PEMBELAJARAN IPA DAN IPS BERBASIS INTEGRASI DAN...
Transcript of PEMBELAJARAN IPA DAN IPS BERBASIS INTEGRASI DAN...
i
PEMBELAJARAN IPA DAN IPS
BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI
DENGAN PAI
(STUDI KASUS DI MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI MA‟ARIF
KEBONSARI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014)
Oleh
FAJRUL „AROFAH
NIM .MI. I2. 024
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Agama Islam
PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Fear God and you will have no cause to fear any one
(Takutlah kepada Tuhan dan tidak ada alasan bagimu takut kepada sesuatu
yang lain)
Knowledge is wisdom and educated man is the wise man
Ilmu pengetahuan adalah hikmah dan orang yang terdidik adalah orang
yang bijak
Barang siapa sungguh-sungguh dalam usahanya, maka akan tercapailah
kesuksesannya (penulis)
......maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika
kamu tidak mengetahui (QS. An Nahl : 43)
Jangan anggap dirimu pandai jika sudah mengetahui sesuatu, jangan
anggap dirimu kaya jika sudah memiliki sesuatu, karena masih ada yang
serba Maha, Dialah Allah Swt
v
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada :
1. Ayahanda yang tercinta H. Djuwandi, S. Pd. I yang telah damai dalam
RabbNya.
2. Suamiku Mas Harbani yang telah membiayai dan membimbingku dengan
sabar.
3. Anakku tercinta, Raichan Bachtiar Ahmad Arfani yang selalu menjadi
penyejuk dalam hidupku.
4. Semua dosen Pascasarjana STAIN Salatiga
5. Bu Akhri Istianah dan keluarga yang selalu memberi semangat
6. Teman-teman di MI Ma‟arif kebonsari Borobudur.
7. Rekan-rekan mahasiswa pasca STAIN Salatiga
vi
vii
ABSTRAK
Fajrul „Arofah, “Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi
dan Interkoneksi dengan PAI (Studi Kasus di MIN Mlangen Salaman
dan MI Kebonsari Borobudur Tahun Pelajaran 2013/2014)”. Tesis
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pasca Sarjana,
Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga, pembimbing DR. H. Sa‟adi, M.
Ag. dan DR. Budiyono Saputro, M. Pd.
Latar Belakang penelitian ini adalah pendidikan dari masa ke
masa terus melakukan inovasi sehingga mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Namun proses perubahan yang tidak seimbang antara
perkembangan dengan kematangan kepribadian yang dialami anak didik
pada gilirannya hanya membentuk anak didik sebagai sosok spesialis
materi tertentu yang kurang memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungan sekitar yang cukup rentan. Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses integrasi
interkoneksi pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI dan kendala yang
dihadapi serta kebijakan yang diambil untuk mengatasinya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara,
atau penelaahan dokumen. data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan
dalam bentuk angka. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi
dengan PAI bertujuan untuk mengatasi perkembangan yang serba
kompleks dan tak terduga pada masa saat ini serta tanggung jawab global
sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan sumber daya manusia yang
memiliki kualitas. Sedangkan sistematika pembelajaran materi IPA dan
IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI melalui
pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Kendala yang terjadi dalam pembelajaran materi IPA dan IPS
dengan PAI belum adanya buku standar berakibat proses pengintegrasian
diserahkan secara menyeluruh kepada masing-masing guru. Kebijakan
yang ditempuh dengan menggunakan tiga pola, justifikasi, spiritualisasi
dan pendekatan pembelajaran terpadu dengan tipe integrated pada pola
justifikasi guru melakukan pembenaran dengan nilai Islam terhadap
materi yang terdapat dalam bahan ajar IPA/IPS.
vii
viii
ABSTRACT
Fajrul 'Arafah, "Learning Science Education (IPA) and Social
Education (IPS) using Integrasion and Interconnection With Islamic Education
(PAI) (Studi case in MIN Mlangen Salaman and MI Ma’arif Kebonsari
Borobudur in the school year 2013/2014)". A Thesis of Islamic Education
Study Program (PAI), for Post Graduate Programs, Academy of Islamic Study
Salatiga. The counselors: DR. H. Sa'adi, M. Ag. Dan DR. Budiyono Saputro,
M. Pd.
Background of this study is for education since this time future. It can be
increase so fast. Howefer the change of the process unbalance between the
students being a particular matter who didn’t have attention in the
environment. National education is for develop the ability and create the
character and nationality in context to educate the life of the nation.
The purpose of this research to know the process of integration and
interconnection to learn science education (IPA) and social education (IPS)
with Islamic education (PAI) and the problem that happen with the problem
solving. This research used qualitative method as observation, interviews and
review of document (questioner). The date showed in verbal not numerical.
Based of the research the writer find that the learning science education (IPA)
and social education (IPS) with Islamic studies (PAI) using integration and
interconnection nothing the standard book that the teacher used with consist of
science education/social education refers to Islamic value. It cause the process
integration gave to the each teacher while the systematic learning science
education (IPA) and social education (IPS) with Islamic education (PAI) using
observation, comprehension and application in life.
The problem that happen in learning science education (IPA) and social
education (IPS) with Islamic education (PAI) nothing the standard book. It
cause the process of integration gave to the each theacher. The policy
implemented using three pattern such as justification, spiritualization and
integrated learning approach with the Islamic value of the material the
teaching learning science education (IPA)/social education (IPS)
viii
ix
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah
memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
Islam. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan umat akhir
zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini
tidak lepas dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan berbagai
pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawi, M. Ag. selaku Direktur Program
Pascasarjana STAIN Salatiga
3. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M. Ag. dan Bapak Dr. Budiyono Saputro, M. Pd.
yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana STAIN Salatiga.
5. Bapak Nasikhun, S. Pd.I. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Mlangen Salaman
6. Bapak Najmudin, S. Pd. I. Kepala Madrasah MI Ma‟arif Kebonsari
Borobudur
7. Rekan-rekan guru di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari Borobudur
8. Ayah, Ibu dan Suamiku tercinta serta keluarga atas doa restu dan
motivasinya
9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaiakan tesis ini
ix
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. …. ii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………… v
ABSTRAK ……………………………………………………………….. vii
PRAKATA ………………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………. 1
B. RumusanMasalah ………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………. 5
D. Kegunaan Penelitian …………………………… 7
E. Kajian Pustaka ………………………………… 7
F. Kerangka Pemikiran………………………..… 9
G. Metode Penelitian…………………………….. 12
H. Sistematika Pembahasan ……………………… 17
BAB II : LANDASAN TEORI ………………………… 19
A. Historisitas Munculnya Pandangan Dikotomi
Terhadap Ilmu Pengetahuan ……….................. 19
B. Munculnya Dikotomi Ilmu dalam Islam ……… 21
C. Hubungan Islam dalam pembelajaran Sains ….. 29
D. Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial 34
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar …………… 51
F. Konsep Integrasi dan Interkoneksi IPA dan IPS
Dengan PAI ………………………………… 54
xi
xii
BAB III : DESKRIPSI DATA MIN MLANGEN SALAMAN DAN MI
KEBONSARI BOROBUDUR …………. . ……….. 59
A. MIN Mlangen Salaman …………………… ……. . 59
B. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur ……………….. . 81
BAB IV : ANALISIS PEMBELAJARAN IPA DAN IPS DENGAN PAI
BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI……... 89
A. Proses Pembelajaran materi IPA dan IPS
dengan PAI ………………..……………………. 89
B. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran
materi IPA dan IPS dengan PAI…….. ……..…. 96
BAB V : PENUTUP ……………………………………………….. 100
A. Kesimpulan……………………………………… 100
B. Saran …………………………………………… 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Terpadu ………………… …. 55
Tabel 2.2 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI
Kelas 1 semester I ……………………………………………… 57
Tabel 2.3 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI
Kelas II Semester I…………………………………………… 58
Tabel 2.4 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI
Kelas III Semester I ……………………………………………... 58
Tabel 2. 5 Data Guru MIN Mlangen Salaman ……………………….. … 66
Tabel 2.6 Daftar Karyawan MIN Mlangen Salaman …………………… . 67
Tabel 2.7 Jumlah Peserta Didik MIN Mlangen ………………………. 68
Tabel 2.8 Data Jumlah Guru MI Kebonsari Borobudur ………………. 87
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Proses pendidikan dari masa ke masa terus melakukan inovasi,
sesuai dengan perkembangan dan kemampuan manusia itu sendiri,
sehingga mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal itu terbukti
dengan adanya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan baru yang
sekaligus menunjukkan bahwa pendidikan selalu bersifat maju dan
berorientasi ke depan. Dalam perkembangannya, trend dunia
pendidikan abad 21 kelihatannya berorientasi pada pengembangan
potensi manusia, dan tidak lagi memusatkan pada kemampuan
teknikal dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi alam
sebagaimana abad 20.
Namun proses perubahan yang tidak seimbang antara
perkembangan dengan kematangan kepribadian yang dialami anak
didik pada gilirannya hanya membentuk anak didik sebagai sosok
1
2
spesialis materi tertentu yang kurang memiliki rasa kepedulian
terhadap lingkungan sekitar yang cukup rentan. Sebagaimana yang
tercantum dalam UU nomor 20 tahun 2003 bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.1
Fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut akan sangat sulit
terwujud tanpa adanya pemahaman yang integral antara materi satu
dengan yang lain. Sisi tujuan dari UU Nomor 20 Tahun 2003,
esensinya adalah terkait dengan pengembangan masalah keimanan
dan ketaqwaan, maka akan sangat penting untuk dapat diaplikasikan
dengan adanya pengintegralisasian materi dengan nilai-nilai muatan
nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran.
Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada tiga komponen
penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen tersebut
adalah materi yang akan diajarkan, proses mengajarkan materi dan
hasil dari proses pembelajaran tersebut. Ketiga aspek ini sama
pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk
1 Depdiknas, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta : Dirjen pendidikan Dasar dan menengah), 5.
3
lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini
dirasakan dan dialami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan
efektif dalam menjalankan proses pembelajaran. Selama ini, di
sekolah para guru banyak yang hanya terpaku pada materi dan hasil
pembelajaran. Mereka disibukkan oleh berbagai kegiatan dalam
menetapkan tujuan (kompetensi) yang ingin dicapai, menyusun
materi apa saja yang perlu diajarkan, dan kemudian merancang alat
evaluasinya.Namun satu hal penting yang seringkali dilupakan adalah
bagaimana mendesain proses pembelajaran secara baik agar bisa
menjembatani antara materi (tujuan/kurikulum) dan hasil
pembelajaran.2
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di
tingkat SD/MI merupakan program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan ilmiah siswa
serta rasa mencintai dan mengagumi kebesaran Allah. Sedangkan
materi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang
bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi
menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk
kepentingan pembelajaran.
Pada tanggal 11 Juli 2014 penulis melakukan pra penelitian di
MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur bahwa
pembelajaran IPA maupun IPS di tingkat MI dalam dataran
2Hamruni, Pembelajaran Berbasis Edutainment, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2013, 3.
4
aplikasinya hanya menekankan pada aspek kognitif dan hafalan saja.
Padahal salah satu tujuan dan nilai dalam pembelajaran IPA di tingkat
MI salah satunya adalah meningkatkan nilai keyakinan terhadap
Tuhan YME melalui bukti-bukti ilmiah yang tersusun secara
sistematis dalam wujud alam semesta beserta kelengkapannya yaitu
dengan keberadaan makhluk hidup maupun benda mati. Sedangkan
dilihat dari tujuan materi IPS pada hakekatnya adalah membentuk
siswa memiliki kepribadian sosial yang baik.
Pembelajaran IPA dan IPS di MIN Mlangen Salaman dan MI
Ma‟arif Kebonsari Borobudur telah ada upaya dari lembaga dengan
cara mengintegrasikan materi IPA dan IPS khususnya dengan
pendidikan nilai Islam, namun masih perlu adanya evaluasi dan lebih
dikembangkan lagi dalam proses pembelajarannya. Dalam
Implementasi kurikulum KTSP juga perlu adanya pengintegrasian
dalam berbagai mata pelajaran, menjadikan satu kesatuan sehingga
dapat membentuk siswa yang mempunyai karakter yang diharapkan.
Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis akan meneliti
proses pembelajaran di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari Borobudur dengan judul Pembelajaran IPA dan IPS
Berbasis Integrasi dan Interkoneksi dengan PAI
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Islam diyakini sebagai agama yang memiliki ajaran sempurna
dan komprehensif Islam memuat semua sistem ilmu pengetahuan.
5
Namun kenyataannya yang terjadi adalah sebaliknya, terdapat
pemisahan antara ilmu keduniaan yang kemudian melahirkan
perkembangan sains dan teknologi yang dihadapkan ada ilmu-ilmu
agama pada sisi lain. Madrasah dalam hal ini memiliki peran yang
sangat besar guna menjembatani dikotomi antar bidang studi yang
dimulai dari pendidikan tingkat dasar.
Dalam hal ini penulis mencoba meneliti tentang Pembelajaran
IPA dan IPS berbasis Integrasi Interkoneksi dalam PAI di MIN
Mlangen Salaman dan MI Maarif Kebonsari Borobudur. Berdasarkan
uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan
PAI berbasis integrasi interkoneksi kelas I, II, III di MIN Mlangen
Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur ?
2. Kendala apa sajakah yang terjadi dalam proses pembelajaran
materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi di
MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur serta
kebijakan apa saja yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut
1. Untuk mengetahui proses integrasi interkoneksi PAI dalam
pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI di MIN Mlangen
Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
6
2. Untuk mengetahui kesulitan yang terjadi dalam proses
pengintegrasian dan interkoneksi dengan materi pelajaran IPA
dan IPS dengan PAI di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari Borobudur serta mengetahui kebijakan-kebijakan
yang diambil untuk mengatasi hal tersebut.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini merupakan salah satu upaya
pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pengembangan
pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi dan interkoneksi
dengan PAI pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif
perbaikan sistem pembelajaran, khususnya pengembangan
pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi PAI.
Beberapa pihak yang memperoleh kemanfaatan dari penelitian ini
antara lain pemerintah, praktisi pendidikan, guru materi IPA dan
IPS di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari
Borobudur sebagai lembaga yang secara langsung yang
berhubungan dengan penelitian ini.
E. Kajian Pustaka
1. Muhammad Ngali Zainal Makmun (2010) menyimpulkan bahwa
Pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi interkoneksi di MIN
7
Sumberrejo Mertoyudan tiga pola: justifikasi, spiritualisasi dan
pendekatan pembelajaran terpadu dengan type integrated.
Beberapa kendala yang muncul di antaranya belum adanya buku
standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang telah memuat
materi IPA/IPS yang terintegrasi dalam Islam, tidak semua materi
dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam, belum ada
ketentuan baku dan peraturan yang mengikat secara pasti tentang
kebijakan pembelajaran integratif dengan Islam.3
2. Trianto (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran terpadu tipe
integrated (keterpaduan) adalah tipe pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan
bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan ketrampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang
tindih dalam beberapa bidang studi. Pelajaran dipusatkan pada
suatu masalah atau topic tertentu, misalnya suatu masalah di mana
semua pelajaran dengan mengacu pada topik tertentu, sedangkan
pembelajaran terpadu type connected adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok
bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep lain,
mengaitkan satu ketrampilan dengan ketrampilan, dan dapat juga
3 Muhamad Ngali Zainal Makmun, Pendidikan IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi
(Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang), Tesis Pasca Sarjana UIN Yogyakarta, 2012.
8
mengaitkan 11 pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari
berikutnya dalam satu bidang studi.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat
dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pegalaman
bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam
pengajaran terpadu, anak didik akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.4
3. Abd. Rachman Assegaf mengungkapkan integratif adalah
keterpaduan kebenaran wahyu dengan bukti-bukti yang
ditemukan di alam semesta. Struktur keilmuan yang integrative
disini tidak berarti antara berbagai ilmu tersebut lebur jadi satu
bentuk ilmu yang identik melainkan karakter corak dan hakekat
ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material dan
hakekat ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material
spiritual, akal wahyu, ilmu umum-ilmu agama, jasmani rohani
dan dunia akherat. Sedang interkoneksitasitas adalah keterkaitan
satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain akiabat adanya
hubungan yang saling mempengaruhi.5
4 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, 138-141. 5 http://Pendidikan kita-kamal. Blogspot. Com/2013/01, Pendidikan Integratif
Interkonektif. Html. Diakses 13/11/14
9
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka perbedaan yang
penulis lakukan sekarang adalah untuk mengetahui bagaimana praktek di
lapangan untuk penerapan KTSP yang mengharuskan semua pembelajaran
di kelas rendah yaitu kelas I, II, III dengan tematik (integrasi dan
interkoneksi).
