PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA...

80
PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG PONGKOR IMANA MARTAGURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA...

Page 1: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA

PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG PONGKOR

IMANA MARTAGURI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemanfaatan Mikroorganisme Tanah Potensial dan Asam Humat Untuk Produktifitas Leguminosa Pakan Pada Lahan Pasca Penambangan Emas PT. Aneka Tambang Pongkor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Imana Martaguri D 051060021

Page 3: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

ABSTRACT IMANA MARTAGURI. Utilizing of Potentially Soil Microorganism and Humic Acid for Increasing Productivity of Leguminosae on Ex-gold Mining Ground of PT. Aneka Tambang, Pongkor. Under direction of LUKI ABDULLAH and PANCA DEWI MANU HARA KARTI.

The study was conducted to investigate contribution of potential soil microorganism and humic acid utilization for improvement productivity of legumes that planted on Tailing ground. Research was conducted at ex-gold mining ground of PT. Aneka Tambang, Pongkor, Bogor, and laboratory of Nutrition and Feeding Technology Department, Animal Husbandry Faculty IPB. Subsequently, three legumes species consisting of : Centrosema pubescens Benth, Calopogonium mucunoides dan Pueraria phaseoloides Benth were planted together in each plot. Mycofer®, Phosphate Solouble Bacteria, Rhizobium, humic acid, rice hull, mulch, compost and glue was choosen as experimental materials. Factorial Completely Randomized Design was used consisting of two factors. The first factor were four different categories of biological fertilizers P1, P2, P3 and P4, where P1=control, P2=Mycofer, P3=Mycofer + Rhizobium, P4=Mycofer + Rhizobium + Bacterial Solubelizing Phosphate (PSB). The second factors consisted of three different revegetation technology T1 =SOP of ANTAM (organic fertilizer), T2=Humic Acid + hull of rice, T3=Hydroseeding (Humic Acid + mulch + compost + chemical additive). The results showed that the interaction of both biological fertilizers and revegetation technology affected on partial biomass and length of plant distribution as well as numbers of leaves and soil Phosphor and Pb, leaves nitrogen, Phosphor and Pb content. Moreover, it was also revealed that all the treatment combinations did not significanly affect covering area, total biomass and pH respectively. Best plant that could be planted well on Tailing ground is Calopogonium mucunoides. Keywords : Tailing, microorganism, humic acid, legumes

Page 4: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

RINGKASAN IMANA MARTAGURI. Pemanfaatan Mikroorganisme Tanah Potensial dan Asam Humat Untuk Produktifitas Leguminosa Pakan Pada Lahan Pasca Penambangan Emas PT. Aneka Tambang Pongkor. Dibimbing oleh LUKI ABDULLAH dan PANCA DEWI MANU HARA KARTI.

Lahan bekas penambangan emas (tailing) Pongkor memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai lahan penanaman hijauan pakan khususnya leguminosa. Pertambangan emas Pongkor menghasilkan produksi tailing mencapai 2500 ton per har. Tailing adalah limbah yang berasal dari penggilingan dan pemrosesan batuan tambang (ore), berupa batuan yang telah digerus dan sudah diambil mineral emas dan tembaganya. Sebagai media tumbuh tanaman, bahan tailing pongkor mempunyai banyak kendala baik fisik maupun kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan mikroorganisme tanah potensial dan asam humat untuk produktifitas leguminosa pakan yang ditanam pada lahan tailing.

Penelitian ini dilakukan pada lahan pasca penambangan emas PT. Aneka Tambang Unit Penambangan Emas Pongkor, Kabupaten Bogor dan laboratorium Departemen Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanaian Bogor. Materi yang digunakan adalah tiga jenis leguminosa yaitu Centrosema pubescens Benth, Calopogonium mucunoides dan Pueraria phaseoloides Benth yang ditanam secara konsorsium. Mycofer, PSB (Phosphate Soloubelizing Bacteria), Rhizobium, Asam Humat, arang sekam, mulsa, kompos, perekat serta zat kimia untuk analisa di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok berpola faktorial 4x3 dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah formulasi pupuk hayati yang terdiri dari empat taraf yaitu : P1= Kontrol, P2= Mycofer, P3= Mycofer + Rhizobium, P4= Mycofer + Rhizobium + Phophate Soluble Bacteria (PSB), Faktor kedua merupakan teknologi revegetasi dimana T1 = TSA (Teknologi Standar Antam = Pupuk Kandang), T2 = Asam Humat + Arang Sekam, T3= Hydroseeding (Asam Humat + Mulsa + Kompos + perekat). Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 48 unit percobaan. Semua perlakuan tidak berpengaruh pada pH tanah disebabkan bahwa tanah yang dipakai sebagai media tumbuh merupakan campuran tanah tailing dan tanah timbunan. Karena waktu pengamatan yang terbatas diduga perlakuan yang diberikan masih sebatas lapisan tanah bagian atas sehingga perlakuan belum memberikan dampak yang nyata terhadap penurunan pH tanah. Hasil analisa tanah menunjukkan perlakuan menggunakan mycofer, arang sekam dan asam humat menghasilkan kandungan fosfat tertingi. Sedangkan perlakuan yang paling baik dalam menurunkan Pb tanah adalah teknologi menggunakan arang sekam dan asam humat. Salah satu karakteristik yang paling khusus dari bahan humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral dan organik, terutama pencemar beracun untuk membentuk asosiasi. Pertambahan panjang penyebaran tanaman C. muconoides menunjukkan hasil tertinggi pada kombinasi perlakuan P4T1 yaitu menggunakan pupuk hayati mycofer+rhizobium dan PSB (phosphate solubilizing bacteria) serta teknologi TSA (pupuk kandang). Dengan status P tersedia sebesar 11.7% tanaman kalopo

Page 5: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

membutuhkan bantuan mikroorganisme pelarut fosfat. Tanaman ini juga membutuhkan bantuan rhizobium untuk penyediaan unsur N bagi pertumbuhannya. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat yang berperan dalam proses fotosintesis. Semua perlakuan tidak berpengaruh pada jumlah daun P. phaseoloides, dan C. pubescens disebabkan tanaman sudah dapat memenuhi kebutuhan P di dalam tubuhnya. tanaman C. muconoides menunjukkan jumlah flush tertinggi adalah pada kombinasi perlakuan perlakuan P2T1 yaitu pemberian mycofer dan pupuk kandang. Pupuk kandang berperan dalam penyediaan bahan organik dalam tanah sehingga kebutuhan hara untuk fotosintesis terpenuhi. Mycofer memiliki peranan penting dalam penyerapan dan translokasi hara dari dalam tanah ke tanaman. Semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat segar tajuk tiga jenis leguminosa tersebut disebabkan adanya dominasi dari satu jenis leguminosa yaitu Calopogonium mucunoides yang komposisinya berdasarkan berat segar lebih dari 60%. Kemampuan adaptasi yang baik dari kalopo terhadap lahan tailing dan vigoritas yang baik diduga merupakan penyebab terjadinya dominasi ini. Keragaman tingkat produksi biomasa parsial kemungkinan disebabkan sifat genetik masing-masing leguminosa. Sifat genetik C. mucunoides lebih agresif`dan adaptif terhadap kondisi minimal tanah tailing. untuk tanaman P. phaseoloides menunjukkan bahwa produksi tajuk segar tertinggi didapatkan pada petak dengan kombinasi perlakuan P3T3 yaitu menggunakan pupuk hayati mycofer ditambah Rhizobium dan teknologi hydroseeding yang terdiri atas asam humat, pupuk kandang ayam dan sapi fermentasi (kompos), mulsa serta perekat. Sedangkan untuk tanaman C.Pubescens hasil uji lanjut menunjukkan bahwa produksi hijauan segar terjadi pada petak dengan perlakuan P2T1 yang menggunakan mycofer dan teknologi revegetasi TSA yaitu pupuk kandang sapi. Untuk tanaman C. mucunoides semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat segar tajuk diduga karena Calopogonium muconoides sangat toleran terhadap permasalahan yang ada pada lahan tailing khususnya logam berat. Pengukuran komposisi botani adalah untuk mengetahui proporsi suatu vegetasi yang menempati suatu lahan tertentu. Dengan diketahuinya komposisi suatu vegetasi maka dapat diketahui potensi suatu hijauan untuk mendukung pengembangan usaha peternakan pada wilayah tersebut. Pada seluruh perlakuan, Calopogonium mucunoides (CM) menempati posisi pertama dengan jumlah populasi rata-rata sebesar 65.98% dengan selang 43.42%-84.79% dari total populasi saat panen, diikuti oleh Pueraria phaseoloides (PP) dengan populasi rata-rata sebesar 18.56% dan diurutan terakhir adalah Centrosema pubescens (CP) dengan populasi sebesar rata-rata 15.46% dari keseluruhan populasi leguminosa yang ditanam pada lahan pasca tambang emas Pongkor. Interaksi inter spesies terjadi pada setiap petak perlakuan. Meskipun pada saat pengamatan penutupan vegetasi baru mencapai maksimal 66.81% namun semua perlakuan menunjukan tingkat penutupan vegetasi yang sama. Penutupan tajuk tiga jenis leguminosa, pada cover area juga terjadi efek komplementer antara tanaman yang toleran dengan yang tidak toleran terhadap kondisi tailing. Dominasi CM menjadi bagian terpenting dalam penutupan tanah tanpa pembenah, sedangkan PP sebaliknya.

Page 6: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

Kalopo yang tahan pada lahan tailing tumbuh dengan baik sehingga menutupi lahan hampir 50%.

Perlakuan terbaik terhadap kadar N tajuk adalah P2T3 yaitu menggunakan mycofer, dan teknologi hydroseeding yang terdiri atas asam humat, pupuk kandang ayam dan sapi fermentasi (kompos), mulsa serta perekat. Secara umum boleh dikatakan tanaman yang ditanam pada tanah tailing kurang toleran terhadap kondisi tanah yang miskin akan bahan-bahan organik sehingga perlu di bantu dengan teknologi revegetasi yang cukup lengkap. perlakuan yang paling baik terhadap kadar fosfor tajuk adalah P4T1 yaitu menggunakan mycofer, Rhizobium dan bakteri pelarut fosfat serta pupuk kandang. Rhizobium merupakan salah satu jenis jasad mikro yang hidup bersimbiosis dengan tanaman leguminosa dan berfungsi menambat nitrogen secara hayati. Bakteri pelarut fosfat adalah bakteri yang mempunyai kemampuan mengekstrak P dari bentuk yang tidak tersedia menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang menghasilkan asam-asam organik yang dapat membantu melarutkan P sehinggga menjadi tersedia bagi tanaman. Mycofer membantu dalam penyerapan P dari dalam tanah ke tajuk tanaman. Perlakuan teknologi ke-2 (T2) merupakan yang terbaik terhadap kandungan Pb tajuk. Pemakaian asam humat dan arang sekam dapat menurunkan Pb tanah sehingga Pb tidak naik ke tajuk tanaman. Partikel Pb dapat terakumulasi pada organ tumbuhan melalui dua cara yaitu penyerapan oleh akar dan melalui daun. Penyerapan melalui akar dapat terjadi apabila Pb terdapat dalam bentuk senyawa terlarut

Kata kunci : tailing, mikroorganisme, asam humat, leguminosa.

Page 7: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 8: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA

PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG PONGKOR

IMANA MARTAGURI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 9: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

Judul Tesis : Pemanfaatan Mikroorganisme Tanah Potensial dan Asam Humat untuk Produktifitas Leguminosa Pakan pada Lahan Pasca Penambangan Emas PT. Aneka Tambang Pongkor

Nama : Imana Martaguri NIM : D 051060021

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr Ketua

Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M.Si Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 16 Februari 2009 Tanggal Lulus :

Page 10: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc

Page 11: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

PRAKATA

Alhamdulillah wasyukurillah segala puji kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehinggga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2009 ini adalah peningkatan nilai manfaat lahan marginal, dengan judul Pemanfaatan Mikroorganisme Tanah Potensial dan Asam Humat untuk Produktifitas Leguminosa Pakan pada Lahan Pasca Penambangan Emas PT. Aneka Tambang Pongkor.

Terima kasih yang tulus disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. dan Ibu Dr. Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M.Si selaku pembimbing serta Bapak Dr. Ahmad Darobin Lubis, M.Sc selaku dosen penguji pada ujian tesis yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan tulisan ini. Penghargaan disampaikan kepada Bapak Irwan Supaito beserta staf bagian lingkungan PT. Aneka Tambang UPBE Pongkor yang telah memberikan bantuan sarana dan prasarana selama pelaksanaan penelitian. Disamping itu penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc beserta staf Laboratorium Bioteknologi Kehutanan dan Lingkungan IPB atas kerjasama dan bantuan yang diberikan. Selanjutnya terima kasih disampaikan kepada segenap staf pengajar Fakultas Peternakan IPB atas curahan ilmu yang diberikan kepada penulis selama belajar di IPB. Terima kasih yang tiada terhingga disampaikan pada Mama dan Papa, Ibu Hj. Yuliar Sirin, A.Md dan Bapak H. Imma Mawardi, SH atas dukungan dan bantuan baik moril maupun materil selama penulis menempuh pendidikan, tak lupa pula ucapan terima kasih kepada ibu mertua Ibu Mursina Ripin atas motivasi yang diberikan. Kepada Suami tercinta Ismet Hari Mulyadi, MSc dan ananda tersayang Muhammad Rafif Aqila, terima kasih yang dalam penulis sampaikan atas pengorbanan, kesabaran dan kasih sayang hingga selalu memberikan kekuatan kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB ini. Terima kasih juga disampaikan kepada uda Ilham Firstguri, SE dan adik-adik Rizki Fahtriguri, S.Sos serta Irdhan Fahmiguri yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis. Selanjutnya kepada pimpinan Universitas Andalas, pimpinan Fakultas Peternakan, teman sejawat di Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas diucapkan terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin ya Rabbal alamin.

Bogor, Februari 2009

Imana Martaguri

Page 12: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sawahlunto Sumatera Barat pada tanggal 1 Maret

1981 dari Ayahanda H. Imma Mawardi, SH dan Ibunda Hj. Yuliar Sirin, A.Md.

Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah

Atas di kota Padang. Tahun 2003 memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Universitas Andalas dan sejak tahun 2004 penulis aktif

sebagai staf pengajar di jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Andalas.

Menikah dengan Ismet Hari Mulyadi, M.Sc pada tahun 2005 dan telah

dikaruniai seorang putra Muhammad Rafif Aqila.

Tahun 2006 mendapat kesempatan tugas belajar di Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor pada program studi Ilmu Ternak.

Page 13: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................

xvii

PENDAHULUAN ............................................................................ Latar Belakang ................................................................... Tujuan Penelitian................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................. Hipotesis .............................................................................

1 1 2 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Tailing ……………………………………………………. Fungi Mikoriza Arbuskula ……………………………….. Mikroorganisme Pelarut Fosfat …………………………... Mikroorganisme Penambat Nitrogen …………………….. Bahan Organik …………………………………………… Leguminosa Pakan ………………………………………..

4 5 8

10 11 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… Bahan Penelitian …………………………………………. Metode Penelitian ………………………………………... Prosedur Penelitian ………………………………………. Analisis Data ……………………………………………...

15 15 15 16 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ………………………………... Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Kesuburan Tanah ……… Derajad Keasaman (pH) Tanah ........................................... Kadar Fosfor Tersedia Tanah …………………………….. Konsentrasi Timbal (Pb) Tanah ………………………….. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman……………………………………. Pertambahan Panjang Penyebaran Tanaman …………….. Jumlah Daun Trifoliat ......................................................... Produksi Biomasa Parsial ………………………………… Produksi Biomasa Total ………………………………….. Komposisi Botani ................................................................ Cover Area ……………………………………………….. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Kualitas Tanaman ........... Kadar Nitrogen (N) Tajuk ................................................... Kadar Fosfor (P) Tajuk ....................................................... Kadar Timbal (Pb) Tajuk …………………………………

22 22 22 23 25

26 27 29 31 37 38 39 40 40 43 44

Page 14: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

xiii

Pembahasan Umum ………………………………………. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................

45

48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

49

LAMPIRAN ..................................................................................... 54

Page 15: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Karakteristik tanah limbah tailing Pongkor…………….....

