PELAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT PADA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Transcript of PELAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT PADA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PELAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT PADA
BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN POLDA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TESISUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Progam Studi Ilmu PemerintahanKonsentrasi Pemerintah Daerah
Disusun oleh:MONICA DWI PUTRI
NIM 17610008
PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHANSEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA2018
PELAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT PADA
BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN POLDA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TESISUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Progam Studi Ilmu PemerintahanKonsentrasi Pemerintah Daerah
Disusun oleh:MONICA DWI PUTRI
NIM 17610008
PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHANSEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA2018
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Monica Dwi Putri
Nomor Mahasiswa : 17610008
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “PELAYANAN
PENGADUAN MASYARAKAT PADA BIDANG PROFESI DAN
PENGAMANAN POLDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” adalah benar-
benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Yogyakarta, 19 November 2018
Yang membuat pernyataan
Monica Dwi Putri
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis sebagai salah satu untuk menyelesaikan program Studi Magister
(S2) Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta. Penelitian berjudul “Pelayanan Pengaduan Masyarakat Pada Bidang
Profesi dan Pengamanan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini
mendiskripsikan tentang Pelayanan Pengaduan Masyarakat Pada Bidang Profesi Dan
Pengamanan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta yang menangani pengaduan
masyarakat terkait pelanggaran anggota Polri/PNS Polri. Penulis menyadari bahwa
dalam usaha penyusunan tesis ini tidak luput dari kekurangan, kesulitan, hambatan
maupun rintangan, sehingga tesis ini masih jauh dari kata sempurna.
Terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan bimbingan maupun saran-saran yang berguna dalam
penyusunan tesis ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, M.M., selaku Direktur Program Magister
Prodi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis dalam penyusunan
Tesis ini.
v
2. Bapak Dr. E.W. Tri Nugroho, selaku Sekretaris Program Magister Prodi
Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan Tesis ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Penguji yang berkenan menguji dan memberikan
masukan/koreksi demi penyempurnaan Tesis ini.
5. Kapolda D.I.Yogyakarta Brigjend Pol Drs. Ahmad Dofiri, M. Si Kabid
Propam Polda D.I.Yogyakarta AKBP F.X. Endriadi, S.I.K beserta staf,
yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta memberikan ijin penelitian
dan pengambilan data dalam penyusunan Tesis ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga penyusunan
tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir
kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat serta menambah
wacana pemikiran bagi semua pihak yang berminat pada penelitian di bidang ini.
Yogyakarta, 19 November 2018
Penulis
MONICA DWI PUTRI
vi
MOTTO
“Thoughts give birth to actions, actions spawned a habit, habit bore the character,
and the character created fate.”
—Aristoteles
vii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan untuk orangtua penulis Bapak
Lukas Arinuryanto dan Ibu Isana Supiah Yosephine Louise, Bapak Sucipto dan
Ibu Heny Hermawati, suami tercinta Menase Adi Setyawan, S.H., anak-anak
yang tersayang Lodewijk Evan Menamoca dan Naomi Novena Menamoca beserta
keluarga terdekat dan rekan kerja sekalian yang telah mendukung dan
memberikan dukungan moril dalam pelaksanaan penyusunan tesis berjudul
“Pelayanan Pengaduan Masyarakat Pada Bidang Profesi dan Pengamanan
Polda Daerah Istimewa Yogyakarta” ini. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat pula untuk tambahan pengetahuan khususnya keilmuan Ilmu
Pemerintahan dan Kepolisian Republik Indonesia khususnya
Polda D.I. Yogyakarta.
viii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
INTISARI................................................................................................... xiv
ABSTRACT............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................. 16
C. Rumusan Masalah .............................................................. 16
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 16
E. Kerangka Konseptual ......................................................... 17
1. Pelayanan Publik ........................................................... 17
2. Pelayanan Publik di Lingkup Polri ................................ 25
3. Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan pada Bid Propam
Polda D.I. Yogyakarta ................................................... 34
F. Metode Penelitian............................................................... 42
1. Jenis Penelitian .............................................................. 42
2. Lokasi Penelitian............................................................ 44
3. Penentuan Informan ....................................................... 45
4. Teknik Pengumpulan Data............................................. 46
ix
5. Teknik Analisis Data ..................................................... 49
BAB II GAMBARAN UMUM.............................................................. 50
A. Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta............................ 50
1. Pengertian dan Sejarah .................................................. 50
2. Visi dan Misi Polda DIY............................................... 53
3. Arti Lambang Polda DIY ............................................. 54
4. Struktur Organisasi ....................................................... 56
B. Bidang Profesi dan Pengamanan Polda D.I. Yogyakarta... 62
1. Lambang dan Makna..................................................... 62
2. Semboyan Propam Polri ............................................... 65
3. Pengertian ..................................................................... 68
4. Tugas Pokok.................................................................. 72
5. Struktur Organisasi ....................................................... 74
C. Sub Bagian Pelayanan Pengaduan Bid Propam Polda
D.I. Yogyakarta .................................................................. 83
1. Pengertian dan Tugas Pokok ......................................... 83
2. Struktur Organisasi........................................................ 84
3. Standar Operasional Pelayanan pada Subbag Yanduan. 86
BAB III PELAYANAN PENGADUAN PADA BID PROPAM POLDA
DIY ............................................................................................ 92
A. Produktivitas Dan Kualitas Pelayanan Pengaduan Pada
Bidpropam Polda DIY ........................................................ 92
1. Standar Operasional yang Jelas .................................... 92
2. Kemudahan Dalam Proses Pelayanan .......................... 104
3. Kemampuan Anggota Polri yang Memberikan
Pelayanan Pengaduan dalam Menggunakan Alat
Bantu ............................................................................ 107
4. Keahlian Anggota Polri Dalam Menggunakan Alat
Bantu ............................................................................ 111
x
5. Penggunaan Alat Bantu Pada Proses Pelayanan
Pengaduan .................................................................... 115
6. Pelayanan Dengan Cepat Dan Tepat ............................ 120
7. Pelayanan Pengaduan Tepat Waktu ............................. 124
8. Teknis dan Waktu Yang Dibutuhkan dalam
Menerima Laporan Pengaduan .................................... 129
9. Teknis Dan Waktu Yang Dibutuhkan Dalam Penyele-
saian Laporan Pengaduan ............................................. 131
10.Penampilan Dan Sikap Tampang Anggota Polri ......... 133
11.Kenyamanan Dan Kebersihan Tempat Pelayanan ....... 136
12.Kedisiplinan Anggota Polri Yang Memberikan Pelaya-
nan Pengaduan ............................................................. 141
13.Responsivitas Menanggapi Komplain Atau Keluhan ... 142
14.Kecermatan Anggota Polri Dalam Pelayanan
Pengaduan .................................................................... 145
15.Mendahulukan Kepentingan Pengguna Layanan.......... 146
16.Pelayanan Yang Sopan Santun Dan Ramah ................. 148
17.Pelayanan Yang Tidak Diskriminatif ........................... 150
18.Melayani Dan Menghargai Pengguna Layanan ........... 152
B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelayanan Pengaduan
Pada Bidpropam Polda DIY .............................................. 154
1. Faktor Pendukung ............................................................. 154
2. Faktor Penghambat ........................................................... 161
BAB IV PENUTUP................................................................................. 169
1. Kesimpulan .................................................................................... 169
2. Saran............................................................................................... 171
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. . 173LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nama dan Identitas Informan .................................................... 45
Tabel 3.1 Rekap LP Masuk dan Selesai pada Subbag Yanduan Bid
Propam Polda DIY Penelitian ................................................... 125
Tabel 3.2 Data Anggaran dan Realisasi Anggaran pada bidang Pelayanan
BidPropam Polda DIY............................................................... 157
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lambang Polda DIY........................................................... 54
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polda DIY........................................... 56
Gambar 2.3 Logo Propam Polri ............................................................. 62
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Bid Propam Polda DIY ...................... 75
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Subbag Yanduan Bid Propam
Polda DIY........................................................................... 84
Gambar 2.6 Standar Operasional Subbag Yanduan Bid Propam
Polda DIY........................................................................... 87
Gambar 3.1 Foto Standar Operasional Prosedur yang terpasang pada
salah satu sisi dinding ruang Subbag Pelayanan Penga-
duan Bidpropam Polda DIY ............................................... 95
Gambar 3.2 Standar Operasional yang digunakan Subbag Pelayanan
Pengaduan Bidpropam Polda DIY ..................................... 97
Gambar 3.3 Contoh Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) ............ 106
Gambar 3.4 Petugas menerima pengguna layanan dengan perangkat
komputer yang terkoneksi internet dan printer serta
scanner ............................................................................... 116
Gambar 3.5 Petugas memeriksa saksi dengan perangkat komputer yang
terkoneksi internet dan printer ........................................... 118
Gambar 3.6 Petugas menerima pengguna layanan pada ruang Subbag
Pelayanan Pengaduan Bidpropam Polda DIY.................... 134
Gambar 3.7 Petugas pemeriksa menerima pengguna layanan pada
ruang Ur Gakkum Subbid Provos Bidpropam Polda DIY . 135
Gambar 3.8 Ruang Penerimaan Laporan Pengaduan Subbag Yanduan
Bidpropam Polda DIY........................................................ 136
Gambar 3.9 Ruang Pemeriksaan saksi Ur Gakkum Subbid Provos
Bidpropam Polda DIY........................................................ 138
xiii
Gambar 3.10 Petugas penerima laporan pengaduan melayani dengan
ramah dan sopan ................................................................. 149
Gambar 3.11 Struktur Organisasi Subbag Yanduan Bidpropam Polda
DIY Sesuai DSP ................................................................. 158
Gambar 3.12 Struktur Organisasi Riil Subbag Yanduan Bidpropam
Polda DIY........................................................................... 159
Gambar 3.13 Root Cause Analysis Hasil Penelitian................................. 167
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertanyaan Penelitian
2. Surat Kapolda Nomor: B/3077/X/REN.2.3./2018 perihal Hasil Evaluasi
Reformasi Birokrasi Tahun 2017
3. Standar Operasional Prosedur tentang Tata Cara Penerimaan Pengaduan/Laporan
dari Masyarakat yang dirugikan oleh Oknum Anggota/PNS Polri Polda DIY
Nomor: B/SOP-61/IX/2016/BIDPROPAM tanggal 22 September 2016
4. Standar Operasional Prosedur tentang Tata Cara Monitoring dan Evaluasi
Laporan Polisi yang diterima Si Propam Wilayah Jajaran Polda DIY Nomor:
B/SOP-59/IX/2016/BIDPROPAM tanggal 22 September 2016
5. Contoh Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL)
6. Daftar Barang Ruangan (Ruang SPK Propam)
7. Daftar Barang Ruangan (Ruang Rehab dan Yanduan)
8. Daftar Barang Ruangan (Ruang Kasubbid Provos dan Kasubbid Bin Profesi)
9. Daftar Barang Ruangan (Ruang Staf Gakkum/Idik)
10. Surat Permohonan Penelitian dari Prodi Magister Ilmu Pemerintahan STPMD
“APMD” Yogyakarta
11. Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol
12. Surat Keterangan Penelitian dari Bid Propam Polda D.I. Yogyakarta
xiv
INTISARI
Penelitian ini berjudul “Pelayanan Pengaduan Masyarakat Pada BidangProfesi dan Pengamanan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta”. Permasalahan yangdiangkat dalam penelitian pada Bid Propam Polda DIY ini adalah faktorkurangnya sarana dan prasarana serta pengguna layanan yang dapatmempengaruhi pelaksanaan proses pelayanan pengaduan. Dalam rangkamewujudkan Polri yang mandiri dan profesional dengan pelaksanaan ReformasiBirokrasi Polri, salah satu cara yang dapat digunakan adalah revitalisasi pelayananpengaduan dengan meningkatkan kualitas layanan, sehingga terciptanyapelayanan yang lebih berkualitas sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai danmeningkat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif denganmetode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Informan atau narasumberberjumlah 17 orang terdiri dari Kepala Sub Bagian Yanduan Bidang PropamPolda DIY, 3 orang staf operasional pada Sub Bagian Yanduan Sub BagianYanduan Propam Polda DIY, Kepala Sub Bidang Provost Bidang Propam PoldaDIY, 3 orang staf operasional pada Sub Bidang Provost Bidang Propam PoldaDIY, Kepala Sub Bidang Wabprof Bidang Propam Polda DIY, 3 orang stafoperasional pada Sub Bidang Wabprof Bidang Propam Polda DIY, Masyarakatsebagai pelapor 5 orang. Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini, yaitudata reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
Dari penelitian ini, diperoleh data yang menyebutkan bahwa pelayananpengaduan pada Bid Propam Polda DIY terselenggara dengan baik, terdapatstandar operasional yang jelas, jaminan hukum, jaminan keamanan, jaminan tidakdipungut biaya, pelayanan yang ramah dan sopan serta cepat dan tepat. Faktorpendukung dalam pelayanan pengaduan Bid Propam Polda DIY berupa saranaprasarana yang memadai, sumber daya manusia yang handal dan berkompetendengan kuantitas yang sesuai dengan ketentuan, dan anggaran yang mendukungterlaksananya proses penerimaan laporan hingga penyelesaian kasus yangdilaporkan. Faktor penghambat dalam pelayanan pengaduan Bid Propam PoldaDIY meliputi ruangan yang kurang luas, listrik yang sering mati, dan perangkatcomputer yang perlu diremajakan juga pengadaan laptop untuk pelaksanaanpemeriksaan saksi di luar kantor.Kata kunci : pelayanan, pengaduan, masyarakat
xv
ABSTRACT
This research entitled "Public Complaint Service in the Profession andSecurity Division of Regional Police in the Special Region of Yogyakarta ". Theproblems raised in the research at the profession and security division of regionalpolice in the special region of Yogyakarta are the lack of facilities andinfrastructure as well as service users who can influence the implementation of thecomplaints service process. In order to realize an independent and professionalNational Police with the implementation of the National Police BureaucraticReform, one way that can be used is to revitalize complaints services byimproving service quality, so that more quality services can be created so thatcustomer satisfaction can be achieved and increased.
