Pedoman Pelayanan Famasi
-
Upload
nashwa-fathira -
Category
Documents
-
view
280 -
download
4
Transcript of Pedoman Pelayanan Famasi
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
1/35
PANDUAN
PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KECAMATAN MANDAU
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
2/35
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
1. TUJUAN PELAYANAN FARMASI
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupundalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang
tersedia;
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasiandan etik profesi;
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat;d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan;
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasipelayanan;
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2. Fungsi Pelayanan Farmasi
1) Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit;b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal;c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat
sesuai ketentuan yang berlaku;
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatandi rumah sakit;
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
3/35
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian;
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.2) Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien;b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan;c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan;d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan;e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga;f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga;g. Melaporkan setiap kegiatan.
B. RUANG LINGKUP
1. Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang
efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang
universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dantanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan diubah bila terdapathal :
a. Perubahan pola kepegawaianb. Perubahan standar pelayanan farmasic. Perubahan peran rumah sakitd. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Kepala Instalasi Farmasi terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuananggaran serta penggunaan sumber daya.
4. Instalasi Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan, dicatat dan disimpan.
5. Adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan apoteker IFRS(Insatalasi Farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretaris komite/panitia.
6. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selaluberpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar bagian
atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.
7. Hasil penilaian/pencatatan komite terhadap staf didokumentasikan secara rahasia danhanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
4/35
8. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasiterhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
9. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusanyang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
2. Staf dan Pimpinan
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan
a. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-3)
dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).
e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap aspek hukum danperaturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi.
f. Setiap saat harus ada apoteker yang bertanggungjawab dan mengawasi pelayananfarmasi dan ada pendelegasian wewenang dan tanggung jawab bila kepala
instalasi farmasi berhalangan kepada kepala ruangan.
g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
i. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait denganpekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
3.Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin
terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barangfarmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai
dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanansetiap staf.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
5/35
4. Kebijakan dan Prosedur
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan
standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada
pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi, panitia/komite farmasidan terapi serta para apoteker.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan apotekermenganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama generik
atau nama dagang.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal berikut :a. macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokterb. label obat yang memadaic. daftar obat yang tersediad. gabungan obat parenteral dan labelnyae. pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang diberikanf. pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakitg. pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan, karyawan
dan pasien tidak mampu
h. pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan,penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan, pendistribusian dan
penyerahan
i. pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efeksamping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta pencatatan
penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien
j. pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasik. pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga
pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam
penggunaan obat
l. apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secaraorganisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi
m.prosedur penarikan/penghapusan obatn. pengaturan persediaan dan pesanano. penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada stafp. masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-undangq. pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjaminr. prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf
4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan ataumengatasi masalah obat.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
6/35
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan rumah sakitlainnya.
5. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan
Setiap staf di rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun programpengembangan staf.
2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dantanggung jawab.
3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan
program pendidikan berkelanjutan.
5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan olehorganisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi :a. penggunaan obat dan penerapannyab. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasic. praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi
6. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu
tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.
1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan rumahsakit.
2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu
pelayanan.
3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
a. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting yang berhubungandengan pelayanan farmasi.
b. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalahpelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambiltindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalamprogram jangka panjang.
e. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
7/35
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Bagan Organisasi
Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi
yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian.
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan
kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan
pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
2. Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi
a. Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari
Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obatserta evaluasinya
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaruyang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
(merujuk pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951)
b. Organisasi dan Kegiatan Panitia Farmasi:
1) Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukanbagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit
setempat : Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3(tiga) Dokter, Apoteker dan Perawat
2) Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalamkepanitiaan. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker
yang ditunjuk.
3) Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2(dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan
sekali.
4) Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi danTerapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5) Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannyaberhubungan dengan penggunaan obat.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
8/35
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1) Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihanobat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang
sama.
2) Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolakproduk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
3) Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yangtermasuk dalam kategori khusus.
4) Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadapkebijakan-kebijakan dan peraturanperaturanmengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
5) Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkajimedical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat
secara rasional.
6) Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.7) Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
d. Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi
1) Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai budayapengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
2) Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumahsakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
3) Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obatterhadap pihak-pihak yang terkait
4) Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikanumpan balik atas hasil pengkajian tersebut
e. Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
1) Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris)2) Menetapkan jadwal pertemuan3) Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan4) Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan
5) Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan padapimpinan rumah sakit
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
9/35
6) Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruhpihak yang terkait
7) Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan8) Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain
9) Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PanitiaFarmasi dan Terapi
10)Melaksanakan pendidikan dan pelatihan11)Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat12)Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat
pada pihak terkait
f. Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan
Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang
ditentukan.
Komposisi Formularium :
1) Halaman judul2) Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi3) Daftar Isi4) Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat5) Produk obat yang diterima untuk digunakan6) Lampiran
Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam
arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak
Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap
produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan
pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada dokter,
apoteker perawat serta petugas administrasi di rumah sakit dalam menerapkan sistem
formularium.
Meliputi :
1) Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu denganPanitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung. Sistem
Formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
2) Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhantiap-tiap institusi.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
10/35
3) Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis olehPanitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem Formularium yang
dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan terapi.
4) Nama obat yang tercantum dalam Formularium adalah nama generik.5) Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
6) Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efekterapinya sama, seperti :
a) Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yangsama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta.
b) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harusdidasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
c) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obatdari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter
untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
h. Panitia yang Terkait dengan Tugas Farmasi Rumah Sakit
Apoteker dapat berperan dalam Tim/Panitia yang menyangkut dengan pengobatan
antara lain :
1) Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit2) Panitia Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit3) Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri4) Tim penanggulangan AIDS5) Tim PKMRS, dan lain-lain.
3. Administrasi dan Pelaporan
Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan
perbekalan farmasi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan.
Administrasi Keuangan Pelayanan Farmasi merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan,
penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan farmasi secara rutin
atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
Administrasi Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan
cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
11/35
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan
farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan.
Tujuan pelaporan adalah :
a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasib. Tersedianya informasi yang akuratc. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporand. Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaane. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola
secara efisien dan efektif.
Proses pendataan dan pelaporan dapat dilakukan secara :
a. Tulis tangan, mesin tikb. Otomatisasi dengan menggunakan komputer (soft ware)
D. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum yang digunakan dalam pelayanan Farmasi di rumah sakit antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
2. Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 ;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/068 Tahun 2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 899 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
12/35
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi
rumah sakit dengan persyaratan :
- Terdaftar di Departeman Kesehatan- Terdaftar di Asosiasi Profesi- Mempunyai izin kerja.- Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional
yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek
hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka
menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan
cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
1. Kompetensi Apoteker :
Sebagai Pimpinan :
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpinb. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan pelayanan
farmasi
c. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirid. Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak laine. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan memecahkan
masalah
Sebagai Tenaga Fungsional :
a. Mampu memberikan pelayanan kefarmasianb. Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasianc. Mampu mengelola manajemen praktis farmasid. Mampu berkomunikasi tentang kefarmasiane. Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembanganf. Dapat mengoperasionalkan komputerg. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinik.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
13/35
Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus dijabarkan secara jelas
fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggung jawab, hubungan koordinasi, fungsional, dan
uraian tugas serta persyaratan/kualifikasi sumber daya manusia untuk dapat menduduki posisi.