F. Kerangka Pemikiran
1. Makna Integrasi Interkoneksi
Pengertian interkoneksi dan integrasi dalam Kamus Bahasa
Indonesia.6 Integrasi: pembauran hingga menjadi kesatuan yang
utuh atau bulat. Interkoneksi : hubungan satu sama lain. Dalam
integralisme versi Islam dalam pandangan Armehedi Mahzar yang
dikenal dengan dua jenjang kesepaduan, yaitu vertikal (materi,
informasi, nilai, dan sumber nilai) dan jenjang horizontal (bermula
dari manusia sebagai mikrokosmos, masyarakat sebagai
mesokosmos, dan alam semesta sebagai makrokosmos dan
sekalian alam-alam lain sebagai suprakosmos dan berakhir pada
Tuhan sebagai metakosmos. Jenjang materi, energi, informasi,
nilai dan sumber nilai, yang demikian tersebut merupakan
perumusan kembali dalam bahasa kontemporer, sebagaimana
yang oleh Imam Ghazali disebut sebagai jism, nafs, ‘aql, dan ruh.7
6 Pusat Bahasa Dep. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka,2010 437. 7 Armahedi Mahdar, Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam, Bandung:
Mizan Media Utama, 2004, xxxlx.
10
Dikatakan struktur keilmuan integrasi di sini bukan berarti antara
berbagai ilmu melebur menjadi satu bentuk ilmu yang identik,
melainkan karakter, corak, dan hakikat antara ilmu tersebut
terpadu dalam kesatuan dimensi material spriritual, akal-wahyu,
ilmu umum-ilmu agama, jasmani ruhani, dan dunia akhirat.
Sedangkan interkoneksitas adalah keterkaitan satu pengetahuan
dengan pengetahuan lain akibat adanya hubungan yang saling
mempengaruhi.8
2. Pendidikan Agama Islam
Umat Islam dididik dengan seperangkat ilmu pengetahuan atau
mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan
agama yang mempunyai fungsi tersendiri, yaitu sebagai :
a. Pengembangan dan peningkatan keimanan dan ketakwaan
b. Penyaluran bakat dan minat dalam mendalami agama
c. Perbaikan kesalahan, kekurangan dan kesalahan dalam
keyakinan mendalami agama
d. Pencegahan hal-hal negatif dalam lingkungannya atau budaya
asing yang berbahaya
e. Sumber nilai atau pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan dunia akhirat
f. Pengajaran atau penyampaian pengetahuan keagamaan
8 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,
xii.
11
Kebijakan tentang pembinaan pendidikan agama Islam secara
terpadu di sekolah umum misalnya, antara lain menghendaki agar
pendidikan agama dan sekaligus para guru agama mampu
memadukan antara mata pelajaran agama dengan pelajaran
umum. Namun demikian kadang-kadang dirasakan adanya
kesulitan terutama ketika berhadapan dengan dasar pemikiran
yang berbeda, sehingga terjadi konflik antar keduanya9
3. Integrasi pembelajaran IPA dan IPS dengan PAI
Ketertinggalan umat Islam akan sains dan teknologi
memunculkan keprihatinan di kalangan sarjana Muslim
kontemporer. Kesadaran dan tekad untuk kembali menguasai
sains dan teknologi, sebagaimana pada masa kejayaan sarjana
muslim awal, pun menyeruak di mana-mana. Misi kekhalifahan
yang rahmatan lil al‘alamin tidak mungkin dapat direalisasikan
jika umat muslim bodoh, lemah, dan bergantung pada belas
kasihan pihak luar.10
Dalam kerangka Islamisasi proses pembelajaran, teori tentang
Islamisasi ilmu pengetahuan sebagaimana diintrodusir oleh
Tohari Musnamar yang dikutip oleh Muzhafar Akhwan dapat
digunakan untuk menjelaskan pola integrasi nilai Islam dalam
proses pembelajaran terutama terkait dengan peneltian ini, yaitu
9Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda , 2001, 44. 10 Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta, Bandung: Mizan, 2012, 131.
12
materi sains dan ilmu pengetahuan sosial yang ada di jenjang
pendidikan Sekolah Dasar.11
Dalam implementasi KTSP yang mengharuskan pembelajaran
di kelas rendah dengan pembelajaran tematik (integrasi dan
interkoneksi) untuk semua mata pelajaran, peneliti berusaha mengkaji
bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS yang
diintegrasikan dan dikoneksikan dengan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang dilaksanakan di MIN Mlangen Salaman dan MI
Ma‟arif Kebonsari Borobudur.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Secara umum penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumen.12
Karena data yang akan disajikan lebih banyak data
kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan
dalam bentuk angka.13
Di samping itu Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif
dengan menggunakan metode naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Adapun
paradigma yang melandasinya adalah dari kajian filsafat
11 Muzhafar Akhwan, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press,
1992, IX-X. 12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010, 9. 13
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996, 29.
13
pospositifisme/ intepretatif konstruktif, yang memandang realitas
sosial dalam hal ini pengintegrasian nilai Islam14
pembelajaran
IPA/IPS, sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh
makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.
2. Sumber data
a. Menentukan sumber data yang dapat dipercaya baik dari sumber
observasi maupun wawancara sebagai pendukungnya.
b. Menggali data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan focus
dalam penelitian.
c. Mendokumentasikan data dan informasi yang diperoleh dalam
bentuk catatan lapangan (field note) dan transkrip wawancara
(interview transcript).
Field note pada dasarnya merupakan catatan hasil observasi
partisipatorik yang dilakukan penulis dalam mengamati kegiatan/proses
yang terjadi dalam kaitannya dengan keterlibatannya dalam
pengembangan kurikulum. Sedangkan interview transcript adalah catatan
hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap subyek penelitian.
Transkrip wawancara ini ditulis dalam gaya bahasa naratif dari pokok
pembicaraan subyek yang tercatat dalam transkrip wawancara. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan praktis sekaligus untuk memudahkan
dalam melakukan analisis data selanjutnya.
14 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,
Bandung: 2008, 14.
14
3. Subjek penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi
tetapi situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas
yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek
penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat tertentu
(place).15
Peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang
dipelajari atau sebagai sumber data.16
Subjek penelitian ini adalah
Guru IPA, IPS, PAI, Waka kurikulum dan Kepala Madrasah MIN
Mlangen Salaman Magelang dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
Magelang.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
Interview dilakukan oleh penulis dengan para guru
kelas pengampu kelas I, II, III di MIN Mlangen dan MI
Kebonsari. Interview dalam penelitian ini digunakan sebagai
metode untuk mencari data yang argumentasi tentang respon
masyarakat terhadap pelaksanaan pembelajaran di MIN
Mlangen dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur. Di samping
itu, teknik ini juga digunakan untuk mendapatkan data
tentang sistem dan hubungan antar pelaksana pembelajaran
15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012,
215 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ..., 216.
15
(tenaga pendidik) di MIN Mlangen dan MI Ma‟arif
Kebonsari. Dalam proses ini, peneliti menerima kenyataan
apa adanya dan seobjektif mungkin.
b. Observasi
Obsevasi yang dilakukan adalah pengamatan secara
terlibat (participant observation). Teknik observasi yang
dilakukan untuk mendapatkan catatan lapangan (field note)
tentang fenomena-fenomena yang terjadi secara nyata di
lapangan. Peneliti menerima pernyataan seobyektif mungkin,
namun sekaligus melibatkan diri dalam konsepsi-konsepsi
dan pandangan hidup yang diselidiki melalui pengalaman
dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki. Secara nyata, peneliti mengamati
segala fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan
pembelajaran di MIN Mlangen Salaman dan MI Ma‟arif
Kebonsari Borobudur.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan
data dengan sumber data berupa silabus, kurikulum, jadwal
kegiatan dan pengampunya.
d. Teknis Analisis
Data Analisis data dilakukan sejak data dikumpulkan.
Bersamaan dengan pengumpulan data dilakukan reduksi data.
16
Reduksi data dilakukan dengan cara indentifikasi data,
klarifikasi data, dan kodefikasi data. kemudian data
dideskripsikan dan dianalisis secara seksama.
Untuk menjaga validitas data yang diperoleh, peneliti
melakukan trianggulasi data dengan menggunakan sumber
data lain. Trianggulasi data dilakukan dengan cara mengambil
data dari subjek lain (selain yang ditetapkan dalam penelitian)
sebagai data verifikasi. Trianggulasi juga mungkin dilakukan
dengan mendiskusikan hasil analisis data dengan pakar atau
teman sejawat.
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, maka
metode analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif.
Analisa ini dilakukan dengan cara menghubungkan data
sehingga akan diketahui adanya relasi kausalitas (hubungan
sebab akibat), korelasi (hubungan saling mempengaruhi) dan
relasi linear (adanya pengaruh data yang satu terhadap data
yang lainnya). Pola pikir yang digunakan dalam analisa ini
adalah pola induksi, yaitu proses berpikir yang diawali
dengan pengamatan yang khusus untuk kemudian diambil
kesimpulan yang bersifat umum.17
17 Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1997, 3.
17
H. Sistematika Pembahasan
Bab I, berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka,
kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan.
Bab II, disajikan tentang landasan teoritis yang membahas
beberapa kajian yang sifatnya teoritis yang mengandung tema sentral.
Pada sub bab pertama dibahas tentang perkembangan siswa didik usia
Madrasah Ibtidaiyah berkaitan dengan (1) Historisitas munculnya
pandangan dikotomi terhadap Ilmu pengetahuan, (2) Munculnya
dikotomi ilmu dalam Islam di Indonesia, (3) Hubungan Islam dalam
pembelajaran Sains, (4) Hubungan agama Islam dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial, (5) Karakteristik siswa sekolah dasar.
Bab III, berisi deskripsi data Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) Mlangen Salaman Magelang dan MI Ma‟arif Kebonsari
Borobudur yang terdiri dari dua sub pembahasan. Pertama adalah
profil madrasah MIN Mlangen Salaman, (1) letak geografis (2)
sejarah berdirinya madrasah, dan (3) visi dan misi madrasah. Kedua
memaparkan kondisi objektif MIN Mlangen Salaman, (1) struktur
organisasi sekolah dan pembagian tugas, (2) keadaan guru, karyawan
dan siswa (3) sarana dan prasarana.
Bab IV, berisi analisis pembelajaran materi IPA dan IPS
dengan PAI berbasis integrasi dan interkoneksi di MIN MLangen
Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur berbasis integrasi
18
interkoneksi yang dibagi dalam tiga sub pembahasan, yaitu, (1) proses
pembelajaran IPA dan IPS dari kelas I, II dan III berbasis integrasi
interkoneksi, (2) sistematika integrasi nilai Islam dengan materi
pembelajaran IPA dan IPS, (3) kendala dan kebijakan yang diambil
dalam proses pembelajaran materi IPA dan IPS berbasis integrasi
interkoneksi.
Bab V, merupakan bagian akhir dari pembahasan berupa
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran teoritis maupun
praktis
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Historisitas Munculnya Pandangan Dikotomi Terhadap Ilmu Pengetahuan
Dalam kajian historis, dikotomi ilmu muncul bersamaan atau
setidak-tidaknya beriringan dengan masa renaissance di Barat. Dalam
perkembangannya, dikotomi ilmu memiliki sejarah yang panjang dan
mengenaskan. Pada mulanya kondisi sosia-intelektual, dikuasai oleh
gereja. Kebijakan-kebijakannya mendominasi dalam berbagai aspek
kehidupan. Ajaran-ajaran Kristen dilembagakan dan menjadi penentu
kebenaran ilmiah. Bahkan semua penemuan hasil penelitian ilmiah
dianggap sah dan benar jika sejalan dengan doktrin-doktrin gereja.
Sedangkan jika para ilmuwan pada saat itu tidak mau mengikuti aturan
semacam itu, maka pihak gereja akan menangani dengan cara kekerasan.
Dalam kenyataannya, ternyata banyak para ilmuwan yang menentang
peraturan tersebut dan berpegang teguh terhadap penelitian ilmiahnya,
akhirnya mereka jadi korban kekejaman gereja. Akibat dari tekanan
tersebut, para ilmuwan melawan kebijakan gereja yang semacam itu.
Mereka mengadakan koalisi dengan raja untuk menumbangkan dominasi
kekuasaan gereja. Dengan tumbangnya kekuasaan gereja, maka dengan
sendirinya muncullah renaissance. Dalam kelanjutannya, masa renaissance
19
20
melahirkan sekularisasi. Kemudian dalam sekularisasi ini melahirkan
dikotomi ilmu.18
Pertanyaan klasik yang selalu menjadi perdebatan umum dalam
dikotomi ilmu adalah pengetahuan manusia itu “bawaan”(inborn) atau
“bentukan” (acquired). Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki rangka bangun
karakter sejenis dalam perdebatan umum pencarian ilmu pengetahuan
tentang asal mula kehidupan. Apakah kehidupan dimulai dari benda mati
(abiogenesis) atau makhluk hidup (biogenesis). Pertanyaan sejenis
bipolaritas kutub berlawanan ini pula yang menjadi ciri utama gejala
semesta “ada”. Pada sisi lain, awal mula perdebatan dikotomi ilmu dalam
Islam dimulai dengan kemunculan penafsiran dalam ajaran Islam bahwa
Tuhan pemilik tunggal ilmu pengetahuan (maha ‘alim). Ilmu pengetahuan
yang diberikan pada manusia hanya merupakan bagian terkecil dari ilmu-
Nya, namun manusia diberi kebebasan untuk meraih sebanyak-banyaknya.
Oleh karena itu sangat tidak pantas jika ada manusia yang bersikap
sombong dalam masalah ilmu atau memilki kecongkakan intelektual. 19
Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian
kelompok ilmu agama yang dilawankan dengan kelompok ilmu non Islam
atau ilmu umum. Kelompok ilmu yang termasuk ilmu Barat atau Umum
atau ilmu yang tidak Islam adalah filsafat, logika, dan kedokteran.
18 http://Mustamiranwar86. Histori dikotomi ilmu, Wordpress. Com, Diakses
13/12/2014. 19 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005, 203.
21
Sedangkan lawannya yaitu ilmu-ilmu Islam atau agama adalah fikih,
teologi, sufisme, dan tafsir.
Dikotomi ilmu “Barat” dan “Timur” diidentikkan dengan
kecenderungan masing-masing kelompok ilmu pada objek fisik (tubuh)
dan metafisik (ruh). Barat cenderung mengutamakan objek fisik dan Timur
mengutamakan objek metafisika. Meskipun anggapan ini tidak
sepenuhnya benar, namun telah menjadi ciri umum antara Barat dan
Timur.
Sebagian orang menganggap ilmu agama sebagai ilmu yang sakral
dan lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu umum tanpa penjelasan yang
tepat. Sedangkan ilmu umum diistilahkan dengan ilmu-ilmu profane, yaitu
ilmu-ilmu keduniawian yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio
dan logika. Ilmu umum berkembang dan diidentikkan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa penjelasan yang jelas pula.20
B. Munculnya Dikotomi Ilmu Dalam Islam di Indonesia
1. Akar masalah dikotomi ilmu Islam di Indonesia
Dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan
pembagian kelompok ilmu Islam dalam pengertian ilmu agama ini
berimbas pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan
Islam. Akibatnya muncul pula istilah sekolah-sekolah agama dan
20 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam… ,206.
22
sekolah-sekolah umum. Sekolah agama berbasis ilmu-ilmu “Agama”
dan sekolah umum berbasis ilmu-ilmu “Umum”.
Kemunculan dikotomi sekolah umum dan sekolah
madrasah yang merupakan perwakilan sekolah agama pada sisi lain
merupakan wujud konkret dikotomi dalam pendidikan Islam. Kondisi
ini lebih parah dengan dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB)
tiga Menteri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kebudayaan dan
Menteri Agama pada tahun 1975 yang telah mempersamakan
pedudukan sekolah umum dengan madrasah yang statusnya masih
sebagai sekolah agama.
Pengintegrasian ini menimbulkan kesalahpahaman dalam
dunia pendidikan. Pendidikan Islam yang bersifat umum disamakan
dengan pendidikan agama Islam dalam arti khusus. Akibatnya
penunggalan dalam “Pendidikan Islam” makin rancu pada
penggunaan istilah bagi semua jenis, jenjang, model, dan bidang
studi. Pendidikan Islam yang lebih tepat bagi sebutan institusi yang
sebagai bagian dari sebuah institusi. Pendidikan agama Islam yang
lebih tepat bagi sekolah umum disebut sebagai pendidikan Islam atau
sebaliknya tanpa penjelasan konseptual. Sekolah Islam, madrasah dan
pesantren yang tepat disebut pendidikan Agama Islam, atau
sebaliknya. Di sekolah ini pun masih terdapat pembelajaran
pendidikan agama Islam.21
21 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam..., 216.
23
2. Penyebab dan akibat munculnya dikotomi ilmu dalam Islam
Kemunculan dikotomi ilmu Islam dan ilmu umum, menurut
Azyumardi Azra yang dikutip oleh Jasa Ungguh Muliawan, bermula
dari historical accident atau kecelakaan sejarah, yaitu ketika ilmu-ilmu
umum (keduniaan) yang bertitik tolak pada penelitian empiris, rasio,
dan logika mendapat serangan yang hebat dari kaum fuqaha.22
Dunia Islam kemudian mengembangkan “ideologi ilmiah”
dengan menempatkan seluruh khasanah pemikiran Barat dan Yunani
sebagai kebatilan. Jarang ilmuwan muslim berpikiran bahwa dalam
beberapa hal, dikotomi ilmu mempunyai sisi baik. Inti dari persoalan
keberatan atau tidak setuju keberadaan dikotomi ilmu semacam itu
lebih banyak berkaitan dengan persoalan politik.
