Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
-
Upload
m-shobrie-hw-se-cfa-cla-cphr-cptr -
Category
Spiritual
-
view
7.528 -
download
10
description
Transcript of Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
TATA KELOLA
KEHIDUPAN
MANUSIA
DI
DUNIA
Oleh
M. Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 1
BAB 2 TATA KELOLA KEHIDUPAN MANUSIA DI DUNIA
Pada akhir zaman ini, banyak tumbuh subur di kalangan
masyarakat kita yang materialistis (materialistic society)
suatu pandangan hidup yang memisahkan tentang
kepentingan dunia (duniawi) dengan kepentingan akhirat
(ukhrowi). Dikotomi (pemisahan) ini dikategorikan sebagai
sekularisme dalam beragama. Dikotomi berjalan antara
unsur kebendaan (materi) dengan unsur rohani, unsur visible
(tampak) dan unsur invisible (tak tampak), dan antara
hedonisme dan spiritualisme. Mereka yang memiliki dimensi
vertikal (urusan ketuhanan dan akhirat) menganggap
eksistensi dunia adalah bagian yang harus dinisbikan dan
dimarjinalkan. Mereka hanya unggul dalam muhasabah
(psycho spiritual contemplation) untuk mengejar akhirat
semata namun ketinggalan di bidang ekonomi, sosial, bahkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan mereka yang
memilih dimensi horisontal (urusan dunia), memang unggul
dalam hal keduniawian, namun hati nuraninya kering dan
gersang karena serta masih terbelenggu oleh faktor
keberadaan (materialis) dan kesenangan hidup (hedonis)
semata. Pikiran dan Nurani (akal dan budi) yang merupakan
Fitrah Utama Manusia berada diluar fitrah kehidupan
yang sebenarnya sehingga perbuatan dan tindak-tanduk
mereka sangat jauh dari tuntutan agama, yang telah
ditanamkan oleh Allah kepada akal budi (af’idah) sejak
zaman „azali (zaman asal pertama kali ada).
Dengan terjadinya dua keadaan ekstrim ini, yang satu ekstrim
positif dan yang satunya ekstrim negatif, akan menjauhkan
titik keseimbangan tersebut. Islam tidak menginginkan
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 2
terjadinya keadaan keadaan ekstrim tersebut karena Islam
adalah ajaran (syariat) yang selaras dan seimbang (tawazun-
balance). Sistem (manhaj) Islam diciptakan Allah SWT
secara seimbang sebagaimana diciptakannya segala sesuatu
di alam semesta ini yang berjalan secara teratur (orderly)
tanpa terjadi kontradiksi dan benturan sedikitpun,
dikarenakan Allah yang menciptakan sistem tersebut bersifat
Maha Adil (Al-Adlu), yang secara implisit juga berarti Maha
Seimbang dalam menetapkan hukum-hukum dan Sunatullah-
Nya.
Berikut ini akan diuraikan mengenai Tata Kelola Kehidupan
Manusia di Dunia yang merupakan Fitrah atas Kehidupan
Manusia di Alam Dunia yang telah dicanangkan Allah SWT
karena Qudrot (Kuasa) dan Irodat (Kehendak) Nya kepada
seluruh manusia dengan diiringi Rasa Sayang (Rohman) dan
Cinta (Rohim) kepada makhluq-Nya yang bernama Manusia.
1. TUGAS HIDUP (Task of Life)
Tugas hidup (task of life) merupakan unsur kedua dari fitrah
kehidupan manusia. Adapun tugas manusia di dunia ini
semata-mata tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai
kholifah Allah (wakil Allah) di muka bumi, sebagaimana
diterangkan dalam Firman-Nya :
”Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku
hendak menciptakan seorang kholifah di
muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa
Engkau handak menjadikan manusia yang
akan membuat kerusakan di muka bumi dan
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 3
menumpahkan darah, padahal kami selalu
bertasbih dengan memuji dan mensucikan-
Mu.’ Allah berfirman, ‘Sungguh Aku lebih
tahu dari apa-apa yang kamu tidak
ketahui.’” (Q.S. Al-Baqoroh : 30)
Begitulah yang dikatakan Allah mengenai tugas hidup
manusia sebagai kholifah.
Kata “kholifah” berasal dari Bahasa Arab yang berarti
“wakil” (vicegerent) dari Tuhan. Perwakilan (khilafah)
manusia atas Allah ini kedudukannya berada di bawah
kedaulatan (Qudrot) Allah SWT, sehingga khilafah manusia
di muka bumi (di dunia) ini haruslah memenuhi tujuan dan
maksud yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Oleh sebab
itu, manusia di dunia ini haruslah bertindak dan berbuat
sesuai dengan yang diperintahkan kepadanya. Itulah hakikat
yang terkandung dalam maksud Allah menjadikan manusia
sebagai kholifah di dunia ini.
Secara umum, tugas-tugas kholifah di muka bumi ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Memakmurkan muka bumi.
Manusia mempunyai tugas yang diembankan Allah SWT
untuk mensejahterakan manusia dari kemiskinan dan
keterbelakangan, baik dari segi materi maupun spiritual.
Metode yang dapat dipakai bermacam-macam, salah
satunya mungkin dengan menggali (explore) kekayaan
alam bagi kemanfaatan seluas-luasnya pneduduk bumi.
Seyogianya hasil pertambangan tersebut dapat dinikmati
setiap orang di muka bumi ini secara adil dan merata
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 4
demi mengentaskan kemiskinan dan kefakiran. Adalah
sebuah Hadits mengatakan : “Kefakiran dapat menjurus
kepada kekafiran.”
2) Memelihara dan menjaga bumi.
Selain tugas manusia untuk memakmurkan bumi, jangan
dilupakan pula tugasnya untuk memelihara dan menjaga
bumi dari kehancuran atas ulah tangan-tangan yang tidak
bertanggungjawab. Menjaga kelestarian bumi adalah
wajib hukumnya dan merupakan sebagian dari iman
karena akhlaq yang baik akan menambah keimanan
seseorang. Menjaga kelestarian alam dapat dimulai
dengan membina manusia (SDM) nya. Karena jika
sumber daya manusianya rusak maka akan berpotensi
pula bagi kerusakan alam dan lingkungan yang ada.
2. MISI HIDUP (Mission of Life)
Misi hidup adalah unsur yang ketiga dari fitrah kehidupan
manusia. Misi hidup manusia di dunia ini adalah: untuk
beribadah kepada Allah SWT, dan sebagaimana telah
disampaikan oleh Allah sendiri dalam Al-Qur‟an :
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepada-Ku”.
(Q.S. Adz-Dzariyat : 56)
Ayat ini merupakan sumber dari segala sumber hukum-
hukum Allah yang mewajibkan penyembahan (ibadah)
kepada Allah. Sumber-sumber hukum lainnya yang
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 5
merupakan perintah Allah untuk beribadah kepada Allah
adalah sebagai berikut :
1) “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu”.
(Q.S. Al-Baqoroh : 21)
2) “Kamu sembahlah Allah dan janganlah
kamu menyekutukan-Nya (musyrik)”.
(Q.S. An-Nisa‟: 346)
3) “Dan kamu tidaklah diperintah kecuali
untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa”.
(Q.S. At-Taubah : 31)
Dan ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk taat
kepada perintah Allah adalah salah satunya :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul dan taatilah orang-
orang yang memimpin di antara kamu,
maka jika kamu berbeda pendapat di antara
kamu tentang sesuatu, kembalikanlah
(rujuklah) kepada Allah dan Rasul-Nya jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kiamat, yang demikian itu lebih
baik dan merupakan sebaik-baiknya tempat
kembali (rujukan)”. (Q.S. An-Nisa‟: 59)
Dengan demikian, apabila misi hidup kita adalah untuk
beribadah maka Mission Statement (pernyataan misi) kita
tersebut harus kita pandang sebagai fenomena hidup untuk
memegang tanggung jawab moral multi dimensi, artinya
seluruh tindakan dan perbuatan kita, baik yang nampaknya
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 6
sepele, harus diletakkan sebagai tindakan pengabdian kepada
Allah SWT. Jadi haruslah dilakukan dengan sadar sebagai
bagian dari rencana universal Allah yang dikehendaki-Nya.
Dalam terminologi Islam, setiap perbuatan bernilai ibadah
asalkan perbuatan itu murni dilakukan karena Allah semata,
diniatkan dan ditujukan hanya untuk mendapatkan Ridho
Allah SWT. Pengertian ibadah seperti itu akan sangat
memberikan makna yang luas dalam kehidupan manusia di
dunia.
Hanya sistem (manhaj) Islam sajalah yang dapat
menunjukkan kita bahwa kita boleh menggapai
kesempurnaan hidup di dunia, dan itu sama sekali tidak
dilarang. Islam tidak mencegah manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup di atas dunia, dan Islam sama sekali tidak
menangguhkan pemberian kesempurnaan hidup hingga
menunggu jasadnya terkubur terlebih dahulu lantas baru
setelah itu diberi kesempurnaan hidup di akhirat. Islam tidak
seperti itu, seperti orang-orang di luar Islam menganggap.
