perpustakaanrsmcicendo.comperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2017/10/... · Web...
Transcript of perpustakaanrsmcicendo.comperpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2017/10/... · Web...
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Laporan Kasus : Penatalaksanaan Eversi Pungtum Involutional
dengan tehnik Medial Spindle Procedure
Penyaji : Yoyok Nike Subagio
Pembimbing : DR. Rinaldi M. Dahlan, dr., SpM(K)., Mkes
Telah diperiksa dan disetujui oleh
Pembimbing Unit ROO
DR. Rinaldi M. Dahlan, dr., SpM(K)., Mkes
Senin, 30 Oktober 2017
Pukul 07.00 WIB
1
PENATALAKSANAAN EVERSI PUNGTUM INVOLUTIONAL DENGAN TEKNIK MEDIAL SPINDLE PROCEDURE
Abstract Introduction : Ectropion is a malposition of the lower eyelid, falls away from its normal position to the globe with exposure of the palpebral and bulbar conjungtiva. Involutional ectropion results from horizontal eyelid laxity either in the medial or lateral canthal tendons. Ectropion can occur in punctum inferior causing epiphora.Purpose : to report the management of Involutional punctum eversion. Case Report : a 67 years old women complained of having epiphora and discomfort since 2 years ago that progresses over time. There were no history of trauma and any other systemic diseases. Ophthalmology examination showed visual acuity 0,4 on the right eye and 0,5 on the left eye. Anterior segment examination found eversion punctum on the lower eyelid of the left eye and lens opacity on the both eye. Patient was diagnosed with involutional punctum eversion and immature senile cataract on the both eye. Involutional punctum eversion repair was chosen as a management for this patient. Results : Involutional punctum eversion repair after one day surgery was normally, and good result. Conclusion : Punctum repair with the diamond shape incission is still the preferred choice for many surgeon and also good outcome in overall results.Keyword : Involutional punctum eversi management
I. PENDAHULUAN
Palpebra superior dan inferior merupakan lipatan kulit yang berfungsi
untuk melindungi bagian anterior bola mata dari cidera, Selain itu, palpebra juga
meregulasi cahaya yang masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea
saat berkedip, juga dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan
sakus konjungtiva dan sakus lakrimal.1,2
Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata sehingga konjungtiva
terpapar dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat
membahayakan integritas permukaan okular. 1,2,3
Terjadinya ektropion ini dapat juga hanya di daerah pungtum, dimana
posisi pungtum tidak berada di daerah yang semestinya. Prevalensi ektropion
2
secara general adalah sebesar 3% pada usia lanjut. Damasceno dkk di brazil pada
tahun 2011 mengungkapkan bahwa terjadinya prevalensi tersebut didapatkan
lebih sering pada pria (5,1%) dibandingkan dengan wanita (1,5%). Prevalensi
terjadinya ektropion terutama yang disebabkan karena proses penuaan
diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Damasceno dkk juga
melaporkan bahwa ektropion involutional lebih banyak di temukan pada ras kulit
putih di bandingkan dengan coklat dan hitam. Hal ini diperkirakan berhubungan
dengan degenerasi jaringan yang banyak di jumpai pada ras kulit putih.4
Berdasarkan perjalan penyakitnya ektropion dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu ektropion kongenital, ektropion sikatrikal, ektropion paralitik,
ektropion mekanik, dan ektropion invalutional.
