Pembahasan Prak Halal Na Benzoat Hidrat

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum Setelah dilakukan praktikum, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Jumlah larutan NaOH untuk titrasi uji : 0,3 mL Normalitas larutan Na thosulfat (N titran : 0,0! N "erat sampel #ang digunakan : !0 mL $olume larutan pada persiapan sampel : %!0 mL $olume #ang diambil :&%,! mL Perhitungan : 'ata di atas kemudian disubstitusikan ke dalam rumus: Sehingga, didapatkan bah a: Sedangkan untuk perhitungann#a : & mL NaOH 0,0! N ) 0,00*% gram Natrium "en+oat Hidrat Jika disubstitusikan , maka persamaann#a menjadi : Ppm NatriumBenzoat Hidrat ¿ v . Titer x N NaOH x 144 x volume larutan pada persiapan sampel x 1,000,000 Volume yang diambil x berat sampel x 1000 Ppm NatriumBenzoat Hidrat ¿ 0,3 mL x 0,05 N x 144 x 250 mL x 1,000,000 12,5 mL x 50 mL x 1000 = 864 Ppm b/b

description

analisa halal OMK

Transcript of Pembahasan Prak Halal Na Benzoat Hidrat

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil PraktikumSetelah dilakukan praktikum, maka didapatkan hasil sebagai berikut:Jumlah larutan NaOH untuk titrasi uji: 0,3 mLNormalitas larutan Na thosulfat (N titran): 0,05 NBerat sampel yang digunakan: 50 mLVolume larutan pada persiapan sampel: 250 mLVolume yang diambil: 12,5 mLPerhitungan:Data di atas kemudian disubstitusikan ke dalam rumus:

Sehingga, didapatkan bahwa:

= 864 Ppm b/b= 864 mg/mL

Sedangkan untuk perhitungannya :1 mL NaOH 0,05 N = 0,0072 gram Natrium Benzoat HidratJika disubstitusikan , maka persamaannya menjadi : = = X = 0,002116 gram

4.2PembahasanPada praktikum kali ini bertujuan untuk menetapkan kadar natrium benzoat yang terdapat pada bahan pangan. Natrium benzoate merupakan suatu bahan pengawet bahan pangan. Natrium benzoat merupakan garam dari senyawa asam benzoat. Senyawa tersebut banyak digunakan sebagai pengawet dalam makanan dan minuman yang dikemas, salah satunya minuman ringan. Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan dalam makan dengan tujuan menghambat kerusakan oleh mikroorganisme (bakteri, khamir,kapang) sehingga proses pembusukan atau pengasaman atau penguraian dapat dicegah.Sampel yang digunakan adalah minuman ringan yang dijual dipasaran. Pada label minuman ringan tersebut tercantum komposisi natrium benzoate, namun tidak tercantum kadar natrium benzoat yang digunakan pada tiap botol minuman ringan tersebut. Analisis penetapan kadar natrium benzoat perlu dilakukan untuk mengetahui apakah bahan pangan yang beredar memenuhi syarat sesuai peraturan peredaran bahan pangan sehingga layak beredar atau tidak.

Penetapan kadar natrium benzoat menggunakan metode titrasi merupakan metode yang sederhana. Dalam beberapa literatur, penetapan kadar kombinasi natrium benzoat dapat ditentukan antara lain dengan metode spektrofotometri UV (AOAC, 1995;SNI, 1992), kromatografi gas (AOAC, 1995) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan menggunakan fase gerak methanol-dapar fosfat (8:92) dengan laju alir 0,3 ml/menit pada panjang gelombang 225 nm dan penentuan kadar natrium benzoat menurut Association of Official Analytical Chemist (AOAC) dilakukan dengan cara Spektrofotometri UV. Pemakaian asam benzoat relatif menguntungkan karena dapat mempertahankan mutu bahan dengan memberikan daya tahan kualitas produk makanan / minuman lebih lama. Akan tetapi asam benzoat yang berlebih dapat menimbulkan efek atau pengaruh tertentu bagi yang mengkonsumsinya seperti : penyakit kulit dermatitis (penyakit kulit yang ditandai dengan gatal-gatal dan bentol-bentol), asma, artikaria (biduran yang ditandai dengan timbulnya cairan pada lapisan kulit yang dalam yang dapat terjadi pada saluran pernafasan atau pencernaan) dan jika dikonsumsi jangka panjang akan menimbulkan penyakit Lupus atau Systemic Lupus Erithematosus (SLE). Untuk menjamin keamanan dari produk yang beredar penggunaan natrium benzoat pada makanan dan minuman perlu dibatasi. Penggunaannya ke dalam minuman ringan dan dibatasi oleh ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88, tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang mencatumkan batas maksimum penggunaan natrium benzoat 600 mg/kg.Namun pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan metode titrasi untuk menetapkan kadar natrium benzoat pada sebuah minuman kaleng. Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang 50 gr sampel, namun karena sampel yang digunakan berupa cairan dan dianggap memiliki massa jenis yang sama praktikan menakar sampel sebanyak 50 ml (b/v=1), lalu kami mengencerkannya sampai 150ml menggunakan aquades. Selanjutnya ditambahkan 5ml NaOH 10% dan 5 ml NaCl 30% dengan tujuan menjenuhkan menggunakan NaCl, larutan sampel dari asam benzoat menjadi natrium benzoat yang larut air dengan penambahan NaOH, kemudian dilakukan penambahan air sampai volume 200 ml kemudian dikocok bertujuan untuk menyempurnakan pancampuran dari zat-zat yang ditambahkan. Setelah itu tambahkan air suling ke labu takar sampai volumenya 250 ml, dikocok hingga homogen, lalu diambil 50 ml larutan tersebut menggunakan pipet volumetrik. Tambhakna HCL (1:3) sampai larutan berpH netral. pH dicek menggunakan pH indicator. Setelah penambahan 20 tetes HCL, barulah didapatkan larutan yang berpH netral yang disertai dengan perubahan warna larutan menjadi lebih pudar. Penambahan HCl ini akan mengubah natrium benzoat menjadi asam benzoat yang akan larut dalam air, yang dapat di ekstrak dengan kloroform untuk memisahkan fase nonpolar dengan fase polarnya. Selanjutnya larutan yang telah berpH netral tersebut ditambahkan 25ml kloroform dan dikocok perlahan (agar tidak terbentuk emulsi) tujuan penambahan kloroform adalah untuk mengekstraksi natrium benzoat agar tertarik seluruhnya ke fraksi kloroform. Lalu dimasukkan ke dalam coroong pemisah. Kocok perlahan, kemuadian akan tampak 2 lapisan cairan yang berbeda. Lapisan bawah merupakan larutan kloroform, sedangkan lapisan atas merupakan aquades akibat perbedaan bobot melekul. Selanjutnya diambil larutan bagian bawah sebanyak 12,5 ml melalui keran corong pemisah. Lalu biarkan kloroform menguap. Setelah kloroform menguap didapat residu natrium benzoat. Larutkan residu tersebut dengan 25 ml alkohol (4:1), lalu tambhakna 25 ml aquades dan tambahkan indicator PP sebanyak 5 tetes. Titrasi larutan tersebut dengan NaOH 0,05 N sampai berwarna merah jambu. Berikut reaksi yang terjadi :

