pbl blok 8 gguan aliran darah.doc
-
Upload
caeciliawulan -
Category
Documents
-
view
107 -
download
3
Transcript of pbl blok 8 gguan aliran darah.doc
Gangguan Aliran Darah Pada Extremitas Inferior
Anita Anggraeni Sokko (102011064)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Fax : (021)- 563 1731
Email: [email protected]
Skenario
seorang bapak 50 tahun menderita luka yang tidak sembuh-sembuh pada ibu jari kaki
sejak 1 bulan yag lalu. Setelah memeriksakan diri ke dokter, dinyatakan pasien menderita
gangguan aliran darah pada tungkainya.
Pendahuluan
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai sistem
transportasi tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrient, menyingkirkan zat-zat
sisa dan penyampaian sinyal homon. Arteri yang sangat elastic mengangkut darah dari
jantung ke jaringan dan berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk terus mendorong darah ke
depan sewaktu jantung sedang mengalami relaksasi dan pengisian. Tekanan darah arteri rata-
rata diatur secara ketat agar penyampaian darah ke jaringan adekuat. Jumlah darah yang
mengalir melalui suatu jaringan bergantung pada caliber ateriol (pembuluh yang banyak
mengandung otot) yang memperdarahi jaringan tersebut. Caliber arteriol dapat diubah-ubah
sehingga distribusi curah jantung dapat secara terus-menerus disesuaikan untuk secara
maksimum memenuhi kebutuhan tubuh setiap saat. Kapiler yaitu pembuluh beridinding tipis
dan berpori-pori, merupakan tempat sesungguhnya untuk pertukaran antara darah dan
jaringan disekitarnya. Vena yang sangat lentur mengembalikan darah dari jaringan ke jantung
dan juga berfungsi sebagai reservoir darah.1
Vaskularisasi extremitas inferior secara makroskopik
Ekstremitas inferior diperdarahi oleh A. femoralis yang merupakan lanjutan dari A.
illiaca externa. Setelah melewati canalis adductorius, A.femoralis selanjutnya disebut sebagai
A. poplitea. Pada ujung-ujung distal popliteae A. poplotea bercabang menjadi A.tibialis
anterior dan A. tibialis posterior.2
Pada A. tibialis anterior menembus membrane interossea dan tiba di region cruris
anterior, dimana pembuluh ini menuju kearah distal disisi lateral dari M. tibialis anterior.
Dimana cabang-cabangnya meliputi A. recurrens tibialis anterior, A. recurrens tibialis
posterior, A. malleolaris medialis anterior, A. malleolaris lateralis anterior, dan berakhir
sebagai A. dorsalis pedis.
Sedangkan pada A. tibialis posterior mempercabangkan ramus fibularis untuk rete
articularis genus dan A. peronea, lalu berjalan dibawah arcus tendineus m. solei dan dengan
demikian terletak antara lapisan otot-otot flexor dangkal dan lapisan otot-otot flexor dalam.
Yang menjadi cabang-cabang dari A. tibialis posterior meliputi A. malleolaris medialis
posterior untuk rete malleolare dipercabangkan di daerah malleoli, ramus calcaneus medialis
posterior bercabang dua dan berakhir sebagai A. plantaris medialis dan A. plantaris lateralis,
A peronea mengikuti fibula ke distalis, tertutup oleh M. flexor hallucis longus. A. tibialis
posterior berakhir sebagai r. calcaneus lateralis.2
Gambar 13
Kaki
Secara topografik, pada kaki dapat dibedakan dorsum pedis dan plantar pedis.
Peredaran darah arterialis di kaki biasanya diurus oleh A. tibialis anterior dan A. tibialis
posterior. A. tibialis anterior di dorsum pedis disebut A. dorsalis pedis. Di sisi medial kaki
dipercabangkan Aa. Tarseae mediales dan untuk sisi lateral kaki dipercabangkan A. tarsea
lateralis. Dibagian distal dipercabangkan A. arcuata yang berjalan dibawah otot-otot kaki kea
rah lateral dan berhubungan dengan A. tarsea lateralis untuk membentuk rete dorsalis pedis.