This study uses a descriptive qualitative approach with interview,documentation, and observation methods. Informants or resource personsconsisted of 17 people consisting of the Head of the Yanduan Sub-Division of theprofession and security division of regional police in the special region ofYogyakarta, 3 operational staff in the Yanduan Sub-Division, Head of ProvostSub-Division of the profession and security division of regional police in thespecial region of Yogyakarta, 3 operational staff at Provost Sub-Division, Head ofWabprof Sub-Divison of the profession and security division of regional police inthe special region of Yogyakarta, 3 operational staff in the Wabprof Sub-Division,Community as the reporter of 5 people. Data analysis techniques in thisqualitative research, namely data reduction, data display and conclusiondrawing/verification.
From this study, data obtained that the service of complaints at theprofession and security division of regional police in the special region ofYogyakarta was carried out well, there were clear operational standards, legalguarantees, security guarantees, free of charge, friendly and courteous servicesalso fast and appropriate services. Supporting factors in the service of theprofession and security division of regional police in the special region ofYogyakarta in the form of adequate infrastructure, reliable and competent humanresources with quantities in accordance with the provisions, and the budget thatsupports the implementation of the process of receiving reports until thecompletion of reported cases. Inhibiting factors in the profession and securitydivision of regional police in the special region of Yogyakarta include lessspacious rooms, electricity that often dies, and computer equipment that needs tobe rejuvenated as well as the procurement of laptops for conducting witnesschecks outside the office.Keywords: service, complaints, community
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau disingkat Polri adalah
Kepolisian nasional di negara Indonesia yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden Republik Indonesia. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian
di seluruh wilayah Indonesia, dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia disingkat Kapolri. Kepolisian Negara Republik Indonesia
atau yang sering disingkat dengan Polri dalam kaitannya dengan Pemerintahan
adalah sebagai fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan
dan ketertiban di masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, dan pelayanan
kepada masyarakat yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas
Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan Polri yang mandiri dan profesional dibutuhkan
sebuah upaya untuk membangun dan mengembangkan Polri yang mampu
menjawab tantangan dan harapan masyarakat serta perkembangan lingkungan
strategis yang dinamis, salah satu program utama adalah pelaksanaan
Reformasi Birokrasi Polri. Reformasi Birokrasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2005: 939) reformasi adalah perubahan secara drastis untuk
perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam masyarakat atau negara.
Sedangkan menurut (Sedarmayanti, 2009: 67) reformasi merupakan proses
upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif, ditujukan untuk merealisasikan
2
tata kepemerintahan yang baik. Good Governance (tata kepemerintahan yang
baik) merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif dan efisien dengan menjaga
sinergi yang konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Sedarmayanti menjelaskan birokrasi adalah struktur organisasi digambarkan
dengan hierarki yang pejabatnya diangkat atau ditunjuk, garis tanggung jawab
dan kewenangannya diatur oleh peraturan yang diketahui, dan justifikasi setiap
keputusan membutuhkan referensi untuk mengetahui kebijakan yang
pengesahannya ditentukan oleh pemberi mandat di luar struktur organisasi itu
sendiri. Birokrasi adalah organisasi-organisasi yang memiliki jenjang, setiap
jenjang diduduki pejabat yang ditunjuk atau diangkat, disertai aturan tentang
kewenangan dan tanggung jawabnya, dan setiap kebijakan yang dibuat harus
diketahui oleh pemberi mandat. Pemberi mandat pada sektor swasta adalah
para pemegang saham, dan pada sektor publik adalah rakyat. Birokrasi adalah
suatu organisasi formal yang diselenggarakan berdasarkan aturan, bagian,
unsur, yang terdiri dari pakar yang terlatih. Secara umum organisasi memiliki
pemusatan kewibawaan yang menekankan unsur tata susila, pengetahuan
teknis, dan tata cara impersonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa reformasi
birokrasi (Sedarmayanti, 2009: 71) adalah upaya pemerintah meningkatkan
kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisien dan
akuntabilitas. Reformasi birokrasi berarti:
1. Perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, pola tindak).
2. Perubahan penguasa menjadi pelayan.
3
3. Mendahulukan peranan dari wewenang.
4. Tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir.
5. Perubahan manajemen kinerja.
6. Pantau percontohan reformasi birokrasi, mewujudkan pemerintahan yang
baik, bersih, transparan, dan profesional, bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) melalui:
a. Penataan kelembagaan, struktur organisasi ramping dan flat (tidak
banyak jenjang hierarkis dan struktur organisasi lebih dominan
pemegang jabatan profesional/fungsional dari pada jabatan
struktural).
b. Penataan ketatalaksanaan, mekanisme, sistem, dan prosedur
sederhana/ringkas, simpel, mudah dan akurat melalui optimalisasi
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, serta memiliki
kantor, sarana dan prasarana kerja memadai.
c. Penataan sumber daya manusia aparatur, agar bersih sesuai
kebutuhan organisasi dari segi kuantitas dan kualitas (profesional,
kompeten, beretika, ber-kinerja tinggi, dan sejahtera).
d. Akuntabilitas, kinerja berkualitas, efektif, efisien, dan kondusif.
e. Pelayanan dan kualitas pelayanan, pelayanan prima (cepat, tepat,
adil, konsisten, transparan, dan lain-lain), memuaskan pelanggan dan
mewujudkan Good Governance (kepemerintahan yang baik).
Pada dasarnya Negara berkembang yang berubah menjadi Negara maju
memprioritaskan pelaksanaan reformasi. Di dalam lingkup reformasi terdapat
4
proses revitalisasi. Seperti yang dikatakan oleh (Sedarmayanti, 2009: 56)
terdapat dua model strategi yang digunakan dalam melakukan reformasi
administrasi. Pertama, merevitalisasi kedudukan, peran, dan fungsi
kelembagaan yang menjadi penggerak reformasi administrasi. Kedua, menata
kembali sistem birokrasi baik struktur, proses, sumber daya manusia atau
pegawai negeri sipil (PNS), relasi antara Negara dan masyarakat. Jadi bisa
dikatakan bahwa salah satu cara reformasi birokrasi adalah dengan revitalisasi.
Pengertian yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005:
954), tertulis revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau
menggiatkan kembali. Secara umum, kata revitalisasi berasal dari gabungan
kata “re”, ”vital”, ”isasi”. Kata “re” berarti kembali, ”vital” berarti penting, dan
“isasi” yang berarti proses. Dewasa ini, topik mengenai revitalisasi pelayanan
sudah banyak diperbincangkan dan dilakukan. Jadi kesimpulannya dapat
diartikan revitalisasi merupakan bagian dari reformasi birokrasi. Sehingga
dengan adanya revitalisasi, diharapkan terjadi perubahan dalam suatu
organisasi atau institusi menjadi lebih baik ke depannya. Revitalisasi diartikan
sebagai sebuah proses untuk menjadikan atau mengembalikan kegiatan
menjadi penting kembali atau menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Revitalisasi pelayanan publik merupakan suatu tindakan bagi sektor publik
untuk meningkatkan kualitas layanan, sehingga terciptanya pelayanan yang
lebih berkualitas sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai dan meningkat.
Peningkatan kapasitas (capacity building) merupakan strategi yang dapat
dilakukan untuk melakukan revitalisasi.
5
Melihat dari sejarah berdirinya, pada awal mulanya, Kepolisian Negara
Republik Indonesia "Polri" adalah bagian dari ABRI "Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia". Namun, sejak dikeluarkannya UU Kepolisian Nomor 2
pada Tahun 2002, status Kepolisian Republik Indonesia "Polri" sudah tidak
lagi menjadi bagian dari ABRI "Angkatan Bersenjata Republik Indonesia". Hal
ini dikarenakan adanya perubahan paradigma dalam sistem tata negara yang
menegaskan pemisahan kelembagaan antara Tentara Nasional Indonesia "TNI"
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia "Polri" sesuai dengan peran dan
fungsinya masing masing. Sehingga semakin tingginya tuntutan tugas Polri,
Polri bertekad menjadikan institusi Polri sebagai peran pemerintah yang
bertugas menjaga dan menegakkan keadilan dengan melakukan program
pembaruan pada institusi Polri.
Pada awal pemisahan tersebut berbagai kelompok aksi dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) menilai, doktrin polisi yang seharusnya
mengayomi dan melindungi masyarakat ternyata belum diterapkan pada usia
Polri yang ke-54. Sebagai contoh, Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Jakarta, mendokumentasi penggunaan pendekatan represif dan kekerasan oleh
aparat kepolisian ketika menangani kasus perburuhan, pertanahan, demonstrasi
mahasiswa, penertiban becak. Mereka mengingatkan, doktrin polisi berbeda
dengan doktrin militer yang menggunakan pendekatan habisi dan lenyapkan
musuh. LBH juga mencatat tindakan tidak terpuji dari aparat kepolisian
dalam menangani kasus yang dilaporkan masyarakat, bagi mereka polisi
6
akan menindaklanjuti laporan masyarakat apabila ada uang pelicin. Untuk itu
perlu adanya reformasi birokrasi pada tubuh Polri.
Pelaksanaan program pembaruan pada institusi Polri merupakan bagian
dari reformasi birokrasi Polri agar ke depannya Polri menjadi sebuah institusi
yang lebih baik, bersih, transparan, akuntabel, dan berwibawa. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa kinerja birokrasi di Indonesia pada saat ini cenderung
bersifat kompleks. Hal ini terlihat dari lambatnya pemerintah merespon
keinginan masyarakat dikarenakan keterbatasan sumber daya. Adanya patologi
di dalam sebuah birokrasi antara lain seperti rendahnya kualitas dan
profesionalitas aparatur kepolisian, menurunnya produktivitas dan disiplin
kerja serta beberapa perilaku menyimpang lainnya dalam birokrasi. Oleh
karena itu, semakin besarnya tuntutan bagi aparat kepolisian untuk
mengedepankan Good Governance di setiap kinerjanya, di mana masyarakat
menuntut adanya kinerja yang transparan dan akuntabel pada lembaga
birokrasi.
Dalam Surat Kapolda Nomor: B/3077/X/REN.2.3./2018 tanggal 12
Oktober 2018 perihal hasil evaluasi pelaksanaan Refomasi Birokrasi tahun
2017, diperoleh data bahwa pelaksanaan Reformasi Birokrasi Polri Tahun 2017
telah menunjukkan peningkatan yang signifikan sebagaimana hasil penilaian
yang dilakukan oleh Tim Penilai Nasional (TPN) dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) dan Tim
Survey Eksternal, Indeks Reformasi Birokrasi Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah 73,65 kategori “BB”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
7
komponen peningkatan kualitas pelayanan publik mengalami kenaikan dari
tahun 2016 ke tahun 2017 dengan nilai sebanyak 0,16. Sedangkan dalam hasil
survei eksternal pelayanan publik diperoleh data bahwa pada tahun 2017
mengalami kenaikan nilai sebesar 0,24 dari hasil survey eksternal pelayanan
publik tahun 2016. Sehingga indeks kualitas pelayanan publik Polri tahun 2017
mengalami kenaikan nilai sebesar 0,08. (terlampir) Peningkatan indeks kualitas
pelayanan publik tersebut harus dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk
mendapatkan kepercayaan masyarakat yang lebih tinggi lagi.
Propam yang merupakan singkatan dari Profesi dan Pengamanan dipakai
oleh organisasi Polri pada salah satu struktur organisasinya sejak 27 Oktober
2002 (Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/53/X/2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Satuan-Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri). Sebelumnya,
dikenal dengan Dinas Provos atau Satuan Provos Polri yang organisasinya
masih bersatu dengan TNI/Militer sebagai ABRI. Dulunya Provos Polri
merupakan satuan fungsi pembinaan dari Polisi Organisasi Militer (POM) atau
yang sekarang dikenal dengan Polisi Militer (PM). Propam merupakan salah
satu wadah organisasi Polri berbentuk Divisi yang dipimpin oleh seorang
Kepala Divisi (Kadiv) dengan pangkat Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) atau
berpangkat Bintang Dua. Divisi ini bertanggung jawab atas masalah pembinaan
profesi dan pengamanan di lingkungan internal organisasi Polri yang salah satu
unsur pelaksana staf khusus Polri di tingkat Markas Besar yang berada di
bawah Kapolri.
8
Dalam pelaksanaan tugas sebagai aparatur Negara, Polri sebagai unsur
penegak hukum diwajibkan menjadi contoh dalam pelaksanaan disiplin dan
tertib hukum yang ada di Indonesia. Bidang Profesi dan Pengamanan
(Bidpropam) merupakan sebuah wadah organisasi Polri berbentuk Bidang yang
bertanggungjawab atas pembinaan profesi dan pengamanan di lingkungan
internal organisasi Polridi tingkat Kepolisian Daerah (Polda) berada langsung
di bawah Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Perkap Polri) Nomor
22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat
Kepolisian Daerah. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa Bidpropam
sebagai salah satu unsur pengawas dan pembantu pimpinan/pelayanan.
Tugas Bipropam yang tercantum dalam bagian keenam pada pasal 61 ayat
(2) Perkap Polri Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah meliputi:
1. Perumusan kebijakan Kapolda dalam bidang pembinaan pengamanan
internal, pembinaan disiplin dan pertanggungjawaban profesi di
lingkungan Polda;
2. Pembinaan dan pengamanan internal, yang meliputi personel, materiil,
kegiatan, dan bahan keterangan;
3. Pembinaan dan penegakan disiplin dan/atau kode etik profesi Polri;
4. Pembinaan profesi, yang meliputi penilaian akreditasi profesi dan
pembinaan atau penegakkan etika profesi, serta pengauditan terhadap
proses investigasi kasus baik eksternal maupun internal;
9
5. Pelayanan penerimaan laporan atau pengaduan warga masyarakat
mengenai sikap dan tindakan anggota atau Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Polri yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan/atau kode etik
profesi Polri;
6. Pengendalian dan pemantauan terhadap penanganan laporan dan
pengaduan warga masyarakat oleh satuan-satuan dalam lingkungan
Polda dan pelaksanaan rehabilitasi terhadap anggota dan PNS Polri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Perencanaan dan pengadministrasian umum, penatausahaan urusan
dalam, urusan personel dan materil logistik, serta pelayanan keuangan
di lingkungan Bidpropam; dan
8. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi dan
dokumentasi kegiatan Bidpropam.
