Pembelajaran Kooperatif

19
PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DAN KEBUTUHAN SUMBER SERTA MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM MEMBUAT DAN MENYAJIKAN PETA TEMATIK DAN SIG Oleh : Rosmalia Eva Abstrak Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Model belajar kooperatif learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam pengembangan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara sesama kelompok akan meningkatkan produktifitas dan perolehan belajar, serta mendorong siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengetahui penerapan model cooperative learning pada materi pembuatan peta. Selain itu proses pembelajaran secara kognitif menekankan pada pemberian pengalaman langsung, sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang pembuatan peta tematik, dan siswa mampu menganalisis penempatan suatu lokasi yang tepat dengan menggunakan SIG. Media sangat penting dalam suatu pembelajaran karena dapat membantu pendidik dalam melakukan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemanfaatan pembelajaran kooperatif learning untuk ,eningkatkan hasil belajar peserta didik, meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim, menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah, danmemadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat peta tematik dan SIG. Model pembelajaran kooperatif learning dapat diterapkan pada kompetensi dasar pembuatan peta tematik dan SIG. Pembelajaran kooperatif pada standar kompetensi

Transcript of Pembelajaran Kooperatif

Page 1: Pembelajaran Kooperatif

PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DAN KEBUTUHAN

SUMBER SERTA MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN

KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM MEMBUAT DAN MENYAJIKAN

PETA TEMATIK DAN SIG

Oleh : Rosmalia Eva

Abstrak

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Model belajar kooperatif learning merupakan suatu model pembelajaran yang

membantu siswa dalam pengembangan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara

sesama kelompok akan meningkatkan produktifitas dan perolehan belajar, serta mendorong siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemui selama proses pembelajaran.

Tujuan penulisan artikel ini adalah mengetahui penerapan model cooperative learning pada materi pembuatan peta. Selain itu proses pembelajaran secara kognitif

menekankan pada pemberian pengalaman langsung, sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang pembuatan peta tematik, dan siswa mampu menganalisis penempatan suatu lokasi yang tepat dengan menggunakan SIG.

Media sangat penting dalam suatu pembelajaran karena dapat membantu pendidik dalam melakukan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Pemanfaatan pembelajaran kooperatif learning untuk ,eningkatkan hasil belajar peserta didik, meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi

kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama

lain dan tenggang rasa, serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim, menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar

kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah, danmemadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat peta tematik dan

SIG. Model pembelajaran kooperatif learning dapat diterapkan pada kompetensi dasar

pembuatan peta tematik dan SIG. Pembelajaran kooperatif pada standar kompetensi

Page 2: Pembelajaran Kooperatif

ini lebih bermakna dengan menggunakan media peta yang cocok yang menghasilkan

ingatan siswa dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap geografi. Kata Kunci: Pendidikan, kooperatif learning, media pembelajaran dan

pemanfaatan model

A. Pembelajaran Kooperatif Learning dalam pembelajaran Geografi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan

pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seperti diketahui di era globalisasi pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang pendidikan dibandingkan negara-negara tetangga menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk memiliki standar internasional.

Dorongan tersebut bahkan dicantumkan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi, "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional”(http://cfbe.grouply.com).

Strategi pembelajaran di samping ditafsirkan sebagai urutan kegiatan pembelajaran, sering pula dikaitkan dengan metode pembelajaran bahkan ada yang

menyamakan keduanya. Sedangkan metode pembelajaran sering pula dikaitkan dengan penggunaan media pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah penetapan komponen-komponen pembelajaran utama agar penyampaian isi pelajaran dapat

mencapai sasaran belajar dan dapat dipahami oleh peserta didik secara efektif dan efisien. Dick and Carey (1985), mengatakan bahwa suatu strategi intruksional

menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan intruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada peserta didik. Ia menyebutkan lima

komponen umum dari strategi pembelajaran sebagai berikut: 1) kegiatan pra pembelajaran, 2) penyajian informasi, 3) partisipasi mahasiswa dan 4) tes.

