Pekerja Anak Edit)

download Pekerja Anak Edit)

of 17

Transcript of Pekerja Anak Edit)

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    1/17

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    2/17

    Kata Pengantar

    Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat

    dan bimbingan-Nya karena pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Introduction

    to Sociology mengenai fenomena sosial yang berjudul Pekerja Rumah Tangga Anak

    (PRTA) di Indonesia ini dengan tepat waktu. Tujuan kelompok kami menyusun makalah ini

    adalah untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah Introduction to Sociology serta

    menambah pengetahuan kami mengenai fakta pekerja rumah tangga anak yang ada di

    Indonesia.Melalui pengantar ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini, terutama kepada

    Dosen pembimbing mata kuliah Introduction to Sociology, Bapak Boy Ferdin Boer.

    Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengharapkan agar makalah ini dapat

    bermanfaat dan mencapai hasil yang maksimal. Kami juga mohon maaf apabila ada kata-

    kata ataupun kalimat-kalimat di dalam makalah ini yang tidak berkenan di hati para

    pembaca sekalian. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pembaca sekalian yang

    telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca makalah kami ini. Semoga para

    pembaca sekalian mendapatkan manfaat dan wawasan makalah yang telah kami susun ini.

    Kami juga menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki segala

    kekurangan yang ada dalam makalah ini, sehingga tidak terulang kembali pada pembuatan

    makalah berikutnya.

    Jakarta, Januari 2009

    Penulis

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    3/17

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    4/17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Konon pekerja rumah tangga telah ada sejak lama, diperkirakan ada sejak zaman

    kerajaan, penjajahan, begitu pula sesudah Indonesia merdeka. Saat ini, pekerjaan

    rumah tangga telah berkembang dan mengalami perubahan orientasi dari hubungan

    kekerabatan menjadi hubungan pekerjaan. Jenis pekerjaan ini tidak saja menyerap

    pekerja dewasa, namun juga menarik anak-anak untuk memasuki pekerjaan sektor

    informal ini.

    Dalam Konvensi ILO Nomor 138 membahas mengenai batas usia minimun anak

    diperbolehkan bekerja dan rekomendasi No. 146 yang diratifikasi dengan Undang-

    Undang Nomor 20 Tahun 1999 telah mendeklarasikan bahwa batas usia minimum

    anak diperbolehkan bekerja di Indonesia adalah 15 tahun dan pekerjaan apapun yang

    membahayakan anak-anak secara fisik, mental atau kesehatan atau moral anak tidak

    boleh dilakukan oleh mereka yang berusia dibawah 18 tahun. Ketetapan usia minimum

    ini tentunya juga menjadi acuan bagi anak yang bekerja pada sektor pekerjaan rumah

    tangga. Namun persoalan ekonomi yang masih mendera bangsa ini mengakibatkananak-anak terpaksa bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak (PRTA).

    PRTA biasanya melakukan pekerjaan sebagi tukang cuci, mengasuh anak, pemasak,

    dan membersihkan rumah. Mereka berasal dari pedesaan, dari keluarga miskin,

    berpendidikan rendah dan sebagai besar adalah kaum perempuan. Keberadaanya di

    tempat kerja, tanpa perlindungan hukum, tanpa pengawasan pihak berwenang, tanpa

    ikatan kontrak kerja, tanpa uraian pekerjaan, tanpa aturan jam kerja, tanpa upah

    minimum, serta tanpa hari libur. Hal ini menjadi kondisi yang kurang menguntungkanbagi anak yang bekerja sebagai PRTA, yang semestinya dapat tumbuh kembang dan

    mendapatkan perlindungan, namun harus terjebak pada pekerjaan yang belum memiliki

    rambu-rambu hukum dan standar ketenagakerjaan. Ini berarti PRTA berada pada

    situasi dan kondisi rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.

    Setelah melihat fakta yang ada, tidak sewajarnya anak-anak yang berusia di bawah

    umur (usia di bawah 18 tahun) untuk bekerja. Namun kasus pekerja rumah tangga

    anak yang muncul di berbagai daerah negara ini masih kerap terjadi. Oleh karena itu,kami merasa tertarik untuk membahasnya di dalam makalah ini.

