PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

21

Transcript of PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

Page 1: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM
Page 2: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

PEDAGOGIK PRAKTIS YANG BERKUALITAS

Peningkatan Kualitas Pendidikan Bangsa melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)

Editor:Effy Mulyasari, M.Pd.

Tatat Hartati, Ph.D.Dr. Y. Suyitno

Dr. Ernawulan SyaodihDr. Yahya Sudarya

Copy Editor:Andhin Dyas Fitriani

Ira RengganisMoh Salimi

Page 3: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Effy Mulyasari, dkk. (ed.), Pedagogik Praktis yang Berkualitas, RIZQI Press, Bandung:cet. pertama, 2011

ISBN : 978-602-9098-11-2

Editor:Effy Mulyasari, M.Pd.Tatat Hartati, Ph.D.Dr. Y. SuyitnoDr. Ernawulan SyaodihDr. Yahya Sudarya

Copy Editor:Andhin Dyas FitrianiIra RengganisMoh Salimi

Cetakan I : Juni 2011

Penerbit:RIZQI PRESSJl. Cidadap Girang 26 Ledeng Bandung 40143Telp. (022) 2005869 Fax. (022) 2003656

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Pasal 72:1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000 (lima milyar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr.Wb.Syukur Alhamdulillah, bahwa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan–Universitas Pendidikan Indonesia dapat menyelenggarakan Seminar Internasional ke-3 dan Workshop Pedagogik Praktis yang Berkualitas tanggal 4-5 Juni 2011, dengan tema Peningkatan Kualitas Pendidikan Bangsa melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), berkat kerja sama dengan Universiti Sains Malaysia, Universitas PGRI Adi Buana, Sekolah Menengah Sains Johor Malaysia, Sekolah Menengah Kebangsaan Putra Jerteh Trengganu Malaysia dan IMTGT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle).

Seminar dan Workshop ini bertujuan: mengembangkan pemahaman guru tentang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan; diperolehnya pengalaman praktis tentang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan; mengembangkan mutu pembelajaran sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas; menghasilkan karya tulis ilmiah yang bisa dijadikan rujukan.

Berdasarkan tujuan keempat yaitu menghasilkan karya tulis ilmiah yang bisa dijadikan rujukan memicu Prodi PGSD untuk menyusun sebuah buku. Bahan rujukan ini berupa bunga rampai Pedagogik Praktis yang Berkualitas, dengan tema Peningkatan Kualitas Pendidikan Bangsa melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Adapun isi dari buku ini berupa: Teori dan Praktik PAIKEM dalam Pembelajaran Bahasa, Matematika, IPA, dan IPS; Teori dan Praktik PAIKEM dalam Pembelajaran Kelas Awal Sekolah Dasar; Inovasi Pembelajaran dalam Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Tinggi.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: Bapak Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Dekan FIP Universitas Pendidikan Indonesia, Dekan PPIP Universiti Sains Malaysia, Direktor Thamavityamulniti Yala Selatan Thailand, jajaran panitia, para penyaji, para moderator dan peserta seminar atas partisipasi, bantuan serta dukungan yang tak terhingga sehingga seminar ini dapat terlaksana.

Akhir kata semoga seminar dan workshop ini mencapai tujuannya, memberikan ruang serta jalan penyelesaian bagi masalah pendidikan serta memberikan sumbangan keilmuan yang bermakna dan bermartabat bagi pendidikan di Tanah Air dan Kawasan Serantau. Amin.Wassalam, Bandung 4 Jun 2011

Ketua Panitia

Page 5: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM
Page 6: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

v

KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum, Wr.Wb. Kami atas nama Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, sangat mengapresiasi penyelenggaraan Seminar Internasional ke-3 dan Workshop Pedagogik Praktis yang Berkualitas, dengan tema Peningkatan Kualitas Pendidikan Bangsa melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Semoga kegiatan seminar dan workshop ini dapat mencapai tujuannya, yakni: membangun sinergi dan kemitraan secara nasional dan internasional, mengembangkan pemahaman guru tentang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan; diperolehnya pengalaman praktis tentang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan; mengembangkan mutu pembelajaran sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas; menghasilkan karya tulis ilmiah yang bisa dijadikan rujukan.