DAFTAR 1. KUALIFIKASI SDM UNTUK DAPAT MENDUDUKI JABATAN
JABATAN FUNGSI KUALIFIKASI
Kepala Instalasi Mengorganisir dan mengarahkan Apoteker, Apoteker Pasca
Sarjana FRS, kursus
manjemen disesuaikan
dengan akreditasi IFRS
Koordinator Mengkoordinir beberapa Penyelia Apoteker, Apoteker Pasca
Sarjana FRS, KURSUS
Farmasi Rumah Sakit
sesuai ruang lingkup
Penyelia/Supervisor Menyelia beberapa pelaksana ( 3 - 5
pelaksana membutuhkan 1 penyelia )
Apoteker, kursus FRS
Pelaksana Teknis
Kefarmasian
Melaksanakan tugas-tugas tertentu Apoteker, Sarjana
Farmasi, AA
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Jenis Ketenagaana. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga :
1) Apoteker2) Sarjana Farmasi3) Asisten Apoteker (AMF, SMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga :1) Operator Komputer /Teknisi yang memahami kefarmasian2) Tenaga Administrasi
c. Pembantu Pelaksana
2. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor faktor yang berpengaruh pada
kegiatan yang dilakukan, yaitu
a. Kapasitas tempat tidur dan BORb. Jumlah resep atau formulir pesanan per haric. Volume perbekalan farmasid. idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
14/35
3. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan kebutuhan tenaga
harus dipertimbangkan :
a. Kualifikasi pendidikan disesuaikan dengan jenis pelayanan/tugas fungsib. Penambahan pengetahuan disesuaikan dengan tanggung jawabc. Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas
4. Waktu Pelayanan
Pelayanan 3 shift (24 jam)
5. Jenis Pelayanan
a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)b. Pelayanan rawat inapc. Pelayanan rawat jaland. Penyimpanan dan pendistribusian
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
15/35
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku:
1. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah
sakit.
3.
Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsungpada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
4. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi.5. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban,tekanan dan keamanan baik
dari pencuri maupun binatang pengerat.
6. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untukperlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat
luar atau dalam.
B. STANDAR FASILITAS
1. Ruang Kantor / administrasia. Ruang pimpinanb. Ruang stafc. Ruang kerja/administrasid. Ruang pertemuan
2. Ruang PenyimpananRuang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas yang terdiri dari :
Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan :
a. Obat jadib. Bahan baku obatc. Alat kesehatan dan lain-lain.
Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan :
a. Obat termolabilb. Alat kesehatan dengan suhu rendahc. Obat mudah terbakard. Obat/bahan obat berbahaya
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
16/35
e. Barang karantina3. Ruang Distribusi/Pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi rumah sakit:
a. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik) Ada ruangkhusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan obat
b. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inapc. Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan penyimpananbarang
Dilengkapi kereta dorong trolley4.
Ruang KonsultasiSebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada pasien dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien
a. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik)b. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap
5. Ruang Informasi ObatSebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan
penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan informasi obat.
Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi
obat bagi RS yang mempunyai 100 200 tempat tidur : 20 meter2
6. Ruang Arsip DokumenHarus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan
dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan, dan tehnik manajemen yang baik
C. PERALATAN
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau
dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan,
peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril maupunaseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsipc. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obatd. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotikae. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabilf. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baikg. Alarm
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
17/35
Macam-macam Peralatan
1. Peralatan Kantora. Furniture ( meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lainlain)b. Komputer/mesin tikc. Alat tulis kantord. Telpon dan Faximile (Disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit)
2. Peralatan Produksi1. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat, baik nonsteril
maupun steril/aseptik
2. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara pembuatan obat yangbaik
3. Peralatan Penyimpanana. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
1)lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yangberlebihan
2)Lantai dilengkapi dengan paletb. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus :
1) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil Fasilitas peralatanpenyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
2) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat3) psikotropika4) Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik
dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas,
pasien dan pengunjung
4. Peralatan Pendistribusian/Pelayanana. Pelayanan rawat jalan (Apotik rawat jalan)b. Pelayanan rawat inap/IGD (Apotik Rawat Inap/IGD)c. Kebutuhan ruang perawatan/unit lain
5. Peralatan Konsultasia. Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet,dan brosur dan lain-lainb. Meja, kursi untuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk menyimpan medical
record
c. Komputerd. Telpone. Lemari arsipf. Kartu arsip
6. Peralatan Ruang Informasi Obata. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obatb. Peralatan meja, kursi, rak buku, kotakc. Komputer
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
18/35
d. Telpon - Faxcimilee. Lemari arsipf. Kartu arsipg. TV dan VCD ( disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit )
7. Peralatan Ruang Arsipa. Kartu Arsipb. Lemari Arsip
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
19/35
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI
Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan.
Tujuan :
1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien2. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi4. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
a. Pemilihan / seleksiMerupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan
dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui
standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan
Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
b. PerencanaanMerupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman Perencanaan :
1) DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuansetempat yang berlaku.