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    5/17

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang kami gunakan dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai

    berikut :

    a. Apa pengertian dari pekerja rumah tangga anak?

    b. Bagaimanakah kondisi pekerja rumah tangga anak di Indonesia?c. Apa faktor penyebab munculnya pekerja rumah tangga anak?

    d. Apa dampak negatif dari adanya pekerja rumah tangga anak?

    e. Bagaimanakah keterkaitan undang-undang terhadap pekerja rumah tangga anak ?

    1.3 Tujuan Penulisan

    Tujuan kelompok kami dalam melakukan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

    - Untuk mengetahui mengenai realita pekerja rumah tangga anak di Indonesia.

    - Untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Introduction to Sociology.

    - Mendapatkan pengetahuan mengenai faktor serta akibat dari adanya pekerja anak.

    - Mengetahui undang-undang yang berkaitan terhadap pekerja rumah tangga anak di

    Indonesia

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    6/17

    BAB II

    PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) di INDONESIA

    2.1 Pengertian pekerja rumah tangga anak

    Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil. Istilah pekerja

    anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas tenaga mereka,

    dengan gaji yang kecil. Meskipun ada beberapa anak yang mengatakan dia ingin

    bekerja (karena bayarannya yang menarik atau karena anak tersebut tidak suka

    sekolah), Hal tersebut tetap merupakan hal yang tidak sesuai dengan yang

    seharusnya karena tidak menjamin masa depan anak tersebut.

    Sedangkan, pekerja rumah tangga anak (PRTA) adalah setiap laki-laki dan

    perempuan yang umurnya dibawah 18 tahun masih disebut anak atau belum

    dewasa dan bekerja di dalam wilayah rumah tangga tertentu dengan imbalan upah

    atau bentuk lainnya. (sumber :www.lbh.or.id)

    2.2 Kondisi pekerja rumah tangga anak (PRTA) di Indonesia

    Keberadaan PRTA ini mudah ditemukan di hampir setiap rumah tangga kelas

    menengah di perkotaan. Pada umumnya tingkat pendidikan PRTA hanya sampai

    SD dan jarang sekali ditemukan mengkombinasikan sekolah sambil bekerja atau

    sampai lulus SMA. Anak-anak ini direkrut dari kampung atau desa di luar kota,

    berasal dari keluarga miskin, oleh penyalur atau kerabat dekat atau yang

    dikenalnya ditempatkan pada majikan (pengguna). Dalam pekerjaannya, PRTA

    memperoleh tugas mengerjakan pekerjaan rumahan (domestik) seperti mencuci,

    mengasuh anak, memasak, dan membersihkan rumah, dll.

    Perekrutan PRT, termasuk PRTA dilakukan melalui 2 jalur, yaitu Jalur

    Agen/Yayasan dan Jalur Informal (saudara, tukang sayur, tukang jamu, dll). Jalur

    Agen memiliki pola kerja yaitu penyalur menawarkan pekerjaan ke PRT/PRTA di

    desa-desa. Setelah mendapatkan PRT/PRTA, kemudian diajak ke kota, misal

    Jakarta. Semestinya calon PRT/PRTA mengikuti pelatihan dulu, namun umumnya

    mereka langsung ditempatkan pada majikan. PRT/PRTA bekerja sesuai dengan

    kontrak yang dibuat, biasanya berlaku kontrak antara majikan, PRT, dan penyalur.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eksploitasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eksploitasi&action=edit&redlink=1
  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    7/17

    Jika PRT atau majikan tidak saling cocok, PRT atau Majikan dapat meminta

    penyalur untuk menggantikan dengan PRT pengganti.

    Sedangkan Jalur Informal, diawali dengan permintaan dari majikan untuk dicarikan

    pembantu/ pekerja. Pihak perantara mencarikan PRT/ PRTA ke kampung asal ataumenghubungi saudara di kampung untuk dicarikan PRT/PRTA. Setelah sampai di

    Kota, langsung ditempatkan pada majikan. Jika PRT/PRTA merasakan dapat

    nyaman bekerja, maka dia akan bekerja dalam waktu lama. Namun jika tidak

    merasa nyaman, maka PRT/PRTA tersebut akan kembali pulang kampung atau

    kembali pada perantara atau mencari majikan baru.

    Menurut survey ILO tahun 2005 terdapat 688.132 PRTA atau 34,82% dari total

    PRT, yaitu sebanyak 2.593.399 jiwa PRT yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Sebagian besar PRTA bekerja 7 hari dalam seminggu, dalam jam kerja yang jauh

    lebih panjang dari pekerja di sektor mana pun. Sepanjang tahun 2003 terdapat 17

    kasus kekerasan atas PRTA, hampir 80%mengakibatkan gangguan tumbuh

    kembang anak.

