Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

download Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

of 15

Transcript of Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    1/15

      Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian 

    Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial 

    1)

     

    Yerymia Alfa Susetyo, 2)M. A. Ineke Pakereng, 3)Sri Yulianto J. Prasetyo 

    Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1)Email: [email protected], 2)[email protected]

    3)[email protected] 

     Abstract 

     Agroecology zone is the result of grouping the soil characteristics 

    and climate in a region. The groupings of soil and climate characteristics are helpful in establishing an area of agricultural systems. Semarang  

    District as a district which has decreased the conversion of agricultural land is requires the handling of agricultural planning. Fuzzy logic as a  method to determine the zoning based on the degree of membership. The  output of fuzzy logic is an agroecology zone of the region. By knowing the agroecology zone of a region and presented in spatial data, then the  planning of agricultural development will be more planned carefully. 

    Keywords: Agroecology Zone, Fuzzy Logic, Spatial Data 

    1. Pendahuluan 

    Pembangunan pertanian sebagai salah satu dasar bagi pembangunannasional, tidak hanya cukup menjadi sektor yang berperan tangguh pada persoalan  pembangunan perekonomian, akan tetapi juga harus berperan dalam pembangunan lingkungan dan sosial masyarakat. Dalam bidang pertanian terdapat hubungan yang erat antara faktor klimatologis, bentuk kewilayahan, dan tanah. Pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama, dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak ada perbedaan secaranyata, disebut sebagai Agroekologi. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Tujuan yang hendak dicapai pada penetapan zona

     

    agroekologi (ZAE) adalah untuk menetapkan komoditas potensial berskala ekonomi  agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan.[1] Untuk tujuan perencanaan pembangunan pada wilayah pertanian, saat ini belum mampu menjangkau sampai  skala aplikatif di lapangan. Oleh karena itu diperlukan karakterisasi potensi sumber  daya lahan zona agroekologi (ZAE) tingkat semi detail di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka muncullah keinginan untuk melakukan karakterisasi, deliniasi, dan penyusunan databasesumber  daya lahan, serta menyusun pola pewilayahan komoditas pertanian berdasar zona 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    2/15

    Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2013 : 1 - 100 

    agroekologi dengan menggunakan logika fuzzy dan diimplementasikan dalam data spasial berbasis web.Logika fuzzy merupakan logika yang mampu mengatasi ketidakpastian dalam menentukkan zona agroekologi di suatu wilayah. Logika fuzzy merupakan pengembangan dari logika boolean atau klasik, dimana logika boolean menyatakan bahwa segala hal diekspresikan dalam istilah, sedangkan logika fuzzy menyatakan segala hal diekspresikan dalam istilah derajat keanggotaan. Kabupaten 

    Semarang mengalami permasalahan berkaitan dengan konversi lahan pertanian.Luas lahan sawah Kabupaten Semarang tahun 2009 tercatat seluas 24.411,46 Ha  dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan konversi lahan sawah seluas 3,54 Ha.  Keprihatinan akan cepatnya penurunan konversi lahan di Kabupaten Semarang ini  benar-benar membutuhkan perhatian serta penanganan yang komprehensif darisemua kalangan. Hal ini mengingat posisi Kabupaten Semarang yang merupakan daerah penunjang ketersediaan pangan di Jawa Tengah pada khususnya dan Indonesiapada umumnya. Selain itu juga mengingat semakin gencarnya isu penangananpemanasan 

    global. [2] Pembangunan sistem zona agroekologi ini, diimplementasikan di wilayah Kabupaten Semarang.Wilayah Kabupaten Semarang dipilih karena merupakan

    salah satu pendukung lumbung pangan Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi yang  cukup besar di bidang pertanian. Di samping itu, pada saat ini potensi tersebutbelum dimanfaatkan secara maksimal. 

