PEMANFAATAN LIMBAH KEPALA UDANG DALAM FORMULA...
Transcript of PEMANFAATAN LIMBAH KEPALA UDANG DALAM FORMULA...
PEMANFAATAN LIMBAH KEPALA UDANG DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PROTEASE BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma
macropomum)
SKRIPSI
Oleh :
ACHMAD AMILIN NIM. 115080500111064
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
PEMANFAATAN LIMBAH KEPALA UDANG DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP AKTIVITAS ENZIM BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ACHMAD AMILIN NIM. 115080500111064
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG NOVEMBER, 2017
IDENTITAS PENGUJI
Judul : PEMANFAATAN LIMBAH KEPALA UDANG DALAM FORMULA PAKAN TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PROTEASE BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
Nama Mahasiswa : ACHMAD AMILIN
NIM : 115080500111064
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING :
Pembimbing 1 : DR. Ir. ARNING WILUJENG EKAWATI, MS.
Pembimbing 2 : Ir. ELLANA SANOESI., MP.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :
Dosen Penguji 1 : Prof. Ir. MARSOEDI, Ph.D.
Dosen Penguji 2 : MUHAMMAD FAKHRI, S.Pi., M.Sc.
Tanggal Ujian :
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, November 2017
Mahasiswa
ACHMAD AMILIN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Jalan Veteran Malang – 65145, Indonesia
Telp. +62-0341-553512, Fax. +62-0341-557837
E-mail : [email protected] http://www.fpik.ub.ac.id
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Achmad Amilin
NIM : 115080500111064
Tempat / Tgl Lahir : Jember, 30 Juli 1992
No. Tes Masuk P.T. : 3115502295
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Program Studi : Budidaya Perairan
Status Mahasiswa : Biasa
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Perum Taman Gading FF-17 Kel Tegal Besar Kec Kaliwates Jember
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan Masuk Lulus
1 S.D 1999 2005
2 S.L.T.P 2005 2008
3 S.L.T.A 2008 2011
4 Perguruan Tinggi .......... 2011 2017
5 Perguruan Tinggi (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan saya sanggup menanggung segala akibatnya.
Malang, 30 Oktober 2017
Hormat kami
( Achmad Amilin )
*) Coret yang tidak perlu NIM.115080500111064
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ir. Ellana
Sanoesi, MP. selaku dosen pembimbing II, yang senantiasa dengan sabar memberikan
bimbingan, arahan, ide serta motivasi dalam penulisan laporan skripsi kepada penulis
untuk terus belajar dan belajar.
2. Orang tua yang selalu memberikan doa, materi dan semangat yang menjadi motivasi buat
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Zainudin A., AMd. dan Bapak Hadi Yitmono selaku laboran Reproduksi,
Pembenihan dan Pemuliaan Ikan FPIK-UB dan Bapak Maryono selaku laboran Biokimia
FMIPA-UB yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian serta membimbing
dalam Laboratorium selama penelitian berlangsung.
4. Tim Pakan (Arrum dan Fransiska) yang telah membantu penulis selama penelitian;
5. Para teman-teman Aquatic Spartans”11 yang tidak bisa penulis sebutkan. Terima kasih
telah membantu penulis dan atas waktu 4 tahun selama ini;
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian berlangsung dan selama pembuatan laporan skripsi
ini.
Pemanfaatan Limbah Kepala Udang dalam Formula Pakan Terhadap Aktivitas Enzim Protease Benih
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum)
Achmad Amilin(1), Arning Wilujeng Ekawati(2) dan Ellana Sanoesi(2)
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dan jumlah terbaik pemanfaatan limbah kepala udang sebagai
sumber protein pengganti tepung ikan dalam formula pakan terhadap aktivitas enzim protease benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum). Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen, menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan pakan isoprotein 31% dan isoenergi 295 kkal/100g dan masing – masing perlakuan
diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan pakan yang digunakan adalah subtitusi protein tepung ikan dengan protein tepung
limbah kepala udang yang terdiri A (0%), B (5%), C (10%), D (15%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan tepung limbah kepala udang sebagai sumber protein pengganti tepung ikan dengan persentase yang
berbeda berpengaruh terhadap aktivitas enzim protease benih ikan bawal (C. macropomum). Pada penelitian ini
didapatkan perlakuan terbaik pada pakan D (subtitusi limbah kepala udang 15%) untuk aktivitas enzim protease
sebesar 155,61 µmol/mL.menit-1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa protein tepung limbah
kepala udang dapat disubstitusikan dengan protein tepung ikan hingga 15%.
Kata Kunci: limbah kepala udang, Colossoma macropomum, aktivitas enzim protease.
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 2) Dosen
Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Brawijaya
Utilization of Shrimp Head Waste in Feed Formula on Enzyme Activity of Protease of Freshwater Bream
Seed (Colossoma Macropomum)
Achmad Amilin(1), Arning Wilujeng Ekawati(2), Muhammad Fakhri(2)
Abstract
The purpose of this research is to know the influence and the best amount of shrimp head waste utilization as a
source of protein of fish meal substitute in feed formula to protease enzyme activity of freshwater pomfret (C.
macropomum). Methods in this study were experiments, using Completely Randomized Design (RAL) with 4
treatment of isoprotein 31% and isoenergi 295 kcal / 100 g and each treatment was repeated 3 times. The feeding
treatment used was substitution of fish meal protein with shrimp head protein waste consisting of A (0%), B (5%),
C (10%), D (15%). The results showed that the utilization of shrimp head flour as a source of protein of fish meal
substitute with different percentage have an effect on to protease enzyme activity of pomfret seed (C.
macropomum). In this research, the best treatment of D (15% shrimp waste substitution) for protease enzyme
activity was 155,61 μmol / mL.menit-1. Based on the results of this study it can be concluded that the protein of
shrimp head waste head can be substituted with fish meal protein up to 15%.
Keywords: Shrimp head waste, Colossoma macropomum, Protease enzyme activity.
1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University
2) Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyajikan laporan Skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pemanfaatan Limbah Kepala Udang Dalam Formula Pakan Terhadap Aktivitas Enzim Benih
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” sebagai salah satu syarat untuk meraih
gelar sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Pemanfaatan limbah kepala udang sebagai bahan baku pakan alternative dalam
formulasi pakan pada benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dengan
substitusi terbaik protein pada perlakuan 15%. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan informasi bagi pembudidaya dan masyarakat umum, khususnya budidaya Ikan Air
Tawar (Colossoma macropomum).
Malang, November 2017
Achmad Amilin
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3 Tujuan ............................................................................................... 3 1.4 Hipotesis ........................................................................................... 4 1.5 Kegunaan ......................................................................................... 4 1.6 Tempat dan Waktu............................................................................ 4
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) ................ 5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi .......................................................... 5 2.1.2 Habitat dan Penyebaran .......................................................... 6 2.1.3 Sifat dan Tingkah Laku ............................................................ 7 2.1.4 Kebiasaan Makan Ikan............................................................. 8
2.2 Limbah Kepala Udang ...................................................................... 8 2.3 Kebutuhan Nutrisi Ikan ...................................................................... 9
2.3.1 Protein ..................................................................................... 9 2.3.2 Lemak ..................................................................................... . 10 2.3.3 Karbohidrat ............................................................................. . 10 2.3.4 Vitamin ..................................................................................... 11 2.3.5 Mineral ..................................................................................... 11
2.4 Bahan Penyusun Formulasi Pakan ................................................... 12 2.4.1 Tepung Ikan ............................................................................. 12 2.4.2 MBM (Meat Bone Meal) ........................................................... 13 2.4.3 Tepung Kepala Udang ............................................................. 13 2.4.4 Tepung Kedelai ........................................................................ 13 2.4.5 Tepung Dedak ......................................................................... 14
2.5 Enzim Protease Pada Ikan Bawal (Colossoma macropomum) ......... 14 2.6 Kualitas Air ....................................................................................... 15 3.MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 17
3.1.1 Alat Penelitian .......................................................................... 17 3.1.2 Bahan Penelitian ...................................................................... 17
3.2 Metode Penelitian ............................................................................. 18 3.3 Rancangan Percobaan Penelitian .................................................... 18 3.4 Prosedur Penelitian .......................................................................... 20
3.4.1 Persiapan Penelitian ................................................................ 20 3.4.2 Pelaksanaan Penelitian............................................................ 22 3.4.3 Uji Aktivitas Protease (Khan et al., 1979) ................................. 23
3.5 Parameter Uji .................................................................................... 24 3.5.1 Parameter Utama Aktifitas Enzim Protease ............................. 24 3.5.2 Parameter Penunjang .............................................................. 25
3.6 Analisis Data ..................................................................................... 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Aktifitas Enzim Protease ................................................................... 26 4.3 Kualitas Air ....................................................................................... 31 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 33 5.2 Saran…. ........................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 34
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kualitas Air pada Budidaya Ikan Bawal Air Tawar.............................. 16
2. Formulasi Pakan Perlakuan................................................................ 21
3. Rerata Aktifitas Enzim Protease Pada Benih Ikan Bawal Air Tawar………………............................................................. 26
4. Uji BNT Aktivitas Enzim Protease Pada Benih Ikan Bawal Air Tawar.................................................................................. 27
5. Analisis Keragaman Aktifitas Enzim Protease Pada Benih Ikan Bawal Air Tawar…............................................................................... 27
6. Data Nilai Rata-rata Kualitas Air.......................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) ............................................. 6 2. Denah Penempatan Penelitian ................................................... ….… 19
3. Grafik Aktivitas Enzim Protease………………………………………….. 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto Alat dan Bahan Penelitian…………………………………………… 38
2. Skema Kerja Uji Aktifitas Enzim Proteae ........................................... 42
3. Data Aktifitas Enzim Protease…........................................................... 43
4. Perhitungan Rerata Aktifitas Enzim Protease ..................................... 44
5. Pengamatan Kualitas Air………………………………………………….. 47
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang garis pantai
81.000 km dan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2 yang terdiri atas 0,3 juta
km2 perairan teritorial, 2,8 juta km2perairan nusantara dan 2,7 juta km2 perairan
ZEE. Perairan Indonesia yang cukup luas ini sangat berpotensi dalam sektor
perikanan apalagi Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Potensi sektor perikanan tidak
hanya berasal dari peikanan laut, tetapi juga perikanan darat atau juga dikenal
dengan perikanan budidaya (Afni, 2008).
