Pembahasan mengenani Otonomi Khusus beserta Implementasinya
-
Upload
virta-nisa -
Category
Documents
-
view
229 -
download
12
description
Transcript of Pembahasan mengenani Otonomi Khusus beserta Implementasinya
A. Otonomi Khusus
Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah ‘tertentu’ untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri tetapi sesuai
dengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah tersebut. Kewenangan ini diberikan agar daerah
‘tertentu’ dapat menata daerah dan bagian dari daerah tersebut agar lebih baik lagi di bidang tertentu
sesuai dengan aspirasi daerahnya.
Otonomi khusus ditawarkan melebihi otonomi daerah biasa, karena otonomi ini diberikan kepada
daerah ‘tertentu’ yang berarti daerah tersebut mempunyai kelompok gerakan kemerdekaan yang ingin
memisahkan dirinya (daerahnya) dari wilayah NKRI. Jadi secara tidak langsung, pemerintah
memberikan otonomi khusus ini sebagai bentuk pendekatan damai agar kelompok gerakan tersebut
tidak terus bergejolak.
Butuh pertimbangan yang sangat matang untuk memberikan otonomi khusus kepada daerah
‘tertentu’ ini. Karena suatu negara sangat bergantung pada pendapatan daerah ‘tertentu’ yang akan
diberikan otonomi khusus. Diperlukan beberapa kesepakatan agar kedua pihak (negara yang
memberikan otsus dan daerah ‘tertentu’ yang menerima otsus) akan sama-sama diuntungkan dengan
adanya otonomi khusus ini, Karena setiap bangsa atau negara memerlukan kemajuan yang relatif
meningkat untuk melaksanakan proses berkembangnya negara menuju kondisi yang lebih baik.
Otonomi Khusus Dalam Negara Kesatuan
Otonomi Khusus dalam Negara Kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang
diatur dengan undang-undang (UUD 18b (1)). Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus. Otonomi Khusus sendiri adalah
kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar
masyarakat. Untuk pengaturan tentang keberadaan otonomi khusus, terletak pada ps.225 UU 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan ini ditujukan untuk penegasan dari pengakuan dan
penghormatan negara terhadap satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus.
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan (UUD 1 (1)). Sementara Konsep dari Negara Kesatuan
(unitary state / eenheidsstaat) adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa Negara, melainkan
hanya terdiri atas satu Negara, sehingga tidak ada Negara di dalam Negara. Dengan demikian dalam
Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta
wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan Negara, menetapkan kebijakan pemerintahan dan
melaksanakan pemerintahan Negara baik di pusat maupun di daerah-daerah (Buku Ilmu Negara
karangan Soehino, Hal.224).
Perihal yang menjadi perdebatan pada topik ini adalah kesesuaian antara pemberlakuan otonomi
khusus dengan konsep negara kesatuan. Apakah Otonomi khusus tidak dapat diberlakukan di Indonesia
yang merupakan negara kesatuan, dan bagaimana kesesuaiannya dengan konstitusi Indonesia.
Otonomi Khusus dalam Negara Kesatuan Konstitusional
1. Penerapan pasal 18b(1) UUD 1945
Otonomi Khusus yang diberikan kepada daerah khusus merupakan bentuk realisasi dari amanat
ps.18b (1) UUD 1945, yang menuangkan secara eksplisit bahwa negara mengakui dan menghormati
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus. Pemberian Otonomi khusus adalah suatu bentuk
nyata dari janji negara untuk memberikan pengakuan dan penghormatan kepada satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus, sebagaimana telah tertuang dalam konstitusi yang kemudian diturunkan
dalam UU 32/2004 ps.225. Selain itu menurut naskah kompeherensif buku 4 jilid 1, arti dari mengakui
dan menghormati sendiri, termasuk memberikan perlindungan terhadap satuan pemerintah daerah yang
bersifat khusus, dalam hal ini adalah satuan – satuan pemerintah daerah yang sudah ada, bukan hal
yang diada-adakan.