    2. Kajian Pustaka Dalam jurnal lain yang berjudul Penggunaan Metode Fuzzy dalam Penentuan  

    Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Subdas  Cipeles dinyatakan bahwa SIG adalah sistem yang dapat digunakan untuk memasukkan,menyimpan,memeriksa,mengintegrasikan,memanipulasi,  

    menganalisis,dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi 

    permukaan bumi. Kemampuan SIG yang paling menonjol adalah dalam pengolahan 

    data spasial antara lain teknik “overlay” (tumpang-susun). Dalam jurnal yang sama pula, dituliskan bahwa hasil interpretasi data melalui metode fuzzy dengandefuzzifikasi Centre of Grafity (COG) menunjukkan bahwa metode fuzzy mampu mengatasi ketidakpastian dalam klasifikasi data lahan kritis yang disajikan dalam bentuk diskrit, dimana dari hasil uji Wilcoxon interpretasi hasil analisis fuzzy mendekati kondisi yang sebenarnya di lapangan. [3] 

    Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dapatmengintegrasikan data spasial (pada vektor dan citra digital),atribut (sistem basis data),dan properties lainnya. [4] Fungsionalitas dari sistem informasi geografis adalah kemampuan dalam menjawab hal-hal terkait analisis (query). SIG dapat memecahkan masalah-masalah

     

    analisis spasial, atribut, dan kombinasinya.Sistem informasi geografis,menghubungkan unsur-unsur yang terdapat dalam peta dengan atribut-atributnya ke dalam sebuah satuan yang disebut layer. Layer dapat berupa batas-batas administrasi atau kondisi alam. Sistem informasi yang dirancang akan menggabungkan layer-layer tersebut beserta atributnya sehingga membentuk suatu basis data. Sistem juga melakukan analisis spasial sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan olehpengguna. Pada sistem informasi geografis, terdapat beberapa sub sistem yang masing masing 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    3/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    memiliki fungsi yang spesifik. Sub sistem dalam sistem informasi geografis yaitu a).Input data, adalah sub sistem yang bertugas untuk mengelola input atau masukan data spasial yang ada; b).Output data, adalah menampilkan informasi, baik berupa peta, tabel, atau laporan lain; c).Manajemen data, adalah sub sistem yang mengorganisasikan data spasial maupun atribut ke dalam basis data; d).Manipulasi data, adalah sub sistem yang berfungsi untuk menentukan informasi-informasi apa 

    saja yang akan dihasilkan dan ditampilkan. Selain itu, sub sistem ini bertugas untuk 

    manipulasi dan pemodelan data, sehingga menjadi informasi yang diharapkan.Secara skema, sub sistem dalam sistem informasi geografis ditunjukkan pada Gambar 1. 

    Manipulasi 

    Data 

    Input Data 

    Sistem Informasi 

    Geografis Output Data

     

    (SIG) 

    Manajemen 

    Data 

    Gambar 1 Sub Sistem dalam SIG [5] 

    MapServer adalah lingkungan pengembangan software yang bersifat open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi internet- based yang melibatkan data spasial atau peta digital. Aplikasi yang dibangun menggunakan MapServer memiliki tipikal arsitektur seperti yang ditunjukkanGambar  

    2. 

    HTTP/CGI request 

    Internet 

    File HTML 

    HTTP 

    Server (Apache, IIS, etc) 

    MapServer 

    Browser  MapServ CGI,or MapScript + PHP 

    Or MapScript + Perl, or etc 

    Map File 

    HTML Tempate

     

    Map Data 

    External Data 

    Gambar 2 Arsitektur Web SIG dengan MapServer [4] 

    Pada mulanya, browser (client) mengirimkan request (melalui jaringan internet atau intranet) ke web server dalam bentuk request terkait spasial. Kemudian, oleh web 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    4/15

    Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2013 : 1 - 100 

    server, request terkait spasial ini dikirimkan ke server aplikasi (yang dibangundengan menggunakan pemrograman script yang telah tersedia) dan MapServer. Setelah itu, MapServer akan membaca mapfile, data peta, dan data eksternal (jika ada) untuk membentuk gambar yang sesuai dengan request. Setelah gambar ini di-

    render, 

    file images yang bersangkutan akan dikirimkan ke web server, dan akhirnya ke 

    browser milik client sesuai dengan format tampilan template-nya. Arsitektur  MapServer ini cenderung bersifat thin-client atau fokus pada server side hingga prosedur-prosedur yang terkait pengelolaan data dan analisis diproses di server, sementara browser hanya menerima hasil request dalam bentuk file HTML beserta file images-nya. [4] 

     Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaanfisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama agroekologi adalah  iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah.Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, produktivitas

     

    akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaanlahan yang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi penerus di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan.Metode penyusunan Zona Agroekologi (ZAE) dilakukan melalui penggabungan antara karakteristik fisiografi lahan (kelerengan, drainase,tinggi tempat) dan iklim (curah hujan dan suhu). Data karakteristik fisiografi lahan dan iklim diperoleh melalui pengolahan peta kontur, peta ketinggian tempat, dan data 

    curah hujan menjadi peta digital kemiringan, kelembaban, rejim suhu, dan drainase. Peta-peta digital yang telah dihasilkan tersebut ditumpang-susunkan sehingga 

    diperoleh Zona Agroekologi (ZAE) sebagai satuan pemetaan. Struktur Zona  Agroekologi dapat dilihat pada Gambar 3. Tahap-tahap dalam menentukan Zona  Agroekologi (ZAE) adalah: 1. Pengelompokan zona utama, yang didasarkan pada peta digital kemiringanlereng. 

    Wilayah dikelompokkan dalam empat zona berdasarkan kemiringan lereng,yaitu 

    a) Zona Satu : Kemiringan < 8%, dengan fisiografi datar hingga agak datar; b) Zona Dua : Kemiringan 8-15%, dengan fisiografi berombak dan lereng agak curam; c) Zona Tiga : Kemiringan 15-40%, dengan fisiografi berbukit dan lereng 

    curam; d) Zona Empat : Kemiringan > 40%, dengan fisiografi bergunung dan lereng sangat curam. 

    2. Pengelompokan atas dasar rejim suhu udara maka wilayah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu a).Panas (simbol A) yaitu daerah pada ketinggian 500 mdpl  atau memiliki rataan suhu udara tahunan > 26°C; b).Sejuk (simbol B) yaitu  daerah pada ketinggian 500-1000 mdpl atau memiliki rataan suhu udara

    tahunan 26°C-23°C; c).Dingin (simbol C) yaitu daerah pada ketinggian >1000 mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan < 23°C. 

    3. Pengelompokan sub zona rejim kelembaban, dibedakan berdasarkan jumlah bulan kering (curah hujan

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    5/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    besarnya curah hujan. Sedangkan rejim suhu didasarkan pada ketinggian tempat dari permukaan laut yang mengikuti proses lapse rate adiabatic. Berdasarkan data rejim kelembaban yang didasarkan pada data bulan kering atau curah

    hujan, maka wilayah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu a) Kering (X) yaitu jika bulan  kering>7 bulan dalam satu tahun atau curah hujan tahunan 3000 mm. 

    4. Pengelompokan sub zona Drainase. Berdasarkan keadaan drainase tanah (mudah tidaknya air hilang dari tanah) maka wilayah dikelompokkan atas a)  Drainase baik (simbol satu) yaitu daerah yang tanahnya tidak tergenang; b) Drainase buruk (simbol dua) yaitu daerah yang tanahnya selalu tergenang. 