Kegiatan budidaya ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) telah
berkembang pesat di Indonesia, terutama setelah berhasil dilakukan
pemijahannya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan bawal dapat
dilakukan dengan cara mempercepat laju pertumbuhannya. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan umumnya dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang sulit dikontrol, misalnya
faktor keturunan (genetik), jenis kelamin dan umur. Faktor eksternal yang utama
mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah ketersediaan pakan dan kondisi
lingkungan perairan. Faktor fisika dan kimia perairan yang ekstrim dapat
berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup ikan, dan dari beberapa faktor
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan yang dibudidayakan (Santoso
dan Agusmansyah, 2011).
Menurut Yulianti (2007), ikan bawal air tawar merupakan salah satu
komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Pada awalnya ikan bawal air tawar ini hanya diperdagangkan sebagai ikan hias,
namun karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan rasa dagingnya yang
2
enak, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi.
Meningkatnya kegemaran masyarakat mengkonsumsi ikan menyebabkan
banyak konsumen mulai menyukai ikan ini. Hal ini yang mendorong suplai ikan
bawal air tawar untuk ukuran konsumsi menjadi meningkat, sehingga suplai
benih untuk pembesaran juga semakin meningkat sejalan dengan tingginya
minat masyarakat akan ikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.
Menurut Murtidjo (2001), pakan dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber
energi dan pertumbuhan. Pakan merupakan biaya variabel terbesar dalam
proses produksi yaitu sekitar 60 – 70% dari biaya produksi. Tingginya harga
pakan dari pabrik disebabkan bahan baku utama pakan ikan yang juga
mengalami peningkatan harga. Oleh karena itu harus dikembangkan formulasi
pakan yang memiliki efisiensi pakan yang tinggi dengan biaya produksi pakan
yang serendah mungkin, tetapi tidak mengurangi kandungan nutrien yang
terdapat dalam pakan (Arie, 2009). Untuk menekan biaya produksi salah satu
cara yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan bahan baku yang memiliki
nilai gizi tinggi dan harganya relatif murah tetapi penggunaannya tidak bersaing
dengan bahan makanan manusia.
Indonesia tercatat sebagai negara penghasil udang terbesar ketiga di
dunia, setiap tahunnya dihasilkan sekitar 0,08 juta ton. Sekitar 80 - 90% dari
jumlah tersebut diekspor dalam bentuk udang beku tanpa kepala dan kulit.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan udang berkisar 60 – 70% dari
berat udang itu sendiri (Krissetiana, 2004). Limbah udang yang terdiri dari kepala
dan kulit tersebut masih mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi yaitu 25
– 40% kalsium karbonat dan 15 – 20% kitin (Altschul, 1976). Potensi limbah
udang sebagai pakan ternak dan ikan penggunaannya masih dibatasi oleh
adanya kitin, sehingga apabila limbah udang diberikan secara langsung sulit
dicerna oleh ternak atau ikan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
3
melakukan pengolahan limbah udang baik secara kimiawi maupun biologis
(Abun, 2006). Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengolah
limbah kepala udang menjadi tepung yang dijadikan formula pakan untuk
dijadikan pakan alternatif.
1.2 Rumusan Masalah
Ikan bawal air tawar (C. macropomum) merupakan salah satu komoditas
perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Berbagai
permasalahan muncul pada tingkat petani dan pembudidaya ikan terkait adanya
penetapan target peningkatan produksi, khususnya dari perikanan budidaya.
Harga pakan komersil yang mahal menyebabkan meningkatnya biaya
operasional. Pakan merupakan biaya terbesar dalam proses produksi yaitu
sekitar 60 – 70% dari biaya produksi. Kenaikan harga pakan menyebabkan biaya
produksi meningkat sehingga keuntungan menurun. Oleh karena itu harus
dikembangkan formula pakan yang memiliki efisiensi pakan yang tinggi tetapi
tidak mengurangi kandungan nutrien yang ada dalam pakan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengolah limbah kepala udang menjadi
tepung sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ikan untuk dijadikan pakan
alternatif. Maka diperoleh rumusan masalah yaitu, bagaimana pengaruh
pemanfaatan tepung limbah kepala udang dalam formula pakan terhadap
aktivitas enzim protease benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) dengan
substitusi perlakuan A = 0%, B = 5%, C = 10% dan D = 15%
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian tentang pemanfaatan tepung kepala udang dalam
formula pakan pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) ini adalah:
4
• Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung limbah kepala udang dalam
formula pakan terhadap aktivitas enzim protease pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum).
• Untuk mengetahui persentase tepung kepala udang yang terbaik dalam
formula pakan untuk meningkatkan aktivitas enzim protease pada benih ikan
bawal air tawar (C. macropomum).
1.4 Hipotesis
H0 : Pemanfaatan tepung kepala udang dalam formula pakan diduga tidak
berpengaruh terhadap aktivitas enzim protease pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum).
H1 : Pemanfaatan tepung kepala udang dalam formula pakan diduga
berpengaruh terhadap aktivitas enzim protease pada benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum).
1.5 Kegunaan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi
masayarakat mengenai pemanfaatan limbah kepala udang sebagai bahan baku
dalam pembuatan formula pakan ikan melalui uji aktivitas enzim protease pada
ikan bawal (C. macropomum).
1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi dan Pemuliaan
Ikan, Laboraturium Nutrisi dan Makanan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan serta Laboraturium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang, pada bulan 15 Maret sampai
15 April 2015.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan bawal air tawar adalah sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Subkelas : Neopterigii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprimoidea
Famili : Characidea
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum
Menurut Partosuwiryo dan Irfan (2011), ikan bawal air tawar memiliki
bentuk tubuh agak membulat (oval) apabila diamati dari samping
denganperbandingan panjang dan tinggi tubuh yakni 2 : 1. Apabila dipotong
secara vertikal, ikan bawal memiliki bentuk tubuh pipih dengan perbandingan
tinggi dan lebar, yakni 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan
bawal tidak secepat ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurami.
Ikan ini memiliki sisik berbentuk ctenoid dengan setengah bagian sisik bagian
belakang menutupi sisik bagian depannya. Warna tubuh bagian atas abu-abu
gelap dan bagian bawahnya berwarna putih. Pada ikan bawal air tawar dewasa,
bagian tepi sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah.
Warna merah ini merupakan ciri khusus dari ikan bawal air tawar ini sehingga
orang Inggris dan Amerika biasa menyebutnya red bally pacu.