Seminar dan workshop ini amat penting, mengingat pendidikan berkualitas dimulai dari pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu, izinkan kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: Yth. Rektor UPI yang telah mengizinkan sekaligus membantu kelancaran pelaksanaan seminar ini, para penyaji dan peserta dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand, dan seluruh panitia yang telah berusaha menyukseskan seminar internasional dan workshop ini.

Kami menyambut baik dengan terbitnya bahan rujukan berupa bunga rampai Pedagogik Praktis yang Berkualitas, dengan tema Peningkatan Kualitas Pendidikan Bangsa melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Dengan buku ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan Ilmu Pendidikan khususnya Pembelajaran.

Sekali lagi, kami berharap, seminar dan workshop ini dapat mencapai tujuannya dan dapat memberikan informasi terkini tentang upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui PAIKEM. Di samping itu, diharapkan terbangunnya jejaring akademik di peringkat nasional dan internasional yang berfokus pada pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat di kawasan IMTGT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle).Sekian. Terima kasih.Wassalam,

Bandung, 4 Juni 2011

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Page 7: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM
Page 8: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ─ iiiKata Sambutan ─ v

INOVASI-INOVASI PAIKEM

PENGEMBANGAN POTENSI ANAK MELALUI DIMENSI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKANProf. Fatimah Saleh ─ 3

PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK DAN MENYENANGKANProf. Hashim Othman ─ 10

PEMBELAJARAN BAHASA YANG MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN YANG BERKUALITI – SUATU PANDANGANZanariah Abdol ─ 18

PEMBELAJARAN KREATIF DAN INOVATIF BERBASIS TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)Prof. Emeritus Abdullah Hassan ─ 28

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PAIKEM DI THAMAVITYAMULNITI SCHOOL, YALA, SELATAN THAILAND.Razi Bensulong ─ 42

IMPLEMENTASI PAKEM DI SDN KEBONDALEM KEC. MOJOSARIKAB. MOJOKERTO, PROVINSI JAWA TIMURMoh. Bahrul Suroto ─ 47

APLIKASI PAKEM DI PERGURUAN TINGGI(Sebuah Pengalaman Menyiapkan Guru Sekolah Dasar)Atnuri ─ 53

KEPELBAGAIAN KAEDAH DAN TEKNIK DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA YANG MENYERONOKKANFariza Nurbaya Muhammad ─ 60

TEORI DAN PRAKTIK PAIKEM BAHASA

PENGGUNAAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN MENULIS LAPORAN BAHASA INDONESIAIsah Cahyani ─ 67

Page 9: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

viii

PENGEMBANGAN LITERASI DI DAERAH PINGGIRAN JAWA BARATTatat Hartati ─ 73

KAJIAN NILAI MORAL DAN CITRAAN CERITA PENDEK KONTEMPORER DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA KAITANNYA DENGAN PEMILIHAN BAHAN AJAR DAN HASIL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATASSyamsuddin H.R. dan Abdul Azis ─ 81

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERCERITA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASARLestari Sukartiningsih ─ 88

PENGGUNAAN HUMOR (KECINDAN) SEBAGAI ELEMEN PENGAJARAN MEMIKAT: SATU REFLEKSI GURU BAHASAAbd. Rahman Hj. Abd. Aziz & Abdul Ghani Kanesan Abdullah ─ 94

PICTURES THAT ENCOURAGE SPEAKING FOR THE FIRST GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY LEVELEffy Mulyasari ─ 105

PENERAPAN STRATEGI PEMETAAN STRUKTUR TEKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA SISWA KELAS V SDN BABATAN 4 SURABAYASri Hariani ─ 116

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM APRESIASI SASTRA DISEKOLAH DASAR: SEBUAH ALTERNATIF BELAJAR AKTIFHendratno ─ 124