Dalam konteks yang akan peneliti dalami adalah fungsi sebagai
Bidpropam sebagai wadah pengawasan anggota Polri khususnya yang
melakukan pelanggaran disiplin maupun kode etik profesi Polri. Menurut tugas
pokok fungsi Bidpropam ditilik dari struktur organisasi dan tata cara kerjanya,
Propam terdiri dari beberapa bidang fungsi dalam bentuk sub-organisasi yaitu 3
Sub Bidang (Sub Bidang Paminal, Sub Bidang Prof dan Sub Bidang Provost)
dan juga membawahi 3 (tiga) Sub Bagian (Sub Bagian Renmin, Sub Bagian
Yanduan, Sub Bagian Rehabpers).
10
1. Fungsi pertanggungjawaban profesi berada di bawah
pertanggungjawaban Sub Bidang Pertanggungjawaban Profesi (Sub Bid
Wabprof).
2. Fungsi pengamanan di lingkungan internal organisasi Polri berada di
bawah pertanggungjawaban Sub Bidang Pengamanan Internal (Sub Bid
Paminal).
3. Fungsi penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polri berada di
bawah pertanggungjawaban Sub Bidang Provos (Sub Bid Provos).
4. Fungsi administrasi dan surat menyurat di bwah pertanggungjawaban
Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi (Sub Bag Renmin).
5. Fungsi pelayanan dan pengaduan pelanggaran disiplin maupun kode
etik profesi berada di bawah pertanggungjawaban Sub Bagian
Pelayanan Pengaduan (Sub Bag Yanduan).
6. Fungsi Penerimaan pengaduan keberatan dari anggota dan PNS Polri,
registrasi dan penelitian terhadap perkara disiplin dan/atau kode etik
profesi, dan penetapan putusan rehabilitasi, serta pembinaan dan
pemulihan profesi (Sub Bag Rehabpers).
Menurut pasal 65 Perkap Polri Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai penegak disiplin anggota Polri, Bidpropam memiliki sentra
pelayanan publik dengan nama Sub Bagian Pelayanan dan Pengaduan (Sub
11
Bag Yanduan) yang mempunyai tugas pokok :
1. Pelayanan dan penerimaan laporan atau pengaduan warga masyarakat
mengenai sikap dan tindakan anggota atau PNS Polri yang diduga
melanggar disiplin dan/atau kode etik profesi Polri.
2. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Bidpropam dan
penanganan laporan atau pengaduan warga masyarakat, pengumpulan
dan pengolahan data serta penyajian informasi dan dokumentasi di
lingkungan Bidpropam.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Subbag Yanduan
dibantu oleh :
1. Urusan Penerimaan Laporan (Urtrimlap), yang bertugas menerima
laporan atau pengaduan warga masyarakat mengenai sikap dan tindakan
anggota atau PNS Polri yang diduga melanggar disiplin dan/atau kode
etik profesi Polri.
2. Urusan Monitoring dan Evaluasi (Urmonev), yang bertugas memantau
dan mengevaluasi pelaksanaan program Bidpropam dan menangani
laporan atau pengaduan warga masyarakat, serta mengumpulkan dan
mengolah data serta penyajian informasi dan dokumentasi di
lingkungan Bidpropam.
Pelayanan Pengaduan yang dilaksanakan oleh Bidpropam Polda
D.I. Yogyakarta merupakan implementasi dari pelayanan publik yang khusus
menangani masalah pengaduan adanya ketidakpuasan dan kerugian yang
disebabkan oleh oknum anggota Polri khususnya pada wilayah hukum
12
Polda D.I. Yogyakarta. Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (MENPAN) No. 63/2003 prinsip penyelenggaraan pelayanan adalah
kesederhanaan; kejelasan; kepastian waktu; akurasi; keamanan; tanggung
jawab; kelengkapan sarana dan prasarana; kemudahan akses; kedisiplinan,
kesopanan, dan keramahan; kenyamanan.
Oleh sebab itu, pelayanan publik pada Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta
adalah bertujuan untuk melayani orang umum ataupun anggota yang merasa
dirugikan oleh oknum anggota Polri. Pelayanan tersebut bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang kemungkinan adanya pelanggaran disiplin
yang dilakukan oleh anggota Polri sehingga dapat pula kita sebut dengan
Pelayanan Pengaduan Masyarakat. Manfaat yang didapatkan dari pelayanan
yang baik dan memuaskan adalah kepuasan dan kepercayaan masyarakat
(trust) pada Polri. Sehingga dengan terbentuknya kepuasan dan kepercayaan
pada Polri dapat meningkatkan pula kepuasan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Dalam penelitian yang meneliti Pelayanan Pengaduan Masyarakat ini
mengacu pada teori mengenai dimensi atau ukuran kualitas pelayanan (Fandy
Tjiptono, 1997:14) yang meliputi bukti langsung (tangibles); keandalan
(reliability); daya tanggap (responsiveness); jaminan (assurance); empati
(empathy); teori tersebut dirasa paling sesuai dengan keadaan konkrit yang ada
pada pelayanan pengaduan Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta.
Harapan kedepan pembangunan di tubuh Polri harus selaras dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat dan arah kebijakan nasional
13
sehingga Polri dapat menjadi kepolisian yang modern. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, pelaksanaan revitalisasi Polri di Indonesia merupakan
sebuah strategi khusus agar kinerja dan pelayanan kepada masyarakat berjalan
efektif, efisien dan memiliki sasaran. Revitalisasi Polri ini termasuk sebagai
langkah dari reformasi birokrasi Polri yang dapat dianalisis melalui teori
reformasi birokrasi seperti yang dikatakan (Sedarmayanti, 2009: 71), yaitu
Perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, pola tindak; Perubahan
penguasa menjadi pelayan; Mendahulukan peranan dari wewenang; Tidak
berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir; Perubahan manajemen kinerja; Pantau
percontohan reformasi birokrasi, mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih,
transparan, dan profesional, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Dari beberapa aspek yang peneliti cermati diatas, dapat ditarik pokok
permasalahan yang terjadi pada Subbag Yanduan Bidpropam Polda
D.I.Yogyakarta adalah kurangnya sarana dan prasarana dalam ruang pelayanan
pengaduan pada Bag Yanduan Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta. Selain itu
dalam tindak lanjut penanganan perkara yang diterima, pada sarana prasarana
baik tempat pemeriksaan maupun alat bantu pemeriksaan yang belum optimal.
Peneliti telah menemukan beberapa penelitian lain yang hampir sama,
yaitu meneliti tentang Peningkatan pelayanan publik diantaranya :
1. Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap Pelayanan Publik di
Puskesmas Ngesrep Semarang oleh Frederik Mote (2008) yang
dilaksanakan di Puskesmas Ngresep Semarang. Dari penelitian ini
diperoleh hasil bahwa kualitas pelayanan publik di Puskesmas Ngesrep
14
Semarang sudah mengalami peningkatan sehingga kepuasan masyarakat
pengguna jasa juga meningkat. Dari ke 14 indikator, terdapat tiga indikator
yang tidak baik dalam pelayanan yaitu kemampuan petugas pelayanan,
kenyamanan lingkungan, dan keamanan lingkungan.
2. Pengaruh Remunerasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik oleh Bambang
Sancoko (2010) yang melaksanakan penelitian di KPPN Jakarta I.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa pemberlakuan remunerasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan pegawai
KPPN Jakarta I yang dirasakan pelanggan. Penilaian kualitas pelayanan
KPPN Jakarta I yang paling besar peningkatannya dirasakan oleh
pelanggan adalah dimensi tangibles yang berhubungan dengan sarana dan
prasarana. Dimensi ini merupakan dimensi atas faktor yang tam-pak di
mata pelanggan (fisik). Sementara dimensi reliability, responsiveness,
assurance, dan emphaty yang berhubungan dengan SDM lebih rendah
peningkatannya dibanding dimensi tangibles. Empat dimensi pelayanan
yang terakhir pelaksanaannya tergantung pada faktor manusia. Penilaian
paling rendah dirasakan oleh pelanggan adalah peningkatan pelayanan
pada dimensi emphaty.
3. Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan di Sektor
Publik oleh Dr. Dedi Rianto Rahadi (2007) yang melaksanakan penelitian
pada setiap kantor dinas yang ada di kota Palembang. Penelitian ini
menghasilkan data bahwa model TAM yang diuraikan dalam makalah ini
memberikan gambaran pada aspek manfaat dirasakan dan mudah
15
penggunaan TI. TI dapat diterima jika memiliki karakteristik sesuai
dengan apa yang diinginkannya. Secara teoritis, pengadopsian teori-teori
keprilakuan dalam studi-studi TI memberikan akselerasi kajian dibidang
TI sehingga inovasi-inovasi pengembangan TI dan sistim informasi
mengarah pada kebutuhan pengguna (user) dengan kemudahan
penggunaannya. Dengan demikian secara teoritis dapat diuraikan bahwa
implikasi penerapan TI adalah pada aspek keprilakuan yang berkaitan
dengan pengembangan TI. Implikasi ini didasari pada argumentasi bahwa
interaksi antara ketiga unsur dalam pengembangan TI tidak dapat
dihindari, yaitu interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak dan
pengguna, artinya aspek prilaku itu memang penting untuk diperhatikan.
Sehingga hasil yang diperoleh kemudahan penggunaan berpengaruh pada
manfaat yang dirasakan, sebaliknya kemudahan penggunaan dan manfaat
yang dirasakan tidak berpengaruh pada penerimaan TI.
Penelitian di atas memiliki beberapa kemiripan dalam hal peningkatan
Pelayanan Publik, namun bahasan yang dipaparkan berbeda dengan yang akan
peneliti bahas pada penelitian berjudul Pelayanan Publik pada Bidpropam
Polda D.I. Yogyakarta yang secara khusus akan membahas tentang
produktivitas dan kualitas pelayanan pengaduan pada Bidpropam Polda D.I.
Yogyakarta.
16
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini pada fungsi pelayanan dan pengaduan pelanggaran
disiplin maupun kode etik profesi yang berada di bawah pertanggungjawaban
Sub Bag Yanduan. Selanjutnya, penelitian ini akan mencari tahu tentang
pelayanan pengaduan yang meliputi :
1. Produktivitas dan kualitas pelayanan pengaduan pada Bidpropam Polda
D.I. Yogyakarta.
2. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat pelayanan
pengaduan pada Bidpropam Polda D.I.Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Produktivitas dan kualitas pelayanan pengaduan pada
Bidpropam Polda Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Faktor Apa sajakah yang mendukung dan menghambat dalam peningkatan
pelayanan pengaduan di Bidpropam Polda Daerah Istimewa Yogyakarta?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui gambaran Produktivitas dan kualitas pelayanan
pengaduan pada Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta.
b. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam
peningkatan pelayanan pengaduan di Bidpropam Polda D.I.
Yogyakarta.
17
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Praktis
Memberikan saran masukan kepada Polda D.I. Yogyakarta guna
peningkatan pelayanan pengaduan khususnya pada Bidang Propam
dalam pelaksanaan Pelayanan Publik yang dilakukan agar dapat
semakin optimal.
b. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pikiran bagi pembaca dan peneliti berikutnya
khususnya yang terkait pada bidang pelayanan pengaduan di
Kepolisian.
E. Kerangka Konseptual
1. Pelayanan Publik
Pelayanan publik menurut Keputusan Menpan Nomor 63 tahun 2003
adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang–
undangan. Menurut Ratminto & Atik Septi Winarsih (2005: 5),
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat definisikan sebagai segala
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan
oleh instansi pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di Lingkungan Badan
18
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa pelayanan
publik tentang pengaduan masyarakat adalah pelayanan yang
dilaksanakan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat tentang
adanya pengaduan pada anggota Polri.
a. Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan
Menurut Ratminto & Atik Septi Winarsih (2005: 21),
berpedoman dalam Keputusan Menpan No. 63/2003, prinsip
penyelenggaraan pelayanan adalah sebagai berikut:
1) Kesederhanaan; prosedur pelayanan publik tidak berbelit-
belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan; mencakup kejelasan dalam hal :
a) persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
b) unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan
pelayanan publik;
c) perincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
19
3) Kepastian waktu; pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar,
tepat, dan sah.
5) Keamanan; proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
6) Tanggung jawab; pimpinan penyelenggara pelayanan
publik/pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7) Kelengkapan sarana dan prasarana, seperti prasarana kerja,
peralatan kerja, dan pendukung lainya yang memadai
termasuk sarana telematika.
8) Kemudahan akses; tempat dan lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan
memanfaatkan teknologi telematika.
9) Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan; pemberi
pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah serta
ikhlas dalam memberikan pelayanan.
10) Kenyamanan; lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, serta disediakan
fasilitas pendukung, seperti tempat parkir, toilet, tempat
ibadah, dan lain-lain.
20
Dalam pelaksanaannya, penyusunan, penetapan, dan penerapan
penyelenggaraan pelayanan publik semakin dimodernisasi dengan
prinsip pelayanan yang diatur dalam Permenpan RB Nomor 15
Tahun 2014 yang memiliki prinsip lebih ringkas dan mengena,
meliputi :
1) Sederhana. Standar Pelayanan yang mudah dimengerti,
mudah diikuti, mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan
prosedur yang jelas dan biaya terjangkau bagi masyarakat
maupun penyelenggara.
2) Partisipatif. Penyusunan Standar Pelayanan dengan
melibatkan masyarakat dan pihak terkait untuk membahas
bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen
atau hasil kesepakatan.
3) Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan
harus dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan
kepada pihak yang berkepentingan.
4) Berkelanjutan. Standar Pelayanan harus terus-menerus
dilakukan perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas
dan inovasi pelayanan.
5) Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat.
6) Keadilan. Standar Pelayanan harus menjamin bahwa
pelayanan yang diberikan dapat menjangkau semua
21
masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi
geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.