6
Ikan bawal air tawar memiliki 2 buah sirip punggung yang letaknya agak
bergeser ke belakang. Sirip perut dan dan sirip dubur terpisah, sedangkan sirip
ekor berbentuk homocercal. Bibir bagian bawah ikan ini menonjol dan terdapat
gigi yang besar dan tajam yang digunakan untuk memecah biji-bijian atau buah-
buahan yang ditelannya. Ikan bawal air tawar juga memiliki lambung yang
berkembang dengan baik serta memiliki 43-75 buah cecapylorica. Panjang usus
berkisar 2-2,5kali panjang tubuhnya. Ikan ini memiliki insang permukaan,
sehingga permukaan pernapasannya lebih luas dari pada jenis ikan pada
umumnya. Permukaan pernapasan yang luas ini memungkinkan ikan bawal air
tawar mampu bertahan hidup pada kondisi perairan yang memiliki kandungan
oksigen rendah sekalipun. Pada kondisi perairan dengan kandungan oksigen
terlarut kurang dari 0,5 mg/liter masih memungkinkan ikan ini untuk dapat
bertahan hidup selama beberapa jam (Djarijah, 2001). Morfologi ikan bawal air
tawar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan bawal air tawar (C. macropomum) merupakan salah satu ikan
unggulan dari perikanan air tawar. Ikan ini umumnya ditemukan di sungai-sungai
besar seperti Amazon (Brazil) dan Orinoco (Venezuela). Ikan ini hidup secara
bergerombol di daerah yang perairannya tenang (Prahasta dan Masturi, 2009).
7
Kondisi perairan di Indonesia cukup menunjang dalam pembudidayaan ikan
bawal air tawar ini karena Indonesia merupakan daerah tropis. Suhu perairan
pada habitat asli ikan bawal air tawar yaitu 27,2-29,1°C (Eckman, 1987).
Menurut Arie (2009), ikan bawal air tawar (C. macropomum) merupakan
ikan introduksi yang berasal dari wilayah Amazon yang merupakan negara
bagian Amerika Selatan. Di Negara asalnya Brazil, ikan bawal air tawar
merupakan ikan liar yang biasa hidup bebas di sungai. Ikan ini ditemukan di
sungai-sungai besar seperti sungai Amazon dan beberapa anak sungainya. Ikan
ini juga telah banyak dibudidayakan secara luas karena jenis ikan ini memiliki
beberapa keunggulan antara lain memiliki nafsu makan yang baik dan relatif
tahan terhadap serangan penyakit. Menurut Khairuman dan Amri (2009), ikan
bawal air tawar mulai masuk Indonesia yaitu pada tahun 1986 yang dibawah oleh
sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang usaha budidaya ikan
konsumsi di daerah Tangerang, Banten.
2.1.3 Sifat dan Tingkah Laku
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh ikan bawal air tawar yaitu ikan ini
mampu berkembangbiak di kolam maupun di keramba jaring apung. Ikan ini
merupakan ikan yang memiliki tingkat produksi telur yang tinggi dibandingkan
ikan bawal air laut. Ikan bawal betina dengan bobot tubuh 10-15 kg dapat
melepaskan telur sebanyak 1-2 juta butir telur (Martin dan Gunzman, 1994).
Menurut Hoar (1979), ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya,
ikan bawal air tawar mempunyai potensi tumbuh yang cukup tinggi, karena
bagian organ pencernaannya yang cukup lengkap. Ikan ini mempunyai gigi tajam
yang berfungsi untuk memotong dan menghancurkan makanannya, seperti
halnya pada ikan grass carp dan piranha, sehinggaikan ini mampu beradaptasi
dengan berbagai jenis makanan, termasuk pakan hijauan yang berupa daun-
8
daunan. Lambung ikan bawal air tawar ini berbentuk “U” dengan kapasitas yang
cukup besar.
2.1.4 Kebiasaan Makan Ikan
Menurut Utami, et al. (2012), dalam pembudidayan ikan bawal air tawar
tidak terlalu sulit karena ikan ini termasuk ikan pemakan segala (omnivora).
Menurut Azam, et al. (2010), kebiasaan makan dari ikan bawal air tawar masuk
dalam kelompok ikan pemakan segala (omnivora), tetapi ada pula yang
menyebutkan bahwa ikan ini cenderung pemakan daging (karnivora) yang dapat
dilihat dari bentuk giginya yang keras dan tajam. Ikan bawal air tawar saat
berukuran benih memakan plankton dan tumbuhan air tetapi setelah dewasa ikan
ini lebih dominan karnivora yaitu memakan ikan dan udang-udang kecil serta
serangga air.
Menurut Khairuman dan Amri (2009), ikan bawal air tawar termasuk dalam
kelompok ikan omnivora atau ikan pemakan segala. Tetapi ada pula yang
menyebutkan ikan ini cenderung memakan daging atau karnivora terutama
padasaat stadia benih. Bentuk giginya yang tajam menandakan bahwa ikan ini
merupakan salah satu ikan pemangsa. Pada saat masih benih ikan ini menyukai
pakan alami yang terdapat di perairan yakni beberapa jenis plankton serta
detritus. Setelah dewasa ikan bawal air tawar juga memangsa hewan-hewan
kecil seperti serangga atau udang-udang kecil.
2.2 Limbah Kepala Udang
Limbah kepala udang merupakan suatu produk sampingan dari usaha
pengolahan dan pembekuan udang (cold storage), salah satu manfaat dari
limbah kepala udang yaitu dapat digunakan sebagai sumber protein hewani
untuk bahan baku pembuatan pakan buatan yang cukup potensial, mengingat
harga dari tepung ikan cukup mahal. Di dalam limbah kepala udang masih
9
banyak terdapat kandungan gizi yang cukup baik yang dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam formula pakan ikan. Industri pengolahan udang merupakan
kegiatan pengolahan yang cukup banyak mengahasilkan limbah, baik berupa
kepala maupun kulit. Beberapa kandungan yang dimiliki oleh tepung dari hasil
limbah kepala udang antara lain yaitu: protein 49,8%, lemak 3,8%, serat kasar
2,0%, energi 3,25 kal/g, nilai kecernaan protein 78,63% serta kecernaan
bahannya 45,3%(Kamaruddin dan Makmur, 2004).
Menurut Abun (2006), pemanfaatan limbah udang yang merupakan produk
sampingan dari usaha pengolahan udang sebagai salah satu bahan baku dalam
pembuatan pakan ternak dan ikan penggunaannya masih dibatasi oleh adanya
kitin yang mengikat protein dan mineral dalam limbah tersebut, sehingga apabila
limbah udang diberikan secara langsung akan sulit dicerna oleh ikan. Kitin
merupakan selulosa alami yang banyak terdapat pada hewan, khususnya pada
kulit udang. Kitin bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam pekat
seperti asam sulfat. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
melakukan pengolahan limbah udang terlebih dahulu baik secara fisika, kimiawi
maupun biologis.
2.3 Kebutuhan Nutrisi Ikan
2.3.1 Protein
Protein merupakan senyawa organik kompleks yang tersusun atas asam
amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein juga mengandung fosfor dan sulfur. Peran protein
sangat penting bagi tubuh ikan karena protein mempunyai fungsi sebagai zat
pembangaun, zat pengatur dan zat pembakar. Pemanfaatan protein bagi
pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: ukuran, kualitas
protein, kandungan energi pakan, suhu air serta tingkat pemberian pakan.
10
Protein merupakan nutrien yang relatif mahal dibandingkan dengan nutrien
lainnya, oleh karena itu harus ada keseimbangan antara protein dan sumber
energi nonprotein lainnya dalam komposisi pakan (Ghufran dan Kordi, 2007).
Menurut Bittner (1989), kebutuhan protein dari ikan bawal air tawar yaitu berkisar
25-37%.
2.3.2 Lemak
Ikan membutuhkan lemak sebagai sumber asam lemak dan energi
metabolisme untuk membentukstruktur seluler dan pemeliharaan metabolisme di
dalam tubuhnya. Menurut Darsudi, et al. (2008), besar kadar lemak yang
terkandung dalam pakan ikan sekitar 6,89%. Perbedaan kandungan lemak ini
disebabkan karena kualitas dari bahan baku dalam pembuatan pakan yang
bermacam-macam jenisnya, tergantung dari jenis ikan dan proses dari
pembuatan pakan. Lemak merupakan salah satu sumber energi utama yang
dibutuhkan oleh ikan. Menurut Kordi dan Andi (2009), dampak dari kelebihan
lemak pada ikan salah satunya yaitu dapat menimbulkan penyakit nutrisi, seperti
pengendapan lemak pada usus dan otot yang dapat menurunkan kualitas dan
bobot tubuh ikan.