    34,82%

    65,18%

    PRTAPRT

    DIAGRAM DATA ILO TAHUN 2005 JUMLAH PEKERJA RUMAH

    TANGGA

    Anak-anak yang bekerja sebagai PRT rata-rata berpendidikan rendah (SD atau

    SMP). Dari data International Labour Organization, International Programme

    on the Elimination of Child Labour (ILO-IPEC), tahun 2005, terdapat 53% PRT

    di Indonesia yang berusia antara 12-18 tahun tidak pernah bersekolah atau tidak

    lulus sekolah dasar. Dan 47% yang berpendidikan SMP dan SMA (lulus dan tidak

    lulus).

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    8/17

    53%47%

    Tidak seko lah/Tidak lulusSD

    SMP /SMA(lulus&tidak

    lulus)

    DIAGRAM DATA ILO TAHUN 2005 PEKERJA ANAK YANG BERUMUR 12-18

    TAHUN

    2.3 Faktor penyebab munculnya pekerja anak

    Beberapa faktor penyebab munculnya pekerja anak adalah sebagai berikut :

    1. Adanya persepsi orang tua dan masyarakat

    Bahwa anak bekerja tidak buruk dan merupakan bagian dari sosialisasi dan

    tanggung jawab anak untuk membantu pendapatan keluarga.

    2. Kemiskinan

    Kemiskinan merupakan salah satu alasan orang tua mengirimkan anak-

    anaknya untuk bekerja di kota. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh para

    agen-agen (calo) merekrut anak-anak desa untuk bekerja di kota. Keberadaan

    para agen tumbuh subur di desa-desa miskin yang penduduknya tidak

    mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan. Para

    agen berusaha mempengaruhi keluarga untuk mengirimkan anak-anak ke

    kota bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak. Biaya transportasi dan

    biaya kebutuhan lain ditanggung oleh agen. Orang tua PRTA biasanya

    senang mengirimkan anak-anaknya dan mereka percaya anaknya akan

    mendapat pekerjaan dan majikan yang baik. Sehingga orang tua berharap,anaknya dapat mengirimkan uang ke kampung.

    3. Setiap tahun terdapat jutaan anak di Indonesia usia 15-18 tahun yang telah

    menamatkan SLTP, tetapi tidak dapat melanjutkan atau tidak tertampung di

    SMU, serta anak-anak yang putus sekolah di SLTP telah membanjiri angkatan

    kerja. Pekerjaan rumah tangga merupakan salah satu sektor pekerjaan yang

    tidak memerlukan kualifikasi pendidikan dan keahlian yang tinggi, pekerjaan

    ini dapat menampung dan menyerap mereka dalam jumlah besar.

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    9/17

    4) Lemah sistem hukum dan penegakan hukum

    Selain belum adanya undang-undang yang memberikan jaminan dan

    perlindungan hukum, lemahnya hukum dan kurangnya penegakan hukum

    terhadap pelanggaran mempekerjakan anak, menjadikan anak sebagai target

    para agen, penyalur, dan majikan untuk direkrut sebagai pekerja, khususnyapekerja rumah tangga anak.

    5) Banyak pengguna jasa (majikan) yang lebih suka mempekerjakan anak-anak

    alasannya adalah anak lebih mudah diatur, tidak melawan, apa adanya, tidak

    ada cuti hamil, cuti melahirkan, mudah dibohongi dan ditipu serta bayaranya

    lebih murah dibandingkan dengan PRT dewasa.

    2.4 Dampak negatif yang dapat dialami pekerja rumah tangga anak (PRTA)

    Pekerja rumah tangga anak rentan mengalami tekanan serta perilaku tidak adil dari

    majikannya. Hal itu dikarenakan pekerja rumah tangga anak yang pada umumnya

    masih muda dan dianggap masih lugu. Beberapa hal yang rentan dialami oleh

    pekerja rumah tangga anak adalah sebagai berikut :

    a. Eksploitasi: dipekerjakan dengan waktu kerja yang tidak jelas dan sangat

    panjang dengan pemberikan upah yang tidak sesuai; atau tidak diberikan upah

    dan juga tidak diberi hari libur. Biasanya kerja paksa sering terjadi ketika anak

    sudah berada di tempat kerja, dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu

    meskipun mereka tidak menyukai. Sebagai contoh, misalnya melakukan semua

    atau sebagian pekerjaan tetapi tidak ada imbalan gaji, jam kerja melebihi 8 jam

    sehari. Pada umumnya PRTA hanya diam saja, menerima, takut karena

    mendapat diancam.

    b. Kekerasan meliputi:

    - Fisik, seperti pemukulan, penganiyaan, disiram air panas, disterika, disundut

    rokok, dicambuk dan lain-lain

    - Psikis, seperti dimaki, dicela, diberikan panggilan yang tidak baik berupa

    hinaan fisik atau direndahkan;

    - Ekonomi, seperti pemberian upah tidak sesuai dengan perjanjian kerja atau

    ditangguhkan dengan alasan pengguna jasa tidak ada uang bahkan upah tidak

    dibayar.

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    10/17

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    11/17

    2. (pasal 11) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu

    luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berkreasi, sesuai dengan

    minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

    3. (Pasal 12) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak

    lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatperlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun

    seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan,

    ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya.

    4. {pasal 16 (1)} Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran

    penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

    5. {pasal 17 (1)} Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

    - mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penenpatannya dipisahkan

    dari orang dewasa

    - memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam

    setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

    - membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang

    obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

    6. (pasal 20) Negara, pemerintah, masyarkat, keluarga dan orang tua

    berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

    perlindungan anak.

    7. (pasal 21) Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab

    menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku,

    agama, ras, golongan , jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status

    hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan atau mental.

    B. UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

    Mengatur mengenai hak-hak (seperti upah/ gaji) seseorang yang bekerja

    sebagai tenaga kerja

    C. UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI

    ILO NO. 182

    Pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk

    untuk anak:

    segala bentuk perbudakan atau praktik sejenis perbudakan seperti penjualan

    dan perdagangan anak dan penghambaan serta kerja paksa atau wajib kerja,

    termasuk pengerahan anak secara atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflikbersenjata.

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    12/17

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    13/17

    Frida (52 tahun), majikan

    T : Mengapa anda memilih anak berumur belasan untuk bekerja ?

    J : karena lebih mudah diatur untuk disuruh-suruh, lebih polos juga kaga macem-

    macem

    T : Bagaimana anda dapat memperkerjakan anak tersebut menjadi PRT ?

    J : pembantu saudara saya yang menawarkan anak itu untuk bekerja.

    T : Adakah perlakuan khusus terhadap pembantu anda (PRTA)?

    J : Biasa saja sih, sama kaya pembantu sebelumnya.

    T : Apakah anda tahu tentang larangan bagi anak di bawah umur untuk bekerja ?

    J : tidak tahu.

    2.7 Contoh kasus

    PRT ABG Disiksa Majikan Sabtu, 25 Februari 2006

    Bogor, Warta Kota

    Seorang pembantu rumah tangga (PRT), Ratna Maryati (13), melarikan diri dari

    rumah majikannya di Kampung Ciheuleut RT 06/08, Baranangsiang, Bogor Timur,

    setelah disiksa di kamar mandi. Anak baru gede (ABG) itu kemudian

    diselamatkan para tetangga, sedangkan majikannya, Rosyati alias Iyet ditangkap

    polisi, Jumat (24/2).

    Penyiksaan yang dilakukan Iyet terhadap Ratna, kemarin, adalah untuk kesekian

    kalinya. Selama 7 bulan bekerja, sudah tak terhitung lagi siksaan yang diterima

    Ratna. Perempuan bertubuh mungil itu pernah dipukuli dengan wajan, dihajar

    dengan gayung, hingga disundut rokok.

    Penyiksaan terakhir terjadi kemarin. Ketika itu, ada seseorang yang ingin membeli

    es batu, lalu dia mengambilkannya di lemari es. Karena kesulitan mengambil, Ratna

    berupaya dengan mencongkelnya menggunakan obeng. Ternyata upaya itu

    mengakibatkan goresan di bagian pendingin lemari es.

    Mengetahui hal itu, Iyet murka. Saat itu juga sang majikan menyeret Ratna ke

    kamar mandi. Di sana ia menghantam kepala Ratna dengan gayung berkali-kali.