Bagi umat Islam, lembaga-lembaga pendidikan Islam pada
umumnya dijadikan simbol kejayaan Islam. Persoalan pendidikan
Islam bukan murni lagi terkait masalah sistem keilmuan, tetapi
menyangkut juga ideologi, atau proses ideologisasi. Akibatnya,
pemikiran pendidikan Islam secara kefilsafatan juga mengalami
ideologisasi ilmiah tersebut. Salah satu faktor mencolok lain penyebab
kemunculan dikotomi ilmu adalah fanatisme dalam beragama. Sikap
fanatisme dalam beragama dalam kehidupan bermasyarakat
22 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam…, 207.
24
melahirkan sikap eksklusivisme. Gerakan Islam termasuk dalam
kategori gerakan eksklusif tersebut.23
Secara normatif konseptual dalam Islam tidak dijumpai
istilah dikotomi ilmu.24
Jika menoleh pegangan Islam yakni al-Quran
dan Hadis tidak ditemukan baik secara tersirat terlebih lagi tersurat
menemukan dalil mengenai dikotomi ilmu. Justru sebaliknya Islam
mengajarkan untuk menuntut semua cabang ilmu, Allah berfirman
dalam QS. al-Mujadalah, 58:11
yang artinya Hai orang-orang yang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari firman tersebut sangat jelas bahwa, Allah SWT akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Nabi Saw juga
bersabda:
رضة عل كل مسلم واملسلمةطلب العلم ف
23 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam …, 207.
24 Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam buku Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, vii.
25
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim (Lelaki maupun
perempuan)”. Ini mengindikasikan Islam sangat menjunjung tinggi
keutamaan ilmu.
Lantas, mengapa terjadi dikotomi ilmu? Dikotomi dalam
pendidikan Islam timbul akibat dari beberapa hal. Pertama, faktor
perkembangan pembidangan ilmu itu sendiri, yang bergerak demikian
pesat sehingga membentuk berbagai cabang disiplin ilmu, bahkan anak
cabangnya. Hal ini menyebabkan jarak ilmu dengan induk, filsafat, dan
antara ilmu agama dengan ilmu umum kian jauh. Epistemologi
merupakan salah satu wilayah kajian filsafat yang disebut juga dengan
fisafat umum (philosophy of knowledge). Epistemologi membahas
tentang apa itu “tahu” bagaimana cara mengetahui, untuk apa
mengetahui, juga tentang dasar-dasar, sumber, tujuan dan klasifikasi
pengetahuan. Dari epistemologi muncullah struktur ilmu pengetahuan
sampai ke anak cabang.25
Sebagai contoh, ketika filsafat sebagai induk
segala ilmu mengalami pembidangan dalam struktur ilmu, termasuk
dalam hal ini adalah ilmu pendidikan, disiplin ilmu pendidikan
terpecah menjadi cabang ilmu yang makin spesifik: teknologi
pendidikan, psikologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan
seterusnya. Kemudian cabang ilmu pendidikan tersebut pecah lagi
25 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta: LKIS, 2008, 27-101
26
menjadi anak cabang, semisal perencanaan pendidikan perencanaan
kurikulum, strategi belajar mengajar dan seterusnya.26
Kedua faktor historis perkembangan Islam ketika mengalami
stagnan atau kemunduran sejak abad pertengahan (tahun 1250-
1800M), yang pengaruhnya bahkan masih terasa sampai kini atau
meminjam istilah Azyumardi Azra, hal ini disebabkan karena
kesalahan sejarah (historical accident). Pada masa ini, dominasi
fugaha dalam istilah Islam sangatlah kuat, sehingga terjadi kristalisasi
anggapan bahwa ilmu agama tergolong fardu’ain atau kewajiban
individu, sedangkan ilmu umum termasuk fardu kifayah atau
kewajiban kolektif.27
Ketiga faktor internal kelembagaan pendidikan Islam yang
kurang mampu melakukan upaya pembenahan dan pembaruan akibat
kompleksnya problematika ekonomi, politik, hukum, sosial, dan
budaya yang dihadapi umat dan Negara yang berpenduduk mayoritas
Islam.28
Sedangkan secara jelas Azyumardi Azra menyebutkan bahwa
permasalahan dikotomi pendidikan (ilmu) pertama berkaitan dengan
situasi objektif pendidikan Islam, yaitu adanya krisis konseptual baik
itu pada tataran epistemologinya. Krisis konseptual tentang definisi
atau terjadinya pembatasan ilmu-ilmu dalam sistem pendidikan Islam
26 Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam Buku Pendidikan Islam Integratif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, vii. 27Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam Buku Pendidikan…, viii. 28 Abd. Rahman Assegaf, Pengantar dalam Buku Pendidikan …, ix.
27
itu sendiri atau melihat konteks Indonesia adalah Sistem Pendidikan
Nasional. Kedua adalah krisis kelembagaan, hal ini berkaitan dengan
permasalahan yang pertama. Krisis kelembagaan ini adalah adanya
dikotomisasi antara lembaga-lembaga pendidikan yang menekankan
pada salah satu aspek dari ilmu-ilmu yang ada, apakah ilmu-ilmu
agama ataukah ilmu-ilmu umum. Keadaan ini jelas terefleksi di
Indonesia, misalnya dengan adanya dualism system pendidikan,
pendidikan agama yang diwakili madrasah dan pesantren dengan
pendidikan umum. Mulai dari tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah)
sampai ke tingkat pendidikan tinggi terdapat IAIN dan perguruan
tinggi umum.29
3. Mengintegrasikan ilmu umum dan agama
Selain di dunia Barat dikotomi yang sama sebenar juga terjadi di
dunia Islam. Akan tetapi hal itu berbeda dengan terjadinya di Barat
yang menolak penyatuan (integrasi), di Islam sebaliknya diupayakan
tumbuhnya penyatuan ilmu, sehingga tidak ada lagi dikotomi.
Prinsipnya tidak adanya tidak adanya dikotomi dalam Islam ini,
sebenarnya dapat juga dilihat dalam al-Quran, misalnya kata ilmu
dalam berbagai bentuk terulang 854 kali. Kata ini digunakan dalam
proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. ‘ilm dari segi
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang berbentuk dari akar
katanya mempunyai arti kejelasan. Perhatikan kata ‘alam (bendera),
29 Azyumardi Azra, Paradigma Pendidikan Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Buku
Kompas, 2002, 114-116.
28
‘ulmat (bibir sumbing), ‘a’alam (gunung-gunung), ‘alamat (alamat),
dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.
Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan’arafa (mengetahui), a’rif
(yang mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan).30
Sehingga wajarlah
dari penjelasan diatas Islam agama yang rahmat untuk seluruh alam
tidak pernah membedakan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.
Persoalan pengategorian kelompok ilmu umum dan ilmu dalam
Islam, umumnya muncul lebih didorong atas kepentingan politik. Hal
ini terlihat menonjol dengan kemunculan alasan akumulasi kuantitatif
wilayah dan filsafat lebih banyak dipelajari di Negara-negara Barat
dan agama dipelajari di Negara Timur, maka pertentangan ini menjadi
dua pertentangan dua kelompok ilmu dengan istilah “Barat” dan
“Timur”. Dalam pandangan Islam, bukan berarti “Barat”
kedudukannya lebih tinggi dari “Timur” atau sebaliknya.31
Integrasi ilmu agama dan umum hakikatnya adalah usaha
menggabungkan atau menyatupadukan ontologi, epistemologi dan
aksiologi ilmu-ilmu pada kedua bidang tersebut. Integrasi kedua ilmu
tersebut merupakan sebuah keniscayaan tidak hanya untuk kebaikan
umat Islam semata, tetapi bagi peradaban umat manusia seluruhnya,
karena dengan integrasi, ilmu akan jelas terarah, yakni mempunyai ruh
yang jelas untuk selalu mengabdi pada nilai-nilai kemanusiaan dan
30 M Quraish Shihab, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Ummat, Bandung: Mizan,
2007, 434-435. 31 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005,211.
29
kebajikan jagat raya, bukan malah menjadi alat dehumanisasi,
eksploitasi dan desruksi alam. Nilai-nilai itu tidak bisa tercapai bila
dikotomi ilmu masih ada seperti saat ini.
Integrasi ilmu bukan hanya tuntutan zaman, tetapi legitimasi
yang kuat secara normatif dari al-Quran dan hadits serta secara historis
dari perilaku para ulama Islam yang telah membuktikan sosoknya
sebagai ilmuwan integratif yang memberikan sumbangan luar
ilmuwan integratif yang memberikan sumbangan luar biasa bagi
kemajuan peradaban manusia.32
Dalam pandangan penulis untuk mewujudkan madrasah yang
berkualitas, salah satunya dengan mensinergikan dengan
mengintegrasikan materi yang sifatnya umum dengan nilai-nilai
Islam. Itulah yang memberikan nilai lebih dan menjadi karateristik
madrasah dari lembaga lainnya, sehingga siswanya tidak hanya cerdas
secara kognitif tetapi juga emosi dan spiritualnya, dengan harapan
menjadi insan-insan muslim yang berkualitas dan berakhlak.
C. Hubungan Islam dalam Pembelajaran Sains
1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Secara umum IPA adalah ilmu pengetahuan tentang gejala alam
semesta, cara melakukan investigasi dan ilmu pengetahuan yang
dihasilkan dari penyelidikan. Dengan memperhatikan karakteristik
32 http://funavie. Bogspot..com/2011/05/Integrasi ilmu agama dan umum. Html, diakses
20/12/2014
30
peserta didik Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran IPA di Madrasah
Ibtidaiyah bersifat terpadu dari disiplin ilmu fisika, biologi dan kimia.
Selain itu pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh
pengalaman langsung dalam menemukan dan mengembangkan
konsep IPA.33
2. Posisi agama dan sains
Sains sebagai produk manusia tidak dapat dikecualikan atau
diistimewakan. Ia membawa pandangan dunia tertentu kreatornya,
sains selain lebih abstrak, juga tidak memilki bandingan. Di dunia
musik, orang mengenal musik Barat, India, music padang pasir
ataupun musik lokal, sedangkan sains hanya punya satu sains dominan,
yakni sains modern atau sains Barat. Tanpa sains, kita tidak mampu
mengelola sumber daya alam yang umumnya melimpah di negeri-
negeri muslim.34
3. Al-quran sumber ilmu pengetahuan
Secara sederhana sains dapat dikatakan sebagai produk
manusia dalam menyibak realitas. Terkait dengan pengertian ini, maka
sains juga menjadi produk tunggal, atau dengan kata lain, akan ada
lebih dari satu sains, dan satu sains dengan yang lain dibedakan pada
makna realitas dan cara apa yang dapat diterima untuk mengetahui
33 IG. A.K. Wardani, Perspektif Pedidikan di SD, Universitas Terbuka, 2009, 8.15. 34 Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran yang Terlupakan, Bandung:
Mizan, 2008, 197 .
31
realitas tersebut. Setiap bangunan ilmu atau sains selalu berpijak pada
tiga pilar utama, yakni pilar ontologis, aksiologis, dan epistemologis.
Tiga pilar sains Islam jelas harus dibangun dari prinsip tauhid yang
tersari dalam kalimat la ilaha ilallah dan terdiskripsi dalam rukun
iman dan rukun Islam.35
Pilar pertama ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu,
Islam harus menerima realitas material maupun nonmaterial. Makhluk
tidak dibatasi oleh yang material dan terindra, tetapi juga yang
immaterial. Tatanan ciptaan atau makhluk terdiri dari tiga keadaan
fundamental, yaitu keadaan material, psikis, dan spiritual.
Pilar kedua aksiologis, terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan
dibangun atau dirumuskan. Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam
adalah mengenal sang pencipta. Tujuan sains Islam adalah mengetahui
watak sejati segala sesuatu sebagaimana yang diberikan oleh Tuhan.
Islam juga bertujuan untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam,
kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari
kesatuan prinsip ilahi.
Pilar ketiga epistemologi. Al-quran yang merupakan
mukjizat terbesar Nabi SAW. Sekaligus al-Quran merupakan sumber
intelektualitas dan spiritualitas Islam. Ia merupakan pijakan bukan
35 Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran …, 192.
32
hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, melainkan juga bagi
semua jenis pengetahuan. 36
4. Tujuan pendidikan IPA
Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar berfungsi sebagai
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitarnya serta prospek lebih lanjut dapat mengembangkan dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan IPA di
sekolah dasar sebagai berikut:37
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA/sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar.
e. Memecahkan masalah dan membuat keputusan.
36 Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta Sisi-Sisi Alquran …, 192. 37 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2006, 484.
33
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam
h. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan ke tingkat SLTP
Dari tujuan tersebut di atas jelas bahwa ada keterkaitan antara sains
dan agama yang pada prinsipnya antara sikap dan karakter ilmiah dari
sains dapat digunakan untuk meningkatkann kualitas keimanan dan
ketaqwaan pada umumnya dalam proses pembelajaran, sehingga
adanya sinergi/hubungan antara sains dan agama.
Sedangkan guna mencapai tujuan dan memenuhi fungsi dari
pendidikan IPA tersebut, proses belajat mengajar yang biasa
digunakan antara lain:38
1) Pendekatan lingkungan
2) Pendekatan ketrampilan proses
3) Pendekatan inquiry
4) Pendekatan terpadu
38 Sumaji, Pendidikan Sains, Jakarta: UT, 2009, 36.
34
D. Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian
IPS, seperti halnya IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia
merupakan bidang studi. Dengan demikian, IPS sebagai bidang
studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang
garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan
manusia di masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan
dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori
dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan
kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi telah ditelaah,
dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan
pemecahannya. Memperhatikan kerangka kerja IPS, seperti yang
dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian IPS sebagai berikut:
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah,
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan
meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sifat
IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner dan
diajarkan mulai dari dasar sampai Perguruan Tinggi. IPS yang
diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar
pengantar bagi mempelajari IPS/studi sosial ataupun ilmu sosial di
Perguruan Tinggi. Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh
35
ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu social, dapat
dimanfaatkan oleh IPS.39
b. Tujuan pembelajaran IPS
Secara keseluruhan tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:
1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang
berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah
social yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi
dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang
keilmuan serta bidang keahlian.
4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang
positif dan ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan
hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan
kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.40
Dalam kegiatan pembelajaran IPS, siswa dapat dibawa langsung ke
dalam lingkungan alam dan mayarakat. Dengan lingkungan alam
sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga
mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran IPS secara nyata.
39 Sardiyo,Pendidikan IPS di SD, Jakarta: UT,2011, 1.27 40 Sardiyo,Pendidikan IPS …, 1.29.
36
Arthur K Ellis menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan
IPS adalah sebagai berikut:
Social studies is designet to help children explain their
world. Jean Piaget wrote that two most important task of
childhood are organization and adaption. By organization,
he basically meant the ability to understand and calssify
things with respect to how they work. For example, a
child’s initial insights to the U. S economic system or to
the location of continents on the world map represent
examples of organization. Adaption refers to the process of
accommodating oneself to one’s environment. A child who
enters schools has already adapted considerably to the
environment throught speech, dress, rules at home, and so
forth, but school is designed to expand such adaption
greatly through formal learning processes these processes
are intellectual, social, emotional and physical.41
Artinya bahwa IPS dirancang untuk membantu
anak-anak menjelaskan dunia mereka. Jean Piaget menulis
bahwa dua tugas yang paling penting dari masa kanak-
kanak adalah organisasi dan adaptasi. Organisasi berarti
kemampuan untuk memahami dan mengklasifikasikan hal-
hal yang berkaitan dengan bagaimana mereka mengerjakan.
Adaptasi mengacu pada proses menampung diri dengan
lingkungan seseorang. Seorang anak yang memasuki
sekolah telah disesuaikan jauh dengan lingkungan melalui
percakapan, seragam, aturan di rumah, dan sebagainya,
namun sekolah ini dirancang untuk memperluas adaptasi
41 Arthur K Ellis, Teaching and Leaning Elementary Social Studies, USA: Seattle Pasific
University, 1997. 6.
37
tersebut sangat melalui pembelajaran formal proses proses
ini intelektual, sosial, emosional dan fisik
Pengertian tersebut diatas juga mengutip pendapat Piaget
yang menyatakan bahwa IPS dirancang untuk membantu siswa
dalam menjelaskan dunianya. Ada dua perkembangan pada masa
kanak-kanak yang paling penting untuk diperhatikan yaitu
pengorganisasian dan adaptasi. Dengan pengorganisasian anak-
anak pada dasarnya dapat memahami dan mengklasifikasikan
sesuatu dengan cara bagaimana hal itu dikerjakan. Adaptasi
merujuk pada akomodasi terhadap lingkungannya. Seorang anak
yang mulai masuk sekolah berarti telah siap beradaptasi melalui
percakapan, baju (seragam), aturan di rumah dan sebagainya.
Sekolah dirancang untuk memperluas adaptasi melalui proses
pembelajaran formal. Proses-proses ini meliputi intelektual, sosial,
emosional, dan fisik.42
c. Prinsip pembelajaran IPS
Sesuai dengan sebutan ilmu, ilmu sosial itu tekanannya
kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
atau kehidupan sosial. Oleh karena itu, ilmu sosial secara khusus
dipelajari dan dikembangkan di tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Ilmu yang masuk ke dalam ilmu sosial tidak hanya di
ajarkan pada satu jurusan atau lebih lebih luas satu fakultas,
42 Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial,
Bandung: Alfabeta, 2008, 88.