2.3.3 Karbohidrat
Menurut Watanabe (1988) dalam Kordi (2009), karbohidrat merupakan
sumber energi yang cukup penting dalam pakan. Karbohidrat yang terdapat
dalam ransum pakan yaitu berupa serat kasar serta bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN). Kebutuhan karbohidrat pada masing-masing ikan tidak sama, karena
kebutuhan tiap ikan berbeda - beda. Kebutuhan karbohidrat yang optimum untuk
jenis ikan omnivora yaitu sekitar 20 – 40%. Tingkat pemanfaatan karbohidrat
pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu kemampuan
ikan dalam mencerna karbohidrat dan memanfaatkan glukosa. Menurut Widyanti
11
(2009), ikan karnivora dapat memanfaatkan karbohidrat yang optimum yaitu
sekitar 10 - 20 % sedangkan pada ikan omnivora yaitu sekitar 30 – 40 % yang
terkandung dalam pakan.
2.3.4 Vitamin
Menurut Murtidjo (2001), vitamin merupakan zat makanan organik yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan, walaupun kebutuhannya dalam jumlah yang
relatif kecil. Kegunaan vitamin sangat bermacam-macam bagi tubuh ikan, karena
tiap ikan memiliki kriteria kebutuhan vitamin yang tidak samaantara satu sama
lain. Batasan-batasan dari vitamin sendiri dapat diartikan sebagai berikut: vitamin
merupakan zat organik, termasuk dalam komponen makanan bukan dari
karbohidrat, protein, lemak, air dan mineral serta memiliki peranan yang penting
dalam reaksi spesifik metabolisme tubuh dan proses pertumbuhan ikan serta
kehidupan normal. Kekurangan vitamin dalam pakan ikan dapat menyebabkan
terhambatnya prosespertumbuhan ikan atau yang sering disebut sebagai
penyakit defisiensi vitamin.
2.3.5 Mineral
Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan ikan dalamjumlah
yang tidak terlalu banyak, tetapi mempunyai peranan dan fungsi yang tidak kalah
penting dari bahan-bahan anorganik lain.Mineral terbagi atas mineral makro dan
mineral mikro, hal ini didasarkan dari jumlah yang dibutuhkan dalam tubuh
organisme. Vitamin berperan penting dalam proses metabolisme tubuh,
pertumbuhan dan kehidupan normal. Kekurangan vitamin dalam makanan dapat
menghambat pertumbuhan ikan atau penyakit defisiensi vitamin(Winarno, 1984).
Fungsi utama dari mineral sendiri adalah sebagai komponen utama dalam
penyusunan struktur gigi dan tulang eksoskeleton serta menjaga keseimbangan
asam basa. Mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan osmosis
12
dengan lingkunga perairan, struktur dari jaringan dan sebagai penerus dalam
sistem syaraf dan kontraksi otot, metabolisme serta sebagai enzim kofaktor.
Pada umumnya kekurangan mineral dapat berpengaruh pada cepat lambatnya
laju pertumbuhan dari ikan. Kebutuhan mineral bagi ikan sangat tergantung pada
konsentrasi air tempat budidaya. Penambahan mineral dalam pakan dengan
jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan terhambatnya laju pertumbuhan
pada ikan (Ghufran dan Kordi, 2007). Menurut NRC (1993), kebutuhan mineral
untuk ikan air tawar antara lain Ca 0,75%/kg pakan, P 0,8%/kg pakan, Mg
0,32%/kg pakan, NaCl 1-4%/kg pakan, Fe 30 mg/kg pakan, Cu 5 mg/kg pakan,
Zn 20 mg/kg pakan, Mn 2,4 mg/kg pakan dan Se 0,25 mg/kg pakan.
2.4 Bahan Penyusun Formula Pakan
2.4.1 Tepung Ikan
Untuk menekan biaya pakan maka diperlukan bahan baku alternatif yang
mudah dan murah serta memiliki kandungan protein yang tinggi sesuai dengan
kebutuhan ikan. Salah satu bahan yang dapat digunakan yaitu tepung
ikan.Ketersediaan dari tepung ikan yang masih bergantung pada komponen
impor mengakibatkan meningkatnya harga pakan ikan, sehingga biaya produksi
dan pemasaran dari komoditas ikan mengalami peningkatan harga (Sullivan,
2008). Menurut Abdiguna, et al. (2013), tepung ikan merupakan sumber protein
utama yang digunakan oleh industri pakan ikan. Salah satu kandungan yang
dimiliki tepung ikan yaitu protein sebesar 50-70% yang merupakan sumber
mineral penting terutama kalsium dan fosfor. Tepung ikan adalah sumber energi
yang terbatas dan mahal.
13
2.4.2 MBM (Meat bone meal)
Semakin tingginya harga tepung ikan mengakibatkan naiknya harga
pakan yang merupakan komponen utama dalam formulasi pakan. Salah satu
cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan bahan baku
pengganti yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak serta memiliki harga
yang relatif murah yang kualitasnya cukup mendekati kualitas dari tepung ikan.
Bahan baku yang dapat digunakan sebagai bahan alternatif tersebut adalah
tepung daging dan tulang (TDT) (Abdiguna,et al., 2013). Protein yang terkandung
dalam tepung daging dan tulang yaitu sekitar 45 – 55% (Lovell, 1989).
2.4.3 Tepung Kepala Udang
Tepung kepala udang merupakan tepung yang dihasilkan dari limbah
industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit yang sebelumnya
telah melewati beberapa tahapan proses yang dimulai dari penjemuran yang
kemudian hasil dari limbah yang telah dijemur dan kering akan melalui proses
penggilingan hingga menjadi serbuk tepung halus. Menurut Shahidi dan
Synowiecki (1992), limbah dari kepala udang memiliki kandungan bahan kering
yang terdiri dari protein 41%, kitin 17,0%, abu 29,2% dan lemak 4,5%. Dari
kandungan protein yang cukup tinggi tersebut, limbah kepala udang juga
mengandung asam amino esensial terutama methionin yang sering menjadi
salah satu faktor pembatas pada protein nabati.
2.4.4 Tepung Kedelai
Tepung kedelai merupakan bentuk dari hasil pengolahan bahan dengan
cara penggilingan atau penepungan yang berasal dari biji kedelai. Menurut Virgo
(2007), tepung kedelai adalah salah satu bahan yang digunakan sebagai
pengikat yang dapat meningkatkan daya ikat air pada bahan makanan, karena di
dalam tepung kedelai terdapat kandungan pati dan protein yang berfungsi
14
sebagai pengikat air. Daya ikat air ini dapat mempengaruhi ketersediaan air
yangnantinya dibutuhkan mikroorganisme untuk menunjang pertumbuhannya.
Semakin meningkatnya daya ikat air maka akan menyebabkan aktivitas dari
bakteri yang terkandung di dalam bahan makanan tersebut semakin berkurang,
sehingga aktivitas dari bakteri yang terkandung di dalam bahan makanan juga
menurun dan menyebabkan kegiatan dalam proses pembusukan dapat sedikit
terhambat.
2.4.5 Tepung Dedak
Menurut Damayanthi dan Listyorini (2006), bekatul atau yang sering dikenal
dengan sebutan tepung dedak merupakan salah satu hasil sampingan dari
proses penggilingan padi yang jumlahnya cukup banyak. Pada proses
penggilingan beras pecah kulit diperoleh hasil sampingan yaitu berupa dedak
yaitu sebesar 8 – 9 % dan bekatul sekitar 2 – 3 %.
Dedak halus merupakan salah satu sumber energi yang ditandai dengan
tingginya kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Dedak mengandung
granula-granula pati yang dapat menyerap air dingin hingga 30 %. Setelah
kering, granula-granula pati ini akantersusun rapat dan hanya sedikit yang dapat
ditembus oleh air (Mukodiningsih, 2007).
2.5 Enzim Protease pada ikan bawal air tawar (C. macropomum)
Enzim protease merupakan salah satu enzim hidrolase yang dapat
menghidrolisis ikatan peptida pada molekul protein menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana seperti protease, pepton, polipeptida, dipeptida dan asam
amino (Hepher, 1988).
Enzim protease merupakan senyawa protein dimana molekul ini sangat
tidak stabil terutama pada perubahan suhu. Perubahan suhu akan sangat
menyebabkan protease terdenaturasi. Aktivitas enzim dapat dipertahankan pada
15
pH yang mendekati netral, suhu rendah atau sedang dan kadar air cukup rendah
(Muchtadi et al., 1992). Kondisi optimum aktivitas enzim protease dicapai pada
pH 6-8 sedangkan suhu optimum aktivitas protease adalah 40º C (Roosdiana et
al., 2001).