Menurut (Setiawan, 2017: 9) Penegakan hukum dan penegakan
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Bidpropam adalah
masalah krusial yang dihadapi oleh bidang Bidpropam karena
pelanggaran yang dilakukan oleh oknum anggota Polri akan
menjadikan citra Polri di masyarakat dipandang sebelah mata, citra
ini pun akan menyatu kepada citra Bidpropam Polri, dikarenakan
Bidpropam sebagai sebagai penegak disiplin dan penegak hukum di
internal Polri, Bidpropam pun masih termasuk anggota Polri. Maka
seringkali masyarakat tidaklah respect terhadap anggota
Bidpropam dikarenakan masyarakat berpandang bahwa “mereka
adalah Polisi, semua Polisi adalah sama saja” semakin banyaknya
anggota Polri yang melakukan penyalahgunaan wewenang maupun
pelanggaran maka semakin besar peluang bagi institusi Polri
mencoreng nama baik institusinya sendiri. Hal ini sebagai contoh
pada kasus penyalahgunaan wewenang pemakaian senpi di Polda
Lampung yang benar-benar menguji prinsip pelayanan publik itu
sendiri. Polri dituntut untuk membuktikan kepada masyarakat
bahwa Bidpropam sebagai penegak hukum dan disiplin anggota
Polri tidak seperti apa yang masyarakat bayangkan sehingga
aplikasi nyata prinsip-prinsip di atas memang harus dilaksanakan
22
untuk mengubah citra Polri dan menciptakan kepercayaan
masyarakat pada institusi Polri.
Dari kedua prinsip diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
prinsip yang digunakan dalam penelitian Pelayanan Pengaduan
pada Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta lebih mengacu pada prinsip
yang diatur dalam Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003
karena prinsip tersebut lebih mendetail dan jelas aspek-aspek yang
akan diteliti, sehingga peneliti dapat dengan mudah
mengelompokkan aspek-aspek yang perlu diamati.
b. Standar Pelayanan Publik
Menurut Permenpan RB Nomor 15 Tahun 2014, Standar
Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan
sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat
dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki
standar pelayanan dan harus di sosialisasikan sebagai jaminan
adanya kepastian bagi penerima layanan. Menurut Ratminto & Atik
Septi Winarsih (2005: 24), standar pelayanan yang dipedomani dari
23
Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, meliputi :
1) Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan
penerima pelayanan termasuk pengaduan.
2) Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan
termasuk pengaduan.
3) Biaya pelayanan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan
dalam proses pemberian pelayanan.
4) Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
5) Sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai
oleh penyelenggara pelayanan publik.
6) Kompetensi petugas pemberi layanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan
dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian,
ketrampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
Dalam Peraturan MENPAN RB Nomor 15 Tahun 2014,
Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses
24
pengelolaan pelayanan di internal organisasi (manufacturing)
meliputi:
1) Dasar hukum
2) Sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas
3) Kompetensi pelaksana
4) Pengawasan internal
5) Jumlah pelaksana
6) Jaminan pelayanan
7) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
8) Evaluasi kinerja pelaksana
Dapat ditarik kemungkinan-kemungkinan ada beberapa
penyebab dari kurang berhasilnya pelayanan publik di era
reformasi, selain lemahnya sumber daya manusia, juga ada hal-
hal lain seperti :
1) Prosedur dan metode kerja yang tidak ditaati
2) Sarana prasarana kurang memadai
3) Kurang rasa pengabdian
4) Pendapatan kurang memenuhi standar.
Beberapa kelemahan tersebut dapat digunakan sebagai
catatan para penyelenggara pelayanan untuk dapat menjadi
agenda penyelenggaraan pelayanan di masa yang akan datang.
Dengan tantangan yang lebih berat dan komprehensif. Walaupun
demikian reformasi yang membuka peluang bagi aparatur
25
birokrasi untuk dapat memanfatkan segala potensi untuk lebih
besar diorientasikan pada pembangunan daerah khususnya dalam
penyelenggaraan pelayanan publik di institusi-institusi daerah
contohnya pada Polda D.I. Yogyakarta.
Dari standar pelayanan yang dipaparkan di atas, standar
pelayanan yang diatur dalam Permenpan RB Nomor 15 Tahun
2014 telah diperbarui dengan aspek dasar hukum, aspek personil
yang melaksanakan secara rinci secara kualitas maupun kuantitas,
dan juga dilengkapi dengan evaluasi kinerja pelaksanaan yang
memang harus dilaksanakan untuk memonitor sejauh mana
pelaksanaan pelayanan yang terjadi pada suatu organisasi.
2. Pelayanan Publik di Lingkup Polri
Pelayanan publik dalam lingkup organisasi Polri merupakan kewajiban
bagi penyelenggara negara dalam konteks ini adalah aparat penegak hukum
yaitu anggota Polri dan merupakan hak warga masyarakat mendapatkan
penyelesaian secara tuntas atas permasalahan yang disampaikan pada
penyelenggara negara sebagaimana diamanatkan dalam peraturan
perundang-undangan, yang pelaksanaannya diawasi oleh masyarakat dalam
rangka mewujudkan akuntabilitas publik, menuju pemerintahan yang
bersih dan berwibawa serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
sehingga terwujudlah kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
26
Menurut pasal 1 angka 25 KUHAP, pengaduan adalah
pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang
yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.
Dalam Perkap nomor 2 tahun 2012 tentang Tata Cara Penanganan
Pengaduan Masyarakat di Lingkup Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Pengaduan masyarakat adalah pengaduan dari masyarakat,
Instansi Pemerintah atau pihak lain secara lisan atau tertulis
mengandung informasi, keluhan, ketidakpuasan atau adanya
penyimpangan atas kinerja Polri yang memerlukan penanganan dan
penyelesaian lebih lanjut. Pengaduan masyarakat ini harus ditangani
dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan pengaduan masyarakat yang
meliputi kegiatan penanganan keluhan/pengaduan melalui proses
penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi,
penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.
Selanjutnya bila proses penerimaan, pencatatan, penelaahan,
penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian, pemeriksaan, pelaporan,
tindak lanjut, dan pengarsipan di atas telah mencapai proses pemeriksaan
dan diperoleh identitas terlapor, maka dalam rangka penyidikan,
pemeriksaan terhadap anggota Polri yang terbukti bersalah dilakukan
dengan memperhatikan kepangkatan sebagai berikut:
a. Tamtama diperiksa oleh anggota Polri berpangkat serendah-
rendahnya Bintara;
27
b. Bintara diperiksa oleh anggota Polri berpangkat serendah-rendahnya
Bintara;
c. Perwira Pertama diperiksa oleh anggota Polri berpangkat serendah-
rendahnya Bintara;
d. Perwira Menengah diperiksa oleh anggota Polri berpangkat serendah
rendahnya Perwira Pertama;
e. Perwira Tinggi diperiksa oleh anggota Polri berpangkat serendah-
rendahnya Perwira Menengah.
Penyidikan terhadap anggota Polri harus memperhatikan tempat
kejadian perkara dan terhadap anggota Polri yang melakukan tindak
pidana di wilayahnya dapat disidik oleh kesatuan yang lebih atas dari
kesatuan ia bertugas. Sedangkan penyidikan terhadap anggota Polri yang
melakukan tindak pidana tertentu dilakukan oleh penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia, kecuali dalam hal:
a. penyidik Polri menganggap perlu untuk melimpahkan kepada
penyidik tindak pidana tertentu (dapat dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil); atau
b. ditentukan secara khusus dalam peraturan perundang-undangan.
Kemudian bagi tersangka anggota Polri, tempat penahanan dapat
dipisahkan dari ruang tahanan tersangka lainnya dan bagi terdakwa
anggota Polri tempat penahanan dapat dipisahkan dari ruang tahanan
terdakwa lainnya.
28
Dalam (Ulfah Maria dkk, 2013: 65) setelah proses penyidikan,
proses selanjutnya bagi anggota Polri sama seperti masyarakat sipil lain
yang menjalani kasus pidana yakni penuntutan oleh Jaksa Penuntut
Umum, pembuktian, dan putusan oleh Majelis Hakim.
Menurut (Nirmala, 2013: 230) Dalam penegakan hukum serta
penegakan disiplin Polri, seorang Ankum dituntut untuk mampu
memberikan sanksi kepada anggota yang melakukan pelanggaran atau
tindak pidana sehingga pelanggaran sekecil apapun akan ditindak lanjuti
dengan tindakan korektif atau sanksi dan penegakan hukum merupakan
salah satu usaha untuk menciptakan kepatuhan, ketaatan, ketertiban,
keamanan guna terwujudnya suasana lingkungan sosial yang kondusif
namun dalam pelaksanaannya harus dijiwai oleh tampilan sebagai sosok
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat sehingga dapat
menjunjung supremasi hukum serta akan selalu dicintai oleh masyarakat.
Sehingga dihimbau kepada masyarakat yang menjadi korban tindak
pidana maupun disiplin dari anggota Polri yang tidak menjalankan fungsi
dan wewenang sebagaimana seharusnya dapat melaporkan hal tersebut
ke kepolisian setempat agar dapat dilanjutkan dengan prosedur hukum
acara pidana yang diatur di dalam KUHAP. Dapat dipastikan bila
anggota Polri tersebut telah terbukti bersalah secara pidana berdasarkan
putusan hakim peradilan umum, masyarakat yang bersangkutan dapat
melaporkan kepada Propam agar anggota Polri tersebut mendapatkan
sanksi administratif dari organisasi Polri. Hal itu karena anggota Polri
29
yang melakukan tindak pidana pasti telah melanggar pula Peraturan
Disiplin Polri dan Kode Etik Polri, sehingga anggota Polri tersebut dapat
dikenakan sanksi pidana bersamaan dengan sanksi administratif.
a. Prinsip Pelayanan Pengaduan Masyarakat Pada lingkup
Polri
Prinsip-prinsip Pelayanan pengaduan masyarakat menurut
Perkap nomor 2 tahun 2012 tentang Tata Cara Penanganan
Pengaduan Masyarakat di Lingkup Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah :
1) kepastian hukum, yaitu penanganan Dumas dilaksanakan
sesuai prosedur dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara yuridis;
2) transparan, yaitu penanganan Dumas dilakukan
berdasarkan mekanisme secara jelas dan terbuka, agar
masyarakat dapat mengetahui perkembangan dan tindak
lanjutnya;
3) visibel, yaitu informasi tindak lanjut penanganan Dumas
disampaikan secara jelas, akurat, dan nyata berdasarkan
fakta dan data yang ditemukan;
4) accessible, yaitu tempat penanganan Dumas mudah
didatangi, dijangkau, dan dihubungi oleh masyarakat atau
pengadu;
30
5) koordinasi, yaitu hubungan atau kerja sama dalam
penanganan Dumas oleh antar pejabat yang berwenang
dan terkait, berdasarkan mekanisme, tata kerja dan
prosedur secara sinergi;
6) efektif dan efesien, yaitu penanganan Dumas dilaksanakan
tepat sasaran, tepat guna, dan tepat manfaat dengan
mempertimbangkan tenaga, waktu dan biaya;
7) akuntabel, yaitu harus dapat dipertanggungjawabkan, baik
proses maupun tindak lanjutnya;
8) objektif, yaitu berdasarkan fakta atau bukti tanpa
dipengaruhi prasangka, interpretasi, kepentingan pribadi,
golongan atau kepentingan pihak tertentu; dan
9) proporsional, yaitu mengutamakan kepentingan
pelaksanaan tugas dan kewenangan dengan tetap
memperhatikan adanya kepentingan yang sah lainnya
secara seimbang.
Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 (Menpan, 2003:3)
menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan prima sebagai berikut:
1) Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan
2) Kejelasan:
a) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
31
b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik;
c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
3) Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan
sah.
5) Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
6) Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam
pelayanan publik.
7) Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan
32
sarana teknologi telekomunikasi dan informatika
(telematika).
8) Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
9) Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan
santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10) Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang
indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung
pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan pula, pelayanan prima
menurut (Sedarmayanti, 2009: 249) adalah pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan (masyarakat) minimal sesuai dengan
standar pelayanan (cepat, tepat, akurat, murah, ramah). Hal yang
melekat dalam pelayanan prima yaitu diantaranya:
a. Keramahan
b. Kredibilitas
c. Akses
33
d. Penampilan Fasilitas
Kemampuan Dalam Menyajikan Pelayanan. Dari kedua
prinsip diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip Pelayanan
pengaduan masyarakat menurut Perkap nomor 2 tahun 2012
tentang Tata Cara Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkup
Kepolisian Negara Republik Indonesia lebih sesuai digunkan
dalam penelitian ini karena sesuai dengan pelaksanaan pada
organisasi Polri.
b. Standar Operasional Pelayanan Pengaduan pada Bidpropam
Polda D.I. Yogyakarta
Pelayanan pengaduan masyarakat ini dalam standar
operasionalnya dilayani pada Subbag Yanduan dan diterima oleh
anggota Polri maupun PNS yang memberikan pertimbangan serta
masukan tentang keluhan dan laporan yang disampaikan. Apabila
keluhan tersebut terbukti memenuhi unsur pelanggaran maka akan
dibuatkan surat Laporan Polisi, namun bila tidak cukup terbukti
maka akan difasilitasi dengan cara mediasi atau kekeluargaan.
Selanjutnya apabila keluhan dan pengaduan sudah dibuatkan
Laporan Polisi maka Subbid Paminal akan menindaklanjuti
dengan cara penyelidikan lebih lanjut. Laporan yang didapati
benar dan terbukti akan segera di limpahkan penanganannya ke
34
Subbid Provos untuk pelanggaran disiplin ataupun Subbid
Wabprof untuk pelanggaran Kode Etik Polri.
3. Pelaksanaan Pelayanan Pengaduan pada Bidpropam Polda D.I.
Yogyakarta
Dalam penelitian yang dilakukan pada Bidpropam Polda D.I.
Yogyakarta ini peneliti akan meneliti Pelayanan Pengaduan mengacu
pada teori mengenai dimensi atau ukuran kualitas pelayanan Fandy
Tjiptono, 1997:14) yang meliputi :
a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
Pada Sub Bagian Pelayanan dan Pengaduan Bid propam Polda D.I.
Yogyakarta peneliti mengamati bahwa fasilitas masih sangat
minim, ruangan yang kurang luas baik untuk menerima pengaduan
maupun dalam pelayanan interogasi/penyidikan pelapor, saksi,
maupun terduga. Selain itu pegawai yang melayani pengaduan
maupun jumlah anggota penyidiknya masih sangat terbatas
jumlahnya, hal ini di perkuat dengan data anggota yang tidak sesuai
dengan jumlah staf yang seharusnya. Sarana komunikasi
menggunakan sarana kantor maupun pribadi dari pihak penyidik.
b. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
35
Penerimaan laporan sementara berlangsung segera dan akurat
karena untuk laporan yang masuk tidak sebanyak jumlah laporan
yang masuk pada Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu, sehingga
untuk jumlah pegawai penerima laporan sesuai ketetapan dari
Mabes Polri mampu melaksanakan penerimaan laporan dengan
baik. Pada proses pelaksanaan tindak lanjut laporan yang
merupakan satu kemasan dalam pelayanan pengaduan, penyidikan
yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh jumlah anggota penyidik,
sarana prasarana maupun dari pengguna layanan.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap.