2. Otonomi Khusus merupakan asas desentralisasi sebagai Perwujudan Demokrasi di
Indonesia
Konstitusi disusun dalam kerangka Negara Kesatuan harus tercermin kepentingan daerah, melalui
aturan pembagian kekuasaan antara badan-badan pusat dan badan-badan daerah secara adil dan
bijaksana sehingga daerah memelihara kepentingannya dalam kerangka Negara Kesatuan. Susunan
yang demokratis membutuhkan pemecahan kekuasaan pemerintahan ditingkat pusat dan pembagian
kekuasaan antara pusat dan daerah (Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia hal.168 cetakan-4
karangan Moh. Yamin). Sehingga pemberian otonomi khusus oleh negara mendorong berkembangnya
prakarsa sendiri dalam pembentukan dan pelaksanaan kebijakan untuk kepentingan masyarakat
setempat. Dengan berkembangnya prakarsa tersebut tercapailah apa yang dimaksud dengan demokrasi
yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri,
melainkan memperbaiki nasibnya sendiri.
3. Sebagai Instrumen dalam Mewujudkan Tujuan Negara ditengah Keanekaragaman
Bangsa
Salah satu Tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah
mewujudkan kesejahteraan umum. Untuk pencapaian kesejahteraan ditengah keadaan masyarakat yang
plural, bukanlah semudah membalik telapak tangan. Sehingga diperlukannya instrument yang ampuh
dan tepat, dan otonomi khususlah cara yang ampuh dan tepat untuk mencapai tujuan negara dalam
masyarakat yang plural. Daerah – Daerah tentunya lebih tau apa yang dibutuhkan masyarakatnya untuk
mencapai suatu kesejahteraan, pemberian otonomi khusus kepada daerah khusus hanyalah suatu
kebijakan pemerintah pusat, agar pemerintah daerah lebih leluasa untuk mencapai kesejahteraan di
daerah khusus tersebut.
4. Otonomi Khusus Sebagai Alat Penjaga Keutuhan Negara
Fungsi lain dari otonomi khusus adalah untuk menjaga keutuhan negara, hal ini dikarenakan
setiap daerah mempunyai kebutuhan dan kategori sejahtera yang berbeda – beda. Sehingga dengan
ditetapkannya satu aturan dari pemerintah pusat, belem tentu dapat menjawab tuntutan dari semua
masyarakat di daerah – daerah yang berbeda. Bila dilihat dari sisi historis pemberian otonomi
khusus kepada NAD dan Papua merupakan alat peredam kedua daerah tersebut untuk melepaskan
diri dari wilayah Indonesia. Kedua daerah tersebut ingin melepaskan dari Indonesia dikarenakan
kebijakan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengna kebutuhan masyarakat di daerah. Disini
otonomi khusus diberikan untuk kedua daerah tersebut agar dapat menjalankan tuntutan kebutuhan
masyarakat daerahnya tanpa harus melepaskan dari Indonesia.
I. DAERAH YANG MENGGUNAKAN OTONOMI KHUSUS
a. Papua
Otonomi Khusus Provinsi Papua diatur berdasarkanUndang-undang Nomor 21 Tahun 2001 terdiri dari
79 pasal yang telah diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 2008. Keputusan penyatuan Papua menjadi
bagian dari NKRI merupakan salah satu tujuan NKRI. Namun kenyataannya berbagai kebijakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih menimbulkan masalah di Papua seperti
kesejahteraan rakyat yang timpang antara kaum pendatang dan pribumi, kesenjangan ekonomi pusat
dan daerah, eksploitasi sumber daya alam perusahaan asing yang minimdirasakan manfaatnya oleh
rakyat Papua, kesenjangan tingkat pendidikan dan sumber daya manusia antara pendatang dan pribumi
dan minimnya infrastruktur dan konektivitas serta sering terjadiya konflik berdarah akibat kisruh
Papua.
Setiap negara tentunya ingin menyelesaikan berbagai masalah agar pemerintahan negaranya tetap
maju.Karena itu lah, MPR RI pada tahun 1999 dan 2000 menetapkan perlunya pemberian status
Otonomi Khusus kepada Provinsi Irian Jaya. Hal ini merupakan suatu langkah awal yang positif dalam
rangka membangun kepercayaan rakyat kepada Pemerintah untuk melaksanakan upaya penyelesaian
masalah-masalah di provinsi papua.