5

2 Rekapitulasi hasil sidik ragam kimia tanah tailing yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi ………...

22

3 Rataan derajat keasaman tanah (pH) tanah mailing yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi …….

23

4 Rataan kandungan fosfor (P) tanah yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi (ppm) ………...................

24

5 Rekapitulasi sidik ragam parameter pertumbuhan dan produksi ……………………………………………………...

26

6 Rataan pertambahan panjang penyebaran tanaman Pueraria

phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth, dan Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi pada tanah tailing (cm) …

28

7 Rataan jumlah daun trifoliate tanaman Pueraria phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth, dan Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi pada tanah tailing (bh) ….

30

8 Rataan berat segar tajuk Pueraria phaseoloides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi (g) ……

32

9 Rataan berat segar tajuk Centrosema pubescens Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi (g) …….

35

10 Rataan berat segar tajuk Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g) ………………………………………………...

36

11 Rataan berat segar total tajuk tiga jenis leguminosa yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi (g) …….

37

12 Rataan cover area lahan percobaan yang diberi perlakuan

pupuk hayati dan teknologi revegetasi (%) ………………….

39

13 Rekapitulasi sidik ragam parameter kualitas tanaman ………

40

14 Rataan kandungan nitrogen (N) tajuk yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi (% BK) ………………….

41

Page 16: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

xv

15 Pengaruh perlakuan terhadap kerberadaan mikoriza

(Mycofer), Rhizobium dan PSB pada lahan tailing .................

42

16 Rataan kandungan fosfor (P) tajuk yang diberi perlakuan pupuk hayati dan revegetasi (ppm) ……………………….....

43

Page 17: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Denah lokasi penelitian …………….......................................

17

2 Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Pb dalam tanah …. 25

3 Komposisi botani leguminosa yang ditanam secara konsorsium pada tanah tailing ……………………………….

38

4 Kadar Pb tajuk tanaman yang diberi perlakuan teknologi revegetasi …………………………………………….............

44

Page 18: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar sidik ragam tanaman Pueraria phaseoloides Benth ………………………………………………………...

55

2 Uji lanjut Duncan berat segar tajuk Pueraria Phaseoloides Benth ………………………………………….

55

3 Daftar sidik ragam tanaman Centrosema pubescens Benth ……...............................................................................

56

4 Uji lanjut Duncan berat segar tajuk Centrosema pubescens Benth …………………………………………….

57

5 Daftar sidik ragam tanaman Calopogonium mucunoides Benth ……………………...................................

57

6 Uji lanjut Duncan pertambahan panjang penyebaran Calopogonium mucunoides Benth ……………..

58

7 Uji lanjut Duncan jumlah daun trifoliate Calopogonium mucunoides Benth …………………………………………...

58

8 Daftar sidik ragam berat segar total leguminosa ……............. 58

9 Daftar sidik ragam Cover Area tiga jenis leguminosa ............ 59

10 Daftar sidik ragam analisa tanah ………………………......... 59

11 Uji lanjut Duncan kadar fosfor tanah ……………………...... 60

12 Uji lanjut Duncan kadar timbal (Pb) tanah ………………….. 60

13 Daftar sidik ragam analisa tajuk ……………………………..

60

14 Uji lanjut Duncan kadar nitrogen tajuk …………………....... 61

15 Uji lanjut Duncan kadar fosfor tajuk ………………………... 61

16 Uji lanjut Duncan kadar timbal (Pb) tajuk ………………….. 62

Page 19: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor utama yang mutlak mempengaruhi pengembangan ternak

ruminansia adalah ketersediaan hijauan pakan yang digunakan sebagai sumber

energi dan serat. Penyediaan hijauan pakan yang berkualitas dan

berkesinambungan merupakan suatu aspek penting untuk menjaga kelestarian

produksi ternak ruminansia . Rendahnya produktifitas hijauan pakan baik kualitas

maupun kuantitasnya salah satunya disebabkan oleh tingkat kesuburan lahan yang

rendah dan akibat konversi lahan-lahan produktif menjadi perumahan dan

bangunan-bangunan komersial. Hal ini yang mendorong pemanfaatan lahan secara

integrasi dengan kegiatan pertanian lain dan pemanfaatan lahan – lahan marginal

serta lahan-lahan reklamasi dari kegiatan penambangan emas Pongkor Bogor,

Jawa Barat.

Lahan bekas penambangan emas (tailing) Pongkor memiliki potensi yang

cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai lahan penanaman hijauan pakan

khususnya leguminosa. Pertambangan emas Pongkor menghasilkan produksi

tailing mencapai 2500 ton per hari (Setyaningsih 2007). Tailing adalah limbah

yang berasal dari penggilingan dan pemrosesan batuan tambang (ore), berupa

batuan yang telah digerus dan sudah diambil mineral emas dan tembaganya

(Suryanto dan Susetyo 1997). Tailing berbentuk lumpur dengan padatan sebesar

45-55%.

Untuk dipergunakan sebagai media tumbuh tanaman, bahan tailing

pongkor mempunyai banyak kendala baik fisik maupun kimia. Secara fisik bahan

tailing relatif bertekstur kasar, berbutir tunggal tidak membentuk agregat seperti

tanah, akibatnya daya menahan air sangat rendah. Secara kimia bahan tailing

sangat rendah kandungan bahan organiknya, kapasitas tukar kation (KTK) sangat

rendah, kandungan hara rendah, kemampuan menahan hara juga rendah (Kusnoto

dan Kusumodidjo 1995). Tailing Pongkor memiliki pH tinggi dengan kejenuhan

basa mencapai 100% (Setyaningsih 2007).

Page 20: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

2

Tailing pongkor mengandung logam berat Pb dan Cu yang cukup tinggi

dimana mineral sulfida logam khususnya Cu, Pb dan Zn merupakan bahan

beracun dan berbahaya bagi tanaman, ternak maupun manusia. Pb organik dalam

tanah sangat mobil dan akan diserap tanaman dalam jumlah besar (Mengel dan

Kirkby 1987).

Untuk mengatasi masalah pada tanah marginal umumnya dilakukan

pemberian pupuk dengan dosis tinggi, akan tetapi usaha tersebut memerlukan

biaya yang tinggi dan tidak ramah lingkungan karena adanya dampak residu

pemupukan. Pada lahan pasca penambangan dengan kontaminasi logam berat

umumnya diilakukan pemberian bahan organik yang tinggi, akan tetapi hal ini

memerlukan bahan organik yang sangat banyak. Usaha lain yang dicoba dalam

penelitian ini dengan penggunaan pupuk hayati dan teknologi revegetasi. Pupuk

hayati tersebut antara lain yaitu fungi mikoriza arbuskula (FMA), mikroorganisme

pelarut fosfat (MPP) dan mikroorganisme penambat nitrogen (MPN). Sedangkan

untuk teknologi revegetasi digunakan asam humat, pupuk kompos, mulsa, arang

sekam dan pupuk kandang. Prinsip teknologi revegetasi dan pupuk hayati adalah

menyiapkan kondisi lahan menjadi biosfer yang layak untuk perkembangan dan

aktifitas mikroba tanah, sehingga tanah reklamasi tambang sebagai media tanam

dapat berfungsi dengan baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman pakan.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh interaksi FMA, mikroorganisme pelarut fosfat

(MPP), mikroorganisme penambat nitrogen (MPN) dan asam humat serta

teknologi revegetasi terhadap produktifitas dan kandungan timbal (Pb)

leguminosa pakan.

2. Memperoleh kombinasi perlakuan yang menghasilkan pertumbuhan,

produksi dan kualitas hijauan pakan yang terbaik dan paling aman untuk

dikonsumsi ternak.

Page 21: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

3

Manfaat Penelitian

Metode yang diperoleh dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi

kerusakan lingkungan akibat penambangan emas dan meningkatkan nilai manfaat

ekonomi lahan tambang yang direklamasi.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Tanaman yang diberi FMA menunjukkan produktifitas lebih baik

dibanding yang tidak mendapat FMA

2. Kandungan Nitrogen tajuk yang mendapat Rhizobium lebih tinggi

dibanding yang tidak mendapatkannya.

3. Kandungan fosfor tajuk yang mendapat MPP, lebih tinggi dari pada

perlakuan lain.

4. Terdapat interaksi positif antara pupuk hayati dengan teknologi revegetasi

dimana perlakuan pupuk hayati akan bekerja optimal dengan adanya

teknologi revegetasi.

5. Interaksi pupuk hayati yang mengandung FMA, MPN, dan MPP dengan

teknologi revegetasi yang mengandung asam humat, mulsa, dan kompos

akan menghasilkan produktifitas leguminosa terbaik dibanding perlakuan

lainnya.

6. Konsentrasi Pb tanaman yang mendapat asam humat dan mycofer lebih

rendah dibanding dengan yang tidak mendapatkannya.

Page 22: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

TINJAUAN PUSTAKA

Tailing

Pasca tambang adalah masa setelah berhentinya kegiatan tambang pada

seluruh atau sebagian wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi.

Material buangan dari proses pengolahan bahan tambang disebut tailing

(Departemen Pertambangan dan Energi 1995).

Jaringan Advokasi Tambang (2005) mengemukakan bahwa limbah tailing

berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah dihancurkan hingga menyerupai

bubur kental oleh pabrik pemisah mineral dan bebatuan. Proses itu dikenal

dengan sebutan proses penggerusan. Batuan yang mengandung mineral seperti

emas, tembaga, timah dan lainnya diangkut dari lokasi galian menuju tempat

pengolahan yang disebut processing plant (bagian pengolahan), ditempat itu

proses penggerusan dilakukan. Setelah bebatuan hancur menyerupai bubur

biasanya dimasukkan bahan kimia tertentu seperti sianida atau merkuri agar

mineral yang dicari mudah terpisah. Mineral yang berhasil diperoleh biasanya

berkisar antara 2 - 5% dari total batuan yang dihancurkan. Sisanya sekitar 95-98%

menjadi tailing dan dibuang ke tempat pembuangan.

Lasut (2001) menyatakan bahwa bentuk tailing dapat berwujud gas, cair

dan padat. Secara fisik gas buangan mengandung partikel-partikel debu dan

secara kimia merupakan larutan berbagai jenis gas tergantung dari jenis mineral

bijih yang diolah. Limbah cair mengandung bahan-bahan kimia beracun dari

logam-logam berat dan sianida yang relatif masih tinggi, sedangkan limbah padat

mempunyai komposisi kimia utama yang sesuai dengan batuan induknya. Secara

fisik komposisi tailing terdiri atas 50% fraksi pasir halus dengan diameter 0.075 –

0,4 mm dan sisanya fraksi lempung dengan diameter 0.075 mm (Jaringan

Advokasi Tambang 2005). Karakteristik tanah limbah tailing Pongkor dapat

dilihat pada Tabel 1.

Page 23: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

5

Tabel 1 Karakteristik tanah limbah tailing Pongkor

No. Sifat Tanah Tailinga Kriteriab

1 Ph H2O (pH 1:1) 7.10 Basa

2 KTK (me/100g) 3.03 Sangat Rendah

3 Kejenuhan Basa (%) 100 Tinggi

4 C-org (%) 0.39 Sangat Rendah

5 N-Total 0.05 Sangat Rendah

6 P tersedia (P2O5) 11.7 Sedang

7 Ca-dd (me/100gr) 30.75 Tinggi

8 Mg-dd (me/100gr) 0.38 Rendah

9 K-dd (me/100 gr) 0.20 Rendah

10 Na-dd (me/100 gr) 0.60 Sedang

11 Fe (ppm) 0.68 Rendah

12 Cu (ppm) 0.05 N HCl 0.32 Tinggi

13 Zn (ppm) 0.05 N HCl 0.52 Rendah

14 Pb (me/100gr) 0.05 N HCl (terlarut) 4.80 Tinggi

15 Pb (me/100 gr) N HCl 25% (total) 172.0 Tinggi

16 Tekstur Pasir (%) 53.35 -

17 Tekstur debu (%) 41.22 -

18 Tekstur liat (%) 5.43 - Keterangan : aSetyaningsih, 2007 bPusat Penelitian Tanah, 1983

dd = dapat dipertukarkan

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk

sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualistis antara fungi (myces) dan

perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur dan cara

infeksinya pada sistem perakaran inang maka mikoriza dapat dikelompokkan ke

dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Dalam penelitian

ini yang akan digunakan adalah endomikoriza tipe arbuskula. Endomikoriza dapat

dibedakan dengan ektomikoriza dengan memperlihatkan karakteristik (1) sistem

perakaran yang kena infeksi tidak membesar, (2) funginya membentuk struktur

Page 24: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

6

lapisan hifa tipis dan tidak merata pada permukaan akar, (3) hifa menyerang ke

dalam individu sampai jaringan korteks, (4) pada umumnya ditemukan struktur

percabangan hifa yang disebut arbuskula dan struktur khusus berbentuk oval yang

disebut dengan vesikel (Smith dan Read 1997).

Menurut Sieverding (1991) fungi mikoriza arbuskula yang menginfeksi

sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif

sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam

menyerap unsur hara dan air. Fosfat adalah unsur hara utama yang dapat diserap

oleh tanaman bermikoriza (Bolan 1991), selain itu N (NH4+ atau NO3

-), K dan Mg

yang bersifat mobil (Sieverding 1991) serta unsur mikro seperti : Cu, Zn, Mn, B

dan Mo (Smith dan Read 1997). Kemampuan fungi mikoriza arbuskula dalam

memperbaiki status hara tanaman tersebut pada saat ini dapat dijadikan alternatif

strategi untuk menggantikan sebagian kebutuhan pupuk yang diperlukan oleh

tanaman yang ditanam pada tanah-tanah bermasalah. Sebagai contoh De La Cruz

et al. (1988) menunjukkan bahwa fungi mikoriza arbuskula dapat

mengefisiensikan kira-kira 50 % kebutuhan fosfat, 40 % kebutuhan nitrogen dan

25 % kebutuhan kalium pada tanaman bonu (Thicospermum burretii), albizia

(Paraserianthes falcataria) dan acasia (Acacia mangium). Ketiga tanaman

tersebut telah terbukti dapat beradaptasi dan tumbuh pada lahan-lahan pasca

penambangan nikel dan setelah diinokulasi dengan FMA pertumbuhannya dapat

meningkat 2 – 3 kali lipat dibandingkan dengan kontrol, dan hal ini hampir setara

dengan pemberian pupuk urea 130 kg/ha, TSP 180 kg/ha dan KCl 100 kg/ha

(Setiadi 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penyerapan hara oleh fungi

mikoriza arbuskula (1) konsentrasi P larutan tanah dimana konsentrasi P larutan

yang tinggi karena tingkat ketersediaan P tanah yang memang sudah tinggi atau

pemberian pupuk P dalam dosis yang cukup tinggi sebelum terjadi kolonisasi

dapat menghambat perkecambahan spora dan pertumbuhan hifa fungi mikoriza

arbuskula, (2) Jenis tanaman dimana kebanyakan tanaman mikotropik dapat

dikolonisasi oleh kebanyakan jenis fungi mikoriza arbuskula (Sieverding 1991).

Tingkat infeksi FMA pada padang penggembalaan alam berkisar 67-76 %

dari total panjang akar (Cooperband et al. 1994). Pertumbuhan tanaman dan

Page 25: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

7

penyerapan P pada Paspalum conjugatum berpengaruh nyata karena adanya

infeksi FMA. Biomassa tajuk dan akar, kandungan P pada Paspalum conjugatum

yang diinfeksi oleh FMA lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak

diinfeksi oleh FMA. Volume akar 30 % lebih tinggi pada tanaman yang diinfeksi

oleh FMA, akan tetapi rasio akar / tajuk tidak berbeda nyata (Cooperband et al.

1994). Kolonisasi FMA pada akar tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan

penyerapan mineral nutrisi, khususnya untuk tanaman yang tumbuh pada tanah

yang kurang subur, stres mineral dan kondisi tanah yang rusak (Abbot et al.

1992).

Mycofer® merupakan salah satu pupuk hayati yang telah dihasillkan oleh

Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya

Hayati dan Bioteknologi dengan mengutamakan kekuatan mikroba fungi mikoriza

arbuskula (FMA). Mycofer terdiri dari empat jenis spora yang berbeda asal dan

spesiesnya. Mereka adalah Glomus manihotis (Indo-1), Glomus etunicatum (NPI-

126), Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculata (Indo-2). Acaulospora

dilaporkan lebih luas pada tanah asam dan Gigaspora sp lebih umum ada pada

tanah asam dibandingkan Glomus sp. Spora dari FMA lebih toleran terhadap

kondisi asam dan konsentrasi Al yang tinggi . Acaulospora sp, Gigaspora sp dan

Glomus manihotis umumnya toleran (Clark dan Zeto 1997).