2) Data catatan medik3) Anggaran yang tersedia4) Penetapan prioritas5) Siklus penyakit6) Sisa persediaan7) Data pemakaian periode yang lalu8) Rencana pengembangan
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
20/35
c. PengadaanMerupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui, melalui :
1. Pembelian :
a) Secara tender (oleh Panitia / Unit Layanan Pengadaan)b) Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi
d. Pengemasan / ProduksiMerupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.Kriteria obat yang diproduksi :
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus2. Sediaan farmasi dengan harga murah3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
e. PenerimaanMerupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
1. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa2. Barang harus bersumber dari distributor utama3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)4. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin5. Expire date minimal 2 tahun
f. PenyimpananMerupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan:
1. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya2. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya3. Mudah tidaknya meledak/terbakar4. Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
g. PendistribusianMerupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
21/35
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan :
a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang adab) Metode sentralisasi atau desentralisasic) Sistem floor stock dan resep individu.
1. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat InapMerupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan dengan
sistem persediaan life savingdi ruangan dan sistem resep perorangan.
2.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat JalanMerupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dengan
sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.
3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam KerjaMerupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh:
a.Apotik rumah sakit yang dibuka 24 jamb.Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
Sistem pelayanan distribusi :
Sistem resep perorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui Instalasi Farmasi.
h. Penghapusan Perbekalan FarmasiPenghapusan perbekalan farmasi dilakukan terhadap obat yang sudah tidak memenuhi
standar farmasi Rumah Sakit antara lain :
1. Obat sudah Kadaluwarsa2. Obat yang sudah ditarik izin edarnya dari BPOM RI3. Obat yang sudah Rusak
Metode yang digunakan dalam penghapusan obat adalah dengan menggunakan
incenerator rumah sakit. Penghapusan obat dilakukan disaksikan kepala Instalasi dengan
membuat berita acara yang isinya memuat keterangan :
1. Hari, tanggal dan lokasi pemusnahan2. Petugas yang melakukan pemusnahan3. Saksisaksi4. Nama obat5. Bentuk sediaan
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
22/35
6. Jumlah Obat7. Nomor Bets obat8. Cara pemusnahan9. Nama dan tanda tangan pihak yang memusnahkan dan saksi saksi
Kepala Instalasi farmasi melaporkan acara penghapusan obat kepada direktur rumah
sakit setelah dilakukam pemusnahan obat.
B. PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENGGUNAAN OBAT DAN ALAT
KESEHATAN
Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan
obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui
penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama
dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumahsakit
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanandan efisiensi penggunaan obat
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkaitdalam pelayanan farmasi
d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkanpenggunaan obat secara rasional
Kegiatan :
a. Pengkajian ResepKegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien2) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter3) Tanggal resep4) Ruangan/unit asal resepPersyaratan farmasi meliputi :
1) Bentuk dan kekuatan sediaan2) Dosis dan Jumlah obat3) Stabilitas dan ketersediaan4) Aturan, cara dan tehnik penggunaanPersyaratan klinis meliputi :
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
23/35
2) Duplikasi pengobatan3) Alergi, interaksi dan efek samping obat4) Kontra indikasi5) Efek aditif
b. DispensingMerupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian
informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Tujuan
1) Mendapatkan dosis yang tepat dan aman2)
Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secaraoral atau emperal
3) Menurunkan total biaya obatDispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya:
a) Dispensing sediaan farmasi khusus- Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi, merupakan kegiatan
pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukam oleh tenaga yang terlatih
secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan,
formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
- Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril, melakukanpencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin
kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang
ditetapkan.
b) Dispensing sediaan farmasi berbahayaMerupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasah siap pakai
sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari
efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian
kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.
c. Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping ObatMerupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
Tujuan :
1) Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidakdikenal, frekuensinya jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali,yang baru saja ditemukan.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
24/35
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhitimbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya
Efek Samping Obat.
Kegiatan :
1) Menganalisa laporan Efek Samping Obat2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami Efek Samping Obat
3) Mengisi formulir Efek Samping Obat4) Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional
Faktor yang perlu diperhatikan :
1) Kerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi dan ruang rawat2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat
d. Pelayanan Informasi ObatMerupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatandilingkungan rumah sakit.
