PELATIHAN PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS...
Transcript of PELATIHAN PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS...
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGI GURU-GURU SD DI WILAYAH GUGUS VIII KECAMATAN
ABIANSEMAL BADUNG
OLEH
NI MADE RAI WISUDARIANI, S.Pd., M.Pd./ 0020028501
PROF. DR. I NENGAH SUANDI, M.HUM./ 0012055604
DRS. I WAYAN WENDRA, M.Pd./0009115801
I NYOMAN YASA, SPd., M.A./ 0005018301
DIBIAYAI DARI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SPK NO: 97/UN48.15/LPM/2014 TANGGAL 13 FEBRUARI 2014
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
KATA PENGANTAR
Usaha penulis selama ini akhirnya membuahkan hasil dengan selesainya
laporan pengabdian ini. Pertama, penulis panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah penulis berada dalam kondisi sehat,
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Bagi penulis, doa dan
usaha bukan satu-satunya jaminan dalam terselesaikannya laporan ini. Ada banyak
pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam merampungkan laporan ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah menjadi energi tersendiri bagi penulis. Rasa terima kasih itu
ditujukan kepada pihak-pihak berikut ini.
1) Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan
Ganesha yang senantiasa memotivasi semua dosen dalam melaksanakan tri
dharma perguruan tinggi.
2) Prof. Dr. I Ketut Suma, MS. selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat,
Undiksha, yang telah banyak membimbing, mengarahkan, serta memotivasi
penulis dalam melaksanakan pelatihan.
3) Ni Nyoman Suweni, S.Pd., M.Pd., selaku ketua gugus VIII Kecamatan
Abiansemal yang telah memfasilitasi kegiatan pelatihan ini dengan sangat baik.
4) Bapak Ibu tenaga administrasi di LPM Undiksha yang selalu memberikan bantuan
administrasi kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan pelatihan ini.
Semoga laporan ini bukan hanya sekadar berguna bagi penulis dalam
memenuhi kewajiban atas kontak pengabdian yang diberikan, melainkan juga berguna
kehadirannya memberi warna dalam mewujudkan pengabdian kepada masyarakat
bagi konstelasi masyarakat akademis. Tiada gading yang tidak retak, tiada manusia
yang sempurna, demi penyempurnaan laporan ini, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Singaraja, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN MUKA…………………………………………………. . i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. . ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi ................................................................ 1
1.2 Identifiksai dan Perumusan Masalah .............................. 3
1.3 Tujuan Kegiatan .............................................................. 4
1.4 Manfaat Kegiatan ........................................................... 4
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Metode Pelaksanaan…………………………………. 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kegiatan ……………………………………… … 8
3.2 Pembahasan………………………………………….. .. 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ......................................................................... 15
4.2 Saran................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Guru merupakan komponen kunci dalam sistem pendidikan. Sebagai
komponen kunci, guru menjadi salah satu penentu keberhasilan pendidikan. Hal ini
sangat wajar karena secara langsung guru berinteraksi edukatif dengan peserta didik.
Berbagai permasalahan yang ada dalam pembelajaran dapat langsung diketahui oleh
guru untuk dicarikan solusi pemecahan.
Sudiana (2013:1) menyatakan bahwa dalam rangka pengembangan profesional,
guru tidak bisa melepaskan dirinya dari kegiatan akademik penelitian. Dalam kegiatan
akademik penelitian, guru memiliki peran strategis dalam pengembangan kompetensi
professional sekaligus sebagai upaya dalam meningkatkan dan memperbaiki proses
maupun hasil belajar siswa. Penelitian yang berfokus pada perbaikan kualitas praktek
pembelajaran sering diistilahkan dengan penelitian tindakan kelas (PTK).
Saat ini penelitian tindakan kelas (PTK) memang mendapatkan perhatian yang
cukup besar dalam dunia pendidikan. Ada banyak hal yang menjadi alasannya. Di
antaranya bahwa, hasil-hasil dari PTK dapat langsung dimanfaatkan untuk
meningkatkan atau memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas. Selain itu,
laporan PTK juga sangat bermanfaat bagi guru yang bersangkutan dalam hal kenaikan
pangkat dan kredit pengembangan profesi keguruan. Kegiatan meneliti, khususnya
PTK menjadi prasyarat dalam kenaikan pangkat guru. Dengan demikian, kegiatan
meneliti maupun menulis, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilakukan oleh guru.
Santyasa (2007:1) mengatakan bahwa PTK sangat mendukung program
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, yang muaranya adalah peningkatan
kualitas pendidikan. Sayangnya, menyusun proposal PTK, sebagai tahap persiapan
penelitian, masih menjadi beban bagi sebagian besar guru terutama bagi guru yang
sama sekali belum pernah berpengalaman menyusun proposal PTK ketika mengikuti
perkuliahan di S1. Keadaan seperti ini juga terjadi pada guru-guru SD di kecamatan
Abiansemal.