Dari rete dorsalis pedis berasal cabang-cabang yang terkenal sebagai Aa. Metatarseae
dorsales. Tiap A. metatarsea dorsalis member satu ramus perforans yang berhubungan
dengan pembuluh-pembuluh diplantar pedis, lalu tiap A. metatarsea dorsalis bercabang dua
menjadi Aa. Digitales dorsales. A. dorsalis pedis sendiri menembus spatium interosseum I
sebaga ramus plantaris profundus. A. Tibialis posterior bercabang menjadi A. plantaris
medialis dan A. plantaris lateralis. A. plantaris medialis yang lebih kecil dan berjalan kea rah
distal disisi medialis kaki. A. plantaris medialis mengikuti otot-otot jari I kea rah distal, lalu
bercabang menjadi ramus superficialis dan ramus profundus. Ramus profundus a. plantaris
medialis mengadakan anastomosis dengan ramus plantaris profundus . A. dorsalis pedis dan
ramus profundus a. plantaris lateralis. Dan dengan demikian membentuk arcus plantaris. Dari
arcus plataris dipercabangkan Aa. Metatarseae plantares. Tiap A. metatarsea plantaris
mempercabangkan ramus perforans posterior yang berhubungan dengan A. metatarsea
dorsalis, ramus perforans anterior yang berhubungan dengan pembuluh nadi di permukaan
dorsalis jari, lalu bercabang dua membentuk Aa. Digitales plantares.2
Gambar 23
Topografi regio planta pedis
Dari canalis malleolaris A. plantaris medialis dan A. plantaris lateralis serta saraf-
saraf yang bersenama masuk ke dalam ruangan plantaris tenga. Pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf ini mengikuti perjalanan urat-urat otot-otot flexor panjang dorsal dari M. abductor
hallucis. A. plantaris medialis biasanya adalah kecil dan merupakan lanjutan A. tibialis
posterior. Pembuluh ini berjalan bersama-sama dengan N. plantaris medialis di antara M.
flexor digitorum brevis dan M. abductor hllucis dalam sulcus plantaris medialis. Setinggi os
metatarsea I pembuluh tadi mengadakan annatomosis dengan A. plantaris lateralis dan A.
plantaris profundus dan dengan demikian membentuk arcus plantaris. A. plantaris lateralis
berjalan kea rah lateral antara M. flexor digitorum brevis dan M. quadrates plantae, lalu
membelok kea rah distal dan berjalan antar otot-otot dari jari V dan M. quadrates plantae
sampai setinggi garis Lisfranc.2
Pada tempat ini pembuluh tadi membelok kea rah medial dan masuk lagi ke ruangan
plantaris tengah, lalu berjalan kea rah dorsal sampai pada fascia interossea plantaris. Dalam
bidang ini A. plantaris lateralis menuju ke spatium interosseum I, dimana pembuluh ini
mengadakan anastomosis denga A. plantaris medialis dan denga demikian membentuk arcus
plantaris, dari arcusplantaris dipercabangkan Aa. Metatarseae plantares. Masing-masing A.
metatarsa plantaris kemudian bercabang dua menjadi Aa. Digitales plantares untuk jari-jari.
Tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik yang senama. Kedua pembuluh
balik dalam mengadakan hubunga denga Vv. Plantares dangkal dan juga denga pembuluh-
pembuluh balik di dorsum pedis melalui spatial interoseae.2
Pembuluh balik extremitas inferior
Di jaringan subkutan di bagian anterior dapat dikemukakan v. saphena magna, yang
pada fossa ovalis menembus fascia cribrosa dan bermuara ke dalam v. femoralis. Selain
pembuluh ini terdapat pula beberapa pembuluh balik lain, yang membelok ke dalam pada
fossa ovalis, yakni v. epigastrica superficialis, v. circumflexa ilium superficialis, Vv.
