PEMAHAMAN KODE ETIK GURU DAN PENGARUHNYA …
Transcript of PEMAHAMAN KODE ETIK GURU DAN PENGARUHNYA …
PEMAHAMAN KODE ETIK GURU DAN PENGARUHNYA TERHADAPPROSES PEMBELAJARAN DI SMPN SATAP 4 BULUKUMBA
KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memunuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SarjanaPendidikan Islam (S.Pd.I) pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
DARMIATI
105 190 1300 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR
1436 H/2015 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Rabbil ’alamin atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan
kita Nabiyullah Muhammad SAW.
Gagasan pokok yang membuat penulis merasa sangat tertarik untuk mengkaji
masalah Pemahaman Kode Etik Guru dan Pengaruhnya Terhadap Proses
Pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba ini
berawal dari pengamatan penulis melihat kondisi sosial yang terjadi di daerah
tersebut.
Banyak yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi
berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi ini dapat penulis selesaikan pada waktu
yang telah ditetapkan. Dalam hal ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. Kedua orang tua penulis yaitu ibunda Samsina Dan ayahanda Yudin yang telah
membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sejak kecil
sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah senantiasa mengasihi dan melindungi mereka sebagaimana mereka
mengasihi penulis sejak masih dalam kandungan hingga sekarang ini.
2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M. Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah menyediakan fasilitas kampus yang memadai seperti: ruang kuliah,
perpustakaan, laboratorium, ruang mikro teaching dan sebagainya, meskipun
masih membutuhkan perbaikan untuk pengembangan pendidikan.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam berserta
seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas dan memberikan bantuan
dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada
penulis.
4. Ibu Amirah Mawardi S. Ag, M.Si, Ketua Jurusan dan ibu H. Maryam M.Thi
sebagai sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu
penulis dalam persoalan Akademik.
5. Bapak Dr. Abd. Azis Muslimin, M.Pd.I dan Dra. Mustahidang Usman M.Si,
pembimbing yang senantiasa sabar dalam mendampingi dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu para dosen yang telah melakukan tranformasi ilmu dan nilai kepada
penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu mengalir.
7. Saudara-saudariku tercinta, Marniati S.Pd dan Alexa Indira Putri yang telah
banyak memberikan bantuan kepada penulis baik moril maupun materil.
8. Buat teman-teman di pondok Ainun, Sulfi, Anis, wiah, kak uni, Nurmi, anti, ulfa,
kurni dan teman yang selalu menemani irfan terkhusus sahabatku Riska, Asriani,
Megawati, Ramlah, dan Mutmainna makasih semua sudah membantu saya dalam
menyusun skripsi ini telah memberikan banyak sumbangan tenaga, materi, dan
pikirannya.
9. Dan yang terakhir ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-
teman mahasiswa yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi
telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, kepada Allah swt. kami memohon semoga semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingannya semoga senantiasa memperoleh balasan
disisi-Nya dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan
lebih lagi bagi pribadi penulis, amin ya Rabbal ’alamin.
Makassar, 23 Syawal 1436 H10 Agustus 2015 MDarmiati
ABSTRAK
Darmiati 105 190 1300 11 “ Pemahaman Kode Etik Guru dan PengaruhnyaTerhadap Proses Pembelajaran” ( Dibimbing oleh Abd Azis Muslimin danMustahidang Usman ).
Adapun tujuan penelitian ini mengetahui tingkat kualitas pemahaman kodeetik guru dalam proses pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba, kemudianuntuk mengetahui kualitas pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba dan untukmengetahui pengaruh pemahaman kode etik guru terhadap proses pembelajaran diSMPN SATAP 4 Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Jenis Penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif Kualitatif, yangdilakukan di SMPN SATAP 4 Bulukumba sebagai lokasi penelitian. Penelitian inimembahas tentang tingkat pemahaman terhadap kode etik guru di SMPN SATAP 4Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, kualitas pembelajaran diSMPN SATAP 4 Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sertapengaruh pemahaman kode etik guru terhadap proses pembelajaran di SMPN SATAP4 Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Sebagai variabel dalampenelitian ini adalah Kode Etik sebagai variabel bebas atau indevenden dan prosespembelajaran sebagai variabel terikat atau devenden. Populasi dalam penelitian iniyaitu guru-guru berjumlah 20 orang, dan adapun yang dijadikan sampel dalampenelitian ini adalah keseluruhan populasi yang merupakan sampel “ jenuh”. Agarpenelitian ini berjalan secara sistematis dan terstruktur, maka digunakan instrumentberupa pedoman wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan pada bulan junisampai agustus menyatakan bahwa pemahaman kode etik guru dan pengaruhnyaterhadap proses pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba. Sebagai hasil dalampenelitian ini adalah tingkat kualitas pemahaman terhadap kode etik guru di SMPNSATAP 4 Bulukumba sudah dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan tingkatpemahaman guru dengan jumlah persentase berada pada kategori tinggi yaitu 80%.Dengan besarnya angka persentase tersebut dapat membuktikan bahwa tingkatpemahaman guru terhadap kode etik dapat dikategorikan sangat baik. Disisi lain,Kualitas pelaksanaan pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba, diketahuimelalui hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, dimana dalamwawancara tersebut kebanyakan responden mengatakan bahwa proses pelaksanaanpembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sudah cukup baik namun masih perluditingkatkan sehingga siswa dapat memahaminya dengan baik pula. Sekolah yangditunjang oleh penerapan kode etik, tentunya dapat berpengaruh terhadap prosespembelajaran.
.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PRAKATA
HALAMAN ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
A. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. Konsep Kode Etik...................................................................... 6
B. Konsep Pembelajaran ................................................................ 29
BAB III PROSEDUR PENELITIAN .............................................................. 39
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 39
B. Lokasi dan Obyek Penelitian.................................................... 39
C. Variabel Penelitian .................................................................... 40
D. Defenisi Operasional Variabel................................................... 40
E. Populasi dan Sampel.................................................................. 41
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 42
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 44
.
BAB 1V HASIL PENELITIAN……………………………………………... 45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 45
B. Tingkat Kualitas Pemahaman Kode Etik Guru Dalam Proses
Pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab.
Bulukumba ................................................................................ 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 65
A. Kesimpulan.................................................................................... 65
B. Saran.............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN..................................................................................................... 68
.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel. 1 Populasi dan Penelitian ................................................................... 39
Tabel. 2 Data Kepala Sekolah di SMPN SATAP 4 Bulukumba .................. 45
Tabel. 3 Keadaan Guru di SMPN SATAP 4 Bulukumba ............................. 41
Tabel. 4 Keadaan Siswa di SMPN SATAP 4 Bulukumba............................ 48
Tabel. 5 Keadaan Sarana dan Prasarana ....................................................... 49
Tabel. 6 Data Frekuensi Pemahaman Kode Etik Guru ................................. 58
1
.
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata
cara sebagai pedoman berperilaku. Kode etik juga merupakan landasan nilai bagi
norma-norma kerja, peranannya begitu dominan dalam menentukan kualitas kerja
guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik dan pengajar. Jika
tugas mengajar tdak disertai fundasi kode etik yang berkualitas maka sendi-sendi
mengajar akan goyang sekaligus mengancam kesuksesan dan keberhasilan proses
belajar mengajar.
Kode etik dijadikan standart aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut
sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai
pedoman dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota
profesi. Bias interaksi merupakan monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan
dan hak-hak istimewa yang melindungi kepentingan pribadi yang betentangan dengan
masyarakat..
Pekerjaan guru merupakan sebuah profesi dan guru yang profesional harus
memenuhi standar kompetensi guru yaitu kompetensi kognitif diantaranya adalah
menguasai materi pembelajaran.Selain itu peranan guru semakin penting dalam era
global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset
11
2
.
nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan
dimasa datang.
Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan. Mereka harus mendapat perhatian pertama dan utama.
Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan ketika berbicara masalah
pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat
menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dalam proses
pembelajaran. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional
dan berkualitas. Perbaikan kualitas pendidkan harus berpangkal dari guru dan
berujung pada guru. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya
mewujudkan tujuan pembangunan nasional khusunya di bidang pendidikan. Mereka
perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional.
Kunci keberhasilan seorang guru adalah memiliki kode etik yang baik. Kode
etik berupa dedikasi dan loyalitas guru. Faktor ini harus ditegakkan dalam dunia
pendidikan pada setiap lembaga pendidikan, khusunya di SMPN SATAP 4
BULUKUMBA Kec. Kajang Kab. Bulukumba. Kode etik di SMPN SATAP 4
BULUKUMBA kec. Kajang Kab. Bulukumba dalam pengaplikasiannya masih
3
.
menghadapi beberapa kendala yang perlu dipenuhi. Dalam kewajibannya seorang
guru dapat dituntut untuk :
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknology.
3. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, kode etik guru serta nilai-nilai
agama dan etika.
Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pendidik sebagai agen pembelajaran dimana peran pendidik antara lain sebagai
fasilitator, serta motivator.
a. Guru sebagai fasilitator
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi
harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada
seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan,
serta penuh semangat.
b. Guru sebagai motivator
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, guru harus mampu mmembangkitkan motivasi belajar peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
4
.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah diatas, penulis mengemukakan beberapa
permasalahan :
1. Bagaimana tingkat kualitas pemahaman terhadap kode etik guru di SMPN
SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba ?
2. Bagaimana kualitas pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang
Kab. Bulukumba ?
3. Bagaimana pengaruh pemahaman kode etik guru terhadap proses pembelajaran
di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam pembahasan judul skripsi ini, penulis mengemukakan beberapa hal
yang menjadi pokok penelitian sebagai berikut:
1. Untuk megetahui tingkat kualitas pemahaman kode etik guru dalam proses
pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
2. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec.
