PEMBEKALAN MATERI ASTRONOMI BAGI GURU-GURU IPA SMP...
Transcript of PEMBEKALAN MATERI ASTRONOMI BAGI GURU-GURU IPA SMP...
i
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PEMBEKALAN MATERI ASTRONOMI BAGI
GURU-GURU IPA SMP DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Tim Pelaksana:
Dr. Ni Made Pujani, M.Si. (Ketua),
NIDN. 0004116302
Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd. (Anggota)
NIDN. 0020025403
Ni Nyoman Sri Witari, S.Sn, M.Ds. (Anggota)
NIDN. 0004057406
Dibiayai dari
Dana DIPA BLU Universitas Pendidikan Ganesha
nomor SP DIPA/042.01.2.400987/2018 Revisi 1 tanggal 8 Maret 2018
Sesuai dengan Kontrak Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor: 520/UN48.15/PM/2018
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2018
ii
iii
TIM PELAKSANA
1. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Dr. Ni Made Pujani, M. Si.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 196311041988032001
d. Disiplin Ilmu : Fisika
e. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IV b
f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepala
g. Fakultas/Jurusan : FMIPA/Pendidikan Fisika
h. Waktu untuk Kegiatan ini : 10 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana 1
a. Nama Lengkap : Drs. I Made Danu Budhiarta, M.Pd.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 195402201989031001
d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Olahraga
e. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/ IVb
f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor Kepala / -
g. Fakultas/Jurusan : FOK/ PJKR
h. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu
3. Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap : Ni Nyoman Sri Witari, S.Sn, M.Ds.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 197405042006042001
d. Disiplin Ilmu : IPA (Fisika)
e. Pangkat/Golongan : Penata/ IIIc
f. Jabatan Fungsional/ Struktural : Lektor
g. Fakultas/Jurusan : FBS/ DKV
h. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu
iv
PEMBEKALAN MATERI ASTRONOMI BAGI
GURU-GURU IPA SMP DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Oleh
Ni Made Pujani, I Made Danu Budhiarta, dan Ni Nyoman Sri Witari
Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
penguasaan guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung dalam bidang Astronomi
untuk mengantisipasi rendahnya prestasi belajar siswa dan sebagai persiapan Olimpiade
Astronomi. Sasaran kegiatan adalah guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung
sebanyak 20 orang. Tempat kegiatan di SMP Negeri 1 Banjarangkan dengan melibatkan
MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung. Kegiatan dilakukan selama dua hari yaitu
tanggal 4 dan 5 Agustus 2018 dengan memberikan pemantapan materi dan pelatihan
penyelesaian Soal-soal Olimpiade Astronomi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa
pelaksanaan pelatihan berjalan baik. Penguasaan guru dalam bidang astronomi setelah
pelatihan mengalami peningkatan. Tanggapan peserta adalah positif dan guru-guru
sangat antusias mengikuti pelatihan hingga selesai. Kendala yang ditemui dalam
pelaksanaan pelatihan adalah tinggkat kesukaran soal olimpiade relatif sulit sehingga
diperlukan waktu lebih banyak dalam pembahasan soal.
Kata Kunci: astronomi, olimpiade, guru IPA
ABSTRACT
This P2M activity aims to improve the mastery of astronomy in Junior High School
teachers at Klungkung Regency in the realm of the astronomics. This is done in order to
anticipate the low student achievement in the realm of astronomy and as preparation
towards Astronomy Olympiads. The activities is done by providing the materials and
the completion of the questions of Astronomy Olympiads. This activity was held at
SMP Negeri 1 Banjarangkan. The training has been held two times, namely the 4th and
August 5th, 2018. The results of this activity show that the implementation of training
lasted smoothly. The quality of the teachers in mastering the material about the
astronomics has increased. The response of participants was positive and the teachers
are very enthusiastic attended the training until finish.
Keywords: astronomics, olympiade, natural science teachers
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat rakhmatNya-lah maka penulis dapat menyelesaikan laporan Pengabdian Kepada
Masyarakat, dengan judul: “Pembekalan Materi Astronomi Bagi Guru-Guru IPA SMP
di Kabupaten Klungkung.”
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai
dengan penulisan laporan ini, diantaranya kepada yth:
1. Ketua LPPM Undiksha, atas bantuan dana yang diberikan.
2. Kepala SMP N 1 Banjarangkan Kabupaten Klungkung, yang telah mengijinkan
kami untuk memanfaatkan fasilitas ruang pertemuan yang ada di SMPN 1
Banjarangkan.
3. Gede Mudiana, S.Pd., selaku Ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung,
atas dukungan dan kerjasamanya
4. Semau pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi para guru. Masukan dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Singaraja, 30 Oktober 2018
Tim Pelaksana,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL …………………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. ii
TIM PELAKSANA ………………………………………………………. iii
ABSTRAK………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. viii
I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
A. Analisis Situasi ……………………………………………………… 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………………………….. 4
C. Tujuan Kegiatan …………………………………………………….. 4
D. Manfaat Kegiatan …………………………………………………… 4
II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………… 6
A. Hakekat IPA dan Implikasinya dalam Pembelajaran ……………… 6
B. Kualitas Guru ………………………………………………………. 7
C. Pengaruh Kualitas Guru terhadap Prestasi belajar Siswa ………….. 8
III METODE PELAKSANAAN ……………………………………..…… 11
A. Kerangka Pemecahan Masalah ……………………………….…… 11
B. Realisasi Pemecahan Masalah …………………………………...... 12
C. Khalayak Sasaran …………………………………………………. 12
D. Metode Pelaksanaan Kegiatan …………………………………...... 13
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………... 15
A. Hasil Kegiatan ..……………………………………………………. 15
B. Pembahasan ……………………………………………………...… 16
V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 18
A. Simpulan …………………………………………………………... 18
B. Saran ………………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 19
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………… 21
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah …………………… 11
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran:
01 Bukti publikasi di seminar nasional………………………………. 22
02 Artikel ........... ……………………………………………………. 23
03 Foto Kegiatan…….……………………..………………………… 30
04 Materi Pelatihan....................................…………………………… 33
05 Kontrak Kerja ......………………………………………………… 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI
Astronomi adalah sains mengenai jagat raya yang mempelajari obyek-obyek
langit individu seperti planet, bulan, bintang dan galaksi serta struktur skala besar dari
jagat raya secara keseluruhan (Tim Pembina Olimpiade Astronomi, 2010). Secara
alamiah Astronomi memiliki konsep pemikiran dan pemahaman yang terintegrasi secara
simultan baik dalam perkembangan ilmunya, teknologinya, terapan teknisnya, maupun
pendidikannya. Dalam hal ini, astronomi dan IPA (fisika) merupakan materi pelajaran
di SMP/SMA yang terpadu secara integral, di mana konsep-konsep Astronomi
melibatkan konsep-konsep fisika. Konsekwensinya, keberhasilan siswa dalam pelajaran
Astronomi dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menerapkan konsep-konsep fisika
yang relevan ke bidang Astronomi. Hal ini pula yang dijadikan acuan, di mana dalam
kurikulum sebagian materi Astronomi menjadi bagian dari mata pelajaran fisika,
sehingga pengajar Astronomi di SMP maupun SMA umumnya adalah guru IPA atau
guru fisika.
Dampak dari adanya jalinan yang terintegrasi antara Fisika dan Astronomi,
adalah ada kecendrungan belum mapannya penguasaan materi Astronomi tersebut oleh
guru Fisika, karena Astronomi memerlukan pemahaman tersendiri dan cakupan
materinya sangat luas. Mengingat ketidak sesuaian kualifikasi guru Astronomi dengan
bidang keahliannya itu, maka kualitas penguasaan guru dalam bidang Astronomi perlu
ditingkatkan, sehingga mereka menjadi tenaga guru yang terampil dalam mengelola
pembelajaran. Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan
adalah melalui penyegaran akademis (refreshing program) yang inti kegiatannya
meliputi pembekalan materi astronomi untuk penyegaran penguasaan bidang
Astronomi. Melalui program ini, guru diharapkan memperoleh “sesuatu” yang baru dan
dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan tugas dan profesinya yang nantinya
secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerjanya seperti, mampu
memberikan pembinaan di bidang Astronomi bagi anak didiknya menuju olimpiade
Astronomi. Bila kualitas pengetahuan guru Astronomi meningkat, akan berimplikasi
pada kualitas pelaksanaan PBM, dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi
bidang Astronomi.
2
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Averch et.al,1984 dan
Jamison,1974 (dalam Pujani, 2013) menemukan bahwa pengaruh variabel kualitas guru
cukup efektif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswanya. Dalam pembelajaran IPA
di SD se Kabupaten Buleleng, hasil penelitian Wirta, dkk., 1990 (dalam Pujani, 2014)
menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara kualitas guru
dengan prestasi belajar siswanya. Khusus dalam bidang Kebumian dan Astronomi
(IPBA), hasil penelitian Pujani (2010, 2011) menemukan bahwa pembekalan
keterampilan laboratorium IPBA bagi calon guru fisika dapat meningkatkan
keterampilan calon guru dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan praktikum
IPBA serta dapat meningkatkan kemampuan generik sains dan penguasaan materi
IPBA. Hasil penelitian hibah bersaing Pujani, dkk. (2013, 2014, dan 2015) juga
menemukan bahwa pembelajaran IPBA dengan menggunakan alat peraga praktikum
sederhana dapat meningkatkan penguasaan konsep calon guru sains.
Temuan hasil penelitian Pujani di atas sudah diterapkan pada kegiatan P2M di
beberapa sekolah. Tim pelaksana pengabdian masyarakat telah melakukan kegiatan
berupa pembekalan materi astronomi bagi guru-guru SMP/SMA di Kabupaten Buleleng
(tahun 2016) dan bagi guru-guru IPA kota Amlapura tahun 2017. Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan peserta pada bidang konten
astronomi dan dalam penyelesaian soal olimpiade astronomi. Berdasarkan manfaat yang
diperoleh, pihak MGMP IPA Kabupaten Klungkung menyampaikan permintaan pada
tim agar memberikan pelatihan astronomi bagi guru-guru IPA SMP agar memudahkan
guru IPA SMP dalam pembinaan peserta olimpiade astronomi di sekolahnya. Oleh
karena itulah perlu kiranya dilakukan kegiatan pelatihan materi Astronomi bagi para
guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung.
Kabupaten Klungkung sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki
visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian,
pendidikan, dan kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan
Kabupaten Klungkung adalah menjadikan Klungkung sebagai kota pendidikan.
Realisasi dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain
dengan memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman
kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT).
Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah
satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung
adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para
3
guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada
di Kabupaten Klungkung, khususnya guru bidang studi IPA (Astronomi) di SMP
banyak yang belum sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pula masih kurangnya
kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar
Astronomi.
Pembelajaran IPA (astronomi) sebagai bidang studi yang secara formal wajib
dibelajarkan pada jenjang pendidikan SMP, saat ini dihadapkan pada tantangan untuk
mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajarannya. Hal ini mengingat
bahwa mulai tahun 2005 Astronomi dilombakan dalam ajang bergengsi yaitu pada
olimpiade tingkat nasional. Khusus untuk Kabupaten Klungkung, partisipasi di bidang
olimpiade astronomi bagi siswa SMP/SMA baru mulai tahun 2006,tetapi belum ada
yang bisa menembus hingga lulus di tingkat nasional, sebagaimana diinformasikan
melalui internet, untuk bidang olimpiade astronomi belum ada siswa SMP/SMA wakil
dari Kabupaten Klungkung atau pun wakil Propinsi Bali yang berhasil meraih medali
(www.olimpiade-sains.org). Oleh karena itu, Dinas Pendidikan bersama-sama dengan
seluruh SMP/SMA yang ada di Kabupaten Klungkung perlu sesegera mungkin
melakukan persiapan pembinaan bidang Astronomi SMP/SMA yang terprogram dan
kontinu, karena rendahnya prestasi belajar Astronomi bagi siswa SMP/SMA di wilayah
Kabupaten Klungkung tidak terlepas dari kurangnya pembinaan oleh guru (faktor guru)
dan karakteristik materi. Upaya penyegaran materi Astronomi ini sangat perlu dilakukan
untuk mengantisipasi pelaksanaan Olimpiade Astronomi tahun 2018.