Selanjutnya Soekartawi, dkk (1995), juga mengemukakan komponen-komponen

Page 3: Pembelajaran Kooperatif

pembelajaran tersebut terdiri dari empat komponen, yaitu 1) urutan penyajian, 2)

metode penyampaian, 3) media pembelajaran dan 4) waktu pembelajaran. Salah satu komponen utama pada strategi pembelajaran di luar urutan kegiatan

pembelajaran adalah metode pembelajaran. Pada uraian sebelumnya telah

diungkapkan bahwa tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Karena itu, guru harus memilih metode yang

sesuai untuk setiap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyampaikan

(menguraikan, member contoh dan member latihan) bahkan ajaran kepada peserta

didik untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping metode yang dapat dimanfaatkan sebagai penyalur bahan ajaran, media juga dapat digunakan sebagai penyalur isi

bahan ajaran dalam kegiatan pembelajaran yang beraneka ragam. Guru dapat memilih salah satu atau beberapa di antaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi pembelajarannya. Media yang digunakan kegiatan pembelajaran karena memiliki

kemampuan yang bermanfaat seperti yang dikemukakan oleh Soekartawi, dkk (1995:73).

Berbagai hasil penelitian telah membuktikan adanya perkembangan dan peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif. Diantaranya adalah meningkatnya prestasi akademis, perbaikan perilaku, peningkatan kehadiran siswa,

peningkatan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa, serta bertambahnya rasa suka terhadap sekolah dan teman-teman sekelas. Disamping itu, pembelajaran

kooperatif relatif mudah diterapkan dan tidak membutuhkan biaya besar. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya

tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan

siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari,

2000:25). Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling

membantu dalam mempelajari sesuatu. Model belajar kooperatif learning merupakan suatu model pembelajaran yang

membantu siswa dalam pengembangan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan

kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara sesama kelompok akan meningkatkan produktifitas dan perolehan belajar, serta

mendorong siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemui selama proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pembelajaran dengan kooperatif learning

akan dapat mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek efektivitas siswa dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip

kooperatif sangat baik digunakan untuk tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif maupun konatif.

Page 4: Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu strategi

pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda, melakukan berbagai macam kegiatan belajar untuk memudahkan siswa

dalam menguasai suatu mata pelajaran. Masing-masing anggota tim tidak hanya memiliki tanggung-jawab untuk belajar dan mempelajari apa yang sedang diajarkan,

tapi juga harus membantu rekan sekelompok dalam belajar. Suatu kelompok bisa dikatakan belum tuntas menguasai suatu materi jika masih ada salah satu anggota belum menguasai materi tersebut.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994):

Adanya persepsi bahwa keberhasilan atau kegagalan kelompok berarti keberhasilan atau kegagalan bersama.

Rasa tanggung-jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, dan tanggung-

jawab terhadap diri sendiri. Pandangan bahwa semua memiliki tujuan yang sama.

Adanya pembagian tugas dan tanggung-jawab antara para anggota kelompok. Evaluasi siswa berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. Kesempatan berbagi kepemimpinan antar anggota kelompok.

Ketrampilan bekerja-sama selama proses pembelajaran. Setiap siswa akan diminta untuk mempertanggung-jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Thomson, et al. (1995), dalam kelompok kooperatif siswa belajar

bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu dengan yang

lain. Kelompok-kelompok kecil tersebut beranggotakan 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen, juga jenis kelamin, dan suku. Heterogenitas ini

bermanfaat untuk melatih siswa dalam menerima perbedaan serta bekerja sama dengan teman yang memiliki latar belakang berbeda.

Pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar siswa

dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik. Selama kerja kelompok, siswa mendapat lembar kegiatan berisi

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan, dan tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar. (Slavin, 1995)

1. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001),

yaitu;

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

b. Group Investigation c. Jigsaw d. Structural Approach

Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;

Page 5: Pembelajaran Kooperatif

a. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada

pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan

b. Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika

untuk tingkat 3-6 (setingkat TK). Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur

tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111). a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan

siswa dalam kelas

b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga

macam struktur tujuan, yaitu: Struktur tujuan individualistik Struktur tujuan kompetitif

Struktur tujuan kooperatif c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada

kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.

2. Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif

Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,

b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah, c. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

yang berbeda-beda, d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut

(Ibrahim, M., dkk., 2000: 10) a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran

b. Menyampaikan informasi c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar d. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

e. Evaluasi atau memberikan umpan balik. f. Memberikan penghargaan

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai

Page 6: Pembelajaran Kooperatif

berikut:

a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling

menghargai satu sama lain. c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan

ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam

keterampilan sosial.

4. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif

Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki

siswa tetapi juga ketrampilan yang lain. Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain: a. Keterampilan-keterampilan Sosial

b. Keterampilan Berbagi c. Keterampilan Berperan Serta

d. Keterampilan-keterampilan Komunikasi e. Pembangunan Tim f. Keterampilan-keterampilan Kelompok

5. Konsep Dasar Kooperatif Learning

Dalam menggunakan model belajar kooperati learning di kelas, ada berbagai konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru. Konsep tersebut

meliputi: a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif d. Interaktif yang bersifat terbuka

e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial positif h. Tindak lanjut (follow up) i. Kepuasan dalam belajar

6. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif Learning

Langkah-langkah dalam penggunaan model kooperatif learning secara umum (Stahl, 1994, Slavin, 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:

a. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana program

Page 7: Pembelajaran Kooperatif

pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target

pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan sosial. Guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil. Untuk

memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama

pembelajaran. Hal ini mutlak harus guru, karena dengan demikian siswa bisa mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung.

b. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam

belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Guru menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan agar siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Langkah berikutnya yang harus

dilakukan adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah dipelajari. Berikutnya guru membimbing

siswa untuk membuat kelompok pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual untuk menemukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini dilaksanakan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan

mahasiswa dalam kelompoknya masing-masing. Dan pada saat mahasiswa belajar secara kelompok, maka guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi

kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.

c. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru

mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok dari segi memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama

kegiatan belajar berlangsung. Pemberian pilihan dan kritik membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya. Di sampng itu, pada saat kegiatan

berlangsung siswa terlibaht dalam diskusi dalam kelompoknya masing-masing, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individual

maupun klasikal. d. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-

masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas

ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan megkoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja

yang telah ditampilkannya.

7. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Learning

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada

kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

Page 8: Pembelajaran Kooperatif

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu: a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa

ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan

sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

8. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam

waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok. Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu

diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik

mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan

sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca.Untuk menciptakan kelompok

Page 9: Pembelajaran Kooperatif

kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga

setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, disarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat

orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul don bertukar informasi. Selanjutnya,

pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.Penilaian juga dilakukan dengan cara yang

unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap

anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa

mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-

rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative

Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran

Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung

jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu

bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas clan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan

menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil

masing-masing anggota.Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, meman-faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap

anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi

Page 10: Pembelajaran Kooperatif

modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi

tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup ponjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don

interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar Anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,

pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan don berbicara. Keberhasilan suatu kelompok

juga bergantung pada kesediaon para anggotanya untuk saling mendengarkan don kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara

berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang

yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok

ini jugs merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini

merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar serta membina perkembangan mental emosional para siswa.

e. Evaluasi Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa

waktu setelah beberapa kali pembelaiar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

9. Implikasi dalam pembelajaran Geografi

Ada beberapa elemen dasar yang digunakan untuk mengangkat permasalahan dalam pembelajaran Geografi, diantaranya :

a. Bentuk – bentuk bumi

1) Bagaimana menggunakan peta dan kenampakan – kenampakan geografis

untuk menginterpretasi dan menganalisis peristiwa peristiwa di dunia 2) Bagaimana menggunakan peta pikiran untuk mengorganisasikan informasi