Penelitian dengan penggunaan mycofer telah dimulai sejak awal 1990, dari

beberapa hasil penelitian pada beberapa jenis tanaman dan lingkungan yang

kurang menguntungkan. Dari hasil penelitian tersebut telah diketahui bahwa

mycofer mampu membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara. Bahkan

dapat mengefisienkan pemupukan hingga 50%, meningkatkan produksi tanaman,

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stress lingkungan (kekeringan,

salinitas, logam berat, dan penyakit akar) bahkan mampu menghasilkan hormon

pertumbuhan (Sasli 1999; Setiadi 2000; Delvian 2003; Karti 2003).

Page 26: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

8

Mikroorganisme Pelarut Fosfat

Mikroorganisme yang sering dilaporkan dapat melarutkan fosfat adalah

anggota-anggota genus Pseudomonas, Bacillus, Mycobacterium, Micrococcus,

Flavobacterium, Bacterium, Citrobacter dan Enterobacter (Rao 1994 ; Buntan

1992). Fosfat relatif tidak mudah tercuci seperti N, tetapi karena pengaruh

lingkungan maka statusnya dapat berubah dari P yang tersedia bagi tanaman

menjadi tidak tersedia yaitu dalam bentuk Ca-P, Mg-P, Fe-P, Al-P atau P

Occluded. Jasad renik pelarut P dalam aktifitasnya akan menghasilkan asam

organik di antaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat dan glioksilat,

malat, fumarat, tartarat dan ketobutirat (Karti 2003). Pada tanah alkalin

meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya diikuti dengan penurunan pH

yang tajam, sehingga mengakibatkan pelarutan Ca-P. Penurunan pH juga dapat

disebabkan terbebaskannya asam sulfat dan nitrat pada oksidasi kemoautotropik

sulfur dan amonium, berturut-turut oleh bakteri Thiobacillus dan Nitrosomonas

(Alexander 1978). Pada tanah masam mekanisme pelarutan AlPO4 yaitu melalui

sekresi proton bersamaan dengan asimilasi NH4+ menjelaskan pelarutan fosfat

oleh mikroba tanpa menghasilkan asam organik (Ilmer et al. 1995).

Menurut Rao (1982) proses utama terhadap pelarutan senyawa fosfat sukar

larut adalah produksi asam organik oleh mikroorganisme seperti asam format,

asetat, propionat, laktat, glikolat, fumarat dan asam suksinat. Asam organik ini

menyebabkan pH rendah, dan beberapa hidroksi berinteraksi dengan kalsium, besi

kemudian akan melarutkan fosfat. Asam organik seperti asam sitrat dan asam

sulfat berperan dalam meningkatkan kelarutan fosfat dalam batuan fosfat

Beberapa bakteri pelarut fosfat sangat efektif melarutkan kalsium fosfat tanpa

menghasilkan asam organik (Ilmer dan Schinner 1992). Kecepatan pelepasan P

dari bentuk tidak tersedia dapat disebabkan adanya pelepasan gas H2, CO2, H2S,

dan CH2 sebagai akibat adanya proses reduksi dan dekomposisi bahan organik

(Sabiham et al. 1983).

Asam-asam organik mampu meningkatkan P tersedia melalui beberapa

mekanisme diantaranya (1) anion organik bersaing dengan ortofosfat pada

permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif (Nagarajah et al. 1970),

(2) pelepasan ortofosfat dari ikatan logam-P melalui pembentukan kompleks

Page 27: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

9

logam-organik (Earl et al. 1979), (3) modifikasi muatan permukaan tapak serapan

oleh ligan organik (Nagarajah et al. 1970). Bentuk fosfor terlarut dilepaskan

sebagai residu organik dan humus hasil dekomposisi. Ion fosfat anorganik yang

dihasilkan dapat diserap tanaman atau dapat pula difiksasi menjadi bentuk tidak

tersedia.

Inokulasi bakteri pelarut fosfat pada tanah Ultisol Gajrug nyata

meningkatkan P terlarut dari Fe-P dan fraksi P-occluded. Pseudomonas

aeruginosa 2Hsl dan Paeruginosa 2Hp2 dapat mentransformasikan P-occluded,

Al-P atau Ca-P. Waktu inkubasi nyata meningkatkan P terlarut dan menurunkan

Al-P, Fe-P, P-occluded dan Ca-P (Hifnalisa et al. 1999). Bakteri dan jamur pelarut

fosfat yang diisolasi dari lahan gambut Kalimantan Tengah dapat melarutkan

AlPO4 dan FePO4, akan tetapi FePO4 lebih sulit dilarutkan dibandingkan AlPO4.

Kemampuan maksimum dari bakteri melarutkan AlPO4 adalah 41.2 ppm P (isolat

No.07.1/TNM) dan FePO4 adalah 14.4 ppm P (isolat No. 13.2/TNH/1), sedangkan

kemampuan maksimum dari jamur untuk melarutkan AlPO4 dan FePO4 adalah

29.9 ppm dan 7.5 ppm (Anas et al. 2002). Hasil penelitian Premono, Widyastuti

dan Anas (1991) menunjukkan mikroorganisme pelarut fosfat terutama jamur dan

bakteri dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung yanag

tumbuh pada tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol). Mikroorganisme pelarut

fosfat Enterobacter gergoviae dan Pseudomonas putida mampu melarutkan P

pada tanaman jagung dan dapat meningkatkan serapan P relatif dengan kombinasi

perlakuan kompos 40 g/pot (Buntan et al. 1993).

Beberapa mikroorganisme pelarut fosfat yang dikombinasikan dengan

inokulasi mikoriza ternyata lebih efektif dibandingkan dengan inokulasi tunggal.

Hal ini disebabkan oleh semakin intensifnya permukaan serapan pada daerah

penambangan P yang telah dilarutkan oleh jasad renik pelarut fosfat (Kucey 1987;

Azcon et al. 1976). Mikroorganisme pelarut fosfat digunakan baik sebagai

inokulan tunggal maupun dikombinasikan dengan Azotobacter, Azospirillum

maupun mikoriza (Kucey 1987 ; Omar et al. 1998).

Page 28: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

10

Mikroorganisme Penambat Nitrogen

Bakteri penambat nitrogen dibagi menjadi dua yaitu bakteri yang dapat

membentuk bintil akar, contohnya adalah : Rhizobium, Bradyrhizobium dan

bakteri yang tidak membentuk bintil, contohnya adalah Azotobacter, Azospirillum.

Rhizobium termasuk divisi Protophyta, kelas Schizomycetes, order Eubacteriales,

famili Rhizobiaceae dan genus Rhizobium. Morfologi koloni rhizobium pada

media YMA (Yeast Media Agar) memiliki diameter 2-4 μm, dan mempunyai

kecepatan tumbuh 3-5 hari, sedangkan Bradyrhizobium adalah genus bakteri yang

berdiameter tidak melebihi 1 μm dan mempunyai kecepatan pertumbuhan lebih

lambat pada agar mannitol ekstrak khamir dibandingkan dengan Rhizobium yaitu

5-7 hari (Jordan 1984). Menurut Setiadi (1989) ciri khas dari rhizobia adalah

kemampuannya membentuk bintil akar pada akar leguminosa, rhizobia mampu

mengubah N2 dari atmosfir menjadi amonia (NH3), sehingga dapat dimanfaatkan

oleh tanaman.

Nitrogen tersedia berlimpah di udara dalam bentuk gas N2. Dalam bentuk

ini tanaman tidak dapat memanfaatkannya, namun dengan adanya kerjasama

dengan bakteri tanah, N2 gas tersebut dapat diubah menjadi bentuk amonium

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen oleh tanaman yang dikenal

sebagai proses fiksasi secara simbiotik (Laegreid et al. 1999). Fiksasi N2 secara

biologi menyumbang kira-kira 70% dari semua nitrogen yang di fiksasi di bumi,

karena gabungan rhizobium dengan tanaman leguminosa (kira-kira 50%) dan 90%

kebutuhan nitrogen tanaman dapat dihasilkan oleh gabungan ini (Arshat dan

Franenberger 1993).

Suhu mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pembentukan bintil akar dan

penambatan nitrogen. Pada suhu tinggi, penambatan nitrogen akan terganggu

karena berkurangnya suplai karbohidrat ke bintil akar akibat meningkatnya

respirasi. Suhu optimum untuk pembentukan bintil akar adalah 24°C (Setiadi

1989), suhu 15-25°C untuk kondisi iklim sedang dan daerah tropis 25-35°C

(Spret 1985).

Ketersediaan air tanah juga mempengaruhi pembentukan bintil akar.

Menurut Setiadi (1992) leguminosa pada umumnya tidak toleran tehadap

lingkungan yang amat kering atau tergenang air. Leguminosa yang dapat

Page 29: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

11

beradaptasi pada lingkungan kering hanya dapat membentuk bintil pada lapisan

yang lebih dalam dan lembab, sedangkan leguminosa yang dapat beradaptasi pada

habitat air membentuk bintil akar dekat permukaan tanah dan leguminosa yang

tidak dapat beradaptasi akan menyebabkan bintil akar berguguran dan bintil akar

tidak berfungsi.

Bahan Organik

Bahan organik tanah adalah bahan penyusun tanah yang dihasilkan dari

hancuran atau dekomposisi bahan organik seperti sisa-sisa tanaman, hewan, dsb.

Bahan organik tanah dapat berupa bahan organik kasar dan halus atau humus

(Stevenson 1994). Bahan organik akan mempengaruhi sifat fisik, kimia dan

biologi tanah, pengaruhnya relatif besar dibanding dengan jumlahnya yang sedikit

dalam tanah. Sumber asli bahan organik tanah adalah jaringan tumbuhan,

kemudian hewan sebagai sumber bahan organik kedua. Senyawa dalam jaringan

tumbuhan dapat digolongkan menurut mudahnya didekomposisi yaitu (1) gula,

pati dan protein sederhana, (2) protein kasar, (3) hemisellulosa, (4) sellulosa, (5)

lignin, lemak lilin (Buckman dan Brady 1982). Selama proses dekomposisi

berlangsung terjadi tiga proses yang pararel yaitu (1) degradasi sisa tumbuhan

dan hewan oleh enzim-enzim mikroba, (2) peningkatan biomassa mikroorganisme

yang terdiri dari polisakarida dan protein, (3) akumulasi atau pembebasan hasil

akhir (Rao 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik di dalam

tanah adalah kelembaban, oksigen, pH tanah, unsur hara, suhu, dan liat. Hasil

dekomposisi bahan organik adalah karbon (CO2, CO3=, HCO3

-, CH4), nitrogen

(NH4+, NO2

-, NO3-, dan gas nitrogen), sulfur (S, H2S, SO3

-, SO4=, dan Ca2), fosfor

(H2PO4-, HPO4

=), dan lain-lain seperti H2O, O2, H2, H+ , OH-, K+, Ca2+, Mg2

+

(Buckman dan Brady 1982). Bahan organik mempunyai kapasitas tukar kation

yang tinggi dan dapat membentuk komplek yang stabil dengan logam pada tanah

yang terkontaminasi dan dapat melepaskan secara perlahan sebagai sumber pupuk

untuk tanaman (Huang dan Schnifzer 1986). Penambahan bahan organik ke dalam

tanah berpengaruh positif terhadap mikroorganisme, karena bahan organik

merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroorganisme tanah heterotropik.

Page 30: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

12

Menurut Gestel et al. (1996) penambahan bahan organik dapat meningkatkan

aktifitas mikroorganisme tanah karena sumber energi disediakan lebih banyak dan

kondisi tanah dibuat menjadi lebih baik untuk aktifitas dan perkembangan

mikroba tanah.

Dua komponen bahan organik yang mempunyai peranan dalam proses

agregasi dan stabilitas agregat tanah adalah polisakarida dan senyawa humik, yang

berfungsi sebagai pengikat agregat tanah, asam humat mampu membentuk agregat

lebih stabil dibandingkan dengan polisakarida (Stevenson 1994). Polisakarida

dalam tanah dapat berasal dari dekomposisi karbohidrat bahan organik tanah dan

eksudat yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Menurut Tisdale et al. (1990)

mengemukakan bahwa asam humat hasil dekomposisi bahan organik berperan

dalam meningkatkan ketersediaan P tanah melalui (1) pembentukan senyawa

komplek fosfohumat yang lebih mudah diserap tanaman, (2) pertukaran anion

fosfat oleh anion organik, (3) terbungkusnya partikel sesquioksida oleh humus,

sehingga mengurangi kemampuan memfiksasi fosfat. Selain itu bahan organik

juga memiliki pengaruh terhadap sifat fisik tanah seperti kapasitas menahan air,

suhu dan sifat kimia seperti kapasitas tukar kation dan pH.

Berdasarkan pada sifat kelarutannya fraksi bahan organik terdiri dari (1)

asam humat, larut dalam alkali akan tetapi tidak larut dalam asam, (2) asam fulvat,

larut dalam alkali dan asam, (3) hymatomelanik, bagian asam humat yang larut

dalam alkohol, (4) asam humin, tidak larut dalam alkali. Asam humat dapat dibagi

menjadi dua grup berdasarkan kelarutan dengan elektrolit pada keadaan alkalin

(1) asam humat coklat, tidak menggumpal oleh elektrolit dan merupakan sifat

asam humat tanah histosol dan alfisol, (2) asam humat abu-abu, mudah

menggumpal dan merupakan sifat asam humat tanah altoll dan rendoll (Stevenson

1994). Asam humat ditandai dari warna yang gelap dan merupakan koloid

organic yang mempunyai berat molekul tinggi (Stevenson 1994).

Bahan humik adalah polipenol, poliquinon. Bahan humik dibentuk dari

dekomposisi, sintesis dan polimerasi, berbentuk amorf, berwarna gelap dan

mempunyai bobot molekul tinggi (Brady 1990). Empat teori pembentukan bahan

humik adalah sebagai berikut.

Page 31: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

13

1. Konsep kimia humus lama mengemukakan bahwa humus dibentuk dari gula

(reaksi menurut konsep ini pengurangan gula dan asam amino, dibentuk

sebagai produk samping dari metabolisma mikroba, kemudian mengalami

polimerasi non enzimatik membentuk polimer nitrogenous coklat yang

dihasilkan sewaktu dehidrasi.

2. Cara ke dua sama dengan cara 3, bedanya pada polifenol dibentuk oleh

mikroorganisme dari sumber C non lignin (misal : selulosa). Polifenol

kemudian mengalami oksidasi enzimatik membentuk quinon dan diubah

menjadi bahan humik.

3. Cara ke tiga lignin memegang peranan yang sangat penting dalam mensintesis

humus, tetapi dengan cara yang berbeda. Dalam keadaan ini fenolik aldehida

dan asam-asam dilepaskan dari lignin sewaktu penghancuran secara

mikrobiologi dan terjadi konversi enzimatik menjadi quinon, kemudian

mempolimer senyawa amino untuk membentuk makromolekul humik.

4. Cara ke empat, menurut teori ini lignin tidak sempurna diuraikan oleh

mikroorganisme dan hasilnya menjadi bagian dari humus tanah. Modifikasi

lignin terjadi kehilangan dari grup methoxyl (OCH3) dengan generasi

hydroxyphenols dan oksidasi alifatik rantai samping membentuk grup COOH.

Bahan-bahan termodifikasi hingga menghasilkan asam humat dan kemudian

asam fulvat. Asumsi bahwa bahan humik berada dalam suatu sistem dari

polimer dengan hasil pertama asam humat, kemudian mengalami oksidasi dan

fragmentasi menghasilkan asam-asam fulvat.

Leguminosa Pakan

Legum Centrosema pubescens Benth (Sentro) berasal dari Amerika

Selatan. Spesies legum ini tumbuh baik di daerah-daerah tropik dengan curah

hujan sedang sampai tinggi (Reksohadiprodjo 1985). Sentro berdaun lebat dan

batangnya tidak berkayu serta tahan keadaan kerin dan bila pertanaman telah

berhasil maka akan tahan hidup dibawah naungan (Reksohadiprodjo 1981).

Legum Calopogonium mucunoides Benth tumbuh baik pada daerah-daerah

dengan curah hujan tahunan 1250 mm tetapi tidak tahan dingin (Hanum dan

Maesen 1997). Termasuk legum pioneer karena dapat segera tumbuh di tanah

Page 32: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

14

yang penuh dengan herba dan semak (Jayadi 1991). Pueraria phaseoloides Benth

(puero) berasal dari India Timur, berumur panjang, perakarannya dalam dan

bercabag-cabang, tahan pada musim kemarau yang tidak terlalu panjang

(Reksohadiprodjo 1981). Puero toleran terhadap tanah masam dan miskin hara,

sangat disukai ternak, cukup efektif mengikat N udara dan sangat responsif

terhadap pemupukan Fosfat (Mannetje dan Jones 1992).