Islam adalah suatu sistem (manhaj) agama yang diciptakan
Allah secara seimbang (tawazun-balance) antara kepentingan
dunia dan kepentingan akhirat, karena Penciptanya sendiri
adalah Yang Maha Seimbang (Al-„Adlu). Akhirat tanpa
dunia, tak akan pernah digapai, sebaliknya dunia tanpa
akhirat adalah suatu kerugian besar. Dunia adalah tempat
bercocok tanam, sedangkan akhirat adalah tempat menuai
dan memanen.
Untuk itu marilah kita melihat Firman Allah SWT berikut ini
yang menunjukkan adanya keseimbangan antara kepentingan
dunia dengan kepentingan akhirat :
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 7
“Wahai orang-orang beriman, apabila kamu
disuruh untuk menunaikan ibadah sholat
jum’at pada Hari Jum’at maka bersegeralah
kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli, yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui”.
(Q.S. Al-Jumu‟ah : 9)
Firman Allah ini memerintahkan kepada orang-orang
Mu‟min untuk meninggalkan segala kegiatan jual beli ketika
mendengar adzan lalu melakukan Sholat Jum‟at berjamaah di
mesjid. Ini menunjukkan bahwa Allah menghendaki agar
manusia meninggalkan sejenak urusan dunia dan menyuruh
melaksanakan urusan akhirat.
Kemudian dalam ayat berikutnya :
“Apabila Sholat Jum’at telah ditunaikan
(diselesaikan), maka bertebaranlah kamu di
muka bumi, dan carilah karunia Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”.
(Q.S. Al-Jumu‟ah : 10)
Firman Allah ini menunjukkan bahwa apabila Sholat Jum‟at
telah ditunaikan maka silahkan kembali meneruskan dan
menggeluti urusan dunia yang sempat tertinggal sementara
tadi. Lihatlah, betapa seimbangnya Syariat (ajaran) Islam
dalam urusan dunia dan akhirat, antara urusan materi dengan
urusan spiritual.
Disamping itu, Islam juga menganjurkan sikap zuhud
terhadap kesenangan dunia yang berlebih-lebihan, yang
dalam istilah modern sering disebut Hedonisme. “Zuhud”
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 8
disini bukan berarti identik dengan “Kependetaan” yang di
antaranya tidak boleh beristeri ataupun bersuami (bagi
biarawan/biarawati). Bila yang dimaksud pengertian zuhud
seperti itu berarti sama saja dengan melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM) di dunia karena sebenarnya masalah
pernikahan antara dua orang yang berlainan jenis sangatlah
dihalalkan dan sama sekali tidak dilarang dalam Islam
asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
“Zuhud” dalam pengertian Islam bukan pula memusatkan
(memfokuskan) aktifitas manusia semata-mata dikhususkan
hanya untuk beribadah dalam arti sempit serta untuk
mengisolir diri dan menjauhkan diri dari kehidupan materi
sama sekali. Bukan itu maksud “zuhud” di sini. Pengertian
“zuhud” di sini maksudnya adalah “jangan sampai dunia dan
segala kesenangannya menjadi perhatian utama sehingga
melupakan perhatian kepada akhirat”.
Dengan demikian, “zuhud” dalam pengertian Islam adalah
meletakkan kesenangan duniawi hanya sebatas di tangan,
bukan di hati. Dalam hal ini Rasulullah SAW menjelaskan
tentang zuhud sebagai berikut :
“Zuhud di dunia bukanlah dengan
mengharamkan yang halal, bukan pula
dengan membuang (meninggalkan) harta.
Tetapi zuhud di dunia adalah bahwa apa
yang ada di tanganmu tidak lebih kokoh
daripada apa yang ada di tangan Allah”.
Adalah satu hal yang keliru apabila menganggap zuhud
adalah berpaling sepenuhnya dari nikmat-nikmat Allah SWT
sehingga enggan berusaha mecari rizki dan bekerja. Sikap
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 9
yang seperti ini oleh Marwan Al-Qadiry dalam bukunya At-
Tawazun Bainar Ruuh wal „Aqli wal Jazadi yang
diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul
Seimbanglah dalam Beragama, dikatakan sebagai “jumud”
(beku/fatal). Dengan demikian, orang-orang yang zuhudnya
benar adalah orang-orang yang tidak dilalaikan oleh
kesenangan-kesenangan hidup yang berada dalam
genggamannya untuk berjihad di jalan Allah, baik dengan
hartanya maupun dengan jiwa raganya.
Adapun orang-orang yang sepenuhnya meninggalkan dan
mengharamkan nikmat-nikmat Allah, maka Allah
menjelaskannya dalam Al-Qur‟an sebagai berikut :
“Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengharamkan apa-apa
yang Allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah kamu melampaui batas,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas”.
(Q.S. Al-Maidah : 87)
Dan Firman Allah :
“Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang indah-indah setiap memasuki masjid,
makan dan minumlah dan jangan berlebih-
lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah,
‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya, dan siapa pulakah yang
mengharamkan rezeki yang baik-baik?”
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 10
Katakanlah, ‘Semua itu disediakan bagi
orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia, khusus (bagi mereka saja)
di hari kiamat nanti. ’Demikianlah Kami
jelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui”. (Al-A‟raf : 31-32)
Selanjutnya, Ibadah yang diwajibkan Allah kepada manusia
mencakup 2 (dua) hal, yakni :
1) Ibadah Murni (Mahdah)
Yaitu ibadah yang telah ditetapkan caranya, waktunya,
dan syarat-syaratnya oleh dalil-dalil Al-Qur‟an dan
Hadits. Ibadah ini tidak boleh diubah dengan ditambah
atau dikurangi. Contohnya adalah ibadah-ibadah yang
terkait dengan rukun Islam : sholat, puasa, zakat, haji.
2) Ibadah Umum (‘Ammah)
Yaitu jenis ibadah dalam konteks pengabdian yang
dilakukan manusia kepada Allah, dalam bentuk segala
aktivitas hidup yang dilaksanakan dan dijalankan manusia
dengan niat untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Contohnya amat banyak, mulai dari yang palinh
sederhana, semisal menyingkirkan duri di jalan. Seluruh
aktivitas selain Ibadah Murni (Mahdah) adalah berarti
Ibadah Umum asalkan diniatkan karena Allah semata.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa misi hidup
manusia di dunia ini hakikatnya adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT, dan untuk memenuhi fungsinya sebagai
makhluq Allah. Dan setiap perbuatan manusia di dunia yang
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 11
ditujukan untuk mencari keridhoan Allah, seluruhnya akan
dinilai oleh Allah SWT sebagai ibadah.
3. TUJUAN HIDUP (Purpose of Life)
Tujuan hidup adalah unsur yang keempat dari fitrah
kehidupan manusia. Tujuan manusia di dunia ini adalah
semata-mata untuk menjadi hamba Allah yang ikhlas dalam
menggapai Keridhoan Allah SWT (mardhotillah). Kata
kunci dalam Goal Statement (pernyataan tujuan) manusia ini
adalah Hati Ikhlas dan Ridho Allah.
Tujuan hidup manusia sesuai dengan misi dan mendukung
pelaksanaan misi hidup manusia itu sendiri, yakni beribadah
kepada Allah, dan setiap perbuatan manusia di dunia ini
apapun bentuk dan realisasinya, yang hanya semata-mata
ditujukan untuk memperoleh keridhoan Allah semuanya
bernilai ibadah, tanpa terkecuali bagi seorang muslim.
Ikhlas adalah sebuah Kata Kunci (keyword) bagi manusia
dalam menjalankan dan melaksanakan tujuan hidupnya untuk
mencapai tingkat (level) tertinggi, yaitu Keridhoan Allah.
Tanpa adanya keikhlasan dalam hati, mustahil Ridho Allah
dapat diraih, sehingga segala perbuatan kebajikan (virtues)
yang telah dilakukan, yang pada awal seharusnya bernilai
ibadah, akan tetapi menjadi batal dan gugur (canceled) di
mata Allah serta tidak bernilai apapun selain hanya kesia-
siaan belaka.
Perhatikanlah Firman Allah berikut ini :
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 12
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali
supaya beribadah kepada Allah dengan
murni (ikhlas)”. (Q.S. Al-Bayinah : 5)
Dalam Firman Allah yang lain dikatakan :
“Ketahuilah, bahwa Aku (Muhammad)
diperintahkan untuk beribadah kepada Allah
dengan ikhlas”. (Q.S. Az-Zumar : 11)
Firman-Firman Allah tersebut diperkuat lagi dengan Sabda-
Sabda Rasulullah SAW dalam Hadits Qudsi-Nya :
1) “Aku tidak akan menerima sesuatu ibadah,
kecuali yang ikhlas niatnya untukKu”.
(HR. Bukhori)
2) “Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima
amal perbuatan seseorang kecuali bila
dilakukan dengan ikhlas semata-mata
mengharapkan keridhoan-Nya”.