Enzim endopeptidase yang berperan penting dalam pencernaan protein
adalah pepsin dan tripsin. Pepsin disekresikan oleh mukosa lambung dan
memiliki aktivitas proteolitik optimal pada pH 2. Selain dipengaruhi pH,
pencernaan di lambung juga didukung oleh konsentrasi pepsin yang tinggi, suhu
yang tinggi dan gerakan lambung yang intensif. Untuk dapat diserap, hasil
endopeptidase lainnya adalah tripsin yang disekresikan oleh pankreas eksokrin
berperan dalam menghidrolisis protein menjadi protease, pepton, peptides dan
asam amino dalam usus. Tripsin aktif secara maksimal pada media basa yaitu
pada pH 7-11. Pankreas terdiri atas dua tipe sel yaitu sel eksokrin dan sel
endokrin. Sel endokrin mensintesis hormone-hormon, sementara sel eksokrin
mensintesis enzim-enzim termasuk protease (Fujaya, 2008).
2.6 Kualitas Air
Ikan bawal air tawar adalah salah satu ikan yang mampu bertahan hidup
pada lingkungan perairan yang buruk. Namun, pertumbuhan optimalnya yaitu
pada lingkungan budidaya yang memenuhi persyaratan ideal. Pertumbuhan ikan
menjadi lambat apabila hidup padaperairan yang buruk karena sebagian besar
energinya digunakan untuk bertahan pada kondisi perairan yang buruk tersebut
(Gufron dan kordi, 2007). Kualitas air optimal dalam pemeliharaan ikan bawal air
tawar dapat dilihat pada Tabel 2.
16
Tabel 2. Kualitas Air pada Budidaya Ikan Bawal Air Tawar
Parameter Kisaran Optimal
Oksigen 3-6 mg/L pH 6,5-8,5 Suhu 25-30 °C Alkallinitas Total > 50 mg/L Amonia < 0,1 ppm Nitrit < 0,05 ppm Warna Air Hijau Kecerahan 30-45 cm
Sumber:Gufron dan kordi, 2007
17
3. MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1
yaitu sebagai berikut :
• Akuarium ukuran 50x30x30 cm3
• Blower
• Batu aerasi
• Selang aerasi
• DO meter
• pH meter
• Loyang
• Timbangan digital
• Jangka sorong
• Seser
• Baskom
• Gilingan pakan
• Ayakan bertingkat
• Mortar
• Alu
• Ayakan
• Botol film
• Centrifuse
• Spektrofotometer
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Benih ikan bawal air
tawar (C. macropomum)
ukuran 3 - 5cm
• Tepung ikan
• MBM (Meat Bone Meal)
• Tepung kepala udang
• Tepung tapioka
• Tepung Dedak
• CMC
• Alkohol 70%
• Cr2O3
• Premix
• Kertas Label
• Aquades
• Enzim protease
• Larutan kasein
• Larutan buffer fosfat
• Larutan TCA
18
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Nasir (1983), penelitian eksperimen secara langsung yaitu dengan
melakukan observasi langsung dibawah kondisi buatan (artificial condition)
dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur. Penelitian dilakukan dengan
melakukan manipulasi objek.
Teknik pengambilan data yaitu dengan cara observasi secara langsung
dengan melakukan pengamatan secara sistematik mengenai fenomena-
fenomena yang diselidiki, baik dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun
situasi buatan yang khusus dilakukan atau diadakan (Surachmad, 1998).
3.3 Rancangan Percobaan Penelitian
Rancangan percobaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). RAL digunakan untuk percobaan yang
mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen
sehingga di asumsikan media atau tempat percobaan tidak mempengaruhi pada
respon yang sedang diamati. RAL digunakan pada laboratorium, rumah kaca dan
peternakan (Sastrosupadi, 2000).
Model rumus umum untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai
berikut:
Y ij = µ + Ti + €ij
Keterangan :
Y ij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai rata-rata
Ti = pengaruh perlakuan ke-i
€ij = pengaruh kesalahan (galat) percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
19
Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari 4
perlakuan formula pakan dengan perbandingan protein hewani dan nabati yaitu
65 % : 35%, isoprotein 31 % dan isoenergi 2,95 kkal/g pakan. Sumber protein
hewani menggunakan tepung ikan, MBM (Meat Bone Meal) serta tepung kepala
udang. Sumber protein nabati yaitu berasal dari tepung kedelai dan tepung
dedak. Kadar protein tepung kepala udang dengan tepung ikan hampir sama,
sehingga penelitian ini dilakukan substitusi protein tepung kepala udang terhadap
protein tepung ikan dengan persentase yang berbeda yaitu:
• A: Perlakuan dengan substitusi 0% protein kepala udang.
• B: Perlakuan dengan substitusi 5% protein kepala udang.
• C: Perlakuan dengan substitusi 10% protein kepala udang.
• D: Perlakuan dengan substitusi 15% protein kepala udang.
Setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Denah penempatan
akuarium setelah dilakukan pengancakan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Denah Penempatan Penelitian
Keterangan :
A, B, C, D : Perlakuan
1, 2, 3 : Ulangan
20
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
a. Sterilisasi Peralatan
Sebelum dilakukan proses formulasi pakan terlebih dahulu dilakukan
proses sterilisasi alat untuk meninimalisir adanya kontaminasi mikroba yang tidak
diinginkan. Alat-alat yang disterilisasi antara lain baskom, ember, loyang dan
ayakan. Sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakan deterjen kemudian dibilas
dengan menggunakan air bersih yang mengalir. Alat-alat yang telah dicuci
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
b. Persiapan Formula Pakan
Langkah awal dalam persiapan formula pakan yaitu dimulai dengan
mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan yang meliputi: tepung ikan,
MBM (Meat Bone Meal), tepung kepala udang, tepung kedelai, tepung dedak,
tepung tapioka, premix, CMC, C2O3 dan air hangat secukupnya. Bahan-bahan
tepung tersebut kemudian diayak dengan menggunakan ayakan lalu ditimbang
sesuai kebutuhan dengan menggunakan timbangan digital. Semua bahan
dicampur dalam baskom atau ember yang dimulai dari bahan dengan komposisi
terendah atau yang paling sedikit kemudian dilanjutkan dengan bahan yang
komposisinya lebih banyak. Semua bahan yang sudah tercampur kemudian
ditambahkan air hangat sedikit demi sedikit agar semua bahan dapat tercampur
secara merata, selanjutnya adonan bahan yang sudah tercampur dicetak dengan
cara dimasukkan ke dalam mesin penggilingan pakan untuk mendapatkan
bentukan pakan dengan ukuran yang seragam dan merata.
Pakan yang telah digiling ditempatkan pada loyang kemudian dijemur
dibawah sinar matahari sampai kering (kadar air <12%). Pakan yang sudah
kering ditumbuk dengan menggunakan mortar dan alu kemudian diayak
menggunakan ayakan bertingkat untuk memperoleh butiran pakan dengan
21
ukuran yang seragam sesuai dengan bukaan mulut benih ikan bawal air tawar.
Bahan pakan dan pakan formula telah melalui analisis proksimat sebelum
diberikan pada ikan uji untuk dilakukan pengamatan terhadap kelulushidupan
dan pertumbuhan pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum).
Perhitungan formulasi pakan penelitian pada perlakuan A, B, C dan D
setelah dilakukan analisis proksimat pakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Formulasi Pakan Perlakuan (% Berat Kering)
BAHAN
PERLAKUAN
A (0 % protein
T. K. Udang )
B (5 % protein
T. K. Udang )
C (10 % protein T. K. Udang )
D (15 % protein T. K. Udang )
TEPUNG IKAN (%) 20,77 19,73 18,69 17,65
MBM (%) 13,62 13,62 13,62 13,62
T.K.UDANG (%) 0 1,93 3,85 5,78
T.KEDELAI (%) 29,50 29,50 29,50 29,50
T.DEDAK(%) 24,77 24,77 24,77 24,77
T.TAPIOKA (%) 4,67 3,63 2,59 1,55
VITAMIN (%) 2 2 2 2
CMC (%) 4,18 4,33 4,49 4,46
Cr2O3 (%) 0,5 0,5 0,5 0,5
TOTAL BAHAN (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
KADAR AIR (%) 10,23 9,79 10,29 10,14
KADAR KERING (%) 89,77 90,21 89,71 89,86
PROTEIN % 31,20 31,05 31,22 31,17
LEMAK (%) 9,01 8,89 9,35 8,22
ABU (%) 14,94 15,45 14,46 14,76
SERAT KASAR (%) 3,12 2,76 2,91 3,31
BETN (%) 41,73 41,85 42,06 42,54
DE (Kkal/gram) 3,73 3,72 3,77 3,69
GE (Kkal/gram) 4,45 4,42 4,49 4,42
C. Persiapan Ikan Uji dan Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan yaitu menggunakan akuarium berukuran 50x30x30
cm3 sebanyak 12 buah, selanjutnya dilakukan persiapan ikan uji serta wadah
pemeliharaan sebagai berikut:
22
• Ikan bawal air tawar (C. macropomum) dipilih yang sehat dan memiliki
ukuran yang seragam ± 3 – 5 cm dan berat ± 2 - 3 gram.