Kajang Kab. Bulukumba.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman kode etik guru terhadap proses
pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba.
5
.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat pada penelitian ini, penulis menguraikan
sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi setiap guru untuk mengetahui tentang kode etik
yang berlaku.
2. Diharapkan menjadi sumber informasi bagi semua pihak yang akan
memperdalam penelitian kode etik guru dan pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran.
3. Sebagai bahan masukan bagi siswa dan guru-guru yang mengkaji lebih jauh
tentang pemahaman kode etik guru dan pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran.
6
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kode Etik
1. Dasar Kode EtikIsnanto (2009 : 05) Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa
Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik. Sehingga Sutisna dalam Galih (2009 : 07) mendefisikan
bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi,
dalam hal ini sebagai pendidik dan pengajar yang profesional
Martin dalam Isnanto (2009 : 05), etika didefinisikan sebagai “the discpline
which can act as the performance index or reference for our control system”. Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena
6
7
.
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya perilaku manusia :
a. Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
b. Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Berdasarkan point tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa etika itu sangat
menentukan baik dan buruknya perilaku manusia sehingga seorang pendidik harus
mampu memiliki etika tersebut dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik dimana
ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadapinya. Misalnya memperlihatkan perilaku yang baik
kepada anak didiknya.
6
8
.
2. Tujuan Kode Etik
Mariyana (2005 : 16) menjelaskan bahwa tujuan kode etik dibagi menjadibeberapa poin, yaitu :
a. Menjunjung tinggi martabat profesi.
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat,
agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh
karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-
tanduk atau kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual,
emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk
melakukanperbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya.
Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi
dalammelaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesi. Dalam hal
kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada
anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
c. Pedoman berperilaku.
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama
rekan anggota profesi. Sebagaimana dalam hadist rasulullah SAW bersabda :
9
.
عة تقولو وطنوا ن إن احسن الناس أحسنا وان ظلموا ظلمنا ولكن عن خذیفة قال قال رسول الله ص م لا تكونوا ام
انفسكم إن احسن الناس أن تحسنوا وان اساءوا فلا تظلموا (روه الترمدى)
Artinya :Hudzaifah berkata, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlahkalian menjadi tidak berpendirian, kalian berkata, “Jika manusia berbuat baik,kamipun berbuat baik, dan jika manusia berbuat dholim, kamipun berbuatdholim; akan tetapi tetaplah pada pendirian kalian. Jika orang-orang berbuatkebaikan, berbuat baiklah kalian, dan jika orang-orang berbuat kejahatan,janganlah kalian berbuat kejahatan”. (H.R. Turmidzi)
d. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggungjawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode
etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
e. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
f. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota
profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
10
.
3. Pengertian Etika dan Kode Etik Profesi
Abdullah Dalam Getteng (2011 : 55) etika merupakan ilmu yang mempelajari
tentang baik dan buruk ( etis atau ‘ilm al- akhlak al- karimah ), praktiknya dapat
dilakukan dalam disiplin filsafat. Selanjutnya dikemukakan oleh O.P. Simorangkir
(2008 : 02) etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik. kemudian Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat (2008)
etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Dan H . Burhanudin Salam
(2008) etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing
yang terlibat agar mereka senang, tenang, tenteram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya.
11
.
Dengan demikian, aturan etik adalah aturan mengenai moral atau atau
berkaitan dengan sikap moral. Filsafat etika adalah filsafat tentang moral. Moral
menyangkut nilai mengenai baik dan buruk, layak dan tidak layak, pantas dan tidak
pantas. Sehubungan teori tentang etika, Darji Darmodiharjo dan Sidharta dalam
Qohar (2010 : 03) mengatakan: “Etika berurusan dengan orthopraxis, yakni tindakan
yang benar (right action). Kapan suatu tindakan itu dipandang benar ditafsirkan
secara berbeda oleh berbagai teori (aliran) etika yang secara global bias dibagi
menjadi dua, yaitu aliran deontologist (etika kewajiban) dan aliran telelogis (etika
tujuan atau manfaat).” Sedang pengertian Kode : yaitu tanda-tanda atau simbol-
simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-
maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu keputusan atau suatu kesepakatan
suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Dengan demikian Kode etik : yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu
kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di
tempat kerja. Menurut Undang-undang tentang pokok-pokok kepegawaian, Kode etik
profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Qohar (2010 : 06) menyatakan bahwa etika profesi pada
hakikatnya adalah kesanggupan untuk secara seksama berupaya memenuhi kebutuhan
pelayanan profesional dengan kesungguhan, kecermatan dan keseksamaan
mengupayakan pengarahan keahlian dan kemahiran berkeilmuan dalam rangka
12
.
pelaksanaan kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para warga
masyarakat yang membutuhkannya, yang bermuatan empat kaidah pokok.
Pertama : Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan dengan
tidak mengacu pamrih.
Kedua : Selalu mengacu kepada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai
norma kritik yang memotivasi sikap dan tindakan.
Ketiga : Berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan.
Keempat : Semangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi demi menjaga
kualitas dan martabat profesi.
Jadi, paling tidak ada tiga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode
etik, yakni (i) menjaga dan meningkatkan kualitas moral; (ii) menjaga dan
meningkatkan kualitas keterampilan teknis; dan (iii) melindungi kesejahteraan materil
para pengemban profesi. Kesemua maksud tersebut tergantung pada prasyarat utama,
yaitu menimbulkan kepatuhan bagi yang terikat oleh kode etik tersebut.
4. Pengertian Kode Etik Guru
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau
aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam
standart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk
memberikan pengabdian kepada masyarakat.
13
.
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan
guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta
dengan misi tugasnya. Menurut Sutisna dalam Galih (2009 : 15) bahwa pentingnya
kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling
mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik.
Anton (1990 : 636) mengemukakan bahwa kode etik guru adalah suatu proses
yang merupakan norma yang dilakukan oleh guru sangat dituntut untuk menerapkan
dalam suatu proses pembelajaran.Sedangkan menurut Soejono (2000 : 15) etika
adalah suatu filosofis mengenai moral. Jadi persoalan pokoknya adalah tentang
hakikat moral. Moral adalah tingkah laku dalam hubungannya dengan nilai kebaikan.
Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa
helping relationship (Brammer dalam Galih, 2009), yaitu hubungan yang bersifat
membantu dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik. Dengan ditandai adanya perilaku empati,penerimaan
dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan ketulusan serta
kejelasan ekspresi seorang guru.
Zahri dan Syahmiar Syahrun dalam Galih (2009) mengemukakan empat
fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :
a. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.
14
.
c. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab
pada profesinya.
d. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas.
Ada tiga hal yang membentuk kode etik (watak, karakter, dan tingkah laku)
yaitu sistem budaya dan agama, sistem sosial, dan lingkungan alam dimana manusia
hidup. Sistem budaya menyangkut tentang nilai budaya adat istiadat, sistem agama
menyangkut keyakinan yang diyakini, norma hukum juga punya peranan dalam
membentuk watak dan karakter, demikian juga peranan system sosial tidak bisa
dikecualikan seperti kekeluargaan dan kekerabatan. Allah SWT Berfirman : (QS. As-
Saff (61) : 3)
Terjemahnya :Sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang kamu tidakkerjakan .
Maksud ayat diatas mengatakan bahwa mereka berpaling dari kebenaran,
maka Allah membiarkan sesat hati mereka sehingga mereka bertambah jauh dari
kebenaran.
15
.
5. Etika Kerja Guru
Oemar (2004 : 15) mengemukakan Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai
mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat. Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan
dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola
pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang
berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku
yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian
akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis,
seperti saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dan sebagainya.
Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral
yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan
yang paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya masyarakat,
disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan
sebagai landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Dengan etika kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan
sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang efektif, efisien, dan
produktif. Etika kerja lazimnya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung
16
.
pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral tersebut di
atas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut kode etik. Kode etik
akan menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melakukan tugas-tugas
pekerjaan.
Dengan kode etik itu pula perilaku etika para pekerja akan dikontrol, dinilai,
diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus menghormati, menghayati, dan
mengamalkan isi dari semua kode etik yang telah disepakati bersama. Dengan
demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya.
Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain : Untuk
melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mengontrol terjadinya
ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana, sehingga dapat menjaga dan
meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.Melindungi para praktisi di
masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus kasus penyimpangan tindakan.
Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari
ketentuan yang berlaku. Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama
dari para anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan oleh organisasi yang
mendapat persetujuan dan kesepakatan dari para anggotanya. Khusus mengenai kode
etik guru di Indonesia, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) telah menetapkan
kode etik guru sebagai salah satu kelengkapan organisasi sebagaimana tertuang dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI.
17
.
6. Ruang Lingkup Kode Etik Guru
Dardiri (2004 : 06) Kode etik adalah aturan atau ketentuan moral yang
mengikat sekelompok orang yang menyandang profesi tertentu, misalnya dokter,
wartawan, dan guru. Kode etik bagi guru dapat dijabarkan dari hakekat tugas guru
sebagai pendidik. Pendidikan adalah proses komunikasi yang mengandung transfer
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai. Perwujudan kode etik pada guru dapat
dipandang dari tiga segi, yaitu
a. Guru sebagai pribadi.
b. Guru di sekolah.
c. Guru di dalam keluarga dan masyarakat.