(HR. Abu Dawud dan An-Nasa‟i)
Salah satu doa yang sering diucapkan oleh salah seorang
sahabat Rasul yakni Umar Ibnu Khotob adalah :
“Jadikanlah amalku seluruhnya baik, dan
jadikanlah amalku itu ikhlas semata-mata
karena Engkau (Allah), dan janganlah
sedikitpun amalku itu dijadikan karena
ditujukan untuk siapapun juga”.
Tujuan hidup manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
juga selaras dengan tujuan penciptaan alam semesta ini, yang
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 13
mana tidak untuk kesia-siaan dan bukan untuk kesenangan
Allah semata. Dalam Firman-Nya dikatakan :
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan
bumi dan segala yang ada di antara
keduanya sebagai permainan belaka.
Sekiranya Kami hendak membuat suatu
permainan tentulah Kami telah membuatnya
dari sisi Kami, sekiranya Kami
menghendaki berbuat demikian.”
(Q.S. Al-Anbiya : 16-17)
Allah menciptakan alam semesta ini dimaksudkan untuk
mendukung (support) kepada pelaksanaan tujuan hidup
manusia sebagai makhluq istimewa di dunia ini, yakni untuk
memperoleh Keridhoan Allah SWT.
Mari kita perhatikan Firman-Firman Allah berikut :
1) “Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah
menundukkan (memudahkan) untukmu apa-
apa yang ada di langit dan yang ada di
bumi”. (Q.S. Lukman : 20)
2) “Dia (Allah) menundukkan untukmu apa-
apa yang ada di langit dan yang ada di
bumi semuanya sebagai rahmat dari-Nya”.
(Al-Jaziah : 13)
3) “Dia (Allah) yang telah menciptakan
untukmu apa-apa yang ada di bumi
semuanya”. (Al-Baqoroh : 29)
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 14
Lalu, semua yang dinyatakan Allah itu dibenarkan dan
dikonfirmasi (confirmed) oleh manusia sendiri dengan
mengatakan bahwa semua yang telah dijadikan Allah tersebut
tidaklah sia-sia, perhatikanlah Firman Allah berikut ini :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang
berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk ataupun
berbaring, serta mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi, seraya berkata,
‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
jauhkanlah kami dari siksa neraka”.
(Ali Imron : 190-191)
Begitulah gambaran orang-orang yang selalu mengharapkan
keridhoan Allah (Mardhotillah) dalam hidupnya.
4. PEDOMAN HIDUP (Guidance of Life)
Pedoman hidup adalah unsur kelima dari fitrah kehidupan
manusia (The Seven Human Genuinity). Untuk bisa
menerapkan seluruh Syari‟at (perintah, aturan atau ajaran)
yang telah diturunkan-Nya maka Allah menurunkan suatu
pedoman hidup kepada manusia sebagai acuan dan rujukan
(references) manusia dalam berbuat dan bertindak, yakni :
“Al-Qur‟an dan Hadits”.
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 15
A. AL-QUR‟AN (Firman Allah S.W.T.)
Al-Qur‟an adalah perkataan-perkataan (Firman) Allah yang
diturunkan sebagai wahyu dari Allah kepada Rasulullah
SAW secara bertahap (berangsur-angsur). Al-Qur‟an telah
diturunkan Allah dalam rentang waktu selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. Al-Qur‟an pertama kali diturunkan Allah
kepada Rasulullah SAW dalam bentuk Surat Al-„Alaq ayat 1-
5 pada tanggal 17 Romadhon, 13 tahun sebelum Rasulullah
Hijrah ke Madinah (610 Masehi), di Gua Hiro, ketika
Rasulullah sedang melakukan renungan (Spiritual
Contemplation). Sehingga untuk selanjutnya, hari
diturunkannya Al-Qur‟an untuk pertama kali ini sering
diperingati sebagai hari Nuzulul Qur‟an.
Perlu diketahui, saat ini Allah hanya mengakui Eksistensi dan
Validitas (keabsyahan) Al-Qur‟an sebagai satu-satunya
Pedoman dari Allah disamping Sunnah (Al-Hadits)
Rasulullah SAW untuk diikuti, dipedomani, dan sekaligus
diimani supaya diaplikasikan dalam setiap aktifitas
kehidupan manusia sebagai kholifah di bumi.
Sebelum Al-Qur‟an diturunkan, Allah juga telah menurunkan
tiga buah kitab suci kepada tiga orang Rasul, yaitu: Musa
A.S. (Kitab Taurat), Daud A.S. (Kitab Zabur), dan Isa A.S.
(Kitab Injil). Di samping Kitab-Kitab suci tersebut, Allah
juga telah menurunkan Suhuf (lembaran-lembaran perintah
‒ bukan kitab) sebanyak 100 Suhuf yang diturunkan kepada
Rasul-Rasul (Nabi-Nabi) : Idris A.S. (30 suhuf), Syits A.S.
(50 suhuf), Ibrahim A.S. (10 suhuf) dan Musa A.S. (10
suhuf). Sepuluh Suhuf terakhir yang diturunkan kepada Nabi
Musa A.S. ini dikenal dengan nama Sepuluh Perintah
Tuhan (The Ten Commandment). Seluruh suhuf-suhuf dan
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 16
Kitab-Kitab Suci yang telah diturunkan tersebut bersifat
menggantikan (mansyukh) terhadap suhuf-suhuf dan kitab-
kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Jadi, dengan
demikian, setelah Al-Qur‟an diturunkan maka Al-Qur‟an
menjadi pengganti (mansyukh) bagi Kitab Injil maupun kitab-
kitab sebelumnya (Zabur dan Taurat). Suhuf-suhuf dan
Kitab-kitab Suci selain Al-Qur‟an juga bersifat lokal, artinya
hanya berlaku pada saat itu saja dan hanya diperuntukkan
bagi kaumnya Nabi-Nabi yang membawa kitab atau suhufnya
masing-masing. Kitab Taurat misalnya hanya berlaku untuk
umat Nabi Musa, Kitab Zabur hanya untuk umat Nabi Daud,
juga Kitab Injil hanya berlaku untuk umat Nabi Isa saja.
Berbeda halnya dengan Kitab Taurat, Zabur dan Injil, Kitab
Suci Al-Qur‟an, Allah turunkan kepada Rasulullah SAW
dengan membawa keistimewaan tersendiri dibandingkan
dengan Kitab-Kitab Suci lainnya. Di antara keistimewaan Al-
Qur‟an, salah satunya adalah Al-Qur‟an tidak hanya
diperuntukkan bagi umat Muhammad SAW saja, akan tetapi
ditujukan untuk seluruh umat manusia.
Al-Qur‟an yang telah Allah SWT turunkan secara bertahap
sedikit demi sedikit (tidak sekaligus) ini setelah dianalisa dan
dikaji oleh Para Pakar Al-Qur‟an ternyata di dalamnya
memiliki keseimbangan kata-kata yang tiada taranya. Ini juga
merupakan keistimewaan dari Al-Qur‟an, yakni sebagai
berikut :
1) Kata-kata yang saling Berlawanan makna (Antonim),
jumlahnya sama, contoh :
Al-Hayat (Hidup) dan Al-Maut (Mati) = 145 kata
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 17
An-Nafi‟ (Manfaat) dan Al-Mudhorot (Mudorot) = 50
kata
Al-Har (Panas) dan Al-Bard (Dingin) = 4 kata
As-Sholihat (Kebajikan) dan As-Sayyiat (Keburukan) =
167 kata
At-Tuma‟ninah (Kelapangan) dan Adh-Dhiq
(Kesempitan) = 13 kata
Ar-Rohbah (Cemas/Takut) dan Ar-Roghbah
(Harap/Ingin) = 8 kata
Al-Kufur (Kekafiran) dan Al-Iman (Keimanan) = 17
kata
As-Shoif (Musim Panas) dan As-Syita‟ (Musim Dingin)
= 1 kata
Al-Kufur (Kekafiran) dan Al-Iman (Keimanan) dalam
bentuk indefinite masing-masing sebanyak 8 kata
2) Kata-kata yang Bersamaan makna (Sinonim), jumlahnya
sama, contoh :
Al-Harf dan Az-Ziroah (Membajak/Bertani) = 14 kata
Al-Ushb dan Adh-Dhurur (Membanggakan
diri/Angkuh) = 27 kata
Adh-Dhollun dan Al-Mauta (Yang mati/Sesat jiwanya)
= 17 kata
Al-Islam dan Al-Wahyu (Qur‟an/Islam/Wahyu) = 70
kata
Al-Aql dan An-Nur (Akal/Cahaya) = 49 kata
Al-Jahr dan Al-„Alamiyah (Nyata) = 16 kata
3) Kata yang menjadi Sebab dengan kata yang menjadi
Akibat jumlahnya sama, contoh :
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 18
Al-Infaq (Infaq) dan Ar-Ridho (Rela) = 73 kata
Al-Bukhl (Kekikiran) dan Al-Hasaroh (Penyesalan) =
12 kata
Az-Zakah (Penyucian) dan Al-Barokah (Kebaikan yang
banyak) = 32 kata
Al-Fahisyah (Kekejian) dan Al-Ghodhob (Kemurkaan)
= 26 kata
4) Kata yang satu menjadi Relevansi kata yang lain,
jumlahnya sama, contoh :
Al-Isrof (Pemborosan) dan Al-Su‟rah (Tergesa-gesa) =
23 kata
Al-Mauizhoh (Nasihat) dan Al-Lisan (Lidah) = 25 kata
Al-Asro‟ (Tawanan) dan Al-Harb (Perang) = 6 kata
As-Salam (Selamat) dan At-Thoyyibat (Kebaikan) = 60
kata
5) Kata-kata yang Cocok dengan Realita kehidupan di dunia,
contoh :
Al-Yaum (Hari) dalam bentuk tunggal (Singular)
sebanyak 365 kata, hal ini menunjukkan jumlah hari
dalam 1 tahun (Masehi).