Kecamatan Abiansemal terletak di Kabupaten Badung. Secara keseluruhan
jumlah SD di Kecamatan Abiansemal sebanyak 65 sekolah dengan jumlah guru
sebanyak 648 orang. Kecamatan Abiansemal dibagi lagi menjadi IX gugus. Gugus
VIII meliputi sekolah dasar di Sibanggede dan Sibangkaja. Gugus VIII ini terdiri atas
8 sekolah dasar dan memiliki 102 orang guru.
Wawancara penulis dengan salah satu anggota K3S (Kelompok Kerja Kepala
Sekolah) gugus VIII yang juga kepala sekolah di SDN 1 Sibanggede (Bapak Nyoman
Yasa) menunjukkan bahwa banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menyusun
proposal PTK (wawancara tanggal 23 Agustus 2013). Pada dasarnya hal ini
disebabkan oleh faktor terbatasnya pengetahuan guru tentang rambu-rambu
penyusunan proposal PTK baik yang menyangkut hakikat, prinsip, karakteristik,
maupun prosedur pelaksanaan PTK. Sadar akan pentingnya PTK dalam upaya
meningkatkan profesionalisme guru, pada satu sisi, dan masih adanya kesulitan guru
dalam menyusun proposal PTK.
Berdasarkan wawancara dengan Ketua K3S Kecamatan Abiansemal, Drs.I
Ketut Gamayana (24 Agustus 2013), masih banyak guru SD, khususnya di Kecamatan
Abiansemal belum berpengalaman menyusun proposal PTK. Memang, ada sebagian
guru lain, yang sudah berpengalaman dalam menyusun proposal dan bahkan
melaksanakannya dalam praktek pembelajaran di dalam kelas, tetapi dalam beberapa
hal, mereka masih mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK seperti dalam
menyusun latar belakang, menyusun kerangka teori, dan menyusun skenario
pembelajaran berdasarkan variabel tindakan yang telah ditetapkan untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
Lemahnya kemampuan mereka dalam menyusun proposal PTK disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan atau wawasan mereka tentang PTK. Mereka masih sulit
membedakan perbedaan antara PTK dan penelitian non-PTK. Dari hasil wawancara
dengan beberapa orang guru di SDN 1 Sibanggede, ternyata mereka belum memiliki
pemahaman yang jelas dan utuh tentang hakikat PTK, karakteristik PTK, prinsip PTK,
dan prosedur PTK.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara antara penulis dan ketua gugus VIII Kec
Abiansemal, terangkum bahwa sebagian besar guru-guru SD di gugus VIII belum
berpengalaman menyusun proposal PTK. Memang, ada sebagian guru lain, yang
sudah berpengalaman dalam menyusun proposal dan bahkan melaksanakannya dalam
praktek pembelajaran di dalam kelas, tetapi dalam beberapa hal, mereka masih
mengalami kesulitan dalam menyusun proposal PTK seperti dalam menyusun latar
belakang, menyusun kerangka teori, dan menyusun skenario pembelajaran
berdasarkan variabel tindakan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan proses dan
hasil belajar siswa. Lemahnya kemampuan mereka dalam menyusun proposal PTK
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan atau wawasan mereka tentang PTK.
Lemahnya kemampuan guru-guru SD di gugus VIII Abiansemal dalam
menyusun proposal tindakan kelas dapat diminimalisisr dengan melakukan pelatihan
penyusunan proposal penelitian tindakan kelas di gugus VIII Kecamatan Abiansemal.
Melihat situasi yang ada, pelatihan penyusunan proposal tindakan kelas dengan
menggunakan teknik sispem sangat tepat dilakukan.
Belajar menulis dengan model tulisan yang berupa PTK tampaknya dapat
memudahkan guru dalam memahami sosok suatu karya tulis yang berupa proposal
PTK. Dengan contoh-contoh tulisan nyata sebagai model, logikanya guru akan
berhasil menjadikan sesuatu yang sulit dan abstrak menjadi lebih jelas, lebih terang,
dan lebih mudah. Penggunaan teknik analisis pemodelan dalam kegiatan P2M ini
dilandasi oleh hasil penelitian Suandi, dkk. (2008) yang menunjukkan bahwa
penggunaan teknik analisis pemodelan mampu meningkatkan keterampilan menulis
karya ilmiah pada siswa SMANegeri 1 Singaraja. Materi pelatihan akan diberikan oleh
pakar sekaligus praktisi yang memang memiliki keahlian dalam bidang penelitian,
khususnya PTK. Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan penyusunan proposal tindakan kelas pada
guru-guru SD di gugus VIII Kecamatan Abiansemal?
2. Bagaimanakah kemampuan guru-guru SD di gugus VIII Kecamatan Abiansemal
dalam menyusun proposal tindakan kelas dengan teknik sispem (analisis format
pemodelan)?
1.3 Tujuan Kegiatan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pelatihan ini adalah meningkatnya wawasan
guru dalam hal penyusunan proposal PTK dan tersusunnya draf proposal PTK
sederhana. Dengan meningkatkannya wawasan dan kemampuan guru-guru SD di
gugus VIII Kecamatan Abiansemal dalam menyusun proposal penelitian tindakan
kelas akan berdampak pula pada peningkatan minat guru dalam melakukan penelitian
tindakan kelas.