Kondisi ektropion apabila dibiarkan akan dapat menyebabkan drainase air
mata menjadi tidak efektif, kontak antara palpebra dan bola mata menjadi
berkurang dan aposisi palpebral menjadi tidak sempurna dengan eversi margin
palpebra. Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti kekeringan konjungtiva dan
ulserasi kornea.2,3
Perubahan involusional pada palpebra inferior melibatkan beberapa
mekanisme yang saling berinteraksi satu sama lain meliputi degenerasi serabut
serabut kolagen akibat penuaan, efek gravitasi, serta enoftalmus akibat atrofi dan
atau prolaps lemak orbita berkaitan dengan faktor usia. Palpebra inferior menjadi
flacid akibat relaksasi berlebihan dari jaringan, serta atonik akibat denervasi
muskulus orbikularis.3
Berbagai hipotesa telah dikemukakan sebagai dasar patogenesis terjadinya
ektropion involusional, yang mana faktor-faktornya berhubungan juga dengan
terjadinya eversi pungtum. Tiga faktor utama yang terlibat di dalamnya yakni
laxity horizontal palpebral inferior, terutama pada tendon kantus lateral, laxity
tendon kantus medial, dan yang ketiga adalah disinsersi dari retraktor palpebra
inferior. Laxity dapat disebabkan oleh perubahan involusional atau proptosis
kronik, ketidakseimbangan ukuran antara isi orbita dengan palpebra juga berperan
dalam timbulnya laxity. Terjadinya penurunan isi orbita dikarenakan oleh atrofi
lemak orbita dan melemahnya ligament inferior orbita sebagai penyokong
3
terjadinya ektropion. Laxity tendon kantus medial dapat menyebabkan eversi
pungtum tanpa ektropion seluruh palpebra inferior yang terlihat nyata. Disinsersi
retraktor palpebra inferior dapat menyebabkan terjadinya ektropion involusional
subtipe tarsal. Faktor - faktor tersebut saling berkorelasi satu sama lain, yang
dapat menyebabkan terjadinya eversi palpebra.4,6
Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas penatalaksanaan eversi
pungtum involutional dengan menggunakan tehnik medial spindle procedure.
II. LAPORAN KASUS
Perempuan berumur 67 tahun datang ke poliklinik ROO Rumah sakit mata
cicendo pada tanggal 10 Agustus 2017 dengan keluhan mata kiri yang sering
berair sejak 2 tahun yang lalu, keluhan mata berair disertai juga dengan mata
merah. Keluhan mata berair dirasakan semakin bertambah hebat. Riwayat trauma
tidak ada, riwayat kelumpuhan saraf wajah tidak ada, riwayat operasi kelopak
mata disangkal, riwayat mata merah berulang tidak ada, nyeri pada mata tidak
ada. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung tidak ada.
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
oftalmologi didapatkan visus mata kanan 0,4, mata kiri 0,5. Tekanan bola mata
OD 13 OS 19, kedudukan bola mata ortotropia, gerak bola mata baik ke segala
arah. Segmen anterior didapatkan, palpebra superior dan inferior OD tenang,
palpebra inferior OS eversi pungtum (+), lagofthalmos (-), konjungtiva bulbi ODS
tenang, kornea ODS jernih, bilik mata depan ODS VH grade III F/S -/-, pupil
ODS Bulat RC + / + RAPD (-) , iris ODS sinekia (-), lensa ODS agak keruh.
Pasien didiagnosa dengan Eversi pungtum palpebra Inferior OD +
katarak senilis imatur ODS. Pasien direncanakan repair eversi pungtum
involutional palpebra inferior OS dalam narkose umum (NU). Prosedur tindakan
diawali dengan pasien dibaringkan dalam posisi supinasi, dalam anestesi narkose
umum. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik, kemudian dipasang duk steril
dan dilakukan jahit kendali pada palpebra inferior. Kemudian dilakukan eversi
kelopak mata bawah, dan dilakukan penandaan area operasi di bawah dari
pungtum dengan bentuk diamond. Dilakukan insisi sesuai penandaan pada
4
konjungtiva dengan menggunakan pisau dan gunting westcott. Dilakukan
penjahitan pada insisi dengan tehnik matras, setelah dilakukan penjahitan tampak
pungtum kembali ke posisi semula. Untuk lebih memperkuat posisi pungtum oleh
operator dilakukan pemasangan silicone tube pada pungtum tersebut. Operasi
selesai.