• Benih ikan bawal air tawar dilakukan proses aklimatisasi selama 7 hari.
Selama proses aklimatisasi ikan diberi pakan berupa pelet komersil secara
adlibitum dan diberikan sebanyak 3 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan
16.00 WIB.
• Pencucian akuarium, batu aerasi dan selang aerasi dengan menggunakan
sabun.
• Sterilisasi alat penelitian menggunakan alkohol 70%.
• Mengisi akuarium dengan air tawar dengan volume air 80% dari volume
akuarium.
• Memasang sistem aerasi pada akuarium yang dihubungkan pada blower
untuk menyuplai oksigen.
• Air media diaerasi selama 24 jam.
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
• Ikan dipuasakan selama satu hari sebelum diberi perlakuan, kemudian
dilakukan penimbangan berat tubuh awal (W0) dengan menggunakan
ukuran ikan yang seragam pada setiap akuariumnya.
• Benih ikan ditebar dan ditempatkan pada masing-masing akuarium dengan
kepadatan 10 ekor/ akuarium. Ikan dipelihara selama 30 hari (T).
• Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 08.00, 12.00 dan 16.00
WIB sebanyak 5% dari berat total biomassa per hari.
• Ikan ditimbang beratnya setiap 10 hari sekali dan jumlah pakan disesuaikan
dengan berat penimbangan.
23
• Pengukuran kualitas air meliputi DO, suhu dan pH dilakukan setiap hari
pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebelum penyiponan dan sore hari (pukul
14.00 WIB).
• Pergantian air dilakukan setiap hari. Jumlah air yang diganti ± 50% dari
volume air akuarium yang bertujuan untuk menjaga agar kualitas air tetap
baik selama penelitian.
• Pengambilan data pertumbuhan dilakukan setiap 10 hari sekali yang
meliputi, pengukuran bobot tubuh (W2) dengan menimbang seluruh ikan
pada tiap akuarium dan penentuan jumlah pakan untuk pemberian pada 10
hari berikutnya.
• Perhitungan tingkat kelangsungan hidup (SR) dilakukan pada akhir
penelitian.
3.4.3 Uji aktivitas protease (Khan et al., 1979)
• Seluruh daging ikan tiap sampel dihaluskan menggunakan mortar dan alu
sampai halus.
• Dimasukkan ke botol film yang sudah diberi label.
• Ditambahkan akuades 5 ml lalu dihomogenkan.
• Setelah homogen sampel dimasukkan ke tabung ukur yang sudah diberi
label.
• Dicampur 2 ml larutan kasein 0,5% dengan 0,5% ml buffer fosfat (pH 7) dan
1 ml enzim protease (sampel)
• Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 10 menit.
• Larutan TCA 4% kemudian ditambahkan sebanyak 2,5 ml dan diinkubasi
pada suhu ruang (27ºC) selama 30 menit.
• Disentrifugasi berkecepatan 3000 rpm selama 5 menit untuk pemisahan
filtrat dan endapan.
24
• Filtrat yang diperoleh diambil 1 ml dan ditambah aquades sebanyak 5 ml
kemudian diukur nilai serapannya pada panjang gelombang 200-350 nm
menggunakan spektrofotometer. Blanko dibuat dengan cara sama seperti
di atas, tetapi enzimnya diinaktifkan terlebih dahulu pada suhu 100ºC
(enzim protease mengalami proses denaturasi pada suhu yang tinggi ini
dan akan kembali aktif pada suhu 40ºC) selama 10 menit.
• Pengukuran aktivitas enzim protease dilakukan dengan mengkonversi nilai
absorban menjadi konsentrasi tirosin dengan menggunakan kurva standar
tirosin.
• Kurva standar tirosin dibuat dengan pengenceran dari larutan induk tirosin
menjadi beberapa konsentrasi dan kemudian diukur absorbansinya.
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Parameter Utama Aktivitas Enzim Protease
Parameter utama yang diamati pada penelitian ini adalah aktifitas enzim
protease pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang berlangsung
selama 30 hari. Menurut Khan et al. (1979), pengukuran aktivitas proteolitik
enzim dilakukan dengan mengubah nilai serapan menjadi konsentrasi tirosin
(µg/ml) dengan kurva yang mengkalisis reaksi 1 mikromol substrat per menit dan
unit ini sebagai satuan internasional.
Aktivitas enzim protease dihitung dengan rumus :
V
AE = [ Tirosin ] x x fp
P x q
AE : aktivitas enzim (unit/U atau mikromol tirosin/mL menit)
Tirosin : konsentrasi tirosin
V : volume total sampel pada tiap tabung(ml)
25
q : waktu inkubasi (menit)
p : volume enzim (ml)
fp : faktor pengenceran
3.5.2 Parameter Penunjang
Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah pengamatan kualitas air
30 hari. Parameter kualitas air yang diamati meliputi : Suhu, pH, DO dan Amonia.
3.6 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan (variabel bebas) terhadap respon
parameter yang diukur (variabel tidak bebas) digunakan analisa keragaman atau
uji F sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap
(RAL). Apabila nilai F berbeda nyata (significant) atau berbeda sangat nyata
(highly significant) dilanjutkan dengan uji BNT (Berbeda Nyata Terkecil) untuk
menemukan perlakuan yang memberikan respon terbaik pada taraf 0,05(derajat
kepercayaan 95%). Untuk mengetahui hubungan antar perlakuan dengan hasil
yang dipengaruhi digunakan analisa regresi yang bertujuan untuk menentukan
sifat dari fungsi regresi yang diberikan keterangan mengenai pengaruh perlakuan
yang terbaik pada respon.
26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Aktivitas Enzim Protease
Aktivitas enzim protease pada ikan Bawal (C. macropomum) diamati tingkat
aktivitasnya setelah masa pemeliharaan ikan selama 30 hari. Aktivitas enzim perlu
diketahui untuk mengetahui efektifitas pencernaan ikan. Tingginya aktifitas enzim
akan menunjukan efektifnya pemberian substitusi tepung kepala udang dalam formula
pakan ikan Bawal (C. macropomum). Menurut Hepher (1988), Enzim protease
merupakan salah satu enzim hidrolase yang dapat menghidrolisis ikatan peptida pada
molekul protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti protease,
pepton, polipeptida, dipeptida dan asam amino. Aktivitas enzim sendiri ditentukan
berdasarkan kecepatan penguraian substrat maupun kecepatan pembentukan produk
dan dinyatakan dalam µmol substrat yang terurai atau produk yang terbentuk pada
satuan waktu tertentu (Pirzada, 2009). Adapun data perhitungan rata-rata hasil
aktivitas enzim protease pada ikan Bawal Air Tawar (C. macropomum) dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata Aktivitas Enzim Protease (µmol/mL.menit-1)
Perlakuan Aktivitas Enzim Protease
Total Rata-rata ± SD
1 2 3
A B C D
134,05
144,54 143,81 154,80
134,54 141,37 146,25 157,97
132,58 146,50 144,79 154,07
401,17 432,41 434,85 466,84
133,72 ± 1,02 144,14 ± 2,59 144,95 ± 1,23 155,61 ± 2,07
Total 1735,27
27
Tabel 4. Uji BNT Aktivitas Enzim Protease
Perlakuan
Rata-rata Aktivitas Enzim Protease
Notasi
A (133,72) B (144,95) C (144,14) D (155,61)
A (133,72)
B (144,14)
C (144,95)
D (155,61)
-
10,42**
11,23**
21,89**
-
0,81**
11,47**
-
10,66**
-
a
b
c
d
Keterangan * : berbeda nyata
** : sangat berbeda nyata
ns : tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil perhitungan analisis keragaman aktivitas enzim protease
pada ikan Bawal (C. macropomum) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
sangat berbeda nyata dari perlakuan yang diberikan terhadap aktivitas enzim
protease sebagaimana terlihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Analisis Keragaman Aktivitas Enzim Protease
JK db KT F.hit F 5% F 1%
Perlakuan Acak
719,80 27,09
3 8
239,93 3,38
70,84**
4,07 7,59
Total 746,86 11
** : sangat berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji BNT pada perlakuan penelitian substitusi tepung kepala
udang antar masing-masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda
nyata. Untuk mengetahui respon tiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji
polynomial orthogonal sebagaimana terlihat pada Gambar 3 di bawah.