Al-Yaum (Hari) dalam bentuk jama‟ (plural) ada
sebanyak 30 kata, hal ini menunjukkan jumlah hari
dalam 1 bulan.
As-Syahr (bulan) hanya ada sebanyak 12 kata, hal ini
menunjukkan jumlah bulan dalam 1 tahun.
Al-Qur‟an menjelaskan bahwa langit ada tujuh lapis,
penjelasan ini diulangi dalam 7 kali pula di dalam Al-
Qur‟an.
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 19
Al-Qur‟an menjelaskan bahwa “cahaya matahari
bersumber dari dirinya sendiri sedangkan cahaya bulan
bersumber dari matahari”, sesuai yang dijelaskan dalam
Al-Qur‟an Surat Yunus ayat 5.
6) Al-Qur‟an menerangkan ramalan-ramalan atas kejadian
yang belum terjadi, dan kemudian ramalan itu benar-benar
terbukti, misalnya :
(1) Tentang kemenangan Bangsa Romawi dalam
peperangan melawan Bangsa Persia, hal ini terbukti
yang kemudian Bangsa Persia berhasil dikuasai
(dijajah) oleh Bangsa Romawi.
(2) Tentang jasad (badan) Fir‟aun yang akan diselamatkan
Allah (baca Surat Yunus ayat 92) sebagai bukti dan
pelajaran bagi umat-umat (generasi) berikutnya.
Kemudian pada tahun 1896, seorang ahli purbakala
yang bernama Loret menemukan mummi seseorang di
lembah (kuburan) raja-raja di Luxor Mesir yang
selanjutnya diduga kuat bahwa mummi tersebut adalah
jasad Fir‟aun yang pernah mengejar Musa A.S. yang
ditenggelamkan Allah di Laut Merah. Hingga kini
setiap orang yang sempat berkunjung ke Museum di
Kairo dapat melihat mummi (jasad) Fir‟aun tersebut.
7) Al-Qur‟an banyak menerangkan ayat-ayat yang bernuansa
ilmiah, yaitu ayat-ayat yang menjadi sumber untuk kajian-
kajian dan penelitian-penelitian atas ilmu pengetahuan, di
antaranya menerangkan :
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 20
(1) Bahwasannya bumilah yang mengelilingi matahari
(heliocentris) dan bukan matahari yang mengelilingi
bumi (geocentris).
(2) Bahwasannya cahaya bulan adalah bersumber dari
cahaya matahari (Q.S. Yunus : 5).
(3) Bahwasanya manusia tidak dapat naik ke luar angkasa
kecuali dengan kekuasaan (maksudnya IPTEK).
(4) Bahwasanya manusia akan merasakan sesak dadanya
apabila ia naik ke luar angkasa (karena kekurangan
oksigen) jika tanpa dibantu dengan tabung oksigen.
(5) Bahwasanya apabila langit telah terbelah adalah
seperti bunga mawar merah yang sedang mekar (Q.S.
Ar-Rohman : 37), maka terbukti dengan ditemukannya
Peristiwa Supernova (bintang meledak) di jagad raya
ini oleh Hubble yang berhasil diabadikan dengan
gambar yang dibuat melalui teleskop Hubble tersebut.
Semua ini adalah menunjukan bahwa Al-qur‟an adalah
Firman Allah yang Maha Benar (Sodaqollahul „Adjim) yang
diturunkan Allah kepada manusia, dan bukanlah kitab
karangan atau buatan Muhammad SAW. Tidak akan ada
manusia ataupun jin yang mampu membuat semacam kitab
yang sama dengan Al-Qur‟an apalagi dapat menandinginya,
hal ini telah Allah klaim dengan Firman-Nya :
“Sungguh jika manusia dan jin bersatu
untuk membuat sesuatu yang sama dengan
Al-Qur’an ini, tidaklah mereka sanggup
membuatnya sekalipun mereka saling
membantu”. (Q.S. Al-Isro‟: 88)
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 21
Itu merupakan tantangan dari Allah SWT untuk
membuktikan bahwasannya Al-Qur‟an sungguh benar-benar
diturunkan oleh-Nya kepada manusia.
Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk, pedoman, penerang,
dan sebagai pelajaran (peringatan) bagi manusia,
sebagaimana ditegaskan dalam Firman-Firman-Nya, sbb :
1) “Inilah Kitab (Al-Qur’an) yang tak ada
keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-
orang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqoroh : 2)
2) “Inilah (Al-Qur’an) sebagai penerang bagi
manusia, dan petunjuk serta pelajaran
(peringatan) bagi orang-orang yang
bertaqwa”. (Q.S. Ali Imron : 138)
3) “Telah diturunkan kepadamu Kitab (Al-
Qur’an) yang benar dan membenarkan
(mengakui) Kitab-Kitab sebelumnya...”
(Q.S. Ali Imron : 3)
Isi kandungan Al-Qur‟an secara umum (garis besar) adalah
berupa : Ayat-ayat yang Muhkamat (jelas) dan Ayat-ayat
yang Mutasyabihat (tidak jelas). Maksud tidak jelas di sini
adalah beberapa ayat yang terdapat pada permulaa-permulaan
surat seperti : Alif-Laam-Miim (Al-Baqoroh), Yaa-Siin
(Yasin), Kaf-Ha-Ya-‘Ain-Shood (Maryam), Tho-Ha (Thoha),
Haa-Miim (Al-Mu‟min), dan sejenisnya. Ayat-ayat tersebut
tidak diketahui maknanya karena hanya Allah sajalah yang
mengetahui makna dan maksudnya.
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 22
Al-Qur‟an tidak hanya diperuntukkan bagi umat Muhammad
saja, akan tetapi juga ditujukan untuk seluruh umat manusia
yang hidup pada zaman Nabi Muhammad dan pada zaman-
zaman sesudahnya hingga akhir zaman (kiamat) nanti. Allah
memperlakukan Al-Qur‟an sedemikian istimewa karena di
dalamnya banyak sekali terkandung unsur-unsur pedoman
yang lengkap dan sempurna (completely perfect) sebagai
suatu pedoman dan petunjuk bagi hidup manusia di dunia
yang sangat lengkap, cocok dan sesuai dengan segala
permasalahan hidup manusia di dunia ini hingga akhir zaman
nanti. Sehingga Allah SWT menutup Al-qur‟an dengan
Firman terakhirnya yang berbunyi :
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu
agamamu, dan Aku cukupkan nikmatKu (Al-
Qur’an) untukmu, serta Aku ridho Islam
menjadi agamamu”. (Q.S. Al-Maidah : 3)
Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT secara berangsur-
angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Isi kandungan Al-
Qur‟an mudah dimengerti dan bahkan mudah dihafalkan.
Pada zaman Rasulullah SAW banyak sekali orang yang hafal
Al-Qur‟an, terutama para sahabat dekat dan para kerabatnya.
Al-Qur‟an sejak diturunkan hingga kini pasti akan sangat
terjaga keaslian dan kemurniannya karena Allah sendiri yang
menjamin hal itu, sebagaimana difirmankan-Nya :
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-
Qur’an, dan sungguh Kami benar-benar
akan menjaganya”. (Q.S. Al-Hijr : 9)
Bagi Islam dan orang-orang Muslim, Al-Qur‟an tidak hanya
sekedar bacaan yang apabila orang membacanya akan
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 23
memperoleh pahala dari Allah SWT, akan tetapi juga telah
ditetapkan oleh Allah SWT yang menciptakan dan
menurunkannya sebagai pedoman atau petunjuk bagi orang-
orang yang bertaqwa, dimana isi kandungannya tidak perlu
diragukan lagi kebenarannya (Unskeptical Truth).
Perhatikan lagi pernyataan Allah berikut ini :
“Kitab (Al-Qur’an) ini tak ada keraguan di
dalamnya, merupakan petunjuk bagi orang-
orang yang bertaqwa”.
(Q.S. Al-Baqoroh : 2)
Wasiat (pesan) Rasulullah berkaitan dengan Al-Qur‟an :
“Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua hal,
yang apabila kamu berpegang teguh kepada
keduanya maka kamu tak akan sesat selama-
lamanya, dua hal itu adalah Kitab Allah (Al-
Qur’an) dan Sunahku (Al-Hadits)”.