Pudendae externae. Masing-masing pembuluh balik ini mengikuti perjalanan pembuluh nadi
yang sesuai dengan namanya. Biasanya tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik,
kecuali: A. profunda femoris, yang hanya mempunyai satu v.profunda femoris.2
Topografi regio cruris (pembuluh balik)
Di jaringan subkutan berjalan 2 venae dangkal, yakni v. saphena magna dan v.
saphena parva. V. saphena magna sampai di regio cruris dengan berjalan anterior dari
malleolus medialis. Lalu menuju ke proximal disisi medial tungkai bawah. V. saphne parva
berasal dari bagian lateral dorsum pedis, berjalan posterior dari malleolus lateralis dan
menuju ke fossa poplitea di pertengahan permukaan posterior tungkai bawah. Pada umumnya
tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik senama.2
Kaki (pembuluh balik)
Tiap pasang v. digitalis dorsalis pedis pada setiap jari akan bersatu menjadi satu v.
metatarsea dorsalis, yang menyalurkan darahnya kedalam arcus venosus dorsalis pedis. Arcus
venosus dorsalis pedis berhubungan dengan rete venosum dorsales pedis, yang terletak
subkutan dan menyalurkan darahnya melalui v. saphena magna dan v. saphena parva.
Di planta pedis tiap-tiap vv. Digitales plantares pedis bersatu menjadi satu v.
metatarsea plantaris yang bermuara ke dalam arcus venosus plantaris. Lengkung ini terletak
berdekatan pada arcus plantaris arteriosum. Systema venosum di dorsum pedis dan di planta
pedis dihubungkan satu dengan yang lain oleh vv. Intercapitulariae. Dalam jaringan subkutan
pedis terletak satu rete venosum plantare.2
Struktur Mikroskopis pembuluh darah
Pembuluh Darah
Dalam mempelajari dinding pembuluh darah hendaknya selalu diingat 3 lapisan
utama yaitu tunika intima, tunika media dan tunika adventisia.
(www. Wikipedia.com)
Tunika intima
Intima terdiri atas satu lapis sel endotel, yang ditopang oleh lapisan subendotel
jaringan ikat longgar yang kadang-kadang mengandung sel otot polos. Pada arteri, intima
dipisahkan dari tunika media oleh lamina elastika intena yaitu komponen terluar dari intima
lamina ini terdiri atas elastin, memiliki celah-celah yang memungkinkan terjadi difusi zat
untuk memberikan nutrisi ke sel-sel bagian dinding pembuluh. Karena tekanan darah dan
kontraksi pembuluh tidak terjadi pada saat kematian, tunika intima arteri pada umumnya
tampak berombak-ombak pada sedian jaringan.4
Tunika media
Tunika media terutama terdiri atas lapisan kosentris sel-sel otot polos yang tersusun
secara berpilin. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat dan lamela elastin, serat retikulin,
proteoglikan, dan glikopotein dalam jumlah bervariasi. Sel otot polos menjadi sumber sel dari
matriks ekstrasel ini. Pada arteri, tunika media memiliki lamina elastika eksterna yang lebih
tipis, yang memisahkannya dari tunika adventisia.4
Tunika adventisia
Tunika adventisia terutama terdiri atas serat kolagen dan elastin. Kolagen dalam
adventisia berasal dari tipe 1. lapisan adventisia berangsur menyatu dengan jaringan ikat
organ tempat pembuluh darah berada.