KETERPADUAN ANTARASPEK KETERAMPILAN SEBAGAI UPAYAMEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA YANGAKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKANMasengut Sukidi ─ 134

INOVASI DALAM PEDAGOGI BAHASA: GERAKAN DAN SENAMANOTAK (BRAIN GYM) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN DANASPEK PENGAJARAN PEMBELAJARAN BAHASA MELAYUAswati Hamzah ─ 144

TEORI DAN PRAKTIK PAIKEM MATEMATIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) UNTUKMENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAMukhidin dan Oom Romli ─ 155

Page 10: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

ix

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD YANG AKTIF, MENYENANGKAN DAN BERMAKNA: SUATU TEORI DARI ZOLTAN P. DIENESIfada Novikasari ─ 167

THE IMPROVEMENTOF STUDENT’S MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING ABILITY, AND ATTITUDE TO MATHEMATICS THROUGH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONAL APPROACHSyaiful & Yaya S. Kusumah ─ 174

IMPROVING SPATIAL ABILITY AND MATHEMATICAL DISPOSITION OF SMP STUDENTS’ WITH PMRI APPROACH TO LEARNING GEOMETRY USING COMPUTEREdi Syahputra ─ 181

BELAJAR MATEMATIKA MENYENANGKAN MELALUI ALAT PERAGAAndhin Dyas Fitriani & Harsa Wara Prabawa ─ 188

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROYEK (LEARNING BASED PROJECT) BAGI MAHASISWA PGSD MELALUI PERANCANGAN ALAT PERAGA MATEMATIS SEDERHANA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKANSandi Budi Iriawan, ST., M.Pd ─. 194

TEORI DAN PRAKTIK PAIKEM IPA

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN ZOOLOGI INVERTEBRATA BERBASIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITISKREATIFAdun Rusyana, Nuryani Y. Rustaman, Sri Rejeki & Adianto ─ 203

TINJAUAN ASPEK KREATIVITAS PADA PEMBELAJARAN IPA:PENTINGNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM IPABERBASIS ACTIVE LEARNINGRetno Triwoelandari ─ 210

BELAJAR DAN MEMAHAMI INFORMASI GEOSPASIALSri Handoyo ─ 217

THE EFFECT OF INQUIRY BASED LEARNING FOR FIELDDEPENDENT/INDEPENDENT STUDENT ON PHYSICSACHIEVEMENT IN JUNIOR HIGH SCHOOLSri Fatmawati ─ 224

Page 11: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

x

PENGGUNAAN MEDIA TIRUAN SEBAGAI ALTERNATIF MENGEMBANGKAN KESADARAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN PAKEM IPA SDYuni Pantiwati ─ 232

SAINS INFORMAL SEBAGAI PEMIKAT KEPADA SUBJEK SAINSNooraida Yaakob, Maznah Ali, Salmiza Salleh, Mohd Ali Samsudin ─ 239

PEMBELAJARAN SAINS PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MELALUI HANDS ON ACTIVITIES BASED ON DAILY LIFE UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MEMBANGUN KARAKTER ANAKSuciati Sudarisman ─ 247

MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITISMintohari ─ 257

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS IV SDN LIDAH WETAN IV / 566 SURABAYAMariyati dan Suryanti ─ 265

PRINSIP PEMBELAJARAN IPA YANG MENYENANGKAN(Sebuah Fenomena Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar)Nana Djumhana ─ 274

KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASARTatang Suratno ─ 281

TEORI DAN PRAKTIK PAIKEM IPS

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS BERCIRIKAN PAIKEMWaspodo Tjipto Subroto ─ 293

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE NHT ON SCIENCE TO INCREASE THE STUDY ACHIEVEMENT OF FIFTH GRADE STUDENTS IN SDN SIDOMULYO I BANGSAL SUBDISTRICT MOJOKERTO REGENCYJulianto ─ 300