(HR. Bukhori dan Muslim)
Pesan Rasulullah tersebut sangatlah tepat karena menjelaskan
tentang Al-Qur‟an yang telah diturunkan oleh Allah untuk
menjadi Solusi (problem solver) bagi tiap-tiap problema
hidup yang dihadapi manusia di atas dunia ini. Allah SWT
mengingatkan manusia untuk menjadikan Al-Qur‟an sebagai
referensi (sumber rujukan) :
“Wahai orang-orang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul dan ‘Ulil Amri‟
(pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu hal
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 24
maka ‘kembalikanlah’ kepada Allah (yakni
Al-Qur’an) dan Rasul (yakni Hadits) jika
kamu benar-benar percaya kepada Allah
dan hari kiamat”. (Q.S. An-Nisa‟: 59)
Disini, “kembalikanlah” maksudnya adalah merujuk (refers
to) kepada Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai Solusi (problem
solver) nya, bukan kepada hal-hal selain daripada itu.
Oleh karena itu, maka jelaslah bahwa fungsi dari Al-Qur‟an
dalam hal ini adalah sebagai Jalan Keluar (way out) dari
permasalahan hidup yang pelik serta kebuntuan manusia
dalam menghadapi permasalahan hidup di dunia ini.
Al-Qur‟an, baik isi kandungannya maupun keindahan
bahasanya tidak dapat ditiru oleh siapapun dan tidak akan
dapat terkalahkan dan tertandingi oleh hasil karya manusia
apapun bentuknya, sebagaimana Firman Allah SWT sbb :
“Sekiranya kamu ragu tentang apa yang
Kami turunkan (Al-Qur’an) kepada hamba
Kami, maka buatlah sebuah surat saja yang
semisal dengannya serta ajaklah saksi-
saksimu selain daripada Allah jika kamu
orang-orang yang benar. Jika kamu tidak
dapat melakukan itu (karena pasti kamu tak
dapat melakukannya), maka jagalah dirimu
dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri
dari manusia dan batu, yang disediakan
bagi orang-orang kafir”.
(Q.S. Al-Baqoroh : 23-24)
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 25
Informasi-informasi yang terkandung di dalam Al-Qur‟an
secara garis besarnya adalah sbb :
1) Nama-nama Al-Qur‟an, diantaranya :
Al-Furqon (Pembeda), terdapat pada Surat Al-Furqon:1.
Kitabullah (Kitab Allah), terdapat pada Surat Al-
Baqoroh : 2.
Adz-Dzikri (Pengingat), terdapat pada Surat Al-Hijr : 9.
At-Tanzil (Yang diturunkan), terdapat pada Surat Asy-
Syu‟aro‟: 192.
2) Fungsi Al-Qur‟an :
Sebagai petunjuk dan tuntunan hidup bagi umat manusia
dalam memecahkan problema hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Dalil Naqlinya sebagai berikut :
Surat Al-Baqoroh : 2
Surat Al-Isro‟: 9
Surat Ali Imron : 138
Surat Ali Imron : 3
3) Kedudukan Al-Qur‟an :
Sebagai sumber Hukum Utama dari Hukum (Syariat)
Islam, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT (Hablum Minallah), hubungan manusia dengan
manusia (Hablum Minan Naas), serta hubungan antara
manusia dengan lingkungannya (Hablum Minal
Makhluq).
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 26
Dalil Naqlinya adalah sebagai berikut :
Surat An-Nisa‟: 59
Surat An-Nisa‟: 105; serta
Hadits Riwayat Tirmidzi dan Abu Dawud (Berdasarkan
dialog antara Rasulullah SAW dengan Mu‟az bin Jabal
(yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Yaman).
Hadits tersebut menceritakan dialog antara Rasulullah
dengan Mu‟az, sebagai berikut :
“Rasulullah : Wahai Mu’az, bagaimana cara engkau
memutuskan perkara yang diajukan
kepadamu?
Mu’az : Saya akan memutuskan dengan Kitab
Allah (Al-Qur’an).
Rasulullah : Jika engkau tidak menemukannya dalam
Kitab Allah?
Mu’az : Saya akan memutuskannya dengan
Sunah Nabi (Al-Hadits).
Rasulullah : Jika engkau tidak menemukannya dalam
sunahku?
Mu’az : Saya akan berusaha memutuskannya
dengan pikiran atau pendapatku yang
tanpa keraguan (Ijtihad).
Rasulullah : Segala puji bagi Allah yang telah
memberi petunjuk kepada utusan Rasul-
Nya (maksudnya Mu’az) atas apa yang
diridhoi-Nya.”
(HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 27
4) Susunan Al-Qur‟an, terdiri atas :
30 Juz
114 Surat :
89 Surat diturunkan di Makkah (Makkiyyah)
25 Surat diturunkan di Madinah (Madaniyyah)
Jumlah Ayat :
6000 Ayat (menurut Ibnu Katsier)
6204 Ayat (menurut Ulama Basyroh)
6210 Ayat (menurut Ulama Makkah)
6214 Ayat (menurut Ulama Madinah)
6217 Ayat (menurut Ulama Kufah)
6226 Ayat (menurut Ulama Syam)
6236 Ayat (menurut Ulama Masjid Al-Azhar,
Jakarta, Indonesia)
6666 Ayat (menurut Organisasi Islam
Muhammadiyah, Indonesia)
Perbedaan-perbedaan jumlah ayat ini, disebabkan ada
beberapa bagian-bagian ayat yang hanya dihitung
sebagai satu kesatuan ayat.
5) Isi dan kandungan Al-Qur‟an :
(1) Hukum-hukum yang berkaitan dengan Aqidah
(Istiqodiah). Yaitu ketetapan-ketetapan tentang wajib
beriman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya,
Rasul-rasul-Nya, Kitab-Kitab Suci-Nya, Hari Kiamat
serta Qodo‟ dan Qodar-Nya.
(2) Hukum-hukum yang berkaitan dengan Akhlaq
(Khuluqiah). Yaitu ajaran-ajaran yang menyuruh agar
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 28
setiap pemeluk agama Islam (Muslim) memiliki
Akhlaq (moral dan perilaku) yang mulia serta
menjauhi sifat-sifat tercela.
(3) Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan
manusia (Amaliah).
Yaitu diantaranya tentang ucapan-ucapan, perbuatan-
perbuatan, perjanjian-perjanjian, perniagaan, hutang-
piutang, dan sebagainya.
Hukum Amaliah ini terbagi lagi menjadi 2, yakni :
a) Hukum Ibadah.
Yakni hukum-hukum yang berkaitan dengan amal
ibadah kepada Allah SWT, seperti: sholat,
berpuasa, zakat, haji, nadzar, sumpah, dan
sebagainya.
b) Hukum Muamalah.
Yakni hukum-hukum yang berkaitan dengan
kemasyarakatan, atau hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya (Hablum Minan Naas),
seperti perjanjian, hukum pidana, hukum perdata,
jual-beli, perekonomian secara umum dan secara
khusus, pernikahan/perkawinan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, da‟wah, dan lain sebagainya.
Bila diperinci lagi, yang berkaitan dengan Hukum
Muamalah ini sangatlah banyak, di antaranya :
(untuk lebih rincinya pembaca bisa baca buku
berjudul Fiqih Islam karya H. Sulaiman Rasyid)
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 29
(a) Hukum Transaksi :
Jual-beli, riba’, mendirikan perusahaan,
utang-piutang, wali, ikrar, perwakilan, pinjam-
meminjam, hibah, sedekah, hadiah, barang
temuan, membuka tanah baru, pampasan
perang, wakaf, dan sebagainya.
(b) Hukum Waris (Mawaris) :
Hak waris, ahli waris, sebab-sebab waris,
harta waris, Hijab, pembagian waris, wasiat,
dan sebagainya.
(c) Hukum Pernikahan (Ta’rif)
(d) Hukum Balas (Jinayat/Qishos)
(e) Hukum melanggar Larangan Allah (Hudud)
(f) Hukum Peperangan (Jihad)
(g) Hukum Makanan dan Hewan Sembelihan
(h) Hukum Pengadilan (Aqdiyah)
(i) Hukum Pemerintahan (Khilafah)
B. HADITS (Sunnah Rasulullah SAW)
Hadits ialah segala tingkah laku dan perbuatan Rasulullah
SAW, baik yang berupa perkataan (Qouli), perbuatan (Fi’li),
maupun sikap diamnya (Taqriri). Dalam penggunaannya
(pengamalannya), sebagian Ulama berpendapat bahwa Hadits
Rasulullah SAW dibedakan antara :
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 30
1) Zaman Sunnah
Yaitu pengamalan Hadits oleh umat Islam ketika
Rasulullah masih hidup. Umat Islam ketika itu dapat
bertanya dan berdialog langsung dengan Rasulullah
tentang apa-apa saja yang belum jelas dan ingin
ditanyakan. Setiap pertanyaan pada saat itu akan langsung
dijawab Rasulullah dengan gamblang dan rinci serta jelas.
2) Zaman Hadits
Yaitu pengamalan Hadits oleh umat Islam setelah
Rasulullah SAW wafat (pasca Rasulullah).
