pembahasan makalah agjqidah ADIATI.doc
-
Upload
double-d-castle -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of pembahasan makalah agjqidah ADIATI.doc
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam secara teologis merupakan rahmat bagi manusia dan alam semesta.
Letak kerahmatannya terletak pada kesempurnaan islam itu sendiri. Aqidah
diletakkan sangat penting dalam ajaran islam. Seumpama islam diumpamakan
pohon, maka aqidah adalah akarnya, dan pohon tanpa akar tentu akan tumbang
Ajaran Islam sebagaimana dikemukakan maulana Muhammad Ali, dapat dibagi
kepada dua bagian, yaitu teori atau lazim disebut rukun iman, dan bagian praktik
yang mencakup segala yang harus dijadikan pedoman hidup bagian pertama
disebut aqidah, artinya kepercayaan yang kokoh, ataupun yang kedua disebut
hokum atau syari’ah.
Kewajiban bagi seseorang untuk bisa diakui sebagai seorang muslim adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat: “Ashadu alla ilaha illallah, wa ashadu anna
muhammadur rosulullah.” Pengetahuan tersebut merupakan tauhid dan itu bagian
dari aqidah. Untuk lebih jelasnya permasalahan aqidah secara global akan dibahas
dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Aqidah dan Ruang Lingkupnya
2. Hadist dan Dalil Tentang Aqidah
3. Fungsi dan Peranan Aqidah
4. Tingkat- Tingkatanan Aqidah
1.3 Tujuan
Agar menjadikan pembahasan makalah ini berstruktur dan sistematis, maka
dengan keterkaitan perumusan masalah, maka penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman tentang hal sebagai berikut:
1. Pengertian Aqidah dan ruang lingkupnya
2. Hadist dan Dalil Tentang Aqidah
3. Fungsi dan Peranan Aqidah
4. Tingkat- tingkatanan Aqidah
Page 1 of 17
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah
A. Aqidah Secara Etimologi
1. Aqidah berasal dari kata ‘aqdan yang berarti pengikatan. Aqidah
adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan
perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap
sesuatu.
2. Aqidah berasal dari kata “aqada” artinya ikatan dua utas tali dalam
satu buhul[1] sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan
(kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian.
3. Aqidah menurut bahasa Arab berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-
rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
B. Aqidah Secara Terminology
1. Menurut Hasan Al Bana:
نفسك اليها وتطمئّن قلبك بها يصّدق أن يجب تي ال االمور هي عّد العقا
شك لطه يخا وال ريب زجه يما ال عنّدك يقينا وتكون
Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) artinya beberapa perkara yang
wajib diyakini oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa dan
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-
raguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy:
والسمع بالعقل المسلمة ة البّدهي الحّق يا قضا مّن مجموعة هي العقيّدة
صّدره عليها ي ويثن قلبها االنسان عليها يعقّد والفطرة
يكون أن يصّح ه أن خالفها يرى ال وثبوتها بوجودها طعا قا تها بصح جازما
أبّدا
[1] Buhul: simpul; ikatan (http://artikata.com/arti-322549-buhul.htm)Page 2 of 17
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini
kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran itu.
3. Menurut M. Hasby Ash-Shidiqie dalam bukunya “Sejarah dan
Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam” mengatakan:
Aqidah secara bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang
teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih
daripadanya.
C. Aqidah Secara Syara’
Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para
Rasulnya, dan kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun
yang buruk (rukun iman). Dalilnya adalah
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Q.S.
Al Kahfi: 110).
“ Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.
(Q.S. Az Zumar: 65)
Dan juga QS. Az Zumar: 2-3, QS. An Nahl: 36, QS. Al A’raf: 59,65,73, 85
D. Secara teknis
Aqidah sering juga diartikan dengan: iman, kepercayaan dan keyakinan[2].
Adapun relevansi antara arti kata ‘aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian.