pembuluh darah pada arteri digolongkan sesuai dengan diameternya menjadi arteriol, arteri
berdiameter sedang dan arteri berdiameter besar.4
Arteriol
Arteriol umumnya berdiameter kurang dari 0,5 mm dan memiliki lumen yang relatif
sempit. Lapisan subendotel tersebut sangat tipis. Pada arteriol yang sangat kecil, tidak
terdapat lamina elastiksitas interna dan tunika media. Umumnya terdiri atas satu atau 2 lapis
sel otot polos yang melingkar, tidak ada lamina elastika eksterna. Diatas ateriol terdapat arteri
kecil dengan tunika media yang lebih berkembang, dan lumennya lebih besar dari lumen
arteriol. Umumnya berlumen bundar atau agak lonjong. Tunika intima terdiri atas selapis sel
endotel dan lapisan subendotel. Dibawah lapisan ini terdapat tunika elastika interna yang
terdiri atas serat elastin yang berjalan berkelok-kelok melingkari dinding pembuluh. Tunika
elastika interna lebih jelas terlihat pada sajian dengan pulasan orcein. Tunika medianya terdiri
atas beberapa lapis serat otot polos tersusun melingkari dinding pembuluh.4
Arteri sedang
Arteri sedang dapat mengendalikan banyaknya darah yang menuju organ dengan
mengontraksi atau merelaksasi sel-sel otot polos tunika media. Arteri sedang berlumen bulat
atau lonjong, dindingnya tampak tebal untuk ukuran lumennya. Tunika intima terdiri atas
selapis sel endotel dengan jaringan ikat yang tipis dibawahnya. Seperti pada arteriol, sel
endotel tampak berderet mengikuti kelak-kelok mengelilingi lumen. Tunika medianya tebal,
terdiri atas banyak otot polos yang tersusun melingkar. Dalam tunika media sudah dapat
ditemukan kapiler darah yang mendarahi tunika media yang disebut vasa vasorum. Tunika
elastika eksterna juga jelas terlihat, tetapi tidak membentuk lapisan sepadat tunika elastika
interna. Unsur serat elastin pembuluh ini tidak saja terdapat pada kedua lapisan tambahan ini,
tetapi terdapat juga diantara serat otot polos tunika media. Serat-serat ini dapat dilihat dengan
mudah pada sajian pulasan orcein. Tunika advebtisia terdiri atas jaringan ikat jarang dengan
vasa vasorum yang lebih jelas.4
Arteri besar
Arteri besar membantu menstabilkan aliran darah. Arteri besar mencakup aorta beseta
cabang-cabang besarnya. Warnanya kekuningan karena banyaknya elastin dibagian
medianya. Intima lebih tebal daripada lapisan intima diarteri sedang.lamina elastika interna ,
meskipun ada, tidak jelas terlihat karena serupa dengan lamina-lamina elastis dilapisan
media. Tunika media terdiri atas serat-serat elastin dan sederetan lamina elastis yang
berlubang-lubang dan tersusun melingkar, yang jumlahnya bertambah dengan meningkatnya
usia. Diantara lamina-lamina elastis terdapat sel-sel otot polos, serat retikulin, proteoglikan
dan glikoprotein. Tunuka adventisia relatif kurang berkembang. Lamina elastis membantu
fungsi penting, yaitu agar influks darah lebih merata. Selama ventrikel berkontraksi( sistol),
lamina elastika arteri besar teregang dan perubahan tekanan berkurang. Selama ventrikel
berelaksasi (diastol), tekanan ventrikel menurun ke nilai yang rendah, tetapi daya elastis arteri
besar membantu mempertahankan tekanan arteriol. Akibatya tekanan arteriol dan kecepatan
aliran darah menurun dan makin tidak bervariasi saat darah menjauhi jantung.4
Venula
Fungsi : pertukaran zat antara jaringan. Diameternya 15-20μm (lebih lebar daripada kapiler.
Dindingnya terdiri dari 1 lapisan sel endotel (mirip dengan kapiler darah). Permeabilitas
dinding sangat tinggi.4
Vena kecil
Diameter venula makin lama akan membesar menjadi vena kecil. Sel otot polos mula-
mula selapis, kemudian bertambah banyak mengelilingi endotel.
