Pembahasan CRP

5
CRP atau Protein C-Reaction adalah protein yang ditemukan dalam darah, yang meningkat sebagai respon terhadap peradangan (suatu protein fase akut). Peran fisiologis adalah untuk mengikat fosfokholin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks CIQ Prosedur Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode aglutinasi atau metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich imunometri Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar C-Reaktif Protein (CRP) pada sampel serum. Pemeriksaan ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode kualitatif dan metode semi- kuantitatif. Pada setiap pemeriksaan imunoserologi, semua sampel harus dianggap infeksius dan praktikan harus menggunakan alat pelindung diri (APD) demi menjaga keamanan dan kesehatan pemeriksa dari risiko terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium. Sebelum pemeriksaan dilakukan, mula-mula sampel dan reagen yang akan digunakan harus dikondisikan pada suhu ruang (18-39 0 C). Hal tersebut dikarenakan adanya antibody dalam sampel serum dan dari antibody pada reagen. Antibody tersusun dari moleku- molekul protein, dimana protein dapat bereaksi optimal pada suhu ruang. Oleh karena itu, sampel dan reagen harus dikondisikan pada suhu ruang dahulu sebelum digunakan. Penghomogenan reagen CRP latex bertujuan untuk memastikan bahwa partikel-partikel pada reagen tersebar secara merata. Jika tidak dihomogenkan, dikhawatirkan reagen yang terpipet hanya mengandung sedikit partikel latex, sehingga berisiko mendapatkan hasil pemeriksaan yang palsu. Pemeriksaan CRP dengan metode lateks aglutination ini digunakan slide test berlatar belakang gelap yang telah berisi beberapa lingkaran sebagai tempat mereaksikan antigen dalam

Transcript of Pembahasan CRP

CRP atau Protein C-Reaction adalah protein yang ditemukan dalam darah, yang meningkat sebagai respon terhadap peradangan (suatu protein fase akut). Peran fisiologis adalah untuk mengikat fosfokholin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks CIQProsedur Tes CRP dapat dilakukan secara manual menggunakan metode aglutinasi atau metode lain yang lebih maju, misalnya sandwich imunometri

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar C-Reaktif Protein (CRP) pada sampel serum. Pemeriksaan ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode kualitatif dan metode semi-kuantitatif. Pada setiap pemeriksaan imunoserologi, semua sampel harus dianggap infeksius dan praktikan harus menggunakan alat pelindung diri (APD) demi menjaga keamanan dan kesehatan pemeriksa dari risiko terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium.Sebelum pemeriksaan dilakukan, mula-mula sampel dan reagen yang akan digunakan harus dikondisikan pada suhu ruang (18-390C). Hal tersebut dikarenakan adanya antibody dalam sampel serum dan dari antibody pada reagen. Antibody tersusun dari moleku-molekul protein, dimana protein dapat bereaksi optimal pada suhu ruang. Oleh karena itu, sampel dan reagen harus dikondisikan pada suhu ruang dahulu sebelum digunakan.Penghomogenan reagen CRP latex bertujuan untuk memastikan bahwa partikel-partikel pada reagen tersebar secara merata. Jika tidak dihomogenkan, dikhawatirkan reagen yang terpipet hanya mengandung sedikit partikel latex, sehingga berisiko mendapatkan hasil pemeriksaan yang palsu.Pemeriksaan CRP dengan metode lateks aglutination ini digunakan slide test berlatar belakang gelap yang telah berisi beberapa lingkaran sebagai tempat mereaksikan antigen dalam sampel serum dan antibodi anti-CRP pada reagen lateks. Latar belakang gelap bertujuan untuk mempermudah pengamatan, karena campuran yang terbentuk dari homohenisasi reagen lateks dan serum berwarna putih. Pada pemeriksaan CRP ini dilakukan test kualitatif dan semi kuantitatif. Pemeriksaan CRP secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui secara kasar ada tidaknya antigen CRP di dalam sampel serum yang diperiksa. Jika dalam pemeriksaan CRP secara kualitatif diperoleh hasil positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan secara semi-kuantitatif untuk menentukan kadar CRP di dalam sampel serum tersebutPemeriksaan secara semi kuantitatif dilakukan dengan mereaksikan serum yang telah diencerkan dengan reagen lateks. Sampel serum diencerkan menggunakan larutan buffer saline (NaCl 0,9%) dengan pengenceran bertingkat (1/2, , 1/8, 1/16 dan seterusnya). Serum yang telah diencerkan kemudian dilakukan pemeriksaan seperti cara kuantitatif. Pemeriksaan serum ini harus berurutan dari pengenceran terendah. Dimulai dari pemeriksaan serum dengan pengenceran . Apabila pemeriksaan menunjukkan hasil positif, maka dilanjutkan dengan pengujian serum dengan pengenceran . Demikian seterusnya sampai hasil menunjukkan reaksi negatif, sehingga titer antibodi dapat ditentukan. Titer antibodi merupakan pengenceran tertinggi yang masih menghasilkan reaksi positif aglutinasi. Masing-masing titer antibodi berhubungan kadar CRP tersendiri, sehingga kadar CRP dalam serum yang diperiksa dapat diketahui

Pada saat meneteskan reagen, CRP latex ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :a. Diteteskan sebanyak 1 tetes dengan posisi pipet yang tegak lurus. Jika dimiringkan, dapat berpengaruh pada volume penetesan (volume penetesan berkurang/berlebih)b. Saat meneteskan reagen, posisi ujung pipet tidak menyentuh slide test, hal tersebut untuk menghindari kontaminasi pada seluruh reagen apabila pipet yang terkontaminasi dimasukkan kembali ke dalam botol reagenc. Reagen diteteskan terlebih dahulu, kemudian diteteskan serum. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasid. Reagen diteteskan di bagian pinggir dalam lingkaran slide test dan diusahakan saat meneteskan serum tidak langsung bercampur dengan reagen, karena akan mempengaruhi waktu inkubasi, dimana waktu inkubasi harus dimulai bersamaane. Dalam setiap pengujian CRP, harus selalu disertakan serum kontrol positif dan serum kontrol negatif. Serum kontrol positif merupakan serum standar yang positif mengandung CRP, sedangkan serum kontrol negatif merupakan serum standar yang tidak mengandung CRPPenggunaan serum control positif dan serum control negative digunakan untuk memverifikasi hasil pemeriksaan serta control terhadap reagen. Apabila hasil pemeriksaan pada serum control tidak sesuai dengan yang diahrapkan, maka hasil pemeriksaan tidak valid karena ada kesalahan pada reagen.

Setelah ditetesi reagen kemudian di tetesi serum sampel dan dilakukan penggoyangan slide test selama 2 menit adalah untuk mengoptimalkan reaksi imunologis antara antibody pada sampel dengan partikel latex pada reagen CRP.Pada pemeriksaan kualitatif terhadap sampel xxxxxx, diperoleh hasil negative yang ditandai dengan tidak terjadi aglutinasi (tidak terbentuknya butiran halus berwarna putih) Sehingga tidak dilakukan lagi pemeriksaan semi kuantitatif. Dengan hasil negative ini dapat dinyatakan pada sampel serum tidak terbentuk ikatan antara antigen pada larutan kontrol dengan antibodi CRP. Hal ini disebabkan tidak adanya zat asing seperti bakteri atau virus yang dapat menyebabkan peradangan akut, sehinga kadar CRP masih dibatas normal, yaitu CRP