    Belum puas melampiaskan emosinya, Iyet lalu menyiram tubuh gadis ABG tersebutdengan air bak mandi. Tak hanya itu. Ratna juga didorong hingga jatuh terlungkup

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    14/17

    di kloset duduk. Tanpa ampun, kepala Ratna dibenamkan ke lubang kloset sambil

    dipukuli tubuhnya.

    Setelah puas, Iyet meninggalkan Ratna di kamar mandi. Ia membiarkan

    pembantunya menangis meraung-meraung sambil menahan sakit. Saat sangmajikan naik ke lantai dua rumahnya, Ratna pun kabur dan melaporkannya ke

    warga Kampung Ciheuleut.

    Warga yang mendengar cerita Ratna menjadi gusar dan berencana untuk

    mengepung serta merusak rumah Iyet yang juga membuka usaha fotokopi. Tetapi

    niat itu dibatalkan. Warga lalu menyembunyikan Ratna di sebuah warung sambil

    membuat strategi untuk menangkap Iyet.

    Seorang tetangga Iyet yaitu Suciwati melaporkan peristiwa tragis itu ke Mapolsekta

    Bogor Timur, Jalan Pajajaran. Tidak lama kemudian polisi datang ke lokasi dan

    menangkap Iyet. Bersama Ratna, ia dibawa ke Mapolresta Bogor, Jalan

    Kedunghalang, Bogor Utara.

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    15/17

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Idealnya perkerja rumah tangga anak (PRTA) tidak pernah ada, karena mereka

    tidak layak bekerja untuk mencari nafkah. Seharusnya mereka sedang menikmati

    masa pendidikan yang dibiayai oleh negara. Hal ini dapat dilihat pada UUD 1945

    UUD 1945 Pasal 34 ayat(1) berbunyi: Fakir miskin dan anak-anak terlantar menjadi

    tanggung jawab negara. Anak-anak yang berumur di bawah 18 tahun, tidak

    diperbolehkan untuk bekerja karena sebelum menginjak umur tersebut, seorang

    anak masih dalam tahap perkembangan. Namun, karena banyaknya faktor yang

    mengakibatkan anak-anak di Indonesia terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah

    tangga. Faktor ekonomi yang menjadi alasan utama mengapa PRTA bermunculan

    di Indonesia. Banyak akibat negatif dari adanya PRTA ini, yang utama adalah

    adanya kekerasan serta eksploitasi terhadap anak. Namun, sampai saat ini

    Indonesia belum memiliki hukum yang mengatur keberadaan PRTA secara khusus.

    3.2 Saran

    Negara/ pemerintah seharusnya menjamin bahwa setiap anak dapat sekolah dan

    tidak bekerja. Tetapi, s ampai saat ini keberadaan mereka belum diatur secara

    khusus oleh pihak yang berwenang. Oleh karena itu, hendaknya pemerintah

    dengan segera memberikan perlindungan khusus kepada PRTA agar hak-haknya

    dapat lebih terlindungi. Sedangkan bagi majikan yang memperkerjakan PRTA,

    sehubungan dengan sifat anak yang masih memerlukan perlindungan dan

    pemenuhan Hak-Hak Anak yang menjadi miliknya, maka jika dirasa tidak akan

    mampu melindungi dan memenuhi Hak-Hak Anak yang menjadi PRT sebaiknya

    tidak perlu mempekerjakan seorang anak menjadi PRT. Setiap anggota keluarga

    dalam rumah tangga yang mempekerjakan anak sebagai pembantu rumah tangga

    hendaknya berasumsi bukan sebagai pembantu rumah tangga, akan tetapi lebih

    sebagai anak asuh. Hal ini selain akan menghindari terjadinya tuduhan upaya

    penghambaan atas anak, juga menghindari eksploitasi terhadap anak.

  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    16/17

    Keadaan PRTA perlu diperhatikan lebih serius karena anak-anak adalah calon

    penerus generasi bangsa yang dimana keberadaannya perlu dilindungi oleh

    negara.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/2006

    03prtaid.pdf

    http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/14/humaniora/802345.htm

    http://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20PRTA.htm

    http://www2.kompas.com/metro/news/0602/25/092923.htm

    http://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/14/humaniora/802345.htmhttp://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20PRTA.htmhttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/14/humaniora/802345.htmhttp://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20PRTA.htm
  • 8/9/2019 Pekerja Anak Edit)

    17/17