pbl ppok
Transcript of pbl ppok
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Nikewineni Kharosima102009099
Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana
JL. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
I. Pendahuluan
Latar Belakang
Penulisan laporan ini dilatarbelakangi skenario 8:
Tn Z, 57 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas yang memberat dan terus
menerus sejak 5 jam yang lalu. Sejak 1 hari yang lalu mengeluh batuk berdahak warna
putih. Pasien mengatakan dirinya tidak demam. Pasien memiliki riwayat merokok sejak
usia 30 tahun sebanyak ± 1-2 bungkus/hari. Keluhan seperti ini sudah beberapa kali
timbul, sejak 3 tahun terakhir pasien sudah merasa nafas terasa berat terutama jika
beraktivitas berat dan terutama bila dirinya sedang demam dan batuk. PF: TD: 120/70
mmHg, frek nadi: 100x/mnt, frek. napas: 32x/mnt, Suhu: 36ºC, Ku: tampak sakit sedang,
kesadaran: compos mentis, mata: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mulut: sianosis
(-), leher: tidak teraba perbesaran KGB. JVP 5-2 cm H2O, tiroid tidak teraba membesar,
thorak pulmo: Inspeksi simetris dalam keadaan statis dinamis, retraksi intercostal (+),
palpasi taktil fremitus simetris, Perkusi: sonor pada kedua lapang paru, Auskultasi SN
vesikuler, whezzing +/+, ronki basah kasar minimal +/+. Cor BJ I-II murni regular,
murmur (-), gallop (-), abdomen: perut datar, NT (-), bu (+) normal, ekstremitas: sianosis
ringan jari-jari tangan, clubbing finger (-), akral hangat, perfusi < 3 detik, oedema (-).
Lab: Hb: 16 g/dL, Leukosit: 6500/µL, trombosit: 300.000/µL, thorax foto: kesan: tampak
sela iga melebar.
Page | 1
Rumusan Masalah
Tn.Z, 57 tahun. Sesak nafas berat, terus menerus sejak 5 jam yang lalu. Sejak 1 hari batuk
berdahak warna putih. Merokok sejak usia 30 thn sebanyak ± 1-2 bungkus/hari. 3 thn
terakhir napas terasa berat terutama jika aktivitas berat, demam, batuk
Tujuan Penulisan
Untuk mempelajari, memahami dan menjelaskan bagaimana cara mendiagnosia dan
tatalaksana untuk pasien dengan gejala penyakit paru obstruktif kronik.
Page | 2
II. Pembahasan
Anamnesis
Keluhan awal
Keluhan awal akut mungkin disebabkan adanya gangguan fisiologis akut, seperti serangan
asma bronkial, emboli paru, pneumotoraks atau infark miokard. Serangan berkepanjangan
selama berjam-jam hingga berhari-hari lebih sering akibat eksaserbasi penyakit paru yang
kronik atau perkembangan proses sedikit demi sedikit seperti pada efusi pleura atau gagal
jantung kongestif.
Gejala yang menyertai
a). Nyeri dada yang disertai dengan sesak kemungkinan disebabkan oleh emboli paru, infark
miokard atau penyakit pleura;
b). Batuk yang disertai dengan sesak, khususnya sputum purulen mungkin disebabkan oleh
infeksi nafas atau radang kronik (misalnya bronkitis atau radang mukosa saluran nafas
lainnya);
c). Demam dan menggigil mendukung adanya suatu infeksi;
d). Hemoptisis mengisyaratkan ruptur kapiler/vaskular, misalnya karena emboli paru, tumor
atau radang saluran napas.
Terpajan keadaan lingkungan atau obat tertentu
a). Alergen seperti serbuk, jamur atau zat kimia mengakibatkan terjadinya bronkospasme
dengan bentuk keluhan sesak. Anamnesis harus mencakup riwayat terpapar penyebab alergi;
b). Debu, asap, dan bahan kimia yang menimbulkan iritasi jalan napas berakibat terjadinya
bronkospasme pada pasien yang sensitif. Menghindari penyebab alergi tersebut mencegah
terjadinya penyakit ini;
c). Obat-obatan yang dimakan atau injeksi dapat menyebabkan reaksi hipersesitivitas yang
menyebabkan sesak.