Page 33: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada lahan pasca penambangan emas PT. Aneka

Tambang Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) Pongkor, Kabupaten Bogor

dan laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Nutrisi dan Pakan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan

April – September 2008.

Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga jenis leguminosa yaitu Centrosema

pubescens Benth (CP), Calopogonium mucunoides Benth (CM) dan Pueraria

phaseoloides Benth (PP) yang diberikan secara konsorsium. Bahan lainnya

adalah mycofer, Phosphate Solubilizing Bacteria (PSB), Rhizobium dan asam

humat dengan pengenceran 1:30, kompos (kotoran ayam dan kotoran sapi) jerami

padi, perekat serta zat kimia untuk analisa di laboratorium.

Peralatan yang digunakan adalah alat pengolah tanah, alat pengamatan dan

pemanenan dan alat-alat Laboratorium untuk analisa kadar Fosfat, Nitrogen dan

Timbal (Pb).

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen menggunakan

rancangan acak kelompok berpola faktorial 4x3 dengan 4 ulangan. Faktor pertama

adalah formulasi pupuk hayati (P) yang terdiri dari empat taraf yaitu :

P1 = Kontrol (tanpa pupuk hayati)

P2 = Mycofer ( 5 gr/m2 tanah)

P3 = Mycofer (5 gr/m2 tanah) + Rhizobium ( 1 ml/m2 tanah)

P4 = Mycofer (5 gr/m2 tanah) + Rhizobium (1 ml/m2 tanah + PSB

(1 ml/m2 tanah)

Page 34: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

16

Faktor kedua merupakan teknologi revegetasi (T) terdiri dari :

T1 = Teknologi Standar Antam (TSA = Pupuk Kandang 3 kg/m2)

T2 = Asam Humat (8 ml/m2) + Arang Sekam ( 0.5 kg/m2)

T3 = Hidroseeding ( Asam Humat + Mulsa + Kompos + perekat)

Untuk teknologi hydroseeding digunakan asam humat sebanyak 8 ml/m2

ditambah dengan mulsa 0,2 kg/m2 , kompos ayam dan kompos sapi masing –

masing 2 kg/m2 serta perekat sebanyak 1 ml/m2.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Inokulum

Inokulum Rhizobium dan PSB koleksi Laboratorium Bioteknologi Hutan

dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB

diremajakan dengan cara menumbuhkannya pada media cair sebanyak 1000 ml

selanjutnya dishaker selama satu malam untuk mendapatkan jumlah populasi

yang diinginkan. Inokulum mikoriza yang digunakan adalah inokulan mycofer

produksi laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian

Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB yang berbentuk granular dan siap

diinokulasikan.

2. Persiapan Lahan

Lahan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan tempat pembuangan

tailing sedangkan tanah yang digunakan merupakan campuran tailing dan tanah

timbunan. Lahan dibersihkan dan dilakukan pengolahan tanah menggunakan

eskavator dimana tanah dibalik dan dicampurkan sehingga tanah tailing dan tanah

timbunan tercampur. Seluruh petak percobaan (plot) kemudian diberi pupuk dasar

berupa KCL dan SP 36 masing-masingnya sebanyak 20 gr/m2 dengan cara

disebarkan secara merata. Setelah 14 hari masa tanam, seluruh plot diberikan

pupuk urea sebanyak 5 gr/m2. Lahan dibagi menjadi empat blok sebagai

kelompok dan masing-masing blok terdiri dari 12 plot sehingga total keseluruhan

terdapat 48 plot. Masing-masing unit berukuran 6x5 m sehingga luas tiap plot

Page 35: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

17

adalah 30 m2 dan antar plot diberi jarak 1 m. Denah lokasi penelitian ditunjukkan

pada Gambar 1.

Gambar 1 Denah lokasi penelitian

3. Pelaksanaan Perlakuan

Unit-unit percobaan yang sudah diberi pupuk dasar selanjutnya dibuat

larikan sebanyak 5 buah/petak dengan jarak 1m lalu diberi teknologi pembenah

dan pupuk hayati sesuai perlakuan disetiap larikan dilanjutkan dengan pemberian

benih leguminosa secara konsorsium dimana perbandingan antara PP, CP dan CM

adalah 2:1:1 dimana PP diberikan sebanyak 50 gr/m2, CP sebanyak 25 gr/m2 dan

CM sebanyak 25 gr. Benih ditaburkan disepanjang larikan lalu ditimbun dengan

sedikit tanah lalu disiram dengan air secukupnya.

P2T2 

P3T3 

P4T1 

P2T3 

P4T2 

P1T1 

P2T1 

P1T2 

P4T2  P4T3 P1T1 P2T3 

P2T1  P4T1  P2T2  P3T3 

P3T1  P3T2 P1T2 P1T3 

P4T3  P3T1  P2T1  P4T1 

P3T3  P1T3  P1T2 

P4T2 P2T2 P1T1 P3T2 

P2T3 

P3T1 

P3T3 

P1T2 

P3T2 

P4T2 

P4T3 

P4T1  P1T3  P2T2  P2T1 

P1T1 

P2T3 

P4T3 

P3T2 

P3T1 

P1T3 

Page 36: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

18

4. Pengamatan dan Pemeliharaan

Pengamatan dilakukan pada tiap unit percobaan sesuai peubah yang diuji.

Selang 14 hari dilakukan pembersihan terhadap gulma dan bila curah

hujan kurang maka dilakukan penyiraman tanaman minimal sekali sehari.

5. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Covering Area

Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian (sebelum panen)

dengan membandingkan area yang ditumbuhi tanaman dengan yang

tidak ditumbuhi dengan menggunakan bingkai bentuk kuadran

berukuran 1m x 1m. Bingkai dibagi menjadi 10 bagian dengan tali

sehingga terdapat kuadran-kuadran kecil berukuran 10cm x 10 cm.

Selanjutnya bingkai diletakkan secara acak dalam petak percobaan

untuk mengukur perbandingan lahan yang ditumbuhi tanaman dengan

yang tidak. Pengamatan dilakukan lima kali disetiap petak.

2. Pertambahan Panjang penyebaran tanaman

Pengukuran panjang penyebaran tanaman dilakukan setiap dua minggu

pada 30 hari setelah tanam, sebanyak tiga kali pengamatan.

Pengukuran dilakukan menggunakan pita ukur sepanjang 100 cm,

dimulai dari ± 1 cm diatas pangkal batang (kemudian ditandai) sampai

titik tumbuh tertinggi. Tiap jenis tanaman yang diukur diambil secara

acak berdasarkan larikan dan terlebih dahulu ditandai untuk

pengukuran selanjutnya. Nilai pertambahan panjang penyebaran

didapat dari selisih hasil tiap pengukuran.

3. Jumlah Daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan tiap dua minggu sekali sejak 30

hari setelah tanam sebanyak tiga kali pengamatan dengan teknik

pengambilan sampel yang sama dengan pertambahan panjang

penyebaran.

4. Biomassa Tajuk

Page 37: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

19

Penimbangan daun dalam bentuk segar dilakukan saat panen. Pertama

semua tanaman ditimbang untuk mendapatkan biomasa total.

Selanjutnya tanaman dipisahkan berdasarkan jenis kemudian

ditimbang kembali untuk mendapatkan biomasa parsial.

5. Infeksi Akar

Untuk menghitung jumlah akar yang terinfeksi oleh CMA (verifikasi)

dilakukan dengan teknik pewarnaan akar (Phyllip dan Hayman 1970).

Persentase akar yang terinfeksi dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Jumlah akar yang terinfeksi % infeksi = Jumlah contoh akar X 100%

6. Jumlah Spora

Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah spora adalah

metode tuang saring basah (Gedermann dan Nicolson 1963 yang telah

dimodifikasi). Pertama ambil sampel tanah sebanyak 50 g dilarutkan

dengan air sampai homogen, kemudian dibiarkan beberapa detik agar

partikel-partikel besar mengendap. Suspensi tersebut kemudian

disaring. Partikel-partikel halus berikut spora yang ditampung pada

saringan 45 μm dimasukkan kedalam botol sentrifuse dengan

kecepatan 2500 rpm selama 25 detik. Supernatan disaring dengan

saringan 45 μm dan dicuci dengan air mengalir. Spora yang tertahan

ditampung dalam cawan petri. Penghitungan populasi spora dilakukan

dengan mikroskop binokuler perbesaran 3x menggunakan counter

(verifikasi).

7. Bintil Akar

Pengamatan terhadap bintil akar dilakukan untuk memeriksa apakah

terdapat bintil akar aktif dengan mengamati pembentukan nodul pada

akar.

8. Kadar Nitrogen Tajuk

Kadar N tajuk diukur dengan menggunakan metode Kjeldahl Weende.

Sampel tajuk yang diambil untuk dianalisa adalah komposit dari ketiga

jenis leguminosa.

Page 38: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

20

9. Kadar Fosfor Tajuk

Kadar P tajuk diukur menggunakan metode ekstraksi berdasarkan

metode AOAC 1990).

10. Kadar Timbal (Pb) Tanah dan Tajuk

Kadar Pb tanah dan tajuk diukur dengan metode ekstraksi lalu nilainya

dibaca menggunakan AAS.

11. Kadar Phosfor (P) Tersedia di Tanah

Kadar P tersedia dalam tanah diukur menggunakan metode Bray I.

12. pH Tanah.

pH yang diukur adalah pH dalam H2O, dilakukan dengan cara

melarutkan tanah dengan Aquades dengan perbandingan 1 : 10 = 1 g

tanah dilarutkan dalam 10 ml air lalu pH diukur menggunakan

pHmeter

6. Pemanenan

Panen dilakukan setelah tanaman berumur 90 hari dengan mengambil

tajuk untuk ditimbang berat segarnya. Selanjutnya tajuk dioven akar dan tanah

diambil secara acak pada lima titik untuk verifikasi bintil akar dan keberadaan

mikroorganisme pada perlakuan pupuk hayati yang diberikan.

7. Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil pada seluruh plot menggunakan soil gouge sampler

dengan kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah diambil secara acak sebanyak lima

titik kemudian dicampur sebelum dianalisa di laboratorium.

8. Analisa Kimia Tanah dan Jaringan Tanaman di Laboratorium

Analisa dilakukan setelah panen menggunakan metode sesuai dengan

peubah yang telah ditentukan.

Page 39: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

21

Analisis Data

Data diolah menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan bila terdapat

perbedaan yang nyata maka dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah :

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + σk + Σijk

Yijk = Nilai Pengamatan pada formulasi pupuk hayati ke-i, teknologi revegetasi ke-j dan kelompok ke-k

μ = Rataan Umum

αi = Pengaruh formulasi pupuk hayati ke-i

βj = Pengaruh teknologi revegetasi ke-j

(αβ)ij = Pengaruh Interaksi formulasi pupuk hayati ke-i dengan teknologi revegetasi ke-j

σk = Pengaruh kelompok ke-k

Σijk = Pengaruh galat

Page 40: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

PT. Aneka Tambang Unit Bisnis Penambangan Emas Pongkor berada di

Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Secara geografis

Pongkor berada pada -06.37.22.6 LS dan 106.36.56.2 BT dengan ketinggian

318 km diatas permukaan laut. Curah hujan selama penelitian cukup tinggi yaitu

mencapai 3302,5 mm/tahun dengan rata-rata kelembapan 84.17% dan temperatur

rata-rata 25.5°C (BMG Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor 2008).

Pada bulan pertama setelah penanaman, tanaman Pueraria phaseoloides

Benth, Centrosema pubescens Benth dan Calopogonium mucunoides Benth

menunjukkan pertumbuhan yang hampir sama, namun pada bulan kedua dan

seterusnya mulai terlihat perbedaan respon ketiga jenis tanaman tersebut.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Kesuburan Tanah

Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk parameter kimia tanah tailing yang

diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi dapat dilihat pada Tabel 2

berikut ini.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam kimia tanah tailing yang diberi perlakuan

pupuk hayati dan teknologi revegetasi Parameter Pupuk

Hayati Teknologi Revegetasi

Interaksi Pupuk dan Teknologi

Derajat Keasaman Tanah

Kadar Fosfor Tanah

Kadar Pb Tanah

tn

**

-

tn

**

*

tn

**

- Keterangan : * : berbeda nyata (P<0.05) ** : berbeda sangat nyata (P<0.01) tn : tidak berbeda nyata

- : tidak dianalisa Pemberian pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati

dengan teknologi revegetasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

kadar fosfor tanah (P<0.01) tetapi tidak berpengaruh terhadap derajat keasaman

Page 41: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

23

tanah, sementara teknologi revegetasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar

Pb tanah.

Derajat Keasaman (pH) Tanah

Derajat keasaman (pH) tanah disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis sidik

ragam menunjukkan perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi

antara pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh pada pH

tanah.

Tabel 3 Rataan derajat keasaman tanah (pH) tanah tailing yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (°)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 6.80 6.90 7.00 6.90

P2 7.10 7.15 7.05 7.10

P3 7.05 7.05 6.90 7.00

P4 7.00 7.05 7.05 7.03

Rataan 6.99 7.04 7.00

Keterangan : P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer + Rhizobium+ PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+asam humat, T3 = Hydroseeding.

Semua perlakuan tidak berpengaruh pada pH tanah disebabkan bahwa pH

tanah sudah cukup baik dan optimal untuk pertumbuhan tanaman. Pada pH seperti

ini mineral makro nitrogen (N), fosfor(P) dan kalium dalam kondisi cukup dan

tersedia namun ternyata tidak ideal untuk tanah tailing karena ternyata masih

banyak unsur makro yang kurang yaitu N dan P.

Kadar Fosfor Tersedia Tanah

Kadar Fosfor (P) tersedia tanah yang diberi perlakuan pupuk hayati dan

teknologi revegetasi disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan pupuk hayati, teknlogi revegetasi dan interaksi pupuk hayati

dengan teknologi revegetasi memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01)

terhadap kadar fosfor tersedia tanah.

Page 42: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

24

Tabel 4 Rataan kandungan fosfor (P) tanah yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (ppm)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 9.10 I 28.80 E 37.30 C 25.07B

P2 4.30 J 58.00 A 8.60 I 23.63B

P3 20.20 G 8.20 I 18.90 H 15.76C

P4 24.00 F 33.70 D 43.30 B 33.66A

Rataan 14.40C 32.17A 27.02B

Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer + Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf besar yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan Uji Duncan.

Hasil uji lanjut menunjukkan kandungan fosfor (P) tersedia ditanah

tertinggi adalah pada perlakuan P2T2 yaitu menggunakan mycofer, arang sekam

dan asam humat, sedangkan nilai terendah ditunjukkan pada perlakuan P2T1

(mycofer dan pupuk kandang). Tanah Tailing memiliki kandungan Ca yang tinggi

dan pH basa dengan kejenuhan basa mencapai 100% (Setyaningsih 2007). Pada

pH diatas netral, P kurang tersedia bagi tanaman karena diikat oleh Ca menjadi

senyawa yang kurang tersedia dalam bentuk Ca-P. Asam humat merupakan

bahan organik yang berasal dari batuan leonardite yang mengalami fermentasi

kemudian diekstrak (Tan 1993).

Arang sekam padi adalah bahan organik dengan nisbah karbon dan

nitrogen tinggi (Mariam 1986). Bahan organik dari asam humat dan arang sekam

tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan P melalui dekomposisi yang

menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Asam-asam organik tersebut dapat

berupa asam malonat, asam oksalat dan asam tartat yang akan menghasilkan anion

organik. Anion organik dari asam-asam tersebut dapat membentuk komplek

dengan ion Al, Fe dan Ca bebas dalam larutan tanah. Dengan demikian,

konsentrasi ion Al, Fe dan Ca bebas dalam larutan tanah akan berkurang sehingga

P akan tersedia lebih banyak (Karti 2003). Bahan organik yang terdapat pada

perlakuan pupuk kandang (T1) ternyata belum cukup untuk meningkatkan

kelarutan P didalam tanah.

Page 43: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

25

Konsentrasi Timbal (Pb) Tanah

Kadar Timbal (Pb) tanah yang diberi perlakuan teknologi revegetasi

disajikan pada Gambar 2. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan teknologi

revegetasi memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar Pb tanah.