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungandengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
3) Meningkatkan profesionalisme apoteker.4) Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan :
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif.2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label obat.4) Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
5) Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalandan rawat inap.
6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatanlainnya.
7) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1) Sumber informasi obat2) Tempat3) Tenaga4) Perlengkapan
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
25/35
e. KonselingMerupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat
jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan,
cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan :
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode open-ended question
3) Apa yang dikatakan dokter mengenai obat4) Bagaimana cara pemakaian5) Efek yang diharapkan dari obat tersebut.6) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat7) Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan :
1) Kriteria pasien :a) Pasien rujukan dokterb) Pasien dengan penyakit kronisc) Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasid) Pasien geriatrik.e) Pasien pediatrik.f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas
2) Sarana dan Prasarana :a) Ruangan khususb) Kartu pasien/catatan konseling
f. Pemantauan Kadar Obat Dalam DarahMelakukan Pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit.
Tujuan :
1) Mengatur kadar obat dalam darah2) Memberikan rekomendasi pada dokter yang merawatKegiatan :
1) Memisahkan serum dan plasma
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
26/35
2) Memeriksa kadar obat yang terkandung dalam plasma dengan menggunakan alatTDM
3) Membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaanFaktorfaktor yang perlu diperhatikan :
1) Alat therapeutic drug monitor2) Reagen sesuai obat yang diperiksa
g. Ronde/Visite PasienMerupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan :
1)
Pemilihan obat2) Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik3) Menilai kemajuan pasien.4) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.Kegiatan :
1) Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungantersebut kepada pasien.
2) Untuk pasien baru dirawat Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu danmemperkirakan masalah yang mungkin terjadi.
3) Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjaminpenggunaan obat yang benar.
4) Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberianobat.
5) Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaianmasalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang
berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1) Pengetahuan cara berkomunikasi2) Memahami teknik edukasi3) Mencatat perkembangan pasien
h. Pengkajian Penggunaan ObatMerupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan
untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
oleh pasien.
Tujuan :
1) Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat padapelayanan kesehatan/dokter tertentu.
2) Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satudengan yang lain.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
27/35
3) Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik4) Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1) Indikator peresepan2) Indikator pelayanan3) Indikator fasilitas
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
28/35
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Bagian ini mengemukakan Sasaran Keselamatan Pasien, sebagai syarat untuk
diterapkan di semua rumah sakit yang sedang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah
Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepadaNine Life-Saving Patient Safety Solutions dari
WHO Patient Safety (2007) yang juga digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaranini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan
bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem
yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum, difokuskan pada solusi-solusi sistem
yang menyeluruh. Dalam pelayanan farmasi sasaran keselamatan pasien adalah Peningkatan
Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
B. Tujuan
1. Untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alertmedications)
Ruang Lingkup
1. Obat-obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan sepertiobat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
2. Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obat-obat yangsering menyebabkan terjadinya kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang
beresiko tinggi menyebankan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti
obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip / NORUM), atauLook Alike Sound Alike / LASA).
3. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan dengankeselamatan pasien.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja / kurang hati-hati (restricted area).
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
29/35
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak bolehdiletakkan di dalam 1 rak / disandingkan
Tanggung Jawab
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi farmasi dansetiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke wakilkepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah ditunjuk.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
30/35
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Farmasi rumah sakit merupakan unit pelaksana fungsional yang bertanggungjawab
dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmsian secara menyeluruh di rumah sakit dengan
ruang lingkup pengelolan perbekalan farmasi.
A. Tujuan
1. Tujuan UmumTerlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi agar tercapai
pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.
2. Tujuan Khususa. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjungb. Mencegah kecelakaan kerja, paparan / pajanan bahan berbahay, kebakaran dan
pencemaran lingkungan,
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi,d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.
B. Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Untuk terlaksananya K3 IFRS secara optimal maka perlu dilakukan tahapan sebagai
berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis :Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan rsiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja :Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai berikut:
1)Sebelum dipekerjakan,2)Secara berkala, paling sedikit setahun sekali,3)Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran pernafasan
( TBC ) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar di suatu lingkungan
dimana terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena penyakit akibat kerja.b. Sifat dan Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fidik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja dalam
melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak mendukung
merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan KerjaLingkungan kegiatan IFRS dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 bentuk :
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
31/35
d. Kecelakaan kerja di lingkungan IFRS seperti terpeleset, tersengat listrik, terjepitpintu,
1) di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh2) di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang3) di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat listrik4) di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran5) di ruang penanganan sitostatik6) di ruang TPN (Total ParenteralNutrition)
e. Penyakit akibat kerja di rumah sakit1) tertular pasien2) alergi obat3) keracunan obat4) resistensi obat
2. Pengendalian :a. Legislatif Kontrol,b. Administratif Kontrol,c. Medikal Kontrol,d. Engineering Kontrol.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
32/35
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat
memuaskan pelanggan.
2. Tujuan Khusus
a.
Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandarb. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasienc. Meningkatkan efesiensi pelayanand. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit sesuai CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik)
e. Meningkatkan kepuasan pelangganf. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
B. EVALUASI
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakanContoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakanContoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh Asisten
Apoteker
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakanContoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan resep.
c. SurveiUntuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung.
d. ObservasiTerhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
33/35
C. PENGENDALIAN MUTU
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan farmasi
untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan mencegah ditarik dari
peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan, Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3
RS).yang meliputi :
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi Rumah Sakit .
1. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan
a. Unsur masukan (input) : tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana,ketersediaan dana
b. Unsur proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf farmasic. Unsur lingkungan : Kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemend. Standarstandar yang digunakane. Standar yang digunakan adalah standar pelayanan farmasi minimal yang ditetapkan
oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan dan dikeluarkan oleh
lembaga yang dapat dipertanggungjawabkan .
2. Tahapan Program Pengendalian Mutu
a. Mendefinisikan kualitas pelayanan farmasi yang diinginkan dalam bentuk kriteria.b. Penilaian kulitas pelayanan farmasi yang sedang berjalan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan.
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan.d. Penilaian ulang kualitas pelayanan farmasi.e. Up date kriteria.
3. Aplikasi Program Pengendalian Mutu
Langkahlangkah dalam aplikasi program pengendalian mutu :
a. Memilih subyek dari programb. Karena banyaknya fungsi pelayanan yang dilakukan secara simultan, maka
tentukan jenis pelayanan farmasi yang akan dipilih berdasarkan prioritas
c. Mendefinisikan kriteria suatu pelayanan farmasi sesuai dengan kualitaspelayanan yang diiginkan
d. Mensosialisasikan Kriteria Pelayanan farmasi yang dikehendakie. Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua personil
serta menjalin konsensus dan komitmen bersama untuk mencapainya
f. Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalanmenggunakan kriteria
g. Bila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan tersebuth. Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
34/35
i. Mengimplementasikan formula yang telah direncanakanj. Reevaluasi dari mutu pelayanan Pelayanan
4 Indikator dan Kriteria
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu
alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil suatu
pekerjaan dengan standarnya. Indikator dibedakan menjadi :
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan ntuk mengukurterpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan.
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukurtercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut :
a. Sesuai dengan tujuanb. Informasinya mudah didapatc. Singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai interpretasid. Rasional
-
7/22/2019 Pedoman Pelayanan Famasi
35/35
BAB VIII
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, diharapkan dapat
menjawab permasalahan tentang pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Daerah
Kecamatan Mandau. Dalam pelaksanaannya di lapangan, Pedoman Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit ini sudah barang tentu akan menghadapi bebagai kendala, antara lain sumber
daya manusia/tenaga farmasi di rumah sakit, kebijakan manajeman rumah sakit
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Farmasi di RSUD Kecamatan
Mandau Sakit perlu komitmen dan kerjasama yang lebih baik antara pihak-pihak yang terkait
dengan pelayanan farmasi, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan semakinoptimal, dan khususnya pelayanan farmasi di rumah sakit akan dirasakan oleh
pasien/masyarakat.