Riwayat gangguan yang sama dapat menyingkat daftar penyebab penyakit, khususnya bila
pasien tahu nama penyakitnya dan dapat menceritakan bentuk pengobatan terdahulu.1
Page | 3
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital. Tekanan darah, temperatur, frekuensi nadi dan frekuensi napas menentukan
tingkat keparahan penyakit. Seorang pasien sesak dengan tanda-tanda vital normal biasanya
hanya menderita penyakit kronik atau ringan, sementara pasien yang memperlihatkan adanya
perubahan nyata pada tanda-tanda vital biasanya menderita gangguan akut yang memerlukan
evaluasi dan pengobatan segera.
a. Temperatur di bawah 35ºC (95ºF) atau di atas 41ºC (105,8ºF) atau tekanan darah
sistolik di bawah 90 mmHg menandakan keadaan gawat darurat.
b. Pulsus paradoksus pada fase inspirasi terjadi peningkatan tekanan arterial lebih besar
dari 10 mmHg tanda ini bermanfaat dalam menentukan adanya kemungkinan udara
terperangkap (air trapping) pada keadaan asma dan PPOK eksaserbasi akut. Ketika
obstruksi saluran napas memburuk, variasi itu meningkat; dan ketika obstruksi
membaik, pulsus paradoxus menurun.
c. Frekuensi napas kurang dari 5 kali/menit mengisyaratkan hipoventilasi dan
kemungkinan besar respiratory arrest. Bila lebih dari 35kali/menit menunjukkan
gangguan yang parah, frekuensi yang lebih cepat dapat terlihat beberapa jam setelah
otot-otot napas menjadi lelah dan terjadi gagal napas.
Pemeriksaan Umum
Inspeksi
Tampilan Umum. Pasien dapat memberikan isyarat atas diagnosis tersebut. Seorang pasien
yang mengantuk dengan napas yang lambat dan pendek bisa disebabkan: obat tertentu,
retensi CO2 atau gangguan sistem saraf pusat (misalnya strok, edema serebral, pendarahan
subaraknoid). Seorang pasien yang gelisah dengan napas yang cepat dan dalam bisa
disebabkan hipoksemia berat karena primer penyakit paru/saluran napas, jantung atau bisa
juga serangan cemas (anxiety attack), histerical attack.
Kontraksi otot bantu napas. Dapat mengungkapkan adanya tanda obstruksi saluran napas.
Otot bantu pernapasan (accesory muscles) di leher dan otot-otot interkostal akan
berkontraksi/digunakan pada keadaan adanya obstruksi saluran napas moderat hingga parah.
Asimetri gerak dinding dada atau deviasi trakeal dapat pula dideteksi selama pemeriksaan
otot-otot napas. Pada tension pneumothorax-suatu keadaan gawat darurat-sisi yang terkenan
akan membesar pada setiap inspirasi dan trakea akan terdorong kesisi sebelahnya.1
Page | 4
Tekanan vena jugularis harus dicatat. Peninggiannya menandakan adanya peningkatan
tekanan atrium kanan.
Palpasi
a). Tertinggalnya pengembangan keadaan suatu hemitoraks yang dirasakan dengan palpasi
bagian lateral bawah rib cage paru bersangkutan menunjukkan adanya gangguan
pengembangan pada hemitoraks tersebut. Hal ini bisa akibat obstruksi salah satu bronkus
utama, pneumotoraks atau efusi pleura;
b). Fremitus taktil. Menurunnya fremitus taktil yang diperoleh dengan memerintahkan pasien
menyebutkan tujuh puluh tujuh (77) berulang-ulang terpalpasi pada area yang mengalami
atelektasis seperti yang terjadi pada bronkus yang tersumbat atau area yang ada efusi pleura.
Meningkatnya fremitus disebabkan oleh konsolidasi parenkim pada suatu area yang
mengalami inflamasi.
Perkusi
a). Hipersonor akan ditemukan pada hiperinflasi paru seperti terjadi selama serangan asma
akut, emfisema, juga pada pneumotoraks.
b). Redup (dullness) pada perkusi menunjukkan konsolidasi paru atau efusi pleura.