Hadits merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah
Al-Qur‟an. Berdasarkan definisinya, hadits terbagi lagi
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1) Hadits (Sunnah) Qouliyah
Yaitu Hadits yang didasarkan atas apa segala perkataan
dan ucapan Rasulullah, misalnya Sabda Rasulullah yang
menegaskan bahwa rukun iman itu ada enam dan rukun
Islam itu ada lima.
2) Hadits (Sunnah) Fi‟liyah
Yaitu Hadits yang didasarkan atas segala perilaku dan
perbuatan Rasulullah, misalnya tata cara mengerjakan
sholat dan melaksanakan ibadah haji.
3) Hadits (Sunnah) Takririyah
Yaitu Hadits atau Sunnah yang disandarkan pada
persetujuan Rasulullah atas apa-apa yang dilakukan para
sahabatnya. Persetujuan ini artinya tidak melarang
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 31
perbuatan tersebut tetapi hanya mendiamkan atau
membiarkan saja perbuatan tersebut dilakukan.
Diamnya Rasulullah dalam hal ini merupakan suatu tanda
atas persetujuannya (tidak dilarang).
Misalnya:
Membiarkan sebagian sahabatnya berdzikir dengan
mengeluarkan suara yang keras.
Membiarkan orang buta melakukan jual-beli.
Membiarkan kaum wanita untuk pergi meninggalkan
rumah-rumah mereka untuk mendatangi masjid, dan
menghadiri pengajian-pengajian.
Adapun dasar hukum diberlakukannya Hadits sebagai hukum
Islam yang kedua setelah Al-Qur‟an adalah :
“...dan apa-apa yang diberikan Rasul
kepadamu terimalah, dan apa-apa yang
dilarang bagimu maka tinggalkan...”
(Q.S. Al-Hasyr : 7)
Hadits berfungsi sebagai berikut :
1) Memperkuat hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh
Al-Qur‟an.
Misalnya: Perintah dalam Al-Qur‟an: “...dan jauhkanlah
perkataan-perkataan dusta.” (Q.S. Al-Haj: 30). Perintah
ini diperkuat dengan Hadits: “‟Ingatlah aku akan
menjelaskan kepadamu semua tentang sebesar-besarnya
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 32
dosa besar’. Dijawab oleh para sahabat, ‘Baik ya
Rasulullah’. Beliau meneruskan Sabdanya, ‘Syirik
kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua’. Saat
itu Rasulullah sedang bersandar kemudian duduk seraya
berkata, ‘Hati-hati, jauhilah berkata dusta.’”
(HR. Bukhori dan Muslim)
2) Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat
Al-Qur‟an yang masih bersifat garis besar (umum).
Misalnya: Tentang perintah untuk mendirikan sholat
sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam serta
mendirikan sholat subuh.
3) Memberikan batasan terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang
belum ada batasannya.
Misalnya: Hadits yang menerangkan tentang hukuman
potong tangan bagi seorang pencuri.
4) Mengkhususkan hal-hal yang diterangkan dalam Al-
Qur‟an yang masih bersifat mutlak yang umum.
Misalnya: Perintah dalam Al-Qur‟an: “Diharamkan
bagimu bangkai, darah, dan daging babi...” (Al-Maidah:
3). Larangan ini dikhususkan dengan Hadits :
“Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua
macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan
dan belalang, dan dua macam darah adalah hati dan
limpa”. (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)
5) Menetapkan hukum-hukum atau aturan-aturan yang tidak
terdapat dalam Al-Qur‟an.
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 33
Misalnya: Hadits “Sucikan bejanamu yang dijilat anjing
dengan menyucikannya sebanyak 7 kali, yang salah
satunya dicampur dengan tanah”. (HR. Muslim Ahmad,
Abu Dawud dan Baihaqi)
C. IJTIHAD
Selain kedua pedoman yang telah disebutkan, yaitu Al-
Qur‟an dan Al-Hadits, maka apabila suatu urusan atau
perkara yang tidak ada dasar hukumnya di dalam Al-Qur‟an
dan Al-Hadits maka manusia diperbolehkan melakukan
Ijtihad (yang dasar hukumnya adalah Al-Hadits).
Ijtihad, definisinya adalah : bersungguh-sungguh dalam
menggunakan pikiran dan pendapat pribadi yang tanpa
keraguan untuk merumuskan dan menetapkan hukum
atas suatu perkara atau persoalan yang tidak ditemukan
kepastian hukumnya dalam Al-Qur‟an dan Hadits.
Sedangkan untuk masalah atau perkara-perkara yang sudah
jelas diterangkan dalam Al-Qur‟an dan Hadits tidak boleh
lagi diijtihadkan. Hasil dari ijtihad ini merupakan (bisa
dijadikan) sumber hukum yang ketiga setelah Al-Qur‟an dan
Hadits. Bahkan dalam Islam, Ijtihad sangat dihargai dan
mendapatkan pahala walaupun ijtihad tersebut salah,
sebagaimana diriwayatkan dalam Hadits Rasulullah SAW :
“Apabila seorang hakim memutuskan
perkara, kemudian ia berijtihad dan
ternyata ijtihadnya benar maka ia
memperoleh dua pahala. Dan apabila
seorang hakim memutuskan perkara melalui
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 34
ijtihad dan ternyata hasilnya salah maka ia
memperoleh satu pahala”.
(HR. Mutafaq ‟Alaih)
Adapun bentuk-bentuk Hasil dari Ijtihad yang dikenal dalam
Syariat Islam, adalah sebagai berikut :
1) Ijma’, yaitu kesepakatan para Ulama tentang hukum
suatu masalah yang belum disebutkan secara kongkrit
(nyata) dalam Al-Qur‟an atau Hadits.
2) Qiyas, yaitu menetapkan hukum atas suatu masalah yang
belum ada ketentuannya berdasarkan kepada yang sudah
ada ketentuannya dengan cara memperhatikan kesamaan
di antara keduanya. Misalnya, menetapkan hukum haram
atas ganja, heroin, morfin dan sejenis zat-zat adiktif serta
obat-obatan psikotropika, yang secara eksplisit tidak ada
ketentuannya dalam Al-Qur‟an dan Hadits tetapi melihat
ada kesamaannya dengan haramnya Khomar (minuman
keras) yang mengandung lebih banyak mudhorotnya
daripada manfaatnya, serta sama-sama bersifat muskir
(memabukkan).
3) Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang
telah ada dan telah ditetapkan dengan suatu dalil, selama
belum ada (ditemukan) dalil lain yang dapat mengubah
kedudukan (status) hukum tersebut.
4) Istihsan (Istislah), yaitu menetapkan hukum atas suatu
masalah yang tidak dijelaskan secara nyata di dalam Al-
Qur‟an dan Hadits yang didasarkan pada kepentingan
umum atau kemaslahatan umum ataupun demi keadilan.
Imam Hanafi menyebutnya sebagai Istihsan, sedangkan
Imam Maliki menyebutnya Istislah.
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 35
5) Istislal, yaitu menetapkan hukum atas suatu masalah yang
tidak disebutkan secara nyata dalam Al-Qur‟an dan
Hadits, hanya bersandarkan kepada adat istiadat atau
kebiasaan masyarakat setempat (masyarakat lokal).
Termasuk juga hukum-hukum agama yang diturunkan
Allah sebelum turunnya Islam asalkan tidak bertentangan
dengan Al-Qur‟an dan Hadits maka diakui dan
dibenarkan oleh Islam.
6) Mashlahah Mursalah, yaitu kebaikan-kebaikan yang
tidak disinggung sama sekali dalam hukum syaro’
(syariat) tetapi sesuai dengan esensi hukum syaro’
(syariat), yang apabila perbuatan tersebut dilakukan akan
membawa manfaat dan terhindar dari keburukan-
keburukan, misalnya :
Kodifikasi Al-Qur‟an pada masa Abu Bakar Shiddiq
dan Utsman bin „Affan.
Mengganti rugi kepada pemilik barang atas barang-
barang yang telah rusak walaupun kerusakan itu tidak
dijelaskan klausulnya di dalam perjanjian atau
kesepakatan.
7) ‘Urf, yaitu urusan yang disepakati oleh sekelompok orang
karena sudah menjadi kebiasaan, baik dalam ucapan
maupun perbuatan. Misalnya, kebiasaan transaksi jual-
beli tanpa adanya tanda terima ataupun akta jual-beli.
8) Zaro’i (Wasilah), yaitu perbuatan-perbuatan atau
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan (perintis) untuk
mendapatkan kemanfaatan (mashlahat) dan
menghilangkan keburukan (mudhorot).
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 36
Untuk dapat menjadi seorang yang boleh berijtihad (disebut
mujtahid), harus memenuhi kriteria (syarat-syarat) berikut :
1) Memahami Al-Qur‟an beserta Asbabun Nuzulnya
(sebab-sebab turunnya suatu ayat dalam Al-Qur‟an).
2) Mengetahui ayat-ayat Nasikh (yang menghapus
hukum), dan ayat-ayat Mansyukh (yang dihapuskan).
3) Memahami Hadits dan wurudnya (sebab-sebab
munculnya Hadits tersebut).
4) Memiliki kemampuan Bahasa Arab yang fasih.