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN BERBASIS KECAKAPAN HIDUP MAPEL IPSIchsan Anshory ─ 310

Page 12: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

xi

DEVELOPMENT OF SOCIAL SKILLS IN LEARNING SOCIAL STUDIES IN PRIMARY SCHOOLGanes Gunansyah ─ 323

TEORI DAN PRAKTIK PAIKEM KELAS AWAL DAN UMUM

PEMBELAJARAN CTL ( CONTECTUAL TEACHING LEARNING ) DAN MODEL PEMBELAJARANListiani Rita H. ─331

PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS AWAL SEKOLAH DASARIchsana El Huluqo ─ 345

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DOSEN PGSD KAMPUS INDUK BUMI SILIWANGI MELALUI PENUGASAN DOSEN KE SEKOLAH DASAR INTERNASIONALRochdi Simon ─ 359

MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS STUDENTS CENTERED-LEARNING BAGI PEMBELAJAR DEWASAFardini Sabilah, M.Pd. ─ 367

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU MADRASAH TSANAWIYAHKemas Abdurrahman ─ 376

PEMAHAMAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PROSES DAN HASIL BELAJAREndang Poerwanti ─ 383

MELALUI LESSON STUDY: TINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MELAKSANAKAN PAIKEMManap Somantri ─ 390

PEMBELAJARAN YANG MENDIDIKDr. Y. Suyitno MPd. ─ 395

INOVASI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN MELALUI PAIKEMYahya Sudarya ─ 401

MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF UNTUK PEMBERDAYAAN WARGA BELAJAR MENCAPAI KOMPETENSI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (Studi pada Warga Belajar Pendidikan Keksaraan di Kabupaten Bandung Barat)Babang Robandi ─ 407

Page 13: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

xii

TANTANGAN DAN PROSPEK GURU SEBAGAI TENAGA PROFESIONALErnawulan Syaodih ─ 415

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI RUPA YANG AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DALAM RANGKA TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA DI SEKOLAH DASARIra Rengganis ─ 424

PAIKEM DALAM METODE CERAMAHPurwanti ─ 434

PEMBELAJARAN BERBASIS KONSELING KOLABORATIFAyi Najmul Hidayat ─ 441

PEMBELAJARAN BERBASIS IMTAK, SEBUAH ALTERNATIFPEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA DI SEKOLAHBusri Endang ─ 447

UPAYA MEMBANGUN PARADIGMA BARU GURU SD MELALUIIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DANMENYENANGKAN (PAKEM)Tati Heriati & Suryana Iskandar ─ 453

INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MEMBANTU PENGUASAAN MATERI PERKULIAHAN MAHASISWA PGSDRuswandi Hermawan ─ 462

FENOMENA DAN APLIKASI HIPNOSIS DALAM PEMBELAJARANArie Rakhmat Riyadi ─ 469

ANALISIS MODEL MANAJEMEN KELAS PREVEVTIF DALAMMENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWAEla Komala ─ 477

MODEL BIMBINGAN KARIR KOMPREHENSIF UNTUK PENGEMBANGAN KARIR SISWA TUNARUNGU (Studi Pengembangan Model Bimbingan Karir Komprehensif untuk Mengembangkan Karir Siswa Tunarungu di Bandung)Dudi Gunawan ─ 487

MODEL PENYUSUNAN RPP TEMATIK: SEBUAH PENGALAMANIMPLEMENTASI LSBS KELAS AWAL SDN PANCASILA BANDUNG BARATMoh Salimi ─ 497

Page 14: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

232

PENGGUNAAN MEDIA TIRUAN SEBAGAI ALTERNATIF MENGEMBANGKAN KESADARAN METAKOGNITIF DALAM

PEMBELAJARAN PAKEM IPA SD

Yuni PantiwatiPGSD Universitas Muhammadiyah Malang

([email protected])

