang sama, pengujian menggunakan uji t (Independent
Sample t-Test) data yang digunakan berupa dokumentasi nilai UTS. Instrumen yang
digunakan yaitu angket dan tes. Validasi angket menggunakan uji korelasi Product
Moment dan uji reliabilitas angket menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (𝛼).
Instrumen tes di validasi menggunakan rumus korelasi biserial dan uji reliabilitas
instrumen tes menggunakan rumus KR-20. Hasil analisis instrumen menunjukkan
bahwa kedua instrumen yang digunakan valid dan reliabel. Sebelum dilakukan
analisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis variansi yaitu uji normalitas
menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett. Teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama.
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum kedua kelas sampel diberikan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji
keseimbangan untuk memastikan bahwa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
mempunyai kemampuan awal yang sama atau seimbang. Data yang digunakan adalah
nilai UTS semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Berdasarkan perhitungan
menggunakan uji t, maka diperoleh kesimpulan bahwa kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum diberikan perlakuan.
Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu sebanyak empat kali pertemuan untuk setiap
kelasnya. Pada akhir pertemuan yaitu pertemuan keempat, siswa diberikan tes evaluasi
hasil belajar matematika.
Tes hasil belajar matematika digunakan sebagai instrumen untuk memperoleh
data hasil belajar siswa. Setelah data diperoleh, terlebih dahulu data hasil belajar
matematika siswa diuji normaliatas dan homogenitas sebagai syarat pengujian
hioptesis dengan analisis variansi dua jalan. Setelah data yang terkumpul dinyatakan
berdistribusi normal dan homogen selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan
uji analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil perhitungan dirangkum pada Tabel 1
sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Analisis Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK DK RK Fobs Ftabel Keputusan
Model (A) 717.10 1 717.10 4.594 4.010 H0 Ditolak
Gaya Belajar (B) 697.94 2 348.97 2.236 3.162 H0 Diterima
Interaksi (AB) 45.41 2 22.70 0.145 3.162 H0 Diterima
Galat 8896.68 57 156.08 - - -
Total 10357.13 62 - - - -
Berdasarkan Tabel 2 dapat diintepretasikan hasil dari analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika. Pengaruh model pembelajaran
terhadap hasil belajar matematika artinya model pembelajaran yang diterapkan
memberikan dampak positif terkait perubahan hasil belajar matematika siswa yang
7
meningkat. Sehingga model pembelajaran TAI dan GI layak untuk diterapkan dalam
proses pembelajaran di SMP Negeri 19 Surakarta.
Tabel 3 Rerata Marginal Hasil Belajar Siswa
Model
Pembelajaran
Gaya Belajar Siswa
Visual Auditorial Kinestetik Rerata Marginal
TAI 83.3 75.0 80.0 79.4
GI 77.7 65.0 69.6 70.8
Rerata Marginal 80.5 70.0 74.8
Berdasarkan Tabel 3 diatas, tampak bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran TAI
dan model pembelajaran GI. Dengan memperhatikan rerata marginalnya, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran
menggunakan model pembelajaran TAI lebih baik jika dibandingkan dengan siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran GI. Hasil ini sesuai
dengan kondisi dilapangan yang menunjukkan bahwa kelompok siswa yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran TAI lebih aktif dibandingkan dengan kelompok
siswa yang diberi model pembelajaran GI. Keatifan siswa bukan karena model
pembelajaran yang diberikan namun dikarenakan karakteristik siswa yang berbeda.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meilasari,
Budiyono, dan Isnandar (2016) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran TAI, GI, dan langsung terhadap prestasi belajar matematika pada siswa
kelas VIII SMP Negeri Se-Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan
pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TAI memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan model
pembelajaran kooperatif tipe GI dan model pembelajaran konvensional, serta model
pembelajaran kooperatif tipe GI memberikan prestasi belajar matematika lebih baik
dibandingkan model pembelajaran konvensional (Sobarningsih dan Rachmawati,
2018).
Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Sehingga hasil belajar
8
matematika siswa jika di tinjau dari gaya belajarnya dianggap tidak memiliki
perbedaan. Hasil tersebut memiliki arti bahwa siswa dengan gaya belajarnya masing-
masing akan memperoleh hasil belajar yang sama. Gaya belajar siswa merupakan
sebuah ciri dari masing-masing siswa, pada penelitian ini semua siswa diberi perlakuan
yang sama jika ditinjau dari gaya belajar yang berbeda-beda. Siswa dengan gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada kelas eksperimen 1 misalnya semua
diberi perlakuan yang sama yaitu diterapkannya model pembelajaran TAI. Dengan
demikian siswa dengan gaya belajar yang ia miliki tidak dapat melakanakan proses
pembelajaran sesuai dengan krakteristik gaya belajarnya. Lain halnya jika siswa
dengan gaya belajar visual misalnya diberi perlakuan dengan model pembelajaran
yang melibatkan visualisasi mungkin akan memberikan dampak positif bagi siswa
tersebut. Tidak adanya pengaruh gaya belajar pada penelitian ini dikarenakan gaya
belajar siswa kelas VIII di doninasi oleh gaya belajar visual sedangkan siswa dengan
gaya belajar auditori dan kinesterik merupakan kelompok siswa dengan gaya belajar
minoritas.