Vena sedang
Sebagian besar vena berukuran kecil atau sedang. Dengan diameter diantaranya 1-9
mm. Vena sedang berdinding tipis daripada arteri yang setaraf, tetapi lumennya jauh lebih
besar dan biasanya bergelombang, penampangnya mirip ban kempis. Tunika intiama sama
seperti arteri sedang, tetapi tunika elastika interna tidak ada. Tunika media lebih tipis
daripada arteri sedang, juga mempunyai vasa vasorum , letaknya pada daerah yang lebih
dalam, lebih dekat lumen. Tunika elastika eksterna tidak ada. Seperti pembuluh lainnya,
tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang.4
Mekanisme aliran darah
Sebagian besar sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan eksternal,
namun sel-sel ini harus melakukan pertukaran dengan lingkungan, misalnya menyerap O2
dan nutrient dan membuang zat-zat sisa. Selain itu zat –zat perantara kimiawi harus diangkut
antara sel-sel agar aktivitas terintegrasi dapat berlangsung. Untuk melakukan pertukaran jarak
jauh ini, sel-sel dihubungkan satu sama lain dan dengan lingkungan eksternal oleh pembuluh
darah. Darah diangkut kesemua bagian tubuh melalui suatu sistem pembuluh yang membawa
pasokan segar ke sel sekaligus mengeluarkan zat-zat sisa sel-sel tersebut. Semua darah yang
dipompa oleh sisi kanan jantung mengalir ke paru untuk menyerap O2 dan mengeluarkan
CO2. Darah yang dipompa oleh sisi kiri jantung dibagi-bagi dalam berbagai perbandingan ke
organ-organ sistemik melalui pembuluh-pembuluh yang tersusun parallel dan bercabang dari
aorta. Susunan ini memastikan bahwa semua organ menerima darah dengan komposisi yang
sama; yaitu, sebuah organ tidak menerima darah “sisa” yang telah melintasi organ lain.
Karena susunan parallel ini aliran darah melalui setiap organ sistemik dapat disesuaikan
secara independen tanpa secara langsung mempengaruhi aliran darah yang melewati orang
lain.1,5
Aliran darah keorgan-organ lain, jantung, otot rangka, dan seterusnya hanya untuk
memenuhi kebutuhan metabolic jaringan dan dapat disesuaikan dengan tingkat aktivitas
organ-orang tersebut. Sebagai contoh, sewaktu berolahraga tambahan darah diberikan ke
otot-otot yang aktif untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metaboliknya. Karena menerima
darah yang melebihi kebutuhan, organ-organ yang diperbaharui dapat menghadapi
kekurangan sementara aliran dibandingkan dengan organ lain yang tidak mendapat tambahan
pasokan darah tersebut. Otak akan mengalami kerusakan permanen apabila kekurangan darah
walaupun hanya sesaat. Kerusakan otak permanen terjadi hanya setelah empat menit
kekurangan O2. Dengan demikian prioritas utama dalam fungsi keseluruhan sistem sirkulasi
adalah penyaluran konstan darah ke otak, yaitu organ yang paling tidak toleran terhadap
gangguan aliran darah. Sebaliknya, organ-organ pencernaan, ginjal dan kulit dapat
mentoleransi penurunan aliran darah untuk jangka waktu yang relative lama. Sebenarnya
organ-organ ini sering mengalami hal ini. Sebagai contoh, selama berolahraga, sebagian
darah yang secara normal mengalir ke organ-organ pencernaan dan ginjal dialihkan ke otot-
otot rangka. Demikian juga darah yang mengair kekulit sangat berkurang selama tubuh
terpajan ke lingkungan yang dingin untuk menhan panass tubuh. Kita akan melihat
bagaimana distribusi curah jantung disesuakan untuk memenuhikebutuhan sesaat tubuh
sewaktu kita membahas peran berbagai pembuluh yang menyusun sistem vaskuler.1
Aliran darah melalui pembuluh bergantung pada gradient tekanan dan resistensi
vaskuler.
sirkulasi sistemik dan paru masing-masing terdiri dari sistem pembuluh yang tertutup.
Arteri yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan, bercabang- cabang menjadi satu
“pohon” pembuluh-pembuluh darah yang semakin kecil, dengan berbagai cabang
menyalurkan darah ke berbagai bagian tubuh. Sewaktu suatu arteri kecil mencapai organ
yang diperdarahinya arteri tersebut bercabang-cabang menjadi banyak arteriol. Volume darah
yang mengalir melalui suatu organ dapat disesuaikan dengan mengatur caliber (garis tengah
internal) arteriol organ. Di dalam organ, arteriol bercabang-cabang lagi menjadi kapiler,
pembuluh terkecil tempat semua pertukaran antara darah dan sel-sel disekitarnya terjadi.