Masalah-masalah di atas bukan saja dihadapi dan dialami oleh guru Astronomi
di Kabupaten Klungkung yang baru bertugas dengan masa kerja kurang dari 5 tahun,
tetapi guru yang sudah berpengalaman mengajar lebih dari 10 tahun pun mengalami hal
yang sama. Menyadari demikian urgennya persoalan tersebut, maka dalam rangka
pengabdian masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, persoalan menyangkut
peningkatan wawasan dan kemampuan guru dalam bidang Astronomi, khususnya pada
jenjang SMP sangat layak untuk dijadikan sebagai salah satu tema atau fokus kegiatan.
Hal ini bermanfaat bagi perbaikan kualitas proses dan produk pendidikan pada level
SMP melalui refreshing program bagi guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung .
Mencermati hal di atas perlu kiranya dilakukan kegiatan berupa “Pembekalan
Materi Astronomi bagi Guru-Guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung”, agar guru-guru
memiliki pengetahuan Astronomi yang memadai. Lebih lanjut, dengan meningkatnya
4
kemampuan guru diharapkan para guru mampu membina siswanya dalam menghadapi
olimpiade Astronomi.
B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Dari paparan di atas dapat diidentifikasi hal-hal berikut:
(1) bahwa guru Astronomi yang mengajar di SMP yang ada di wilayah Kabupaten
Klungkung masih banyak yang belum sesuai kualifikasinya dengan bidang
tugasnya. Di samping itu, kemampuan penguasaan materi dan keterampilan
profesional guru dalam mengajar Astronomi di SMP masih rendah. Oleh karena itu
perlu diadakan program re-freshing bagi guru-guru dalam upaya peningkatan
kualitas penguasaan bidang Astronomi.
(2) bahwa hasil belajar Asronomi siswa bergantung pada kualitas PBM yang
dilaksanakan guru. Mengingat Astronomi merupakan ilmu-ilmu dasar yang harus
ditanamkan secara benar sejak dini, maka diperlukan kualitas pelaksanaan PBM
yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas pengetahuan guru
pengajar Astronomi (IPA). Bila kualitas pengetahuan guru tentang Astronomi
meningkat akan berimplikasi pada peningkatan kualitas pelaksanaan PBM, dan
akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar Astronomi siswa, sehingga
siswa memiliki peluang untuk tampil dalam event olimpiade.
Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan pokok
yang hendak diurai melalui program ini adalah: “Bagaimanakah cara meningkatkan
penguasaan Astronomi Guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung sebagai
persiapan menuju olimpiade Astronomi?
C. TUJUAN KEGIATAN
Berdasarkan analisis potensi dan rumusan masalah di atas, maka secara spesifik
tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
menyelesaikan soal-soal Astronomi bagi guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung
sebagai persiapan menuju Olimpiade Astronomi.
D. MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan ini nantinya diharapkan bermanfaat bagi:
1. Pemerintah Kabupaten Klungkung, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten
Klungkung, bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program
5
yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan di Klungkung, Provinsi
Bali, khususnya pada jenjang SMP, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan
guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan akademis untuk mendukung tugas-tugas
profesionalnya, sehingga secara langsung berdampak bagi peningkatan produktivitas
pendidikan di Kabupaten Klungkung.
2. Guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung, program ini sangat bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas penguasaan bidang Astronomi sehingga nantinya mereka
dapat memiliki pengetahuan materi Astronomi yang memadai megingat pengajar
Astronomi SMP umumnya adalah guru IPA, serta mampu membina siswa dalam
persiapan menghadapi Olimpiade Astronomi.
3. Universitas Pendidikan Ganesha, program ini sangat bermanfaat dalam menjalin
kerjasama yang mutualis antara LPTK dengan kalangan masyarakat luas, sehingga
tenaga dan berbagai potensi yang ada dapat disumbangkan kepada khalayak luas,
khususnya yang berkenaan dengan sektor pendidikan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat IPA dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya mencakup dua dimensi yaitu
dimensi produk dan dimensi proses. Dimensi Produk mengandung sekumpulan
pengetahuan baik berupa konsep-konsep, prinsip-prinsip, maupun hukum-hukum
sebagai hasil penelitian dan pikiran para ilmuwan (saintis). Sedangkan dimensi proses
IPA berisi sekumpulan keterampilan-keterampilan dasar yang mencerminkan suatu
proses. Jadi keterampilan- keterampilan IPA meliputi: mengamati /mengobservasi,
mengklasifikasikan/ kategorisasi, mengukur/ melakukan pengukuran, mengajukan
pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan penyelidikan/ percobaan,
menginterpretasikan /menafsirkan hasil pengamatan, dan berkomunikasi.
Untuk dapat mengajarkan IPA dengan baik dan tepat maka seorang guru
haruslah memahami tentang pengertian dan hakekat dari IPA.Mengajar sains
merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswanya tentang sains.Mengajar dalam
pengertian ini berarti memberi arah sekaligus mengembangkan pemerolehan konsep-
konsep sains oleh siswa sendiri. Oleh sebab itu proses mengajar lebih didasari oleh
kepentingan siswa dalam mendapatkan konsep-konsep, prinsip, keterampilan serta sikap
yang dilandasi metode ilmiah. Trowbridge (dalam Suastra dan Pujani, 1999)
menjelaskan tentang mengajar yang berorientasi pada belajar penemuan (discovery),
bahwa dengan upaya mengajar diharapkan terjadi personal meaning tentang sains pada
diri siswa.
Belajar sains atau mempelajari sains bagi pebelajar tidak lagi sebagai
penerimaan informasi tentang sains akan tetapi merupakan suatu proses pengembangan
keterampilan berpikir mengenai konsep sains. Dengan demikian strategi belajar yang
digunakanpun harus dikondisikan pada kegiatan-kegiatan yang berdimensi fisik dan
psikis kognitif. Piaget sebagaimana disitir oleh Labinowict, 1980 (dalam Suastra dan
Pujani, 1999) menyatakan bahwa pengetahuan sains akan baik jika dipelajari dengan
cara active construction. Ini berarti bahwa siswa diarahkan untuk membangun
pengetahuannya secara aktif. Untuk itu strategi belajar hendaknya ditujukan kepada
student centered, sehingga siswa sepenuhnya terlibat pada proses pembelajarannya.
Kreativitas dalam sains juga terjadi bila siswa melakukan penemuan ilmiah
untuk mereka sendiri walaupun informasi semacam itu telah diketahui orang lain
7
(Adang, 1985 dalam Suastra dan Pujani, 1999). Prinsip-prinsip dasar itu pasti tercantum
dalam buku teks, tetapi penerapan khusus atau inovasi-nya perlu ditentukan oleh siswa.
Lebih lanjut Adang (1985), menyatakan bahwa untuk melatih berfikir kreatif siswa
hendaknya diberi kesempatan:
1. Mengajukan pertanyaan yang mengundang berpikir selama PBM berlangsung.
2. Membaca buku-buku yang mendorong untuk melakukan studi lebih lanjut.
3. Merasakan kemudahan dalam mengambil isu atau menyatakan ide atau proses.
4. Memodifikasi atau menolak usulan yang orisinil dari seseorang tanpa
mencemoohnya.
5. Merasa bebas dalam mengajukan tugas pengganti yang mempunyai potensi kreatif.
6. Menerima pengakuan yang sama untuk berpikir kreatif seperti juga untuk hasil
belajar yang berupa mengingat.
Dari uraian di atas maka pengajaran IPA yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kreativitas berpikirnya adalah pengajaran IPA dengan melibatkan
keterampilan-keterampilan proses IPA. Hal ini akan dapat dilakukan melalui pengajaran
IPA dengan pendekatan keterampilan proses IPA (Ratna Wilis Dahar 1989:13)
B. Kualitas Guru
Guru adalah merupakan sub sistem pengelola yang sangat menentukan
keberhasilan suatu PBM. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
mengelola kelas dengan suatu metode serta pendekatan mengajar yang mesti
diterapkannya. Namun, mengajar adalah serangkaian aktivitas yang sangat kompleks,
oleh karenanya sangat sulit untuk menentukan guru yang bagaimana guru yang
berkualitas. Ada kalanya guru berhasil dalam mengajar IPA di Sekolah Dasar, tetapi
tidak berhasil jika dia ditugaskan mengajar IPA di SMP, atau sebaliknya. Demikian pula
guru yang memiliki gelar sarjana, belum tentu akan menjamin keberhasilannya dalam
mengelola PBM di kelas. Dan ada kalanya guru yang telah mengajar dalam waktu yang
relatif lama merasa belum berhasil mengelola PBM, dan baru setelah mereka mendapat
pelatihan atau mengikuti penataran menemukan suatu strategi mengajar, sehingga KBM
menjadi lebih baik. Walaupun demikian, kualitas guru bidang studi IPA (astronomi)
yang mencerminkan kemampuan profesional (kualitas) guru sesungguhnya dapat
diperoleh melalui beberapa cara diantaranya melalui pendidikan (kuliah) di suatu
LPTK, melalui pengalaman mengajar, melalui penataran-penataran/pelatihan, dan
melalui peningkatan penguasaan guru pada bidang studi IPA (Astronomi).
8
Tingkat pendidikan guru yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir,
yang dapat dikategorikan sebagai berikut: SD, SLTP, SPG/KPG, SMA non keguruan,
PGSLP, D1, D2, D3, Sarjana Muda, Sarjana, dan Pascasarjana. Kualitas tingkat
pendidikan ditentukan berdasarkan lamanya pendidikan itu berlangsung yang
dinyatakan dalam tahun.
Pengalaman mengajar adalah lamanya guru bersangkutan melakukan pekerjaan
mengajar dihitung dari tahun pengangkatan. Pengalaman mengajar dapat dinyatakan
dalam interval: 0-4 tahun, 5-8 tahun, 9-12 tahun, 13-16 tahun dan 17-20 tahun atau
lebih. Interval pengalaman mengajar selama 4 tahun ini ditetapkan berdasarkan konsep
pemikiran kenaikan pangkat tetap bagi seorang guru berlangsung setiap empat tahun.
Penataran yang dimaksud adalah penataran yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar IPA di SMP atau setidak-tidaknya penataran yang menunjang proses belajar
mengajar secara umum. Kualitasnya ditentukan oleh lamanya penataran itu diikuti yang
dinyatakan dalam hari.
Di samping itu, kualitas guru IPA juga dapat dilihat dari kualitas penguasaannya
terhadap bidang studi IPA tersebut. Hal ini dapat diketahui setelah guru menjawab
seperangkat tes IPA yang tingkat kesukarannya setaraf guru.
C. Pengaruh Kualitas Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa
Sesuai uraian di atas, indikator kualitas (kemampuan profesional) guru dapat
dilihat melalui pendidikan, pengalaman mengajar, penataran, dan melalui pelatihan
peningkatan penguasaan guru pada bidang studi IPA. Baik secara terpisah maupun
bersama-sama indikator kualitas guru ini akan terkait dengan prestasi yang dapat
dicapai oleh siswa.