Daya tanggap para pegawai/ anggota pada Sub Bagian Pelayanan
dan Pengaduan Bid propam Polda D.I. Yogyakarta sudah sangat
tinggi, karena pegawai sangat mengerti apa yang harus dilakukan
saat pelapor datang, melaporkan, bahkan bagaimana laporan yang
sudah berbentuk surat tertulis itu ditindak lanjuti.
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
Para anggota penerima laporan pengaduan dan penyidik pada Sub
Bagian Pelayanan dan Pengaduan Bid propam Polda D.I.
Yogyakarta dan Sub bid Provos serta Subbid Wabprof memiliki
36
pengetahuan, kemampuan, dan kesopanan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur mereka masing-masing. Keamanan dan
kerahasiaan berita/informasi menjadi hal yang diutamakan karena
menjadi Kode Etik Profesi anggota Bid propam yang mempunyai
tupoksi sebagai penegak disiplin anggota Polri.
e. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan para pelanggan.
Empati yang tinggi juga diberikan kepada pelapor, saksi, maupun
terduga pelanggar yang hendak dimintai keterangan. Hal tersebut
terbukti dari pemberian kesempatan kepada pelapor untuk
menceritakan pengaduannya, bila sedang lelah, penerima laporan
pengaduan tidak sungkan memberikan waktu untuk beristirahat
karena dalam konteks ini, pelanggan adalah orang yang dirugikan,
jadi dapat dipastikan kondisi psikisnya juga mempengaruhi apa
yang akan diutarakan dan juga kondisi kesehatan pelapor itu
sendiri. Hal yang sama juga diberikan kepada para pelapor, saksi,
dan terduga saat menjalani proses penyidikan/pemeriksaan oleh
para penyidik di Subbid Provos maupun Subbid Wabprof.
Seandainya saat dipanggil (dengan surat panggilan dari dinas
resmi) tidak dapat memenuhi panggilan, maka untuk penyidik
memberikan beberapa alternatif pilihan waktu kapan pelapor, saksi
maupun terduga pelanggar dapat diperiksa, dengan mengedepankan
37
asas kewajaran sesuai dengan perhitungan lama penyidikan agar
tidak terlalu berlarut-larut.
Selanjutnya peneliti akan membahas tentang faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik (Hardiyansyah, 2011:73),
dari beberapa penelitian dapat diambil faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pelayanan publik, meliputi :
a. Motivasi kerja aparat memiliki pengaruh signifikan terhadap
kualitas pelayanan publik
b. Pengawasan masyarakat yang meliputi komunikasi dan nilai
masyarakat berpengaruh terhadap kuaitas pelayanan publik
c. Perilaku birokrasi sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap
kualitas layanan
d. Implementasi kebijakan pelayanan terpadu berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan sipil
e. Perilaku birokrasi secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan publik
f. Kinerja birokrasi berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik
g. Kontrol sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektifitas pelayanan civil
h. Implementasi kebijakan tata ruang mempunyai hubungan korelasi
yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
38
i. Terdapat pengaruh motivai kerja dan lingkungan kerja terhadap
kinerja pegawai
j. Perilaku aparat berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
layanan publik
k. Motivasi kerja aparat yang meliputi dimensi kebutuhan,
penghargaan, insentif dan keadilan berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas pelayanan publik
l. Kemampuan aparatur memberikan pengaruh lebih besar daripada
perilaku aparatur terhadap kualitas pelayanan
m. Pengalaman memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas pelayanan
n. Tanggung jawab memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas pelayanan kesehatan
o. Komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi yang berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas pelayanan
p. Kemampuan aparatur, budaya organisasi dan kebijakan yang
mendukung menjadi variable utama yang mempengaruhi kinerja
pelayanan publik sedangkan variabel motivasi menjadi faktor
proaktif dan dinamisator bagi peningkatan kinerja pelayanan publik
q. Iklim komunikasi organisasi dan aliran informasi berpengaruh
positif terhadap kepuasan masyarakat
r. Restrukturisasi organisasi badan usaha milik daerah memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan
39
s. Perencanaan fasilitas baik secara parsial maaupun simultan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
t. Perubahan radikal, restrukturisasi, pemanfaatan teknologi informasi
dan efisiensi pelayanan mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan terhadap peningkatan kualitas pelayanan
u. Pemberdayaan aparatur birokrasi berpengaruh positif terhadap
kualitas pelayanan
v. Besarnya pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pelayanan
secara signifikan ditentukan oleh dimensi pemimpin, pengikut dan
situasi.
Harapan kedepan pembangunan di tubuh Polri harus selaras dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat dan arah kebijakan nasional
sehingga Polri dapat menjadi Kepolisian yang modern. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, pelaksanaan revitalisasi Polri di Indonesia
merupakan sebuah strategi khusus agar kinerja dan pelayanan kepada
masyarakat berjalan efektif, efisien dan memiliki sasaran. Revitalisasi
Polri ini termasuk sebagai langkah dari reformasi birokrasi Polri yang
dapat dianalisis melalui teori reformasi birokrasi seperti yang dikatakan
(Sedarmayanti, 2009: 71), yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, pola tindak). Polri
dalam melaksanakan revitalisasi Polri melalui road map ke 3 (tiga)
yaitu peningkatan integritas sudah berupaya menerapkan perubahan
40
cara berpikir ke seluruh anggota melalui strategi manajemen
perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set)
dengan cara melakukan komunikasi intensif antar pimpinan dan
antara pimpinan dengan anggota secara rutin dan terprogram
tentang strategi manajemen perubahan dalam institusi Polri. Selain
itu juga melaksanakan strategi pendidikan dan pelatihan seperti
melaksanakan internalisasi program perubahan yang belum
terlaksana dengan baik di seluruh jajaran serta melaksanakan
pendidikan dan pelatihan untuk pemahaman mengenai pola pikir
dan budaya kerja di lingkungan Polri.
b. Perubahan penguasa menjadi pelayan. Ini berarti dimana pihak
Polri mulai merubah pola pikir yang berfikir yang awalnya menjadi
penguasa ke pelayan masyarakat. Ini dibuktikan dengan adanya
salah satu terobosan kreatif yaitu traffic accident investigation door
to door dimana pihak Polri berupaya melayani masyarakat dengan
cara mendatangi ke rumah korban untuk dimintai keterangan dan
pemeriksaan secara langsung tanpa menunggu korban sembuh atau
korban datang ke kantor.
c. Mendahulukan peranan dari wewenang. Peranan Polri adalah
melaksanakan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
lingkungan dan kegiatan masyarakat. Sedangkan wewenang Polri
salah satunya adalah menerima pengaduan masyarakat. Ini
dibuktikan dengan adanya anggota Polri beserta wilayah selalu
41
melakukan pencegahan hal-hal yang tidak diinginkan dengan
patroli wilayah setiap harinya daripada diam di kantor menunggu
pengaduan masyarakat baru bertindak.
d. Tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir. Dalam memberikan
rasa aman terhadap masyarakat, Polri selalu berpatroli setiap
harinya ke setiap wilayah melalui mobil patroli dari Polres maupun
Polsek. Namun jumlah anggaran untuk bahan bakar mobil patroli
kurang mencukupi untuk wilayah yang lumayan luas, namun
berpatroli tetap dilaksanakan bagaimanapun caranya atau prosesnya
demi tercapainya situasi yang kondusif aman dan terkendali, jadi
bisa dikatakan Polri tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir
yaitu memberi rasa aman terhadap masyarakat.
e. Perubahan manajemen kinerja. Polri dalam melaksanakan
Revitalisasi Polri melalui road map ke 2 (dua) yaitu terobosan
kreatif sudah berupaya menerapkan perubahan manajemen kinerja
melalui program unggulan dimana ini diperlukan untuk memecah
kebuntuan selain itu juga menjadi solusi inovatif untuk
meningkatkan kinerja anggota Polri.
f. Pantau percontohan reformasi birokrasi, mewujudkan pemerintahan
yang baik, bersih, transparan, dan profesional, bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Saat ini Polri sedang berupaya untuk
membangun kepercayaan masyarakat melalui reformasi birokrasi
salah satunya dengan program revitalisasi Polri menuju pelayanan
42
prima. Tujuannya adalah untuk membangun birokrasi yang
berdasarkan prinsip-prinsip good governance yaitu birokrasi yang
bersih dari unsur KKN serta transparan dan akuntabel. Ini juga
dijadikan komitmen bersama anggota kepolisian negara Republik
Indonesia sebagai pelayan prima yang anti KKN dan anti
kekerasan. Ketiga komponen road map atau kerangka makro
program revitalisasi Polri merupakan satu kesatuan yang diyakini
mampu merevitalisasi peran Polri untuk menjadikan Polri lebih
melayani, proaktif, transparan dan akuntabel, dengan berdasarkan
kaidah taat hukum, taat prosedur dan taat etika, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan
soliditas internal Polri.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
jawaban pertanyaan penelitian adalah pendekatan kualitatif mengingat
penelitian ini bertujuan menggali informasi mendalam tentang analisis
pola layanan masyarakat dengan studi kasus pada Unit Sentra
Pelayanan Masyarakat Sub Bagian Pelayanan Pengaduan (Sub Bag
Yanduan) Bidang Propam Polda D.I. Yogyakarta. Mengutip apa yang
dinyatakan oleh Neuman (2006:13) bahwa pendekatan kualitatif:
43
“ construct social reality; cultural meaning; focus on interactive
processes; events; authenticity is key; value are present and explicit;
theory and data are fused; situationally constraint; few cases, subject;
thematic analysis; researcher is involved.”
Untuk kepentingan pendokumentasian kenyataan fenomenon
análisis pola layanan pengaduan masyarakat dengan studi kasus pada
Unit Sentra Pelayanan Masyarakat Sub Bag Yanduan Propam Polda
D.I. Yogyakarta yang menjadi objek penelitian, maka penelitian ini
bersifat penelitian deskriptif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode
survey. Dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan tentang
Produktivitas dan kualitas pelayanan pengaduan pada Bidpropam Polda
D.I. Yogyakarta dengan melihat pelaksanaan pelayanan serta
penyelesaian laporan pengaduan yang masuk.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode wawancara
untuk mendapatkan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
pelayanan pengaduan pada Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta. Menurut
Permenpan RB Nomor 15 Tahun 2014, Komponen Standar Pelayanan
yang terkait dengan proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi
(manufacturing) meliputi Dasar hukum; Sarana dan prasarana, dan/atau
fasilitas; Kompetensi pelaksana; Pengawasan internal; Jumlah
pelaksana; Jaminan pelayanan; Jaminan keamanan dan keselamatan
pelayanan; Evaluasi kinerja pelaksana. Pelaksanaan pelayanan.
44
Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan faktor-faktor yang
memengaruhi pelaksanaan pelayanan pengaduan pada Bidpropam Polda
D.I. Yogyakarta sehingga dapat memberikan rekomendasi untuk
keperluan penelitian masa yang akan datang. Dalam penelitian ini,
analisa faktor pendukung dan penghambat pelayanan pengaduan pada
Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta akan dilakukan melalui survey dan
observasi melalui indeks Kepuasan Masyarakat sehingga diharapkan
hasil penelitian dapat menjadi acuan bagi upaya peningkatan kualitas
pelayanan pengaduan pada Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta di masa
mendatang.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Bidang Profesi dan Pengamanan
Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya pada Sub Bagian
Pelayanan pengaduan (Subbag Yanduan) dilanjutkan ke bagian yang
menindaklanjuti laporan pengaduan masyarakat tersebut yaitu Sub
Bidang Provos dan Sub Bidang Wabprof. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa layanan pengaduan masyarakat yang ditangani
Bidang Propam Polda D.I. Yogyakarta merupakan layanan sentral dan
terminal layanan dari berbagai layanan pengaduan masyarakat seluruh
wilayah Kepolisian Resor (Polres) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh sebab itu, segala bentuk dan mekanisme layanan pengaduan
masyarakat Bidang Propam Polda D.I. Yogyakarta akan berdampak
45
pada sistem layanan pengaduan amsyarakat seluruh Daerah Istimewa
Yogyakarta.
3. Penentuan Informan
Teknik menentukan informan atau narasumber adalah purposive,
yakni menentukan narasumber tertentu yang dianggap dapat
memberikan informasi terkini dan lengkap akan layanan pengaduan
masyarakat yang dilaksanakan Bidang Propam Polda D.I. Yogyakarta.
Untuk kepentingan tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa informan atau narasumber yang peneliti paparkan pada tabel
berikut.
Tabel 1.1 Nama dan Identitas Informan
No Narasumber Identitas
1 Kepala Sub Bagian Yanduan Bidang
Propam Polda D.I. Yogyakarta
AKP H. Ahmat Hidayat S, SH, M.M
2 Staf operasional pada Sub Bagian
Yanduan Sub Bagian Yanduan Propam
Polda D.I. Yogyakarta
1. Aipda Gatu S.K, SH
2. Brigadir Aryo Y
3. Bripda Nur Farida
3 Kepala Sub Bidang Provost Bidang
Propam Polda D.I. Yogyakarta
Kompol Agus Mulono
4 Staf operasional pada Sub Bidang
Provost Bidang Propam Polda D.I.
Yogyakarta
1. AKP Sutiyono, SH
2. Aiptu Suparno, SH, M.H
3. Brigadir Heri P, SH
46
5 Kepala Sub Bidang Wabprof Bidang
Propam Polda D.I. Yogyakarta
Kompol Muh Sumarno, SH
6 Staf operasional pada Sub Bidang
Wabprof Bidang Propam Polda D.I.