Kemudian Dardiri (2004 : 06) kembali lagi menambahkan bahwa Ruang
lingkup kode etik guru itu meliputi keseluruhan peranan guru yaitu :
a. Guru sebagai pengejawantah nilai-nilai.
b. Guru sebagai pengelola hubungan antara guru dan bahan ajar dan siswa atau
mahasiswa.
c. Guru sebagai psychological architect seperti : merencanakan pembelajaran,
mendiagnostik kesulitan belajar peserta didik, mengorganisasi kurikulum dan
mengevaluasi kemajuan peserta didik.
Dalam mewujudkan kode etik dalam praktek, perlu dibedakan antara
kewajiban dalam jabatan dan tingkah laku dalam jabatan. Kewajiban dalam jabatan
ini dapat dipandang dalam tiga dimensi hubungan, yaitu hubungan antara :
18
.
a. Guru dengan peserta didik.
b. Guru dengan guru sejawatnya.
c. Guru dengan masyarakat dan pemerintah.
Sedangkan tingkah laku dalam jabatan dapat dibedakan menjadi:
a. Tingkah laku guru yang terpuji yakni yang sesuai dengan kode etik guru.
b. Tingkah laku yang tercela, yakni tingkah laku yang menyimpang dari kode etik
guru.
Dalam praktek dapat saja terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap kode
etik guru. Bentuk-bentuk penyimpangan terhadap kode etik guru dapat digolongkan
ke dalam tiga golongan, yaitu:
a. Tingkah laku guru yang mengurangi/merusak kepercayaan umum/masyarakat
terhadap profesi guru.
b. Tingkah laku guru yang bersifat mengabaikan pelayanan, sehingga merugikan
peserta didik.
c. Tingkah laku guru yang memperlihatkan kurangnya pengetahuan atau
keterampilan profesional bidangnya.
7. Rumusan Kode Etik Guru
Mengenai kode etik guru para ahli pendidikan bahwa tugas guru adalah
mendidik. Maka dalam bentuk pengabdian terbagi atas tiga kelompok, yakni tugas
dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
19
.
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti,
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan melatih berarti,
mengembangkan keterampilan-keterampilan siswa.
Dengan demikian kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang
sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan.
Sehubungan dengan itu maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman
atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpanan. Kode etik
menjadi pedoman baginya untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntunan dan
persyaratan profesi). Setiap guru yang memegang ke profesionalnya sebagai pendidik
akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebagai kode etik guru merupakan salah
satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Kode etik yang merupakan setiap tingkah laku guru senantiasa sangat
diperlukan. Karena dengan itu, penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan
akan terus bertambah baik. Apabila kode etik yang merupakan pedoman atau
pegangan tidak dihiraukan berarti akan kehilangan pola umum sebagai guru. Dalam
hubungan ini jabatan guru yang betul-betul profesional selalu dituntut adanya
kejujuran profesional. Sebab kalau tidak, ia akan kehilangan pamornya sebagai guru
atau dikatakan hidup di luar lingkup keguruan.
Sardiman (1990 : 151) menjelaskan bahwa guru di indonesia menyadari
pendidikan adalah bidang pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan
Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru sangat berjiwa pancasila dan setia
pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
20
.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun manfaat kode etik guru
sebagai berikut :
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses pembelajaran.
e. Guru memelihara hubungan yang baik dengan orang tua murid, dan masyarakat
sekitarnya.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
martabat profesinya.
Rumusan hasil kongres PGRI tahun 1989. Adapun rumusannya sebagai
berikut : Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara. Guru Indonesia harus memiliki
jiwa pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 karena tanpa memiliki jiwa tersebut
Guru Indonesia tidak akan bisa bertanggung jawab, Guru Indonesia memiliki
pedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang
seutuhnya.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
21
.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan.
4. Guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat diterima peserta didik untuk
berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitar
supaya terjalin hubungan dan kerjasama yang baik dalam pendidikan.
6. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaandan kesetiakawanan
sosial.
7. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
sosial.
8. Guru bersama-sama meningkatkan mutu dari organisasi PGRI, sebagai sarana
perjuangan.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan poin tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa guru memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh realnya dapat
dillihat bahwa guru sebagai fasilitator dalam mengintaernalisasikan pengetahuan
terhadap peserta didik serta membangun peserta didik menjadi manusia yang
memiliki karakter serta pengetahuan yang luas.
22
.
8. Etika Kepribadian (Kode Etik Guru)
Getteng (2009 : 56) menyatakan bahwa dilihat dari segi tugas dan tanggung
jawab yang diembannya adalah perwujudan dari amanah Allah, amanah orang tua,
bahkan amanah dari masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, amanah yang
diamanatkan kepadanya mutlak harus dipertanggungjawabkan.
Allah SWT. Berfirman: (QS. An-Nisa’ (4) : 58)
Terjemahnya :Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yangberhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allahmemberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allahadalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Adapun hadist dalam rasulullah SAW yang bersabda :
ثنا المغیرة بن زیاد الثقفي سمع أنس بن مالك یقول اد حد ثنا حم ثنا عفان حد علیھ حد صلى الله إن رسول الله
وسلم قال لا إیمان لمن لا أمانة لھ ولا دین لمن لا عھد لھ
Artinya:Rasulullah saw bersabda: Tidak beriman orang yang tidak bisa menjaga amanahyang dibebankan padanya. Dan tidak beragama orang yang tidak bisa menepatijanjinya. (Hr. Ahmad Bin Hambal).
23
.
Etika kepribadian guru secara professional yang harus dimiliki oleh seorang
guru diantaranya :
a. Seorang guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan ketakwaanya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
b. Guru harus memiliki kelebihan dibandingkan yang lain.
c. Guru harus mampu mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung
jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu
untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinnya.
d. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan
yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.
e. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuhkembangkan budaya
berpikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan.
f. Guru harus bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-
gagasan mengenai permasalahan yang ada disekitarnya sehingga guru menjadi
terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya agar dapat
menyikapinya demi mencapai tujuan bersama.
g. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses
pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi
membutuhkan proses yang panjang.
24
.
Berdasarkan poin diatas, maka dapat disimpulkan bahwa etika kepribadian
guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam dunia pendidikan dan mencakup
perilaku manusia secara individu yang dibatasi oleh norma-norma dan agama atau
akhlaknya yang berlaku dan bersumber kepada filsafah hidupnya, Serta nilai-nilai
yang berkembang di tempat guru berada. Sehubugan dengan etika atau akhlak
seorang pendidik Rasulullah SAW mengemukakan hadist diantaranya :
عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنھما : قال :لم یكن رسول الله صلى الله علیھ وسلم فاحشا ، ولا شا ، وكان یقول : والترمذي .)(رواه البخاري ، ومسلم ،.إن من خیاركم أحسنكم أخلاقامتفح
Artinya:Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji danbukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya”,( H.R. Bukhari, Muslim,Tirmidzi.)
Karena pentingnya tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan kepada guru
dalam mengantarkan peserta didiknya agar berhasil sebagaimana yang diharapkan,
maka guru perlu memiliki etika kepribadian guru secara professional atau kode etik
antara lain :
a. Memiliki kompetensi keilmuan
Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali
dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik meningkat, sedang jumlah guru
jauh dari mencukupi, maka terpaksa menopang untuk sementara, yakni menerima
guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keaadan normal ada patokan bahwa makin
tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya maka tinggi pula
derajat manusia sebagaimana firman Allah dalam (QS Al-Mujaddalah (58) : 11)
25
.
Terjemahnya :Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu berilahkelapangan didalam majelis-majelis maka lapangkanlah niscaya Allah akanmemberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu makaberdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang berimandiantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Oleh karena itu, islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang
berilmu pengetahuan dan berprofesi sebagai guru atau pendidik. Islam mengangkat
derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi dari seorang islam lainnya yang
tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Sebagaimana Allah berfirman dalam
( Q.S. Al. Mujadilah (58) : 11)
Terjemahnya :Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu danorang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
26
.
b. Sehat jasmani
Guru yang berpenyakit menular, misalnya, sangat membahayakan anak-anak.
Kesehatan fisik (jasmani) sangat penting bagi seorang pemimpin termasuk guru
mengingat Allah bahwa tugasnya yang memerlukan kerja fisik. Alquran menyebut
unsur fisik ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) : 247)
Terjemahnya :Sesungguhnya Allah telah mengangkat talut menjadi rajamu. Mereka menjawab,bagaimana talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhakatas kerajaan itu daripadanya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak? (Nabi)menjawab, Allah telah memilihnya (menjadi). Kamu dan memberikan kelebihanilmu dan fisik. Allah memberikan kerajaannya kepada siapa yang dia kehendekidan Allah maha luas maha mengetahui.
Pentingnya kesehatan jasmani bagi seorang guru karena sangat mempengaruhi
semangat kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya
merugikan anak didik.
c. Berkelakuan Baik
Budi pekerti sangat penting dalam watak pendidikan anak didik. Guru harus
menjadi model teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan
pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini
27
.
hanya bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak
berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan
akhlak mulia dalam ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran
islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw. Di antara
akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil
terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira,
bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, masyarakat, utamanya para
orang tua anak didik.
Agar para sahabat dan umatnya memiliki akhlak yang mulia, beliau
memberikan motivasi yang sangat menarik. Di antaranya seperti yang disebutkan
dalam hadis berikut:
ص وحسن « فقال لى الله علیھ وسلم عن أكثر ما یدخل الناس الجنة عن أبى ھریرة قال سئل رسول الله تقوى اللهرواه الترمذى)»(الفم والفرج« وسئل عن أكثر ما یدخل الناس النار فقال ». الخلق
Artinya :
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.ditanya tentang faktor yangpaling banyak memasukkan (orang) ke dalam sorga. Beliau menjawab:bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Beliau ditanya pula tentang faktoryang paling banyak membawa orang ke neraka. Beliau menjawab: Mulut dankemaluan. (H.R Tirmidzi).
d. Bersifat Adil
Yang dimaksud adil dalam kaitan ini adalah sikap tidak pilih kasih terhadap
peserta didik atau tidak melebihkan sebagian mereka atas yang lain kecuali bila
sesuai dengan haknya. Adapun ayat yang menunjukkan perlunya guru sebagai
28
.
pendidik berlaku adil diantaranya sebagaimana firman Allah dalam (QS.Ash-Shuraa
(42) : 15).