28
Gambar 3. Aktifitas Enzim Protease
Berdasarkan hasil uji polynomial orthogonal didapatkan hasil hubungan antara
perlakuan perbedaan substitusi tepung kepala udang terhadap aktifitas enzim
protease adalah linier dengan persamaan y = 6,6483x + 127,99 dengan koefisien
determinasi R2 = 0,92 yang berarti 92% aktifitas enzim protease dapat dipengaruhi
oleh perlakuan yang diberikan.
Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat hasil aktivitas enzim protease pada
tiap-tiap perlakuan didapatkan hasil rata-rata tertinggi sebesar 155,61 µmol/mL.menit-
1 pada perlakuan D (substitusi 15% tepung kepala udang) dan aktivitas enzim
protease terendah sebesar 133,72 µmol/mL.menit-1 pada perlakuan A (substitusi 0%
tepung kepala udang). Adanya perbedaan hasil aktivitas enzim protease pada
masing-masing perlakuan dikarenakan adanya perbedaan jumlah substitusi tepung
kepala udang yang diberikan. Dimana semakin tinggi jumlah substitusi tepung kepala
udang yang diberikan menyebabkan semakin meningkatnya aktifitas enzim protease
pada ikan Bawal (C. macropomum).
y = 127,99 + 6,6483xR² = 0,92
130.00
135.00
140.00
145.00
150.00
155.00
160.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00
Akt
ivit
as E
nzi
m(µ
mo
l/m
L)
Substitusi (%)
29
Pada dasarnya keberadaan enzim sangat diperlukan dalam proses
metabolisme dalam mengurai pakan yang masuk kedalam tubuh ikan. Enzim protease
berperan dalam mengurai protein menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah diabsorbsi dan dimanfaatkan oleh ikan sebagai energi. Pada perlakuan
perbedaan substitusi tepung kepala udang dalam pakan ikan Bawal, didapatkan hasil
aktivitas enzim yang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan jumlah substitusi
tepung kepala udang. Perbedaan hasil aktivitas enzim tersebut akan berpengaruh
terhadap perbedaan metabolisme pada ikan yang nantinya akan berpengaruh
terhadap efektifitas pemanfaatan pakan yang diberikan serta efektifitas pertumbuhan.
Afrianto et al. (1992) menyatakan bahwa aktivitas enzim berkaitan dengan jumlah
enzim aktif untuk mencerna pakan yang dikonsumsi. Aktivitas enzim pencernaan juga
berkorelasi dengan jumlah enzim yang terdapat pada tempat pencernaan
berlangsung, semakin banyak enzim yang bekerja pada organ pencernaan tersebut
maka semakin tinggi pula aktivitasnya. besar nilai retensi energinya. Hal ini
dikarenakan ikan yang diberi pakan dengan kadar protein rendah lebih menghemat
energinya dalam aktivitas maupun proses metabolismenya.
Menurut Handajani dan Widodo (2010), metabolisme merupakan salah satu ciri
kehidupan yang merupakan bentuk transformasi tenaga atau pertukaran zat melalui
serangkaian reaksi biokimia. Dalam mahkluk hidup, reaksi metabolisme berlangsung
dengan melibatkan suatu senyawa protein yang disebut enzim. Enzim merupakan
protein yang khusus disintesis oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi yang
berlangsung di dalamnya. Menurut Kantun (2012), enzim metabolisme berpengaruh
terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrient
menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh), jika aktivitas enzim metabolisme
meningkat maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit
30
dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan
ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan
meningkat.
Enzim adalah suatu katalisator biologis dalam reaksi-reaksi kimia yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan. Aktivitas enzim tergantung pada konsentrasi enzim dan
substrat, suhu, pH dan inhibitor (Fujaya, 2008). Protease merupakan enzim proteolitik
yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada protein. Protease dibutuhkan
secara fisiologi untuk kehidupan organisme pada tumbuhan, hewan maupun
mikroorganisme (Kosim dan Putra, 2010). Protease dibagi menjadi dua golongan,
yaitu ekstaseluler dan intraseluler. Protease yang bersifat ekstraseluler merupakan
enzim yang menghidrolisis substrat polimer protein berukuran besar menjadi kecil
sehingga dapat dimanfaatkan oleh sel yang menghasilkannya (Tulasi dan Rao, 2013).
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), di dalam tubuh, protein dicerna atau dihidrolisis
untuk membebaskan asam amino agar dapat diserap dan didistribusikan oleh darah
ke seluruh organ dan jaringan tubuh. Asam amino merupakan produk akhir dari
perombakan protein. Proses perubahan protein menjadi asam amino berlangsung di
dalam saluran pencernaan, terutama usus halus Protein yang berbentuk polipeptida
(polimer dari asam amino) akan diubah menjadi peptida yang lebih sederhana oleh
enzim pepsin dan tripsin. Selanjutnya, dengan bantuan amino peptidase, peptide ini
akan diubah lagi menjadi asam amino. Asam amino akan diserap oleh darah dan
diangkut ke seluruh bagian tubuh. Di dalam jaringan tubuh, asam amino akan diubah
kembali menjadi protein dan selanjutnya disimpan sebagai cadangan makanan dalam
bentuk protein tubuh.
31
4.2 Kualitas Air
Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah kualitas air yang meliputi suhu,
pH, oksigen terlarut dan amonia. Kualitas air memiliki peran yang penting dalam
kegiatan budidaya. Selama proses penelitian oksigen dikondisikan dengan pemberian
aerasi selama 24 jam. Parameter kualitas air yang diukur meliputi pH, DO, Suhu dan
Amoniak. Perhitungan kualitas air dilakukan pada pagi dan sore hari. Adapun hasil
pengukuran kualitas air media pemeliharaan selama penelitian dapat dilihat pada
Lampiran. Kisaran kualitas air yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Kisaran Kualitas Air
Parameter A B C D
pH DO (ppm) Suhu (°C) Amonia (ppm)
7,9 7,76 26
0,010
7,9 7,17 26
0,013
7,9 8,55 27
0,009
7,9 8,51 28
0,011
Hasil rata-rata kualitas air (Tabel 6) pada tiap-tiap perlakuan menunjukkan
bahwa kualitas air selama masa pemeliharaan 30 hari masih dalam kondisi yang
dapat ditoleransi dan secara keseluruhan masih dalam kisaran normal untuk
pemeliharaan ikan Bawal (C. macropomum). Suhu air selama penelitian sebagai
media pemeliharaan ikan Bawal (C. macropomum) berada dalam kisaran rendah yaitu
26 - 28 ºC, dimana menurut Djarijah (2001) suhu optimum untuk ikan bawal air tawar
yaitu antara 27-29 ºC. Hasil rata-rata oksigen terlarut (DO) selama penelitian adalah
7 – 8,55 ppm dan berdasarkan hasil pengukuran tersebut maka dapat dikatakan
bahwa oksigen terlarut air pemeliharaan tinggi, dimana menurut pernyataan Arie
(2000), bahwa kebutuhan oksigen yang normal untuk ikan bawal ar tawar hanya
sampai 4 mg/l.
32
Hasil pengukuran nilai pH selama penelitian sebesar 7,9 dan dapat dikatakan
bahwa pH air pemeliharaan berada pada kisaran normal yang masih layak digunakan
untuk pemeliharaan benih ikan bawal air tawar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ghufran dan Kordi (2010), bahwa kisaran pH optimal dalam kegiatan budidaya ikan
bawal air tawar yaitu berkisar 6,5-8,5. Sedangkan kandungan ammonia selama
penelitian berkisar antara 0,009-0,013 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran dapat
dikatakan bahwa kadar amonia pada media pemeliharaan masih berada pada kisaran
normal sebagaimana pernyataan Effendi (2003), bahwa kandungan amonia pada
suatu perairan tidak boleh melebihi dari 0,1 mg/l.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah :
• Perlakuan subtitusi protein kepala udang terhadap protein tepung ikan
dengan persentase yang berbeda dalam formula pakan memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap aktivitas enzim protease pada benih ikan
bawal air tawar (Colossoma macropomum).