Terlihat pada rancangan awal bahwa apabila diberikan otonomi khusus, Papua harus membagi
pendapatannya dengan pemerintah pusat 20% dan untuk Papua sendiri 80%. Namun masih terdapat
kesenjangan pendapat tentang hal tersebut. Tetapi hal ini dilakukan agar budget NKRI menjadi
seimbang. Ini merupakan salah satu ketentuan dalam penyelenggaraan otsus di Papua. Tapi
disayangkan sifat otonomi khusus untuk Papua lebih merupakan tindakan sepihak dari pemerintah
pusat.
b. Aceh
Setelah otonomi khusus diberikan kepada Aceh, nama daerahnya berubah menjadi NAD (Nanggroe
Aceh Darussalam). Otonomi Khusus memberikan kebebasan Aceh dalam mengurus sistem pengadilan
dan pendidikannya sendiri. Tetapi pada hakekatnya masyarakat Aceh menginginkan terdapatnya
kebijakan tentang penghentian kekerasan di Aceh, karena otonomi khusus ini seharusnya diberikan
karena militer terus melakukan aksi-aksi penyiksaan, teror dan penghilangan paksa. Jadi, apabila
dalam peraturan otonomi khusus untuk Aceh tidak terdapat kebijakan tersebut, maka akan sulit terlihat
perbedaan/perubahan yang berarti di daerah Aceh. Walaupun kebijakan pemberian otonomi khusus
mendapatkan dukungan dari berbagai negara seperti Australia, namun pelaksanaanya juga akan terlihat
tidak sempurna apabila otonomi khusus ini hanya digunakan sebagai media pengalihan dari tuntutan
mendesak untuk mengadakan gencatan senjata antara gerakan kemerdekaan bersenjata, GAM, dan
militer Indonesia, atau untuk menghentikan kekerasan militer terhadap penduduk sipil serta negosiasi
penyelesaian damai yang melibatkan setiap pihak.
Hal lain yang menjadi masalah, GAM tidak menerima UU Otonomi Khusus Aceh karena mereka
memandang bahwa dalam UU tersebut hanya mementingkan sisi elit Indonesia saja. Tetapi, GAM
mengharapkan Indonesia jujur dan membuktikan peraturan-pareturan damai yang telah disetujui di
Aceh. Diharapkan dari otonomi khusus ini Aceh akan mendapatkan pendapatan yang meningkat dari
sumberdaya minyak dan gas. UU otonomi khusus Aceh diatur oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang pemerintahan Aceh. Sifat otonomi khusus Aceh adalah buah kesepakatan dari Nota
Kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang ditanda tangani pada
15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia.
B. DAERAH KHUSUS
A. DAERAH KHUSUS DKI JAKARTA
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Provinsi DKI Jakarta)sebagai satuan pemerintahan
yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sebagai daerah otonom memiliki fungsi dan peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, perlu diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban,
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk itulah Pemerintah Pusat
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus
Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia . UU ini mengatur kekhususan
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota Negara. Aturan sebagai daerah otonom tingkat provinsi dan lain
sebagainya tetap terikatpada peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.
Beberapa hal yang menjadi pengkhususan bagi Provinsi DKI Jakarta antara lain:
1. Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai Ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom pada tingkat provinsi.
3. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga
internasional.
4. Wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan kabupaten administrasi.
5. Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125% (seratus dua puluh lima
persen) dari jumlah maksimal untuk kategori jumlah penduduk DKI Jakarta sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang.
6. Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet yang menyangkut kepentingan Ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Gubernur mempunyai hak protokoler, termasuk mendampingi Presiden
dalam acara kenegaraan.
7. Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota Negara
ditetapkan bersama antara Pemerintah dan DPR dalam APBN berdasarkan usulan Pemprov DKI
Jakarta.
C. OTORITA BATAM
Kota Batam memiliki potensi maupun kemampuan aktual untuk memberi kontribusi terhadap
kemajuan ekonomi Nasional maupun daerah Pulau Batam dan sekitarnya. Nilai ekonomis kawasan ini
sudah tak terbantahkan sejak dikembangkan secara terencana oleh pemerintah. Tahun 2003, nilai
ekspor nonmigas Batam memberi kontribusi sekitar 14% dari nilai ekspor nonmigas nasional dan
menyumbang sekitar 11% dari nilai total Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk ke Indonesia.
Perencanaan Pulau Batam sebagai kontributor dalam kemajuan ekonomi Nasional didukung dengan
Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun1971 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam (yang
meliputi wilayah Batu Ampar saja ), yang diarahkan untuk Membangun P. Batam sebagai Kawasan
Berikat (Bonded Warehouse). Kawasan berikat ini kemudian diperluas hingga meliputi wilayah
Barelang pada tahun 1992. Sejak tahun 1978 wilayah ini ditetapkan sebagai Daerah Industri yang
kemudian diperluas hingga wilayah Barelang (Batam Rempang Galang) pada tahun 1998 melalui
Keputusan Presiden Nomor 94 Tahun1998.