3.65

3.1

3.6

2.8

3

3.2

3.4

3.6

3.8

T1 T2 T3

Perlakuan

Kad

ar P

b (p

pm)

Gambar 2 Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Pb dalam tanah. T1 (TSA),

T2 (asam humat+arang sekam), T3 (hydroseeding). Angka yang diikuti superskrip yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan yang paling baik dalam

menurunkan Pb tanah adalah teknologi yang ke-2 (T2) yaitu menggunakan arang

sekam dan asam humat berbeda nyata dengan T1 (pupuk kandang) dan T3

(hydroseeding). Salah satu karakteristik yang paling khusus dari bahan humat

adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida,

mineral dan organik, terutama pencemar beracun untuk membentuk asosiasi

(Jackson 1977). Dibandingkan pupuk kandang, arang sekam padi merupakan

bahan organik dalam bentuk aktif dimana keberadaannya lebih mempengaruhi

sifat fisik kimia dan biologi tanah (Soepardi 1983). Bahan organik dalam arang

sekam mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan dapat membentuk

komplek yang stabil dengan logam pada tanah yang terkontaminasi dan dapat

melepaskan secara perlahan sebagai sumber pupuk untuk tanaman (Huang dan

Schnifzer 1986). Teknologi hydroseeding (T3) pada dasarnya memiliki

kandungan bahan organik yang cukup tinggi karena mengandung asam humat,

b

a

b

Page 44: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

26

kompos kotoran sapi dan ayam serta mulsa namun kurang efektif dalam

menurunkan Pb tanah dikarenakan diduga teknologi ini tidak mengandung arang

aktif yang mempunyai fungsi penjerapan (chelating agent).

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk parameter pertumbuhan dan produksi

leguminosa yang ditanam pada lahan tailing dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam parameter pertumbuhan dan produksi Uji F Setiap Peubah

Peubah Pupuk Hayati Teknologi Revegetasi

Interaksi Pupuk dan Teknologi

Pertambahan Panjang Penyebaran Tanaman P.phaseoloides C. Pubescens C. mucunoides

tn tn tn

tn tn *

tn tn tn

Jumlah Daun Trifoliate P.phaseoloides C. Pubescens C. mucunoides

tn tn tn

tn tn tn

tn tn *

Biomasa Parsial P.phaseoloides C. Pubescens C. mucunoides

tn ** tn

** ** tn

* ** tn

Biomasa Total tn tn tn Cover Area tn tn tn

Keterangan : * : berbeda nyata (P<0.05) ** : berbeda sangat nyata (P<0.01) tn : tidak berbeda nyata

Perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati

dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh pada pertambahan panjang

penyebaran tanaman P.phaseoloides dan C. Pubescens, jumlah daun tanaman

P.phaseoloides dan C. Pubescens serta biomasa parsial tanaman C. mucunoides.

Seluruh perlakuan baik faktor tunggal dan interaksi antar faktor juga tidak

berpengaruh terhadap biomasa total dan cover area. Selanjutnya perlakuan

teknologi revegetasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap biomasa parsial

tanaman P.phaseoloides dan C. Pubescens dan berpengaruh nyata (P<0.05)

Page 45: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

27

terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman C. mucunoides. Interaksi

pupuk hayati dan teknologi revegetasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap

jumlah daun trifoliate tanaman C. mucunoides.

Pertambahan Panjang Penyebaran Tanaman

Rataan pertambahan panjang penyebaran masing-masing leguminosa P.

phaseoloides, C. pubescens dan C. muconoides yang ditanam secara konsorsium

pada tanah tailing disajikan pada Tabel 6. Perlakuan pupuk hayati, teknologi

revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak

berpengaruh terhadap panjang penyebaran tanaman P. phaseoloides dan C.

pubescens tetapi perlakuan teknologi revegetasi berpengaruh nyata (P<0.05)

terhadap pertambahan panjang tanaman tanaman C. muconoides sedangkan

perlakuan pupuk hayati dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi

tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman ini C.

muconoides .

Seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang

penyebaran tanaman P. phaseoloides dan C. pubescens diduga karena kedua

tanaman ini telah memenuhi kebutuhan Fosfat (P) didalam tubuhnya. Fosfat

merupakan unsur hara penting yang berperan dalam pembelahan, perpanjangan

dan differensiasi sel, sintesis protein, fotosintesis serta metabolisme energi. Unsur

P sangat vital bagi pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif dan

hasil tanaman (Buckman 1982). Fosfat merupakan komponen esensial ADP

(Adenosine Di Phosphate) dan ATP (Adenosine Tri Phosphate), yang bersama-

sama memainkan peranan penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta

sebagai transportasi dalam tanaman (Tan 1996).

Hasil uji lanjut terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman C.

muconoides menunjukkan hasil terbaik terlihat pada kombinasi perlakuan P4

(mycofer+rhizobium dan PSB) dan T1 (pupuk kandang) tidak berbeda nyata

dengan P2T1, P1T1. Secara umum tanaman ini hanya membutuhkan teknologi

sederhana yaitu pupuk kandang (T1) untuk penyediaan hara bagi pertambahan

panjang penyebarannya namun untuk hasil yang maksimal tanaman ini

membutuhkan bantuan mikroorganisme pelarut fosfat (PSB).

Page 46: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

28

Tabel 6 Rataan pertambahan panjang penyebaran tanaman Pueraria phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth, dan Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi pada tanah tailing (cm)

Jenis Legum Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 25.8 36.3 26.1 30.3

P2 34.8 35.5 38.2 36.2

P3 27.7 22.6 30.9 27.1

P4 33.8 28.2 27.6 29.9

Pueraria

phaseoloides

Benth

Rataan 30.5 30.6 30.7

P1 39.4 34.1 33.3 35.6

P2 41.8 39.8 32.5 38.0

P3 36.3 21.2 25.6 27.7

P4 31.2 44.3 27.6 34.4

Centrosema

pubescens

Benth

Rataan 37.2 34.8 29.8

P1 41.2 30.7 38.7 36.9

P2 43.9 32.4 36.4 37.6

P3 31.5 41.0 30.2 34.3

P4 55.2 25.8 39.8 40.3

Calopogonium

mucunoides

Benth

Rataan 42.9 a 32.5 b 36.3 ab

Keterangan :1. P1 = Control, P2 = Mycover, P3 =Mycover+Rhizobium, P4 = Mycover+ Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+ Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan.

Pupuk kandang memberikan keuntungan antara lain memperbaiki struktur

tanah, sumber hara bagi tanah, menambah kandungan humus atau bahan organik

kedalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas

menahan air, mengurangi erosi dan pencucian serta meningkatkan KTK dalam

tanah (Soepardi 1983). Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang

menghasilkan asam-asam organik yang dapat membantu melarutkan P sehinggga

menjadi tersedia bagi tanaman. Mycofer membantu dalam penyerapan P dari

dalam tanah ke tajuk tanaman.

Page 47: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

29

Dalam aktifitasnya jasad renik pelarut P akan menghasilkan asam organik

di antaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat dan glioksilat, malat,

fumarat, tartarat dan ketobutirat (Rao 1982). Asam organik ini menyebabkan pH

rendah, dan beberapa hidroksi berinteraksi dengan kalsium, besi kemudian akan

melarutkan fosfat. Asam organik seperti asam sitrat dan asam sulfat berperan

dalam meningkatkan kelarutan fosfat dalam batuan fosfat. Beberapa bakteri

pelarut fosfat sangat efektif melarutkan kalsium fosfat tanpa menghasilkan asam

organik (Ilmer dan Schinner 1992).

Rhizobium yang terdapat pada P4 membantu dalam penyediaan nitrogen

(N) bagi pertumbuhannya. Menurut Setiadi (1989) ciri khas dari rhizobia adalah

kemampuannya membentuk bintil akar pada akar leguminosa, rhizobia mampu

mengubah N2 dari atmosfir menjadi amonia (NH3), sehingga dapat dimanfaatkan

oleh tanaman. Produksi bintil akar aktif mempengaruhi serapan nitrogen oleh

tanaman. Unsur N yang ditambat secara biologis oleh bintil akar akan membantu

dalam proses fotosintesis. Hasil proses fotosintesis ini akan ditranslokasikan ke

seluruh jaringan tanaman dalam bentuk karbohidrat, protein dan vitamin yang

selanjutnya digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan organ tanaman.

Mycofer membantu tanaman dalam meningkatkan serapan dan translokasi

hara terutama unsur P kedalam tanaman legum karena adanya struktur hifa

didalam akar tanaman dan tanah yang mampu meningkatkan luas areal untuk

pertukaran hara dan air antara tanaman dan inang (Utama dan Yahya 2003).

Jumlah Daun Trifoliate

Jumlah daun trifoliate masing-masing leguminosa P. phaseoloides, C.

pubescens dan C. muconoides yang ditanam secara konsorsium pada tanah tailing

disajikan pada Tabel 7. Perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan

interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh pada jumlah

daun trifoliate tanaman P. phaseoloides, dan C. pubescens. Sedangkan pada

tanaman C. muconoides interaksi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi

memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap jumlah daun trifoliate tetapi

perlakuan faktor tunggal pupuk hayati dan teknologi revegetasi tidak memberikan

pengaruh yang nyata.

Page 48: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

30

Tabel 7 Rataan jumlah daun trifoliate tanaman Pueraria phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth, dan Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi pada tanah tailing (bh)

Jenis Legum Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 31. 38 25 31

P2 32 28 39 33

P3 30 26 26 27

P4 41 32 19 31

Pueraria

phaseoloides

Benth

Rataan 35 31 27

P1 48 54 45 49

P2 42 33 42.2 39

P3 43 34 37 38

P4 46 33 33 38

Centrosema

pubescens

Benth

Rataan 45 39 40

P1 67.8ab 58b 64ab 63

P2 101.9a 68ab 70ab 80

P3 45.7b 70ab 50b 55

P4 74.4ab 56b 77ab 69

Calopogonium

mucunoides

Benth

Rataan 72.7 63 65 Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycover, P3 =Mycover+Rhizobium, P4 = Mycover +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan.

Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan selain sebagai indikator

pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses

pertumbuhan. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai

penerima cahaya dan alat yang berperan dalam proses fotosintesis. Semua

perlakuan tidak berpengaruh pada jumlah daun P. phaseoloides, dan C.

pubescens disebabkan tanaman sudah dapat memenuhi kebutuhan P di dalam

tubuhnya. Sama halnya dengan pertambahan panjang tanaman, untuk

pembentukan daun diperlukan unsur P karena sangat vital bagi pertumbuhan

tanaman baik vegetatif maupun generatif dan hasil tanaman (Buckman 1982).

Page 49: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

31

Fosfat merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phosphate) dan ATP

(Adenosine Tri Phosphate), yang bersama-sama memainkan peranan penting

dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman

(Tan 1996).

Hasil uji lanjut untuk tanaman C. muconoides menunjukkan jumlah flash

tertinggi adalah pada kombinasi perlakuan perlakuan P2T1 (mycofer dan pupuk

kandang) tidak berbeda dengan P4T3 (mycover, rhizobium, PSB dan teknologi

hydroseeding). Secara umum boleh dikatakan bahwa tanaman C. muconoides

cukup efisien dalam menggunakan bahan organik sebagai sumber hara. Meskipun

pada P4T3 tersedia bahan organik yang cukup banyak namun reaksi tanaman ini

tidak lebih baik dibandingkan jika diberikan teknologi sederhana saja. Pupuk

kandang berperan dalam penyediaan bahan organik dalam tanah sehingga

kebutuhan hara untuk fotosintesis terpenuhi. Pupuk kandang memberikan

keuntungan antara lain memperbaiki struktur tanah, sumber hara bagi tanah,

menambah kandungan humus atau bahan organik kedalam tanah, meningkatkan

aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan

pencucian serta meningkatkan KTK dalam tanah (Soepardi 1983). Mycofer

memiliki peranan penting dalam penyerapan dan translokasi hara dari dalam tanah

ke tanaman. Menurut Sieverding (1991) cendawan mikoriza arbuskula yang

menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa

secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan

kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air.

Produksi Biomasa Parsial

Rataan berat segar tajuk P. phaseoloides, yang ditanam secara konsorsium

pada tanah tailing disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis ragam menunjukkan

perlakuan teknologi revegetasi memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap biomasa tanaman P. phaseoloides dan interaksi antara perlakuan pupuk

hayati dan tenologi revegetasi memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05)

terhadap biomasa tajuk. Sedangkan perlakuan pupuk hayati tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap biomasa tajuknya.

Page 50: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

32

Tabel 8 Rataan berat segar tajuk Pueraria phaseoloides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 634 cd 1237 bcd 1768 ab 1213

P2 721 bcd 796 bcd 1266 bcd 928

P3 282 d 627 cd 2596 a 1169

P4 1074 bcd 619 cd 1393 bcd 1029

Rataan 678 D 820 B 1755 A Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+ Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan.

3. Angka yang diikuti huruf besar berbeda pada kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan uji Duncan.

Hasil uji lanjut untuk tanaman P. phaseoloides menunjukkan bahwa nilai

berat tajuk terbaik didapatkan pada kombinasi perlakuan P3T3 yaitu

menggunakan pupuk hayati mycofer ditambah Rhizobium dan teknologi

hydroseeding yang terdiri atas asam humat, pupuk kandang ayam dan sapi

fermentasi (kompos), mulsa serta perekat tidak berbeda nyata dengan P1T3 (tanpa

pupuk hayati dan teknologi hydroseeding) dan berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya. Tanaman Pueraria phaseoloides Benth menunjukkan kurang toleran

terhadap kondisi lahan tailing sehingga memerlukan teknologi revegetasi yang

komprehensif untuk memenuhi kebutuhannya akan hara. Tanaman ini juga

membutuhkan bantuan rhizobium untuk membantu penyediaan nitrogen tetapi

tidak membutuhkan mikroba pelarut fosfat karena kebutuhan fosfat (P) sudah

terpenuhi bagi pertumbuhannya.

Lahan tailing mengandung logam berat Pb dan Cu yang tinggi. Dengan

adanya asam humat maka membantu dalam penjerapan logam berat yang

berbahaya bagi tanaman. Salah satu karakteristik yang paling khusus dari bahan

humat adalah kemampuannya untuk menjerap ion logam, oksida, hidroksida,

mineral dan organik, terutama pencemar beracun untuk membentuk asosiasi

(Jackson 1977). Pemberian kompos berperan dalam penyediaan bahan organik

pada lahan tailing. Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami

dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk

Page 51: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

33

memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-

hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan makanan bagi tanaman. Hasil

dekomposisi bahan organik menghasilkan senyawa-senyawa sederhana yang

langsung dapat dimanfaatkan tanaman, serta membentuk senyawa komplek

dengan logam berat yang disebut organo metallic complex. Pembentukan senyawa

komplek ini dapat mengurangi sifat racun logam berat (Varloo 1993). Selain itu

penambahan kompos meningkatkan jumlah ligan negatif yang berasal dari gugus

karboksilat, sehingga kation akan dijerap oleh ligan negatif tersebut, yang pada

gilirannya dapat meningkatkan pH tanah. Selain itu ikatan ligan terhadap kation

bersifat tidak permanen, sehingga mudah terjadi pertukaran kation, yang berakibat

pada peningkatan nilai kapasitas tukar kation (KTK). Untuk kasus tailing ini,

mekanisme yang meningkatkan KTK menjadi sangat penting karena nilai KTK di

tanah tailing termasuk rendah.

Teknologi hydroseeding juga memanfaatkan mulsa jerami padi yang

digunakan diatas permukaan tanah sehingga dapat mempertahankan kondisi tanah

sebagaimana dibutuhkan tanaman. Pemulsaan bertujuan untuk mencegah

kehilangan air melalui evaporasi, memperkecil proses dispersi, merangsang

agregasi tanah, memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kapasitas

memegang air serta menekan aliran permukaan dan erosi (Sinukaban et al. 1991).

Beberapa keuntungan dari praktek pemulsaan antara lain (1) melindungi agregat-

agregat tanah dari daya rusak butir hujan, (2)meningkatkan penyerapan air oleh

tanah, (3) mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, (4) memelihara

temperatur dan kelembapan tanah, (5) memelihara kandungan bahan organik

tanah, (6) mengendalikan pertumbuhan gulma, (7) meningkatkan kegiatan

biologis tanah (Purwowidodo 1983).