Pendidikan
Pendidikan terakhir seorang guru sangat menentukan kewenangannya dalam
mengajar.Ijazah tertinggi seorang guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam
menentukan kualitas suatu sekolah. Di mana kualitas sekolah tidak dapat terlepas dari
predikat lulusan yang melibatkan prestasi belajar siswanya..Sedangkan untuk
menentukan kewenangannya, pendidikan terakhir seorang guru hanya berlaku pada
tingkatan-tingkatan sekolah tertentu.Guru SD minimal tamatan SPG/KPG, guru SMP
minimal tamatan PGSLP, dan guru SMU minimal lulusan sarjana muda keguruan
(Parluhutan Tobing, 1983). Artinya, semakin tinggi jenjang pendidikan keguruan yang
dimiliki guru dihitung dari persyaratan minimal, akan semakin siap mereka menjadi
9
tenaga pendidik (guru). Pada gilirannya diharapkan mereka dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA siswa.
Pengalaman Mengajar
Lamanya masa kerja seorang guru IPA di SMP akan menunjukkan kuantitas
pengalaman yang mereka miliki selama bekerja di lapangan. Melalui pengalaman
mengajar, guru-guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya, misalnya dari
kesalahannya membimbing dalam membuat rumusan masalah, membuat kesimpulan
dan lain sebagainya guru bersangkutan kemudian membenahinya. Guru IPA yang baik
adalah mereka yang mau mengevaluasi KBM yang pernah mereka lakukan, sehingga
KBM berikutnya dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang lebih berkualitas.
Hal ini sesuai dengan pepatah ”pengalaman adalah guru yang terbaik”.
Penataran
Penataran guru-guru IPA yang dilaksanakan oleh pemerintah baik di tingkat
regional maupun nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru.Dalam penataarn ini guru dipersiapkan untuk menguasai materi pelajaran, metode
mengajar dan cara-cara dalam mengelola PBM.Jika tujuan penataran ini telah tercapai
dan dapat dilaksanakan oleh guru yang pernah mengikuti penataran maka guru
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya. Dengan demikian siswa
akan menjadi lebih giat dan senang belajar dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.
Tingkat Penguasaan Guru pada Bidang Studi IPA
Kemampuan guru dalam mengajar IPA sebenarnya merupakan faktor yang
paling sentral dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Prestasi siswa pada
bidang studi IPA secara konsisten dipengaruhi oleh seberapa jauh siswa diekspose
terhadap pelajaran IPA yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan metode belajar
mengajar yang menyenangkan melalui pemecahan masalah. Terdapat suatu
kecendrungan bahwa kualitas proses belajar mengajar di kelas sangat ditentukan oleh
tingkat penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan metode belajar mengajar itu
sendiri (Depdikbud, 1989).
Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa semakin baik tingkat
penguasaan guru SD terhadap materi bidang studi IPA yang diajarkan, maka diharapkan
dia dapat menunjukkan kemampuan mengajar yang lebih baik. Pada gilirannya guru
IPA diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan prestasi
belajar IPA siswa.
10
Berdasarkan semua deskripsi teoritis seperti disajikan di atas dapat mengindikasi
bahwa kualitas guru berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dalam kaitan
dengan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka peningkatan kualitas penguasaan
bidang studi Astronomi bagi guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung,
berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar IPA (Astronomi) siswa.
11
BAB III
METODE KEGIATAN
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Secara skematis kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan terlihat pada
Gambar 1 berikut.
Keterangan:
__________ alur kegiatan
- - - - - - - - - alur pengkajian
Gambar 1: Skema Alur Kerja Pemecahan Masalah
Berdasarkan skema di atas, kegiatan diawali dengan orientasi lapangan oleh tim
pelaksana. Masalah yang ada di lapangan kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan
ada masalah yang perlu mendapat penanganan yaitu ketidak sesuaian kualifikasi guru
astronomi dengan materi yang diajar merupakan salah satu penyebab ketidakberhasilan
pembinaan bidang Astronomi pada siswa SMP di Kabupaten Klungkung. Setelah itu
dilakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk dilaksanakan
yaitu melalui program refreshing berupa pemberian pelatihan Astronomi untuk
meningkatkan kualitas penguasaan guru. Penyegaran materi dilakukan dengan
ceramah/presentasi untuk pendalaman materi yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan/pemahaman guru tentang Astronomi. Selanjutnya diberikan pelatihan soal-
soal olimpiade agar guru memiliki keterampilan dalam membina siswa yang nantinya
diturunkan sebagai tim olimpiade Astronomi SMP 2018, minimal di tingkat Provinsi.
Orientasi Lapangan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur Ceramah, Diskus
Penyegaran Materi
Produk
Menambah Wawasan
Astronomi
Mampu Membina /mempersiapkan Siswa
untuk menghadapi olimpiade Astronomi
12
Soal-soal latihan yang dikaji memiliki jenjang kemampuan bervariasi dari C2, C3 dan
C4.
B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH
Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai
permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru SMP/SMA di Kabupaten
Klungkung, khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah
berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga
kependidikan di berbagai pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional tersebut, maka
program ini akan dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas penguasaan bidang astronomi khususnya pada penguasaan
pemecahan soal-soal olimpiase astronomi SMP bagi guru-guru IPA SMP di Kabupaten
Klungkung. Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap
muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) topik dasar materi yaitu,
wawasan dan pengetahuan guru tentang Astronomi dan pelatihan menyelesaikan soal-
soal olimpiade Astronomi.
Lama pelaksanaan kegiatan adalah 2 (dua) hari yaitu tanggal 4 dan 5 Agustus
2018 dengan melibatkan perwakilan guru IPA SMP Negeri di wilayah Kabupaten
Klungkung. Pada pelatihan pertama diberikan materi astronomi secara teori dibatasi
pada topik Bola Langit, Tata Surya, dan Mekanika Benda Langit, sedangkan pada hari
kedua diberikan pelatihan menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi. Di akhir
program setiap peserta diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam
kegiatan ini. Dengan demikian, diharapkan para guru IPA SMP memperoleh
penyegaran wawasan dan peningkatan kualitas pengetahuan bidang Astronomi untuk
kepentingan tugas dan profesinya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum.
C. KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah para guru IPA
SMP yang ada di Kabupaten Klungkung. Di sisi lain, permasalahan mendasar dan
aktual yang terjadi pada sektor pendidikan di Kabupaten Klungkung adalah rendahnya
prestasi belajar Astronomi siswa SMP serta sebagai persiapan pembinaan menuju
olimpiade astronomi. Permasalahan ini salah satunya disinyalir dapat diantisipasi dan
dieliminir melalui peningkatan kualitas penguasaan bidang studi Astronomi bagi guru
IPA SMP, sehingga sejak awal guru dapat mempersiapkan dan mengelola proses belajar
13
mengajar dengan lebih baik. Berdasarkan rasional tersebut, maka sasaran yang dipilih
dipandang cukup visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil dari
kegiatan ini secara berkelanjutan dan terstruktur
Jumlah guru yang akan dilibatkan adalah sebanyak 20 orang guru IPA SMP
yang mengajar Astronomi di Kabupaten Klungkung. Penentuan subjek didasarkan pada
proporsi jumlah guru IPA di SMP Negeri di wilayah kabupaten Klungkung. Kegiatan
pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru IPA SMP yang mewakili akan
diberikan pelatihan. Mereka dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau
bekerja sama, serta dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada guru lainnya
D. METODE KEGIATAN
Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai
permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru IPA SMP di Kabupaten
Klungkung, khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah
berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga
kependidikan di berbagai pelosok wilayahnya.
Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini dilaksanakan dengan
menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan penguasaan guru-guru IPA SMP di
Kabupaten Klungkung pada bidang Astronomi. Model pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada
2 (dua) topik dasar materi yaitu, wawasan dan pengetahuan guru tentang astronomi dan
pelatihan menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi.
Lama pelaksanaan kegiatan adalah 2 (dua) hari dengan melibatkan perwakilan
guru IPA SMP Negeri di wilayah Kabupaten Klungkung. Pada pelatihan pertama
diberikan materi astronomi secara teori dan pelatihan kedua diberikan pelatihan
menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi. Di akhir program setiap peserta diberikan
sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dengan demikian,
diharapkan para guru IPA SMP memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan
kualitas pengetahuan bidang Astronomi untuk kepentingan tugas dan profesinya sebagai
pengembang dan pelaksana kurikulum.
Pola dan tahapan evaluasi program disesuaikan dengan metode yang digunakan
dalam upaya mencapai tujuan. Beberapa metode yang digunakan dalam kegiatan P2M
ini adalah presentasi, diskusi dan pelatihan menyelesaikan soal-soal olimpiade
14
Astronomi. Setiap metode dipilih sesuai dengan relevansinya terhadap pencapaian
tujuan. Adapun rincian metode yang digunakan adalah sebagai berikut.
Jenis Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai
Presentasi dilanjutkan Tanya jawab Untuk memberi pengertian tentang
materi Astronomi, yang dibagi dalam 3
bidang, yaitu: Bola langit, Tata Surya,
dan Mekanika Benda Langit.
Diskusi Untuk memantapkan pemahaman
peserta terhadap materi yang dibahas
Pelatihan penyelesaian soal-soal
olimpiade Astronomi
Untuk memberi wawasan dan cara
menyelesaikan soal-soal Olimpiade
Astronomi.
Sesuai dengan metode kegiatan di atas, maka evaluasi dilaksanakan pada awal,
akhir dan selama pelaksanaan kegiatan (directed evaluation/ proccess evaluation).
Indikator yang digunakan sebagai parameter keberhasilan program ini adalah,
“Terjadinya peningkatan penguasaan materi Astronomi bagi guru-guru IPA SMP
Kabupaten Klungkung.” Untuk itu, di akhir kegiatan akan diberikan angket untuk
menggali respon peserta. Di samping itu, tim tutor akan mendampingi guru-guru saat
pelatihan penyelesaian soal-soal olimpiade Astronomi. Kriteria keberhasilannya adalah
kemampuan guru astronomi dalam menyelesaikan soal olimpiade menunjukkan
peningkatan.
Indikator yang digunakan sebagai parameter keberhasilan program ini adalah,
“terjadinya peningkatan penguasaan materi Astronomi bagi guru-guru IPA SMP”.
Untuk itu, di awal dan di akhir kegiatan diberikan tes Astronomi setara dengan
kemampuan yang harus dimiliki guru. Di samping itu, tim tutor akan mendampingi
guru-guru saat pelatihan penyelesaian soal-soalolimpiade Astronomi.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dipaparkan tentang hasil atas perlakuan yang diberikan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan rencana kegiatan berikutnya.
A. HASIL KEGIATAN
Hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan P2M yang sudah dilakukan adalah
sebagai berikut.
Pertama, Kegiatan pembekalan sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan
dilakukan 2 kali yaitu tanggal 4 dan 5 Agustus 2018. Jumlah peserta yang direncanakan
sebanyak 20 orang guru IPA SMP, dengan tingkat kehadiran mencapai 100%. Hal ini
berkat dukungan pihak sekolah dan MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung.
Disarankan agar guru yang ditunjuk adalah guru-guru pengajar IPA SMP atau guru
Pembina olimpiade Astronomi. Kehadiran peserta dalam kegiatan ini sesuai dengan
jumlah yang direncanakan yaitu 20 orang (daftar hadir terlampir).
Kedua, penyajian materi oleh pelatih direspon positif oleh pesrta pelatihan.
Kegiatan diskusi berjalan dengan lancar. Cakupan materi terdiri dari: konsep bola
langit, tata surya dan mekanika benda langit. Setelah pemantapan materi dilanjutkan
dengan latihan menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi. Sepanjang kegiatan, guru
menunjukkan minat yang tinggi dan sangat antusias selama pelaksanaan kegiatan.