Dengan melihat sejarah peranan Kota Batam sebagai Kontributor dalam kemajuan ekonomi
nasional yang diharapkan akan terus meningkat pada masa yang akan datang, maka sudah menjadi
kewajiban Pemerintah Pusat untuk mengantisipasi potensi permasalahan yang merupakan tantangan
dalam perkembangan Kota Batam. Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi oleh Kota Batam adalah
adanya dualisme pemerintahan dalam pengelolaan kotanya. Dualisme pemerintahan ini telah dimulai
pada tahun 1983 ketika Batam ditetapkan sebagai kota administratif dan kemudian sepenuhnya menjadi
kota otonom pada tahun 1999.
WEWENANG OTORITA BATAM DALAM PENGELOLAAN KOTA
Meski pengelolaan Kawasan Batam sejak Tahun 1983 telah melibatkan Pemerintah Kota
Administratif, namun Badan Otorita Batam tetap memiliki kewenangan yang sangat luas untuk
mengelola Pulau Batam dalam rangka menarik investor dalam menanamkan modalnya di Pulau Batam.
Kewenangan tersebut meliputi penyelenggaraan dual functions yaitu
(a) sebagian fungsi pemerintahan, berupa pemberian izin, pelayanan masyarakat, pertanahan
dan sebagainya, atas dasar pendelegasian berbagai kewenangan Pemerintah Pusat kepada Departemen
teknis terkait;
(b) fungsi pembangunan, dimana Badan Otorita Batam mengelola sarana dan prasarana seperti
bandara, pelabuhan laut, listrik, air minum, rumah sakit dan lain-lain dalam rangka mempertahankan
daya saing sebagai kawasan industri, kegiatan alih kapal, perdagangan dan pariwisata.
WEWENANG PEMERINTAH KOTA BATAM DALAM PENGELOLAAN KOTA
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 14 ayat (1) maka
wewenang Pemerintah Kota Batam adalah Urusan Wajib yang meliputi :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan , dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraan pendidikan
g. Penanggulangan masalah sosial
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan
PERMASALAHAN AKTUAL YANG MUNCUL AKIBAT DUALISME PEMERINTAHAN DI
KOTA BATAM
Berdasarkan telah terhadap lingkup wewenang kedua lembaga pemerintahan tersebut maka
dapat ditemukenali beberapa overlap kewenangan dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan , dan pengawasan tata ruang
c. Penyediaan sarana dan prasarana umum
d. Pengendalian lingkungan hidup
e. Pelayanan pertanahan
f. Pelayanan administrasi penanaman modal
UPAYA MENSINERGIKAN PERANAN OTORITA BATAM DENGAN
PEMERINTAH KOTA
Dengan mempelajari beberapa permasalahan yang timbul akibat adanya dualisme pemerintahan
di Kota Batam maka Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Dalam Negeri perlu segera membuat
rencana untuk mensinergikan peranan Otorita dengan Pemerintah Kota Batam. Masing-masing pihak
perlu menyamakan misi bahwa peranan utama lembaga pemerintahan adalah untuk melayani
kepentingan masyarakatnya. Dengan demikian apapun peranan yang menjadi wewenangnya masing-
masing pihak harus berorientasi untuk mempermudah dan memperlancar kepentingan publik. Hal lain
yang penting dipertimbangkan pula adalah peranan Kota Batam sebagai kontributor dalam
pengembangan ekonomi Nasional.
Sebagai Lembaga yang baru berusia kurang dari 7 tahun, Pemerintah Kota Batam perlu belajar
banyak dari Otorita yang sudah sangat berpengalaman selama 35 tahun dalam mengelola kota. Begitu
pula Otorita perlu mempertimbangkan fakta atas kewenangan otonomi yang dimiliki Pemerintah Kota
Batam, sehingga dengan kesadaran penuh Otorita hanya mengambil peran yang benar-benar spesifik
yang belum mampu ditangani oleh Pemerintah Kota Batam.
HUKUM ADMINISTRASI DAERAHARTIKEL TENTANG OTONOMI KHUSUS, DAERAH KHUSUS IBUKOTA DAN OTORITA
BATAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Administrasi DaerahDosen :
Dr. Shinta SH., M.H.Oleh:
SALIS WULANDARI FAHDAMIR NIM. 135010107111143
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUMMALANG
2014