Yogyakarta
1. Iptu Eni Nurlinasari, S.I.Kom
2. Bripka Erni P, SH
3. Brigadir Bayu Dwi Irawan
7 Masyarakat sebagai pelapor 1. Ruri Kurniawan, 45 Th, Swasta
2. Dolin Ardian, 40 Th, Swasta
3. Iqbal M, 27 Th, Polri
4. Hangga Risky, 23 Th, Pelajar
5. Andriyani, 32 Th, Swasta
Selanjutnya untuk data dan informasi yang lain peneliti akan
mendapatkan dari masing-masing Kasubbag dan Kasubbid siapa saja
informan yang akan di wawancara untuk didapatkan data lebih lanjut.
4. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data yang berasal dari hasil wawancara dan
studi kepustakaan maupun dokumen lainnya untuk melengkapi temuan
di lapangan dari hasil observasi. Teknik pengumpulan data kualitatif
yang dilakukan peneliti, antara lain dengan cara:
a. Observasi
Pada kegiatan ini, peneliti mengobservasi Sub Bagian Yanduan
Propam Polda D.I. Yogyakarta, mengingat metode yang dilakukan
bersifat observational case study. Observasi ini berguna untuk
47
mengamati secara langsung kegiatan layanan di Sub Bagian
Yanduan Propam Polda D.I. Yogyakarta, sekaligus mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenarnya. Observasi pada Sub Bagian Yanduan Propam Polda
D.I. Yogyakarta juga bermanfaat untuk menghindari bias data,
sehingga peneliti dapat memahami situasi-situasi layanan
pengaduan masyarakat di Sub Bagian Yanduan Propam Polda D.I.
Yogyakarta sehingga terekam dengan baik semua peristiwa di
lapangan. Observasi ini tentu juga sangat mendukung perolehan
data akurat di lapangan selain data yang diperoleh peneliti dari
wawancara mendalam. Observational case study adalah penelitian
yang terfokus pada sekelompok orang, sehingga hasil yang
diharapkan dari observasi layanan pengaduan masyarakat adalah
sumber daya manusia, mekanisme (proses dan cara) serta prosedur
layanan yang diterapkan oleh Bidang Propam Polda D.I.
Yogyakarta dalam melaksanakan layanan pengaduan masyarakat.
b. Wawancara
Setelah melakukan observasi, langkah berikutnya adalah
menyiapkan pedoman wawancara untuk melakukan wawancara
mendalam (indepth-interview). Dalam wawancara ini, tim peneliti
hanya mencatat apa yang dikatakan oleh informan atau narasumber
dan atau direkam dengan menggunakan kaset perekam.
48
Aspek-aspek yang ingin digali dari wawancara mendalam
tersebut adalah sumber daya manusia yang melaksanakan proses
layanan, mekanisme (proses dan cara) serta implementasi prosedur
layanan.
c. Dokumentasi
Studi dokumen yang dilakukan peneliti akan menghasilkan
data sekunder yang ditujukan untuk mendukung data primer yang
dihasilkan dari penelitian lapangan, baik hasil wawancara
mendalam maupun observasi. Studi dokumen dilakukan dengan
mengkaji berbagai referensi dokumen penting sesuai tema
penelitian untuk mendapatkan data, yaitu dengan sumber literatur
peraturan dan perundang-undangan yang terkait, buku-buku,
laporan atau dokumentasi kegiatan layanan pengaduan masyarakat
Bidang Propam Polda DY sebagai kerangka teoritik untuk
melengkapi temuan lapangan. Contoh peraturan perundang-
undangan maupun Peraturan Kapolri sebagai dokumen resmi dan
literatur-literatur yang lain, yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas dalam tesis ini, seperti: UU No 2 Tahun 2002 tentang
Polri, Kep MENPAN No. 63/2003, Perkap Polri Nomor 22 Tahun
2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat
Kepolisian Daerah. Selain itu bahan sekunder juga didapatkan dari
literatur-literatur seperti buku panduan, surat kabar, seminar,
internet, dan lain-lain.
49
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini, dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan
data dalam periode tertentu. Menurut Miles and Huberman (dalam
Sugiyono, 2009:91) aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction,
data display dan conclusion drawing/verification. Data reduction
(reduksi data) adalah yang diperoleh di lapangan dengan jumlah yang
banyak, rumit dan kompleks perlu dipilih hal-hal yang pokok dan
dicatat secara teliti serta rinci kemudian memfokuskan pada hal-hal
yang penting untuk dicari tema dan polanya. Data display (penyajian
data) adalah penyajian data yang telah dipilih sebelumnya secara
terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin
muda dipahami, dengan bentuk teks naratif atau bentuk tabel, grafik,
dan sejenisnya. Conclusion drawing/verification adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi dari proses sebelumnya. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada.
50
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Pengertian dan Sejarah
a. Pengertian
Organisasi Pemerintah bernama Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang
mempunyai peran dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. Organisasi Polri dipimpin oleh
seorang Kepala yang disebut dengan Kapolri yang ditunjuk langsung
oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Polri terdiri dari 31 Polda
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kepolisian Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta yang
selanjutnya disingkat Polda D.I. Yogyakarta merupakan pelaksana
tugas dan wewenang Polri tingkat provinsi di wilayah provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang berada di bawah Kapolri dan dipimpin
oleh seorang Kapolda. Polda D.I. Yogyakarta dan Polres jajaran
sebagai institusi daerah pengemban amanat Undang-Undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas
sebagai aparatur Negara pemelihara keamanan dan ketertiban
51
masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat dituntut mampu
mengantisipasi dan menangani berbagai bentuk gangguan keamanan
dan ketertiban yang terjadi maupun yang akan terjadi di masyarakat
khususnya di wilayah hukum di D.I. Yogyakarta.
b. Sejarah Polda D.I. Yogyakarta
Mengingat semakin kompleknya berbagai kasus yang terjadi di
Daerah Istimewa Yogyakarta, selanjutnya berdasarkan Keputusan
Kapolri No. Pol: Kep/08/IX/1996 tanggal 16 September 1996
Kepolisian Wilayah (Polwil) Yogyakarta lepas dari Kepolisian Daerah
Jawa Tengah (Polda Jateng) menjadi Kepolisian Daerah
D.I. Yogyakarta tipe C, dalam waktu 3 tahun berikutnya berdasarkan
Keputusan Menhankam/Panglima TNI No. Pol: Kep/14/M/1999
tanggal 30 Agustus 1999 Kepolisian Daerah mengalami validasi dari
Polda tipe C menjadi tipe B, dan disusul terbitnya Skep Kapolri
Keputusan Kapolri No.Pol: Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002
tentang perubahan struktur Polda pola umum Polda D.I. Yogyakarta.
Sampai dengan saat ini Polda D.I. Yogyakarta memiliki 1 Poltabes, 4
Polres, dan 80 Polsek yang tersebar di seluruh wilayah dengan
perincian sebagai berikut:
1) Poltabes Yogyakarta meliputi 14 Polsek;
2) Polres Sleman meliputi 19 Polsek;
52
3) Polres Bantul meliputi 17 Polsek;
4) Polres Kulonprogo meliputi 18 Polsek;
5) Polres Gunungkidul meliputi 12 Polsek.
Berdasarkan riwayat perkembangan Polda D.I. Yogyakarta sejak
memisahkan diri dari Polda Jateng hingga menjadi Polda tipe B ini
tentunya membawa dampak maupun konsekuensi baik dari segi
organisasi dan sumber daya manusia untuk lebih meningkatkan dalam
melayani, mengayomi dan melindungi kepada masyarakat di wilayah
hukum Polda D.I. Yogyakarta.
Adapun situasi pemetaan pemerintahan wilayah hukum Polda D.I.
Yogyakarta dengan luas wilayah kurang lebih 3.133,15 km2 dan
Jumlah Kabupaten sebanyak 4 Kabupaten, 1 Kota Madya, 78
Kecamatan, 438 Kelurahan. Batas Wilayah Yogyakarta membentang
dari :
a. Utara : Perbatasan dengan Kabupaten Magelang
b. Selatan : Perbatasan dengan Samudera Indonesia
c. Timur : Perbatasan dengan Kabupaten Klaten
d. Barat : Perbatasan dengan Kabupaten Purworejo
53
2. Visi dan Misi Polda D.I. Yogyakarta
a. Visi
Terwujudnya pelayanan kamtibmas yang unggul, terjalinnya
kemitraan dengan masyarakat, penegak hukum yang efektif serta
sinergi polisional yang proaktif dalam rangka memantapkan
keamanan di Wilayah D.I. Yogyakarta yang kondusif dengan tetap
memperhatikan kearifan lokal.
b. Misi
1) Mewujudkan pelayanan kamtibmas prima melalui kegiatan
preventif dan represif (penegak hukum) dengan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi guna mewujudkan keamanan yang
kondusif;
2) Melaksanakan deteksi dini dan deteksi aksi secara cepat dan
akurat melalui kegiatan peyelidikan, pengamanan dan
penggalangan;
3) Melakukan penegakan hukum dengan tidak diskriminatif,
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), anti Korupsi
Kolusi Nepotisme (KKN), dan anti kekerasan;
4) Memberi perlindungan, pengayoman, pelayanan dan bimbingan
masyarakat dengan meningkatkan peran Bhabinkamtibmas dalam
mengimplementasikan strategi Polmas yang berada di
desa/kelurahan;
54
5) Mewujudkan kemitraan dengan masyarakat dan meningkatkan
sinergi polisional dengan instansi/lembaga terkait;
6) Menjaga kamseltibcar lantas untuk menjamin keselamatan dan
kelancaran arus orang dan barang;
7) Menjaga keamanan kegiatan masyarakat, obyek vital nasional dan
objek vital lainnya serta memberikan pertolongan dan pencarian;
8) Menjaga keamanan wilayah D.I. Yogyakarta sebagai kota budaya,
kota pelajar, kota wisata dan kota perjuangan serta mendorong
terwujudnya Yogyakarta sebagai kota pusaka (heritage city).
3. Arti Lambang Polda D.I. Yogyakarta
Gambar 2.1. Lambang Polda D.I. Yogyakarta
(Sumber : Website http://jogja.Polri.go.id/, Diakses 28 Maret 2017)
55
a. Gapura dan 9 Anak Tangga
1) Polda Yogyakarta berada dalam wilayah kerajaan Mataram yang
merupakan pusat seni yang adiluhung dari masa ke masa
2) Jumlah 9 = tangga untuk mencapai hasil tugas sebagai prajurit
Bhayangkara harus lewat ujian-ujian (hindari nafsu angkara
murka yang ada pada manusia, bersih tidak tercela)
3) Yogyakarta merupakan Daerah Istimewa mempunyai latar
belakang perjuangan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia
dimasa revolusi dengan pantang menyerah. Ini merupakan
cerminan dari perjuangan raja-raja Mataram tempo dulu saat
melawan penjajahan Belanda.
b. Kelopak Bunga ‘5’ Buah Warna Putih
1) Sabda Pandito Ratu = apa yang dipikirkan secara sempurna dan
tidak akan berubah.
2) Berbudi Bawa Leksana = tidak segan-segan memuji dan memberi
penghargaan kepada yang berjasa, serta menghukum kepada yang
bermasalah demi tegaknya kewibawaan.
56
4. Struktur Organisasi
Gambar 2.2. Struktur Organisasi Polda D.I. Yogyakarta
a. Unsur pimpinan di Polda D.I. Yogyakarta terdiri dari:
1) Kapolda (Kepala Kepolisian Daerah)
Merupakan unsur pimpinan tertinggi pada tingkat Polda yang
bertanggungjawab kepada Kapolri. Kapolda bertugas
memimpin, membina, dan mengkoordinasikan satuan-satuan
organisasi dalam lingkungan Polda dan memberikan saran
pertimbangan kepada Kapolri.
2) Wakapolda (Wakil Kepala Kepolisian Daerah)
Merupakan unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kapolda. Wakapolda bertugas
membantu Kapolda dalam melaksanakan tugasnya dengan
mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan
organisasi dalam jajaran Polda; dan memimpin Polda dalam hal
Kapolda berhalangan sesuai dengan batas kewenangannya.
(Sumber : Website http://jogja.Polri.go.id/, Diakses 28 Maret 2017
57
b. Unsur Pengawas dan pembantu pimpinan/pelayanan di Polda D.I.
Yogyakarta terdiri dari:
1) Itwasda (Inspektorat Pengawasan Daerah) Itwasda merupakan
unsur pengawas dan pembantu pimpinan pada Polda yang
berada di bawah Kapolda. Itwasda bertugas menyelenggarakan
pengawasan, pemeriksaan umum, dan perbendaharaan dalam
lingkungan Polda. Itwasda dipimpin oleh Inspektur Pengawasan
Daerah (Irwasda) yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali
Wakapolda.
2) Roops (Biro Operasi)
Roops merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan
yang berada di bawah Kapolda. Roops bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi manajemen bidang operasi antara lain
pelatihan pra operasi, koordinasi, dan kerja sama dalam rangka
operasi kepolisian. Roops dipimpin oleh Karoops, yang
bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.
3) Rorena (Biro Perencanaan Umum dan Anggaran)
Rorena merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan,
yang berada di bawah Kapolda. Rorena bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi perencanaan umum dan anggaran,
menyiapkan perencanaan kebijakan teknis dan strategis Polda,
58
memantau atau monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
dan anggaran serta penerapan sistem dan manajemen organisasi,
membina penerapan sistem dan manajemen organisasi di
lingkungan Polda, dan menerapkan Reformasi Birokrasi Polri
(RBP) pada tingkat Polda. Rorena dipimpin oleh Karorena yang
bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.
4) Ro SDM (Sumber Daya Manusia)
Ro SDM merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan
yang berada di bawah Kapolda. Ro SDM bertugas membina dan
melaksanakan fungsi manajemen bidang SDM yang meliputi
penyediaan, penggunaan, perawatan, pemisahan, dan penyaluran
personel, asesmen serta psikologi kepolisian, dan upaya
peningkatan kesejahteraan personel di lingkungan Polda. Ro
SDM dipimpin oleh Karo SDM yang bertanggung jawab kepada
Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah
kendali Wakapolda.
5) Rosarpras (Biro Sarana Prasarana)
Rosarpras merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan
yang berada di bawah Kapolda. Rosarpras betugas membina dan
meyelenggarakan manajemen Sarpras yang meliputi perbekalan
umum, peralatan, fasilitas dan jasa kontruksi, angkutan, SIMAK
BMN, pemeliharaan dan perbaikan, inventory dan pergudangan.