Lahan tailing mengandung nitrogen yang rendah. Unsur N merupakan

salah satu unsur hara makro tanah yang dibutuhan oleh tanaman. Nitrogen

didalam tanaman berperan sebagai penyusun semua protein (asam-asam amino

dan enzim) dan klorofil, dalam koenzim dan asam-asam nukleat, serta hormon

tumbuh seperti sitokinin dan auksin, dan bahan-bahan yang menyalurkan energi

seperti klorofil, ADP dan ATP. Tanaman tidak dapat melakukan metabolismenya

jika kekurangan unsur N untuk membentuk bahan-bahan penting tersebut.

Page 52: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

34

Pengaplikasian mikroba penambat nitrogen Rhizobium dapat mengatasi

permasalahan defisiensi N pada lahan tailing. Nitrogen tersedia berlimpah di

udara dalam bentuk gas N2. Dalam bentuk ini tanaman tidak dapat

memanfaatkannya, namun dengan adanya kerjasama dengan bakteri tanah, N2 gas

tersebut dapat diubah menjadi bentuk amonium sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai sumber nitrogen oleh tanaman yang dikenal sebagai proses fiksasi secara

simbiotik (Laegreid et al. 1999). Fiksasi N2 secara biologi menyumbang kira-kira

70% dari semua nitrogen yang di fiksasi di bumi. Ciri khas dari rhizobia adalah

kemampuannya membentuk bintil akar pada akar leguminosa Setiadi (1989),

rhizobia mampu mengubah N2 dari atmosfir menjadi amonia (NH3), sehingga

dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Kehadiran mycofer membantu dalam hal penyerapan zat-zat hara dalam

tanah. Mycofer merupakan salah satu pupuk hayati yang telah dihasilkan oleh

Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumberdaya

Hayati dan Bioteknologi, dengan mengutamakan kekuatan mikroba cendawan

mikoriza arbuskula (CMA). Mycofer terdiri dari 4 jenis spora yang berbeda asal

dan spesiesnya yaitu Glomus manihotis (Indo-1), Glomus etunicatum (NPI- 126),

Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculata (Indo-2). Menurut Sieverding

(1991) cendawan mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman

inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman

bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara

dan air.

Respons tanaman P. phaseoloides ini merupakan indikasi bahwa tanaman

ini dapat berkembang lebih baik pada tanah yang sudah dibenahi, sehingga

persyaratannya sesuai dengan kebutuhan tumbuh optimal.

Rataan berat segar tajuk dan hasil analisis ragam untuk tanaman

C.Pubescens dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil analisis ragam menunjukkan

terdapat pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) perlakuan pupuk hayati dan

teknologi revegetasi serta interaksi perlakuan pupuk hayati dengan teknologi

revegetasi terhadap berat segar tajuk tanaman C. pubescens.

Page 53: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

35

Tabel 9 Rataan berat segar tajuk Centrosema pubescens Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 1098 BC 435 E 460 CDE 664B

P2 2018 A 777 BCDE 1136 BC 1310A

P3 534 CDE 303 E 1201 B 679B

P4 1063 BCD 693 BCDE 713 BCDE 823AB

Rataan 1178 A 552 B 877 B Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti oleh huruf besar pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan Uji Duncan.

Untuk tanaman C.Pubescens hasil uji lanjut menunjukkan kombinasi

perlakuan terbaik adalah P2T1 yang menggunakan mycofer dan pupuk kandang

sapi sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan P1T2 dan

P3T1. Selain tercemar logam berat lahan tailing memiliki KTK yang rendah

akibat kandungan C organik yang rendah pula. Pupuk kandang merupakan bahan

yang berasal dari kotoran padat dan cair hewan ternak yang bercampur dengan

sisa-sisa makanan dan merupakan bahan organik, yang memiliki fungsi seperti

kompos, namun tingkat ketersediaan unsur hara lebih baik karena proses

mineralisasi terjadi lebih cepat dibandingkan kompos, sebagai akibat kayanya

mikroba dalam pupuk kandang. Seperti halnya kompos, pupuk kandang juga

memperbaiki struktur tanah, sumber hara bagi tanah, menambah kandungan

humus atau bahan organik kedalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik,

meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan pencucian serta

meningkatkan KTK dalam tanah (Soepardi 1983). Bahan organik yang

terkandung dalam pupuk kandang dapat membantu menjerap logam berat yang

terdapat pada tailing. Penggunaan mycofer membantu tanaman dalam penyerapan

nutrien dan air yang tersedia didalam tanah.

Tanaman Centrocema pubescens terlihat cukup toleran dan memiliki daya

adaptasi yang cukup baik pada lahan tailing. Terbukti tanaman ini hanya

membutuhkan teknologi sederhana yaitu pupuk kandang untuk membantu

penyediaan hara dan tidak membutuhkan mikroba lain selain FMA. Hal ini

Page 54: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

36

pulalah yang menyebabkan perlakuan P1T2 (tanpa pupuk , arang sekam dan asam

humat) dan P3T1 (mycofer, rhizobium dan pupuk kandang) memberikan produksi

biomasa yang rendah.

Tabel 10 Rataan berat segar tajuk Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 3568 3767 3626 3654

P2 2391 3385 3805 3194

P3 4554 3494 2915 3654

P4 3082 5056 5265 4468

Rataan 3399 3925 3903 Keterangan : P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium+ PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

Untuk tanaman C. mucunoides semua perlakuan baik pupuk hayati,

teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak

berpengaruh terhadap berat segar tajuk (Tabel 10) diduga karena Calopogonium

muconoides sangat toleran terhadap permasalahan yang ada pada lahan tailing

khususnya logam berat. Karti (2003) menyatakan tanaman mampu mengatasi

cekaman logam berat melalui mekanisme pengeluaran asam organik kedaerah

rhizosphere, atau di daerah sitoplasma pada sistem perakaran kemudian mengikat

logam berat dalam bentuk yang tidak tersedia dan disimpan di dalam vakuola.

Apabila kadar logam berat dalam tinggi, kemungkinan dapat lolos dalam sistem

perakaran dan akan terserap sampai ke tajuk tanaman, mekanisme penjerapan

akan dilakukan di sitoplasma pada jaringan daun kemudian akan disimpan dalam

vakuola.

Selain itu diperkirakan tanaman ini sangat adaptif terhadap semua

perlakuan yang diberikan sehingga pupuk hayati dan teknologi yang diterapkan

diserap dengan baik sehingga bahan organik yang berasal dari bahan-bahan

seperti pupuk kandang, asam humat, arang sekam, mulsa dan kompos

termanfaatkan secara maksimal sehingga masalah lahan tailing yang cukup

kompleks dapat teratasi dengan baik didalam tubuhnya.

Page 55: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

37

Keragaman tingkat produksi kemungkinan disebabkan sifat genetik

masing-masing leguminosa. Legum C. mucunoides menghasilkan biomasa lebih

banyak dibandingkan dengan C. pubescens dan P. phaseoloides. Diduga sifat

genetik C. mucunoides lebih agresif`dan adaptif terhadap kondisi minimal tanah

tailing.

Produksi Biomasa Total Rataan berat segar tajuk tiga jenis leguminosa yang diberi perlakuan

pupuk hayati dan revegetasi disajikan pada Tabel 11. Hasil sidik ragam

menunjukkan semua perlakuan baik pupuk hayati, teknologi revegetasi maupun

interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak memberikan pengaruh

nyata terhadap berat segar total tiga jenis leguminosa.

Tabel 11 Rataan berat segar total tajuk tiga jenis leguminosa yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 5301 5438 5854 5531

P2 5129 4960 6208 5432

P3 5370 4426 6713 5503

P4 5219 5518 7371 6036

Ratan 5255 5085 6536 Keterangan : P1 = Kontrol, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium+ PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

Tidak berpengaruhnya semua perlakuan terhadap berat segar tajuk tiga

jenis leguminosa tersebut disebabkan adanya dominasi dari satu jenis leguminosa

yaitu Calopogonium mucunoides yang komposisinya berdasarkan berat segar

lebih dari 60%. Kemampuan adaptasi yang baik dari kalopo terhadap lahan tailing

dan vigoritas yang baik diduga merupakan penyebab terjadinya dominasi ini.

Page 56: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

38

Komposisi Botani

Pengukuran komposisi botani adalah untuk mengetahui proporsi suatu

vegetasi yang menempati suatu lahan tertentu. Dengan diketahuinya komposisi

suatu vegetasi maka dapat diketahui potensi suatu hijauan untuk mendukung

pengembangan usaha peternakan pada wilayah tersebut. Komposisi botani

leguminosa yang ditanam pada lahan pasca penambangan emas Pongkor terlihat

pada Gambar 3 berikut ini.

0%10%20%

30%40%50%60%70%

80%90%

100%

P1T1 P1T2 P1T3 P2T1 P2T2 P2T3 P3T1 P3T2 P3T3 P4T1 P4T2 P4T3

Perlakuan

Kom

posis

i Bot

ani (

%)

P. phaseoloides C. pubescens C. mucunoides

Gambar 3. Komposisi Botani Leguminosa yang ditanam secara konsorsium pada tanah tailing. P1 (kontrol), P2(mycofer), P3 (mycofer+Rhizobium), P4 (mycofer+Rhizobium+PSB), T1 (TSA), T2 (asam humat+arang sekam), T3 (hydroseeding)

Pada seluruh perlakuan terlihat Calopogonium mucunoides menempati

posisi pertama dengan jumlah populasi rata-rata sebesar 65.98% dengan selang

43.42%-84.79% dari total populasi saat panen, diikuti oleh Pueraria phaseoloides

dengan populasi rata-rata sebesar 18.56% dan diurutan terakhir adalah

Centrosema pubescens dengan populasi sebesar rata-rata 15.46% dari keseluruhan

populasi leguminosa yang ditanam pada lahan pasca tambang emas Pongkor.

Komposisi Botani yang tinggi menunjukkan bahwa sampai pada tahap

penelitian ini Calopogonium mucunoides berpotensi lebih baik untuk

dikembangkan di lahan pasca penambangan emas Pongkor dibanding tanaman

lain karena memiliki toleransi yang cukup baik pada lahan tailing dengan sekian

banyak permasalahan terutama kontaminasi logam berat. Selain itu

Calopogonium mucunoides juga memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

Page 57: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

39

seluruh perlakuan yang diberikan, terbukti semua perlakuan tidak berpengaruh

nyata terhadap berat segar tajuknya. Dalam kondisi konsorsium diduga ketiga

jenis tanaman berkompetisi dalam memanfaatkan hara yang tersedia ditanah.

Sangat mungkin tanaman Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides

kurang mampu bersaing dengan Caloogonium mucunoides karena terdapat

perbedaan daya adaptasi pada lahan taling.

Cover Area

Pengaruh perlakuan terhadap Cover Area (persen menutup tanah) dapat

dilihat pada Tabel 12. Hasil sidik ragam menunjukkan semua perlakuan baik

pupuk hayati, teknologi revegetasi maupun interaksi pupuk hayati dengan

teknologi revegetasi tidak berpengaruh nyata terhadap cover area.

Tabel 12 Rataan cover area lahan percobaan yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (%)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 48.04 49.29 53.06 50.13

P2 46.49 44.95 56.26 49.23

P3 48.67 40.12 60.84 49.88

P4 47.30 50.01 66.81 54.71

Rataan 47.62 46.09 59.24 Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam + Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti oleh huruf besar pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan Uji Duncan.

Seluruh kombinasi perlakuan tidak berpengaruh pada cover area diduga

disebabkan oleh interaksi inter spesies terjadi pada setiap petak perlakuan.

Meskipun pada saat pengamatan penutupan vegetasi baru mencapai maksimal

66.81% namun semua perlakuan menunjukan tingkat penutupan vegetasi yang

sama. Sama halnya dengan biomasa total tajuk tiga jenis leguminosa, pada cover

area juga terjadi efek komplementer antara tanaman yang toleran dengan yang

tidak toleran terhadap kondisi tailing. Dominasi C. mucunoides menjadi bagian

terpenting dalam penutupan tanah tanpa pembenah, sedangkan P. phaseoloides

Page 58: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

40

sebaliknya. C. mucunoides yang tahan pada lahan tailing tumbuh dengan baik

sehingga menutupi lahan hampir 50%.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Kualitas Tanaman

Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk parameter kualitas tajuk leguminosa

yang ditanam pada lahan tailing dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13 Rekapitulasi sidik ragam parameter kualitas tanaman Parameter Pupuk

Hayati Teknologi Revegetasi

Interaksi Pupuk dan Teknologi

Kadar Nitrogen Tajuk

Kadar Fosfor Tajuk

Kadar Pb Tajuk

**

**

-

**

**

*

**

**

- Keterangan : * : berbeda nyata (P<0.05) ** : berbeda sangat nyata (P<0.01) tn : tidak berbeda nyata

- : tidak dianalisa Perlakuan pupuk hayati dan revegetasi serta interaksi pupuk hayati dengan

teknologi revegetasi sangat nyata (P<0.01) berpengaruh terhadap kadar nitrogen

dan fosfor tajuk, selanjutnya perlakuan teknologi revegetasi memberikan

pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap kandungan Pb di tajuk.

Kadar Nitrogen (N) Tajuk

Rataan kadar nitrogen (N) tajuk yang diberi perlakuan pupuk hayati dan

revegetasi disajikan pada Tabel 14. Hasil sidik ragam menunjukkan terdapat

pengaruh sangat nyata perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi

pupuk hayati dengan teknologi revegetasi terhadap kadar N tajuk (P<0.01).

Uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terhadap kadar N tajuk

adalah P2T3 yaitu menggunakan mycofer, dan teknologi hydroseeding yang

terdiri atas asam humat, pupuk kandang ayam dan sapi fermentasi (kompos),

mulsa serta perekat tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3T1, P4T2 dan P4T3

tetapi berbeda dengan perlakuan lainnya.

Page 59: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

41

Tabel 14 Rataan kandungan nitrogen (N) tajuk yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (% BK)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 2.54BC 1.89E 2.18D 2.20B

P2 2.40C 2.39C 2.78A 2.52A

P3 2.63AB 2.46C 2.44C 2.51A

P4 2.11D 2.66AB 2.65AB 2.47AB

Rataan 2.42AB 2.35B 2.51A Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam + Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

3. Angka yang diikuti oleh huruf besar pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan Uji Duncan.

Secara umum terlihat bahwa untuk penyediaan unsur N bagi leguminosa

yang ditanam pada tanah tailing sangat diperlukan perlakuan pupuk hayati (P2, P3

dan P4) sehingga kekurangan dari perlakuan teknologi dapat ditutupi oleh

mikroorganisme yang ada pada pupuk hayati. Untuk teknologi yang paling

sederhana yaitu T1 (pupuk kandang) setidaknya tanaman membutuhkan

rhizobium yang dapat memfiksasi N2 dari udara menjadi amonia sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai sumber N bagi tanaman. Hal yang sama juga berlaku untuk

teknologi T2 (arang sekam dan asam humat).

Mekanisme yang sedikit berbeda ditunjukkan oleh perlakuan P4T3 dimana

bahan organik tersedia sangat lengkap dan banyak tetapi kadar nitrogen yang

dihasilkan tidak sebaik perlakuan P2T3. Hal ini diduga disebabkan lengkapnya

bahan organik yang terdapat pada komponen teknologi hydroseeding

menyebabkan kerja rhizobium menjadi kurang maksimal karena prinsip kerja

mikroorganisme akan semakin agresif pada kondisi tanah yang miskin. Hal ini

sekaligus menjawab mengapa perlakuan P2T3 memberikan hasil terbaik karena

sumber N yang berasal dari kompos kotoran ayam pada teknologi hydroseeding

dapat dimanfaatkan secara efisien oleh tanaman. Secara biologi asam humat

menyediakan nitrogen, fosfor dan sulfur bagi tanaman (Obreza et al. 1989).

Kompos menyediakan hara makro dan mikro mineral. Kebutuhan makro mineral

tanaman seperti nitrogen, fosfor, kalsium dan magnesium didalam kompos berada

dalam bentuk tersedia bagi tanaman yang disebabkan proses dekomposisi oleh

mikroorganisme yang terdapat dalam kompos (Paul and Clark 1983). Mulsa

Page 60: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

42

mempunyai peranan dalam memelihara kandungan bahan organik tanah serta

meningkatkan kegiatan biologis tanah (Purwowidodo 1983). Pengaplikasian

perekat dapat membantu benih tanaman bertahan didalam tanah dan tidak mudah

hanyut sedangkan mycofer berperan dalam translokasi dan penyerapan hara bagi

proses pembentukan nitrogen dalam tanaman.