3) Bagaimana mengorganisasikan analisis dan interaksi spasial, serta bagaimana menggunakan ide tersebut untuk mengambil keputusan

Page 11: Pembelajaran Kooperatif

b. Wilayah dan Region

1) Karakteristik fisik manusia di suatu wilayah 2) Kreativitas penduduk dan variasi yang kompleks di muka bumi 3) Bagaimana budaya dan pengalaman penduduk dalam mempersepsikan

wilayah dan region c. Sistem Fisik

1) Bentuk dan proses fisik, siklus – siklus di permukaan bumi 2) Karakteristik, distribusi ekosistem, produktivitasnya, dan keragamannya

d. Sistem Manusia

1) Karakteristik, distribusi, migrasi penduduk, serta dampak terhadap fisik dan manusianya

2) Karakteristik budaya, bagaimana perubahan budaya, bagaimana teknologinya mempunyai dampak terhadap standar kehidupan

3) Bentuk dan fungsi pemukiman penduduk, lokasi dan struktur kota, serta hal

– hal yang menyebabkan perubahan settlement 4) Bentuk – bentuk dan jaringan ekonomi, dan bagaimana penduduk hidup

dalam isu ekonomi lokal dan global 5) Konflik atau kerjasama, bagaimana kekuatan konflik internal dan eksternal

e. Lingkungan dan Masyarakat

1) Bagaimana kegiatan manusia dapat mempengaruhi lingkungan fisik? Bagaimana masyarakat membuat devisa dari perubahan lingkungan?

2) Bagaimana pengaruh sistem fisik teradap sistem manusia? Bagaimana bencana alam berpengaruh pada kehidupan manusia?

3) Perubahan dalam memahami dan menggunakan sumberdaya, kebijakan

terhadap sumberdaya, dan bagaimana mendaur ulang sumberdaya tersebut

f. Kegunaan Geografi

1) Bagaimana menginterpretasi masa lampau? Bagaimana proses – proses geografi kesejarahan?

2) Bagaimana menginterpretasi dan merencanakan sesuatu ke depan untuk memecahkan permasalahan dan membuat keputusan (Gersmehl,2008

dalam sumarmi, 2012) Topik – topik yang menarik untuk diangkat sebagai permasalahan bisa berupa

:Earth subsystems,The carbon cycle,Rocks and minerals,Fossils resources,The

soil,Gas hydrates,The sea,Drinking water,Earthquake,Climate changes dan Biodiversity changes.

Hakikatnya, pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk membantu sisiwa atau anak didiknya agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha – usaha yang

terencana dalam memanipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sadiman dalam Kustandi dan sutjipto, 2011).

10. Implikasi dalam Media Pembelajaran

Page 12: Pembelajaran Kooperatif

Dalam suatu proses belajar mengajar,dua unsur yang amat penting adalah metode

mengajar dan media pembelajaran. Media berfungsi untuk tujuan pembelajaran, dimana informasi yang terdapat dalam media pembelajaran harus melibatkan siswa, baik dalam benak atau mental, maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata, sehingga

pembelajaran dapat terjadi. Untuk dapat memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan

sempurna maka diperlukan alat yang dapat membantu. Alat tersebut dikatakan sebagai media Pembelajaran.