38
melainkan dikembangkan di berbagai fakultas, seperti ilmu-ilmu
sosial, fakultas sosial politik, fakultas pendidikan ilmu
pengetahuan sosial dan lain sebagainya.43
Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackenzie
(1975) yang dikutip oleh Sardjiyo mengemukakan bahwa ilmu
sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia
dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain semua bidang ilmu
yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Seperti kita mengalami sendiri, hal-hal yang berkenaan
dengan manusia dan kehidupannya meliputi aspek-aspek yang
cukup luas. Aspek-aspek kehidupan manusia sebagai anggota
masyarakat, antara lain:44
a. Aspek antar hubungan manusia dengan kelompok
b. Aspek kejiwaan
c. Aspek kebutuhan materi
d. Aspek norma, peraturan dan hukum
e. Aspek pemerintahan dan kenegaraan
f. Aspek kebudayaan
g. Aspek kesejahteraan
h. Aspek komunikasi
i. Aspek kebijaksanaan dan kesejahteraan sosial
43 Sardiyo,Pendidikan IPS di SD, Jakarta: UT,2011, 1.22. 44 Sardiyo,Pendidikan IPS …, 1.27.
39
j. Aspek hubungan manusia dengan alam lingkungan
k. Aspek pengelolaan, pengurusan, pengaturan dan lain-lain
l. Aspek pendidikan
Dalam pendidikan dasar ilmu social yang dipelajari masih
dalam tingkatan sederhana, hanya sekedar sebagai pengenalan .
2. Hubungan Agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu sosial adalah ilmu yang berhubungan dengan kegiatan
sosial kemasyarakatan. Termasuk ilmu sosial adalah seluruh kegiatan
masyarakat mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas untuk
kegiatan keperluan sesama manusia. Islam telah tampil sebagai agama
yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan
akhirat, antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan
ibadah dan muamalah dalam arti luas. Keterkaitan agama dengan
kemanusiaan menjadi penting, jika dikaitkan dengan situasi
kemanusiaan pada zaman ini. 45
Selain agama berperan penting dalam mengarahkan tingkah
laku dan sikap manusia, pengetahuan ilmiah juga telah lama
dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Ajaran Islam
juga mengandung penjelasan tentang fenomena alam dan masyarakat
secara objektif dan tuntunan sikap atau sifat tertentu dari penganutnya.
Dengan demikian, agama dan ilmu sosial dari satu segi sama-sama
45 Abudin Nata, Meodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2010, 53.
40
berfungsi menjelaskan gejala alam dan masyarakat, serta merupakan
pedoman untuk menentukan sikap dalam kehidupan.46
Karakeristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajaran di bidang
ilmu sosial. Ajaran Islam di bidang ilmu sosial termasuk paling
menonjol, karena seluruh bidang ajaran Islam pada akhirnya ditujukan
untuk kesejahtaraan manusia. Dalam ilmu sosial ini, Islam dituntut
untuk menjujung tinggi sifat tolong menolong saling menasehati
tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan
derajat), tenggang rasa, dan kebersamaaan. Ukuran ketinggian derajat
manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek
moyang, kebangsaannya, warna kulit, dan jenis kelamin. Kualiatas dan
ketinggian derajat sesorang ditentukan oleh ketakwaannya yang
ditujukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia.47
Dengan demikian pada saat ini nampaknya sudah sangat
penting untuk memilki Ilmu Pengetahuan Sosial yang mampu
membebaskan manusia dari berbagai problema sosial. Ilmu
Pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu sosial ilmu pengetahuan yang
digali dari nilai-nlai agama.
3. Ilmu Sosial yang bernuansa Islami
Ilmu sosial yang berkembang saat ini bisa dikatakan mengalami
stagnasi dalam mengahadapi berbagai gejolak yang berkembang dalam
46 Bustanudin Agus, Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Sudi Banding Antara Pandangan
Ilmiah dan Ajaran Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, 114. 47 M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006, 19.
41
kehidupan sosial, hal yang demikian dikarenakan ilmu sosial yang
dikembangkan hanya dalam wilayah penjelasan yang berhubungan
dengan fenomena sosial yang banyak diperankan oleh lembaga
pendidikan, sehingga kondisi yang demikian tersebut ilmu social
dalam dataran aplikasinya yaitu kondisi riil kurang menampakan hasil
yang memuaskan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, solusi yang
ditawarkan menurut Kuntowijoyo memformulasikan desain ilmu
profetik: yaitu ilmu sosial tidak hanya menjelaskan dan mengubah
fenomena sosial tetapi juga member petunjuk ke arah mana
tranformasi itu dilakukan, yaitu ilmu social mampu mengubah
fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu yang
menurutnya berdasarkan tiga hal, sebagai berikut:48
a. Cita-cita kemanusiaan (humanisasi)
Tujuan luhur yang diangkat humanisasi adalah memanusiakan
manusia dari proses dehumanisasi di era industrialisasi yang
salah satu akibatnya manusia menjadi masyarakat yang abstrak
dari sisi kemanusiaannya.
b. Liberasi
Esensi dari liberalisasi adalah pembebasan manusia dari
kungkungan teknologi sebagai simbol kekuatan ekonomi yang
terkadang berimbas pada munculnya “hukum rimba” secara
ekonomi.
48 Abuddin Nata, Metodologi…, 55-56
42
c. Transedensi
Maksudnya adalah menumbuhkan sekaligus menguatkan
dimensi transedental dalam kebudayaan, sehingga manusia
terjebak dalam perangkap kehidupan hedonisme, materialisme,
dan budaya dekaden yang lainnya.
Cita-cita profetik dapat diderivikasi dari misi historis Islam
dalam kandungan surat (ali-Imran ayat 110)
yang artinya kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‟ruf, mencegah dari
yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.
Dalam ilmu sosial profetik tersebut akan menumbuhkan
suatu pandangan bahwa sumber ilmu bukan dari rasio dan empirik
sebagaimana yang dianut dalam masyarakat Barat, tetapi juga
wahyu. Dengan ilmu sosial yang demikian itu maka umat Islam
akan dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu
pengetahuan, yang dapat diawali dari dunia pendidikan sebagai
pondasi awal.
Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan
bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual,
43
respon normatifnya mereflaksikan kondisi sosial aktual itu.
Meskipun jelas bahwa al-Quran memiliki cita-cita sosial tertentu.
Bukti sejarah memperlihatkan dengan jelas bahwa sejak
kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam telah tampil sebagai
agama terbuka akomodatif. Serta berdampingan dengan agama,
kebudayaan, dan peradaban lainnya.49
Dengan demikian ajaran Islam mempunyai perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap masalah sosial. Untuk itu maka
kehadiran ilmu sosial membicarakan tentang manusia dan
kebudayaanya tersebut dapat diakui oleh Islam.
E. Karakteristik Siswa Pendidikan Dasar
1. Perkembangan anak usia Madrasah Ibtidaiyah
Dengan berlakunya SKB 3 Menteri (Menteri Agama, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri) pada tahun
1975 maka kedudukan madrasah telah sejajar dengan sekolah-sekolah
umum. Dari segi organisasi madrasah sama dengan sekolah umum;
dari segi jenjang pendidikan, MI, MTs dan MA sederajat dengan SD,
SLTP dan SMU; dari segi muatan pelajaran, murid-murid madrasah
pun memperoleh pengajaran ilmu sosial, sejarah, antropologi, geografi,
49 Abuddin Nata, Metodologi…, 58-59.
44
kesenian, bahasa (Indonesia dan Inggris), fisika, matematika, dan lain-
lain.50
Siswa Madrasah Ibtudaiyah merupakan individu unik yang
memiliki karakteristik tertentu, bersifat khas, dan spesifik.
Perkembangan siswa akan dinamis sepanjang hayat mulai dari
kelahiran sampai akhir hayat. Dalam hal ini pendidikan maupun
pembelajaran sangat dominan memberikan kontribusi untuk membantu
dan mengarahkan perkembangan siswa supaya menjadi positif dan
optimal. Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan yang berbeda-
beda dan bersifat individual.
Perkembangan siswa merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam proses belajar. Seluruh aktivitas proses belajar
harus berpusat pada kebutuhan siswa (child centered) dan pada aspek
tuntutan masyarakat (society centered). Fase-fase perkembangan yang
dialami siswa harus dipahami oleh guru supaya dalam pembelajaran
tidak mengalami hambatan psikologis yang mengakibatkan hasil
belajar yang tidak optimal. Tahapan perkembangan siswa dapat dilihat
dari aspek perkembanga sebagai berikut:51
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat,
tinggi badan dan perkembangan motorik. Siswa pada Sekolah
50 Departeman Agama RI, Sejarah Madrasah, Direktorat kelembagaan Agama Islam:
2004, 142. 51 Sri Anitah, Srategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009, 2.20.
45
Dasar, kemampuan motoriknya mulai lebih halus dan terarah
(refined motor skills), tetapi berat badan laki-laki lebih ramping
dari pada perempuan karena masa adolesen perempuan lebih cepat
dari pada laki-laki. Gerakan-gerakan yang dilakukan siswa sudah
mulai mengarah pada gerakan yang kompleks, rumit, dan lebih
cepat serta keseimbangan dengan tepat.
b. Perkembangan Bahasa
Perkembangan sosial siswa pada tingkat Sekolah Dasar
sudah terasa ada pemisahan kelompok jenis kelamin (separation of
the sexes) sehingga dalam pengelompokan, siswa lebih senang
berkelompok berdasarkan jenis kelamin padahal kurang sesuai
menurut kriteria pengelompokan belajar. Rasa kepemimpinannya
sangat tinggi dan ini perlu dikembangkan supaya siswa lebih
mampu mengatur diri sendiri dan mengatur orang lain. Rasa kerja
sama dan empati dan simpati sudah mulai tumbuh dalam usia ini
walaupun konflik dan rasa persaingan tetap masih berlangsung
dalam dirinya. Pada usia ini sudah dapat dikembangkan
kemampuan-kemampuan sosial siswa. Pada kelas tinggi Sekolah
Dasar sudah mulai mengenal dan mampu melakukan tugas dan
tanggung jawab dalam kelas atau kelompok, baik sebagai ketua
maupun sebagai anggota.
46
c. Perkembangan bahasa
Pada masa ini perkembangan bahasa siswa terus
berlangsung secara dinamis. Dilihat dari cara siswa berkomunikasi
menunjukkan bahwa mereka sudah mampu menggunakan bahasa
yang halus dan kompleks. Siswa di kelas tinggi gaya bicaranya
sudah mulai bergeser dari gaya bicara egosentris (egocentric style)
ke gaya bicara sosial (social speech). Pada kelas rendah Sekolah
Dasar sudah mampu membaca dan mampu menganalisis kata-kata
serta mengalami peningkatan kemampuan dalam tata bahasa. Pada
usia 6 sampai 10 tahun penggunaan kalimat tidak lengkap sudah
berkurang sehingga siswa sudah bisa menggunakan kalimat yang
panjang, lengkap dan benar.
d. Perkembangan Kognitif
Di Sekolah Dasar siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu
bahkan cara belajar baik yang berorientasi pada peningkatan
berpikir logis mampu kemampuan manipulatif. Siswa dapat
melihat beberapa factor dan mengkombinasikannya dengan
berbagai cara untuk mencapai hasil yang sama. Perkembangan
kognitif pada siswa Sekolah Dasar berlangsung secara dinamis.
Untuk menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dalam fase
konkret operasional pada Sekolah Dasar, acuannya adalah
terbentuknya hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep
atau skema-skema.
47
e. Perkembangan Moral
Perkembangan moral yang harus dimiliki siswa Sekolah
Dasar adalah kemampuan bertindak menjadi orang baik.
Tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada orang lain yang
dianggap baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik
apabila orang lain merasa senang. Tidak hanya itu, pada usia
Sekolah Dasar siswa harus mampu berperilaku baik menurut
orang lain seperti menunaikan kewajiban, menghormati otoritas,
dan memelihara ketertiban sosial.
f. Perkembangan Ekspresif
Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat
dilihat dari kegiatan ungkapan bermain dan kegiatan seni (art).
Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan dari suatu
permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina
hobinya. Dalam dirinya sudah timbul keinginan menjadi orang
terkenal.
2. Sifat khas anak usia Madrasah Ibtidaiyah
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa Madrasah Ibtidaiyah
yaitu antara 7 sampai 11 tahun menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah
sebagai berikut:52
52 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rhineka Cipta, 2008, 125.
48
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan
mata pelajaran urakhusus.
d. Sampai kira-kira usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan
memenuhi keinginannya.
e. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,
biasanya anak dapat bermain bersama-sama. Di dalam
permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan-
aturan permainan yang tradisional, mereka membuat permainan
sendiri.
3. Kebutuhan dasar anak usia Madrasah Ibtidaiyah
Menurut Oemar Hamalik, anak mempunyai kebutuhan dasar
antara lain:53
a. Kebutuhan tentang tujuan-tujuan yang dekat karena mereka
belum memilki konsep waktu yang jelas.
b. Kebutuhan akan sukses berdasarkan aspirasi dan pengalaman
masa lampau dan konsep tentang dirinya.
53 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009,
102-105.
49
c. Kebutuhan akan hal-hal rutin dan konsisten karena adanya
perubahan-perubahan sering menyebabkan gangguan
emosional tertentu.
d. Kebutuhan untuk bermain, ini merupakan kegiatan alami dan
bermakna bagi anak.
e. Kebutuhab untuk diterima dan dibenarkan oleh lingkungan
untuk mencegah terjadinya frustasi dan perasaan tidak
berharga.
f. Kebutuhan akan pendidikan dari orang tua, ini sangat besar
pengaruhnya terhadap tindakan anak di luar maupun di
sekolah.
4. Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah dasar
Ada tiga dorongan yang dialami pada usia dasar yaitu doromgan
untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya, dorongan
fisik untuk melakukan permainan dan kegiatan yang ,diperlukan
ketrampilan fisik, dan dorongan mental untuk memasukidunia konsep,
logika, simbolis dan komunikasi orang.
Lebih lanjut Nana Syaodih mengemukakan beberapa perkembangan
yang dituntut pada masa usia sekolah dasar yaitu:54
a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan dalm permainan
b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri
sebagai individu yang sedang berkembang.
54 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, Bnadung: Remaja
Rosdakarya, 2003, 12.
50
c. Belajar berkawan dengan teman sebaya.
d. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau
perempuan.
e. Belajar untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan intelektual
dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
f. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
g. Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani.
h. Memiliki motivasi kemerdekaan pribadi dalam memilih,
merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa
bantuan orang dewasa lainnya.
i. Pengembangan sikap terhadap lembaga atau kelompok.
Tugas-tugas perkembangan tersebut di atas harus dipenuhi oleh
setiap individu yang berkembang dan harus diselesaikan dalam
proses perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan yang tidak
terselesaikan pada suatu tahap akan menghambat atau menimbulkan
kesulitan pada tahap berikutnya.
5. Karakteristik Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
a. Karakteristik umum pendidikan MI
Pendidikan MI mempunyai ciri khas yang membedakan dari satuan
penndidikan lainnya. Paling tidak ada empat sasaran dalam
pendidikan MI, yaitu sebagai berikut:55
55 IG. A.K. Wardani, Perspektif Pendidikan SD, Jakarta: Universitas terbuka, 2009, 2.8.
51
1) Melek wacana (literacy)
Pendidikan MI diarahkan pada pembentukan kemampuan
akademik. Melek wacana merujuk kepada pemahaman siswa
tentang berbagai fenomena/gagasan di lingkungannya dalam
rangka menyesuaikan perilaku dan kehidupan. Misalnya dalam
berlalu lintas siswa paham akan makna rambu-rambu lalu
lintas, sehingga jika dia melihat lampu merah, dia akan
berhenti. Karakteristik seperti ini tentu berbeda dengan
pendidikan SMP dan SMA yang lebih menekankan pada
pembentukan kemampuan akademiknya.
2) Kemampuan berkomunikasi
Pendidikan MI diarahkan untuk pembentukan kemampuan
berkomunikasi yaitu mampu mengkomunikasikan sesuatu baik
buah pikiran sendiri maupun informasi yang didapat dari
berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
3) Kemampuan memecahkan masalah
Mencakup kesadaran adanya masalah, mengidentifikasi
masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah,
mengeksplorasi alternatif pemecahan masalah dan memilih
alternatif yang paling layak.
52
4) Kemampuan bernalar (reasoning)
Kemampuan bernalar yaitu menggunakan logika dan bukti-
bukti secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada
kesimpulan. Pendidikan MI diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan siswa berpikir logis sehingga kemampuan
bernalarnya berkembang.
b. Karakteristik khusus pendidikan MI
Pembahasan karakteristik khusus pendidikan MI akan meliputi
pembahasan komponen pendidikan MI secara khusus, yang
meliputi:56
1) Siswa
Siswa anak MI adalah anak-anak berusia 6-12 tahun, yang
tentu saja berbeda dengan usia pada satuan pendidikan lainnya.
Disamping dari segi usia, siswa MI juga mempunyai
karakteristik fisik dan mental yang berbeda.