1.4 Manfaat Kegiatan
Pengabdian pada masyarakat ini dapat memberikan manfaat pada guru-guru
SD gugus VIII Kecamatan Abiansemal, terutama dalam kegiatan penelitian. Melalui
pelatihan penyusunan proposal tindakan kelas guru-guru akan memiliki gairah untuk
melakukan penelitian karena mereka sudah memiliki pemahaman mengenai cara
menyusun proposal. Selain itu, pengabdian ini akan dapat meningkatkan kreativitas
guru-guru dalam pengajaran dan dapat berimplikasi pada kreativitas siswa-siswinya.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Sejalan dengan cara pemecahan masalah yang ditempuh, maka sejumlah
metode diterapkan dalam kegiatan ini. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah metode ceramah, demonstrasi dan metode penugasan. Adapun tahapan-tahapan
dalam pelaksanaannya sebagai berikut.
Tahap pertama, metode ceramah digunakan untuk menjelaskan dan memberi
pemahaman tentang teori-teori, prinsip-prinsip dan cara penulisan proposal penelitian
tindakan kelas melalui pemberian contoh-contoh serta cara pengembangan tiap unsur
yang ada dalam proposal penelitian tindakan kelas serta diikuti dengan tanya jawab
kalau ada hal-hal yang masih meragukan. Tahap kedua, metode demonstrasi, yaitu di
hadapan para guru diperagakan cara pengembangan tiap butir unsur proposal
penelitian tindakan kelas. Tahap ketiga, guru-guru diminta untuk menulis rancangan
sederhana proposal penelitian tindakan kelas. Selama guru mengerjakan tugas
penulisan dilakukan monitoring. Tahap keempat, tugas peserta dikomunikasikan
kepada peserta pelatihan untuk diperhatikan dalam penulisan selanjutnya.
Secara lebih khusus, langkah-langkah pelatihan ini dipaparkan sebagai berikut
1) Anggota pelaksana mencermati komponen proposal PTK dan merancang draf
konsep-konsep unsur proposal penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan
dijelaskan kepada guru. Ini dimaksudkan agar para guru mudah menangkap
konsep-konsep yang dimaksud.
2) Anggota pelaksana merumuskan rancangan materi yang akan disajikan dalam
kegiatan ini beserta model pelatihan yang bisa dilakukan.
3) Peserta diajak berpartisipasi aktif melakukan keterlibatan langsung dalam
memperoleh pengalaman, misalnya merumuskan judul, merumuskan pokok-
pokok pikiran yang harus ada dalam latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, menemukan teori yang harus disampaikan dalam kajian pustaka, serta
bagaimana menyusun prosedur penelitian tindakan kelas.
4) Peserta diajak berdiskusi tentang pengalaman dan kendala yang dialami dalam
menulis proposal penelitian tindakan kelas (PTK) serta kemungkinan langkah
yang dapat dilakukan untuk melahirkan proposal dalam bentuk yang sederhana
sebagai pemicu tumbuhnya keberanian dan percaya diri dalam menulis proposal.
Dalam realisasinya, langkah-langkah pelatihan tersebut dapat dikemukakan
berikut ini.
1) Tim pelaksana berkoordinasi dengan K3S gugus VIII Kecamatan Abiansemal
untuk mendiskusikan ihwal rencana kegiatan yang dirancang, mencakup
materi, model pelatihan, waktu dan tempat pelaksanaan, peserta dan
sebagainya. Dari diskusi ini diputuskan hal-hal berikut.
(a) Peserta adalah perwakilan guru-guru SD gugus VIII Kecamatan
Abiansemal. Dari jumlah guru-guru SD sebanyak 102 orang, akan
ditetapkan 48 orang guru sebagai peserta. Mereka tersebar pada delapan
sekolah dasar yang berasal dari gugus VIII. Masing-masing sekolah
mengirimkan 4 orang guru. Guru yang diikutkan dalam penelitian ini
diutamakan bagi guru-guru yang sama sekali belum pernah ikut pelatihan
penyusunan proposal PTK atau yang belum pernah sama sekali
berpengalaman melaksanakan PTK di lapangan. Dengan jumlah peserta
sebanyak 32 orang ini, diharapkan pelatihan bisa berjalan secara lebih
efektif sehingga tujuan pelatihan bisa tercapai secara maksimal.
(b) Tempat kegiatan di SD Negeri 2 Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal.
(c) Waktu penyelenggaraan yaitu selama tiga hari yaitu tanggal 26-28 Mei
2014, dimulai pukul 08.00 s.d 14.00 WITA.
(d) Tim pelaksana dari Undiksha menyediakan perlengkapan sajian berupa
perangkat laptop, sementara panitia pelaksana dari K3S menyediakan LCD
dan sarana sound system. Konsumsi disiapkan oleh panitia pelaksana K3S
dengan dana berasal dari panitia pelaksana Undiksha.