Pertukaran di kapiler merupakan tujuan akhir dari sistem sirkulasi; semua aktivitas lain dari
sistem ini diarahkan untuk memastikan distribusi adekuat darah segar ke kapiler untuk
pertukaran dengan semua sel. Kapiler-kapiler kembali menyatu utntuk membentuk semua
venula kecil yang terus bergabung membentuk vena kecil yang keluar dari organ. Vena-vena
kecil inilah yang secara progresif bersatu yang sampai akhirnya membentuk vena besar yang
akhirnya mengalirkan darah ke jantung.5
Laju aliran darah melintasi suatu pembuluh berbanding lurus dengan gradient tekanan
dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler. Gradient tekanan, perbedaan antara
tekanan permulaan dan akhir suatu pembuluh merupakan gaya pendorong utama aliran dalam
pembuluh; yaitu darah mengalir dari suautu daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan
tekanan yang lebih rendah sesuai dengan penurunan gradient tekanan. Kontraksi jantung
menyebabkan tekanan terhadap darah, tetapi karena adanya resistensi , tekanna berkurang
sewaktu darah mengalir melaluisuatu pembuluh. Karena tekanan semakin turun sepanjang
pembuluh, tekanan akan lebih tinggi di permulaan daripada diakhir pembuluh. Hal ini
membentuk suatu gradient tekanan utnuk mengalirkan darah melalui pembuluh tersebut.
Semakin bedar gradient tekanan yang mendorong darah melintasi suatu pembuluh, semakin
besar laju aliran darah melalui pembuluh tersebut. Perbedaan tekanan antara kedua ujung
pembuluh, bukan tekanan absolute di dalam pembuluh yang menentukan laju aliran. Factor
lain yang mempengaruhi laju aliran melalui suatu pembuluh adalah resistensi, yaitu ukuran
hambatan terhadapa aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh
friksi(gesekan) antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh darah. Seirin dengan
peningkatan resistensi terhadap aliran, darah akan semakin sulit melintasi pembuluh,
sehingga aliran berkurang (selama gradient tekanan tidak berubah). Apabila resistensi
meningkat setara agar laju aliran tidak berubah. Dengan demikian, apabila pembuluh
memberikan resistensi yang lebih besar terhadap aliran darah, jantung harus bekerja lebih
keras untuk mempertahankan sirkulasi agar adekuat.1,5
Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada 3 faktor; factor yang pertama
adalah viskositas (kekentalan darah), kedua panjang pembuluh dan ketiga bergantung pada
jari-jari pembuluh yaitu factor terpenting. viskositas mengacu kepada friksi yang timbul
antara molekul suatu cairan sewaktu mereka bergesekan satu sama lain selama cairan
mengalir. Semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap aliran. Secara umum,
semakin kental suatu cairan, semakin tinggi viskositasnya. Viskositas darah ditentukan oleh
dua factor; konsentrasi protein plasma dan yang lebih penting jumlah sel darah merah yang
beredar. Dalam keadaan normal kedua factor ini relative konstan dan tidak penting untuk
mengontrol resistensi. Namun, kadang-kadang viskositas darah dengan resistensi terhadap
aliran berubah karena jumlah sel darah merah abnormal. Sebagai contoh, darah mengalir
lebih lambat dari normal apabila jumlah sel darah merah berlebihan.1
Karena darah “menggesek” lapisan dalam pembuluh sewaktu mengalir, semakin besar
luas permukaan yang berkontak dengan darah, semakin besar resistensi terhadap aliran. Luas
permukaan ditentukan oleh panajang dan jari-jari pembuluh. Pada jari-jari konstan, semakin
panjang pembuluh semakin besar luas permukaan dan semakin besar resistensi terhadap
aliran karena panjang pembuluh di dalam tubuh konstan, panjang tersebut bukan merupakan
factor variable untuk mengontrol resistensi vaskuler. Dengan demikian penentu utama
resistensi terhadap aliran adalah jari-jari pembuluh. Cariran mengalir lebih deras melalui
pembuluh berukuran besar daripada melalui oembuluh yang lebih kecil, karena dipembuluh
berukuran kecil darah dengan volume tertentu, berkontak dengan lebih banyak permukaan
daripada dipembuluh besar, sehingga resistensi meningkat. Selain itu, perubahan kecil pada
jari-jari pembuluh menyebabkan perubahan bermakna pada aliran, karena resistensi
berbanding tebalik dengan jari-jari.1
Arteri mengkhususkan diri berfungsi sebagai jalur cepat untuk menmyampaikan darah
dari jantung ke jaringan dan berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk menghasilkan daya
pendorong bagi darah sewktu jantung mengalami relaksasi. Jantung secar abergantian
berkontraksi untuk memompa darah ke dalam arteri dan berelaksasi untuk menerima
pemaasukan darah dari vena. Tidak ada darah yang dipompa keluar pada saat jantung
melemas dan sedang terisi darah. Gaya pendorong agar darah terus mengalir ke jaringan
selama jantung melemas dihasilkan oleh sifat elastic dinding arteri. Semua pembuluh dilapisi
oleh satu lapisan sel gepenghalus yang bersambungan dengan lapisan endokardium jantung.