Ketiga, pelatihan penyelesaian soal-soal olimpiade astronomi berjalan lancar.
Pelatihan dimulai dengan mncermati kisi-kisi olimpiade astronomi SMP tingkat
kabupaten, provinsi dan nasional. Selanjutnya mencoba beberapa soal yang relevan,
kemudian diakhiri dengan memberikan quis sebagai alat evaluasi program. Demikian
dilakukan selama 2 hari. Hasil kegiatan menunjukan terjadi peningkatan penguasaan
guru tentang konsep-konsep astronomi. Hal ini diindikasikan dari kemampuan guru
dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi yang diberikan. Mula-mula satu
soal diselesaikan dalam waktu relatif lama, setelah mencoba beberapa soal, waktu
penyelesaian soal semakin berkurang dan para guru semakin senang mencoba berbagai
tipe soal yang disediakan. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan materi astronomi
guru-guru setelah pelatihan mengalami peningkatan.
Kegiatan ditutup dengan menyerahkan sejumlah buku latihan soal-soal
olimpiade astronomi dari tahun ke tahun untuk bahan diskusi dalam pertemuan lanjutan
16
yang diprakarsai oleh MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung. Untuk keberlanjutan
program dibuat Klub Astronomi MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung dengan WA
Grup untuk memudahkan sharing informasi.
B. Pembahasan
Terjadinya peningkatan penguasaan guru terhadap kemampuannya
menyelesaikan soal olimpiade didukung beberapa hal. Diawali adanya persiapan yang
matang oleh tim pelaksana. Persiapan yang sudah dilakukan adalah: penyiapan materi
pelatihan, menyiapkan soal latihan, peminjaman tempat, penyusunan surat undangan,
mengedarkan surat undangan, dan penyiapan petugas lapangan. Dengan persiapan yang
baik diharapkan diperoleh hasil yang baik pula.
Selain itu capaian hasil P2M ini juga dipengaruhi teknik pengemasan kegiatan.
Teknik penyajian materi oleh narasumber tentang astronomi dibagi 3 bagian: 1)
pembekalan materi bola langit dan tata koordinat, 2) pembekalan materi tata surya, dan
3) pembekalan materi mekanika benda langit. Diskusi dilanjutkan dengan latihan soal-
soal astronomi setara olimpiade. Hari pertama dikaji mengenai materi 1) dan 2), hari
kedua dikaji materi 3). Sebagai tindak lanjut tim pelaksana memberikan 2 paket soal
olimpiade astronomi untuk didiskusikan dalam MGMP IPA secara berkelanjutan.
Sistematika ini memungkinkan guru melakukan pendalaman materi olimpade secara
bertahap. Setelah pembekalan ini diharapkan para guru melanjutkan pembinaan kepada
siswanya.
Pembahasan selama P2M sesungguhnya terjadi cukup alot. Pada kegiatan hari
pertama tanggal 4 Agustus 2018, peserta merasa sulit memahami tentang materi di
bagian bola langit dan tata koordinat. Kendala guru disebabkan materi ini dipandang
abstrak, dan guru-guru masih agak sulit membayangkan garis-garis hayal di bola langit.
Namun karena diberi pengulangan-pengulangan dan didampingi dengan sabar, akhirnya
secara signifikan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru. Pada hari kedua
(tanggal 5 Agustus 2018) guru-guru diberikan pembekalan tentang Mekanika Benda
langit. Bagian yang agak lama dipahami adalah ketika menerapkan hukum Keppler dan
Newton untuk menyelesaikan berbagai fenomena astronomi.
Walaupun sudah dipecah menjadi 3 bagian, masing-masing bagian sungguhnya
mengandung sub-sub bagian yang masih luas cakupan materinya. Karena itu, tidak
semua materi dapat diselesaikan dengan tuntas. Untuk mengantisipasi hal itu, tim
menyerahkan 2 (dua) paket buku olimpiade astronomi standar nasional untuk dijadikan
17
bahan diskusi dalam pertemuan di MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung, yang
hingga saat ini masih rutin dilakukan.
Ditinjau dari kehadiran peserta, dari 20 orang guru peserta, semua bisa hadir
sampai acara selesai, sehingga kehadiran peserta mencapai 100%. Dengan demikian
target peserta terpenuhi sesuai rencana. Demikian pula selama pelaksanaan kegiatan,
respon guru sangat positif, karena guru-guru tetap mengikuti kegiatan ini selama 2 (dua)
hari hingga selesai.
Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pelatihan berjalan baik, dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi para guru IPA
SMP, serta tepat sasaran. Hal ini terlihat dari respon peserta yang begitu antusias
mengikuti pelatihan. Diskusi pada saat menyelesaikan soal-soal olimpiade sangat
menarik. Guru menjawab soal-soal yang diberikan hingga para guru merasa cukup
memiliki pemahaman tentang materi tersebut. Guru juga sangat antusias mendengarkan
paparan dari pemakalah, Dr. Ni Made Pujani, M.Si. dosen Jurusan Pendidikan Fisika
yang juga ditugaskan mengelola Kaprodi S1 Pendidikan IPA FMIPA Undiksha.
Capaian ini sejalan dengan kegiatan P2M sejenis yang pernah dilakukan di Kabupaten
Buleleng (Pujani, dkk., 2014 dan 2015) dan di Kota Amlapura (Pujani, dkk, 2017).
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pembekalan materi Astronomi bagi guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung
berjalan lancar. Pembekalan materi astronomi bagi guru IPA SMP ini merupakan
kebutuhan yang mendesak bagi sekolah, terlebih dengan adanya olimpiade Astronomi.
Untuk mengantisipasi kebutuhan ini pelatihan berupa penyegaran materi astronomi bagi
guru merupakan alternatif yang tepat agar guru dapat menyiapkan siswanya lebih dini
dalam menghadapi olimpiade. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan
penguasaan materi astronomi dan peningkatan keterampilan guru IPA SMP dalam
menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi tingkat SMP.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelatihan ini,
maka dapat disarankan agar pihak terkait, seperti LPPM Undiksha, Dinas Pendidikan
Kabupaten Klungkung, Kepala Sekolah, MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung
disarankan menyelenggarakan pelatihan lanjutan agar keterampilan yang sudah dimiliki
para guru dapat dikembangkan lebih jauh. Pelatihan yang sejenis agar diselenggarakan
untuk para guru lainnya dan perlu dibuatkan suatu wadah dimana para guru dapat
sharing pengetahuan tentang olimpiade astronomi tingkat SMP, misalnya membentuk
tim pembina olimpiade Astronomi atau membentuk Club Astronomi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis dan Liliasari. 1989. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta:
Universitas Terbuka
Departemen P dan K. 1984.Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Buku
IA. Filsafat Ilmu. Jakarta: Universitas Terbuka.
---------. 1987. Studi Mutu Pendidikan Dasar. Dasar-dasar Konsepsi Studi Mutu
Pendidikan Dasar. Jakarta: Pusat Informatika. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
---------. 1989. Studi Mutu Pendidikan Dasar, Status, Variansi dan Determinasi
Prestasi Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Informatika. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan.
Iskandar, Srini M. dan Eddy M. Hidayat. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dirjen Pendidikan Tinggi: Proyek Penegmbangan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Jiyono.1987. Studi Kemampuan Guru IPA Sekolah Dasar. Jakarta. Puslit Balitbang,
Depdikbud.
Memes, Wayan, Ketut Tika dan Ni Made Pujani. 2001. Pengembangan Model
Pembelajaran IPA (Fisika) dengan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses
untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa SLTP Negeri di
Singaraja Tahiun Ajaran 2001/2002. Laporan Penelitian Research Grant.
Proyek DUE-like IKIP Negeri Singaraja.
Parluhutan Tobing. 1983. Pengembangan Profil Guru-guru SMP dan SMA 1981/1982.
Analisis Pendidikan, Tahun III No.3. Jakarta: Departemen P dan K.
Pujani. N.M. 2010. Pembekalan Keterampilan Laboratorium Kebumian Berbasis
Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika. Laporan Hasil Penelitian,
Hibah Disertasi Doktor, Tidak dipublikasi. LPPM UPI, Bandung.
Pujani, N.M. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis
Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru.Disertasi Doktor. Tidak
dipublikasi. UPI, Bandung.
Pujani, N. M., dkk. 2012. Pelatihan Praktikum IPBA Bagi Guru SMP/SMA di Kota
Singaraja Menuju Olimpiade Astronomi. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat.
LPM Universitas Pendidikan Ganesha.
Pujani, N. M, dkk.2014. Penyegaran Materi Astronomi bagi guru-guru SMA di
Kabupaten Buleleng menuju Olimpiade Astronomi 2014.Laporan Pengabdian
Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha.
20
Pujani, N. M, dkk.2015. Penyegaran Materi Astronomi (Astrofisika) bagi guru-guru
SMP/SMA di Kabupaten Buleleng.Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM
Universitas Pendidikan Ganesha.
Pujani, N. M, dkk. 2017. Pembekalan Materi Astronomi bagi guru-guru IPA SMP di
Kabupaten Klungkung. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPPM
Universitas Pendidikan Ganesha.
Suastra dan Made Pujani. 1999. Pengembangan Alat-alat Percobaan Sederhana Buatan
Guru sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas I
SLTP N 6 Singaraja. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas, DIKS STKIP
Singaraja.
Tim Pembina Olimpiade Astronomi. 2010. Bahan Ajar Menuju Olimpiade Sains
Nasional/Internasional SMA, Astronomi. Bandung
The Liang Gie. 1980. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Super
21
Lampiran-Lampiran
Lampiran 01 Bukti publikasi di seminar nasional
Lampiran 02 Artikel
Lampiran 03 Foto-foto Kegiatan
Lampiran 04 Surat Perjanjian Kerja P2M
Lampiran 05 Materi Pelatihan
22
Lampiran 01 Bukti publikasi di seminar nasional
23
Lampiran 02: Artikel
PEMBEKALAN MATERI ASTRONOMI BAGI
GURU-GURU IPA SMP DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Ni Made Pujani1, Made Danu Budhiarta2, Ni Nyoman Sri Witari3
1Jurusan Pendidikan IPA, 2Jurusan Penjaskesrek,
3Jurusan DKV Universitas Pendidikan Ganesha
e-mail: (made.pujani, danu.budhiarta, sri.witari)@undiksha.ac.id.