2) Tim pelaksana menyusun makalah tentang penulisan proposal penelitian
tindakan kelas (PTK) dan digandakan sejumlah peserta, sehinggga setiap
peserta pelatihan memperoleh masing-masing satu eks untuk dibaca dan.
Tim pelaksana juga membuat sajian dalam bentuk power point.
3) Proses interaksi penyaji-peserta dilakukan dengan pola penyajian satu
unsur proposal PTK setiap kali kegiatan. Dimulai dari perumusan
pendahuluan pada hari pertama, dilanjutkan perumusan kajian pustaka pada
hari kedua, dan pada hari ketiga dilanjutkan dengan paparan perumusan
prosedur penelitian. Kegiatan terlaksana dalam bentuk berikut ini.
(a) Penyaji menyajikan materi sajian, berikut contoh-contoh dan ilustrasi,
materi penulisan proposal penelitian tindakan kelas disajikan melalui
slide power point oleh penyaji.
(b) Sesi berikutnya, para guru diberikan kesempatan untuk bertanya
menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman
terkait kendala-kendala yang pernah dialami dalam penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas.
(c) Selesai sesi tanya jawab, peserta, penyaji dan panitia pelaksana istirahat
untuk menikmati makan siang selama 30 menit.
(d) Tahap selanjutnya para guru ditugaskan untuk mencoba mengerjakan
tugas menulis sebuah proposal pnelitian tindakan kelas yang sederhana
berupa masalah penelitian dan draf sederhana unsur-unsur proposal.
Selama guru mengerjakan penulisan monitoring terus dilakukan oleh
tim pelaksana.
(e) Setelah peserta berlatih menyusun draf proposal PTK sederhana, hasil
proposal yang dibuat oleh peserta pelatihan kemudian dianalisis dan
dijadikan bahan refleksi. Penganalisisan ini diharapkan menjadi umpan
balik bagi peserta pelatihan dalam merancang proposal PTK.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan
Pelatihan penyusuna proposal penelitian tindakan kelas ini diadakan pada hari
Senin-Rabu tanggal 26-28 Mei 2014, bertempat di SD Negeri 2 Sibangkaja. Peserta
pelatihan bejumlah 35 orang yang merupakan guru-guru SD di wilayah gugus VIII.
Ada empat narasumber dalam pelatihan ini, yakni Drs. I Wayan Wendra, Ni Made Rai
Wisudariani, S.Pd., M.Pd., I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A., dan Prof. Dr. I Nengah
Suandi, M.Hum. Semua narasumber dalam pelatihan ini adalah tim dari kegiatan ini.
Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari. Pelatihan ini juga melibatkan dua orang
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang bertugas sebagai
pembawa acara dan pembaca doa.
Pada hari pertama, 26 Mei 2014 acara pelatihan dimulai pukul 07.30 s.d 16.00
WITA. Pukul 07.30-08.15 Wita peserta melakukan registrasi dan pembagian ATK
serta makalah terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan acara pembukaan pada pukul
08.20 wita berupa laporan dari ketua panitia pelaksana, sambutan dari ketua gugus
VIII Kecamatan Abiansemal sekaligus membuka acara pelatihan secara resmi. Selesai
acara pembukaan. Peserta digiring untuk menikmati kudapan snack kotak selama 30
menit. Proses interaksi penyaji-peserta baru dimulai pukul 09.15 wita. Sajian pertama
adalah konsep dasar PTK yang disajikan oleh Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd
dalam waktu 60 menit. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Dalam sesi diskusi
hanya ada satu pertanyaan yang muncul, terkait perbedaan PTK dangan penelitian
ekperimen. Sesi selanjutnya adalah pemaparan materi perumusan pendahuluan dan
judul oleh penyaji kedua, Drs. I Wayan Wendra, M.Pd. Penyajian dari Drs. I Wayan
Wendra, M.Pd. dimulai dari pukul 10.30. Dalam menyajikan materi, penyaji
memberikan contoh-contoh permasalahan yang sekiranya dapat diangkat dalam
penelitian tindakan kelas. Materi ini disajikan oleh penyaji melalui slide power point.
Sesi berikutnya, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk bertanya
menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait
kendala-kendala yang pernah dialami dalam perumusan bagian pendahuluan proposal
penelitian tindakan kelas. Ada 2 peserta yang mengajukan pertanyaan dalam sesi
kedua ini. Salah satu peserta berbagi pengalaman terkait kesulitan dalam menentukan
langkah pemecahan masalah melalui metode inovatif, ditambah lagi tertanam
ketidakpercayaan diri peserta dalam menyusun proposal. Penanya kedua, menanyakan
ruang lingkup pemilihan judul penelitian.
Penyaji langsung menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan peserta.