Kedudukan media pembelajaran dalam sistem pembelajaran adalah : alat bantu,

alat penyalur pesan, alat penguatan, dan dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas dan menarik. Menurut Kemp dan Dayton (dalam

Kustandi dan Sutjipto,2012), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendenga yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat dan tindakan, (2) menyajikan

informasi, (3) memberi intruksi. Dalam perkembangannya,media pembelajaran mengikuti arus perkembangan

teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah sistem percetakan yang bekerja atas dasar prnsip mekanistik. Kemudian lahir teknologi audio visual, yang menggabungkan penemuan mekanistik dan elektronik

untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro – processor yang melahirkan pemakaian komputer dan kediatan interaktif (Kustandi

dan Sutjipto, 2012). Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, maka media pembelajaran dapat dikelompokkan kealam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi dan cetak, (2) media hasil teknologi audi visual, (3) media hasil teknologi

yang berdasarkan komputer, (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer Berdasarkan pada pengklasifikasian para ahli, maka karakteristik atau ciri – ciri

khas suatu media berbeda, berdasarkan tujuan dan maksud pengelompokannya. Untuk itu, sebenarnya media dipilih dan dignakan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dalam rangka mempermudah proses belajar, sehingga peseta didik

dapat memahami materi yang disampaikan. Ada beberapa benda yang digunakan sebagai alat bantu dan dikatakan sebagai kelompokmedia sederhana, diantaranya :

gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan (chart), grafik, poster, peta, globe, papan tulis, papan flanel, papanbuletin, flip chart, akuarium, bangun ruang, diorama dan herbarium. Ada pula ragam media pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk

membantu dalam proses belajar mengajar antara lain : media audio, media proyeksi, film dan video, komputer dan multimedia.

Kustandi dan Sutjipto (2012) menjelaskan beberapa tips atau pertimbangan – pertimbangan yang dapat digunakan guru dalam melakukan seleksi terhadap media pembelajaran, yaitu :

Menyesuaikan jenis media dengan kurikulum Keterjangkauan dalam pembiayaan

Ketersediaan perangkat keras untuk pemanfaatan media pembelajaran Ketersediaan mediapembelajaran di pasaran

Page 13: Pembelajaran Kooperatif

Kemudahan memanfaatkan media pembelajaran.

Menurut taksonomi Leshin (dalamKustandi dan Sutjipto,2012) media pembelajaran meliputi: media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio visual dan media berbasis komputer.Dalam

pembelajaran berbasis masalah, penggunaan media pembelajaran yang paling tepat adalah penggunaan media berbasis manusia. Karena media berbasis manusia

mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala socrates. Rancangan pembelajaran yang berpusat pada masalaha, dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar.

Langkah – langkah yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi pokok – pokok bahasan Mengembangkan sajian pembelajaran mencakup semua informasi yang

diharapkan siswa jharus dikuasai

Menetapkan jenis informasi yang diinginkan dari siswa; kembangkan pertanyaan atau strategi lain yang memerlukan keikutsertaan siswa menganalisis,

mensintesis, mengevaluasi, atau membuat keputusan Menentukan pesan – pesan yang ingin disampaikan Menetapkan butir – butir diskusi penting.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menarik perhatian adalah : (a) memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang

relevan dengan siswa, abagaimana siswa akan menggunakan atau menerapkan informasi baru ini, (b) menginformasikan kepada siswa apa yang diharapkan dapat mereka kerjakan, dan (c) memulai dengan mengajukan pertanyaan atau mengajukan

masalah yang memusatkan perhatian terhadap informasi yang harus dipelajari oleh siswa.

11. Lingkungan belajar

Geografi sebagi ilmu yang mempelajari tentang gejala – gejala dipermukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan ini sangat cocok untuk

memanfaatkan alam sekitar sebagai lingkungan belajarnya. Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan alam disekitarnya adalah

gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain adalah Fr.Finger (1808 – 1888) disebut dengan “heimatkunde” (pengajaran alam sekitar) dan J.Ligthart (1815-1916) di Belanda dengan “het volle leven”(kehidupan senyatanya)

(Sagala, 2010). Beberapa prinsip gerakan “heimatkunde” : a. Guru dapat memperagakan secara langsung sesuai dengan sifat – sifat atau dasar

– dasar pengajaran b. Pengajaran di alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak – banyaknya agar

anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja,dan;

c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas.