Lapisan endotel arteri dikelilingi oleh suatu dinding tebal yang mengandung otot polos dan
dua jenis jaringan ikat dalam jumlah besar, serat kolagen yang menghasilkan daya rentang
hterhadap tekanan tinggi darah yang disemprotkan dari jantung dan serat elastin yang
member dinding arteri elastisitas sehingga arteri dapat berprilaku seperti balon.1
Sifat elastic menyebabkan arteri dapat membesar atau mengembang untuk secara
sementara menampung kelebihan volume kelebihan darah ini dan menyimpan sebagian
energy tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung di dinding mereka yang terenggang,
ketika jantung melemas dan berhenti memompa darah ke dalam arteri, dinding arteri yang
terenggang secara pasif kembali kebentuk semula (recoil). Recoil ini mendorong kelebihan
darah yang terkandung di dalam arteri-arteri kedalam pembuluh hilir yang memastikan
bahwa darah tetap mengalir ke jaringan sewaktu jantung beristirahat dan tidak sedang
memompa darah ke dalam sistem.6
vena berfungsi sebagai reservoir darah sekaligus jalan untuk kembali ke jantung
sistem vena melengkapi sirkuit sirkulasi. Darah meninggalkan jaringan kapiler
memasuki sistem vena untuk dibawa kembali ke jantung. Vena memiliki jari-jari besar,
sehingga resistensi mereka terhadap aliran rendah. Selain itu, karena luas potongan melintang
total pada sistem vena secara bertahap berkurang, karena vena-vena yang lebih kecil
berkonvergensi menjadi vena yang lebih besar tetapi lebih sedikit, kecepatan aliran darah
meningkat pada saat darah mendekati jantun. Selain berfungsi sebagai saluran beresistensi
rendah untuk mengembalikan darah ke jantung, vena-vena sistemik juga berfungsi sebagai
reservoir darah. Karena kapasitas penyimpanan mereka, vena-vena sering disebut sebagai
kapasitas pembuluh. Vena memiliki dinding yang jauh lebih tipis dengan otot polos yang
lebih sedikit daripada arteri. Karena dijaringan ikat vena serat-serat kolagen jauh lebih
banyak daripada serat elastin maka vena kurang memiliki elastisitas dibandingkan dengan
arteri. Juga tidak seperti otot polos ateriol, otot polos vena kurang memiliki tonus miogenik
inheren. Karena sifat-sifat ini vena sangat mudah direnggamgkan dan kurangmemiliki
kemampuan recoil elastic. Vena mudah melebar untuk mengakomodasi tambahan volume
darah hnya denga menimbulkan sedikit peningkatan tekanan vena. Arteri yang terenggang
akibat kelebihan darah akan kembali menciut karena adanya serat-serat elastic didindingnya,
sehingga darah terdorong kedepan. Vena-vena yang mendapat kelebihn pasokan darah akan
terengang untuk mengakomodasikan tambahan darah tersebut tanpa kecenderunn untuk
menciut.1
Peningkatan aliran balik vena menginduksi peningkatan volume sekuncup jantung
sesuai hokum Frank-Starling untuk jantung. Apabila darah yang tersimpan disistem vena
terlalu banyak dibandingkan dengan yang dikembalikan ke jantung, curh jantung akan
berkurang secara abnormal.
