Pendahuluan :Terima kasih kepada Tuhan yang Maha ESA atas terbuat makalah ini. Dimana diskusi berlangsung selama 2,5 jam yang terbagi menjadi 2 sesi dan diketuai oleh Joos pada sesi 1 dan Kevin pada sesi 2.

Topik yang kita bahas pada sesi pertama sangat masi terbuka,ditutori oleh dr.dhanny. Banyak hal yang kita pikirkan tentang tindakan dokter bedah itu. Tetapi kita harus menyikapi secara netral dan memikirkan apakah tindakan beliau dilakukan secara lege artis atau tidak.Pada sesi 2 dr. asih mentutori kami dengan baik dan pertama-tama di suruh mereview kasus sebelumnya. saat membahas kasus kedua semakin seru dengan persetujuan tentang pengobatan alternative apakah rasional atau irrasional.Kesimpulan :

Secara hukum memang kurang lege artis bagi si dokter bedah yang tidak melakukan inform consent untuk pengangkatan ovarium tetapi dari segi bioetik dapat dibenarkan dimana boleh melakukan perluasan operasi untuk menghormati prinsip beneficense dan nonmaleficense

Pasien Ny.S meninggal dunia akibat dari kelalaian beliau sendiri yang tidak mau menuruti terapi-terapi setelah kanker. Selain itu juga ada faktor dimana morfin yang diberikan untuk tindakan palliatif secara berlebihan yang dapat menekan pusat pernapasan di medula oblongata.