Page 14: Pembelajaran Kooperatif

Alam sekitar tidak berbeda untuk anak maupun orang dewasa, segala kejadian di

alam merupakan sebagian dari hidupnya sendiri. Kaitannya dengan Pembelajaran berbasis masalah adalah bagaimana lingkungan sekitar memberikan pembelajaran bagi siswa bahwa yang terjadi tidaklah terlepas dari masalah. Bagaimana siswa

melihat krisis – krisis signifikan yang melanda dunia : perang, depresi, ekonomi, terorisme internasional, kelaparan, inflasi, dan percepatan peningkatan ekonomi.

Setelah melihat hal tersebut, siswa membawa kedalam kelas, siswa dituntut untuk mmapu menganalisis dan memecahkan masalah terjadi dengan kacamatanya sendiri dan kapasitasnya sebagai peserta didik dan sebagai anggota masyarakat sesuai dengan

tingkat usianya.

B. Kebutuhan Media dan Sumber dalam Pembelajaran Kooperatif Learning

1. Media dalam Pembelajaran Kooperatif Learning

Media sangat penting dalam suatu pembelajaran karena dapat membantu pendidik dalam melakukan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Misalnya untuk mempelajari bagaimana kehidupan makhluk hidup di dasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar lautan, atau membelah dada manusia hanya umtuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,

seperti cara kerja jantung ketika memompakan darah. Jadi media disini dapat dikatakan sebagai alat peraga pembelajaran yang membantu proses belajar.

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgard Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut kemudian dinamakan kerucut pengalaman cone of experiment.

Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan gambaraqn bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau

mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.

Pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa

verval. Hal ini di gambarkan oleh Edgar Dale, hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami

dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut sehingga dapat menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Olehnya itu sebaiknya diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih kongkret, pesan yang ingin di capai, dilakukan

melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa. Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain dapat

menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga gairah siswa untuk menangkap pesan akan semakin berkurang, karena siswa kurang di ajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa

baik fisik maupun psikis. Media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :

a) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu

Page 15: Pembelajaran Kooperatif

Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat di abadikan dengan

foto, film, atau direkam melalui video atau radio. Kemudian peristiwa tersebut disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan. Misalnya guru dapat menjelaskan gerhana matahari yang langka melalui hasil rekaman video.

b) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu Dengan media pembelajaran bahan pelajaran yang bersifat abstrak akan

menjadi kongkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.

Media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang terlalu

besar dan objek yang terlalu kecil. Untuk menampilkan objek tersebut, pendidik atau guru dapat memanfaatkan film slide, foto-foto, atau gambar. Benda-benda

kecil dapat ditampilkan pula dengan memanfaatkan mikroskop dan microprojector.

Untuk memanipulasi keadaan, juga media pembelajaran dapat menampilkan

suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat yang sulit diikuti seperti gerakan mobil, gerakan kapal terbang, atau sebaliknya dapat mempercepat gerakan-

gerakan yang lambat seperti gerakan pertumbuhan tanaman. c) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga

perhatian siswa terhadap materi pembelajaran meningkat. Dari beberapa fungsi di atas maka media pembelajaran memiliki nilai praktis

sebagai berikut: a) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa b) Media dapat mengatasi batas ruang kelas

c) Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan

d) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat f) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar

dengan baik g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru

h) Media dapat mengontrol kecepatan belaajar siswa i) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang

kongkret sampai yang abstrak.

Media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :

a) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran c) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. d) Media yang digunakan memerhatikan efektivitas dan efesien.