ABSTRAKMedia tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Penggunaan media tiruan membutuhkan perhatian selain pembuatannya juga cara menggunakannya agar pembelajaran efektif. Media tiruan sebagai alat bantu siswa dalam memahami konsep, oleh karena itu juga berperan dalam mengembangkan kesadaran metakognitif siswa. Kesadaran metakognitif adala kesadaran bagaimana berpikir, dalam pembelajaan dapat juga diartikan sebagai kesadaran bagaimana belajar. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus dikembangkan untuk menfasilitasi kedua sifat tersebut. memecahkan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Lingkungan fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai sumber belajar. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. Kata kunci: media tiruan, PAKEM, kesadaran metakognitif

PendahuluanProses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Media sebagai salah satu komponen komunikasi berperan sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran sering terjadi kegagalan, artinya materi pembelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal.

Makalah disajikan pada Seminar Internasional Ke-3 & Workshop Pedagogik Praktis yang Berkualitas, kerjasama PGSD Jurusan Pedagogik FIP UPI, USM & IMTGT, 4-5 Juni 2011 di Balai Pertemuan UPI Bandung.

Page 15: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

233

Dalam kegiatan instruksional banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan baik terdapat diruang maupun di sekitar, semuanya bermanfaat untuk meningkatkan berfikir siswa dalam rangka peningkatan hasil belajar. Berpikir adalah bagian dari proses pengolahan informasi komunikasi intrapersonal, artinya orang mempersepsi sesuatu mesti melewati proses berpikir terlebih dahulu. Dalam proses berpikir inilah perlu dikontrol agar mendapatkan produk berpikir yang dikehendaki, artinya membutuhkan kemampuan metakognitif. Metakognitif adalah kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan ranah atau aspek kognitif. Sedang kesadaran meakognitif adalah kesadaran bagaimana berpikir, dalam pembelajaan dapat juga diartikan sebagai kesadaran bagaimana belajar. Pengembangan kesadaran metakognitif penting dilakukan karena merupakan bagian yang dapat membantu siswa belajar lebih efektif. Jika siswa menyadari bagaimana belajar, maka siswa dapat menemukan cara yang efektif.

Kesadaran metakognitif membuat belajar lebih efektif bila didukung dengan suasana belajar yang menyenangkan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang dapat membuat siswa nyaman agar siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Suasana nyaman dan menyenangkan dapat diciptakan dengan dukungan media yang memadai sehingga membantu siswa dalam memahami suatu konsep. Kondisi belajar seperti ini mendorong siswa menjadi aktif mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Dengan demikian guru perlu menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar sehingga menciptakan kesadaran metakognitif tinggi yang secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Pembahasan Peran Media Tiruan dalam Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar, kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Penggunaan media pembelajaran secara tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Angkoro (2007:3) yang menyatakan bahwa pemilihan media pembelajaran secara efektif dan efisien mampu menggairahkan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran serta mempermudah siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

Page 16: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

234

Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4) manfaat media pembelajaran yaitu membuat konkrit konsep yang abstrak; membawa obyek yang sukar didapat di dalam lingkungan belajar; menampilkan obyek yang terlalu besar; menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang; memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat; memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya; membangkitkan motivasi belajar; memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar; menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupan disimpan menurut kebutuhan; menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang); mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran yang memfungsikan media dan sumber belajar dapat meningkatkan produktivitas pembelajaran karena proses pembelajaran terjadi secara efektif.

Dalam klasifikasi media, terdapat jenis media tiga dimensi yang merupakan sekelompok media tanpa proyeksi dengan penyajian secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat benda itu berada, maka benda tiruannya dapat berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.

Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan yaitu memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit.

Media tiga dimensi dapat berupa media tiruan yang sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Ada beberapa tujuan belajar dengan menggunakan model, yaitu: mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari obyek yang terlalu besar, obyek yang telah menyejarah di masa lampau, obyek-obyek yang tak terjangkau secara fisik, obyek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai (misalnya mata manusia, telinga manusia), konstruksi yang abstrak, memperliatkan proses dari obyek yang luas (misalnya proses peredaran planit-planit). Keuntungan menggunakan model adalah belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting saja, dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu obyek, dan siswa memperoleh pengalaman yang konkrit.