59
Rosarpras dipimpin oleh Karosarpras, yang bertanggung jawab
kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Wakapolda.
6) Bidpropam (Bidang Profesi dan Pengamanan)
Bidpropam merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada
di bawah Kapolda. Bidpropam bertugas membina dan
melaksanakan pengamanan internal, penegakan disiplin,
ketertiban, dan pertanggungjawaban profesi di lingkungan
Polda, termasuk pelayanan pengaduan masyarakat mengenai
dugaan adanya penyimpangan tindakan anggota atau PNS Polri
serta rehabilitasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Bidpropam dipimpin oleh Kabidpropam, yang
bertanggungjawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.
7) Bidhumas (Bidang Hubungan Masyarakat)
Bidhumas merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan
yang berada di bawah Kapolda. Bidhumas bertugas
melaksanakan kegiatan Hubungan Masyarakat (Humas) melalui
pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi dan
dokumentasi serta kerja sama dan kemitraan dengan media
massa, dan melaksanakan aneka kegiatan tugas Bidhumas.
Bidhumas dipimpin oleh Kabidhumas yang bertanggung jawab
60
kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
berada di bawah kendali Wakapolda.
8) Bidkum (Bidang Hukum)
Bidkum merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan
yang berada di bawah Kapolda. Bidkum bertugas
menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum dan Hak Asasi
Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum,
penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut serta dalam
pengembangan hukum dan peraturan daerah. Bidkum dipimpin
oleh Kabidkum yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali
Wakapolda.
9). Bid TI Polri (Bidang Teknologi Informasi Polri)
Bid TI Polri merupakan unsur pengawas dan pembantu
pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bid TI Polri bertugas
menyelenggarakan pembinaan teknologi komunikasi dan
informasi kepolisian, pengumpulan dan pengolahan data, serta
penyajian informasi kriminal dan pelayanan multimedia. Bid TI
Polri dipimpin oleh Kabid TI Polri yang bertanggung jawab
kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya
berada di bawah kendali Wakapolda.
61
10) Spripim (Staf Pribadi Pimpinan)
Spripim merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah
Kapolda. Spripim bertugas membantu dalam melaksanakan
tugas kedinasan dan tugas khusus dari Kapolda dan/atau
Wakapolda. Spripim dipimpin oleh Koorspripim yang
bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan
tugasnya sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.
11) Setum (Sekertariat Umum)
Setum merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah
Kapolda. Setum bertugas menyelenggarakan dan membina
fungsi kesekretariatan atau administrasi umum yang meliputi
korespondensi, ketatalaksanaan perkantoran, dan pengarsipan,
termasuk penyelenggaraan kantor pos dan perpustakaan Polda.
Setum dipimpin oleh Kasetum yang bertanggung jawab kepada
Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah
kendali Wakapolda.
12) Yanma (Pelayanan Markas)
Yanma merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah
Kapolda. Yanma bertugas menyelenggarakan pelayanan markas
antara lain pelayanan angkutan, perumahan, pengawalan
protokoler, penjagaan markas, dan urusan dalam di lingkungan
Polda. Yanma dipimpin oleh Kayanma yang bertanggung jawab
62
kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
berada di bawah kendali Wakapolda.
B. Bidang Profesi dan Pengamanan Polda D.I. Yogyakarta
1. Lambang dan Makna
Makna Logo Propam Polri yang menjadi pedoman dasar dalam
pelaksanaan tugasnya adalah:
Gambar 2.3. Logo Propam Polri
a) Bentuk perisai pada logo,
melambangkan Propam Polri mempunyai tugas dan fungsi
sebagai pelindung dan pengayom masyarakat serta bertanggung
jawab terhadap penegakkan disiplin dan ketertiban di lingkungan
polri dan senantiasa bekerja di dalam koridor hukum.
(Sumber : https://propam.polri.go.id/pol/?mnu=6,Diakses 28 Maret 2018)
63
b) List warna merah darah yang melingkari perisai,
menggambarkan semangat, ketegasan, keberanian, bahwa Propam
Polri dalam setiap pelaksanaan tugasnya senantiasa bersemangat
serta berani dan tegas dalam menegakkan kebenaran dan hukum,
tanpa dapat dipengaruhi/diinterfensi oleh pihak manapun.
c) Warna dasar perisai hitam, merah marun dan biru mempunyai
makna:
- Warna hitam, melambangkan ketegasan, bahwa dalam setiap
pelaksanaan tugas, Propam senantiasa tegas dan tidak
berpihak, serta menjauhkan sifat keragu-raguan.
- Warna merah marun, melambangkan kesuksesan, bahwa
dalam setiap rencana kerja Propam harus senantiasa
berorientasi pada keberhasilan dalam mencapai
tujuan program kerja yang telah ditetapkan.
- Warna Biru, melambangkan ketenangan dan kebenaran yang
menjadi dasar dalam melaksanakan tugas.
d) Gambar Tiga Bintang berwarna Kuning Keemasan,
melambangkan Tri Brata sebagai pedoman hidup Polri yang
senantiasa harus dijunjung tinggi oleh setiap personil Propam
Polri.
64
e) Anak panah berwarna keemasan menghadap keatas,
bermakna ketajaman penyidik Propam dalam mencari dan
menemukan fakta hukum untuk mengungkap kebenaran yang
nyata.
f) Timbangan berwarna kuning keemasan,
mempunyai makna tentang keadilan yang senantiasa menjadi
pedoman bagi anggota Propam Polri dalam menjaga objektifitas
dalam menangani setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota
Polri.
g) Dua buah pistol yang saling menyilang dengan warna keemasan,
adalah perwujudan dari persatuan dan kesatuan dalam
menegakkan hukum demi mewujudkan Polri yang proporsional,
profesional dan dicintai masyarakat.
h) Buku berwarna putih dalam posisi terbuka,
menggambarkan hukum sebagai dasar pelaksanaan tugas dimana
setiap anggota Propam dalam bertindak harus berdasarkan norma
yang ada, baik itu norma hukum, agama maupun norma-norma
lain yang berkembang di masyarakat. Posisi buku yang terbuka
bermakna bahwa setiap anggota Propam harus senantiasa belajar
untuk meningkatkan kemampuan dan keahliannya sehingga
profesionalisme kinerja Propam dapat terwujud.
65
2. Semboyan Propam Polri
Semboyan Propam berbunyi: "PROFESIONAL-DISIPLIN-
AKURAT-BERETIKA" yang tertulis pada logo menggunakan bahasa
Indonesia dengan maksud agar lebih mudah dipahami dan dimengerti
oleh setiap orang yang membacanya.
Meskipun demikian untuk menghindari terjadinya multi tafsir
dari semboyan tersebut, perlu dibuat suatu pengertian yang baku.
Adapun arti dan makna dari masing-masing kata dalam semboyan
tersebut adalah :
a) Profesional
1) Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Profesional berarti :
Berkenaan dengan pekerjaan
Berkenaan dengan keahlian
Mempunyai kepandaian khusus untuk melaksanakannya
2) Secara umum makna profesional apabila dikaitkan dengan
pekerjaan mempunyai arti :
Berkemampuan
Menguasai bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Mampu memprediksi dan mengantisipasi setiap
kelemahan dan kekuatan didalam organisasi kerjanya.
Dengan berbagai arti tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa semboyan Propam pada klausal kata PROFESIONAL
mengandung makna setiap personil Propam mempunyai
66
kemampuan, keahlian dan sangat menguasai bidang tugas yang
telah menjadi tanggung jawabnya.
b) Disiplin
1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, DISIPLIN memiliki 3
(tiga) pengertian yaitu :
Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb).
Ketaatan pada peraturan (tata tertib, dsb).
Bidang studi yang memiliki objek, sistem dan metode
tertentu.
2) Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Polri Pasal 1 butir 2 disebutkan
"Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-
sungguh terhadap peraturan disiplin anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia".
Kesimpulan dari kata DISIPLIN yang terdapat pada semboyan
Logo Propam mempunyai makna bahwa setiap personil Propam
senantiasa menunjukkan sikap dan perilaku yang tertib dan taat
terhadap semua aturan yang mengikat terhadap anggota Polri pada
umumnya, serta setiap anggota Propam harus mempunyai tingkat
disiplin yang lebih tinggi dibanding anggota Polri di luar institusi
Propam.
67
c) Akurat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, makna akurat adalah
sebagai berikut :
1) Ketelitian
2) Kecermatan
3) Seksama
Makna akurat dalam semboyan ini adalah setiap anggota Propam
dalam melakukan kegiatan penyelidikan harus berpedoman pada
prinsip-prinsip ketelitian, kecermatan dan seksama dalam
menganalisa masalah yang menjadi tanggung jawab tugasnya.
d) Beretika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, makna beretika berasal
dari kata etik atau etika yang mempunyai arti :
1) Nilai-nilai mengenai hal yang benar dan hal yang salah yang
dianut di dalam lingkungan masyarakat.
2) Ilmu yang berkenaan tentang hal yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral.
Makna beretika dalam semboyan Propam dapat disimpulkan bahwa
setiap anggota Propam dalam melaksanakan tugas senantiasa
mengedepankan nilai-nilai moral yang positif serta menjadi
tauladan bagi anggota Polri lainnya dalam hal etika berprofesinya.
68
3. Pengertian
Bidpropam merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada
di bawah Kapolda. Bidpropam bertugas membina dan melaksanakan
pengamanan internal, penegakan disiplin, ketertiban, dan
pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda, termasuk pelayanan
pengaduan masyarakat mengenai dugaan adanya
penyimpangantindakan anggota atau PNS Polri serta rehabilitasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidpropam
dipimpin oleh Kabidpropam, yang bertanggungjawab kepada
Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah
kendali Wakapolda.
Dalam pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 berbunyi:
“Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri”.
Dengan terbitnya Ketetapan MPR No. VI dan VII Tahun 2000,
Polri dituntut untuk lebih profesional dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Oleh sebab itu, Polri mulai melakukan reformasi
baik secara Struktural, Instrumental maupun Kultural. Aspek
struktural pada tubuh Polri mencakup perubahan kelembagaan Polri
dalam ketatanegaraan, organisasi, susunan, dan kedudukan. Aspek
69
instrumental yang mendasar mencakup filosofi, doktrin, kewenangan,
kompetensi, kemampuan fungsi serta ilmu pengetahuan dan teknologi
pada pelaksanaan tugas Polri itu sendri. Terakhir adalah aspek kultural
yang merupakan muara perubahan struktural dan instrumental karena
semua harus terwujud dalam bentuk kualitas pelayanan Polri kepada
masyarakat, perubahan mencakup manajerial, sistem rekruitmen,
sistem pendidikan, sistem material fasilitas dan jasa, sistem anggaran,
serta sistem operasional.
Sebagai pemegang peran penting tersebut, Institusi Polri tidak
pernah terlepas dari sorotan Publik karena keistimewaannya terutama
didalam Tugas Pokok, Fungsi, Peran dan Wewenang, sebagai salah
satu bagian dari Fungsi Pemerintahan Negara dibidang pemeliharaan
keamanan dalam negeri/kamtibmas, aparatur penegak hukum,
pelindung, pengayom, pelayan kepada masyarakat, sehingga kinerja
Polri tidak pernah luput dari penilaian masyarakat khususnya
menyangkut komplain dari masyarakat atau instansi pemerintah
terhadap kinerja Polri terutama menyangkut sikap perilaku anggota
Polri/PNS Polri dilapangan yang diduga menyalahgunakan
wewenang, melanggar disiplin dan kode etik Kepolisian, KKN atau
perbuatan tindak pidana yang merugikan masyarakat dimana
implikasinya bermuara pada citra Polri yang negatif dalam bentuk
komplain yang tertuang dalam Laporan Pengaduan.
70
Perilaku sewenang-wenang atau juga penyalahgunaan
wewenang (abuse of power) anggota Polri tersebut akan menimbulkan
efek yang sangat berpengaruh terutama dalam peran Polri yang selalu
berkaitan dengan kegiatan masyarakat, hal ini terbukti dengan begitu
banyaknya komplain masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Polri,
bahkan realisasi komplain-komplain tersebut sudah terbentuk sebagai
opini publik di setiap sudut Republik ini yang menyatakan buruknya
citra Polri yang bermuara pada begitu rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap Polri.
Kinerja Polri yang belum optimal juga bisa dilihat dari budaya
pelayanan Polri yang selama ini diberikan kepada masyarakat. Banyak
sikap dan perilaku anggota Polri ketika berhubungan dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat terkesan kurang ramah dan bahkan
terlihat arogan. Sikap arogansi inilah yang mendasari masyarakat
kurang peduli dalam berpartisipasi dalam mendukung reformasi Polri,
dan bahkan seakan-akan adanya hubungan “permusuhan” antara Polri
dan masyarakat. Lebih parahnya lagi kehadiran polisi dirasakan oleh
sebagian anggota masyarakat terkesan mengancam dan belum mampu
memberikan rasa aman kepada masyarakat. Beberapa contoh nyata
perilaku anggota Polri yang tidak seharusnya dilakukan seperti :
a. Meninggalkan dinas tanpa surat perintah atasan;
b. Disersi;
c. Perlakuan yang merendahkan, menyiksa dan tidak manusiawi;
71
d. Kekerasan dalam rumah tangga;
e. Penangkapan dan penahan seseorang yang sewenang-wenang
dan tidak berdasarkan hukum;
f. Korupsi, pungli dan menerima suap;
g. Menjadi backing perjudian;
h. Dan banyak kasus lainnya.
Beranjak dari hal tersebut, dipastikan perlu adanya suatu
lembaga/bagian sebagai wadah pengawasan kinerja Polri baik secara
Intern maupun ekstern dari masyarakat sebagai upaya peningkatan
Profesionalisme Polri dan juga sebagai upaya pemaksimalan Grand
strategi Polri yang sudah susah payah dikonsepkan yaitu trust
building dan partnernship building.