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung dalam bidang Astronomi untuk mengantisipasi rendahnya prestasi belajar siswa dan sebagai persiapan Olimpiade Astronomi. Kegiatan dilakukan selama dua hari yaitu tanggal 4 dan 5 Agustus 2018 dengan memberikan pemantapan materi dan pelatihan penyelesaian Soal-soal Olimpiade Astronomi. Tempat kegiatan di SMP Negeri 1 Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan baik. Penguasaan guru dalam bidang astronomi setelah pelatihan mengalami peningkatan. Tanggapan peserta adalah positif dan guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan hingga selesai. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pelatihan adalah tinggkat kesukaran soal olimpiade relatif sulit sehingga diperlukan waktu lebih banyak dalam pembahasan soal. Kata Kunci: astronomi, olimpiade, guru IPA
ABSTRACT
This P2M activity aims to improve the mastery of astronomy in Junior High School teachers at Klungkung Regency in the realm of the astronomics. This is done in order to anticipate the low student achievement in the realm of astronomy and as preparation towards Astronomy Olympiads. The training has been held two times, namely the 4
th and August 5
th, 2018. The activities
is done by providing the materials and the completion of the questions of Astronomy Olympiads. This activity was held at SMP Negeri 1 Banjarangkan, Klungkung Regency. The results of this activity show that the implementation of training lasted smoothly. The quality of the teachers in mastering the material about the astronomics has increased. The response of participants was positive and the teachers are very enthusiastic attended the training until finish. Keywords: astronomics, olympiade, natural science teachers
24
PENDAHULUAN Astronomi adalah sains
mengenai jagat raya yang mempelajari obyek-obyek langit individu seperti planet, bulan, bintang dan galaksi serta struktur skala besar dari jagat raya secara keseluruhan (Tim Pembina Olimpiade Astronomi, 2010). Secara alamiah Astronomi memiliki konsep pemikiran dan pemahaman yang terintegrasi secara simultan baik dalam perkembangan ilmunya, teknologinya, terapan teknisnya, maupun pendidikannya. Dalam hal ini, astronomi dan IPA (fisika) merupakan materi pelajaran di SMP/SMA yang terpadu secara integral, di mana konsep-konsep Astronomi melibatkan konsep-konsep fisika. Konsekwensinya, keberhasilan siswa dalam pelajaran Astronomi dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menerapkan konsep-konsep fisika yang relevan ke bidang Astronomi. Hal ini pula yang dijadikan acuan, di mana dalam kurikulum sebagian materi Astronomi menjadi bagian dari mata pelajaran fisika, sehingga pengajar Astronomi di SMP maupun SMA umumnya adalah guru IPA atau guru fisika.
Dampak dari adanya jalinan yang terintegrasi antara Fisika dan Astronomi, adalah ada kecendrungan belum mapannya penguasaan materi Astronomi tersebut oleh guru IPA (Fisika), karena Astronomi memerlukan pemahaman tersendiri dan cakupan materinya sangat luas. Mengingat ketidak sesuaian kualifikasi guru Astronomi dengan bidang keahliannya itu, maka kualitas penguasaan guru dalam bidang Astronomi perlu ditingkatkan, sehingga mereka menjadi tenaga guru yang terampil dalam
mengelola pembelajaran. Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah melalui penyegaran akademis (refreshing program) yang inti kegiatannya meliputi pembekalan materi astronomi untuk penyegaran penguasaan bidang Astronomi. Melalui program ini, guru diharapkan memperoleh “sesuatu” yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan tugas dan profesinya yang nantinya secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerjanya seperti, mampu memberikan pembinaan di bidang Astronomi bagi anak didiknya menuju olimpiade Astronomi. Bila kualitas pengetahuan guru Astronomi meningkat, akan berimplikasi pada kualitas pelaksanaan PBM, dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi bidang Astronomi.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Averch et.al,1984 dan Jamison,1974 (dalam Pujani, 2013) menemukan bahwa pengaruh variabel kualitas guru cukup efektif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswanya. Dalam pembelajaran IPA di SD se Kabupaten Buleleng, hasil penelitian Wirta, dkk., 1990 (dalam Pujani, 2014) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara kualitas guru dengan prestasi belajar siswanya. Khusus dalam bidang Kebumian dan Astronomi (IPBA), hasil penelitian Pujani (2010, 2011) menemukan bahwa pembekalan keterampilan laboratorium IPBA bagi calon guru fisika dapat meningkatkan keterampilan calon guru dalam merancang, melaksanakan dan melaporkan praktikum IPBA serta dapat meningkatkan kemampuan generik
25
sains dan penguasaan materi IPBA. Hasil penelitian hibah bersaing Pujani, dkk. (2013, 2014, dan 2015) juga menemukan bahwa pembelajaran IPBA dengan menggunakan alat peraga praktikum sederhana dapat meningkatkan penguasaan konsep calon guru sains.
Temuan hasil penelitian Pujani di atas sudah diterapkan pada kegiatan P2M di beberapa sekolah. Tim pelaksana pengabdian masyarakat telah melakukan kegiatan berupa pembekalan materi astronomi bagi guru-guru SMP/SMA di Kabupaten Buleleng (tahun 2016) dan bagi guru-guru IPA kota Amlapura tahun 2017. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan peserta pada bidang konten astronomi dan dalam penyelesaian soal olimpiade astronomi. Berdasarkan manfaat yang diperoleh, pihak MGMP IPA Kabupaten Klungkung menyampaikan permintaan pada tim agar memberikan pelatihan astronomi bagi guru-guru IPA SMP agar memudahkan dalam pembinaan peserta olimpiade astronomi di sekolahnya. Oleh karena itulah perlu kiranya dilakukan kegiatan pelatihan materi Astronomi bagi para guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung.
Kabupaten Klungkung sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan Kabupaten Klungkung adalah menjadikan Klungkung sebagai kota pendidikan. Realisasi dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain dengan
memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Klungkung adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada di Kabupaten Klungkung, khususnya guru bidang studi IPA (Astronomi) di SMP banyak yang belum sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pula masih kurangnya kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar Astronomi.
Pembelajaran IPA (astronomi) sebagai bidang studi yang secara formal wajib dibelajarkan pada jenjang pendidikan SMP, saat ini dihadapkan pada tantangan untuk mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajarannya. Hal ini mengingat bahwa mulai tahun 2005 Astronomi dilombakan dalam ajang bergengsi yaitu pada olimpiade tingkat nasional. Khusus untuk Kabupaten Klungkung, partisipasi di bidang olimpiade astronomi bagi siswa SMP/SMA baru mulai tahun 2006,tetapi belum ada yang bisa menembus hingga lulus di tingkat nasional, sebagaimana diinformasikan melalui internet, untuk bidang olimpiade astronomi belum ada siswa SMP/SMA wakil dari Kabupaten Klungkung atau pun wakil Propinsi Bali yang berhasil meraih medali (www.olimpiade-sains.org). Oleh karena itu, Dinas Pendidikan bersama-
26
sama dengan seluruh SMP/SMA yang ada di Kabupaten Klungkung perlu sesegera mungkin melakukan persiapan pembinaan bidang Astronomi SMP/SMA yang terprogram dan kontinu, karena rendahnya prestasi belajar Astronomi bagi siswa SMP/SMA di wilayah Kabupaten Klungkung tidak terlepas dari kurangnya pembinaan oleh guru (faktor guru) dan karakteristik materi. Upaya penyegaran materi Astronomi ini sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi pelaksanaan Olimpiade Astronomi tahun 2018.
Masalah-masalah di atas bukan saja dihadapi dan dialami oleh guru Astronomi di Kabupaten Klungkung yang baru bertugas dengan masa kerja kurang dari 5 tahun, tetapi guru yang sudah berpengalaman mengajar lebih dari 10 tahun pun mengalami hal yang sama. Menyadari demikian urgennya persoalan tersebut, maka dalam rangka pengabdian masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, persoalan menyangkut peningkatan wawasan dan kemampuan guru dalam bidang Astronomi, khususnya pada jenjang SMP sangat layak untuk dijadikan sebagai salah satu tema atau fokus kegiatan. Hal ini bermanfaat bagi perbaikan kualitas proses dan produk pendidikan pada level SMP melalui refreshing program bagi guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung .
Mencermati hal di atas perlu kiranya dilakukan kegiatan berupa “Pembekalan Materi Astronomi bagi Guru-Guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung”, agar guru-guru memiliki pengetahuan Astronomi yang memadai. Lebih lanjut, dengan meningkatnya kemampuan guru diharapkan para guru mampu membina
siswanya dalam menghadapi olimpiade Astronomi. METODE
Kegiatan P2M diawali dengan orientasi lapangan oleh tim pelaksana. Masalah yang ada di lapangan kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan ada masalah yang perlu mendapat penanganan yaitu ketidak sesuaian kualifikasi guru astronomi dengan materi yang diajar merupakan salah satu penyebab ketidakberhasilan pembinaan bidang astronomi pada siswa SMP di Kabupaten Klungkung. Setelah itu dilakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk dilaksanakan yaitu melalui program refreshing berupa pemberian pelatihan bidang Astronomi untuk meningkatkan kualitas penguasaan guru.
Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah para guru SMP yang ada di Kabupaten Klungkung. Sasaran yang dipilih dipandang cukup visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil dari kegiatan ini secara berkelanjutan dan terstruktur Jumlah guru yang dilibatkan adalah sebanyak 20 orang yang mengajar IPA di SMP yang ada di Kabupaten Klungkung. Penentuan subjek didasarkan pada proporsi jumlah guru per kecamatan di wilayah kabupaten Klungkung. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru SMP perwakilan yang ditunjuk akan diberikan pelatihan. Mereka yang dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau bekerja sama, serta dapat
27
menyebarkan hasil kegiatan kepada guru lainnya. Model pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) hal yang mendasar yaitu, wawasan dan pengetahuan guru tentang Astronomi (bola langit, tata surya, dan mekanika benda langit) dan pelatihan menyelesaikan soal-soal Astronomi setingkat olimpiade. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 2 (dua) hari bekerjasama dengan MGMP IPA SMP
Kabupaten Klungkung. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan seperangkat tes untuk mengevaluasi keberhasilan program dan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Dengan demikian, diharapkan para guru IPA SMP memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan kualitas pengetahuan bidang Astronomi untuk kepentingan tugas dan profesinya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Metode Kegiatan
Jenis Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai
Presentasi dilanjutkan Tanya jawab
Untuk memberi pengertian tentang astronomi pada materi bola langit, tata surya, dan mekanika benda langit (pergerakan planet dan satelit, serta sistem bumi-bulan)
Diskusi Untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap materi yang dibahas
Pelatihan penyelesaian soal-soal olimpiade Astronomi
Untuk memberi wawasan dan cara menyelesaikan soal-soal Olimpiade Astronomi
28
Sesuai dengan metode kegiatan di atas, maka evaluasi dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan (directed evaluation/ proccess evaluation). Indikator yang digunakan sebagai parameter keberhasilan program ini adalah terjadinya peningkatan penguasaan astronomi bagi guru-guru IPA SMP. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelatihan pembekalan materi astronomi bagi guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung ini, dilaksanakan tanggal 4 - 5 Agustus 2018, bertempat di SMPN 1 Banjarangkan. Jumlah peserta adalah 20 orang, bekerjasama dengan MGMP IPA Kabupaten Klungkung. Penunjukan peserta diserahkan kepada ketua MGMP. Adapun hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan P2M yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut.
Pertama, Kegiatan pembekalan sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan dilakukan 2 kali yaitu tanggal 4 dan 5 Agustus 2018. Jumlah peserta yang direncanakan seanyak 20 orang guru IPA SMP, dengan tingkat kehadiran mencapai 100%. Hal ini berkat dukungan pihak sekolah dan MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung. Kedua, penyajian materi oleh pelatih direspon positif oleh pesrta pelatihan. Kegiatan diskusi berjalan dengan lancar. Nara sumber berhasil mengantarkan materi dengan baik. Cakupan materi terdiri dari: konsep bola langit, tata surya dan mekanika benda langit. Setelah pemantapan materi dilanjutkan dengan latihan menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi.
Ketiga, pelatihan penyelesaian soal-soal olimpiade astronomi berjalan lancar. Pelatihan dimulai dengan mncermati kisi-kisi olimpiade astronomi SMP tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. Selanjutnya mencoba beberapa soal yang relevan, kemudian diakhiri dengan memberikan quis sebagai alat evaluasi program. Demikian dilakukan selama 2 hari. Kegiatan ditutup dengan menyerahkan sejumlah buku latihan soal-soal
olimpiade astronomi dari tahun ke tahun untuk bahan diskusi dalam pertemuan lanjutan yang diprakarsai oleh MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung. Untuk keberlanjutan program dibuat Klub Astronomi MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung dengan WA Grup untuk memudahkan sharing informasi.