.
Terjemahnya :Maka karena itu, serulah (mereka kepada agama Allah) dan tetaplah sebagaimanadiperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu dan mereka dankatakanlah. Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah supayaberlaku adil diantara kamu.
e. Bersifat Sabar
Sabar yakni bisa dan mampu mengendalikan diri, tidak emosi dan tidak putus
asa. Perbedadan intelegensi, sikap dan karakter peserta didik menuntut kesabaran dan
kreativitas pendidik untuk mengatasinya. Sebagaiman firman Allah ( Q.S. Al. Insan
(76) : 24)
Terjemahnya :Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, danjanganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antaramereka.
29
.
f. Konsisten
Konsisten diartikan dengan kesesuaian antara ucapan dengan perbuatan.
Ketidaksesuaian ucapan dengan perbuatan seorang guru sebagai pendidik
memberikan kesan negatif kepada peserta didik. Ayat yang mengecam sikap tidak
konsisten ini sebagaimana firman Allah dalam (Q.S. As. Saff (61) : 2-3)
Terjemahnya :
Wahai orang-orang yang beriman ! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yangtidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakanapa-apa yng kamu tidak kerjakan.
B. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan ,
penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat
seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran
30
.
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai
konotasi yang berbeda.
Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi.
Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut Abdurrahman (1993 : 59)
proses pembelajaran adalah suatu proses yang merupakan sebagai komponen sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan yang
dapat merangsang siswa atau guru untuk proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Gagne dalam Sihes (1970 : 02) Pembelajaran adalah
perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat dikekalkan tetapi tidak disebabkan
oleh pertumbuhan. Perubahan yang dipanggil pembelajaran diperlihatkan melalui
perubahan tingkah laku; dengan membandingkan tingkah laku seseorang individu
sebelum didedahkan kepada situasi pembelajaran dengan tingkah lakunya selepas
didedahkan dengan situasi pembelajaran.
2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran (Undang-Undang SISDIKNAS)
Adapun Dasar pembelajaran yaitu perkembangan dari istilah pengajaran.
Pembelajaran yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru
atau pendidik untuk membimbing siswa belajar agar tercipta suasana belajar yang
kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
31
.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa :
“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak, mulia, serta keterampilan
yang dibutuhkan dirinya masyarakat, bangsa dan Negara”.
Berdasarkan tujuan pendidikan diatas, diharapkan peserta didik secara aktif
mengembangkan segala potensi yang dimiliki melalui proses pembelajaran. Salah
satu unsur dalam pendidikan adalah guru, dimana guru memegang peran utama
dalam proses pembelajaran atau inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
3. Prinsip Pembelajaran
Menurut Sihes (2010) Situasi pembelajaran meliputi semua aspek persekitaran
seseorang pelajar dan semua faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan
pemerhatian daripada kajian terhadap proses pembelajaran, beberapa kesimpulan
umum boleh dibuat. ini dirujuk sebagai prinsip pembelajaran yang memberi garis
panduan tentang cara pembelajaran berlaku dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
a. Pertalian. Pembelajaran mudah berlaku bagi perkara-perkara yang mempunyai
pertalian antara satu sama lain. Misalnya, perkara-perkara yang seiras, berpadanan
dan yang berlaku dalam jarak masa yang singkat.
32
.
b. Pengulangan. Perkara yang kerap diulang-ulang dapat membantu proses
pembelajaran.
c. Kepuasan. Tindakan belajar yang menghasilkan ganjaran dan kepuasan akan
mendorong pembelajaran dan perkara yang dipelajari juga akan kekal dalam
ingatan.
d. Pengalaman. Pembelajaran dan kefahaman akan lebih mudah berlaku apabila
pelajar pernah mengalami sendiri sesuatu aktiviti.
e. Pelaziman. Kebiasaan membuat sesuatu berulang kali dapat menghasilkan
pembelajaran secara pelaziman.
f. Kesediaan. Pembelajaran hanya boleh berlaku jika seseorang itu mempunyai
kesediaan untuk belajar. Paksaan tidak dapat menghasilkan pembelajaran yang
berkesan.
g. Penyertaan. Pelajar yang melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran
akan menghasilkan pemahaman yang berkesan dan apa yang dipelajari dapat
diingati denganlebih lama.
h. Peniruan. Pembelajaran boleh berlaku dengan meniru perbuatan orang lain
i. Minat. Pembelajaran lebih mudah berlaku jika seseorang itu berminat atau
sanggup mempelajari sesuatu.
j. Motivasi. Seseorang yang digerakkan (bermotivasi) untuk belajar akan
menghasilkan pembelajaran yang lebih berkesan. Motivasi boleh wujud dalam
bentuk ekstrinsik (ganjaran luar) atau intrinsik (keinginan dalam).
33
.
k. Peneguhan. Peneguhan yang sesuai dapat menambahkan pembelajaran dan
menjamin pengekalannya. Peneguhan positif seperti pujian lebih berkesan untuk
menggalakkan pembelajaran. Sebaliknya peneguhan negatif seperti denda boleh
digunakan untuk menghapuskan tingkah laku yang tidak diingini.
l. Pemeringkatan pembelajaran. Isi pembelajaran hendaklah disusun secara
sistematik daripada yang mudah kepada yang lebih kompleks, daripada konkrit
(maujud) kepadayang abstrak (mujarad), daripada umum kepada khusus.
Sehubungan dengan beberapa poin tentang prinsip pembelajaran diatas, dapat
dikatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, ada beberapa prinsip yang perlu
diketahui. Misalnya prinsip pertalian, pembangunan minat (interest) belajar, motivasi
dan lain sebagainya. Prinsip pertalian antara peserta didik dan guru dalam proses
belajar pengajar sangatlah penting guna membangun keakrapan antara kedua belah
pihak serta mempermudah proses internalisasi oleh siswa. Selain itu, pembangunan
minat belajar juga diperlukan agar peserta didik mudah mengkonstruksi
pengetahuannya serta perlunya dorongan motivasi belajar yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didik.
4. Ciri-Ciri Pembelajaran
Menurut Asra (2009 : 51), pembelajaran terdapat beberapa ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tujuan tertentu.
34
.
c. Tinggi, sedang, rendah.
d. Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda-beda.
e. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Adapun ciri-ciri pembelajaran menurut Willian Burton menyimpulkan
uraiannya yang cukup panjang sebagai berikut:
a. Proses belajar adalah pengalaman, berbuat, dan melampaui.
b. Proses belajar yang baik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
c. Proses belajar berlangsung di bawah bimbingan yang merangsang dan
membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
d. Proses belajar dan hasil belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid
sendiri mendorong motivasi yang kontinu.
Berdasarkan beberapa pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri
pembelajaran dapat ditandai dengan adanya bimbingan yang merangsang tanpa
tekanan dari pihak guru, adanya dorongan motivasi yang kontinu serta adanya
orentasi siswa dalam menginternalisasi materi pelajaran yang disajikan selama proses
pembelajaran.
5. Faktor yang mempengaruhi pembelajaran
Menurut Juwariah (2007 : 07) ada dua faktor utama yang mempengaruhi
proses pembelajaran, yakni:
35
.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal termasuk :
1) Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu.
2) Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
proses belajar mengajar:
a) Kecerdasan/inteligensi siswa
b) Motivasi
c) Minat
d) Sikap
e) Bakat
b. Faktor-faktor eksogen /eksternal
1. Lingkungan sosial :
a. Lingkungan sosial sekolah
b. Lingkungan sosial masyarakat
c. Lingkungan sosial keluarga.
2. Lingkungan non sosial :
a. Lingkungan alamiah
b. Faktor instrumental
c. Faktor materi pelajaran
36
.
Selanjutnya, Muhibbin (2003 : 132) menambahkan bahwa secara garis besar
terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yakni:
a. Faktor internal adalah keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik,
faktor in meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis.
b. Faktor eksternal terdiri dari
1. Faktor sekolah
2. Faktor masyarakat
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu peserta didik,
guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran metode mengajar media dan
evaluasi. Tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik adalah perubahan
prilaku dan tingkah laku yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik
tutur katanya, motorik, dan gaya hidupnya.
Penjelasan tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Noor
(2013:12). Beliau juga membagi faktor yang mempengaruhi pembelajaran menjadi
dua bagian yaitu:
a. Faktor internal (Jasmani dan Psikologis)
b. Faktor Eksternal (Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat.
37
.
6. Pengelolaan proses pembelajaran
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi
proses belajar mengajar. Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengelola
proses belajar mengajar yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas belajar.
Rohani (2004 : 19) menjelaskan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat pengalaman dan latihan sangat sedikit proses pembelajaran.
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 4) peran guru dalam pembelajaran yang dapat
membangkitkan aktivitas siswa setidak-tidaknya menjalankan tugas utama, berikut
ini: 1). Perencanaan pembelajaran, yang terinci dalam empat sub kemampuan yaitu
perumusan tujuan pembelajaran, penetapan materi pembelajaran, penetapan kegiatan
pembelajaran, penetapan metode dan media pembelajaran, penetapan alat evaluasi:
2). Pelaksanaan pengajaran yang termasuk di dalamnya adalah penilaian pencapaian
tujuan pembelajaran: 3). Mengevaluasi pembelajaran dimana evaluasi ini merupakan
salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan
keefektifan proses pembelajaran yang dilaksanakan: 4). Memberikan umpan balik
menurut Stone dan Nielson (Sumiati dan Asra, 2009: 7) umpan balik mempunyai
fungsi untuk membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam
melaksanakan tugas belajar.