Gambar 2.1 IntraoperasiSumber : RSMN Cicendo
Pasien kemudian diberikan medikamentosa Amoxicillin 3x500mg, Asam
mefenamat 3x1 tab, Mycetine eo 3xOS, dan Polynel 4x1 OS. Pemeriksaan satu
hari setelah operasi ditemukan segmen anterior palpebra superior dan inferior OS
tenang, eversi pungtum (-), silicone tube (+), konjungtiva tarsal inferior hecting
intak, kornea jernih, bilik mata depan VH grade IIl F/S -/-, udara, pupil bulat RC
+/+, iris sinekia (-), agak keruh. Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu.
5
(1) (2)Gambar 2.2 (1) Eversi pungtum involutional (2) setelah operasiSumber : RSMN Cicendo
lll. Diskusi
Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata sehingga konjungtiva
terpapar ke dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat
membahayakan integritas permukaan okular. Ektropion dapat terjadi secara
kongenital tapi dapat pula didapat sebagai akibat dari involusi, sikatriks, mekanis,
atau proses paralisis. Ektropion dapat didiagnosis dengan pemeriksaan rutin tanpa
memerlukan pemeriksaan tambahan.1,2,3,7.
Ektropion senilis atau ektropion involutional adalah jenis ektropion yang
paling umum dijumpai pada usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian
bawah. Gejala ektropion involusional adalah apabila kelopak mata bawah ditarik
menjauhi letaknya maka kelopak tidak dapat kembali ke tempat semula. Akibat
dari ektropion ini yang paling sering iritasi mata, mata kemerahan, epifora, infeksi
mata berulang. Sumber lain mengatakan bahwa ektropion involusional dapat
terjadi bilateral. Jenis ini diakibatkan kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya
tonus otot orbikularis.2,3,7,8
Akibat dari kelemahan kelopak mata bagian bawah selain eversi pada
palpebra dapat juga terjadi pada pungtum. Terdapat beberapa gejala yang muncul
6
karena eversi pungtum involutional seperti epiphora, discharge, iritasi dan mata
merah. Tanda-tanda terjadinya eversi pungtum dapat dilihat dengan adanya
kelopak mata bagian medial terbuka kearah luar dikarenakan adanya kelemahan
pada canthus medial.10
Pemeriksaan opthalmologi pada pasien ini di dapatkan keluhan mata kiri
yang sering berair sejak 2 tahun yang lalu, keluhan mata berair disertai juga
dengan mata merah. Keluhan mata berair dirasakan semakin bertambah hebat.
Kelopak mata kiri bawah bagian medial tampak terbuka kearah luar. Riwayat
trauma tidak dirasakan oleh pasien, riwayat kelumpuhan saraf wajah tidak ada,
riwayat operasi kelopak mata disangkal. Pasien didiagnosa dengan Eversi
pungtum palpebra Inferior OS + katarak senilis imatur ODS.
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan untuk pungtum lakrimal
inferior. Letak dari pungtum lakrimal inferior yang normal adalah lateral terhadap
karankula pada keadaan istirahat, dan tepat di bawah dari pungtum superior. Hasil
pemeriksaan pada pasien ini tampak pungtum menjauhi bola mata (eversi). Pada
pasien ini juga dilakukan pemeriksaan untuk menilai medial lid laxity dimana di
pada pemeriksaan ini didapatkan pergeseran pungtum lebih dari 2 mm.
Tatalaksana untuk eversi pungtum adalah dengan tindakan pembedahan, yaitu
dengan cara mereposisi kembali posisi pungtum sehingga gejala epiphora tidak
terjadi lagi.