[2] Sayid Sabiq, Aqidah Islam: Suatu Kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, Al-Ikhlas, Surabaya: 1996, hlm. 4
Page 3 of 17
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapatlah ditarik beberapa butir
kesimpulan berikut:
a. Setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh
hidayah Allah berupa indera, akal, agama (wahyu), dan taufiqiyah,
(sintesis antara kehendak Allah dengan kehendak manusia). Oleh karena
itu, manusia yang ingin mengenal Tuhan secara baik harus mampu
mengfungsikan hidayah- hidayah tersebut.
b. Keyakinan sebagai sumber utama aqidah itu tidak boleh bercampur
dengan keraguan.
c. Aqidah yang kuat akan melahirkan ketentraman jiwa.
d. Tingkat aqidah seseorang tergantung pada tingkat pemahamannya
terhadap ayat- ayat qauliyah dan kauniyah.
2.2 Hadist Tentang Aqidah
Sebelum membahas lebih lanjut perihal hadits-hadits yang berbicara tentang
aqidah, pertama-tama harus dipahami terlebih dahulu apa itu hadist aqidah.
a. Hadist
Secara istilah, jumhur ulama muhadditsin[3] sepakat bahwa hadits adalah
segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah baik itu perkataan, perbuatan,
penetapan, maupun sifat-sifat Rasulullah Saw.
b. Hadits Tentang Iman, Islam dan Ihsan
DلCى ِإ CَسCلCج Gى َحCت ،JّدCَحC أ Gا مDن KهKفDرLعC ي C وCال ،DرCف Gالس KرC ثC أ DهL Cي عCل ى CرK ي C ال ،DرLع Gالَّش DادCو Cَس KّدL ّدDي Cش DاِبC Pي الث
: Cا ي CاَلCقCو DهL فCخDَذCي عCلCى DهL CفGي َك CعCَضCوCو DهL Cي Cت Lب َك Kر DلCى ِإ DهL Cي Cت Lب َك Kر CّدC ن LَسC فCَأ وَسلم عليه الله صلى PيD Gب الن
: LنC أ KُمC ال DَسD Lِإل ا وَسلم عليه الله صلى Dالله KَلLو Kَس Cر CاَلCقCف ،D Cُم ال LَسD Lِإل ا DّنCع Dي ن LرD ب LخC أ مKحCمGّد
CُمLوKصC وCت CةC َكا Gالَّز CيD KْؤLت وCت CةC الصGال CمL KقDي وCت Dالله KَلLو Kَس Cر مKحCمGّد]ا GنC وCأ Kالله G Dال ِإ CهC Dل ِإ C ال LنC أ CّدCه LَّشC ت
CانCضCم Cر : KهK لC َأ LسC ي KهC ل Cا Lن ب DجCعCف ، CَتLقCّدCص CاَلCق [ Lال Dي ب Cَس DهL Cي Dل ِإ CَتLعCطC ت Lاَس DنD ِإ CَتL Cي Lب ال GَّجKحC وCت
: : DهD ل Kَس KرCو DهD Kب Kت وCَك DهD Cت Dك Cِئ وCمCال DاللهD ب CّنDمLْؤK ت LنC أ CاَلCق DانCمL Dي Lِإل ا DّنCع Dي ن LرD ب LخC فCَأ CاَلCق ،KهKقPّدCصK وCي
. ، Dان CسLَحD Lِإل ا DّنCع Dي ن LرD ب LخC فCَأ CاَلCق ، CَتLقCّدCص CاَلCق Dه Pر CشCو DهDرL ي Cخ DرCّدCقL Dال ب CّنDمLْؤK وCت DرDاآلخ D CوLُم Lي وCال
: . :،DةCاع Gالس DّنCع Dي ن LرD ب LخC فCَأ CاَلCق Cاك CرC ي KهG Dن فCِإ Kاه CرC ت LّنK Cك ت LمC ل LنD فCِإ Kاه CرC ت CكG ن
C Cَأ َك Cالله CّدK CعLب ت LنC أ CاَلCق
. :CّدD Cل ت LنC أ CاَلCق DهCا، ات CارCمC أ LّنCع Dي ن LرD ب Lخ
C فCَأ CاَلCق DلD اِئ Gالس CّنDم CمC عLلC Dَأ ب LهCا عCن KَلLوKْؤ LسCمL ال مCا CاَلCق
CّقC LطCل ان GمK ث ، DانC Lي Kن Lب ال فDي CنLوK CطCاوCل Cت ي Dاِء Gالَّش CاِءCعDر CةC LعCال ال Cاة CرKعL ال CاةCفKحL ال ى CرC ت LنC وCأ CهCا Gت ب Cر KةCم
C Lَأل ا
3[3] Ulama muhadditsin: ulama ahli haditsPage 4 of 17
. : : KهG Dن فCِإ CاَلCق CمC عLلC أ KهK وLل Kَس CرCو Kالله KَتLلKق ؟ DلD اِئ Gالس DّنCم CّدLرDي ت
C أ CرCمKع Cا ي CاَلCق GمK ث eا، Dي مCل KَتL Dث Cب فCل
. LمK Cك Lن دDي LمK PمKك KعCل ي LمK تَـاَكC أ KلL LرDي ب Dج] مسلم ] رواه
Dari Umar r.a juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Saw.