Dengan demikian keuntungan menggunakan model adalah siswa dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan, sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang obyek yang asli, dan mudah membandingkan sesuatu. Model dapat membantu siswa dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya. Pengalaman ini memberi pemahaman yang menyeluruh karena siswa secara langsung mengetahui benda tiruannya.

Page 17: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

235

Dalam menggunakan media tiruan dapat memilih beberapa model, yaitu 1) model irisan, misalnya: irisan bagian dalam bumi; 2) model penampang, misalnya: penampang kayu; 3) model memperkecil/memperbesar, misalnya: miniatur candi, sel; 4) model perbandingan, misalnya: peta; 5) model utuh, misalnya: buah; 6) model susunan, misalnya: susunan tubuh manusia; 7) model kerja, misalnya: model robot berupa lengan dan kepala; 8) model boneka, misalnya: tiruan manusia; 9) model globe, misalnya: tiruan bumi; 10) model lapangan atau market, misalnya: situasi lingkungan.

Kesadaran Metakognitif dalam Pembelajaran Rasa ingin tahu menimbulkan kegiatan berpikir yang merupakan proses

pengolahan informasi komunikasi intrapersonal. Dalam kegiatan berpikir memerlukan kontrol agar menghasilkan hasil pemikiran yang baik, kontrol inilah yang meruakan kegiatan dalam metakognitif. Kegiatan metakognitif diawali dengan kesadaran meakognitif yaitu kesadaran bagaimana berpikir, dalam pembelajaan dapat juga diartikan sebagai kesadaran bagaimana belajar. Kesadaran metakognitif, atau metakognisi, pertama kali didefinisikan oleh Flavell (1979), sebagai kemampuan seseorang memahami, mengendalikan, dan memanipulasi proses kognitif. Menurut Arends (1997) metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar. Dengan demikian metakognitif adalah kemampuan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif, mengendalikan enam tingkatan aspek kognitif yang didefinisikan oleh Benjamin Bloom dalam tidaksonomi Bloom yang terdiri dari tahap ingatan, pemahaman, terapan, analisis, sintetis, dan evaluasi.

Metakognitif mempunyai dua komponen yaitu (1) pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang siswa tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu, (2) mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif (Nur, 2000). Oleh karena itu melalui Metakognitif individu memperoleh keterampilan, strategi, dan sumber yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, dan mengetahui apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, mengetahui prasyarat untuk meyakinkan kelengkapan tugas tersebut, dan mengetahui kapan melakukannya.

Selanjutnya Howard (2004) menyatakan keterampilan metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian (attention), ingatan dan pemecahan masalah. Menurut Preisseisen (dalam Paulinna Panen, dkk, 2001), metakognisi terdiri atas empat keterampilan yakni problems solving, decision making, critical thinking, dan creative thinking. Problems solving merupakan kemampuan individu dalam memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. Untuk menjadi problems solver yang handal dibutuhkan jam terbang yang tinggi, dan di sini diperlukan penguasaan metode keilmuan sebagai pisau bedah terhadap masalah yang dihadapi.

Decision making merupakan kemampuan individu untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Keputusan yang diambil tentunya berdasar pengalaman atau informasi, pertimbangan etika dan tata nilai, dengan disertai

Page 18: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

236

alasan-alasan rasional. Kemampuan dalam decision making dapat menggambarkan tingkat kematangan dan kebijaksanaan seseorang. Critical thinking merupakan kemampuan individu untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu konsep, pendapat, dan kebijakan. Berfikir kritis tentunya mendasarkan pada logika rasional, dan mampu membaca kesenjangan antara konsep dengan realitas, antara das Solen dengan das Sein atau menganalisis dengan mendasarkan pada sesuatu yang sifatnya given dari Tuhan.