Dalam hal ini tampak partisipasi peserta yang cukup baik, dengan berbagai pertanyaan
yang beragam serta kejujuran peserta menyampaikan persepsinya selama ini tentang
penulisan proposal penelitian tindakan kelas, kesulitan yang dialami serta penyebab
mereka tidak percaya diri dalam mencoba menulis proposal penelitian. Dari tanya
jawab tersebut tampak bahwa titik kelemahan para guru adalah sudah lama tidak
pernah menulis sehingga sudah agak lupa. Selain itu, ketiadaan pembimbing membuat
para guru tidak berani mencoba karena tidak yakin akan kebenaran proposal yang
dibuat. Selesai sesi tanya jawab, peserta dan penyaji beristirahat untuk menikmati
makan siang selama 30 menit. Tahap selanjutnya, bimbingan perumusan pendahuluan
dan judul PTK dimulai pada pukul 13.45 wita. Peserta pelatihan dikelompokkan
menjadi delapan kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Setelah berada dalam
kelompoknya, peserta ditugaskan untuk merumuskan draf bagian pendahuluan
proposal penelitian tindakan lengkap dengan judul penelitian.
Dalam berlatih merumuskan draf proposal sederhana, peserta difasilitasi
dengan draf langkah-langkah perumusan latar belakang (pentingnya masalah, harapan
dan kenyataan yang terjadi, hasil observasi-hasil wawancara, identifikasi masalah,
pemecahan masalah, penelitian sejenis). Dari hasil evaluasi tim dengan peserta
pelatihan, draf ini sangat membantu peserta pelatihan dalam membuat latar belakang.
Selama peserta pelatihan mengerjakan penulisan, bimbingan terus dilakukan oleh tim
pendamping workshop. Tahap ini diakhiri dengan pengumpulan draf hasil perumusan
bagian pendahuluan proposal PTK yang kemudian dikomunikasikan kepada peserta
pelatihan untuk diperhatikan dalam penulisan selanjutnya.
Dalam tahap analisis, tim menemukan bahwa ada 2 rumusan judul yang dibuat
oleh peserta pelatihan mengarah pada judul penelitian ekperimen (melihat pengaruh
metode dengan aktivitas belajar). Sedangkan 6 judul lainnya sudah mencerminkan
hakikat dari penelitian tindakan kelas. Dari segi isi latar belakang, latar belakang yang
dibuat sudah sesuai dengan draf pokok-pokok pikiran yang diminta, hanya saja
hampir semua draf pendahuluan yang dihasilkan oleh peserta belum berisi kajian
penelitian sejenis. Ketika tim mengklarifikasi temuan ini, peserta pelatihan menyadari
bahwa mereka kurang membaca berbagai hasil penelitian yang ada. Bahkan 28 orang
peserta dari 35 orang peserta tidak pernah memberdayakan keberadaan jejaring sosial
seperti fasilitas google untuk mencari berbagai informasi hasil penelitian. Pelatihan
pada hari pertama, berakhir pada pukul 16.10 wita.
Pada hari kedua, Selasa, 27 Mei 2014 peserta pelatihan melakukan registrasi
mulai pukul 07.30-08.15 wita. Pada Pukul 08.15-09.45 wita penyaji, I Nyoman Yasa,
S.Pd., M.A., menyajikan materi tentang perumusan kajian pustaka. Sesi penyajian
pada hari kedua ini, dipandu oleh Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd. sebagai
moderator. Butir-butir materi sajian dalam perumusan kajian pustaka, disajikan oleh
penyaji melalui slide power point. Dalam sesi diskusi, hanya ada satu pertanyaan yang
muncul terkait keabsahan sumber-sumber rujukan dari jurnal-jurnal yang ada dalam
internet. Pertanyaan ini langsung ditanggapi oleh narasumber dengan memberikan
beberapa contoh jurnal dari internet yang layak untuk dirujuk dan memberikan
beberapa contoh materi dari Wikipedia yang masih belum layak untuk dirujuk karena
masih memungkinkan untuk diedit oleh pembaca. Selesai sesi diskusi, peserta dan
penyaji beristirahat untuk menikmati kudapan selama 15 menit.
Pada pukul 10.10 wita, diadakan bimbingan perumusan kajian teori. Peserta
pelatihan diminta membentuk kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Setelah
berada dalam kelompoknya, peserta ditugaskan untuk merumuskan butir-butir kajian
teori dari judul dan masalah yang disusun pada pertemuan pertama pelatihan ini. Tim
membagi diri untuk membimbing setiap kelompok dalam merumuskan kajian pustaka.
Karena banyak dari peserta yang tidak membawa literatur terkait dengan judul dan
masalah yang diangkat, tim berusaha membantu peserta dengan membuka situs ebook
pada internet. Secara tidak langsung, peserta juga berlatih untuk menggunakan fasilitas
ini sebagai perpustakaan online. Pada pukul 12.00 wita, peserta dan tim melakukan
santap siang sampai pukul 12.40 wita.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan hasil perumusan butir-butir
kajian pustaka yang telah disusun oleh peserta pelatihan. Semua peserta pelatihan
mengumpulkan hasil yang telah dibuat. Setelah semua terkumpul, penyaji melakukan
analisis terhadap hasil perumusan kajian pustaka. Berdasarkan hasil analisis terhadap
perumusan kajian pustaka yang dibuat oleh peserta, tampak 3 rumusan kajian pustaka
yang belum mengkaji ihwal metode yang mereka terapkan dalam permasalahan yang
dihadapi.