2) Guru
Meskipun dengan terbit UU tentang kualifikasi akademik guru
dan dosen sama dengan kualifikasi guru SMP dan SMA,
namun tugas guru SD berbeda dengan tugas guru SMP dan
SMA. Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan
paling tidak lima mata pelajaran. Selain sebagai guru kelas,
56 IG. A.K. Wardani, Perspektif Pendidikan …, 2. 12.
53
guru SD bertanggung jawab penuh pada kelas yang
dipegangnya
3) Kurikulum
Kurikulum MI merupakan bagian dari kurikulum Pendidikan
Dasar.yang mempunyai tujuan khas yaitu mengembangkan
kemampuan dasar anak MI.
4) Pembelajaran
Pembelajaran di MI untuk kelas awal haruslah mengakomodasi
pandangan holistic anak serta perkembangan kognitif anak
yang masih dalam tahap akhir praoperasional dan operasi
kongkret. Pembelajaran terpadu atau tematik, kegiatan
kongkret, kegiatan manipulative berupa pemberian kesempatan
untuk mengutak-atik benda-benda tertentu, serta pengalaman
langsung (hands-on experiences) merupakan cirri utama
pembelajaran di MI.
5) Gedung dan peralatan pembelajaran
Gedung dan peralatan pembelajaran sangat sederhana. Seperti
yang sering muncul dalam media massa. Ada yang sedang atau
cukup saja, ada yang mewah, ada pula yang menyedihkan.
54
F. Konsep Integrasi dan Interkoneksi IPA, IPS dengan PAI
Model integrasi adalah melibatkan diskusi tim interdisipliner ketika
merencanakan kurikulum. Menurut Trianto dalam Saputro kelebihan dan
kekurangan model integrasi antara lain sebagai berikut:57
Kelebihan: (1) adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi,
karena dengan menfokuskan pada isi pelajaran, strategi berfikir
ketrampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat
mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi semakin diperkaya
dan berkembang, (2) memotivasi siswa dalam belajar, (3) tipe terintegrasi
juga memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat,
tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru
lain. Kekurangan: (1) terletak pada guru yang harus menguasai konsep,
sikap dan ketrampilan yang diprioritaskan, (2) penerapannya, yakni
sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh, (3) tipe ini memerlukan tim
antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya,
(4) pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing
bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
Menurut Fogarty dalam Saputro (2014) sepuluh model
keterpaduan secara umum. Model tersebut antara lain fragmented model,
connected model, nested model, sequenced model, shared model, webbed
model, threaded model, integrated model, immersed model, dan networked
model. Badan Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa terdapat
57 Budiyono Saputro, IPA Pembelajaran Terpadu Pendekatan Praktikum,Salatiga: Stain
Salatiga Press, 2014, 9-15.
55
tiga model keterpaduan dalam pembelajaran IPA yang sesuai
dikembangkan di Indonesia, yaitu model connected, webbed dan
integrated.58
Karakteristik tiga model tersebut diatas sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Karakteristik Pembelajaran Terpadu Model Connected, webbed
dan Integrated
58 Budiyono Saputro, IPA Pembelajaran Terpadu…, 11.
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
1 2 3 4
Keterpaduan
(integrated)
Membelajarkan
beberapa KD yang
konsepnya
beririsan/tunpang
tindih
1. Pemahaman
terhadap
konsep lebih
utuh (holistik)
2. Lebih efisien
3. Sangat
kontektual
1. KD berbeda
yang
konsepnya
beririsan
berada dalam
semester atau
kelas yang
berbeda
2. Menuntut
wawasan dan
pengetahuan
materi yang
luas
3. Sarana
prasarana
belum
mendukung
Jaring laba-
laba
Membelajarkan
beberapa KD yang
berkaitan melalui
sebuah tema
1. Pemahaman
terhadap
konsep utuh
2. Kontekstual
3. Dapat tema-
tema menarik
yang dekat
dengan
kehidupan
1. KD yang
berkaitan
berada dalam
semester atau
kelas yang
berbeda
2. Tidak mudah
menemukan
tema pengait
yang tepat
56
Langkah-langkah Pembelajaran IPA, IPS dengan PAI sebagai berikut:
(1) Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
(2) Pengembangan model pembelajaran terpadu dengan mempelajari
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari bidang kajian
yang akan dipadukan dan melakukan pemetakan pada semua SK
dan KD.
(3) Menentukan tema pemersatu antar Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
(4) Membuat matrik keterhubungan Kompetensi Dasar dan tema/topik
pemersatu.
(5) Penjabaran ke dalam indikator pencapaian hasil belajar
(6) Menyusun silabus pembelajaran yang dikembangkan dari beberapa
indicator
(7) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
4
Keterhubungan
(connected)
Membelajarkan sebuah
KD, konsep-konsep
pada KD tersebut
dipertautkan dengan
konsep pada KD yang
lain
1. Melibatkan
permasalahan
tidak hanya
satu bidang
kajian
2. Pembelajaran
dapat
mengikuti
KD-KD
dalam SI,
tetapi harus
dikaitkan
dengan KD
yang relevan
Kaitan antara
bidang kajian
sudah tampak
tetapi masih
didominasi oleh
bidang kajian
tertentu
57
Berikut ini kondisi nyata dalam pemetakan SK dan KD pembelajaran IPA,
IPS dengan PAI yang dilaksanakan Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 2. 2 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI
Kelas I semester I
IPA IPS PAI TEMA
1 2 3 4 5
SK Mengenal anggota
tubuhdankegunaannya
serta perawatannya
Memahami
identitas diri dan
keluarga serta
sikap yang saling
menghormati
dalam
kemajemukan
keluarga
Mampu
mengenal
rukun iman
yang enam
dan sifat-sifat
Allah yang
terkandung
dalam asma
al husna,
terbiasa
berakhlak
terpuji dan
mennghindari
akhlak tercela
Diri
sendiri
KD
Mengenal bagian-
bagian anggota tubuh
dan kegunaannya
Mengidentifikasi
identitas diri,
keluarga dan
kerabat
Mengenal
Allah melalui
pengenalan
terhadap
rukun iman
58
Tabel 2.3 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI
Kelas II semester I
IPA IPS PAI Tema
SK Mengenal
bagian bagian-
bagian utama
tubuh hewan dan
tumbuhan serta
berbagai
makhluk hidup
Memahami
peristiwa penting
dalam keluarga
secara kronologis
Memahami
kalimah al
asma al-husna
(ar-razaq, al-
mughni, asy-
syakur)
Peristiwa
KD Mengenal
bagian utama
hewan dan
tumbuhan
disekitar rumah
dengan sekolah
melalui
pengamatan
Membandingkan
dokumen dan
koleksi benda
berharga
miliknya
Mengenal
Allah melalui
sifat-sifat Allah
yang
terkandung
dalam al asma
al-husna (ar--
razaq, al-
mughni, asy-
syakur)
Tabel 2.4 Pemetaan Integrasi Interkoneksi Pelajaran IPA, IPS dengan PAI
Kelas III semester I
IPA IPS PAI Tema
SK Memahami
kondisi
lingkungan yang
berpengaruh
terhadap
kesehatan dan
upaya menjaga
kesehatan
lingkungan
Memahami
lingkungan dan
melaksanakan
kerjasama di
sekitar rumah
dan sekolah
Membiasakan
akhlak terpuji
kesehatan
KD Membedakan
cirri lingkungan
sehat
berdasarkan
pengamatan
Menceritakan
lingkungan
alam buatan
disekitar rumah
dan sekolah
Membiasakan
akhlak terpuji
59
BAB III
DESKRIPSI DATA MIN MLANGEN SALAMAN DAN
MI MA’ARIF KEBONSARI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG
A. MIN Mlangen Salaman
1. Tinjauan umum MIN Mlangen Salaman59
a. Letak Geografis dan Keadaan MIN Mlangen Salaman
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen terletak di dusun
Mlangen, Desa Menoreh kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Provinsi Jawa Tengah. MIN Mlangen berdiri di atas areal tanah
wakaf seluas 890 m². Gedung yang didirikan di areal tanah tersebut
adalah milik MIN Mlangen dan dibangun oleh umat islam di wilayah
desa Menoreh dan sekitarnya. Madrasah ini mempunyai 3 unit
bangunan. Tiga unit tersebut terbagi menjadi 7 lokal besar untuk
ruang kelas, 2 lokal utuk kantor kepala madrasah dan kantor guru, 3
lokal kecil untuk perpustakaan, UKS dan musholla serta 5 lokal kecil
untuk WC/toilet.
Madrasah Ibtidaiyah Mlangen ini terletak di kawasan
pedesaan, namun lokasinya sangat mudah dijangkau dengan
transportasi umum karena berada sekitar 250 meter dari jalan raya
Salaman – Purworejo (Jalan Diponegoro Salaman). Letaknya yang
berada di kawasan pedesaan yang asri tersebut sangat mendukung
59 Data ini diperoleh penulis dari TU MIN Mlangen Salaman pada tanggal 8 november 2014
59
60
proses kegiatan belajar mengajar karena jaraknya cukup jauh dengan
kebisingan lalu lintas jalan raya. Secara geografis, letak Madrasah
Ibtidaiyah Mlangen dibatasi dengan :
1) Sebelah utara berbatasan dengan jalan desa Mlangen, Menoreh
2) Sebelah selatan dan barat berbatasan dengan kebun milik bapak
Abu Hamid
3) Sebelah timur berbatasan dengan jalan desa Menoreh-
Kalisalak.
b. Sejarah Berdirinya MIN Mlangen Salaman
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen adalah lembaga
pendidikan dasar yang mempunyai ciri khas Islam di bawah naungan
Kementrian Agama. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen ini berdiri
sejak tanggal 10 Juni 1962. Secara historis, awal berdirinya MIN
Mlangen ini dipelopori oleh yayasan Ma‟arif Nahdlatul Ulama
Salaman. Setelah 35 tahun berada di bawah naungan yayasan
Ma‟arif NU, pada tahun 1997 MI tersebut dinegerikan berdasarkan
surat keputusan Kementrian Agama Nomor. 107/3/1997. Sampai
dengan sekarang MIN Mlangen Menoreh ini sudah berusia hampir
setengah abad dan menjadi salah satu madrasah ibidaiyah negeri di
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
61
c. Visi dan Misi Sekolah
Visi Sekolah
“ Terwujudnya peserta didik religius, berdisiplin tinggi dan unggul
prestasi “
Misi Sekolah
1) Mendidik peserta didik untuk mengetahui ibadah-ibadah
wajib dan tata cara mengerjakannya dengan benar
2) Mendidik dan membiasakan berperilaku mulia baik dalam
ucapan dan perbuatan
3) Mendidik dan membiasakan peserta didik berperilaku disiplin
dan taat aturan
4) Mendidik dan membekali ilmu yang memadai sehingga
mampu berprestasi
d. Tujuan MIN Mlangen
1) Membentuk peserta didik yang mengetahui ibadah wajib dan
bisa mengerjakan secara benar
2) Membentuk peserta didik yang terbiasa berperilaku mulia dalam
ucapan dan perbuatan
3) Membentuk peserta didik yang disiplin dan taat aturan
4) Membentuk peserta didik yang berkualitas unggul dan
berprestasi
62
Untuk mencapai Visi, Misi, dan Tujuan tersebut, Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Mlangen juga menyelenggarakan beberapa
kegiatan ekstrakurikuler.
Seluruh siswa tersebut di samping mengikuti kegiatan belajar yang
telah terjadwal sebagai pelajaran yang wajib diikuti sebagai siswa
MIN Mlangen, terdapat juga kegiatan pengembangan diri yang
dipergunakan untuk membiasakan dan membudayakan sikap, nilai,
tata karma, dn keterampilan lunak (soft skills) lainnya. Adapun
beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di MIN Mlangen
antara lain:60
a) Pramuka
Kegiatan pramuka ini dilaksanakan oleh siswa-siswa MIN
Mlangen dari kelas III sampai V, dengan mengambil hari kamis
siang sebagai waktu pelaksanaan. Kelas VI tidak diikutsertakan
karena untuk siswa kelas VI telah dibebastugaskan dari kegiatan
ekstrakkurikkuler. Penanggungjawab pada kegiatan
ekstrakurikuler pramuka ini adalah Ibu Mutma‟inah, S. Pd. I.
b) Rebana
Kegiatan ekstrakurikuler rebana ini diikuti oleh siswa setelah
proses pembelajaran selesai, dan kegiatan ini mengambil lwaktu
siang hari yang diikuti oleh siswa kelas III sampai kelas V yang
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah dibentuk oleh
60 Sumber TU MIN MLangen Salaman November 2014
63
sekolah berdasarkan kelas masing-masing. Ekstrakurikuler
rebana ini diampu oleh Bapak Arif.
c) Seni baca tulis Qur‟an
Kegiatan ekstrakurikuler seni baca Qur‟an diikuti oleh siswa
kelas III-V kegiatan ini dilaksanakan sesuai jadwal masing-
masing kelas. Penanggung jawab dari kegiatan baca tulis Qur‟an
adalah Bapak Muntoha.
d) Olah Raga
Kegiatan ekstrakurikuler olah raga ini mencakup bola voli dan
tenis meja. Kegiatan ini dilaksanakan pda hari sabtu siang
setelah jam pelajaran berakhir. Ekstrakurikuler olah raga
diampu oleh Bagus Sulistyo
e. Sasaran MIN Mlangen Salaman
1) Lulusan Madrasah mampu membiasakan mengucapkan salam,
mengucapkan kalimat thayyibah, hafal asmaul husna, juz 30,
membiasakan sholat fardlu dan sunat secara benar, dan gemar
infak. Dengan kelulusan UAMBN rata-rata 8,0
2) Lulusan madrasah mampu memiliki kedisiplinan tinggi baik
dalam madarasah maupun dalam kehidupan sehari-hari meliputi
disiplin waktu, disiplin dalam beribadah, rapi dan kerja. Dengan
nilai kelulusan UN rata-rata 7,5
64
3) Lulusan Madrasah mampu mencapai prestasi yang unggul dalam
bidang akademik dengan nilai kelulusan UN rata-rata 7,5 dan
UAMBN 8,0 serta non akademik dengan mengikuti berbagai
event lomba.
f. Program MIN Mlangen
1) Menjelaskan macam-macam ibadah wajib
2) Menjelaskan tatacara ibadah secara benar dengan menguraikan
syarat, rukun dan sunah-sunahnya
3) Menjelaskan beberapa akhlaq mulia dan membiasakan
pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari
4) Menjelaskan tata cara aturan yang harus di taati dan membiasan
dengan member contoh dan mengingatkan secara terus menerus
sampai terbentuk sebuah kebiasaan perilaku disiplin
5) Membekali ilmu yang memadai sehingga mampu
berprestasi tinggi
g. Prestasi Yang Pernah Diraih
Berikut ini beberapa prestasi yang pernah diraih oleh MIN
Mlangen baik prestasi akademik ataupun non akademik :61
1) Juara II tenis meja putra dalam rangka pecan olahraga dan
kesenian madrasah ibtidaiyah kabupaten Magelang tahun 2000
61 Sumber TU MIN MLangen Salaman November 2014
65
2) Juara II lomba mata pelajaran bidang IPS dan PPKn dalam
rangka pecan olahraga dan seni madrasah ibtidaiyah
kabupaten Magelang tahun 2002
3) Juara II lomba mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat
kabupaten magelang tahun 2005
4) Juara II pesta siaga SD/MI kwaran Salaman tahun 2006
5) Juara III lomba senam sehat Indonesia UPT dinas pendidikan
kecamatan Salaman tahun 2007
6) Regu tergiat III jambore SD/MI kwartir cabang kabupaten
Magelang 13-15 Oktober 2011
7) Barung tergiat I putrid pesta siaga MI kwaran XI.08.18
kecamatan Salaman 12 Februari 2012
8) Juara I pidato bahasa arab dalam rangka porseni MI 2012
HAB kementrian agama kabupaten Magelang
9) Juara III rebana dalam rangka porseni MI 2012 HAB
kementrian agama kabupaten Magelang
10) Juara III tenis meja putra dalam rangka porseni MI 2012 HAB
kementrian kabupaten Magelang
11) Juara III pidato bahasa Jawa dalam rangka porseni MI 2012
HAB kementrian agama 2012
12) Juara III pidato bahasa inggris dalam rangka porseni MI 2012
HAB kementrian agama kabupaten Magelang
66
3. Kondisi tenaga pendidik MIN Mlangen
a. Keadaan guru MIN Mlangen
Guru merupakan elemen yang terpenting dalam proses
belajar dan mengajar karena gurulah yang mampu dan bisa dekat
dengan peserta didik, gurulah yang mampu mengetahui kondisi
peserta didik, sehingga pantas kiranya seorang guru dikatakan
sebagai agen pembelajaran, dan gurulah sebagai salah satu faktor
penentu akan peningkatan kualitas peserta didik. Oleh karena itu,
sebuah keharusan untuk dilakukan pembagian tugas bagi para guru
untuk memudahkan dalam mendidik peserta didik, saat ini jumlah
guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen memiliki 14 guru,
dengan klasifikasi 11 guru PNS dan 3 guru non PNS. Adapun
nama guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen sebagai berikut :
Tabel 2.5 Data jumlah guru MIN Mlangen Salaman
(Sumber Tata Usaha MIN Mlangen November 2014)
No Nama Guru NIP Jabatan
1 NNasichun, S. Pd. I 195905191983041001 Kepala Madrasah
2 SSholikah, S. Pd. I 196902011992022001 Guru Kelas V
3 SSalimah, S. Pd. I 197205202007012007 Guru Kelas VI
4 NNurul Fadhilah, S. Pd. I 197511082007012015 Guru Kelas IV
5 NNidaul Chasanah, S. Pd.I 197303042007102002 Guru Kelas III
6 MMutma‟ inah, S. Pd. I 197205172007102002 Guru Kelas IA
7 PPurhisam Saputro 197301112007101002 Guru Mapel
8 AAkhmadFakhruddin, . Pd. I 197806042007101002 Guru Kelas II
9 MMusdi, S. Pd. I 197312271998031002 Guru Mapel
10 Z Zul Wahniyati, S. Pd. I - Guru Mapel
11 MMaryana, S, Pd - Guru Mapel
12 BBagus Sulistyo, S.E - Guru Mapel
67
b. Karyawan
Karyawan merupakan tenaga non kependidikan yang tidak memiliki
peran langsung dalam proses pembelajaran, akan tetapi tenaga yang
membantu memperlancar kegiatan di sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan, adapun jumlah karyawan di Madarasah Ibtidaiyah Negeri
Mlangen berjumlah 3 orang terdiri dari 2 orang pegawai tata usaha
dan 1 orang pegawai keamanan. Di bawah ini tabel nama-nama
pegawai tetap dan tidak tetap di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mlangen
tahun 2013-2014.