Page 16: Pembelajaran Kooperatif

e) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

mengoperasikannya. 2. Sumber dalam Pembelajaran Kooperatif Learning

Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai

dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pengajaran tradisional, guru sering hanya menetapkan buku sebagai

sumber belajar. Dalam proses pembelajaran yang dianggap modern sesuai tuntutan

standar proses pendidikan dan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, maka sebaiknya guru memanfaatkan sumber lainnya

selain buku. Beberapa sumber balajar yang bias dimanfaatkan oleh guru khsusunya dalam

setting proses pembelajaran didalam kelas diantaranya adalah :

a) Manusia sumber b) Alat dan bahan pengajaran

c) Berbagai aktivitas dan kegiatan d) Lingkungan atau setting

C. Pemanfaatan model Pembelajaran Kooperatif Learning untuk

Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik Dalam Membuat Dan Menyajikan

Peta Tematik Dan SIG

Pembelajaran Kooperatif sangat tepat untuk mengaktifkan siswa di dalam kelas

sehingga pemilihan metode ini yang diharapkan pembelajaran tidak membosankan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun manfaat pembelajaran

kooperatif dalam meningkatkan kompetensi siswa diantaranya: 1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan

kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pembelajaran.

3. Meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim.

4. Menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang

rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah. 5. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan. 6. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.

7. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya. Materi pembuatan peta tematik dan SIG terdapat pada materi SMA kelas XII pada

program IPS. Tercantum pada kurikulum 2013 dengan kompetensi inti 4. mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

Page 17: Pembelajaran Kooperatif

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta

bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metodasesuai kaidah keilmuan. Dengan kompetensi dasar membuat dan menyajikan peta tematik dan SIG.

Secara afektif, akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter yaitu siswa

dapat menunjukkan sikap kerjasama memiliki tanggung jawab, terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain yang menyampaikan pendapat selama

pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa mampu mengapresiasikan kemampuan siswa dalam menggambar dan mengembangkan nilai estetisnya. Hal ini dapat pula mengembangkan keterampilan sosial. Selama proses pembelajaran siswa dapat

menunjukkan keterampilan sosial seperti bertanya, mendengarkan pendapat orang lain, menerima kritik dan saran serta berkomunikasi dengan baik.

Hal ini tentunya tidak lepas dari indikator yang akan dicapai oleh siswa yang meliputi indikator kognitif, afektif dan psikomotor. Indikator afektif dan psikomotor yang harus siswa pahami yaitu membuat peta tematik dan menganalisis penempatan

suatu lokasi yang tepat dengan menggunakan SIG. Sedangkan indikator afektifnya meliputi karakter dan keterampilan sosial dimana siswa mematuhi aturan

pembelajaran, bertanggung jawab mengerjakan tugas dan jujur selama kegiatan berlangsung. Bertanya, memberikan pendapat dan berkomunikasi dalam pembelajaran dalam pembuatan peta tematik dan SIG.

Media yang diperlukan yaitu buku Geografi XII, LKS siswa kelas XII, peta, 5 lembar Plastik transparan ukuran A4, spidol warna permanen dan penggaris.

Dalam membuat dan menyajikan peta tematik dan SIG, hal yang paling utama dilaksanakan adalah pembuatan skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran ini didasarkan oleh pembuatan skenario praktek dan pembuatan peta tematik dan SIG.

Langkah-langkah pembuatan ini dengan cara: (1) menyiapkan bahan-bahan untuk praktek, (2) interpretasi citra yang ditugaskan, (3) menentukan judul peta tematik

yang siswa buat, (4) menentukan warna spidol yang tepat untuk menandakan simbol pada peta, misalnya: merah (jalan), coklat (pemukiman), hutan (hijau tua), kebun/tegalan (hijau muda), biru (sungai) dan lain sebagainya, (5) tumpang susun

citra dan plastik transparan untuk menjiplak peta yang akan dibuat, (6) mengingatkan siswa untuk mencantumkan komponen-komponen dalam peta, (7) memastikan peta

yang siswa buat telah memenuhi syarat, (8) melakukan uji kelengkapan komponen peta dan nilai keindahan, (9) menganalisis penentuan lokasi yang tepat pada peta penggunaan lahan yang telah di tumpang susun dan tahap terakhir (10)

mempresentasikan hasil praktek. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam satu pertemuan (3 x 45 menit)

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Tentunya guru telah merancang dan menuangkannya dalam bentuk desain pembelajaran berupa RPP dan Silabus.