Secara umum boleh dikatakan tanaman yang ditanam pada tanah tailing

kurang toleran terhadap kondisi tanah yang miskin akan bahan-bahan organik

sehingga untuk penyediaan nitrogen perlu di bantu dengan teknologi revegetasi

yang cukup lengkap atau bila ingin menggunakan teknologi sederhana harus

menggunakan mikroorganisme penambat nitrogen. Pada Tabel 15 ditunjukkan

verifikasi keberadaan perlakuan mikroorganisme yang diberikan pada lahan

penelitian. Dari data verifikasi tersebut terlihat bahwa mikroorganisme yang

diberikan dalam perlakuan pupuk hayati cukup eksis keberadaannya didalam

tanah selanjutnya tergantung bagaimana tanaman dapat memanfaatkannya sesuai

kebutuhan.

Tabel 15 Pengaruh perlakuan terhadap kerberadaan mikoriza (Mycofer), Rhizobium dan PSB pada lahan tailing

Perlakuan Mikoriza Rhizobium PSB P1T1 - - - P2T1 + - - P3T1 + + - P4T1 + + + P1T2 - - - P2T2 + - - P3T2 + + - P4T2 + + + P1T3 - - - P2T3 + - - P3T3 + + - P4T3 + + +

Keterangan : + : ada - : tidak ada

Page 61: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

43

Kadar Fosfor (P) Tajuk

Rataan kadar fosfor (P) tajuk yang diberi perlakuan pupuk hayati dan

teknologi revegetasi disajikan pada Tabel 16. Hasil sidik ragam menunjukkan

perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan

teknologi revegetasi berpengaruh sangat nyata terhadap kadar P tajuk (P<0.01).

Tabel 16 Rataan kandungan fosfor (P) tajuk yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (ppm)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 0.31D 0.32BC 0.31D 0.31B

P2 0.31D 0.42A 0.43A 1.16A

P3 0.32CD 0.35B 0.41A 0.36B

P4 0.43A 0.40A 0.35BC 0.39B

Rataan 0.34B 0.37A 0.37A Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+ Asam Humat, T3 = Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti oleh huruf besar pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan uji Duncan.

Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan yang paling baik terhadap kadar

fosfor tajuk adalah P4T1 yaitu menggunakan mycofer, Rhizobium dan bakteri

pelarut fosfat serta pupuk kandang tidak berbeda dengan kombinasi perlakuan

P2T3, P3T3, P4T1 dan P4T2. Hal ini menunjukkan bahwa yang paling

mempengaruhi kadar fosfor dalam tanaman adalah pupuk hayati karena perlakuan

(P1) yang dikombinasi dengan T1, T2 dan T3 menunjukkan kadar fosfor tanaman

yang rendah. Untuk mendapatkan kadar fosfor yang tinggi pada tanaman cukup

menggunakan teknologi sederhana yaitu (T1) tetapi harus dikombinasi dengan P4

yang mengandung mycofer, rhizobium dan PSB (Phosphate Solubilizing

Bacteria).

Bakteri pelarut fosfat adalah bakteri yang mempunyai kemampuan

mengekstrak P dari bentuk yang tidak tersedia menjadi bentuk yang dapat

digunakan oleh tanaman. Dalam aktivitasnya, mikroorganisme pelarut P akan

menghasilkan asam organik diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat,

oksalat, glioksalat, malat, fumarat dan ketobutirat (Rao 1982). Asam-asam

Page 62: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

44

organik tersebut akan membentuk senyawa komplek dengan ion Fe dan Al

sehingga unsur P akan dibebaskan dan menjadi tersedia bagi tanaman.

Penambahan bakteri pelarut fosfat tidak hanya berpengaruh pada kemampuannya

dalam meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman tetapi juga karena

kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh (Vancura 1989).

Pupuk kandang memberikan keuntungan antara lain memperbaiki struktur

tanah, sumber hara bagi tanah, menambah kandungan humus atau bahan organik

kedalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas

menahan air, mengurangi erosi dan pencucian serta meningkatkan KTK dalam

tanah (Soepardi 1983). Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang

menghasilkan asam-asam organik yang dapat membantu melarutkan P sehinggga

menjadi tersedia bagi tanaman. Mycofer membantu dalam penyerapan P dari

dalam tanah ke tajuk tanaman.

Kadar Timbal (Pb) Tajuk

Kadar Timbal (Pb) tajuk tanaman yang diberi perlakuan teknologi

revegetasi disajikan pada Gambar 4. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan

teknologi revegetasi berpengaruh nyata terhadap kadar Pb tajuk (P<0.05).

0.62

-0.03

1.75

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

T1 T2 T3

Perlakuan

Kad

ar P

b (p

pm

Gambar 14. Kadar Pb tajuk tanaman yang diberi perlakuan teknologi revegetasi.

T1 (TSA), T2 (asam humat+arang sekam), T3 (hydroseeding). Huruf kecil yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan.

a

ab

b

Page 63: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

45

Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan teknologi ke-2 (T2) merupakan

yang terbaik terhadap penurunan kandungan Pb tajuk. Pemakaian asam humat

dan arang sekam efektif menurunkan Pb tanah sehingga Pb yang terserap oleh

tanaman menjadi lebih rendah. Tanaman yang mendapat perlakuan T2 bahkan

tidak menyerap Pb sama sekali. Secara umum tanaman menyerap Pb didalam

tanah maksimal hanya 50% namun unsur Pb yang terserap masih dalam ambang

batas yang aman yaitu < 2 ppm. BMR (Batas Maksimum Residu) untuk Pb

didalam tanah adalah 22.5 ppm dan untuk tanaman adalah 30 ppm artinya dapat

dikatakan Pb yang ada dalam tanah dan tanaman pada penelitian ini masih dalam

batas aman. Partikel Pb dapat terakumulasi pada organ tumbuhan melalui dua

cara yaitu penyerapan oleh akar dan melalui daun. Penyerapan melalui akar dapat

terjadi apabila Pb terdapat dalam bentuk senyawa terlarut (Giddings 1973).

Tanaman mampu mengatasi cekaman logam berat melalui mekanisme

pengeluaran asam organik kedaerah rhizosphere, atau di daerah sitoplasma pada

sistem perakaran kemudian mengikat logam berat dalam bentuk yang tidak

tersedia dan disimpan di dalam vakuola. Apabila kadar logam berat dalam tinggi,

kemungkinan dapat lolos dalam sistem perakaran dan akan terserap sampai ke

tajuk tanaman, mekanisme penjerapan akan dilakukan di sitoplasma pada jaringan

daun kemudian akan disimpan dalam vakuola (Karti 2003).

Pembahasan Umum

Secara garis besar hasil penelitian ini dapat dilihat dari tiga aspek yaitu

aspek kesuburan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman serta kualitas

tanaman. Untuk aspek kesuburan yaitu kadar fosfor (P) dan kandungan Pb tanah

ditemukan adanya pengaruh yang nyata dari faktor teknologi revegetasi.

Walaupun kandungan P pada tanah tailing sebelum dibenahi berada pada kategori

sedang namun dalam jangka panjang cadangan P tersebut akan habis. Untuk

peningkatan kadar fosfor setidaknya dibutuhkan teknologi T2 (arang sekam dan

asam humat) dan tidak cukup bila diberikan pupuk kandang saja (T1). Fosfor

dalam tanah akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk pembelahan, perpanjangan

dan differensiasi sel, sintesis protein, fotosintesis serta metabolisme energi. Unsur

P sangat vital bagi pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif dan

Page 64: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

46

hasil tanaman (Buckman 1982). Fosfat merupakan komponen esensial ADP

(Adenosine Di Phosphate) dan ATP (Adenosine Tri Phosphate), yang bersama-

sama memainkan peranan penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta

sebagai transportasi dalam tanaman (Tan 1996).

Teknologi T2 juga efektif digunakan sebagai alternatif pemecahan

masalah kandungan Pb yang tinggi pada tanah tailing. Asam humat dan arang

sekam yang terdapat pada teknologi T2 ini mempunyai kemampuan dalam

menjerap logam berat sehingga menjadi lebih stabil didalam tanah. Salah satu

karakteristik yang paling khusus dari bahan humat adalah kemampuannya untuk

berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral dan organik, terutama

pencemar beracun untuk membentuk asosiasi (Jackson 1977). Ditemukan bahwa

teknologi hydroseeding yang disusun dari komponen asam humat kompos kotoran

ayam dan kompos sapi, mulsa dan perekat memiliki kandungan bahan organik

yang lengkap namun kurang efektif penggunaannya dalam menurunkan Pb tanah.

Walaupun sama-sama mengandung asam humat namun kandungan bahan organik

yang ada dalam arang sekam (T2) tersedia dalam bentuk aktif dan bisa langsung

dimanfaatkan didalam tanah, sementara bahan organik yang terdapat dalam

teknologi hydroseeding membutuhkan adaptasi terlebih dahulu antar sesama

komponen penyusunnya maupun dengan mikroba tanah.

Pada aspek produksi dan pertumbuhan tanaman terlihat bahwa ketiga jenis

tanaman yang ditanam secara konsorsium menunjukkan respon yang berbeda

terhadap perlakuan yang diberikan. Tanaman yang paling rentan terhadap tanah

tailing adalah P. phaseoloides. Tanaman ini menunjukkan dapat tumbuh optimal

pada tanah yang sudah dibenahi menggunakan teknologi yang cukup

komprehensif yaitu T3 (hydroseeding). Selanjutnya bila dapat tumbuh baik maka

tanaman ini cukup efisien menggunakan bahan organik didalam tanah untuk

pertambahan panjang penyebaran dan peningkatan jumlah daunnya. Hal ini

terbukti bahwa seluruh perlakuan baik faktor tunggal maupun interaksi kedua

faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan panjang

penyebaran dan jumlah daun trifoliatenya.

Page 65: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

47

Dibandingkan P. phaseoloides, tanaman C. pubescens menunjukkan lebih

toleran terhadap tanah tailing yang miskin hara. Tanaman ini hanya

membutuhkan teknologi standar yaitu T1 (pupuk kandang) dan mycofer (P2)

untuk membantu penyediaan hara bagi pertumbuhannya. Sama halnya tanaman

ini juga tergolong cukup efisien dalam menggunakan bahan organik dalam tanah

karena seluruh perlakuan pupuk, teknologi dan interaksi keduanya tidak

berpengaruh terhadap pertambahan panjang penyebaran dan jumlah daunnya.

Tanaman yang paling potensial ditanam dilahan pasca penambangan emas

pongkor adalah C. mucunoides. Tanaman ini cukup toleran dengan kondisi tanah

tailing karena terbukti tanaman ini dapat tumbuh pada lahan yang tidak dibenahi.

Terlihat dari cover area dan komposisi botani, tanaman C. mucunoides

mendominasi hampir 50% dari total lahan penelitian yang dipakai. Perbedaan

respon dari ketiga jenis tanaman yang ditanam pada penelitian ini diperkirakan

karena perbedaan respon inter spesies dan karakter genetik dari masing-masing

tanaman.

Untuk parameter kualitas tajuk yaitu kandungan nitrogen dan fosfor

ditemukan pengaruh yang nyata dari pupuk hayati P2 (mycofer) P3 (mycofer +

rhizobium) dan P4 (mycofer + rhizobium dan mikroba pelarut fosfat). Terbukti

bahwa kualitas tajuk tidak meningkat tanpa pemberian pupuk hayati meskipun

diberikan teknologi yang paling lengkap yaitu hydroseeding. Sementara untuk

kandungan Pb tajuk, hasil terbaik diperlihatkan oleh T2 (asam humat dan arang

sekam). Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh pada kandungan Pb didalam

tanah. Dapat dipahami bahwa dengan menurunnya konsentrasi Pb dalam tanah

yang diberi perlakuan T2 maka dengan sendirinya akan semakin sedikit Pb yang

terserap ke tajuk karena pada dasarnya tanaman memiliki mekanisme pertahanan

terhadap logam berat yang terdapat pada akar dan daun. Secara umum kandungan

Pb yang ada pada tanah dan tajuk setelah diberi perlakuan T1, T2 dan T3 masih

dibawah BMR (batas maksimal residu) yang ditetapkan oleh BPOM RI yaitu 30

ppm didalam tanah dan 22.5 ppm untuk tanaman.

Page 66: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan teknologi revegetasi

T2 (asam humat dan arang sekam) yang dikombinasi dengan pupuk hayati P2

(mycofer) paling efektif dalam peningkatan kadar fosfor tanah. Tanaman P.

phaseoloides dapat tumbuh pada lahan tailing Pongkor dengan pemberian

teknologi hydroseeding dengan bantuan mikroorganisme FMA dan Rhizobium

sedangkan tanaman C. pubescens dapat hidup di lahan tailing Pongkor dengan

teknologi sederhana yaitu pupuk kandang dan FMA. Tanaman yang paling

toleran terhadap kondisi lahan tailing pongkor adalah C. mucunoides, dimana

tanaman ini tidak membutuhkan teknologi revegetasi dan mikroorganisme FMA,

Rhizobium dan PSB. Perlakuan pupuk hayati P2 (mycofer), P3 (mycofer dan

Rhizobium) dan P4 (mycofer, Rhizobium dan PSB) paling berpengaruh terhadap

peningkatan kadar nitrogen dan fosfor tajuk sementara teknologi T2 (asam humat

dan arang sekam) paling efektif dalam penurunan kandungan Pb ditanah dan tajuk

tanaman.

Saran

1. Dari data komposisi botani, C. muconoides merupakan tanaman yang

paling potensial ditanam di lahan tailing pongkor.

2. Untuk mengetahui pemanfaatan leguminosa yang ditanam pada lahan

tailing terhadap produktifitas ternak perlu dilakukan penelitian uji secara

biologis pada ternak.

Page 67: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

DAFTAR PUSTAKA Alexander M. 1978. Introduction to Soil Microbiology. Willey Eastern : Private

Limited. Anas I, Wiwyastuti R, Hifnalisa. 2002. Bakteri penambat nitrogen dan mikroba

pelarut fosfat dari gambut Kalimantan Tengah. Agrista 6: 3-5. Anas S. 2000. Kemampuan bakteri penambat nitrogen dan mikroba pelarut fosfat

dalam meningkatkan pertumbuhan padi (Oryza sativa) IR 64. Comm Ag 6:18-24.

Azcon R, JM Barea, and DS Hayman. 1976. Utilization of rock phosphate in

alkaline soils by plants inoculated with mycorrhizal fungi and Phosphate solubilizing bacteria. Soil Biol Biochem 8:135-138.

Barbieri P, T Zanelli, E Galli and G Zanetti. 1986. Wheat inoculation with

Azospirillum brasiliense Sp6 and some mutans altered in nitrogen fixation and indole-3-acetic acid production. FEMS Microbiol Lett 36:87-90.

Bogdan AV. 1977. Tropical Pasture and Fodder Plants Grasses and Legumes.

London: Longman Ltd. Bolan NS. 1991. A critical review on the role of mycorrhizal fungi in the uptake

of phosphorus by plants. Plant and Soil 134:189-209. Buckman HO, and NC Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. Buntan A, S Bachrein, M. Rauf, Soenartiningsih dan Suarni. 1997. Interaksi P dan

karbohidrat terhadap pembentukan kolonisasi Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) pada tanaman jagung. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.

Clark RB and SK Zeto. 1996a. Growth and root colonization of mycorrhizal

maize grown on acid and alkaline soil. Soil Biol Biochem 28:1505-1511. Clark RB and SK Zeto. 1996b. Mineral acquisition by mycorrhizal maize grown

on acid and alkaline soil. Soil Bio Biochem 28:1495-1503. Clark RB and SK Zeto. 1997. Arbuscular mycorrhizal adaptation, spore

germination, root colonitation and host plant growth and mineral acquisition at low pH. Plant and Soil 192:15-22.

Cooperband LR, REJ Boerner and TJ Logan. 1994. Humid Tropical leguminous

tree and pasture grass responsiveness to vesiculararbuscularmycorrhizal infection. Mycorrhiza J 4:233-239.

Page 68: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

50

De La Cruz, RE Manalo, MQ Aggangan NS and Tambalo JD. 1988. Growth of three legume trees inoculated with VA mycorrhizal and rhizobium. Plant and Soil J 108:111-115.

Dodd JC, CC Burton, RG Burns and P Jeffries. 1987. Phosphatase activity

Associated with the roots and the rhizosphere of plants infected with vesicular arbuscular mycorrhizal fungi. New Phytol J 107:163-172.