38
.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta
pemberian sikap dan kepercayaan kepada peserta didik.
39
.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif di
gunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai
permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini. Analisis kualitatif di pakai agar
penulis dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga mengenai
pada inti permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar.
Menurut Strauss dan Corbin dalam Rahmat (2009:02) yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistic atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
B. Lokasi dan Obyek Penelitian
Peneitian ini dilaksanakan di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Guru di SMPN SATAP 4
Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
39
40
.
C. Variabel Penelitian
Sugiyono (2013 : 39) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitan ini adalah menggunakan variabel Independen (bebas) dan dependen
(terikat) dimana variabel independen dinyatakan variabel X, Kode etik guru dan
variabel Y proses pembelajaran.
D. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional untuk memberikan pemahaman lebih jauh pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kode Etik yang merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan
anggota suatu profesi. Dan dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas atau
independen . Variabel bebas yang dimkasud adalah variabel yang memberikan
perubahan serta pengaruh terhadap variabel lainnya.
2. Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dan dalam penelitian
ini menggunakan variabel terikat atau dependen. Variabel yang dimaksud adalah
variabel yang memperoleh pengaruh dan perubahan dari variabel bebas.
41
.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiono, (2013 : 90) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Arikunto, (1998 : 115) Populasi adalah keseluruhan yang menjadi objek
penelitian, apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya penelitian populasi. Kemudian menurut Sutrisno
(1989 : 220) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diteliti.
Dari beberapa defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
sejumlah elemen atau unsur yang menjadi objek penelitian. Yang menjadi objek
penelitian ini guru yang mengacu tentang pelaksanaan proses pembelajaran, di SMPN
SATAP 4 Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 20
orang.
Tabel 1
Populasi Penelitian
Kategori PopulasiJenis Kelamin
PopulasiL P
Guru 7 13 20
Siswa 23 42 65
Total 85
42
.
2. Sampel
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel berdasarkan purposive
sampling yaitu dengan sengaja memilih lokasi atau orang- orang yang di anggap
mengetahui permasalahan diteliti.
Suharsimi Arikunto (2013 : 20) mengatakan bahwa sampel adalah sebagai
atau wakil dari populasi yang diteliti, akan tetapi sampel dalam penelitian ini adalah
sampel“ jenuh” artinya semua populasi penelitian dijadikan sebagai sampel
penelitian. Karena populasinya berjumlah 20 orang. Dilihat dari populasinya maka,
yang menjadi sampelnya dari keseluruhan populasi yang akan diteliti.
F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2013 : 150) Instrument penelitian adalah segala peralatan yang
digunakan untuk memperoleh, mengelolah, dan menginteprasikan informasi dari para
responden yang di lakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrument penelitian
dirancang untuk satu tujuan dan tidak biasa digunakan pada penelitian yang lain
Instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam pengumpulan data di lapangan
adalah catatan, pedoman wawancara, disamping itu juga penulis menggunakan
instrumen dokumentasi. Instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan data atau
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan identifikasi lokasi penelitian tersebut,
digunakan karena pertimbangan praktis bahwa kemungkinan hasilnya adalah lebih
valid dan reabilitas.
43
.
1. Pedoman Wawancara
Sugiyono (2013 : 157) Wawancara merupakan panduan pertanyaan dalam
interview yang dilakukan oleh pewawancara atau interview untuk memperoleh
informasi dari terwawancara atau interviewed. Serta melakukan tanya jawab langsung
untuk mengetahui pemahaman kode etik guru dan pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran dengan membuat sejumlah daftar pertanyaan untuk menjawab
responden.
2. Dokumentasi
Sugiyono (2013 : 168) Dokumentasi adalah ditunjukkan untuk memperoleh
data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relavan, peraturan-
peraturan laporan kegiatan data yang relavan dengan peneliti.
3. Observasi
Sugiyono (2013 : 166) Observasi adalah tekhnik pengumpulan data yang
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan melalui teknik sebagai berikut :
1. Wawancara, adalah melakukan tanya jawab terhadap guru-guru sebagai subjek
penelitian yang terpilih sampel yang dianggap mampu memberikan informasi yang
berkaitan dengan kode etik guru serta proses pembelajaran sebagai tambahan dalam
kelengkapan data.
44
.
2. Dokumentasi, yakni penulis mengumpulkan data dengan jalan mencatat langsung
dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian pada SMPN SATAP 4
Bulukumba.
Setelah menyiapkan pedoman wawancara, dokumentasi, dan tes, maka
selanjutnya adalah menemui informan-informan yang telah ditentukan. Data yang
diperoleh dikumpulkan kemudian diklasifikasikan sesuai dengan fokus penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Untuk mengolah data menjadi susunan pembahasan, penulis menganalisis
dengan teknik sebagai berikut:
Teknik analisi deskriptif kuantitatif, digunakan untuk menganalisis dalam
bentuk angka-angka. Teknik analisis deskriptif kuantitatif berupa tabel frekuensi dan
persentase. Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data yang ada. Adapun
rumus yang akan digunakan adalah :
P = x 100%
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah Frekuensi
n = Jumlah Presentasi
45
.
BAB 1V
HASIL PENELITIAN
A. Sekilas Tentang SMPN SATAP 4 Bulukumba
1. Gambaran Umum Lokasi SMPN SATAP 4 Bulukumba
SMP Negeri SATAP 4 Bulukumba berdiri pada tanggal 05 Maret 2007
sebagai wadah dalam meningkatkan sumber daya manusia di kabupaten Bulukumba.
Sejak bedirinya SMP Negeri SATAP 4 Bulukumba ini sampai sekarang masih tetap
mampu bertahan, berkembang dalam bidang pendidikan demi tercapainya kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang berilmu pengetahuan dengan dasar keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT.
Adapun Visi dan Misi di SMPN SATAP 4 Bulukumba adalah sebagai berikut :
a. Visi sekolah
“ Berdaya saing dalam berprestasi dan terdidik berdasarkan IPTEK dan
IMTAQ ”
b. Misi Sekolah
1. Terwujudnya pelaksanaan PSB yang transparan, akuntabilitas, objektif, sehingga
tercipta kepercayaan masyarakat yag tinggi kepada sekolah.
2. Terwujudnya pelaksanaan sebagai lomba yang dapat memacu aktivitas dan
kreatifitas serta prestasi peserta didik.
3. Terwujudnya pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga
setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai potensinya.
45
46
.
4. Terwujudnya pemberdayaan guru dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga
menjadi guru/ pegawai professional dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
5. Terwujudnya pemanfaatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
6. Terwujudnya pemanfaatan saran/prasrana, sehingga tercipta suasana pembelajaran
yang cerdas dan menyenangkan.
7. Terwujudnya peningkatan Pembina dan kegiatan ekstrakulikuler guna
mengembangkan bakat dan potensi yang ada.
8. Terwujudnya pelaksaanaan manajement pratisipatif dengan warga sekolah dan
komponen yang terkait.
c. Tujuan
Adapun tujuannya antara lain :
1. Dapat Mengkaji mutu pendidikan.
2. Dapat menganalisis dan pelaporan mutu pendidikan.
3. Peningkatan mutu merujuk pada standar nasional pendidikan.
4. Penumbuhan budaya setempat untuk peningkatan mutu berkelanjutan.
5. Terlaksananya pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dengan
berbagai inovasi pembelajaran.
6. Memiliki lingkungan sekolah yang sehat sebagai tempat aktifitas pembelajaran
yang kondusif.
47
.
7. Meningkatkan kualitas pelaksanaan ajaran agama kepada warga sekolah.
8. Terciptanya peserta didik yang memiliki keterampilan.
9. Memiliki tenaga edukatif dana administratif yang professional.
2. Data Kepala Sekolah di SMP Negeri SATAP 4 Bulukumba
Tabel 2
No Nama Jabatan Periode
1 Muh. Tahir Kepala Sekolah 2007-2008
2 Muh Rasul S.Pd.I Kepala Sekolah 2008-2009
3 Ansar S.Pd Kepala Sekolah 2009-2010
4 Drs. Abdul Karim Kepala Sekolah 2010- 2014
5 Arfah S.Pd Kepala Sekolah 2014- sekarang
Sumber data tata usaha SMPN SATAP 4 Bulukumba
3. Keadaan Guru
Salah satu unsur dalam pendidikan adalah guru, karena guru merupakan satu
komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Guru
tidak hanya bertugas untuk mentransferkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi
juga diberikan beban tanggung jawab moral untuk memberikan teladan yang baik
kepada siswa, serta guru juga sebagai pembimbing, pendidik, pelatih, pengayom
untuk siswanya agar mampu menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif.
48
.
Guru juga merupakan peran utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya yang diselenggarakan secara formal karena guru disini senantiasa berfikir,
bersikap dan bertindak sebagaimana layaknya seorang pendidik dalam berbagai hal
terutama yang ada disekolah SMPN SATAP 4 Bulukumba ini, karena gurulah yang
dapat menentukan keberhasilan siswa terutama dalam proses pembelajaran.