Tabel 2.6 Daftar karyawan MIN Mlangen
(Sumber TU MIN Mlangen November 2014)
No Nama NIP Jabatan
1 AAgni Pratiwi 198508102005012001 Tata Usaha
2 SrSri Rokhayati - Tata Usaha
3 UUlia Rofik - Keamanan
c. Peserta Didik
Siswa atau peserta didik merupakan subjek sekaligus obyek
pendidikan memiliki peranan penting dalam dinamika
sekolah/madrasah, siswa juga menjadi unsur primer dalam
pendidikan, oleh karena itu, segala aktivitas yang ada di sekolah
secara mutlak diorientasikan untuk peneneman nilai dan
pengembangan peserta didik untuk menghadapi kehidupannya di masa
68
depan. Di bawah ini, akan penulis deskripsikan kondisi peserta didik
di Madrasah Ibtidaiyah Mlangen secara kuantitatif dalam tabel di
bawah ini
Tabel 2. 7 Jumlah peserta didik MIN Mlangen Salaman
(Sumber Tata Usaha MIN Mlangen November 2014)
Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
IA 14 7 21
IB 12 11 23
II 17 17 34
III 25 12 37
IV 16 11 27
V 9 16 25
VI 13 7 20
Jumlah 106 80 186
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah siswa MIN
Mlangen pada Tahun Ajaran 2013/2014 adalah 186 siswa. Tiap-tiap
ruangan kelas rata-rata dihuni 17-25 siswa. Jumlah ini sudah lebih dari
standart minimal siswa dalam I kelas yaitu 10 orang. Jumlah ini cukup
baik bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, sebab
siswa tidak banyak dan juga tidak terlalu sedikit, sehingga guru bisa
mengontrol siswa dengan baik dan mudah dari pada kelas dengan
jumlah siswa yang banyak.
4. Sarana dan Prasarana
Sebagai penunjang penyelenggara pendidikan, sarana dan prasarana
digunakan sebagai pendukung terciptanya proses pendidikan yang baik di
suatu Madrasah MIN Mlangen sudah memiliki sarana dan prasarana
yang cukup baik.
69
5. Struktur Organisasi
Kepala Madrasah
Nasichun, S.Pd.I
Ketua Komite
Muslih Efendi
Waka Keuangan
Nidaul Chasanah
Akademik & Kurikulum
Sholikah, S. Pd. IWaka Kesiswaan
Salamah, S. Pd. I
Waka Rumah Tangga
Nurul Fadilah, S. Pd. I
Kepala Perpustakaan
Nidaul Chasanah
Litbang & Prestasi
Zul Wahniyati, S. Pd. I
Tata Usaha
Agni Pratiwi
Wali Kelas I A
Mutmaínah, S. Pd. I
Wali Kelas II
Achmad Bakhrudin
Wali Kelas I B
Zul Wahniyati, S. Pd. I
Wali Kelas III
Musdi, S. Pd. I
Wali Kelas I A
Mutmaínah, S. Pd. I
Wali Kelas II
Achmad Bakhrudin
Wali Kelas III
Musdi, S. Pd. I
Siswa
Keamanan
Ulia Rofiq
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi MIN Mlangen
( Sumber : Tata Usaha MIN Mlangen, 2014 )
6. Job Descripsion
Pengelola sekolah terdiri dari :62
a. Ketua Komite
Nama : Muslih Efendi
62 Sumber TU MIN Mlangen November 2014
70
Fungsi dan Tugas :
1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan
pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu.
3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan
berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
b. Kepala Sekolah
Nama : Nasichun, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas :
1) Kepala Sekolah selaku edukator
a) Mengajar di kelas.
b) Membimbing guru.
c) Membimbing karyawan.
d) Membimbing siswa.
e) Mengembangkan staf.
f) Mengikuti perkembangan IPTEK.
g) Memberi contoh Bimbingan Konsling / Karier yang baik.
h) Mengatur perencanaan proses belajar mengajar secara cepat,
tepat dan akurat.
71
2) Kepala Sekolah selaku manajer
a) Menyusun perencanaan.
b) Mengorganisasikan kegiatan.
c) Mengarahkan kegiatan.
d) Melaksanakan pengawasan.
e) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan.
f) Melakukan evaluasiterhadap kegiatan.
g) Menentukan kebijaksanaan.
h) Mengadakan rapat.
i) Mengambil keputusan.
j) Mengatur proses belajar mengajar.
k) Mengatur administrasi : ketatausahaan, siswa, ketenagaan,
sarana prasarana, keuangan /RAPBS.
l) Mengatur organisasi siswa intra sekolah (OSIS).
m) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi
terkait.
3) Kepala Sekolah selaku administrator
a) Perencanaan.
b) Pengorganisasian.
c) Pengarahan.
d) Pengkoordinasian.
e) Pengawasan.
f) Kurikulum.
72
g) Kesiswaan .
h) Ketatausahaan.
i) Ketenagaan.
j) Kantor.
k) Keuangan.
l) Perpustakaan.
m) Laboratorium.
n) Ruang Ketrampilan/Kesenian.
o) Bimbingan Konseling.
p) UKS.
q) Gedung Serbaguna.
r) OSIS.
s) Media.
t) Gudang.
4) Kepala Sekolah selaku supervisor
a) Proses belajar mengajar.
b) Kegiatan bimbingan dan konseling.
c) Kegiatan ekstrakurikuler.
d) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait.
e) Sarana dan prasarana.
f) Kegiatan OSIS.
5) Kepala Sekolah selaku pemimpin
a) Dapat dipercaya, jujur dan bertanggungjawab.
73
b) Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa.
c) Memiliki visi dan memahami visi sekolah.
d) Mengambil keputusan urusan intern dan ekstern sekolah.
e) Membuat, mencari dan memilih gagasan baru.
6) Kepala Sekolah selaku inovator
a) Melakukan pembaharuan di bidang :
(1) KBM.
(2) BK.
(3) Ekstrakurikuler.
(4) Pengadaan.
b) Melaksanakan pembinaan guru dan karyawan.
c) Melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di
komite sekolah dan masyarakat.
7) Kepala Sekolah selaku motivator
a) Mengatur ruang kantor yang kondusif untuk bekerja.
b) Mengatur ruang kantor yang kondusif untuk KBM dan BK.
c) Mengatur ruang laboratorium yang kondusif untuk
praktikum.
d) Mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar.
e) Mengatur halaman / lingkungan sekolah yang sejuk dan
teratur.
f) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru
dan karyawan.
74
g) Menerapkan prinsip penghargaan dan hukum
c. Waka Keuangan
Nama : Nidaul Chasanah
Fungsi dan Tugas :
1) Mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran uang.
2) Mengadakan pemeriksaan keuangan dalam rangka serah terima
dan pembuatan laporan tahunan.
3) Menyiapkan bukti-bukti kas untuk keperluan pemeriksaan
keuangan.
d. Akademik & Kurikulum
Nama : Sholikah, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas :
1) Menyusun dan menjabarkan Kalender Pendidikan
2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
3) Menyusun pembagian program penjabaran (program semester,
program satuan pelajaran, dan persiapan mengajar, penjabaran
dan penyesuaian kurikulum)
4) Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
5) Menyusun kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan, dan
laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan
STTB
75
6) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran
7) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pelajaran
8) Mengatur mutasi siswa
9) Melakukan supervisi administrasi dan akademis
10) Menyusun laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala
e. Waka Kesiswaan
Nama : Salimah, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas :
1) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
2) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 8 K
(Keagamaan, Kebersihan, Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan,
Keindahan, Kerindangan, dan Kesehatan )
3) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi
kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah
remaja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS)
4) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan
sekolah
5) Menyelenggarakan cerdas cermat, olahraga prestasi
6) Membuat dan melaporkan statistik pendidikan
7) Membukukan dan mengarsipkan data prestasi siswa
8) Mencatat data-data prestasi ujian nasional
9) Melayani legalisir
76
f. Waka Rumah Tangga
Nama : Nurul Fadilah, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas :
1) Memberikan pengarahan siswa dalam belajar
2) Mengarahkan siswa dalam bersosialisasi dengan masyarakat
3) Memberikan perlindungan kepada siswa
4) Memperkenalkan dan mengajak siswa dalam kehidupan
beragama
5) Memberikan kasih sayang, perhatian dan rasa aman diantara
siswa
6) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam lingkungan
sekolah
g. Kepala Perpustakaan
Nama : Nidaul Chasanah
Fungsi dan Tugas :
1) Menyusun program kerja perpustakaan
2) Menyiapkan ketatausahaan surat menyurat perpustakaan
3) Memberi layanan sirkulasi buku-buku perpustakaan
4) Membantu tugas-tugas perpustakaan
5) Membantu tugas di kantor
6) Pengetikan surat-surat
7) Mengisi data-data perpustakaan dan mendindingkan
77
8) Menata ruang dan buku-buku perpustakaan
h. Litbang & Prestasi
Nama : Zul Wahniyati, S. Pd. I
Fungsi dan Tugas :
1) Menciptakan, merekayasa, dan mengembangkan inovasi
teknologi pembelajaran dan rekomendasi kebijakan
pembangunan sumberdaya manusia MIN Mlangen di bidang
pendidikan sesuai dinamika kebutuhan dewasa ini.
2) Meningkatkan efisiensi dan percepatan diseminasi kepada para
pengguna serta meningkatkan penjaringan umpan balik inovasi
pendidikan/pembelajaran.
3) Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional
dalam rangka penguasaan IPTEK dan peningkatan peran Badan
Litbang MIN Mlangen dalam pengembangan pembelajaran dan
kualitas pendidikan.
4) Mengembangkan kapasitas institusi MIN Mlangen Bekasi
menuju pengelolaan litbang yang profesional dan berintegritas
moral tinggi.
5) Memperbanyak kuantitas dan meningkatkan kualitas penelitian
dan pengembangan dalam bidang pendidikan
i. Tata Usaha
Nama : Agni Pratiwi
78
Fungsi dan Tugas :
1) Mengkoordinator urusan Tata Usaha
2) Melengkapi isian buku induk pegawai
3) Pembuatan permintaan tunjangan keluarga
4) Pengetikan DP 3 Pegawai Negeri
5) Usul kenaikan gaji berkala
6) Membuat usul penetapan angka kredit
7) Membuat usul menduduki jabatan
8) Kurir kantor
9) Pengarsipan surat-surat
10) Mencatat dan peningkatan kompetensi guru/karyawan
11) Menuliskan agenda kegiatan Kepala Sekolah
12) Mengerjakan tugas-tugas lain jika da perintah pimpinan yang
bersifat insedentil.
j. Wali Kelas
Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala Sekolah untuk
membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin kelas, sebagai
manajer dan motivator untuk membangkitkan gairah /minat siswa
untuk beprestasi di kelas. Tugas pokok dan fungsi wali kelas sebagai
berikut :
(1) Pengelola kelas
(2) Mengenal dan memahami situasi kelasnya.
79
(3) Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi :
Denah tempat duduk siswa, papan absen siswa, Daftar
Pelajaran di kelas, Daftar Piket Kelas, Struktur Organisasi
Pengurus Kelas, Tata Tertib siswa di kelas, Buku Kemajuan
Belajar, Buku Mutasi Kelas, Buku Peta Kelas, Buku Inventaris
barang-barang di kelas, Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa,
Buku Rapor, Buku Daftar Siswa Berprestasi di kelas
(4) Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguh-
sungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah.
(5) Memantapkan siswa di kelasnya, dalam mel;aksanakan
tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
(6) Menangani / mengatasi hambatan dan gangguan terhadap
kelancaran kegiatan kelas dan atau kegiatan sekolah pada
umumnya.
(7) Mengerahkan siswa di kelasnya untuk mengikuti egiatan-
kegiatan sekolah seperti
(8) Upacara Bendera, Ceramah, Pertandingan dan kegiatan lainnya.
(9) Membimbing siswa kelasnya dalam melaksanakan kegiatan
Ekstrakurikuler (Peran serta kelas dalam hal pengajuan calon
pengurus OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan siswa
berprestasi, acara kelas, dll ).
80
(10) Melakukan Home Visit ( kujungan ke rumah / oang tua ) atau
kelauarganya.
(11) Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi
siswa di kelasnya.
(12) Mengisi / membagikan Buku Laporan Pendidikan (Rapor)
kepada Wali siswa.
(13) Mengajukan saran dan usul kepada pimpinan sekolah mengenai
siswa yang menjadi bimbingannya.
(14) Mengarahkan siswa agar peduli dengan kebersihan dan peduli
dengan lingkungannya
(15) Membuat Laporan tertulis secara rutin setiap bulan.
k. Keamanan
Nama : Ulia Rofig
Fungsi dan Tugas :
1) Mengisi buku catatan kejadian
2) Mengantar/member petunjuk tamu sekolah
3) Mengamankan pelaksanaan upacara, PBM, UNAS, Rapat
4) Menjaga ketenangan dan keamanan sekolah siang dan malam
5) Merawat peralatan jaga malam
6) Melaporkan kejadian secepatnya, bila ada
l. Siswa
Siswa wajib mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.
81
Fungsi dan Tugas :
1) Belajar
a) Memahami dan mempelajari materi yang diajarakan
b) Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
c) Mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan
mengerjakan PR jika Ada PR.
2) Taat pada peraturan sekolah
3) Patuh dan hormat pada guru
4) Menuruti semua perintah guru.
5) Menghargai guru.
6) Memperhatikan jika diterangkan materi oleh guru
7) Disiplin
a) Disiplin dalam sekolah
b) Disiplin dalam belajar
8) Menjaga nama baik sekolah
B. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
1. Letak Geografis63
Madrasah Ibtidaiyah Kebonsari terletak jauh dari jalan raya
di dusun Cengkir desa Kebonsari kelurahan Kebonsari kecamatan
Borobudur kabupaten Magelang. Batas lokasi Madrasah Ibtidaiyah
sebelah Utara berbatasan irigasi, sebelah Timur berbatasan dengan
63 Data penulis dapatkan dari Kepala Madrasah MI Kebonsari Borobudur, November 2014
82
jalan dusun sebelang Selatan berbatasan dengan ruamah bapak
Marsodi, dan sebelah Barat berbatasan dengan rumah milik bapak
Misbakhul Munir64
. Jarak sekolah dengan ibu kota kecamatan 6 km,
jarak dengan ibu kota kabupaten 9 km, jarak dengan kantor
kementerian agama 15 km.
2. Sejarah Singkat Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari Borobudur
Madrasah Ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan yang
didirikan oleh Yayasan Ma‟arif Cabang Magelang. Madrasah
Ibtidaiyah adalah nama yang diambil dari bahasa Arab, yang artinya
sekolah dasar. Sesuai dengan nama yang diambil dari bahasa Arab,
maka Madrasah Ibtidaiyah dalam mata pelajarannya lebih
menonjolkan pendidikan Agama Islam. Lokasi di mana Madrasah
Ibtidaiyah ini berada adalah di Desa Kebonsari, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang.
Yang mendorong berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif
Kebonsari adalah keinginan dari masyarakat dan sekitarnya akan
adanya sekolah dasar yang berlandaskan ajaran Islam. Karena
terdorong rasa tanggung jawab yang besar atas segala kewajiban
untuk mempersiapkan generasi muda yang Islami dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Mahas Esa, cerdas dan berwawasan jauh ke
depan sebagai wujud pribadi muslim. Maka atas kehendak
64 Sertifikat tanah
83
Kebonsari pada tanggal 15 Januari 196965
berdirilah Madrasah
Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari.
Dengan segala keterbatasannya, Madrasah Ibtidaiyah baru
tersebut dalam proses belajar mengajarnya sering menempati rumah
penduduk di sekitarnya. Madrasah Ibtidaiyah tersebut pada tahun
1978 mendapat pengesahan atau ijin dengan nomor, NO:
LK/3.C/96/Pem.MI/1978,66
dengan status terdaftar. Dan dengan
Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 15.2.03.62. No. Bangunan :67
Adapun tokoh-tokoh yang ikut memprakarsai berdirinya Madrasah
Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari adalah :
a. Bapak Harus Rosyid
b. Bapak Achmad Syafi‟i
c. Bapak K.H. Abdul Jabar
d. Bapak K. Abdul Hadi
65 Data SK pendirian.tanggal 15 januari 1969 66 Dokumen Madrasah.1978 67 Ijin Bangunan.
NSB 152030802033
83 MI
84
Adapun status Madrasah Ibtidaiyah semenjak didirikan sampai
sekarang masih terdaftar dengan akriditasi B68
. Dan yang menjabat
kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1) Sukaemi, yaitu mulai didirikan tahun 1969 sampai tahun 1970.