Auskultasi
a). Berkurangnya intensitas suara napas pada kedua bidang paru menunjukkan adanya
obstruksi saluran napas. Keadaan ini dapat terdengar pada konsolidasi, efusi pleura atau
pneumotoraks.
b). Ronki kasar dan nyaring (coarse rales and wheezing) sesuai dengan obstruksi parsial atau
penyempitan saluran napas.
c). Ronki basah halus (fine, moist rales) terdengar pada parenkim paru yang berisi cairan.
Ronki bilateral (bilateral rales) disertai dengan irama gallop sesuai dengan gagal jantung
kongestif. Ronki setempat sesuai dengan adanya konsolidasi paru di tempat itu.
d). Adanya egofoni (diucapkan huruf “i” seperti “e” datar) menandakan konsolidasi.
Page | 5
e). Pada pasien dengan sesak dan rasa sakit di dada harus dipikirkan kemungkinan adanya
friction rub, bila 2 komponen merupakan ciri pleuritis dan suara 3 komponen seperti
perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi Laboratorium
1. Pemeriksaan dahak. pemeriksaan dahak harus mencakup pemeriksaan bilasan sputum
gram (gram-stained smear) untuk membuktikan adanya radang saluran napas bawah dan
penentuan jenis gram patogen.
2. Analisis gas darah arterial. Pengukuran gas darah arterial dilakukan pada evaluasi awal
seluruh pasien sesak yang memperlihatkan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg,
suatu frekuensi napas lebih dari 35 kali/menit atau kurang dari 10 kali/menit atau sianosis.
Apabila gas darah arterial tidak diukur pada tahap awal dan kondisi pasien memburuk di
bawah perawatan; analisa gas darah tersebut harus tetap perlu diperiksa. Nilai ini berguna
sebagai petunjuk penggunaan suplemen oksigen dan keputusan untuk penggunaan ventilasi
mekanis.
3. Spirometri/Peak Flow Meter (Peak Expiratory Flow Rate-PEFR). Pada pasien yang
mengalami eksaserbasi asma atau PPOK, spirometri memberi kita informasi beratnya
obstruksi dan dapat digunakan untuk menentukan seriusnya keadaan penyakit tersebut.
Pengukuran PEFR bisa menggantikan pengukuran spirometri untuk menentukan berat
ringannya obstruksi, hasilnya dinyatakan dalam liter per menit. Nilai normal ditentukan untuk
setiap individu menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan. Nilai kurang dari 50% dari
yang diperkirakan menunjukkan obstruksi yang parah. Pemeriksaan PEFR ini harus diulangi
setiap 30 menit untuk menentukan perjalanan penyakit.1
Pemeriksaan Foto Toraks, curiga PPOK bila dijumpai kelainan:
o Hiperinflasi
o Hiperlusen
o Diafragma mendatar
o Corakan bronkovaskuler meningkat
o Bulla
o Jantung pendulum2
Page | 6
Differensial Diagnosis
Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah keadaan yang ditandai dengan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus
ukuran sedang (kira-kira generasi percabangan keempat sampai sembilan). Gambaran klinis
utama dari bronkiektasis adalah batuk kronik yang jarang, bersifat produktif dengan banyak
sputum mukopurulen yang berbau busuk. Batuk semakin berat kalau pasien berubah posisi.
Jumlah sputum yang dikeluarkan bergantung pada stadium penyakit, tetapi pada kasus yang
berat dapat mencapai 200ml sehari. Hemoptisis sering terjadi, biasanya berupa sputum yang
mengandung darah.3
Cardiac Heart Failur (Gagal Jantung)
Gagal jantung ada dua yaitu gagal jantug kanan dan gagal jantung kiri, ventrikel kanan dan
ventrikel kiri dapat mengalami kegagalan terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri sinonim dengan edem paru akut.
Gagal Jantung Kiri
Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan
sirkulasi paru mengakibatkan cairan terdorong kejaringan paru. Tandanya : (dispnu,
batuk, mudah lelah, tachikardi, bunyi jantung S3, cemas, gelisah).