Hasil tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardhani, Hanik,
dan Wulandari (2016) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara gaya belajar mahasiswa terdapat hasil belajar mahasiswa. Hasil
perhitungan manual menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
gaya belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa. Hal ini berarti gaya belajar
tidak dapat memprediksi hasil belajar matematika pada mahasiswa TIP dimasa yang
akan datang.
Hasil uji analisis dua jalan dengan sel tak sama diperoleh H0AB diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan gaya
belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 19 Surkarta tidak
terjadi interaksi antara model pembelajaran yang diberikan dengan gaya siswa
terhadap hasil belajar matematika siswa. Artinya model pembelajaran yang di terapkan
tidak berhubungan dengan gaya belajar siswa.
9
Gambar 1 Estimaded Marginal Means of Hasil Belajar
4. PENUTUP
Hasil penelitian ini diperoleh: (1) terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa
yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran TAI dan model
pembelajaran GI. Model pembelajaran TAI memiliki pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran GI (2) tidak terdapat pengaruh gaya belajar
siswa terhadap hasil belajar matematika. (3) tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Baber, H. (2020). “Determinants of Students’ Perceived Learning Outcome and
Satisfaction in Online Learning during the Pandemic of COVID19”. Journal
of Education and e-Learning Research, Vol. 7, No. 3, 285-292
Kemendikbud. (2016). Hasil Survei PISA Peningkatan Capaian Indonesia termasuk
Empat Besar. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitan dan
Pengembangan. Diakses pada 28 September 2018; dari
http://kemdikbud.go.id.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ikhtisar Data Pendidikan Tahun
2016/2017. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan.
10
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Neraca Pendidikan Daerah.
Retrieved from https://npd.kemdikbud.go.id/?: 14 November 2020
Maonde, F., Bey, A., Salam, M., Suhar., Lambertus., Anggo, M., Rahim, U., & Tiya,
K. (2015). “The Discrepancy of Students’ Mathematic Achievement through
Cooperative Learning Model, and the ability in mastering Languages and
Science”. International Journal of Education and Research. 3 (1), 141-158
Meilasari, V., Budiyono., & Slamet, I. (2016). “Eksperimentasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation
(GI), dan Pembelajaran Langsung Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau
Dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta
Tahun Pelajaran 2015/2016”. Journal of Mathematics and Mathematics
Education. 6(1). 47-57
Nasir, S., Mughal, SH., dan Rind, AA. (2021). “Investigating the Learning Styles
Preferences of First-year B.Ed. Students Studying in a Public Sector University
of Northern Sindh, Pakistan”. Sir Syed Journal of Education & Social
Research, 4(1), 304-3014.
Pambudi, P A., Mardiyana., dan Saputro, D R S. (2016). “Eksperimentasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw dan Team Assisted Individiualized (TAI)
pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) ditinjau dari
Adversity Quetient (AQ) Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2015/2016”. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika FKIP UNS. 4(10): 936-946.
Richardo, R. (2015). “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok (Group Investigation) terhadap Hasil Belajar
Matematika Berdasarkan Gaya Belajar Siswa”. Jurnal Ilmiah Edu Research.
4(1): 35-42.
Sanjaya, W. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Setiana, D S. (2016). “Komparasi Penerapan Metode Pembelajaran CTL dan
OpenEnded dengan Memperhatikan Gaya Belajar Ditinjau dari Prestasi dan
Minat Belajar Matematika”. Jurnal Mercumatika, 1(1): 13-32
Siswanto, Y., & Palupi, A E. (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TAI (Team Assisted Individualized) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada
Mata Pelajaran Memelihara Sistem Bahan Bakar Bensin Siswa Kelas XI SMK
Negeri 3 Boyolangu”. JPTM. 1(3): 72-79.
11
Sobarningsih, N., & Rachmawati, T. K. (2018). “Pengaruh Model Group Investigation
(GI) dan Group Investigation (GI) Dengan AfL Terhadap Hasil
Belajar Matematika”. JPPM. 11(2): 145-156
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarmi. (2012). Model-model Pembelajaran Geografi. Yogyakarta: Aditya Media
Publishing.
Sutama. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Surakarta: Fairuz Media.
Suyono, & Haryanto. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wardhani, I S., Hanik, U., & Wulandari, R. (2016). “Pengaruh Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika Mahasiswa Universitas Trunojoyo”. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Matematika (JP2M), 2(1), 42-54