    Zona 

    Zona 1 

    Zona 2 

    Zona 3

     

    Zona 4 

    KELERENGAN 

    DRAINASE

     

    Sub Zona 

    1. Baik 

    2. Buruk 

    Sub Zona 

    A. Panas 

    B. Sejuk 

    C. Dingin 

    SUHU 

    Zona 

    Agroekologi Sub Zona 

    X. Basah 

    Y. Lembab 

    Z. Kering 

    KELEMBABAN 

    Gambar 3 Struktur Zona Agroekologi [6] 

    Lotfi A. Zadeh memperkenalkan teori himpunan fuzzy, yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa tidak hanya teori probabilitas saja yang dapat digunakan mempresentasikan masalah ketidakpastian.Namun demikian,teori himpunan fuzzy bukanlah pengganti dari teori probabilitas. Pada teori himpunan fuzzy, komponen utama yang sangat berpengaruh adalah fungsi keanggotaan.Fungsi keanggotaan merepresentasikan derajat kedekatan suatu objek terhadap atribut tertentu, sedangkan pada teori probabilitas lebih pada penggunaan frekuensi relatif. [6] Proses dalam logika fuzzy dapat dilihat pada Gambar 4. Input fuzzy adalah berupa bilangan crisp (bilangan tegas) yang dinyatakan dalam himpunan input. Fuzzifier merupakan proses untuk mengubah bilangan crisp menjadi nilai 

    keanggotaan dalam himpunan fuzzy. Fuzzy inference system merupakan bagian pengambilan kesimpulan (reasoning) dan keputusan.Knowledge/ rule base berisi 

    aturan-aturan yang biasanya dinyatakan dengan perintah IF THEN.Defuzzifier  merupakan proses untuk merubah nilai output fuzzy menjadi nilai crisp. Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya.Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    6/15

    Gambar 4 Skema Dasar Fuzzy Logic [7] 

     Ada beberapa representasi kurva dalam fungsi keanggotaan, antara lain Representasi Linear Pemetaan input dimana derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus. Persamaan 1 menunjukkan fungsi keanggotaan untuk representasi liniear. 

    (1) 

    Representasi Kurva Segitiga, pada dasarnya merupakan gabungan antaradua garis (linear), seperti terlihat pada Gambar 5. 

    Gambar 5 Representasi Kurva Segitiga [7] 

    Fungsi keanggotaan menggunakan rumus pada Persamaan 2. 

    (2) 

    Representasi Bentuk Bahu. Kurva bahu merupakan daerah yang terletak di  tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun.Representasi bentuk bahu ditunjukkan pada Gambar 6. 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    7/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    Gambar 6 Representasi Kurva Bahu 

    3. Perancangan Sistem 

    Dalam sistem ini,terdapat dua pengguna yakni, admin dan user.Untuk masuk ke dalam sistem, admin harus login terlebih dahulu. Sedangkan, untuk user tida 

    perlu login. User di sini adalah pegawai Bappeda Kabupaten Semarang,atau  pegawai Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Sedangkan admin adalah pegawai Bappeda Kabupaten Semarang, atau pegawai Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang yang diberi  otoritas untuk mengolah atau me-manage database. Secara umum, use casediagram untuk sistem ini ditunjukkan pada Gambar 7. 

    User  

    Sistem ZAE 

     

     Admin 

    Login  Manage Database 

    Gambar 7 Use Case Diagram Sistem 

    Use Case Diagram untuk user dan admin secara detail ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 dalam use case diagram untuk user, terdapat lima fungsi 

    yang dapat dilakukan oleh user. Fungsi lihat informasi pembagian wilayahKabupaten Semarang berfungsi untuk melihat peta pembagian wilayah Kabupaten Semarang per kecamatan, serta untuk mendapatkan informasi berupa batas-batas wilayah Kabupaten Semarang, dan luas wilayah masing-masing kecamatan. Fungsi lihat informasi kelerengan Kabupaten Semarang berfungsi untuk melihat peta kelerengan wilayah dan melihat informasi kelerengan minimal dan maksimal di masing-masing 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    8/15

    Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2013 : 1 - 100 

    kecamatan. Fungsi lihat informasi ketinggian dan fungsi lihat informasi curah hujan Kabupaten Semarang pada intinya sama dengan fungsi lihat informasi kelerengan Kabupaten Semarang, bedanya dalam fungsi ini, sebagai data yang diolah adalah data ketinggian atau curah hujan. Fungsi lihat hasil ZAE berfungsi untuk melihatpeta zona agroekologi pada suatu kecamatan dengan satuan per desa, kemudian juga 

    untuk melihat gambaran umum zona tersebut dan melihat komoditas pertanian yang 

    cocok dibudidayakan pada daerah tersebut. Fungsi untuk admin pada use case diagram Gambar 8, terdapat enam fungsi. Fungsi-fungsi tersebut sama denganfungsi milik user akan tetapi, untuk admin, ada tambahan, yakni fungsi edit datakelerengan, ketinggian, dan curah hujan. 

    Edit Data Kelerengan, Ketinggian dan Curah Hujan 

    Lihat Informasi Pembagian WilayahKab. Semarang 

    User  Lihat Informasi Kelerengan 

    Kab. Semarang   Admin 

    Lihat Informasi Ketinggian Kab. Semarang 

    Lihat Informasi Curah Hujan

     

    Kab. Semarang 

    Lihat Hasil Zona Agroekologi 

    Gambar 8 Use Case Diagram untuk User dan Admin 

    4. Perancangan Algoritma dangan Logika Fuzzy 

     Algoritma yang digunakan dalam sistem ini adalah logika fuzzy. Logika fuzzy 

    digunakan untuk menentukan zona agroekologi dari suatu wilayah desa diKabupaten Semarang. Indikator atau komponen yang digunakan adalah kelerengan atau kemiringan lahan, ketinggian tempat, dan curah hujan. Fungsi keanggotaan fisiografi  

    fuzzy yang terdiri dari Fisiografi Datar (

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    9/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    Gambar 9 Kurva Fungsi Keanggotaan Fisiografi Lahan 

    Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan datar ditunjukkan pada Persamaan 3. 

    (3) 

    Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan agak curam ditunjukkan pada Persamaan 4. 

    (4) 

    Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan curam ditunjukkan pada Persamaan 5. 

    (5) 

    Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan sangat curam ditunjukkan padaPersamaan 6. 

    (6) 

    Fungsi keanggotaan ketinggian tempat. Domain himpunan fuzzy terdiri dari  suhu panas ( 1000 mdpl). Kurva untuk fungsi keanggotaan ketinggian tempat ditunjukkan pada Gambar 10. 

    Gambar 10 Kurva Fungsi Keanggotaan Ketinggian Tempat 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    10/15

    Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2013 : 1 - 100 

    Fungsi keanggotaan untuk ketinggian tempat dengan suhu panas ditunjukkan pada Persamaan 7. 

    (7) 

    Fungsi keanggotaan untuk ketinggian tempat dengan suhu sejuk ditunjukkan pada 

    Persamaan 8. 

    (8) 

    Fungsi keanggotaan untuk ketinggian tempat dengan suhu dingin ditunjukkan pada Persamaan 9. 

    (9) 

    fuzzy terdiri dari kelembaban -3000 mm); 

    ditunjukkan pada Gambar 11. 

    Gambar 11 Kurva Fungsi Keanggotaan Curah Hujan 

    Fungsi keanggotaan untuk curah hujan dengan kelembaban kering ditunjukkan pada Persamaan 10. 

    (10) 

    Fungsi keanggotaan untuk curah hujan dengan kelembaban lembab ditunjukkanpada Persamaan 11. 

    (11) 

    10 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    11/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    Fungsi keanggotaan untuk curah hujan dengan kelembaban basah ditunjukkan pada Persamaan 12. 