Teori yang diangkat dalam perumusan kajian teori baru sebatas teori-teori
terkait mata pelajaran dan belum sama sekali mencantumkan teori tentang metode
yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Setelah diulas
oleh penyaji, peserta akhirnya memahami pentingnya kajian teori yang lengkap sesuai
dengan variable-varibel kunci dalam penelitian yang akan diadakan. Setelah semua
hasil perumusan kajian teori diulas oleh penyaji, salah satu peserta pelatihan meminta
untuk diajarkan membuka internet mencari beberapa teori. Tim pun membimbing
peserta dalam mencari teori dalam internet. Peserta merasa puas dan mampu mencari
teori dalam internet. Pelatihan hari kedua ini berakhir pada pukul 14.15 wita.
Pelatihan pada hari ketiga diadakan pada tanggal 28 Mei 2014 dengan
narasumber Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum.
menyajikan materi tentang perumusan prosedur penelitian tindakan kelas. Registrasi
pada hari ini dilakukan mulai pukul 07.30- 08.15 wita. Pada pukul 08-15, penyaji
mulai memaparkan materi. Dalam menyajikan materi, penyaji menggunakan slide
power point. Sesi berikutnya, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk bertanya
menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait
kendala-kendala yang pernah dialami dalam perumusan prosedur penelitian tindakan
kelas. Ada 1 orang peserta yang mengajukan pertanyaan dalam sesi kedua ini. Peserta
masih kebingungan dalam menentukan kapan siklus dalam penelitian tindakan kelas
dapat diakhiri. Penyaji langsung menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh
peserta dengan memberikan beberapa indikator keberhasilan dalam PTK dan
mengaitkannya dengan konsep dasar penelitian tindakan kelas.
Usai sesi diskusi, pada pukul 10.00 wita penyaji dan peserta disuguhi kudapan
untuk beristirahat selama 15 menit. Pada pukul 10.15-12.00 wita diadakan bimbingan
dalam perumusan prosedur penelitian. Dalam sesi bimbingan ini, peserta diminta
membentuk kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Peserta nampak antusias
bekerja di dalam kelompoknya. Hal-hal yang kurang dipahami oleh peserta, langsung
mereka pecahkan bersama di bawah bimbingan penyaji. Acara kemudian dilanjutkan
dengan pengumpulan hasil perumusan prosedur penelitian yang telah dibuat oleh
peserta pelatihan. Semua peserta pelatihan mengumpulkan hasil yang telah dibuat.
Selesai mengumpulkan hasil yang telah dibuat, peserta pelatihan dan penyaji
melakukan istirahat makan siang selama 30 menit.
Pada pukul 13.00 wita, penyaji melakukan analisis terhadap hasil perumusan
prosedur penelitian yang telah dikumpulkan oleh semua kelompok. Berdasarkan hasil
analisis terhadap prosedur penelitian yang dibuat oleh peserta, tampak 2 kelompok
yang tidak mencantumkan guru sebagai subjek penelitian. Selain itu, dalam tahap
perencanaan masih ada 1 kelompok yang belum memaparkan dengan detail hal-hal
yang dilakukan dalam tahap perencanaan. Sedangkan dalam analisis data, ada 1
kelompok yang masih terbalik menentukan data yang akan dianalisis dengan analisis
data kualitatif maupun kuantitatif. Ketika diadakan analisis terhadap setiap kelompok,
tampak peserta pelatihan menyimak dengan saksama dan melakukan perbaikan atas
ulasan yang diberikan.
Pelatihan ini berakhir pada pukul 14.15 Wita dan ditutup oleh Ni Nyoman
Suweni, S.Pd., M.Pd., selaku ketua gugus VIII Kecamatan Abiansemal, Badung.
Sebelum meninggalkan ruangan, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk
memberikan kesan selama mengikuti pelatihan ini. Peserta menyatakan bahwa sangat
senang diadakan pelatihan seperti ini. Selain itu, peserta juga meminta bimbingan
lebih lanjut jika ada peserta yang membuat proposal PTK untuk diajukan pada pemda
setempat. Peserta mengharapkan agar kegiatan pelatihan semacam ini diadakan setiap
tahun karena guru-guru jarang mengikuti pelatihan seperti ini.
3.2 Pembahasan
Kegiatan pelatihan telah dapat meningkatkan minat dan rasa percaya diri
peserta dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Peserta sebagian besar
tampak antusias dan tekun mengikuti kegiatan sampai akhir. Ini terbukti dari
keikutsertaan peserta pelatihan yang hingga hari terakhir, peserta pelatihan tidak ada
yang izin atau meninggalkan pelatihan sebelum pelatihan usai. Antusiasme dari
peserta ini tidak terlepas dari cara penyaji memberikan penjelasan kepada peserta
pelatihan yang menyelipkan beberapa contoh aplikatif dari materi yang dijelaskan.
Selain itu, penggunaan bahasa yang sederhana dalam tahap penyajian materi
memudahkan peserta pelatihan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyaji.