Tabel 3
Keadaan Guru di SMPN SATAP 4 Bulukumba
No Nama Guru/NIPTempat
Tanggal LahirPendidikan
TerakhirJabatan Status
1Arfah, S.Pd196904041994121004
Bulukumba,04 April 1969
S1Bahasa Indonesia,
1988
KepalaSekolah
PNS
2Muh. Husain, S.Pd/197208122010011007
Tanuntung,12 Agustus
1972
S1P K N, 1997
WakilKepsek
PNS
3Muh. Ruslan Patar/195812141981011001
Laikang,14 Desember
1958
D1Ilmu Keolahragaan,
1980Guru PNS
4 Hamzah, S.PdLuraya,
11 Mei 1971S1
Biologi, 2011Guru GTT
5 Jurhani, S.PdGunturu,
22 April 1983S1
Matematika, 2004Guru GTT
6 Nurleni, S.PdBontobeang,
28 Maret 1990S1 Bahasa
Inggris2012Guru GTT
7 Nurcaya Rajin, S.PdKajang,
31 Mei 1977S1 Bahasa
Indonesia 2012Guru GTT
8 Drs. Muhiddin, S.Pd.iPattongko,
09 April 1970
S1 PAI di UIN1995 STAI di AL-Gazali Bulukumba
2004
Guru GTT
9 Hawati M. S.PdBulukumba,15 juli 1970
S1P K N 1992
Guru GTT
49
.
10 Dra. St. SuhaebahSinjai,
19 April 1977S1
Seni Budaya 1992Guru GTT
11 Evi Erlina, S.PdLaikang,
21 Juni 1986S1
PenjaskesGuru GTT
12 Asmaria, S.PdTanuntung,
05 september1990
S1Biologi
Guru GTT
13Rapiuddin Ruslan,S.Pd
Laikang,14 April 1985
S1fisika 2012
Guru GTT
14 Marniati S.PdLaikang, 13
Agustus 1990S1
KimiaGuru GTT
15 Hartatiah, S.PdKajang, 03Juni 1981
S1TIK 2012
Guru GTT
16 Hasmar, S.PdBulukumba, 05
April 1971SI
MulokGuru
PNS
17Nursaitung, S.Pd195808061982032011
Bulukumba, 08Juni 1958
SIEkonomi
Guru PNS
18Nurdayanti, S.Pd/198511092009005
Malino, 09November
1985
S1Bahasa Inggris
Guru PNS
19 Huspawati, S.PdLaikang,01
Januari 1985SI
GeografiGuru GTT
20 Hasmawati, S.PdKajang, 20April 1980
S1Sejarah
Guru GTT
Sumber Data Guru SMPN SATAP 4 Bulukumba
4. Keadaan Siswa
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen pendidikan disekolah.
Siswa merupakan objek yang akan di bekali dan ditransformasikan ilmu pengetahuan,
sikap dan ketrampilan sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan Islam sehingga
dapat bertingkah laku dengan baik dan berakhlak mulia serta melaksanakan ajaran-
ajaran Islam dalam kehidupan.
50
.
Tabel 4Keadan Siswa SMPN SATAP 4 Bulukumba
No Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 VII 10 7 17
2 VIII 8 15 23
3 IX 5 20 25
Jumlah 23 42 65
Sumber Data Kantor SMPN SATAP 4 Bulukumba
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan segala sesuatu atau upaya yang dapat digunakan sebagai
alat untuk mencapai maksud dan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
suatu proses usaha, pembangunan, dan proyek yang berupa fasilitas yang tidak
bergerak, seperti bangunan fisik, sekolah yang turut menunjang terciptanya suasana
yang baik atau kondusif dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana SMP Negeri SATAP 4
Bulukumba ini dapat di lihat pada tabel berikut :
51
.
Tabel 5
Data sarana dan prasarana SMPN SATAP 4 Bulukumba
No Sarana dan prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang kepala sekolah 1 Baik
2 Ruang guru kantor 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang perpustakaan 1 Baik
5 Ruang Kelas 3 Baik
6 Toilet Guru 1 Baik
7 Toilet Siswa 2 Baik
8 Komputer 1 Baik
9 Laboratorium 1 Baik
10 Lapangan 1 Baik
Sumber Data SMPN SATAP 4 Bulukumba 2015
Setelah melihat data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, sarana dan
prasarana di SMPN SATAP 4 Bulukumba belum sepenuhnya memadai, karena itu
perlu diadakan penambahan yang belum ada seperti mushollah, UKS, dan lain-
lainnya. Namun itu bukan satu-satunya jalan sebagai penghambat proses perwujudan
suasana religius dalam mewujudkan suasana belajar yang kondusif.
52
.
6. Struktur Pengelola SMPN SATAP 4 Bulukumba
Adapun struktur pengelola kelas di SMPN SATAP 4 Bulukumba dapat
dilihat pada bagan berikut :
Struktur SMPN SATAP 4 Bulukumba
KomiteAbdul Talib
Kepala SekolahArfah
Kepala TURawati
Wakil KepsekMuh. Husain Sp.d
KurikulumHusain
KesiswaanDrs. H.Muhiddin
HumasHamzah
SaranaNurcaya Rajin
BP/BKDrs. Abdul Karim
Wali
Wali kelas VIIDrs. H. Muhiddin
Wali KelasVIII
Nurcaya Rajin
Wali Kelas IXHamzah
GuruSiswa
53
.
B. Tingkat Kualitas Pemahaman Kode Etik Guru Dalam Proses Pembelajaran
Di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba
Untuk melengkapi data dalam mengetahui tingkat kualitas pemahaman kode
etik guru dalam proses pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang
Kab. Bulukumba, peneliti menggunakan instrumen wawancara, dimana dalam hal ini
responden yang diteliti terdiri dari 20 guru, 7 laki-laki dan 13 perempuan.
Mengenai tingkat pemahaman kualitas pemahaman kode etik guru, ada
beberapa pendapat responden SMPN SATAP 4 Bulukumba yang memberikan
komentar yang hampir sama. Beberapa dari mereka menyimpulkan bahwa kode etik
guru merupakan suatu norma, aturan-aturan, pedoman sikap atau pegangan, tata
susila dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya sebagai pendidik.
Pedoman sikap atau tingkah laku yang dimaksud dalam hal ini adalah
pengamalan nilai-nilai moral yang membedakan antara guru yang baik dan buruk,
yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas untuk mendidik,
membimbing, serta mengevaluasi peserta didiknya baik dalam proses belajar
mengajar maupun diluar proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan beberapa Wawancara yang dilakukan dilapangan maka dapat
dipaparkan pengolahan hasil wawancara 5 dari 20 sampel yang ada sebagai berikut :
54
.
1. Pemahaman Tentang Kode Etik
Hawati M S.Pd mengutarakan bahwa kode etik adalah “Aturan yangmengikat suatu lembaga maupun anggotanya yang terhimpun didalamnyadalam bertingkah laku dan melaksanakan tugasnya secara professional”.( Wawancara 31 juli 2015 )
Selanjutnya Hasmawati S.Pd menambahkan bahwa Kode Etik adalah“Pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasdalam hidup sehari-hari, disamping itu kode etik juga mengikat seseoranguntuk konsisten dan disiplin dalam menjalankan tugas keprofesionalannya”. (Wawancara 31 juli 2015 )
Senada dengan pendapat responden sebelumnya, Hamzah S.Pd berpendapatbahwa “Kode Etik merupakan suatu pegangan atau peraturan yang harusdijunjung tinggi oleh seorang guru, dimana kode etik ini yang menjadipatokan mereka dalam bertingkah laku dan menjalankan hak dankewajibannya”. ( Wawancara 31 juli 2015 )
Nurdayanti S.Pd juga berpendapat bahwa “Kode Etik adalah aturan-aturanyang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pegawai atau guru dalammenjalankan tugasnya sebagai pendidik dan sebagai fasilitator dalam prosespembelajaran”. (Wawancara 31 juli 2015 )
Kemudian Jurhani S.Pd juga menambahkan bahwa “Kode Etik adalah sebuahaturan tata tertib yang harus dipatuhi oleh seorang guru sehingga iya mampubertingkah laku sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan, agar iyamampu melaksanakan tugas dengan baik”. ( Wawancara 31 juli 2015 )
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa responden
diatas maka dapat disimpulkan bahwa setiap lembaga khususnya sekolah haruslah
memiliki kode etik yang harus dipatuhi dan dijadikan pegangan dalam menjalankan
tugas, dalam hal ini tugas guru sebagai pendidik.
55
.
Lebih lanjut, peneliti melanjutkan wawancara dengan pertanyaan yang
berbeda, kepada setiap responden. Hal ini mengenai apa yang dapat dilakukan oleh
seorang guru untuk memenuhi kualitas terhadap kode etik yang telah ditetapkan.
Salah seorang responden SMPN SATAP 4 Bulukumba.
2. Hal- hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Memenuhi Kualitas Terhadap Kode
Etik Seorang Guru
Huspawati S.Pd memaparkan hal- hal yang perlu dilakukan untuk memenuhikualitas terhadap kode etik seorang guru.“ Yang saya lakukan untuk memenuhi kualitas terhadap kode etik guruadalah:a. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaananak didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga sikapterbuka, berani mengemukakan pendapat dapat dimiliki peserta didik.b. Semua tindakan guru terhadap peserta didik harus selalu mengundangunsur kasih sayang, guru harus bersabar, ramah dan terbuka.c. Guru dan peserta didik harus dalam suatu kebersamaan orientasi agar tidakmenimbulkan konflik.” ( Wawancara 01 Agustus 2015 )
Kemudian Jurhani S.Pd menambahkan :“ Yang harus saya lakukan sebagai seorang guru dalam memenuhi kualitas
kode etik adalaha. Tetap memenuhi kewajiban/tanggung jawab sebagai guru atau pengajar.b. Berusaha memberi contoh ataupun saran yang positif sehingga dapat
membantu siswa menjalankan peraannya sebagai pelajar.c. Selalu menjadi guru yang tegas tapi juga member rasa senang kepada siswa
itu sendiri.” ( Wawancara 01 Agustus 2015 )
Selain itu Muh. Husain S.Pd juga memberikan penjelasan“ Bahwa yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam memenuhi kualitas
terhadap kode etik adalah memiliki wawasan yang luas, pemahaman ilmuyang luas dan latar belakang ilmu yang sesuai dengan disiplin ilmunyamasing-masing”.