Creative thinking merupakan kemampuan individu untuk berpikir kreatif atau mencipta dan memodifikasi sesuatu yang baru dengan mendasarkan pada konsep-konsep, hukum-hukum, logika, dan intuisi yang dimiliki. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu-kesatuan yang terintegrasi, artinya pada saat seseorang memecahkan masalah maka dengan sendirinya individu tersebut telah melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan nalar kritisnya dan dikreasi dengan dirinya.

Brown (Weinert dan Kluwe, 1987) mengemukakan bahwa proses atau keterampilan metakognitif memerlukan operasi mental khusus yang dengannya seseorang dapat memeriksa, merencanakan, mengatur, memantau, memprediksi, dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri. Menurut Flavell (Weinert dan Kluwe, 1987), bentuk aktivitas memantau diri (self monitoring) dapat dianggap sebagai bentuk metakognitif. Peserta didik dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan keterbatasannya dalam belajar, artinya saat siswa mengetahui kesalahannya, mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk memperbaikinya. Siswa yang sadar terhadap metakognitif lebih strategis dan bekerja lebih baik daripada siswa yang tidak sadar, sehingga memudahkan individu untuk merencanakan, merangkai, dan memantau belajarnya akibatnya dapat memperbaiki kinerjanya secara langsung.

Schraw (1998) meringkas tiga sumber pengetahuan metakognitif pada orang dewasa. Pertama, belajar langsung dapat meningkatlan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Kedua, belajar yang dibantu oleh temannya akan memperkuat skill metakognitif seseorang. Kelompok belajar kooperatif sangat baik untuk meningkatkan kemanjuran diri, seleksi strategi, pengetahuan kondisional, dan regulasi diri dalam belajar. Ketiga, belajar mandiri, yaitu siswa mengkonstruksi pengetahuan dan strategi terhadap tugas-tugas yang sesuai dengan domainnya.

Schraw (1998) mengajukan tiga tahap selama seseorang memperoleh kepandaian terhadap pemikirannya. Pertama, seseorang menyesuaikan skill kognitif dan strategi-strategi, selanjutnya mengkonstruksi pengetahuan metakognitif untuk mengatur tahap pertama, dan akhirnya mengembangkan teori-teori konseptual dengan kognisinya sendiri. Jika para siswa diajarkan kesadaran metakognitif mengenai tujuan dan manfaat strategi selama mereka diajarkan strategi itu, mereka kemungkinan besar akan menggeneralisasikan strategi itu ke situasi baru.

Media Tiruan dan Kesadaran Metakognitif dalam Pembelajaran Pakem IPA SD Penggunaan media dapat membantu siswa dalam memahami konsep karena siswa melihat langsung pada obyek yang dipelajari, demikian juga dengan media tiruan berperan sebagai model dan alat bantu dalam pembelajaran. Media tiruan membantu siswa dalam mengenal dan memahami benda asli, dengan demikian dapat membangkitkan minat, imajinasi, dan rasa ingin tahu, serta berimajinasi. Rasa ingin tahu mendorong siswa dalam berpikir untuk memahami sesuatu. Berpikir adalah kemampuan untuk

Page 19: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

237

menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi, atau pertimbangan yang seksama. Berarti kemampuan menganalisis, mengkritik dan mencapai suatu kesimpulan selalu berdasarkan inferensi atau judgement. Dengan demikian di sinilah media tiruan berperan untuk mengarahkan dalam menyimpulkan karena media tiruan daapat memerankan seakan-akan seperti benda asli yang dipelajari.

Dalam kaitannya dengan proses yang terjadi pada saat berpikir, merupakan proses untuk memperoleh informasi (dari luar atau diri siswa), pengolahan, penyimpanan dan memanggil kembali informasi dari ingatan siswa. Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berpikir meliputi tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Proses berpikir ini melibatkan kemampuan dalam bermetakognitif. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan metakognitif sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar.