    (12) 

    5. Hasil Pembahasan dan Implementasi 

    Dalam Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang ini, terdapat lima menu  utama, yaitu: Home, Informasi, ZAE, Data, dan Help. Tampilan Sistem Zona  Agroekologi Kabupaten Semarang ditunjukkan pada Gambar 12. 

    Gambar 12 Tampilan Halaman Home 

    Halaman informasi pembagian wilayah memiliki tiga navigasi yaitu: pembagianwilayah kecamatan, pembagian wilayah Kabupaten Semarang per kecamatan, danpembagian wilayah per desa. Halaman informasi kelerengan/kemiringan lahan memiliki dua navigasi yaitu: kelerengan wilayah kecamatan, dan kelerengan wilayah Kabupaten  Semarang. 

    Gambar 13 Tampilan Peta Kelerengan Lahan 15,1% - 25% Kabupaten Semarang 

    11 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    12/15

    Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2013 : 1 - 100 

    Dalam halaman informasi kelerengan wilayah Kabupaten Semarang terdapat combo box yang berisi klasifikasi kelerengan (kemiringan 40%).Keti ka user memilih salah satu item dari combo box tersebut, maka akan ditampilkan peta kelerengan berdasarkan item yang dipilih. Misalkan user memilih kelerengan 15,1%- 25%, maka tampilan peta kelerengan adalah seperti yang ditunjukkan Gambar 13.  

    Halaman zona agroekologi merupakan halaman utama dari Sistem Zona 

     Agroekologi Kabupaten Semarang. Dalam halaman ini, pertama kali akanditampilkan peta Kabupaten Semarang, kemudian user memilih salah satu kecamatan untuk  ditampilkan ZAE kecamatan tersebut. 

    Gambar 14 Tampilan Peta Zona Agroekologi Kecamatan Getasan 

    Misalkan user memilih Kecamatan Getasan untuk diketahui zona agroekologinya,  maka setelah proses pemilihan kecamatan, sistem akan melakukan perhitungan algoritma dengan logika fuzzy. Hasil perhitungan logika fuzzy akan ditampilkandalam data spasial seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Selain ditampilkan peta  zona agroekologi tersebut, juga ditampilkan dalam bentuk tabel, keterangan zona agroekologi dari masing-masing desa di Kecamatan Getasan. Tampilan tabel zona agroekologi ditunjukkan pada Gambar 15. Sistem Pertanian dan kesesuaian komoditas di suatu daerah direkomendasikan berdasarkan kelerengan atau kemiringan tanah (fisiografi), akan menentukan sistem pertanian yang layak 

    diusahakan. Karakteristik iklim (curah hujan, bulan basah-bulan kering, suhu udara) dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian jenis tanaman yang dapat 

    dikembangkan diwilayah ZAE.Hal-hal yang dijelaskan dalam detail zona agroekologi  setiap desa adalah kelerengan/kemiringan, etinggian tempat, curah hujan, semua  zona agroekologi yang ada di desa tersebut, penjelasan umum masing-masingzona, sistem pertanian yang direkomendasikan berdasarkan ZAE.Penerapan logika fuzzy dalam Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang adalah dengan mengambil nilai kelerengan, ketinggian, dan curah hujan dari database kemudian nilai tersebut 

    12 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    13/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    akan diproses pada fungsi untuk menghitung derajat keanggotaan. 

    Gambar 15 Tampilan Tabel Zona Agroekologi Kecamatan Getasan 

    Contoh perintah untuk menghitung derajat keanggotaan ditunjukkan pada Kode Program 1 dimana merupakan salah satu fungsi/ method untuk menentukan derajat keanggotaan. Dalam baris enam sampai dengan baris tiga belas merupakan blok kondisi untuk menghitung nilai crisp sesuai dengan klasifikasi nilai tersebut. Setelah dihasilkan nilai derajat keanggotaan, kemudian nilai-nilai tersebut akanmasuk ke dalam proses fuzzy inference system dengan menggunakan operasi Zadeh min yaitu mencari nilai paling kecil. 