Gagal Jantung Kanan
Sisi jantung kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan adekuat
sehingga dapat mengakomodasi darah secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi
klinis yang nampak adalah : edema ekstremitas (pitting edema), penambahan BB,
hepatomegali, distensi vena leher, asites (penimbunan cairan dalam rongga peritoneum),
anoreksia, mual, muntah, nokturia dan lemah.4
Page | 7
Working Diagnosis
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (CPOD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik,
emfisema paru, dan asma bronkial membentuk kesatuan yang disebut COPD. Agaknya ada
hubungan etiologik dan sekuensial antara bronkitis kronik dan emfisema, tetapi tampaknya
tak ada hubungan atara kedua penyakit itu dengan asma. Hubungan ini nyata sekali
sehubungan dengan etiologi, patogenesis dan pengobatan, yang akan dibicarakan kemudian.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus
yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan
sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun
berturut-turut. Definisi ini tidak mencakup penyakit-penyakit seperti bronkiektasis dan
tuberkulosis yang juga menyebabkan batuk kronik dan pembentukan sputum. Sputum yang
terbentuk pada bronkitis kronik dapat mukoid atau mukopurulen.
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding
alveolar. Emfisema dapat didiagnosis secara tepat dengan menggunakan CT scan resolusi
tinggi.
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang trakeobronkial
terhadap pelbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan
napas secara periodik dan reversibel akibat bronkospasme. Asma atopik (alergik; reagin-
mediated) merupakan tipe yang sering ditemukan; tipe asma ini dipicu oleh antigen
lingkungan (misalnya debu, serbuk sari, makanan) dan sering disertai riwayat atopi dalam
keluarga. Asma nonatopik (nonreaginik, nonimun) kerapkali dipicu oleh infeksi saluran
napas, zat-zat iritan kimia atau obat-obatan dan biasanya tanpa riwayat keluarga dan tanpa
keterlibatan IgE yang nyata. Penyebab peningkatan reaktivitas saluran napas tidak diketahui.
Perhatikan perbedaan mendasar dari definisi penyakit-penyakit yang disebut di atas: bronkitis
kronik didefinisikan menurut gejala klinisnya, emfisema paru menurut patologi anatominya,
Page | 8
sedangkan asma menurut patofisiologi klinisnya. Meskipun setiap penyakit dapat timbul
dalam bentuk yang murni, tetapi bronkitis kronik biasanya timbul bersama-sama emfisema
pada pasien yang sama. Asma lebih mudah dibedakan dari bronkitis kronik dan emfisema
berdasarkan riwayat serangan mengi paroksismal, yang dimulai pada masa kanak-kanak dan
berhubungan dengan alergi, tetapi kadang-kadang pasien bronkitis kronik dapat mempunyai
gambaran asmatik dari penyakitnya.3
Etiologi
Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari partikel yang
terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita mengambil kesimpulan
bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang berlebihan dari partikel-partikel yang bersifat
mengiritasi saluran pernapasan. Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan komposisinya
dapat memberikan kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya tergantung kepada
jumlah dari partikel yang terinhalasi oleh individu tersebut.
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari
faktor penyebab lainnya. Faktor resiko genetik yang paling sering dijumpai adalah
defisiensi alfa-1 antitripsin, yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease
serin.
Faktor resiko COPD bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-partikel iritatif
yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya :
Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara, arang, kayu bakar
ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak,
pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Sehingga IAP memiliki
tanggung jawab besar jika dibandingkan dengan polusi di luar ruangan seperti gas
buang kendaraan bermotor. IAP diperkirakan membunuh 2 juta wanita dan anak-anak
setiap tahunnya.
Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan.
Infeksi saluran nafas berulang
Jenis kelamin
Dahulu, COPD lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena dahulu,
lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi pada
Page | 9
laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok
itu sendiri. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk
terkena COPD dibandingkan perokok pria.
Status sosio ekonomi dan status nutrisi
Asma
Usia
Onset usia dari COPD ini adalah pertengahan2
Epidemiologi
PPOM ini menjadi problema karena menyebabkan kecacatan pernafasan yang berlangsung
lama, sehingga penderita tidak dapat bekerja lagi dan akhirnya hidupnya sangat tergantung
dari orang lain . Di Amerika salah satu negara maju lebih kurang 50.000 orang meninggal
setiap tahun disebabkan oleh PPOM, 2,5 juta orang tidak dapat menikmati kehidupan secara
normal dan 15 juta orang mempunyai gejala PPOM. Guai (1984) memperkirakan 5 sampai
25% penduduk Amerika menderita PPOM. Data di Indonesia PPOM merupakan penyakit
paru nomor dua setelah tuberkulosis yang datang ke rumah sakit, karena itu pada saat ini
yang penting adalah menemukan kasus ini dalam keadaan dini sehingga hasil pengobatan dan
prognosis menjadi lebih baik.5
Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari COPD ini adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada sel-
sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.
Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka
Page | 10
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian,
apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran
udara kolaps.
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien COPD, yakni : peningkatan
jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran nafas, dinding
saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan parenkim). Yang
mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita asma.2
Gambaran Klinis
Manifestasi utama PPOM adalah emfisema dan bronkitis kronis. Manifestasi klinis empisema
atau bronkitis kronis saja sangat sedikit didapat, kebanyakan campuran emfisema dan
bronkitis kronis dan selanjutnya tipe campuran ini akan tampak sebagai tipe A bilamana
emfisema yang predominan atau tipe B bilamana bronkitis kronis yang predominan
(Dornhorst 1955).
Tabel 2. Perbedaan PPOM Tipe A dan Tipe B5
Tipe A = pink puffer (pp)
Predominan Emfisema
Tipe B = Blue bloater (BB)
Predominan Bronkitis
kronik
Riwayat perokok ada/tidak ada ada
Riwayat keluarga ada pada defisiensi alfa 1
antitripsin dan fibrokistik
ada pada fibrokistik
Riwayat batuk Batuk kering disertai dispnu
progresif
Batuk kronik sputum
produktif
Pemeriksaan fisik malnutrisi, torak hipersonor,
suara nafas melemah, sela iga
melebar, jantung kecil.
gisi baik, kadang-kadang
obes, polisitemia, sianosis,
ronki basah +/-, jantung
besar, cenderung menjadi
corpulmonale.
Foto torak diafragma mendatar
hiperlusen, jantung kecil
corakan bronkovaskuler paru
bertambah, jantung
Page | 11
membesar.
Respons bronkodilator tidak ada perbaikan VEP1 ada perbaikan
walaupun sedikit
Komplikasi
Gagal nafas, kor pulmonal, septikemia
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis
Bronkodilator
Secara inhalasi (MDI), kecuali preparat tak tersedia / tak terjangkau
Rutin (bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan (gejala intermitten)
3 golongan :
Agonis -2: fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalin, formoterol, salmeterol
Antikolinergik: ipratropium bromid, oksitroprium bromid
Metilxantin: teofilin lepas lambat, bila kombinasi -2 dan steroid belum memuaskan
Dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis bronkodilator monoterapi
Steroid
PPOK yang menunjukkan respon pada uji steroid
PPOK dengan VEP1 < 50% prediksi (derajat III dan IV)
Eksaserbasi akut
Obat-obat tambahan lain
Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) : ambroksol, karbosistein, gliserol iodida
Antioksidan : N-Asetil-sistein
Imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin
Antitusif : tidak rutin
Vaksinasi : influenza, pneumokokus
Page | 12
Terapi Non-Farmakologis
Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernapasan, rehabilitasi psikososial.
Nutrisi
Pembedahan: pada PPOK berat, (bila dapat memperbaiki fungís paru atau gerakan mekanik paru)
PrognosisDubia, tergantung dari stage / derajat, penyakit komorbid lain.2
III. Penutup
Page | 13
Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang multifaktorial. Diagnosis
penyakit ini dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang cermat.
Penyakit ini kebanyakan diakibatkan karena kebiasaan merokok dan polusi udara penyakit ini
dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor predisposisinya.
Daftar Pustaka
Page | 14
1. Amin Zulkifli. Manifestasi Klinik Dan Pendekatan Pada Pasien Dengan Kelainan
Sistem Pernapasan. Jilid III, edisi V. Internal Publishing. Jakarta; November 2009:
hal. 2189-2191
2. Diunduh dari: http://4uliedz.wordpress.com/2009/11/26/copd/. 26 November 2009
3. Wilson Lorraine M. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. EGC. Jakarta; 2001: hal. 784
4. Diunduh dari: http://ppni-klaten.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=70:chf&catid=38:ppni-ak-
category&Itemid=66
5. Santoso Mardi. Beberapa Aspek Klinis dan Peranan Tes Keringat Pada Penderita
Fibrokistik Dengan Manifestasi Penyakit Paru Obstruktif Menahun. Universitas
Indonesia. Fakultas Pascasarjana. Jakarta; 1986: hal.7-9
Page | 15