pbl 1 obat heparin warfarin.docx

4
OBAT HEPARIN Mekanisme kerja Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III. AT-III berfungsi menghambat protease faktor pembekuan termasuk faktor Iia (trombin), Xa, dan Ixa, dengan cara membentuk kompleks yang stabil dengan protease faktor pembekuan. Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai 1000 kali. Bila kompleks AT-III-protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru dengan antitrombin. (Dewoto, 2009) Hanya sekita 1/3 molekul heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-III. Heparin berat molekul tinggi (5000- 30000) memiliki afinitas kuat dengan antitrombin dan menghambat dengan nyata pembekuan darah. Heparin berat molekul rendah efek antikoagulannya terutama melalui penghambatan faktor Xa oleh antitrombin karena umumnya molekulnya tidak cukup panjang untuk mengkatalasis penghambatan trombin. (Dewoto, 2009) Terhadap lemak darah, heparin bersifat lipotropik yaitu memperlancar transfer lemak darah dalam depot lemak. Aksi penjernih ini terjadi karena heparin membebaskan enzim- enzi m yang menghidrolisis lemak, salah satu di antaranya ialah lipase lipoprotein ke dalam sirkulasi serta menstabilkan aktivitasnya. Efek lipotropik ini dapat dihambat oleh protamin. (Dewoto, 2009) Farmakokinetik heparin tidak diabsorbsi secara oral, karena itu diberikan secara SK atau IV. Pemberian secara SK bioavaibilitas bervariasi, mula kerjanya lambat 1-2 jam tetapi masa kerjanya lebih lama. Heparin berat molekul rendah diabsorbsi lebih teratur. Suntikan IM dapat menyebabkan terjadinya hematom yang besar pada tempat suntikan dan absorbsinya tidak teratur serta tidak dapat diramalkan. Masa paruh mungkin memendek pada pasien emboli

Transcript of pbl 1 obat heparin warfarin.docx

OBAT HEPARINMekanisme kerja Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III. AT-III berfungsi menghambat protease faktor pembekuan termasuk faktor Iia (trombin), Xa, dan Ixa, dengan cara membentuk kompleks yang stabil dengan protease faktor pembekuan. Heparin yang terikat dengan AT-III mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai 1000 kali. Bila kompleks AT-III-protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru dengan antitrombin. (Dewoto, 2009)Hanya sekita 1/3 molekul heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-III. Heparin berat molekul tinggi (5000-30000) memiliki afinitas kuat dengan antitrombin dan menghambat dengan nyata pembekuan darah. Heparin berat molekul rendah efek antikoagulannya terutama melalui penghambatan faktor Xa oleh antitrombin karena umumnya molekulnya tidak cukup panjang untuk mengkatalasis penghambatan trombin. (Dewoto, 2009)Terhadap lemak darah, heparin bersifat lipotropik yaitu memperlancar transfer lemak darah dalam depot lemak. Aksi penjernih ini terjadi karena heparin membebaskan enzim-enzi m yang menghidrolisis lemak, salah satu di antaranya ialah lipase lipoprotein ke dalam sirkulasi serta menstabilkan aktivitasnya. Efek lipotropik ini dapat dihambat oleh protamin. (Dewoto, 2009)Farmakokinetik heparin tidak diabsorbsi secara oral, karena itu diberikan secara SK atau IV. Pemberian secara SK bioavaibilitas bervariasi, mula kerjanya lambat 1-2 jam tetapi masa kerjanya lebih lama. Heparin berat molekul rendah diabsorbsi lebih teratur. Suntikan IM dapat menyebabkan terjadinya hematom yang besar pada tempat suntikan dan absorbsinya tidak teratur serta tidak dapat diramalkan. Masa paruh mungkin memendek pada pasien emboli paru dan memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat. Metabolit inaktif dieksresi melalui urin. Heparin dieksresikan dalam bentuk utuh hanya bila digunakan dosis besar IV. Pasien emboli paru memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena klirens obat. Heparin tidak melalui plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu. (Dewoto, 2009)Efek samping obat Bahaya utama pemberian heparin ialah perdarahan. Dalam hal ini kadang-kadang perdarahan disebabkan oleh operasi baru, adanya trauma, penyakit tukak peptik, atau gangguan fungsi trombosit. Perdarahan antara lain dapat berupa perdarahan saluran cerna atau hematuria. Wanita usia lanjut dan pasien gagal ginjal umumnya lebih mudah mengalami komplikasi perdarahan. (Dewoto, 2009)

OBAT WARFARIN Mekanisme obat warfarin Warfarin termasuk ke dalam golongan obat antikoagulan yang dipakai untuk mencegah terjadinya trombosis. Obat ini bekerja dengan mempengaruhi sintesis faktor pembekuan darah tergantung dari vitamin K seperti faktor pembekuan I, VII, IX, dan X serta pembekuan protein induced by vitamin K absent or antagonist (PIVKA). (Wirawan, 2004)Kerja utama dari obat antikoagulan adalah menghambat kerja enzim epoksid reduktase, sehingga perubahan vitamin K epoksid menjadi vitamin K terganggu, akibatnya terjadi penumpukan prekusor faktor-faktor tergantung vitamin K. Penghambatan kerja vitamin K menyebabkan terjadinya penurunan sintesis faktor II, VII, IX, dan X. (Wirawan, 2004) Farmakokinetik Warfarin diabsorbsi di usus halus dan memasuki sirkulasi darah, di metabolisme di mikrosom sel hati, dan akan menghambat kerja vitamin K. Penghambatan kerja vitamin K menyebabkan penurunan sintesis faktor pembekuan II, VII, IX, X serta pembentuka PIVKA. (Wirawan, 2004)Pemberian antikoagulan oral (warfarin) akan mempengaruhi kerja vitamin K pada sisntesa faktor pembekuan II, VII, IX, dan X di dalam sel hati. Penurunan aktivitas faktor VII terjadi dalam dua hari setelah pemberian antikoagulan oral dengan dosis yang besar. Diikuti penurunan faktor IX, X, dan II secara berturut. Setelah pemakaian selama 7 hari aktivitas ke 4 pembekuan tersebut akan sangat rendah dalam darah. (Wirawan, 2004)Efek samping obatWarfarin memiliki rentan dosis terapi yang sempit, dimana dosis inadekuat menyebabkan efikasi menurun, dan dosis yang berlebihan akan meyebabkan perdarahan. Dimana perdarahan dapat terjadi pada berbagai organ termasuk mata. Dengan perdarahan subkonjungtiva sebagai gejala awal. (Kusumastuti, 2010)

Dapus Wirawan, R. Monitoring Penggunaan Antikoagulan Oral. Dalam: Suyaatmaja M, editor. Pendidikan berkesinambungan Patologi klinik. Jakarta: penerbit FK UI; 2004. Hal. 97-778Dewoto, Hedi R. Farmakologi dan terapi: Antikoagulan, antitrombotik, trombolitik dan hemostatik. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakolgi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kusumastuti, diana. Awareness of subconjunctival bleeding on warfarin therapy patient. 2010.