    13 

    Proses terakhir adalah proses deffuzifikasi menggunakan metode MOM 

    (Mean Of Maximum) dengan mencari nilai rata-rata terbesar. Kode program untuk mencari nilai maksimum ditunjukkan pada Kode Program 3. Kode Program 3 

    menunjukkan proses pencarian nilai tertinggi menggunakan perintah sorting yang ditunjukkan pada baris satu. Baris kedua sampai baris tujuh merupakan pengisian nilai-nilai yang telah diurutkan dari tertinggi ke terendah ke dalam array. Setelah diketahui zona agroekologi dari suatu wilayah, maka sistem akan menampilkan peta zona agroekologi, beserta penjelasan-penjelasan sistem pertanian yang cocok diusahakan dan beberapa komoditas pertanian yang layak dibudidayakan. 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    14/15

    Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2013 : 1 - 100 

    6. Simpulan 

    Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Dengan pembangunan Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang, dapat diketahui karakteristik suatu daerah hingga tingkat desa baik kondisi tanah maupun iklim sehingga dapat direkomendasikan sistem pertanian yang cocok diusahakan dan 

    komoditas pertanian yang cocok dibudidayakan. Melalui identifikasi zonaagroekologi di suatu wilayah, pembangunan sektor pertanian juga dapat lebih terencanasehingga dapat menghasilkan sistem usaha tani yang berkelanjutan di setiap desa demi  kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Semarang. Banyaknya jumlah data kelerengan, ketinggian, dan curah hujan di seluruh Kabupaten Semarang memungkinkan terjadinya ketidakjelasan atau kekaburan informasi yang bersifat subjektif. Dengan penerapan logika fuzzy, informasi yang dihasilkan lebih akurat karena logika fuzzy mengenal derajat keanggotaan suatu nilai terhadap informasi tertentu. Data-data tentang kelerengan, ketinggian, dan curah hujan, serta hasilakhir  

    proses perhitungan logika fuzzy disajikan dalam data spasial sehingga lebihinteraktif  dan user lebih mudah memahami informasi yang disampaikan. Selain itu dengan proses pewarnaan pada data spasial user dapat mengetahui dan membandingkan  pola kelerengan, ketinggian, curah hujan, serta zona agroekologi suatu daerahdengan daerah di sekitarnya. 

    14 

  • 8/18/2019 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE).pdf

    15/15

    Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 

    7. Daftar Pustaka 

    [1]  Balitbang Pertanian.1999.Panduan Metodologi Analisis Zone Agro Ekologi. www.oocities.org/thetropics/lagoon/3449/PDF/aez.pdf. Diakses tanggal 4 Februari 2012. 

    BPS Kab. Semarang.2010.Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 

    2010.Semarang: Badan Pusat Statistik Kab. Semarang. 

    Kastaman, Roni, 2007, Penggunaan Metode Fuzzy dalam Menentukan Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Subdas Cipeles.http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/ publikasi_dosen/No.16%20Jurnal%20FTIP-Roni%20Vol.1%20No.2-  20012.pdf. Diakses tanggal 10 Februari 2011. Prahasta, Eddy.2002.Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arc View. Bandung: Informatika Papilaya, Frederik Samuel.2006.Sistem Informasi Geografis Pemilihan Umum (Studi Kasus Pilpres Tahap II di Jawa Tengah).AITI Jurnal Teknologi Informasi (3/2), 136-146. Simanjuntak, Bistok.2009.Penyusunan Indikator dan Pemetaan Rawan 

    Pangan Kabupaten Semarang Tahun 2010.Semarang: Bappeda Kab. 

    Semarang. Kusumadewi, Sri, Sri Hartati, Agus Harjoko, dkk.2011. Fuzzy Multi-  Attribute Decission Making (Fuzzy MADM).Yogyakarta: Graha Ilmu. 

    [2] 

    [3] 

    [4] 

    [5] 

    [6] 

    15