Demikian juga dalam pembelajaran sains, ada tiga sasaran yaitu agar siswa: (1) memperoleh pengetahuan sains, (2) mempelajari proses atau metodologi sains, dan (3) memahami penerapan sains, khususnya hubungan antara sains dan masyarakat dan STS (Bybee dalam Gabel, D.L. (Ed). 1994). Dengan demikian siswa harus memiliki sejumlah pengetahuan yang merupakan produk sains, kemudian harus memiliki pengalaman dan memahami metode-metode sains serta mampu memahami bagaimana sains berpengaruh terhadap segala segi kehidupan manusia di dunia.

Bybee dalam Gabel (1994) menyatakan bahwa sasaran dari pengajaran sains yang juga ditetapkan sebagai sasaran dari kurikulum sains adalah (1) pengembangan personel, yang meliputi apresiasi estetika, pengembangan intelektual, dan kesadaran karir, (2) efisiensi dan efektifitas sosial, (3) pengembangan sains itu sendiri, yang meliputi antara lain transfer sains dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan (4) keamanan nasional.

Oleh karena itu ketika siswa belajar sains hendaknya siswa mengalami, mengenal secara langsung oybek yang dipelajari sehingga diharapkan siswa melakukan; 1) Observing (menggunakan semua indera; 2) Sorting and Grouping (membandingkan, mengelompokkan, melihat pola persamaan/perbedaan); 3) Raising questions (bertanya); 4) Predicting (making hypotheses, membuat hipotesis); 5) Testing (eksplorasi, investigasi, memberi perlakuan); 6) Recording (merekam, mengumpulkan data, mengumpulkan informasi, memasukkan data kedalam tabel, gambar; 7) Interpreting findings (membuat grafik pengamatan, menganalisis hasil); 8) Communicating (melaporkan, mendiskusikan temuan dengan guru, mendiskusikan dengan teman, melaporkan hasil, memajang hasil temuan). Kegiatan di atas dapat dilakukan bila siswa belajar dengan benda secara langsung, namun bila tidak memungkinkan maka siswa dapat belajar dengan melalui bantuan media tiruan. Media tiruan dapat memberikan imajinasi pada siswa terhadap benda aslinya, mengingan pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.

Page 20: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM

238

PenutupLingkungan fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber daya yang sangat

kaya untuk bahan belajar yang dapat membuat anak merasa senang dalam belajar, mengembangkan minat, imajinasi, dan rasa ingin tahu sehingga meningkatkan sejumlah keterampilan dalam berpikirnya. Rasa ingin tahu dapat dirangsang melalui pembelajaran dengan obyek yang asli, sebagai modal agar proses berpikir berlangsung efektif. Proses berpikir yang efektif menuntut kemampuan metakognitif yang baik karena kesadaran metakognitif berperan dalam mengembangkan pola berpikir siswa. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus dikembangkan untuk meningkatkan pola berpikir siswa secara kritis dan kreatif. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Pengembangan berpikir ini dapat diciptakan melalui pembelajaran yang memberikan suasana nyaman, menyenangkan sehingga siswa lebih aktif, inovatif dan kreatif. Semua ini dapat diciptakan melalui pembelajara PAKEM.

DAFTAR PUSTAKAArends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. USA: McGraw-Hill.Brown, Janet. H. S. & Richard, J. 1996. Assessing Hands-On Science. California:

Corwin Press, Inc.Flavel.1979. Metacognition and Cognitive Monitoring: a New Area of Cognitive

Developmental Inquiry. American Psychologist, 34, 906-911.Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, Fungsi, Landasan pengunaan, klasifikasi,

pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV. FIP-IKIP Malang.

Livingston, J. (1997). Metacognition: an Overview. http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm

Moedjiono. 1981. Media pendidikan III: Cara pembukaan media pendidikan. Jakarta: P3G. Depdikbud.

Nur, M. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: UNESA Press.Schraw, G., and Dennison, R.S Oktober. 1994. Assessing Metacognitive Awareness.

Contemporary Educational Psycology 19, no. 4:460-475

Page 21: PEDAGOGIK PRAKTIS - UMM