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat
putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada
kepada lututnya (Rasulullah Saw) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan
aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Saw : “Islam adalah engkau
bersaksi bahwa tidak ada illah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu”, kemudian dia
berkata: “anda benar”. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang
membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman”.
Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir
yang baik maupun yang buruk”, kemudian dia berkata: “anda benar”. Kemudian
dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan”. Lalu beliau bersabda: “Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika
engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia berkata:
“Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)’. Beliau bersabda:
“Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dia berkata: “Beritahukan
aku tentang tanda-tandanya”, beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan
tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan
penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya”,
kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau
(Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?” aku berkata:
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian”. (HR.
Muslim). Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena
didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Page 5 of 17
Islam berbicara masalah lahir, iman berbicara masalah batin, dan ihsan mencakup
keduanya. Adapun kandungan Hadits tersebut adalah[4[:
1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan
kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan
penguasa.
2. Siapa yang menghadiri majelis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang
hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang
bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut, meskipun dia
mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya
untuk berkata, “Saya tidak tahu”, dan hal tersebut tidak mengurangi
kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap
kedua orang tua.
6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya
selama tidak dibutuhkan.
7. Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang
mengetahuinya selain Allah ta’ala.
8. Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis
ilmu.
c. Hadits Tentang Rukun Islam
: KَتLعDم Cَس CاَلCق LهKمCا عCن Kالله CيDَض Cر DاِبGطCخL ال DّنL ب CرCمKع DّنL ب Dالله DّدL عCب DّنCمLَح Gالر DّدL عCب Dي بC أ LّنCع
: : Kالله G Dال ِإ CهC Dل ِإ C ال LنC أ KةCادCه Cش gَسLمCخ عCلCى KُمC ال LَسD Lِإل ا CيD Kن ب KَلLوKقC ي وَسلم الله صلى Dالله CَلLو Kَس Cر
CانCضCم Cر KُمLوCصCو DَتL Cي Lب ال hَّجCَحCو DاةC َك Gالَّز KاِءC Lت Dي وCِإ DةC الصGال KاُمCقD وCِإ Dالله KَلLو Kَس Cر [ مKحCمGّدا GنC رواه[ وCأ
ومسلم ]الترمذي
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khattab r.a dia berkata: “Saya
mendengar Rasulullah Saw bersabda, Islam dibangun diatas lima perkara.
Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi
[ 4] Muhyiddin Yahya bin Syaraf Nawawi, Hadits Arba’in Nawawiyah, Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2010, hlm. 9
Page 6 of 17
Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
haji dan puasa Ramadhan”. (HR Turmuzi dan Muslim)
Adapun kandungan dari hadits tersebut adalah[5]:
1. Rasulullah Saw menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak
di atas tiang-tiang yang kuat.
2. Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaan-Nya, membenarkan
kenabian Muhammad Saw, merupakan hal yang paling mendasar dibanding
rukun-rukun yang lainnya.
3. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan
syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat
memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan
perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan
keji dan munkar.
4. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang sudah terpenuhi
syarat-syarat zakat lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang
membutuhkan.
5. Wajibnya menunaikan ibadah haji bagi yang mampu dan puasa (Ramadhan)
bagi setiap muslim.
6. Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya
maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’[6].
7. Nash di atas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak
lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam
hadits ini. Rasulullah SAW bersabda:
“ Iman itu memiliki tujuh puluh lebih cabang”
8. Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman
demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.
2.3 Dalil Aqidah Islamiyah
Dalil Aqidah Islamiyah itu ada dua macam, yaitu :
[5] Ibid
[ 6] Ijma’: kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ijmak)
Page 7 of 17
a. Dalil Aqli (menggunakan akal), apabila permasalahannya adalah fakta
yang boleh diindera
b. Dalil Naqli (dari Al-Quran dan Hadis), jika permasalahannya tidak dapat
diindera.
Berikut Penjelasan Secara Rinci:
1. Allah SWT - Orang yang mendalami perkara yang dituntut akidah Islam
untuk diimani akan menjumpai bahawa Iman kepada (wujud) Allah SWT
dalilnya adalah aqli. Alasannya perkara tersebut – yaitu adanya al-Khaliq
(Maha Pencipta) bagi segala yang ada - dapat dijangkau dengan panca
indera.
2. Malaikat - Iman terhadap (keberadaan) Malaikat-Malaikat dalilnya
adalah naqli. Alasannya keberadaan Malaikat tidak dapat dijangkau
indera. Malaikat tidak boleh dijangkau zatnya dan tidak boleh dijangkau
dengan apapun yang menunjukkan atas (keberadaan)nya.
3. Kitab-Kitab - Iman terhadap Kitab-Kitab Allah SWT dapat diuraikan
sebagai berikut. Jika yang dimaksud adalah Iman terhadap Al-Quran
maka dalilnya aqli, kerana Al-Quran dapat diindera dan dijangkau.
Demikian pula kemukjizatan Al-Quran dapat diindera sepanjang zaman.
Tetapi jika yang dimaksud adalah iman terhadap kitab-kitab selain Al-
Quran, seperti Taurat, Injil dan Zabur, maka dalilnya adalah naqli.
Alasannya bahaw Kitab-Kitab ini adalah dari sisi Allah SWT tidak dapat
dijangkau (keberadaannya) sepanjang zaman. Kitab-Kitab tersebut adalah
dari sisi Allah SWT dan dapat dijangkau keberadaanya tatkala ada Rasul
yang membawanya sebagai mukjizat[7]. Kemukjizatannya berhenti saat
waktunya berakhir. Jadi, mukjizat tersebut tidak boleh dijangkau oleh
orang-orang (pada masa) setelahnya. Namun sampai kepada kita berupa
berita yang mengatakan bahawa kitab tersebut berasal dari Allah SWT
dan diturunkan kepada Rasul. Karena itu dalilnya naqli bukan aqli, karena
akal - di setiap zaman - tidak mampu menjangkau bahwa kitab itu adalah
kalam Allah SWT dan akal tidak mampu mengindera kemukjizatannya.
[7] Mukjizat: kejadian (peristiwa) ajaib yg sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia (http://kamusbahasaindonesia.org/mukjizat#ixzz2FKE4iJ00)
Page 8 of 17
4. Rasul-Rasul - Begitu pula halnya Iman terhadap para Rasul. Iman
terhadap Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) dalilnya aqli, karena
pengetahuan akan Al-Quran sebagai kalam Allah dan ia dibawa oleh
Rasul (Nabi Muhammad s.a.w.) adalah sesuatu yang dapat diindera.
Dengan mengindera Al-Quran dapat diketahui bahwa Muhammad itu
Rasulullah. Sedangkan Iman terhadap para Nabi dalilnya adalah naqli,
karena dalil (bukti) kenabian para Nabi –yaitu Mukjizat-Mukjizat
mereka- tidak dapat diindera kecuali oleh orang-orang yang sezaman
dengan mereka. Bagi orang-orang yang datang setelah mereka hingga
zaman sekarang bahkan sampai kiamat pun, mereka tidak menjumpai
mukjizat tersebut. Karena itu bukti atas kenabiannya bukan dengan dalil
aqli melainkan dengan dalil naqli. Lain lagi bukti atas kenabian (Nabi
Muhammad s.a.w.) yang berupa mukjizat beliau. Mukjizat tersebut
(selalu) ada dan dapat diindera, yaitu Al-Quran. Jadi dalilnya adalah aqli.
5. Hari Kiamat - Dalil Hari Kiamat adalah naqli, karena Hari Kiamat tidak
dapat diindera, lagi pula tidak ada satu pun perkara yang dapat diindera
yang menunjukkan tentang Hari Kiamat. Dengan demikian tidak terdapat
(satu) dalil aqli pun untuk hari kiamat. Dalilnya adalah naqli.
6. Qada dan Qadar - Qada dan Qadar dalilnya aqli, karena Qada adalah
perbuatan manusia yang dilakukannya atau yang menimpanya (dan tidak
dapat ditolak). Ia adalah sesuatu yang dapat diindera maka dalilnya
adalah aqli. Qadar adalah khasiat sesuatu yang dimunculkan
(dimanfaatkan) oleh manusia, seperti kemampuan membakar yang ada
pada api, kemampuan memotong yang ada pada pisau. Khasiat ini adalah
sesuatu yang dapat diindera, maka dalil untuk perkara Qadar adalah aqli.
2.4 Ruang Lingkup Aqidah
Hasan al- Bana menujukan empat bidang yang berkaitan dengan lingkup
pembahasan mengenai aqidah, yaitu:
a. Ilahiyyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Illah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, asma Allah, sifat- sifat yang
wajib ada pada Allah, dan lain- lain.
b. Nubuwiyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan rosul- rosul Allah, termasuk kitab suci, mu’jizat dan lain- lain.
Page 9 of 17
c. Ruhaniyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
metafisik[8], seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan lain- lain.
d. Sam’iyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
melalui sam’I (dalil naqli: Al-Qur’an dan Assunnah) seperti surga neraka,
alam barzakh, akhirat, kiamat, dan lain- lain.
Beberapa Ulama’ juga menunjukkan lingkup pembahasan mengenai
aqidah dengan arkanul iman (rukun iman) berupa:
1. Iman Kepada Allah
Manusia dapat saja mempercayai bahwa ada Tuhan yang menciptakan
alam ini, tetapi hal itu berdasarkan pikirannya. Manusia tidak akan dapat
mengetahui siapa dan bagaimana Tuhan itu. Karena itu, dalam aqidah
Islam, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dan memberitahukan sifat-sifat-
Nya kepada manusia melalui firman-Nya yang disampaikan kepada
utusan-Nya. Karena itu, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan menurut Tuhan
sendiri yang tidak mungkin salah. Implikasi[9] dari aqidah tersebut adalah:
Penyerahan secara total kepada Allah dengan meniadakan sama sekali
kekuatan dan kekuasan diluar Allah yang dapat mendominasi dirinya.
Menjadikan orang memiliki keberanian untuk berbuat, karena tidak
ada baginya yang ditakuti selain melanggar perintah Allah.
Menimbulkan rasa optimis. Karena keyakinan tauhid menjamin hal
yang terbaik yang akan dicapainya secara ruhaniyah.
2. Iman kepada Malaikat
Allah menciptakan malaikat, yaitu makhluk gaib yang melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan Allah. Ia diciptakan Allah dari cahaya.
Seorang muslim wajib mengimani adanya malaikat sebagai makhluk
Allah di samping manusia, jin, dan iblis. Karena itu, iman kepada
malaikat melahirkan sikap hati-hati, optimis, dan dinamis, tidak mudah
putus asa atau kecewa . demikian pula apabila orang meyakini adanya
[8] Metafisik : Alam Roh
[ 9] Implikasi: yg termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan (http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=implikasi&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel)
Page 10 of 17
iblis atau setan, maka ia akan senantiasa waspada untuk tidak terjerat
kepada godaan yang dapat menyesatkannya.
3. Iman kepada Kitab Allah
Allah menurunkan wahyu-Nya kepada manusia melalui Rasulnya yang
tertulis dalam kitab-kitab-Nya. Kitab-kitab Allah berisi informasi-
informasi, aturan-aturan, dan hukum-hukum dari Allah bagi manusia.
Kitab-kitab Allah itu menjadi pedoman hidup manusia di dunia agar
hidup manusia teratur, tentram serta bahagia.
“(2).Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.(3).Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya.(4).Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”. (Q.S. An Najm: 2,3 &4) “Sesungguhnya kami menurunkan
kepadamu kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya)”. (Q.S. Az
Zumar: 2)
4. Iman kepada Para Rasul
Allah menurunkan wahyu tidak kepada semua orang, tetapi dipilih salah
seorang diantaranya sebagai kuputusan-Nya. Rasul adalah manusia yang
dipilih Allah dan diberi kuasa untuk menerangkan segala sesuatu yang
datang dari Allah. Bukti kerasulannya adalah mukjizat dan kitab Allah
yang tidak tertandingi mutunya. Melalui Rasul manusia dapat mengetahui
segala sesuatu tentang Allah, seolah-olah manusia berhubungan langsung
dengan Allah.
Allah mengutus Rasulnya sejak Nabi Adam hingga Nabi yang terakhir,
Muhammad Saw. Beriman kepada para rasul merupakan tuntutan iman
kepada Allah.
“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan rasul-(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqqiin [10], orang-orang yang mati syahid dan
[10] para shiddiiqqiin:Orang-orang yang dapat dipercayaPage 11 of 17
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (Q.S.
An Nisaa’: 69)
5. Iman kepada Hari Kiamat
Alam ciptaan Tuhan terikat oleh ruang, waktu serta hukum-hukum yang
ditetapkan-Nya (sunatullah). Sunatullah yang ditetapkan pada segala
ciptaan adalah rusak, hilang, dan berakhir.
Beriman kepada Hari Kiamat adalah meyakini akan kedatangannya.
Keimanan itu melahirkan dampak bagi kehidupan seorang muslim, yaitu
meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini, semua perbuatan
akan dihitung.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh[11] kepadamu kaumnya lalu ia
berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan
bagimu selain-Nya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah
Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).”
(Q.S. Al A’raf: 59)
6. Iman kepada Qadha dan Qadar
Takdir berasal dari kata qadara yang berarti mengukur, memberi kadar
atau ukuran. Semua makhluk dikenai takdir oleh Allah. Mereka tidak
dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun ke arah yang
seharusnya.
Beriman kepada takdir melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa
dan putus asa sebab yang menimpa setelah segala usaha dilakukan
merupakan takdir Allah. Sesuatu yang buruk menurut kita, tidak selalu
buruk menurut Allah. Sebaliknya, yang menurut kita itu baik, tidak selalu
baik pula menurut Allah. Oleh karena itu, dalam kegiatan takdir ini
seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal dengan terus menerus berusaha
sesuai dengan kemampuan.
2.5 Fungsi dan Peranan Aqidah
Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi
seorang muslim. Keyakinan yang mendasar itu menopang seluruh perilaku,
[ 11] Nuh: adalah seorang rasul yang diceritakan dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Quran. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nuh)
Page 12 of 17
membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dengan hubungannya
dengan makhluk lain dan hubungan dengan Tuhan. Aqidah yang tertanam dalam
jiwa seorang muslim akan senantiasa menghadirkan Allah. dalam pengawasan
Allah semata- mata, karena itu perilaku- perilaku yang tidak dikehendaki Allah
akan selalu dihindarkannya. Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan manusia
antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak
lahir, sejak lahir manusia telah memiliki potensi keberagamaan (fitrah).
Aqidah islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut,
menuntun dan mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang
Allah.
b) Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa. Agama sebagai kebutuhan
fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk terus
mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan
rohaninya dapat terpenuhi.
c) Memberikan pedoman hidup yang pasti. Aqidah memberikan pengetahuan
asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas
dan akan lebih bermakna. Aqidah islam juga sebagai keyakinan akan
membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim
menjadi lebih baik.
Aqidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan
mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Al Maududi menyebutkan
pengaruh aqidah tauhid sebagai berikut:
1) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik.
2) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu akan harga diri.
3) Membentuk manusia jujur dan adil.
4) Menghilangkan sifat murung dan putus asa.
5) Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimism
6) Menciptakan hidup damai dan ridha[12]
7) Membentuk manusia menjadi taat, patuh dan disiplin menjalankan perintah
dan larangan Allah.
[12] ridha: senang, suka, rela, menerima dengan sepenuh hati, serta menyetujui secara penuh (http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/definisi-penjelasan-ridha-dalam-tasawuf/)
Page 13 of 17
2.6 Tingkatan-Tingkatan Aqidah
Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh
orang lain. Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya
orang itu. Iman pada dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau
sebaliknya. Iman yang tidak terpelihara akan berkurang, mengecil atau hilng
sama sekali.
Tingkatan aqidah tersebut adalah:
a. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang
yang diikutinya tanpa dipikirkan.
b. Yakin, yaitu keyakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil[13] yang
jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek
keyakinan dan dalil yang diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang
terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih
rasional dan lebih mendalam.
c. ‘Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan
hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu
memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan
yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang
dihadapkan kepadanya.
d. Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas
dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan
hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu
menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman
agamanya.
Pada semua tingkatan aqidah di atas nampak peranan akal begitu dominan.
Hal ini tidak berarti hanya akal satu- satunya. Keseluruhan aqidah islam,
sebagaimana juga halnya dalam semua hukum dalam syari’ah, pada dasarnya
ditetapkan dan diatur oleh kitab Allah dan sunnah Rasul, dimana keduanya
memberikan kedudukan yang sangat penting bagi akal fikiran dalam menerima
[13] Dalil: keterangan yg dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran (terutama berdasarkan ayat Alquran) (http://www.artikata.com/arti-324291-dalil.html)
Page 14 of 17
dan mengokohkan aqidah. Keduanya memuliakan akal dengan menjadikannya
sebagai sasaran perintah, sebagai tempat bergantungnya pertanggungjawaban dan
menganjurkan agar mengfungsikan sebaik- baiknya.
Page 15 of 17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat
jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan
keraguan. Dan ruang lingkupnya meliputi rukun iman.
Fungsi dan peranan aqidah sebagai berikut:
a) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak
lahir.
b) Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.
c) Memberikan pedoman hidup yang pasti.
Tingkatan aqidah tersebut adalah:
1. Taqlid
2. Yakin
3. ‘Ainul Yakin
4. Haqqul yakin
3.2 Saran
Selayaknya pencetus karya adalah mengharapkan karya tersebut dapat
menjadi manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri, seperti itu pula harapan yang
ada ketika penyusunan makalah sederhana ini. Adapun bentuk kekurangan dan
kesalahan tentu tidak akan terlepas karena merupakan sisi kemanusiaan yang
mendasar dari kejiwaan manusia, sehingga dengan bersikap bijak adalah
mengharapkan motivasi yang membangun dalam bentuk kritik dan saran.
Pada akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga dengan kesempatan
dan perhatian yang diberikan, setidaknya permohonan maaf atas segala kesalahan
dan kelalaian dalam pembuatan makalah sederhana ini, baik dari paragraf,
kalimat, kata, atau sikap selama proses pembuatan makalah ini. Selanjutnya tidak
etis rasanya jika tidak sama-sama mendoakan, semoga segala bentuk pekerjaan
yang disertai dengan ketulusan niat membuahkan keridhaan dari Allah yang Maha
Rahman.
Page 16 of 17
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Muhammad, 2002, Pendidikan Agama Islam, PT Remaja Rosdakarya,
Jakarta.
Latif, Zaky Mubarok, dkk, 2001, Akidah Islam, UII Press, Jogjakarta.
Nurdin, Musli, dkk, 1993, Moral dan Kognisi Islam, CV Alfabeta, Bandung.
Ali, Mohammad Daud, H. , Pendidikan Agama Islam, Cet. 5, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004.
Muhyiddin Yahya bin Syaraf Nawawi, Hadits Arba’in Nawawiyah, Maktab
Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2010
Mahalli, KH. Ahmad Mudjab, Hadtis-Hadits Muttafaq’alaih, Kencana,
Jakarta:2004
Sabiq, Sayyid, Akidah Islam: Suatu Kajian yang Memposisikan Akal sebagai
Mitra Wahyu, Al-Ikhlas, Surabaya: 1996
http://ronamasambojo.blogspot.com/2012/03/dalil-tentang-aqidah.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Aqidah
http://erik-acver-qincai.blogspot.com/2009/03/aqidah-islamiyah.html
Page 17 of 17