Nuansa cara penyaji menjelaskan definisi komponen penelitian yang sulit dengan
memasukkan bahasa Bali ke dalam penjelasannya membuat peserta nyaman dan
mudah dalam memahami materi yang disampaikan.
Pemberian sistem pemodelan berupa format sederhana komponen proposal
PTK beserta langkah-langkah aplikatif yang harus diisi oleh peserta dalam tahap
bimbingan perumusan proposal PTK sangat memudahkan peserta dalam bekerja.
Peserta pelatihan tidak bingung lagi dalam menyusun latar belakang penelitian, yang
bagi sebagian orang merupakan tahap yang sulit. Kemudahan peserta pelatihan dalam
menangkap dan memahami hal-hal yang mesti disusun dalam membuat proposal
sederhana dapat meningkatkan kemauan dan rasa percaya diri peserta pelatihan dalam
menulis proposal penelitian tindakan kelas. Selain itu format sederhana yang diberikan
juga mampu mengefektifkan waktu peserta dalam merumuskan setiap komponen
proposal. Format aplikatif ini menjadi penunjuk bagi peserta dalam menyusun tugas
yang diberikan.
Hasil kerja yang dibuat oleh peserta pelatihan telah keliahatan sosoknya, mulai
dari perumusan judul hingga draf prosedur penelitian. Rumusan judul yang dibuat oleh
sebagian besar peserta pelatihan sudah mencerminkan rumusan judul sebuah proposal
penelitian tindakan kelas. Dalam penyusunan pendahuluan sebuah proposal penelitian
tindakan kelas yang tergolong cukup berat juga telah dipahami sebagian besar peserta.
Hal ini terbukti bahwa dari pokok-pokok pikiran yang telah dibuat oleh peserta,
peserta pelatihan telah mampu merancang latar belakang penelitian sederhana,
walaupun beberapa pokok-pokok pikiran belum dikembangkan menjadi paragraf
secara rinci. Hal ini disebabkan karena keterbatasan referensi atau rujukan yang harus
disampaikan dalam memperkuat gagasannya.
Dalam hal perumusan bagian kajian teori dalam proposal penelitian tindakan
kelas, peserta baru bisa membuat bagian kajian teori terbatas pada pokok-pokok teori
yang harus dibahas dalam rangka menjawab masalah yang akan dikaji. Pada tahap ini,
ditemukan pula bahwa sebagian besar peserta masih gagap teknologi sehingga sangat
dibutuhkan sekali sentuhan akademisi dalam melatih para guru menggunakan google
maupun aplikasi lainnya terkait kemudahan dalam menemukan referensi.
Secara umum, para peserta pelatihan menanggapi positif kegiatan pelatihan ini.
Hal ini dibuktikan dari terjadinya proses interaksi aktif antara penyaji dan peserta pada
saat pelaksanaan pelatihan. Ada keterlibatan mental-psikologis dalam upaya peserta
untuk memahami isi sajian. Sebelumnya tanggapan guru adalah negative dan takut
terhadap segala bentuk upaya dalam meningkatkan kemampuan dan rasa percaya
dirinya dalam menulis karya ilmiah. Tetapi dengan pilihan bahasa yang digunakan
dalam menyajikan materi, peserta merasa senang dan menganggap penelitian bukanlah
barang yang sulit untuk dibuat.
Selama ini, peserta yang merupakan guru-guru SD merasa bahwa mereka
kurang memperoleh “bimbingan” dan informasi lengkap tentang prosedur penelitian
tindakan kelas. Setelah peserta mengikuti pelatihan ini, peserta akhirnya memiliki
gambaran tentang proposal penelitian tindakan kelas. Di samping itu kurangnya minat
baca dan kurangnya kebiasaan membaca buku ilmiah oleh para peserta segera disikapi
oleh penyaji dengan memperkenalkan cara mengakses buku melalui internet kepada
para peserta pelatihan. Peserta merasa sangat senang diberikan keterampilan
menggunakan internet.
Balikan kepada para peserta dalam bentuk analisis hasil yang langsung
disampaikan kepada peserta pelatihan juga memberikan dampak positif kepada peserta
pelatihan. Hasil analisis yang diberikan oleh penyaji kepada seluruh peserta pelatihan
membuat peserta mengetahui letak kesalahan yang dilakukan. Hal ini juga menjadi
dasar dan bahan refleksi bagi peserta dalam menyusun proposal PTK ke depan. Hal-
hal yang dirasa masih keliru ataupun kurang disempurnakan berdasarkan hasil analisis
yang telah diberikan. Peserta juga akan merasa bahwa tugas yang mereka buat
memang benar-benar diperhatikan dan disikapi dengan cepat.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pelatihan dan pembahasan yang disajikan pada bab III, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
4.1.1 Pelatihan penyusuna proposal penelitian tindakan kelas ini diadakan selama
tiga hari bertempat di SD Negeri 2 Sibangkaja. Peserta pelatihan bejumlah 35
orang yang merupakan guru-guru SD di wilayah gugus VIII. Ada empat
narasumber dalam pelatihan ini, yakni Drs. I Wayan Wendra, Ni Made Rai
Wisudariani, S.Pd., M.Pd., I Nyoman Yasa, S.Pd., M.A., dan Prof. Dr. I
Nengah Suandi, M.Hum. Semua narasumber dalam pelatihan ini adalah tim
dari kegiatan ini. Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari dengan rincian materi
untuk hari pertama disajikan materi tentang konsep dasar penelitian tindakan
kelas dan perumusan pendahuluan penelitian tindakan kelas. Hari kedua
dilanjutkan dengan paparan tentang perumusan kajian teori. Sedangkan hari
ketiga disajikan materi prosedur penelitian. Dalam setiap pelaksanaan
pelatihan, peserta diberikan pula bimbingan dan analisis hasil. Dalam
bimbingan pelatihan, peserta diberikan format pemodelan yang menguraikan
hal-hal yang mesti ada dalam perumusan pendahuluan, perumusan kajian teori,
maupun perumusan prosedur penelitian.