2) Tanwin, mulai tahun 1970 sampai tahun 1982.
3) Juwandi, S.Pd.I mulai tahun 1982 sampai tahun 2009.
4) Datun, S.Pd. mulai tahun ajaran 2009/2010 sampai tahun ajaran
1011/2012
5) H. Suprapto Pada tahun ajaran 2012/2013.
6) Najmudin, S.Pd.I mulai tahun ajaran 2013/2014 sampai sekarang.
3. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan
a. Visi
Visi dari Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari adalah
”Terbentuknya Insan Beriman, Bertaqwa, Berahlaqul Karimah,
dan Berkwalitas‟69
.
Indikator Visi:
Terwujudnya Peserta Didik yang beriman kepada Alloh SWT.
1) Terwujudnya Peserta Didik yang tekun melaksanakan
ibadah wajib maupun sunnah
68 Sertifikat Akreditasi. Tanggal 27 Oktober 2011 69 KTSP MI Ma’arif Kebonsari. Tahun Ajaran 2013/2014, 4.
85
2) Terwujudnya Peserta Didik yang santun dalam berperilaku
sesuai dengan tuntunan agama Islam
3) Terwujudnya generasi ummat yang unggul dalam prestasi
akademik dan non akademik sebagai bekal melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi dan atau hidup mandiri.
b. Misi
1) Membekali Imtaq,
2) Membekali Iptek,
3) Membentuk peserta didik berahlaqul Karimah
4) Memfasilitasi peserta didik ke jenjang sekolah berikutnya.
c. Tujuan Pendidikan Madrasah
Secara umum, tujuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif
Kebonsari Kecamatan Borobudur adalah meletakkan dasar
Keimanan, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan
dasar tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari
mempunyai tujuan sebagai berikut:70
1) Mewujudkan peserta didik yang beriman,
2) Mewujudkan peserta didik bertaqwa,
86
3) Mewujudkan perilaku Islami di lingkungan Masyarakat.
4) Mewujudkan peserta didik didiplin,
5) Mewujudkan peserta didik terampil,
6) Mewujudkan peserta didik mandiri, dan berahlaq mulia.
4. Struktur Organisasi
Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari yang menjabat
kepala adalah Najmudin, S.Pd.I, komite Madrasah Ibtidaiyah
Ma‟arif Kebonsari dijabat Oleh H. Suprapto, A.Md.Pd, dan
diwakili oleh Durotul Yatimah, A.Ma, Muhammad Ajmin, S.Pd.I
sebagai bendahara Madrasah, Datun, S.Pd. sebagai sekretaris
madrasah, seksi UKS adalah Musribatun, seksi Pembina pramuka
adalah Wunarni, A.Ma, seksi kebersihan keindahan dan kerapian
adalah Fajrul Arofah, S.Ag, dan seksi humas adalah Lilik Yuniarsih,
S.Hum.
5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan
Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Kebonsari mempunyai 9 orang
pengajar, 6 orang sebagai guru tetap dan 2 orang sebagai tidak guru
tetap dan satu orang guru berstatus PNS diperbantukan.
Adapun pembagian tugas dalam proses belajar mengajar di MI
Kebonsari pada tahun 2013/2014 adalah sebagai berikut:71
71 Data penulis peroleh dari Kepala MI Kebonsari Borobudur, November 2014.
87
Tabel 2. 8 Data jumlah guru MI Kebonsari Borobudur Tahun
2013/2014
(Sumber Kepala Madrasah MI Kebonsari November 2014)
No Nama Guru NIP Jabatan
1 N Najmudin, S. Pd. I - Kepala Madrasah
2 D Durotul Yatimah, A.Ma - Guru Kelas I
3 Musribatun, S. Pd. I - Guru Kelas II
4 Muhamad Ajmin, S. Pd.I - Guru Kelas III
5 D Wunarni, A. Ma. - Guru Kleas IV
6 FFajrul „Arofah, S. Ag. - Guru Kelas V
7 M Datun, S. Pd 19670611200604 Guru Kelas VI
8 LLilik Yuniarsih, S. Hum. - Guru Mapel PAI
9 Muhamad Fatoni, S. Pd. I - Guru Penjaskes
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Adapun mengenai keadaan sarana dan prasarana madrasah adalah
sebagai berikut
a. Keadaan gedung madrasah
(1) Bangunan gedung : Permanen
(2) Status pemilikan : Wakaf
(3) Status penggunaan : Milik
(4) Gedung madrasah tersebut dipakai bersama dengan RA
Muslimat NU.
(5) Ijin pendirian : IK/3.C/96/Pem.MI/197872
b. Keadaan ruang
Madrasah tersebut terdiri dari 8 ruang, yaitu :
(1) 6 ruang kelas
(2) 1 ruang guru
(3) 3 ruang WC
72 Dokumen Madrasah
88
(4) 1 ruang perpustakaan
c. Sarana Pendidikan
Alat-alat kantor perlengkapan pengaajran, sarana olahraga,
dan perlengkapan kesenian.
7. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif
Kebonsari meliputi:
a. Kepramukaan
Kepramukaan kegiatan ini diikuti oleh siawa kelas III sampai
dengan kels V, dan dilaksanakan setiap hari Jum‟at sore jam
14.30 sampai dengan jam 16.00 dengan dua orang pembina
pramuka yaitu kak Muhammad Ajmin, dan kak Wunarni.
b. Rebana
Rebana kegiatan ini diikuoleh siswa kelas IV dan V, dan
dilaksanakan setiap hari sabtu sore jam 14.00 sampai dengan jam
16.00 dengan seorang guru pembina yang bernama Wunarni
A.Ma.
c. Pengenalan Komputer
Pengenalan Komputer diberikan kepada siswa kelas VI sebagai
mata pelajaran setelah kegiatan ujian sekolah berakhir.
89
BAB IV
ANALISIS PEMBELAJARAN IPA DAN IPS
DENGAN PAI BERBASIS INTEGRASI DAN INTERKONEKSI
A. Proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis
integrasi interkoneksi kelas I, II, III di MIN Mlangen Salaman
dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
1. MIN Mlangen Salaman
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada akhir
semester gasal, yang menjadi responden adalah kepala
madrasah, para guru di MIN Mlangen Salaman dan MI
Ma‟arif Kebonsari Borobudur. Dalam Implementasi
kurikulum KTSP perlu adanya pengintegrasian dalam
berbagai mata pelajaran, menjadikan satu kesatuan sehingga
dapat membentuk siswa yang mempunyai karakter yang
diharapkan.
Hal yang demikian tersebut sebagaimana yang
yang dikatakan oleh Kepala Madrasah Mlangen Salaman
Nasikhun (2014) bahwa Pelaksanaan pembelajaran IPA dan
IPS berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI sangat
diperlukan sebab untuk mengatasi perkembangan yang serba
kompleks dan tak terduga pada masa saat ini serta tanggung
jawab global sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan
89
90
sumber daya manusia yang memiliki kualitas. Secara umum
dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dan IPS berbasis
integrasi interkoneksi dengan PAI di Madrasah Ibtidaiyah
menggunakan tiga pola, justifikasi, spiritualisasi dan
pendekatan pembelajaran terpadu dengan tipe integrated
pada pola justifikasi guru melakukan pembenaran dengan
nilai Islam terhadap materi yang terdapat dalam bahan ajar
IPA/IPS. Pada pola spiritualisasi guru tidak menyisipkan
nilai Islam sebagai materi yang relevan dengan tema kajian,
melainkan melakukan spiritualisasi dalam pembelajaran.
Namun tidak semua materi pelajaran dapat dengan mudah
diintegrasikan dengan nilai Islam oleh guru, maka
manajemen waktu di kelas perlu dilakukan secara ketat dan
baik, karena ketika ada pengintegrasian nilai Islam dengan
sendirinya menambah materi pelajaran yang memerlukan
waktu tersendiri.
Mutma‟inah (2014) guru kelas 1 MIN Mlangen
menjelaskan contohnya dalam materi kelas I semester gasal
khususnya pelajaran IPA (mengenal bagian-bagian anggota
tubuh dan kegunaannya) bisa diintegrasi interkoneksikan
dengan PAI (mengenal Allah melalui pengenalan terhadap
rukun iman). Pelajaran IPS (mengidentifikasi identitas diri,
91
keluarga dan kerabat) diintegrasikan interkoneksi dengan
PAI (membiasakan diri berakhlak terpuji).73
Akhmad Fakhrudin (2014) menjelaskan bahwa dalam
materi IPA kelas II semester gasal pelajaran IPA (mengenal
bagian tubuh hewan dan tumbuhan dapat diintegrasi
interkoneksi dengan PAI (asmaul husna), bahwa tumbuhan
dan hewan dapat di manfaatkan untuk mencukupi kebutuhan
manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan merupakan
bagian dari kenikmatan yang diberikan Allah sehingga kita
wajib bersyukur atas kenikmatan tersebut. Dalam pelajaran
IPS (Peristiwa penting dalam keluarga), dalam sebuah
keluarga terdiri dari ada ayah, ibu dan anggota keluarga
yang lain, harus bias hidup rukun sehingga bias terjalin
komunikasi yang baik dengan sesama anggota yang lain.
Maka perlu adanya pembiasaan akhlaq yang terpuji dalam
sebuah keluarga.74
Menurut Nidaul Chasanah (2014) guru kelas III
bahwa materi IPA kelas III juga bisa diintegrasi interkoneksi
dengan PAI. Materi IPA (Memahami kondisi lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya menjaga
kesehatan lingkungan) ada kaitannya dengan pembiasaan
73 Mutma’inah, Wawancara tentang materi IPA dan IPS Kelas 1 diintegrasi interkoneksi
dengan PAI, 15 November 2014. 74 Akhmad Fakhruddin, Wawancara tentang materi IPA dan IPS Kelas 2 diintegrasi
interkoneksi dengan PAI, 15 November 2014
92
akhlaq terpuji yaitu menjaga kebersihan lingkungan
(merupakan bagian dari keimanan). Materi IPS (memahami
lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah
dan sekolah) kaitannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial tidak bias hidup sendiri membutuhkan bantuan orang
lain maka harus bias menjalin hubungan yang baik dengan
lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Supaya bisa
terjalin dengan baik maka kita harus punya akhlaq terpuji
(rendah hati, santun, ikhlas dan dermawan).75
Menurut beberapa guru (Zul Wahniyati,
Mutma‟inah, Akhmad Fakhruddin, Nidaul Chasanah,
Salimah) dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran materi IPA dan IPS selalu mengaitkan dengan
PAI. Metode yang diterapkan dengan pendekatan saintifik.
Sedangkan faktor penunjangnya dari lingkungan sekitar, IT,
masyarakat sekitar (kegiatan keagamaan yang dilaksanakan
di lingkungan masyarakat seperti TPA), buku-buku yang
relevan (buku-buku IPA, IPS dan Agama)
Sedangkan sistematika pembelajaran materi IPA
dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan
PAI melalui pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Materi IPA, IPS yang dapat
75 Nidaul Chasanah, Wawancara tentang materi IPA dan IPS Kelas 3 diintegrasi
interkoneksi dengan PAI, 15 November 2014
93
diintegrasikan dengan PAI di antaranya ciri-ciri makhluk
hidup (IPA kelas III) dengan PAI (asmaul husna, rukun
iman). Rumah sehat (IPS kelas I) dengan PAI (hadis
kebersihan). Dan masih banyak contoh materi IPA, IPS
yang bisa dikaitkan dengan PAI.
Pemetaan langkah-langkah pembelajaran materi IPA
dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan
PAI selalu mengacu pada SKL, SK, KD dan indikator yang
sesuai dengan silabus. Sedangkan sumber belajar yang
digunakan di antaranya lingkungan sekitar, buku-buku yang
relevan, dan internet.
Evaluasi yang digunakan untuk menilai dalam
pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis
integrasi interkoneksi dengan PAI melalui dengan lesan dan
tertulis. Baik dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
2. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
Dalam Implementasi kurikulum KTSP di MI
Kebonsari Borobudur pelaksanaan pembelajaran materi IPA
dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan
PAI, menurut Bapak Najmudin selaku Kepala Madrasah MI
Ma‟arif Kebonsari Borobudur bahwa pendidikan
mengembangkan potensi anak untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian
94
kecerdasan dan ketrampilan. Upaya Kepala Madrasah dalam
mendukung pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI
berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI yaitu dengan
cara memaksimalkan kemampuan guru dalam penguasaan
materi, buku dan alat peraga harus dipersiapkan,
memberikan sosialisasi kepada wali murid.
Sedangkan menurut guru kelas 1 (Durotul Yatimah,
A. Ma), guru kelas II (Musribatun, S. Pd.I) dan guru kelas
III (Muhammad Ajmin, S. Pd.I) dalam merencanakan
pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI yaitu dengan
membuat rancangan materi IPA/IPS mengaitkan materi
pembelajaran tersebut dengan kejadian alam, menyiapkan
sumber belajar/alat peraga yang dapat menunjang dalam
pelaksanaan KBM, serta evaluasi untuk guru dan siswa
Sebagai contoh dalam materi IPA kelas I perubahan cuaca
yang terjadi bisa dikaitkan dengan materi PAI, cuaca sering
berubah-rubah tentunya ada yang merubahnya.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran materi
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi
dengan PAI yaitu dengan ceramah, Inquiri, penugasan,
diskusi, demonstrasi dan saintifik. Model pembelajaran
examples non examples, mind mapping, think pair and
95
share.76
Yang menjadi faktor penunjangnya yaitu keadaan
alam yang beraneka ragam jenis dan bentuknya serta
keaneragaman sosial budaya masyarakat, alat peraga
(gambar-gambar, kaset, OHP).
Sistematika pembelajaran materi IPA dan IPS dengan
PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI yaitu
dengan mencari materi IPA, IPS dan PAI yang mempunyai
hubungan dan dapat dipadukan antara ketiganya dalam satu
pembelajaran. Contoh materi yang dapat diintegrasikan
yaitu, perubahan cuaca (kelas I) dengan PAI (asmaul
husna), keluragaku, lingkungan. Pemetaan langkah-
langkahnya dengan melihat Kompetensi Dasar (KD) dengan
menempatkan pembelajaran PAI sebagai dasar untuk untuk
memperjelas dan mendukung kedua materi tersebut.
Sumber belajar yang dapat digunakan yaitu buku-
buku pelajaran IPA, IPS, PAI, al-Quran, gambar-gambar,
kaset, vcd, keadaan alam sekitar, keadaan sosial di
masyarakat yang dapat dimanfaatkan. Untuk evaluasi yang
diterapkan dengan lesan dan tertulis. Baik dari
pengetahuan, sikap dan ketrampilan.77
76 Budiyono Saputro, IPA Pembelajaran Terpadu Pendekatan Praktikum,Salatiga: Stain
Salatiga Press, 2014, 9-15. 77 Wawancara penulis dengan Ibu Salimah (Guru MIN Mlangen) November 2014.
96
B. Kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran materi IPA
dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi di MIN
Mlangen Salaman dan MI Kebonsari Borobudur serta kebijakan
yang diambil untuk mengatasi kendala tersebut
1. MIN Mlangen Salaman
Berdasarkan wawancara penulis dengan kepala MIN
Mlangen menjelaskan bahwa kendala yang terjadi dalam
pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis
integrasi interkoneksi dengan PAI adalah belum adanya
buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang telah
memuat IPA/IPS yang terintegrasi dengan nilai Islam, hal
ini berakibat proses pengintegrasian diserahkan secara
menyeluruh kepada masing-masing guru. Sehingga
kelemahannya tidak setiap guru memiliki kapasitas yang
memadai dari sisi kedalaman dalam memahami Islam.
Kelemahan pembelajaran materi IPA dan IPS di MI
sejauh ini lebih menekankan pada aspek kognitif/hafalan
padahal salah satu tujuan dan nilai dalam pembelajaran IPA
di MI adalah meningkatkan nilai keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa melalui bukti-bukti ilmiah yaitu dengan
keberadaan makhluk hidup maupun benda mati melalui
langkah kinerja ilmiah. Sedangkan dari tujuan IPS pada
hakekatnya adalah membentuk siswa memiliki kepribadian
97
social yang baik, tetapi dalam pembelajaran IPS di MI
masih mengalami kekeringan spiritualitas, sehingga kurang
optimal dalam membentuk karakter sosial anak.
2. MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur
Sedangkan menurut kepala MI Ma‟arif Kebonsari
Borobudur kendala yang terjadi dalam pembelajaran materi
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi
dengan PAI bahwa tidak semua materi IPA dan IPS dapat
dipadukan dengan PAI, kurang atau minimnya pengetahuan
guru untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, kurangnya
buku dan alat peraga di sekolah, kondisi lingkungan
keluarga dan masyarakat. Untuk mengatasinya dengan
membaca buku-buku penunjang dan memanfaatkan alam
sekitar dalam pembelajaran.