5) Mengetahui tempat dan letak-letak Ijma‟.
6) Mengetahui dan menguasai ilmu Ushul Fiqih.
7) Mengetahui maksud-maksud syariat ditetapkan.
8) Memahami masyarakat dan Adat Istiadatnya setempat.
9) Mempunyai sifat Adil, Bijaksana dan Bertaqwa.
10) Mendalami ilmu Ushuludin (ilmu tentang Asal-usul
atau Aqidah Islam).
11) Memahami ilmu tentang Mantiq (ilmu Logika).
12) Mengetahui cabang-cabang Ilmu Fiqih.
Karena begitu banyaknya persyaratan yang harus dimiliki
oleh seorang Mujtahid maka berarti untuk melakukan Ijtihad
tidak sembarangan dan tidak dapat dilakukan oleh semua
orang. Oleh sebab itu bagi seorang pemeluk Agama Islam
(Muslim) dewasa ini dapat menggunakan Hasil dari Ijtihad
para Ulama Mujtahid yang telah diakui Kepiawaiannya
dalam berijtihad, sehingga kita tidak salah dan terperosok ke
dalam apa yang dinamakan sebagai bid’ah (mengada-ada).
Ketetapan hukum-hukum Islam yang didapat dan dihasilkan
dari Ijtihad dinamakan Madzhab. Para Ulama yang
mempunyai madzhab-madzhab terkenal itu cukup banyak,
namun hanya ada 4 (empat) Madzhab hingga kini yang
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 37
paling banyak dipakai ijtihadnya oleh para Ulama Islam dan
pemeluk Islam di seluruh dunia, yaitu :
1) Madzhab Hanafi
Madzhab ini dinamakan Madzhab Hanafi karena Ulama
penyusunnya adalah yang bernama Abu Hanifah An-
Nu‟man Ibnu Tsabit At-Taimi, yang lahir di Kuffah tahun
80 H (700 M) dan wafat tahun 150 H di Baghdad.
Madzhab Hanafi banyak dipakai pada masa Dinasti
Utsmani dan banyak dianut di Irak. Sekarang ini banyak
berkembang di Syiria, Afghanistan, Turki, Turkmenistan
dan India. Saat ini negara yang secara resmi memakai
madzhab ini adalah Syiria, Libanon dan Mesir.
2) Madzhab Maliki
Madzhab ini dinamakan Madzhab Maliki karena Ulama
penyusunnya adalah Imam Malik Ibnu Anas Al-Asbani,
yang lahir di Madinah tahun 93 H (713 M) dan wafat
pada tahun 179 H (798 M). Kakeknya bernama Abu Amir
yang merupakan salah seorang sahabat Nabi SAW.
Madzhab Maliki banyak dianut oleh negara: Hijaz,
Maroko, Tunis, Tripoli, Mesir, Maghribi Afrika,
Andalusia, Bahrain dan Kuwait.
3) Madzhab Syafi‟i
Madzhab ini dinamakan Madzhab Syafi‟i karena Ulama
penyusunnya adalah Muhammad Ibnu Idris Ibnu Syafi‟i,
yang lahir di Khuzzah (Gaza) pada tahun 767 M dan
wafat di Mesir pada tahun 820 M. Madzhab Imam Syafi‟i
banyak berkembang di negara: Mesir, Palestina, Suriah,
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 38
Libanon, Irak, Hijaz, India, Persia, Yaman dan juga di
Indonesia.
4) Madzhab Hambali
Madzhab ini dinamakan Madzhab Hambali karena Ulama
penyusunnya adalah Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Hambal, yang lahir di Baghdad pada tahun 164 H (780
M) dan wafat pada tahun 241 H (855 M). Ia adalah murid
dari Imam Syafi‟i. Madzhab ini berkembang di negara:
Irak, Mesir, Palestina, Suriah dan Saudi Arabia. Di Saudi
Arabia (Arab Saudi) madzhab ini resmi digunakan dan
ditetapkan sebagai madzhab negara.
5. TELADAN HIDUP (Model of Life)
Dalam melaksanakan misi hidup manusia dan untuk
mencapai tujuan hidupnya, Allah SWT memberikan contoh
teladan yang terdapat dalam diri Rasulullah SAW,
sebagaimana difirmankan di dalam Al-Qur‟an :
1) “Sesungguhnya pada diri Rasulullah
terdapat contoh teladan yang baik bagi
orang-orang yang mengharapkan Rahmat
Allah dan takut kepada hari kiamat serta ia
banyak mengingat Allah”.
(Q.S. Al-Ahzab : 21)
2) “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti (berakhlaq)
agung”. (Q.S. Al-Qolam : 4)
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 39
Rasulullah SAW pada tanggal 17 Romadhon tahun 610 M
(13 tahun sebelum beliau hijrah) menerima wahyu dengan
turunnya Malaikat Jibril yang membawa wahyu pertama
Surat Al-„Alaq ketika beliau sedang “bertahannus”
(berkontemplasi/merenung) di Gua Hiro. Pada saat itu usia
beliau genap 40 tahun. Nabi Muhammad SAW diutus Allah
SWT sebagai Rasul untuk membawa berita kebenaran
(message of truth) dan berita gembira (message of happiness)
kepada seluruh umat manusia di dunia ini.
Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Firman-Nya :
“Sesungguhnya Kami mengutus engkau
(Muhammad) dengan membawa berita
gembira sebagai pemberi peringatan...”.
(Q.S. Al-Fathir : 24)
Beliau diutus Allah SWT sebagai bentuk kasih sayang Allah
kepada seluruh alam semesta (Rohmatan lil ‘Alamin) :
“Dan Kami tidaklah mengutus engkau
(Muhammad), melainkan sebagai suatu
Rohmatan lil ‘Alamin”.
(Q.S. Al-Anbiya : 107)
Allah menyuruh manusia untuk mencontoh perilaku dan
perbuatan-perbuatan Rasulullah SAW karena beberapa
faktor, di antaranya yang disebutkan Allah SWT sbb :
1) Rasulullah memiliki sifat-sifat dan perilaku yang sangat
terpuji dan merupakan Model (teladan) manusia yang
paling paripurna dan sempurna (completely perfect).
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 40
2) Rasulullah selalu mendapatkan bimbingan dan arahan
langsung dari Allah SWT sehingga jika sedikit saja
melenceng dari yang digariskan oleh Allah maka beliau
langsung ditegur dan dikoreksi oleh Allah SWT.
3) Rasulullah SAW adalah satu-satunya manusia yang dosa-
dosanya (kalau ada) baik yang sekarang, yang lalu
maupun yang akan datang sudah mendapatkan Ampunan
dari Allah SWT, sehingga beliau merupakan satu-satunya
manusia yang ma‟shum (terbebas dari dosa, baik dosa
besar maupun dosa kecil).
Adalah seseorang yang bernama Michael Hart, yang pada
tahun 1978 membuat daftar urutan ranking nama-nama
orang yang paling berpengaruh di dunia. Ia telah
melakukan observasi ilmiah sebelum me-realease daftar
tersebut kepada publik dengan cara menganalisa dan
mengamati serta mengukur sebanyak tak kurang dari 100
(seratus) orang yang memegang peranan dan kontribusi
sangat penting dalam mencatatkan jalannya sejarah dunia.
Analisa itu didasarkan pada jumlah keseluruhan peran yang
dilakukan bagi umat manusia di dunia. Maka dari hasil
analisanya tersebut kemudian ia menyimpulkan dengan
menempatkan Profil Nabi Muhammad SAW pada
Urutan Pertama (teratas). Michael Hart mengatakan bahwa
Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya manusia
dalam sejarah yang meraih sukses luar biasa, baik dari
segi lingkup agama maupun dalam ukuran dunia.
Kemudian hasil analisanya tersebut diterbitkan dalam bentuk
buku yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa,
salah satunya dalam Bahasa Indonesia dengan judul Seratus
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 41
Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Ia juga
mengatakan dalam bukunya : ”Muhammad bukanlah
sekedar Pemimpin Agama tetapi juga berhak disebut
sebagai Pemimpin Dunia yang Sukses”.
Meneladani Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang
mendapatkan banyak gelar, baik dari Allah maupun dari
manusia. Berbagai julukan diberikan kepada beliau atas
kesuksesan beliau dalam melakukan misi risalahnya di muka
bumi ini. Beliau berhasil menjadi pemimpin agama (sebagai
Nabi) berhasil menjadi pemimpin negara (ketika memimpin
negara Madinah). Di samping itu beliau juga berhasil dalam
menjalankan berbagai kepemimpinan lainnya, seperti :
memimpin perang, memimpin musyawarah serta memimpin
keluarga. Karena itulah sudah sepantasnya Umat Islam
menjadikan Beliau sebagi Contoh Teladan yang Terbaik
(Uswatun Hasanah).
Terkait dengan hal ini maka Allah SWT telah berfirman :
”Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suatu Suri Teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
serta dia banyak menyebut nama Allah.”