Berdasarkan UU. No 29 tahun 2005 tentang pelayanan publik,
Yang mana hal tersebut juga merupakan suatu legislasi berkaitan
tupok Polri maka suatu kewajiban bagi Polri dalam melaksanakan
reformasi tersebut termasuk secara kekhususan dalam rangka
pelayanan sebagai dukungan perbaikan Polri menuju kearah yang
profesional. Berdasarkan Keputusan Kadiv Propam nomor:
KEP/3/I/2010 tanggal 12 Januari 2010 Tentang Pelayanan Prima
Penerimaan dan Penanganan Laporan Pengaduan terkait Pelanggaran
yang dilakukan Anggota Polri/PNS Polri bahwa dalam rangka
menindak lanjuti tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan
prima Polri terkait tuntutan transparansi, akuntabilitasi, dan partisipasi
72
maka perlunya suatu wadah yang dijadikan sebagai tindak lanjut
tersebut, maka jajaran Polri terus melakukan Reformasi Birokrasi di
lingkungan Polri baik menyangkut aspek instrumental, struktural dan
kultural, agar kedepan Polri lebih dapat meningkatkan kinerjanya
secara optimal dan profesional, proaktif, peka dan peduli serta
dinamis, sehingga Polri ke depan diharapkan dapat memberikan
Pelayanan Prima Polri secara berhasil dan berdaya guna, salah satunya
yaitu melalui sebuah wadah yang disebut sebagai Sentra Pelayanan
Propam.
Disiplin kerja anggota Polri yang baik akan mempercepat
tujuan organisasi serta membuat image Polri di mata masyarakat
menjadi lebih baik. Begitu juga kesadaran anggota Polri dengan
mematuhi segala peraturan-peraturan sangat diperlukan untuk
meningkatkan kinerja yang menjadi tugasnya sehari-hari. Agar
peraturan dapat menjadi efektif dalam rangka menegakkan disiplin,
dalam institusi Polri memerlukan adanya partisipasi ataupun
konstribusi dari masyarakat.
4. Tugas Pokok
Divpropam merupakan divisi yang bertugas membina dan
menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban Profesi dan
Pengamanan Internal termasuk Penegakan Disiplin dan ketertiban di
lingkungan Polri dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang
73
adanya penyimpangan tindakan Anggota Polri/PNS di tingkat Mabes
Polri. Bidpropam merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada
di bawah Kapolda yang bertugas membina dan melaksanakan
pengamanan internal, penegakan disiplin, ketertiban, dan
pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda, termasuk pelayanan
pengaduan masyarakat mengenai dugaan adanya penyimpangan
tindakan anggota atau PNS Polri serta rehabilitasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas membina serta melaksanakan
pengamanan internal, penegakan disiplin, ketertiban, dan
pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda, Bidpropam
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan Kapolda dalam bidang pembinaan
pengamanan internal, pembinaan disiplin dan
pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda;
b. pembinaan dan pengamanan internal, yang meliputi personel,
materiil, kegiatan, dan bahan keterangan;
c. pembinaan dan penegakan disiplin dan/atau kode etik profesi
Polri;
d. pembinaan profesi, yang meliputi penilaian akreditasi profesi dan
pembinaan atau penegakan etika profesi, serta pengauditan
terhadap proses investigasi kasus baik eksternal maupun internal;
74
e. pelayanan penerimaan laporan atau pengaduan warga masyarakat
mengenai sikap dan tindakan anggota atau PNS Polri yang diduga
melakukan pelanggaran disiplin dan/atau kode etik profesi Polri;
f. pengendalian dan pemantauan terhadap penanganan laporan dan
pengaduan warga masyarakat oleh satuan-satuan dalam
lingkungan Polda dan pelaksanaan rehabilitasi terhadap anggota
dan PNS Polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
g. perencanaan dan pengadministrasian umum, penatausahaan
urusan dalam, urusan personel dan materiil logistik, serta
pelayanan keuangan di lingkungan Bidpropam; dan
h. pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi dan
dokumentasi kegiatan Bidpropam.
5. Struktur Organisasi
Dalam sebuah organisasi sudah dapat dipastikan memiliki struktur
organisasi sebagai wadah kepangkatan yang digunakan dalam
pelaksanaan tugas. Bidpropam dipimpin oleh Kabidpropam, yang
bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.
75
Dalam struktur organisasi pelaksanaan tugasnya, Bidpropam terdiri
dari:
a. Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin);
Bertugas menyusun perencanaan program kerja dan anggaran,
manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola
keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di
lingkungan Bidpropam.
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta
(Sumber :
http://birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2017/04/lampiran-
mapolda-tipe-b-perkap-no-22-tahun-2010-ttg-sotk-polda.pptx, Diakses 29
Juli 2018)
76
Subbagrenmin dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian
Perencanaan dan Administrasi (Kasubbagrenmin). Subbagrenmin
menyelenggarakan fungsi:
1) penyusunan perencanaan jangka sedang dan jangka pendek,
antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja, kebutuhan
sarana prasarana, personel, dan anggaran;
2) pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;
3) pengelolaan Sarpras dan penyusunan laporan SIMAK-BMN;
4) pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan,
pengendalian, pembukuan, akuntansi, dan penyusunan
laporan SAI serta pertanggungjawaban keuangan;
5) pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam;
dan
6) penyusunan LRA dan pembuatan laporan akuntabilitas
kinerja Satker dalam bentuk LAKIP meliputi analisis target
pencapaian kinerja, program, dan anggaran.
Dalam melaksanakan tugas Kasubbagrenmin dibantu oleh:
1) Urren, yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja,
Renja, RKAKL, DIPA, Penetapan Kinerja, KAK atau TOR,
RAB, dan menyusun LAKIP Satker, serta pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan program bidang Propam di lingkungan
Polda;
77
2) Urmin, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan
administrasi umum personel dan materiil logistik;
3) Urkeu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan
keuangan; dan
4) Urtu.
b. Subbagian Pelayanan Pengaduan (Subbagyanduan);
Subbagyanduan bertugas menerima laporan atau pengaduan
masyarakat dan memonitor penanganannya. Subbagyanduan yang
dipimpin oleh Kepala Subbagian Pelayanan Pengaduan (Kasubbag
Yanduan) melaksanakan tugas fungsi :
1) pelayanan dan penerimaan laporan atau pengaduan warga
masyarakat mengenai sikap dan tindakan anggota atau PNS
Polri yang diduga melanggar disiplin dan/atau kode etik
profesi Polri; dan
2) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Bidpropam dan
penanganan laporan atau pengaduan warga masyarakat,
pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
dan dokumentasi di lingkungan Bidpropam.
Dalam melaksanakan, Subbagyanduan dibantu oleh:
1) Urusan Penerimaan Laporan (Urtrimlap), yang bertugas
menerima laporan atau pengaduan warga masyarakat mengenai
78
sikap dan tindakan anggota atau PNS Polri yang diduga
melanggar disiplin dan/atau kode etik profesi Polri; dan
2) Urusan Monitoring dan Evaluasi (Urmonev), yang bertugas
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program Bidpropam
dan menangani laporan atau pengaduan warga masyarakat,
serta mengumpulkan dan mengolah data serta penyajian
informasi dan dokumentasi di lingkungan Bidpropam.
c. Subbagian Rehabilitasi Personel (Subbagrehabpers);
Subbagrehabpers bertugas melaksanakan penerimaan pengaduan
keberatan dari anggota dan PNS Polri, registrasi dan penelitian
terhadap perkara disiplin dan/atau kode etik profesi, dan penetapan
putusan rehabilitasi, serta pembinaan dan pemulihan profesi.
Subbagrehabpers dipimpin oleh Kepala Subbagian Rehabilitasi
Personel (Kasubbagrehabpers). Dalam melaksanakan tugas,
Subbagrehabpers menyelengarakan fungsi:
1) penerimaan pengaduan keberatan dari anggota dan PNS Polri
antara lain proses hukum penegakan disiplin dan/atau kode etik
profesi;
2) pelaksanaan registrasi dan penelitian terhadap perkara disiplin
dan/atau kode etik profesi yang sedang dan telah diproses
melalui mekanisme persidangan;
79
3) penetapan putusan rehabilitasi terhadap anggota dan PNS Polri
yang telah menjalani hukuman, sedang dalam proses
pemeriksaan, dan yang tidak terbukti melakukan pelanggaran;
4) pembinaan dan pemulihan profesi terhadap anggota Polri
sebelum dan sedang dalam proses pemeriksaan, serta telah
memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap; dan
5) penyiapan pembinaan ulang profesi bagi terhukum melalui
program pendidikan dan pelatihan, atau yang ditetapkan oleh
Atasan dari Terhukum.
Subbagrehabpers dibantu oleh:
1) Urusan Registrasi, Penelitian, dan Penetapan (Ureglittap), yang
bertugas menerima pengaduan keberatan dari anggota dan PNS
Polri, melaksanakan registrasi dan penelitian terhadap perkara
disiplin dan/atau kode etik profesi yang sedang dan telah
diproses melalui mekanisme persidangan, dan menetapkan
rehabilitasi terhadap anggota dan PNS Polri yang telah
menjalani hukuman, sedang dalam proses pemeriksaan, dan
yang tidak terbukti melakukan pelanggaran; dan
2) Urusan Pembinaan dan Pemulihan Profesi (Urbinlihprof), yang
bertugas membina dan memulihkan profesi terhadap anggota
Polri dan menyiapkan pembinaan ulang profesi bagi terhukum
melalui program pendidikan dan pelatihan atau yang
ditetapkan oleh atasan yang berhak menghukum (Ankum).
80
d. Subbidang Pengamanan Internal (Subbidpaminal);
Subbidpaminal bertugas membina dan menyelenggarakan
pengamanan internal, yang meliputi personel, materiil logistik,
kegiatan, dan bahan keterangan. Subbidpaminal dipimpin oleh
kepala Subbidang Pengamanan Internal (Kasubbidpaminal). Dalam
melaksanakan tugas, Subbidpaminal menyelenggarakan fungsi:
1) pembinaan teknis pengamanan internal di lingkungan Polda
dan jajarannya;
2) pengamanan internal terhadap personel, materiil logistik,
kegiatan, dan bahan keterangan;
3) penyelidikan terhadap pelanggaran yang diduga dilakukan oleh
anggota atau PNS Polri; dan
4) penelitian, pencatatan, pendokumentasian, dan
pengadministrasian kegiatan pengamanan internal sesuai
lingkup tugasnya.
Subbidpaminal dibantu oleh:
1) Urusan Pembinaan Pengamanan (Urbinpam), yang bertugas
membina dan menyelenggarakan pengamanan internal;
2) Urusan Penelitian Personel (Urlitpers), yang bertugas
menyelenggarakan penelitian dan pencatatan anggota dan PNS
Polri;
81
3) Urusan Produk dan Dokumentasi (Urprodok), yang bertugas
mendokumentasi produk-poduk kegiatan pengamanan internal;
dan
4) Unit Operasional (Unit Opsnal), yang bertugas melaksanakan
penyelidikan dan pengamanan personel, materiil logistik,
kegiatan, dan bahan keterangan.
e. Subbidang Provos (Subbidprovos); dan
Subbidprovos bertugas membina dan menyelenggarakan
penegakan disiplin serta tata tertib di lingkungan Polda.
Subbidprovos dipimpin oleh Kepala Subbidang Provos
(Kasubbidprovos). Dalam melaksanakan tugas, Subbidprovos
menyelenggarakan fungsi:
1) pemeliharaan dan pembinaan disiplin di lingkungan Polda;
2) pemeliharaan tata tertib di lingkungan Polda;
3) pemeriksaan, penuntutan, dan pelaksanaan sidang pelanggaran
disiplin anggota Polda;
4) pengawasan pelaksanaan putusan hukuman disiplin; dan
5) pengawalan dan pengamanan pelaksanaan sidang disiplin.
Dalam melaksanakan tugas, Subbidprovos dibantu oleh:
1) Urusan Pembinaan Disiplin (Urbinplin), yang bertugas
menyelenggarakan pembinaan disiplin;
82
2) Urusan Penegakan Hukum (Urgakkum), yang bertugas
menegakkan disiplin di lingkungan Polda;
3) Unit Pemeliharaan Ketertiban (Unithartib), yang bertugas
memelihara tata tertib di lingkungan Polda; dan
4) Unit Pemeriksaan (Unitriksa), yang bertugas melakukan
pemeriksaan terhadap pelanggaran disiplin.
f. Subbidang Pembinaan Pertanggungjawaban Profesi
(Subbidwabprof).
Subbidwabprof bertugas:
1) menyelenggarakan pembinaan profesi yang meliputi menilai
akreditasi profesi dan membina atau menegakkan etika profesi;
2) mengaudit proses investigasi kasus yang dilakukan oleh Satker
dan/atau anggota Polri;
3) menyelenggarakan kesekretariatan Komisi Kode Etik
Kepolisian di lingkungan Polda; dan
4) melaksanakan rehabilitasi terhadap anggota dan PNS Polri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Subbidwabprof dipimpin oleh Kepala Subbidang Pembinaan
Pertanggungjawaban Profesi (Kasubbidwabprof). Dalam
melaksanakan tugas, Subbidwabprof menyelenggarakan fungsi:
83
1) pembinaan dan pemberian arahan teknis bidang profesi Polri
dan pelaksanaan audit investigasi serta penilaian akreditasi
profesi;
2) penegakan terhadap pelanggaran kode etik profesi Polri
melalui pembentukan Komisi Kode Etik Polri (KKEP);
3) pengadministrasian personel dan materiil logistik di
lingkungan Bidpropam guna mendukung pertanggungjawaban
profesi di lingkungan Polda; dan
4) pelaksanaan rehabilitasi terhadap anggota dan PNS Polri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Subbidwabprof dibantu oleh:
1) Urusan Standardisasi (Urstandardisasi), yang bertugas
membantu menyelenggarakan akreditasi dan standardisasi
profesi; dan
2) Urusan Pembinaan Etika (Urbinetika), yang bertugas
membantu membina dan menegakkan etika profesi termasuk
mengaudit investigasi dan menyelenggarakan kesekretariatan
KKEP.
C. Sub Bagian Pelayanan Pengaduan Bidpropam Polda D.I. Yogyakarta
1. Pengertian dan Tugas Pokok
Dalam Perkap No 2 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi Polri,
dijelaskan bahwa Sub Bagian Pelayanan Pengaduan (Sub Bag