PEMBAHASAN JENTIK

3
PEMBAHASAN Pada praktikum ini, pengambilan sampel jentik dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Juni 2015 pukul 12.30 – 17.00 WIB wilayah kerja Puskesmas Kom Yos Soedarso Kota Pontianak. Praktikum ini dilakukan mengingat nyamuk Aedes aegypti aktif pada pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 08.00 – 10.00 dan 15.00 – 17.00 WIB. Beberapa tempat penampungan air (TPA) dilakukan pengambilan sampel jentik. Beberapa tempat yang positif di temukan jentik adalah pada tempayan air, tong air, bekas ember, bak kolam ikan, gentong, drum, bak mandi WC, pispot bekas, pot bekas, bak penampung air hujan, dan bekas tempat ikan. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat berkembangnya larva aedes. Larva Aedes yang ditemukan pada sampel air memiliki karakteristik warnanya agak bening, memiliki sifon yang tumpul, terdapat kumpulan bulu pada segmen tubuh dan siphonnya, dan terdapat pecten. Pada fase jentik memiliki ciri- ciri yaitu jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0– 1 cm. Jentik nyamuk Aedes aegeptyi selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air (bergantung dengan memberntuk posisi vertikal dengan permukaan air). Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8

description

ikm

Transcript of PEMBAHASAN JENTIK

PEMBAHASANPada praktikum ini, pengambilan sampel jentik dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Juni 2015 pukul 12.30 17.00 WIB wilayah kerja Puskesmas Kom Yos Soedarso Kota Pontianak. Praktikum ini dilakukan mengingat nyamuk Aedes aegypti aktif pada pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 08.00 10.00 dan 15.00 17.00 WIB. Beberapa tempat penampungan air (TPA) dilakukan pengambilan sampel jentik. Beberapa tempat yang positif di temukan jentik adalah pada tempayan air, tong air, bekas ember, bak kolam ikan, gentong, drum, bak mandi WC, pispot bekas, pot bekas, bak penampung air hujan, dan bekas tempat ikan. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat berkembangnya larva aedes.Larva Aedes yang ditemukan pada sampel air memiliki karakteristik warnanya agak bening, memiliki sifon yang tumpul, terdapat kumpulan bulu pada segmen tubuh dan siphonnya, dan terdapat pecten. Pada fase jentik memiliki ciri- ciri yaitu jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0 1 cm. Jentik nyamuk Aedes aegeptyi selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air (bergantung dengan memberntuk posisi vertikal dengan permukaan air). Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/ berubah menjadi kepompong. Pada fase kepompong atau pupa memiliki ciri- ciri yaitu Bentuk seperti koma, gerakannya lamban, sering berada dipermukaan air. Setelah 1 2 hari akan menjadi nyamuk baru.Pada praktikum dengan menggunakan mikroskop, juga ditemukan larva aedes albopticus. Jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus pada umumnya mempunyai morfologi yang sama. Perbedaan kedua jentik ini hanya bisa dilihat secara mikroskopis.1. Aedes aegyptia. Pada abdomen ke-8 terdapat sisik sikat (comb scales) yang mempunyai duri lateral,b. Terdapat gigi pekten (pectin teeth) pada siphon dengan satu cabangc. Sikat ventral memiliki 5 pasang rambut.2. Aedes albopticusa. Sisik sikat (comb scales) tidak mempunyai duri lateral,b. Gigi pekten (pectin teeth) dengan dua cabangc. sikat ventral memiliki 4 rambut yang tidak berpasangan.

Perbedaan jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus secara mikroskopis

Jentik Aedes aegypti dengan comb scale berduri lateral

1. Departemen Kesehatan RI, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Jakart, 2010. 2. Ditjen PP&PL , Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Jakarta. 2007.