Terjadinya peningkatan penguasaan guru terhadap kemampuannya menyelesaikan soal olimpiade didukung beberapa hal. Diawali adanya persiapan yang matang oleh tim pelaksana. Persiapan yang sudah dilakukan adalah: penyiapan materi pelatihan, menyiapkan soal latihan, peminjaman tempat, penyusunan surat undangan, mengedarkan surat undangan, dan penyiapan petugas lapangan. Dengan persiapan yang baik diharapkan diperoleh hasil yang baik pula.
Selain itu capaian hasil P2M ini juga dipengaruhi teknik pengemasan kegiatan. Teknik penyajian materi oleh narasumber tentang astronomi dibagi 3 bagian: 1) pembekalan materi bola langit, 2) tata surya, dan 3) mekanika benda langit. Diskusi dilanjutkan dengan latihan soal-soal astronomi setara olimpiade. Hari pertama dikaji menegenai materi 1) dan 2), hari kedua dikaji materi 3). Sebagai tindak lanjut tim pelaksana memberikan 2 paket buku soal-soal olimpiade astronomi untuk didiskusikan dalam MGMP IPA secara berkelanjutan. Sistematika ini memungkinkan guru melakukan pendalaman materi olimpade secara bertahap. Setelah pembekalan ini diharapkan para guru melanjutkan pembinaan kepada siswanya.
Pembahasan selama P2M sesungguhnya terjadi cukup alot, khususnya di bagian bola langit dan tata koordinat. Kendala guru disebabkan materi ini dipandang abstrak, dan guru-guru masih agak sulit membayangkan garis-garis hayal di bola langit. Namun karena diberi pengulangan-pengulangan dan didampingi dengan sabar, akhirnya secara signifikan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru. Pada
29
hari kedua (tanggal 5 Agustus 2018) guru-guru diberikan pembekalan tentang mekanika benda langit. Bagian yang agak lama dipahami adalah tentang penerapan hukum Kepler dan Hukum Newton dalam berbagai fenomena astronomi.
Walaupun sudah dipecah menjadi 3 bagian, masing-masing bagian sungguhnya mengandung sub-sub bagian yang masih luas cakupan materinya. Karena itu, tidak semua materi dapat diselesaikan dengan tuntas. Untuk mengantisipasi hal itu, tim menyerahkan 2 (dua) paket buku olimpiade astronomi standar nasional untuk dijadikan bahan diskusi dalam pertemuan di MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung, yang hingga saat ini masih rutin dilakukan.
Ditinjau dari kehadiran peserta, dari 20 orang guru peserta, semua bisa hadir sampai acara selesai, sehingga kehadiran peserta mencapai 100%. Dengan demikian target peserta terpenuhi sesuai rencana. Demikian pula selama pelaksanaan kegiatan, respon guru sangat positif, karena guru-guru tetap mengikuti kegiatan ini selama 2 (dua) hari hingga selesai.
Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan baik, dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi para guru IPA SMP, serta tepat sasaran. Hal ini terlihat dari respon peserta yang begitu antusias mengikuti pelatihan. Diskusi pada saat menyelesaikan soal-soal olimpiade sangat menarik. Guru menjawab soal-soal yang diberikan hingga para guru merasa cukup memiliki pemahaman tentang materi tersebut. Guru juga sangat antusias mendengarkan paparan dari pemakalah, Dr. Ni Made Pujani, M.Si. dosen Jurusan Pendidikan Fisika yang juga ditugaskan mengelola Jurusan Pendidikan IPA FMIPA Undiksha. Capaian ini sejalan dengan kegiatan P2M sejenis yang pernah dilakukan di Kabupaten Buleleng dan Karangasem (Pujani, dkk., 2014, 2015 dan 2015).
KESIMPULAN
Simpulan dari kegiatan P2M ini adalah: (1) Pelatihan materi Astronomi bagi guru-guru IPA SMP di Kabupaten Klungkung dapat meningkatkan penguasaan guru terhadap materi tersebut, khususnya bola langit, tata surya dan mekanika benda langit. (2) Kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal olimpiade astronomi menunjukkan peningkatan. Hal ini berdampak pada peningkatan kemampuan guru dalam membina siswa menuju olimpiade astronomi SMP. (3) Respon guru-guru IPA SMP terhadap pelaksanaan pelatihan adalah positif.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis dan Liliasari. 1989. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Universitas Terbuka. Jakarta.
Departemen P dan K. 1989. Studi Mutu Pendidikan Dasar, Status, Variansi dan Determinasi Prestasi Belajar Matematika. Pusat Informatika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Pujani. N.M. 2010. Pembekalan Keterampilan Laboratorium Kebumian Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru Fisika. Laporan Hasil Penelitian, Hibah Disertasi Doktor, Tidak dipublikasi. LPPM UPI, Bandung.
Pujani, N.M. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Doktor. Tidak dipublikasi. UPI, Bandung.
Pujani, N.M., dan Liliasari. 2011. Deskripsi Hasil Analisis Pembelajaran IPBA sebagai Dasar Pengembangan Kegiatan Laboratorium Bagi Calon Guru. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan FKIP Unila. 29-30 Januari 2011. Bandar Lampung.
Pujani, N. M. 2012. Pelatihan Praktikum IPBA Bagi Guru SMP/SMA di Kota Singaraja Menuju Olimpiade Astronomi. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM
30
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Pujani, N.M., Suswandi, I, dan Atmaja, D.M. 2013. Pengembangan Perangkat Praktikum IPBA Berbasis Kemampuan Generik Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Laboratorium Calon Guru Fisika (Tahun I).Laporan Penelitian Hibah Bersaing. tidak dipublikasi. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Pujani, N. M. 2014. Penyegaran Materi Astronomi Bagi Guru-Guru SMA di Kabupaten Buleleng Menuju Olimpiade Astronomi Tahun 2014. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Pujani, N. M. 2015 Penyegaran Materi Astronomi (Astrofisika) bagi Guru-guru IPA (Fisika) SMP/SMA di Kabupaten Buleleng, sebagai ketua. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Pujani, N. M., dkk. 2017 Pembekalan Materi Astronomi bagi Guru-guru IPA SMP di Kota Amlapura, sebagai ketua. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPPM Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Suastra dan Made Pujani. 1999. Pengembangan Alat-alat Percobaan Sederhana Buatan Guru sebagai Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP N 6 Singaraja. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas, DIKS STKIP Singaraja.
Tim Pembina Olimpiade Astronomi. 2010. Bahan Ajar Menuju Olimpiade Sains Nasional/Internasional SMA, Astronomi. Bandung
31
Lampiran 03: Foto-foto kegiatan
Gambar 1 Pembukaan Kegiatan P2M oleh Ketua LPPM diwakili
Ketua Pelaksana Dr. Ni Made Pujani, M.Si
Gambar 2 Sepatah kata dari ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Klungkung
Gde Mudiana, S.Pd.
Gambar 3. Peserta pembekalan mengikuti semua kegiatan dengan antusias
32
Gambar 4. Mendiskusikan materi Astronomi
Yang dirasakan sulit oleh peserta
Gambar 5. Mendisusikan soal-soal olimpiade Astronomi
Gambar 6 Foto bersama Ketua MGMB IPA Kab. Klungkung,
Kepala SMPN 1 Banjarangkan dan sebagian peserta pelatihan.
33
Lampiran 04 Materi Pelatihan
BOLA LANGIT – ASTRONOMI BOLA
A. Diameter sudut dan besaran sudut
Jarak di bola langit lebih sering dinyatakan dalam satuan sudut, hal ini
diterapkan juga untuk diameter benda langit (diameter Matahari, Bulan atau
planet), disebut diameter sudut (untuk diameter) atau jarak sudut (untuk jarak
antar benda langit). Satuan yang dipakai dalam derajat/menit busur/detik busur
atau dalam satuan radian.
Hubungan antar satuan sudut adalah sbb. :
10 = 60‘ (menit busur) = 3600‖ (detik busur)
1 rad (radian) = (180o/π ) = 57,2960 = 3437‘,747 = 206264‖,806
(sering dibulatkan menjadi 206265o)
B. Ukuran Waktu Yang dipakai dalam Bola Langit
Waktu dalam bola langit sering dinyatakan juga dalam satuan sudut, dengan
hubungan sbb. :
24 Jam = 3600 (secara rata-rata benda langit beredar melintasi bola langit dalam
lintasan lingkaran yaitu sudut 3600 dalam gerakan hariannya dengan periode 24
jam)
1 Jam = 150 atau 10 = 4 menit
C. Bola Langit
Bola langit adalah :
- langit yang terlihat dari pengamat di Bumi yang berbentuk bola
- pengamat berada di pusat bola
- jari-jari bola langit tak berhingga
- semua benda langit dianggap menempel atau diproyeksikan pada bola langit
tersebut
Pada bola langit terdapat lingkaran-lingkaran yang disebut lingkaran kecil dan
lingkaran besar.
Lingkaran besar adalah lingkaran pada bola langit dengan pusat lingkaran adalah
pusat bola
Lingkaran kecil adalah lingkaran pada bola langit dengan pusat lingkaran bukan
pusat bola
34
Pada bola langit terdapat beberapa titik istimewa dan beberapa lingkaran
besar yang istimewa. Perhatikan gambar dan keterangan berikut :
Titik-titik istimewa pada bola langit
- Titik Zenith : Titik yang berada tepat di atas kepala pengamat
- Titik Nadir : Titik yang berada tepat di bawah kaki pengamat
- Titik Kardinal : 4 Titik arah mata angin, yaitu : Utara, Timur, Selatan dan Barat
- Titik Kutub Langit : Perpanjangan kutub-kutub Bumi ke langit, yaitu : Kutub Langit
Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS). Garis yang menghubungkan KLU dan
KLS adalah sumbu putar dari gerakan bola langit
Kemiringan KLU – KLS sama dengan lintang geografis pengamat di Bumi. Jika
pengamat berada di Lintang selatan, maka KLS berada di atas horizon (di atas titik
Selatan), jika pengamat berada di Lintang Utara, maka KLU berada di atas horizon
(di atas titik Utara.
Lingkaran-lingkaran besar yang istimewa pada bola langit
- Lingkaran Meridian : Lingkaran yang melalui Utara, Zenith, Selatan dan Nadir.
Semua benda langit pasti melintasi lingkaran meridian ini.
Jika benda langit berada di setengah lingkaran atas lingkaran meridian, maka benda
langit tersebut disebut transit atau sedang berada di Kulminasi Atas
Jika benda langit berada di setengah lingkaran bawah meridian, maka benda langit
tersebut disebut sedang berada di Kulminasi Bawah
- Lingkaran Horizon : Adalah lingkaran batas pandang pengamat di kaki langit
Jika benda langit ada di atas horizon maka benda langit akan terlihat oleh
pengamat
Jika benda langit ada di bawah horizon maka benda langit tidak terlihat oleh
pengamat
Jika benda langit berada di horizon, maka disebut terbit jika sedang bergerak ke
arah atas horizon atau disebut terbenam jika sedang bergerak ke arah bawah
horizon
- Lingkaran Ekuator : Adalah lingkaran yang merupakan perpanjangan dari ekuator
bumi ke bola langit.
Semua benda langit setiap hari akan berputar di bola langit sejajar dengan
lingkaran ekuator
TATA KOORDINAT HORIZON
Berdasarkan posisi di cakrawala (horizon).
Paling mudah dipahami, karena mudah dibayangkan letaknya dalam bola langit.
35
Kelemahan : bergantung tempat di permukaan bumi, jika tempat pengamat
berbeda, maka horizonnya berbeda. Kelemahan lainnya yaitu, terpengaruh oleh
gerak harian benda langit.