Pembuatan peta tematik dan SIG ini menggunakan metode kooperatif learning

metode diskusi dengan kegiatan awal (15 menit) sebagai berikut: a. Guru memasuki kelas dan mengucapkan salam kepada siswa.

b. Guru mengecek presensi siswa. c. Guru memberikan apersepsi:

Page 18: Pembelajaran Kooperatif

Meminta siswa untuk menjawab pertanyaan prasyarat yang berkaitan dengan

materi yang dibahas. Menyampaikan kegunaan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan

sehari-hari (khususnya yang berkaitan dengan kompetensi dasar).

d. Guru memberikan motivasi dengan menayangkan google earth.

Kegiatan Inti (90 menit) sebagai berikut: a. Guru mengecek tugas kelompok siswa pada pertemuan sebelumnya. b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5 orang.

c. Setiap kelompok ditugaskan untuk membawa 3 peta daerah tertentu dengan dilengkapi dengan unsur-unsur peta dari internet.

d. Siswa diminta untuk mengidentifikasi peta yang mereka bawa. e. Setelah itu, setiap kelompok diminta untuk menjiplak peta daerah tersebut di atas

plastik tranparan dengan ketentuan satu tema.

f. Misalnya, kelompok 1 membawa 3 peta daerah X, setiap siswa dalam kelompok ditugaskan untuk membuat salah satu peta, misalnya:

Siswa 1, membuat peta sungai daerah X. Siswa 2, membuat peta jalan daerah X. Siswa 3, membuat peta pemukiman daerah X.

g. Setelah pembuatan peta dilakukan, siswa diminta tumpang susun peta tersebut dan menjadikannya sebuah peta penggunaan lahan daerah X.

h. Siswa berdiskusi mengenai penempatan lokasi tertentu(misalnya, lokasi industri, pasar, menempatan poster, penempatan atm dan lain-lain) pada daerah X tersebut.

i. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dan analisisnya.

Penutup (15 menit) a. Guru memberikan refleksi terhadap materi pembelajaran yang telah dibahas. b. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

c. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa. Penilaian yang dilakukan dapat berupa jenis tagihan tugas kelompok yaitu

mengumpulkan peta yang diperoleh dari internet. Selain itu instrument penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah pembelajaran dengan memperhatikan diskusi dan hasil presentasi siswa. Adapun rubik penilaian peta yang dibuat siswa dilihat dari

aspek keindahan/estetis, komponen kelengkapan peta, kerapihan dan ketelitian, keuletan ketika mengerjakan, sikap dalam kelompok dan kerjasama.

Rubrik penilaian diskusi model kooperatif ini yaitu pemahaman materi pembahasan, kemampuan melakukan analisis, kemampuan menyampaikan pendapat, partisipasi dalam kelas dan kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi.

Kriteria penilaian meliputi nilai kualitatif dan kuantitatif yaitu memuaskan (100), baik (90-80), cukup (70-65) dan kurang (<65).

Page 19: Pembelajaran Kooperatif

Daftar Pustaka

Anang.(2010). One Minute Before Teaching – Strategi Membangun Atmosfer Pembelajaran yang Dinamis dan Sarat Makna. Bandung : Alfabeta.

Dick, W. and Carey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction (2nd Ed,),

Glecview, Illinois: Scot, Foresman and Company. Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University

Press. Rancangan Intruksional (Intructional Design): Untuk Memperbaiki Kualitas

Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafinda Persada.

Sadiman, Arif S, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengambangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Kencana, Jakarta: 2010.

Solihatin, Enting dan Raharja. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara,tt.

Soekartawi, Suhardjono, T. Hartono Dan A. Ansharullah. 1995. Meningkatkan http://cfbe.grouply.com. Diunduh pada tanggal 05 Juni 2013. Pukul 20.15.