Gestel MV, R Merck and K Vlassak. 1996. Spatial distribution of microbial

biomassa in microaggregates of a silty-loam soil and the relation with the resistence of microorganisms to soil drying. Soil Biol Biochem 28:503-510.

Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SM, Nelson WL. 1999. Soil Fertility and

Fertilizers. 6th edition. New Jersey: Prentice Hall. Hifnalisa, Anas I, Santoso DA dan Premono ME. 1999. Transformasi Panorganik

tanah oleh bakteri pelarut fosfat. Agrista 3:4-5 Ilmer PA and F Schinner. 1992. Solubillization of inorganic phosphates by

microorganisms isolated from forest soils. Soil Biol Biochem 24:89-95. Illmer PA, Barbato and F Schinner. 1995. Solubilization of hardly-soluble AlPO4

with P-solubilizing microorganisms. Soil Biol Biochem 27:265-270. Jaringan Advokasi Tambang. 2005. Menenali limbah tailing.

http:/www.jatam.org/indonesia/case/nm/uploaded/tailing.html.[12 Juli 2005] Joner EJ and I Jakobsen. 1995. Growth and extracellular phosphatase activity of

arbuscular mycorrhizal hyphae as influenced by soil organicmatter. Soil Biol Biochem 27:1153-1159.

Karti PDMH. 1999. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada

Rumput Pakan terhadap Pertumbuhan Produksi dan Serapan P. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I 22-24 Sept. Bogor.

Karti PDMH. 2001. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Setaria splendida pada Stres Kering. Di dalam Penggunaan Cendawan Mikoriza dalam Sistim Pertanian Organik dan Rehabilitasi Lahan Kritis. Prosiding Seminar Mikoriza dan Pameran Produk Pertanian Organik 16-19 Jul. Asosiasi Mikoriza Indonesia. Bandung.

Karti PDMH. 2003. Pengaruh Penggunaan Bakteri Penambat Nitrogen, Cendawan

Mikoriza Arsbuskula dan Penambahan Bahan Organik pada Stylosanthes guyanensis. Prosiding Seminar Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan 19-22 Febr. Asosiasi Mikoriza Indonesia. Bandung.

Page 69: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

51

Karti PDMH. 2003. [disertasi]. Respon morfofisiologi rumput toleran dan peka aluminium terhadap penambahan mikroorganisme dan pembenah tanah. Program Pascasarjana. IPB.

Karti PDMH. 2005. Pengaruh Penggunaan Bakteri Penambat Nitrogen, Cendawan

Mikoriza Arbuskula dan Penambahan Bahan Organik pada Stylosanthes guyanensis. Media Peternakan 23:3-6

Kucey RMN. 1987. Phosphate-solubilizing bacteria and fungi in various

cultivated and virgin alberta soil. J Soil Sci 63:671-678. Kusnoto dan Kusumodidjo. 1995. Dampak Penambangan dan Reklamasi. Pusat

Pengembangan Tenaga Pertambangan. Bandung : Ditjen Tambun. Lasut. MT. 2001. Penurunan kualitas lingkungan akibat aktifitas tambang.

http:/tumutou.net/m_lasut.html [25 Mei 2005]. Manetje L. And RM Jones. 1992. Plant Resources of South East Asia. Prosea.

Bogor Mengel K and EA Kirkby. 1987. Principle of Plant Nutrition. Switzerland :

International Potash Institut. Nagarajah S, AM Posneer and JP Quirk. 1970. Desorption of phosphate from

kaolinite by citrate and bicarbonate. Soil Sci Amer 32:507-510. Okon Y. 1985. Azospirillum as a potential inoculant for agriculture. Trends in

Biotechnology 3:223-228. Okon Y and Kapulnik. 1986. Development an function of Azospirillum inoculated

roots. Plant and Soil 90:3-16. Okon Y and CA Gonzales. 1994. Agronomic applications of Azospirillum an

evaluation of 20 years wordwide field inoculation. Plant and Soil 26:1591-1601.

Phillips JM and Hayman DS. 1970. Improved procedures for clearing roots and

Staining parasitic and vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi for rapid assessment of infection. Tranactions of the British Mycolog Soc 55:158-160.

Premono ME, R Widyastuti dan I Anas. 1991. Pengaruh bakteri pelarut fosfat

terhadap pupuk P sukar larut, ketersediaan P tanah dan pertumbuhan jagung pada tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol) Makalah PIT Permi 2-3.

Rao N.B. Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.

Jakarta : UI-Press.

Page 70: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

52

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Sabiham S, S Djokosudardjo dan G Soepardi. 1983. Pupuk dan Pemupukan.

Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Saif SR. 1987. Growth responses of tropical forage plant species to

vesiculararbuscular mycorrhizae. Plant Soil 97:25 – 35. Sarig S, A Blum and Y Okon. 1988. Improvement of the water status and yield of

field grown grain sorghum by inoculation with Azospirillum brasilense. J Agric Sci 110:271-277.

Setiadi Y. 1993. Respon pertumbuhan anakan Paraserianthes falcataria,

Trichospermamum burretii dan Acacia mangium terhadap inokulasi mikoriza arbuskula pada lahan pasca tambang nikel. (unpublished).

Setiadi Y, R Prematury. 1995. [laporan penelitian]. Respon pertumbuhan tanaman

albizia, sengon butho dan acacia terhadap inokulasi inokulum mycofer pada tanah podzolik merah kuning. Bogor. Lembaga Penelitian. IPB.

Setiadi Y. 1999. Practicing mycorrhizal inoculation for reforestation in Indonesia.

Proceeding International Workshop BIO-REFOR 12-16 Jan. Nepal. Setyaningsih L. 2007. [tesis]. Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan

kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada media tailing tambang emas Pongkor. Bogor. Sekolah Pascasarjana. IPB.

Sieverding E. 1990. Vesicular arbuscular mycorrhiza management in tropical

agrosystems. Deutsche GTZ 1: 12-15. Sieverding E and Riveros F. 1991. Tropical Grasses with Vesicular Arbuscular

Mycorrhiza Management in Tropical Agrosystems. Deutsche GTZ 7: 19-21 Skerman PJ. 1977. Tropical Forage Legumes. Rome : FAO. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Suryanto dan Susetyo W. 1997. Perlakuan bahan organik dan tanah mineral pada

bahan tailing terhadap ketersediaan unsur hara makro dan unsur logam mikro. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 28:36-41

Silva L, HB Miranda JCC and Miranda L. 1994. Effect of vesiculararbuscular

Mycorrhiza in the growth of wheat varieties with differing almunium tolerance. Bras Sci Solo 18:407-414.

Smith SE, and DJ Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. London : Academic Press.

Page 71: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

53

Taiz L and Zeiger E. 2002. Plant Physiology. 3rd edition. Massachussets : Sinauer Association Inc. Publishers.

Tan, KH. 1993. Principles of Soil Chemistry. 2nd Edition. New York : Marcell

Dekker. Tisdale SL, WL Nelson and JD Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th

Edition. New York : Macmillan Publishing Company

Page 72: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

LAMPIRAN

Page 73: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

55

Lampiran 1 Daftar Sidik Ragam Tanaman Pueraria phaseoloides Berat Segar Tajuk

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 616281.16 205427.05 0.49 0.6943

Teknologi 2 10975426.13 5487713.07 12.98** <.0001

Pupuk*Teknologi 6 5966224.26 994370.71 2.35* 0.0510

Pertambahan Panjang Penyebaran

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 461.1596167 153.7198722 0.53 0.6625

Teknologi 2 1.4253167 0.7126583 0.00 0.9975

Pupuk*Teknologi 6 521.3685333 86.8947556 0.30 0.9321

Jumlah Daum Trifoliate

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 243.229167 81.076389 0.46 0.7140

Teknologi 2 300.291667 150.145833 0.85 0.4373

Pupuk*Teknologi 6 1250.208333 208.368056 1.17 0.3415

Lampiran 2 Uji Lanjut Duncan Berat Segar Tajuk Pueraria Phaseoloides Benth

Perlakuan N Rataan Standar Deviasi Duncan Grouping P3T3 P1T3 P4T3 P2T3 P1T2 P4T1 P2T2 P2T1 P1T1 P3T2 P4T2 P3T1

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2596 1768 1393 1266 1237 1074 796 721 634 629 619 282

1514 1022 526 582 726 428 535 77 280 118 142 81

A AB BC

BCD BCD BCD BCD BCD CD CD CD D

Page 74: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

56

Duncan Grouping Mean N Teknologi

A 1755.9 16 T3

B 820.4 16 T2

B 677.7 16 T1

Lampiran 3 Daftar Sidik Ragam Tanaman Centrosema pubescens Berat Segar Tajuk

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 3296869.215 1098956.405 7.50** 0.0005

Teknologi 2 3138705.968 1569352.984 10.71** 0.0002

Pupuk*Teknologi 6 3336853.562 556142.260 3.80** 0.0050

Pertambahan Panjang Tanaman

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 702.2021417 234.0673806 1.08 0.3688

Teknologi 2 456.6763542 228.3381771 1.06 0.3584

Pupuk*Teknologi 6 917.5406958 152.9234493 0.71 0.6458

Jumlah Daun Trifoliate

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 1058.562500 352.854167 1.15 0.3410

Teknologi 2 357.166667 178.583333 0.58 0.5631

Pupuk*Teknologi 6 665.000000 110.833333 0.36 0.8979

Page 75: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

57

Lampiran 4 Uji Lanjut Duncan Berat Segar Tajuk Centrosema pubescens Benth Perlakuan N Rataan Standar Deviasi Duncan Grouping

P2T1 P3T3 P2T3 P1T1 P4T1 P2T2 P4T3 P4T2 P3T1 P1T3 P1T2 P3T2

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2017.7 1201.6 1136.6 1098.2 1063.2

777.5 713.2 693.5 534.6 460.4 434.9 303.0

215.5 701.1 522.4 484.4 424.1 521.8 269.2 158.5 154.4 266.2 255.2 56.80

A B

BC BC

BCD BCDE BCDE BCDE CDE DE E E

Lampiran 5 Daftar Sidik Ragam Tanaman Calopogonium mucunoides Berat Segar Tajuk

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 10114520.53 3371506.84 1.27 0.2998

Teknologi 2 2837567.29 1418783.64 0.53 0.5910

Pupuk*Teknologi 6 18594446.03 3099074.34 1.17 0.3460

Pertambahan Panjang Penyebaran

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 222.722883 74.240961 0.60 0.6185

Teknologi 2 899.541129 449.770565 3.64* 0.0363

Pupuk*Teknologi 6 1625.144454 270.857409 2.19 0.0663

Jumlah Daun Trifoliate

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 3879.729167 1293.243056 2.16 0.1102

Teknologi 2 795.500000 397.750000 0.66 0.5214

pupuk*teknologi 6 4597.333333 766.222222 2.41* 0.0421

Page 76: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

58

Lampiran 6 Uji Lanjut Duncan Pertambahan Panjang Penyebaran Calopogonium mucunoides Benth

Teknologi Mean N Duncan Grouping

T1 42.993 16 A

T3 36.324 16 AB

T2 32.518 16 B

Lampiran 7 Uji Lanjut Duncan Jumlah Daun Trifoliate Calopogonium

mucunoides Benth Perlakuan N Rataan Standar Deviasi Duncan Grouping

P2T1 P4T3 P4T1 P2T3 P3T2 P2T2 P1T1 P1T3 P1T2 P4T2 P3T3 P3T1

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

102.2 77.0 74.5 69.7 69.7 68.2 68.0 63.7 58.0 56.7 50.7 46.0

34.7 28.7 27.1 8.8 22.7 8.4 26.5 26.3 21.9 14.0 25.8 32.0

A AB AB AB AB AB AB AB B B B B

Lampiran 8 Daftar Sidik Ragam Berat Segar Total Leguminosa

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 2758542.08 919514.03 0.13 0.9406

Teknologi 2 20136755.56 10068377.78 1.44 0.2496

Pupuk*Teknologi 6 5625840.67 937640.11 0.13 0.9909

Page 77: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

59

Lampiran 9 Daftar Sidik Ragam Cover Area Tiga Jenis Leguminosa

Sumber Keragaman dB JK KT F hit. Sig.

Pupuk 3 226.485408 75.495136 0.13 0.9406

Teknologi 2 1654.134617 827.067308 1.44 0.2496

Pupuk*Teknologi 6 462.062367 77.010394 0.13 0.9909

Lampiran 10 Daftar Sidik Ragam Analisa Tanah Derajad Keasaman (pH)

Sumber Keragaman dB JK KT F hit Sig

Pupuk 3 0.08666667 0.02888889 3.15 0.0647

Teknologi 2 0.01083333 0.00541667 0.59 0.5692

Pupuk*Teknologi 6 0.12583333 0.02097222 2.29 0.1048

Kadar Fosfor

Sumber Keragaman dB JK KT F hit Sig

Pupuk 3 968.381250 322.793750 1051.16** <.0001

Teknologi 2 1336.775833 668.387917 2176.57** <.0001

Pupuk*Teknologi 6 3601.047500 600.174583 1954.44** <.0001

Kadar Timbal (Pb)

Sumber Keragaman dB JK KT F hit Sig

Model 2 0.37000000 0.18500000 12.33* 0.0357

Error 3 0.04500000 0.01500000

Corrected Total 5 0.41500000

Page 78: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

60

Lampiran 11 Uji lanjut Duncan Kadar Fosfor Tanah Perlakuan N Rataan Standar Deviasi Duncan Grouping

P2T2 P4T3 P1T3 P4T2 P1T2 P4T1 P3T1 P3T3 P1T1 P2T3 P3T2 P2T1

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

57.9 43.3 37.3 33.7 28.8 24.0 20.2 18.9 9.1 8.6 8.2 4.3

0.5 0.0 0.0 0.4 0.4 0.0 1.5 0.6 0.1 0.6 0.0 0.0

A B C D E F G H I I I I

Lampiran 12 Uji Lanjut Duncan Kadar Timbal (Pb) Tanah

Teknologi Mean N Duncan Grouping

T2 3.10 2 A

T3 3.60 2 B

T1 3.65 2 B

Lampiran 13 Daftar Sidik Ragam Analisa Tajuk Kadar Nitrogen

Sumber Keragaman dB JK KT F hit Sig

Pupuk 3 15.39744583 5.13248194 29.26** <.0001

Teknologi 2 4.15100833 2.07550417 11.83** 0.0015

Pupuk*Teknologi 6 36.77919167 6.12986528 34.94** <.0001

Kadar Fosfor

Sumber Keragaman dB JK KT F hit Sig

Pupuk 3 0.02434583 0.00811528 41.44** <.0001

Teknologi 2 0.00500833 0.00250417 12.79** 0.0011

Pupuk*Teknologi 6 0.02719167 0.00453194 23.14** <.0001

Page 79: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

61

Kadar Timbal (Pb)

Sumber Keragaman dB JK KT F hit Sig

Model 2 3.23230000 1.61615000 10.48* 0.0443

Error 3 0.46250000 0.15416667

Corrected Total 5 3.69480000

Lampiran 14 Uji Lanjut Duncan Kadar Nitrogen Tajuk

Perlakuan N Rataan Standar Deviasi Duncan Grouping P2T3 P4T2 P4T3 P3T1 P1T1 P3T2 P3T3 P2T1 P2T2 P1T3 P4T1 P1T2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2.78 2.66 2.65 2.63 2.54 2.46 2.44 2.40 2.39 2.18 2.11 1.89

0.18 0.26 0.27 0.18 0.51 0.02 0.42 0.93 0.69 0.28 0.03 0.14

A AB AB AB BC C C C C D D E

Lampiran 15 Uji Lanjut Duncan Kadar Fosfor Tajuk

Perlakuan N Rataan Standar Deviasi Duncan Grouping P4T1 P2T3 P2T2 P3T3 P4T2 P3T2 P4T3 P1T2 P3T1 P2T1 P1T1 P1T3

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

0.43 0.42 0.41 0.40 0.40 0.35 0.34 0.32 0.31 0.31 0.30 0.30

0.03 0.03 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.01

A A A A A B

BC BCD CD D D D

Page 80: PEMANFAATAN MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK PRODUKTIFITAS LEGUMINOSA PAKAN PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS PT. ANEKA TAMBANG ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/4583/2009ima.pdf ·

62

Lampiran 16 Uji Lanjut Duncan Kadar Pb (Timbal) Tajuk

Teknologi Mean N Duncan Grouping

T2 -0.025 2 A

T1 0.615 2 AB

T3 1.750 2 B