Koordinat dinyatakan dalam Azimuth (Az) dan Altitude - ketinggian benda
(Alt).
Azimuth (Az,A) : diukur dari titik utara bidang horizon ke arah timur,
biasanya dinyatakan dalam jam dengan 1 jam=15 derajat dan 1 derajat = 4 menit
Contoh : Jika kita ingin melakukan konversi Azimuth bintang di atas yaitu 2h15m ke
dalam derajat, maka langkahpengerjaannya adalah sebagai berikut :
2h = 2 x 15 = 30
15m = 15m/4m x 1 = 3 sisa 3 menit.
3m = (3m/4m) x 60‘ = 45‘
Maka didapatkan hasil akhir konversi 33 45‘
Altitude (Alt,a) : Ketinggian bintang, dilambangkan dengan huruf a. Maksimum
besarnya altitude,a, adalah 90 , dihitung dari bidang horizon sampai ke titik zenith.
Jarak Zenith (Zenith Distance, z) : Jarak sudut yang diukur dari zenith ke
posisi benda langit atau bintang. Berdasarkan definisi ini, maka secara sederhana
jarak zenith adalah :
TATA KOORDINAT EKUATOR
Jika tata koordinat Horizon setiap detik selalu berubah karena perputaran
bola langit dan letak posisi pengamat di Bumi, maka tata koordinat ekuator
memanfaatkan acuan koordinat di bola langit yang bergerak bersama bola langit
sehingga koordinat ekuatorial suatu bintang selalu tetap dan tidak pernah berubah.
Titik acuan koordinat ini adalah Titik Aries/vernal ekuinoks yang diberi
koordinat ekuator (0, 0)
Koordinat : Asensio Rekta (α) dan Deklinasi (δ).
Askensio Rekta adalah panjang busur, dihitung dari titik Aries ( titik g, Titik
Musim Semi, (titik Hamal) pada lingkaran ekuator langit sampai ke titik kaki (K)
dengan arah penelusuran ke arah timur. Rentang AR: 0 s/d 24 jam atau 0 o s/d
3600.
Bisa juga dipakai kebalikan dari Asensiorecta, yaitu Sudut Jam/Hour Angle
(HA), yaitu sudut bintang yang diukur dari meridian dengan arah lingkaran yang
sejajar dengan ekuator, positif jika ke Barat dan negatif jika ke arah Timur.
Misalnya suatu bintang memiliki sudut jam 2j, artinya bintang itu sudah transit 2
jam yang lalu, jika HA = - 3j, artinya 3 jam lagi akan transit. Sudut jam bintang
(HA) tentu akan berubah terus setiap saat, tetapi asensiorekta (α) selalu tetap.
Hubungan HA dan α adalah : LST = HA + α. (LST = Local Siderial Time, adalah sudut
jam dari titik Aries).
36
Deklinasi adalah panjang busur dari titik kaki (K) pada lingkaran ekuator langit
ke arah kutub langit, sampai ke letak benda pada bola langit. Deklinasi berharga
positif ke arah KLU, dan negatif ke arah KLS. Rentang d : 0 o s/d 90 o atau 0 o s/d –
90o
TITIK ARIES
• Adalah titik yang terletak di langit dan ‗bergerak‘ pada lintasan perpanjangan
ekuator bumi pada bola langit, terbit tepat di Timur dan terbenam tepat di Barat
• Suatu titik khayal di langit yang merupakan titik pertemuan bidang ekliptika
(bidang orbit bumi dan matahari) dengan ekuator langit (perpanjangan ekuator
bumi ke langit).
• Ada dua titik pertemuan tersebut di ekliptika, titik Aries diambil ketika matahari
tepat berada pada perpotongan kedua bidang tersebut (bidang ekliptika dan bidang
ekuator), yaitu pada tanggal 21 Maret, bertempat di titik kulminasi bawah pada
bola langit
• Titik ini disebut titik Hamal atau titik vernal equinox atau titik musim semi
• Titik ini menjadi titik nol (titik acuan) acuan bagi Kerangka Koordinat Ekuator
(Ascensio recta, Deklinasi), dengan koordinat (00,00)
• Dahulu titik ini diambil sebagai acuan karena musim semi dimulai ketika titik Aries
telah menempuh transit atau Kulminasi Atas
• Letak titik ini pada bola langit yaitu di gugusan rasi Pisces
• Pada bidang ekliptika, titik Aries bergeser pada arah positif (searah jarum jam)
dengan kecepatan rata-rata 50,3‖ per tahun karena presisi bumi. Pergeseran ini
berlawanan dengan gerakan bumi mengelilingi matahari yang berarah negatif
(berlawanan jarum jam).
• Hubungan Matahari dan Titik Ares
Tanggal Matahari dan titik Aries
21 Maret Matahari berimpit dengan Titik Aries di
Kulminasi Bawah (beda sudut 00 = 0j)
22 Juni Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
tepat di Timur (beda sudut 900 = 6j)
23 September Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
di kulminasi atas (beda sudut 1800 = 12j)
22 Desember Matahari di kulminasi bawah, titik Aries
tepat di Barat (beda sudut 2700 = 18j)
TATA SURYA
1. TEORI ASAL USUL TATA SURYA Teori asal-usul tentang kelahiran Tata Surya dapat diterima jika dapat menjelaskan hal-hal berikut:
37
(1) Seluruh planet berevolusi mengitari Matahari dalam arah yang berlawanan dengan putaran jarum jam, demikian juga gerak rotasi matahari
(2) Inklinasi orbit semua planet hampir berimpit, kecuali Merkurius.
(3) Eksentrisitas orbit-orbit planet hampir nol, kecuali Merkurius.
(4) Semua planet berotasi dalam arah yang sama dengan gerak revolusinya, kecuali Venus dan Uranus.
(5) Momentum sudut Tata Surya terkonsentrasi pada planet-planet (90%), padahal seharusnya Matahari yang menyumbang 99% massa tata Surya adalah pusat momentum sudut Tata Surya.
(6) Satelit-satelit planet sebagian besar berevolusi dalam arah yang sama dengan arah rotasi planet induknya dan terletak pada bidang ekuator planet yang bersangkutan
(7) Terdapat unsur-unsur berat di Tata Surya (seperti oksigen dan nitrogen) yang tidak mungkin terbentuk di Matahari Teori asal-usul Tata Surya: TEORI KABUT Teori Kabut disebut juga Teori Nebula.Teori tersebut dikemukakan oleh Immanuel Kart (1775) dan disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace (Simon de Laplace - 1796). Menurut teori ini mula-mula ada sebuah kabut/nebula raksasa yang karena gravitasinya mulai menyusut dan mulai berotasi dengan kecepatan sangat lambat. Akibatnya terbentuklah sebuah cakram datar bagian tengahnya. Penyusutan berlanjut dan terbentuk matahari di pusat cakram. Cakram berotasi lebih cepat sehinggabagian tepi-tepi cakram terlepas membentuk gelang-gelang bahan. Kemudian bahan dalam gelang-gelang memadat menjadi planet-planet yang berevolusi mengitari Matahari. TEORI PLANETESIMAL Teori Planetesimal dikemukakan oleh T.C Chamberlein dan F.R Moulton (1900). Menurut teori ini, Matahari sebelumnya telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak di langit. Suatu ketika bintang berpapasan dengan Matahari dalam jarak yang dekat. Karena jarak yang dekat, tarikan gravitasi bintang yang lewat sebagian bahan dari Matahari (mirip lidah raksasa) tertarik ke arah bintaang tersebut. Saat bintang menjauh, lidah raksasa itu sebagian jatuh ke Matahari dan sebagian lagi terhambur menjadi gumpalan kecil atau planetesimal. Planetesimal-planetesimal melayang di angkasa dalam orbit mengitari Matahari. Dengan tumbukan dan tarikan gravitasi, planetesimal besar menyapu yang lebih kecil dan akhirnya menjadi planet. TEORI PASANG SURUT Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan bahwa tata surya berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet. Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys (1917). Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit. HIPOTESIS BINTANG KEMBAR Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua
38
bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. TEORI AWAN DEBU (PROTO PLANET) Teori ini dikemukakan oleh Carl von Weizsaecker kemudian disempurnakan oleh Gerard P.Kuiper pada tahun 1950. Teori proto planet menyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh gumpalan awan gas dan yang jumlahnya sangat banyak.Suatu gumpalan mengalami pemampatan dan menarik partikel-partikel debu membentuk gumpalan bola.Pada saat itulah terjadi pilinan yang membuat gumpalan bola menjadi pipih menyerupai cakram (tebal bagian tengah dan pipih di bagian tepi).Karena bagian tengah berpilin lambat mengakibatkan terjadi tekanan yang menimbulkan panas dan cahaya(Matahari).Bagian tepi cakram berpilin lebih cepat sehingga terpecah menjadi gumpalan yang lebih kecil.Gumpalan itu kemudian membeku menjadi planet dan satelit. 2. PLANET-PLANET Pengertian Planet Menurut resolusi IAU ( International Astronomical Union) pada 24 Agustus 2006 di Praha Cekoslovakia, Planet adalah benda langit yang: a. Mengitari matahari
b. Memiliki massa yang cukup untuk mencapai kondisi kesetimbangan hidrostatis (memiliki bentuk hampir bola)
c. Telah membersihkan ‗objek-objek tetangga„ dari orbitnya (sederhananya : tidak ada benda-benda lain dengan massa yang setara pada orbit yang sama)
Pada sistem Tata Surya dikenal 8 planet : Merkurius - Neptunus Planet kerdil (Dwarf Planets) adalah benda langit yang : a. Mengitari Matahari b. Memiliki massa yang cukup untuk mencapai kondisi kesetimbangan hidrostatis (memiliki bentuk hampir bola)
c. Orbitnya belum bersih dari objek-objek lain
d. Bukan termasuk satelit
Objek yang hanya memenuhi syarat pertama disebut Small Solar System Body (SSSB) termasuk asteroid, comet, Trans Neptunian Objects, dll. Pengelompokan Planet
–planet dikelompokan dengan Bumi sebagai pembatas Planet Inferior : Merkurius, Venus Planet Superior : Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus
-planet dikelompokan dengan Asteroid sebagai pemabatas Planet dalam / Iner Planets : Merkurius, Venus, Bumi, Mars Planet Luar/ Outer Planets : Yupiter, Saturnus,Uranus, Neptunus.
-planet dikelompokan berdasarkan ukuran dan komposisi bahan penyusunnya. Planet Terrestrial / planet Kebumian : Merkurius, Venus, Bumi, Mars. Planet Jovian / Planet Raksasa : Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus.
39
Deret Titius Bode : 0,3,6,12, 24,48, 96, 192, 384, 768 Jarak Titius Bode suatu planet = (Nilai deret + 4) : 10 Contoh :jarak Mars = (12 + 4) : 10 = 1,6 SA Catatan : deret setelah Mars (24) dipakai untuk Asteroid. Karakteristik Planet-Planet
Merkurius Merkurius hanya bisa dilihat sebelum Matahari terbit dan sesudah Matahari terbenam. Periode rotasinya 59 hari. Suhu permukaan yang disinari Matahari 4270C dan bagian yang tidak disinari -1730C. Merkurius mempunyai medan magnet yang lemah , bagian dalamnya mirip Bumi yang intinya mengandung banyak logam paduan besi dan lapisan tipis (silikat). Albedo Merkurius 0,06.
Venus Venus juga disebut bintang Fajar dan bintang Senja. Jarak rata-rata planet Venus ke Matahari adalah 108 juta km.Eksentrisitas orbitnya 0,007. Kandungan dan komposisinya mirip Bumi. Venus berotasi dengan periode 243 hari, tetapi dalam arah yang berlawanan dengan arah otasi planet-planet lain (retrograde). Venus mengorbit Matahari dalam waktu 224,7 hari. Suhu di permukaan Venus 4800 C karena adanya efek rumah kaca. Albedo Venus 0,76.