Hasil praktikum praktikan menunjukan bahwa NaOH yang digunakan sebanyak 0,3 ml. Sehingga di dapat bahwa kadar Natrium benzoat yang berada pada minuman ringan tersebut adalah 864 ppm. Kadar tersebut telah memenuhi peraturan pemerintah mengenai pembatasan jumlah Natrium benzoat yang digunakan. Pada kelompok 2 yang menggunakan sampel minuman yang sama dengan kelompok kami, diperoleh hasil NaOH yang digunakan sama yaitu sebanyak 0,3 ml. sedangkan kelompok 3 dan 4 yang menggunakan sampel minuman yang sama namun dengan merk yang berbeda diperoleh hasil NaOH yang digunakan berbeda. Hal ini mungkin disebabkan perlakuan dari kelompok 3 dan 4 terhadap sampel berbeda-beda. Hasil analisis yang dilakukan terhadap kadar Natrium benzoat pada minuman ringan tersebut tidak mutlak seperti hasil praktikum ini. Hal ini terjadi karena kesalahan yang dilakukan praktikan, seperti tidak digunakannya standar Natrium benzoat sehingga tidak ada yang dapat dijadikan sebagai kontrol pembanding, serta pH yang didapatkan tidak akurat karena hanya mengandalkan visualisasi dari praktikan, jenis minuman yang digunakan pun merupakan minuman berkarbonasi sehingga kadar yang diperoleh datanya tidak mutlak akibat kekurang telitian praktikan pada saat preparasi sampel. Kesalahan-kesalahan dalam proses preparasi sampel tentu saja akan mempengaruhi kadar yang didapat. Namun tidak dapat membandingkan hasil praktikum dengan label pada minuman ringan tersebut, karena pada minuman ringan tersebut tidak tercantuk kadar natrium benzoatnya.Pemakaian asam benzoat relatif menguntungkan karena dapat mempertahankan mutu bahan dengan memberikan daya tahan kualitas produk makanan / minuman lebih lama. Akan tetapi asam benzoat yang berlebih dapat menimbulkan efek atau pengaruh tertentu bagi yang mengkonsumsinya seperti : penyakit kulit dermatitis (penyakit kulit yang ditandai dengan gatal-gatal dan bentol-bentol), asma, artikaria (biduran yang ditandai dengan timbulnya cairan pada lapisan kulit yang dalam yang dapat terjadi pada saluran pernafasan atau pencernaan) dan jika dikonsumsi jangka panjang akan menimbulkan penyakit Lupus atau Systemic Lupus Erithematosus (SLE). Untuk menjamin keamanan dari produk yang beredar penggunaan natrium benzoat pada makanan dan minuman perlu dibatasi. Penggunaannya ke dalam minuman ringan dan dibatasi oleh ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88, tentang Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang mencatumkan batas maksimum penggunaan natrium benzoat 600 mg/kg

Daftar PustakaF.G. Winarno. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.Ryan Bernhadt, 2007. Journal The Generation of Benzene in Soft Drinks: Sodium Benzoate in the Presence of Ascorbic Acid. Sevita, Vivi. 2013. Jurnal Pengembangan Metode Penentuan Kadar Natrium Benzoat Secara Spektrofotometri UV Dalam Jamur Kancing Kemasan Plastik Trenggono, dkk. 1990. Buku dan monogram bahan tambahan pangan (food aditif). Pusat antar universitas pangan dan gizi. Yogyakarta: UgmWinarno F.G, 1994. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan.