Pembahasan Kcl Phpa
-
Upload
firmansyah-datu -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Pembahasan Kcl Phpa
-
7/28/2019 Pembahasan Kcl Phpa
1/5
BAB V
PEMBAHASAN
Formasi shale yang banyak mengandung mineral lempung yang reaktif terhadap air yaitu
mineral dari kelompok smectite (montmorillonite) dan vermicullite akan selalu mengembang
bila terinvasi oleh air dari luar. Proses pengembangan lempung ini disebabkan oleh plate-plate
dari lempung yang terikat secara lemah. Muatan-muatan ion yang tidak seimbang dan lemahnya
ion-ion positif terikat oleh atom pusatnya semakin mendukung kuatnya proses pengembangan
lempung. Mekanisme dari luar yang mendukung terjadinya clay swelling adalah invasi air filtrat
lumpur yang kemudian dihidrasi mineral clay dalam formasi. Proses hidrasi terjadi menurut
proses hidrasi osmosis dan hidrasi permukaan. Hidrasi osmosis yang mempunyai peran lebih
besar dalam proses swelling, dimana dalam hidrasi osmosis shale akan menyerap air dalam
jumlah besar, sehingga akan menyebabkan lemahnya ikatan antar plat-plat lempung dalam
shale.
Formasi shale yang mengandung clay yang mempunyai kemungkinan mengembang
yang ditemui dalam operasi pemboran akan menimbulkan berbagai masalah yang merugikan.
Permasalahan ini dimulai dengan masuknya filtrat lumpur ke dalam formasi shale yang
kemudian diikuti pengembangan lempung. Pengembangan lempung akan menimbulkan
berbagai masalah yang meliputi mud making shale, ketidakstabilan lubang pemboran
(sloughing, caving) dan formation damage. Hal-hal tersebut diikuti berbagai masalah yang
merugikan yaitu pembesaran lubang pemboran, terjepitnya pipa pemboran, rheology lumpur
pemboran yang tidak stabil, panjangnya rig time, hasil penyemenan yang buruk, jumlah sak
semen yang bertambah, mempersulit operasi logging dan resolusi hasil log yang kurang bagus
dan lain-lainnya.
Kerusakan formasi terjadi pada formasi produktif, terutama formasi batupasir yang di
dalamnya mengandung shale yang tersebar secara struktural dan dispersi akibat invasi flitrat
lumpur. Formasi damage disebabkan oleh mengembangnya shale yang akan mengurangi volume
pori-pori batuan dan formation damage dapat juga disebabkan oleh migrasi solid fine yang akan
menutup pore throat. Formation damage akan menghambat laju aliran fluida produksi dari
formasi ke lubang pemboran (skin effect).
Untuk mengatasi permsalahan ini telah dibuat berbagai program perencanaan lumpur
pemboran yang pada intinya dibagi dua yaitu lumpur dasar minyak dan lumpur dasar air yang
telah banyak digunakan di lapangan.
Studi yang dilakukan di laboratorium ini adalah menganalisa lumpur KCl-PHPA yang
telah banyak digunakan untuk mengatasi masalah shale reaktif di lapangan.
-
7/28/2019 Pembahasan Kcl Phpa
2/5
Lumpur KCl-PHPA adalah lumpur dasar air tawar dimana digunakan additif utama KCl
dan PHPA sebagai penstabil shale, tanpa mengurangi peranan material-material pembentuk
lumpur lainnya.
KCl dalam air tawar akan terurai menjadi ion K+ dan CL-. Dalam menstabilkan mineral
shale ion-ion K+ akan menggantikan kedudukan ion Na+ dan dalam plate-plate lempung ion-ion
K+ akan terikat jauh lebih kuat dibandingkan ikatan antar ion Na+ dengan plate lempung atau
antar plate lempung dengan air, sehingga daya tolak menolak antar plate-plate lempung dalam
air akan berkurang atau ikatan antar plate-nya akan senakin kuat. Disamping mekanisme
tersebut, ion-ion K+ dengan jari-jari atomnya yang besar akan menutup microfracture sehingga
mengurangi hidrasi osmosis shale. Keterlibatan partialy hydrolized polyacrilamide (PHPA)
dalam menstabilkan shale adalah kemudahannya larut dalam lumpur yang mengandung
elektrolit dan adanya muatan negatif pada bagian yang terhidrolisa akan meningkatkan daya
rekat dan adsorbsi polimer terhadap partikel-pertikel lempung. Adsorbsi polimer PHPA oleh
plate-plate lempung ditingkatkan dengan kehadiran potasium chloride diatas 2% (7 ppb).
Adsorbsi polimer akan mengurangi swelling dengan cara melingkupi plate-plate lempung
bersama dalam kelompok-kelompok yang mengurangi kemungkinan berhubungan dengan air.
Seberapa besar pengurangan swelling lempung yang terjadi tergantung pada konsentrasi KCl
dan PHPA dalam fasa cair lumpur. Hal ini telah dibuktikan melalui tes pengembangan clay
dengan alat Geonor Swelling Apparatus
Rheology dan Sifat Lumpur Lainnya
Hasil tes yang telah ditunjukkan dalam gambar 4-11 sampai gambar 4-37 menunjukkan
adanya pengaruh yang besar terhadap perubahan rheology dan sifat lumpur lainnya yang
disebabkan oleh perubahan konsentrasi KCl dan PHPA.
Viscositas
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap viscositas baik itu viscositas plastik maupun viscositas
nyata, terlihat terjadi penurunan akibat penambahan konsentrasi KCl dalam lumpur pemboran.
Hal ini dapat dijelaskan dengan ditambahkannya KCl dalam lumpur yang kemudian terurai
menjadi ion K+ dan Cl-, dimana ion K+ akan menggantikan ion Na+ atau molekul air akan terikat
dalam plate-plate lempung dan Cl- akan menarik molekul-molekul air dari plate-plate lempung.
Dengan demikian gaya tolak-menolak antar plate-plate akan turun dan plate-plate clay akan
menggumpal dengan melepaskan air bebas di luar gumpalan-gumpalan tersebut. Adanya air
-
7/28/2019 Pembahasan Kcl Phpa
3/5
bebas inilah yang menurunkan viscositas lumpur (gambar 4-13 dan gambar 4-16). Proses
flokulasi ini dapat juga disebut sebagai berkurangnya sifat mengembang dan dispersi lumpur.
Dengan menambahkan polimer PHPA ke dalam lumpur maka viscositas akan naik, dimana
semakin banyak polimer ditambahkan viscositas semakin tinggi. Naiknya viscositas ini bukan
disebabkan karena terjadinya deflokulasi pada reaktive solid (bentonite), sebab polimer PHPA
sifatnya justru mengurangi swelling lumpur dengan membungkusnya dalam kelompok-
kelompok yang membatasi kontak antar reactive solid dengan air. Naiknya viscositas
disebabkan PHPA yang mempunyai molekul dengan rantai yang sangat panjang dimana bila
terlarut dalam air akan menaikkan viscositas, jadi yang menyebabkan naiknya viscositas lumpur
adalah naiknya viscositas air bebas karena melarutkan polimer.
Menaikkan harga viscositas ini sangat penting sebab viscositas rendah akan menyebabkan
mengendapnya cutting yang akan menimbulkan masalah-masalah yang merugikan.
Gel Strength
Gel strength adalah gaya tarik menarik antar plate-plate lempung untuk membentuk suatu
padatan dalam kondisi statik. Gel strength lumpur akan bertambah besar dengan bertambahnya
waktu (tak terbatas). Dari gambar 4-19 sampai gambar 4-24 terlihat jelas gel strength 10 menit
lebih besar dari gel strength 10 detik. Penambahan KCl akan menurunkan gel strength, baik itu
gel strength 10 detik maupun gel strength 10 menit. Gel strength yang rendah akan
menyebabkan terendapkannya cutting bila pompa dihentikan. harga gel strength dijaga
(ditingkatkan) dengan menambahkan PHPA. PHPA dengan rantai yang sangat panjang akan
meningkatkan jalinan antar plate-plate clay, sehingga meningkatkan harga gel strength.
Perubahan gel strength dari 10 detik ke 10 menit menunjukkan sifat thixotropic lumpur. Dari
gambar 4-19 sampai gambar 4-24 terlihat penambahan PHPA akan menaikkan perubahan gel
strength lumpur, yang berarti lumpur semakin cepat membentuk padatan (gel).
Yield Point
Yield point seperti halnya gel strength lumpur akan turun dengan ditambahkanya KCl dan akan
meningkat lagi dengan ditambahkannya PHPA. Yield point adalah gaya tarik menarik antar
partikel-partikel lempung dalam kondisi dinamik. Perbandingan viscositas plastik terhadap yield
point lumpur KCl-PHPA yang diukur berkisar dari 1 sampai 1,4. Hal ini menunjukkan bahwa
lumpur terjaga dari shear degradation (penurunan viscositas secara tajam oleh naiknya shear
rate, rpm). Batasan API terhadap perbandingan viscositas plastik dengan yield point yang baik
adalah dibawah 3.
-
7/28/2019 Pembahasan Kcl Phpa
4/5
Filtration Loss Dan Mud Cake
API volume filtrat lumpur akan naik dengan ditambahkanya KCl. KCl dalam lumpur akan
menyebabkan terflokulasinya bentonite dan melepaskan air bebas. Air bebas inilah yang
memperbesar volume filtrat. Ketika dicoba air + 10 ppb bentonite, API volume filtrat 23,6 ml.
Ketika ditambahkan 20 ppb, API volume filtrat meningkat secara luar biasa 156 ml dengan
meninggalkan mud cake lebih dari 1 cm. Sedangkan untuk air + 10 ppb bentonite + 1 ppb
PHPA, API volume filtratnya menurun menjadi 11,5 ml (gambar 4-50).
Dalam sistem lumpur dasar yang banyak digunakan di lapangan, lumpur telah diperbaiki dengan
berbagai additive diantaranya fluids loss reducer, sehingga penambahan KCl dalam lumpur
dasar hanya sedikit menaikkan API volume filtrat.
dari data hasil pengamatan terlihat penambahan PHPA akan menurunkan API volume filtrat.
Hal ini dapat diterangkan bahwa polimer akan terserap ke permukaan mud cake, melapisi mud
cake dan menurunkan permeabilitas mud cake. Dapat dilihat dalam gambar 4-29 sampai 4-33
lumpur KCl-PHPA yang telah banyak digunakan di lapangan ini memiliki API volume filtrat
yang kecil (berkisar antara 5 -7 ml). Volume filtrat yang kecil ini sangat diperlukan dalam
pemboran formasi shale. karena semakin kecil filtrat yang masuk maka akan semakin kecil
kemungkinan kontak antara air filtrat dengan clay reactive, yang berarti semakin kecil
kemungkinan terjadi masalah yang ditimbulkan akibat swelling. Volume filtrat yang kecil juga
menyisakan mud filtrat yang tipis dan keras, sehingga menghindari terjadinya pipe sticking.
pH Lumpur
Berdasarkan gambar 4-35 terlihat bahwa pH lumpur dasar akan turun baik itu dengan
ditambahkannya KCl atau PHPA secara sendiri-sendiri. Kemudian dari gambar 4-36 dan
gambar 4-37 terlihat penambahan PHPA pada lumpur dengan kandungan KCl, justru akan
menaikkan pH. Hal ini dapat dijelaskan bahwa mula-mula lumpur dasar yang mempunyai pH
tinggi (9,3 dan 9,8) akan turun dengan penambahan KCl yang merupakan garam normal (pH
KCl sekitar 7), kemudian penambahan PHPA yang merupakan polimer non-ionik yang telah
dihidrolisa sebagian (diberi ion OH-) akan menaikkan pH lumpur. Sedangkan dari data gambar
4-35 dapat menunjukkan bahwa polimer PHPA sebagai sistem tersendiri mempunyai pH yang
terletak antara pH lumpur dasar dan pH KCl.
Dari seluruh hasil uji rheology didapatkan untuk perlakukan yang berbeda, yaitu bahwa
berdasarkan API RP 13 B (didiamkan 24 jam) dan berdasarkan API RP 13 I (rolling oven 16
-
7/28/2019 Pembahasan Kcl Phpa
5/5
jam pada temperatur 150oF) didapatkan hasil yang berbeda. Untuk lumpur dengan beban
temperatur (API RP 13 I) terjadi penurunan terhadap rheologi lumpur. Hal ini dapat diterangkan
bahwa kenaikkan temperatur akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dimana ikatan antara
air dengan clay terurai sebagian dan menghasilkan air bebas yang menurunkan rheology lumpur
secara keseluruhan.
Dispersi Shale
Shale yang terdispersi ke dalam lumpur akan menikkan laju pembentukkan solid (solid
build up), suatu hal yang sangat tidak dikehendaki terjadi pada lumpur polimer, karena akan
menimbulkan ketidakstabilan rheology lumpur pemboran. Penambahan KCL dan PHPA akan
mengurangi terdispersinya shale dalam lumpur. Mekanismenya seperti yang telah diuraikan di
depan, yang pada prinsipnya adalah meningkatkan ikatan antara plate-plate lempung dan
mengurangi kontak antara shale dengan air.
Kapasitas Pergantian Kation (CEC)
Berdasarkan tes methylene blue didapatkan CEC shale nilam sebesar 11 meq/100 ml,
yang berarti shale ini masuk dalam kelompok moderate (bound water) dengan kandungan
lempung illite dan lapisan campuran antara montmorillonite illite. Dalam kelompok ini shale
mempunyai kemungkinan untuk mengembang meskipun tidak terlalu besar, hal ini telah
dibuktikan dalam tes swelling.
Kapasitas pergantian kation turun dengan ditambahkanya KCl dalam lumpur, hal ini
disebabkan ion K+ dari KCl terikat lebih kuat dalm plate-plate lempung, sehingga lebih sulit
untuksaling bertukaran. Demikian pula dengan penambahan PHPA yang melingkupi partikel-
partikel lempung bentonite, sehingga mengurangi kontak antara plate-plate lempung dengan air
dan ini berarti mengurangi derajat pertukaran kation dalam lempung. Hal yang mungkin untuk
diperhatikan adalah bahwa tes methylene blue pada lumpur polimer dengan kandungan polimer
organik akan kurang baik hasilnya apabila penambahan Hydrogen Peroksida tidak tepat, karena
polimer organik akan ikut menyerap methylene blue.