4.1.2 Pelatihan ini telah mampu menumbuhkan minat dan rasa percaya diri di
kalangan guru dalam menulis proposal penelitian tindakan kelas. Hal ini
tampak dari keantusiasan dan ketekunan peserta dalam mengikuti pelatihan
sampai akhir. Kemampuan guru dalam menulis rancangan sederhana proposal
penelitian tindakan kelas tergolong cukup tinggi. Pokok-pokok pikiran yanng
harus dibuat dalam latar belakang penelitian PTK telah mampu dirancang,
walaupun beberapa pokok-pokok pikiran belum dikembangkan menjadi
paragraf secara rinci. Hal ini disebabkan karena masalah referensi atau rujukan
yang harus disampaikan dalam memperkuat gagasannya. Dalam membuat
bagian kajian teori dalam proposal penelitian tindakan kelas, peserta baru bisa
membuat bagian landasan teori terbatas pada pokok-pokok teori yang harus
dibahas dalam rangka menjawab masalah yang akan dikaji. Pada kegiatan
perumusan prosedur penelitian, secara umum peserta sudah mampu menyusun
prosedur penelitian dengan baik walaupun masih ada beberapa hasil perumusan
prosedur penelitian yang dibuat oleh peserta tidak mencantumkan guru sebagai
subjek penelitian, dan ketidakdetailan peserta dalam memaparkan hal-hal yang
dilakukan dalam tahap perencanaan. Pemberian sistem pemodelan berupa
format sederhana komponen proposal PTK beserta langkah-langkah aplikatif
yang harus diisi oleh peserta dalam tahap bimbingan perumusan proposal PTK
sangat memudahkan peserta dalam bekerja.Secara umum, para peserta
pelatihan menanggapi positif kegiatan pelatihan ini. Hal ini dibuktikan dari
terjadinya proses interaksi aktif antara penyaji dan peserta pada saat
pelaksanaan pelatihan. Ada keterlibatan mental-psikologis dalam upaya peserta
untuk memahami isi sajian.
4.2 Saran
Hasil pelatihan ini menunjukkan bahwa pelatihan yang telah dilaksanakan
memberikan dampak positif terhadap peserta dalam merancang proposal penelitian
tindakan kelas. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang dapat disampaikan
kepada pihak-pihak di bawah ini.
4.2.1 Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga baik di tingkat kabupaten
maupun kecamatan hendaknya mengupaya pengadaan kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada penambahan wawasan guru dalam penulisan karya ilmiah
khususnya penyusunan proposal penelitian tindakan kelas agar guru lebih
berminat dan berani mencoba menulis proposal.
4.2.2 Kepada para guru disarankan untuk proaktif mengisi kekurangan-kekurangan
mereka dalam hal menulis proposal melalui mengikuti pertemuan ilmiah,
mencoba menulis proposal penelitian, melakukan penelitian dan sebagainya.
Hal yang paling mendasar adalah meningkatkan budaya baca untuk dapat
mengubah diri ke arah kualitas yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Elfindri. 2006. Cara Cerdas Mendapatkan Dana Riset. Cibubur: Visimedia
Santyasa, I Wayan. 2007. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas (makalah
disampaikan dalam Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penelitian, Penusunan
Proposal, dan Penulisan Karya Ilmiah bagi Guru-Guru SMP dan SMA/SMK di
Kabupaten Buleleng pada Tanggal 10—16 September 2007 di Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja)
Suandi, I Nengah, dkk. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Karya Ilmiah
Melalui Teknik Analisis Pemodelan pada Siswa SMA Negeri1 Singaraja
(Laporan Penelitian)
Sudiana, I Nyoman. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (makalah disampaikan dalam
Pelatihan Penyusunan Proposal Tindakan Kelas bagi Guru-Guru Bahasa
Indonesia pada Tanggal 8 Juli 2013 di SMAN 2 Semarapura.
Sutama, I Made. (2003). Pendahuluan Artikel Ilmiah dalam Jurnal Media Komunikasi
FPIPS IKIP Negeri Singaraja (Laporan Penelitin)
Tarigan, Henry Guntur. (1994). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Angkasa: Bandung
Peta Lokasi Kegiatan