Keunggulan pembelajaran materi IPA dan IPS
dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI di
antaranya anak yang nilainya diatas KKM akan merasa
senang, suasana kelas akan hidup tidak membosankan, guru
dan siswa aktif. Sedangkan kekurangannya yaitu anak yang
nilainya dibawah KKM akan ketinggalan pelajaran atau
tidak bisa mengikuti pelajaran sehingga anak yang pandai
semakin pandai sedangkan yang lambat semakin
98
ketinggalan, guru yang tidak menguasai tiga mapel (IPA,
IPS dan PAI) akan merasa kesulitan.78
Hasil penelitian senada dengan hasil penelitian Saputro (2014)
bahwa pembelajaran terpadu efektif dan efisien. Adanya kemungkinan
pemahaman antar bidang studi, karena dengan menfokuskan pada isi
pelajaran, strategi berfikir ketrampilan sosial dan ide-ide penemuan lain,
satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi
semakin diperkaya dan berkembang, memotivasi siswa dalam belajar, tipe
terintegrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang penting
dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk
bekerja dengan guru lain.
Demikian juga hasil penelitian Makmun (2010)
menyimpulkan bahwa Pembelajaran IPA dan IPS berbasis
integrasi interkoneksi menggunakan justifikasi, spiritualisasi dan
pendekatan pembelajaran terpadu dengan type integrated. Sedang
penulis temukan di lapangan bahwa dalam pembelajaran materi
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi belum
adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru yang
telah memuat IPA/IPS yang terintegrasi dengan nilai Islam, hal
ini berakibat proses pengintegrasian diserahkan secara
menyeluruh kepada masing-masing guru, tidak semua materi
dapat dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam, belum ada
78 Wawancara penulis dengan bapak Najmudin (Kepala Madrasah MI Kebonsari),
November 2014.
99
ketentuan baku dan peraturan yang mengikat secara pasti tentang
kebijakan pembelajaran integratif dengan Islam.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses pembelajaran materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis
integrasi interkoneksi kelas I, II, III di MIN Mlangen
Salaman dan MI Ma‟arif Kebonsari Borobudur tahun
pelajaran 2013/2014 sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembelajaran IPA dan IPS berbasis integrasi
interkoneksi dengan PAI dengan melakukan pemetaan SK, KD
dan penentuan tema dari silabus.
b. Menyusun RPP materi IPA, IPS dan PAI yang sudah
diintegrasikan interkoneksi melalui tema pelajaran yaitu diri
sendiri, peristiwa dan kesehatan.
c. Pelaksanaan pembelajaran IPA, IPS dan PAI secara integrasi
interkoneksi malalui tema diri sendiri, peristiwa, dan kesehatan
d. Metode yang diterapkan dengan pendekatan saintifik, ceramah,
Inquiri, penugasan, diskusi, dan demonstrasi. Sedangkan faktor
penunjangnya dari lingkungan sekitar, IT, masyarakat sekitar,
buku-buku yang relevan, keadaan alam yang beraneka ragam
jenis dan bentuknya serta keaneragaman sosial budaya
masyarakat, alat peraga (gambar-gambar, kaset, OHP).
e. Model pembelajaran examples non examples, mind mapping,
think pair and share. Sedangkan sistematika pembelajaran materi
100
101
IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan
PAI melalui pengamatan, pemahaman dan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Evaluasi yang digunakan untuk menilai dalam pembelajaran
materi IPA dan IPS dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi
dengan PAI melalui dengan lesan dan tertulis. Baik dari
pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
2. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran materi IPA dan IPS
dengan PAI berbasis integrasi interkoneksi dengan PAI
sebagai berikut:
a. Belum adanya buku standar yang dapat dijadikan
pegangan guru yang telah memuat IPA/IPS yang
terintegrasi dengan nilai Islam, hal ini berakibat proses
pengintegrasian diserahkan secara menyeluruh kepada
masing-masing guru.
b. Tidak setiap guru memiliki kapasitas yang memadai dari
sisi kedalaman dalam memahami Islam.
c. Kebijakan yang ditempuh bahwa secara umum dapat
dikatakan bahwa pembelajaran IPA dan IPS berbasis
integrasi interkoneksi dengan PAI di Madrasah
Ibtidaiyah menggunakan tiga pola, justifikasi,
spiritualisasi dan pendekatan pembelajaran terpadu
dengan tipe integrated pada pola justifikasi guru
102
melakukan pembenaran dengan nilai Islam terhadap
materi yang terdapat dalam bahan ajar IPA/IPS. Pada
pola spiritualisasi guru tidak menyisipkan nilai Islam
sebagai materi yang relevan dengan tema kajian,
melainkan melakukan spiritualisasi dalam
pembelajaran.
B. Saran
1. Guru
Dalam melaksanakan proses pembelajaran integrasi interkoneksi IPA,
IPS dengan PAI seorang guru harus memiliki sikap dan kemampuan:
a. Menguasai kurikulum dan perangkat pembelajaran
b. Penguasaan materi bidang studi secara holistic
c. Dapat melakukan pemetaan integrasi dan interkoneksi serta
menyusun tema
d. Penguasaan metode dan teknik penilaian
e. Komitmen atau kecintaan guru terhadap tugasnya
f. Disiplin
g. Pemanfaatan lingkungan, prasarana dan sarana
h. Pengembangan tes dan evaluasi belajar
i. Hubungan sekolah dengan masyarakat
2. Kementrian Agama Kabupaten Magelang
Agar menfasilitasi pelatihan integrasi dan interkoneksi pembelajaran
IPA, IPS dan PAI di semua Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang.
103
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. Paradigma Pendidikan Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Buku Kompas, 2002.
Departemen Agama. Sejarah Madrasah. Direktorat Kelembagaan Agama Islam:
2004.
Depdiknas. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : Dirjen pendidikan Dasar dan menengah.
Hamruni. Pembelajaran Berbasis Edutainment. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2013.
Kamal,http://Pendidikan kita-kamal. Blogspot. Com/2013/01. Pendidikan
Integratif Interkonektif. Html. 13/11/14.
Mahdar, Armahedi. Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam.
Bandung: Mizan Media Utama, 2004.
Makmun, Muhamad Ngali Zainal. Pendidikan IPA dan IPS Berbasis Integrasi
Interkoneksi (Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang).
Tesis Pasca Sarjana UIN Yogyakarta, 2012.
Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Muhajir,Noeng. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung, Rosda Karya, 2001.
Muliawan, Jasa Ungguh. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Mustamiran, http://Mustamiran86. Histori dikotomi ilmu. Wordpress. Com,
13/12/2014.
Purwanto, Agus. Nalar Ayat-Ayat Semesta. Bandung, Mizan, 2012.
Pusat Bahasa Dep. Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai
Pustaka, 2010.
104
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Alfa
beta, Bandung, 2008.
Saputro, Budiyono. IPA Pembelajaran Terpadu Pendekatan Praktikum. Salatiga:
Stain Salatiga Press, 2014.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
105
BIOGRAFI PENULIS
Di bawah ini adalah riwayat hidup pendidikan penulis secara singkat :
Nama : Fajrul „Arofah, S. Ag
NIM : M1.12.024
JenisKelamin : Perempuan
TempatTanggalLahir : Magelang, 3 Januari 1974
Alamat : Gupit, Kebonsari, Borobudur, Magelang
Program Studi : PAI
BiografiPendidikan :
MI Ma‟arifKebonsari : Lulus Tahun 1984/1985
MTs. N Borobudur : Lulus Tahun 1987/1988
PGA N Magelang : Lulus Tahun 1990/1991
S1. STAIN Salatiga/Tarbiyah/PAI : Lulus Tahun 1999
D2 IAIN Walisongo Semarang : Lulus Tahun 2003
S2. STAIN Salatiga/PAI : Masuk Tahun 2012
Demikian riwayat hidup penulis dalam perjalanan pendidikan, semoga dapat
menjadi perkenalan awal untuk menjalin tali persaudaraan.Mohon maklum
adanya.
Salatiga,
Tertanda
Fajrul „Arofah, S. Ag
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) TEMATIK
Nama Sekolah : MIN Mlangen Salaman
Tema : Kesehatan
Kelas / Semester : III / I
Alokasi waktu : 1 hari (1xpertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
IPA : Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan upaya
menjaga kesehatan lingkungan
IPS : Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan
sekolah
PAI : Membiasakan akhlak terpuji
B. KOMPETENSI DASAR
IPA : Mendeskripsikan kondisi lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan
IPS : Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
PAI : Membiasakan akhlak terpuji
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
IPA : - Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia
- Siswa dapat menjelaskan hubungan rekreasi, olah raga, istirahat dan
kesehatan
- Siswa dapat menyebutkan macam-macam pencemaran lingkungan
IPS : Siswa dapat melakukan perawatan lingkungan sekitar rumah
PAI : Siswa dapat membiasakan ikhlas dan jujur dalam kehidupan sehari-hari
Karakter siswa yang diharapkan: Religius
Disiplin ( Discipline )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )
D. MATERI POKOK
IPA : Ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup dan tak hidup.
Perubahan pada makhluk hidup
IPS : Kerja sama di lingkungan rumah
122
PAI : ikhlas dan jujur
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Informasi
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Demontrasi
5. Pemberian tugas
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
Apresepsi:
a. Mengisi daftar kelas, berdo‟a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat
peraga.
b. Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.
c. Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu
2. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
IPA
1) Meminta siswa mengamati photo seorang anak dari usia balita hingga dewasa,
siswa diminta menjelaskan perubahan yang terjadi dari usia balita hingga
dewasa
2) Secara kuantitatif guru dapat menunjukkan grafik di dalam KMS. Guru meminta
siswa menyerahkan KMS yang dibawa siswa, kemudian guru menggambarkan
grafik tinggi dan berat badan seperti yang ada di dalam KMS siswa
3) Siswa diminta mencari informasi tentang bermacam-macam vitamin dan bahan
makanan yang mengandung vitamin tersebut
4) Berdiskusi tentang pertumbuhan dua orang anak yang berbeda tingkat
kesehatannya. Permasalahan yang perlu didiskusikan :
- Bagaimana pertumbuhan anak yang sakit?
- Bagaimana pertumbuhan anak yang sehat?
- Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesehatan anak?
- Pola makan bagaimana yang paling baik agar tumbuh sehat?
Setelah diskusi siswa diminta mengungkapkan pendapatnya.
IPS
a. Membagi siswa menjadi dua kelompok untuk melakukan praktek kesadaran
lingkungan
b. Mengajak siswa untuk mempersiapkan alat-alat kebersihan
123
1) Kelompok satu : mengumpulkan sampah yang ada di lingkungan sekolah,
memisahkan antara sampah kering dan sampah besar kemudian
menguburkan sampah basah tersebut
2) Kelompok dua : Menanam pohon di sekolah
PAI
1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pelaksanaan sholat
lima waktu
2) Guru menanyakan bacaan sholat pada siswa
3) Guru memberi tugas pada siswa untuk mencatat shalat yang sering
ditinggalkan
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan Akhir, guru:
1.Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
2.Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan
3.Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan
G. ALAT DAN SUMBER BAHAN
Sumber Belajar
1. Buku IPA Erlangga kelas 3
2. Buku IPS Yudistira kelas 3
3. Buku Aqidah akhlak Tiga Serangkai kelas 3
Alat Peraga
124
1. Gambar kenampakan alam
2. Gambar kenampakan buatan
3. Gambar peristiwa alam
H. PENILAIAN
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
1. IPS:
Melakukan perawatan
lingkungan sekitar
rumah
2. IPA:
Menyebutkan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan tubuh
manusia
Menjelaskan
pentingnya makanan
bergizi seimbang
untuk pertumbuhan
Menjelaskan
pengaruh bahan
makanan tambahan
(zan aditif) terhadap
tubuh
Menjelaskan
hubungan rekreasi,
olah raga, istirahat
dan kesehatan
Menyebutkan
macam-macam
pencemaran
lingkungan
3.PAI
Menjelaskan
pengertian jujur
Tes lisan
Tes
tertulis
uraian
isian
1. IPS:
Jelaskanlah cara melakukan
perawatan lingkungan
sekitar rumah
2. IPA: Sebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tubuh
manusia
Jelaskanlah pentingnya
makanan bergizi seimbang
untuk pertumbuhan
Jelaskanlah hubungan
rekreasi, olah raga, istirahat
dan kesehatan
Sebutkan macam-macam
pencemaran lingkungan
Jelaskanlah penyebab
pencemaran tanah
Jelaskanlah penyebab
pencemaran air
Jelaskanlah penyebab
pencemaran udara
Sebutkan akibat pencemaran
lingkungan terhadap
kesehatan
3.PAI
Jelaskan pengertian jujur
Jelaskan pengertian ikhlas
125
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Menjelaskan
pengertian ikhlas
Kriteria Penilaian 1. Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
2. Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Kerjasama
Partisipasi
* bekerjasama
* kadang-kadang kerjasama
* tidak bekerjasama
* aktif berpartisipasi
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
4
2
1
4
2
1
3. Lembar Penilaian
No Nama Siswa Performan
Produk Jumlah
Skor Nilai Kerjasama Partisipasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10..
126
127
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) TEMATIK
Nama Sekolah : MIN Mlangen Salaman
Tema : Peristiwa
Kelas / Semester : II / I
Alokasi waktu : 1 hari (1xpertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
IPA : Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan serta berbagai
makhluk hidup
IPS : Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis
PAI : Memahami kalimah al-asma al-husna (ar-razaq, al-mughni, asy-syakur)
B. KOMPETENSI DASAR
IPA : Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan serta berbagai
makhluk hidup melalui pengamatan
IPS : Membandingkan dokumen dan koleksi benda berharga miliknya
PAI :Mengenal Allah melalui kalimah al-asma al-husna (ar-razaq, al-mughni, asy-
syakur)
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
IPA : Mengidentifikasi bagian utama tubuh hewan di sekitar rumah.
Mengidentifikasi bagian utama tumbuhan
IPS : Menceritakan peristiwa yang berkesan waktu kecil tentang diri dan keluarga
melalui dokumen.
Menceritakan cara memelihara dokumen pribadi.
Menyampaikan pendapat/ komentar tentang peristiwa yang dialami teman
PAI : Mengenal Allah melalui kalimah al-asma al-husna (ar-razaq, al-mughni, asy-
syakur
Karakter siswa yang diharapkan : Religius
Disiplin ( Discipline )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Kerja sama ( Cooperation )
Toleransi ( Tolerance )
Percaya diri ( Confidence )
Keberanian ( Bravery )
128
D. MATERI POKOK
IPA : Bagian utama tumbuhan dan hewan
IPS : Dokumen pribadi dan keluarga dan Manfaat dokumen
PAI : Asmaul husna
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Informasi
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Demontrasi
5. Pemberian tugas
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal
Apresepsi:
a.Mengisi daftar kelas, berdo‟a , mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga.
b.Memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat.
c.Mengajukan beberapa pertanyaan materi minggu yang lalu
2. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
IPA
Melalui pengamatan dan percobaan sederhana siswa dapat mengidentifikasi
bagian-bagian tumbuhan
IPS
1) Melalui penugasan siswa menunjukkan dokumen diri dan keluarga.
2) Siswa dapat memperlihatkan contoh akte kelahiran dan kartu keluarga
3) Secara individual siswa menceritakan pengalaman / peristiwa yang berkesan
pada waktu kecil.
4) Siswa menuliskan riwayat keluarganya.
PAI
1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai nikmat yang diberikan
Allah
2) Guru menanyakan tentang tatacara bersyukur kepada Allah
3) Guru memberi tugas pada siswa untuk mencatat bacaan hamdalah
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
129
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan Akhir, guru:
a) Guru mengajukan pertanyaan sekitar materi yang diajarkan
b) Siswa mengumpulkan tugas sesuai materi yang diajarkan
c) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang diajarkan
G. ALAT DAN SUMBER BAHAN
Sumber Belajar
1. Buku IPA Erlangga kelas 2
2. Buku IPS Yudistira kelas 2
3. Buku Aqidah akhlak Tiga Serangkai kelas 2
Alat Peraga
1. Gambar tumbuhan
2. Gambar peristiwa alam
H. PENILAIAN
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
1. IPS:
Menyebutkan contoh
dokumen penting
Menjelaskan
peristiwa penting
Tes lisan
Tes
tertulis
uraian
isian
1. IPS:
Sebutkan contoh-contoh
dokumen penting
Sebutkan peristiwa penting
yang terjadi dalam keluarga
130
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
dalam keluarga
2. IPA:
Menyebutkan bagian-
bagian tumbuhan
Menjelaskan fungsi
bagian tumbuhan
3.PAI
Menjelaskan
pengertian syukur
nikmat
Menjelaskan arti al-
mughni, ar-razaq,
asy-syakur
2. IPA:
Sebutkan bagian-bagian
tumbuhan
Jelaskanlah fungsi bagian
tumbuhan (daun,akar)
3.PAI
Jelaskan pengertian syukur
Jelaskan arti al-mughni, ar-
razaq, asy-syakur
Kriteria Penilaian 1. Produk ( hasil diskusi )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
2. Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1.
2.
Kerjasama
Partisipasi
* bekerjasama
* kadang-kadang kerjasama
* tidak bekerjasama
* aktif berpartisipasi
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
4
2
1
4
2
1
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142