• Jumlah pemanfaatan tepung kepala udang dalam formula pakan yang baik
bagi aktivitas enzim protease pada benih ikan bawal air tawar (Colossoma
macropomum) yaitu pada perlakuan D dengan subtitusi tepung kepala udang
sebesar 15 % terhadap protein tepung ikan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini disarankan untuk menggunakan formula
pakan dengan persentase 15% protein tepung kepala udang sebagai pengganti
protein tepung ikan dalam formula pakan karena mampu mengasilkan aktivitas
enzim yang tinggi pada benih ikan bawal air tawar (C. macropomum).
34
DAFTAR PUSTAKA Abdiguna, A., Limin, S., Wardiyanto., dan Suparmono. 2013. Penggunaan tepung
daging dan tulang sebagai alternatif sumber protein hewani pada pakan ikan nila merah (Oreochormis niloticus). Jurnal Rekayasa dan Tekonologi Budidaya Perairan. 2(I): 5 - 6 hlm.
Abun. 2006. Bioproses limbah udang windu melalui tahapan deproteinasi dan
demineralisasi terhadap protein dan mineral terlarut. Skripsi. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung. 38 hlm.
Afni, K. 2008. Analisis kelayakan pengusahaan Lobster Air Tawar (Kasus K’blast’s
Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.81 hlm.
Afrianto, E., dan E.Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. N nn35 – 36 hlm.
Altschul, A. M. 1976. New Protein Food. Academic Press, Ltd. London. 291.
Anggraeni, N. M dan Nurlita, A. 2013. Pengaruh Pakan Alami Dan Pakan Buatan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata) Pada Skala
Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits II (1) : 2337-3520.
Arie, U. 2009. Panen Bawal 40 Hari. Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hlm. Azam, A., Alfian, R., Barkah, S., Muhammad, Y dan Sungging, P. 2010. Pengaruh
kunyit terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan (SR) ikan bawal air tawar (Colosoma macropomum) dengan sistem resirkulasi tertutup. Usulan PKM. Universitas Airlangga. Surabaya. 10 hlm.
Bittner, A. 1989. Budidaya Air. Yayasan Bogor Indonesia. Jakarta. 265 hlm. Damayanthi, E. dan Listyorini, D. I. 2006. Pemanfaatan tepung bekatul rendah
lemak pada pembuatan keripik simulasi. Jurnal Gizi dan Pangan. 1(2): 10 hlm.
Darsudi, Ni Putu A. A., dan Ni Putu A. K. 2008. Analisis kandungan proksimat
bahan baku dan pakan buatan kepiting bakau (Scylla paramamosain). Aquaculture. 7 (1): 4 – 5 hlm.
Diansari, V. R., Endang, A., dan Tita, E. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda
terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter zeolit. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2 (3): 7 - 8 hlm.
Djarijah, A. S. 1995. Teknologi Tepat Guna Ikan Asin. Kanisius. Yogyakarta.
56 hlm.
35
Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta. 86 hlm. Eckmann, R. 1987. Growth and body composition of jevenile Colossoma
macropomum Cuvier 1818 (Characoidei) feeding on artificial diets. Aquaculture. 6 (4): 10.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 28 hlm.
Effendie, M. I.1997. Biologi Perikanan. Pustaka Utama Nusantara. Yogyakarta. 159 hlm.
Effiong, B. N and Alatise, S. P. 2009. Effect of mold infested feeds on the growth
and survival of Heterobranchus longifils. Report and Opinion. 1(3): 5 pg.
Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknilogi Perikanan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 125 hlm.
Ghufran, H. M., dan Kordi, K. 2007. Meramu Pakan Untuk Ikan Karnivora. Aneka Ilmu. Semarang. 65 hlm.
Haetami, K., Ika, S., dan Yuli, A. 2007. Kebutuhan dan pola makan ikan jambal
siam dari berbagai tingkat pemberian energi protein pakan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan efisiensi. Laporan penelitian. Universitas Padjajaran. Bandung.41 hlm.
Handajani, H., dan W. Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. 69 hlm.
Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge.Cambridge University Press. 388.
Hoar, W. S. 1979. Fish Physiology Vol. III Bioenergetics and Growth. Academic
Press. New York. 70.
Kantun. W. 2012. Temperatur dan Reproduksi. STITEK Balik Diwa. Makassar. 32 hlm.
Khairuman dan K. Amri. 2009. Bisnis dan Budidaya Intensif Bawal Air Tawar.
Gramedia. Jakarta. 105 hlm. Khan, M.R., J.A. Blain and J.D.E. Petterson, 1979. Extracellular proteases of
Mucor pusillus. J. Applied Environ. Microbiol. 37: 719-725. Kordi, Ghufran. 2008. Budi Daya Perairan Jilid 2. Citra Aditya Bakti. Bandung.
98 hlm. Kordi, M. G,. dan Andi, B.T. 2009. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 210 hlm. Kosim, M., dan S.R. Putra. 2010. Pengaruh suhu pada protease dari Bacillus
subtilis. prosiding Skripsi. FMIPA ITS. Surabya. 6 hlm.
36
Krissetiana, H. 2004. Khitin dan Khitosan dari Limbah Udang. Suara Merdeka.http://www.suaramerdeka.com/harian/0405/31/ragam4.htm. Diakses tanggal 20 Januari 2015.
Lovell, R. T. 1991. Nutrition of Aquaculture Species. J. Anim. Sci. 69 (10): 4193–
4200. Martin, S. N and Gunzman E. C. 1994. Effect of drying method of bovine biod on
the performance of growing diets for tambaqui Colossoma macropomum Cuvier 1818 (Caracoidea): feeding on artificial diets. Aquaculture. 12(4): 6.
Mukodiningsih, S. 2007. Penambahan dedak halus pada engeringan awetan
bekicot secara ensilase untuk mengurangai sifat higroskopis sebagai bahan pakan. Media Kedokteran Hewan. 23 (3): 5 hlm.
Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
128 hlm. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 589 hlm. Partosuwiryo, S., dan Irfan, M. 2011. Kiat Sukses Budi Daya Ikan Bawal. Citra Aji
Parama. Yogyakarta. 60 hlm.
Pirzada, H.A. 2009. Kajian Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Protease Bakteri Micrococcus sp. Yang Diisolasi Dari Larva Ikan Patin Siam (Pangasius hypothalmus). Tesis. Budidaya Perairan. FPIK. Brawijaya. 36 hlm.
Poedjiadi, A. S. 2009. Dasar-Dasar Biokomia. Jakarta: UI Press. Prahasta, A., dan Masturi, H. 2009. Agribisnis Ikan Bawal. Pustaka Grafika.
Bandung. 47 hlm. Royce, W.F. 1973. Introduction to Fishery Sciences. New York. Academic Press.
248. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Bandung. 245
hlm. Santoso, L., Agusmansyah, H. 2011. Pengaruh substitusi tepung kedelai dengan
tepung biji karet pada pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Berkala Perikanan Terubuk. 39 (2): 10 hlm.
Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Bidang Pertanian. Kanasius.
Yogyakarta. 342 hlm.
Shahidi, F. and Synowiecki, J.1992. Quality and Compositional Characteristic of Newfaunland Shellfish Processing Discadr, In: Brine J., Sandford P. A., Zikakis J. P. (eds) Advance in Chitin and Chitosan. Elsevier Applied Science. London. xx.
37
Sullivan, K.B. 2008. Replacement of fish meal by alternative protein sources in diets for juvenile black sea bass. Thesis. University of North Carolina Wilmington. 85 hlm.
Surachmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Torsito
Press. Bandung. 139 hlm. Tulasi, G., dan k.J. Rao. 2013. Effect of chromium on protein metabolism in
different tissues of fish, Cyprinus carpio. Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical. 4(1) : 143 – 148 hlm.
Utami, S. Suparwi dan M. Samsi. 2012. Pemanfaatan limbah surimi dan ampas
kecap dalam milk replacer untuk meningkatkan pertumbuhan, metabolisme darah dan kesehatan kambing perah pra sapi. Jurnal ISBN. 978.88.2. 9 hlm.
Virgo, S. D. H. 2007. Pengaruh pemberian tepung kedelai terhadap daya simpan
nugget ayam ras afkir. Jurnal Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang. 6 hlm.
Widyanti, W. 2009. Kinerja pertumbuhan ikan nila (oreochromis niloticus) yang
diberi berbagai dosis enzim cairan rumen pada pakan berbasis daun lamtorogung Leucaena leucocephala. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hlm.
Yulianti, Dewi. 2007. Pengaruh Padat Penebaran Benih Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum) yang Dipelihara dalam Sistem Resirkulasi Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup. Skripsi. Prodi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan. IPB. Bandung. 30 hlm.