56
.
Marniati S.Pd menyebutkan bahwa :
“ Untuk memenuhi kualitas terhadap kode etik seorang guru adalah:a. Guru harus membimbing atau menanamkan sikap disiplin terhadap
peserta didiknya.b. Guru harus memelihara hubungan yang baik terhadap orangtua siswa
maupun masyarakat supaya terjalin hubungan kerjasama dalampendidikan”. ( Wawancara 01 Agustus 2015 )
Selanjutnya Hasmawati S.Pd menambahkan :
“Bahwa Untuk memenuhi kualitas terhadap kode etik maka seorang guruharus memeiliki sikap yang disiplin terhadap tugasnya sebagai seorang guru,selain itu ia juga harus memiliki wawasan yang luas agar tercipta guru yanglebih baik”.(Wawancara 01 Agustus 2015 )
Berdasarkan beberapa pendapat responden diatas maka dapat disimpulkan
bahwa betapa pentingnya dalam memenuhi kualitas kode etik seorang guru karena
apabila seorang guru atau pendidik tidak memenuhi kualitasnya maka dia akan gagal
dalam mendidik atau membimbing anak didiknya. Oleh karena itu, pada setiap
kalangan guru-guru sangatlah penting untuk menerapkan yang namanya kode etik
guru disekolah, agar guru dapat menunjang anak didiknya serta membangun kualitas
yang lebih baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru
yang profesional.
Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara dengan pertanyaan yang sedikit
berbeda, yaitu mengenai apakah seorang guru sudah memenuhi standar dalam
pengajaran. Dari 20 orang responden yang diteliti terdapat 18 responden mengatakan
telah memenuhi standar. Disisi lain terdapat dua orang responden yang menyatakan
hal yang sedikit berbeda.
57
.
3. Pemenuhan standar-standar dalam pengajaran
Nurcaya Rajin S.Pd mengatakan bahwa dirinya telah memenuhi standar dalam
pengajaran. ( Wawancara 01 Agustus 2015 ) Sementara itu Hartatiah S.Pd
mengatakan bahwa dirinya cukup memenuhi standar-standar dalam pengajaran.
(Wawancara 01 Agustus 2015 )
Dari beberapa hal yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa semua guru-guru dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing. Agar dapat berjalan lancar dan memenuhi standar, sangatlah penting
untuk setiap saat memperbaharui metode dan model pengajaran oleh setiap guru
sebagai pendidik yang profesional.
Kemudian peneliti melanjutkan wawancara mengenai hal yang mendukung
guru dalam memenuhi standar kode etik.
4. Faktor pendukung guru dalam memenuhi standar kode etik guru
Jurhani S.Pd menjelaskan bahwa :“Yang mendukung untuk memenuhi standar kode etik guru yaitu adanyarancangan pelaksanaan pembelajaran, media yang digunakan, penguasaanmateri yang diajarkan serta sarana dan prasarana”. (Wawancara 01 Agustus2015 )
Selain itu Hartatiah S.Pd juga memaparkan bahwa :“Yang dilakukan untuk mendukung kegiatan sebagai seorang guru yaitusebelum pelajaran dimulai terlebih dahulu kita membimbing peserta didikuntuk membaca doa dan duduk dengan tenang karena dari dasar kesopanandan kedisiplinan sehingga kita mudah mengatur peserta didik tersebut dalamproses belajar mengajar dan juga mempunyai alat peraga yang dapatmembantu siswa untuk mengetahui nilai-nilai keagamaan dan kedisiplinan”.( Wawancara 02 Agustus )
58
.
Rapiuddin Ruslan S.Pd memaparkan :“ Yang mendukung saya menumbuhkan kesadaran bahwa seorang guru harusmemiliki rasa disiplin yang tinggi serta menjalankan aturan-aturan yangditetapkan serta sarana dan prasarana cukup memadai”.( Wawancara 02Agustus 2015 )
Jurhani S.Pd kembali menambahkan bahwa :“ Yang mendukung saya untuk memenuhi standar kode etik guru yaitu adanyaRPP, media yang digunakan serta sarana dan prasarana dan pemahamanmateri”. (Wawancara 02 Agustus 2015)
Selanjutnya Huspawati S.Pd juga menambahkan bahwa yang mendukungnya
sebagai guru dalam memenuhi standar kode etik guru adalah sarana dan prasarana.
(Wawancara 02 Agustus 2015 )
Dari penjelasan tersebut diatas, penerapan kode etik merupakan hal yang
sangat penting menurut pandangan guru-guru SMPN SATAP 4 Bulukumba dimana
pengejawantahannya dalam proses pembelajaran menuntut adanya orientasi
pembelajaran yang konfensional, dimana reorientasinya tidak hanya sebatas istilah
Teaching menjadi Learning namun harus sampai pada operasional pembelajaran.
Terakhir peneliti mengajukan pertanyaan dalam wawancara mengenai kendala
dalam pengajaran.
5. kendala dalam pengajaran
Hamzah S.Pd memberikan pemaparan bahwa :
“Yang menjadi kendala dalam mengajar diantaranya adalah kurangnyaperhatian siswa terhadap pelajaran, kurangnya alat peraga pembelajaran,kondisi ruangan yang tidak kondusif, kurangnya motivasi orang tua terhadapanaknya”. ( Wawancara 02 Agustus 2015 )
59
.
Menurut Muh.Husain S.Pd salah satu hal yang menjadi kendala dalam proses
pengajaran adalan tingkat kemampuan siswa yang kurang mendukung. (Wawancara
02 Agustus 2015 )
Lebih lanjut Marniati S.Pd mengemukakan
“Yang menjadi kendala saya dalam pengajaran adalah :
a. Alat peraga yang kurang memadaib. Siswa sulit diatur dalam proses belajar mengajar. ( Wawancara 02 Agustus
2015 )
Kemudian Hawati M S.Pd.i juga memberikan penjelasan bahwa “Yangmenjadi kendala dalam pengajaran adalah kurangnya fasilitas yang menunjangketerlaksanaan pengajaran disekolah seperti computer, buku ajar”. ( Wawancara 02Agustus 2015 )
Dan disisi lain pula diemukakan oleh Hamzah S.Pd bahwa :
“ Yang menjadi kendala dalam mengajar adalah :
a. Kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaranb. Kurangnya alat peraga pembelajaranc. Kondisi ruangan yang tidak memadaid. Kurangnya perhatian orangtua terhadap anaknya
Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran haruslah dapat dikontrol dengan baik
sehingga guru dapat melaksanakan proses pembelajaran, dimana siswa telah
mencapai ketuntasan belajar dalam memahami kode etik, sehingga berhasil
menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.
60
.
Tabel 6
Data frekuensi pemahaman kode etik guru dapat diihat pada tabel berikut
No Kategori Pemahaman Nila/ Interval Frekuensi %
1 Baik 23-27 16 80 %
2 Kurang baik 19-22 4 20%
3 Tidak baik 15-18 - -
Jumlah 20 100%
Sumber : Sugiyono (2013:59)
Dari tabel diatas maka dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga jenis jumlah
persentase yang terdiri dari tiga kategori yaitu kategori baik, yang jumlahnya 80%,
kategori kurang baik 20%, dan kategori tidak baik. Dari ketiga kategori tersebut,
kategori baik yang jumlah persentasenya yang paling tinggi.
Guru merupakan tenaga professional dibidang pendidikan yang memiliki
tugas tidak hanya mengajar tapi juga mendidik, membimbing, menilai, dan
mengarahkan anak didiknya, agar mempunyai kepribadian sebagai tugas professional
guru yang mempunyai kode etik di Indonesia, dikenal juga dengan kode etik
Indonesia, yang merupakan hasil kongres PGRI X111 pada tanggal 21-25 November
1973 di Jakarta.
61
.
Mulyasa dalam Hasibuan ( 2006 : 47 ), dalam Undang-undang RI No Tahun
2005 tentang guru dikemukakan bahwa organisasi profesi guru adalah perkumpulan
yang berbeda hukum yang diberikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan
profesionalitas guru.
C. Kualitas Pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba
Setelah penulis membahas tentang tingkat kualitas pemahaman terhadap kode
etik guru di SMPN SATAP 4 Bulukumba Kec. Kajang Kab. Bulukumba. Selanjutnya
penulis ingin membahas tentang kualitas pembelajaran Dimana penulis mengadakan
wawancara, pada setiap responden atau informan yang ingin memberikan penjelasan
apa komentarnya.
Kualitas pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba cukup baik. Dimana
didalam proses pembelajaran, pendidik memberikan keteladanan terhadap setiap
aspek pendidikan, diantaranya dengan melakukan proses pembelajaran yang
terencana, serta pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien. Selanjutnya
penulis menganggap bahwa guru yang menjadi objek penelitian yang terdiri dari 20
orang yang juga merupakan sampel penelitian, rata-rata memberikan jawaban yang
hampir senada dalam setiap wawancara.
62
.