Penatalaksanaan pada kasus-kasus eversi pungtum tergantung dari berat
ringannya eversi pungtum. Pada eversi pungtum yang ringan dapat dilakukan
tindakan medial spindle procedure. Bila didapatkan eversi pungtum yang berat
maka tindakan pembedahan dapat dikombinasikan dengan cara menguatkan
ligamen canthus medial. Ada beberapa tehnik operasi yang dilakukan pada eversi
pungtum Menurut Richard Anderson,dia menggunakan tehnik operasi pada eversi
pungtum dengan mengkombinasikan tehnik lateral tarsal strip dengan medial
spindle prosedur. Sedangkan menurut Robert Fante dan David Jordan, dia
menggunakan tehnik medial spindle prosedur pada eversi pungtum yang sedang
dan mengkombinasikannya dengan Lateral Tarsal Strip untuk penatalaksanaan
pada eversi pungtum yang berat.11 Dari beberapa tehnik yang dikemukakan untuk
7
penatalaksanaan eversi pungtum terdapat kesamaan dalam pemilihan tehnik
operasi.
Gambar 3.3 Medial Spindle ProcedureSumber : Atlas of Oculoplastic and orbital surgery11
Berdasarkan penatalaksanaan untuk eversi pungtum involutional maka
pemilihan prosedur pembedahan bergantung pada kelopak mata sendiri, tendon
dan posisi canthus. Penatalaksanaan tergantung derajat keparahannya. Pada pasien
ini dari pemeriksaan di dapatkan eversi di daerah pungtum atau medial dari
palpebral, maka dilakukan tindakan pembedahan dengan tehnik medial spindle
procedur/diamond shape dan dilakukan pemasangan silicone tube dengan tujuan
untuk menambah tegangan dan menguatkan posisi dari pungtum tersebut.
Komplikasi yang dapat muncul selama operasi adalah trauma kanalikuli, dimana
hal tersebut dapat terjadi karena eksisi dari spindle yang dilakukan terlalu tinggi
atau dapat juga terjadi karena eksisi yang terlalu dekat dengan canalikuli.
Sedangkan komplikasi setelah operasi yang dapat terjadi antara lain, bengkak,
terasa mengganjal, kemosis, rekurensi dari eversi pungtum.10, 11
8
Pasien kemudian diberikan medikamentosa Amoxicillin 3x500mg, Asam
mefenamat 3x1 tab, Mycetine eo 3xOS, dan Polynel 4x1 OS. Pasien diminta
untuk kontrol 1 minggu.
IV. SIMPULAN
Telah dilakukan tindakan pembedahan eversi pungtum dengan
menggunakan tehnik medial spindle procedure dan juga dilakukan pemasangan
silicone tubing yang berfungsi untuk menguatkan posisi pungtum sehingga
mendapatkan hasil yang baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Tsai J.C. et.al.; Lids, in Oxford American Handbook of Opthalmology; Chapter 4; Oxford University Press, New York; 2011: Hal 117-8.
2. Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: Hal 351-3.
3. American Academy of Ophthalmology. 2014-2015. Eyelids and Lacrimal system. American Academy of Ophthalmology Basic and clinical science course. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. p. .
4. Damasceno RW, Osaki MH, Dantas PEC, Belfort R. Involutional ectropion and entropion of the lower eyelid: prevalence and associated risk factors in the eldery population.Forthcoming 2001;0:1-4.6
5. Bashour M, Harvey J. Causes of involutional ectropion and entropion: age related tarsalchanges are the key. Ophthal Plast Reconstr Surg. 2000;16(2):131-41.10.
6. Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; Hal 27-8.
7. Olver J.; Common Eyelid Malpositions, in Ophtalmology at a Glance; Chapter 25; Blackwell Science Ltd, Massachusetts; 2005: Hal 56-7.
8. Marzouk, A. Mohamed. Lateral Tarsal Strip Technique for Correction of Lower Eyelid Ectropion in Journal of American Science; 2011.
9. J. Collin, A Manual of Systematic Eyelid surgery, 2nd Edition; 1989; Hal 27-40.
10. Anderson.R.L, O’Donnell BA et all ; Repair of the lax medial canthal tendon 2002 : Hal 220-224.
11. Dutton J. Jonathan. Atlas of Oculoplastic and orbital surgery 2013 ; Hal 106-120.
10