Bumi Bumi mengorbit Matahari dengan jarak rata-rata 149.500.000 km ( 1 SA ). Bumi berevolusi selama 1 tahun (365 ¼ hari) dan berotasi selama 1 hari (24 jam). Ekuator Bumi miring 23027„, kemiringan ini menyebabkan adanya 4 musim. Dalam berotasi Bumi mengalami presisi dan nutasi. Bumi terdiri dari beberapa lapisan yaitu : Lapisan kerak Bumi, Lapisan selubung padat, Lapisan inti luar, Lapisan Inti dalam. Suhu di intinya mencapai 5.0000 C
Mars Mars mempunyai medan magnet lemah, inti Mars mengandung campuran besi dan besi sulfide. Atmosfer Mars sangat tipis. Albedo Mars 0,15. Satelit Mars : Phobos dan Demos.
Jupiter Jupiter merupakan planet Jovian / planet besar maka massa jenisnya lebih kecil jika dibandingkan planet terrestrial. Jupiter disusun oleh Hidrogen dan Helium dalam fase cair ataupun gas. Jupiter sering tampak cerah karena : 1. Ukurannya besar 2. Albedonya 0,70. Jupiter mengorbit Matahari pada jarak 778 juta km. Jupiter berotasi dalam waktu 10 jam. Satelit-satelit Jupiter : Ganymede, Callisto, Io, Europa, dll. Cincin Jupiter lebarnya 6.000 km dan tebalnya beberapa puluh km, terdiri dari partikel-partikel yang kecil sehingga mudah dihancurkan oleh radiasi Jupiter.
Saturnus Saturnus mempunyai suatu daerah hydrogen cair yang luas dan suatu daerah hydrogen metalik cair yang lebih kecil. Atmosfernya tebal. Kala rotasinya 10m jam . Saturnus memiliki cincin , ada 2 hipotesi pertama cincin berasal dari satelit yang berjarak dekat (kurang dari 1,5 jari-jari planet) sedang yang keDione, Mimas, Enceladus, Tethys, dll.
Uranus Massa jenis Uranus rendah, menunjukkan bahwa Uranus mengandung unsure-unsur yang ringan. Uranus mengandung hydrogen, helium, bahan es(air, metana, amoniak) , silikat dan besi.Kala revolusinya 84 tahun, sudut antara bidang orbit dan sumbu rotasinya 80. Satelit-satelit Uranus : Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, Oberon , dll.
Neptunus
40
Unsur utama pembentuknya yaitu hydrogen dan helium dan sejumlah kecil metana. Albedo Neptunus adalah 0,84. Neptunus mempunyai cicncin walaupun tidak sempurna. Satelit Neptunus : Triton, Nereid, dll.
3. ANGGOTA TATA SURYA LAIN
a. Asteroid Asteroid atau planetoid adalah benda-benda angakasa kecil yang terdapat dalam daerah antara Mars dan Jupiter pada jarak sekitar 2 – 3,6 SA (periodenya 2 – 6 tahun) Asteroid terbesar adalah Ceres – 1032 km (asteroid yang pertama ditemukan, oleh Giuseppe Piazzi di 1 Januari 1801). Kemudian berturut-turut ditemukan Pallas – 588 km (ditemukan oleh W.M. Olbers di bulan Maret 1802), Juno (C.L. Harding di 1804), serta Vesta – 576 km (oleh Johann Olbers di 1807). Sampai sekarang telah terdata lebih dari 300.000 asteroid (dan jumlahnya semakin banyak) dengan setengahnya telah diketahui parameter orbitnya. Menurut orbitnya, Asteroid dibedakan menjadi : 1) Asteroid Sabuk Utama (pada jarak 2 – 3,5 SA) meliputi sebagian besar Asteroid
2) Asteroid Dekat Bumi (Near-Earth Asteroid), garis edarnya mencapai 1,3 SA. NEA terbesar adalah 1036 Ganymed dengan ukuran 41 km). NEA Dibagi tiga :
Amor : Asteroid yang garis edarnya melintasi orbit Mars, namun tidak memasuki orbit Bumi (contoh : 433 Eros)
Apollo : Asteroid yang garis edarnya melintasi orbit Bumi dengan periode orbit lebih lama dari satu tahun (contoh : 1620 Geographos)
Aten : Asteroid yang garis edarnya melintasi orbit Bumi dengan periode orbit kurang dari satu tahun (contoh : 2340 hathor)
3) Asteroid Trojan, ada dua kelompok yang orbitnya tepat di depan dan di belakang orbit Jupiter yang terjebak di titik Lagrange Jupiter-Matahari, membentuk sudut tepat 600 dari matahari ke Jupiter dan asteroid tersebut, bergerak bersama-sama dengan Jupiter.
4) Asteroid Hilda orbitnya di 4 SA
5) Asteroid dengan orbit eksentrik :
- Asteroid jauh mencapai orbit Saturnus atau Uranus (contoh : 944 Hidalgo, 2060
Chiron)
- Asteroid yang mendekati matahari Contoh : Icarus, perihelionnya lebih dekat ke
matahari daripada Merkurius Pembagian Asteroid berdasarkan komposisinya : 1) Asteroid jenis C (karbon) warna gelap, kaya akan silikat hidrat dan karbon. 60% asteroid termasuk ini.
2) Asteroid jenis S (silikat) terdiri dari batuan dan logam (besi dan nikel). 30% asteroid termasuk jenis ini
3) Asteroid jenis M (metalik) seluruhnya adalah logam (besi dan nikel) 4) Asteroid jenis U (unclassified/unknown) asteroid yang tidak termasuk golongan di atas Asal Usul Asteroid :
41
1) Berasal dari planet yang berada pada jarak 2,8 SA dan kemudian karena suatu hal menjadi hancur kelemahan teori ini : gabungan semua serpihan yang ditemukan hanya bermassa 4% massa bulan, terlalu kecil untuk sebuah planet
2) Berasal dari bahan-bahan yang akan membentuk planet di awal pembentukan Tata Surya tetapi gagal menjadi planet karena gangguan yang kuat dari gravitasi Jupiter teori yang diterima saat ini
b. Komet Komet adalah gumpalan ‗es kotor„ berdiameter 1 – 10 km. Disebut demikian karena merupakan campuran bekuan es dari karbon dioksida, amonia, sianida, metana, dan beberapa jenis logam. Ketika mendekati matahari, maka angin matahari akan menguapkan dan menghembuskan sebagian permukaan/isi komet menjadi selubung gas-debu yang mengelilingi inti dan disebut coma yang panjangnya (ekornya) dari 100.000 km hingga 1 juta km. Ekor ini selalu menjauhi matahari. Ada lagi ‗ekor„ yang lain yang disebut ekor ion yang arahnya berlawanan dengan gerakan komet. Ekor komet dapat tampak , karena : 1. Gas-gas dan debu memantulkan cahaya
2. Gas-gas dan debu menyerap sinar Ultraviolet dan dan memancarkannya sebagai cahaya tampak. Data terakhir (April 2011) dari IAU Minor Planet Center (http://www.minorplanetcenter.net/) jumlah komet yang sudah tercatat mencapai 533.603 buah Asal-usul komet : menurut Jan Oort (1950) komet berasal dari daerah yang disebut awan Oort yang terletak pada jarak 50.000 – 100.000 SA yang merupakan lapisan terluar dari Tata Surya dan mengandung sekitar 100 triliun buah komet. Komet dari Awan Oort memiliki periode yang panjang (> 200 tahun) dan inklinasi orbit yang sangat beragam. Untuk komet dengan periode pendek (dibawah 200 tahun) berasal dari daerah sabuk Kuiper sejarak 30 – 50 SA dan memiliki inklinasi orbit yang kecil. c. Meteoroid, Meteor, dan meteorit Meteoroid adalah anggota tata surya yamg kemungkinan berasal dari komet dan pecahan asteroid dan mengelilingi Matahari di ruang antar planet. Setiap tahun, meteoroid yang masuk ke bumi mencapai 100 ton, atau setiap km2 di muka bumi menerima 560 buah meteorit dengan berat 100 gr atau lebih setiap tahunnya, tetapi sangat sedikit yang dapat mencapai muka bumi (menjadi meteorit). Meteor adalah Meteroroid yang sampai di atmosfir Bumi dan bergesekan dengan atmosfer bumi mengakibatkan panas dan timbul pijar. Hujan meteor adalah jatuhnya
MEKANIKA BENDA LANGIT
I. PERGERAKAN BENDA LANGIT
A. Hukum Kepler
Johannes Kepler (1571-1630), adalah seorang astronomi berkebangsaan
42
Jerman yang berguru pada Tycho Brahe (1546-1602) bangsawan Denmark.
Karir astronominya sebagian besar dihabiskan untuk mengutak-atik data
peninggalan gurunya yang mengumpulkan data benda langit dari tahun 1576
– 1597 (terutama posisi planet) dan kerja keras tersebut menghasilkan 3
Hukum Kepler untuk Tata Surya. Hukum I dan II dipublikasikan pada tahun
1609 dan Hukum III 9 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918.
1) Hukum Kepler I
Planet mengelilingi matahari dalam orbit elips dimana matahari berada
pada salah satu titik fokusnya.
Elips adalah salah satu bentuk irisan kerucut yang ‗kelonjongan„nya
ditentukan
oleh eksentrisitasnya.
Parameter dasar elips :
Lintasan benda langit dalam berbagai eksentrisitas :
Lintasan planet/satelit yang disederhanakan biasanya diambil berbentuk lingkaran, karena eksentrisitasnya mendekati nol (e = 0)
43
Lintasan planet, satelit, asteroid, bintang ganda adalah orbit elips (0 < e <
1)
Lintasan komet dalam mengitari matahari bisa didekati dengan
bentuk parabola (e = 1)
Lintasan meteor yang memasuki atmosfir bumi berbentuk hiperbola (e >
1)
Sebenarnya kedua benda yang saling berinteraksi akan saling mengorbit
satu sama lain, tetapi bagi Tata Surya, matahari terletak di pusat semua
lintasan elips dari benda-benda yang mengitari matahari, hal ini terjadi
karena massa matahari jauh lebih besar dari pada massa planet-planet,
bahkan kalau seluruh anggota Tata Surya digabungkan, massanya masih jauh
lebih kecil daripada massa matahari, sehingga dapat dikatakan bahwa pusat
massa tata surya terletak padamatahari itu sendiri, maka matahari terletak
pada fokus semua orbit anggota tata surya
Periode Sideris planet adalah waktu yang diperlukan planet
untuk satu kali mengelilingi matahari
Periode Sinodis planet adalah waktu yang diperlukan planet untuk
kembali ke fase yang sama
Fase adalah kedudukan planet jika dilihat dari bumi terhadap
matahari. Ada beberapa jenis fase planet :
Untuk planet inferior (Merkurius dan Venus) Konjungsi inferior
(atas), konjungsi superior (bawah), elongasi maksimum Barat,
elongasi maksimum timur
Elongasi (θ) adalah sudut yang
dibentuk antara matahari – bumi –
planet. Sudut elongasi minimum (θ = 00) terjadi ketika konjungsi atas maupun bawah dan sudut elongasi
maksimum terjadi ketika terbentuk
segitiga siku-siku
Sudut elongasi maksimum untuk planet Merkurius sekitar 180 - 240
Sudut elongasi maksimum untuk planet Venus sekitar 340 - 380
Untuk planet inferior, terlihat
bentuk sabit seperti bulan
44
Lampiran 05 Surat Prjanjian Kerja (SPK)