(QS. Al-Ahzab : 21)
Untuk dapat meneladani Nabi Muhammad SAW dalam
kehidupan kita sehari-hari, tentunya kita Umat Islam, harus
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 42
mengetahui terlebih dahulu Sifat-sifat apa saja yang dimiliki
oleh Baginda Rasulullah SAW serta bagaimana Perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Perlu ditegaskan bahwa Para
Rasul adalah manusia yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan
sebagaimana manusia lainnya juga (QS. Al-Kahfi : 110 dan
QS. Al-Fushilat : 6).
Di antara sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki Rasulullah
SAW adalah makan dan minum (QS. Al-Furqon : 20) serta
menikah (QS. Ar-Ra‟d : 38). Di dalam Al-Qur‟an juga
ditegaskan bahwa semua Rasul dan Nabi adalah laki-laki,
tidak ada yang perempuan (QS. Al-Anbiya‟ : 7). Oleh karena
tugas risalah adalah tugas yang teramat berat, maka para
Rasul dibekali oleh Allah dengan Sifat-sifat Khusus.
Sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Rasulullah SAW maupun
Para Nabi dan Rasul lainnya adalah :
1. Shiddiq : yang berarti Jujur.
Nabi dan Rasul selalu jujur dalam perkataan dan
perbuatannya serta mustahil akan berbuat yang sebaliknya,
yakni berdusta, munafik, dan yang semisalnya.
2. Amanah : yang berarti dapat Dipercaya.
Nabi dan Rasul selalu amanah dalam segala tindakannya,
seperti menghakimi, memutuskan perkara, menerima dan
menyampaikan wahyu, serta mustahil akan berperilaku
yang sebaliknya.
3. Tabligh : yang berarti Menyampaikan.
Nabi dan Rasul selalu menyampaikan apa saja yang
diterimanya dari Allah (wahyu) kepada umat manusia dan
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 43
mustahil Nabi dan Rasul menyembunyikan wahyu yang
telah diterimanya tersebut.
4. Fathonah : yang berarti Cerdas.
Semua Nabi dan Rasul cerdas dan selalu mampu berpikir
jernih sehingga dapat mengatasi semua permasalahan
yang dihadapinya. Tidak ada satu pun Nabi dan Rasul
yang bodoh, mengingat tugasnya yang begitu teramat
berat dan penuh dengan tantangan pada zamannya.
5. Sifat lainnya, Nabi dan Rasul juga tidak pernah berbuat
maksiat kepada Allah, terutama Rasulullah SAW adalah
satu-satunya Manusia yang tidak mempunyai Dosa
(Ma’shum). Namun sebagai manusia bisa saja Nabi dan
Rasul itu salah dan lupa, namun kesalahannya selalu
mendapat teguran dan koreksi langsung dari Allah SWT
sehingga pada akhirnya terbebas dari segala kesalahan
serta dapat berjalan sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Disamping memiliki sifat-sifat seperti di atas, Nabi
Muhammad SAW juga dikenal dengan sebutan Al-Amin,
yang berarti selalu dapat Dipercaya. Gelar ini diperoleh Nabi
Muhammad sejak masih usia belia. Dalam kehidupan
kesehariannya Nabi Muhammad belum pernah berdusta atau
berbohong dan tidak pernah merugikan orang lain yang ada
di sekitarnya, bahkan Beliau selalu membawa Manfaat
(Rahmatan Lil ‘Alamin) bagi lingkungan sekitarnya.
Dalam salah satu bukunya, Sa‟id Hawwa (2002: hal.164-
186) menguraikan Keluhuran Budi Rasulullah SAW yang
sangat patut diteladani oleh seluruh Umat Islam. Sa‟id
Hawwa diantaranya menguraikan tentang Akhlaq Nabi
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 44
dalam hal kesabarannya dan kasih sayangnya, baik terhadap
keluarganya maupun umatnya, kemurahan hatinya,
kedermawanannya, kerendahan hatinya, serta kebersahajaan
(elegant) nya.
Akhlaq Rasulullah SAW inilah yang patut diteladani dan
diterapkan di dalam kehidupan Umat Islam sehari-hari.
Menerapkan Sifat-sifat Rasulullah SAW seperti di atas
tidaklah mudah karena membutuhkan proses yang amat
panjang serta pengorbanan yang amat besar bagi kita
Umatnya. Hanya dengan bermodalkan kecintaan dan ketaatan
kepada Beliau sajalah Insya Allah kita akan mampu
meneladaninya dan menerapkannya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Meneladani beliau secara sempurna 100% jelas
tidaklah mungkin karena beliau diciptakan Allah SWT
sebagai Satu-satunya Insan Kamil (Manusia Sempurna) yang
tiada bandingannya hingga akhir zaman. Namun demikian,
kita harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
meneladani dan menerapkan Sifat-sifat dan Perilaku yang
Beliau miliki, di manapun dan sampai kapanpun.
Adapun Cara-cara Praktis yang dapat kita lakukan untuk
meneladani dan menerapkan Sifat-sifat Rasulullah SAW
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kita harus selalu bertaubat kepada Allah SWT atas segala
dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan setiap hari.
Sebagai manusia biasa kita harus menyadari bahwa kita
selalu berbuat kesalahan dan dosa baik kepada Allah
maupun kepada sesama manusia. Rasulullah SAW yang
tidak memiliki dosa saja selalu memohon Ampunan
(beristighfar) dan bertaubat kepada Allah SWT sebanyak
70 kali setiap harinya. Oleh karena itu bila kita tidak mau
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 45
bertaubat kepada Allah berarti kita tidak menyadari akan
sifat kemanusiaan kita yang selalu dapat berbuat kesalahan
(lalai) maka kita akan termasuk orang-orang yang Arogan
(takabbur).
2. Semaksimal mungkin kita Wajib menjaga dan
melaksanakan Amanat yang telah diberikan Allah SWT
kepada kita selaku manusia. Amanat apapun yang
diberikan kepada kita, terutama Amanat Syari‟at,
haruslah kita laksanakan sesuai dengan yang dikehendaki
oleh Si Pemberi Amanat tersebut. Oleh karena itu, apapun
aktifitas yang kita lakukan, jangan sampai menyimpang
dari Aturan-aturan Syari‟at yang sudah diberlakukan
sesuai dengan Tuntunan Al-Qur‟an dan Hadits. Kita juga
Wajib berusaha menjaga Amanat Syari‟at ini sebagaimana
Rasulullah SAW juga tidak pernah berkhianat walaupun
hanya sekali.
3. Kita harus selalu memelihara Sifat Jujur dalam kehidupan
keseharian kita. Jujur merupakan sifat yang sangat mulia,
tetapi memang sulit untuk diaplikasikan dan diwujudkan.
Terkadang orang dengan sengaja berlaku tidak jujur
dengan alasan bahwa jujur akan mengakibatkan hancur.
Padahal pendapat itu sangatlah fatal dan sangat keliru,
mungkin dikarenakan sekarang ini kejujuran sudah sangat
sulit ditemukan di tengah-tengah masyarakat kita dan di
tengah peradaban manusia yang semakin maju. Orang
sudah teramat banyak yang membiasakan diri untuk
berperilaku tidak jujur.
Seandainya saja kejujuran ini dapat kita pelihara dengan
sebaik-baiknya, maka para pembela hukum dan keadilan
di negeri ini Niscaya tidak akan terlalu sulit untuk
Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Muhammad Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr. Page 46
mewujudkan Keadilan (Justice) Sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia di tengah-tengah Bangsa kita. Tetapi
realitasnya, sebagian besar orang tidak mau berbuat jujur
sehingga seringkali orang yang jujur malah menjadi
terpuruk (akibat menjadi kambing hitam orang yang tidak
jujur). Rasulullah SAW selalu berbuat jujur, tidak hanya
kepada para sahabatnya tetapi juga kepada lawan-
lawannya. Hal inilah yang menjadikan Kunci Sukses
Rasulullah SAW dalam Misi Risalah Kenabiannya.
Kontemplasi
Rasulullah SAW adalah sosok manusia yang Agung
Akhlaknya dan Luhur Budinya (QS. Al-Qolam : 4). Jika
Allah SWT saja telah memberikan pujian atas keluhuran
budinya, tentu hal ini tidaklah main-main (Luar Biasa) karena
Allah SWT Yang Maha Benar tidak akan pernah berdusta
atas Ucapan-Nya (Shodaqollahul ‘Azhim). Sebagai Umat
Islam dan sekaligus Umat Nabi Muhammad SAW kita harus
senantiasa menjadikan Rasulullah SAW sebagai Teladan
yang Paripurna (Completely Perfect of Life Model) yang
harus selalu kita contoh dan ikuti semua Perilaku, Perbuatan
serta Tindakannya.
Di zaman yang serba canggih sekarang ini, tidaklah sedikit
tantangan yang akan kita hadapi dalam rangka meneladani
dan menerapkan sifat-sifat dan perilaku Beliau. Namun
dengan kesadaran yang tinggi dan dengan ketulusan hati serta
dengan bermodalkan kecintaan dan ketaatan kepada Allah
SWT dan Rasulullah SAW maka Insya Allah kita akan dapat
dan Mampu meneladani Beliau dalam kehidupan kita sehari-
hari. Amien…