Tentang kualitas pembelajaran, salah satu responden memberikan komentar
Muh. Husein S.Pd :
“ Tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan dalam prosespembelajaran, sangat merespon, dimana siswa- siswi tersebut setelahmengikuti proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat berjalanlancar”. ( Wawancara 31 juli 2015)
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba,
siswa sebagai terdidik dan guru sebagai pendidik perlu aktif dalam setiap proses
pembelajaran. Selanjutnya responden yang lain memberikan komentar yang senada
dengan yang dikemukakan oleh Muh. Husein S.Pd. Selanjutnya responden ibu
Nurdayanti S.Pd memberikan komentar bahwa :
“ Pemahaman guru dalam menjalankan atau melaksanakan kode etik yangtelah ditentukan dapat menjadi salah satu hal yang menunjang meningkatnyakualitas pengajaran di sekolah. Selain itu, sikap siswa yang terbuka selamaproses pembelajaran dapat menjadi hal yang positif dalam menunjangpeningkatan kualitas pembelajaran itu sendiri”. ( Wawancara 31 Agustus2015)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran di SMPN
SATAP 4 Bulukumba tergolong cukup baik hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara yang telah dilakukan kepada responden dalam hal ini guru yang
mengatakan bahwa dengan adanya pemahaman terhadap kode etik serta kemampuan
siswa dalam memahami pembelajaran merupakan hal yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran disekolah.
63
.
D. Pengaruh Pemahaman Kode Etik Guru Terhadap Proses Pembelajaran di
SMPN SATAP 4 Bulukumba
Dengan adanya kode etik guru berpengaruh terhadap proses pembelajaran,
dimana kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara
perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang bukan
atau tidak menjadi anggota tidak dapat dikenakan aturan yang ada dalam kode etik
tersebut.
Salah satu responden, Marniati S.Pd memberikan komentar bahwa :“ Setelah adanya kode etik guru dan proses pembelajaran sekarang kode etiksangatlah berpengaruh terhadap proses pembelajaran.Oleh sebab itu kode etikguru selalu didasarkan pada proses pembelajaran”. ( Wawancara 01 Agustus2015)
Setelah kita ketahui bahwa kode etik itu sanagat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran, oleh sebab itu kode etik tidak dapat terpisahkan dari yang namanya
proses belajar mengajar. Setelah responden memberikan komentar tentang kode etik
berpengaruh terhadap proses pembelajaran maka penulis mengadakan wawancara
kepada responden Huspawati S.Pd memberikan komentar bahwa :
“ Peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat diterapkan dengan adanyakode etik, oleh karena itu proses pembelajaran selalu mengacu pada kode etik,sehingga siswa mendapatkan peningkata didalam melaksanakan prosepembelajaran”. ( Wawancara 01 Agustus 2015)
64
.
Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kode
etik guru berpengaruh terhadap proses pembelajaran serta dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran.
65
.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat penulis
simpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas pemahaman terhadap kode etik guru di SMPN SATAP 4
Bulukumba sudah dikatakan berhasil. Karena tingkat pemahaman guru dengan
jumlah persentase berada pada kategori tinggi yaitu 80%. Dengan besarnya
angka persentase tersebut dapat membuktikan bahwa tingkat pemahaman guru
terhadap kode etik dapat dikategorikan sangat baik. Dari hasil wawancara yang
telah dilakukan, kebanyakan guru mengemukakan hal yang sama dan tepat
mengenai defenisi kode etik itu sendiri.
2. Kualitas pelaksanaan pembelajaran di SMPN SATAP 4 Bulukumba, diketahui
melalui hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, dimana dalam
wawancara tersebut kebanyakan responden mengatakan bahwa proses
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sudah cukup baik namun
masih perlu ditingkatkan sehingga siswa dapat memahaminya dengan baik pula.
3. Pemahaman kode etik guru berpengaruh terhadap proses pembelajaran di SMPN
SATAP 4 Bulukumba, sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, hal ini
diperoleh dari data hasil wawancara yang telah dikumpulkan dimana para guru
65
66
.
mengatakan bahwa pemahaman kode etik yang tepat dapat memenuhi kualitas serta
standar pengajaran. Sekolah yang ditunjang oleh penerapan kode etik, tentunya dapat
berpengaruh terhadap proses pembelajran.
B. SARAN
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, bahwa kode
etik merupakan bagian dari guru untuk meningkatkan suatu proses pembelajaran.
Dengan adanya kode etik maka guru dan murid dapat bersikap dengan baik, agar bisa
beradaptasi baik dimasyarakat maupun dilingkungan masyarakat terutama
dilingkungan sekolah di SMPN SATAP 4 Bulukumba.
1. Diharapkan kepada guru sebagai tenaga pendidik, untuk meningkatkan minat
siswa dalam belajar dengan menerapkan model-model pembelajaran yang
menarik.
2. Diharapkan kepada guru sebagai pelaksana pendidikan agar hendaknya
meminimalizir kebosanan siswa dalam belajar dengan menyampaikan informasi
materi pembelajaran yang menarik sehingga dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan.
3. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih meningkatkan professionalisme guru
untusk menngembangkan kualitas pembelajarans baik secara moril maupun
materil.
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Al karim.
Abdur Rahman. 1993. Pengelolaan pengajaran. Ujung Pandang. Cet IV : PT.Bintang Selatan.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Asra, Sumiati. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Anton. M. Moeliono, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Cet 111:Balai Pustaka.
Dardiri, Ahmad. 2014.Tata Krama Akademik dan Kode Etik Guru. UniversitasNegeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Galih.2009. Pengertian dan Fungsi Kode Etik. Yogyakarta. Rineka cipta.
Getteng, Rahman. 2009. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika. Yogyakarta :Penerbit Grha Guru.
Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.Jakarta : Bumi Aksara.
Hadi Sutrisno . 1989. Statistik, jilid II Yogyakarta : Andi Offset.
Isnanto, Rizal. R. 2009. Etika Profesi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Juwariah.2007. Efektifitas Pembelajaran Tuntas. Medan : Balai diklat KeagamaanMedan.
Mariyana, Rita. 2005. Etika Profesi Guru (diakses 08 November 2014)
Mudjiono, dan Dimyati. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. BalaiPustaka.
Noor, Ferdian Adi. 2013. Pengertian, Hakikat, dan Teori Belajar danPembelajaran, Palan gkaraya : Universitas MuhammadiyahPalangkaraya.
Qohar, Adnan, H. 2010, Eika dan Profesi Hukum. (diakses 08 november 2014).-8
Rahmat, Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: vol 5. No 9 Januari-Juni 2009: 1-8.
Rohani Ahmad. 2004. Pengelola Pengajaran. Jakarata : PT. Rineka Cipta. Cat. II
Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Sihes, Johari Ahmad. 2010. Konsep Pembelajaran. Jakarta. Balai pustaka.
Simorangkir. 2008. Kode Etik Professional. Yogyakarta : Penerbit Grha Guru.
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Soejono Soekanto. 2000. Kamus Sesiologi. Cet. I : Jakarta : CV. Rajawali.
Syah Muhibbin . 2003. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :Rosda Karya.
Proses Wawancara di SMPN SATAP 4 Bulukumba
Pada Saat Proses Pembelajaran Berlangsung di SMPN SATAP 4 Bulukumba
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Nama Responden :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat :
A. PETUNJUK1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih
dahulu isi identitas yang telah tersedia.2. Jawablah tes wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian karena
jawaban dari Bapak/Ibu Guru akan membantu kelengkapan data yang penulisbutuhkan.
B. DAFTAR PERTANYAAN1. Apa yang Bapak/Ibu guru pahami tentang kode etik ?
Jawaban : …………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk memenuhi kualitas terhadap kode etikseorang guru ?Jawaban : ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………...………………………………………………………………………………………...………………………………………………………………………………………...
3. Apakah anda memenuhi standar-standar dalam pengajaran ?Jawaban : ……………………………………………………………………………
4. Apa yang mendukung anda sebagai guru dalam memenuhi standar kode etikguru ?Jawaban :…………………………………………………………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Apa yang menjadi kendala dalam pengajaran ?Jawaban : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : DarmiatiNim : 105 190 1300 11Jurusan : Pendidikan Agama IslamJudul : Pemahaman Kode Etik Guru dan Pengaruhnya Terhadap Proses
Pembelajaran di SMPN SATAP 4 BulukumbaPembimbing : 1. Dr. Abdul Aziz Muslimin, M.Pd.IKonsultasi Pembimbing
NO Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Parafpembimbing
*Catatan :Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah konsultasi kemasing-masing dosen pembimbing minimal 3 kali.Makassar , 10 Agustus 2015
Mengetahui,Ketua jurusan PAI,
Amirah Mawardi , S.Ag, M.SiNMB : 774 234
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : DarmiatiNim : 105 190 1300 11Jurusan : Pendidikan Agama IslamJudul : Pemahaman Kode Etik Guru dan Pengaruhnya Terhadap Proses
Pembelajaran di SMPN SATAP 4 BulukumbaPembimbing : 2. Dra. Mustahidang Usman,M.SiKonsultasi PembimbingNO Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Paraf
pembimbing
*Catatan :Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah konsultasi kemasing-masing dosen pembimbing minimal 3 kali. Makassar , 10 Agustus 2015
Mengetahui,Ketua jurusan PAI,
Amirah Mawardi , S.Ag, M.SiNMB : 774 234
RIWAYAT HIDUP
DARMIATI, lahir di Bulukumba Kelurahan Laikang
Kecamatan Kajang pada tanggal 15 Januari 1992. Anak
ke- tiga dari empat orang bersaudara, buah cinta dari
pasangan Yudin dan Hamsina. Mulai menempuh
pendidikan tahun 1997 di SDN 248 Laikang dan tamat
pada tahun 2003. Pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Herlang dan tamat pada tahun 2006. Selanjutnya
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kajang dan tamat pada tahun 2009.
Kemudian pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Agama Islam.
Pada akhir studi, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul:
“Pemahaman Kode Etik Guru dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pembelajaran di
SMPN SATAP 4 Bulukumba Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”.