Factor-faktor yang mempengaruhi kapasitas vena memberi kontribusi terhadap aliran
balik vena.
Kapasitas vena (volume darh yang dapat ditampung oleh vena-vena) pada volume
darah yang konstan seiring dengan peningkatan kapasitas vena, semakin banyak darah yang
menetap di vena dan tidak dikembalikan ke jantung. Simpanan vena ini yang nantinya akan
menurunkan volume efektif darah yang bersirkulasi. Sebaliknya jika kapasitas vena menurun,
lebih banyak darah yang dikembalikan ke jantung dan dapat bersirkulasi keseluruh tubuh.
Dengan demikian kapasitas vena secara langsung mempengaruhi besarnya aliran balik vena.
Efek aktivitas otot rangka pada aliran balik vena. Banyak vena besar di
ekstremitas terletak diantara otot-otot rangka sehingga pada saat otot-otot ini berkontraksi,
vena-vena tersebut tertekan. Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan
meningkatkan tekanan vena, sehingga cairan yang terdapat di dalam vena terperas kea rah
jantung. Efek pemompaan ini yang dikenal sebai pompa otot rangka, adalah salah satu cara
untuk mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung sewaktu berolahraga. Peningkatan
aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Peningkatan aktivitas simpatis dan vasokontriksi vena yang menyertai olahraga juga
meningkatkan aliran balik vena. Pompa otot rangka juga melawan efek grafitasi pada sistem
vena.
Gambar 4 1
Efek katup vena pada aliran balik vena. Vasokonstriksi vena dan kompresi vena
eksternal keduanya mendorong darah kearah jantung. Darah hanya dapat terdorong kea rah
depan karena vena-vena besar diperlengkapi dengan katup-katup satu arah yang terdapat pada
jarak 2 sampai 4 cm. katup-katup ini yang memungkinkan darah bergerak ke depan ke
jaringan. Katup-katup vena ini juga berperan melawan efek gravitasi yang ditimbulkan oleh
posisi berdiri dengan membantu memperkecil aliran balik darah yang cenderung terjadi
sewaktu seseorang berdiri dan untuk sementara waktu menunjang bagian-bagian kolom darah
pada saat otot rangka berelaksasi. 1
Gambar 5 1
Sifat pembuluh darah
Pembuluh darah dapat kita ibaratkansebagai selang yang bersifat elastic, yaitu
diameternya dapat membesar atau mengecil. Sifat elastisitas ini sangat bermanfaat dalam
mempertahankan tekanan darah yang stabil. Pada keadaan normal, apabila tekanan di dalam
pembuluh darah meningkat maka diameter pembuluh darah akan melebar sebagai bentuk
adaptasi untuk menurunkan tekanan yang berlebihan agar menjadi normal. Sebaliknya
diameter pembuluh darah akan mengecil bila tekanan darah turun. Bila pembuluh darah
mengalami kekakuan maka ia menjadi kurang fleksibel sehingga tidak dapat melakukan
antisipasi terhadap kenaikan atau penurunan tekanan darah.
Elastisitas pembuluh darah tidak tetap, pembuluh darah akan menjadi kaku seiring
bertambahnya usia (missal oleh karena terjadi pengapuran pada dindingnya) oleh karena itu
tekanan darah pada orang lanjut usia cenderung sedikit lebih tinggi dari pada orang muda.
Penyebab lain daari kekakuan pembuluh darah adalah karena adanya tumpukan kolesterol
pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Kolesterol juga menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2001.
2. Winami W, Kindangen K, Listiwati E. Buku ajar anatomi sistem kardiovaskular 1.
Jakarta;2010.
3. Putz R, Pabst R. Sobota atlas anatomi manusia jilid 2. Ed 22. Jakarta: penerbit
Kedokteran EGC; 2006.
4. Junqueira LC, Caneiro J.Histologi dasar: teks dan atlas.10th ed.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2007.
5. Ward J P.T, Ward J, Leach R M, Wiener C M. At a glance sistem kardiovaskular. 2nd
ed. Jakarta: Erlangga;2008.
6. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Ed 10. Jakarta: EGC; 2002.